PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH ANTARA BANK SYARIAH DENGAN BANK KONVENSIONAL Binti Mutafarida (Bank Muamalat Indonesia Cabang Kediri. Email:
[email protected])
Mashudi
(IKIP PGRI Jember. Email:
[email protected])
Abstract: This article will present a comparison of the calculation of profit-sharing (Mudharabah) which is applied in Islamic banks such as Bank Muamalat Indonesia (BMI), compared with a calculation of the interest of conventional bank. As a result, the practice of deposit which is applied in Islamic bank and conventional bank have a difference that is located on the difference of determination profit-sharing, in conventional bank the amount of interest has been agreed in the initial placement of deposit funds, but in the Islamic bank the amount of profitsharing can not be determined in the initial placement of deposit funds because awaiting the returns of the investment returns, but in the Islamic bank for the amount of profit sharing ratio of deposits mudharabah should be agreed at the initial contract when begining the depositor or the owner of the funds places funds. Keywords: Profit Sharing, Islamic Bank, Conventional Bank.
Pendahuluan Produk mudharabah diterbitkan oleh perbankan syariah dimaksudkan untuk menghindari dari sistem bunga yang termasuk praktek riba, karena dalam ajaran Islam sistem bunga termasuk riba dan hukumnya adalah haram. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-Baqarah ayat 275 yang artinya “……..Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba………”.
Perbandingan Bagi Hasil Deposito Mudharabah antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional Salah satu produk yang menerapkan sistem mudharabah dalam perbankan Islam adalah produk tabungan dan deposito. Kedua produk ini menggunakan akad mudharabah dalam mengelola dana pihak ke tiga, sehingga bagi hasil yang dibagikan setiap bulannya tidak sama karena disesuaikan dengan keuntungan yang didapatkan dari hasil investasi dalam produk pembiayaan bank syariah. Artikel ini akan mencoba untuk menyajikan perbandingan perhitungan bagi hasil yang diterapkan oleh beberapa bank syariah di Indonesia dan dibandingkan dengan perhitungan bunga bank konvensional. Artikel ini juga akan berusaha untuk menemukan fakta lapangan apakah terdapat prosedur yang sama dalam perhitungan bagi hasil atau belum terdapat standarisasi perhitungan bagi hasil dalam perbankan syariah di Indonesia. Potret Mudharabah Mudharabah dalam pengertianya dimannai perkongsian yang sudah adasejak pada zaman jahiliah dan hal ini juga diakui oleh Islam. Diantara orang yang melakukan kegiatan mudharabah adalah Nabi Muhammad saw sebelum beliau menjadi Rasul, beliau ber mudharabah dengan calon istrinya, Khadijah dalam melakukan perniagaan antara negeri Mekkah dengan Sham (Syria). Hati Khadijah tertarik dengan sifat amanah, jujur dan kebijaksanaan Muhammad dalam perniagaan dengan mendapat keuntungan berlipat ganda, akhirnya mereka dijodohkan oleh Allah SWT sebagai suami istri yang dikaruniakan dengan zuriat yang sholeh. Muhammad terus berdagang hingga menjelang saat beliau dilantik Allah SWT menjadi Rasul. Pada dasarnya awal mula munculnya sejarah perkembangan sistem mudharabah dalam perekonomian modern adalah pada saat para ulama’ fiqh membicarakan tentang riba yaitu ketika mereka memecahkan permasalahan muamalah. Dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang membicarakan tentang riba. Kajian tentang larangan riba dalam konteks Islam telah jelas dinyatakan dalam kitab suci Al-Qur’an yaitu surat Al-Baqarah: 278. Larangan tersebut berawal dari suatu peristiwa. Peristiwa tersebut
168 |
Binti Mutafarida dan Mashudi adalah pengaduan bani mughiroh kepada ‘Attab bin As-yad (Gubernur Makkah) setelah Fatkhu Makkah. Mereka mengadu tentang hutang-hutang mereka kepada Banu Amr bin Auf dari suku Staqif yang terus bertambah sebagai bunga. Banu Mughiroh berkata kepada ‘Attab: kami adalah manusia yang menderita akibat dihapusnya riba. Kami ditagih membayar riba oleh orang lain, sedangkan kami tidak mau menerima riba karena mentaati hukum penghapusan riba”. Setelah turun ayat yang melarang tentang praktek riba maka secara otomatis praktek tersebut adalah haram, baik dalam jumlah besar maupun kecil. Setelah turun ayat tentang larangan riba, maka praktek tersebut langsung dihapuskan dan otomatis berhenti sehingga dengan adanya peristiwa tersebut muncul beberapa transaksi Islami yang mencoba untuk menjauhi praktek ribawi, salah satunya dengan sistem mudharabah yang telah banyak dipraktekkan dalam perekonomian modern. Definisi dan Dasar Transaksi Mudharabah Kata mudharabah berasala dari kata “adharbu fil ardhi” yang artinya bepergian untuk urusan dagang.1 Mudharabah juga berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukul kakinya dalam menjalankan usaha.2 Ulama fiqh Hijaz menyebutkan kata mudharabah dengan qiradh dan muqaradah.3 Secara terminologi para Ulama Fiqh mendefinisikan Mudharabah atau Qiradh dengan: pemilik modal (investor) menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu menjadi milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan.4 Dalam definisi lain mudharabah diartikan dengan suatu 1
Muamalat Institute. Prinsip Mudharabah. (Jakarta : Celestial Management Internatinal, 2009), 17 2Muhammad Syafi’i AntonioBank Syari’ah dari Teori ke Praktik (Jakarta, .. Gema Insani. 2001), 95 3 Muhammad Syafi’i AntonioBank Syari’ah dari Teori ke Praktik 4 Haroen Nasrun, Fiqh Mu’amalah.( Jakarta, Gaya Media Pratama,2002),175-176
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 169
Perbandingan Bagi Hasil Deposito Mudharabah antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional kontrak kemitraan (partnership) yang berlandaskan pada prinsip pembagian hasil dengan cara seseorang memberikan modalnya kepada yang lain untuk melakukan bisnis dan kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban kerugian berdasarkan isi perjanjian bersama.5 Menurut Mervyn K. Lewis dan Lativa M. Al-Qaoud, mudharabah adalah sebuah perjanjian diantara paling sedikit dua pihak dimana satu pihak, pemilik modal (shohibul maal) mempercayakan sejumlah dana kepada pihak lain, pengusaha (mudharib) untuk menjalankan suatu aktifitas atau usaha.6 Pada awalnya mudharabah terbentuk dari dua istilah yaitu mudarabah dan Muqarabah, dua istilah ini saling melengkapi arti dan maksud. Kedua istilah tersebut mempunyai arti memberikan uang untuk pinjaman bagi tujuan perniagaan. Penduduk Iraq menggunakan istilah mudharabah untuk menyebut transaksi syarikah. Bank-bank Islam di dunia menggunakan kata mudharabah dengan tidak menterjemahkannya, berikut Negara-negara yang menggunakan kata mudharabah : Negara Iran Malaysia Pakistan/Jordan Bahrain UEA Sudan Indonesia (BMI)
Nama Modarabah Al-Mudharabah Mudaraba Modaraba Mudarabah Mudarabah Mudharabah
Dasar Hukum dan Ketentuan Mudharabah
Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam. (Yogyakarta :Dana Bhakti Wakaf,2003), 380 6 Mervyn K. Lewis Latifa M Qaoud, 2001: Lewis, Mervyn K. dan Latifa M Qaoud. Perbankan Syariah : Prinsip. Praktek. Konsep. (Jakarta, Serambi,2001). 66 5
170 |
Binti Mutafarida dan Mashudi Dasar hukum 7yang tentang bentuk kerjasama dengan akad mudharabah diantaranya. 1. Firman Allah a. Surat An-Nisa’ ayat 29 artinya “Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantara kamu”. b. Surat Al Maidah ayat 1 artinya “Hai orang yang beriman penuhilah akad itu.” c. Surat Al Baqarah ayat 283 artinya “Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain hendaklan yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya.” 2. Hadits Nabi a. Riwayat Tabrani artinya “Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar , ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)”. b. Riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf artinya : “Perdamaian dapat dilakukan antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau mengharamkan yang halal”. 3. Ijma’ : diriwayatkan sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorangpun mengingkati mereka. Karenanya hal itu dipandang sebagai ijma’. 7Fatwa
DSN MUI No 07/DSN/MUI/IV/2000, 1-3
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 171
Perbandingan Bagi Hasil Deposito Mudharabah antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional 4. Qiyas : Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah 5. Kaidah Fiqih : pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Beberapa ulama mempunyai perbedaan pendapat tentang rukun mudharabah yaitu Ulama Hanafiyah dengan Jumhur Ulama. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa yang menjadi rukun akad mudharabah adalah Ijab dan Qabul. Sedangkan Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun akad mudharabah adalah terdiri atas orang yang berakad, modal, keuntungan, kerja dan akad; tidak hanya terbatas pada rukun sebagaimana yang dikemukakan Ulama Hanafiyah, akan tetapi, Ulama Hanafiyah8memasukkan rukun-rukun yang disebutkan Jumhur Ulama itu, selain Ijab dan Qabul sebagai syarat akad mudharabah. Adapun syarat-syarat mudharabah, sesuai dengan rukun yang dikemukakan Jumhur Ulama di atas adalah : 1. Orang yang berakal harus cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil. 2. Mengenai modal disyaratkan : a) berbentuk uang, b) jelas jumlahnya, c) tunai, dan d) diserahkan sepenuhya kepada mudharib (pengelola). Oleh karenanya jika modal itu berbentuk barang, menurut Ulama Fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan Keuntungannya. 3. Yang terkait dengan keuntungan disyaratkan bahwa pembagian keuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambil dari keuntungan dagang itu. Aplikasi Deposito Mudharabah dalam Perbankan Syariah Salah satu prinsip mudharabah dalam perbankan syariah adalah produk deposito. Dalam aplikasi deposito, deposan atau penyimpan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank bertindak sebagai mudharib (pengelola). Deposito mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu 8Wahbah
172 |
az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu. (Libanon, Daar al-Fikr,tth), 839
Binti Mutafarida dan Mashudi tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.9 Dalam pengelolaannya, bank syariah menggunakan prisip mudharabah muthlaqah. Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi menjadi dua yaitu10: a. Mudharabah muthlaqah atau URIA (Unrestricted Investment Account) yaitu nasabah yang tidak membatasi bank dalam mengelola dana mereka. b. Mudharabah Muqayyadah atau RIA (Restricted Investment Account) yaitu nasabah memberikan syarat atau membatasi bank dalam mengelola dana nasabah. Dasar hukum produk deposito mudharabah ini sama dengan dasar hukum dari transaksi mudharabah karena pada dasarnya deposito perbankan syariah menggunakan prinsip mudharabah dikelompokkan menjadi dua macam yaitu11: 1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu Deposito yang berdasarkan perhitungan bunga. 2. Deposito yang dibenarkan, yaitu Deposito yang berdasarkan prinsip Mudharabah. Ketentuan umum deposito berdasarkan mudharabah: a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain. c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
A. KarimBank Islam Analisis Fiqih dan keuangan. (Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2004), 108 10 Adiwarman A. KarimBank Islam Analisis Fiqih dan keuangan..16 11Berdasarkan MUI No 03/DSN/MUI/IV/2000 Tentang Deposito 9Adiwarman
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 173
Perbandingan Bagi Hasil Deposito Mudharabah antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. f. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. Deposito adalah salah satu produk yang dimiliki baik oleh bank konvensional maupun bank syariah di Indonesia, berikut ini adalah persamaan dan perbedaan antara deposito bank konvensional dan bank syariah : No
Deposito Mudharabah
Deposito konvensional
1
Jangka waktu 1,3,6,12 bulan
Jangka waktu 1,3,6,12 bulan
2
Insentif =>bagi hasil yang besarnya tidak dapat ditentukan sebelumnya (tergantung pendapatan mudharib)
Insentif => bunga yang besarnya ditentukan dalam % didepan dan (besarnya sudah tetap
3
Apabila dibreak sebelum jatuh waktu tidak dikenakan denda
Apabila dibreak sebelum jatuh waktu dikenakan denda
Berikut ini adalah bagan perbandingan konsep deposito di bank syariah dan bank konvensional:
174 |
Binti Mutafarida dan Mashudi
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 175
Perbandingan Bagi Hasil Deposito Mudharabah antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional Berikut ini adalah gambaran hubungan antara bank syariah sebagai pengelola modal dan nasabah sebagai pemilik modal :
Berdasarkan gambar di atas terdapat beberapa unsur dalam transaksi deposito mudharabah dalam bank syariah, unsur-unsur dan karakteristik deposito mudharabah bank syariah tersebut adalah: 1. Bank syariah pengelola dana (mudharib) 2. Uang baik rupiah maupun valuta asing 3. Perorangan atau badan pemilik dana (deposan/shahibul maal) 4. Hanya dapat dicairkan hanya pada waktu jatuh tempo sesuai dengan perjanjian. 5. Dikelola dengan prinsip mudharabah muthlaqah (Unrestricted Investment – Investasi Tdk Terikat) 6. Dapat dilakukan ARO (Automatic Roll Over) 7. Nisbah dan bagi hasil (dikenakan pajak 20% saldo >Rp. 7.500.000,-) Nisbah adalah angka perbandingan (porsi) pembagian pendapatan antara shahibul maal dengan mudharib. Hubungan antara nisbah dan bagi hasil adalah : a. Dipergunakan sebagai dasar pembagian bagi hasil
176 |
Binti Mutafarida dan Mashudi b.
Dapat dilihat pada revenue profit sharing
Perbandingan Bagi Hasil Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah dengan Sistem bunga di Bank Konvensional Bunga bank konvensional selalu dijanjikan didepan pada awal penempatan deposito oleh nasabah, hal ini berbeda dengan bank syariah. Pada saat awal nasabah menempatkan deposito perbankan syariah dan nasabah hanya melakukan kesepakatan terhadap jumlah nisbah bagi hasil dari dana yang akan diinvestasikan. Perhitungan besarnya bagi hasil akan dilakukan setelah investasi dana nasabah yang dilakukan oleh bank memperoleh keuntungan, sehingga nasabah baru mengetahui keuntungan pada akhir bulan. Berikut ini akan dijelaskan tentang porsi nisbah bagi hasil deposito dan simulasi perhitungan besarnya bagi hasil deposito perbankan syariah: PT. Bank Muamalat Indonesia Porsi nisbah bagi hasil deposito BMI bulan Juni 201112 Jangka waktu Porsi Nasabah Porsi Bank 1 bulan 50 50 3 bulan 51 49 6 bulan 53 47 12 bulan 54 46 Berdasarkan tabel diatas dapat diartikan, apabila nasabah (shahibul maal) menempatkan deposito dengan jangka waktu 6 bulan, maka porsi bagi hasil yang diperoleh sebesar 53 bagian sedangkan bank (mudharib) mendapatkan porsi bagi hasil sebesar 47 bagian. Dalam perhitungan bagi hasil Bank Muamalat Indonesia menggunakan perhitungan HI-1000 (baca : Ha-i seribu), berikut ini adalah contoh
12
Sumber: di ambil dari papan informasi porsi nisbah bagi hasil Bank Muamalat Indonesia per Juni 2011 Kantor Cabang Kediri.
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 177
Perbandingan Bagi Hasil Deposito Mudharabah antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional perhitungan HI-1000 (keuntungan perseribu) yang digunakan di Bank Muamalat Indonesia :13 DPKM (Dana Pihak Ketiga Mudharabah) yaitu Dana Nasabah dengan Akad Mudharabah
A
90.000.000
DPKM yang dapat disalurkan pada pembiayaan = DPKM x (1-GWM => simpanan wajib pada Bank Indonesia =5%)
B
85.500.000
Dana bank
14.500.000
Pembiayaan yang disalurkan
C
100.000.000
Pendapatan dari penayaluran pembiayaan Pendapatan Investasi dari setiap 1000 DPKM
D
1.666.667
E
15,83
Dari perhitungan di atas HI-1000 diperoleh 15,83, selanjutnya akan dihitung keuntungan yang diperoleh nasabah apabila menempatkan deposito, dan berikut ini adalah contohnya: Tuan Ahmad memiliki deposito Mudharabah di BMI sebesar Rp. 10 juta dengan nisbah nasabah 54 dan BMI 46, dan masa pengendapan selama satu bulan, Pendapatan Investasi dari setiap 1000 DPKM
E
15,83
Saldo rata-rata harian
F
10.000.000,00
Nisbah nasabah (disepakati awal akad)
G
54
13
Sumber: Brosur Bank Muamalat Indonesia “Raih 365 Umrah”, 2008
178 |
Binti Mutafarida dan Mashudi Porsi bagi hasil untuk nasabah bulan ini (rupiah)
H
85.482
Jadi Pak Ahmad akan mendapatkan bagi hasil tiap bulannya sekitar Rp 85.482,- (sebelum dipotong pajak sebesar 20%) PT. Bank Syariah Mandiri Porsi nisbah bagi hasil deposito Bank Syariah Mandiri bulan Juni 201114 Jangka waktu Porsi Nasabah Porsi Bank 1 bulan 55 45 3 bulan 56 44 6 bulan 59 41 12 bulan 60 40 Berdasarkan tabel diatas dapat diartikan, apabila nasabah (shahibul maal) menempatkan deposito dengan jangka waktu 6 bulan, maka porsi bagi hasil yang diperoleh sebesar 59 bagian sedangkan bank (mudharib) mendapatkan porsi bagi hasil sebesar 41 bagian. Rumus yang digunakan Bank Mandiri Syariah dalam menghitung Bagi Hasil 15 Bagi Hasil =
Saldo Deposito
x Jumlah Keuntungan yang Dibagikan x Nisbah
Total Saldo Deposito
100
Contoh perhitungan bagi hasil yang akan didapatkan nasabah deposito : Tuan Ahmad menempatkan deposito sebesar Rp. 10.000.000,- dengan jangka waktu 6 bulan dan perbandingan nisbah yang berlaku adalah bank sebesar 59 bagian dana nasabah Sumber: Papan Informasi Porsi Nisbah Bagi hasil Bank Mandiri Syariah per Juni 2011 Kantor Cabang Kediri 15 Sumber: Brosur Bank Syariah Mandiri, BSM Deposito: Investasi yang Aman, Menentramkan dan Menguntungkan , Juni 2011 14
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 179
Perbandingan Bagi Hasil Deposito Mudharabah antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional mendapatkan nisbah sebesar 41 bagian, semua deposan adalah Rp. 200.000.000.000 dan pendapatan bank yang dibagihasilkan untuk deposan selama 6 bulan sebesar Rp. 3.000.000.000,-, maka perhitungan bagi hasil untuk pak Ahmad adalah : = Rp. 10.000.000,x Rp. 3.000.000.000,- x 59% Rp. 200.000.000.000,Rp. 88.500,Jadi Tuan Ahmad akan mendapatkan bagi hassil setiap bulannya sebesar Rp. 88.500,- (sebelum dipotong pajak 20%) PT. Bank BNI Syariah Porsi nisbah bagi hasil deposito Bank BNI Syariah bulan Juni 2011 :16 Jangka waktu 1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan
Porsi Nasabah 64 66 68 70
Porsi Bank 36 34 32 30
Berdasarkan tabel diatas dapat diartikan, apabila nasabah (shahibul maal) menempatkan deposito dengan jangka waktu 6 bulan, maka porsi bagi hasil yang diperoleh sebesar 68 bagian sedangkan bank (mudharib) mendapatkan porsi bagi hasil sebesar 32 bagian. Rumus yang digunakan Bank BNI Syariah dalam menghitung Bagi Hasil :17 Bagi Hasil =
Saldo Deposito
x Total Saldo Deposito x Saldo Deposito x Nisbah
Total Saldo Deposito
Total DP3
100
Sumber: Papan Informasi Porsi Nisbah Bagi hasil Bank BNI Syariah per Juni 2011 Kantor Cabang Kediri 17 Sumber: Brosur Bank BNI Syariah, Tabungan iB Plus & BNI Syariah Card, Juni 2011 16
180 |
Binti Mutafarida dan Mashudi Contoh perhitungan bagi hasil yang akan didapatkan nasabah deposito BNI syariah : saldo deposito rata-rata Tuan Ahmad sebesar Rp. 10.000.000,- dengan jangka waktu 6 bulan sehingga porsi nisbah bagi hasil yang didapatkan Tuan Ahmad sebesar 68 bagian dan 32 bagian untuk bank. Apabila diasumsikan : Total saldo semua deposito senilai Rp. 500.000.000, Total saldo semua Dana Pihak Ke tiga Rp. 900.000.000, Pendapatan bank yang dibagikan ke nasabah senilai Rp. 10.000.000,- maka perhitungan bagi hasil Tuan Ahmad adalah : Bagi Hasil = 10.000.000 ,- x 500.000.000,- x 10.000.000,- x 68% 500.000.000,900.000.000,= Rp. 75.555,56 Jadi Tuan Ahmad akan mendapatkan bagi hassil setiap bulannya sebesar Rp. 75.555,56,- (sebelum dipotong pajak 20%). PT. Bank BRI Syariah Porsi nisbah bagi hasil deposito Bank BRI Syariah bulan Juni 18 2011: Jangka waktu Porsi Nasabah Porsi Bank 1 bulan 53 47 3 bulan 57 43 6 bulan 60 40 12 bulan 63 37 Berdasarkan tabel diatas dapat diartikan, apabila nasabah (shahibul maal) menempatkan deposito dengan jangka waktu 6 bulan, maka porsi bagi hasil yang diperoleh sebesar 60 bagian sedangkan bank (mudharib) mendapatkan porsi bagi hasil sebesar 40 bagian.
18
Sumber: Papan Informasi Porsi Nisbah Bagi hasil Bank BRI Syariah per Juni 2011 Kantor Cabang Kediri
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 181
Perbandingan Bagi Hasil Deposito Mudharabah antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional Rumus yang digunakan Bank BRI Syariah dalam menghitung Bagi Hasil19 Bagi Hasil = Saldo Deposito x Ekuivalen Rate x Jumlah Hari dalam 1 Bulan Jumlah hari dalam 1 tahun
Contoh perhitungan bagi hasil yang akan didapatkan nasabah deposito BRI syariah : Tuan Ahmad menempatkan deposito sebesar Rp. 10.000.000,- dengan jangka waktu 6 bulan sehingga porsi nisbah bagi hasil yang didapatkan Tuan Ahmad sebesar 60 bagian dan 40 bagian untuk bank. Apabila diasumsikan : Ekuivalen rate (E.r) deposito 6 bulan = 7,5030 (berbeda setiap bulan dan berbeda untuk masing-masing jangka waktu sesuai dengan besarnya nisbah) Jumlah hari dalam 1 bulan = 30 hari Jumlah hari dalam 1 tahun = 365 hari Bagi hasil = 10.000.000,- x 7,5030 x 30 365 = Rp. 61.668,492 Jadi Tuan Ahmad akan mendapatkan bagi hassil setiap bulannya sebesar Rp. 61.668,492,- (sebelum dipotong pajak 20%). Bank Konvensional Berikut ini adalah daftar tingkat suku bunga deposito beberapa bank konvensional per 16 juni 201120 Nama Bank 1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan Bukopin 6,50 % 6,63 % 6,65 % 6,88 % Commonwealth 5,00 % 5,00 % 5,00 % 5,00 % Danamon 6,13 % 6,25 % 6,50 % 6,50 % Sumber: Brosur Bank BRI Syariah, Deposito iB: Pengelolaan dana yang baik menuju hasil terbaik, Juni 2011 20 Sumber: http:// www.pusatdata.kontan.co.id/v2/bungadeposito . (diakses, 12 Juni 2012) 19
182 |
Binti Mutafarida dan Mashudi Mandiri Bank Mega Permata BCA BII BNI BRI BTN CITIBANK PANIN CIMB
5,38 % 5,75 % 6,50 % 5,25 % 6,00 % 5,63 % 5,50 % 5,75 % 5,75 % 6,50 % 6,38%
5,50 % 5,75 % 6,50 % 5,50% 6,13 % 5,63 % 5,50 % 5,75 % 6,63 % 6,50 % 6,50%
6,00 % 5,75 % 6,50 % 5,63% 6,13 % 6,00 % 6,00 % 6,00 % 6,63 % 6,50 % 6,63%
6,25 % 5,25 % 5,75 % 5,75% 6,13 % 6,25 % 6,00 % 6,25 % 4,35 % 6,50 % 6,63 %
Rumus yang digunakan bank konvensional dalam menghitung bunga Bunga Deposito = Propsentase Bunga x Jumlah Hari dalam 1 Bulan x Saldo Deposito 100
Jumlah hari dalam 1 tahun
Berikut ini contoh perhitungan bunga di bank konvensional yang sudah bisa diketahui besarnya sejak awal penempatan deposito. Sebagai contoh Deposito Bank BRI = 6 % p.a. Jangka waktu = 6 bulan Hari Bunga Bulan Mei 2009 = 31 hari Hari Tahun Buku 2009 = 365 hari Rata-rata saldo deposito = Rp 10.000.000,Maka, bunga yang diperoleh adalah : 0,06 x 31/365 x Rp 10.000.000,= Rp 50.595,Jadi, bunga yang diperoleh setiap bulannya sebesar Rp. 50.595,(sebelum dipotong pajak 20%).
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 183
Perbandingan Bagi Hasil Deposito Mudharabah antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional Analisis Perbandingan Bagi Hasil Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah dengan Sistem bunga di Bank Konvensional Penentuan bagi hasil antar bank syariah ditentukan oleh masing- masing bank. Sangat wajar bila antar bank syariah tidak sama memberikan keuntungan kepada nasbah. Demikian juga dengan bank konvensional, antar bank konvensional tidak sama, penentuan bunga berdasarkan manajemen masing- masing bank. Perbedaan keuntungan baik bagi hasil antar bank syariah dan bank konvensional adalah cara masing- masing bank untuk menarik minat konsumen baru atau konsumen yang menginginkan keuntungan yang lebih, kecuali konsumen yang fanatik terhadap salah satu perbankan. Jika nasabah mengalokasikan dana sebesar Rp. 10.000.000,- ke produk deposito kepada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah. Maka keuntungan tiap- tiap perbankan sebagai berikut: Bank Muamalat; sekitar Rp 85.482,- (sebelum dipotong pajak 20%), Bank Syariah Mandiri; sebesar Rp. 88.500,- (sebelum dipotong pajak 20%), Bank BNI Syariah; sebesar Rp. 75.555,56,- (sebelum dipotong pajak 20%), Bank BRI Syariah; sebesar Rp. 61.668,492,(sebelum dipotong pajak 20%) dan bank konvensional; sebesar Rp. 50.595,- (sebelum dipotong pajak 20%). Dengan demikian, nasabah mendapatkan keuntungan yang lebih banyak di bank syariah dari pada bank konvensional. Penutup Deposito merupakan salah satu produk yang telah diterapkan atau digunakan di Bank Syariah untuk memenuhi kebutuhan nasabah bank syariah. Deposito yang merupakan produk bank syariah menggunakan akad mudharabah muthlaqah. Praktek deposito yang diterapkan di bank syariah dan konvensional mempunyai perbedaan yaitu terletak pada perbedaan penetapan bagi hasil, pada bank konvensional besarnya bunga telah disepakati di awal penempatan dana deposito, tetapi di bank syariah besarnya bagi hasil tidak dapat ditentukan di awal penempatan dana deposito karena me-
184 |
Binti Mutafarida dan Mashudi nunggu hasil dari hasil investasi, tetapi di bank syariah untuk besarnya nisbah bagi hasil deposito mudharabah harus disepakati di awal akad yaitu pada saat awal deposan atau pemilik dana menempatkan dana. Perhitungan bagi hasil yang ada di bank syariah belum ada standarisasi sehingga diperlukan standar perhitungan bagi hasil agar perbankan syariah bisa saling mendukung dalam perkembangannya karena prinsipnya adalah memajukan perekonomian Islam di dunia. Berdasarkan data yang diperoleh dari 4 bank syariah di Indonesia, masing-masing mempunyai cara sendiri untuk menghitung besarnya bagi hasil yang dibagikan kepada nasabah. Masing-masing bank syariah mempunyai kebijakan dan pertimbangan sendiri dalam perhitungan besarnya bagi hasil. Berdasarkan nisbah masing-masing bank juga mempunyai porsi yang berbeda hal ini berkaitan dengan target yang telah ditetapkan dan kondisi internal bank tersebut. Dari 4 (empat) perbankan di atas, bank syariah memberikan keuntungan yang lebih besar dari pada bank konvensional. Daftar Pustaka Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik. . Jakarta : Gema Insani Ascarya, 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta : Raja Grafindo Persada Brosur Bank BNI Syariah. Tabungan iB Plus & BNI Syariah Card. Juni 2011. Brosur Bank BRI Syariah. Deposito iB: Pengelolaan dana yang baik menuju hasil terbaik. Juni 2011. Brosur Bank Muamalat Indonesia “Raih 365 Umrah”. 2008 Brosur Bank Syariah Mandiri. BSM Deposito: Investasi yang Aman. Menentramkan dan Menguntungkan. Juni 2011; Fatwa DSN MUI No 03/DSN/MUI/IV/2000 Tentang Deposito; Fatwa DSN MUI No 07/DSN/MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh);
Volume 4. No. 01. Maret 2012 | 185
Perbandingan Bagi Hasil Deposito Mudharabah antara Bank Syari’ah dengan Bank Konvensional http:// www.pusatdata.kontan.co.id/v2/bungadeposito . (diakses 12 Juni 2011) Institute, Muamalat,2008. Hand Out Training Financing I. Jakarta : Muamalat Institute. Jakarta. Institute, Muamalat, 2009. Prinsip Mudharabah. . Jakarta : Celestial Management Internatinal. Jakarta Karim, Adiwarman A, 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan keuangan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Jakarta Lewis, Mervyn K. dan Latifa M Qaoud. 2001. Perbankan Syariah : Prinsip, Praktek. Konsep. Jakarta :Serambi Nasrun, Haroen, 2002. Fiqh Mu’amalah. . Jakarta : Gaya Media Pratama Papan Informasi Porsi Nisbah Bagi hasil Bank BNI Syariah per Juni 2011 Kantor Cabang Kediri. Papan Informasi Porsi Nisbah Bagi hasil Bank BRI Syariah per Juni 2011 Kantor Cabang Kediri. Papan Informasi Porsi Nisbah Bagi hasil Bank Mandiri Syariah per Juni 2011 Kantor Cabang Kediri. Papan Informasi Porsi Nisbah Bagi hasil Bank Muamalat Indonesia per Juni 2011 Kantor Cabang Kediri; Rahman, Afzalur, 2003. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf Zuhaili (az), Wahbah, 1989. al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu. Libanon: Daar al-Fikr.
186 |