PERBEDAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS ANT GENERASI X DAN GENERASI Y
Ahmad Nurizki Rifaie dan Adi Respati
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok, 1624, Indonesia Email: ahmad.nurizki.ui.ac.id
ABSTRAK
Tingkat turnover yang tinggi diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya. Saat ini perilaku turnover yang tinggi banyak terjadi pada karyawan Generasi Y dibandingkan dengan generasi lainnya. Peneliti menemukan ada hubungan antara Kesejahteraan Psikologi dan perilaku turnover. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan kesejahteraan psikologis pada karyawan Generasi X dan Generasi Y. Kesejahteraan psikologis terdiri dari 6 dimensi dan diukur dengan menggunakan The Scale of Psychological Well-Being. Hasil penghitungan pada 290 responden karyawan Generasi X dan Generasi Y menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi tujuan dalam hidup (t(288) = -2,854, p<0,05) dan pertumbuhan pribadi (t(288) = -2,589, p<0,05) antarakaryawan Generasi X dan Generasi Y serta tidak ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, dan otonomi.
Differences of Psychological Well Being among Generation X and Generation Y Employee
ABSTRACT
The high rate of turnover is predicted to keep rising every year. This high rate of turnover behavior happens in Generation Y employee compared to other generations. Researcher found correlation beetween psychological well-being and turnover behavior. This study was conducted to look at differences in psychological well-being among Generation X and Generation Y employee. Psychological well-being consists of 6 dimensions and measured using the Scale of Psychological Well-Being. The results of the calculation on 290 respondents Generation X and Generation Y employee shows there are significant differences in the dimensions of purpose in life (t(288) = -2,854, p<0,05), and the personal growth (t(288) = -2,589, p<0,05) and there is no significant differences in the dimensions of positive relationship with others, autonomy, purpose in life, and self acceptance.
Keywords: Psychological Well-Being, Generation X, Generation Y
Universitas Indonesia 1 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
Pendahuluan Tingkat turnover terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Studi yang dilakukan Hay Group pada (2013) memperkirakan bahwa fenomena turnover akan terus meningkat secara global. Studi tersebut memperkirakan jumlah karyawan yang akan berhenti pada tahun 2014 bisa mencapai 161,7 juta atau meningkat sebesar 12,9% dari tahun 2012 dan rata-rata rasio turnover karyawan dalam lima tahun ke depan diprediksi akan meningkat menjadi 23,9%, serta jumlah karyawan yang resign diseluruh dunia pada tahun 2018 bisa menembus 192 juta. Saat ini ada dua generasi yang mendominasi dunia kerja, yaitu Generasi X dan Generasi Y (McCrindle, 2006). Turnover saat ini lebih banyak terjadi pada karyawan Generasi Y daripada generasi lainnya. Persentase turnover pada Generasi Y mencapai 31%, lebih tinggi dibandingkan dengan Generasi X dan Generasi Baby Boomers dengan masingmasing mencapai angka 19% dan 17% (CH2M HILL Inc., 2012) dan persentase ini diprediksi akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. (CH2M HILL Inc., 2012). Generasi X sebagai generasi kedua yang mendominasi dalam dunia kerja pada umur yang sama saat ini dengan Generasi Y menunjukkan tingkat turnover yang berbeda dengan Generasi Y. Tingkat turnover pada Generasi X hanya mencapai 25% pada tahun 1992 (CH2M HILL Inc., 2012) dibandingkan dengan tingkat turnover pada Generasi Y saat ini yang mencapai 31% lebih besar dibandingkan dengan Generasi X. Tingginya turnover pada Generasi Y saat ini dapat menghambat perusahaan untuk berkembang. Jika ini terus terjadi, perusahaan akan mengalami kerugian yang berdampak pada proses rekrutmen, seleksi, pelatihan, dan pengembangan karyawan, juga dari sisi dinamika sosial perusahaan seperti menurunnya kekompakan di dalam tim, menurunnya semangat kerja, bahkan dapat meningkatkan konflik diantara karyawan (Kuean, Khin, & Kaur, 2010). Turnover juga dapat berakibat buruk pada administrasi di organisasi, dan dapat berpengaruh pada kondisi keuangan dan kondisi sosial dari lingkungan kerja (Butali, Wesang’ula, & Mamuli, 2013). Berdasarkan data yang telah dijelaskan, dalam konteks dunia kerja organisasi harus memahami mengapa tingkat turnover tinggi pada Generasi Y dibandingkan dengan Generasi X pada umur yang sama dari dua generasi. Organisasi perlu mengetahui informasi apa saja yang dapat menjelaskan atau menyebabkan tingkat turnover tinggi pada Generasi Y dan bagaimana menguranginya. Penelitian ini merupakan salah satu serangkaian dari penelitian
Universitas Indonesia 2 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
lainnya yang bertujuan untuk menemukan variabel-variabel psikologis yang bisa memberikan penjelasan mengenai tingkat turnover pada Generasi Y. Saat ini kesehatan dan kesejahteraan karyawan telah mendapat perhatian besar dari peneliti manajemen dan psikolog industri dan organisasi (Rathi, 2011). Bukti itu, secara umum
menggambarkan
bahwa
kesejahteraan
psikologis
terkait
dengan
berbagai
organizational outcomes, seperti peningkatan kinerja, kepuasan kerja, keterlibatan kerja, peningkatan keuntungan, daya saing organisasi, dan mengurangi pergantian karyawan (Russell, 2008). Bila kita lihat kembali pada data turnover Generasi X dan Generasi Y saat ini, turnover pada Generasi Y lebih tinggi dibandingkan dengan Generasi X. Mengingat faktor kesejahteraan psikologis dapat mempengaruhi intensi turnover, peneliti berasumsi adanya perbedaan kesejahteraan psikologis terhadap perilaku turnover pada karyawan Generasi X dan Generasi Y. Peneliti juga menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada individu seperti usia, karakteristik yang berbeda, dan perbedaan kemampuan mengevaluasi diri pada Generasi X dan Generasi Y. Penelitian yang dilakukan oleh Ryff (1989) menunjukkan adanya perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis pada individu dari berbagai kelompok usia. Perbedaan usia, karakteristik yang berbeda, dan kemampuan mengevaluasi diri yang berbeda antara Generasi X dan Generasi Y, diprediksi akan membentuk tingkat kesejahteraan psikologis yang berbeda pula dan juga bisa menjadi informasi mengenai perbedaan tingkat turnover pada dua kelompok generasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kesejahteraan psikologis antara Generasi X dan Generasi Y. Generasi X adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1965 sampai 1979 dan Generasi Y lahir pada rentang tahun 1980 sampai 1999. Tinjauan Pustaka Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) Peneliti mengambil definisi kesejahteraan psikologis yang dirumuskan oleh Ryff dan Singer (1996). Ryff dan Singer (1996) mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai suatu proses yang melibatkan pengaturan dan pencapaian tujuan, usaha untuk mengembangkan potensi, menjalin hubungan yang dalam dengan orang lain, pengaturan pada tuntutan dan kesempatan yang ada, penggunaan arah diri dan pencapaian penghormatan diri yang positif. Dimensi Kesejahteraan Psikologis
Universitas Indonesia 3 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
Ryff (1989) menyatakan bahwa kesejahteraan psikologi memiliki enam dimensi. Dimensi tersebut adalah penerimaan diri (self acceptance), hubungan yang positif dengan orang lain (positive relation with others), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan dalam hidup (purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth). Berikut adalah penjelasan mengenai dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis : Dimensi penerimaan diri didefinisikan sebagai karakteristik utama dari kesehatan mental, aktualisasi diri, berfungsi optimal dan menjadi dewasa (Ryff, 1989). Penerimaan diri juga sering dianggap sebagai kemampuan seseorang menerima dirinya secara keseluruhan baik pada masa kini dan masa lalunya (Ryff & Keyes, 1995). Dimensi hubungan positif dengan orang lain ditandai dengan adanya hubungan yang hangat, memuaskan, saling percaya dengan orang lain serta memungkinkan untuk timbulnya empati dan intimasi (Ryff, 1989). Individu yang memiliki hubungan positif dengan orang lain mampu membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dengan orang lain, memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, dapat menunjukkan empati, afeksi, intimitas, dan memahami prinsip memberi dan menerima didalam suatu hubungan (Ryff & Keyes, 1995). Dimensi penguasaan lingkungan ditandai dengan kemampuan untuk menciptakan dan mengubah suatu lingkungan agar sesuai dengan pribadi dan nilai-nilai dalam dirinya dapat diartikan sebagai individu yang memiliki kesehatan mental yang baik (Ryff, 1989). individu yang kurang dapat menguasai lingkungannya akan mengalami kesulitan mengatur kegiatan sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan apa yang ada diluar dirinya serta tidak menyadari peluang yang ada di lingkungan (Ryff & Keyes, 1995). Dimensi otonomi ditandai sebagai kemampuan individu untuk bebas namun tetap mampu mengatur hidup dan tingkah lakunya (Ryff, 1989). Individu yang memiliki otonomi yang tinggi ditandai dengan kualitas pada self-determination, independensi, dan regulasi tingkah laku, tahan terhadap tekanan sosial, mampu mengevaluasi diri sendiri, dan mampu mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan orang lain (Ryff & Keyes, 1995). Dimensi tujuan dalam hidup ditandai dengan keterarahan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam hidup (Ryff, 1989). Dimensi ini memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan dan arah hidup individu, memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai tujuan dalam hidupnya, dan merasa bahwa pengalaman hidup di masa lampau dan masa sekarang memiliki makna (Ryff & Singer, 2008). Universitas Indonesia 4 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
Dimensi pertumbuhan pribadi didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang, perkembangan diri, serta keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman baru (Ryff, 1989). Suatu pertumbuhan yang optimal tidak hanya berarti bahwa seseorang dapat mencapai kualitas-kualitas yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi juga membutuhkan suatu perkembangan dari potensi-potensi seseorang secara berkesinambungan (Ryff, 1989). Generasi Peneliti menggunakan definisi yang dikemukakan oleh Kupperschmidt (2000), yaitu sekelompok orang yang memiliki tahun kelahiran dan mengalami peristiwa hidup yang sama dan berdampak pada tahap perkembangannya. Generasi X dan Generasi Y adalah sampel penelitian ini. Generasi X adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1965 sampai 1979 (Crumpaker & Crumpaker, 2007). Generasi Y adalah generasi yang lahir pada rentang tahun 1980 sampai 1999 (Crumpaker & Crumpaker, 2007). Generasi X Generasi X memiliki kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru dan mengevaluasi diri, tidak egois dalam bekerja, memiliki motivasi bekerja yang tinggi, bersifat otonomi atau mandiri, lebih bersifat fleksibilitas suatu terhadap pekerjaan, memiliki rasa hormat terhadap rekan kerja dan atasan, menginginkan rewards jangka pendek, lebih suka bekerja sendirian untuk bekerja dalam tim dan dapat memiliki keterampilan interpersonal, menyukai dan cukup baik dalam pekerjaan yang bersifat multi-tasking, menempatkan kepentingan pada work-life balance dan memiliki loyalitas pada perusahaan, cenderung tidak suka mengorbankan kehidupan pribadi mereka bagi perusahaan (dalam Gursoy, Chi & Karadag, 2013; Gursoy et al., 2008; Kapoor & Solomon 2011). Generasi X juga cukup nyaman dengan otoritas dan aturan, serta tidak mementingkan jabatan atau intimidasi dari atasan, dapat menemukan cara berinteraksi terhadap para senior secara alami, dan dapat dipercaya (Tolbize, 2008). Generasi X hidup dalam masa dimana pemecatan karyawan secara besar-besaran terjadi karena pengaruh dari krisis ekonomi yang secara global mempengaruhi perekonomian dunia, awal mula komputer dikenalkan, dan tingginya tingkat perceraian pada orang tua mereka serta tingginya tingkat individu yang terjangkit penyakit HIV/AIDS (Weingarten, 2009) Generasi Y Generasi Y yang muncul dalam era globalisasi dimana akses informasi sangat mudah didapatkan dibandingkan dengan generasi sebelumnya, memiliki karakteristik yang unik Universitas Indonesia 5 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
dibandingkan dengan generasi lainnya. Beberapa peneliti mendeskripsikan Generasi Y sebagai generasi yang cerdas teknologi dan merupakan generasi yang fasih digital. Hal ini didukung oleh keadaan dimana mereka sangat bergantung pada media teknologi saat ini, mereka lancar menggunakan teknologi secara teknis dan berhubungan dengan informasi streaming, digital, serta hiburan (Eisner, 2005). Karakteristik Generasi Y berbeda dengan Generasi X dalam lingkup pekerjaan dan sudah diidentifikasi oleh para peneliti, seperti mudah mengekspresikan pendapat, lebih menuntut dibandingkan dengan generasi sebelumnya, memiliki toleransi yang rendah pada tingkat kebosanan, menyukai tantangan dan tanggung jawab, ingin diakui, mandiri, dan menginginkan umpan balik secara langsung (Solnet & Hood, 2008). Generasi Y juga lebih egois dalam bekerja, tidak memiliki rasa hormat, tidak mandiri, tidak fokus pada pekerjaan yang bersifat multitasking, dan tidak loyal (Myers & Sadaghiani, 2010). Martin (2005) menjelaskan bahwa Generasi Y juga
kurang tertarik dengan janji
perusahaan untuk
menaikan posisi, bayaran, dan mendapatkan uang pensiun. Generasi Y lebih tertarik pada nilai-nilai yang akan mereka dapatkan atau pekerjaan yang lebih bermakna, pelajaran apa yang akan mereka peroleh, penawaran apa yang akan mereka terima, dan reward apa yang akan mereka dapatkan dari perusahaan. Hipotesis Penelitian a. Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi penerimaan diri pada karyawan Generasai X dan Generasi Y. b. Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain pada karyawan Generasai X dan Generasi Y. c. Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi penguasaan lingkungan pada karyawan Generasai X dan Generasi Y. d. Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi otonomi pada karyawan Generasai X dan Generasi Y. e. Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi tujuan dalam hidup pada karyawan Generasai X dan Generasi Y. f. Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi pertumbuhan pribadi pada karyawan Generasai X dan Generasi Y. Metode Penelitian Tipe dan Desain Penelitian Universitas Indonesia 6 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini tergolong penelitian komparasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kesejahteraan psikologis antara Generasi X dan Generasi Y. Berdasarkan tipe pencarian informasi, penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh skor setiap dimensi kesejahteraan psikologis pada Generasi X dan Generasi Y. Oleh karena itu, data dalam penelitian ini diolah dan dianalisa menggunakan teknik statistik untuk memperoleh interpretasi dari variabel yang diteliti. Penelitian ini juga digolongkan retrospective. Dalam penelitian ini tidak dilakukan manipulasi penelitian, oleh karena itu penelitian ini digolongkan dalam kategori nonexperimental. Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling, karena jumlah setiap individu tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi respon penelitian (Kumar,2005). Pendekatan yang digunakan yaitu convinient sampling. Karakteristik Sampel Penelitian Karakteristik sampel yang ditentukan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Karyawan yang memiliki tahun lahir antara rentang tahun 1965-1999 2. Bekerja di perusahaan atau instansi Instrumen Penelitian Peneliti menggunakan alat ukur The Scale of Psychological Well-Being (SPWB) yang dibuat oleh Ryff pada tahun 1989. SPWB memiliki 54 butir pertanyaan dan bersifat multidimensional, terdiri dari 9 butir pertanyaan pada setiap dimensi kesejahteraan psikologis. Metode skoring alat ukur ini terdiri dari enam skala likert, yaitu dari 1 untuk “Sangat Tidak Setuju” sampai 6 “Sangat Setuju”. Alat ukur ini terdiri dari enam skor total dari setiap individu, yaitu skor dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, penguasaaan lingkungan, otonomi, tujuan dalam hidup, dan pertumbuhan pribadi. Teknik Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan metode kuesioner yang berisi alat ukur kesejahteraan psikologis yang dikembangkan oleh Ryff (1989). Peneliti menggunakan dua bentuk kuesioner, yaitu hardcopy dan softcopy. Kuesioner hardcopy berbentuk booklet dan kuesioner Universitas Indonesia 7 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
softcopy dibuat menggunakan aplikasi Google Forms dan disebarkan melalui e-mail dan media sosial. Pengolahan Data Seluruh data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software SPSS versi 18.00. Teknik statistik yang digunakan untuk olah data penelitian ini, antara lain: 1. Statistik deskriptif 2. Independent sample t-test 3. Kruskal-Wallis Gambaran Partisipan Tabel 1. Gambaran Demografis Responden
Frekuensi
Aspek Demografis Gen X
Gen Y
Jenis Kelamin Pria Wanita
59 46 105
56,2 % 43,8 % 100 %
62 123 185
33,5 % 66,5 % 100 %
Staff Supervisor Manager Director
26 43 31 5 105
24,8 % 41 % 29,5 % 4,8 % 100 %
152 23 10 0 185
82,2 % 12.4 % 5.4 % 0% 100 %
Total Level Jabatan
Total
Gambaran Kesejahteraan Psikologis pada Generasi X dan Generasi Y Tabel 2. Hasil Uji Statistik Deskriptif Kesejahteraan Psikologispada Generasi X dan Generasi Y
Generasi
Dimensi
Total Responden
Mean
Min
Maks
Standar Deviasi
Gen X
Penerimaan Diri
105
33,53
20
48
5,231
Hubungan Positif dengan Orang Lain
105
39,70
26
54
6,045
Penguasaan Lingkungan
105
40,25
26
52
5,277
Otonomi
105
35,54
26
51
5,387
Tujuan Dalam Hidup
105
40,10
26
52
6,874
Pertumbuhan Pribadi
105
36,29
24
46
5,066
Penerimaan Diri
185
33,80
19
46
4,374
Gen Y
Universitas Indonesia 8 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
Hubungan Positif dengan Orang Lain
185
40,95
26
54
5,693
Penguasaan Lingkungan
185
40,20
22
54
5,309
Otonomi
185
35,11
23
52
4,648
Hasil Analisis Utama Tabel 3. Perbedaan Kesejahteraan Psikologis antara Generasi X dan Generasi Y Dimensi Penerimaan Diri Hubungan Positif dengan Orang Lain Penguasaan Lingkungan Otonomi Tujuan dalam Hidup Pertumbuhan Pribadi
Generasi Gen X Gen Y Gen X
N 105 185 105
Mean 33,53 33,80 39,70
SD 5,231 4,374 6,045
Gen Y
185
40,95
5,693
Gen X Gen Y Gen X Gen Y Gen X Gen Y Gen X Gen Y
105 185 105 185 105 185 105 185
40,25 40,20 35,54 35,11 40,10 42,31 36,29 37,78
5,277 5,309 5,387 4,648 6,874 5,195 5,066 4,032
T
Df
Sig.
-0,464
288
0,643
-1,758
288
0,080
0,074
288
0,941
0,685
288
0,494
-2,854
288
0,005*
-2,589
288
0,010*
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada dimensi tujuan dalam hidup memiliki t(288) = 2,854, p<0,05 dan dimensi pertumbuhan pribadi memiliki t(288) = -2,589, p<0,05 sehingga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan diantara Generasi X dan Generasi Y. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis H5 (Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi tujuan dalam hidup pada karyawan Generasi X dan Generasi Y) dan H6 (Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi pertumbuhan pribadi pada karyawan Generasi X dan Generasi Y) diterima. Pada dimensi penerimaan diri memiliki t(288) = -0,464, p>0,05, sedangkan dimensi hubungan positif dengan orang lain memiliki t(288) = -1,758, p>0,05, dimensi penguasaan lingkungan memiliki t(288) = 0,074, p>0,05, dan dimensi otonomi memiliki t(288) = 0,685, p>0,05. Hasil itu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara Generasi X dan Generasi Y sehingga H1 (Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi penerimaan diri pada karyawan Generasi X dan Generasi Y), H2 (Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi hubungan positif dengan orang lain pada karyawan Generasi X dan Generasi Y), H 3 (Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi penguasaan lingkungan pada karyawan Generasi X dan Generasi Y), dan H4 (Ada perbedaan yang signifikan dalam dimensi otonomi pada karyawan Generasi X dan Generasi Y) ditolak. Universitas Indonesia 9 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
Hasil Analisis Tambahan Tabel 4. Perbedaan Kesejahteraan Psikologis pada Generasi X Berdasarkan Jenis Kelamin Dimensi Penerimaan Diri Hubungan Positif dengan Orang Lain Penguasaan Lingkungan Otonomi Tujuan dalam Hidup Pertumbuhan Pribadi
Jenis Kelamin Pria Wanita
N
Mean
SD
T
Df
Sig.
59 46
32,56 34,78
5,046 5,253
-2,200
103
0,030*
Pria
59
39,14
5,594 -1,075
103
0,285
Wanita
46
40,41
6,571
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
59 46 59 46 59 46 59 46
39,53 41,17 35,48 35,63 39,53 40,83 35,56 37,22
5,348 5,092 5,351 5,491 6,862 6,893 4,956 5,107
-1,600
103
0,113
-0,146
103
0,884
-0,978
103
0,330
-1,678
103
0,096
Tabel 4 menunjukkan pada dimensi penerimaan diri memiliki t(103) = -2,200, p<0,05, sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada dimensi penerimaan diri antara pria dan wanita pada Generasi X. Pada dimensi hubungan positif dengan orang lain memiliki t(103) = -1,075, p>0,05, sedangkan dimensi penguasaan lingkungan memiliki t(103) = -1,600, p>0,05, dimensi otonomi memiliki t(103) = -0,146, p>0,05, dimensi tujuan dalam hidup memiliki t(103) = -0,978, p>0,05, dan dimensi pertumbuhan pribadi memiliki t(103) = 1,678, p>0,05. Dari hasil itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, penguasaan lingkungan, otonomi, tujuan dalam hidup, dan pertumbuhan pribadi antara pria dan wanita pada Generasi X. Tabel 5. Perbedaan Kesejahteraan Psikologis pada Generasi Y Berdasarkan Jenis Kelamin Dimensi Penerimaan Diri Hubungan Positif dengan Orang Lain Penguasaan Lingkungan Otonomi Tujuan dalam Hidup Pertumbuhan Pribadi
Jenis Kelamin Pria Wanita
N
Mean
SD
T
Df
Sig.
62 123
32,92 34,24
3,939 4,527
-2,051
183
0,042*
Pria
62
39,73
5,236
-2,088
183
0,038*
Wanita
123
41,56
5,834
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
62 123 62 123 62 123 62 123
39,71 40,45 35,66 34,84 41,58 42,67 36,84 38,25
5,107 5,411 4,749 4,590 4,593 5,454 3,645 4,148
-0,891
183
0,374
1,139
183
0,256
-1,355
183
0,177
-2,276
183
0,024*
Universitas Indonesia 10 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada dimensi penerimaan diri memiliki t(183) = -2,051, p<0,05, sedangkan dimensi hubungan positif dengan orang lain memiliki t(183) = -2,088, p<0,05, dan dimensi pertumbuhan pribadi memiliki t(183) = -2,276, p<0,05, sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, dan pertumbuhan diri antara pria dan wanita pada Generasi Y. Pada dimensi penguasaan lingkungan memiliki t(183) = -0,891, p>0,05, sedangkan dimensi otonomi memiliki t(183) = -1,139, p>0,05, dan dimensi tujuan dalam hidup memiliki t(183) = -1,355, p>0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada dimensi penguasaan lingkungan, otonomi, dan tujuan dalam hidup antara pria dan wanita pada Generasi Y. Tabel 6. Perbedaan Kesejahteraan Psikologis pada Generasi X Berdasarkan Level Jabatan Dimensi Penerimaan Diri
Hubungan Positif dengan Orang Lain Penguasaan Lingkungan
Otonomi
Tujuan dalam Hidup
Pertumbuhan Pribadi
Level Jabatan Staff Supervisor Manager Director Staff Supervisor Manager Director Staff Supervisor Manager Director Staff Supervisor Manager Director Staff Supervisor Manager Director Staff Supervisor Manager Director
N 26 43 31 3 26 43 31 3 26 43 31 3 26 43 31 3 26 43 31 3 26 43 31 3
Mean Rank 46,73 52,88 57,16 60,80 51,23 54,02 50,23 70,60 53,60 52,20 52,52 61,30 56,85 49,93 54,42 50,60 54,15 53,95 49,29 61,80 50,08 53,06 55,97 49,30
Asymp. Sig. 0,568
0,558
0,933
0,812
0,811
0,894
Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada dimensidimensi kesejahteraan psikologis berdasarkan level jabatan dengan standar signifikansi diatas 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis pada Generasi X berdasarkan level jabatan staff, supervisor, manager, dan director. Universitas Indonesia 11 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
Tabel 7. Perbedaan Kesejahteraan Psikologis pada Generasi Y Berdasarkan Level Jabatan Dimensi
Penerimaan Diri
Hubungan Positif dengan Orang Lain
Penguasaan Lingkungan
Otonomi
Tujuan dalam Hidup
Pertumbuhan Pribadi
Level Jabatan Staff Supervisor Manager Director Staff Supervisor Manager Director Staff Supervisor Manager Director Staff Supervisor Manager Director Staff Supervisor Manager Director Staff Supervisor Manager Director
N
Mean Rank
152 23 10 0 152 23 10 0 152 23 10 0 152 23 10 0 152 23 10 0 152 23 10 0
87,52 110,59 135,80 0 91,10 104,87 94,65 0 93,15 109,39 53,00 0 89,02 112,13 109,55 0 89,11 107,85 118,00 0 89,58 105,83 115,45 0
Asymp. Sig.
0,005*
0,512
0,009*
0,093
0,092
0,156
Tabel 7 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada dimensi penerimaan diri dan penguasaan lingkungan berdasarkan level jabatan dengan standar signifikansi dibawah 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada dimensi penerimaan diri dan penguasaan lingkungan berdasarkan level jabatan staff, supervisor, dan manager. Pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, otonomi, tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan berdasarkan level jabatan dengan standar signifikansi lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, otonomi, tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi berdasarkan level jabatan staff, supervisor, dan manager. Pembahasan Pertanyaan pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaaan yang signifikan antara kesejahteraan psikologis pada karyawan Generasi X dan Generasi Y, dimana kesejahteraan psikologis merupakan suatu proses yang melibatkan pengaturan dan pencapaian tujuan, usaha untuk mengembangkan potensi, menjalin hubungan yang dalam dengan orang lain, pengaturan pada tuntutan dan kesempatan yang ada, penggunaan arah diri dan pencapaian Universitas Indonesia 12 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
penghormatan diri yang positif (Ryff & Singer, 1996). Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa pada dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis memiliki perbedaan yang signifikan pada dimensi tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi pada Generasi X dan Generasi Y. Hasil ini mungkin sesuai dengan pendapat Ryff dan Keyes (1995) mengenai rentang usia tertentu akan menunjukkan tingkat kesejahteraan psikologis yang berbeda. Bila kita melihat perbedaan usia pada dua kelompok generasi yang telah dijelaskan sebelumnya. Usia Generasi X dengan tahun kelahiran dari rentang tahun 1965-1979 memiliki minimal usia 35 tahun dan maksimal 49 tahun, sedangkan Generasi Y dengan tahun kelahiran dari rentang tahun 1980-1999 memiliki minimal usia 15 tahun dan maksimal 34 tahun. Berdasarkan penjelasan Ryff dan Keyes (1995) mengenai usia, pada rentang usia tersebut Generasi X masuk dalam kategori dewasa madya (30-64 tahun), sedangkan Generasi Y masuk dalam kategori dewasa muda (25-29). Ryff dan Keyes (1995) menjelaskan bahwa faktor usia individu dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan psikologis yang dimiliki individu. Hasil pada dua dimensi yang berbeda secara signifikan, yaitu dimensi tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi, membuktikan teori yang dijelaskan oleh Ryff dan Keyes (1995). Ryff dan Keyes (1995) menjelaskan bahwa pada individu yang berada dalam usia dewasa madya akan memiliki skor yang rendah pada dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, sebaliknya pada individu yang berada dalam usia dewasa muda akan memiliki skor yang tinggi pada dua dimensi tersebut. Hal ini dapat dilihat juga dari mean dua dimensi tersebut pada dua kelompok generasi, dimana Generasi X memiliki mean yang lebih rendah pada dua dimensi tersebut dibandingkan pada Generasi Y. Peneliti juga memiliki batasan pada alat ukur SPWB dalam hal menterjemahkan bahasa dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia karena sulitnya mencari kalimat yang sepadan. Kemudian pada butir pertanyaan 52 yang peneliti eliminasi karena peneliti tidak menemukan padanan kata yang setara atau sama, mungkin mempengaruhi pada hasil penelitian. Butir pertanyaan tersebut berbunyi “There is truth to the saying that you can’t teach an old dog new tricks”. Dari hasil analisa data tambahan, peneliti melihat perbedaan dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis pada pria dan wanita pada masing-masing generasi. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada Generasi X dari ke enam dimensi pada kesejahteraan psikologis hanya dimensi penerimaan diri yang memiliki hasil yang berbeda secara signifikan. Pada Generasi Y dari enam dimensi, dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, dan pertumbuhan pribadi memiliki hasil yang berbeda secara signifikan, sedangkan pada Universitas Indonesia 13 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
dimensi penguasaan lingkungan, otonomi, dan tujuan dalam hidup tidak ada perbedaan yang signifikan diantara pria dan wanita. Mengingat jumlah sampel yang didominasi oleh jenis kelamin wanita, ini membuktikan analisa Ryff (1989) bahwa pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi, wanita memiliki skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal tersebut dapat terjadi karena kemampuan wanita dalam berinteraksi dengan lingkungan lebih baik dibandingkan dengan pria (Ryff, 1989). Pada analisa data tambahan berdasarkan level jabatan, peneliti tidak melihat ada perbedaan pada dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis berdasarkan level jabatan pada Generasi X. Pada Generasi Y peneliti melihat ada dua dimensi yang berbeda secara signifikan yaitu, pada dimensi penerimaan diri dan penguasaan lingkungan, sedangkan yang lainnya peneliti tidak melihat ada perbedaan secara signifikan, yaitu pada dimensi hubungan positif dengan orang lain, otonomi, tujuan dalam hidup, dan pertumbuhan pribadi. Melihat pada kedua hasil tersebut, peneliti berasumsi adanya pengaruh level jabatan pada dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis. Pada proses pengambilan data, seperti jumlah yang tidak sama antar level jabatan, memungkinkan untuk menyebabkan error pada data yang bisa mempengaruhi pada hasil penelitian. Kesimpulan 1. Dimensi tujuan dalam hidup berbeda signifikan antara Generasi X dan Generasi Y. 2. Dimensi pertumbuhan pibadi berbeda signifikan antara Generasi X dan Generasi Y. 3. Dimensi penerimaan diri tidak berbeda signifikan antara Generasi X dan Generasi Y. 4. Dimensi hubungan positif dengan orang lain tidak berbeda signifikan antara Generasi X dan Generasi Y. 5. Dimensi penguasaan lingkungan tidak berbeda signifikan antara Generasi X dan Generasi Y. 6. Dimensi otonomi tidak berbeda signifikan antara Generasi X dan Generasi Y. Saran Setelah mengetahui perbedaan kesejahteraan psikologis pada karyawan Generasi X dan Generasi Y, penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada generasi yang lebih bervariasi, bukan hanya pada Generasi X dan Generasi Y saja, melainkan pada Generasi lainnya seperti Generasi Baby Boomers.
Universitas Indonesia 14 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
Pada penelitian selanjutnya, peneliti menganjurkan untuk melihat pengaruh atau hubungan kesejahteraan psikologis pada generasi dengan variabel lainnya. Variabel yang dianjurkan oleh peneliti adalah, kepuasaan kerja, kinerja karyawan, atau komitmen organisasi. Penelitian selanjutnya perlu merevisi alat ukur SPWB terutama untuk terjemahan Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia pada butir-butir pertanyaan. Peneliti menyarankan untuk mencari kata, kalimat, atau istilah yang memiliki padanan kata yang disesuaikan dengan budaya Indonesia. Jumlah sampel yang diperbanyak dan seimbang pada tiap kelompok baik pada generasi, jenis kelamin, level jabatan dan lain sebagainya. Hal itu dapat dilakukan untuk dapat melihat hasil yang lebih baik pada penelitian selanjutnya. Menambahkan data responden pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan, seperti: tingkat pendidikan, pendapatan ekonomi, jenis industri, dan lain sebagainya, agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi. Pada data usia responden sebaiknya tidak hanya menggunakan rentang tahun, tetapi cantumkan juga usia responden dalam tahun beserta tahun kelahirannya agar bisa membandingkan responden yang lahir pada masa transisi. Penyebaran data hardcopy dan softcopy yang harus seimbang, memungkinkan hasil pada penelitian akan lebih baik lagi. Cek kembali pada jawaban kuesioner ketika responden selesai mengisi kuesioner, agar tidak ada data yang terlewati. Pada penelitian ini banyak data yang dieliminasi akibat banyak data yang tidak diisi oleh responden. Pada butir pertanyaan 52, penelitian menyarankan untuk tidak mengeliminasi dan tetap menggunakannya, hanya saja gunakan kalimat dan bahasa yang tepat untuk menerjemahkannya. Perbedaan tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi pada karyawan Generasi X dan Generasi Y dapat memberikan pengaruh terhadap instansi baik pada instansi pemerintah atau swasta. Perlunya intervensi dalam meningkatkan tujuan dalam hidup dan pertumbuhan pribadi, menjadi hal yang penting untuk dilakukan guna meningkatkan kualitas pada karyawan. Intervensi terhadap karyawan dapat membuat karyawan merasa bahwa kesejahteraan yang mereka miliki dijaga oleh instansi, tempat dimana mereka bekerja. Intervensi tersebut bisa berupa program-program seperti: peningkatan gaji dan bonus, pemberian reward atas kontribusi yang sudah dilakukan, pemberian kesempatan
Universitas Indonesia 15 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
promosi untuk peningkatan karir, promosi coaching dan mentoring, job rotation, pemberian jam kerja yang fleksibel, dan pemberian variasi pada jenjang karir Daftar Pustaka Butali, N.D., Wesang’ula, P, M and Mamuli. L. C. (2013). Effect of staff turnover on performance of work in Masinde Muliro University of Science and Technology. International Journal of Human Resource Studies , vol.3, no.1, pp.1-8. Camille Kapoor and Nicole Solomon. ( 2011). Understanding and managing generational differences in the workplace. Worldwide Hospitality and Tourism Themes , Vol. 3 No. 4, pp. 308-318. (2012). CH2MHILL 2012 sustainability report. United States: CH2MHILL, Inc. CRUMPACKER, Martha; CRUMPACKER, Jill M. (2007). Succession Planning and Generational Stereotypes: Should HR Consider Age-Based Values and Attitudes a Relevant Factor or a Passing Fad? Public Personnel Management , 36(4), 349-369. Harris, G.E and Cameron, J.E. (2005). Multiple dimensions of organizational identification and commitment as predictors of turnover intentions and psychological well-being. Canadian Journal of Behavioural Science , vol.37, no.3. Kuean, W. L., Khin, E. W. S., & Kaur, S. (2010). Employees' turnover intention. The South East Asian Journal of Management , 4 (2), 93-110. Kumar, R. (2005). Research methodology: A step-by-step guide for beginners . (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications Ltd. Love, R. (2013, Juni 06). News releases. Retrieved Maret 07, 2014, from www.haygroup.com: http://www.haygroup.com/ww/press/index.aspx?id=87 Martin, C. A. (2005). From high maintenance to high productivity. What managers need to know about Generation Y. 37, 39–44. McCrindle, M. (2006). Bridging the gap. Australia: MCCRINDLE RESEARCH. Myers, K. K., & Sadaghiani, K. ( 2010 ). Millennials in the workplace: A communication perspective on millennials' organizational relationships and performance. Journal of Business and Psychology , 25(2), 225-238. Rathi, N. (2011). Psychological well being and organizational commitment: exploration of the relationship. Russell, J. (2008). Promoting subjective well-being at work. Journal of Career Assessment , 16(1), 117-131.
Universitas Indonesia 16 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014
Ryff, C and Keyes C.L.M,. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of Personality and Social Psychology , vol.69, no.4. Ryff, C and Singer, B. (2008). Know they-self and become what you are: An eudaimonic approach to psychological well-being. Journal of Happiness Studies , no.9. Ryff, C. D., and Singer, B. (1996). Psychological Well-Being: Meaning, Measurement, and Implications for Psychotherapy Research. Psychother Psychosom . Ryff, C. (1989). Happines is everyting, or is it? Explorations on the meaning of psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology , vol.12, no.11. Solnet, D., and Hood, A. (2008). Generation Y as hospitality employees: Framing a research agenda. Journal of hospitality and tourism management , 15, 59-68. Weingarten, R. M. (2009). Four generations, one workplace: A Gen X-Y staff nurse's view of team building in the emergency department. J Emerg Nurs , 35:27-30.
Universitas Indonesia 17 Perbedaan kesejahteraan..., Ahmad Nurizki Rifaie, FPSI UI, 2014