PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI BENDA HILANG MENGGUNAKAN METODE KANSEI ENGINEERING DAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT Septi Kurniawan, Arief Rahman, ST, M.Sc Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak Meningkatnya perkembangan teknologi membuat kehidupan semakin kompleks dan menuntut untuk dapat bergerak cepat, menjadikan waktu sebagai peran penting. Namun dengan keterbatasan daya ingat otak manusia sering kali dihadapkan pada persoalan lupa, khususnya dimana letak benda berharga yang akhirnya membutuhkan waktu khusus untuk mencarinya. Akan sangat membantu jika waktu yang terbuang sia-sia tersebut dapat diminimalkan. Penelitian ini mencoba untuk memberikan perhatian lebih pada persoalan tersebut dengan merancang sebuah alat ideal yang dapat meminimalkan waktu pencarian. Proses penggalian informasi suara konsumen digunakan metode Kansei Engineering yang mendasarkan kebutuhan dan keinginan masyarakat pada produk yang akan dibuat. Selanjutnya dengan metode Quality Function Deployment kebutuhan masyarakat diterjemahkan ke dalam karakteristik desain produk menggunakan sebuah matriks interaksi. Pada akhirnya untuk pemilihan alternatif produk yang terbaik yang sesuai dengan aspirasi masyarakat digunakan metode Benchmark Numerik. Dari penelitian ini diharapkan dapat dirancang sebuah alat yang dapat membantu menemukan letak benda berharga yang hilang. Kata Kunci: Benda Hilang, Kansei Engineering, Quality Function Deployment, Benchmark Numeric ABSTRACT The fast improvement of technology, which makes human life become more complex and requires moving quickly, takes the time on the priority. But as the limited ability of human brain to save memory, people are faced to one problem, forgetting things, especially where they located their precious things which will lead them to spend time to look for the lost. That is why it will be helpful to minimize the wasted time. This research is conducted to give more attention on mentioned problem by designing an ideal instrument to minimize the time use in finding lost things. The consumers’ information for the data was using Kansei Engineering method which takes the public needs and wills on the prototyped product as the basic point. The other method is the Quality Function Deployment, in which all the public needs is placed into the characteristics of the designed product by using matrix interaction. And the last, in deciding the best alternative product which suits public’s aspiration, Benchmark Numeric method is taken. From this research, it is hoped to be able to design an instrument in helping the place of a lost thing. Keywords: Lost Thing, Kansei Engineering, Quality Function Deployment, Benchmark Numeric
1.
Pendahuluan Setiap manusia memiliki benda-benda tertentu yang sangat penting dan berharga bagi dirinya. Benda-benda tersebut tentunya sangat berharga dan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pemakainya. Dengan keterbatasan daya ingat otak munusia, seringkali dihadapkan pada persoalan lupa meletakkan benda-benda tersebut khususnya yang berukuran kecil seperti handphone, dompet, buku, dll. Tiap
individu memiliki potensi untuk lupa atau tidak ingat yang disebabkan oleh situasi dimana informasi-informasi yang diterima oleh otak manusia tersimpan dalam saraf yang sama, akibatnya informasi itu saling bertumpuk atau informasi yang masuk terdahulu tertutupi oleh informasi baru. Kenyataan itu yang disebut dengan lupa atau tidak ingat. Untuk mengatasi persoalan tersebut diperlukan suatu alat yang dapat berfungsi sebagai detector ketika lupa meletakkan benda-benda berharga di rumah.
Saat ini telah ada dua jenis alat yang berfungsi sebagai pendeteksi benda hilang. Yang pertama ialah suatu alat dengan menggunakan teknologi wireless. Alat yang menggunakan teknologi wireless ini terdiri dari dua bagian, yaitu sender dan receiver. Bagian yang dinamakan receiver diletakkan pada benda berharga, sedangkan sender digunakan sebagai pengaktifnya. Ketika benda hilang, pemakai dapat menekan tombol pada sender, lalu sender akan mengirim sinyal ke receiver untuk mengaktifkan speaker. Selanjutnya receiver akan mengeluarkan bunyi sebagai tanda dimana letak benda yang hilang. Yang kedua ialah suatu alat dengan menggunakan teknologi bluetooth yang terkoneksi dengan handphone. Alat ini berupa gantungan kunci yang dapat membantu menjaga jarak antara handphone dan kunci agar selalu berdekatan. Cara kerjanya ialah ketika handphone berpotensi hilang yaitu menjauhi kunci pemilik, alat ini akan mengeluarkan bunyi sebagai peringatan. Namun dua jenis alat tersebut masih memiliki beberapa kekurangan. Maka dengan kondisi yang telah dipaparkan diatas, fokus penelitian ini diarahkan untuk menciptakan sebuah alat yang dapat membantu memecahkan masalah diatas. Perancangan alat pendeteksi benda hilang ini berdasarkan hasil evaluasi alat sejenis yang telah ada di pasaran, kumpulan keinginan konsumen (Voice of Customer) yang didapat dari hasil wawancara yang kemudian diolah dengan metode Kansei Engineering dimana dengan metode tersebut akan menghasilkan kriteria dari desain alat pendeteksi benda hilang yang berasal dari perasaan manusia atau merepresentasikan keinginan pengguna. Digunakan pula metode Quality Function Deployment (QFD) untuk menerapkan kriteria – kriteria kualitas dari desain alat yang merepresentasikan kebutuhan konsumen. Dalam menyusun House of Quality, digunakan benchmark dari produk-produk eksisting dari setiap elemen desain teknis yang akan dipilih atau di gabungkan sehingga mendapatkan rincian produk alat pendeteksi benda hilang yang akan dikembangkan. Alat pendeteksi benda hilang yang akan dirancang di dalam penelitian ini nantinya mengarah pada kondisi yang ideal. Diharapkan alat tersebut dapat mengatasi kekurangankekurangan dari alat yang telah ada, antara lain dimensi ukuran alat pendeteksi benda hilang yang telah ada di pasaran masih terlalu besar
sehingga kurang efektif jika digunakan pada benda yang relatif kecil. Alat eksisting kurang efisien karena menggunakan dua part yaitu sender dan receiver sehingga dibutuhkan jumlah sender sesuai dengan jumlah benda yang akan dikontrol. Kekurangan lainnya ialah mengenai tingkat reliabilitas atau probabilitas kegagalan fungsi alat dikarenakan hilangnya sender. Tingkat fleksibilitas yang dimaksud ialah kemampuan suatu alat menyesuaikan dengan benda yang akan dicover. Alat yang ideal ialah yang memiliki dimensi ukuran relatif kecil, tingkat fleksibilitas dan reliabilitas tinggi, dan efisien. 2.
Metodologi Penelitian Langkah awal dalam penelitian ini ialah melakukan studi literatur dan observasi lapangan. Berbagai macam studi literatur yang terkait dengan penelitian antara lain studi tentang perencanaan dan pengembangan produk, mempelajari konsep Kansei Engineering, studi tentang QFD (Quality Function Deployment), dan penelitian-penelitian terdahulu seperti jurnal dan tugas akhir. Observasi lapangan yang dimaksud ialah observasi mengenai alat pendeteksi benda hilang eksisting. Kemudian dilakukan wawancara untuk mendapatkan kata – kata Kansei untuk alat pendeteksi benda hilang. Kata-kata kansei yang diperoleh dari hasil survey dikelompokkan berdasarkan frekuensi munculnya. Kata-kata yang dominan sering tersebut diubah menjadi kata-kata positif kemudian dilakukan pendefinisian variabelvariabel yang berhubungan dengan kata-kata tersebut dan diolah dengan metode Kansei Engineering. Setelah itu hasil dari atribut atribut tersebut dijadikan Voice of Customer yang kemudian dibobotkan dengan menggunakan Paired Wise Comparison dengan bantuan Software Expert Choice. Setelah itu digunakan metode Quality Function Deployment dengan penggunaan House of Quality yang sebelumnya disusun respon teknisnya. Setelah diketahui respon teknis terpilih maka disusun beberapa alternatif konsep berdasarkan respon teknis tersebut. Dalam menentukan alternatif konsep mana yang akan dipilih, digunakan metode Benchmark Numerik dengan pertimbangan hubungan antara respon teknis dengan atribut pada House of Quality. Pemilihan alternatif konsep dilakukan dengan cara Benchmarking untuk setiap alternatif respon teknis. Dari hasil alternatif tersebut,
2
dibuatlah prototype-nya yang kemudian diuji coba dalam hal daya tahan terhadap benturan dan daya jangkau alat. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 50 responden di salah satu pusat keramaian, pusat bisnis, dan perusahaan swasta untuk mendapatkan kata-kata Kansei mengenai alat pendeteksi benda hilang, didapatkan tiga kata Kansei yang dominan yaitu ringan, comroftable, dan simpel dalam hal fungsinya. Responden terdiri dari pria dan wanita yang sedang menempuh pendidikan dan telah bekerja. Dari kata-kata Kansei yang dominan dan ditambahkan pendapat pihak ahli, didapatkan atribut dan sub atribut dari alat pendeteksi benda hilang. Selanjutnya respon teknis didefinisikan sesuai dengan spesifikasi alat pendeteksi benda hilang yang akan dibuat dan dicocokkan sesuai atributnya. Atribut, sub-atribut, dan respon teknis untuk alat pendeteksi benda hilang dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
melebihi 10%. Maka diperoleh pembobotan sebagai berikut :
hasil
Gambar 1. Capture Hasil Pembobotan Software Expert Choice
Selanjutnya dari bobot atribut dan subatribut didapatkan bobot global. Formula untuk perhitungan bobot global ialah bobot atribut dikalikan dengan bobot sub-atribut. Hasil pembobotan global ini nantinya digunakan sebagai elemen pembuatan House of Quality. Hasil pembobotan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rekap Hasil Pembobotan Global
Tabel 1. Atribut, Sub-atribut, dan Respon Teknis
Metode yang digunakan untuk pembobotan adalah dengan metode Paired Wise Comparison menggunakan software Expert Choice. Metode Paired Wise Comparison dilakukan dengan cara melakukan perangkingan sederhana antara 2 buah perbandingan berdasarkan pendapat pihak ahli. Hasil pembobotan dapat dikatakan valid dikarenakan memiliki indeks inconsistency tidak
Elemen-elemen untuk menyusun House of Quality ialah atribut produk beserta bobotnya masing-masing sebagai suara dari konsumen atau Voice of Costumer, Respon Teknis sebagai spesifikasi dari produk yang akan dirancang, dan nilai dari hubungan antara Respon Teknis dengan Atribut. House of Quality untuk alat pendeteksi benda hilang dapat dilihat pada gambar 2 berikut. Dari perancangan House of Quality didapatkan data-data sebagai berikut. Penilaian jenis hubungan antara atribut dengan respon teknis dilakukan oleh pihak ahli. Respon Teknis dengan ranking tertinggi ialah Sensor yang Digunakan. Hal itu mengindikasikan bahwa jenis sensor yang digunakan pada alat pendeteksi benda hilang sangat penting pemilihannya dan menjadi prioritas utama. Respon Teknis Sensor yang Digunakan memiliki hubungan erat dengan atribut Kemudahan Pengoperasian, Teknologi yang digunakan, dan Reliability. Pemilihan sensor yang digunakan sangat menentukan bagaimana cara mengoperasikan alat tersebut, teknologi
3
yang diterapkan, dan umur pakai alat. Respon Teknis Sensor yang Digunakan juga memiliki hubungan yang medium dengan tingkat keringanan alat dan memiliki hubungan lemah dengan ukuran alat.
Sehingga dari seluruh respon teknis yang ada, didapatkan hasil yang paling mempunyai nilai Benchmarking tinggi dari seluruh alternatif.
sensor getar elips pipih silikon perekat
tepukan
fiberglass
solar cell
tali penutup sensor
Gambar 4. Alternatif Terpilih
Selanjutnya Block Diagram untuk alat pendeteksi benda hilang dirancang. Block Diagram ialah suatu diagram yang menggunakan blok-blok untuk menggambarkan hubungan variabel input dan output. Berikut block diagram untuk prototype alat pendeteksi benda hilang.
Gambar 2 House of Quality
Setelah diketahui rangking respon teknis terpilih, maka disusun beberapa alternatif konsep berdasarkan respon teknis tersebut. Dalam menentukan alternatif konsep mana yang akan dipilih, digunakan metode Benchmark Numeric dengan pertimbangan hubungan antara respon teknis dengan atribut pada House of Quality. Penentuan dan pemilihan alternatif konsep dilakukan mulai dari respon teknis dengan rangking tertinggi hingga terendah. Contoh penilaian untuk pemilihan konsep desain adalah sebagai berikut :
Fiberglass
Kayu
Plastik
Logam
Gambar 3. Alternatif Jenis Material
Kemudian dilakukan penilain dengan Benchmarking numerik dengan alternatif sebagai panutan sesuai dengan kondisi eksisting. Tabel 3. Benchmark Numerik Jenis Material
Gambar 5. Block Diagram Prototype
Berikut adalah gambar dari konsep alternatif dari alat pendeteksi benda hilang secara keseluruhan.
Gambar 6. Protoype Alat Pendeteksi Benda Hilang
4. Analisa Dari penggunaan metode Kansei Engineering, didapatkan tiga kata-kata Kansei yang dominan untuk alat pendeteksi benda hilang yaitu simpel dalam hal fungsinya, ringan, dan comfortable. Masyarakat berpendapat bahwa aspek simpel dalam hal fungsinya, ringan, dan comfortable adalah aspek terpenting yang harus dimiliki alat pendeteksi benda hilang dan dipertimbangkan dalam pembuatan produk. Dari faktor yang didapat dengan metode Kansei
4
Engineering tersebut, didapatkanlah atribut dari perancangan alat pendeteksi benda hilang yang sebelumnya telah ditambahkan atribut yang didapat pada interview kepada pihak ahli di bidang elektronika. Atribut yang ditambahkan ialah atribut Daya Tahan yang mencakup umur alat. Selain itu atribut lainnya adalah atribut Efektif, Reliability, dan atribut Efisien yang memiliki sub-atribut Keringanan dan Size. Dari pembobotan yang telah dilakukan menggunakan software Expert Choice, didapatkan bobot paling besar hingga terkecil berturut-turut beserta nilainya ialah sub atribut Teknologi yang digunakan (44,06%), Tingkat Kesuksesan (14,96%), Kemudahan Pengoperasian (14,14%), Daya Jangkau (10,78%), Size (6,76%), Daya Tahan Benturan (5,19%), dan Keringanan (4,14%). Bobot masing-masing atribut tersebut kemudian dikalikan dengan tingkat hubungan dengan respon teknisnya. Atribut dan Respon Teknis yang memiliki strong relationship dilambangkan dengan simbol lingkaran dengan nilai 9, dan nilai 3 dilambangkan dengan simbol persegi untuk medium relationship. Sedangkan atribut dan respon teknis yang memiliki hubungan weak relationship dilambangkan dengan simbol segitiga dengan nilai 1. Respon teknis memberikan acuan atau spesifikasi teknis yang lebih detail dari apa yang diinginkan konsumen. Sebagai contoh, atribut Kenyamanan memiliki hubungan medium relationship dengan respon teknis Prosedur Penggunaan sehingga dilambangkan dengan persegi bernilai 48 pada matriks HoQ. Nilai 48 didapatkan dari perkalian nilai bobot atribut Kenyamanan sebesar 16 dengan nilai hubungannya dengan Prosedur Penggunaan sebesar 3. Hasil dari House of Quality pada akhirnya memberikan urutan prioritas terhadap respon teknis yang harus dipenuhi oleh alat pendeteksi benda hilang. Didapatkan beberapa respon teknis yang memiliki ranking tertinggi hingga paling rendah, antara lain Sensor yang digunakan, Bentuk Alat, Jenis Perekat, Jenis Power, Prosedur Penggunaan, Jenis Material, Jenis Gantungan, dan Pegontrol Sensor. Langkah berikutnya adalah dengan melakukan rekomendasi dari alternatif-alternatif respon teknis yang ada sehingga dari alternatifalternatif tersebut dipilih yang paling memiliki nilai rank paling tinggi pada setiap respon teknis sehingga memfasilitasi seluruh kebutuhan yang ada dari hasil pengolahan Kansei Engineering
dan fase Pengembangan Konsep atau ResponTeknis. Dari pemilihan konsep terhadap respon teknis-respon teknis yang ada, didapatkan suatu alternatif konsep yang mewakili seluruh kepentingan dari Voice of Costumer. Hasil dari perhitungan dengan menggunakan benchmarking akan produk sejenis yang berada pada pasaran, didapatkan untuk respon teknis Sensor yang digunakan yang terpilih yaitu sensor getar. Penggunaan sensor getar dapat meningkatkan keakuratan pencarian dibandingkan GPS dikarenakan tingkat keakuratan yang rendah untuk mencari lokasi yang spesifik dan meningkatkan keefektifan dibandingkan sensor proximity. Sedangkan untuk respon teknis Bentuk Alat pendeteksi benda hilang digunakan bentuk bulat pipih sesuai dengan bentuk sensornya berupa Piezzo Speaker yaitu lingkaran. Alternatif respon teknis untuk Jenis Perekat yang terpilih yaitu digunakan silikon perekat untuk menggabungkan dengan benda berharga. Silikon perekat dipilih dikarenakan proses instalasinya yang cepat, praktis, dan nyaman dipandang. Jenis Power yang digunakan ialah solar cell dan prosedur penggunaannya menggunakan tepukan tangan. Tepukan tangan dapat menjadi alternatif pengaktif sensor dikarenakan dapat mengirimkan getaran udara ke membran sensor. Alternatif Jenis Material casing yang terpilih dengan mempertimbangkan kenyamanan, umur alat, dan tingkat keringanan ialah fiberglass. Selanjutnya respon teknis yang memiliki nilai benchmark terendah ialah Pengontrol Sensor. Pengontrol sensor berguna untuk meningkatkan tingkat efektivitas dan efisiensi alat tersebut. Pada sensor getar memiliki alternatif pengontrol sensor berupa penggunaan penutup sensor dan potensio. Potensio berguna untuk meningkatkan atau menurunkan tingkat kepekaan sensor, sedangkan penutup sensor berguna untuk menghalangi inputan berupa tepukan tangan sehingga saat benda hilang, benda lain yang memiliki alat pendeteksi benda hilang ini dapat dinon-aktifkan sensornya dengan menutup lubang kepekaan sensor. Alternatif yang terpilih untuk pengontrol sensor dengan mempertimbangkan kemudahan penggunaan dan keefektifannya ialah penggunaan penutup sensor. Input dari luar yang berupa getaran udara dihasilkan dari tepukan tangan menyebabkan membran sensor pada Piezzo Speaker bergetar. Getaran tersebut
5
menyebabkan kumparan kecil di balik membran bergerak naik dan turun. Pada saat kumparan bergerak naik turun, dihasilkan gelombang magnet terpotong-potong sehingga menghasilkan gelombang listrik. Kecepatan gerak kumparan menentukan kuat-lemahnya gelombang listrik yang dihasilkan. Piezo speaker dihubungkan ke input IC sebagai pengolah tegangan. Operasi tersebut akan sukses dengan mengeliminasi feedback resistor antara output (pin 6) dan membalikkan input (pin 2). Dalam pengoperasiannya, getaran gelombang udara yang disebabkan oleh sebuah benda tertentu menyebabkan membran pada speaker bergetar juga, sehingga menghasilkan tegangan listrik. Selanjutnya LED akan menyala ketika tegangan listrik melewati pin 3 dari IC dipengaruhi oleh R2 sebagai pengontrol sensitivitas. Pemilihan komponen dan perancangan sistem serta rangkaian elektronik alat pendeteksi benda hilang menghasilkan estimasi ukuran fisik dengan panjang 4 cm, lebar 2 cm, dan ketebalan 0,7 cm. IC LTC1050CN8 yang dapat menghasilkan kepekaan tinggi merupakan produk yang langka di Indonesia. Sehingga pada prototype digunakan IC LTC1050CN9 yang diimpor dari Hongkong, mengakibatkan sensor getar sedikit kurang peka terhadap getaran. Estimasi biaya pembuatan prototype alat pendeteksi benda hilang ini sebesar Rp 113.400,00. Tentunya angka tersebut akan menurun ketika produk diproduksi secara massal. Dari hasil pengujian radius daya jangkau sensor terhadap input dari luar berupa tepukan tangan, sensor dapat menjangkau suara pada radius 3 meter. Casing alat dibuat sesuai dengan prinsip alat musik gitar yang memiliki lubang kecil pada salah satu sisinya sehingga dapat meningkatkan getaran yang masuk ke dalam lubang dan meningkatkan volume suara yang dihasilkan. Jarak radius tersebut masih dapat ditingkatkan dengan cara membuat desain casing yang dapat menangkap suara lebih tajam sehingga getaran yang masuk ke sensor juga lebih besar. Pengujian daya tahan alat terhadap benturan dilakukan dengan cara menjatuhkannya di lantai. Hasil pengujian menyatakan bahwa alat dapat bertahan pada ketinggian di bawah 3 meter. Pada ketinggian di atas 3 meter, komponen alat sudah tidak dapat bekerja normal mengakibatkan sistem tidak dapat berjalan. Pada ketinggian yang ekstrim
dapat menyebabkan komponen dan baterai terlepas dari PCB. 5. Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah : 1. Dengan menggunakan metode Kansei Engineering, didapatkan tiga kata yang paling dominan terhadap alat pendeteksi benda hilang, yaitu kata comfortable, simpel dalam fungsi, dan ringan. Dari kata-kata tersebut didapatkan faktor yang berpengaruh terhadap kata-kata tersebut ialah Tingkat Kenyamanan, Simpel, dan Ringan. 2. Dari hasil interview terhadap pihak ahli sebagai praktisi di bidang elektronika, didapatkan tambahan atribut berupa Daya Tahan yang mencakup umur alat. 3. Dari hasil pengolahan House of Quality, didapatkan respon teknis yang memiliki tingkat prioritas tinggi adalah Sensor yang Digunakan dan memiliki prioritas rendah untuk Pengontrol Sensor. 4. Dari seluruh respon teknis yang memiliki nilai benchmark paling tinggi didapatkan kombinasi alternatif, yaitu suatu alat pendeteksi benda hilang dengan menggunakan teknologi sensor getar, casing berbentuk bulat pipih, memiliki gantungan untuk dikaitkan dengan benda, menggunakan baterai, pengoperasiannya menggunakan tepukan tangan, memiliki casing berbahan fiberglass, dan memiliki penutup sensor untuk meningkatkan efektifitasnya. 5. Dari hasil pembuatan dan uji prototype, alat memiliki keandalan, fleksibilitas, dan tingkat efisien yang cukup tinggi. 6. Daftar Pustaka Adi Wikanto (2010).
:
Adrianus Darmawan (2011). Budiharto, Widodo (2009). Membuat Sendiri Robot Cerdas. Elex Media Komputindo: Jakarta. B.Z. Paul (1990). Basic Electronics. McGrawHill Publishing Company: Singapore. Cohen,
Lou (1995). Quality Function Deployment : How to Make QFD Work for You. Addison–Weshey.
6
Djajadi, Arko, dkk (2009). Analysis, Design and Implementation of an Embedded Realtime Sound Source Localization System Based on Beamforming Theory. Telkomnika vol. 7, No. 3, Desember 2009 : 151 – 160. Fraden, Jacob (2010). Handbook of Modern Sensors: Physics, Designs, and Applications. Springer: New York. Istrate, Dan (2009). Multichannel Smart Sound Sensor for Perceptive Spaces. International Research MICA.
S.Nyce, David (2004). Linear Position Sensors: Theory and Application. Wiley-IEEE: Canada. Ulrich, Karl T dan Eppinger, Steven D (2001). Perancangan dan Pengembangan Produk. Salemba Teknika: Jakarta
Jaya, Indra dan K.R, Dewi (2006). Aplikasi Metode Akustik Untuk Uji Kesegaran Ikan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol IX Nomor 2 Tahun 2006. Mims, Forrest M. (2007). Electronic Sensor Circuits and Projects. Master Publishing: Illionis. Mirwan Ushada (2009). M, Mahmoud dan A. Aliyar (2010). Design of a Low Voltage 0.18 um CMOS Surface Acoustic Wave Gas Sensor. Sensors & Transducers Journal, Vol. 125, Issue 2, February 2011, pp. 22-29. Nagamachi, M (1995). Kansei Engineering: A New Ergonomic Consumer-Oriented Technology for Product Development. International Journal of Industrial Ergonomics Vol.15 No.1, pp 3-11. Nic, Vargus (2011). R.H.
Mark dan B. Oliver (1999). Micromachined Ultrasound-Based Springer: Proximity Sensors. Netherlands.
Scanlon, Michael (2003). Acoustic Sensors in the Helmet Detect Voice and Physiology. Proceedings of SPIE Vol. 5071 (2003) © 2003 SPIE · 0277786X/03/$15.00. Diedit oleh Edward M. Carapezza. Sharon, D (1987). Robotics and Automated Manufacturing. Pitman: London.
7