1
PERENCANAAN LANSKAP BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA DI DESA-DESA PUSAT PERTUMBUHAN KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR
Oleh: SEPTAMIA HALIDA A34201025
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
2
RINGKASAN SEPTAMIA HALIDA. Perencanaan Lanskap bagi Pengembangan Agrowisata di Desa-Desa Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Cianjur. (Dibawah bimbingan ALINDA F.M. ZAIN dan SITI NURISJAH) Desa Sukatani, Kecamatan Pacet dan Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas merupakan desa-desa inti pusat rintisan pengembangan kawasan Agropolitan Cianjur, sebagai lokasi kawasan studi yang dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Kawasan studi ini memiliki total luas wilayah ± 1.525,201 Ha dan terletak di sebelah Utara Kota Cianjur dengan jarak tempuh ± 23 km dari ibukota kabupaten tersebut. Metode yang digunakan dalam perencanaan kawasan ini adalah metode Gold (1980) yang telah disesuaikan dengan tujuan perencanaan, dengan pendekatan sumber daya alam pertanian yang dimiliki kawasan. Proses perencanaan lanskap diawali dengan persiapan studi kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data yang berkaitan dengan potensi dan kendala dalam pengembangan kawasan agrowisata. Konsep agrowisata ditentukan terlebih dahulu untuk memudahkan serta mengarahkan pengambilan data. Konsep dasar perencanaan kawasan adalah mengembangkan tapak sebagai kawasan agrowisata berwawasan pendidikan pertanian dengan memaksimalkan potensi komoditi serta alam pertanian dan pegunungan yang dimiliki kawasan secara optimal. Studi perencanaan lanskap agrowisata bertujuan untuk meningkatkan aktivitas wisata pertanian, meningkatkan wawasan pendidikan dan apresiasi pertanian khususnya bagi wisatawan, melestarikan potensi alam pertanian dan pegunungan serta meningkatkan kualitas lingkungan alamnya. Pada akhirnya, pengembangan kawasan agrowisata diharapkan dapat menjadi alternatif daerah tujuan wisata pada Kawasan Puncak serta sebagai alternatif sumber pendapatan bagi masyarakatnya, baik dari produksi ataupun jasa. Perencanaan kawasan studi diawali dengan mengidentifikasi dan meruangkan potensi pertanian kawasan, penataan ruang-ruang tersebut, mengembangkan aktivitas dan fasilitas yang memungkinkan dan selanjutnya dihubungkan dengan jalur sirkulasi agrowisata. Konsep dasar kawasan selanjutnya dikembangkan pada konsep ruang, konsep aktivitas dan fasilitas serta konsep jalur agrowisata. Konsep ruang terbagi atas ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Konsep aktivitas dibagi atas aktivitas aktif dan pasif, berdasarkan keikutsertaan wisatawan dalam proses pertanian, sedangkan konsep fasilitas adalah penyediaan fasilitas yang fungsional, estetik, penempatan yang tepat, mudah pemeliharaan serta mendukung karakter tapak sebagai kawasan agrowisata. Konsep sirkulasi di dalam kawasan adalah meningkatkan kenyamanan baik bagi wisatawan ataupun masyarakat. Data yang digunakan dalam studi perencanaan agrowisata berupa faktor utama agrowisata, mencakup data letak, luas dan batas tapak, tata guna lahan, topografi dan kelas kemiringan lahan, objek dan atraksi agrowisata serta pariwisata sekitar tapak, aksesibilitas dan sistem transportasi, fasilitas agrowisata, informasi dan promosi agrowisata serta aspek visual di dalam kawasan agrowisata. Sedangkan faktor pendukung agrowisata mencakup aspek fisik berupa
3
iklim dan jenis tanah, serta aspek pengelolaan kawasan berupa pengelolaan agrowisata dan rencana tata ruang wilayah. Setelah melakukan analisa data baik secara deskriptif maupun spasial, proses perencanaan dilanjutkan pada tahap sintesis yang menghasilkan block plan, suatu rencana ruang yang diinginkan di dalam kawasan. Tahapan selanjutnya berupa perencanaan lanskap kawasan agrowisata yang terdiri atas rencana tata ruang, pengembangan aktivitas dan fasilitas, serta rencana jalur agrowisata. Pada tahap perencanaan ruang kawasan agrowisata dihasilkan ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Ruang utama agrowisata terdiri dari sub ruang atraksi agrowisata tanaman hias (2%), dengan aktivitas pengamatan, ikut serta dalam aktivitas budidaya hingga berbelanja atau sekedar jalan-jalan dan berfoto; sub ruang atraksi agrowisata tanaman sayuran (47%), dengan aktivitas pengamatan, mengikuti aktivitas budidaya hingga aktivitas pasif lainnya seperti jalan-jalan, beristirahat ataupun berfoto; sub ruang atraksi agrowisata buah (2%) dengan aktivitas pengamatan, ikut serta dalam aktivitas budidaya, hingga memetik sendiri buah yang akan dikonsumsi atau dibawa pulang; agrowisata peternakan (1.5%) dengan aktivitas pengamatan, mempelajari pola dan cara berternak serta mempelajari budidaya hewan ternak. Wisatawan juga dapat secara langsung memberi makan hewan ternak ataupun memerah susu. Ruang pendukung agrowisata terdiri dari ruang penerimaan (0.5%), dengan aktivitas memperoleh informasi dan tiket; ruang pelayanan (1.3%) dengan aktivitas pendukung agrowisata seperti istirahat, makan dan minum, berbelanja, memarkir kendaraan ataupun beribadah; ruang transisi (3%) dengan aktivitas istirahat dan jalan santai; ruang masyarakat (11.7%) yang dapat memberikan suasana pedesaan bagi wisatawan yang ingin bermalam di kawasan agrowisata, sedangkan ruang penyangga (31%) sebagai fungsi penyangga kawasan terhadap aktivitas agrowisata dengan aktivitas berorientasi pada alam, seperti nature trail, viewing ataupun photohunting. Fasilitas yang disediakan pada masing- masing sub ruang tersebut berdasarkan tujuan serta konsep yang diharapkan dan aktivitas yang direncanakan. Jalur sirkulasi di dalam kawasan dibagi menjadi jalur wisatawan dan jalur masyarakat. Jalur wisatawan terbagi atas jalur primer yang ditujukan bagi kendaraan wisata, baik kendaraan pribadi ataupun kendaraan wisata, jalur sekunder bagi kendaraan sepeda dan jalur tersier bagi pejalan kaki. Sedangkan jalur masyarakat terbagi atas jalur primer bagi kendaraan produksi dan kendaraan umum, serta jalur sekunder bagi pejalan kaki. Pemisahan jalur ditujukan untuk meningkatkan kenyamanan serta mengurangi konflik bagi masing-masing tujuan tersebut. Proses perencanaan lanskap menghasilkan alternatif rencana lanskap (landscape plan) kawasan agrowisata dengan rencana perjalanan (touring plan) untuk kegiatan agrowisata. Identifikasi potensi komoditi pertanian menghasilkan diversifikasi sub ruang atraksi agrowisata dengan keragaman aktivitas yang dapat memperpanjang waktu kunjung wisatawan, mengurangi kemonotan serta meningkatkan pendapatan bagi masyarakatnya. Studi perencanaan kawasan agrowisata merupakan perencanaan makro dengan mengidentifikasi serta mengoptimalkan potensi ruang pertanian pada kawasan, sehingga dapat dilanjutkan dengan perencanaan yang lebih detil
4
terhadap ruang-ruang yang telah direncanakan tersebut. Perencanaan kawasan agrowisata sekaligus merupakan upaya pengembangan kawasan agropolitan dengan memanfaatkan dan mengembangkan kondisi pertanian yang telah ada, sehingga peningkatan karakter pedesaan dan pertanian serta meningkakan kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat perlu diperhatikan. Perlu adanya pengelola kawasan agrowisata dan kerjasama baik antara investor, pemerintah dan pengelola kawasan agrowisata tersebut serta peran aktif masyarakat untuk mewujudkan tujuan perencanaan yang diharapkan.
5
PERENCANAAN LANSKAP BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA DI DESA-DESA PUSAT PERTUMBUHAN KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: Septamia Halida A34201025
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
6
LEMBAR PENGESAHAN Judul
Nama NRP
: PERENCANAAN LANSKAP BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA DI DESA-DESA PUSAT PERTUMBUHAN KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR : Septamia Halida : A34201025
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Alinda F. Medrial Zain, Msi MSLA NIP. 131 967 244
Dr. Ir. Siti Nurisjah, NIP. 130 516 290
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus : ............................
7
RIWAYAT HIDUP SEPTAMIA HALIDA dilahirkan di Magelang pada tanggal 7 September 1983 dari ibu Tri Murti dan ayah Syafei Yakub. Penulis merupakan putri keempat dari lima bersaudara. Pendidikan diawali penulis pada Taman Kanak-Kanak Pertiwi Bandar Lampung pada tahun 1989. Kemudian dilanjutkan pada SD Pahoman Tanjung Karang, SD Negeri Cibeusi, Jatinangor dan lulus dari SD Negeri Magelang VI pada tahun 1995. Pada tahun yang sama masuk di SMP Negeri I Magelang dan lulus pada Tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis masuk di SMU Negeri 10 Bandung dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama pula penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten Mata Kuliah Perancangan Lanskap pada tahun ajaran 2003/2004 serta Tehnik Arsitektur Lanskap bagi Program Studi IPSL IPB (program Diploma) pada tahun ajaran 2004/2005. Selain itu penulis pernah turut serta sebagai surveyor pekerjaan pertamanan kantor Dinas Pendidikan Nasional, surveyor penanaman rehabilitasi mangrove jalan Tol Soediyatmo, drafter taman rumah serta drafter dan pelaksana taman sekolah SMUN 3 Depok.
8
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul studi ini berjudul ‘Perencanaan Lanskap bagi Pengembangan Agrowisata di Desa-Desa Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Cianjur’ dan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Rasa terima kasih dan penghargaan tak terhingga penulis sampaikan kepada ayah dan mama yang telah mencurahkan segala cinta, kasih sayang, doa dan dukungannya. Selain itu terima kasih pula penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Alinda FM. Zain, Msi selaku dosen pembimbing skripsi I sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian, arahan, bimbingan serta dukungan kepada penulis. 2. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingan selama penyusunan skripsi. 3. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan berarti. 4. Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur serta Badan Penyuluh Pertanian Desa Sindangjaya dan Sukatani atas segala kemudahan dalam perolehan data. 5. Keluarga besar Bapak Haji Sobandi atas segala bantuannya selama di Cianjur. 6. Kakak dan adikku tercinta: Bang Rinal, Mbak Tama dan Mas Johar, Mas Rossi, Dian, Bang Arli serta seluruh keluarga atas cinta, kasih sayang, doa dan seluruh dukungannya. 7. Rinrin Kodariyah atas persahabatan dan kebersamaan yang indah. 8. Aci, Dina, Inke, Doe, Muti, Liza, Fey (atas segala bantuan, persahabatan, kebersamaan dan kenangan yang indah). 9. Gin gin Ginanjar, terima kasih banyak...
9
10. Pimpim, Icha, Davi, Kiki, (atas semangat dan segala dukungannya), Asti, Nuning, Sandi (atas segala bantuannya) serta seluruh teman-teman Lanskap 38: Juprie, Imam, Rika, Alun, Tata, Hijrah, Herry, Ani, Iffa, Alma, Dian, Eno, Bessy, Ana, Angga, Rida, Katrin, Nina, Acil, Yayat, mas Doko, atas kehangatan persahabatannya. 11. Keluarga Twin House: Rin2, Liza, mbak Esthi (terimakasih atas segala bantuan, masukan, kritikan dan dukungannya), mbak Ena, Yutun, mbak Rini, Bunda, Uni dan mbak Ocha atas kehangatan, semangad dan keceriannya. 12. Yenot, Dwi, Wuri, Issue, Tanti dan Erna atas persahabatan yang indah. 13. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga studi ini dapat memberikan manfaat demi kelanjutan penelitian di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.
Bogor, Maret 2006
Penulis
10
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv PENDAHULUAN Latar Belakang............................................................................................. 1 Tujuan Studi ................................................................................................ 2 Kegunaan Studi............................................................................................ 2 Kerangka Pikir Perencanaan........................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA Agropolitan.................................................................................................. 4 Perencanaan Pengertian Perencanaan...................................................................... 4 Perencanaan Lanskap ......................................................................... 4 Rekreasi Pengertian Rekreasi............................................................................ 5 Sumberdaya Rekreasi ......................................................................... 5 Perencanaan Kawasan Rekreasi ......................................................... 6 Wisata Pengertian Wisata............................................................................... 6 Sumberdaya Wisata ............................................................................ 7 Perencanaan Kawasan Wisata ............................................................ 7 Produk Wisata.............................................................................................. 7 Objek dan Atraksi Wisata .................................................................. 8 Pelayanan Wisata ............................................................................... 9 Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ............................................... 9 Informasi Wisata ................................................................................ 9 Promosi Wisata .................................................................................. 10 Agrowisata Pengertian Agrowisata ....................................................................... 10 Lanskap Agrowisata ........................................................................... 10 Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata ............................................ 11 Manfaat Agrowisata ........................................................................... 12 Aktivitas Agrowisata .......................................................................... 13 Fasilitas Agrowisata ........................................................................... 14 Perencanaan Agrowisata .................................................................... 14 Pengembangan Agrowisata ................................................................ 15 Pengelolaan Agrowisata ..................................................................... 16 METODOLOGI Tempat dan Waktu....................................................................................... 18 Batasan Studi ............................................................................................... 19 Proses Perencanaan Lanskap ....................................................................... 19 Bentuk Hasil Studi ....................................................................................... 22
11
KONSEP PERENCANAAN DAN PENGEMBANGANNYA Konsep Perencanaan Total .......................................................................... 23 Pengembangan Konsep Konsep Ruang .................................................................................... 23 Konsep Aktivitas dan Fasilitas ........................................................... 25 Konsep Jalur Agrowisata ................................................................... 26 DATA DAN ANALISIS Faktor Utama Agrowisata Letak, Luas dan Batas tapak............................................................... 28 Tata Guna Lahan ................................................................................ 29 Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Tapak .................................. 32 Objek dan Atraksi Agrowisata ........................................................... 36 . Pariwisata Sekitar Tapak .......................................................... 42 Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ............................................... 47 Fasilitas Wisata .................................................................................. 51 Informasi dan Promosi Wisata ........................................................... 53 View . .................................................................................................. 55 Faktor Pendukung Agrowisata Aspek Fisik Iklim dan Kenyamanan............................................................. 57 Jenis Tanah ............................................................................... 58 Aspek Pengelolaan Kawasan Agrowisata Pengelola Kawasan Agrowisata ............................................... 59 Rencana Tata Ruang Wilayah .................................................. 61 SINTESIS ............................................................................................................. 63 PERENCANAAN LANSKAP Rencana Ruang ............................................................................................ 69 Rencana Aktivitas dan Fasilitas................................................................... 75 Rencana Jalur Agrowisata ........................................................................... 82 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan...................................................................................................... 93 Saran ............................................................................................................ 94 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95 LAMPIRAN .......................................................................................................... 97
12
DAFTAR TABEL Halaman 1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data ...................................................................... 20 2. Analisis Pola Pemanfaatan Lahan pada kawasan agrowisata ......................... 31 3. Kriteria Kesesuaian Lahan menurut Keppres No. 32 tahun 1990................... 35 4. Potensi Eksisting Objek dan Atraksi Kawasan Agrowisata............................ 41 5. Analisis Objek dan Atraksi Wisata Kawasan Agrowisata .............................. 43 6. Analisis Pengembangan Aktivitas Agrowisata ............................................... 44 7. Objek Wisata disekitar Kawasan Agrowisata ................................................. 45 8. Analisis Jalan pada Kawasan Agrowisata....................................................... 49 9. Analisis Fasilitas Wisata Kawasan Agrowisata .............................................. 52 10. Analisis Informasi Kawasan Agrowisata ........................................................ 54 11. Analisis Jenis Tanah pada Kawasan Agrowisata ............................................ 59 12. Arahan Rencana Peruntukan Ruang berdasar Kepres No. 79 tahun 1985 ...... 61 13. Aspek Data, Permasalahan dan Solusi pada Kawasan Agrowisata ................ 64 14. Ruang, Aktivitas dan Fasilitas agrowisata ...................................................... 86 15. Paket Agrowisata Satu Hari ............................................................................ 90 16. Paket Agrowisata Dua Hari............................................................................. 92
xi
13
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pikir Perencanaan ........................................................................... 3 2. Peta Orientasi Lokasi Studi ............................................................................. 18 3. Proses Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata ....................................... 19 4. Diagram Konsep Ruang Kawasan Agrowisata ............................................... 24 5. Diagram Konsep Aktivitas Agrowisata .......................................................... 25 6. Diagram Konsep Jalur Agrowisata ................................................................. 26 7. Peta Lokasi Studi ............................................................................................ 28 8. Peta Tata Guna Lahan Kawasan Agrowisata .................................................. 30 9. Peta Topografi Kawasan Agrowisata............................................................... 33 10. Peta Kelas Kemiringan Lahan Kawasan Agrowisata ..................................... 34 11. Peta Eksisting Lokasi Sub Ruang Agrowisata ................................................ 37 12. Ruang Display dab Budidaya Tanaman Hias ................................................ 38 13. Aktivitas Agrowisata Tanaman Sayuran......................................................... 32 14. Potensi Agrowisata Peternakan....................................................................... 41 15. Peta Pariwisata Kabupaten Cianjur ................................................................. 46 16. Peta Aksesibilitas Kawaan agrowisata............................................................ 48 17. Jenis Kendaraan dan Pengguna Jalan pada Tapak .......................................... 50 18. Penggunaan Elemen Tanaman di dalam Tapak .............................................. 51 19. Fasilitas Agrowisata pada Sub Ruang Agrowisata Sayuran ........................... 52 20. Fasilitas Informasi pada Kawasan Agrowisata ............................................... 54 21. Potensi Visual Pendukung Konsep Agrowisata .............................................. 56 22. Sampah dan Sistem Drainase pada Tapak ...................................................... 57 23. Peta Tanah Kawasan Agrowisata.................................................................... 58 24. Struktur Organisasi Unit Pengelola Agropolitan ............................................ 60 25. Block Plan Kawasan Agrowisata .................................................................... 68 26. Ilustrasi Pola Ruang Display Agrowisata Tanaman Hias ............................... 70 27. Ilustrasi Sub Ruang Kebun Sayuran ............................................................... 71 28. Ilustrasi Sub Ruang Kebun Buah .................................................................... 71 29. Ilustrasi Sub Ruang Padang Penggembalaan .................................................. 72 30. Ilustrasi Ruang Penerimaan Kawasan Agrowisata ......................................... 73 xii
14
31. Ilustrasi Ruang Pelayanan Kawasan Agrowisata ............................................ 74 32. Ilustrasi Pemukiman dan Aktivitas Pertanian sebagai Ruang Transisi ........... 74 33. Ilustrasi Aktivitas Berbelanja pada Agrowisata Tanaman Hias...................... 76 34. Ilustrasi Aktivitas Pengamatan Agrowisata Tanaman Sayuran ...................... 77 35. Ilustrasi Aktivitas Agrowisata Buah ............................................................... 77 36. Ilustrasi Aktivitas Memerah Susu Sapi ........................................................... 78 37. Ilustrasi Gerbang Penanda Kawasan, Loket Tiket serta Informasi Kawasan Agrowisata ...................................................................................................... 79 38. Ilustrasi Papan Penunjuk Arah dan Informasi................................................. 79 39. Ilustrasi Saung sebagai Fasilitas Istirahat bagi Wisatawan............................. 80 40. Ilustrasi Aktivitas pada Ruang Transisi .......................................................... 81 41. Potongan Jalur Primer dan Sekunder Wisatawan ........................................... 82 42. Ilustrasi Tempat Pemberhentian Kendaraan ................................................... 83 43. Rencana Lanskap Kawasan Agrowisata ......................................................... 85 44. Touring Plan Kawasan Agrowisata ................................................................ 89
xiii
15
LAMPIRAN Halaman 1. Kondisi Iklim Kawasan Agrowisata tahun 2000-2004 ..................................... 98 2. Grafik Kondisi Iklim Kawasan Agrowisata tahun 2000-2004.......................... 99 3. Sifat Tanah pada Kawasan Agrowisata ...........................................................100
xiv
16
PENDAHULUAN Latar Belakang Proses pembangunan di berbagai wilayah di Indonesia saat ini telah menimbulkan kesenjangan antara kawasan perkotaan dan pedesaan serta menimbulkan pemiskinan di pedesaan. Ketimpangan pembangunan wilayah terjadi antara kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan wilayah perdesaan sebagai pusat kegiatan pertanian yang tertinggal (Rustiadi dan Hadi 2004). Proses urbanisasi yang tidak terkendali semakin mendesak produktivitas pertanian. Pengembangan kawasan agropolitan me njadi alternatif pembangunan pedesaan melalui keterkaitan pembangunan kota-desa. Agropolitan merupakan suatu model pembangunan yang mengendalikan desentralisasi, mengandalkan pembangunan infrastruktur setara kota di wilayah pedesaan sehingga mendorong urbanisasi dalam arti positif (Rustiadi dan Hadi 2004). Pembangunan kawasan pedesaan yang terintegrasi di dalam sistem perkotaan diupayakan melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pedesaan tersebut. Aktivitas utama yang dibangun berbasis pertanian, yaitu budidaya, pengolahan dan pemasaran hingga aktivitas pendukungnya antara lain wisata bebasis pertanian yang juga dikenal sebagai agrowisata. Sesuai dengan visi Kabupaten Cianjur untuk mewujudkan Kabupaten Cianjur sebagai salah satu pusat agribisnis dan pariwisata andalan Jawa Barat di era otonomi, mendorong Kecamatan Pacet dan Cipanas berkembang sebagai kawasan agropolitan di Kabupaten Cianjur. Beberapa faktor lain yang mendorong Kecamatan ini sebagai kawasan inti agropolitan adalah karena letaknya yang strategis, memiliki lebih dari 50% penduduk yang bermata pencaharian dari sektor pertanian, memiliki komoditas unggulan hortikultura dan tanaman hias serta adanya pusat kegiatan pariwisata (Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Cianjur 2003). Berdasarkan SK Bupati Nomor 521.3 Kep.175-Pc2002 Desa Sukatani yang terletak di Kecamatan Pacet dan Desa Sindangjaya di Kecamatan Cipanas ditetapkan sebagai desa-desa inti pusat rintisan pengembangan kawasan agropolitan. Kedua desa ini memiliki potensi pertanian dan alam pegunungan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Objek agrowisata yang
17
terdapat di kedua desa ini dikembangkan dengan memanfaatkan usaha pertanian milik masyarakat sebagai objek wisata. Sumberdaya alam kedua desa berpotensi bagi pengembangan berbagai jenis komoditas sayuran dataran tinggi dan tanaman hias yang bernilai komersial, juga didukung oleh kedekatan geografis terhadap sentra-sentra konsumen di kota padat penduduk khususnya Kota Jakarta. Konsep agrowisata diharapkan mampu mengembangkan potensi serta meningkatkan aktivitas wisata berbasis pertanian melalui suatu kegiatan perencanaan lanskap agrowisata. Agrowisata diartikan sebagai rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian (Nurisjah 2001). Pemandangan alam pegunungan dan pertanian, beberapa komoditas tanaman hortikultura unggulan dan peternakan serta berbagai fasilitas wisata yang telah ada menjadi potensi bagi tapak untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Didukung oleh sirkulasi dan atraksi agrowisata, kegiatan agrowisata dapat menjadi alternatif kegiatan wisata yang menyenangkan serta meningkatkan nilai edukasi, disamping memberikan alternatif tambahan pendapatan bagi masyarakatnya. Tujuan Studi Studi ini bertujuan untuk membuat rencana lanskap bagi pengembangan agrowisata melalui proses identifikasi potensi ruang pada kawasan serta penataannya, pengembangan aktivitas dan fasilitas yang dihubungkan dengan jaringan sirkulasi, sehingga secara fungsional berdaya guna dan secara estetis memiliki nilai keindahan. Kegunaan Studi Hasil studi ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan sumbangan pikiran dan alternatif perencanaan lanskap bagi pengembangan agrowisata di kawasan agropolitan Cianjur serta memberikan wawasan bagi perencana lanskap secara umum. Kerangka Pikir Perencanaan Desa-desa inti pusat rintisan pengembangan kawasan agropolitan memiliki pola pemanfaatan lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan
18
agrowisata. Konsep agrowisata berwawasan pengetahuan dan pendidikan merupakan upaya pengembangan kawasan eksisting bagi peningkatan kehidupan masyarakat petani dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pertanian dan lingkungan sekitarnya secara optimal, juga untuk meningkatkan apresiasi serta kecintaan
masyarakat
Optimalisasi
tapak
khusunya sebagai
pengunjung
kawasan
terhadap
agrowisata
dunia
pertanian.
dilakukan
dengan
mengintegrasikan faktor utama agrowisata serta faktor pendukung agrowisata pada tapak. Analisis terhadap faktor-faktor tersebut kemudian diterjemahkan dalam zona dan sirkulasi agrowisata berdasarkan ragam aktivitas wisata yang akan dikembangkan. Berdasarkan zona dan sirkulasi yang terbentuk serta penyediaan fasilitas wisata akan menghasilkan rencana lanskap agrowisata sebagai hasil akhir kegiatan perencanaan lanskap agrowisata pada Kawasan Agropolitan Cianjur. Kerangka Pikir studi terdapat pada Gambar 1.
Desa-desa Pusat Pertumbuhan
Tata Guna Lahan Kawasan Agropolitan
Hutan
Lahan Pertanian
Pemukiman
Konsep Agrowisata
Faktor Utama Agrowisata Faktor Pendukung Agrowisata
Usulan Kawasan Agrowisata
Aktivitas Wisata Zona Wisata Sirkulasi
Wisata
Fasilitas Wisata
Rencana Lanskap Agrowisata Gambar 1 Kerangka Pikir Perencanaan
TINJAUAN PUSTAKA Agropolitan Berdasarkan Undang-Undang No. 24/1992 tentang penataan ruang menyebutkan bahwa kawasan pedesaan merupakan kawasan fungsional dengan ciri kegiatan utama adalah sektor pertanian. Konsep agropolitan merupakan pembangunan wilayah pedesaan dengan tetap bertumpu pada pengembangan sektor pertanian sebagai sektor andalan dengan introduksi dan peningkatan teknologi pertanian termasuk menarik kegiatan agro processing, sehingga nilai tambah lebih banyak dinikmati di wilayah pedesaan tersebut. Pembangunan agropolitan
menekankan
kepada
pengembangan
ekonomi
yang
berbasis
sumberdaya lokal dan diusahakan dengan melibatkan sebesar mungkin masyarakat pedesaan itu sendiri (Rustiadi dan Hadi 2004). Pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan pembangunan ekonomi berbasis pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah (Suwandi 2004). Hastuti (2001) mengemukakan aktivitas yang dibangun di dalam kawasan agropolitan ini adalah berbasis pertanian yaitu budidaya, pengolahan dan pemasaran hingga kepada aktivitas agrowisata.
Perencanaan Pengertian Perencanaan Perencanaan bermaksud untuk memberi batasan tentang tujuan yang hendak dicapai dan menentukan cara-cara mencapai tujuan yang dimaksudkan. Perencanaan merupakan predeterminasi dari tujuan-tujuan yang bersifat produktif secara sistematis dengan menggunakan alat-alat, metode dan prosedur yang perlu untuk mencapai tujuan (Yoeti 1997). Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap merupakan salah satu bentuk produk utama dalam kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap merupakan suatu bentuk kegiatan penataan berbasis lahan, melalui kegiatan pemecahan masalah yang
29
dijumpai serta merupakan proses pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya. Kegiatan merencana lanskap merupakan suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep kearah suatu bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata (Nurisjah 2004). Perencanaan lanskap adalah salah satu tahapan penting guna mendapatkan suatu rancangan lanskap yang fungsional, estetik dan lestari. Pada awalnya, perencanaan lanskap dimulai dengan memperhatikan, menafsirkan dan menjawab kepentingan kebutuhan manusia serta mengakomodasikan berbagai kepentingan ini ke produk atau lahan yang direncanakan, seperti antara lain untuk mengkreasikan dan merencanakan secara fisik berbagai bentuk pelayanan, fasilitas dan berbagai bentuk pemanfaatan sumberdaya tersedia lainnya.
Rekreasi Pengertian Rekreasi Rekreasi
merupakan
aktivitas
penggunaan
waktu
luang
yang
menyenangkan, yang dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan. Selain menyenangkan, aktivitas ini juga dapat memperkaya, memperluas dan mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan lebih memuaskan. Aktivitas rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik berupa olahraga atau berjalan-jalan serta rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, perasaan dan kenyamanan (Nurisjah 2004). Laurie (1986) menyatakan, rekreasi menurut kegiatannya dapat dibedakan menjadi rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Rekreasi pasif merupakan rekreasi yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan keletihan fisik setelah bekerja keras, sehingga rekreasi ini hanya sedikit membutuhkan energi. Sedangkan rekreasi aktif merupakan rekreasi yang dilakukan untuk hiburan, memerlukan tantangan dan dibutuhkan banyak energi. Sumberdaya Rekreasi Menurut Gold (1980), sumberdaya rekreasi merupakan kekuatan lahan untuk menampung segala kegiatan rekreasi yang berlangsung di atasnya, merupakan kesatuan ruang yang mengandung elemen ruang yang dapat menarik minat pengunjung dan memenuhi kegiatan rekreasi. Ketersediaan sumberdaya
30
untuk rekreasi adalah jumlah dan kualitas sumberdaya yang tersedia di tempat rekreasi yang dapat digunakan pada waktu tertentu. Perencanaan Kawasan Rekreasi Merencanakan suatu lanskap bagi kawasan rekreasi alam merupakan suatu proses penyesuaian program rekreasi yang sesuai dan terbaik dengan suatu sumberdaya lanskap tersedia terutama untuk menjaga keindahan alami atau panoramik dan keunikan yang dimilikinya serta juga untuk kelestarian ekosistemnya, terutama ekosistem yang langka dan unik (Nurisjah 2004). Perencanaan kawasan rekreasi merupakan proses yang menghubungkan antara sumberdaya rekreasi dengan kebutuhan manusia untuk berekreasi tanpa mengakibatkan kerusakan (Gold 1980). Tujuan umum dari perencanaan kawasan rekreasi
adalah
untuk
memaksimalkan
kesejahteraan
manusia
dengan
menciptakan lingkungan yang lebih baik, sehat, menyenangkan serta menarik. Pendekatan yang dapat dipakai dalam perencanaan rekreasi adalah sebagai berikut: 1) Pendekatan sumberdaya alam, merupakan pendekatan yang mempertimbangkan situasi dan kondisi sumberdaya, untuk menentukan bentuk serta kemungkinan aktivitas rekreasi. Pendekatan ini menekankan pada supply daripada demand serta meminimalisasi kepentingan sosial. 2) Pendekatan aktivitas, suatu pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasi berdasarkan aktivitas pengguna dengan tujuan agar kepuasan pengguna dapat tercapai, 3) Pendekatan ekonomi, sumberdaya ekonomi dari suatu masyarakat digunakan untuk menentukan jumlah, tipe dan lokasi dari kawasan rekreasi, 4) Pendekatan tingkah laku, suatu pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasi berdasarkan kebiasaan atau tingkah laku manusia dalam mempergunakan waktu singgahnya.
Wisata Pengertian Wisata Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di luar dari lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk
31
mencari nafkah tetap (Nurisjah 2004). Perjalanan wisata menurut Suwantoro (1997) merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu, dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, keagamaan dan keperluan lainnya. Wisata merupakan perjalan seseorang untuk sementara waktu ke suatu tujuan di luar tempat bekerja dan tempat tinggalnya, serta melakukan suatu aktivitas di tempat tujuan tersebut dengan menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Mathieson dan Wall dalam Gunn 1993). Sumberdaya Wisata Sumberdaya wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik bagi pengunjung, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang dalam istilah wisata disebut dengan natural amenities seperti iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna serta pusat-pusat kesehatan yang termasuk dalam kelompok ini. 2) Hasil ciptaan manusia antara lain benda-benda yang memiliki nilai sejarah, keagaman dan kebudayaan, 3) Tata cara hidup masyarakat setempat. Perencanaan Kawasan Wisata Merencanakan suatu kawasan wisata merupakan upaya untuk menata suatu areal pendukung kegiatan wisata yang akan dikembangkan sehingga kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan (Nurisjah 2004). Menurut Gunn (1993), untuk mengembangkan suatu kawasan wisata faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah adanya objek dan atraksi wisata, pelayanan wisata, transportasi pendukung, informasi kawasan serta promosi.
Produk Wisata Produk pariwisata atau wisata merupakan susunan produk yang terdiri dari campuran atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan. Produk ini merupakan bahan baku bagi perencana dan penyelenggara perjalanan wisata untuk menyusun paket wisata yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan kepada calon wisatawan.
Produk wisata adalah satu paket atau kemasan yang terdiri dari
32
komponen barang-barang berwujud dan tidak berwujud yang dapat digunakan untuk beraktivitas di daerah tujuan wisata dan paket ini akan dilihat atau disaksikan oleh wisatawan sebagai suatu pengalaman yang dapat dibeli dengan harga tertentu (Yoeti 2003). Menurut pengertian tersebut terdapat lima komponen utama dalam total produk wisata yaitu daya tarik daerah tujuan wisata, fasilitas dan pelayanan, aksesibilitas, image dan persepsi daerah tujuan wisata serta harga atau biaya untuk perjalanan wisata. Objek dan Atraksi Wisata Menurut Nurisjah (2004), objek wisata merupakan andalan utama bagi pengembangan kawasan wisata, dan didefinisikan sebagai suatu keadan alam dan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan atraksi wisata diartikan sebagai segala perwujudan dan sajian alam serta kebudayaan, yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan serta dinikmati wisatawan di suatu kawasan wisata. Daya tarik wisata atau objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu darah tujuan wisata (Suwantoro 1997). Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih, adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya, adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka, sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir, serta memiliki daya tarik yang tinggi terhadap keindahan alamnya ataupun nilai khusus suatu objek buah karya manusia pada masa lampau. Berdasarkan Yoeti (1997), atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan. Sedangkan objek wisata dapat dilihat atau disaksikan tanpa membayar. Dalam atraksi wisata untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan objek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan terlebih dahulu. Objek dan segala atraksi wisata yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama, mengapa seseorang datang berkunjung ke suatu tempat dan keasliannya harus dipertahankan, sehingga wisatawan hanya dapat melihat dan menyaksikan objek serta atraksi wisata hanya di tempat tersebut.
33
Objek wisata khususnya agrowisata tidak hanya terbatas kepada objek dengan skala hamparan yang luas seperti areal perkebunan, namun juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik. Pelayanan Wisata Objek wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya (Tirtawinata dan Fachruddin 1999). Fasilitas pelayaan didirikan di lokasi yang tepat dan strategis sehingga dapat berfungsi sacara maksimal.
Kehadiran wisatawan ditentukan oleh
kemudahan yang diciptakan termasuk ketersediaan fasilitas pelayanan wisata (Deptan 2003). Fasilitas dan pelayanan wisata merupakan semua fasilitas yang fungsinya memenuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal untuk sementara waktu di daerah tujuan wisata yang dikunjunginya, dimana mereka dapat santai menikmati dan berpartisipasi dalam kegiatan yang tersedia di daerah tujuan wisata tersebut (Yoeti 2003). Aksesibilitas dan Sistem Transportasi Aksesibilitas menuju daerah tujuan wisata merupakan pembentuk produk industri wisata (Yoeti 1997). Aksesibilitas merupakan unsur-unsur kemudahan yang disediakan bagi wisatawan saat berkunjung. Transportasi merupakan komponen yang sangat penting di dalam sistem kepariwisataan. Di dalam perencanaan pengembangan pariwisata, berbagai model perjalanan bagi pergerakan manusia sepanjang perjalanan sangat penting untuk dipertimbangkan untuk mengurangi berbagai perselisihan yang mungkin terjadi (Gunn 1993). Informasi Wisata Informasi berfungsi untuk membantu pengunjung untuk memahami dan menikmati atraksi yang ditawarkan. Informasi perlu disediakan agar wisatawan dapat mengetahui segala sesuatu mengenai daerah wisata yang dikunjunginya (Yoeti 1997). Informasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media dalam bentuk iklan atau media audiovisual serta penyediaan informasi pada tempat publik seperti hotel, restoran, bandara dan lainnya. Kerjasama antara objek wisata dengan biro perjalanan, perhotelan dan jasa angkutan sangat berperan dalam pengembangan objek wisata (Deptan 2003).
34
Promosi Wisata Menurt Yoeti (1997), promosi perlu dilakukan agar mencapai sasaran seperti
makin
banyaknya
wisatawan
yang
datang
dan
lebih
banyak
membelanjakan uangnya. Salah satu metode promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan objek wisata khususnya agrowisata adalah metoda tasting, yaitu memberi kesempatan kepada calon wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya (Deptan 2003).
Agrowisata Pengertian Agrowisata Agrowisata atau wisata pertanian di definisikan sebagai rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pegetahuan, pemahaman, pengalaman dan rekreasi di bidang pertanian (Nurisjah 2001). Menurut Arifin (1992), agrowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya meliputi persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dengan bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Lanskap Agrowisata Lanskap agrowisata merupakan lanskap pertanian berupa lahan pertanian dan pengolahan hasil pertanian yang telah dimodifikasi oleh tangan-tangan manusia untuk kepentingan ekonomi dan rekreasi serta memanfaatkan pemandangan lanskap alaminya dengan meminimalkan perusakan lingkungan yang terjadi. Pemandangan lanskap alami tersebut dapat berupa kebun, taman koleksi, taman bunga, ladang, sawah, pekarangan, peternakan, danau, laut dan pegunungan. Lanskap pertanian dapat berupa tanaman yang sedang tumbuh, bungabungaan, rerumputan yang mampu menarik perhatian manusia. Lanskap pertanian
35
mempunyai bentuk yang cantik karena adanya lahan yang dapat ditanami berbagai pepohonan, rerumputan, tanaman pangan dan kolam-kolam kecil (Gabriel dalam Priyatna 1992). Pemandangan yang terlihat dari suatu lanskap pertanian atau kebun, pada umumnya terdiri atas tanaman hortikultura, hutan, bangunan pertanian, rumah kaca, kandang ternak dan komplek budidaya ikan (Smigielski dalam Priyatna 1992). Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata Titawinata dan Fachruddin (1999) menyatakan, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan dapat berupa: a) Kebun Raya. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora, keindahan pemandangan serta kesegaran udara yang memberikan kenyamanan, b) Perkebunan. Daya tarik yang ditawarkan berupa daya tarik historis dari perkebunan tersebut, pemandangan dan udara segar, cara tradisional dalam pola tanam, pemeliharaan, pengelolaan dan prosesnya serta perkembangan teknik pengelolaan yang ada, c) Tanaman Pangan dan Hortikultura. Berbagai proses kegiatan mulai dari prapanen, pascapanen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan objek agrowisata, d) Perikanan. Kegiatan wisata yang dikembangkan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pascapanen. Sedangkan ruang lingkup dan potensi agrowisata tanaman hortikultura dan peternakan menurut Team Menteri Rakornas Wisata Agro pada tahun 1992 dalam Nurdiana (2004) adalah sebagai berikut: 1) Tanaman Hortikultura. Daya tarik tanaman hortikultura sebagai sumberdaya agrowisata antara lain sebagai berikut: a) Bunga-bungaan: nilai kekhasan sebagai bunga Indonesia, cara pemeliharaan yang masih tradisional, seni keindaha bunga seperti merangkai bunga, pameran bunga, taman bunga dan sebagainya. b) Buah-buahan: kebun buah-buahan pada umumnya di desa atau pegunungan dan mempunyai pemandangan alam sekitar yang indah, memperkenalkan asal kota khas buah tersebut, cara tradisional pemetikan buah, pengelolaan buah serta budidaya buah. c) Sayuran: kebun sayuran pada umumnya di desa atau pegunungan dan mempunyai pemandangan alam sekitar yang indah, cara tradisional pemeliharaan dan pemetikan sayuran, teknik pengelolaan serta budidaya sayuran. Lingkup kegiatan usaha tani tanaman
36
hortikultura ini terdiri dari berbagai proses kegiatan pra panen, pasca panen atau pengelolaan hasil sampai pemasarannya. 2) Peternakan. Daya tarik peternakan sebagi sumberdaya agrowisata antara lain pola peternakan yang ada, cara tradisional dalam peternakan, teknik pengelolaan dan budidaya hewan ternak. Sedangkan ruang lingkup agrowisata peternakan meliputi: a) Pra produksi: pembibitan ternak, pabrik pakan ternak. b) Kegiatan produksi: usaha peternakan unggas, ternak perah, ternak potong. c) Pasca produksi: pasca panen susu, daging telur, kulit. d) Kegiatan lain: penggemukan ternak, karapan sapi, adu domba, pacu itik dan sebaginya. Manfaat Agrowisata Pengembangan
aktivitas
agrowisata
secara
tidak
langsung
akan
meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat. Selain itu, pengembangan kegiatan agrowisata dapat melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal dan meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat sekitar lokasi wisata (Subowo 2002). Agrowisata bukan semata merupakan usaha atau bisnis yang menjual jasa bagi pemenuhan kebutuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, media pendidikan bagi masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis (Deptan 2003). Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999), agrowisata memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1) Meningkatkan konservasi lingkungan, melalui kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem, fungsi hidrologis untuk menahan cadangan air serta pelestarian sumber plasma nutfah tanaman budidaya, 2) Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, melalui topografi, jenis flora dan fauna, warna dan aritektur bangunan yang tersusun dalam suatu tata ruang yang serasi dengan alam. 3) Memberikan nilai rekreasi, melalui penyediaan fasilitas penunjang serta aktivitas yang dapat menimbulkan
37
kegembiraan
di
tengah
alam,
4)
Meningkatkan
kegiatan
ilmiah
dan
pengembangan ilmu pengetahuan, melalui sarana penelitian, informasi tentang pembibitan, budidaya sampai pemeliharaannya, serta 5) Mendapatkan keuntungan ekonomi baik bagi daerah maupun masyarakat. Aktivitas Agrowisata Menurut Nurisyah (2001), agrowisata merupakan penggabungan antara aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian. Aktivitas wisata merupakan kegiatan berjalan-jalan keluar dari ruang dan lingkup pekerjaannya sambil menikmati pemandangan atau hal-hal lain yang tidak terkait dengan pekerjaan yang dimiliki wisatawan. Aktivitas pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, merupakan seluruh aktivitas untuk kelangsungan hidup manusia yang terkait dengan pemanenan energi matahari dari tingkat primitif (pemburu dan pengumpul) sampai model pertanian yang canggih (kultur jaringan) antara lain adalah aktivitas pertanian lahan kering, sawah, lahan palawija, perkebunan, kehutanan, pekarangan, tegalan, ladang dan sebagainya. Dalam kegiatan agrowisata
wisatawan
diajak
berjalan-jalan
untuk
menikmati
dan
mengapresiasikan kegiatan pertanian dan kekhasan serta keindahan alam binaannya sehingga daya apresiasi dan kesadaran untuk semakin mencintai budaya dan melestarikan alam semakin meningkat. Aktivitas agrowisata merupakan aktivitas wisata rekreasi alam dan ruang terbuka, baik secara pasif maupun aktif. Keragaman kegiatan rekreasi merupakan hal utama dalam menghidupkan kawasan agrowisata agar tetap dikunjungi oleh wisatawan secara berkesinambungan (Arifin 2001). Aneka aktivitas agrowisata dirancang untuk menyajikan aneka aktivitas rekreasi fisik, sosial, kognitif maupun rekreasi lingkungan alam. Rekreasi fisik merupakan kegiatan utama di tengah kawasan agrowisata, misalnya melakukan kegiatan pengolahan tanah, penanaman, pemanenan, memerah susu sapi hingga kegiatan olah raga. Rekreasi sosial dengan mengadakan interaksi sosial antara wisatawan dengan masyarakat, seperti kegiatan penjualan hasil pertanian. Rekreasi kognitif sebagai kegiatan rekreasi yang berhubungan dengan budaya, pendidikan dan kreativitas estetika. Rekreasi lingkungan alam merupakan kegiatan rekreasi yang berhubungan langsung dengan lingkungan alam.
38
Agrowisata di daerah pertanian tanaman hortikultura dapat dikembangkan di kawasan yang memang sejak semula telah menjadi sentra produksi tanaman hortikultura (Arifin 2004). Aktivitas yang dikembangkan dapat berupa kunjungan ke kebun buah-buahan, tanaman sayuran ataupun tanaman hias. Keindahan hamparan kebun, proses produksi serta sekaligus terlibat dalam pemanenan, pengemasan dan wisatawan langsung dapat menikmati kelezatan rasa buahnya merupakan suatu pengalaman yang mengesankan. Sedangkan agrowisata di daerah peternakan dapat mengembangkan aktivitas yang memperlihatkan cara beternak baik secara tradisional ataupun modern bagi ternak unggas, sapi perah, sapi potong dan lainnya serta proses pasca panen merupakan hal yang menarik yang dapat dinikmati wisatawan. Fasilitas Agrowisata Penyediaan fasilitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama dilakukan dengan memanfaatkan semua objek, baik prasarana dan sarana lingkungan yang masih berfungsi baik dan melakukan perbaikan bila diperlukan. Pendekatan kedua yakni membangun prasarana dan sarana yang masih dianggap kurang. Sarana dan prasarana dalam agrowisata dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu, fasilitas objek, fasilitas pelayanan dan fasilitas pendukung. Menurut Suyitno (2001), fasilitas objek dapat bersifat alami, buatan manusia atau perpaduan keduanya. Fasilitas objek dapat berupa lahan dan produk pertanian serta kegiatan petani, mulai dari budidaya sampai pasca panen. Fasilitas pelayanan menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999) dan Suyitno (2001) meliputi pintu gerbang, tempat parkir, pusat informai, papan informasi, jalan dalam kawasan agrowisata, toilet, tempat ibadah, tempat sampah, toko cinderamata, restoran, tempat istirahat dan pramuwisata. Sedangkan yang termasuk ke dalam fasilitas pendukung menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999) dan Yoeti (1996) adalah jalan menuju lokasi, komunikasi dan promosi, keamanan, sistem perbankan dan pelayanan kesehatan. Perencanaan Agrowisata Di dalam perencanaan agrowisata, terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang sebagai berikut (Tirtawinata dan Fachruddin 1999): 1) Sesuai dengan
39
rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, 2) Dibuat secara lengkap tetapi sesederhana mungkin, 3) Mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya, 4) Selaras dengan sumber daya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang ada, 5) Perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada. Langkah awal dalam perencanaan kawasan agrowisata adalah menentukan daerah yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan tujuan, kemudian menggali potensi yang dapat dikembangkan serta menyusun
langkah-langkah
yang
perlu
dilakukan
untuk
pendirian
dan
pengembangannya. Pengembangan Agrowisata Berdasarkan Departemen Parpostel dalam Nurisjah (2001), terdapat tiga alternatif pemilihan lokasi pengembangan agrowisata yaitu: 1) Memilih daerah yang mempunyai potensi agrowisata dengan masyarakat tetap bertahan dalam kehidupan tradisional berdasarkan nilai-nilai kehidupannya. Model alternatif ini dapat ditemui di daerah terpencil dan jauh dari lalu lintas ekonomi luar. 2) Memilih suatu tempat yang dipandang strategis dari segi geografis pariwisata tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama sekali. Pada daerah ini akan dibuat
agrowisata
buatan.
3)
Memilih
daerah
yang
masyarakatnya
memperlihatkan unsur-unsur tata hidup tradisional dan memiliki pola kehidupan pertanian secara luas termasuk berdagang dan lain-lain serta berada tidak jauh dari lalu lintas wisata yang cukup padat. Identifikasi suatu wilayah pertanian yang akan dijadikan obyek agrowisata perlu dipertimbangkan secara matang. Kemudahan mencapai lokasi, karakteristik alam, sentra produksi pertanian dan adanya kegiatan agroindustri merupakan faktor yang dapat dijadikan bahan pertimbangan (Tirtawinata dan Fachruddin 1999). Menurut pendapat E. Salim (dalam Nurisjah 2001) tiga hal yang harus diketahui dan diperhatikan dalam pengembangan kawasan agrowisata sebagai berikut: 1) Agrowisata merupakan suatu kegiatan wisata yang didasarkan pada keaslian agro-ekosistem, 2) Mengembangkan aktivitas agrowisata harus bersendi pada riset alamiah, 3) Agrowisata merupakan suatu pemandangan alamiah yang bertumpu pada bentuk lanskap regional. Dua azas yang harus diakomodasikan pada aktivitas dan pengembangannya adalah: a) Azas manfaat; penyelenggaraan
40
program agrowisata dapat memberikan manfaat politik, ekonomi, sosial budaya maupun lingkungan, b) Azas pelestarian; penyelenggaraan program agrowisata diarahkan berperan guna meningkatkan pelestarian plasma nutfah sebagai sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan. Menurut dikembangkan
Nurisjah dengan
(2001),
kawasan
menggunakan
lima
agrowisata konsep
dapat
sebagai
ditata berikut:
dan 1)
Mengakomodasikan kepentingan dan keinginan serta kepuasan wisatawan, 2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan wilayah yang terkait dengan kegiatan agrowisata yang akan dikembangkan, 3) Melestarikan budaya pertanian tradisional dan juga lingkungan alaminya 4) Diarahkan untuk suatu kegiatan rekonstruksi dan penataan suatu kawasan sebagai suatu aset budaya pertanian wilayah 5) Sebagai sarana introduksi dan pasar dari teknologi dan produk pertanian unggulan daerah. Pengelolaan Agrowisata Berdasarkan Tirtawinata dan Fachruddin (1999), terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan agrowisata sebagai berikut: 1) Pengelolaan objek yang ditawarkan. Pengelola harus mengerti apa yang ditonjolkan serta kekhasan objek, sehingga wisatawan mendapat kesan mendalam dan tidak mudah terlupakan, 2) Pengelolaan pengunjung, berkaitan dengan: a) Konsep menarik pengunjung. Segmen pasar yang akan diraih perlu diperhitungkan dalam perencanaan agrowisata. Motivasi wisatawan melakukan perjalanan wisata untuk mencari perbedaan yang ada pada lingkungannya perlu diperhatikan sehingga kesan monoton dapat dihindari. Peningkatan mutu pengelolaan untuk menghindari kejenuhan wisatawan dapat dilakukan dengan memperbanyak ragam jenis paket acara yang ditawarkan, menambah koleksi tanaman atau hewan yang ada atau merubah penataan. b) Tata tertib bagi pengunjung. Pengklasifikasian wisatawan berdasarkan motivasinya dapat dilakukan untuk mempermudah dalam pengaturan. Macam motivasi wisatawan dapat berupa rekreasi biasa, yaitu kunjungan yang bertujuan untuk melepas lelah atau bersantai. Widya wisata merupakan kunjungan singkat yang bertujuan untuk berwisata dan mempelajari objek yang ada, serta penelitian berupa kunjungan dengan tujuan untuk meneliti suatu objek. Objek agrowisata dengan areal yang sangat luas memerlukan peraturan yang lebih
41
khusus untuk mengendalikan pengunjung. Sistem pengawasan dapat dilakukan dengan membuat peraturan bagi pengunjung yang akan mengelilingi objek. 3) Pengelolaan fasilitas pendukung. Kelengkapan kebutuhan prasarana dan sarana memberikan kemudahan bagi wisatawan. 4) Keamanan, bertujuan untuk melindungi objek dan fasilitas serta keselamatan pengunjung. 5) Pengelolaan Kelembagaan. Tiga komponen yang cukup menentukan dalam pengembangan usaha agrowisata adalah pemerintah, dalam me mberikan pembinaan dan penyuluhan yang dapat mendorong pengembangan objek agrowisata, pengusaha sebagai lembaga pengelola untuk mengembangkan objek agrowisata lebih lanjut, serta pihak pelaksana profesional untuk menangani masalah teknis di lapang.
42
METODOLOGI Tempat dan Waktu Studi perencanaan dilakukan di desa-desa inti pusat rintisan pengembangan kawasan agropolitan Cianjur, yaitu Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, yang dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Lokasi studi ini terletak di sebelah Utara Kota Cianjur, dengan jarak tempuh ± 23 km dari ibu kota Kabupaten tersebut.
N W
E S
TANPA SKALA
KABUPATEN CIANJUR
Gambar 2 Peta Orientasi Lokasi Studi
Proses pengambilan data pada kegiatan studi ini diawali pada bulan Februari 2005 sampai dengan Juni 2005 dan dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan laporan.
43
Batasan Studi Studi ini dibatasi sampai dengan hasil atau produk arsitektur lanskap berbentuk rencana lanskap (landscape plan) berbasis kegiatan agrowisata. Proses Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap untuk kawasan agrowisata ini dilakukan dengan pendekatan sumberdaya alam pertanian, dengan metode Gold (1980) yang disesuaikan dengan tujuan studi. Persiapan Merupakan tahap awal proses perencanaan dengan melakukan perumusan masalah, penetapan tujuan studi serta pembuatan usulan dan perijinan studi. Konsep Merupakan tahapan perumusan konsep dasar berdasarkan potensi alam yang dimiliki oleh kawasan studi serta gambaran serta informasi umum yang telah diperoleh. Penentuan konsep dilakukan terlebih dahulu untuk memudahkan serta mengarahkan pengambilan data.
Konsep
Persiapan Studi
Pengumpulan Data
Usulan dan perijinan studi
Faktor Utama Agrowisata: Letak, luas dan batas tapak, Tata Guna Lahan, Topografi dan Kemiringan Tapak, Objek dan Atraksi Agrowisata serta Pariwisata sekitar tapak, Aksesibilitas dan Sistem Transportasi, Fasilitas Agrow isata, Informasi dan Promosi Agrow isata, View. Faktor Pendukung Agrowisata Aspek Fisik: Iklim, Jenis tanah. Aspek Pengelolaan Kawasan: Pengelolaan, Rencana Tata Ruang Wilayah .
Analisis
Sintesis
Potensi dan kendala pengembangan agrowisata
Block Plan
Perencanaan Lanskap
Rencana Lanskap Agrowisata
Gambar 3 Proses perencanaan lanskap kawasan agrowisata
44
Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan objek agrowisata berdasarkan konsep serta tujuan yang ingin dicapai, berupa data primer dan sekunder mencakup faktor utama dan pendukung agrowisata. Tabel 1 Jenis, Bentuk dan Sumber Data Kelompok dan Jenis Data A. Faktor Utama Agrowisata 1. Letak, Luas dan Batas Tapak
Bentuk Data Primer, Sekunder.
2. Tata Guna Lahan
Primer, Sekunder.
3. Ketinggian. Topografi dan Kemiringan Tapak
Primer, Sekunder.
4. Atraksi Agrowisata dan Pariwisata di Sekitar Tapak
Primer, Sekunder.
5. Aksesibilitas dan Sistem Transportasi
Primer, Sekunder.
6. Fasilitas Agrowisata
Primer, Sekunder.
7. Informasi dan Promosi Agrowisata
Primer, Sekunder.
8. View B. Aspek Pendukung Agrowisata 1. Aspek Fisik a. Iklim b. Jenis tanah
2. Aspek Pengelolaan Kawasan a. Pengelolaan Kawasan Agrowisata b. Rencana Tata Ruang Wilayah
Primer.
Primer, Sekunder. Primer, Sekunder. Primer, Sekunder. Primer, Sekunder.
Cara Pengambilan Data Survey lapang, Studi Pustaka. Survey lapang, Studi Pustaka. Survey lapang, Studi Pustaka. Survey lapang, Studi Pustaka. Survey lapang, Studi Pustaka. Survey lapang, Studi Pustaka Survey lapang, Studi Pustaka. Survey lapang
Sumber Data
Tapak, Kecamatan, Pustaka. Tapak, Pustaka, Pengelola. Tapak, Bakosurtanal. Pengelola, Pustaka, Dinas Pariwisata Kabupaten Cianjur. Tapak, Pustaka. Tapak, Pustaka Pengelola, Pustaka. Tapak.
Survey lapang, Studi Pustaka. Survey lapang, Studi Pustaka.
Tapak, Balitbiogen Cianjur. Tapak, Balittan Bogor.
Survey lapang, Wawancara, Studi Pustaka. Survey lapang, Studi Pustaka.
Tapak, Pengelola, Pustaka. Tapak, Bappeda Cianjur.
45
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah survei lapang berupa pengamatan dan pengambilan foto, studi pustaka berkaitan dengan persyaratan dan pengembangan konsep serta wawancara. Pada metode wawancara ini responden dipilih dengan menggunakan metode pengambilan sampel dengan tujuan tertentu (purposive sampling). Pengembangan Konsep Merupakan tahapan pengembangan konsep dasar yang dilakukan setelah informasi lengkap didapat. Potensi alam pertanian serta peluang agrowisata yang telah ada pada tapak dikembangkan melalui konsep pengembangan ruang, jalur agrowisata serta konsep pengembangan aktivitas dan fasilitas pendukung kegiatan agrowisata. Analisis Berdasarkan data serta informasi yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis deskriptif berupa analisis data yang digambarkan secara tertulis terhadap seluruh faktor utama dan pendukung agrowisata, serta analisis spasial atau analisa ruang atau bentang alam di dalam kawasan agrowisata sehingga dapat dengan mudah di overlay. Analisis spasial dilakukan pada beberapa faktor utama agrowisata berupa tata guna lahan, ketinggian, topografi dan kemiringan tanah, potensi objek dan atraksi agrowisata eksisting serta aksesibilitas eksisting kawasan. Analisis dikaitkan dengan konsep perencanaan pengembangan agrowisata serta tujuan yang ingin dicapai sehingga menghasilkan solusi arsitektur lanskap terhadap potensi dan permasalahan yang dijumpai pada tapak. Sintesis Solusi arsitektur lanskap yang diperoleh melalui proses analisis selanjutnya diterjemahkan ke dalam rencana ruang di dalam tapak berupa suatu model block plan atau rencana ruang yang diinginkan pada kawasan agrowisata. Perencanaan Lanskap Pada tahap ini, model block plan yang telah diperoleh selanjutnya dikembangkan kepada rencana ruang agrowisata, aktivitas dan fasilitas pendukung kegiatan agrowisata serta rencana jalur agrowisata baik bagi wisatawan maupun masyarakat. Pengembangan ini diterjemahkan ke dalam rencana lanskap
46
(landscape plan) yang dikembangkan dengan penyusunan touring plan berupa rencana perjalanan di dalam kawasan agrowisata.
Bentuk Hasil Studi Hasil studi berupa suatu perencanaan lanskap kawasan agrowisata yang mencakup: 1. Laporan tertulis 1.1. Deskripsi rencana ruang kawasan agrowisata. 1.2. Deskripsi rencana pengembangan aktivitas dan fasilitas pendukung agrowisata. 1.3. Deskripsi rencana jalur sirkulasi agrowisata. 2. Laporan Grafis Rencana lanskap kawasan agrowisata terdiri atas block plan, landscape plan, touring plan serta ilustrasi aktivitas dan fasilitas pendukung agrowisata.
47
KONSEP PERENCANAAN DAN PENGEMBANGANNYA Konsep Perencanaan Total Studi perencanaan lanskap agrowisata bertujuan untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya alam pertanian pada tapak bagi pengembangan agrowisata. Konsep dasar pengembangan kawasan ini adalah menciptakan kawasan agrowisata berwawasan pendidikan pertanian, sebagai upaya peningkatan pengetahuan
di
bidang
pertanian
yang
dilakukan
dengan
cara
yang
menyenangkan. Keikutsertaan wisatawan dalam mengenal komoditi dan turut serta secara aktif dalam proses pertanian maupun aktivitas pasif yang dikembangkan selain memberikan pengalaman menarik dan menyenangkan juga meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bertani. Aktivitas agrowisata diharapkan dapat menimbulkan apresiasi serta kecintaan terhadap dunia pertanian dan pada akhirnya dapat menjadi alternatif tambahan pendapatan bagi masyarakatnya. Komoditas utama yang dikembangkan pada kawasan agrowisata ini adalah tanaman hortikultura serta peternakan yang telah terstruktur dengan baik berupa kawasan agropolitan.
Pengembangan Konsep Konsep Ruang Konsep ruang dikembangkan berdasarkan potensi pertanian yang terdapat pada kawasan serta memperhatikan kebutuhan ruang wisata bagi pengembangan agrowisata. Ruang yang dikembangkan terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Konsep ruang agrowisata terlihat pada Gambar 4. Ruang Utama Agrowisata, merupakan ruang tempat berlangsungnya aktivitas agrowisata. Ruang ini adalah ruang yang memanfaatkan serta mengembangkan potensi sumberdaya alam berupa komoditas pertanian dan pegunungan pada tapak sebagai objek yang dapat dinikmati, serta ruang atraksi agrowisata bagi wisatawan untuk turut serta dalam melakukan aktivitas pertanian.
48
Ruang Penyangga
Ruang Utama Agrowisata
Ruang Pendukung Agrowisata
Ruang Penerimaan
Gambar 4 Diagram konsep ruang kawasan agrowisata Ruang Pendukung Agrowisata, merupakan ruang yang berfungsi memberikan pelayanan kepada wisatawan atas kelengkapan, kemudahan dan kenyamanan terhadap aktivitas agrowisata, serta mendukung konsep agrowisata yang diharapkan. a. Ruang Penerimaan Merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai wisatawan ketika memasuki kawasan agrowisata. Sebagai welcome area, ruang ini berfungsi memberikan identitas atau ciri khusus bagi kawasan agrowisata serta memberikan fungsi informasi bagi wisatawan sehingga dapat menarik minat wisatawan. b. Ruang Pelayanan Merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan bagi wisatawan berupa fasilitas umum ataupun jasa. Ruang ini terdapat memusat pada suatu lokasi yang dapat dengan mudah dicapai oleh wisatawan sebelum memasuki ruang utama agrowisata serta pada titik-titik tertentu dalam tapak sebagai rest area. c. Ruang Transisi Merupakan ruang persiapan di dalam kawasan menuju ruang utama agrowisata berupa good view dalam tapak, serta sebagai penunjang aktivitas agrowisata pasif yang direncanakan di dalam kawasan. d. Ruang Masyarakat Merupakan ruang kehidupan masyarakat pertanian yang terdapat di dalam kawasan, sehingga dalam perencanaanya tidak mengabaikan ruang ini sebagai
49
bagian dari total perencanaan. Pola kehidupan masyarakat pertanian menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai objek agrowisata. Ruang Penyangga, sebagai ruang yang berfungsi untuk menyangga ruang konservasi kawasan terhadap aktivitas wisata serta untuk mempertahankan kelestarian lingkungan sekaligus mempertahankan fungsi kawasan sesungguhnya sebagai daerah resapan air. Di dalam ruang ini tetap dikembangkan aktivitas wisata namun hanya bersifat pasif non-intensif.
Konsep Aktivitas dan Fasilitas Upaya meningkatkan pengetahuan di bidang pertanian melalui cara yang menyenangkan pada kawasan agrowisata dirumuskan ke dalam konsep aktivitas yang direncanakan dan dikembangkan berdasarkan keikutsertaan wisatawan dalam aktivitas pertanian. Jenis aktivitas agrowisata yang akan dikembangkan adalah jenis aktivitas agrowisata aktif dan pasif (Gambar 5).
Keterangan: : Aktivitas agrowisata aktif : Aktivitas agrowisata pasif : Aktivitas agrowisata
Gambar 5 Diagram konsep aktivitas agrowisata a. Aktivitas Agrowisata Aktif Merupakan jenis aktivitas agrowisata yang melibatkan wisatawan secara langsung ke dalam aktivitas pertanian. Wisatawan turut serta secara aktif dalam proses pertanian, mulai dari proses persiapan lahan hingga menghasilkan produk olahan yang dapat dibawa pulang sebagai buah tangan. Pengetahuan pertanian diperoleh melalui pemahaman dan penyampaian nilai pendidikan pertanian secara langsung kepada wisatawan.
50
b. Aktivitas Agrowisata Pasif Merupakan aktivitas agrowisata yang lebih rekreatif dan dikembangkan tanpa melibatkan wisatawan secara langsung ke dalam aktivitas pertanian. Nilai pendidikan pertanian diperoleh wisatawan melalui pengamatan dan pema haman yang dilakukannya sendiri. Fasilitas yang dikembangkan bagi penunjang aktivitas agrowisata mengacu kepada fungsi ruang yang terbentuk serta aktivitas yang akan dikembangkan. Konsep fasilitas pada kawasan ini adalah memberikan nilai fungsional melalui bentuk yang sesuai, peletakan yang tepat, memiliki nilai estetik, mudah pemeliharaan serta sesuai dengan karakter tapak. Penyediaan fasilitas ini bertujuan untuk memberikan kelengkapan, kemudahan, kenyamanan serta kepuasan dalam melakukan aktivitas agrowisata yang ditawarkan.
Konsep Jalur Agrowisata Konsep sirkulasi yang dikembangkan dalam kawasan agrowisata terbagi atas jalur wisatawan dan jalur bagi masyarakat sebagai pendukung aktivitas masyarakat sehari-hari. Konsep jalur agrowisata bagi wisatawan yang dikembangkan berfungsi menghubungkan ruang serta sub–sub ruang agrowisata di dalam kawasan sehingga wisatawan dapat menikmati seluruh objek dan atraksi yang ditawarkan. Konsep jalur agrowisata bagi wisatawan membagi jalur di dalam kawasan menjadi tiga dengan peruntukan kendaraan berbeda, yaitu jalur primer, sekunder dan tersier, seperti yang terlihat pada diagram konsep sikulasi pada Gambar 6. Keterangan : Ruang atraksi agrowisata : Ruang masyarakat : Pusat atraksi wisata : Jalur primer wisatawan : Jalur sekunder wisatawan : Jalur tersier wisata : Jalur primer masyarakat : Jalur sekunder masyarakat : Jalan masuk wisatawan : Jalan keluar wisatawan
Gambar 6 Diagram konsep jalur agrowisata
51
Jalur primer merupakan jalur utama agrowisata yang menghubungkan antar sub ruang agrowisata dengan pintu masuk dan keluar kawasan serta direncanakan menggunakan pola loop atau memutar. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengaturan dan keamanan wisatawan. Untuk jalur tersier yang khusus ditujukan bagi pejalan kaki adalah menghubungkan sub-sub ruang di dalam sub ruang agrowisata dengan pola memusat menuju pusat-pusat atraksi agrowisata. Sedangkan jalur sekunder ditujukan bagi kendaraan sepeda, merupakan kombinasi atau memanfaatkan pola kedua jalur tersebut. Konsep jalur sirkulasi bagi masyarakat berfungsi sebagai jalur produksi, jalur kendaraan umum serta jalur pejalan kaki sebagai fungsi ketetanggaan. Sirkulasi ini terbagi atas dua jalur yaitu jalur primer sebagai jalur kendaraan produksi dan angkutan umum, dan jalur sekunder sebagai jalur pejalan kaki penghubung antara ruang-ruang kehidupan masyarakat. Sebagai penghubung dengan kebun pertanian, jalur produksi memiliki beberapa kesamaan jalur dengan jalur wisatawan. Hal ini selain bertujuan memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan juga dapat memberikan suasana pertanian kepada wisatawan sebagai pendukung konsep agrowisata di dalam kawasan. Sedangkan bagi jalur angkutan umum memiliki jalur yang berbeda dengan jalur wisatawan. Konsep perbedaan jalur ini pada dasarnya untuk mengurangi konflik, meningkatkan kemudahan pencapaian daerah tujuan serta meningkatkan kenyamanan bagi masing–masing tujuan tersebut.
52
DATA DAN ANALISIS Faktor Utama Agrowisata Letak, Luas dan Batas Tapak Kawasan agrowisata yang dikembangkan berada di dalam kawasan agropolitan Cianjur, terletak di sebelah Utara ibu kota Kabupaten Cianjur (Gambar 7). Kawasan studi ini termasuk ke dalam administratif Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani, Kecamatan Pacet. Berdasarkan Darma 2005, luas Desa Sindangjaya adalah 1.145,872 Ha, sedangkan Desa Sukatani adalah 379,329 Ha sehingga luas total kawasan pengembangan agrowisata adalah ± 1.525,201 Ha. Kawasan agrowisata ini memiliki batas tapak sebagai berikut: Sebelah Utara
: Desa Cimacan
Sebelah Timur
: Desa Cipanas
Sebelah Selatan : Desa Cipendawa Sebelah Barat
: Desa Cimacan dan Kabupaten Sukabumi.
KABUPATEN CIANJUR
Kawasan Agrowisata N W
KECAMATAN PACET (2002)
Gambar 7 Peta lokasi studi
E S
TANPA SKALA
53
Tapak memiliki sumber daya alam pertanian dan pegunungan yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata. Tapak merupakan bagian dari daerah penghasil sayuran dataran tinggi dan tanaman hias yang berdaya saing dan telah dikenal masyarakat secara umum, serta memiliki memiliki potensi buah–buahan dan peternakan yang dapat dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata. Selain itu, kawasan ini memiliki lokasi yang strategis karena dilalui jalur yang menghubungkan Ibu Kota Negara yaitu Kota Jakarta dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Barat yaitu Kota Bandung, serta berada tidak jauh dari lalu lintas wisata Kawasan Puncak yang cukup padat.
Tata Guna Lahan Berdasarkan Darma 2005 melalui analisis Peta Rupabumi Digital Indonesia pada skala 1 : 25.000, tata guna lahan kawasan agrowisata umumnya berupa kawasan budidaya, hutan dan permukiman (Gambar 8). Pola pemanfaatan lahan terbesar adalah kawasan budidaya berupa pertanian lahan kering sebesar 64,09 %. Pada umumnya kawasan ini memusat pada luas wilayah ± 343 Ha (35,09 % dari luas total lahan kering) dan lainnya tersebar diantara permukiman. 20,70 % kawasan merupakan hutan yang berada di sebelah Barat hingga Utara tapak. Sedangkan 12,67 % kawasan ini berupa permukiman dengan pola linier mengikuti pola jalan utama pada tapak serta berkelompok menyebar di dalam kawasan. Keragaman pola pemanfaatan lahan merupakan potensi bagi tapak sebagai penunjang view atau panorama agrowisata. Pola ruang yang ada saat ini belum sesuai dengan tujuan agrowisata yang diharapkan dan hanya mengutamakan produksi. Pada tahap perencanan selanjutnya dilakukan penataan ruang pada tapak disesuaikan dengan konsep pengembangan agrowisata, serta sebagai rangkaian view dalam perjalanan agrowisata yang menyenangkan. Proporsi terbesar pada pola pemanfaatan lahan pertanian merupakan potensi dasar bagi pengembangan konsep agrowisata. Pada tahap perencanaan selanjutnya, potensi pertanian ini diruangkan ke dalam sub ruang agrowisata berdasarkan jenis keragaman komoditi yang dimiliki sesuai dengan konsep ruang yang direncanakan. Kawasan hutan di dalam kawasan agrowisata berfungsi
54
(Gambar 8 TGL)
55
sebagai ruang penyangga kawasan konservasi sekaligus mempertahankan fungsi kawasan sebagai daerah resapan air. Permukiman penduduk di dalam kawasan yang bernuansa pedesaan dapat menjadi potensi untuk menarik wisatawan dan selanjutnya dikembangkan sebagai ruang pendukung agrowisata. Permukiman petani dapat menjadi lokasi home stay bagi wisatawan yang ingin mendapatkan suasana pedesaan. Selain itu pula kunjungan ke rumah petani serta mengamati aktivitas pertanian dapat menjadi bagian dari pilihan aktivitas agrowisata. Tabel 2 merupakan proporsi serta analisis pengembangan penggunaan lahan pada kawasan agrowisata. Tabel 2 Analisis pola pemanfaatan lahan pada kawasan agrowisata Luas Jenis Pemanfaatan Lahan 1. Hutan
Ha 315,811
2. Pertanian Lahan Kering a. Kebun Sayuran b. Kebun Buah
977,425
3. Pemukiman a. Ruang Sosial Masyarakat b. Ruang Penunjang Aktivitas Pertanian Masyarakat c. Ruang Perdagangan Dan Jasa
193,253
4. Lain-lain
38,71
Sumber: Darma 2005 dan Hasil Analisis
% 20,70
64,09
12,67
2,54
Fungsi Sebagai konservasi tanah dan air, serta mempertahankan kawasan agrowisata sebagai daerah resapan air. Sebagai lahan pendapatan utama bagi sebagian besar masyarakat, sebagai modal dasar bagi pengembangan kawasan agrowisata. • Ruang aktivitas dan kehidupan masyarakat : sosial, pendidikan. • Ruang aktivitas penunjang pertanian : membersihkan produk, membungkus, pemasaran, koperasi, kios, dll. • Ruang perdagangan dan jasa penunjang wisata : rumah makan, pertokoan, tempat penginapan. Mendukung keragaman view pada tapak
Usulan Pengembangan dan Alokasi Ruang
Ruang Penyangga
Ruang Utama Agrowisata
Ruang Pendukung Agrowisata
56
Laju pertumbuhan permukiman yang muncul menyebar tidak terkendali di dalam tapak dapat mengganggu kelestarian alam pegunungan dan pertanian yang ada serta menurunkan kualitas visual tapak. Pengembangan permukiman di dalam kawasan yang tidak terkendali dapat menyebabkan alih fungsi lahan pertanian yang telah ada. Pengawasan dan penertiban terhadap penyimpangan pemanfaatan ruang kawasan sangat perlu dilakukan sehingga tidak meningkatkan jumlah konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun yang dapat merusak fungsi konservasi kawasan.
Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Tapak Tapak kawasan agrowisata berada pada ketinggian ± 800-2400 mdpl dengan kondisi topografi berbukit dengan kemiringan lahan yang cukup bervariasi. Kawasan ini semakin tinggi ke arah barat dengan kelas kemiringan 0->45%. Gambar 9 memperlihatkan pola topografi yang terdapat pada kawasan agrowisata, sedangkan peta kelas kemiringan lahan terdapat pada Gambar 10. Ketinggian yang bervariasi pada tapak memberikan kesan dinamis serta memberikan potensi view menarik bagi wisatawan. Pertanian lahan kering yang berada di lokasi ini memiliki karakteristik khas karena letaknya yang berada pada kemiringan lahan > 15% dengan topografi berbukit dan bergunung. Kondisi lahan yang cenderung terbuka serta curah hujan tinggi dapat mengakibatkan erosi tanah. Bahaya erosi ini dapat diatasi melalui metode konservasi tanah dan air yang dapat dilakukan melalui dua cara yaitu metode vegetatif dan metode mekanik (Arsyad 2000). Metode vegetatif dilakukan dengan menggunakan tanaman untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak air permukaan dan erosi. Metode ini dapat dilakukan melalui penanaman tanaman yang menutupi tanah secara terus-menerus, penanaman dalam strip atau dengan melakukan pergiliran tanaman. Sedangkan metode mekanik berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan, memperbesar infiltrasi ke dalam tanah dan penyediaan air bagi tanaman. Teknik yang dilakukan dapat berupa pengolahan tanah menurut garis kontur, pembuatan teras yang baik serta perbaikan drainase dan irigasi.
57 (Gambar 9: Topografi)
58 (Gambar 10: Kemiringan Lahan)
59
Beberapa upaya tersebut di atas diantaranya telah dilakukan pada sistem pertanian kawasan agrowisata, seperti pengaturan pola tanam, penyediaan sistem drainase serta pembuatan teras. Penanaman dengan menggunakan sistem teras pada kawasan ini selain dapat memperlambat aliran permukaan juga memberikan potensi visual yang menarik. Daerah miring pada tapak dapat menjadi kendala bagi penempatan aktivitas ataupun fasilitas wisata. Pada lokasi ini dialokasikan aktivitas yang berorientasi alam seperti nature trail, viewing atapun photohunting dengan penggunaan struktur fasilitas seminimal mungkin. Namun untuk daerah miring sangat curam dan berbahaya sangat penting untuk di konservasi. Karakteristik lahan pada kawasan agrowisata terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Berdasarkan hasil analisis kriteria kesesuaian lahan menurut Keppres Nomor 32 tahun 1990, kriteria kesesuaian lahan berkaitan dengan kawasan studi agrowisata terdapat pada tabel 3. Tabel 3 Kriteria kesesuaian lahan menurut Keppres No. 32 tahun 1990 No
Jenis Kesesuaian
Kriteria Keppres No. 32 tahun 1990
1. Kawasan Lindung (Non Budidaya) Kemiringan >40%, ketinggian A. Kawasan yang berfungsi >2000 mdpl. memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya, dapat berupa kawasan hutan lindung ataupun kawasan resapan air Selebar 100 m dari garis B. Kawasan lindung setempat meliputi sempadan sungai sungai atau mata air. atau kaasan sekitar mata air 2. Kawasan Budidaya A. Kawasan hutan produktif Ketinggian >1000mdpl, kemiringan > 40 %, diluar kawasan lindung berfungsi sebagai resapan air tanah. B. Kawasan budidaya pertanian Ketinggian <1000mdpl, lahan kering kemiringam < 40 %, kecuali lahan yang sudah ditanami tanaman tahunan dan tidak mengganggu kelestarian tanah dan air, daerah krisis bahaya lingkungan daerah longsor. C. Pemukiman dan perkotaan Kemiringan 0 – 15 %, ketinggian 0 – 1000 mdpl, tidak pada daerah banjir, tidak pada daerah resapan air, aksesibilitas dan sirkulasi transportasi baik, berada dekat dengan pusat kota.
Jenis tanaman sesuai berdasarkan BPN
Tanaman hortikultura (buah dan sayuran), hutan produksi atau tanaman penghijauan.
Buah-buahan, sayuran, hutan produksi, tanaman penghijauan.
60
Objek dan Atraksi Agrowisata Kawasan studi perencanaan lanskap merupakan kawasan yang memiliki potensi terhadap pengembangan objek dan atraksi agrowisata. Sebagai salah satu aspek penting dalam perencanaan pariwisata, daerah tujuan harus memiliki objek atau atraksi yang mampu dijual kepada wisatawan (Yoeti 1997). Tiga syarat yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: daerah tujuan harus memiliki 1) something to see sebagai sesuatu yang dapat dilihat, 2) something to do sebagai sesuatu yang dapat dilakukan serta 3) something to buy sebagai sesuatu yang dapat dibeli. Berdasarkan hasil pengamatan lapang dan hasil wawancara masyarakat setempat, kawasan agrowisata ini memiliki komoditas tanaman hortikultura dan peternakan potensial yang dapat dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata serta memiliki pemandangan alam pegunungan yang panoramik sehingga dapat mendukung konsep agrowisata yang diharapkan. Gambar 11 memperlihatkan persebaran lokasi eksisting potensi objek dan atraksi pertanian yang terdapat di dalam kawasan agrowisata. Berikut merupakan jenis objek dan atraksi agrowisata yang dapat dijumpai pada tapak berdasarkan jenis komoditas pertanian yang ada.
Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Tanaman Hias Kawasan pengembangan agrowisata memiliki potensi tanaman hias yang telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Pada hampir di setiap rumah di pinggir jalan utama di dalam kawasan agrowisata dapat dijumpai deretan tanaman hias dengan jenis yang sangat beragam. Tanaman siap jual ini diletakkan di depan rumah yang ditanam di dalam pot atau polybag. Halaman depan rumah berfungsi sebagai ruang display tanaman hias dan bermaksud untuk menarik perhatian pengguna jalan yang melaluinya. Namun lokasi penjualan umumnya menyebar dan tidak mengelompok secara teratur sehingga kurang memberikan orientasi wisata kepada pengunjung. Selain di depan rumah, beberapa lath house sederhana juga dapat dijumpai di dalam kawasan ini. Lath house atau rumah bilah merupakan rangka bangun yang ditutupi oleh net atau paranet yang berfungsi sebagai tempat menyimpan berbagai bibit tanaman dan tempat untuk melakukan perbanyakan tanaman disamping juga berfungsi sebagai ruang pamer tanaman
61
(Gambar 11: Persebaran Atraksi)
62
hias. Selain berbelanja, pengunjung biasanya tertarik untuk melihat keindahan tanaman yang sedang berbunga. Potensi tanaman hias ini kurang dimanfaatkan secara optimal serta belum terbentuk sub–sub ruang di dalamnya sehingga kurang memberikan
pengalaman
agrowisata
bagi
pengunjung.
Gambar
12
memperlihatkan depan halaman rumah serta lath house atau rumah bilah sebagai ruang perbanyakan tanaman dan peraga atau display area bagi tanaman hias.
(a) Halaman rumah sebagai (b) Lath house sebagi ruang ruang display tanaman hias budidaya tanaman hias Gambar 12 Ruang eksisting tanaman hias Tanaman hias yang tersusun rapi sepanjang jalan dapat menambah keindahan tapak serta menunjang konsep agrowisata. Sehingga selanjutnya lokasi penjualan ini direncanakan mengelompok mengikuti pola linear jalan yang ada. Pola ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat ataupun wisatawan. Masyarakat dapat lebih mudah memasarkan tanamannya, disamping itu memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk memperoleh tanaman yang diinginkan serta memberikan kenyamanan dan pengalaman visual yang menarik. Tanaman hias merupakan objek agrowisata yang sangat menarik dan menguntungkan dengan aktivitas agrowisata beragam dan tidak terbatas pada aktivitas berbelanja. Paket pengenalan berbagai jenis tanaman hias lengkap dengan tata cara budidaya dan pemeliharaannya dapat dikembangkan sebagai aktivitas agrowisata. Selain itu aktivitas yang saling terkait dapat menimbulkan ketertarikan bagi pengunjung.
Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Tanaman Sayuran Komoditi tanaman sayuran dataran tinggi merupakan komoditi tanaman hortikultura utama yang mendapatkan perhatian lebih oleh pemerintah setempat sebagai komoditi utama daerah tujuan agrowisata, sehingga beberapa program
63
serta fasilitas wisata telah dikembangkan di lokasi dengan ketinggian hingga ± 1650 mdpl ini. Objek dan atraksi agrowisata ini memanfaatkan sebagian dari hamparan kebun sayuran seluas ± 343 Ha yang berada tepat di bawah hutan lindung Gunung Gede Pangrango. Aktivitas yang telah dikembangkan di lokasi ini berupa aktivitas horti walk, merupakan aktivitas berjalan santai untuk menikmati panorama pegunungan dan pertanian melalui jalan beton selebar ± 0.5 m yang telah dibangun oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil) setempat sebagai salah satu pengembangan prasarana dan sarana bagi pengembangan kawasan agropolitan secara optimal (Gambar 13). Aktivitas bersantai dan menikmati pemandangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas gazebo yang diletakkan di antara hamparan kebun sayuran tersebut. Rumah kayu tersedia sebagai fasilitas bagi pengunjung yang hendak melakukan aktivitas bermalam. Selain itu, wisatawan dapat melakukan aktivitas belanja sayuran dan hasil olahannya pada packing house yang terdapat pada lokasi ini.
(a) Jalan beton bagi (b) Aktivitas bersantai (c) Aktivitas pada aktivitas horti walk dalam tapak packing house Gambar 13 Aktivitas Agrowisata Tanaman Sayuran Komoditas sayuran yang dapat dijumpai diantaranya wortel, bawang daun, brokoli, kaylan, lobak, gobo, caysin dan sebagainya serta dapat dijumpai beberapa lath house tanaman hias. Sementara hasil olahan yang telah diupayakan diantaranya jus wortel, jus gobo, jus tomat, jus bit, kerupuk wortel, sirup dan dodol wortel. Hasil olahan ini dilakukan secara mandiri oleh masyarakat serta dilakukan secara insidentil sehingga produk olahan ini tidak selalu dapat dijumpai di lokasi. Selain itu, beberapa teknologi pertanian sederhana diperkenalkan seperti teknologi multiple cropping atau teknologi budidaya berupa pemanfaatan lahan dengan beberapa jenis tanaman produktif serta teknologi irigasi tetes berupa
64
pengairan
tanaman
dengan
memperhatikan
kesesuaian
kebutuhan.
Pada
perencanaan selanjutnya dilakukan pengembangan aktivitas dan fasilitas agrowisata yang lebih beragam dengan memperhatikan penggunaan fasilitas penunjang dengan bentuk dan bahan yang akrab dengan alam atau bernuansa pedesaan sehingga dapat meningkatkan keindahan serta mendukung konsep agrowisata yang diharapkan.
Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Tanaman Buah Komoditi tanaman buah yang terdapat di dalam kawasan agrowisata adalah kebun buah strawberry, dengan aktivitas wisata terbatas berupa aktivitas berbelanja. Di dalam kebun ini belum dikembangkan aktivitas agrowisata yang melibatkan wisatawan secara langsung, sehingga pengembangan aktivitas agrowisata masih sangat diperlukan untuk menarik minat wisatawan serta meningkatkan income bagi pengelola. Pada kawasan agrowisata ini dapat dijumpai beberapa tanaman buah potensial yang terletak terpisah seperti alpukat, apel dan jeruk dan dapat dikembangkan sebagai komoditi di dalam objek dan atraksi agrowisata buah. Keragaman jenis buah di dalam satu lokasi dengan jenis aktivitas yang beragam dapat menjadi daya tarik serta pengalaman menarik bagi wisatawan. Sehingga menciptakan sub ruang agrowisata buah dengan jenis tanaman yang beragam dan sesuai dengan kondisi kawasan tersebut dapat menjadi salah satu alternatif pengembangan kawasan agrowisata. Aktivitas yang dapat dikembangkan pada agrowisata buah dapat berupa pengamatan, mempelajari teknik budidaya tanaman buah hingga memilih dan memetik sendiri buah yang hendak dikonsumsi. Aktivitas ini dapat menjadi kesenangan tersendiri bagi wisatawan apabila dapat memperoleh buah-buahan di tempat asalnya karena kondisi buah yang masih segar dengan harga yang relatif murah. Di lain pihak, aktivitas ini memberikan kemudahan kepada pihak pemilik atau pengelola dalam memasarkan hasil produksi tanpa harus dibebani biaya pemanenan dan pengangkutan.
65
Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Peternakan Peternakan sapi skala kecil (Gambar 14) dan peternakan ayam merupakan dua jenis peternakan yang dapat dijumpai di dalam kawasan agrowisata. Aktivitas yang telah ada tidak melibatkan pengunjung secara langsung dan terbatas kepada aktivitas belanja produk peternakan. Potensi peternakan ini dapat dimanfaatkan serta dikembangkan sebagai bagian dari objek dan atraksi agrowisata. Daya tarik peternakan sebagai sumber daya agrowisata antara lain pola beternak, cara tradisional yang digunakan dalam beternak serta budi daya hewan ternak (Tirtawinata dan Fachruddin 1999). Wisatawan dapat melakukan pengamatan terhadap perilaku hewan ternak, memberi makan ataupun memerah susu serta proses pasca panen.
Gambar 14 Potensi peternakan sapi perah yang dapat dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata Tabel 4 Potensi eksisting objek dan atraksi kawasan agrowisata Ruang Atraksi Utama
Komoditi
1. Tanaman Hortikultura a. Tanaman beragam Hias tanaman hias b. Tanaman Sayuran
c. Tanaman Buah 2. Peternakan
Something to do
Objek/Aktivitas Wisata Something Something to see to buy
pengamatan
wortel, bawang daun, lobak, caysin, brokoli, kaylan, dll.
horti walk, istirahat dan bersantai
strawberry
pengamatan
sapi dan ayam
pengamatan
Sumber : Hasil Pengamatan
keragaman dan keindahan tanaman hias panorama alam pegunungan dan pertanian pada daerah tertinggi pada kawasan kebun buah aktivitas peternakan
aneka tanaman hias beragam jenis tanaman sayuran dan hasil olahan
buah strawberry produk peternakan
66
Pada analisis data atraksi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pada tapak terdapat potensi pertanian yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Menurut Arifin (2004), agrowisata di daerah pertanian tanaman hortikultura dapat dikembangkan di kawasan yang memang sejak semula telah menjadi sentra produksi tanaman hortikultura. Pada kawasan agrowisata ini, sub ruang agrowisata terbentuk berdasarkan potensi komoditi pertanian yang terdapat di dalam kawasan. Selanjutnya pada masing-masing sub ruang ini dikembangkan aktivitas dan fasilitas yang memungkinkan. Menurut Nurisyah (2001), sajian agrowisata yang diberikan kepada wisatawan tidak hanya pemandangan kawasan yang panoramik dan kenyamanan di alam pertanian, namun juga aktivitas petani beserta teknologi yang khas yang digunakan serta dilakukan dalam lahan pertanian dimana wisatawan dapat mengikuti aktivitas ini, ketersediaan produk segar pertanian, nilai arsitektur, kegiatan tertentu, budaya pertanian yang khas dan kombinasi dari berbagai ciri tersebut. Aktivitas pertanian mencakup persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil dan pasar hasil pertanian. Tabel 5 merupakan analisis objek dan atraksi wisata pada kawasan agrowisata. Penataan lanskap wisata serta sirkulasi bagi wisatawan penting diperhatikan untuk menciptakan touring activity yang menyenangkan. Banyaknya objek dan atraksi yang akan dijual sangat besar pengaruhnya untuk memperpanjang lamanya tinggal (length of stay) dan selanjutnya hal ini akan memperbanyak pendapatan yang masuk dan meningkatkan penghasilan daerah (Yoeti 1997). Aktivitas yang terdapat pada kawasan agrowisata ini masih terbatas sehingga dalam perencanaan dilakukan pengembangan aktivitas berdasarkan potensi yang telah ada. Tabel 6 merupakan analisis pengembangan aktivitas yang dapat dilakukan di dalam masing-masing sub ruang atraksi agrowisata pada tapak.
Pariwisata Sekitar Tapak Kegiatan wisata di kawasan Puncak telah sangat berkembang dibandingkan dengan kawasan lain di Kabupaten Cianjur yang ditandai dengan arus kunjungan wisata yang relatif tinggi (Bappeda, 2004). Hal ini menjadi sangat berlebih dan menurunkan kualitas visual serta meningkatkan kejenuhan.
67
Tabel 5 Analisis objek dan atraksi wisata kawasan agrowisata Objek dan Atraksi Wisata 1. Ruang Agrowisata Tanaman Hias
2. Ruang Agrowisata Sayuran
3. Ruang Agrowisata Buah
4. Ruang Agrowisata Peternakan
Potensi dan Kendala • Jenis dan jumlah beragam, namun ruang wisata belum terbentuk. • Lokasi menyebar dan penaatan kurang mendukung konsep yang diharapkan. • Aktivitas wisata yang masih terbatas. • Hamparan kebun sayuran ± 343 Ha pada ketinggian hingga 1650 mdpl dengan panorama alam pegunungan dan pertanian yang indah. • Aktivitas wisata yang mulai dikembangkan namun masih sangat terbatas. • Fasilitas yang tersedia terbatas dan kurang mendukung konsep agrowisata. • Hasil olahan produk yang beragam namun tidak selalu diperoleh di lokasi. • Kebun strawberry yang cukup luas namun dengan aktivitas agrowisata yang sangat terbatas • Beragam buah yang dapat tumbuh di dalam kawasan agrowisata.
Solusi • Mengalokasikan ruang agrowisata tanaman hias pada suatu lokasi pemukiman di kedua sisi jalan di dalam kawasan. • Mengembangkan aktiv itas agrowisata tanaman hias dengan penyediaan fasilitas penunjang. • Memanfaatkan potensi yang telah ada, dengan mengembangkan aktivitas yang menyeluruh dari persiapan hingga menikmati produk. • Peningkatan ketersediaan fasilitas yang mendukung konsep agrowisata.
• Mengembangkan aktivitas agrowisata buah strawberry yang lebih beragam. • Menciptakan ruang agrowisata buah pada suatu lokasi dengan memanfaatkan potensi buah yang dapat tumbuh di dalam kawasan. Potensi peternakan ayam Menciptakan ruang agrowisata peternakan dengan dan sapi yang dapat memanfaatkan potensi yang dikembangkan sebagai objek dan atraksi ada serta mengembangkan agrowisata aktivitas dan fasilitas yang sesuai.
68
Tabel 6 Analisis pengembangan aktivitas agrowisata No 1.
Ruang Aktivitas Ruang Agrowisata Tanaman Hias
Tujuan Mengenal keragaman jenis tanaman hias serta mengetahui teknik budidaya tanaman hias.
Sub Ruang a. Ruang display b. Ruang budidaya c. Ruang penyambutan dan pelayanan agrowisata
2.
Ruang Agrowisata Tanaman Sayuran
Mengenal keragaman, mengamati proses pertanian dari pengolahan tanah hingga pengolahan produk, mengetahui teknologi pertanian sederhana ataupun tinggi serta mempelajari tehnik budidaya tanaman sayuran.
a. Kebun sayuran b. Ruang budidaya c. Ruang pasca panen dan pengolahan produk d. Ruang teknologi pertanian e. Ruang penyambutan dan pelayanan agrowisata
3.
Ruang Agrowisata Tanaman Buah
Mengenal keragaman jenis, mengetahui dan mempelajari tehnik budidaya tanaman buah.
4.
Ruang Agrowisata Peternakan
Mengamati dan mempelajari proses dan aktivitas peternakan.
a. Kebun buah • Pengamatan b. Ruang budidaya terhadap c. Ruang keragaman jenis penyambutan dan tanaman buah. pelayanan • Mempelajari tehnik agrowisata budidaya tanaman buah. • Jalan santai, beristirahat, memilih dan memetik sendiri buah yang hendak dikonsumsi. • Berbelanja*. a. Ruang budidaya • Mengenali jenis b. Ruang bermain hewan ternak, c. Ruang memberi makan, penyambutan dan memerah susu. pelayanan • Mempelajari pola agrowisata dan cara berternak, mempelajari budidaya hewan ternak. • Berbelanja*.
* Aktivitas yang telah dilakukan
Aktivitas • Pengamatan terhadap keragaman jenis tanaman hias. • Ikut serta dalam aktivitas budidaya tanaman hias. • Menikmati keindahan tanaman hias, photohunting dan berbelanja tanaman hias*. • Pengamatan terhadap keragaman jenis tanaman sayuran. • Mengikuti proses kegiatan penanaman hingga panen, pengolahan produk serta pemasarannya. • Jalan santai, menikmati panorama alam, istirahat, berbelanja hasil pertanian, mengkonsumsi hasil olahan, photohunting*.
69
Objek agrowisata pada kawasan agropolitan merupakan salah satu tujuan objek wisata baru di Kawasan Puncak, Kabupaten Cianjur, yang dikembangkan semenjak tahun 2002, dan termasuk dalam kelas kawasan wisata potensial yang dapat dikembangkan. Objek wisata ini diprakarsai oleh Departemen Pertanian dan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur sebagai salah satu sentra percontohan pengelolaan pertanian secara terpadu. Objek wisata pada kawasan Puncak pada umumnya didominasi oleh jenis pariwisata berbasis alam. Keberadaan kawasan agrowisata ini sangat strategis karena dikelilingi beragam objek wisata yang telah berkembang. Lokasi kawasan agrowisata hampir bersebelahan dengan lokasi kawasan wisata Cibodas. Objek wisata pada kawasan wisata Cibodas ini meliputi Kebun Raya Cibodas, Wisata alam Pegunungan Gede Pangrango, Mandalawangi, Mandalakitri serta dekat dengan objek wisata budaya Istana Presiden Cipanas. Berdasarkan Bappeda 2004, penyebaran serapan wisatawan di Kabupaten Cianjur didominasi oleh objek wisata yang terdapat di kawasan wisata Cibodas yang terdiri dari Kebun Raya Cibodas, Taman Mandalawangi dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Tabel 7 merupakan beberapa objek wisata yang terletak dekat dengan kawasan agrowisata. Gambar 15 menunjukkan peta pariwisata Kabupaten Cianjur. Tabel 7 Objek wisata disekitar kawasan agrowisata No Nama Objek Wisata Kebun Raya Cibodas 1 2 Taman Nasional GGP (Gunung Gede Pangrango) 3 Mandalawangi 4 Mandalakitri 5 Istana Presiden Cipanas Sumber: Bappeda, 2004
Potensi Wisata Kebun Wisata, Penelitian, Play Ground dan Hutan Wisata. Hutan Lindung, Pendakian, Petualangan dan Penelitian. Wisata Danau, Camping, Hutan wisata dan Play Ground. Camping Ground. Wisata Budaya
Tapak sebagai kawasan agrowisata dapat menjadi objek wisata yang dapat mendukung pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Cianjur dan dapat menjadi alternatif tujuan bagi wisatawan yang datang atau melalui Kabupaten ini. Kedekatan lokasi kawasan agrowisata dengan objek wisata yang telah berkembang dan telah dikenal masyarakat secara luas menjadi potensi bagi kawasan agrowisata untuk semakin berkembang. Kerjasama untuk menciptakan paket wisata dapat menjadi upaya dalam pengembangan kawasan agrowisata.
(Gambar 15: Peta persebaran lokasi wisata)
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi Kawasan agrowisata memiliki letak yang strategis karena dilalui atau berada di jalur yang menghubungkan Ibu Kota Negara yaitu Kota Jakarta dengan Ibu Kota Propinsi yaitu Kota Bandung, sehingga sangat mudah dicapai baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kawasan agrowisata ini memiliki jarak tempuh ± 17 km dari Ibu Kota Kabupaten Cianjur, ± 82 km dari Ibu Kota Propinsi Jawa Barat yaitu Kota Bandung serta ± 102 km dari Ibu Kota Negara yaitu Kota Jakarta. Kawasan agrowisata memiliki tiga akses masuk yang dapat dengan mudah dijumpai melalui jalur jalan Negara (Gambar 16). Jalur jalan di dalam kawasan agrowisata merupakan jalan beraspal, namun kondisi jalan telah rusak di beberapa titik. Akses masuk pertama merupakan akses masuk utama yang ditandai dengan gerbang penanda kawasan agropolitan sekaligus menjadi akses masuk pertama yang dapat dijumpai oleh wisatawan yang berasal dari Kota Jakarta. Pencapaian lokasi melalui pintu masuk ini secara fisik agak sulit karena kondisi yang berbukit, beberapa tikungan tajam yang cukup curam serta jalur jalan yang relatif sempit (2.5-3 m). Akses masuk kedua adalah akses masuk yang berada di sebelah pasar Cipanas. Akses masuk ini digunakan sebagai tempat pemberhentian delman dan terletak dekat dengan terminal kendaraan umum pedesaan. Kondisi fisik jalan lebih baik dengan lebar jalan 3-4 m, namun bangkitan lalu lintas pada akses masuk ini seringkali menyebabkan kemacetan sehingga kurang memberikan keamanan dan kenyamanan bagi akses masuk wisatawan. Akses masuk ketiga merupakan akses masuk pertama yang dapat dijumpai oleh wisatawan yang berasal dari Kota Bandung dan sekitarnya yang ditandai dengan papan penunjuk arah. Lebar jalan 5-6 m dengan kondisi jalan rusak di beberapa titik serta menanjak namun tidak curam. Jenis kendaraan yang dapat digunakan pada jalur utama di dalam kawasan agrowisata adalah kendaraan pribadi roda empat, angkutan umum pedesaan dan ojek. Jenis kendaraan ini melalui jalur yang sama di dalam kawasan, sehingga tidak terdapat pemisahan jalur antara wisatawan dan masyarakat. Tiga alternatif akses masuk yang ada merupakan potensi dalam memberikan kemudahan
(Gambar 16: Aksesibilitas)
pengaturan keluar-masuk arus wisatawan maupun masyarakat sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan berwisata. Pada perencanaan selanjutnya dilakukan pengaturan terhadap jalur wisatawan dan masyarakat. Akses pertama dipertahankan sebagai pintu masuk kawasan agrowisata karena terletak dekat dengan ruang pelayanan terpusat yang direncanakan. Akses kedua sebagai akses masuk bagi kendaraan umum, dan akses ketiga sebagai akses keluar bagi jalur wisatawan. Kesamaan jalur masyarakat untuk tujuan produksi dengan jalur wisatawan memberikan kesan kepada wisatawan terhadap suasana pertanian sehingga diharapkan dapat memperkuat konsep agrowisata di dalam tapak. Pembentukan jalur berbeda bagi wisatawan dan masyarakat serta pengaturan sistem transportasi berdasarkan konsep yang telah direncanakan untuk mengurangi konflik serta meningkatkan kenyamanan bagi masing-masing kepentingan tersebut. Lebar jalan utama ± 2,5-5 m relatif sempit bagi dua jalur kendaraan roda empat. Jalur utama ini merupakan jalur kendaraan tanpa pedestrian yang digunakan bagi kendaraan wisatawan maupun masyarakat dengan sirkulasi dua arah (Gambar 17). Tabel 8 Analisis jalan pada kawasan agrowisata Kondisi Jalan 1. Akses masuk dan jalur wisatawan
2. Badan Jalan
Potensi dan Kendala •Terdapat tiga akses masuk berbeda ke dalam kawasan agrowisata •Jalur wisatawan dan masyarakat memiliki jalur jalan yang sama
Solusi Arsitektur Lanskap • Memanfaatkan akses pertama sebagai pintu masuk jalur wisatawan, akses kedua sebagai pintu masuk bagi masyarakat dan akses ketiga sebagai pintu keluar jalur wisatawan. • Menciptakan jalur bagi wisatawan dan masyarakat secara terpisah untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan. • Lebar jalan relatif sempit bagi •Meningkatkan kuantitas jalan kendaraan dengan dua jalur dengan melakukan pelebaran penggunaan. serta meningkatkan kualitas jalan dengan melakukan • Kondisi jalan rusak di beberapa perbaikan kondisi jalan yang lokasi sehingga mengganggu telah rusak. kenyamanan pengguna jalan. • Tidak terdapat pedestrian yang •Menyediakan pedestrian bagi pengguna jalan bagi dapat membahayakan pengguna keamanan dan kenyamanan. jalan khususnya pejalan kaki. •Penyesuaian kondisi jalan • Potensi jalan berkelok melalui pembentukan tanah memberikan suasana (Cut and fill) pegunungan pada tapak namun dapat membahayakan pengguna
3. Pohon Pelindung Jalan
4. Fasilitas Jalan
jalan. Pohon di sisi jalan memberikan beberapa manfaat seperti kontrol pandangan: menahan silau cahaya matahari dsb, pembentuk ruang pribadi ataupuk kontrol terhadap hal yang tidak menyenangkan • Tidak tersedianya fasilitas jalan berupa tempat pemberhentian kendaraan dapat mengakibatkan kemacetan dan mengganggu kenyamanaan berwisata. • Kurangnya pengarah serta rambu jalan yang dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan.
Menggunakan pohon berbuah sebagai pohon jalan sekaligus memberikan identitas dan mendukung konsep agrowisata.
Menyediakan fasilitas jalan seperti tempat pemberhentian serta rambu jalan bagi keamanan dan kenyamanan pengguna jalan.
Kondisi jalan pada umumnya langsung berbatasan dengan pemukiman, sehingga dapat membahayakan pengguna jalan khususnya bagi pejalan kaki. Penyediaan
pedestrian
untuk
mengakomodasi
kebutuhan
pejalan
kaki,
meningkatan kualitas berupa perbaikan kondisi jalan serta peningkatan kuantitas berupa pelebaran jalan perlu dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pengguna jalan.
(a) Jenis kendaraan dalam tapak
(b) Pejalan kaki sebagai pengguna jalan Gambar 17 Pengguna jalan di dalam kawasan agrowisata Penggunaan tanaman pada sisi jalan di dalam kawasan agrowisata tidak hanya dapat memberikan nilai keindahan, namun juga memberikan nilai
fungsional berupa peningkatan kualitas lingkungan. Selain itu, kesan hijau yang ditampilkan memberikan kesan pedesaan sehingga mendukung konsep agrowisata yang diharapkan (Gambar 18).
Gambar 18 Penggunaan elemen tanaman pada sisi jalan Tanaman sebagai elemen lunak lanskap tidak hanya memberikan nilai estetis bagi lingkungan, namum memiliki beberapa fungsi seperti kontrol pandangan, pembatas fisik, pengendali iklim, habitat satwa serta pencegah erosi. Penggunaan tanaman pada sisi jalan dapat berfungsi sebagai penahan silau yang ditimbulkan matahari, lampu jalan ataupun sinar lampu kendaraan. Selain itu, penggunaan tanaman dapat digunakan untuk membentuk ruang pribadi, penyaring debu, bau dan memberikan udara segar serta kontrol pandangan terhadap view yang tidak menyenangkan (Hakim dan Utomo 2003). Penggunaan tanaman pada sisi jalan berupa tanaman buah pelindung dan berproduksi serta memiliki nilai estetis dapat memperkuat karakter tapak serta mendukung konsep agrowisata yang diharapkan. Potensi jalan berkelok memberikan suasana pegunungan bagi tapak sekaligus menjadi kendala pada tikungan tajam yang dapat membahayakan pengguna jalan. Penyesuaian kondisi jalan dapat dilakukan dengan melakukan pembentukan tanah (cut and fill). Kondisi jalan yang sesuai untuk wisata disesuaikan dengan kebutuhan yaitu memiliki lebar jalan 5,5 – 6,5 m, sedangkan untuk kegiatan produksi minimum 7,5 m (Harris and Dines, 1988).
Fasilitas Agrowisata Fasilitas wisata merupakan kebutuhan sarana dan prasarana yang selayaknya tersedia di dalam kawasan wisata untuk memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi wisatawan. Fasilitas pendukung pada masing-masing sub ruang objek dan atraksi agrowisata masih sangat terbatas, sehingga diperlukan
penyediaan fasilitas pendukung yang tepat, jumlah yang memadai, peletakan yang tepat serta menggunakan arsitektur yang mendukung konsep yang diharapkan. Agrowisata sayuran merupakan objek dan atraksi yang lebih mendapatkan perhatian dalam upaya pengembangan kawasan agropolitan sehingga memiliki lebih banyak fasilitas pendukung wisata dibandingkan dengan lokasi lainnya. Beberapa fasilitas yang dapat dijumpai sepeti jalan beton bagi horti walk, tempat penginapan, musholla, kantin, dan tempat parkir (Gambar 19). Namun, penggunaan bahan serta arsitektur bangunan failitas pendukung ini kurang memberikan karakter tapak sebagai kawasan agrowisata.
Gambar 19 Fasilitas agrowisata pada sub ruang agrowisata sayuran Peningkatan kelengkapan dan penempatan fasilitas pada lokasi yang tepat sangat penting diperhatikan sehingga dapat berfungsi secara maksimal. Penggunaan bahan serta bentuk bangunan fasilitas wisata yang akrab dengan alam atau bernuansa pedesaan dapat memperkuat karakter serta konsep agrowisata yang diharapkan. Pada proses perencanaan berikutnya dilakukan pengembangan fasilitas berdasarkan aktivitas yang dikembangkan pada masing-masing sub ruang agrowisata. Pada Tabel 9 berikut merupakan analisis fasilitas yang terdapat pada masing-masing sub ruang agrowisata utama dan pengembangannya berdasarkan analisis pengembangan aktivitas yang telah dilakukan sebelumnya (Tabel 6). Tabel 9 Analisis fasilitas wisata kawasan agrowisata Ruang Atraksi Wisata Aktivitas 1.Tanaman Hias • Berbelanja tanaman hias* • Pengamatan terhadap keragaman jenis tanaman hias. • Ikut serta dalam aktivitas budidaya tanaman hias. Menikmati keindahan tanaman hias, photohunting dan berbelanja tanaman hias
Fasilitas Pekarangan rumah yang digunakan sebagai ruang display tanaman hias*, lath house*, papan nama dan informasi, pembibitan, lahan percobaan, bangunan hidroponik, rumah kaca, jalan setapak, tempat parkir, kantin, tempat duduk.
2. Tanaman Sayuran
• Horti Walk, duduk dan bersantai, menikmati iklim dan panorama pegunungan, photohunting, berbelanja*. • Pengamatan terhadap keragaman jenis tanaman sayuran. • Mengikuti proses kegiatan penanaman hingga panen, pengolahan produk dan penjualan, mengkonsumsi hasil olahan.
• Lahan pertanian, panorama alam pegunungan dan pertanian, good view, penginapan, kantor informasi, kantin, saung petani, musholla, tempat parkir*. • Lahan percobaan, ruang pengolahan produksi dan penjualan, papan informasi dan area piknik keluarga. • Tempat duduk, rumah makan tradisional.
3. Tanaman Buah
• Pengamatan dan berbelanja Strawberry* • Pengamatan terhadap keragaman jenis tanaman buah. • Mempelajari tehnik budidaya tanaman buah. Jalan santai, beristirahat, memilih dan memetik sendiri buah yang hendak dikonsumsi. • Pengamatan* • Mengenali jenis hewan ternak, memberi makan, memerah susu. • Mempelajari pola dan cara beternak. • Mempelajari budidaya hewan ternak.
Kebun buah strawberry*, tempat pembibitan, lahan percobaan, jalan setapak, saung atau tempat duduk.
4. Peternakan
Kandang hewan ternak*, ruang pengamatan, sirkulasi wisatawan.
*Aktivitas dan fasilitas yang telah ada
Informasi dan Promosi Agrowisata Informasi keberadaan kawasan agrowisata pada tapak ditandai dengan adanya gerbang penanda kawasan serta papan reklame yang terdapat di pintu utama kawasan agrowisata (Gambar 20). Pintu utama ini merupakan akses masuk pertama yang dapat dijumpai wisatawan yang berasal dari Kota Jakarta dan sekitarnya, atau akses masuk terakhir bagi wisatawan yang berasal dari Kota Bandung dan sekitarnya. Informasi kawasan pada gerbang berupa tulisan ‘Kawasan Agropolitan’ kurang memberikan informasi mengenai keberadaan kawasan agrowisata sehingga penggantian gerbang ini perlu dilakukan. Informasi kawasan agrowisata dapat diperoleh berupa leaflet yang dikeluarkan oleh beberapa dinas terkait, khususnya Dinas Pertanian serta melalui jaringan internet.
Gambar 20 Fasilitas informasi pada kawasan agrowisata Keberadaan pusat informasi yang terletak jauh dari pintu masuk serta tidak adanya papan informasi wisata mengakibatkan kurangnya informasi yang diterima oleh pengunjung. Menurut Gunn (1997), sarana informasi dalam wisata dapat berupa tanda–tanda pengarah jalan, peta, leaflet, pusat informasi, pusat interpretasi pengunjung serta pemandu wisata. Penyediaan fasilitas informasi di dalam kawasan agrowisata ini masih sangat perlu ditingkatkan sehingga dapat memberikan informasi agrowisata dan pada akhirnya dapat menarik minat pengunjung. Kegiatan promosi merupakan segala bentuk penawaran dan ajakan yang digunakan untuk memikat orang untuk berwisata. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang datang. Pengembangan kegiatan promosi dapat dikemas dalam bentuk yang menarik, misalnya adanya festival tanaman dan hewan budi daya, bursa komoditas pertanian atau dilakukan melalui penawaran paket–paket agrowisata dengan kegiatan yang menarik dan menyenangkan. Tabel 10 merupakan analisis informasi dan promosi terhadap kawasan agrowisata. Tabel 10 Analisis informasi kawasan agrowisata Bentuk Informasi 1. Informasi Kawasan
Fasilitas • Gerbang penanda dan identitas kawasan* • Peta kawasan
2. Pusat Informasi
3. Papan Petunjuk
• Kantor pusat informasi • Kantor informasi sub ruang agrowisata* • Papan pengumuman
Lokasi Pintu masuk kawasan agrowisata, sub ruang kawasan agrowisata Ruang pelayanan pusat, sub ruang kawasan agrowisata, titik tertentu di dalam kawasan Ruang pelayanan pusat Sub ruang kawasan agrowisata Ruang pelayanan pusat, sub ruang kawasan agrowisata, titik tertentu di dalam kawasan
• Papan larangan • Rambu peringatan • Papan informasi pendidikan pertanian • Papan penunjuk arah*
Ruang pelayanan pusat, sub ruang kawasan agrowisata, titik tertentu di dalam kawasan Ruang pelayanan pusat, sub ruang kawasan agrowisata, titik tertentu di dalam kawasan Lokasi objek dan atraksi agrowisata, pada titik tertentu sebagai fungsi informasi pendidikan dan pengetahuan Percabangan jalan dan pada titiktitik tertentu di dalam kawasan.
*Fasilitas informasi yang telah ada
View Kawasan agrowisata memiliki wilayah yang cukup luas, ketinggian serta karakter visual yang beragam. Tapak dengan berbagai bentuk pola penggunaan lahan memperkaya kawasan dengan panorama alam yang menarik. Selain itu, beberapa kondisi fisik tapak memberikan kedaan visual yang menarik sehingga dapat menjadi potensi bagi kawasan untuk menarik minat wisatawan. Beberapa keadaan visual yang menarik seperti kondisi fisik kawasan dengan topografi beragam, latar belakang Gunung Gede dan Pangrango yang sangat panoramik, hamparan kebun sayuran dengan sistem terasering ataupun tidak, aktivitas
pertanian
masyarakat,
permukiman
penduduk
pedesaan
yang
mengelompok dan dikelilingi hamparan kebun sayuran serta keindahan tanaman hias yang berada di sisi jalan (Gambar 21). Lokasi tapak hingga ketinggian ± 1650 mdpl memungkinkan wisatawan menikmati panorama Kawasan Puncak yang berada di sebelah Timur dan panorama Gunung Gede di sebelah Barat. Karakter dan bentuk rumah serta bangunan fasilitas agrowisata yang bernuansa alami dan pedesaan dapat mendukung karakter serta konsep agrowisata pada kawasan. Meningkatnya jumlah villa berarsitektur modern dapat mengurangi keindahan serta karakter tapak. Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan terhadap semakin meningkatnya pembangunan villa di dalam tapak, serta kerjasama dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan karater tapak sebagai kawasan agrowisata. Peletakan tempat duduk atau saung pada lokasi tertentu dilakukan untuk memfasilitasi wisatawan agar dapat menikmati potensi visual yang terdapat di dalam tapak.
Gambar 21 Potensi visual pendukung konsep agrowisata Berkaitan dengan aktivitas pertanian dan wisata, sampah menjadi permasalahan penting bagi sanitasi serta estetika lingkungan. Berdasarkan pengamatan lapang, tumpukan sampah sering dijumpai menumpuk pada suatu lokasi atau dekat dengan sistem drainase sehingga menimbulkan pemandangan yang tidak menyenangkan. Penyediaan fasilitas tempat sampah di berbagai lokasi di dalam kawasan perlu dilakukan untuk mengurangi permasalahan sampah di dalam kawasan, meningkatkan keindahan, kesehatan serta kenyamanan berwisata. Penyediaan sistem drainase atau saluran pembuangan yang baik perlu dilakukan sehingga sampah tidak dimasukkan kedalamnya serta mampu mengumpulkan dan menyalurkan air hujan ataupun air bawah permukaan dengan baik. Saluran pembuangan air di atas tanah dapat dibuat secara tertutup ataupun terbuka. Untuk mendapatkan kesan visual yang lebih baik, saluran dapat ditutup dengan penutup beton ataupun grill besi di sepanjang saluran atau diatas lintasan manusia. Gambar 22 memperlihatkan permasalahan sampah dan sistem drainase yang terdapat di dalam tapak.
Gambar 22 Sampah dan sistem drainase pada tapak
Faktor Pendukung Agrowisata Aspek Fisik Iklim dan Kenyamanan Berdasarkan data iklim yang tercatat pada stasiun iklim Pacet yang diukur pada 6044’LS dan 1070BT pada ketinggian 1150 mdpl, dan diukur pada rentang tahun 2000-2004, kawasan agrowisata memiliki suhu rata-rata 20,8 0C, dengan kisaran 20,01-21.50C. Suhu tertinggi terjadi pada bulan September, sedangkan terendah pada bulan Agustus. Curah hujan rata-rata 272.97mm/bulan, dengan curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Mei dan curah hujan tertendah terjadi pada Bulan Agustus. Sedangkan kelembaban rata-rata pada kawasan 84.95% dengan penyinaran rata-rata pada tapak 43.88% dengan kisaran 11-73%. Kondisi iklim rata-rata kawasan agrowisata pada rentang waktu 2000-2004 terdapat pada Lampiran 1 dan 2. Suhu
pada
kawasan
agrowisata
merupakan
suhu
optimal
bagi
pengembangan sayuran dan tanaman hias dataran tinggi. Rendahnya suhu pada kawasan ini merupakan potensi bagi tapak yang menawarkan suasana serta iklim dingin dan sejuk pegunungan, sehingga berpotensi menarik wisatawan yang berasal dari Kota Jakarta dan kota-kota lainnya yang berhawa panas. Sedangkan penyinaran tinggi pada lokasi kebun sayuran yang cenderung terbuka dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan. Hal ini dapat diatasi dengan menyediakan struktur peneduh dalam kawasan sebagai fungsi naungan, seperti pohon, shelter atau saung petani. Pada umumnya kawasan alamiah cenderung menstabilkan suhu udara dan mengurangi keadan-keadan yang ekstrim. Tanaman berperan sebagai bahan penyerap panas dan sinar matahari pada kawasan. Kelembaban yang menyebar melalui transpirasi oleh tanaman membantu menurunkan dan menstabilkan suhu udara (Laurie 1986). Menurut Laurie (1986) kisaran kelembaban udara yang nyaman bagi manusia adalah sekitar 40-75%, sehingga kelembaban di dalam kawasan agrowisata ini berada di luar kisaran kenyamanan. Namun pada dasarnya manusia dapat bertoleransi terhadap kelembaban yang tinggi dibandingkan dengan suhu yang tinggi (Safarianugraha 2004). Struktur peneduh yang diletakkan di dalam kawasan juga digunakan untuk mengantisipasi curah hujan yang tergolong tinggi,
selain dengan menggunakan sistem perkerasan yang aman dan nyaman serta penyediaan saluran drainase yang baik.
Jenis Tanah Berdasarkan peta tanah semi detil DAS Citarum Tengah III skala 1:50.000 tahun 1980, jenis tanah pada tapak merupakan andosol distrik, regosol distrik dan regosol eutrik. Jenis tanah andosol terdapat di puncak hingga lereng Gunung Gede atau pada dataran tinggi volkan lebih dari 1000 mdpl. Sedangkan tanah regosol terdapat pada bagian tengah hingga menyebar ke seluruh bagian tapak (Gambar 23). Sifat tanah pada kawasan agrowisata terdapat pada Lampiran 3. 1 2
1
3
Keterangan 1 : Regosol Distrik 2 : Regosol Eutrik 3 : Andosol Distrik
Gambar 23 Peta tanah kawasan agrowisata (Sumber: Peta Tanah Semi Detail DAS Citarum Tengah III, Jawa Barat. Skala 1:50000. 1980)
Pertanian lahan kering pada kawasan agrowisata ini terdapat pada tanah andosol yang umumnya memiliki struktur gembur dan cukup subur sehingga mendukung pengembangan agrowisata yang direncanakan. namun mudah tererosi. Jenis tanah regosol pada kemiringan sedang cukup stabil dan dapat dikembangkan sebagai daerah wisata. Sedangkan pada daerah miring dan peka erosi dilakukan penanaman tanaman konservasi. Tabel 11 merupakan hasil analisis jenis tanah terhadap pola pemanfaatan lahan kawasan agrowisata.
Tabel 11 Analisis jenis tanah pada kawasan agrowisata Jenis Tanah Andosol
Regosol
Keterangan
Pola Pemanfaatan Lahan
Dijumpai di daerah puncak gunung, lereng serta lungur Gunung Gede, merupakan daerah dengan bentuk wilayah berbukit sampai bergunung dengan lereng antara 16-70%. Solum agak tebal, gembur, drainase cepat, bahan organik tinggi pada lapisan atas. Berada tersebar di kaki Gunung Gede, bentuk wilayah berbukit sampai bergunung dengan lereng 30-50%, drainase baik, struktur lemah dan lepas. Regosol coklat kekuningan memiliki kandungan bahan organik rendah di semua lapisan.
Tanah belukar, Hutan Lindung dan Pertanian
Hutan
Solusi Perencanaan Jenis tanah mendukung bagi aktivitas pertanian, sebagi objek dan atraksi utama kawasan agrowisata.
Pada kemiringan cukup stabil dapat dikembangkan sebagai daerah wisata, sedangkan pada daerah miring sebagai daerah konservasi.
Aspek Pengelolaan Kawasan Agrowisata Pengelola Kawasan Agrowisata Unit Pengelola Agropolitan merupakan pengelola Desa-desa Pusat Pertumbuhan (DPP) termasuk aktivitas agrowisata, yang secara langsung dikelola oleh petani. Pemandu penyuluh pertanian menjadi pembina bagi aktivitas organisasi di lapang, berada di bawah Kelompok Kerja Kabupaten yang menangani agropolitan secara umum (Gambar 24). Pada kegiatan agrowisata ini, sektor agribisnis lebih diperhatikan berkaitan dengan peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga aspek wisata masih menjadi perhatian kecil dari aktivitas ini. Dalam mengembangkan usaha agrowisata pada dasarnya terdapat tiga komponen yang cukup menentukan, yaitu pemerintah, pengusaha atau investor serta pelaksana atau tenaga operasional (Tirtawinata dan Fachruddin 1999). Peranan pemerintah berkaitan dengan pembuatan, penetapan dan pelaksanaan peraturan-peraturan, pembinaan dan penyuluhan. Pengusaha atau investor berperan dalam penyediaan
modal dan pengelolaan atau manajemen serta pengembangan objek agrowisata lebih lanjut. Sedangkan pelaksana berfungsi sebagai tenaga operasional di lapang. Pembina Dinas PertanianCianjur
Ketua Wakil Ketua
Sekretaris
P4S
Sarana Produksi
Pos Pelayanan Hayati
Bendahara
Pengolah Hasil
Budidaya
Pemasaran
Packing House
Gambar 24 Struktur organisasi Unit Pengelola Agropolitan Pengelolaan yang terstruktur dengan baik terhadap kawasan agrowisata ini perlu dilakukan sehingga aktivitas wisata dapat berjalan dengan baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan agrowisata adalah berkaitan dengan pengelolaan objek yang ditawarkan, pengelolaan pengunjung, pengelolaan fasilitas serta pengelolaan terhadap keamanaan. Dengan struktur pengelolaan yang baik, diharapkan dapat mengembangkan serta menjamin keberlanjutan kawasan agrowisata.
Rencana Tata Ruang Wilayah Menurut PP No 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), dua aspek yang menonjol pada wilayah Kabupaten Cianjur adalah penetapan kawasan andalan Bopunjur dan sekitarnya dengan sektor pertanian tanaman pangan dan pariwisata. Arahan bagi kawasan andalan ini adalah mengembangkan Bopunjur sebagai kawasan unggulan agribisnis dan agrowisata
dengan
memberdayakan
mempertahankan fungsi konservasi.
masyarakat
setempat
dan
tetap
Tabel 12 Arahan rencana peruntukan ruang berdasar Kepres No. 79 tahun 1985 Fungsi 1. Kawasan Lindung 2. Kawasan Budidaya Pertanian 3. Kawasan Budidaya Non Pertanian
Jenis Penggunaan Ruang Hutan lindung Tanaman tahunan Tanaman pangan lahan kering Pemukiman Perkotaan Pemukiman Pedesaan
4. Pariwisata Sumber: RTRW kabupaten Cianjur
Berdasarkan RTRW Kabupaten Cianjur 2005-2015, Kecamatan Pacet dan Cipanas termasuk kedalam simpul atau pusat dalam kawasan andalan sebagai pusat kegiatan lokal serta merupakan wilayah terkonsentrasinya penduduk atau pemukiman. Pada sektor pertanian subsektor tanaman sayur, kecamatan ini memberikan kontribusi terbesar sebesar 102.041 ton/ha. Pada sektor pariwisata, wilayah ini memiliki potensi sumber daya alam yang besar serta lokasi yang strategis sehingga memiliki potensi besar dalam pengembangan kegiatan wisata. Peruntukan ruang pada kawasan agrowisata meliputi hutan suaka alam, kawasan pariwisata, pemukiman perkotaan dan pertanian lahan kering. Tata ruang pada kawasan agrowisata harus memperhatikan fungsi utama kawasan sebagai kawasan konservasi tanah dan air. Berkaitan dengan kawasan agrowisata sebagai bagian dari wilayah terkonsentrasinya penduduk dan pemukiman, terdapat beberapa upaya pengawasan dan pengendalian kawasan pemukiman sehingga tidak mengganggu fungsi utama kawasan tersebut. Beberapa upaya tersebut adalah sebagai berikut. 1) Pelaksanaan kordinasi atau konsultasi dan pemberian ijin dilaksanakan oleh Bappeda sebagai instansi yang mempunyai wewenang dalam penyusunan rencana pembangunan dan pengawas pelaksanaan. 2) Izin mendirikan bangunan (IMB) dapat diperiksa setelah pemohon memperoleh Planning Permit bagi bangunan yang diajukannya. 3) Dalam rangka menjaga kualitas lingkungan perumahan, maka setiap pengembang dan masyarakat dalam pelaksanaan dan pembangunan harus berdasar UU gangguan. 4) Penyedian tanah bagi pembangunan fasilitas umum dilakukan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan masyarakat yang dapat mewakili. 5) Pengelolaan lingkungan perumahan dilakukan melalui upaya pemulihan kembali masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh dan kawasan lindung.
SINTESIS Berdasarkan hasil analisis data berupa faktor utama dan pendukung agrowisata, diperoleh potensi serta kendala dari masing-masing faktor data tersebut. Dalam tahap perencanaan selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan tujuan serta konsep pengembangan kawasan yang diharapkan. Tabel 13 memperlihatkan potensi serta kendala yang dapat dijumpai pada tapak serta solusi yang ditawarkan berdasarkan konsep serta tujuan studi. Secara fisik, kawasan agrowisata terbagi atas ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Ruang utama agrowisata terbagi atas sub ruang atraksi agrowisata berdasarkan komoditi pertanian yang terdapat di dalam kawasan. Sub ruang ini terdiri atas sub ruang atraksi agrowisata tanaman hias, sub ruang atraksi agrowisata sayuran, sub ruang agrowisata atraksi buah serta sub ruang agrowisata atraksi peternakan. Sub ruang di dalam ruang pendukung agrowisata terdiri atas sub ruang penerimaan , sub ruang pelayanan, sub ruang transisi dan sub ruang masyarakat. Sedangkan ruang penyangga merupakan ruang yang berfungsi menyangga kawasan konservasi di dalam kawasan agrowisata. Aktivitas yang dikembangkan di dalam masing-masing sub ruang agrowisata utama dikembangkan berdasarkan keikutsertaan wisatawan dalam aktivitas pertanian. Sedangkan aktivitas di dalam sub ruang pendukung merupakan aktivitas pasif pendukung aktivitas agrowisata. Fasilitas yang dikembangkan disesuaikan berdasarkan aktivitas yang telah direncanakan. Jalur sirkulasi dipisahkan antara jalur masyarakat dengan jalur wisatawan guna meningkatkan masing-masing tujuan tersebut. Penerapan tujuan serta konsep agrowisata pada tapak menghasilkan block plan kawasan (Gambar25)
Tabel 13 Aspek data, permasalahan dan solusi pada kawasan agrowisata No
Data
A. Faktor Utama Agrowisata 1 Letak, Luas dan Batas Tapak
2
Tata Guna Lahan
3
Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Tapak
Analisis Potensi
Permasalahan
§ Tapak memiliki lokasi strategis, dilalui jalur penghubung Ibu kota Negara, Kota Jakarta dengan Ibu kota Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung sehingga mudah dicapai § Tapak merupakan kawasan yang luas dengan alam pertanian dan pegunungan yang menarik § Pola ruang yang ada hanya § Pola pemanfaatan lahan untuk tujuan produksi, yang beragam belum sesuai dengan tujuan § Proporsi pemanfaatan agrowisata lahan terbesar berupa § Perkembangan pertanian permukiman dapat mengakibatkan alih fungsi lahan
§ Topografi berbukit dengan kemiringan yang cukup bervariasi memberikan kesan dinamis serta view menarik pada kawasan
§ Terdapat daerah curam berbahaya pada kelas kemiringan >45%
Konsep Menciptakan kawasan agrowisata dengan mengoptimalkan potensi alam pertanian secara maksimal
Solusi Pengembangan potensi tapak sebagai kawasan agrowisata, sebagai alternatif daerah tujuan wisata pada kawasan Puncak
§ Mempertahankan lahan Menciptakan tiga ruang pertanian sebagai ruang utama agrowisata: ruang utama agrowisata, hutan sebagai agrowisata, ruang ruang penyangga, permukiman pendukung agrowisata serta ruang penyangga sebagai ruang pendukung agrowisata § Mengoptimalkan pola pemanfaatan lahan beragam sebagai rangkaian view menarik di dalam kawasan agrowisata § Mempertahankan penggunaan sistem berteras pada area kebun berlereng, tanaman bergilir serta sistem drainase § Menjadikan daerah konservasi pada daerah berlereng curam
70
Lanjutan Tabel 13 Aspek data, permasalahan dan solusi pada kawasan agrowisata No 4
Data a. Objek dan Atraksi Agrowisata
b. Pariwisata sekitar Tapak
5
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi
6
Fasilitas Agrowisata
Analisis Potensi Permasalahan Beragam komoditi pertanian § Pola ruang belum sesuai dengan tujuan agrowisata yang dapat dikembangkan § Pemanfaatan terhadap sebagai objek dan atraksi potensi agrowisata yang agrowisata terbatas dengan aktivitas yang terbatas pula Belum adanya kerjasama antar objek wisata yang dapat meningkatkan perkembangan kawasan agrowisata § Tiga akses masuk kawasan § Sistem transportasi dan jalur sirkulasi yang kurang memudahkan dalam pengaturan jalur agrowisata tertata § Lebar dan kondisi jalan kurang sesuai §Kurangnya fasilitas wisata yang tersedia serta peletakan yang kurang merata §Penggunanan disain arsitektur bangunan yang kurang menunjang konsep agrowisata pada tapak
Konsep § Ruang agrowisata utama berdasarkan potensi pertanian kawasan § Keragaman aktivitas agrowisata berdasarkan keikutsertaan wisatawan dalam aktivitas pertanian
Solusi Diversifikasi ruang dan aktivitas agrowisata berdasarkan komoditi pertanian yang dimiliki oleh kawasan
Menjadikan kawasan agrowisata sebagai salah satu daerah tujuan wisata melalui peningkatan program wisata
Tapak dikelilingi bermacam objek wisata yang telah dikenal masyarakat secara luas
Pemisahan jalur wisatawan dan masyarakat untuk meningkatkan kenyamanan masing-masing tujuan
Pemisahan dan pengaturan jalur bagi wisatawan dan masyarakat serta meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan
Penyediaan fasilitas yang §Penyediaan fasilitas wisata fungsional dan estetik, sesuai aktivitas yang peletakan yang tepat, mudah dikembangkan pada lokasi yang pemeliharaan serta sesuai tepat dan strategis. dengan karakter tapak §Penggunaan disain bangunan yang memperkuat karakter serta menunjang konsep agrowisata.
71
Lanjutan Tabel 13 Aspek data, permasalahan dan solusi pada kawasan agrowisata No
Data
7
Informasi dan Promosi Agrowisata
8
View
B. Faktor Pendukung Agrowisata 1 Aspek Fisik a Iklim
b
Jenis Tanah
Analisis Potensi Permasalahan Informasi komoditas pada Kurangnya fasilitas tapak yang telah dikenal informasi serta promosi masyarakat secara luas. kawasan agrowisata yang dapat menarik pengunjung.
Konsep
§ Peningkatan ketersediaan fasilitas informasi wisata pada tapak. Penempatan fasilitas informasi pada lokasi yang mudah dilihat dan dijangkau pengunjung. Memanfaatkan serta mengoptimalkan panorama kawasan sebagai rangkaian view menarik di dalam kawasan agrowisata
Alam pegunungan dan pertanian, aktivitas pertanian serta keragaman pola pemanfaatan lahan beragam sebagai pendukung good view kawasan agrowisata
Suhu optimal bagi pengembangan sayuran dan tanaman hias dataran tinggi, serta menawarkan suasana dan iklim khas pegunungan
Penyinaran dan curah hujan tinggi
§ Jenis tanah regosol pada kemiringan sedang cukup stabil dan dapat dikembangkan sebagai daerah wisata. § Jenis tanah andosol cukup subur sehingga mendukung pertanian sebagai objek agrowisata.
.
Solusi
.
§ Penggunaan struktur peneduh sebagai fasilitas naungan dari hujan dan penyinaran yang tinggi § Penggunaan sistem perkerasan dan sistem drainase yang baik § Pengembangan aktivitas dan fasilitas pada tanah stabil § Mempertahankan serta meningkatkan kualitas jenis tanah bagi pertanian
72
Lanjutan Tabel 13 Aspek data, permasalahan dan solusi pada kawasan agrowisata No
Data
2 a
Aspek Teknis Pengelolaan
b
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Analisis Potensi Adanya perhatian serta upaya pengembangan terhadap kawasan agrowisata Peruntukan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur
Permasalahan Belum tersedia kelompok yang secara langsung mengelola kawasan agrowisata
Konsep
Solusi Pembentukan kelompok atau organisasi sebagai pengelola kawasan agrowisata secara langsung Mempertahankan fungsi ruang dalam kawasan sesuai peruntukan lahan dalam RTRW Kabupaten Cianjur
73
(Gambar 25: Block Plan)
PERENCANAAN LANSKAP Dari hasil block plan yang telah diperoleh kemudian dilakukan rencana ruang, pengembangan terhadap aktivitas dan fasilitas serta pembentukan jalur sirkulasi, hingga menghasilkan suatu rencana lanskap (landscape plan). RENCANA RUANG Rencana zonasi ruang pada tapak bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan wisatawan maupun masyarakat. Rencana ruang terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Ruang Utama Agrowisata Merupakan ruang tempat berlangsungnya atraksi agrowisata utama. Difersivikasi komoditi pertanian di dalam kawasan diterjemahkan ke dalam ruang-ruang atraksi agrowisata, sehingga kawasan agrowisata ini terbagi atas sub ruang agrowisata tanaman hias, sub ruang agrowisata sayuran, sub ruang agrowisata buah dan sub ruang agrowisata peternakan. Ruang Agrowisata Tanaman Hias Merupakan ruang atraksi agrowisata dengan komoditi tanaman hias. Di dalam ruang ini, wisatawan dapat mengenal keragaman tanaman hias yang ada serta mengetahui tehnik budidaya hingga pemeliharaanya. Di dalam ruang ini terbagi atas beberapa ruang berupa ruang budidaya, ruang display atau pemajangan serta ruang penyambutan dan pelayanan sebagai ruang pendukung aktivitas agrowisata. Sub ruang budidaya merupakan ruang dimana wisatawan dapat mengetahui proses persiapan media tanam, pembibitan, pemeliharaan hingga pengemasan tanaman hias siap jual dilakukan. Sub ruang display adalah sebagai ruang yang digunakan untuk mempertontonkan beragam jenis serta keindahan tanaman hias siap jual. Selain menggunakan fasilitas pendukung, ruang ini juga direncanakan memanjang atau linier mengikuti pola jalan yang ada (Gambar 26).
69
Permukiman Display Tanaman hias Jalur pejalan kaki Jalur kendaraan
Gambar 26 Ilustrasi pola ruang display agrowisata tanaman hias Ruang Agrowisata Tanaman Sayuran Pada ruang atraksi wisata komoditas tanaman sayuran, wisata yang akan dikembangkan adalah wisata agribisnis sayuran, sehingga di dalam ruang ini terbagi atas beberapa ruang. Ruang-ruang tersebut adalah ruang kebun sayuran, ruang budidaya, ruang usaha pasca panen hingga pengolahan produk, ruang teknologi pertanian serta ruang penyambutan dan pelayanan. Sub ruang kebun sayuran merupakan ruang bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas pertanian, sekaligus sebagai objek yang dapat dinikmati oleh wisatawan untuk mengetahui proses pertanian yang dilakukan. Sub ruang budidaya merupakan ruang bagi wisatawan untuk dapat secara langsung melakukan proses penanaman hingga pemanenan sayuran. Pada sub ruang pasca panen dan pengolahan produk, wisatawan dapat mengikuti proses setelah sayuran dipanen dan diolah menjadi bentuk yang lebih menarik untuk dinikmati. Kemudian pada sub ruang penjualan produk wisatawan dapat membeli hasil panen dan olahannya tersebut. Wisatawan juga dapat mengetahui serta mempelajari teknologi pertanian yang telah dilakukan petani pada sub ruang teknologi pertanian.
70
Gambar 27 Ilustrasi sub ruang kebun sayuran
Ruang Agrowisata Tanaman Buah Pada ruang atraksi wisata komoditas tanaman buah wisatawan dapat memperoleh buah segar yang dipetik secara langsung dari kebunnya, sehingga sub ruang yang dikembangkan adalah sub ruang kebun buah, sub ruang budidaya, sub ruang penjualan dan sub ruang penyambutan dan pelayanan. Buah yang dikembangkan adalah jenis buah yang dapat tumbuh di dalam kawasan, seperti alpukat, jeruk, apel, jambu dan rambutan.
Gambar 28 Ilustrasi sub ruang kebun buah Sub ruang kebun buah merupakan kebun dengan beragam macam buah di dalam satu area, yang dapat diperoleh serta dinikmati langsung oleh wisatawan. Sub ruang budidaya merupakan ruang bagi wisatawan untuk mempelajari teknik budidaya pada tanaman buah dan teknologi yang digunakan. Wisatawan dapat membawa hasil buah yang ada sebagai buah tangan yang dapat diperoleh pada sub ruang penjualan.
71
Ruang Agrowisata Peternakan Daya tarik peternakan sebagi sumber daya agrowisata antara lain pola beternak, budidaya hewan ternak atau cara tradisional dalam peternakan. Sehingga pada ruang atraksi peternakan ruang yang dikembangkan adalah sub ruang kandang ternak, sub ruang padang penggembalaan bagi sapi atau halaman berpagar bagi unggas, sub ruang penjualan produk serta sub ruang penyambutan dan pelayanan.
Gambar 29 Ilustrasi sub ruang padang penggembalaan Baik sub ruang kandang ternak ataupun padang penggembala merupakan tempat bagi hewan ternak untuk memperoleh makanan. Pada kandang ternak, wisatawan dapat secara langsung memberi makan kepada hewan ternak, memerah susu serta mengetahui proses berternak, sedangkan pada padang penggembala atau halaman berpagar hewan ternak memperoleh makanannya sendiri sehingga wisatawan dapat mengetahui perilaku hewan ternak. Pada sub ruang penjualan dapat diperoleh produk hewan ternak yang dikembangkan.
Ruang Pendukung Agrowisata Merupakan
ruang
yang
berfungsi
memberikan
kemudahan
serta
kenyamanan bagi wisatawan sebagai pendukung aktivitas agrowisata, terbagi atas sub ruang sebagai berikut: Ruang Penerimaan Merupakan ruang pertama yang berfungsi sebagai ruang penerima wisatawan ketika memasuki kawasan agrowisata. Sebagai welcome area, ruang ini berfungsi sebagai ruang identitas yang memberikan karakter dan identitas kawasan sebagai kawasan agrowisata, serta ruang informasi sebagai pusat
72
informasi bagi wisatawan yang ingin mengetahui informasi wisata pada kawasan agrowisata. Ruang penerimaan direncanakan terletak di bagian depan jalan masuk kawasan agrowisata juga pada masing-masing sub ruang atraksi agrowisata pada ruang utama agrowisata sebagai ruang penyambutan. Ruang penyambutan ini berfungsi untuk mempertegas keberadaan masing-masing sub ruang atraksi agrowisata yang terdapat di dalam kawasan.
Gambar 30 Ilustrasi ruang penerimaan kawasan agrowisata Ruang Pelayanan Ruang pelayanan merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan serta kenyaman bagi wisatawan. Ruang ini direncanakan untuk diletakkan terpusat pada bagian depan kawasan, sehingga dapat diakses cepat oleh wisatawan ataupun calon pengunjung kawasan agrowisata, serta diletakkan pada suatu lokai tertentu sebagai lokasi stopping area untuk memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi wisatawan. Pada ruang pelayanan terpusat wisatawan ataupun calon pengunjung dapat mengetahui produk dari kawasan agrowisata serta fasilitas pendukung wisata lainnya, sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi masingmasing sub ruang atraksi agrowisata secara langsung.
73
Gambar 31 Ilustrasi ruang pelayanan kawasan agrowisata Ruang Transisi Ruang transisi merupakan ruang persiapan serta sebagai ruang peralihan yang mengarahkan dan memperkenalkan wisatawan terhadap ruang atraksi utama agrowisata yang akan dituju. Ruang ini berupa pemukiman pedesaan serta kebun dan aktivitas pertaniannya, sehingga wisatawan dapat merasakan suasana pedesaan pertanian sebagai konsep pengembangan kawasan sebelum memasuki ruang utama agrowisata. Gambar 32 menggambarkan suasana di dalam kawasan yang dipertahankan sebagai ruang transisi.
Gambar 32 Ilustrasi ruang transisi Ruang Masyarakat Ruang masyarakat merupakan ruang kehidupan masyarakat pedesaan yang telah ada di dalam kawasan sebagai bagian dari total perencanaan kawasan. Kehidupan masyarakat pedesaan dimanfaatkan sebagai objek serta ruang yang
74
dapat memberikan pengalaman serta suasana pedesaan bagi wisatawan. Keberadaan ruang masyarakat dipertahankan serta diperhatikan keberadaannya sehingga tidak menyebar meluas yang dapat mengakibatkan alih fungsi lahan pertanian. Pengembangan ruang masyarakat sebagai pendukung agrowisata tetap memperhatikan pemukiman sebagai ruang pribadi masyarakat sehingga pengembangannya adalah sebagai ruang aktivitas agrowisata semi ekstensif.
Ruang Penyangga Merupakan ruang di dalam tapak yang berfungsi sebagai penyangga ruang konservasi tanah dan air serta mempertahankan kawasan agrowisata sebagai daerah resapan air dan kawasan lindung. Ruang penyangga kawasan agrowisata merupakan hutan lindung eksisting serta daerah-daerah dengan kemiringan curam yang berbahaya dan perlu dikonservasi. Hutan di dalam kawasan dapat meningkatkan kenyamanan dan udara segar serta memberikan fungsi hidrologis untuk menahan cadangan air. RENCANA AKTIVITAS DAN FASILITAS Rencana aktivitas yang dikembangkan di dalam kawasan agrowisata adalah aktivitas aktif dan aktivitas pasif, yang dibedakan berdasarkan keterlibatan atau keikutsertaan wisatawan di dalam proses pertanian. Ruang Utama Agrowisata Rencana aktivitas aktif dan pasif di dalam ruang utama agrowisata dikembangkan sesuai dengan komoditi pada masing-masing sub ruang atraksi agrowisata. Ruang Agrowisata Tanaman Hias Aktivitas aktif dan pasif pada sub ruang atraksi agrowisata tanaman hias diterjemahkan sebagai keikutsertaan wisatawan di dalam proses budidaya tanaman hias. Pengembangan aktivitas agrowisata juga memperhatikan pada fungsi masing-masing sub ruang yang ada di dalamnya. Ruang penyambutan merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai wisatawan untuk memperoleh informasi mengenai agrowisata tanaman hias. Fasilitas yang dapat dijumpai adalah kantor informasi. Selanjutnya di dalam ruang
75
display, wisatawan dapat menjumpai keragaman tanaman hias yang ditata rapi, menarik dan siap jual. Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif berupa pengamatan, berfoto ataupun berbelanja. Pada ruang budidaya, aktivitas aktif yang dikembangkan adalah mengikuti proses budidaya tanaman hias, di mulai dari persiapan media tanam, teknik perbanyakan tanaman, pemeliharaan hingga proses persiapan
tanaman
untuk
dijual.
Aktivitas
aktif
rekreatif
yang
dapat
dikembangkan berupa seni menata taman ataupun merangkai bunga. Fasilitas pedukung aktivitas aktif berupa lath house, lahan pembibitan dan percobaan, papan informasi. Sedangkan fasilitas pendukung aktivitas pasif berupa kios penjualan tanaman hias, loket penjualan, tempat duduk serta fasilitas jalan setapak.
Gambar 33 Ilustrasi aktivitas berbelanja pada agrowisata tanaman hias
Ruang Agrowisata Tanaman Sayuran Sub ruang kebun sayuran merupakan ruang produksi sayuran masyarakat sebagai objek pertanian yang dapat dinikmati wisatawan, sehingga aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif berupa pengamatan, jalan santai, berfoto atau istirahat. Fasilitas yang dikembangkan berupa jalan setapak serta tempat duduk atau saung petani. Pada sub ruang budidaya, aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas aktif wisatawan dalam proses penanaman hingga panen sayuran. Fasilitas yang disediakan berupa lahan percobaan, gudang peralatan. Selanjutnya
76
wisatawan dapat secara langsung ikut menangani proses pasca panen hingga mengolahnya menjadi produk olahan sederhana yang lebih menarik untuk dikonsumsi. Fasilitas yang disediakan berupa packing house dan bangunan sederhana bagi pengolahan produk. Produk dan bahan olahan ini kemudian dapat dibeli wisatawan pada ruang pelayanan. Wisatawan dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan mengenai teknologi yang digunakan dalam budidaya tanaman sayuran pada sub ruang teknologi pertanian berupa lahan percontohan dengan fasilitas pendukung berupa papan informasi.
Gambar 34 Ilustrasi aktivitas pengamatan pada agrowisata sayuran Ruang Agrowisata Tanaman Buah Sub ruang kebun buah merupakan objek tanaman buah yang dapat dinikmati keragaman serta keindahannya oleh wisatawan melalui aktivitas pengamatan, jalan santai ataupun istirahat di dalam kebun. Di dalam kebun ini pula wisatawan dapat memetik secara langsung buah yang telah matang dan hendak dikonsumsi. Fasilitas yang disediakan berupa saung, papan informasi, tempat duduk serta jalur bagi pejalan kaki.
Gambar 35 Ilustrasi aktivitas pada agrowisata buah
77
Di dalam sub ruang budidaya, wisatawan dapat secara langsung mengetahui tehnik perbanyakan tanaman buah serta penanganan pasca panen melalui fasilitas tempat pembibitan dan packing house. Buah siap jual dapat secara langsung dibeli pada ruang pelayanan. Ruang Agrowisata Peternakan Sub ruang budidaya merupakan ruang hidup hewan ternak di dalam kandang. Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas aktif mengikuti pola dan cara berternak, seperti memberi makan, memerah susu pada hewan ternak sapi, ataupun aktivitas memberi makan serta mengikuti proses pemilihan dan pengambilan telur pada ternak unggas. Pada sub ruang bermain, aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif berupa pengamatan terhadap keragaman serta perilaku hewan ternak. Di dalam ruang produksi dan pengolahan produk, wisatawan dapat mengetahui proses pasca panen dan pengolahannya ke dalam kemasan siap jual. Fasilitas yang disediakan berupa kandang percobaan dan pengamatan, padang gembala atau halaman berpagar, papan informasi, jalur pengamatan, ruang produksi dan ruang pengolahan.
Gambar 36 Ilustrasi aktivitas memerah susu pada agrowisata peternakan Ruang Pendukung Agrowisata Di dalam ruang pendukung agrowisata, aktivitas yang dikembangkan adalah aktifitas pasif, sesuai dengan fungsi pada masing-masing sub ruang sebagi berikut: Ruang penerimaan Sebagai area pertama yang dijumpai oleh wisatawan yang datang, ruang penerimaan yang berfungsi sebagai ruang identitas membutuhkan fasilitas
78
identitas kawasan berupa papan atau gerbang penanda kawasan. Tidak hanya terletak pada akses masuk kawasan agrowisata, juga pada masing-masing sub ruang atraksi agrowisata yang dikembangkan. Suasana pedesaan dengan penggunaan arsitektur bangunan tradisional serta penggunaan tanaman buah sebagai tanaman jalan dapat memberikan identitas kawasan sebagai kawasan agrowisata. Aktivitas di dalam ruang ini memperoleh informasi mengenai jenis agrowisata yang dikembangkan.
.
Gambar 37 Ilustrasi gerbang penanda kawasan, loket tiket serta informasi kawasan agrowisata Fasilitas pendukung yang direncanakan pada ruang penerimaan berupa penunjuk arah, papan informasi, gerbang penanda kawasan, loket tiket dan kantor pengelola serta pusat informasi. Fasilitas papan penunjuk arah dan informasi berupa peta kawasan ataupun informasi agrowisata tidak hanya diletakkan di satu tempat, namun menyebar di lokasi yang tepat di dalam kawasan agrowisata yang dapat dilihat jelas oleh wisatawan.
Gambar 38 Ilustrasi papan penunjuk arah dan informasi
79
Ruang Pelayanan Sebelum memasuki kawasan atraksi wisata, wisatawan dapat memperoleh pelayanan wisata yang terdapat dekat dengan lokasi ruang penerimaan. Ruang pelayanan yang direncanakan memusat adalah ruang yang terpisahkan dari total kawasan karena dibelah oleh lintasan jalan negara. Ruang pelayanan yang diletakkan menyebar pada titik-titik tertentu di dalam kawasan berfungsi sebagai stopping area bagi wisatawan. Selain itu, ruang pelayanan juga terdapat pada masing-masing sub ruang atraksi agrowisata pada ruang utama agrowisata. Aktivitas yang dikembangkan pada ruang pelayanan terpusat ini adalah melepas lelah, beribadah, makan dan minum, berbelanja dan bermalam, sehingga fasilitas yang disediakan berupa tempat parkir, tempat duduk, saung, musholla, toilet umum, telepon umum, rumah makan tradisional, kios penjualan produk agrowisata serta tempat penginapan. Pada lokasi tertentu sebagai stopping area, aktivitas yang dikembangkan berupa istirahat melepas lelah, melepas dahaga atau lapar sehingga fasilitas yang disediakan berupa kios makanan ataupun saung berarsitektur tradisional sebagai fasilitas istirahat bagi wisatawan. Aktivitas yang dikembangkan pada ruang pelayanan pada masing-masing sub ruang atraksi agrowisata berupa beristirahat sejenak, makan dan minum atau berbelanja souvenir. Berkaitan dengan aktivitas tersebut, fasilitas pelayanan yang dapat dijumpai berupa tempat parkir, musholla, toilet, tempat makan, telepon umum, serta penyediaan saung dan tempat duduk pada titik tertentu sebagai tempat istirahat.
Gambar 39 Ilustrasi fasilitas saung pada stopping area
80
Ruang Transisi Merupakan ruang di dalam kawasan agrowisata sebagai ruang persiapan menuju ruang utama agrowisata. Ruang ini berupa deretan pemukiman serta hamparan kebun pertanian kawasan agrowisata. Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif berupa aktivitas jalan santai, bersepeda, duduk dan beristirahat serta menikmati pemandangan yang ada.
Gambar 40 Ilustrasi aktivitas pada ruang transisi Fasilitas yang disediakan berupa tempat pemberhentian kendaraan dan tempat duduk pada suatu lokasi dengan objek pemandangan alam yang menarik, jalur bagi pengguna sepeda serta jalur bagi pejalan kaki. Ruang masyarakat Ruang masyarakat berpotensi sebagai objek serta atraksi wisata yang dapat ditawarkan kepada pengunjung. Pola kehidupan masyarakat pedesaan pertanian menjadi hal menarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Sifat masyarakat yang cenderung terbuka memungkinkan untuk mengembangkan fasilitas tempat tinggal sebagai fasilitas home stay bagi wisatawan. Sebagai ruang pribadi masyarakat, aktivitas wisata yang dilakukan tidak direncanakan secara intensif. Pengembangan aktivitas semi intensif wisata berupa pengamatan serta bermalam di pemukiman penduduk. Ruang Penyangga Merupakan ruang penyangga bagi daerah konservasi kawasan, sehingga aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif dan berorientasi pada alam berupa nature trail, viewing berupa jalan–jalan menikmati keindahan dan menghirup udara segar ataupun photohunting. Fasilitas yang ada hanya jalur bagi
81
pejalan kaki serta tempat duduk. Jalur yang direncanakan adalah alami, sehingga tidak mempengaruhi fungsi konservasi.
RENCANA JALUR AGROWISATA Pengembangan konsep sirkulasi membagi jalur sirkulasi pada tapak menjadi dua jalur kepentingan yaitu jalur sirkulasi wisata dan jalur sirkulasi masyarakat. Jalur Sirkulasi Wisata Jalur sirkulasi wisata merupakan jalur sirkulasi bagi wisatawan untuk menikmati objek serta atraksi wisata yang ditawarkan pada kawasan agrowisata. Jalur ini terbagi atas tiga jalur sebagai berikut: 1. Jalur primer Jalur ini merupakan jalur utama bagi kendaraan tujuan wisata yang menghubungkan ruang-ruang di dalam kawasan agrowisata. Jalur ini berupa jalan propinsi yang terdapat di dalam kawasan dengan pola loop atau memutar sehingga tidak terjadi pengulangan jalur. Lebar jalan yang direncanakan ± 5,56,5 m bagi dua jalur kendaraan dengan satu arah sehingga tidak menimbulkan kemacetan. 2. Jalur Sekunder Jalur sekunder wisata diperuntukkan bagi kendaraan sepeda. Perencanaan jalur ini adalah penggunaan jalur sirkulasi sepeda kelas I, yaitu pemisahan total antara jalur sepeda dengan jalur sirkulasi lainnya sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan.
± 2.4 m
± 6.5 m
Gambar 41 Potongan jalur wisata primer dan sekunder
82
Lebar yang direncanakan ± 2,4 m dengan dua jalur kendaraan sepeda. Jalur ini direncanakan melalui ruang–ruang di dalam kawasan dengan mengikuti pola jalur primer yang direncanakan, untuk mendapatkan pengalaman serta pemandangan alam yang menarik. 3. Jalur Tersier Jalur tersier merupakan jalur yang diperuntukkan bagi pejalan kaki, berupa trotoar ataupun berupa track alami yang menghubungkan sub-sub ruang dalam ruang atraksi agrowisata. Lebar yang direncanakan adalah ± 1,2-1,8 m dengan kemiringan maksimal pada trotoar adalah 5 % dengan pola jalur memusat menuju pusat – pusat atraksi. Berdasarkan kondisi tapak yang memiliki jalur yang panjang, tempat istirahat menjadi tempat yang menyenangkan untuk beristirahat, sehingga pada jarak tertentu fasilitas tempat duduk sebagai stopping area disediakan bagi wisatawan yang ingin beristirahat.
± 1.8 m
Gambar 42 Ilustrasi tempat pemberhentian kendaraan Jalur Sirkulasi Masyarakat Jalur sirkulasi masyarakat merupakan jalur yang dibuat bagi kebutuhan masyarakat sebagai fungsi produksi ataupun sebagai penghubung antar ruang kehidupan masyarakat. Jalur ini terbagi atas dua jalur sebagai berikut: 1. Jalur Primer Jalur primer merupakan jalur bagi kendaraan produksi dan kendaraan umum yang memasuki kawasan. Jalur produksi dapat menggunakan dua arah sebagai penghubung antara kebun, ruang masyarkat serta akses keluar kawasan.
83
Kesamaan jalur produksi dengan jalur wisatawan dapat memberikan suasana pertanian sehingga memperkuat konsep agrowisata yang diinginkan, selain memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mengangkut dan menjual hasil sayuran ke luar kawasan. Lebar minimum yang direncanakan adalah 7,5 m. Sedangkan jalur angkutan umum merupakan jalur penghubung ruang masyarakat dengan ruang di luar kawasan. Jalur angkutan umum ini terpisah dengan jalur bagi wisatawan sehingga tidak saling mengganggu. Fasilitas halte atau tempat pemberhentian kendaraan diletakkan pada titik–titik tertentu sehingga memudahkan masyarakat untuk memperoleh kendaraan umum. 2. Jalur Sekunder Jalur ini merupakan jalur pejalan kaki bagi masyarakat sebagai fungsi ketetanggaan. Jalur ini dapat berupa track sebagai penghubung di dalam kawasan pemukiman atau penghubung antar sub ruang kehidupan masyarakat dan direncanakan sealami mungkin sesuai dengan kondisi kawasan yang bernuansa pedesaan
85 LEGENDA
PETA ORIENTASI
: Jalur Wisatawan : Jalur Masyarakat : Area Konservasi (a) : Area Pemukiman (b) : Lahan Pertanian (c) : Kebun Buah (d) : Area Peternakan (e) : Akses Masuk
b
N
KECAMATAN PACET (2002) W
E S
KABUPATEN CIANJUR
TANPA SKALA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN ISTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
c
JUDUL STUDI
d e
PERENCANAAN LANSKAP BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA DI DESA-DESA PUSAT PERTUMBUHAN KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR JUDUL GAMBAR
RENCANA LANSKAP KAWASAN AGROWISATA
a
DIGAMBAR OLEH
SEPTAMIA HALIDA A 34201025 DOSEN PEMBIMBING
Dr. Ir. ALINDA F.M. ZAIN, M.Si Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA TANGGAL DISETUJUI
PARAF
ORIENTASI
NO GAMBAR
N
W
E S
SKALA
43
Tabel 14 Ruang, aktivitas dan fasilitas agrowisata Ruang
Tujuan
A. Ruang Utama Agrowisata Mengenal 1. Agrowisata keragaman jenis Tanaman Hias tanaman hias serta (2%/±30Ha) mengetahui teknik budidaya tanaman hias
Sub Ruang
Aktivitas Aktif
a. Ruang penyambutan b. Ruang display c. Ruang budidaya
Mengenal keragaman, mengamati proses pertanian dari pengolahan tanah hingga pengolahan produk, mengetahui teknologi pertanian sederhana ataupun tinggi serta mempelajari tehnik budidaya tanaman sayuran.
a. Ruang penyambutan b. Ruang kebun sayuran c. Ruang budidaya
d. Ruang pasca panen dan pengolahan
e. Ruang Teknologi pertanian f. Ruang Pelayanan
Fasilitas
Memperoleh informasi Pengamatan, berfoto, berbelanja
Kantor informasi Kios penjualan tanaman hias, tempat duduk, jalan setapak Lath house, lahan pembibitan dan percobaan, papan informasi
Melepas lelah, haus dan dahaga, memarkir kendaraan Memperoleh informasi Pengamatan, jalan santai, berfoto, istirahat
Tempat duduk, warung sederhana, tempat parkir, toilet umum Kantor informasi Jalan setapak, tempat duduk, saung Lahan percobaan, gudang peralatan
Mempersiapkan media tanam, tehnik perbanyakan tanaman, pemeliharaan tanaman, proses persiapan tanaman siap jual
d. Ruang pelayanan 2. Agrowisata Tanaman Sayuran (47%/±720Ha)
Pasif
Mempersiapkan media tanam, penanaman, panen sayuran Pengumpulan sayuran, pengepakan dan mengikuti proses pengolahan produk sederhana
Packing house, bangunan pengolahan produk
Mengamati teknologi budidaya tanaman sayuran Melepas lelah, haus dan dahaga, memarkir kendaraan
Lahan percontohan, papan informasi Tempat duduk, warung sederhana, tempat parkir, toilet umum
86
Lanjutan Tabel 14 Ruang, aktivitas dan fasilitas agrowisata Ruang 3. Agrowisata Tanaman Buah (2%/±30Ha)
Tujuan Mengenal keragaman jenis, mengetahui dan mempelajari tehnik budidaya tanaman buah.
Sub Ruang
Aktivitas Aktif
a. Ruang penyambutan b. Kebun buah
c. Ruang budidaya
Menanam, perbanyakan tanaman, penanganan pasca panen
d. Ruang pelayanan
4. Agrowisata Peternakan (1.5%/±23Ha)
Mengamati dan mempelajari proses dan aktivitas peternakan.
Fasilitas Kantor informasi Kebun buah, saung, tempat duduk, papan informasi, jalan setapak alami Tempat pembibitan, gudang, packing house
Melepas lelah, haus dan dahaga, memarkir kendaraan, berbelanja Memperoleh informasi
Tempat duduk, warung sederhana, tempat parkir, toilet umum Kantor informasi Kandang ternak, kandang percobaan, papan informasi, packing house
d. Ruang pelayanan
Mengamati perilaku hewan ternak Melepas lelah, haus dan dahaga, memarkir kendaraan, berbelanja
Padang gembala atau halaman berpagar, Tempat duduk, warung sederhana, tempat parkir, toilet umum
a. Identitas Kawasan b. Informasi Kawasan
Memperoleh informasi kawasan
Penanda Kawasan, kantor informasi
Istirahat, makan dan minum, berbelanja, bermalam, memarkir kendaraan, beribadah.
Saung, tempat duduk, rumah makan, kios, penginapan, tempat parkir, toilet umum, telepon umum, musholla.
a. Ruang penyambutan b. Ruang budidaya
c. Ruang bermain
B. Ruang Pendukung Agrowisata 1. Ruang Menarik Penerimaan wisatawan untuk (0.5%/±5Ha) berkunjung 2. Ruang Memberikan Pelayanan kemudahan serta (1.3%/±20Ha) kenyamanan bagi wisatawan
Pasif Memperoleh informasi Jalan santai, pengamatan, istirahat, memetik dan menikmati buah
-
Mengikuti pola dan cara bertenak, memberi makan, memerah susu, atau pengambilan telur pada hewan unggas
87
Lanjutan Tabel 14 Ruang, aktivitas dan fasilitas agrowisata Ruang 3. Ruang Transisi (3%/±45Ha)
4. Ruang Masyarakat (11.7%/±178Ha) C. Ruang Penyangga (31%/±474Ha)
Tujuan
Sub Ruang
Sebagai ruang persiapan, mengarahkan dan memperkenalkan wisatawan terhadap ruang atraksi utama Alokasi terhadap kehidupan masyarakat petani pedesaan Ruang konservasi tanah dan air
-
-
-
Aktivitas Aktif
Pasif Istirahat, jalan santai, bersepeda
Homestay, mengenal kehidupan petani serta menikmati suasana pedesaan Nature trail, viewing, photohunting
Fasilitas Saung, tempat duduk, jalur bagi pejalan kaki dan sepeda
Rumah penginapan, jalur pengamatan
Saung, Tempat duduk, trackking alami
LEGENDA 1
3
2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ruang Penerimaan Ruang Pelayanan Terpusat Ruang Transisi Ticketting Ruang Agrowisata Tanaman Hias Ruang Agrowisata Tanaman Sayuran Ruang Agrowisata Peternakan Ruang Agrowisata Tanaman Buah : Jalur wisatawan : Jalur masyarakat : Akses Masuk
4
5
5
4
4
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN ISTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 8
6
7
JUDUL STUDI
PERENCANAAN LANSKAP BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA DI DESA-DESA PUSAT PERTUMBUHAN KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR JUDUL GAMBAR
TOURING PLAN KAWASAN AGROWISATA DIGAMBAR OLEH
SEPTAMIA HALIDA A 34201025 DOSEN PEMBIMBING
Dr. Ir. ALINDA F.M. ZAIN, M.Si Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA TANGGAL DISETUJUI
PARAF
ORIENTASI
NO GAMBAR
N
W
E S
SKALA
44
TOURING PLAN Touring plan merupakan rencana perjalanan di dalam kawasan agrowisata yang dikembangkan ke dalam paket agrowisata. Paket wisata disusun berdasarkan panjang waktu yang tersedia, sehingga dibagi atas paket agrowisata satu hari, dan paket agrowisata dua hari. Pada perjalanan satu hari, paket agrowisata dibagi atas tiga paket agrowisata. Pada pilihan pertama tidak terlalu banyak aktivitas aktif yang ditawarkan, sehingga wisatawan dapat mendapatkan nilai pendidikan pertanian melalui aktivitas pasif yang lebih santai atau tanpa mengikuti proses pertanian yang ada. Pada paket dua aktivitas aktif dan pasif yang ditawarkan seimbang, sedangkan paket tiga merupakan paket pendidikan sehingga proporsi aktivitas aktif atau keikutsertaan wisatawan dalam proses pertanian lebih besar. Pada paket agrowisata dua hari, semua aktivitas yang ada dikemas dalam perjalanan selama dua hari dengan aktivitas menginap pada pemukiman masyarakat. Rencana perjalanan pada paket agrowisata tersebut terdapat pada tabel 15 dan 16. Tabel 15 Paket agrowisata satu hari Paket Wisata Paket I (08.00-16.30)
Ruang Penerimaan Pelayanan Terpusat Transisi Agrowisata Tanaman Hias Agrowisata Tanaman Sayur Pelayanan Agrowisata Tanaman Buah Agrowisata Peternakan Masyarakat Pelayanan Penyangga
Paket II (08.00-15.30)
Penerimaan Pelayanan Terpusat Transisi Agrowisata
Aktivitas Memperoleh informasi Memperoleh kendaraan khusus wisata, persiapan, istirahat sejenak. Istirahat, jalan santai § Jalan santai berkeliling kebun tanaman hias, istirahat dan berfoto § Berbelanja tanaman hias § Berkeliling kebun sayuran, berfoto § Berbelanja sayuran § Istirahat dan menikmati hasil olahan sayuran Istirahat, makan dan minum, sholat Jalan santai mengelilingi kebun buah, istirahat, memetik dan menikmati buah, berbelanja Mengunjungi peternakan sapi Berkeliling desa Istirahat, makan dan minum, sholat Nature trail, wiewing dan photo hunting Memperoleh informasi Memperoleh kendaraan wisata, istirahat sejenak dan persiapan Istirahat, jalan santai § Menanam dan teknik perbanyakan
Waktu (menit) 20 15
10 40 30 40 30 40 25 60
30 40 15 90
20 15 10 30
Tanaman Hias Agrowisata Tanaman Sayur
Pelayanan Agrowisata Tanaman Buah Agrowisata Peternakan Masyarakat
Paket III (08-16.30)
Penerimaan Pelayanan Terpusat Transisi Agrowisata Tanaman Hias
Agrowisata Tanaman Sayur
Pelayanan Agrowisata Tanaman Sayur Agrowisata Tanaman Buah
Agrowisata Peternakan
Masyarakat Penyangga
tanaman hias § Berkeliling, berfoto dan berbelanja tanaman hias § Menanam tanaman sayuran § Melakukan teknik memanen sayuran § Mengamati proses pengolahan produk sayuran § Mengamati teknologi pertanian § Berkeliling, berfoto dan berbelanja tanaman sayuran Istirahat, makan dan minum, sholat § Melakukan teknik perbanyakan tanaman buah § Melakukan teknik memanen buah, memetik dan menikmati buah § Memberi makan dan memerah susu sapi 1. Kunjungan ke pemukiman masyarakat pedesaan 2. Memperoleh informasi Memperoleh kendaraan wisata, istirahat sejenak dan persiapan Istirahat, jalan santai § Menanam dan teknik perbanyakan tanaman hias § Jalan santai berkeliling kebun tanaman hias, berbelanja, istirahat dan berfoto § Persiapan lahan dan penanaman tanaman sayuran § Panen sayuran § Pengumpulan dan pengepakan hasil panen Istirahat, makan dan minum, sholat § Pengolahan produk sayuran sederhana § Berkeliling kebun sayuran, berfoto, Istirahat, berbelanja dan menikmati hasil olahan sayuran § Menanam dan perbanyakan tanaman buah § Teknik panen dan proses pasca panen tanaman buah § Jalan santai mengelilingi kebun buah, istirahat, memetik dan menikmati buah § Pengamatan, memberi makan dan memerah susu sapi § Pengamatan, memberi makan dan pengambilan telur unggas 3. Kunjungan ke pemukiman masyarakat pedesaan Nature trail, wiewing dan photo hunting
30 30 30 20 20 30 30 25 60 25 45
20 15 10 30 30 60 30 30 20 30 30
30 30 40 45 25 45 90
Tabel 16 Paket agrowisata dua hari Paket Wisata Hari pertama (08-15.00)
Ruang Penerimaan Pelayanan Terpusat Transisi Agrowisata Tanaman Hias Agrowisata Tanaman Sayur
Pelayanan Agrowisata Tanaman Sayur Masyarakat
Hari Kedua (06.00-14.00)
Penyangga Pelayanan Agrowisata Tanaman Buah
Agrowisata Peternakan Agrowisata Tanaman Hias Masyarakat
Aktivitas Memperoleh informasi Memperoleh kendaraan wisata, istirahat sejenak dan persiapan Penjelasan dan pengamatan, istirahat, jalan santai § Persiapan media tanam dan menanam § Teknik perbanyakan tanaman hias § Jalan santai berkeliling kebun tanaman hias, istirahat dan berfoto § Persiapan lahan dan penanaman tanaman sayuran § Panen sayuran § Pengumpulan dan pengepakan hasil panen § Pengamatan teknologi pertanian Istirahat, makan dan minum, sholat § Pengolahan produk sayuran sederhana § Berkeliling kebun sayuran, berfoto, istirahat dan menikmati hasil olahan sayuran § Kunjungan ke pemukiman masyarakat § Menginap
Nature trail, wiewing dan photo hunting Istirahat, makan dan minum § Persiapan media tanam dan menanam
Waktu (menit) 20 20 15 45 30 45 40 30 30 20 20 45 60 25 (15.0006.00 (Hari kedua)) 120 20 30
§ Teknik perbanyakan dan pemeliharaan tanaman § Teknik panen dan proses pasca panen tanaman buah § Jalan santai mengelilingi kebun buah, istirahat, memetik dan menikmati buah, berbelanja § Pengamatan, memberi makan dan memerah susu sapi § Pengamatan, memberi makan dan pengambilan telur unggas Berbelanja
30
Istirahat, makan dan minum, sholat, persiapan pulang
30
30 60
45 25 20
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1. Desa Sindangjaya dan Sukatani merupakan desa-desa pusat pertumbuhan kawasan Agropolitan Cianjur yang memiliki potensi komoditi serta alam pertanian dan pegunungan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. 2. Konsep perencanaan adalah mengembangkan kawasan sebagai kawasan agrowisata yang memiliki nilai pengetahuan dan pendidikan pertanian untuk mencapai tujuan perencanaan melalui aktivitas yang menyenangkan. 3. Tujuan perencanaan kawasan agrowisata adalah meningkatkan aktivitas wisata pertanian untuk meningkatkan wawasan serta apresiasi pertanian khususnya bagi wisatawan, melestarikan alam pertanian dan pegunungan yang telah ada hingga akhirnya dapat menjadi alternatif daerah tujuan wisata serta sumber pendapatan bagi masyarakatnya baik dari segi produksi ataupun jasa. 4. Perencanaan pengembangan ruang di dalam kawasan agrowisata berdasarkan potensi pemanfaatan lahan kawasan dibagi atas ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Pengembangan sub ruang di dalam ruang utama agrowisata menghasilkan diversifikasi ruang atraksi agrowisata berdasarkan potensi komoditi pertanian kawaan yang terdiri atas ruang agrowisata tanaman hias (2% atau ± 30 Ha), ruang agrowisata tanaman sayuran (47% atau ± 720 Ha), ruang agrowisata tanaman buah (2% atau ± 30 Ha) dan ruang agrowisata peternakan (1.5% atau ± 23 Ha). Ruang pendukung agrowisata berupa sub ruang penerimaan (0.5% atau ± 5 Ha), sub ruang pelayanan (1.3% atau ± 20 Ha), sub ruang transisi (3% atau ± 45 Ha) dan sub ruang masyarakat (11.7% atau ± 178 Ha). Ruang penyangga yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi kawasan sebagai daerah resapan air direncanakan sebesar 31% ( ± 474 Ha). 5. Aktivitas rekreatif edukatif agrowisata diterjemahkan sebagai aktivitas aktif, berupa keikutsertaan wisatawan di dalam proses pertanian pada keragaman jenis tanaman hortikultura dan peternakan yang ada, serta aktivitas pasif untuk menikmati alam pertanian dan pegunungan. Keragaman aktivitas dan fasilitas agrowisata mampu mengurangi kemonotan serta memperpanjang waktu
kunjung wisatawan yang berdampak positif bagi peningkatan pendapatan masyarakat. 6. Rencana ruang serta pengembangan aktivitas dan fasilitas di dalam kawasan dihubungkan dengan jalur sirkulasi agrowisata yang dibagi atas jalur wisatawan dan jalur masyarakat, untuk meningkatkan pencapaian tujuan, kenyamanan serta mengurangi kemungkinan konflik yang mungkin terjadi. 7. Hasil studi berupa alternatif rencana lanskap (landscape plan) dengan rencana perjalanan (touring plan) untuk kegiatan agrowisata.
SARAN 1. Studi perencanaan kawasan agrowisata merupakan perencanaan makro dengan mengidentifikasi serta mengoptimalkan potensi ruang pertanian pada kawasan, sehingga dapat dilanjutkan dengan perencanaan yang lebih detil terhadap ruang-ruang yang telah direncanakan tersebut. 2. Perencanaan kawasan agrowisata sekaligus merupakan upaya pengembangan kawasan agropolitan dengan memanfaatkan dan mengembangkan kondisi pertanian yang telah ada, sehingga peningkatan karakter pedesaan dan pertanian
serta
meningkakan
kualitas
lingkungan
dan
kesejahteraan
masyarakat perlu diperhatikan. 3. Perlu adanya pengelola kawasan agrowisata dan kerjasama, baik antara investor, pemerintah dan pengelola kawasan agrowisata tersebut serta peran aktif masyarakat untuk mewujudkan tujuan perencanaan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, HS. 1992. Beberapa Pemikiran Pengembangan Agrowisata pada Kawasan Cagar Budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata Agro. IPB. Bogor. ________. 2001. Peran Arsitek Lanskap dalam Perencanaan dan Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. Di dalam: Rapat Kerja Nasional Wisata Agro 2001; Bogor, 11-13 Okt 2001. ________. 2004. Pengembangan Agrowisata di Daerah Penyangga Kawasan Lindung. Di dalam: Bimbingan Teknis Pengembangan Wilayah Daerah Penyangga Kawasan Lindung; Bogor, 8 Sep 2004. [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2004. Rencana PJM Pembangunan dan Pemeliharaan Jalur Jalan Pendukung Pariwisata Kawasan Puncak. Kabupaten Cianjur. Chiara, DJ, LE. Koppelman. 1997. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. [Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. http://database.deptan. go.id/agrowisata. [27 Mar 2005] Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Design. Mc Graw Hill Book Co. New York. Gunn, CA. 1993. Tourism Planning, Basics, Concepts, Cases. Taylor and Francis. Taylor and Francis. Washington. Hakim, R, H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap PrinsipUnsur dan Aplikasi Disain. Bumi Aksara. Jakarta Harris, CW, NT. Dines. 1988. Time Saver Standards for Landscape architecture. McGraw Hill Book Company, Inc. New York. Hastuti, H. I. 2001. Model Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan Agropolitan (Studi kasus: Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah). Tesis. Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Program Pascasarjana, IPB. Bogor. Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan. PT. Intermatra. Bandung. Mellawati. 2005. Perancangan Taman Bermain Berwawasan Pertanian di Kawasan Wisata Agro Cilangkap Jakarta Timur. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Nurisjah, S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro (Agrotourism). Buletin Taman dan Lanskap Indonesia 2001; 4(2): 20-23. _________. 2004. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Lanskap, IPB. Bogor. Pryatna, T.T. 1992. Perencanaan Lanskap Daerah Penerima Utama Kampus Institut Pertanian Bogor. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Rustiadi, E, S. Hadi. 2004. Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan dan Pembangunan Berimbang. Di dalam: Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan di Wilayah secara Berimbang; Bogor, 20 Agu 2004. Bogor: Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB. hlm 4-24. Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. Mc. Graw Hill Co. New York. Subowo. 2002. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan http://database.deptan. go.id/agrowisata. [9 Maret 2005]
Petani.
Suwandi. 2004. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Perdesaan di Kawasan Agropolitan. Di dalam: Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan di Wilayah secara Berimbang; Bogor, 20 Agu 2004. Bogor: Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB. hlm 55-61. Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta. Turtawinata, MR, L. Fachrudin. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Panebar Swadaya. Bogor. Yoeti, OA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramita. Jakarta. _________. 2003. Tours and Travel Marketting. Pradnya Paramita. Jakarta.
Lampiran 1 Kondisi iklim kawasan agrowisata tahun 2000-2004 Uraian Suhu (oC) Maksimum Rata-rata Minimum CH(mm) Kelembaban Penyinaran
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
24.54 20.72 17.52 367.78 88.72 19.46
23.64 20.06 17.8 323.64 89.6 11.67
24.56 20.78 17.86 327.74 87.82 27.32
25.62 21.28 17.8 421.32 86.18 42.76
25.26 21.3 17.54 247.04 84.74 52.24
Bulan Jun Jul 25.14 20.5 16.66 277.76 83.26 57.39
25.14 20.01 15.94 100.08 83.36 61.74
Sumber: Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik ( Balitbiogen ), Cianjur.
Agu
Sep
25.34 20.24 15.62 66.02 80.58 62.78
26.12 20.86 16.6 153.86 82.22 72.38
Okt 26.06 21.3 17.2 234.52 80.86 57.05
Nov
Des
24.88 21.5 17.88 510.74 85.78 31.67
25.08 21.08 17.46 245.1 86.24 30.2
Temperatur (oC) 30 20
Maksimum
10
Minimum
Rata-rata 0 JAN FEB MAR APR MEI JUN
JUL AGT SEP OKT NOV DES
Curah Hujan (mm) 20 15 10 5
Curah Hujan
0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
Kelembaban Udara Rata-rata (%) 95 90 85
Kelembaban
80 75 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
Penyinaran (%) 80 60 40
Penyinaran
20 0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES
Lampiran 2 Grafik kondisi iklim kawasan agrowisata tahun 2000-2004
Lampiran 3 Sifat tanah pada kawasan agrowisata No 1
Jenis Tanah Regosol
Sifat Tanah - berada di daerah dengan iklim beragam - berasal dari abu volkan atau bahan sedimen yang tercerai-berai - berada di medan gelombang, bergunung atau miring - solum dangkal sampai dalam - berwarna kelabu hingga kuning - mempunyai horizon A-C dengan batas samar - bertekstur pasir dan debu (>60%) - bertekstur butir tunggal - konsistensi gembur serta lepas - kadar bahan organik rendah - kadar hara beragam - permeabilitas cepat - peka erosi 2 Latosol - dijumpai pada daerah CH>2000 mm/th, bulan kering <3 bulan - terbentuk dari bahan induk batu atatu tufa volkan - pada medan berombak hingga bergunung 10-1000 mdpl - solum dalam (>1,5 m) - berwarna merah hingga coklat - tekstur liat, struktur remah - konsistensi gembur dan homogen - tanah masam hingga agak masam - kadar BO lemah - keadaan hara sedang hingga lemah - permeabilitas baik dan tahan erosi 3 Andosol - dijumpai pada daerah CH 2000 mm/th tanpa bulan kering pasti - terbentuk dari bahan induk tufa atau abu volkan - pada medan datar, agak miring, bergelobang atau datarn tinggi mulai dari 1000 mdpl - solum agak tebal, berwarna hitam sampai kuning - konsistensi gembur, tekstur kaya debu - kaya bahan organik di lapisan permukaan - fiksasi P tinggi, miskin N, P dan K, mineral liat dominan alofan, permeabilitas sedang, peka erosi air atau angin Sumber: Tim Pusat Penelitian Tanah Bogor