Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
PERBAIKAN MUTU PAKAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUSU SAPI PERAH (Feed Quality Improvement for Quantity and Quality Dairy Milk) DEDI SUGANDI1, HERMAWAN2 dan HERI SUPRATMAN2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung
2
ABSTRACT Local dairy farmers tended to use locally surrounding feedstuff and concentrate neglecting its feed quality. This was suspected to have impact on low quantity and quality of the milk. To find out the effect of feed to milk quantity and quality on local dairy farmers, a research was conducted in Cisurupan Sub District of Garut, on July–September 2003, through participatory on farm research. Fourty dairy cattle were devided in to four groups (P0, P1, P2, and P3) with increasing crude protein concentrate (8,9%, 13,1%, 15,1% and 17%). The improvement of feed quality were conducted thruogh recomposition of feedstuff surounding the research location. The KUD concentrate were as control (P0). All dairy cattle were fed forages, consist of rice straw, corn straw, grass,and sweet potato leaves, with the amount of 10% body weight. The observation included the amount of feed and consumed nutricient for each treatment, and milk quantity and quality. The data were analyzed using DMRT. The results showed that the increasing feed quality improved milk quantity and quality without increasing feed offered. Concentrate containing 13% crude protein showed the best results for milk quantity and quality, and farmers income over feed cost value. Key Word: Feed, Dairy Milk, Local Farm ABSTRAK Untuk memenuhi kebutuhan pakan, peternak sapi perah rakyat cenderung mengandalkan bahan baku pakan atau konsentrat yang tersedia disekitarnya tanpa mengetahui dengan pasti kualitas dari ransum tersebut. Keadaan ini dikuatirkan akan berdampak pada rendahnya kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkannya. Untuk mengetahui sampai sejauhmana pengaruh pemberian pakan terhadap kuantias dan kualitas susu yang dihasilkan ternak sapi perah rakyat telah dilakukan pengkajian di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada bulan Juli–September 2003, melalui pendekatan participatory on farm research. Sapi perah sebanyak 40 ekor, dikelompokan menjadi empat kelompok (P0, P1, P2, dan P3), masing-masing kelompok diberi perlakuan pakan tambahan (konsentrat) dengan kualitas yang semakin meningkat berdasarkan kandungan protein kasar (PK) yaitu 8,9%, 13%, 15% dan 17%. Peningkatan mutu pakan dilakukan dengan cara merekomposisi susunan bahan baku pakan yang tersedia disekitar lokasi pengkajian, dan konsentrat produk KUD setempat digunakan sebagai kontrol perlakuan (P0). Seluruh ternak diberi hijauan (HMT) berupa campuran jerami padi, jerami jagung, rumput lapang dan daun ubi jalar. Masing-masing ternak mendapatkan HMT dengan ukuran jumlah sekitar 10% dari bobot hidup. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah konsumsi ransum dan nutrisi terkonsumsi pada setiap perlakuan, serta data kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan ternak. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis statistik sidik ragam dan uji jarak berganda Duncan’s. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan mutu pakan dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas susu tanpa harus meningkatkan volume pakan yang disediakan. Konsentrat dengan kandungan PK 13 % menunjukkan hasil yang terbaik, bila ditinjau dari kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan, serta memberikan nilai penerimaan dan income over feed cost paling tinggi. Kata Kunci: Pakan, Susu Sapi, Peternakan Rakyat
PENDAHULUAN Susu merupakan bahan makanan asal hewani yang memiliki nilai gizi tinggi dan
sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. Kebutuhan bahan baku susu di Indonesia hingga saat ini sebagian berasal dari import dan sebagian lagi dari peternakan sapi perah
377
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
rakyat di pedesaan yang dipelihara dengan cara tradisional. Menurut TAWAF (2003), hingga saat ini peternakan sapi perah rakyat di Indonesia masih bercirikan memiliki skala usaha kecil, sistem pemelihra back yard farming, diberi pakan berupa campuran rumput lapangan, sisa pertanian seperti jerami padi dan jagung, dan rumput kultur, serta diberi pakan penguat berupa campuran ampas tahu, atau dedak. Konsentrat yang berasal dari koperasi/KUD. Dari cara pemeliharaan seperti itu tidak heran bila produksi susu yang dihasilkan belum optimal, baik dilihat dari sisi kualitas maupun kuantitas produk. Berdasarkan laporan DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT (2002), target produksi harian ternak sapi perah adalah 15 liter/ekor per hari, sementara dari hasil pengamatan SUGANDI (2003), terhadap beberapa peternak di Kabupaten Bandung dan Garut diperoleh gambaran adanya ternak sapi perah dengan produksi susu kurang dari 10 liter/ekor/hari. Kondisi ini menunjukan bahwa dari segi kuantitas produksi susu masih perlu ditingkatkan. Walaupun sebagian besar telah memenuhi standar yang disyaratkan IPS (industri pengolah susu), masih dibawah persyaratan Codex dan SK Dirjen Peternakan tahun 1983 yaitu kandungan lemak 2,17%, berat jenis minimal 1, 028 ; bahan kering tanpa lemak (BKTL) 8%; dan kandungan bakteri 1 juta per mili liter susu. Menurut HENDERSON dan REAVES (dalam HERMAWAN, 2003), kualitas dan kuantitas susu sangat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan pakan yang diberikan. Pakan untuk sapi perah biasanya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Sapi perah biasanya diberi rumput sebanyak 10% dari bobot hidup, dan pakan tambahan berupa konsentrat yang tersusun dari beberapa bahan pakan yang mengandung nilai gizi tinggi, seperti jagung, dedak, bungkil kelapa, bungkil kedelai, dan tepung ikan. Namun untuk memenuhi kebutuhan tersebut peternak sering terkendala oleh terbatasnya pengetahuan dan modal yang tersedia, dengan demikian peternak cenderung mengandalkan jenis pakan (HMT dan konsentrat) yang sudah ada disekitarnya. Kondisi seperti ini bisa berakibat pada kurang optimalnya produksi susu yang dihasilkan.
378
Untuk mengatasi kondisi tersebut telah dilakukan pengkajian perbaikan mutu pakan bagi peningkatan kuantitas dan kualitas susu sapi perah yang dilakukan pada peternakan rakyat di Kabupaten Garut, Jawa Barat. MATERI DAN METODE Pengkajian dilakukan pada bulan Juli– September 2003, melalui pendekatan participatory on farm research di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Bahan yang digunakan terdiri dari 40 ekor ternak sapi perah milik peternak rakyat, hijauan makan ternak (HMT), konsentrat hasil produksi KUD setempat dan bahan baku pakan yang tersedia di sekitar lokasi pengkajian. Sapi perah selanjutnya dikelompokan menjadi empat, masing-masing kelompok diberi perlakuan P0, P1, P2, dan P3 (Tabel 1). Tabel 1. Perlakuan pengkajian
yang
digunakan
dalam
Kelompok
Perlakuan
Keterangan
1
P0 diberi konsentrat mengandung PK 8,90% P1 diberi konsentrat mengandung PK 13,56% P2 diberi konsentrat mengandung PK 15,70% P3 diberi konsentrat mengandung PK 17,70%
produk KUD sebagai kontrol
2
3
4
Rekomposisi bahan baku
Rekomposisi bahan baku
Rekomposisi bahan baku
Rincian komposisi bahan baku dan kandungan nutrisi pakan (hasil analisis proximate) terlampir
Peningkatan mutu pakan pada perlakuan P1, P2 dan P3 dilakukan dengan cara merekomposisi susunan bahan baku pada perlakuan P0 (kontrol) dengan bahan baku lain yang memiliki kandungan nutrisi lebih baik dan telah tersedia di sekitar lokasi pengkajian. Seluruh ternak diberi hijauan makanan ternak (HMT) berupa campuran jerami padi, jerami jagung, rumput lapang, dan daun ubi
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
jalar. Jumlah HMT yang disediakan untuk setiap ekor ternak diukur berdasarkan ratio 10% dari masing-masing bobot hidupnya. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah konsumsi ransum dan nutrisi terkonsumsi pada setiap perlakuan, data kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan ternak, serta pengeluaran biaya untuk pakan, dan nilai penerimaan dari hasil penjualan susu yang dihasilkan. Pengamatan dimulai pada saat hari ke-15 perlakuan pemberian pakan terhadap jumlah produksi susu harian selama 30 hari, sedangkan pengamatan terhadap kualitas susu dilakukan dengan cara mengambil sampel susu pada saat ternak belum diberi perlakuan, diulang pada hari ke-15 dan 30 setelah perlakuan. Data yang kumpulkan terdiri dari jumlah ransum terkonsumsi, jumlah produksi harian, kandungan lemak, bahan kering tanpa lemak (SNF), berat jenis (BJ), dan kandungan bakteri per ml air susu. Harga bahan baku ransum seperti harga konsentrat, jerami padi, jerami jagung, rumput benggala dan daun ubi jalar dilakukan untuk keperluan penghitungan biaya pakan, dan harga per liter susu. Data tersebut selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan analisis sidik ragam dan uji jarak berganda Duncan’s. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh peingkatan mutu pakan terhadap konsumsi ransum Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap
perbaikan kuantitas dan kualitas susu, perlu diuji lebih dahulu pengaruhnya terhadap jumlah pakan/ransum yang terkonsumsi oleh ternak. Hal ini penting dilakukan guna memastikan apakah perbaikan tersebut berpengaruh langsung terhadap kuantitas dan kualitas produk, atau sebagai dampak dari peningkatan jumlah ransum yang terkonsumsi. Tabel 2 menunjukkan hasil analisis statistik pengaruh perbaikan mutu pakan terhadap konsumsi bahan kering dan nutrisi ransum pada setiap perlakuan (P0, P1, P2 dan P3). Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi BK pada setiap kelompok perlakuan (P0, P1, P2 dan P3), tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Namun bila dilihat dari konsumsi nutrisi pakan yang terkandung di dalam pakan tersebut seperti SK, PK, TDN, Ca dan P, menunjukkan adanya kecenderungan meningkat, terutama yang terjadi pada perlakuan P0 dibandingkan dengan P1, P2 dan P3 terhadap konsumsi PK, TDN, Ca dan P, sedangkan perbedaan diantara perlakuan P1, P2 dan P3 hanya terjadi pada konsumsi PK dan P. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa peningkatan mutu pakan tidak meningkatkan volume ransum yang terkonsumsi, akan tetapi dari segi nutrisi terjadi peningkatan yang signifikan sejalan dengan peningkatan jumlah nutrisi ransum dari masing-masing perlakuan. Hal ini sejalan dengan pendapat NRC (1989), bahwa konsumsi bahan kering dari seekor ternak tidak ditentukan oleh jenis maupun kandungan zat yang terkandung didalamnya, namun lebih ditentukan oleh ukuran bobot hidup dari ternak itu sendiri.
Tabel 2. Hasil analisis pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap konsumsi bahan kering dan nutrisi pakan sapi perah di lokasi pengkajian Perlakuan
Parameter P0
P1
P2
P3
17,711a
17,687a
17,675a
17,749a
TDN
9,070a
9,798b
9,858b
9,863b
Protein Kasar (PK)
1,237a
1,581b
1,757c
1,919d
a
a
a
4,335a
b
0,133b
0,077c
0,083b
Bahan Kering (BK) (kg/ekor/hari) Kandungan Nutrisi (kg/ekor/hari):
Serat Kasar (SK)
4,347
a
4,419
b
Calcium (Ca)
0,141
0,134
Phosphor (P)
0,090a
0,072d
4,312 0,134
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)
379
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap kuantitas dan kualitas susu Data hasil analisis pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap kuantitas dan kualitas susu sapi perah di lokasi pengkajian, di sajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa kuantitas susu yang paling tinggi dihasilkan oleh P1, diikuti P3, P2, P0 (kontrol), namun secara statistik hanya terjadi perbedaan antara P0 dengan kelompok P1, P2, dan P3, Ini menunjukkan bahwa perbaikan mutu pakan hingga batas tertentu (PK 13 %) dapat meningkatkan kuatitas dari produksi susu ternak sapi perah. Demikian pula halnya dengan kualitas susu yang dihasilkan kelompok P1, P2 dan P3, secara statistik nyata lebih baik dari kualitas susu yang dihasilkan kelompok P0, serta tidak ditemukan perbedaan yang nyata diantara kelompok P1, P2 dan P3. Ada kecenderungan kandungan lemak tertinggi terjadi pada P1, dan total solid pada P2 Keadaan ini membuktikan bahwa upaya perbaikan mutu pakan hingga batas tertentu dapat memperbaiki kauntitas maupun kualitas produksi susu. Analisis finansial pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap kuantitas dan kualitas susu Berdasarkan data hasil pengamatan teknis, pengaruh perbaikan mutu pakan terhadap kualitas dan kuantitas susu dapat digunakan untuk menghitung besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk pakan dan nilai penerimaan dari hasil penjualan produksi susu. Tabel 4, menyajikan data hasil analisis biaya yang digunakan untuk pakan pada masing-masing perlakuan P1, P2, P3 dan P0 (kontrol), yang dilakuan di lokasi pengkajian. Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa total biaya pakan pada perlakuan P1, P2 dan P3 nyata lebih tinggi (P<0,05) dari perlakuan P0 (kontrol), peningkatan biaya pakan pada perlakuan P1, P2 dan P3 cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan harga pakan dari masing-masing perlakuan tersebut. Peningkatan harga pakan merupakan kendala yang sulit diterima petani, padahal peningkatan harga tersebut berkaitan erat dengan perbaikan mutu pakan yang akan mempengaruhi terhadap peningkatan kuantitas dan kulitas sus yang dihasilkan. Berdasarkan informasi dari salah satu IPS (industri pengolah susu) penerima susu dari koperasi, diketahui bahwa penentuan harga susu dipengaruhi oleh kualitas susu yang dinilai berdasarkan kandungan lemak, bahan kering tanpa lemak, dan jumlah bakteri yang terkandung dalam susu. Tabel 5, menunjukkan gambaran produksi, mutu, harga dan dan nilai penerimaan usaha ternak sapi perah yang diberi perlakuan P0, P1, P2 dan P3. Dari Tabel 5, dapat diketahui bahwa jumlah produksi susu yang paling banyak dihasilkan pada perlakuan P1 diikuti P3, P2 dan P0 (kontrol), sedangkan harga susu paling tinggi ditunjukan oleh perlakuan P2, diikuti oleh P1, P3, dan P0 (kontrol). Nilai penerimaan perlakuan P1, P2 dan P3, nyata lebih besar
Tabel 3. Hasil analisis pengaruh peningkatan mutu pakan terhadap kuantitas dan kualitas susu sapi perah di lokasi pengkajian Parameter Kuantitas susu (kg/ekor/hari)
Perlakuan P0
P1
P2
P3
9,014a
11,134b
10,440b
10,821b
11,908a
12,744b
12,809b
11,999ab
Kualitas susu: Bahan kering (%)
a
b
4,474ab
Kandungan lemak (%)
4,222
Bahan kering tanpa lemak (%)
7,085a
7,711a
7,930a
7,525a
a
a
a
1,024a
Berat Jenis (BJ) Jumlah bakteri/ml susu
1,024
537.033a
5,033
b
1,024
345.839a
4,879
1,024
407.965a
Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)
380
310.891a
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 4. Hasil analisis biaya pakan pada masing-masing perlakuan di lokasi pengkajian Parameter Komposisi bahan pakan (kg/ekor/hari) Konsentrat Jerami padi Jerami jagung Rumput benggala Daun ubi jalar Harga konsentrat (Rp./kg) Biaya (Rp./ekor/hari) Konsentrat Hijauan Total biaya pakan*)
Perlakuan Po
P1
P2
P3
9,00 20,73 6,93 1,86 0,51
9,00 20,96 7,00 1,73 0,51
9,00 20,74 7,14 1,73 0,51
9,00 20,97 7,03 1,62 0,51
700,00 6.300,00 1.941,54
755,00 6.795,00 1.946,82
855,00 7.695,00 1.950,08
980,00 8.820,00 1.939,29
8.241,54a
8.741,82b
9.645,08c
10.759,29d
*) Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) Tabel 5. Jumlah dan nilai produksi pada masing-masing perlakuan di lokasi pengkajian Perlakuan
Parameter Produksi susu (liter/ekor/hari): Kualitas susu berdasarkan: Bahan kering (%) Kandungan lemak (%) Bahan kering tanpa lemak (%) Jumlah bakteri (juta/ml susu) Harga susu (Rp/liter) *) Nilai penerimaan (Rp/ekor/hari) **) Income Over Feed Cost (Rp/ekor/hari) **)
Po
P1
P2
P3
8,80 11,91 4,22 7,69 537.033
10,87 12,74 5,03 7,71 345.839
10,19 12,81 4,88 7,93 407.965
10,56 12,00 4,47 7,52 310.891
1.944,54 17.117,20a 8.875,66a
2.104,26 22.879,62b 14.137,79b
2.109,19 21.503,82b 11.858,74a
1.963,31 20.746,88b 9.987,59a
*) Harga susu didapatkan dari angka rata-rata bonus atau pinalti Total Solid (TS), dan jumlah bakteri (TPC) **) Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)
(P<0,05) dari P0 (kontrol), namun diantara perlakuan P1, P2, dan P3 tidak ada perbedaan yang nyata. Berdasarkan nilai Income Over Feed Cost, perlakuan P1 nyata lebih tinggi dari perlakuan P2, P3, dan P0 (kontrol), namun diantara P2, P3, dan P0 (kontrol), tidak menunjukan perbedaan nyata. Dengan demikian jelas bahwa, konsentrat dengan kandungan protein kasar 13% dapat memberikan nilai penerimaan dan income over feed cost paling tinggi bagi usaha ternak sapi perah rakyat di lokasi pengkajian.
KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Peningkatan mutu pakan dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas susu sapi perah yang dikelola peternak rakyat, tanpa harus meningkatkan volume pakan yang disediakan. Konsentrat dengan kandungan PK 13% merupakan komposisi yang paling baik untuk menghasilkan produksi susu paling optimal serta dapat memberikan nilai penerimaan dan income over feed cost paling tinggi.
381
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
DAFTAR PUSTAKA ANGGORODI. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta. DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA BARAT. 2002. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. HERMAWAN, HERI SUPRATMAN, ROCHADI TAWAF dan B. KUSBIANTORO. 2003. Perbaikan Metode Pemerahan dan Mutu Konsentrat dalam Upaya Peningkatan Produksi Sisi Sapi Perah. Laporan Hasil Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. MAYNARD, A. LEONARD and K. LOOSLI JOHN. 1978. Anumal Nutrition. Sixth edition. Tata Mc Graw-Hill Publishing Company LTD, New Delhi.
382
NRC. 1989. Nutrient Requirements of Dairy Catle 6th Revished ed. National Research Council. Nacional Academy Press, Washington. SUGANDI. 2003. Kinerja Ternak Sapi Perah Rakyat pada Beberapa Koperasi dan KUD Susu di Wilayah Kabupaten Bandung dan Garut. Makalah Penunjang pada Temu Tugas BPTP Jawa Barat (un publish). Tawaf, R. 2003. Analisis Kelayakan Usaha Kemitraan Sapi Potong, Sapi Perah dan Ayam Ras. Laporan Penelitian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran (un publish).
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Lampiran 1. Kandungan nutrisi (zat makanan) pada berbagai bahan baku pakan di lokasi pengkajian, tahun 2003 Bahan baku pakan
BK
Kandungan nutrisi pakan (% bahan kering) PK
LK
SK
TDN
Ca
P
Gabeng
90,00
3,19
0,49
13,52
84,95
0,30
0,15
Bungkil kacang tanah
92,68
3,58
4,35
4,80
52,97
0,68
0,15
Gebros
84,40
2,70
1,51
14,78
47,13
0,36
0,21
Ampas kecap
67,76
11,94
2,13
19,03
25,14
0,63
0,81
Bungkil kelapa sawit
95,63
12,75
4,86
11,00
44,32
0,25
0,93
Bungkil kedelai
86,00
45,00
0,90
6,00
89,00
0,32
0,29
Dedak halus
89,00
9,00
5,00
12,00
60,00
0,12
1,00
Dedak kasar
89,00
6,80
2,00
35,00
45,00
0,18
1,38
Bungkil kapuk
86,00
28,00
10,00
20,00
76,00
0,20
0,80
Limbah tapioka
84,40
2,70
1,51
14,76
75,00
0,36
0,21
Polard bogasari
89,81
16,59
4,68
5,80
79,35
0,20
0,96
Kulit kopi
86,00
11,00
3,00
28,00
65,00
Bugkil kelapa
85,00
19,00
7,00
13,00
78,00
0,10
0,62
Tetes
82,40
3,90
0,33
0,40
70,70
0,88
0,14
18,00
9,00
Premix
100
Urea
100
Garam
96,00
Kapur
99,00
Jerami padi
40,00
281,00 39,00 4,00
2,50
33,75
40,00
0,40
0,30
Jerami jagung
21,00
9,92
1,70
27,00
60,00
1,24
0,23
Rumput benggala
23,60
10,90
2,43
32,90
53,60
0,62
0,27
Daun ubi jalar
16,30
19,20
2,59
16,20
61,90
1,37
0,46
1
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Lampiran 2. Jenis dan komposisi bahan baku pakan pada perlakuan P0, P1, P2, dan P3, tahun 2003 Komposisi bahan baku pada perlakuan
Jenis bahan baku
P0
P1
P2
P3
Gabeng
15,00
-
-
-
Bungkil kacang tanah
7,84
-
-
-
Gebros
12,08
-
-
-
Ampas kecap
4,49
-
-
-
Bungkil kelapa sawit
7,36
-
-
3,28
Bungkil kedelai
-
-
-
Dedak halus
-
2,80
2,80
2,80
Dedak kasar
20,78
7,44
6,37
9,54
Bungkil kapuk
-
10,00
10,00
10,00
Limbah tapioka/onggok
-
30,00
21,09
11,14
Polard bogasari
30,00
16,81
26,49
30,00
Kulit kopi
-
10,00
10,00
10,00
Bugkil kelapa
-
17,00
17,00
17,00
Tetes Premix Urea
-
2,80
2,80
2,80
0,20
0,20
0,20
0,20
-
0,70
1,00
1,00
Garam
0,25
0,25
0,25
0,25
Kapur
2,00
2,00
2,00
2,00
Total
100
100
100
100
Lampiran 3. Komosisi kandungan nutrisi pakan pada perlakuan P0, P1, P2 dan P3, tahun 2003 Jenis nutrisi
Komposisi bahan baku pada perlakuan Po
P1
P2
P3
Bahan kering
88,90
86,61
87,13
87,52
Protein kasar
8,90
13,56
15,70
17,70
Lemak kasar
2,87
4,18
4,18
4,08
Serat kasar
14,87
15,36
14,24
14,28
TDN
60,14
70,21
70,72
70,38
Kalsium
1,10
1,04
1,02
1,01
Pophor
0,78
0,56
0,62
0,69
2