Peran Oprah Winfrey dalam Proses Agenda Setting Pembuatan Kebijakan “No Texting while Driving” di Negara Bagian Michigan, Amerika Serikat Tahun 2010 Gloria Kezia Loupatty dan Meidi Kosandi Program Sarjana Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Tulisan ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang mengindentifikasikan bagaimana proses agenda setting dalam pembuatan kebijakan “no texting while driving” di Negara Bagian Michigan, Amerika Serikat pada tahun 2010. Studi ini menjelaskan bagaimana hubungan opini publik dalam proses pembuatan kebijakan “no texting while driving.” Opini publik yang dilihat dan dibangun oleh pengaruh media, dimana Oprah Winfrey berperan sebagai media yang dapat mempengaruhi opini publik dari masyarakat Michigan. Pada akhirnya, dengan terciptanya opini publik mengenai “no texting while driving” membuat pelaksanaan proses legislasi dalam agenda publik dan pemerintah untuk kebijakan ini dapat terlaksana lebih cepat. Kata kunci : Oprah Winfrey, agenda setting, no texting while driving, kebijakan, opini publik
Oprah Winfrey’s Role in Agenda Setting Process in Policy Making of “No Texting While Driving” in the State of Michigan, United State of America in 2010 Abstract This thesis is a qualitative research that identifies how the process of agenda setting in policy making of "no texting while driving" in the State of Michigan, USA in 2010. This study describes how the relation of public opinion in the policy-making process "no texting while driving" is. Public opinion is seen and built by the influence of media, Oprah Winfrey which acts as a medium that can influence public opinion of the people of Michigan. In the end, with the creation of public opinion about "no texting while driving" makes the implementation of the legislative process in the public and the government's agenda for this policy can be implemented more quickly. Key words : Oprah Winfrey, agenda setting, no texting while driving, policy, public opinion
Pendahuluan Proses yang menjadi sorotan dalam pembuatan kebijakan publik adalah proses awal, dalam hal ini adalah proses agenda setting dan policy formulation. Agenda setting adalah proses untuk menentukan isu atau permasalahan mana yang akan menjadi perhatian. Sedangkan formulasi adalah proses pembuatan dan pengembangan kebijakan. Proses pembuatan kebijakan mayoritas berada dalam lembaga legislatif, walaupun tidak menutup kemungkinan berasal atau berada di dalam lembaga eksekutif. Memahami mengenai proses agenda setting akan lebih mudah jika kita bisa membedakan the systemic agenda (publik) dengan institutional agenda (pemerintah). Agenda yang dimaksud adalah seperangkat permasalahan yang akan diberikan perhatian oleh para pembuat kebijakan. Perbedaan antara systemic agenda dengan institutional agenda adalah isu-isu dalam systemic agenda berpotensi untuk dapat dijadikan subyek dari kebijakan sosial, sementara isu-isu dalam institutional agenda lebih bersifat spesifik dan mengandung subyek yang memang akan menjadi subyek dari kebijakan publik, biasanya isu dalam systemic agenda akan berpindah dalam institutional agenda. Agenda setting adalah proses yang terpenting dalam proses pembuatan kebijakan karena dalam tahapan inilah akan diputuskan apakah isu atau permasalahan tersebut akan mendapat perhatian dari para pembuat kebijakan publik. Cobb dan Elder (1972) mengatakan bahwa adalah penting untuk melihat bagaimana isu ini “dibangkitkan” kepada publik sebelum pemerintah sendiri turut bertindak. Cara atau bagaimana isu atau permasalahan tersebut dibentuk mempunyai peranan yang sama pentingnya dengan masuk atau tidaknya isu tersebut ke dalam proses agenda setting.1 Bagaimana pengertian suatu isu dilempar kepada publik memberikan peranan yang penting bagi isu tersebut. Menurut Cob, Ross dan Ross dalam bukunya Agenda-Building as a Comparative Political Process, mengemukakan beberapa cara agar suatu isu dapat masuk ke dalam agenda; pertama, melalui orang dalam, yaitu aktor-aktor politik yang pertama kali menginisiatif proposal kebijakan mengenai suatu isu; kedua adalah melalui orang luar (outsiders) pemerintahan; ketiga adalah melalui individu atau sekelompok atau bahkan pejabat pemerintahan yang mengorganisir atau memobilisasi publik untuk mendorong pemerintah melakukan sesuatu terhadap isu tersebut.
1
Dennis J Palumbo, Public Policy in America: Government in Action, 2nd Edition (Orlando: Harcourt Brace & Company, 1994) hlm 41.
Tulisan ini membahas bagaimana suatu isu masuk ke dalam agenda melalui peran dari individu atau kelompok di luar pemerintah. Oprah Winfrey dalam salah satu episode acaranya talkshow-nya, pada tanggal 30 April 2010, “The Oprah Winfrey Show”, mengundang Gubernur Michigan, Jennifer Granholm, untuk menandatangani UndangUndang “No Texting while Driving”. Hal ini cukup menarik karena baru pertama kali, terdapat penandatanganan yang dilangsungkan dalam acara talkshow. Penandatanganan undang-undang di Amerika Serikat seringkali ditayangkan secara langsung oleh stasiun televisi, namun baru pertama kali berada di dalam salah satu acara talkshow secara khusus. Menjadi fokus permasalahan yang kemudian akan diangkat dalam tulisan ini adalah proses agenda setting dalam proses pembuatan kebijakan no texting while driving di negara bagian Michigan, Amerika Serikat. Bagaimana sebenarnya proses isu tersebut bisa masuk ke dalam agenda pemerintah dan adanya peran dari kelompok luar pemerintahan yang ikut membangkitkan dan membangun opini publik masyarakat mengenai isu mengirim pesan singkat saat berkendara. Menjadi objek penelitian dari tulisan ini adalah kebijakan no texting while driving yang telah disahkan pada 30 April 2010 yang lalu. Berdasarkan paparan permasalahan di atas, terdapat satu pertanyaan penelitian dalam tulisan ini, yaitu “Bagaimana peran Oprah Winfrey mengangkat isu “no texting while driving” sehingga mendapat perhatian dari masyarakat dan masuk ke dalam proses agenda setting kebijakan pemerintah negara bagian Michigan, Amerika Serikat?” Clark E. Cochran, Lawrence C. Mayor, T. R. Carr dan N. Joseph Cayer mengatakan kebijakan publik adalah serangkaian aksi yang diikuti oleh institusi pemerintah atau lembaga resmi lainnya untuk menyelesaikan sebuah isu yang menjadi perhatian masyarakat umum. Konsep berikutnya adalah agenda setting yaitu sebuah proses yang terpenting dalam proses pembuatan kebijakan karena dalam tahapan inilah akan diputuskan apakah isu atau permasalahan tersebut akan mendapat perhatian dari para pembuat kebijakan publik. Cobb dan Elder (1972) mengatakan bahwa adalah penting bagaimana isu ini “dibangkitkan” kepada publik sebelum pemerintah sendiri turut bertindak. Cara atau bagaimana isu atau permasalahan tersebut dibentuk mempunyai peranan yang sama pentingnya dengan masuk atau tidaknya isu tersebut ke dalam proses agenda setting.2 Bagaimana pengertian suatu isu dilempar kepada publik memberikan peranan yang penting bagi isu tersebut. Isu-isu yang ada sangat bervariatif dan berbagai isu kebijakan yang potensial menyempit ke dalam topik 2
Ibid, hlm 41.
khusus sehingga aktor kebijakan akan menaruh perhatian kepada isu-isu yang menarik perhatian mereka. Agenda harus memunculkan isu yang akan menarik banyak perhatian banyak orang. Untuk mempengaruhi masyarakat dan membentuk opini publik dan agenda setting, diperlukan individu atau kelompok yang mempunyai pengaruh yang besar di masyarakat. Menurut Palumbo, terdapat beberapa kelompok yang mempunyai pengaruh yang besar dalam proses agenda setting; media, pejabat pemerintah, presiden dan staf white house, anggota kongres Amerika Serikat dan stafnya, kelompok kepentingan dan policy sub governments. Dalam tulisan ini, Oprah Winfrey dilihat sebagai kelompok media yang mempengaruhi kebijakan publik di Amerika Serikat. Media massa, seperti televisi, surat kabar, majalah, dan radio, mempunyai jalur yang mudah untuk masuk ke dalam agenda setting dan mendorong sebuah isu menjadi agenda nasional dalam. Media diperbarui setiap harinya dan dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat luas. Oleh karena itu media mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi secara langsung baik masyarakat maupun pemerintah sekalipun, para pembuat kebijakan juga dapat terpengaruh oleh media. Menurut Thomas R. Dye dan Harmon Zeigler, dalam bukunya American Politics in the Media Age, (1985, 8) terdapat lima fungsi politik dari media massa, yaitu newsmaking, interpretation, socialization, persuasion dan agenda setting. •
Newsmaking: para pembuat berita, produser acara televisi atau editor media massa, meninjau masyarakat dan menentukan siapa dan apa yang harus dilaporkan. Mereka yang mempunyai kekuasaan dan pengaruh, baik seorang produser televisi atau editor sebuah surat kabar atau majalah, untuk dapat dan harus memutuskan apa, siapa atau kejadian yang akan diberitakan dan dijadikan berita. Mereka mempunyai kekuatan lebih karena tanpa liputan dari media, suatu isu atau permasalahan tidak akan mendapatkan perhatian publik. Liputan media menjadi penting karena akan mendeskripsikan secara rinci suatu isu dimana publik tidak mempunyai banyak pengetahuan mengenainya.
•
Interpretation: menafsirkan dan menganalisis arti dari kejadian tertentu atau personalitas seseorang. Seorang pembuat berita tidak hanya memutuskan apa yang akan menjadi berita, namun juga memberikan penafsiran terhadap berita tersebut dengan cara menempatkan isu dalam konteks tertentu. Setiap orang pasti mempunyai penafsiran yang berbeda, penafsiran tersebut dapat “diatur” atau dipengaruhi dari segi
atau sudut pandang yang digunakan dalam pemberitaan. Penafsiran tidak bisa dilepaskan dari bias kepentingan atau pendapat personal individu (pembuat berita) yang menafsirkan. Di Amerika Serikat sendiri, terdapat bias kepentingan dalam media sudah menjadi rahasia umum, seperti New York Times (liberal) dan Wall Street Journal (konservatif), Newsweek (liberal) dan US News atau World Report (konservatif), Harper’s (liberal) dan National Review (konservatif). •
Socialization: Media dapat membantu menyerapan informasi dan doktrinasi budaya politik ke dalam masyarakat, seperti pembelajaran mengenai nilai-nilai, perilaku dan tindakan politik. Televisi khususnya dapat menjangkau orang-orang muda untuk belajar mengenai politik, nilai-nilai dan budaya politik dapat disisipkan di acara-acara yang banyak ditonton masyarakat.
•
Persuasion: persuasi merupakan usaha langsung untuk mempengaruhi perilaku dari masyarakat, seperti dalam kampanye politik, untuk mengubah sikap, opini atau perilaku politik melalui komunikasi . Dalam persuasi, terdapat bentuk propaganda, dimana pengertiannya lebih bersifat negatif karena dilakukan untuk keuntungan dari komunikator itu sendiri. Untuk para pemimpin politik, persuasi dan propaganda merupakan hal yang penting, karena itu kerap kali mereka secara langsung mendatangi produser acara, editor surat kabar ternama bahkan mengundang pers. Obama sendiri selama masa kepengurusannya yang pertama sebagai presiden, muncul sebagai bintang tamu acara talkshow siang maupun malam sebanyak sepuluh kali; Tonight Show with Jay Leno ( sebanyak tiga kali), The View (dua kali), The Daily Show with Jon Stewart (dua kali), The Oprah Winfrey Show (sekali), Late Night with Jimmy Fallon (sekali), Late Show with David Letterman (sekali). Dalam kemunculannya Obama membicarakan banyak hal mulai dari kebijakan yang tengah dibuatnya hingga ke kehidupan sehari-harinya.
•
Agenda setting: untuk memutuskan apa yang harus dilakukan atau diputuskan, mendefinisikan permasalahan yang ada di masyarakat dan memberikan solusinya merupakan bagian dari agenda setting. Isu yang tidak didefinisikan menjadi masalah tidak akan mendapat perhatian untuk dijadikan isu politik dan tidak akan masuk ke dalam agenda setting pemerintah. Sebaliknya, isu dalam masyarakat yang didefinisikan sebagai masalah akan masuk ke dalam agenda setting karena pemerintah akan “dipaksa” untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. media merupakan salah satu kelompok yang mempunyai pengaruh besar di masyarakat.
Media mempunyai pengaruh yang besar dalam agenda kebijakan dan mempengaruhi bagaimana isu dijabarkan dan dimengerti oleh pembuat kebijakan, kelompok kebijakan dan masyarakat luas, karena bila suatu isu tidak didukung oleh media maka akan sulit untuk mengubah opini publik yang ada. Media juga mempunyai pengaruh yang besar dalam skala negara bagian dan lokal di Amerika Serikat karena media, baik cetak maupun elektronik, dekat dan langsung berhubungan dan bersinggungan dengan masyarakat. Mereka yang mempunyai kepentingan untuk pemberitaan akan mencari cara untuk menarik perhatian para pembuat berita, hal ini akan membuat yang dinamakan media event. Media event adalah aktivitas yang diatur khusus untuk mendapatkan liputan media dan menarik perhatian terhadap isu atau individu tertentu. Bila melihat fungsi-fungsi politik dari media massa di atas, dapat dilihat bahwa semua fungsinya bertujuan untuk menambah informasi dan mempengaruhi publik, atau dengan kata lain untuk membentuk opini publik. Istilah opini publik dapat dipergunakan untuk menandakan setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan individu-individu.3 Opini publik seringkali digunakan pemerintah dalam proses penyusunan hukum atau undangundang agar masyarakat dapat mendukung undang-undang yang akan dibuat. Proses pembentukan opini publik
bergantung pada sejumlah fakta, pengalaman dan penilaian
masing-masing individu. Opini publik merupakan suatu pengumpulan citra yang diciptakan oleh proses komunikasi.4 Dalam menghadapi isu, dapat terjadi keragaman (diversitas) opini publik karena adanya perbedaan pandangan terhadap fakta-fakta, nilai-nilai internal individu dalam mencapai tujuan bahkan perbedaan motif atau kepentingan. Adanya sebuah isu atau permasalahan yang beredar di masyarakat tanpa sadar akan membawa masyarakat kepada proses diskusi, mereka tanpa sadar membicarakan hal tersebut, mengemukakan pandangan mereka, menceritakan pengalaman pribadi mereka, sehingga akan saling berargumentasi dan mengeluarkan pendapat dan opini mereka. Dalam pembicaraan tersebut, menurut Olii terdapat tiga tahap, yaitu5: •
Tahap I (stage of brainstorming), publik bertukar pikiran dan informasi, mengungkapkan pendapat dan pikiran di antara mereka satu sama lain.
•
Tahap II (stage of consolidation), publik mulai memperkuat dan menyatukan pendapat mereka. Ide, pikiran dan pendapat mereka mulai menyatu dan bersepakat.
3
Helena Olii, Opini Publik. (Jakarta: PT. Indeks, 2007) hlm 19 Ibid, hlm 46 5 Ibid, hlm 57 4
•
Tahap III (the solid stage), mulai terbentuk opini publik yang meluas di dalam masyarakat.
Pembahasan Oprah Winfrey adalah seseorang yang mempunyai perhatian khusus untuk masalah sosial politik. Oprah adalah seorang mogul6 yang dihormati di Amerika Serikat. Berawal dari keluarga miskin yang tidak mampu, Oprah tumbuh menjadi salah satu wanita yang paling berpengaruh dalam bidang media dan sosial di Amerika Serikat. Pada tahun 2010, Oprah menduduki peringkat satu selebritis paling berpengaruh di Amerika Serikat. Oprah membangun kerajaan medianya, Harpo Production, yang menangani mulai dari media cetak, elektronik hingga dunia maya. Melalui kekuatan media, Oprah Winfrey menciptakan hubungan yang sangat besar dan tidak tertandingi di seluruh dunia. Sebagai seorang produser acaranya sendiri dan acara-acara lainnya (The Oprah Winfrey Show, Nate Berkus Show, Rachel Ray Show, Dr. Phill Show) di channel-nya sendiri, Oprah Winfrey Network (OWN), memiliki stasiun radio dan percetakan majalah sendiri. Ia berhasil memenangkan berbagai penghargaan di seluruh dunia dan menjadi raksasa media, bukan hanya di Amerika Serikat, namun juga di seluruh dunia. Prestasinya sebagai seorang pemimpin media global yang juga merupakan seorang yang sangat dermawan ini menjadi salah satu tokoh yang paling berpengaruh, dikagumi dan dihormati oleh masyarakat dunia. Oprah lahir di kota Kosciusko, negara bagian Mississipi, Amerika Serikat pada tanggal 29 Januari 1954 dengan nama lengkap Oprah Gail Winfrey. Oprah mengawali karirnya dalam bidang media penyiaran di radio WVOL (salah satu stasiun radio lokal di Nashville yang melayani komunitas Afro-Amerika) saat masih di SMA. Di usianya yang ke19, Oprah menjadi orang termuda dan wanita Afro-Amerika pertama yang menjadi pembawa berita di Nashville WTVF-TV.7 Tahun 1976, Oprah pindah ke Baltimore untuk menjadi pendamping pembaca berita utama untuk berita pukul enam di WJZ-TV kemudian menjadi pembawa acara pendamping di acara lokal “People Are Talking” dua tahun kemudian. Sejak usia 17 tahun, Oprah sudah tertarik untuk masuk ke dalam dunia penyiaran. Pada tahun 1984, Ia pindah ke Chicago untuk menjadi pembawa acara untuk acara bincang-bincang pagi hari “AM Chicago”. Acara ini menarik banyak perhatian masyarakat dan berhasil menduduki peringkat satu dalam rating di Chicago hanya setelah satu bulan dimulai. Dalam waktu 6
Seseorang yang penting, kuat dan mempunyai pengaruh yang besar dalam bidang tertentu oprah.com, “Oprah Winfrey’s Official Biography” (http://www.oprah.com/pressroom/Oprah-WinfreysOfficial-Biography/2) yang diakses pada 11 Oktober 2012 pada pukul 12.12 WIB. 7
kurang dari setahun, acara tersebut diperpanjang jam tayangnya dan berganti nama menjadi The Oprah Winfrey Show. Memasuki dunia pertelevisian nasional pada tahun 1986 kemudian menjadi salah satu acara dengan rating tertinggi dalam sejarah acara talk show di Amerika Serikat. Dengan mendirikan Harpo Production, Inc. pada tahun 1986, Oprah menjadi perempuan ketiga dalam industri hiburan di Amerika Serikat yang memiliki studio sendiri, setelah Mary Pickford dan Lucille Ball.8 Dua tahun kemudian Oprah mendirikan Harpo Films. Di tahun yang sama Oprah dengan Harpo Production, Inc mengakuisisi kepemilikan dan seluruh hasil produksi The Oprah Winfrey Show dari ABC.
9
Hal ini menjadikannya
perempuan pertama yang memiliki dan memproduksi sendiri acara talk show-nya. Oprah juga mempunyai klub buku yang membahas buku-buku yang direkomendasikan olehnya, setiap buku yang masuk ke dalam klub bukunya selalu menjadi best seller. Pada bulan April 2000, Oprah bekerja sama dengan Majalah Hearst meluncurkan O, The Oprah Magazine, sebuah majalah bulanan yang membahas gaya hidup wanita. Majalah ini sangat sukses dan laku di pasaran dengan memiliki sirkulasi 2,35 juta pembaca setiap bulannya.10 Oprah juga membuat website pribadinya yaitu Oprah.com dan dalam website tersebut terdapat pilihan mengenai gaya hidup sampai menawarkan nasihat untuk permasalahan hidup dan gaya hidup, khususnya untuk para wanita. Pada tahun 2008, Oprah bekerjasama dengan Discovery Communications membuat Oprah Winfrey Network (OWN), sebuah perusahaan multiplatform media yang ditujukan untuk menghibur, menginformasikan dan menginspirasi kehidupan masyarakat. Dalam perusahaan ini, Oprah menjadi Chief Executive Officer dan Chief Creative Officer.11 Dengan OWN, oprah memiliki segala bentuk macam media, mulai dari media massa tertulis hingga elektronik. The Oprah Winfrey Show menjadi acara talkshow nomor satu di Amerika Serikat selama 24 musim berturut-turut, menarik sebanyak lebih dari 40 juta pemirsa per
8
oprah.com, “Oprah Winfrey Official Biography” (http://www.oprah.com/pressroom/Oprah-Winfreys-OfficialBiography/2) yang diakses pada 26 Februari 2013 pada pukul 22.13 WIB 9 achievement.org, “Oprah Winfrey Biography” (http://www.achievement.org/autodoc/page/win0bio-1) yang diakses pada 27 Februari 2013 pada pukul 20.15 WIB 10 oprah.com, “Oprah Winfrey’s Official Biography” yang diakses dari (http://www.oprah.com/pressroom/Oprah-Winfreys-Official-Biography) pada tanggal 11 Mei 2013 pukul 23.20 WIB. 11 cbsnwes.com, “Oprah Winfrey Appointed CEO of OWN Network” yang diakses dari (http://www.cbsnews.com/8301-31749_162-20079180-10391698.html) pada tanggal 11 Mei 2013 pukul 23.15 WIB.
minggunya12 dan dibeli lisensinya oleh 150 negara di dunia sehingga tidak diragukan lagi bahwa acaranya sangat disukai dan ditonton oleh banyak orang di dunia. Dengan kerajaan medianya, OWN, Oprah berhasil mempunyai kekayaan kurang lebih 1,5 milyar dolar Amerika Serikat. Oprah menjadi salah satu orang paling berpengaruh menurut majalah Forbes dan Times setiap tahunnya. Nama Oprah dan acara talk show-nya sangat mendunia, mulai dari selebriti dunia seperti Tom Cruise dan Jennifer Anniston; tokoh internasional, Nelson Mandela, hingga politisi dunia seperti Barrack Obama, Sarah Palin, George W. Bush dan lain-lain. Hal ini menunjukkan betapa besar nama Oprah Winfrey dan acara talkshownya. Dalam tulisan yang dibuat oleh Matthew A. Baum dan Angela Jamison, Soft News and The Four Oprah Effects, dikatakan bahwa soft news dapat memberikan empat efek khusus, yaitu perhatian kepada politik, pengetahuan mengenai politik, sikap dan tindakan politik.13 Baum dan Jamison kemudian mendefinisikan the oprah effects sebagai pengaruh dari mengkonsumsi berita yang mengandung unsur politik dari soft news yang berpengaruh pada pilihan voting. Soft news sendiri didefinikan oleh Baum sebagaimana yang dikutip dari Zellar (2003: 129) sebagai informasi yang berguna secara pribadi atau hanya untuk kepentingan hiburan semata. Soft news bersifat informal dan tidak berhubungan langsung dengan politik, namun tanpa disadari soft news mempunyai tempat tersendiri dalam praktik politik, khususnya dalam membuka ruang partisipasi politik masyarakat. Fungsi utama dari soft news untuk politik adalah menarik perhatian masyarakat terhadap isu-isu politik yang ada karena gaya penyampaian berita di soft news dapat membuat berita mengenai politik lebih menarik untuk orang-orang yang tidak terlalu peduli terhadap politik. Selain mendapatkan perhatian, soft news juga berfungsi untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai isu-isu politik. Tokoh-tokoh dalam bidang komunikasi mengatakan bahwa televisi akan mengajarkan seseorang tanpa disadari oleh individu tersebut, baik mereka tertarik ataupun tidak tertarik dengan isu tersebut.14 Menurut Baum soft news dapat memfasilitasi pembelajaran politik secara langsung atau secara tidak langsung dengan cara membuat seseorang penasaran dengan isu atau berita yang ada di soft news dan mencari tahu berita atau informasi tambahan melalui media berita tradisional lainnya. 12
oprah.com, “Oprah Winfrey Official Biography” (http://www.oprah.com/pressroom/Oprah-WinfreysOfficial-Biography/2) yang diakses pada 11 Oktober 2012 pada pukul 12.12 WIB 13 Matthew A. Baum dan Angela Jamison, Soft News and The Four Oprah Effects, hlm 2 yang diunduh dari (http://www.hks.harvard.edu/fs/mbaum/documents/BaumJamison_UncorrectedProofs.pdf) pada tanggal 19 Januari pada pukul 20.00 WIB. 14 Ibid, hlm 4
Soft news dapat membuat masyarakat merubah sikap politik mereka, seperti menjadi mendukung calon kandidat tertentu setelah kandidat tersebut muncul di acara talk show atau turut memberikan dukungannya untuk kebijakan tertentu dari pemerintah. Sementara untuk tindakan politik, soft news dapat membuat seseorang memilih atau merubah preferensi politik mereka, seperti mengikuti kampanye pemilu, menggunakan hak suara mereka di pemilu, serta mendukung atau menolak kebijakan tertentu. Menurut Popkin (2006) isu-isu yang paling sering ditayangkan di soft news seperti kriminalitas, skandal, masalah sosial, moral dan lainnya lebih banyak mendapat perhatian masyarakat karena itu lebih menonjol dalam agenda setting.15 Soft news walaupun dikemas sebagai berita yang berisi dan bertujuan untuk hiburan dapat menjadi media komunikasi serius yang dapat bergerak secara cepat dalam bidang politik sekarang ini. Dalam mewawancarai tamu-tamunya, Oprah menempatkan dirinya sebagai tamu sekaligus penonton dari acaranya. Oprah menggunakan gaya yang kasual dengan tamutamunya sehingga mereka merasa Oprah adalah teman bercerita, bukan seorang jurnalis yang hanya ingin menguak cerita mereka. Dalam tulisannya, The Politics of Talk: The Oprah Interview as Narrative (2008), Sarah Henstra mengatakan bahwa Oprah Winfrey mempunyai
image sebagai “everywoman” yang berarti Oprah merupakan gambaran dari semua perempuan di dunia ini. Kisah hidupnya yang berasal dari keluarga miskin kemudian menjadi miliarder dengan melewati berbagai kesulitan dan permasalahan hidup seperti orang-orang kebanyakan membuat Oprah dapat diterima oleh masyarakat, karena kehidupan dan cerita mereka yang sama; hidup miskin bersama keluarganya, pernah dilecehkan secara seksual semasa kecil, tinggal jauh dari ibunya. Banyak penonton dan penggemar setianya, khususnya perempuan, dapat menghubungkan diri mereka dengan Oprah. Kenyataan bahwa Oprah merepresentasikan gambaran ideal bagaimana seorang perempuan mengatasi permasalahan ketidakadilan sosial dan rasial membuat masyarakat menjadi lebih dekat. Oprah seringkali menjadikan dirinya sebagai contoh untuk orang banyak, bahwa mereka dapat mewujudkan impian mereka dengan kerja keras. Dalam survey majalah Times tahun 2006, Oprah masuk dalam kategori Leaders and Revolutionaries oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Condoleeza Rice, yang mengatakan bahwa “Cerita Oprah adalah cerita Amerika”.16 Oprah dapat menyeimbangkan kehidupan antara image selebritisnya dengan image “everywoman”nya. Menjadi perhatian dalam acara dan gaya wawancaranya, Oprah menunjukkan sikap 15
Ibid, hlm 10 Sarah Henstra, The Politics of Talk: The Oprah Interview as Narrative, dalam jurnal Studies in Popular Culture, Vol. 30, No. 2 (Popular Culture Association in The South, 2008), hlm 3 16
empatik bagi tamu dan penontonnya. Yang menjadi kunci utama dari daya tarik acaranya adalah sikap empatik Oprah terhadap tamu dan pemirsanya.17 Dalam wawancaranya pada tanggal 18 Januari 2010, Oprah berhasil mewakili tamu-tamunya yang merupakan anggota keluarga korban kecelakaan akibat menggunakan telepon genggam saat berkendara. Reaksi dari Oprah, baik air mata yang empatik atau tawanya, dapat membawa penontonnya untuk terlibat langsung dan merasakan pentingnya untuk membuat produk hukum yang melarang penggunaan telepon genggam saat berkendara. Melalui acara talk show-nya, The Oprah Winfrey Show, Oprah banyak mendapatkan berbagai penghargaan dalam bidang media dan entertainment. Dengan statusnya sebagai selebritis, Oprah juga banyak melakukan kegiatan-kegiatan sosial, khususnya untuk isu-isu mengenai pendidikan, anak dan perempuan. Meskipun beberapa kali menolak untuk terjun langsung ke dalam dunia politik, Oprah tetap memberikan kontribusinya dalam dunia politik. Untuk membuktikan keseriusannya dalam permasalahan anak-anak, Oprah memberikan dukungan penuh terhadap “National Children Act” pada tahun 1993 yang kemudian lebih dengan Oprah’s Bill. Endorsement-nya terhadap kampanye Barrack Obama untuk Pemilu Presiden tahun 2008 juga dapat dilihat sebagai kontribusinya untuk bidang politik walaupun tidak secara langsung terjun ke dalamnya. Kunjungannya ke tempat-tempat Obama kampanye dapat membawa massa lebih banyak dari kampanye Obama biasanya. Craig Garthwaite and Tim Moore dari University of Maryland, Amerika Serikat, dalam penelitiannya menunjukkan suara untuk Obama melonjak naik di wilayah dimana Oprah terkenal.18
Kedua hal ini dapat memperlihatkan bahwa Oprah dapat memberikan
pengaruhnya terhadap isu atau permasalahan yang didukungnya. Kebijakan no texting while driving adalah kebijakan yang melarang penggunaan telepon genggam saat berkendara. Hukum yang berlaku berbeda-beda setiap negara bagiannya, terdapat negara bagian yang melarang penggunaan telepon genggam sama sekali kecuali untuk GPS dan keadaan darurat, penggunaan telepon genggam untuk berkirim pesan singkat; termasuk SMS (Short Message Service), MMS (Multimedia Message Service), email dan pesan singkat lainnya. Penggunaan ponsel di Amerika Serikat telah berkembang dengan cepat selama dekade terakhir. Terdapat sekitar 322 juta pelanggan ponsel nirkabel pada Juni 17
Ibid, hlm 9 Shankar Vedantam, 2008. The Oprah Effect. (http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2008/08/31/AR2008083101761.html) yang diakses pada 29 Maret 2013 pada pukul 19.52 WIB 18
2012.19 Angka tersebut naik 32 persen sejak Juni 2007 dan 2,4 kali pada bulan Juni 2002. Data pengamatan Federal menunjukkan bahwa lima persen dari pengemudi di tahun 2010 berbicara di telepon saat mengendarai kendaraan pada waktu siang hari.20 Pada tahun 2009 survei yang dilakukan Insurance Institute for Highway Safety (IIHS), tiga belas persen dari pengemudi segala usia dilaporkan melakukan pengiriman pesan saat mengemudi. Dalam survei yang dilakukan oleh pemerintah AS pada tahun 2011, delapan belas persen dari pengemudi yang berusia lebih dari 18 tahun mengatakan mereka juga mengirim pesan teks atau e-mail saat mengemudi.21 Jika ditanya golongan pengemudi mana yang paling memungkinkan untuk menggunakan telepon genggam saat berkendara, jawabannya adalah pengemudi muda. Menurut survei nasional pemerintah Federal pada tahun 2010, biasanya yang termasuk golongan tersebut berusia di bawah delapan belas tahun. Tujuh persen pengemudi usia muda, 16-24 tahun, menggunakan telepon genggam mereka saat berkendara.22 Menggunakan telepon genggam saat berkendara, terutama mengirim pesan singkat, merupakan hal yang berbahaya yang dilakukan di jalan raya karena perhatian kita teralihkan dari jalan. Menggunakan telepon genggam saat berkendara dipandang sebagai salah satu bentuk dari gangguan saat menyetir. Gangguan saat menyetir didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang bisa mengalihkan perhatian seseorang dari tugas utamanya sebagai pengemudi.23 Hal ini dinilai dapat membahayakan, baik pengemudi, penumpang ataupun orang yang berada di jalan dan sekitarnya. Pemerintah Amerika Serikat mengidentifikasikan empat tipe yang gangguan yang dapat dialami oleh pengemudi; pertama, visual (penglihatam), perhatian teralihkan akibat melihat hal yang lain selain jalan, kedua, auditory (pendengaran), mendengar yang tidak berhubungan dengan mengemudi. Ketiga, manual, mengoperasikan hal lain selain setir dan keempat adalah kognitif, memikirkan hal lain selain mengemudi.
19
CTIA – The Wireless Association. 2012. CTIA's semi-annual wireless industry survey results, June 1985-June 2012. Washington, DC yang di unduh dari (http://files.ctia.org/pdf/CTIA_Survey_MY_2012_Graphics_final.pdf.) pada 21 Maret 2013. 20 iihs.org, “Q&A: Cellphones, texting and driving” (http://www.iihs.org/research/qanda/cellphones.aspx) yang diakses pada 2 April 2013 pada pukul 16.26 WIB. 21 iihs.org, Log. Cit. 22 National Highway Traffic Safety Administration. 2011. Driver electronic device use in 2010. Report no. DOT HS-811-3517. Washington, DC: U.S. Department of Transportation. 23 distraction.gov, “What is Distracted Driving” (http://www.distraction.gov/content/get-the-facts/facts-andstatistics.html) yang diakses pada 3 April 2013 pada pukul 12.54 WIB
No Phone Zone merupakan kampanye untuk tidak menggunakan telepon saat berkendara, baik untuk menelpon ataupun mengirim pesan singkat yang digagas oleh Oprah Winfrey. Kampanye ini dibuka Oprah pada tanggal 30 April 2010, dimana Oprah menyiarkan acaranya secara langsung dan dijalankan secara reli di enam kota besar; Chicago, Atlanta, Boston, Detroit, Los Angeles, and Washington D.C. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran dan mendidik masyarakat tentang bahaya mengemudi terganggu. The Oprah Winfrey Show menayangkan pembukaan dan penutupan acara tersebut, salah satunya adalah penandatanganan kebijakan no texting while driving di Detroit, Michigan, oleh Gubernur Jennifer Granholm. Undang-undang tersebut membuat mengetik, membaca dan mengirim pesan singkat menjadi pelanggaran utama di Michigan. Hal tersebut berarti petugas kepolisian berhak menghentikan pengendara hanya dengan alasan pengendara tersebut menggunakan telepon untuk mengetik, mengirim dan membaca pesan singkat. Granholm sendiri berharap agar ke depannya, Michigan dapat membawa kebijakan ini lebih lanjut, seperti melarang seluruh penggunaan telepon genggam atau mewajibkan penggunaan handsfree dalam mobil. Tampil bersama Granholm juga adalah Kepala Kepolisian Detroit, Warren Evans dan Wakil Walikota Detroit, Saul Green. Senator Buzz Thomas mengatakan Oprah telah memelopori upaya nasional untuk mengekang pengemudi yang terganggu dengan mempromosikan hari Jumat sebagai Hari Zona Tanpa Telepon nasional. Senator Thomas merupakan salah satu pendukung Oprah untuk kampanye ini, ia mengatakan pada wartawan tidak ada yang seperti Oprah, yang bisa membuat petisi “No Phone Zone” yang telah ditandatangani oleh 200.000 orang di seluruh Amerika Serikat. Senator Thomas merupakan orang pertama yang mengusulkan legislasi mengenai gangguan terhadap pengemudi untuk Michigan sebagai hukum utama.24
24
Jonathan Oosting, “Why Oprah? State Sen. Buzz Thomas explains why Gov. Granholm will sign texting ban on TV”, (http://www.mlive.com/news/detroit/index.ssf/2010/04/why_oprah_state_sen_buzz_thoma.html) yang diakses pada 14 April 2013 pukul 16.26 WIB
Proses Legislasi Kebijakan “No Texting while Driving” di Michigan Proses pembentukan kebijakan no texting while driving di Michigan sudah dimulai pada 24 Februari 2009, dimana Anggota Dewan Lee Gonzales yang memperkenalkan RUU ini sebagai penambahan bagian di dalam Peraturan Kendaraan Michigan. RUU ini diperkenalkan di dalam Dewan Perwakilan (House of Representative)25 dan lolos untuk masuk ke dalam Senat pada tanggal 8 Desember 2009. RUU ini berada dalam kamar Dewan Perwakilan selama sepuluh bulan lamanya untuk mendapat persetujuan dari mayoritas anggota dewan. Keadaan ini berbanding terbalik saat RUU ini masuk ke dalam kamar Senat, dimana hanya diperlukan waktu tiga bulan untuk bisa lolos. Di dalam Senat juga RUU ini mengalami perubahan yang signifikan, yaitu membuatu RUU ini menjadi hukum primer di Michigan. Lolos dari Senat, RUU ini kembali masuk ke kamar Dewan Perwakilan yang kemudian mengalami perdebatan kembali karena perubahan RUU ini menjadi hukum primer di Michigan. Anggota Dewan Ken Horn, Justin Amash dan Tom McMillin mengusulkan beberapa amandemen terhadap RUU tersebut, namun semua amandemen tersebut gagal memperoleh suara mayoritas anggota Dewan Perwakilan yang bertugas. Hingga akhirnya pada 25 Maret 2010, RUU ini lolos dari Dewan Perwakilan sesuai dengan perubahan dari Senat. RUU ini ditandatangani oleh Gubernur Jennifer Granholm pada 30 April 2010 dan mulai efektif pada 1 Juli 2010. Proses kebijakan di atas merupakan tahapan institutional agenda, dimana isu no texting while driving telah masuk ke dalam agenda pemerintah untuk menentukan apa yang akan dilakukan pemerintah terhadap isu no texting while driving. Di Michigan sendiri isu mengenai texting while driving tidak mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat Michigan. Berita-berita mengenai isu no texting while driving belum banyak diperbincangkan di Michigan sebelum Januari 2010. Penulis menggunakan media yang tersedia secara online untuk melihat bagaimana isu no texting while driving berkembang di Michigan. Dari data yang diakses di laman mlive.com26, berita mengenai no texting while driving di sebelum tahun 2009 terdapat sebanyak 24 artikel. Artikel-artikel ini mayoritas berisi mengenai kecelakaan-kecelakaan yang terjadi akibat pengemudi menggunakan telepon genggam saat mengemudi. Sedangkan sejak
tahun 2010 sampai
25
Salah satu kamar atau bagian dari parlemen di Amerika Serikat, kamar lainnya disebut Senat Situs berita online di Michigan yang memiliki jumlah pengunjung terbanyak dibandingkan dengan situs berita online lainnya di Michigan yang berskala negara bagian (Michigan Sun, The Michigan Daily, Detroit Free Press, Detroit News). Mlive mempunyai jumlah traffic dengan peringkat 4350 di dunia dan 927 di Amerika Serikat menurut Alexa Traffic Rank (http://www.alexa.com/siteinfo/mlive.com) 26
sekarang, artikel yang membahas mengenai texting while driving di mlive.com terdapat sebanyak 1000 artikel lebih. Hal ini menunjukkan kenaikan jumlah artikel yang signifikan. Masyarakat Michigan yang pernah mengalami kecelakaan akibat texting while driving juga kemudian ikut menyuarakan suara mereka. Seperti Loretta Strong, seorang wanita yang mengalami kecelakaan saat di jalan raya akibat remaja berusia 19 tahun menggunakan telepon genggam saat mengemudi dan menabrak mobilnya. Loretta mengalami kecelakaan pada tahun 2008 dan membuatnya tidak bisa berjalan. Melewati proses masa penyembuhannya, Loretta memulai aksinya untuk meminta kepada anggota legislatif Michigan untuk mengesahkan RUU no texting while driving di Michigan secepatnya. Loretta juga turut bergabung dalam kampanye “No Phone Zone” milik Oprah dan turut hadir saat penandatanganan RUU tersebut pada 30 April 2010 di acara The Oprah Winfrey Show. David dan Judy Teater juga turut mengusahakan agar legislator mengesahkan RUU ini. David dan Judy kehilangan anak mereka, Joseph Teater saat ia berusia 12 tahun. Joseph meninggal dalam kecelakaan pada tahun 2004, dimana pengemudi yang menabraknya sedang mengirim pesan singkat saat mengemudi. David dan Judy aktif melawan texting while driving dengan mengusahakan agar ada hukum yang mengatur mengenai no texting while driving di seluruh negara bagian Amerika Serikat dengan bersaksi di “Distracted Driving Summit yang diselenggarakan oleh Departemen Transportasi Amerika Serikat di Washington, D.C.27. David dan Judy juga setelahnya bersaksi di kamar Dewan Perwakilan pada “public hearing” yang diadakan pada 18 Maret 2010, sebelum sidang terakhir dimana anggota Dewan Perwakilan meloloskan RUU no texting while driving pada sidang tanggal 25 Maret 2010. The Oprah Winfrey Show di Michigan ditayangkan oleh WXYZ-TV, Saluran no 7. WXYZ-TV merupakan saluran televisi lokal yang berafiliasi dengan ABC, dimana ABC merupakan rumah bagi The Oprah Winfrey Show sampai pada tahun 2011, The Oprah Winfrey Show berpindah ke OWN. WXYZ-TV merupakan saluran nomor satu menurut survey yang dilakukan oleh Nielsen Media Research. The Oprah Winfrey Show pada tahun 2010 mendapatkan rating sebanyak 5,7 dengan share 14,6.28 The Oprah Winfrey Show menjadi acara yang paling banyak ditonton di Michigan pada jam penayangannya, yaitu 27
John Agar, “Parents of Joseph Teater to Speak at U.S. Distracted Driving Summit” (http://www.mlive.com/news/grand-rapids/index.ssf/2009/09/parents_of_joseph_teater_kille.html) yang diakses pada 1 Mei 2013 pada pukul 20.03 WIB. 28 wxyz.com, “WXYZ-TV is #1 Sign-On to Sign-Off and #1 in Prime Time” (http://www.wxyz.com/dpp/about_us/news_releases/wxyz-tv-is-%231-sign-on-to-sign-off-and-%231-in-primetime) yang diakses pada 1 Mei 2013 pada pukul 12.28 WIB.
pukul 16.00 EDT, dibandingkan dengan stasiun televisi lainnya; WDIV dengan rating 5.3 rating dan share 8.3 share dan WJBK dengan rating 7.1 dan share 11.1.29 Menurut survey yang diadakan oleh mlive.com pada bulan Februari 2010, 80 persen masyarakat Michigan berpendapat bahwa no texting while driving harus segera dijadikan hukum.30 Jumlah ini meningkat dari 69 persen dari survey yang diadakan pada bulan Desember 2009.31 Kesimpulan Penulis berkesimpulan bahwa Oprah Winfrey melalui acara talk show-nya, tidak secara langsung terlibat dalam proses pembuatan atau formulasi dari kebijakan no texting while driving di Michigan. Namun, penulis menyimpulkan bahwa Oprah Winfrey memainkan peranan dalam mengangkat isu no texting while driving sehingga menaikkan kesadaran publik mengenai kebijakan ini. Sehingga timbul kesadaran masyarakat Michigan mengenai berbahayanya menggunakan telepon genggam saat mengemudi, terutama untuk mengirim pesan singkat. Opini yang terbentuk dari masyarakat tersebut membuat RUU tersebut lebih mudah disetujui dan lolos dari lembaga legislatif Michigan dan kemudian ditandatangani oleh Gubernur Jennifer Granholm. Penulis melihat hubungan antara proses agenda setting kebijakan no texting while driving dengan opini publik yang dibangkitkan oleh Oprah Winfrey berhubungan secara korelasi bukan kausalitas. Faktor Oprah Winfrey dalam kasus ini tidak bersifat deterministik, namun sebagaimana diuraikan di dalam pembahasan dipengaruhi oleh banyak faktor lain seperti peran media lain, isu yang diangkat mudah mendapat afirmasi32, peran aktivis sosial dan para legislator yang tidak bisa dinafikan. Namun studi ini menunjukkan bahwa kampanye Oprah tentang isu tersebut menandai sejumlah perubahan penting di dalam proses pembuatan kebijakan “no texting while driving”,
29
wxyz.com, Log.Cit. Linda Angus, “Poll results: Michigan People Think Texting While Driving Should be Banned” yang diakses dari (http://www.mlive.com/news/flint/index.ssf/2010/02/poll_results_online_voters_thi.html) pada 7 Mei 2013 pukul 13.58 WIB. 31 Linda Angus, “Poll results: Mlive Readers Think Texting While Driving Should be Banned” yang diakses dari (http://www.mlive.com?opinion/flint/index.ssf/2009/12/poll_results_online_voters_thi.html) pada 7 Mei 2013 pukul 10.35 WIB. 32 penetapan yg positif; penegasan; peneguhan 30
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku: Dye, Thomas R. 1972. Understanding Public Policy, Sixth Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc Dye, Thomas R. dan Harmon Zeigler. 1985. American Politics in the Media Age. California: Brooks/Cole Publishing Company. Erikson, Robert S. dan Kent L. Tedin. 2003. American Public Opinion: Its Origin, Content and Impact, Sixth Edition. Boston: Addison Wesley Logngman. Garson, Helen S. 2004. Oprah Winfrey: A Biography. Westport: Greenwood Press Harris, Jennifer dan Elwood Watson. 2007. The Oprah Phenomenon. Kentucky: University Press of Kentucky Olii,Helena. 2007. Opini Publik. Jakarta: PT. Indeks. Palumbo, Dennis J. 1994. Public Policy in America: Government in Action, 2nd Edition. Orlando: Harcourt Brace & Company. Ranney, Austin. 2005. Governing: Introduction to Political Science 8th Edition. New Jersey: Prentice Hall. Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung: CV Alfabeta. Theodoulou, Stella, Chris Kofinis. 2004. The Art of Game: Understanding American Public Policy Making. Belmont: Thomson Wadsworth.
Sumber Internet: achievement.org, “Oprah Winfrey (http://www.achievement.org/autodoc/page/win0bio-1) Februari 2013 pada pukul 20.15 WIB
Biography” yang diakses pada 27
cbsnwes.com, “Oprah Winfrey Appointed CEO of OWN Network” yang diakses dari (http://www.cbsnews.com/8301-31749_162-20079180-10391698.html) pada tanggal 11 Mei 2013 pukul 23.15 WIB. CTIA – The Wireless Association. 2012. CTIA's semi-annual wireless industry survey results, June 1985-June 2012. Washington, DC yang di unduh dari (http://files.ctia.org/pdf/CTIA_Survey_MY_2012_Graphics-_final.pdf.) pada 21 Maret 2013 distraction.gov, “What is Distracted Driving” (http://www.distraction.gov/content/get-thefacts/facts-and-statistics.html) yang diakses pada 3 April 2013 pada pukul 12.54 WIB iihs.org, “Q&A: Cellphones, texting and driving” (http://www.iihs.org/research/qanda/cellphones.aspx) yang diakses pada 2 April 2013 pada pukul 16.26 WIB.
John Agar, “Parents of Joseph Teater to Speak at U.S. Distracted Driving Summit” (http://www.mlive.com/news/grandrapids/index.ssf/2009/09/parents_of_joseph_teater_kille.html) yang diakses pada 1 Mei 2013 pada pukul 20.03 WIB. Jonathan Oosting, “Why Oprah? State Sen. Buzz Thomas explains why Gov. Granholm will sign texting ban on TV”, (http://www.mlive.com/news/detroit/index.ssf/2010/04/why_oprah_state_sen_buzz_ thoma.html) yang diakses pada 14 April 2013 pukul 16.26 WIB Linda Angus, “Poll results: Michigan People Think Texting While Driving Should be Banned” yang diakses dari (http://www.mlive.com/news/flint/index.ssf/2010/02/poll_results_online_voters_thi. html) pada 7 Mei 2013 pukul 13.58 WIB. Linda Angus, “Poll results: Mlive Readers Think Texting While Driving Should be Banned” yang diakses dari (http://www.mlive.com?opinion/flint/index.ssf/2009/12/poll_results_online_voters_t hi.html) pada 7 Mei 2013 pukul 10.35 WIB. Matthew A. Baum dan Angela Jamison, Soft News and The Four Oprah Effects, hlm 2 yang diunduh dari (http://www.hks.harvard.edu/fs/mbaum/documents/BaumJamison_UncorrectedProof s.pdf) pada tanggal 19 Januari pada pukul 20.00 WIB. National Highway Traffic Safety Administration. 2011. Driver electronic device use in 2010. Report no. DOT HS-811-3517. Washington, DC: U.S. Department of Transportation. oprah.com, “Oprah Winfrey’s Official Biography” (http://www.oprah.com/pressroom/OprahWinfreys-Official-Biography/2) yang diakses pada 11 Oktober 2012 pada pukul 12.12 WIB. Shankar
Vedantam, 2008. The Oprah Effect. (http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2008/08/31/AR2008083101761.html) yang diakses pada 29 Maret 2013 pada pukul 19.52 WIB
wxyz.com, “WXYZ-TV is #1 Sign-On to Sign-Off and #1 in Prime Time” (http://www.wxyz.com/dpp/about_us/news_releases/wxyz-tv-is-%231-sign-on-tosign-off-and-%231-in-prime-time) yang diakses pada 1 Mei 2013 pada pukul 12.28 WIB.
Sumber Jurnal: Burstein, Paul. “The Impact of Public Opinion on Public Policy: A Review and an Agenda”. Political Research Quarterly, Vol. 56, No. 1 (Maret, 2003), hlm 29-40. Falkner III, Thomas B. “Michigan's Texting Ban: One Step Forward, Too Many Steps Back”. Thomas M. Cooley Law Review, Vol. 28, No. 1, (2011). Henstra, Sarah. 2008. The Politics of Talk: The Oprah Interview as Narrative. Studies in Popular Culture, Vol.30, No. 2 (Popular Culture Association in The South, 2008) Popkin, Samuel L. 2006. Changing Media Changing Politic. Perspectives on Politics, Vol. 4, No. 2 (Juni., 2006), hlm 327-341.