PENYESUAIAN DIRI WANITA PEKERJA PADA BIDANG PEKERJAAN YANG DIDOMINASI LAKl_LAKI (Studi Kasus Pada Tiga Orang Wanita Yang Berprnfesi Sebagai Kondektur Bis Di Terminal Kp. Rambutan)
Oleh:
NURASIAH NIM: 102070026013
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/ 2007 M
PENYESUAIAN DIRI WANITA PEKERJA PADA BIDANG PEKERJAAN YANG DIDOMINASI LAKI LAKI (Studi Kasus Pada Tiga Orang Wanita Yang Berprofesi Sebagai Kondektur Bis Di Terminal Kp. Rambutan)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
NURASIAH NIM :102070026013
i
Di Bawah Bimbingan
Po~~;mb;og \~
I //
1111
Prof. Ham \I n
asun M.Si
Ny 30 351146
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul PENYESUAIAN DIRI WANITA PEKERJA PADA BIDANG PEKERJAAN YANG DIDOMINASI LAKl-LAKI (Studi Kasus Pada Tiga Orang Wanita Yang Berprofesi Sebagai Kondektur Bis di Terminal Kp. Rambutan) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 26 Februari 2007 Sidang Munaqasyah Sekretaris Merangkap Anggota
M.Si
Anggota: Penguji I
P iltuji II
I~
,
I
Prof. Ha. d n Yasun
Nl~/t30 3S1146 Pembimbing II
ani Psi
Barang::5iapa yang: meng:egakan amalamaf ,ihafeh7 baik faki-faki maupun perempuan 6edang: ia orang beriman7 maka mereka ifu ma:5uk ke dalam :5urg:a dan mereka tidak dianiaya 6edzkifpun
(QS.
.Annloa
124)
.J<:arya Sederhana Yni .J<:uper6embahkan ferurduk -._ .J<:efuarg:a Jercinfa
ABSTRAKSI (A) (B)
' Fakultas Psikologi Februari 2007
(C) (D)
NUR ASIAH PENYESUAIAN DIRI WANITA PEKERJA PADA BIDANG PEKERJAAN YANG DIDOMINASI LAKl-LAKI (STUD! KASUS PADA TIGA KONDEKTUR BUS WANITA) (E) xi + 67 halaman (F) Penyesuaian diri yang baik selalu ingin diraih setiap orang, walau dalam usahanya selalu ditemui berbagai tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa. Dalam pekerjaan, hal ini merupakan kebutuhan utama. Dengan tercapainya penyesuaian diri, orang tersebut diharapkan mampu menghadapi kesukaran dengan cara obyektif, menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, dan terdorong untuk berprestasi. Hal ini juga berlaku pada wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki. Mereka dituntut untuk dapat berbaur dengan dunia yang asing bagi dirinya. Mereka harus mengerahkan segala kemampuannya karena identitas mereka sebagai wanita. Menurut Schneider (1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mengatasi tekanan kebutuhan, memiliki kemampuan yang sewajarnya untuk mengatasi frustrasi dan mampu mengembangkan mekanisme psikologis yang cocok atau pantas untuk dirinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penyesuaian diri wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi Jaki-laki khususnya kondektur bis wanita di Terminal Kampung Rambutan. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, dilakukan kepada tiga orang kondektur bis wanita yang berusia antara 20-40 tahun melalui wawancara dan observasi lapangan yang berlangsung pada bulan Oktober 2006.
ii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki mampu menyesuaikan diri ' dengan lingkungannya. Proses yang dialami mereka adalah awalnya mereka merasakan malu, canggung atas tatapan orang lain saat sedang menjalani profesinya. Dengan kesadaran bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah halal dan dari segi ekonomi lebih menguntungkan daripada pekerjaan yang pernah mereka geluti, mereka mengembangkan perilaku-perilaku yang tampak lebih maskulin seperti berpakaian, berbicara, dan merokok. Motivasi mereka menggeluti profesi kondektur bis disebabkan kondisi ekonomi keluarga yang sangat menghimpit, sehingga mendorong mereka untuk turut terjun membantu memulihkan perekonomian keluarga. (G) Bahan bacaan: 24 (1964-2005) + 6 pustaka online
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Penyesuaian Diri Wanita Pekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang Didominasi Laki-lakt"'. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpab atas
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Tugas ini dapat terselesaikan tidak dapat terlepas dari konstribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada: 1.
Yang teristimewa lbunda tercinta, Thoharoh, yang tak kenal lelah berjuang dan berkorban untuk memberikan yang terbaik kepada penulis. Setiap untaian doa yang !bu panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menjalani hidup. Serta Ayah tercinta M. Nur (aim) be/um
iv
sempat ananda membalas jasamu. Adikku tersayang Nia Kurnia semoga cita-citamu bisa tercapai dan mendapatkan yang terbaik dalam hid.up. 2.
lbu Dra. Hj Netty Hartati, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
3.
Prof. Hamdan Yasun, M.Si, Pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis untuk rnenyelesaikan skripsi ini.
4.
Drs. Asep Haerul Ghani, Psi, Pembimbing II yang tidak pernah bosan untuk menyumbangkan pendapatnya, memberikan kritik yang membangun, motivasi, dan menumbuhkan rasa percaya diri sehingga penulis dapat mengatasi kendala dalam penyusunan skripsi ini.
5.
lbu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, Pembantu Dekan Bidang Akademik yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada seluruh mahasiswa.
6.
Para Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmu kepada kami.
7.
Yang terkhusus K'Fahruddin & K'Didi Paridi, yang dengan kebijakan dan kesabarannya meyakinkan penulis untuk terus berjuang dalam hidup ini.
v
I'm not a perfect person there is many things wish I didn't do but I continue learning. 8.
K'Saepudin & tetehku tersayang Nur 'Aeni, terima kasih atas doa kalian yang tiada hentinya menyertai penulis dan atas kasih sayang yang besar itu.
9.
Teruntuk Ma H. Nasir & keluarga, bibi Nur ma'wah & keluarga, bibi Ento & keluarga, bibi lyah & keluarga, terimakasih atas dukungan serta doanya selama ini.
10. Teman-teman Psikologi angkatan 2002, terima kasih atas persahabatan dan dukungan yang telah kalian berikan.
11. For my best friend (Wulan, Tonah, Fitri, Lia, Ratna, Nda, Seha, Dwi) terima kasih atas kenangan manis yang kalian ciptakan, kalianlah yang telah mewarnai hari-hari penulis selama empat tahun ini. Terima kasih atas persahabatan yang sangat berarti ini. Semoga persahabatan yang telah terjalin tetap abadi selamanya.
12. Sahabat-sahabatku tercinta, Mia, Vivin, Eneng, Yoyoh, Pudoh yang selalu berbagi dalam suka dan duka, yang setia mendengarkan keluhkesah penulis. Semoga persahabatan kita langgeng selalu.
13. Teruntuk Teh Mimi & keluarga terima kasih atas doa serta kasih sayang yang sangat berharga.
vi
14. Mbah Hell (Rental Orion) yang selalu siap membantu penulis setiapkali
computer eror serta mengedit dan mempercantik skripsi ini.
~
15. Terima kasih yang tulus untuk para respondenku (SA, SR, MR) yang telah meluangkan waktunya, tanpa bantuan kalian belum tentu skripsi ini bisa selesai.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi diri penulis dan para pembaca.
Jakarta, Februari 2007
Penulis
vii
DAFTAR ISi
Halaman Judul Halaman Persetujuan Halaman Pengesahan Persembahan .......................................................................................... Abstraksi ... ... ..... ...... ..... .. .. ... ................ ..... .... ..... .. .... .. ... .. ..... .. .. .. ...... .. ... ...
ii
Kata Pengantar .......................................................................................
iv
Daftar lsi ... ... .. ... .. .. ... .... .. .. ..... .... .... .... ..... ................ ... .. .. ... .. .. .. ... .. .. ... ... ... ..
viii
Daftar Tabel ............................................................................................
xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1-9
1.1. Latar Belakang ...................................................................
1
1.2. Jdentifikasi Masalah ............................................................
5
1.3. Pembatasan Masalah Penelitian .... ...... .... ... .. ... .... .. ... ... ... ...
6
1.4. Perumusan Masalah Penelitian .........................................
7
1.5. Tujuan dan Manfaat Peneltian ...........................................
7
1.6. Sistematika Penelitian ........................... ............................
8
BAB 2 KAJIAN TEORI
10-34
2.1. Penyesuaian Diri ...............................................................
1O
2.1.1. Pengertian Penyesuaian Diri ......... ... . ... .......... ... ... ..
1O
2.1.2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri
13
viii
2.1.3. Karakteristik Penyesuaian Diri ...............................
16
2.1.4. Proses Penyesuaian Diri ................................... ~...
18
2.1.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri 19 2.2. Kerja dan Karir ..... ............... .... .. ....... .......................... ........
20
2.2.1. Pengertian Kerja ....................................................
20
2.2.2. Pengertian Karir .....................................................
22
2.2.3. Manfaat Bekerja Bagi Wanita .................................
23
2.3. Wanita Dewasa Awai ........................................................
25
2.3.1. Pengertian Dewasa Awai .......................................
25
2.3.2. Karakteristik Psikologis Pria dan Wanita Dewasa Awai 28 2.3.3. Kebutuhan Dewasa Awai Pada Pekerjaan .............
31
2.4. Kerangka Berpikir ..............................................................
32
BAB 3 METODE PENELITIAN
35-42
3.1. Pendekatan Dan Metode Penelitian .................................
35
3.2. Subyek Penelitian .............. .......... .... ... ............ .... .. .... ........
37
3.2.1. Karakteristik Subyek ...............................................
37
3.2.2. Jumlah Subyek .. .... .......... .. .. .... .. ............ .. ...............
38
3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel ..................................
38
3.3. Metode Pengumpulan Data .......... ...... ..... ... ........... ....... .....
38
3.3.1. Metode Wawancara ...............................................
39
3.3.2. Metode Observasi . .. ............................... .... ... .........
39
3.4. Teknik Analisa Data ..........................................................
40
3.5. Prosedur Penelitian ...........................................................
41
ix
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA
43-63
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ........................... v...
43
4.2. Gambaran Kasus ...................... ....... ..... .......... ............ ... ...
44
4.2.1. Kasus SA
44
4.2.2. Kasus SR
49
4.2.3. Kasus MR
54
4.3. Analisa Antar Kasus .......................................................... BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
60
64-67
5.1. Kesimpulan .. ............... ... ...................... ..... ....... ... ... ....... ... .
64
5.2. Diskusi ... ... .. .. ... .. ........ ... ... ... ....... ...... ..... ... .... ... ... ... ... ... .... ...
65
5.3. Saran .. .. .. ..... .. .. ... ... .. ... ... ...... ....... ... ... .. ... ... .. .. .. ... .... ... ... ......
66
DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
x
DAFTAR TABEl Tabel 1
Gambaran Umum Subyek Penelitian .....................................
44
Tabel 2
Perbandingan Antar Kasus .....................................................
60
xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH
Sebagai pribadi, manusia adalah makhluk yang bersifat eksploratif dan potensial. Manusia disebut sebagai makhluk eksploratif, karena ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. la memiliki kemampuan untuk memanfaatkan berbagai kelebihan yang ada dalam dirinya. Sebagai makhluk potensial, manusia menyimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan. Saat menginjak dewasa, kemampuan dan potensi-potensi dalam diri ini dianggap telah matang. Oleh sebab itu seseorang yang telah menginjak masa dewasa sepantasnya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam memenuhi kebutuhannya.
Sebagai makhluk individu dan sosial dalam konteks kehidupan sehari-hari, akan tampak kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan biologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan sosial yang antara satu dengan lainnya memiliki kaitan dan membentuk suatu mata rantai kehidupan
1
2
yang bermuara pada kesejahteraan yang merupakan tujuan hidup manusia baik secara individual maupun kolektif. Demi memenuhi kebutuhan-., kebutuhan tersebut, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja.
Bekerja adalah kodrat manusia. Tuhan menciptakan manusia selain untuk beribadah juga diharuskan selalu berikhtiar agar nasib hidupnya menjadi lebih baik. Seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang selalu berkembang demi mencapai kondisi yang lebih baik daripada kondisi sebelumnya. Menurut Magnis (dalam Anoraga, 2001), pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan. Jadi, pekerjaan itu memerlukan pemikiran yang dilaksanakan tidak hanya karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri disukai atau bersifat mendesak, melainkan karena kita mau dengan sungguhsungguh mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendiri sebagai benda, karya, tenaga dan sebagainya.
Pembangunan nasional yang kita laksanakan selama dua dasawarsa, selain telah menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan diberbagai bidang dan sektor kehidupan, juga telah memunculkan banyak fenomena baru. Salah satu diantara fenomena itu adalah semakin b('lsarnya jumlah wanita yang bekerja dan semakin banyaknya yang berhasil memasuki jenis-jenis pekerjaan yang selama ini jarang bahkan belum pernah dimasuki kaum
3
hawa. Pekerjaan-pekerjaan tersebut biasanya dikerjakan oleh kaum laki-laki karena pada dasarnya pekerjaan tersebut mengandung banyak permasalahan dan resiko. Namun desakan ekonomi dan dukungan perubahan cara pandang masyarakat membuat para wanita ikut serta dalam bekerja.
Secara langsung fenomena itu dapat dilihat, jika dulu kita tidak pernah melihat wanita sebagai penerbang, tetapi kini Indonesia memiliki beberapa penerbang wanita. Demikian pula pada masa lampau. Kita hampir tidak mengenal wanita yang duduk di kursi manajer tingkat atas. Tetapi sekarang jauh berbeda, banyak wanita telah menduduki posisi top manajerdan bahkan cukup banyak pula yang menempati kursi direktur eksekutif. Bertebaran diberbagai sektor usaha, mulai dari perhotelan, perbankan, sampai sektor industri konstruksi, garment, farmasi, bahkan profesi tergolong keras, seperti pengemudi angkutan umum, kondektur, tenaga operator alat-alat berat, dan lain-lain mulai dimasuki kaum wanita.
Namun proses yang dilalui para wanita ini tidaklah selalu mudah. Dalam pekerjaan mereka dibutuhkan banyak penyesuaian diri yang harus terus diusahakan agar dapat menjalankan fungsinya secara stabil dalam pekerjaan. Keberhasilan mereka dalam pekerjaannya sangat ditentukan oleh kemampuan penyesuaian dirinya dengan lingkungan kerja.
4
Pengertian dari penyesuaian diri adalah suatu kemampuan untuk bekerja secara efektif dan berhubungan dengan orang lain, mempunyai toler:_~nsi terhadap frustrasi, pemenuhan kebutuhan jasmani, merasa diterima oleh kelompoknya, percaya diri, mempunyai alasan dalam setiap perbuatan dan perasaannya (Yuliati, 2002).
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dalam kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui orangorang yang mengalami stres dan depresi disebabkan kegagalan mereka untuk melakukan penyesuaian diri terhadap tekanan.
Penyesuaian diri yang baik, selalu ingin diraih setiap orang, walau dalam usahanya sering ditemui berbagai tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa. Dalam pekerjaan, hal ini merupakan kebutuhan utama. Dengan tercapainya penyesuaian diri, orang tersebut diharapkan mampu menghadapi kesukaran dengan cara objektif, menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, dan terdorong untuk berprestasi. Hal ini juga berlaku bagi wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki. Mereka dituntut untuk dapat membaur dengan dunia yang asing bagi wanita. Mereka
5
harus mengerahkan segala kemampuannya karena identitas mereka sebagai wanita pun dapat dipandang sebagai suatu kekurangan di dunia
ters~but.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin meneliti tentang Penyesuaian Diri Wanita Pekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang Didominasi Laki-laki, yaitu Para Wanita Yang Bekerja Sebagai Kondektur Bis.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang hendak diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Pada masa lampau, kita hampir tidak mengenal wanita yang duduk di kursi manajer tingkat atas. Tetapi sekarang jauh berbeda, banyak wanita telah menduduki posisi top manajer dan bahkan cukup banyak pula yang menempati kursi direktur eksekutif. Bertebaran diberbagai sektor usaha, mulai dari perhotelan, perbankan, sampai sektor industri konstruksi, garment, farmasi, bahkan profesi tergolong keras, seperti pengemudi angkutan umum, kondektur, tenaga operator alat-alat berat, dan lain-lain mulai dimasuki kaum wanita. Maka muncul suatu pertanyaan apa motivasi para wanita pekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi lakilaki khususnya kondektur bis?
\.
6
2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi wanita pekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki khususnya yang bekerja seba_gai Kondektur Bis? 3. Penyesuaian diri yang baik, selalu ingin diraih setiap orang, walau dalam usahanya selalu ditemui berbagai tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa. Maka muncul suatu pertanyaan bagaimana penyesuaian diri wanita pekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki khususnya yang bekerja sebagai Kondektur Bis?
1.3. PEMBATASAN MASALAH PENELITIAN Mengingat kompleksnya masalah yang akan diteliti, maka penulis memiliki satu batasan: 1. Menurut Schneider (1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mengatasi tekanan kebutuhan, memiliki kemampuan yang sewajarnya untuk mengatasi frustrasi dan mampu mengembangkan mekanisme psikologis yang cocok atau pantas untuk dirinya. 2. Kerja yang dimaksud disini merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya (Anoraga, 2001).
7
3. Wanita yang dimaksud disini adalah para wanita yang termasuk kedalam kategori dewasa awal yaitu yang berkisar antara umur 20-40 tah_l)n, dan bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki yaitu kondektur bis di terminal Kp. Rambutan.
1.4. PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Penyesuaian Diri Wanita Pekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang Didominasi Laki-laki?
1.5. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui "Bagaimana Penyesuaian Diri Wanita Pekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang Didominasi Laki-laki".
Manfaat dari penelitian ini yaitu: 1.
Secara teoritis diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dari teori psikologi pada umumnya, dan khususnya psikologi Sosial serta psikologi perkembangan dewasa.
2.
Secara praktis diharapkan dapat membantu memberikan informasi mengenai cara menyesuaikan diri bagi para wanita pekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki.
8
1.6. SISTEMATIKA PENELITIAN Pada penulisan laporan penelitian ini, penulis menggunakan kaidah American Psychology Association (APA Style). Adapun sistematika penulis dalam laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab 1
Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan uraian latar belakang masalah, identifikas masalah, perumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.
Bab 2
Kajian Pustaka Pada bab ini penulis akan membicarakan tentang landasan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian yang digunakan untuk melihat permasalahan yang diteliti meliputi penyesuaian diri, kerja dan karir, dan wanita dewasa awal.
Bab 3
Metode Penelitian Pada bab ini penulis mengemukakan tentang metode penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian meliputi pendekatan penelitian, sampel penelitian, instrument penelitian, dan teknik analisa data.
9
Bab 4
Hasil Penelitian Pada bab ini penulis mengemukakan tentang hasil penelitiaf!,• mendeskripsikan secara umum mengenai subyek penelitian, serta hasil analisis dan interpretasi data.
Bab 5
Kesimpulan, Diskusi dan Saran Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan saran-saran yang perlu diperhatikan untuk penelitian lebih lanjut.
BAB2 -.
KAJIAN TEORI
2.1.
PENYESUAIAN DIRI
2. 1.1. Pengertian Penyesuaian Diri Manusia sebagai makhluk sosial sepanjang kehidupannya harus dapat melakukan penyesuaian diri dimana pun manusia itu berada. Karena situasi yang berubah menuntut seseorang juga harus berubah sesuai norma-norma yang berlaku pada lingkungan tersebut.
Penyesuaian diri mengacu pada kemampuan individu dalam bersosialisasi dengan lingkungannya dan sejauh mana individu tersebut dapat berfungsi secara efisien dalam masyarakat.
Penyesuaian diri merupakan aspek terpenting didalam hiclup seseorang agar orang tersebut dapat tetap eksis didalam hidupnya dan dapat menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Disini setiap individu yang hidup dalam lingkungan tertentu, selalu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut.
10
11
Menurut Haber et.all. (1984), penyesuaian diri bukan merupakan suatu keadaan, melainkan proses berkelanjutan selama hidup. Peristiwa-peristiwa kehidupan selalu berubah-ubah. Berdasarkan konsep proses tersebut, maka penyesuaian diri yang efektif terukur dengan cara melihat bagaimana seseorang mengatasi keadaan-keadaan yang selalu berubah.
Scheneider (1993) menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mengatasi tekanan kebutuhan, memiliki kemampuan yang sewajarnya untuk mengatasi frustrasi dan mampu mengembangkan mekanisme psikologis yang cocok atau pantas untuk dirinya.
Penyesuaian diri adalah suatu pengertian yang pada dasarnya diambil dari ilmu Biologi yang dibuat oleh teori Charles Darwin yang terkenal dengan teori Evolusi. Biasanya pengertian tersebut menunjukkan bahwa makhluk hidup berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan alam tempat ia hidup, agar tetap hidup (Fahmy, 1982).
Dengan demikian istilah penyesuaian diri merupakan istilah yang dipinjam dari dunia Biologi yaitu kata Penyesuaian (adaption) dan dalam lapangan sosial kata yang digunakan adalah penyesuaian atau penyelarasan (adjustment).
12
Dari segi bahasa penyesuaian adalah kata yang menun_iukkan keakraban, pendekatan dan kesatuan kata. Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan lingkungannya (Fahmy, 1982).
Rumusan tersebut mengandung pengetian bahwa orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, mempelajari berbagai keterampilan sosial. Keterampilan yang dimaksud seperti kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain, baik dengan teman maupun orang yang tidak dikenal,, sehingga sikap orang lain tersebut menyenangkan. Pada umumnya orang yang berhasil melakukan penyesuain diri dengan baik akan mengembangkan sikap social yang menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang lain meskipun orang yang membantu itu sendiri mengalami kesulitan.
Batasan tersebut menunjukkan bahwa manusia dalam bertingkah laku sebenarnya merupakan dorongan hidup yang lahir dari adanya kebutuhan akan sesuatu. Tingkah laku dalam hubungan dengan sesamanya atau lingkungannya merupakan wujud dari manifestasi usaha penyesuaian diri yang timbul sebagai reaksi terhadap rangsangan dari dalam dirinya sendiri sebagai cara untuk pemuasan kebutuhannya, termasuk dalam kebutuhan
13
sosialnya. Selain rangsangan dari dalam diri sendiri, usaha penyesuaian diri juga timbul sebagai reaksi terhadap situasi yang berasal dari lingkun@annya.
Penyesuaian diri adalah suatu kemampuan untuk bekerja secara efektif dan berhubungan dengan orang lain, mempunyai toleransi terhadap frustrasi, pemenuhan kebutuhan jasmani, merasa diterima oleh kelompoknya, percaya diri, mempunyai alasan dalam setiap perbuatan dan perasaannya (Yuliati, 2002).
Dari adanya rumusan-rumusan tentang penyesuaian diri tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian penyesuaian diri adalah reaksi seseorang tehadap rangsangan dari dalam sendiri maupun situasi yang berasal dari lingkungannya.
2.1.2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial (Mu'tadin, 2002). Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
14
1. Penyesuaian Pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dir1nya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. la menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk rneredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
15
2.
Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang rnereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup seharihari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubunganhubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. lndividu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki
16
aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam-proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.
2.1.3. Karakteristik Penyesuaian Diri lndividu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila ia dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.
17
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan-tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.
Menurut Haber et.all. (1984) ada lima ciri-ciri individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik, yaitu: a. Persepsi terhadap realitas yang akurat. Hal yang penting dalam persepsi terhadap realitas yang akurat adalah kemampuan untuk mengenali konsekuensi-konsekuensi dari tingkah laku dan berusaha untuk menjalankan tingkah laku yang sesuai. b. Mampu mengatasi kecemasan dan stress, didalam mencapai tujuan hidupnya banyak mengalami masalah serta rintangan. Bila tujuan ini tercapai maka individu akan menjadi puas, dan bila tidak tercapai maka akan menjadi kecewa dan cemas. c. Gambaran diri yang positif, bila individu mempersepsikan kelemahan dan kekurangan dirinya sesuai dengan kenyataan dan sesuai dengan persepsi orang lain terhdap dirinya, maka individu tersebut dapat menerima dirinya dengan apa adanya, dan dengan demikian gambaran dirinya menjadi positif.
18
d. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, individu yang sehat secara emosional adalah individu yang mampu merasakan dan mengekspresikan seluruh emosi dan perasaannya. e. Hubungan interpersonal yang baik, individu yang penyesuaian sosialnya efektif, mampu mencapai tingkat keakraban yang cocok dalam hubungan sosialnya, kompeten dan merasa nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain.
Sedangkan penyesuaian diri yang buruk adalah individu yang menerima secara pasif dan tidak melakukan usaha apapun untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, tidak mampu mencapai keharmonisan hubungan dengan lingkungan fisik dan sosial dalam memenuhi kebutuhan fisik, psikis dan sosial.
2.1.4. Proses Penyesuaian Diri Menurut Haber et.all. (1984) proses penyesuaian diri adalah proses yang berlanjut sepanjang kehidupan seseorang, hal ini disebabkan oleh karena adanya perubahan situasi hidup yang menuntut seseorang harus berubah.
Menurut Hurlock (1996) proses penyesuaian diri sangat berkaitan dengan tingkatan perkembangan individu yang mempunyai tiga macam tujuan yang sangat berguna, yaitu:
19
a. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu.
-.
b. Dalam memberi motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok social pada usia tertentu sepanjang kehidupan mereka. c. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.
2.1.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Menurut Schneider (dalam Nurjannah, 2002) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah: a. Kondisi jasmani: meliputi pembawaan jasmaniah yang dibawa sejak lahir dan kondisi tubuh. b. Perkembangan dan kematangan yang meliputi kematangan intelektual, sosial, moral dan emosional. c. Determinan psikologis yang meliputi pengalaman belajar, kondisioning determinan diri, frustrasi dan konflik. d. Kondisi lingkungan yaitu rumah, keluarga dan sekolah. e. Determinan kultural, termasuk religi.
20
Sedangkan menurut Calhoun {dalam Nurjannah, 2002) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah:
-.
a. Situasi, yaitu cara seseorang menyesuaikan dan penilaian kita, seperti apakah hal itu merupakan penyesuaian yang sehat, sangat tergantung terhadap apa seseorang tersebut menyesuaikan. b. Nilai, penilaian kita yaitu apakah seseorang dengan penyesuaian yang baik tergantung tidak hanya dari situasi saja, namun juga penilaian diri kita, pemikiran kita tentang bagaimana seseorang seharusnya berperilaku.
2.2. KERJA DAN KARIR 2.2.1. Pengertian Kerja Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu biasanya bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang hendak dicapai dan dipenuhi. Demi mencapai
21
tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja. Menurut Magnis (dalam Anoraga, 2001), pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan. Jadi, pekerjaan itu memerlukan pemikiran yang khusus. Yang dilaksanakan tidak hanya karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri menyenangkan, melainkan karena kita mau dengan sungguh-sungguh mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendiri atau sebagai benda, karya, tenaga dan sebagainya, atau sebagai pelayanan terhadap masyarakat, termasuk dirinya sendiri. Kegiatan itu dapat berupa pemakaian tenaga jasmani maupun rohani.
Menurut Hegel (dalam Anoraga, 2001), inti pekerjaan adalah kesadaran manusia. Pekerjaan memungkinkan orang dapat menyatakan diri secara objektif ke dunia ini, sehingga ia dan orang lain dapat memandang dan memahami keberadaan dirinya.
Menurut Smith (dalam Anoraga, 2001), tujuan dari kerja adalah untuk hidup. Dengan demikian, maka mereka yang menukarkan kegiatan fisik atau kegiatan otak dengan sarana kebutuhan untuk hidup, berarti bekerja. Dari pendapat tersebut, maka hanya kegiatan-kegiatan orang yang bermotivasikan kebutuhan ekonomis sajalah yang bisa dikategorikan sebagai kerja.
22
Menurut Brown (dalam Anoraga, 2001), kerja itu sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat. Dalam keadaan biasa, seseorang baik pria maupun wanita sejak dahulu kala memang menyukai pekerjaan. Bila mereka tidak menyukai pekerjaan, sesungguhnya kesalahannya tidak terletak pada si pekerja itu sendiri, tetapi pada kondisi-kondisi sosial dan psikologis dari pekerjaan itu.
2.2.2. Pengertian Karir Anoraga (2001) mengemukakan bahwa bekerja apa saja asal mendatangkan suatu kemajuan dalam kehidupannya itulah yang disebut karir.
Sedangkan menurut Gibson dkk. (dalam Titik, 2005) karir adalah rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, karir melibatkan proses dimana organisasi memperbaharui dirinya sendiri untuk menuju efektivitas karir yang merupakan batas dimana rangkaian dari sikap karir dan perilaku dapat rnemuaskan seorang individu.
23
Karir dalam arti sempit yaitu upaya untuk mencari nafkah, mengembangkan profesi, dan meningkatkan kedudukan sedangkan karir dalam arti luas merupakan langkah maju sepanjang hidup atau mengukir kehidupan seseorang.
Zaman sekarang dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini menjadikan peluang untuk meningkatkan karir dalam pekerjaan menjadi terbuka lebar apalagi jika ditunjang dengan jenjang pendidikan yang tinggi. Hal ini tidak saja terjadi pada pria tetapi juga bagi wanita. Banyak wanita terutama di Indonesia yang bekerja untuk mengembangkan karir dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatnya. Fenomena yang dapat dilihat sekarang, khususnya di Jakarta banyak para wanita yang bekerja sebagai buruh kasar, seperti: kondektur bis, tukang parkir, operator SPBU, dan lain sebagainya.
2.2.3. Manfaat Bekerja Bagi Wanita Menurut Rini (2002), kerja mempunyai manfaat positif baik bagi sang ibu bekerja maupun bagi keluarga. Beberapa segi positifnya adalah :
1. Mendukung ekonomi rumah tangga Dengan bekerjanya sang ibu, berarti sumber pemasukan keluarga tidak hanya satu, melainkan dua. Dengan demikian, pasangan tersebut dapat mengupayakan kualitas hidup yang lebih baik untuk keluarga, seperti dalam
24
hal : gizi, pendidikan, tempat tinggal, sandang, liburan dan hiburan, serta fasilitas kesehatan 2.
-.
Meningkatnya harga diri dan pemantapan identitas
Bekerja, memungkinkan seorang wanita mengekspresikan dirinya sendiri, dengan cara yang kreatif dan produktif, untuk menghasilkan sesuatu yang mendatangkan kebanggaan terhadap diri sendiri, terutama jika prestasinya tersebut mendapatkan penghargaan dan umpan balik yang positif. Melalui bekerja, wanita berusaha menemukan arti dan identitas dirinya; dan pencapaian tersebut mendatangkan rasa percaya diri dan kebahagiaan. 3.
Relasi yang sehat dan positif dengan keluarga
Wanita yang bekerja, cenderung mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan bervariasi, sehingga cenderung mempunyai pola pikir yang lebih terbuka, lebih energik, mempunyai wawasan yang luas dan lebih dinamis. Dengan demikian, keberadaan istri bisa menjadi partner bagi suami, untuk menjadi teman bertukar pikiran, serta saling membagi harapan, pandangan dan tanggung jawab. 4. Pemenuhan kebutuhan sosial Setiap manusia, termasuk para ibu, mempunyai kebutuhan untuk menjalin relasi sosial dengan orang lain. Dengan bekerja, seorang wanita juga dapat memenuhi kebutuhan akan "kebersamaan" dan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas. Bagaimana pun juga, sosialisasi penting bagi setiap orang untuk mempunyai wawasan dan cara berpikir yang luas, untuk meningkatkan
25
kemampuan empati dan kepekaan sosial - dan yang terpenting, untuk dapat menjadi tempat pengalihan energi secara positif, dari berbagai masalah yang menimbulkan tekananlstres, entah masalah yang sedang dialami dengan suami, anak-anak maupun dalam pekerjaan. Dengan sejenak bertemu dengan rekan-rekan, mereka dapat saling sharing, berbagi perasaan, pandangan dan solusi. 5. Peningkatan skill dan kompetensi Dengan bekerja, maka seorang wanita harus bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan, baik tuntutan tanggung jawab maupun tuntutan skill dan kompetensi. Untuk itu, seorang wanita dituntut untuk secara kreatif menemukan segi-segi yang bisa dikembangkan demi kemajuan dirinya. Peningkatan skill dan kompetensi yang terus menerus akan mendatangkan "nilai lebih" pada dirinya sebagai seorang karyawan, selain rasa percaya diri yang mantap.
2.3. WANITA DEWASA AWAL 2.3.1. Pengertian Dewasa Awai lstilah Adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescene-
adolescere yang berarti "tumbuh menjadi kedewasaan". Akan tetapi kata adult berasal dari kata kerja adultus yang berarti "telah menjadi dewasa". Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
26
pertumbuhan dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1996).
-.
Dalam menentukan batasan usia yang tepat bagi dewasa awal sebenarnya merupakan pekerjaan yang sulit, karena tidak adanya patokan yang pasti mengenai hal ini. Namun beberapa ahli mencoba mengemukakan batasan tersebut menurut pandangannya masing-masing.
Masa dewasa dibagi menjadi 3 (tiga): Masa dewasa dini, dewasa madya, dan dewasa lanjut (usia lanjut). Sedang dewasa awal sendiri dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan refroduktif. Perlu diingat jug a bahwa pembagian ini hanya menunjukkan usia rata-rata pria dan wanita. Mereka mulai menunjukkan perubahan-perubahan dalam penampilan, minat, sikap, dan perilaku yang karena tekanan dari lingkungan dan berhubungan dengan penyesuaian diri yang harus dihadapi oleh setiap orang dewasa (Hurlock, 1996).
Dapat dinyatakan, bahwa gambaran pribadi seorang wanita dewasa itu secara karakteorologis dan normatif ialah pribadi yang sudah punya bentuk dan relatif stabil sifatnya. Dengan adanya kestabilan ini dimungkinkan usaha untuk memilih relasi social, bidang studi, dan pekerjaan, yang sifatnya juga
27
stabil. Umpama saja dalam bentuk perkawinan, membentuk keluarga, pemilihan satu pekerjaan sesuai dengan bakat dan kemampuannya, qan lainlain.
Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal yang menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1996) tugas-tugas perkembangan ini dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat, yakni mencakup: 1.
Mulai bekerja
2.
Memilih seorang teman hidup
3.
Belajar hidup bersama dengan suami atau istri
4.
Membentuk suatu keluarga
5.
Mengasuh dan membesarkan anak-anak
6.
Mengelola rumah tangga
7.
Menerima tanggung jawab sebagi warga Negara
8.
Bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok
Tingkat penguasaan tugas-tugas perkembangan ini pada tahun-tahun awal masa dewasa akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pada waktu setengah baya. Keberhasilan dalam menguasai tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal ini sangat dipengaruhi oleh dasar-dasar yang telah ditanamkan oleh orang tua maupun lingkungan sebelumnya. Namun demikian, faktor-faktor tertentu dalam kehidupan orang dewasa akan mempermudah penguasaan tugas-tugas perkembangan ini.
28
2.3.2. Karakteristik Psikologis Pria dan Wanita Dewasa Awai Sesungguhnya ada perbedaan yang esensial pada karakter wanita d<;iwasa dan pria dewasa yang sudah diakui orang sejak beribu-ribu tahun yang lau. Baik para ahli pikir, para pujangga, maupun buku-buku agama telah memaparkan perbedaan ini. Sepanjang sejarah manusia, orang tidak pernah menyatakan, bahwa fisik maupun psikis wanita itu sama dengan milik pria.
Dalam abad ke-19, terutama dibawah pengaruh gerakan-gerakan wanita yang secara sistematis memperjuangkan hak-hak persamaan atau emansipasi, banyak orang berusaha untuk menghilangkan perbedaan hakiki antara laki-laki dan wanita. Terutama orang berusaha memperjuangkan persamaan hak dan kewajiban yaitu sebagai manusia wanita yang berkedudukan sebagai warga Negara. Namun, betapapun hebat perjuangan feministis ini, orang toh senantiasa menyadari akan adanya perbedaan yang fundamental antara kaum pria dan wanita. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya yaitu (Kartono, 1992): 1.
Betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi wanita, namun pada intinya wanita hampir-hampir tidak pernah mempunyai interest menyeluruh pada soal-soal teoritis seperti kaum laki-laki. Hal ini antara lain bergantung struktur otaknya serta misi hidupnya. Jadi, wanita itu pada umunya lebih tertarik pada hal-hal yang praktis daripada teoritis.
29
2.
Kaum wanita itu lebih praktis, lebih langsung, dan lebih meminati segisegi kehidupan konkrit. Misalnya, ia sangat meminati masalah ruiriah tangga, kehidupan sehari-hari, dan kejadian-kejadian yang berlangsung di sekitar rumah tangganya. Sedang kaum pria pada umumnya cuma mempunyai interest jika peristiwanya mengandung latar belakang teoritis untuk dipikirkan lebih lanjut, mempunyai tendensi te1tentu, sesuai dengan minat pria, atau ada kaitannya dengan diri sendiri. Ringkasnya, wanita lebih dekat pada masalah-masalah kehidupan yang praktis konkrit, sedangkan kaum laki-laki lebih tertarik pada segi-segi kejiwaan yang bersifat abstrak.
3.
Wanita pada hakekatnya lebih bersifat hetero-sentris dan lebih sosial. Karena itu lebih ditonjolkan sifat kesosialannya. Sebaliknya kaum lakilaki, mereka lebih bersifat egosentris.
4.
Pria cenderung berperan sebagai pengambil inisiatif untuk memberikan stimulasi dan pengarahan, khususnya bagi kemajuan. Wanita adalah sebaliknya, biasanya ia tidak agresif. Sifatnya lebih pasif, lebih suka melindungi-memelihara-mempertahankan.
5.
Perbedaan lain antara kaum laki-laki dan wanita dalam hal aktivitasnya adalah sebagai berikut: wanita lebih suka menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan ringan seperti menyulam, dan bertanam bunga. Sedangkan kaum laki-laki lebih suka beristirahat, tidur, atau rileks santai seenak-enaknya.
30
Maka secara ringkas dapat dikatakan, bahwa perbedaan kaum laki-laki dan wanita itu bukan terletak pada adanya perbedaan yang esensial dari-, temperamen dan karakternya; akan tetapi pada perbedaan struktur jasmaniahnya. Perbedaan tersebut mengakibatkan adanya perbedaan dalam aktivitasnya sehari-hari. Dan hal ini menyebabkan timbulnya perbedaan pula pada fungsi sosialnya ditengah masyarakat. Jadi, ada perbedaan dalam nuansa kualitatif, dan bukan perbedaan secara kuantitatif saja.
Masa dewasa merupakan masa "pengaturan". Pada generasi-generasi terdahulu berada pandangan bahwa jika anak laki-laki dan wanita mencapai usia dewasa secara syah, hari-hari kebebasan mereka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. lni berarti bahwa kaum pria muda mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditanganinya sebagai karirnya, sedangkan kaum wanita muda diharapkan mulai menerima tanggung jawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.
Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus dihadapi seseorang. Ada banyak alasan mengapa penyesuaian diri terhadap masalah-masalah pada masa dewasa begitu sulit. Tiga diantaranya khususnya bersifat umum sekali. Pertama, sedikit sekali orang muda yang mempunyai persiapan untuk menghadapi jenis-jenis masalah yang perlu
31
diatasi sebagai orang dewasa. Kedua, rnencoba rnenguasai dua atau lebih keterarnpilan serernpak biasanya rnenyebabkan kedua-duanya kurang berhasil. Ketiga, dan rnungkin yang paling berat dari sernuanya, orang-orang muda itu tidak memperoleh bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah mereka; tidak seperti sewaktu mereka dianggap belum dewasa.
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang kedalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya masa remaja menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang.
2.3.3. Kebutuhan Dewasa awal Pada Pekerjaan Masa dewasa awal merupakan masa perpindahan dari rnasa remaja, sehingga pada masa ini individu dituntut untuk menjadi seperti halnya orang dewasa. Penyesuaian diri pada rnasa ini begitu penting guna kelangsungan penyesuaian dirinya dengan nilai-nilai masyarakat pada umumnya.
Maka untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan tersebut, orang dewasa tidak ada pilihan lain selain bekerja. Disamping itu, hal lain yang merupakan tugas perkernbangannya pada masa dewasa awal ini sudah menunggu, dan
32
perlahan-lahan harus dipenuhi, yakni: memilih pasangan hidup, belajar hidup bersama dengan istri atau suami, mengasuh dan membesarkan anak, dan mengelola sebuah rumah tangga. Sehingga kebutuhan untuk bekerja tidak terelakkan lagi, yakni sebagai awal untuk memenuhi tugas perkembangan lainnya.
Menurut Haryani (2007) seorang wanita bisa tetap mulia dengan bekerja (baik terpaksa karena alasan ekonomi) atau aktualisasi diri. Terlebih lagi dengan bekerja karena niat mulia (awalnya terpaksa) akhirnya mendapatkan banyak hal misalnya ilmu yang bertambah (dunia akhirat), aktualisasi diri (menyertai) karena bekerja dibidang yang disukai dan berdasarkan disiplin ilmu di bangku sekolah, pergaulan sehat (yang tidak sehat ditinggalkan), dan mendapatkan penghasilan untuk membantu membesarkan/mendidik/ mengantarkan anak pada kesejahteraan dan kehidupan yang lebih baik.
2.4. KERANGKA BERPIKIR Bekerja merupakan kodrat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.
33
Biasanya pekerjaan yang dilakukan oleh kaum Adam bersifat keras sehingga membutuhkan kekuatan fisik dan psikis yang besar dan bagi kaum Hawa sebaliknya, karena tugas mereka yang pertama dan paling utama adalah mengurus keluarga yang membutuhkan kelembutan dan kasih sayang.
Pada saat ini banyak perempuan tidak lagi sekadar menjadi ibu rumah tangga, penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), dan buruh kasar, tetapi juga banyak yang menjadi tukang operator SPBU dan kondektur bis, semua pekerjaan ini biasanya dikerjakan oleh kaum laki-laki yang mengandung banyak permasalahan dan resiko. Desakan ekonomi membuat seseorang rela melakukan kerja atau tugas apapun untul< memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu diperlukan cara penyesuaian diri yang baik jika seseorang ingin bekerja pada bidang pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh kaum laki-laki. Manusia selama hidupnya akan selalu berusaha menyesuaikan diri, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan dalam usaha penyesuaian diri seseorang.
Proses yang dilalui oleh para wanita ini tidaklah selalu mudah. Dalam pekerjaan mereka dibutuhkan banyak penyesuain diri yang harus terus diusahakan agar dapat menjalankan fungsinya secara stabil dalam pekerjaan. Keberhasilan mereka dalam pekerjaannya sangat ditentukan keberhasilannya dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan kerja.
34
Penyesuaian diri yang baik selalu ingin diraih setiap orang, walau dalam usahanya selalu ditemui berbagai tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa. Dalam pekerjaan, hal ini merupakan kebutuhan utama. Dengan tercapainya penyesuaian diri, orang tersebut diharapkan mampu menghadapi kesukaran dengan cara obyektif, menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, dan terdorong untuk berprestasi. Hal ini juga berlaku pada wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki. Mereka dituntut untuk dapat berbaur dengan dunia yang asing bagi dirinya. Mereka harus mengerahkan segala kemampuannya karena identitas mereka sebagai wanitapun dapat dipandang sebagai suatu kekurangan di dunia tersebut.
Manusia sebagai makhluk sosial sepanjang kehidupannya harus dapat melakukan penyesuaian diri dimana pun manusia itu berada. Karena situasi yang berubah menuntut seseorang juga harus berubah sesuai norma-norma yang berlaku.
BAB3 -,
METODE PENELITIAN
Dalam melaksanakan suatu penelitian, metode penelitian rnerupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan sukses atau tidaknya pelaksanaan penelitian tersebut, sebab metode penelitian merupakan panduan bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian.
3.1.
PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN
Melihat tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Penyesuaian Diri Wanita Bekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang Didominasi Laki-laki, pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang yang perilakunya diamati.
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan studi kasus. Gay mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai
35
36
kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu y-eng sedang berjalan dari pokok suatu penelitian (Sevilla, 1993). Studi kasus dipandang sebagai strategi yang cocok untuk jenis penelitian yang menempatkan peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (Yin, 1996).
Menurut Boedhisantoso (dalam Parsudi, 1994), metode studi kasus: 1. Menyajikan deskripsi yang mendalam dan lengkap, sehingga dalam informasi-informasi yang disampaikan nampak hidup sebagaimana adanya dan pelaku-pelaku mendapat tempat untuk memainkan perannya. 2. Bersifat mendasar yaitu betul-betul empiric sesuai dengan konteksnya. 3. Bercorak holistik. 4. Menyajikan informasi yang berfokus dan berisikan pernyataan-pernyataan yang perlu-perlu saja, yaitu mengenai pola-polanya. 5. Mempunyai kemampuan untuk berbicara dengan para pembacanya karena disajikan dengan bahasa biasa bukan dengan bahasa teknis angka-angka.
37
Menurut Winarno (dalam Desnita, 2005), studi kasus adalah suatu studi yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendet?il. Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit yang dipandang sebagai kasus.
3.2.
SUBYEK PENELITIAN
3.2.1.
Karakteristik Subyek
Menurut Sanapiah (1999) istilah subyek penelitian menunjuk pada orang atau individu, ataupun kelompok yang dijadikan unit atau kesatuan dari kasus yang diteliti.
Berdasarkan permasalahan yang akan diambil dalam penelitian ini, maka subyek penelitian adalah wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki. Untuk lebih jelasnya ditetapkan karakteristik sebagai berikut: 1.
Sudah bekerja minimal 3 bulan
2.
Berumur 20-40 tahun
3.
Sudah menikah
4.
Bekerja sebagai kondektur bis
38
3.2.2.
Jumlah Subyek
Menurut Strauss (1990) dalam penelitian dengan pendekatan kualita4f, tidak ada aturan yang pasti mengenai jumlah subyek yang harus dipenuhi. Jumlah subjek sangat bergantung pada apa yang ingin diketahui peneliti, tujuan peneliti, konteks saat itu, apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya yang tersedia. Maka dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil tiga orang responden sebagai subjek penelitian.
3.2.3.
Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifatsifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciriciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000). Ciri-ciri atau sifat-sifat tersebut telah ditetapkan, seperti yang telah dibahas pada sub bab karakteristik subyek yaitu wanita yang bekerja sebagai kondektur bis di terminal Kp. Rambutan minimal 3 bulan dengan usia antara
20-40 tahun, dan sudah menikah.
3.3.
METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, sedangkan untuk metode penunjang akan digunakan metode observasi.
39
3.3.1.
Metode Wawancara
Wawancara menurut Kerlinger (1993) adalah situasi peran antar pribcidi bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancara atau responden. Dengan menggunakan wawancara peneliti dapat berhubungan langsung dengan subyek penelitian, memperoleh jawaban yang mendalam dan dapat diadaptasikan terhadap situasi-situasi individual.
Dalam kaitannya dengan metode wawancara ini, penulis menggunakan alat bantu yaitu tape recorder (alat perekam). Hal ini dilakukan agar memudahkan penulis dalam proses pengolahan data.
3.3.2.
Metode Observasi
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan sebagai metode penunjang dari metode wawancara. Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 2000).
Menurut Poerwandari (2001), tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang
40
yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari persfektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi_harus akurat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal-hal yang tidak relevan. Berdasarkan tujuan tersebut, peneliti melakukan observasi terhadap subjek pada saat pertemuan wawancara. Adapun hal-hal yang menjadi focus observasi peneliti adalah mengenai penampilan fisik subjek, gaya bicaranya, gerakan tubuh atau kumunikasi non verbal subjek, dan suasana lingkungan fisik (kondisi tempat, cuaca, dan lain-lain) pada saat wawancara dilakukan.
Dalam penelitian ini akan digunakan lembar observasi untuk mencatat setiap keadaan yang khusus ada pada subyek, terutama saat menyampaikan informasi, meliputi komunikasi verbal dan non verbal. Selain itu juga, lembar observasi juga digunakan untuk mencatat tempat dilaksanakannya wawancara dan kapan waktu wawancara.
3.4. TEKNIK ANALISA DATA Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka hasil penelitian tidak berbentuk angka-angka seperti dalam penelitian kuantitatif. Hasil penelitian ini akan berupa deskripsi, cerita, tulisan, dan bentuk-bentuk lain yang tidak memiliki angka.
41
Dalam melakukan analisa data, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh penulis, yaitu membuat daftar pertanyaan, pedoman observasi dan
p~doman
analisis dokumen.
3.5. PROSEDUR PENELITIAN Ada beberapa tahapan yang akan dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, yaitu: 1. Prosedur persiapan Sebelum penulis mengambil data dilapangan, terlebih dahulu penulis melakukan beberapa persiapan, meliputi: memilih, menjajaki, dan kemudian menilai lapangan penelitian, menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, kemudian memberi penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaannya serta menyusun pedoman wawancara yang dibuat berdasarkan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, sebagaimana termuat dalam bab 2, mempersiapkan lembar observasi, tape recorder sebagai alat bantu atau perekam wawancara dan mempersiapkan perlengkapan lainnya yang dirasa perlu. 2. Tahap pelaksanaan penelitian Pengambilan data dengan melakukan wawancara, sekaligus observasi lapangan. Melakukan analisis dokumen pribadi untuk memperoleh
42
informasi yang mendalam dengan tetap memperhatikan batasanbatasan yang ada. 3. Tahap pengolahan data Hasil wawancara dilapangan yang telah direkam kemudian dipindahkan secara verbatim kedalam bentuk naskah (teks). Adapun sistematika penulisan naskah yang digunakan adalah dengan memilah-milah hasil wawancara berdasarkan pedoman wawancara. Selanjutnya dianalisa secara kualitatif, yaitu menggambarkan data dengan kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori tertentu untuk memperoleh kesimpulan dan gambaran secara umum. 4. Tahap analisa Membandingkan analisis masing-masing kasus subyek penelitian untuk menarik benang merah yang menunjukkan persamaan dan karakteristik khas pada masing-masing kasus untuk memudahkan melihat perbedaan gambaran masing-masing subyek serta dilakukan analisis dengan berbagai pendekatan secara keseluruhan. Pada tahap akhir ini, semua data hasil analisis dibuat kesimpulan dan diinterpretasikan dalam bahasa yang mudah dipahami.
BAB4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini data-data yang telah diperoleh dalam penelitian akan dipaparkan dan dibahas secara sistematis. Nama subyek dan orang-orang yang terlibat dalam kasus ini bukanlah nama sebenarnya, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerahasiaan subyek dan pihak-pihak lain yang terkait. Sedangkan kutipan dari transkrip wawancara disajikan diantara tanda kutip.
4.1.
GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN
Subyek dalam penelitian ini berjumlah tiga orang, yamg diambil berdasarkan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu: sudah bekerja minimal 3 bulan, berumur 25-40 tahun, sudah menikah dan bekerja sebagai kondektur bis. Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu antara tanggal 01 sampai dengan 22 November 2006, di tempat-tempat yang telah penulis sepakati dengan subyek itu sendiri.
Nama-nama subyek dalam penelitian ini sengaja tidak disebutkan sesuai dengan nama yang sebenarnya, melainkan peneliti ganti dengan inisial
43
44
masing-masing nama tersebut. Hal ini dimaksudkan agar kerahasiaan subyek dalam penelitian ini tetap terjaga.
Tabel1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Nam a
Usia
Lama Kerja
SA
25
4 tahun
SR
35
7 tahun
MR
32
5 tahun
4.2. GAMBARAN KASUS 4.2.1. Kasus SA Subyek ini berinisial SA, terlahir di Jakarta pada 16 Agustus 1981. la adalah seorang perempuan yang tumbuh berkembang di bilangan Jakarta, tepatnya di daerah Petukangan Selatan, Jakarta Selatan. Subyek merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Subjek memiliki latar belakang pendidikan yang cukup memadai. lni terlihat dari kesuksesan subyek menamatkan pendidikan hingga ke jenjang SMK, yaitu SMK Perguruan Rakyat pada tahun 2000. Selepas dari pendidikan terakhirnya itu, subyek memilih bekerja dengan menjadi SPG di salah satu supermarket telepon selular. Subyek memilih ini
untuk menempuh pendidikan di tingkat perguruan tinggi.
-.
Selang beberapa bulan bekerja di supermarket tersebut, subyek akhirnya dinikahi oleh seorang pria dengan profesi supir pada tahun 2001. Dari hasil pernikahannya tersebut, subyek memiliki satu orang anak laki-laki yang kini berusia 5 tahun. Pernikahan ini kemudian mengubah hidup subyek. Subyek yang pada awalnya berprofesi SPG, namun setelah menikah ia lebih memilih menjadi ibu rumah tangga atas anjuran suami. Karena kendala keuangan saat itu maka subyek beserta suami untuk sementara memilih tinggal di rumah orang tua subyek dengan alasan belum ada biaya yang memadai untuk memilih kontarakan apalagi membeli rumah sendiri di bilangan Jakarta ini.
Beberapa tahun kemudian, karena peningkatan kondisi finansial yang signifikan yang diharapkan tak kunjung datang maka pada akhirnya memaksa subyek untuk bekerja mengikuti suami. Mengikuti suami dalam artian, suami yang berprofesi sebagai supir maka subyek berperan sebagai kondektur bus yang dibawa oleh suaminya yakni Kopaja 605. Profesi ini dilakoninya mulai pertengahan tahun 2004.
46
Untuk bergelut dengan profesi yang biasa diidentikkan dengan pria ini, subyek tak melaluinya tanpa hambatan. Hambatan pertama yang di
Mengenai izin dari orang tua subyek yang biasa berangkat kerja jam 06.00 ini, hanya memberikan alasan bahwa faktor ekonomilah yang memaksanya untuk memilih profesi ini. Dengan berpartner dengan suami subyek mampu meyakinkan orang tuanya bahwa ia akan baik-baik saja selama menjalani pekerjaan tersebut. Adapun hambatan kedua, subyek memilih mengatasinya dengan meminta jasa orang tuanya untuk merawat anak subyek tersebut selama subyek dalam pekerjaan pada siang harinya. Pekerjaan rumah
47
tangga yang masih sempat dilakukannya pada saat ini adalah mencuci pakaian dan sesekali membersihkan dan merapihkan rumah. Hal yang menarik adalah strategi subyek dalam mengatasi hambatan ketiganya. Pada awal-awal kerjanya subyek memang merasa malu, terlebih jika terdapat kerabat atau teman yang melihatnya bekerja sebagai kondektur bus Kopaja 605. Akan tetapi lambat laun subyek menemukan cara bahwa agar ia tak dihina oleh orang lain sebagai kondektur bus maka subyek memilih merokok dan berpenampilan maskulin. Merokok menurutnya adalah cara yang tepat untuk menghindarkan diri dari rasa malu yang kerap kali menghinggapinya. Selain itu subyek berpikir bahwa penampilan yang maskulin dari seorang wanita sepertinya masih dapat ditolerir dengan pekerjaan kondektur yang biasanya didominasi oleh pria ketimbang harus berpenampilan sebagai wanita yang feminin.
"Makanya mba' biar saya engga diejek sama orang-orang disini, akhimya saya ngerokok deh ..... "
Dengan menjalani profesi baru tersebut, tentunya secara tidak sengaja subyek juga memasuki dan bergaul dengan komunitas baru yang sebelumnya asing buat dirinya. la sekarang harus bergaul dengan orangorang terminal seperti supir-supir dengan segala rute perjalanan, para kondektur yang harus gesit menarik penumpang dan berdesak-desakkan
48
dengan penumpang ketika mengambil ongkos, ataupun para penjual di sekitar terminal hingga bocah-bocah pengamen dan anak terlantar yang biasa berdiam di terminal.
Meskipun awalnya subyek merasa asing dan bahkan tak betah dengan situasi dan kondisi tersebut, namun pada akhirnya subyek pun mampu menyesuaikan dirinya dengan baik meskipun secara bertahap. lndikasi dari hal ini adalah subyek merasa bahwa inilah situasi yang dihadapinya saat ini dan beginilah keadaan yang harus dijalani dalam kesehariannya. Mau tidak mau, ia harus menerima kenyataan ini dan semestinya harus bergaul dengan komunitas barunya dengan baik.
Subyek yang biasa sehari-harinya memandikan anaknya sendiri sebelum berangkat kerja, selama menjadi kondektur bus belum pernah berhadapan langsung dengan yang namanya polisi karena subyek bersama supirnya selalu mengikuti peraturan lalu lintas yang berlaku.
Mengenai kepuasan yang diraihnya dari profesi ini diantaranya adalah subyek merasa cukup mampu memenuhi kebutuhan finansial keluarga. Subyek mengaku pendapatan perharinya mencapai Rp.190.000 setelah dipotong biaya penyetoran sebesar Rp.280,000 ditambah pengeluaran untuk
49
biaya pembelian solar sebesar Rp.180,000, uang makan perhari Rp.30.000, serta uang kembalian untuk esok hari sebesar Rp.20.000.
Meskipun saat ini subyek merasa telah nyaman dengan profesi kodektur ini ditambah dengan penghasilan yang mencukupi akan tetapi subyek tetap memiliki cita-cita yang ia sendiri tak tahu apakah cita-cita tersebut bakal terwujud atau selamanya akan tetap menjadi cita-cita, yakni menjadi guru Taman Kanak-Kanak.
"Oulu ..... waktu masih SMP, saya bercita-cita pengen jadi guru TK, tapi..... itu cuma cita-cita doang, semua itu cuman mimpi. Kio dah gini engga mungkin kan sayajadi guru TK (subyek tersenyum malu)".
4.2.2. Kasus SR Subyek yang kedua ini berinisial SR. SR merupakan seorang perempuan dari daerah Kemaron, Jawa Tengah. Subyek lahir 12 Februari 1970. Subyek adalah bungsu dari 5 bersaudara. Saat ini subyek bertempat tinggal di Gang Warung, RT 05/06 Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Saat ini subyek telah memiliki tiga orang anal< dengan anak tertua berusia 14 tahun (laki-laki) yang saat ini duduk di kelas 2 SMP. Anak ke-2 nya (perempuan) berusia 12 tahun dan duduk di kelas 6 SD, sedangkan anal< bungsunya baru berusia 9 tahun (laki-laki) dan baru duduk dikelas 3 SD, yang kini tinggal dan diasuh oleh orang tua SR di kampung. Sampai saat ini subyek masih merasa mampu
50
menyekolahkan anak-anaknya. Walaupun SR tidak bisa memantau langsung perkembangan anak-anaknya, tapi SR selalu menyempatkan diri untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya maupun orang tuanya. Kondisi tersebut subyek manfaatkan untuk menanyakan perkembangan anak-anaknya seperti tingkah laku, dan mengenai sekolah kepada orang tuanya. Hubungan subyek dengan orang tua sangat baik begitu juga dengan pihak orang tua suaminya (mertua). Walaupun subyek tidak bisa memberikan kasih sayang seperti layaknya seorang ibu yang selalu berada dekat dengan anak-anaknya, tapi selama ini subyek selalu memberikan yang terbaik buat anak-anaknya dengan cara memberikan materi untuk kehidupan sehari-hari, sekolah serta keperluan lainnya.
Subyek menuturkan bahwa pertama kali ia menginjak dan mengadu nasib di Jakarta pada tahun 1990 bersama dengan suami yang telah menikahinya ketika masih di Jawa Tengah. Alasan subyek merantau ke Jakarta adalah bahwa di Jakarta cukup mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, subyek diajak suaminya. Dengan demikian, tentunya subyek tak terlalu menyimpan kekhawatiran mengingat suaminya akan lebih bertanggung jawab untuk mencari nafkah buat keluarga.
51
Pada tahun-tahun awal berdomisili di Jakarta hanya suamilah yang bekerja. Saat itu - sampai saat ini - suami subyek berprofesi sebagai supir bus 509 dengan jurusan Lebak Bulus - Kampung Rambutan. Namun karena pertimbangan ekonomi, subyek diajak oleh suaminya untuk ikut serta menjalani profesi tersebut. Jika suaminya adalah supir bus maka sang istri atau subyek sendiri adalah kondekturnya. Tawaran tersebut nampaknya disambut baik oleh subyek dengan alasan bahwa penghasilan buat keluarga akan lebih bertambah sehingga akan lebih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Saya kerja disini...... diajak sama suami saya, katanya: lumayan/ah .... kalau istri sendiri yang ngenekin, bisa dapet setoran lebih, ada tambahan uang jajan buat anak-anak, sama bisa na b ung ..... "
Kendala yang ditemui subyek pada awal-awal menjalani profesi tersebut adalah perasaan khawatirnya akan resiko yang sekali-kali dapat saja menimpanya, seperti terjatuh ketika bergantungan di pintu mobil ketika penumpang berdesakan, dan lain-lain. Selain itu, subyek juga merasa malu jika dipandang oleh orang lain. Hal ini disebabkan subyek merasa pekerjaan ini kurang layak buat perempuan dan memang biasanya didominasi oleh kaum pria.
52
Namun, dengan pertimbangan bahwa pemenuhan kebutuhan ekonomi lebih penting maka subyek menerapkan strategi coping atau mengatasi masalah yang dihadapinya dengan berpenampilan agak maskulin semacam baju kemeja yang yang berukuran cukup besar buat tubuh subyek, bercelana jeans yang terkadang terlihat kumal, serta memakai topi untuk menutupi kepala dari sengatan matahari, sambil sesekali mengisap rokok, perasaan malu dalam menekuni pekerjaan ini sedikit terminimalisir. Selain itu, subjek juga berpikir bahwa perasaan malu atau canggung tergantung pada kebiasaan. Menurutnya, jika ia telah terbiasa maka akan lebih cuek untuk menanggapi persepsi sosial yang menimpanya.
"Emang sih, awalnya saya malu ..... banget, perasaan saya waktu pertama kali ngenekin ..... kayanya orang-orang pada ngeliatin saya ..... aja, tapi temyata itu cuma perasaan saya doang. Akhimya buat ngatasin rasa malu... .saya dandan kaya gini (pake kemeja dan ce/ana kumel) biar kaya /aki-laki gituh".
Mengenai penyesuaian diri, secara pribadi, meskipun subyek merasa aneh dengan profesi kondektur, namun karena terbiasa subyek pun merasa nyaman dan betah dengan pekerjaan ini. Menurutnya pekerjaan sebagai kondektur tak perlu dipandang sebagai masalah yang mampu menimbulkan stress terlebih lagi depresi. Menurutnya, selagi pekerjaan yang ditekuninya masih halal dan dapat memberi pemasukan buat ekonomi keluarga maka pekerjaan tersebut bukanlah masalah.
53
"Se/agi pekerjaan itu nguntungin buat keluarga saya ..... kenapa engga dijalanin? kan yang penting kerjaan itu halal, iya engga mba?"
Secara sosial, subyek mengaku mampu menyesuaikan diri dengan baik dengan pada komunitas terminal mencakup para supir, kondektur, pengamen dan lain-lain. Subyek tak jarang memperoleh bantuan secara fisik oleh para teman barunya. Selain itu tak ada diskriminasi terhadap subyek apalagi kecemburuan dari para kondektur lain di sekitarnya. Hubungan dengan komunitas baru itu dianggap sangat akrab dan bernuansa kekeluargaan. Justru dengan mereka, subyek terkadang merasa terhibur dengan canda dan obrolan mereka.
"Semua orang-orang disini baik-baik..... walaupun saya perempuan tapi mereka semua engga pernah ngebeda-bedain saya dengan kernet cowok. Semua orang-orang disini udah kaya keluarga kedua buat saya, sekarang...... susah senang ya suami dan orang-orang disni yang ngehibur, yang bisa bikin saya ketawa-ketiwi".
Walaupun subyek bekerja dari pagi tepatnya pukul 05.30 sampai malam tepatnya jam 22.00, tapi sebelum berangkat kerja subyek selalu menyempatkan diri untuk membereskan rumah. Mencuci pakaian subyek lakukan jika subyek memperoleh jatah libur, Karena dalam seminggu subyek mendapat jatah libur sebanyak 2 hari, dan hari liburnya tersebut bisa diatur sesuai dengan keinginan subyek. Pekerjaan rumah yang tidak sempat
54
subyek lakukan adalah memasak, untuk makan subyek dan suami membeli makanan di warteg.
Menurut subyek, pendapatan sehari-harinya bersama suami lumayan besar, kira-kira Rp.180.000. Hal tersebut sudah dipotong untuk uang setoran, solar, uang makan, serta uang untuk kembalian untuk keesokan harinya. Selama ini subyek dan suami sangat bahagia dapat mencukupi semua kebutuhan keluarga dengan baik.
Selama menjadi kondektur bus, pernah suatu kali ia berhadapan dengan polisi karena busnya telah melanggar peraturan lalu lintas, subyek tidak merasa kesulitan ketika berhadapan langsung dengan polisi, menurutnya cara polisi menghadapi kliennya lebih sopan dan lebih baik dibandingkan kepada laki-laki.
4.2.3. Kasus MR Subyek ke 3 ini berinisial MR. MR adalah seorang wanita l<elahiran Kendal, Jawa Timur, tepatnya pada 3 September 1977. Subyek merupakan anak ke-3 dari empat bersaudara. Setelah menamatkan sekolah dasarnya di Kendal, pada tahun 1989 ia bersama serombongan orang sekampungnya berjumlah 15 orang melakukan perantauan ke Jakarta. Seingat subyek, kala itu ia langsung menuju ke arah terminal Pulo Gadung. Subyek mengaku bahwa
55
dirinya dan ke 15 orang sekampungnya berani datang ke Jakarta disebabkan adanya janji dari seseorang di Jakarta bahwa mereka akan dijadikan . karyawan pada salah satu pabrik limun di Jakarta.
Selang beberapa hari kerja di pabrik tersebut, subyek merasakan kejenuhan hingga seseorang menawarinya untuk bekerja di sebuah yayasan di Jakarta Pusat. Mulanya subyek menerimanya dengan senang hati sehingga tak ayal profesinya sebagai karyawan pabrik limun tadi ditinggalkan. Pengakuan subyek, selang beberapa hari dikarantinakan di yayasan tersebut tanpa pekerjaan yang jelas, suatu hari di jam 12 siang, subyek melarikan diri bersama dengan beberapa temannya yang juga mengharapkan pekerjaan dari yayasan tersebut. Beberapa hari kemudian, subyek kembali menemukan pekerjaan menjadi karyawan koperasi di salah satu pabrik di Jakarta. Pekerjaan ini akhirnya ditekuninya hingga tahun 2001.
Adapun kehidupan pribadi subyek nampaknya cukup menarik. Pada usia 17 tahun, tepatnya pada tahun 1994 subyek menikah dengan seorang pria yang juga bersuku Jawa. Setahun kemudian subyek dianugerahi seorang anak laki-laki yang sekarang ini telah menginjak kelas 1 SMP. Pada tahun 1997, subyek mulai merasakan ketidakcocokan dalam rumah tangganya. Sejak tahun itu subyek sering kali bertengkar dengan suaminya. Selama 3 tahun ketidakcocokan itu, akhirnya pada tahun 2000, subyek secara sah dan formal
56
bercerai dengan suaminya, tepatnya pada tanggal 3 Maret 2000. subyek bercerai dengan membawa 3 orang anak yang kesemuanya adalah laki-laki. Anak ke-2 subyek berusia 10 tahun dan telah duduk di bangku kelas 4 SD sedangkan anak bungsunya berusia 8 tahun tepatnya kelas 2 SD. Setelah subyek resmi bercerai denga:i suaminya, maka ketiga anaknya tersebut dititipkan pada orang tua MR di tempat kelahirannya yaitu di Kendal, Jawa Tengah. Alasan subyek menitipkan anak-anaknya pada orang tuanya adalah agar subyek lebih leluasa mencari pekerjaan. Karena setelah subyek bercerai dengan suaminya, subyek belum mendapat pengganti yang dapat menjadi bapak bagi anak-anaknya dan suami untuk dirinya.
Karir subyek sebagai kondektur diawali pada tahun 2001, setelah melepaskan pekerjaannya sebagai karyawati di bagian koperasi sebuah perusahaan dengan alasan tertentu. Kala itu subyek kebingungan dan memilih mondar-mandir seputar terminal Bogar. Seseorang yang melihat subyek kebingungan akhirnya memberanikan diri mendekati subyek dan bertanya ada apa gerangan dengan subyek. Setelah beberapa menit berbincang, seorang tersebut menawari subyek untuk menjadi kondektur di sebuah bus angkutan um urn dengan jurusan Bogar - Kampung Rambutan. Awalnya subyek menolak dengan alasan ia tidak memiliki keahlian untuk itu. Akan tetapi dengan janji akan diajarkan oleh orang tersebut, maka akhirnya subyek menerima dengan senang hati.
57
Menekuni profesi ini, pada awalnya subyek merasa canggung, grogi serta malu. Semua perasaan tersebut timbul ketika ia dilihat orang terlebih oleh orang yang mengenalnya. Selain itu, yang paling membuatnya malu adalah ketika harus mengambil uang sewa dari para penumpang. Subyek merasa malu sebab semua penumpang akan melihatnya dengan seksama. Subyek merasa bahwa perasaan-perasaan tersebut merupakan kendala yang berarti. Subyek mengaku bahwa perasaan tersebut mengganggunya kurang lebih selama sebulan. Setelah itu, subyek pun merasa terbiasa, betah dan akhirnya mampu cuek dengan perasaan-perasaan tadi. Selain karena terbiasa, subyek pun senantiasa meminimalisirnya dengan terbiasa merokok, dan berpenampilan maksulin seperti berjeans kumal, kemeja yang tak seukuran badan subyek. Penampilan ini seakan menutupi rasa canggungnya terhadap masyarakat. Menurutnya ada sedikit kewajaran buat wanita yang terlihat maskulin untuk berprofesi sebagai kondektur yang biasanya diperankan oleh para pria.
"Pertama ka/i ngenekin ...... malunya bukan main, canggung, grogi juga, kayanya waktu itu saya ngerasa aneh sendiri, semua orang-orang di bis ngeliatin saya. Dan yang /ebih ma/u /agi..... ketemu orang yang kenal ma kita, wuuiii ... hhh malu banget. Tapi semakin lama saya kerja disini, saya bisa ngatasin perasaan itu, sa/ah satunya dengan memakai baju dan celana kaya cowok, dan satu lagi' saya ngerokok mba, buat nutupin rasa malu saya sama orang-orang".
58
Pada awalnya orang tua MR tidak mengetahui pekerjaan subyek yang sebenarnya, orang tuanya hanya mengetahui subyek bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga. Hal tersebut subyek lakukan agar orang tuanya tidak khawatir tentang keadaan dirinya. Tetapi akhirnya, orang tua subyek mengetahui pekerjaan subyek yang sebenarnya. Pada awalnya orang tua MR tidak setuju dengan pekerjaan yang dilakoninya ini, tetapi subyek meyakinkan orang tuanya dan akhirnya orang tuanya menyetujuinya. Subyek mempunyai hubungan yang baik dengan orang tuanya, sehingga subyek sangat yakin ketiga buah hatinya dibesarkan oleh orang tuanya.
Semua permasalahan yang terjadi bisa diatasinya dengan baik, semua ini subyek lakukan untuk keluarga dan anak-anaknya di kampung. Walaupun pemberian materi yang subyek berikan kepada anak-anaknya tidak seberapa, tetapi materi tersebut cukup untuk kehidupan sehari-hari dan uang sekolah, terkadang subyek menerima bantuan materi untuk anak-anaknya dari kakak tertuanya yang kebetulan tempat tinggalnya tidak jauh dari kediaman orang tuanya. Bantuan dari kakaknya tersebut sangat berguna bagi kehidupan anak-anaknya, karena setelah bercerai, suaminya tidak pernah memberikan bantuan materi untuk kehidupan anak-anaknya. Penghasilan subyek perhari mencapai Rp.80.000-Rp.90.000, bahkan subyek pernah memperoleh pendapatan sebesar Rp.35.000-Rp.45.000,00 karena
59
tidak ada penumpang (sepi). Penghasilan tersebut sudah dipotong biaya setoran, membeli solar, uang kembalian dan uang makan.
Adapun tentang penyesuaian dirinya, secara pribadi, ia tak mempermasalahkan dengan dirinya dengan profesi kondektur. Hal ini menurutnya wajar dengan alasan kalau masyarakat menganggapnya kurang layak untuk perempuan, hal itu disebabkan jarangnya perempuan berminat pada profesi ini. Pekerjaan ini membuatnya betah dan tentunya tak membuatnya stress apalagi depresi. Canggung dan malu hanya perasaan yang biasa ketika memulai suatu hal yang berbeda. Sementara dengan lingkungan dan komunitas barunya, subyek merasa telah diterima dan mampu menerima situasi baru tersebut. Buktinya para supir dan kondektur menunjukkan sikap kekeluargaan dengan subyek, tak ada diskriminasi atau pengucilan terhadap kondektur perempuan. Subyek senantiasa merasa terbantu oleh para teman-teman dari lingkungan barunya.
"Semua orang-orang ditermina/ nerima-nerima aja, yang penting kita engga ganggu mereka. Saya engga pernah ngerasa dibedain .... orangorang disini udah nganggep saya kaya ke/uarga, saya juga betah banget kerja disini".
MR yang biasa berangkat kerja jam 05.30 pagi dan pulang jam 22.00 ini, pernah mengalami kekurangan uang untuk setoran, maka untuk menutupi kekurangannya tersebut subyek harus membongkar celengan yang subyek
60
kumpulkan untuk anak-anaknya kelak. Selama bekerja menjadi kondektur, subyek jarang memasak, pekerjaan memasak tersebut subyek lakukan jika mendapat jatah libur kerja. Dalam seminggu subyek memperoleh jatah libur sehari yaitu hari minggu. Hari libur tersebut subyek gunakan untuk mencuci pakaian dan membereskan rumah kontrakannya.
4.3. ANALISA ANTAR KASUS Tabel2 Perbandingan Antar Kasus Subyek
1
2
3
Nam a
SA
SR
MR
Usia
25
35
32
Status Pernikahan
Menikah
Menikah
Janda
Anak
1
3
3
Pekerjaan Suami
Supir
Supir
-
Riwayat Kerja Sebelumnya
Alasan Menekuni
Perasaanperasaan saat
--
..
SPG (tahun 2000-2001)
lbu Rumah Tangga
- Karyawan pabrik limun (1989) - Karyawan koperasi (19892001)
- Dibujuk suami - Faktor ekonomi keiuarga
- Dibujuk suami - Faktor ekonomi keluarga
- Diajak oleh orang lain (tidak dikenal) - Faktor ekonomi keluarga
- Malu - Merasa asing
- Khawatir - Malu
- Canggung - Grogi
61
Memulai
- Tidak merasa nyaman
- Canggung
- Malu - Khawatir
Cara Mengatasi Perasaan, Pikiran
- Merokok - Berpenampilan maskulin
- Merokok - Berpenampilan maskulin
- Merokok - Berpenampilan maskulin
Penyesuaian Sosial
Subyek dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya tersebut, hal tersebut dikarenakan lingkungan barunya tersebut dapat menerimanya dengan baik
Hubungannya dengan komunitas baru dianggap sangat akrab dan bernuansa kekeluargaan. Subyek mampu menyesuaikan diri dengan baik pada komunitas terminal barunya tersebut
Subyek merasa telah diterima dan mampu menerima situasi baru tersebut
Dari sisi motivasi utama untuk menjadi kodektur bus, ditemukan persamaan umum pada ketiga subyek yakni adanya kebutuhan ekonomi yang mendesak. Mereka memilih tawaran untuk menjalani profesi tersebut dengan asumsi bahwa penghasilan dari pekerjaan tersebut secara signifkan dapat menutupi kebutuhan rumah tangga mereka. Khusus bagi subyek pertama dan kedua, penghasilan dari kondektur bus sangat dirasakan manfaatnya mengingat jika penghasilan dalam sehari harus dibagi dengan sang supir bus, maka supir pada bus yang mereka bawa adalah suami mereka sendiri.
Adapun tentang penyesuaian diri mereka ditemukan persarnaan bahwa karena telah terbiasa menjalani profesi sebagai kondektur maka akhirnya
62
mereka pun mampu menerima kenyataan dengan senang hati bahwa mereka adalah kondektur bus yang terkadang dianggap sebagai pekerjaan yang tak layak buat kaum perempuan. Dengan berbagai strategi coping yang mereka terapkan, seperti merokok, berpenampilan agak maskulin seperti bercelana jeans dan berkemeja ala pria, pada akhirnya mereka mampu terlepas dari perasaan-perasaan canggung, malu, grogi dan kondisi mental lainnya yang tentunya berpotensi membuatnya stres jika ditanggapi dengan serius dan terlalu dipersoalkan. Yang pada awalnya ketiga subyek merasa bahwa pekerjaan yang dilakoni adalah memang tak layak buat perempuan namun dengan pertimbangan bahwa pekerjaan ini adalah halal dan mampu memberikan pemasukan yang berarti maka apa salahnya untuk ditekuni. Dengan berbagai dalih dan strategi penyelesaian maka sampai saat ini pun subjek merasa nyaman dan betah terhadap profesi tersebut.
Secara sosial, ketiga subyek merasa tak ada masalah dengan penyesuaian dirinya. Dengan profesi yang terkadang dianggap kurang layak oleh masyarakat, subyek justru tidak mengisolasikan diri dalam kehidupan pribadinya. Sebaliknya, subyek seakan-akan ingin memperkenalkan bahwa selama pekerjaan yang ditekuni masih halal, maka wajar saja untuk ditekuni. Adapun masalah layak atau tidaknya, subjek beranggapan bahwa hal itu hanyalah faktor kebiasaan. Di tengah lingkungan keluarganya subyek tetap aktif dan tidak menarik diri. Dalam lingkungan sekitar rumahnya, subyek,
63
lebih khususnya lagi pada subyek ketiga, senantiasa rnengikutsertakan diri terlebih jika rnasyarakat sekitar rnengadakan sernacarn hajatan sosial. Adapun terhadap kornunitas baru, ketiga subjek tidak rnerasa dikucilkan sehingga para subjek pun rnerasa tak asing dan canggung lagi. Pengakuan subjek, orang-orang dilingkungan terminal justru rnernberikan kepada dirinya nuansa kekeluargaan dan persahabatan yang kental, tal< ada penghinaan, diskrirninasi, dan bahkan tak segan-segan rnenawarkan bantuan jika para subyek rnengalarni kesulitan finansial.
Adapun rnengenai peran ganda yang harus dijalaninya, di satu sisi ia tetap dituntut sebagai ibu rurnah tangga yang rneladeni keluarga, di sic'\)i lain ia 'ffi:i'.'
harus tetap disiplin dalarn bekerja, ketiga subyek sejauh ini tidak rnenernukan kendala yang berarti. Untuk anak rnereka justru dapat dititipkan pada orang tua sendiri. Selain itu subyek rnengakui bahwa rnenjadi kondektur tidaklah serta rnerta lepas dari tanggung jawab sebagai ibu, rnereka tetap rnernberikan kasih sayangnya yaitu berupa rnateri untuk para buah hatinya agar segala kebutuhan anak-anaknya tersebut terpenuhi dengan baik.
BABS KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Proses yang dialami mereka adalah awalnya mereka merasakan malu, canggung atas tatapan orang lain saat sedang menjalani profesinya. Dengan kesadaran bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah halal dan dari segi ekonomi lebih menguntungkan daripada pekerjaan yang pernah mereka geluti. Mereka mampu mengembangkan perilaku-perilaku yang tampak lebih maskulin seperti berpakaian, berbicara, dan merokok.
Motivasi mereka menggeluti profesi kondektur bis disebabkan kondisi ekonomi keluarga yang sangat menghimpit, sehingga mendorong mereka untuk turut terjun membantu memulihkan perekonomian keluarga.
64
65
5.2. DISKUSI Penyesuaian diri merupakan aspek terpenting didalam hidup seseorang agar orang tersebut dapat tetap eksis didalam hidupnya dan dapat menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Disini setiap individu yang hidup dalam lingkungan tertentu, selalu dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut.
Hasil penelitian ini menggambarkan kondisi penyesuaian diri wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang biasa dilakukan oleh kaum Adam, penelitian ini mengambil sampel kondektur bis wanita. Wanita yang dimaksud disini adalah para wanita yang termasuk kedalam kategori dewasa awal yaitu yang berkisar antara umur 20-40 tahun. Secara umum mereka mengakui bahwa kendala yang dihadapinya di masa awal-awal menjalani profesi tersebut adalah lebih bersifat kendala psikologis. Mereka juga menganggap bahwa tak layak dan tak wajar bagi perempuan untuk menekuni pekerjaan ini, dan hal yang tak layak adalah sumber malu dan sebagainya. Akan tetapi setelah mampu meredakannya dengan berpenampilan lebih maskulin dan memunculkan kebiasaan merokok maka mereka pun mengakui tak menemukan kendala yang berarti lagi. Bukti bahwa mereka telah meloloskan diri dari tekanan psikologisnya adalah mereka mampu menerima dan diterima dalam komunitas baru mereka, komunitas orang-orang terminal.
66
Hal ini senada dengan teori yang dikemukakan oleh Scheneider (1993), yang menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mengatasi tekanan kebutuhan, memiliki kemampuan yang sewajarnya untuk mengatasi frustrasi dan mampu mengembangkan mekanisme psikologis yang cocok atau pantas untuk dirinya.
Orang-orang pada komunitas tersebut memberikan sikap dan tingkah laku yang menurut para subyek menyenangkan. Sebuah sikap penerimaan yang penuh dengan nuansa kekeluargaan seperti tak sungkan untuk menolong ketika para subyek mengalami kesulitan. Demikian pula sebaliknya, jika orang-orang tersebut dapat menerima para subjek sebagai bagian dari mereka maka tentunya subjek telah menerapkan sikap dan perilaku yang menyenangkan buat mereka sehingga tak ada diskriminasi, pengucilan, atau dipandang rendah dari anggota lainnya.
5.3. SARAN Mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahv1a wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang didominasi laki-laki khususnya kondektur bis tidak mengalami kesulitan yang berarti untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal tersebut disebabkan adanya kemampuan untuk beradaptasi dengan baik serta lingkungan kerja yang sangat mendukung dan
67
menerimanya dengan baik. Namun demikian, dalam urusan rumah tangga para wanita tersebut masih merasa kewalahan dalam mengurus anak_anaknya. Untuk itu disarankan kepada para kondektur bis wanita agar bisa membagi waktunya untuk keluarga dan pekerjaan. Serta diharapkan selalu berpikiran positif dalam menghadapi setiap permasalahan yang dihadapi. Selain itu diharapkan pula agar selalu berhati-hati dan menjaga diri dimana pun berada.
Bagi masyarakat seharusnya mempunyai sikap yang positif terhadap para wanita yang bekerja pada bidang pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Karena sesungguhnya mereka mempunyai tujuan yang mulia untuk membantu perekonomian keluarga.
Untuk peneliti yang tertarik meneliti lebih lanjut mengenai tema yang sama, disarankan melakukan pendekatan kekeluargaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan penelitian sehingga responden lebih nyaman atau terbuka menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti pada saat wawancara.
DAFTAR PUSTAKA Buku Aldwin, C & Revenson, T. A (1987). Does Coping Help? A Rexamination Of The Relation Between Coping and Mental Helath. Journal Of Personality And Social Psychology. Anoraga, Pandji (1995). Psikologi lndustri dan Sosial. Jakarta: Pustaka Jaya Anoraga, Pandji (2001). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta. Asmadi, Alsa (2003). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Carver, C. S. dkk (1989). Assessing Coping Strategies: A Theoritical/y Based Approach. Journal Of Personality and Social Psychology. Desnita, Marleni (2005). Studi Kasus Terhadap Tiga Pria lmpotensi Ditinjau Dari Aspek Psikologis. Skripsi. Jakarta: Fak. Psikologi UPI Y.A.I Goldman & Millman (1969). Modern Women: Her Psyche and Sexuality. Illinois. Charles C Thomas Publisher. Haber, Audrey, Runyon, Richard. P (1984). Psychology of Adjusment. Home Wood, lllionis: The Dorsey Press. Hadi, Sutrisno (2000). Metodologi Research. Jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset. Hadi, Sutrisno (2000). Metodologi Research. Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. Hurlock, Elizabeth. B. (1996). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Kartono, Kartini (1992). Psikologi Wanita; Mengenal Gadis Remaja & Wanita Dewasa. Jilid 1. Bandung: Mandar Maju. Lindzey, G & Elliot Aronson (1968). The Handbook Of Social Psychology. Vol 1. 2 nd ed. Massachusetts: Addison Wesley Publishing Company.
Novasary, Susi (2005). Gambaran Konflik dan Strategi Coping Dalam Relasi lntim Romantis Heteroseksual Pada Dewasa Muda Yang Mengalami Kekerasan Dimasa Kanak-kanak. Skripsi. Depok: Fak. Psikologi.UI. Nurjannah (2002). Hubungan Harga Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Tuna Daksa Di Panti Sosial Bina Tuna Daksa Mandiri Karsa Cengkareng Jakarta barat. Skripsi. Jakarta: Fak. Psikologi UPI YAI. Poerwandari, K (2001 ). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LPSP3 Fak. Psikologi UI. Radmacher, & Sheridan, C.L (2001). Health Psychology: Challenging The Biomedical Model. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Ross, & Altmaier, E. M (1994). Intervention In Occupational Stress. London: Sage Publication Ltd. Sanapiah Faisal (1999). Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Press. Scheneider A. Alexander (1964). Personal Adjusment and Mental Health. New York: Holt, Renehart and Wilson. Sevilla, G. C., Ochave, A. J., Punsalan, G. T., Regala, P. B., & Uriate, G. G. (1993). Metode PengantarPene!itian. Jakarta: UI Press. Shaw, M. E & Constanzo (1982). Theories Of Social Psychology. 2 nd ed. Tokyo: Mc Graw Hill Kogakusha Ltd. Siegall, M & Jewell L. N (1998). Psikologi lndustri!Organisasi Modern: Psikologi Terapan Untuk Memecahkan Berbagai Masalah Di Tempat Ketja, Perusahaan, lndustri & Organisasi. Edisi 2. Jakarta: Arcan. Yin, Robert. K (2002). Studi Kasus (Desain dan Metode). Edisi Revisi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
?o
Internet Yuliati (2002). Penyesuaian Diri. Senin, 4 September 2006. http ://Library. G unad arma.Ac. Id/Print. Php ?ld=Jiptumm-Gdl-S 10rganisasi.
from
Mu'tadin, Zainun (2002). Penyesuaian Diri Remaja. Senin, 4 September 2006. from http://66.102.9.104/Search?Q=Cache:Jgtgcpfpjnaj:Www.EPsikologi. Com/Remaja/160802. Htm+Penyesuaian+Diri&Hl=ld&Gl=ld&Ct =Clnk&Cd=11. Mu'tadin, Zainun (2002). Penyesuaian Diri Remaja. Kamis, 7 September 2006. from http://www.e-psikologi.com/remaja/220702.htm. Titik (2005). Penyesuaian Diri. Minggu, 10 September 2006. from http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=280. Rini (2002). Wanita Beke!ja. Minggu, 10 September 2006. from http://www.epsikologi.com/keluarga/280502.htm. Haryani, Any (2007). Wanita Dan Ke!ja. Kamis, 8 Maret 2007. from http://www.mailarchive.com/
[email protected]/msgO 0117.html
PERNYATAAN KESEDIAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa saya: Nam a Tempat Tanggal Lahir Alamat Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenarbenarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul "Penyesuaian Diri Wanita Bekerja Pada Bidang Pekerjaan Yang Didominasi Laki-laki" yang disusun oleh Nur Asiah sebagai mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan aspek sosial, aspek el
Nasssalam lakarta, Oktober 2006
Interviewee
Interviewer
(Nama Lengkap)
(Nama Lengkap)
DATA PRIBADI SUBYEK
Nama Lengkap Nama Panggilan Alamat Ag a ma Usia Tempat Tanggal Lahir
Hobi Pendidikan Terakhir Status Anak ke ................. Dari. .............. Bersaudara
ORANG TUA (BAPAK)
\lama Jsia rempat Tanggal Lahir \gama 'endidikan Terakhir )ekerjaan \lamat
>RANG TUA (IBU)
lama lsia empat Tanggal Lahir gama endidikan Terakhir ekerjaan la mat
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
>-
PENYESUAIAN DIRI A. Diri Sendiri
1. Bagaimana anda menanggulangi rasa tidak nyaman saat menjalani peran anda sebagai kondektur bis? 2. Apa yang anda lakukan dengan penampilan anda agar anda merasa siap menjalani tugas anda? 3. Bagaimana anda belajar menjadi kondektur bis yang handal? 4. Bagaimana upaya anda agar tetap konsisten dalam profesi ini? 5. Apa kiat anda menanggulangi stress kerja?
B. Keluarga
1. Bagaimana anda meyakinkan keluarga bahwa anda mampu melaksanakan tugas yang beresiko ini? 2. Bagaimana anda membagi waktu anda untuk keluarga? 3. Apa saja yang anda lakukan untuk keluarga sebelum bekerja? 4. Apa yang mendorong keluarga anda mengizinkan anda melakukan pekerjaan ini? 5. Berapa jam kah waktu yang anda luangkan untuk keluarga?
C. Masyarakat 1. Bagaimana anda menjaga kesan anda di masyarakat dengan posisi anda saat ini? 2. Apakah anda tetap aktif/terlibat dalam kegiatan di masyarakat seperti pengajian? 3. Apa yang anda lakukan agar masyarakat tidak meragukan peran anda sebagaiseorang ibu? 4. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang peran anda saat ini? 5. Bagaimana anda menanggapinya?
!" ·-..•
> KERJA
..
. . _~,....,,"~
!
·~"=- -~~--
!
p1:;;1,11·...
I illti'I
t.,.ij~rt·~~~r,'"''" i'
•
• ................"....
.,,,.~"\,~·/: i
:.
2. Apa alasannya? 3. Mengapa anda memilih profesi ini? ,\1->a'-ah tiucik aua peKt:rjaan yang /ebih pantas?
5. Apakah anda sudah berusaha mencarinya? 6. Kemana? 7. Sebenarnya pekerjaan apa yang anda inginkan? 8. Usaha apa saja yang pernah anda lakukan agar ha/ itu tercapai? 9. Bagaimana anda bisa memasuki pekerjaan ini? 10.Apakah ada yang mengajak anda? 11.Siapa? 12.Apakah pihak keluarga mendukung anda? 13. Sampai kapan anda akan berprofesi sebagai kondektur bis? 14.Jika anda mendapat tawaran pekerjaan lain yang lebih cocok untuk wanita, apakah anda akan meninggalkan profesi anda saat ini? 15. Apakah and a siap menerima semua resiko sebagai kondektur bis? 16. Sampai kapan anda akan berprofesi sebagai kondekiur bis? 17.Apa makna pekerjaan ini bagi anda? 18. Menurut anda, apakah hasil dari profesi ini bisa mencukupi kebutuhan keluarga anda? 19.Apakah anda membutuhkan persiapan khusus ketika akan melakukan pekerjaan ini? 20. Persiapan apa saja yang anda lakukan? 21.Apakah anda hafal semua trayek yang anda lalui? 22. Bagaimana caranya? 23. Siapa orang yang anda takuti ketika bekerja? 24. Dimana anda menghabiskan waktu istirahat dalam bekerja? 25. Mengapa harus tempat itu, apa alasannya?
•"t;
lY;'f.J
'
1. Apakah anda termasuk orang yang menyukai tanta.nga·nr· ·-.. ·
A
,!.
I