Penyesuaian Diri Pada Remaja Putri Yang Menikah Muda (Devi Octavia) eJournal Psikologi, 2014, 2 (1): 115-122 ISSN 0000-0000, ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2014
PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA PUTRI YANG MENIKAH MUDA Devi Octavia1 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat penyesuaian diri remaja putri yang menikah muda (early married). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi. Subjek penelitian ini berjumlah dua orang. Tehnik analisa data menggunakan metode miles dan hubermen yang terdiri atas reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan remaja putri yang menikah muda mampu menyesuaikan diri dengan pasangannya, bisa menyesuaikan masalah seksual dengan pasangan, tidak mengalami masalah dengan penyesuian keuangan, ada yang mampu dan tidak mampu dalam menyesuaikan diri dengan keluarga pasangan. Kata Kunci : Menikah Muda, Penyesuaian Diri, Remaja.
1
Mahasiswa Program S1 Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
115
Penyesuaian Diri Pada Remaja Putri Yang Menikah Muda (Devi Octavia)
PENDAHULUAN Setiap masa perkembangan memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui, begitupun juga remaja. Tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanakkanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa yang salah satunya adalah mempersiapkan pernikahan dan keluarga (Hurlock, 1999). Persiapan pernikahan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja, dikarenakan munculnya kecenderungan kawin muda dikalangan remaja yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan mereka. Persiapan mengenai aspek-aspek dalam pernikahan dan bagaimana membina keluarga masih terbatas dan hanya sedikit dipersiapkan baik itu di rumah maupun perguruan tinggi. Persiapan yang kurang inilah yang menimbulkan masalah saat remaja memasuki masa dewasa (Hurlock, 1999). Boykin & Stith (2004) mengemukakan bahwa kecenderungan pernikahan diusia remaja memunculkan distress dan berakhir pada perpisahan, dimana yang menjadi penyebab utamanya adalah sedikitnya pengalaman dan faktorfaktor kurangnya kesiapan dalam menghadapi pernikahan. Angka menikah muda di Samarinda juga berkembang pesat menurut survei Kemenag Samarinda tercatat pada bulan Desember 2012 ada 194 remaja pria dan 195 remaja wanita menikah, sedangkan pada bulan januari 2013 tercatat 143 remaja pria dan 223 remaja putri menikah dan pada februari 2013 tercatat ada 147 remaja pria dan 244 remaja putri yang mendaftarkan dirinya ke KUA untuk menikah. Angka itu sesuai dengan catatan Kemenag. Menikah merupakan hak untuk semua orang tapi menikah pada usia muda akan menyebabkan rentan pada perceraian, tercatat sepanjang tahun 2012 terdapat 1.378 kasus cerai gugat dan 532 cerai talak yang terjadi, dan pada januari 2013 tercatat 133 kasus cerai gugat dan 46 cerai talak dan pada februari 2013 tercatat 139 cerat gugat dan 46 cerai talak. Perceraian tersebut kebanyakan terjadi karena kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), hal ini di sebabkan usia yang masih muda sehingga kebanyakan pasangan kurang memikirkan dampak dari yang mereka lakukan. Pernikahan itu harus memberdayakan diri untuk menerima kelebihan sekaligus kekurangan pasangan (Hassan, 2005) dan masing-masing individu perlu menyesuaikan diri dengan pasangannya dan mengubah diri agar sesuai dengan pasangannya (Munandar, 2001). Penyesuaian diri yang sehat akan membawa pada suatu kondisi pernikahan yang bahagia begitu juga sebaliknya, individu yang gagal dalam menyesuaikan diri akan mengalami kemelut dalam pernikahan mereka (Hurlock, 1999). Individu yang berhasil dalam melakukan
116
Penyesuaian Diri Pada Remaja Putri Yang Menikah Muda (Devi Octavia)
penyesuaian diri pada kehidupan pernikahannya akan mengalami kehidupan pernikahan yang harmonis. Hal ini juga terjadi pada remaja yang menikah, baik itu remaja putri maupun remaja putra. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana penyesuaian diri remaja putri yang menikah muda (early married). Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat mengenai penyesuaian diri remaja putri yang menikah muda baik itu berupa manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, dimana pendekatan ini berusaha untuk memahami makna peristiwa serta interaksi pada orang-orang dalam situasi tertentu, pendekatan ini menghendaki adanya sejumlah asumsi yang berlainan dengan cara yang digunakan untuk mendekati perilaku orang dengan maksud menemukan “fakta” atau “penyebab”. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data secara kualitatif berupa Observasi dan Wawancara. Besarnya sampel dalam penelitian ini keseluruhan subjek ada 2 orang. Langkah-langkah yang diambil dalam analisis data kualitatif ini adalah reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi. HASIL PENELITIAN Penyesuaian diri dalam perkawinan memiliki beberapa area yang akan dilalui, seperti agama, kehidupan sosial, teman yang menguntungkan, hukum, keuangan, dan seksual. Hurlock (1999) juga mengatakan bahwa dari sekian banyak masalah penyesuaian diri dalam perkawinan , ada empat hal pokok yang paling umum dan paling penting dalam menciptakan kebahagiaan perkawinan. Empat hal itu adalah : Penyesuaian dengan pasangan. Masalah yang paling penting yang pertama kali harus dihadapi saat seseorang memasuki dunia perkawinan adalah penyesuaian dengan pasangan (istri maupun suaminya). Berdasarkan hasil wawancara kedua subjek. Subjek mampu menyesuaikan diri dengan pasangannya, hal ini terlihat dari subjek yang memahami keadaan suami dan mampu menerima keadaan tersebut, subjek mengerti dengan kebiasaankebiasaan serta sifat-sifat yang di miliki pasangannya sehingga subjek tahu bagaimana harus bersikap ketika di berbicara dengan suami dan mengerti bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan baik bersama pasangan sehingga permasalahan tidak terlalu berlarut-larut. Penyesuaian seksual. Masalah penyesuaian utama yang kedua dalam perkawinan adalah penyesuaian seksual, masalah ini adalah masalah yang 117
paling sulit dalam perkawinan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan dalam perkawinan. Permasalahan biasanya dikarenakan pasangan belum mempunyai pengalaman yang cukup dan tidak mampu mengendalikan emosi mereka. Berdasarkan hasil wawancara kedua subjek pada awalnya tidak mengerti tentang sex education karena mereka baru melakukan seks bersama suaminya. Subjek bisa menyesuaikan masalah seksual dengan pasangan, subjek tidak mempermasalahkan tentang variasi seksual yang di lakukan bersama suami, menurut subjek variasi tersebut mengikuti arahan yang diberikan suami, namun apabila beberapa kondisi membuat subjek tidak nyaman subjek menolak dan suami bisa menerima hal tersebut sehingga tidak menjadi masalah. Penyesuaian keuangan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri individu dalam perkawinan. Istri yang berusia muda atau masih remaja cenderung memiliki sedikit pengalaman dalam hal mengelola keuangan untuk kelangsungan hidup keluarga. Suami juga terkadang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan keuangan, berdasarkan hasil wawancara keempat subjek, subjek tidak mengalami masalah dengan penyesuaian keuangan. Uang yang di dapat suami semua di berikan ke subjek dan subjek yang mengatur keungan,dan subjek juga bisa mengatur keuangan dengan baik, subjek mendahulukan keperluan yang lebih penting untuk keluarga di bandingkan keperluan pribadi, subjek juga tidak mempermasalahkan penghasilan pasangan yang tidak banyak, subjek juga tidak mempermasalahkan tentang kebiasaan suami memberikan uang untuk anggota keluarga yang lain, hanya pada subjek RK agak keberatan kalau suaminya memberikan uang untuk anggota keluarganya mengingat kebutuhan subyek yang cukup besar tidak sebanding dengn penghasilan suami subjek. Subjek menerima keadaan dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan keuangan sehingga subjek tidak menggunakan uang untuk hal-hal keperluan pribadi atau hal-hal penunjang kehidupan yang lain. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. Setiap individu yang menikah secara otomatis memperoleh sekelompok keluarga baru. Mereka itu adalah anggota keluarga pasangan dengan usia yang berbeda, mulai dari bayi hingga kakek atau nenek dan terkadang dengan latar belakang yang berbeda, tingkat pendidikan yang berbeda, budaya dan latar belakang sosial yang berbeda. Berdasarkan hasil wawancara kedua subjek, subjek RJ mampu menyesuaikan diri dengan keluarga pasangan, hal ini juga di landasi sebelum menikah subjek sudah pernah bertemu dan kenal dengan keluarga pasangan. 118
Penyesuaian Diri Pada Remaja Putri Yang Menikah Muda (Devi Octavia)
Subjek juga merasa keluarga pasangan seperti keluarga sendiri karena bisa menerima subjek dengan baik. Subjek mengenal dengan baik mertua dan saudara yang di miliki subjek, namun karena subjek tidak tinggal bersama mertua dan anggota keluarga lain menyebabkan subjek terkadang kurang berkomunikasi dengan keluarga pasangan hal tersebut juga di sebabkan aktivitas yang berbeda yang di lakukan sehingga tidak banyak waktu yang bisa di habiskan bersama. Namun secara keseluruhan subjek bisa menempatkan diri dengan baik bersama keluarga pasangannya. Berlainan dengan subyek RK ia kesulitan menyesuaikan dengan pihak keluarga pasangan mengingat perkawinan mereka yang ditentang oleh pihak keluarga pasangannya, juga keluarga pasangannya pun kerap menceritakan keadaan subyek yang tidak baik bertentangan dengan keadaan diri sebenarnya subjek. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Atwater, E., & Duffy, K. G. 1999. Psychology for Living Adjustment: Growth, and. Behavior Today (7 th ed.). New Jersey: Prentice-Hall, Inc Azwar, Saifuddin. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bennet, V. R., Brown, L. K. 1999. Miles Textbook of Midwives. Toronto: Churchill Livingstone Boykin, Stith. 2007. Successfull Teenage Marriage : A Qualitative Study of How Some Couples Have Made It Work. Virginia Polytechnic Institute and State university. http://www.findasrticles.com. diakses 25 Desember 2011 Calhoun, F, James dan Acoacella Joan Ross.1995. Psikologi Tentang Penyesuaian Diri Dan Hubungan Kemanusiaan. Edisi ketiga. Diterjemahkan oleh Satmoko. Semarang. IKIP Semarang Press Choe, K. M., Thapa S., Achmad S. I. 2007. Early Marriage and Childbearing in Indonesian and Nepal. Usaid organization. FTP:http://www.usaid.org/ draft/html. Diakses 20 Februari 2012. Daley, C. D. & Salloum I. M. 2001. Clinican’s Guide to Mental Illness. Mc. Graw Hill Companies, Inc. Daradjat, Z. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang. Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Denzin, N.K and Y.S. Lincoln. 1998. Strategies of Qualitative Inquiry. Thousand Oaks: Sage Publication.
119
Digest, Innocenti. 2007. Early Marriage (Child Spouses). UNICEF Press. FTP;http://www/UNFPA.org/draft/html. Diakses 14 Jenuari 2012. Duvall, E. M. & Miller, B. C. 1985. Marriage and Family Development : Sitxth Edition. New York: Harper & Row Publishers. Dyer. (1983). Courtship, Marriage, and Family. The Dorsey Press. Gunarsa, D, Singgih dan Gunarsa, D, Singgih.1995. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta. Gunung Mulia. Hanum, SH. 1997. Perkawinan Usia Belia. Yogyakarta: Pusat penelitian Kependudukan UGM dan Ford Foundation Hashmi, Khurshid, & Hassan. 2007. Marital Adjustment, stress and depression among working and non-working married women. Internet journal of medical. FTP:http://www.geocities.com/agnihotrimed/peper02janjun2007. html. Diakses 3 Februari 2012. Hassan, Rienny. 2007. Usia Lima Tahun Perkawinan Rawan ?. FTP:http://www. republika.co.id. Diakses 24 Maret 2012. Hirning, J.L & Hirning, Alma L. (1956). Marriage Adjustment. American Book Company, New York. Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Penerbit Erlangga. Ibrahim, Z. 2002. Psikologi Wanita. Bandung : Pustaka Hidayah. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Kompas. 2006. ”Biar Sehat, Menikah Yuk!”. http://www.kompas. com/ver1/ Kesehatan/0612/13/141734.htm. Diakses 21 Maret 2012 Kurni, S, D. 2012. Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Pernikahan Usia Muda dengan Niat untuk Menikah Muda di SMPN 1 Campaka Cianjur. Ejournal Vol. 1 No.1. http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/ 797. Diakses 26 November 2012. Lahey, B, B. 2004. Psychology An Introduction (8th Edition). New York : McGraw Hill. Lasswell, Marcia & Lasswell, Thomas. 1987. Marriage and The Family (2nd Ed). Wadsworth Publishing Company. Lincoln dan Guba. 1995. Naturalistic Inquiri. New Delhi: Sage Publication Inc. Mappiare,Andi.1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional 120
Penyesuaian Diri Pada Remaja Putri Yang Menikah Muda (Devi Octavia)
Mathur, Greene, Malhotra. 2003. Too Young too Wed (The Lives, Rights, and Health of Young Married Girls). International Center for Research on Women (ICRW). McIntyre, Peter,. 2006. Married Adolescent : No Place of Safety. Geneva: WHO Document Productionn Services. Miles, Matthew B., dan Huberman, A. Michael. 1994. Qualitative Data Analysis: Second Edition. Thousand Oaks: SAGE Publication Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. 2001. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Munandar, Utami. 2001. Agama dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Penerbit Rainbow. Neff, L,A., & Broady, E,F. 2011. Stress Resilience in Early Marriage : Can Practice Make Perfect ?. Journal of Personality and Social Psychology. Advance online publication. doi: 10.1037/a0023809. Papalia, D. E, Olds, S. W., Feldman R. D. 2003. Human Development (9th ed.). New York: Mc Graw Hill Inc. Pearson, Catherine. 2011. Child Marriage Is 'A Major Psychological Trauma,' New Study Says. http://www.huffingtonpost.com/2011/08/30/childmarriage-psychological-effects_n_941958.html. diakses 26 November 2012. Pikiran Rakyat. 2008. Seks Pranikah Makin Memprihatinkan. http://www.pikiran-rakyat.com/node/85524. Diakses 24 Maret 2012. Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi UI Rohmahwati D.A, Lutfiati, A., Sri M. 2008. Pengaruh Pergaulan Bebas Dan Vcd Porno Terhadap Perilaku Remaja Di Masyarakat. http://kbi.gemari.or.id/ beritadetail. php?id=2569 Diakses Tanggal 10 maret 2012. Salam, Abdul. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Program Pasca Sarjana UNM, Makassar. Santrock, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2003. Psikologi remaja. Cetakan keenam. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 121
Schneiders, A. A. 1964. Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt Rinehart & Winston. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pustaka Setia Soenarto., & Hartono, A. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta Walgito, B. 1984. Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Warsito, H. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: Pustaka Utama. W. Creswell, Jhon. 1994. Reseacth Design Qualitative & Quantitative Approach. London: SAGE Publication. Inc. Wiramihardja, Psi. Prof. Dr. Sutardjo A. 2005, Pengantar Psikologi Abnormal, Refika Aditama, Bandung.
122