Penyeleksian Buku Bacaan oleh Anak: Studi Kasus di Perpustakaan Pelita Aksara Gereja Kristen Jawa Pondok Gede Tricia Angelina T. Fuad Gani S.S., M.A Pemerhati perpustakaan Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16425, Indonesia e-mail:
[email protected] Abstrak Penyeleksian buku bacaan merupakan tahap awal membaca namun bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Anak-anak seringkali tidak memiliki kebutuhan informasi yang spesifik ketika ingin memilih buku bacaan. Pertimbanganpertimbangan anak untuk memilih buku biasanya terjadi pada saat proses penyeleksian. Anak-anak biasanya memperhatikan elemen-elemen yang terdapat pada buku seperti judul, sampul buku, ilustrasi, tebal buku, juga isi cerita. Selain itu, penyeleksian anak-anak juga dipengaruhi oleh kondisi atau suasana pada saat penyeleksian. Anak-anak yang memiliki banyak pengalaman membaca melakukan penyeleksiannya dengan lebih mendalam seperti melihat ringkasan dibelakang buku atau membaca sedikit buku sebelum memilih. Selain itu, anak-anak yang memiliki banyak pengalaman membaca dapat melakukan penyeleksian secara mandiri. Akan tetapi, sangatlah baik jika pustakawan tidak lepas tangan terhadap penyeleksian yang dilakukan oleh anak-anak. Pustakawan sebaiknya juga berperan dalam membantu serta mengarahkan anak-anak dalam menyeleksi buku yang sesuai dengan minat mereka sehingga mereka dapat menjadi life-long readers. Kata kunci : children, book selection, book elements, readers Abstract Book selection is the first stage before someone reading but it is not an easy step to do. Children often have no specific strategy when they are going to select their book. They usually consider what they want to read while they are doing the selection. They usually consider some elements of book like title, cover, illustration, thickness, and also the story. Children are sometimes influenced by their surroundings selection situation. Children with high experience are able to do their selection deeper by observing the review on the back or peeking inside the book. Besides, children with high experience in reading feel more confident at selection process, they are able to do their own selection by them self. But, it will be great if librarians keep an eye on their selection. Librarians must take part to help them and lead them to select the book according to their interest so they will be life-long readers. Key words: children, book selection, book elements, readers
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013
1. Pendahuluan Menurut Ollman (1993), menyeleksi apa yang akan dibaca merupakan bagian utama untuk menjadi pembaca. Bahan bacaan yang dipilih oleh pembaca biasanya dipilih untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka, sebagai hiburan, atau sebagai kepuasan aesthetic (Davies, 1995). Pada proses ini orang-orang berusaha untuk mendapatkan buku yang bagus atau menarik untuk dibaca. Sebelum melakukan penyeleksian biasanya seseorang akan berpikir ‘buku apa yang ingin dibaca nanti?’ kemudian membuat pertimbangan-pertimbangan untuk menentukan buku yang akan dipilihnya. Akan tetapi, anak-anak seringkali tidak memiliki kebutuhan yang spesifik dalam memilih buku bacaannya. Mereka seringkali datang ke perpustakaan tanpa mengetahui buku apa yang ingin mereka baca sehingga mereka tidak memiliki strategi tertentu dalam menyeleksi buku yang mereka butuhkan. Pada anak-anak, pertimbangan-pertimbangan mengenai buku yang ingin mereka baca biasanya terjadi pada saat proses penyeleksian itu sendiri. Pertimbangan yang dilakukan oleh anak-anak biasanya berkaitan dengan elemen-elemen dari buku itu sendiri. Anak-anak biasanya memilih buku dengan melihat tebal-tipis buku, ada atau tidaknya ilustrasi, maupun desain pada cover (Purves dan Beach, 1972). Selain itu, penyeleksian yang dilakukan oleh anak-anak dapat dipengaruhi faktor-faktor seperti familiaritas terhadap buku serta pengaruh atau rekomendasi dari orang lain (keluarga dan teman). Penyeleksian yang dilakukan oleh anakanak juga dapat dipengaruhi oleh kondisi pada saat penyeleksian. Memahami proses penyeleksian buku yang dilakukan oleh anak-anak dapat membantu pekerja informasi dalam mengetahui strategi apa yang digunakan anak-anak dan apa saja yang menjadi pertimbangan mereka dalam menyeleksi buku bacaannya. Menurut Mohr (2006) preferensi bacaan anak-anak mulai terlihat ketika mereka berusia sembilan tahun. Purves dan Beach (1972) menuliskan bahwa minat baca anak-anak berkembang seiring pertumbuhan mereka sehingga preferensi genre dari yang berfokus pada fiksi fantasi ke bacaan yang lebih realistis dan bergam perspektif yang ada di dunia nyata. Menurut Harris (2008), anak-anak biasanya memilih buku bacaan yang humoris, berisi hewan-hewan, menceritakan kisah anak-anak, berfokus pada petualangan, dan memiliki akhir yang bahagia.
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013
Menurut Kauffman (2005, hal.24), anak-anak memiliki banyak pertimbangan dalam membaca, yang paling signifikan adalah minat mereka. Terkadang minat mereka terispirasi dari rekomendasi teman-teman, keluarga, dan staff sekolah. Beberapa anak tertarik pada genre-genre tertentu dan kebanyakan anak-anak menikmati membaca buku-buku yang berisi petualangan, misteri dan humor. Berdasarkan hasil penelitiannya, Kauffman (2005, hal. 39), menemukan bahwa anak-anak cenderung menyukai buku bacaan berdasarkan tokoh cerita, tema, setting, dan alur cerita. Menurut Ross (2001), strategi penyeleksian buku akan berkembang seiring dengan keseluruhan pengalaman seseorang dalam membaca dan proses penyeleksian yang telah ia lakukan. Dalam penelitian yang dilakukan BangJensen (2010) terhadap murid-murid sekolah yang mengikuti program Vermont’s Children’s Choice program, terlihat bahwa murid-murid yang menyadari minatnya terhadap genre atau penulis tertentu akan membuat strategi terlebih dahulu sebelum menyeleksi buku. Bang-Jensen berpendapat bahwa minat membaca pembaca sangat berguna untuk membimbing mereka dalam penyeleksian buku. Graham (1986), menemukan bahwa anak-anak pada tingkat tiga dan empat sekolah dasar lebih berminat pada hewan dan alam serta cenderung membaca buku-buku petualangan atau buku cerita. Davila dan Patrick (2010) menyebutkan format-format yang biasanya menjadi pilihan anak-anak, antara lain buku-buku berseri, majalah, komik, buku atau majalah yang berhubungan dengan televisi atau film. Reuter (2007, hal. 12) berpendapat bahwa kemungkinan anak-anak menyeleksi buku bacaannya bukan berdasarkan genre, melainkan berdasarkan tebal buku, keberadaan ilustrasi, atau bahkan warna dari sampul buku. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Reuter (2007), pada saat proses penyeleksian anak-anak biasanya melakukan proses yang bertahap mulai dari pemeriksaan lemari koleksi, pemeriksaan eksternal, kemudian pemeriksaan internal. Menurut hasil penelitian Reuter, anak-anak biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti metadata-dasar serta feature-pada sampul seperti judul serta sampul depan. Mengarahkan anak-anak dalam menemukan buku yang sesuai dengan minatnya serta mengarahkan minat membaca anak-anak merupakan salah satu tugas bagi pekerja informasi. Ross dan Chelton (2001) berpendapat bahwa memahami
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013
startegi yang digunakan oleh para pembaca dapat membantu pekerja informasi untuk menolong pembaca menemukan buku yang diinginkannya. Akan tetapi, pustakawan tidak boleh mengambil bagian yang berlebihan dalam memberikan saran mengenai buku bacaan kepada para pembaca. Pustakawan harus membiarkan pembaca memilih sesuai dengan yang mereka inginkan. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga orang informan anak yang gemar membaca dan sering melakukan peminjaman di perpustakaan Pelita Aksara GKJ Pondok Gede. Ketiga informan adalah anak-anak yang gemar membaca dan sering melakukan peminjaman di perpustakaan Pelita Aksara. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mencari tahu faktor apa saja yang diperhatikan para informan pada saat penyeleksian dan mempengaruhi penyeleksian buku bacaan mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara serta observasi sebagai teknik pengambilan datanya. 2. Latar Belakang Perpustakaan Pelita Aksara Perpustakaan Pelita Aksara merupakan perpustakaan kecil yang berdiri sejak tahun 2010 di GKJ Pondok Gede. Perpustakaan ini dibangun dengan tujuan menumbuhkan minat baca jemaat GKJ Pondok Gede, terutama anak-anak sekolah minggu. Sekolah minggu merupakan bagian dari Komisi Anak yang bertugas memberikan pendidikan kekristenan kepada anak-anak di GKJ Pondok Gede. Ide pembangunan perpustakaan Pelita Aksara muncul dari guru-guru sekolah minggu yang rindu untuk menyediakan sarana membaca bagi anak-anak sekolah minggu. Anak-anak sekolah minggu seringkali datang untuk membaca dan meminjam buku bacaan setelah ibadah sekolah minggu selesai. Tidak ada satupun staff perpustakaan Pelita Aksara yang memiliki latar belakang ilmu perpustakaan. Staff inti perpustakaan Pelita Aksara adalah guru-guru sekolah minggu yang mengikuti workshop dan juga pelatihan pengelolaan perpustakaan yang diadakan oleh GKJ Jakarta. Hal ini menyebabkan kompetensi staf sangatlah minim. Hanya dua sampai tiga orang staf perpustakaan yang mampu membuat klasifikasi buku-buku dengan menggunakan DDC, sekalipun klasifikasinya
hanya
menggunakan
kelas
utama
dan
ada
banyak
pengklasifikasian yang kurang tepat. Kompetensi staf perpustakaan nampaknya masih kurang dianggap penting baik oleh majelis gereja maupun guru-guru
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013
sekolah minggu yang menjadi staf. Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa tugas
staf
perpustakaan
hanya
mencatat
sirkulasi
peminjaman
serta
pengembalian buku dan membenahi rak koleksi sebelum perpustakaan ditutup. Perpustakaan Pelita Aksara memiliki koleksi yang berjumlah ± 700 judul buku. Buku-buku yang ada di perpustakaan ini antara lain buku-buku rohani, buku psikologi popular, buku pengetahuan umum, buku cerita untuk anak-anak, komik anak-anak, dan novel-novel remaja. Tata letak buku serta jumlah koleksi yang masih sedikit tidak mempersulit anak-anak dalam mencari buku-buku yang mereka inginkan. Kebanyakan anak-anak langsung menuju lemari koleksi bukubuku anak dan mencari buku yang mereka inginkan di bagian rak tersebut. Kondisi perpustakaan yang kecil juga membuat proses penyeleksian buku bacaan yang dilakukan oleh anak-anak tidak memakan waktu yang terlalu lama. Sekalipun perpustakaan Pelita Aksara tidak memiliki tempat yang terlalu besar tetapi hal ini tidak menghilangkan kesenangan anak-anak untuk berkunjung, membaca, dan juga meminjam buku bacaan di sana. Anak-anak biasanya datang bersama-sama begitu sekolah minggu sudah selesai dan membaca bersama. 3. Pengalaman Membaca Informan Informan pada penelitian ini adalah tiga orang anak sekolah minggu bernama Thalia, Talent, dan Ayu. Ketiga informan berusia sembilan tahun dan duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Ayu terbiasa ditinggal di rumah sendirian pada saat pagi hari karena ibu dan kakak-kakaknya harus pergi terlebih dahulu dan karena Ayu masuk sekolah siang hari. Pada saat ditinggal rumah inilah biasanya Ayu menghabiskan waktunya untuk membaca atau menonton televisi. Kegemaran Ayu terhadap kegiatan membaca bukanlah pengaruh dari anggota keluarganya. Berdasarkan wawancara Ayu mengaku mulai menggemari kegiatan membaca setelah melihat teman sekolah minggunya, Thalia, yang didukung juga dengan keputusannya sendiri untuk mulai mengemari kegiatan membaca. Ayu mulai gemar membaca sejak ia kelas tiga SD. Sekalipun Ayu baru gemar membaca selama kurang lebih satu tahun, namun ia cukup banyak membaca. Ayu mengatakan bahwa hampir setiap hari ia membaca terutama saat ia merasa bosan. Akan tetapi karena Ayu baru mulai gemar membaca ia belum memiliki
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013
koleksi buku di rumahnya, kebanyakan buku-buku yang dibaca oleh Ayu adalah buku-buku yang ia pinjam dari perpustakaan Pelita Aksara. Hampir setiap minggu Ayu melakukan peminjaman di perpustakaan Pelita Aksara. Sama seperti Ayu, kegemaran Talent terhadap kegiatan membaca bukan berasal dari keluarganya sendiri. Sekalipun di dalam rumahnya ada cukup banyak koleksi buku, namun buku-buku tersebut adalah buku-buku kekristenan milik ayahnya yang merupakan pendeta GKJ Pondok Gede. Kegemaran Talent pada membaca juga dimulai semenjak ia kelas tiga SD dan juga merupakan pengaruh dari Thalia. Sebagai pembaca baru, Talent belum memiliki banyak koleksi buku, namun ia mengaku bahwa ia memiliki satu buku yang ia beli sendiri, yaitu buku KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya). Kegemaran Thalia terhadap membaca adalah pengaruh dari keluarga besar ayah Thalia. Thalia sejak kecil sudah dekat dengan paman-pamannya yang memiliki kegemaran membaca. Mereka memiliki koleksi yang buku yang cukup banyak di rumahnya dan tidak jarang Thalia bermain ke rumah mereka untuk membaca. Kegemaran pamannya dalam membaca mempengaruhi Thalia untuk gemar membaca selain itu Thalia juga mengoleksi buku-buku dan memiliki cukup banyak koleksi buku di rumahnya sendiri. Buku-buku yang menjadi koleksi thalia antara lain buku-buku KKPK serta buku cerita anak-anak. Thalia merupakan salah satu anak sekolah minggu yang cukup berpengaruh terhadap temantemannya. Kegemaran Thalia pada membaca menjadi panutan bagi temanteman sekolah minggunya. Pengaruh Thalia dalam membaca kepada temantemannya termasuk dalam proses sosialisasi yang dikemukanan oleh Tarigan (1995: 71), “Mereka (anak-anak) meniru perilaku atau responsi-responsi lainnya dari orang-orang dewasa atau teman-teman sebayanya.” 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Informan dalam Penyeleksian Buku Ross (2001) menyatakan bahwa pada saat penyeleksian, pembaca melakukan pertimbangan berdasarkan elemen-elemen yang ada pada buku tersebut. elemen tersebut antara lain pengarang, genre, sampul, judul, halaman sampel, penerbit. Pada wawancara yang dilakukan, ketiga informan menyebutkan beberapa elemen dari buku bacaan yang mereka perhatikan pada saat
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013
penyeleksian dan yang mereka jadikan pertimbangan dalam memilih buku antara lain:
Judul. Menurut pendapat informan mereka melihat judul untuk melihat garis besar isi dari buku tersebut. Thalia mengatakan “(melihat judul) supaya tau ceritanya kaya gimana.” Akan tetapi, judul buku tidak selalu menggambarkan garis besar isi buku. Ross (2001) mengemukakan bahwa para pembaca biasanya memilih buku dengan judul-judul yang menarik atau yang sudah familiar dengan mereka.
Uraian cerita di belakang buku. Uraian di belakang buku biasanya berisi sedikit ringkasan mengenai isi cerita dari buku serta rekomendasi dari orang lain untuk membaca keseluruhan buku. Menurut Thalia dengan melihat uraian cerita di belakang buku dia bisa melihat garis besar dari isi buku tersebut.
Sampul depan. Tampilan sampul depan yang biasanya dilihat anak-anak selain judul dari buku itu sendiri adalah desain gambar dari buku tersebut. Akan tetapi, pada salah satu wawancara Thalia menyebutkan bahwa tampilan depan tidak terlalu mempengaruhi dia dalam pemilihan buku bacaan, menurut Thalia tampilan sampul buku tidak selalu menjamin bahwa ia akan menyukai buku tersebut, “ga terlalu liat (sampul depan) juga, udah ngeliat aja ga suka kok… aku kan pernah kaya gitu, ternyata ceritanya ga bagus.” Hal ini memperlihatkan bahwa terkadang tampilan sampul buku tidak selalu mewakili seberapa bagus isi dari buku tersebut. Terkadang ada buku-buku yang tampilan sampulnya terlihat menarik tetapi isinya tidak terlalu menarik, sedangkan ada juga buku yang tampilan sampulnya sederhana tapi memiliki isi cerita yang menarik.
Ilustrasi. Pada saat penyeleksian Ayu dan Talent menyebutkan bahwa mereka memperhatikan keberadaan ilustrasi pada buku yang mereka seleksi. Ayu mengatakan “ (saat menyeleksi lihat) ada gambarnya… biar bisa liat gambarnya (bagus atau tidak). ” Talent mengatakan “ (melihat) gambarnya… suka buku yang ada gambarnya.” Sedangkan bagi Thalia keberadaan ilustrasi tidak menjadi pertimbangan baginya dalam menyeleksi buku bacaan.
Ketebalan. Pada saat penyeleksian hanya Ayu yang menyebutkan bahwa ia memperhatikan ketebalan buku, “ (aku melihat) tipisnya… lebih cepat
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013
(membaca) yang tipis (dan) enak dibacanya.” Menurut Ayu buku-buku yang tebal lebih sulit dan tidak terlalu asik untuk dibaca.
Isi buku. Isi buku merupakan hal yang paling diperhatikan ketika anak-anak melakukan penyeleksian. Ayu menyebutkan “(melihat) bacaannya… bagus apa ga…” dan Talent menyebutkan “(yang paling penting dari buku bacaan) Isinya… isinya yang (harus) seru.” Thalia menjelaskan lebih detail mengenai hal yang paling penting dari isi buku, “(yang paling penting dari buku) makna dan motivasinya.” Selain faktor-faktor dari buku itu sendiri, kondisi pada saat penyeleksian seperti kondisi perpustakaan serta keterlibatan orang lain dapat menjadi salah faktor-faktor yang mempengaruhi anak-anak dalam menyeleksi buku bacaannya. Berdasarkan hasil wawancara ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses penyeleksian yang dilakukan oleh ketiga informan, yaitu:
Pengaruh dari orang lain. Ketiga informan mengaku lebih suka untuk menyeleksi buku bacaannya sendiri. Saat ditanyakan alasan mengapa mereka lebih suka memilih sendiri Ayu menjawab “Ga (suka bareng temen)… nanti kalau milihnya sama dibilang anak kembar.” Sedangkan Thalia menjawab “(lebih suka) sendiri… biar konsentrasi (memilih)." Talent, pada prakteknya, lebih sering memilih bersama-sama dengan teman.
Penyeleksian di rak tertentu. Pada saat penyeleksian ketiga informan memiliki kecenderungan untuk hanya memilih rak koleksi bagian cerita anak-anak. Saat ditanyakan mengapa mereka melakukannya Ayu menjawab " (buku di situ) Banyak… udah kenal ceritanya… udah sering baca." Begitu juga dengan Talent yang menjawab " Lebih suka buku yang di situ… lebih banyak gambarnya." Sekalipun kecenderungan Ayu dan Talent adalah langsung memilih di rak koleksi anak, tidak selalu demikian dengan Thalia. Saat ditanyakan tentang kecenderungan memilih di satu rak buku yang terjadi di perpustakaan Pelita Aksara, Thalia menjawab “Ga di situ doang sih… (aku) milih (berdasarkan) yang pingin dibaca aja.”
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013
5. Proses Penyeleksian Buku Selain menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyeleksian anak-anak melalui wawancara, penelitian ini juga melakukan observasi untuk melihat bagaimana proses mereka melakukan penyeleksian itu sendiri. Dalam proses observasi
terlihat
beberapa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
proses
penyeleksian buku bacaan yang dilakukan oleh ketiga informan, antara lain:
Interaksi dengan rak koleksi dan kondisi sekitar. Ketika mulai memasuki ruang perpustakaan dan ingin memilih buku, ketiga informan cenderung langsung menuju ke rak koleksi buku-buku anak. Mereka dengan percaya diri langsung melakukan penyeleksian dibagian rak koleksi buku-buku anak. Sekalipun belum menentukan pilihan buku apa yang ingin mereka baca tetapi anak-anak sudah mengetahui lokasi buku-buku yang biasanya mereka baca atau lokasi buku-buku cerita yang mereka sukai. Ketika proses penyeleksian biasanya ketiga informan akan menggeledah rak koleksi dan mencari buku yang mereka inginkan. Biasanya mereka melakukannya dengan menarik satu buku, melihatnya sebentar kemudian menaruhnya kembali ke rak koleksi. Hal ini
biasanya
dilakukan
beberapa
kali
sampai
mereka
benar-benar
menemukan buku yang mereka inginkan. Pada saat proses penyeleksian terkadang kehadiran orang lain bisa menarik perhatian anak-anak terutama teman-teman. Pada saat proses penyeleksian jika ada teman-teman di sekitarnya Talent seringkali melihat ke penyeleksian temannya dan tidak jarang memilih buku yang tidak jauh berbeda dengan temannya.
Memeriksa elemen eksternal buku. Pada saat proses penyeleksian ketiga informan melakukan penilaian terhadap tampilan sampul buku. Terkadang mereka memperhatikan secara seksama tampilan sampul buku termasuk di dalamnya judul buku. Anak-anak cenderung memilih buku dengan tampilan yang cukup menarik perhatian mereka juga memilih judul-judul yang bagi mereka terdengar familiar serta menarik. Ketebalan buku juga biasanya diperhitungkan pada saat anak-anak melakukan penyeleksian.
Memeriksa elemen internal buku. Ketika proses penyeleksian ketiga informan biasanya memperhatikan gambar-gambar yang ada di dalam buku karena
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013
dari gambar mereka bisa sedikit melihat jalur ceritanya. Ketiga informan juga seringkali menilai buku dengan melihat halaman perhalaman dari isi buku. 6. Kesimpulan Ketiga informan memperlihatkan bahwa mereka melakukan pertimbangan dengan melihat judul buku, halaman sampul, ilustrasi, ketebalan buku, serta uraian yang berada pada belakang buku dan berpendapat bahwa dalam menyeleksi buku bacaan yang paling penting adalah mendapatkan buku dengan cerita yang bagus dan menarik untuk dibaca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bisa dikatakan bahwa semakin banyak pengalaman ketiga informan dalam
membaca
serta
melakukan
penyeleksian,
semakin
dalam
juga
pertimbangan-pertimbangan yang mereka lakukan dalam menyeleksi buku bacaannya. Melalui pengalaman membaca, mereka menyadari bahwa dalam penyeleksian buku bacaan yang paling penting adalah menemukan buku yang menarik untuk dibaca dengan melihat elemen-elemen dari buku tersebut. Penyeleksian buku bacaan juga dipengaruhi oleh kondisi pada saat penyeleksian seperti familiaritas terhadap lokasi buku dan kehadiran orang-orang di sekitar mereka. Walaupun ketiga informan merupakan anak-anak yang baru berusia sembilan tahun, tetapi mereka lebih suka untuk melalukan penyeleksian sendiri. Sangatlah
baik
jika
staff
perpustakaan
Pelita
Aksara
terus
berusaha
meningkatkan minat baca anak-anak sekolah minggu karena pengalaman membaca yang tinggi juga akan menumbuhkan rasa ingin tahu anak-anak terhadap buku-buku baru dan buku-buku yang lebih sulit. Perpustakaan bisa mengadakan program seperti membaca bersama untuk semua anak-anak sekolah minggu, storytelling, dan penghargaan kepada anak-anak yang sering meminjam untuk memberikan motivasi kepada anak-anak sekolah minggu untuk gemar membaca. Daftar Acuan Bang-Jensen, V. (2010). A children’s choice program: Insights into book selection, social relationships, and reader identity. Language Arts, 87(3), 169-176. Davies, F. (1995). Introducing Reading. England: Penguin Books. Davila, D., & Patrick, L. (2010). Asking the Experts: What Children Have to Say about Their Reading Preferences. Language Arts, 87, 199-210.
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013
Graham, S. A. (1986). Assessing reading preferences: A new approach. New England Reading Association Journal, 21, 811. Harris, V.G. (2008). Selecting books that children will want to read. The Reading Teacher, 61(5), 426–430 Henry Guntur Tarigan. (1995). Dasar-dasar psikosastra. Bandung: Penerbit Angkasa. Kauffman, S. (2005). Story elements: which impact children's reading interest?. Thesis. Bowling Green State University. Mohr, K.A.J. (2006). Children’s choices for recreational reading: a three-part investigation of selection preferences, rationales, and processes. Journal of Literacy Research. 38(1), 81-104. Ollman, H. (1993). Choosing literature wisely: Students speak out. Journal of Reading, 36, 648–653. Purves, A. C., & Beach, R. (1972). Literature and the Reader: Research in Response to Literature, Reading Interests, and the Teaching of Literature. Urbana: National Council of Teachers of English. Reuter, K.A. (2007). Children selecting books in a library: extending models of information behavior to a recretional setting. Dissertation. University of Maryland. Ross, C. S. (2001). Making choices: what readers say about choosing books to read for pleasure. Acquisitions Librarian, 25, 5-21. Ross, C. S., & Chelton, M. K. (2001). Reader’s advisory: matching mood and material. Library Journal, 126(2), 52-55.
Penyeleksian buku..., Tricia Angelina, FIB UI, 2013