Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
Adi Abdul Rohman Putra Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, FIP, UNESA. Email:
[email protected] Abstrak Kelompok seni karawitan anak Margisiswi merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh desa wisata budaya Jono melalui ekstra kurikuler di SDN 3 Jono untuk melestarikan seni dan kebudayaan lokal yang sudah mulai hilang. Pendidikan keluarga sangat berpengaruh terhadap minat anak untuk mau belajar dan melestarikan karawitan. Fokus penelitian ini adalah bagaimana peran pendidikan keluarga terhadap pelestarian seni karawitan di desa Jono serta apa saja faktor pendukung dan penghambatnya Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wisata Jono, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegorodengan tujuan mengetahui peran pendidikan keluarga dalam melestarikan seni karawitan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan berupa koleksi data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Sedangkan untuk memeriksa keabsahan data, teknik yang digunakan adalah transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Hasil penelitian yang didapat adalah pendidikan keluarga berperan dalam memberikan pengalaman pertama pada anak, menjamin kehidupan emosional anak, pendidikan moral, peletakan dasar keagamaan, dan menjadi teman diskusi bagi anak. Pendidikan keluarga yang berkualitas menjadikan anak patuh dan taat kepada orangtuanya serta menjadikan anak jauh dari hal negatif. Sehingga keinginan orangtua untuk melestarikan karawitan bisa tercapai. Kata kunci: peran pendidikan keluarga, pelestarian seni karawitan Abstract Margisiswi child’s karawitan art group is one of efforts which conducted by Jono tourist village through extracurricular at SDN 3 Jono to conserve local art and culture which starting to fade away. Family education hardly influence to child’s interest to be attracted to learning and conserve karawitan. This research focus was how the role of family education to karawitan art conservation at Jono tourist village as well as the supporting and inhibiting factors. This research conducted on Jono tourist village,Temayang Sub-district, Bojonegoro Regency with the aim to determine the role of family education in conserving karawitan art. This research applied descriptive qualitative approach. Method of collection data that applied were interview, observation, and documentation. Data analysis technique that applied were data collection, data reduction, presentation and verification. While for checking data validity, techniques that applied were credibility, transferability, dependability and conformability. Research result which obtained was the family play role to give first experience to child, guarantee child’s emotional live, moral education, the lies of religion foundation, and become discussion partner for child. Qualified family education make child obey and dutifully to its parent and make them far from negative things. So that parent’s wish to conserve karawitan can achieved. Keywords: family education role, karawitan art conservation
1
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
kebudayaan tersebut tidak hilang atau punah. Salah satu
PENDAHULUAN Pendidikan menurut UU RI No. 20 tahun 2003
cara mewariskan budaya tersebut adalah dengan cara
pasal 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk
mengajarkan pada anak-anak.
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Dewasa ini masalah yang sering terjadi adalah
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
seorang anak lebih menyukai bermain smartphone
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
daripada bermain bersama dengan teman-temannya.
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
Mereka lebih suka untuk bermain di media sosial seperti
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
Facebook, Twitter, Instagram, dll. Hal seperti inilah yang
bangsa dan negara. Dalam pengertian diatas bisa
menjadi awal dari hilangnya sebuah budaya lokal. Sedikit
dikatakan bahwa pendidikan berguna untuk memiliki
demi sedikit budaya lokal mulai ditinggalkan, dan apabila
kepribadian dan akhlak mulia, oleh karena itu pendidikan
hal seperti ini diteruskan maka bukan tidak mungkin
bersifat luas, tidak hanya terbatas pada lingkungan
budaya lokal akan hilang. Sedangkan, orangtua pada
sekolah atau formal saja melainkan di segala tempat.
zaman sekarang mereka beranggapan bahwa dengan
Pendidikan informal merupakan pendidikan
memberikan teknologi canggih pada anak mereka
yang paling tua, pendidikan ini juga paling luas dan
merupakan suatu hal yang bagus. Karena menurut
paling banyak kegiatannya. Sasaran pendidikan informal
mereka, apabila anak selalu mengikuti perkembangan
juga tidak terpaku pada satu jenjang usia saja, tetapi
zaman dan teknologi maka anak akan cenderung terus
meliputi berbagai usia. Sementara menurut UU RI No. 20
mengalami
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 13 berbunyi pendidikan
perkembangan teknologi tidak selalu berimbas positif
informal
bagi anak, tapi juga bisa memberikan efek negatif pada
adalah
lingkungan.
jalur
Kegiatan
pendidikan pendidikan
keluarga informal
dan dalam
kemajuan
di
segala
bidang.
Padahal
anak.
keluarga juga tertera pada UU RI No. 20 tahun 2003
Pewarisan budaya sebenarnya telah disinggung
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 27,
oleh Herkovist. Bahkan beliau mamandang penting hal
ayat (1) yang berbunyi “Kegiatan pendidikan informal
tersebut. Ini dapat dilihat dari definisi kebudayaan itu
yang dilakukan oleh keluarga dan berbentuk kegiatan
sendiri menurut Herkovist. Herkovist mengatakan bahwa
belajar secara mandiri
kebudayaan merupakan bagian dari lingkungan hidup
Pendidikan informal dalam keluarga atau yang
yang
diciptakan
manusia
dan
dia
memandang
biasa disebut dengan pendidikan keluarga dalam transfer
kebudayaan sebagai suatu yang turun temurun dari satu
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku ke
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
anaknya pada umumnya menggunakan asuhan, suruhan,
sebagai superorganic (Sulasman dan Gumilar, 2013:18).
larangan,
dan
bimbingan.
Lalu
keluarga
tersebut
Salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan
membuat kelompok atas dasar wilayah tempat tinggal
kebudayaan adalah Provinsi Jawa Timur. Pada penelitian
dan keturunan. Kemudian mengadopsi pola transmisi
ini akan di fokuskan pada kebudayaan yang ada di Jawa
yang dilakukan dalam kehidupan keluarga ke kelompok.
Timur, khususnya di kabupaten Bojonegoro, kecamatan
Contohnya, keterampilan bertani atau berternak diperoleh
Temayang, desa wisata Jono. Kesenian yang sangat
anak dari orangtua melalui kegiatan belajar sambil
diperhatikan di desa Jono salah satunya adalah Karawitan
bekerja (Sudjana, 2001:64).
anak.
Kegiatan transfer pengetahuan ini dilakukan
Karawitan anak di desa Jono ini diberi nama
untuk mewariskan kebudayaan secara turun temurun.
grup karawitan Margisiswi. Grup karawitan ini dinaungi
Sebuah
pada
oleh SDN 3 Jono. Peserta atau pemain karawitan terdiri
keturunan atau generasi selanjutnya, tujuannya agar
dari siswa-siswi kelas 3 hingga kelas 5 SD. Jumlah
kebudayaan
sangat
perlu
diajarkan
2
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
pemain karawitan ada 12 anak. Mereka berlatih setiap
kegiatan belajar secara mandiri. Hal ini sejalan dengan
hari sabtu dan minggu, tetapi untuk jamnya tidak pasti
apa yang dikatakan oleh Coombs (dalam Sudjana,
karena juga melihat apakah anak-anak bisa atau tidak,
2004:22) bahwa pendidikan informal adalah proses yang
karena pada jam-jam tertentu anak memiliki rutinitas
berlangsung sepanjang usia sehingga setiap orang
sendiri seperti mengaji di TPA. Terkadang pelatihan
memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan
bahkan dilakukan pada malam hari. Lokasi latihan itu
yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari,
sendiri terletak di gedung sekolah. Berdasarkan masalah
pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah
diatas peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian
pengaruh
“Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni
tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar,
Karawitan
perpustakaan dan media masa.
Anak
di
Desa
KecamatanTemayangKabupaten
Wisata
Jono
Bojonegoro”
kehidupan
keluarga,
hubungan
dengan
agar
Pendidikan informal merupakan pendidikan
peniliti memiliki gambaran tentang pendidikan keluarga
yang tdak terstruktur yang berkenaan dengan kehidupan
yang diberikan orangtua kepada anak mereka, sehingga
sehari-hari yang tidak terencana dan tidak terorganisasi.
budaya jawa bisa berjalan secara turun-temurun dan
Kleis (dalam Rulam, 2014:83) berpendapat bahwa
bertahan sampai sekarang.Berangkat dari uraian diatas
pengalaman-pengalaman diintepretasikan atau dijelaskan
maka rumusan masalah yang didapat peneliti adalah: (1).
oleh orang yang lebih tua atau teman sejawat pengalaman
Bagaimana
itu merupakan pendidikan informal.
peran
pendidikan
keluarga
terhadap
pelestarian seni Karawitan di desa wisata Jono kabupaten Bojonegoro?. (2).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas dapat
Apa saja faktor pendukung dan
disimpulkan bahwa pendidikan informal merupakan
penghambat orangtua dalam melaksanakan pendidikan
pendidikan yang tidak terstruktur, tidak terencana dan
keluarga terhadap pelestarian seni Karawitan di desa
tidak terorganisasi yang berkenaan dengan kehidupan
wisata Jono kabupaten Bojonegoro?.
sehari-hari dan dilaksanakan dalam keluarga maupun
Berkaitan dengan latar belakang dan Fokus
lungkungan masyarakat yang berbentuk kegiatan belajar
penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu
secara mandiri.
mendeskripsikan dan Menguraikan hal berikut: (1). Untuk
mendeskripsikan
dan
menganalisis
Ditinjau dari penjelasan diatas tampak bahwa
peran
keluarga merupakan salah satu tempat dilaksanakannya
pendidikan keluarga terhadap pelestarian seni Karawitan
pendidikan keluarga. Ki Hajar Dewantara (dalam Elih,
di desa wisata Jono kabupaten Bojonegoro. (2). Untuk
2012:23) mengemukakan pendapatnya, bahwa:
penghambat
“…keluarga itulah tempat pendidikan yang
pelaksanaan pendidikan keluarga terhadap pelestarian
lebih sempurna sifat dan wujudnya daripada
seni Karawitan di Desa Wisata Jono Kabupaten
pusat-pusat lainnya, untuk melangsungkan
Bojonegoro.
pendidikan kearah kecerdasan budi pekerti
mengetahui
faktor
pendukung
dan
PNF atau PLS terdiri atas dua jalur pendidikan
(pembentukan
watak
individuil)
dan
yaitu pendidikan non formal dan pendidikan informal.
sebagai persediaan hidup kemasyarakatan.
pendidikan non formal merupakan pendidikan yang
…orangtua
berpusat pada lingkungan dan jenis lembaga dengan
kesucian semurni-murninya , kecintaan
berbagai macam jenis pendidikan antaara lain pendidikan
yang sebesar-besarnya, keikhlasan yang
umum, pendidikan keagamaan, pendidikan kejuruan,
suci-sucinya, dan sebagaimana berhadapan
pendidikan jabatan kerja, dan pendidikan kedinasan.
dengan
Sedangkan
adalah
teranglah mereka sukar disamakan dengan
pendidikan yang berpusat pada keluarga dan lingkungan
kaum guru lainnya, yang teristimewa hanya
Pendidikan
informal
sendiri
3
dalam
keluarga,
anak-anaknya
sendiri,
dengan
maka
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
terikat formil, dan hanya organis merasa
wejangan-wejangan, tapi bisa juga dalam sehari tidak
wajib melakukan pendidikan terhadap anak-
diberikan wejangan sama sekali.
anak yang bukan anaknya sendiri”. Seni karawitan adalah salah satu contoh seni
METODE
musik jawa yang masih eksis hingga sekarang. Karawitan
Untuk memudahkan peneliti dalam menarik
dalam bahasa Jawa berasal dari kata rawit yang artinya
kesimpulan, maka dibutuhkan sebuah cara atau metode
rumit, berbelit-belit, tetapi juga berarti halus dan indah.
penelitian yang erat hubungannya dengan rumusan
Sedangkan kata ngrawit berarti suatu karya seni yang
masalah. Pada peneltian Peran Pendidikan Keluarga
memiliki sifat halus, rumit, dan indah. Selain itu
Terhadap Pelestarian Seni Karawitan di Desa Wisata
karawitan adalah musik Indonesia yang berlaras non
Jono, Kecamatan Temayang, Kabupaten Bojonegoro,
diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif,
garapannya sudah menggunakan sistem notasi, warna
dimana kemampuan peneliti adalah kemampuan untuk
suara, ritme, memiliki fungsi, sifat pathet, dan aturan
memahami memahami tingkah laku individu atau
garap
dan
informan yang menjadi sasaran penelitian secara detai
campuran, enak didengar untuk dirinya maupun orang
baik dalam bentuk “expilicit knowledge” maupun “tacit
lain (Suhastjarja, 1984).
knowledge” sehingga penelitian kualitatif memungkinkan
dalam
bentuk
Karmadi
instrumentalia,
(2014:4)
vokalis
mengatakan
bahwa
diperolehnya gambaran tingkah laku yang utuh dan
pelestarian budaya lokal dapat berlangsung secara
mendalam (Riyanto, 2007: 11).
berkelanjutan jika berbasis pada kekuatan dalam,
Lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian
kekuatan lokal, dan kekuatan swadaya, sehingga sangat
ini
adalah
Desa
Wisata
Jono
diperlukan pemerhati,pecinta, penggerak, dan pendukung
KecamatanTemayangKabupaten
dari berbagai lapisan masyarakat.
alasan di desa Jono ini terdapat satu kelompok Karawitan
Bojonegoro,
dengan
Sementara itu usaha pewarisan budaya di
yang seluruh pemainnya adalah anak-anak. Sehingga
masyarakat Jawa secara turun-temurun adalah melalui
peneliti tertarik untuk mengetahui sebenarnya apa yang
wejangan,
dan pendidikan baik secara
mendasari anak-anak tersebut menyukai seni karawitan,
langsung maupun secara tidak langsung (Nurhidayati,
serta bagaimana peran keluarga dalam hal tersebut.
2012:1). Berbagai petuah dan nasehat disampaikan
Subjek penelitian atau sumber data penelitian adalah
melalui aturan-aturan yang dibuat oleh orangtua. Selain
pemain karawitan anak SDN 3 Jono, para orangtua dari
itu juga melalui berbagai media, seperti seni musik, lagu
pemain
dolanan, tokoh pewayangan, cerita-cerita legenda, dll.
pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini
piwulang,
Pendidikan informal itu sendiri merupakan
adalah
pendidikan yang tidak terstruktur dan tidak terorganisasi
karawitan,
observasi,
dan
tutor
karawitan.
wawancara
Metode
mendalam,
dan
dimulai
dari
dokumentasi.
yang dilaksanakan di kehidupan sehari-hari secara
Proses
analisis
data
sengaja maupun tidak sengaja. Pelestarian budaya
mendeskripsikan data yang tersedia dari seluruh sumber.
melalui pendidikan informal sering dilaksanakan secara
Proses atau langkah yang harus ditempuh yaitu reduksi
tidak sengaja. Karena pelaksanaannya yang berjalan pada
data, display data, serta verifikasi dan simpulan. Setelah
kehidupan sehari-hari menjadikan pelestarian budaya
itu
tidak
dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas.
dirasakan
keberadaannya.
Contohnya
seperti
wejangan orangtua kepada anaknya yang tidak tentu kapan waktu dan tempat anak akan diberikan wejangan, bisa saja pada satu hari berkali-kali anak diberikan
4
diuji
kebenarannya
dengan
kredibilitas,
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
dalam keluarga, Keluarga sebagai lembaga yang
HASIL DAN PEMBAHASAN Data
yang
telah
didapatkan
kemudian
berperan meletakkan dasar-dasar pendidikan
dideskripsikan dalam suatu penyajian data yang ada yang
agama, Orang tua menjadi teman diskusi dan
selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan teori-
sumber informasi bagi anak tentang segala hal.
teori yang terkait sebagai acuan. Berikut adalah analisa dari penyajian data yang telah diberikan oleh peneliti.
a.
Memberi pengalaman pertama pada masa kanak-kanak
1.
Peran
Pendidikan
Keluarga
Terhadap
Kleis
Pelestarian Seni Karawitan Pendidikan keluarga adalah proses yang
(dalam
Rulam,
2014:83)
berpendapat
bahwa
pengalaman-
pengalaman
diintepretasikan
atau
berlangsung sepanjang usia sehingga setiap
dijelaskan oleh orang yang lebih tua atau
orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan
teman sejawat pengalaman itu merupakan
dan
pendidikan informal. Berdasarkan hasil
pengetahuan
pengalaman
yang
hidup
bersumber
sehari-hari,
dari
pengaruh
lingkungan termasuk di dalamnya
pengamatan
dan
wawancara
yang
adalah
dilakukan dilapangan bersama informan
hubungan
yaitu orangtua siswa pemain karawitan
dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan
anak di desa Jono, dapat dijelaskan
permainan, pasar, perpustakaan, dan media
bahwa keluarga sudah memberikan anak
massa, Coombs (dalam Marturti, 2009:11).
pengalaman pertama pada masa kanak-
Pendidikan keluarga tentu memiliki fungsi-
kanak
fungsi tertentu. Pendidikan keluarga yang baik
Pengalaman yang diberikan pun tidak
tentu semua fungsinya akan berjalan dengan
hanya seputar kehidupan sehari-hari,
baik pula.
bahkan juga meliputi bagaimana cara
pengaruh
kehidupan
keluarga,
pada
putra-putri
mereka.
Pelestarian kebudayaan dapat dilakukan
mengenalkan anak pada musik karawitan.
salah satunya adalah melalui pendidikan yang
Hal ini terbukti dengan hasil wawancara
dilakukan dalam keluarga. Hal ini didukung
yang diperoleh dari orangtua siswa dan
dengan penjelasan Karmadi (2014: 4) bahwa
dibuktikan
pelestarian budaya lokal dapat berlangsung
putra-putri mereka pada waktu dan
secara
tempat yang berbeda.
berkelanjutan
jika
berbasis
pada
kekuatan dalam, kekuatan lokal, dan kekuatan swadaya,
sehingga
sangat
Salah
diperlukan
kegiatan
dengan
satunya yang
wawancara
adalah
dilakukan
pada
seperti
oleh
ibu
pemerhati,pecinta, penggerak, dan pendukung
Maslikah adalah beliau mulai membawa
dari berbagai lapisan masyarakat. Salah satu
anak beliau pada saat berlatih Karawitan
lapisan
ketika usia anak beliau masih sangat dini.
masyarakat
yang
berperan
dalam
pelestarian kebudayaan adalah keluarga. Ihsan beberapa
(2005: fungsi
18-19) pendidikan
Harapan orangtua akan hal ini adalah
menjabarkan
anak
keluarga,
mereka
karawitan,
setidaknya ada 5 fungsi yaitu, Memberi
mampu
meskipun
belum
mengenal mampu
memainkannya.
pengalaman pertama pada masa kanak-kanak, Pendidikan keluarga dapat menjamin kehidupan
b.
emosional anak, Terbentuk pendidikan moral
Pendidikan keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak
5
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
Tirtarahardja
(1994:
168)
mereka
harus
berhadapan
lengsung
mengatakan suasana kehidupan keluarga
dengan instruktur mereka yang jauh lebih
merupakan tempat yang sebaik-baiknya
tua dari mereka, tentu mereka harus
untuk
pendidikan
sopan.
individual)
dikatakan oleh Homby (dalam Umiarso
maupun pendidikan sosial. Keluarga itu
dan Makmur, HF., 2010: 68), bahwa
tempat pendidikan yang sempurna untuk
moral dapat didefinisikan dalam beberapa
mewujudkan
kearah
makna yang saling terkait antara satu
pembentukan pribadi yang utuh, tidak
dengan yang lainnya, yaitu prinsip-
saja untuk kanak-kanak tetapi sampai
prinsip yang berkenaan dengan benar dan
usia remaja.
salah, baik dan buruk, kemampuan untuk
melaksanakan
seseorang
(pendidikan
pendidikan
Berdasarkan
dengan
apa
yang
wawancara
memahami perbedaan antara benar dan
dengan beberapa informan didapatkan
salah, ajaran atau gambaran tingkah laku
data bahwa orangtua sudah berusaha
yang baik.
membentuk
hasil
Senada
sosial
anak
Pendidikan moral yang diajarkan
pribadi
yang
orangtua adalah sopan santun, seperti
dimulai sejak usia dini. Seperti yang
yang dilakukan oleh pak Warsidi dan pak
dilakukan oleh pak Maliki agar anaknya
Hartono, mereka berdua memberikan
selalu menggunakan bahasa Jawa, Kromo
pendapat yang hampir sama yakni bentuk
inggil
dengan
penanaman pendidikan moral adalah
orangtua, cara yang dilakukan salah
dengan mengajarkan anak sopan santun.
satunya
mungkin
Pak Warsidi mengajarkan anaknya untuk
mengajak anak mengunjungi kediaman
selalu menghormati seniornya ketika
kakek dan nenek dari putrinya. Selain itu
belajar karawitan di sekolah, sedangkan
penjaminan kehidupan emosional anak
Heru, putra dari pak Hartono, selalu
juga terlihat dari cara pak Sahli dalam
diajarkan
mengontrol apa saja yang ditonton oleh
kromo ketika menghadapi orang yang
anaknya
lebih tua.
melalui
kehidupan
pembentukan
di
setiap
dengan
di
berbicara
sesering
televisi,
karena
beliau
beranggapan bahwa tontonan televisi saat
untuk
Pernyataan
ini sudah tidak mendidik lagi.
menggunakan
para
boso
orangtua
ini
dibuktikan dengan wawancara dengan putra-putri mereka. Putra-putri mereka
c.
Terbentuk
pendidikan
moral
dalam
menuturkan bahwa memang saat dirumah
keluarga
sopan santun memang menjadi sesuatu
Berdasarkan hasil pengamatan dan
yang harus dibiasakan. Sopan santun
wawancara dilapangan, pendidikan moral
yang diajarkan oleh orangtua tidak hanya
yang dilakukan para orangtua di desa
berkutat seputar berbicara dengan orang
Jono dalam keluarga hampir sama, yaitu
yang lebih tua saja, seperti yang sudah
dengan cara mengajarkan anak sopan
diungkapkan oleh pak Warsidi dan pak
santun terhadap semua orang. Hal ini
Hartono bahwa menurut mereka moral itu
bersentuhan langsung dengan adab anak
tidak hanya bagaimana cara untuk bisa
dalam
berbicara
memainkan
karawitan,
ketika
6
menggunakan
boso
kromo
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
inggil, tetapi lebih dari itu anak harus
pendidikan agama diluar keluarga seperti
mampu menempatkan diri di masyarakat
TPQ dan sekolah.
dan tahu bagaimana cara menghormati orang lain.
e.
Orang tua menjadi teman diskusi dan sumber informasi bagi anak tentang
d.
Keluarga sebagai lembaga yang berperan meletakkan
dasar-dasar
segala hal
pendidikan
Coombs (dalam Martuti, 2009:11)
agama
yang
Ki Hajar Dewantara (dalam Elih,
mengatakan bahwa
keluarga
merupakan
pendidikan
proses
yang
2012: 23) mengatakan keluarga itulah
berlangsung sepanjang usia sehingga
tempat pendidikan yang lebih sempurna
setiap orang memperoleh nilai, sikap,
sifat dan wujudnya daripada pusat-pusat
keterampilan
lainnya,
untuk
bersumber dari pengalaman hidup sehari-
pendidikan
kearah
melangsungkan
pengetahuan
yang
budi
hari, pengaruh lingkungan termasuk di
pekerti (pembentukan watak individuil)
dalamnya adalah pengaruh kehidupan
dan
hidup
keluarga, hubungan dengan tetangga,
kemasyarakatan. Kecerdasan budi pekerti
lingkungan pekerjaan dan permainan,
disini salah satu bentuknya merupakan
pasar, perpustakaan, dan media massa.
penanaman dasar agama pada anak.
Anak
sebagai
kecerdasan
dan
persediaan
Peran keluarga dalam meletakkan
akan
bersedia
tergambar
pengalaman
wawancara
pendidikan
keluarga yang maksimal apabila orangtua
pendidikan dasar agama telah jelas pada
memperoleh
yang
dilakukan oleh peneliti. Seperti yang
membagikan
pengalaman-
terdahulunya
pada
sang
anak.
diungkapkan oleh ibu Maslikah, bahwa
Pak
Maliki
dan
ibu
beliau selalu mengajak anaknya untuk
memberikan
beribadah bersama, beliau berharap agar
pengalaman mereka masing-masing, ibu
anaknya akan terbiasa untuk beribadah
Maslikah berusaha menjadi teman untuk
berjamaah karena pahala yang didapat
anaknya melalui kegiatan sehari-hari saat
sangat besar. Berbeda dengan pak Sahli
dirumah maupun saat berlatih karawitan,
yang menyerahkan pendidikan agama
beliau
anaknya pada istrinya, karena beliau
mengajarkan anaknya untuk memasak
sendiri
saat hari libur sekolah, di sela-sela
jarang
dirumah.
Pak
Sahli
pendapat
Maslikah
selalu
memasak
memang penting, sehingga hal yang bisa
anaknya. Berbeda dengan pak Maliki,
dilakukannya
selalu
beliau berusaha menjadi teman bagi
membimbing anaknya apabila sudah
anaknya pada saat berlatih karawitan,
waktunya untuk mengaji harus berangkat
beliau menciptakan suasana yang cair
tepat
waktu,
mempercayakan anaknya
pada
bercanda
sekaligus
berpendapat bahwa pendidikan agama
hanyalah
beliau
bercanda
menurut
dengan
beliau
sangat
bagi anak agar anak nyaman berlatih
pendidikan
agama
bersama dengan orangtuanya, cara yang
lembaga
dilakukan pak Maliki adalah dengan
istri
dan
bercanda
7
saat
disela-sela
latihan
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
2.
karawitan. Beliau mempraktikkan suara
orangtua penting bagi keberlangsungan
perempuan pada saat anaknya bernyanyi,
pendidikan
hal itu membuat sang anak tertawa dan
keluarga, menurut beliau orangtua yang
lebih akrab dengan beliau.
memiliki pendidikan tinggi akan lebih
yang
dilakukan
dalam
mengerti bagaimana cara mendidik anak.
Faktor pendukung dan penghambat Pada umumnya faktor pendukung dan
Berbeda dari keduanya pak Maliki
faktor penghambat terbagi menjadi 2, yaitu dari
beranggapan bahwa lingkungan bermain
dalam dan luar lingkungan keluarga.
anak yang positiflah yang mendukung
a.
pendidikan keluarga, seperti anak pak
Faktor pendukung pendidikan
Maliki, Fitria, yang selalu mengikuti
keluarga berdasarkan hasil wawancara
latihan bersama karawitan di sekolah dan
ada 2, yaitu dari dalam keluarga dan dari
mengaji di TPQ merupakan pendukung
luar keluarga. Faktor yang berasal dari
bagi
dalam
Faktor
pendukung
keluarga
pendidikan
mendapat
anggota
keluarga
keluarga
yang
diantaranya
pola
dilaksanakan oleh pak Maliki. Harapan
diterapkan
oleh
beliau, dengan anak yang memiliki
dari
lingkungan bermain yang positif maka
tingkat
anak juga akan mudah dikontrol oleh
yang
orangtua
pendidikan
dukungan lain,
orangtua.
kepercayaan anak terhadap orangtua b.
yang tinggi, serta SDM orangtua yang
Faktor penghambat
mumpuni atau tinggi. Sedangkan faktor
Sama dengan faktor pendukung,
pendukung dari luar keluarga salah
faktor penghambat pendidikan dalam
satunya adalah lingkungan bermain anak
keluarga pun ada 2 yaitu dari dalam dan
yang positif.
dari luar keluarga.
Berdasarkan
hasil
Faktor
wawancara
yang
memepengaruhi
dengan pak Hartono, pak Warsidi, dan
terhambatnya pendidikan keluarga yang
pak
memberikan
berasal dari dalam keluarga adalah
pendapat yang berbeda. Pak Hartono,
prinsip atau pola asuh orangtua yang
beranggapan
yang
berbeda antara ayah dan ibu, serta
diberikan kepada anaknya adalah salah
anggota keluarga lain yang memiliki sifat
satu
atau karakter yang bertolak belakang
Maliki,
mereka
bahwa
faktor
motivasi
pendukung
pendidikan beliau
dengan tujuan pendidikan yang dilakukan
memberikan atau menjanjikan suatu
dalam keluarga. Lalu faktor penghambat
hadiah sebagai motivasi untuk anak, dan
pendidikan keluarga yang berasal dari
anak mau melakukan sesuatu apa yang
luar keluarga yaitu lingkungan yang
diperintahkan oleh orangtuanya maka
memberikan
lambat laun anak akan patuh pada
perkembangan fisik maupun mental anak.
keluarga,
karena
apabila
orangtuanya, sehingga apa yang di perintahkan
oleh
dilakukan.
Sedangkan
Warsidi,
latar
orangtua menurut
belakang
akan pak
pendidikan
8
efek
negatif
terhadap
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
PENUTUP
sekaligus melestarikan bahasa asli
Simpulan
suku Jawa. Lain halnya dengan pak
Sesuai hasil data penelitian dan pembahasan yang
Sahli
telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diperoleh
yang mengontrol tontonan anak di televisi,
kesimpulan mengenai:
beliau berharap dengan begitu mampu membentuk karakter anak yang baik.
1. Peran Pendidikan Keluarga Terhadap c.
Pelestarian Seni Karawitan
a.
keluarga
Memberi pengalaman pertama pada masa
Bentuk dari pendidikan moral yang
kanak-kanak Pengalaman pertama yang diberikan
dilakukan oleh keluarga, dalam hal ini
setiap
Jono
adalah keluarga dari pak Warsidi dan
Beberapa
pak Hartono hamper sama yaitu
keluarga
di
desa
bermacam-macam. diantaranya
adalah
seperti
dengan
yang
menekankan
pendidikan
dilakukan oleh keluarga ibu Maslikah,
sopan santun atau tata krama kepada
pak Warsidi, dan pak Hartono. Ibu
anak
Maslikah memberikan pengalaman
diajarkan tidak hanya dalam lingkup
yang beragam kepada putrinya seperti
internal keluarga saja melainkan juga
bagaimana mengolah kepompong ulat
secara
pohon jati menjadi makanan hingga
berlatih karawitan bersama dengan
bagaimana cara nembang (bernyanyi
para pemain dewasa. Sehingga anak
jawa) yang baik dan benar. Hal yang
akan
sama juga dilakukan pak Warsidi
mereka di masyarakat.
d.
yang mulai mengenalkan karawitan
b.
Terbentuk pendidikan moral dalam
mereka.
umum,
mampu
Tatakrama
yang
seperti pada
saat
menempatkan
diri
Keluarga sebagai lembaga yang berperan
kepada anaknya sejak usia 4 tahun.
meletakkan dasar-dasar pendidikan
Sedangkan pak Hartono, pengalaman
agama
pertama yang beliau berikan kepada
Kesadaran keluarga di desa Jono akan
anaknya lebih ditekankan pada bidang
penanaman pendidikan agama sangat
keagamaan, seperti bagaimana cara
tinggi, seperti yang dilakukan ibu
membaca Al-qur’an dan tauhid.
Maslikah
yang
selalu
mengajak
Pendidikan keluarga dapat menjamin
putrinya untuk beribadah bersama dan
kehidupan emosional anak
selalu memperhatikan jadwal mengaji
Kasih sayang para orangtua yang
anaknya. Bukan hanya
diberikan pada putra-putri mereka
bahkan pada saat putrid beliau masih
lebih
kecil, beliau sering menyanyikan
berorientasi
pada
jangka
itu saja,
panjang. Seperti yang dilakukan oleh
tembang-tembang
pak Maliki yang mengajarkan anak
bernuansa islami kepada anaknya.
untuk kromo
selalu ketika
menggunakan
basa
berbicara
paada
e.
jawa
Orangtua menjadi teman diskusi dan sumber informasi bagi anak tentang segala hal
orangtua, hal ini bertujuan agar anak lebih menghargai orangtua dan juga
9
yang
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
Hal yang dilakukan para orangtua
1.
untuk mampu menjadi teman bagi
latihan
anaknya bermacam-macam, seperti
mereka agar sia anak lebih memahami seperti
yang dilakukan oleh ibu Maslikah
apa makna karawitan secara lebih mendalam
yang
tidak hanya sekedar menabuh gamelan.
berusaha
sesering
mungkin
berbincang dengan putrinya dan pak Maliki
yang
sering
2.
menggoda
bersama
dengan
anak
Dinas
Pendidikan
Kabupaten
anaknya ketika berlatih karawitan
Bojonegoroterhadap seni karawitan anak sudah
dengan
bagus, tetapi perlu ditingkatkan lagi agar para
cara bernyanyi menggunakan suara
guru atau tutor ekstrakurikuler karawitan anak
perempuan demi membuat putrinya
di SDN 3 Jono mampu mengembangkan
tertawa
kemampuan anak didik mereka sehingga
dan
untuk
mencairkan
mampu menjadi generasi masa depan yang bisa melestarikan kebudayaan daerahnya.
Faktor pendukung dan penghambat a.
karawitan
Perhatian yang diberikan pemerintah desa Jono dan
suasana.
2.
Orangtua seharusnya menambah intensitas
Faktor pendukung DAFTAR PUSTAKA
Faktor pendukung pendidikan keluarga menurut pak Hartono dan pak Warsidi
A.R
terletak didalam keluarga, yaitu pada latar belakang pendidikan orangtuanya dan juga pada bagaimana cara orangtua
Ahmadi, Rulam. (2014). Pengantar Pendidikan Asas dan Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Alisjahbana, S.T. (1986). Antropologi Baru. Jakarta: Dian Rakyat
memberikan motivasi pada anaknya. Sedangkan menurut pak Maliki factor pendukung berasal dari luar keluarga, yaitu lingkungan bermain anak yang
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Asdi Mahasatya.
positif. b.
Faktor penghambat
Ary Donald,at all. 2006 Instruction to Research in Education Book (Online). Tersedia: www.Cengage/international.com. Diakses tanggal 12 Mei 2015 Cahyono, Agus. (2006). Pola Pewarisan Nilai-nilai Kesenian Tayub (Inheritance Pattern of Tayub Values) (Online). Tersedia: journal.unnes.ac.id/nju/index.php/harmonia/artic le/view/746. Diakses tanggal 2 Maret 2015, 21.53 WIB Charina Oktaviani. (2013). Pengaruh Pendidikan Keluarga dan Lingkungan Pergaulan Terhadap Karakteristik Siswa Pada Saat Pelajaran Akuntansi Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Pati. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Pak Sahli menuturkan bahwa faktor penghambat
berasal
dari
lingkungan
bermain anak yang negatif, sehingga berpengaruh pada mental anak ketika diberikan saran oleh orangtua mereka. Sedangkan menurut ibu Maslikah dan pak Hartono faktor penghambat berasal dari cara orangtua dalam mendidik anaknya
yang
tidak
sesuai
Tilaar. (2002). Pendidikan Kebudayaan & Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya.
dengan
karakter anak. Saran
Darmawan, Cecep. (2007). “Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Moral dan Global”dalam Perspektif Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dalam Kehidupan Keluarga Sekolah dan Masyarakat. Bandung: Jurusan PKK FPTK UPI
Sesuai hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dari studi ini, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
10
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Linda
Bahasa
Dwi Yuli Puspitasari. (2014). Partisipasi Orangtua Pada Program Parenting “Sekolah Ibu” Dalam Mengembangkan Intelektual Anak di PAUD Darul Ulum Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
deer Richardson & Mary Wolfe. (2001). Principles and practice of informal education. New York: Routledgefalmer
Maffila Nindy Destiana. (2012). Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Melalui Media Buku Cerita Bergambar Pada Anak Usia 4-5 Tahun Di PAUD Batik Sidoarjo. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya
Ghesa. (2010). Komunikasi & Interaksi Keluarga (Online). Tersedia: file.upi.edu/KOMUNIK_KELUARGA. Diakses tanggal 2 Maret 2015, 22.30 WIB.
Martuti, A. (2009). Pendidik Cerdas dan Mencerdaskan. Yogyakarta: Kreasi Wacana Marzuki, Saleh. (2010). Pendidikan Bandung : Remaja Rosdakarya
Hadiwinoto, S. (2002). Beberapa Aspek Pelestarian Warisan Budaya. Makalah disampaikan pada Seminar Pelestarian & Pengembangan Masjid Agung Demak, di Demak.
Nonformal.
Moleong, Lexi J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyati, Yati. (2010). Peran & Tanggung Jawab Orang Tua (Online). Tersedia di: galihpakuan.kemsos.go.id/modules.php?name= News&file=article&sid=36. Diakses tanggal 27 Mei 2015, pukul 11.42 WIB. Musliha. (2010). Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Ihsan, Fuad. (2005). Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta Jeanne Brooks-Gunn, dkk. (2006). Parenting Education Programs For Poor, Young Children. UNICEF Karmadi, Agus Dono. (2014). Budaya Lokal Sebagai Warisan Budaya dan Upaya Pelestariannya (Online).
Purwanto, M. Ngalim. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya
Tersedia: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/sites/37/2014/11/Budaya_Lokal .pdf. Diakses tanggal 2 Maret 2015, 22.20 WIB
Riyanto, Yatim. (2007). Metodologi Penelitian Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Unesa University Press.
Kesuma, Dharma dkk. (2011). Pendidikan Karakter: Kajian Teori & Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya Koentjaraningrat. (1990). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Pers
Samani, Muchlas, dkk. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung :Remaja Rosdakarya Sanapiah, Faisal. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional
Koentjaraningrat. (2000). Kebudayaan, mentalitas & pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Soelaiman Joesoef & Slamet Santoso. (1981). Pengantar Pendidikan Sosial. Surabaya: Usaha Nasional
Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Sudiapermana, Elih. (2012). Pendidikan Keluarga Sumberdaya Pendidikan Nonformal dan Informal. Bandung: Edukasia Press
Kusumohamidjojo, Budiono. (2009). Kebudayaan Proses Realisasi Yogyakarta: Jalasutra
Sudjana, Djuju. (2001). Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production
Filsafat Manusia.
Lewis, M. (1983). “Conservation: A Regional Point of View” dalam M. Bourke, M. Miles & B. Saini (eds). Protecting the Past for the Future. Canberra: Austraalian Government Publishing Service.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Linda & Richard Eyre. (1997). Mengajarkan Nilai-Nilai kepada Anak. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Supriyatin. (2013). Pendidikan Keluarga (Online). Tersedia: http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/17/jhptump-
Sulasman & Setia Gumilar. (2013). Teori-teori Kebudayaan. Bandung: Pustaka Setia
11
Peran Pendidikan Keluarga Terhadap Pelestarian Seni Karawitan Anak Di Desa Wisata Jono Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro
a-supriyatin-830-2-babii.pdf. Diakses tanggal 2 MARET 2015, 22.07 WIB. Sutrisno, Mudji., dan Hendar Putranto. (2005). Teoriteori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius Umar Tirtarahardja & La Sulo. (1994). Pengantar Pendidikan. Jakarta: DIKTI Umiarso dan Makmur, H.F., 2010. Pendidikan Islam: Krisis Moralisme Masyarakat Modern. Yogyakarta: IRCiSoD. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
12