UPAYA PERPUSTAKAAN DALAM MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA : STUDI KASUS PERPUSTAKAAN SEKOLAH AN-NISAA’ PONDOK AREN-BINTARO Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh: SHOELIHATUL BADRIAH NIM : 105025001028
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M.
UPAYA PERPUSTAKAAN DALAM MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA : STUDI KASUS PERPUSTAKAAN SEKOLAH AN-NISAA’ PONDOK AREN-BINTARO
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh: Shoelihatul Badriah NIM : 105025001028
Di Bawah Bimbingan :
Drs. Rizal Saiful-Haq, MA NIP. 19530319 199504 1 001
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi
berjudul
UPAYA
PERPUSTAKAAN
DALAM
MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA : STUDI KASUS DI SEKOLAH AN-NISAA’ PONDOK AREN-BINTARO telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 03 Desember 2009 . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan.
Jakarta, 22 Desember 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua
Sekretaris
Drs. Rizal Saiful-Haq, MA
Pungki Purnomo, MLIS
NIP. 19530319 199504 1 001
NIP. 19641215 199903 1 005
Penguji
Pembimbing
Ida Farida, MLIS
Drs. Rizal Saiful-Haq, MA
NIP. 19700407 200003 2 003
NIP. 19530319 199504 1 001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Desember 2009
Shoelihatul Badriah
ABSTRAK
SHOELIHATUL BADRIAH Upaya Perpustakaan Dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa : Studi Kasus Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ Pondok Aren-Bintaro
Skripsi ini membahas tentang “Upaya perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi siswa : studi kasus Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ Pondok Aren-Bintaro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan pihak perpustakaan dalam meningkatkan kemampuan siswa yang mengarah ke literasi informasi. Sehingga perpustakaan juga berperan aktif dalam pengembangan dan peningkatan kemampuan siswa, tidak hanya diserahkan kepada pihak sekolah (guru) yang dilakukan di dalam kelas. Metode penelitian dilakukan melalui penelitian deskriprif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan September-Oktober 2009. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode observasi dengan melakukan pengamatan langsung, sedangkan untuk wawancara hanya ditunjukkan kepada kepala perpustakaan dan guru. Dan untuk kuesioner disebar kepada siswa kelas 5 SD dengan populasi penelitian siswa kelas 5 sebesar 75 siswa yang terdiri atas 3 kelas. Adapun sampel yang digunakan sebanyak 24 responden atau 32 % dari keseluruhan dengan menggunakan teknik purposive sample yang diatur berdasarkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara global perpustakaan sudah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan literasi informasi siswa dengan mengadakan berbagai program kegiatan baik yang bersifat interen maupun yang berkolaborasi dengan sekolah, yang dilakukan kepada seluruh siswa. Dalam pembentukan program perpustakaan disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Sehingga pihak perpustakaan memasukkan program-program pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat masing-masing kelas. Selain itu, terintegrasinya jadwal perpustakaan di jadwal sekolah memberikan kemudahan bagi perpustakaan dalam menjalankan program yang telah dicanangkan. Selanjutnya penulis juga melakukan uji pengetahuan dan pemahaman untuk para siswa yang berjumlah 7 pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa mengenai keterampilan dalam memperoleh informasi di perpustakaan. Setelah semua jawaban diolah diperoleh hasil akumulatif dari keseluruhan yaitu berkisar 92 % tingkat ketepatan menjawab. Sehingga hasil dari uji pemahaman bisa memperlihatkan bahwa usaha-usaha yang diberikan oleh perpustakaan berdampak positif terhadap literasi informasi.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir kuliah (Skripsi) tepat pada waktunya. Untuk menyekesaikan skripsi ini, penulis mengambil judul tentang “Upaya Perpustakaan dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa : studi kasus Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ Pondok ArenBintaro” yang merupakan hasil penelitian selama penulis melakukan kegiatan penelitian yang dilakukan di Perpustakaan An-nisaa’. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan pengalaman lebih bagi penulis didalam mengetahui dunia perpustakaan demi menunjang pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Serta membeikan sumbangsih terhadap perpustakaan ang dilakukan penelitian serta memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait. Dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang mendukung. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kemudahan dan kesabaran dalam berbagai aktifitas yang penulis lakukan. 2. Kedua orang tua, adik, kakak dan beserta keluarga besar saya yang selalu mendukung dalam pengerjaan penulisan laporan ini.
3. Kepada Bapak Abdul Chair selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora. 4. Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA selaku Ketua Jurusan dan Dosen Pembimbing skripsi yang baik sehingga dapat membimbing penulis sampai terselesaikannya skripsi ini. 5. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Wakil Ketua Jurusan. 6. Ibu Ida Farida, MLIS selaku penguji penulis yang baik sehingga dapat membimbing penulis dalam perbaikan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmu yang berharga terhadap penulis. 8. Seluruh staff dan karyawan di Perpustakaan An-nisaa’ terutama kepada Ibu Teta dan Bapak Fendi yang senantiasa membantu penulis jika mengalami kesulitan pada saat melakukan penelitian, serta seluruh siswasiswi di Sekolah An-nisaa’ yang menjadi obyek dari penelitian yang telah banyak membantu. 9. Untuk para guru di P.P. Al-Munawwariyah dan terutama untuk Romo Kyai beserta keluarga terima kasih atas semua ilmu yang telah diberikan kepada penulis mudah-mudahan ilmu yang diberikan bisa bermanfaat. 10. Seluruh teman-teman di UIN terutama jurusan ilmu perpustakaan angkatan 2005 yang sangat penulis sayangi. Dan wabil khusus untuk dita, erna, imas, nining, dan nunung thank you so much karena telah menjadi teman dan sahabat penulis baik senang maupun duka and “Thanks U Full”. 11. Untuk sahabatku tersayang desi dan anisa tetap berjuang kita pasti bisa. Thanks atas segala dukungannya “I Love U So Much”.
12. Dan semua pihak yang ikut terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas segala dukungannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dan masih ada kekurangan hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi menunjang kesempurnaan dari Tugas Akhir kuliah (Skripsi). Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para pembacanya. Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 14 Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................ ii DAFTAR ISI ............................................................................................... v DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang ................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah ................................................ 5 2. Perumusan Masalah .................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5 D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6 E. Metodologi Penelitian ..................................................... 6 F. Sistematika Penulisan ..................................................... 9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS A. Perpustakaan Sekolah 1. Pengertian dan Tujuan .............................................. 12 2. Tugas dan Fungsi ...................................................... 17 3. Organisasi dan Sumber Daya Manusia ..................... 19 B. Kebijakan Perpustakaan Sekolah 1. Misi Perpustakaan ..................................................... 27 2. Komponen-Komponen Kerangka Kebijakan ........... 28
3. Unsur-Unsur Utama Perpustakaan ........................... 36 C. Program Perpustakaan Sekolah ...................................... 40 D. Literasi Informasi 1. Konsep dan Pengertian Literasi Informasi ............... 44 2. Landasan dan Prospek .............................................. 47 3. Program Literasi Informasi di Sekolah ..................... 54 E. Menunjang Kurikulum Sekolah ...................................... 57 BAB III
PROFIL SEKOLAH DAN PERPUSTAKAAN A. Sekolah An-nisaa’ 1. Profil Singkat ............................................................ 60 2. Konsep Sekolah ........................................................ 61 3. Kurikulum ................................................................. 61 4. Metode Pembelajaran ............................................... 62 B. Perpustakaan sekolah An-nisaa’ 1. Profil Singkat ............................................................ 62 2. Visi dan Misi ............................................................. 63 3. Struktur Organisasi ................................................... 64 4. Kedudukan Perpustakaan .......................................... 67 5. Sumber Daya Manusia .............................................. 68 6. Sarana dan Prasarana Perpustakaan .......................... 68 7. Jenis Koleksi dan Layanan Perpustakaan ................. 69 8. Kerjasama Perpustakaan ........................................... 72
9. Program Perpustakaan .............................................. 72 BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN A. Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data ..................................... 76 B. Perolehan Data 1. Usaha Meningkatkan Literasi Informasi Siswa ....... 78 2. Program Perpustakaan Mendukung Kurikulum Sekolah .................................................................... 86 3. Hambatan dan Solusi ............................................... 89 4. Hasil Kuesioner dan Pembahasan ........................... 90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................... 115 B. Saran .............................................................................. 117
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 119 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
A. Kompetensi Perpustakaan Sekolah Table 1
: Kompetensi kepala perpustakaan sekolah/madrasah ........ 48
Tabel 2
: Kompetensi tenaga perpustakaan sekolah/madrasah ….... 49
B. Identitas Responden Tabel 3
: Kuesioner yang diedarkan ………………………………. 90
Tabel 4
: Jenis kelamin responden ………………………………… 91
Tabel 5
: Asal kelas responden ……………………………………. 92
C. Frekuensi Kunjungan ke Perpustakaan Tabel 6
: Kunjungan ke perpustakaan …………………………….. 93
Tabel 7
: Jadwal khusus …………………………………………… 94
D. Penggunaan Perpustakaan Tabel 8
: Dapat menggunakan internet ……………………………. 95
Tabel 9
: Asal belajar menggunakan internet .................................... 96
Tabel 10
: Dapat menggunakan OPAC .............................................. 97
Tabel 11
: Asal belajar menggunakan internet ................................... 97
Tabel 12
: Siswa didampingi guru ketika kunjungan ke perpustakaan. 98
Tabel 13
: Sumber informasi yang sering digunakan ………………. 99
Tabel 14
: Persepsi siswa terhadap penggunaan koleksi perpustakaan dalam penyelesaian tugas………………………………... 100
Tabel 15
: Persepsi siswa terhadap penggunaan koleksi perpustakaan yang digunakan oleh guru ……………………………… 101
Tabel 16
: Koleksi yang digunakan guru dalam mengajar ……….... 102
Tabel 17
: Acara perpustakaan yang sering digunakan ……………. 104
Tabel 18
: Program perpustakaan yang paling disenangi ……..…… 105
Tabel 19
: Perasaan siswa terhadap program perpustakaan …..……. 105
Tabel 20
: Manfaat perpustakaan dalam proses pembelajaran ……... 106
E. Uji Pengetahuan dan Pemahaman Siswa Tabel 21
: Menemukan arti sebuah istilah ……………………….… 108
Tabel 22
: Koleksi non fiksi ………………………………..……… 109
Tabel 23
: Koleksi fiksi ……………………………..……………... 110
Tabel 24
: Mencari informasi riwayat hidup seseorang……………. 111
Tabel 25
: Mencari berita terbaru ……………..…………………… 112
Tabel 26
: Mencari letak geografis ……..………………………….. 113
Tabel 27
: Koleksi audio visual …..………………………………… 114
F. Diagram Diagram 1
: Gambar stuktur organisasi ……………..……………….. 65
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berkembangnya
informasi
seperti
sekarang
ini
menyebabkan
terjadinya ledakan informasi (information explosion) yang tidak bisa dihindarkan. Hal tersebut sangat wajar mengingat banyaknya informasi yang tersedia baik tertulis, terekam maupun digital yang setiap saat bertambah dan beredar dikalangan masyarakat pada umumnya. Tidak terbendungnya informasi yang beredar menjadikan era sekarang dinamakan dengan era informasi. Dalam era informasi ini, tiap orang atau individu harus mempunyai alat atau sarana yang diperlukan untuk berhubungan dengan informasi yang ada. Kita menyadari bahwa berbagai jenis sarana yang dipelajari dan digunakan akan membantu mereka dalam mengatasi berbagai pemasalahan secara efektif dan efisien. Namun, tanpa adanya pengetahuan dan keterampilan dalam memanfaatkan berbagai sarana informasi yang ada, maka segala perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang begitu cepat dan kompleks akan sulit diantisipasi oleh siapa saja (Farida, dkk, 2005 : 9). Dengan adanya permasalahan seperti itu maka, seorang pustakawan perlu melakukan upaya penanggulangan dengan kemampuan yang mereka miliki yang sering dilupakan. Berbagai upaya yang dilakukan pustakawan melalui
sarana perpustakaan memberikan dampak yang positif bagi setiap orang yang menerimanya. Pemanfaatan perpustakaan selalu diupayakan pada perpustakaanperpustakaan umum maupun perpustakaan yang berada dilingkungan sekolah. Namun tidak dapat dipungkiri perpustakaan sekolah hendaknya lebih intensif dalam membimbing dan mengarahkan setiap penggunanya dibandingkan dengan perpustakaan lain. Hal ini dipicu oleh kenyataan bahwa perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari proses pendidikan yang ada di sekolah. Perpustakaan sekolah dapat diterapkan dari tingkat sekolah dasar sampai menengah ke atas bahkan bisa juga sampai ketingkat perguruan tinggi. Pada tingkat sekolah dasar siswa mulai diperkenalkan pada informasiinformasi yang ada. Sehingga pustakawan seharusnya lebih aktif dalam mennyikapi dan mengatur perpustakaan supaya pada tingkat selanjutnya siswa telah terbiasa dengan informasi-informasi yang ada. Dan juga melalui perpustakaan, pustakawan hendaknya bekerjasama dengan pihak sekolah dalam memonitor perkembangan anak pada setiap tingkat perkembangannya. Di samping itu, pustakawan perlu pula memiliki kemampuan untuk dapat mengajarkan keterampilan literasi informasi secara efektif, dan harus dapat memilih cara yang paling baik bagi siswa untuk membangun kemampuan mereka untuk berfikir kritis dan belajar secara mandiri. Pengalaman pendidikan yang seharusnya diterima oleh siswa tidak hanya meliputi aktifitas-aktifitas mengingat. Akan tetapi merupakan kegiatan yang mencerminkan proses berfikir yang kompleks, dan di serap melalui
energi kreatif dan kritis (Saiful-Haq, dkk, 2006 : 146). Hal ini dilandasi bahwa bagaimanapun juga pembelajaran secara dini bagi siswa yang mengarah ke literasi informasi sangat dibutuhkan oleh para siswa dalam proses pembelajaran secara mandiri dalam mencari, menemukan dan mengevaluasi informasi yang dibutuhkan. Literasi informasi atau keberaksaan informasi atau information literacy dalam bahasa asing merupakan istilah-istilah yang sama. Istilah tersebut masih terdengar asing oleh sebagian orang walaupun tak sedikit pula yang sering mendengar walaupun mereka terkadang tidak memahami arti sebenarnya dari istilah tersebut. Secara sederhana istilah literasi informasi didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menemukan dan menggunakan informasi. (Farida, dkk, 2005 : 30). Berbagai upaya
pemberdayaan
perpustakaan
yang
berada
di
lingkungan sekolah perlu ditingkatkan dengan adanya fasilitas yang menunjang
serta
adanya
seorang
pustakawan
yang
mengorganisir
perpustakaan. Perpustakaan sekolah dituntut untuk lebih intensif dalam membantu siswa yang mengacu pada kurikulum sekolah. Sehingga seorang pustakawan di sini dianjurkan untuk tidak hanya terperangkap oleh pekerjaan yang bersifat teknis yang sering kali kita temui di sebuah lembaga, instansi atau bahkan tak jarang kita temui di sekolah-sekolah, akan tetapi mereka juga harus memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pendidik yang akan mengantarkan kemampuannya.
anak-anak
didiknya
untuk
mengembangkan
tingkat
Dalam penjelasan Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pada penjelasan umum alinea keempat dinyatakan bahwa salah satu misi pendidikan nasional adalah membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar (Saiful-Haq, 2006a : 77). Dengan disediakannya perpustakaan yang di beri fasilitas dengan adanya progran-program didalamnya akan mengantarkan siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini serupa dengan apa yang dilakukan oleh Perpustakaan Annisaa’. Perpustakaan An-nisaa’ tidak hanya digunakan sebagai tempat atau ruang untuk menyimpan koleksi. Tetapi bagi mereka, perpustakaan merupakan sarana yang digunakan untuk membimbing siswa-siswi di sekolah yang diperuntukkan untuk meningkatkan literasi informasi siswa. Di sini, perpustakaan
membuat
program-program
yang
diselenggarakan
di
perpustakaan yang disesuaikan dengan tingkat kelas masing-masing. Sehingga siswa tidak hanya belajar di ruang kelas tetapi siswa juga di ajak untuk mengeksplor imajinasinya dan kreativitasnya di perpustakaan yang di bimbing langsung oleh seorang pustakawan. Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menggali lebih dalam tentang permasalahan tersebut. Adapun tema yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah ”Upaya
Perpustakaan dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa : studi kasus di Perpustakaan Sekolah An-Nisaa’ Pondok Aren-Bintaro”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari penafsiran yang lebih luas dan agar penelitian ini memberikan hasil yang maksimal, maka penelitian ini akan dibatasi pada masalah upaya-upaya yang dilakukan oleh perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi siswa di Perpustakaan An-nisaa’ yang meliputi siswa kelas 5 pada tingkat sekolah dasar. 2. Perumusan Masalah Selanjutnya penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Usaha apa saja yang diterapkan Perpustakaan An-nisaa’ dalam meningkatkan literasi informasi siswa? b. Apakah program perpustakaan mendukung kurikulum sekolah? c. Bagaimana pihak perpustakaan menanggulangi segala hambatan yang ditemui dan bagaimana solusinya? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada pembatasan dan perumusan di atas maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi siswa di Sekolah An-nisaa’.
2. Untuk mengetahui apakah program perpustakaan terintegrasi dengan kurikulum sekolah. 3. Untuk mengetahui faktor penghambat yang menjadi kendala dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas serta solusinya. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan memiliki dua manfaat, akademis dan praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis, yaitu untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam meraih gelar kesarjanaan Strata Satu (S1) Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu Perpustakaan. 2. Manfaat Praktis, yaitu: a. Bagi penulis sebagai sarana untuk menambah wawasan ilmu dalam pelaksanaan Kepustakawanan. b. Memberi kontribusi berupa masukan-masukan bagi kemajuan instansi yang terkait, terutama pihak sekolah dan perpustakaan. c. Memberikan
informasi-informasi
baru
bagi
dunia
ilmu
pengetahuan khususnya bidang ilmu perpustakaan. E. Metodologi Penelitian 1. Tipe Penelitian Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif, yaitu yang bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang
sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebabsebab dari suatu gejala tertentu (Sevilla, 1993 : 71). 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap gejala yang ada pada saat penelitian dilakukan (Koentjaraningrat, 1991 : 251). 3. Jenis dan Sumber data a. Data primer yaitu data yang bersumber dari responden yang ditemui langsung di lapangan (lokasi penelitian) yaitu pengguna Perpustakaan An-nisaa’. b. Data sekunder yaitu data yang berasal dari kepustakaan, yang terdiri dari buku-buku, literatur-literatur, dokumen dan artikel yang berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti. 4. Populasi dan Sampel a. Kerlinger (1973) mendefinisikan populasi sebagai “keseluruhan anggota, kejadian atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik”(Sevilla, 1993 : 160). Sedangkan populasi untuk penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 5 SD. b. Ferguson (1976) mendefinisikan sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi (Singarimbun, 1991 : 150). Berdasarkan pertimbangan untuk menghasilkan data yang akurat maka, sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
5. Teknik Pengambilan Data Adapun teknik yang digunakan penulis untuk mendapatkan data atau informasi dalam penelitian ini adalah : a. Library Research (Riset Kepustakaan) Dalam riset kepustakaan peneliti melakukannya dengan mempelajari buku-buku, literatur-literatur, dokumen dan artikel dengan maksud untuk mendapatkan gambaran teoritis sesuai dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. b. Field Research (Penelitian Lapangan) Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian dengan cara : 1) Kuesioner, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara kronologis dari yang umum mengarah ke yang khusus untuk diberikan kepada responden (Subagyo, 1991: 5). Kuesioner berisi pertanyaan mengenai responden. 2) Observasi, yaitu penulis mengamati secara langsung untuk mendapaktan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Observasi dilakukan sebagai tambahan dalam mengumpulkan data yang diperlukan. 3) Wawancara dilakukan kepada pihak perpustakaan, dan guru sekolah.
6. Pengolahan dan Analisis Data Dalam Penelitian data yang sudah diolah dituangkan dalam bentuk tabel. Hasil jawaban dari responden kemudian dihitung prosentasenya. Hasil tabulasi data kemudian dianalisis dalam bentuk penelitian. Analisis data dimulai dengan analisis data kelompok demi kelompok. Setiap analisis data diikuti dengan pengambilan kesimpulan sementara yang merupakan hasil perbandingan antara data yang diperoleh dengan prosentasenya. Selanjutnya diikuti dengan analisis secara keseluruhan. Adapun rumus penghitungan data adalah sebagai berikut : P =F/ N x 100 % Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya. N = Number of case (jumlah frekuensi/banyaknya individu) (Sudijojo, 1997 : 40). F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan daftar pustaka literatur yang digunakan, penulis mengacu pada peraturan APA (American Psychological Association), sedangkan untuk kutipan dan cara-cara mengutip serta tata cara penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah : skripsi, tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR Bab ini berisi landasan teoritis yang berkaitan dengan masalah yang hendak diteliti, yaitu perpustakaan sekolah meliputi : pengertian dan tujuan perpustakaan sekolah, tugas dan fungsi perpustakaan sekolah, organisasi dan sumber daya manusia. Kebijakan perpustakaan meliputi : misi perpustakaan, komponenkomponen
kerangka
perpustakaan.
Program
kebijakan,
dan
perpustakaan
unsur-unsur sekolah
dan
utama Literasi
informasi yang meliputi : konsep dan pengertian literasi informasi, landasan dan prospek, program literasi informasi di sekolah. Dan yang terakhir menunjang kurikulum sekolah. BAB III
PEPUSTAKAAN AN-NISAA’ Bab ini berisi profil Sekolah An-nisaa’ meliputi : profil singkat, konsep sekolah, kurikulum dan metode pembelajaran. Sedangkan untuk Perpustakaan An-nisaa’ meliputi : profil singkat, visi dan misi perpustakaan, struktur organisasi, kedudukan perpustakaan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana perpustakaan, jenis
koleksi dan layanan perpustakaan, kerjasama perpustakaan, serta program perpustakaan. BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Bab ini merupakan hasil penelitian yang berisi tentang, usaha apa saja yang dilakukan perpustakaan dalam rangka meningkatkan literasi
informasi
siswa
di
Sekolah
An-nisaa’.
Program
perpustakaan mendukung kurikulum sekolah. Hambatan apa saja yang ditemui dan bagaimana solusi untuk menangulanggi hambatan yang terjadi, serta hasil angket dan pembahasannya. BAB VI
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan solusi permasalahan yang diangkat dan diteliti, serta saran Perpustakaan
An-nisaa’
yang diberikan untuk kemajuan dalam
upaya
meningkatkan literasi informasi siswa.
perpustakaan
dalam
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Perpustakaan Sekolah 1. Pengertian dan Tujuan Perpustakaan Sekolah Sebelum kita mengetahui pengertian dari perpustakaan sekolah, terlebih dahulu diberi batasan dari pengertian perpustakaan itu sendiri. Pada abad ke-19 perpustakaan didefinisikan sebagai suatu gedung, ruangan atau sejumlah ruangan yang berisi koleksi buku yanng dipelihara dengan baik, dapat digunakan oleh masyarakat atau golongan masyarakat tertentu (Surachman, 2007 : 1). Kemudian apabila dilihat secara umum pengertian perpustakaan terbagi atas dua segi, yaitu : a. Pengertian menurut bahasa 1) Dalam bahasa Indonesia istilah “perpustakaan” dibentuk dari kata dasar “pustaka” yang berarti kitab/buku (Sulistyo-Basuki, 2003 : 1). Kemudian kata dasar “pustaka” ditambah awalan per” dan akhiran
”an”.
Menurut
Kamus Umum
Bahasa
Indonesia
perpustakaan diartikan sebagai “kumpulan buku-buku (bahan bacaan,
dan
sebagainya).
(Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan, 1988 : 713). 2) Dalam bahasa Inggris disebut library yang berarti perpustakaan 3) Dalam bahasa Arab disebut al-maktabah yang berarti tempat menyimpan buku-buku (Al Hamid, Zaid Husein, 1982 : 494).
b. Pengertian menurut istilah 1) Menurut IFIA (International Federation of Library Associations and Institutions). “Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak dan non tercetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang tersusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai”(Sulistyo-Basuki, 2003 : 5). 2) Menurut Sutarno NS, M. Si “Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari gedung atau bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang disusun dan diatur sedemekian rupa sehingga mudah dicari dan dipergunakan apabila sewaktu-waktu diperlukan untuk pembaca” (Sutarno NS, 2003 : 7). Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan yang mengacu pada Keputusan Presiden RI No. 11 tahun 2000, disebutkan bahwa perpustakaan adalah merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
menunjang
pelaksanaan
pembangunan nasional (Surachman, 2007 :1). Sedangkan untuk perpustakaan sekolah sendiri mempunyai pengertian yaitu sebagai suatu kumpulan buku yang terorganisir, ditempatkan di sekolah untuk digunakan oleh para guru atau murid.
Perpustakaan sekolah terdiri atas buku rujukan dan buku-buku untuk baca di rumah, dan berada dalam perawatan seorang pustakawan profesional, guru atau guru pustakawan. Perpustakaan sekolah dapat disebut sebagai pusat bahan-bahan pengajaran (instructional material center), pusat sumber belajar (learning resources center) atau pusat media (media center) (Prytherch, 1990 : 649). Dan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 23 Ayat 1 telah disebutkan bahwasannya “Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan standar nasional pendidikan”. Adapun
tujuan
dari
perpustakaan
sekolah
menurut
buku
perpustakaan sekolah dibagi menjadi 2, yaitu : a. Tujuan umum Perpustakaan sekolah diselenggarakan sebagai suatu perangkat kelengkapan pendidikan untuk bersama-sama dengan kelengkapankelengkapan yang lain guna meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas Pembangunan nasional yang berasaskan Pancasila dan UUD 1945.
b. Tujuan khusus 1) Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca, khususnya mendayagunakan budaya tulisan dalam segala sektor kehidupan. 2) Mengembangkan kemampuan mencari dan mengolah serta memanfaatkan informasi. 3) Mendidik murid agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat dan berhasil guna. 4) Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri. 5) Memupuk minat dan bakat. 6) Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif. 7) Mengembangkan
kemampuan untuk memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri (Perpustakaan Nasional, 1992 : 10). Dalam Manifesto perpustakaan sekolah telah dipaparkan tujuan perpustakaan
sekolah
melalui
butiran-butiran
penting
bagi
pengembangan literasi : literasi informasi, pengajaran, pembelajaran dan kebudayaan serta jasa inti perpustakaan sekolah, yaitu yang meliputi : a. Memperluas sarana pendidikan sebagaimana digariskan dalam misi dan kurikulum sekolah.
b. Mengembangkan dan mempertahankan kelanjutan anak dalam kebiasaan dan keceriaan membaca dan belajar, serta menggunakan perpustakaan sepanjang hayat mereka. c. Memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman dalam menciptakan dan menggunakan informasi untuk pengetahuan, pemahaman, daya pikir dan keceriaan. d. Mendukung semua murid dalam pembelajaran dan praktek keterampilan mengevaluasi dan menggunakan informasi, tanpa memandang bentuk, format atau media, termasuk kepekaan berkomunikasi di komunitas. e. Menyediakan akses sumber daya lokal, regional, nasional dan global dan kesempatan pembelajaran menyingkap ide, pengalaman dan opini yang beraneka ragam. f. Mengorganisasi yang mendorong kesadaran serta kepekaan budaya dan sosial. g. Bekerja dengan murid, guru, administrator dan orang tua untuk mencapai misi sekolah. h. Menyatakan bahwa konsep kebebasan intelektual dan akses informasi merupakan hal penting terciptanya warga negara yang bertanggung jawab dan efektif serta partisipasi di alam demokrasi. i.
Promosi membaca dan sumber serta jasa perpustakaan sekolah kepada seluruh komunitas sekolah dan masyarakat luas (IFLA, 2002 : 33).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan perpustakaan sekolah adalah merupakan sarana yang diperuntukkan bagi siswa/siswi agar mempunyai keterampilan belajar sepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya fikir mereka agar dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab. 2. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah diselenggarakan pada berbagai jenis dan tingkatan sekolah. Tugas perpustakaan sekolah adalah memberikan layanan informasi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah dalam rangka pelaksanaan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah (Mudjito , 2001 : 8). Tugas didirikannya perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan diselenggarakannya pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik (siswa atau murid), serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan menengah. Perpustakaan sekolah sebagai bagian integral dari sekolah, merupakan komponen utama pendidikan di sekolah, diharapkan dapat menunjang terhadap pencapaian tujuan tersebut (Yusuf, et al , 2007 : 3). Tugas pokok dan fungsi perpustakaan sekolah/madrasah perlu dirumuskan dengan baik agar dapat dijadikan pedoman penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan sekolah, baik untuk setiap unit sekolah, maupun secara nasional. Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi
dengan adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid-murid dan guru menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah harus dapat menunjang proses belajar mengajar. Agar dapat menunjang proses belajar mengajar, maka dalam pengadaan bahan pustaka hendaknya mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta selera para pembaca yang dalam hal ini adalah murid-murid (Bafadal, 2001 : 5). Davies menyatakan bahwa fungsi utama perpustakaan sekolah adalah
berpartisipasi
dalam
pendidikan
murid-murid
dan
untuk
melaksanakan program pendidikan dengan bekerjasama secara langsung dengan guru untuk memfasilitasi kegiatan pengajaran (Herring, 1982 : 72). Ada beberapa fungsi perpustakaan sekolah, yaitu sebagai berikut : a. Membantu para siswa melakukan penelitian dan membantu menemukan keterangan-keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang didapatnya di dalam kelas. b. Memupuk daya kritis siswa c. Membantu memperkembangkan kegemaran dan hobi siswa dengan adanya berbagai buku tentang keterampilan-keterampilan yang meningkatkan daya kreasi siswa d. Tempat untuk melestarikan kebudayaan. Adanya koleksi-koleksi karya sastra dan budaya dari masa ke masa, siswa dapat mempelajari dari perpustakaan
e. Sebagai
pusat
penerangan.
Berbagai
informasi-informasi
perkembangan zaman sebagai penerangan bagi siswa untuk berpijak pada zamannya f. Menjadi pusat dokumentasi. Berbagi dokumen-dokumen sekolah baik dari hasil karya siswa ataupun dokumen lainnya yang berharga untuk dikenang dan diketahui para siswa tahun-tahun berikutnya bahkan bisa menjadi pendorong untuk maju. g. Sebagai tempat rekreasi. Bacaan-bacaan ringan, cerita-cerita fiksi yang tersedia di perpustakaan dapat menjadi pelepas ketegangan setelah sekian jam menggeluti ilmu di dalam kelas. Masuk perpustakaan dan membaca bacaan segar merupakan rekreasi yang sehat dan tetap mendidik (Milburga, 1991 :81). Dapat disimpulkan bahwasannya tugas pokok perpustakaan sekolah tidak lain berkaitan erat dengan kedudukannya sebagai salah satu sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah yang mendukung tugas sekolah secara keseluruhan yang berkaitan dengan kurikulum sekolah. Sedangkan fungsi perpustakaan sekolah adalah bekerjasama dengan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa pada bidang
pendidikan,
keilmuan
dan
kebudayaan.
Sehingga
dapat
meningkatkan kemampuan literasi siswa. 3. Organisasi dan Sumber Daya Manusia Organisasi merupakan aspek penting dalam suatu lembaga, termasuk
perpustakaan
sekolah.
Suatu
organisasi
tidak
saja
menggambarkan bagian-bagian atau aspek-aspek kegiatan suatu lembaga, tetapi juga berkaitan dengan pelaksanaan atau pegawai yang akan melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Di samping itu, suatu organisasi juga akan memberikan deskripsi bagaimana suatu bagian atau staf di dalam suatu organisasi bekerja. Bagaimana satu bagian berhubungan dengan bagian lainnya di dalam suatu perpustakaan, dan bagaimana perpustakaan berhubungan dengan organisasi atau lembaga lainnya (Sismanto, 2007 : 14). Adapun pengertian dari organisasi perpustakaan adalah wadah kegiatan orang-orang atau para pengelola (karyawan atau petugas atau personil) yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dalam rangka mengelola suatu perpustakaan (Bangun, 1992 : 191). Menurut Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Pekerjaan mengorganisasi di perpustakaan sekolah adalah "Rangkaian kegiatan mengelompokkan pekerjaan serta orang yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut, menetapkan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing masing individu dan menetapkan hubungan antara unit-unit kerja yang ada untuk mencapai tujuan dari Perpustakaan Sekolah". Sedangkan
perpustakaan
sekolah
ditinjau
dari
struktur
organisasinya dapat dibagi atas dua kelompok : a. Secara makro Organisasi perpustakaan sekolah secara makro menggambarkan kedudukan perpustakaan sekolah dalam organisasi sekolah secara keseluruhan.
b. Secara mikro Organisasi perpustakaan sekolah secara mikro menggambarkan kedudukan unit-unit seluruhan organisasi perpustakaan sekolah (Zahara, 2003 : 1). Dalam struktur makro sekolah, seperti tercantum dalam manifesto IFLA atau UNESCO, keberadaan suatu perpustakaan merupakan bagiam integral dari proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti perpustakaan sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mensukseskan program-program dan kegiatan sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan (Sismanto, 2007 : 14). Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwa organisasi perpustakaan sekolah terbagi dalam dua sub yakni makro dan mikro. Dimana kedua sub tersebut berhubungan langsung mulai dari lingkup yang lebih kecil yaitu unit-unit perpustakaan sendiri sampai dengan lingkup yang lebih luas atau besar yaitu sekolah dalam pembelajaran. Faktor lain yang penting dalam pengelolaan perpustakaan sekolah adalah mengenai sumber daya manusia (SDM) yang mengelolanya. Kita sering menemui bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan perpustakaan hanya menjadi pekerjaan sampingan sehingga tidak dikelola secara baik. Bahkan dalam beberapa kasus ketiadaan sumber daya manusia ini membuat sekolah sama sekali tidak memperdulikan adanya perpustakaan sebagai bagian integral dari sistem pendidikannya (Saiful-Haq, 2007 : 24).
Menurut pedoman perpustakaan sekolah IFLA atau UNESCO sumber daya manusia mencakup : a. Tenaga Perpustakaan Pengertian “tenaga”, dalam konteks ini, adalah pustakawan dan asisten pustakawan berkualifikasi. Di samping itu, mungkin masih ada tenaga penunjang, seperti para guru, teknisi, orang tua murid dan berbagai jenis relawan. Pustakawan sekolah hendaknya memiliki pendidikan profesional dan berkualifikasi, dengan pelatihan tambahan di bidang teori pendidikan
dan
metodologi
pembelajaran.
Tenaga
perpustakaan
didalamnya terdiri dari 2 peran yaitu : 1) Peran Pustakawan Sekolah Peran utama pustakawan adalah memberikan sumbangan pada misi
dan
tujuan
sekolah
termasuk
prosedur
evaluasi
dan
mengembangkan serta melaksanakan misi dan tujuan perpustakaan sekolah. Dalam kerjasama dengan senior manajemen sekolah, administrator dan guru, maka pustakawan ikut dalam pengembangan rencana
dan
implementasi
kurikulum.
Pustakawan
memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan penyediaan informasi dan pemecahan masalah informasi serta keahlian dalam
menggunakan berbagai sumber, baik tercetak maupun elektronik. Pengetahuan, keterampilan dan keahlian pustakawan sekolah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekolah tertentu.
2) Peran Asisten Pustakawan Asisten
pustakawan
melaporkan
kepada
pustakawan
serta
membantunya sesuai dengan fungsinya. Asisten pustakawan harus
memiliki keterampilan dasar kepustakawanan. Bila belum memiliki keterampilan dasar kepustakawanan, maka perpustakaan sekolah akan memberikannya. Beberapa tugas pekerjaan asisten pustakawan, meliputi : kegiatan rutin, menyusun materi perpustakaan di rak, peminjaman, mengembalikan materi perpustakaan ke rak serta pengolahan materi perpustakaan (IFLA, 2002 : 14). Untuk peraturan IFLA sudah banyak digunakan oleh negara-negara maju seperti Kanada, Amerika bahkan Malaysia karena di dalamnya mencakup peran dari pustakawan tersebut. Namun di Indonesia belum secara keseluruhan menggunakan peraturan ini dikarenakan tidak terpenuhinya keadaan perpustakaan sekolah yang masih jarang ditemui. Namun negara kita telah membuat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 25 tahun 2008 yang di dalamnya membahas tentang standar tenaga perpustakaan sekolah atau madarasah seperti yang dijabarkan di bawah ini. Sedangkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 25 tahun 2008 tentang Standard Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah : a. Pasal 1 alinea 1 di dalamya mencakup kepala perpustakaan sekolah/madrasah dan tenaga perpustakaan sekolah/madrasah.
b. Pasal 1 alinea 2 standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 yang tercamtum pada lampiran Peraturan Menteri. Sebagaimana
terdapat
pada
Lampiran
Peraturan
Menteri
Pendidikan Nasional No. 25 tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah adalah sebagai berikut : a. Kualifikasi Setiap sekolah/madrasah untuk semua jenis dan jenjang yang mempunyai jumlah tenaga perpustakaan sekolah/madrasah lebih dari satu orang, mempunyai lebih dari enam rombongan belajar (rombel), serta memiliki koleksi minimal 1000 (seribu) judul materi perpustakaan dapat mengangkat kepala perpustakaan sekolah/madrasah. 1) Kepala perpustakaan sekolah/madrasah yang melalui jalur pendidik Kepala perpustakaan sekolah/madrasah harus memenuhi syarat : a) Berkualifikasi serendah-rendahnya diploma empat (D4) atau sarjana (S1); b) Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah; c) Masa kerja minimal 3 (tiga) tahun. 2) Kepala perpustakaan sekolah/madrasah yang melalui jalur tenaga kependidikan. Kepala perpustakaan sekolah dan madrasah harus memenuhi salah satu syarat berikut :
a) Berkualifikasi Diploma dua (D2) Ilmu Perpustakaan dan Informasi bagi pustakawan dengan masa kerja minimal 4 tahun; atau b) Berkualifikasi diploma dua (D2) Non-Ilmu Perpustakaan dan Informasi
dengan
sertifikat
kompetensi
pengelolaan
perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah dengan masa kerja minimal 4 tahun di perpustakaan sekolah/madrasah. 3) Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah Setiap perpustakaan sekolah/madrasah memiliki sekurangkurangnya satu tenaga perpustakaan Sekolah/madrasah yang berkualifikasi SMA
atau
yang sederajat dan bersertifikat
kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah (Sholeh, 2008 : 138). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ketenagaan perpustakaan sekolah dari IFLA dibagi menjadi dua yaitu pustakawan sekolah dan asisten pustakawan sedangkan untuk ketenagaan perpustakaan sekolah menurut Peraturan Menteri mencakup kepala perpustakaan sekolah/madrasah dan tenaga perpustakaan sekolah/madrasah. Untuk Peraturan
menteri
tidak
mencantumkan
menggunakan istilah tenaga perpustakaan.
nama
pustakawan
tapi
B. Kebijakan Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah hendaknya dikelola dalam kerangka kerja kebijakan yang tersusun secara jelas. Kebijakan perpustakaan sekolah disusun dengan mempertimbangkan berbagai kebijakan dan kebutuhan sekolah yang menyeluruh, serta mencerminkan etos, tujuan dan sasaran maupun kenyataan sekolah. Kebijakan tersebut menentukan kapan, di mana, untuk siapa dan oleh siapa potensi maksimal akan dilaksanakan. Kebijakan perpustakaan akan dapat dilaksanakan bila komunitas sekolah mendukung dan memberikan sumbangan pada maksud dan tujuan yang ditetapkan di dalam kebijakan. Karena itu, kebijakan tersebut harus tertulis dengan sebanyak mungkin keterlibatan yang berjalan secara dinamis, melalui banyak konsultasi yang dapat diterangkan, serta hendaknya disebarkan seluas mungkin melalui media cetak (IFLA, 2002 : 6). Kebijakan tentang pentingnya peran perpustakaan dalam sistem pendidikan perlu jelas sehingga peran perpustakaan benar-benar dapat menunjang proses berbagai aktifitas pembelajar. Semua pihak seperti pemerintah, kepala sekolah atau rektor, guru atau dosen, dan para stokeholder lainnya harus terlibat langsung dalam membuat rumusan tersebut. Dokumen rumusan dan berbagai rencana pelaksanaan tersebut harus jelas menyatakan tentang peran perpustakaan dalam sistem pendidikan yang sangat terkait dengan aspek-aspek berikut : a. Kurikulum sekolah b. Metode pembelajaran di sekolah
c. Memenuhi berbagai standar dan kriteria lokal maupun nasional d. Berbagai kebutuhan pembelajaran siswa pengembangan pribadi e. Berbagai kebutuhan pengajaran bagi staf f. Meningkatkan prestasi dan mutu pendidikan (Purnomo, 2006 : 135). 1. Misi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah menyediakan jasa pembelajaran, buku dan sumber daya yang memungkinkan semua anggota komunitas sekolah menjadi pemikir kritis dan pengguna informasi yang efektif dalam berbagai format dan media. Perpustakaan sekolah berhubungan dengan jaringan perpustakaan dan informasi yang lebih luas sesuai dengan prinsip Manifesto Perpustakaan Umum yang dikeluarkan UNESCO. Staf perpustakaan menunjang penggunaan buku dan sumber informasi lainnya, mulai dari buku fiksi sampai dokumenter, dari tercetak sampai elektronik, yang tersedia di sekolah maupun tempat lain. Materi tersebut melengkapi dan memperkaya buku ajar, bahan dan metodologi mengajar. Telah terbukti, jika para pustakawan dan guru bekerja sama, maka murid akan mencapai tingkat literasi, kemampuan membaca, belajar, memecahkan masalah serta keterampilan teknologi informasi dan komunikasi yang lebih tinggi. Jasa perpustakaan sekolah harus diselenggarakan secara adil dan merata bagi semua anggota komunitas sekolah tanpa membeda-bedakan umur, ras, jenis kelamin, agama, kebangsaan, bahasa, status profesional ataupun sosial. Jasa dan materi khusus perpustakaan harus disediakan bagi mereka yang tak mampu
menggunakan arus utama jasa dan materi perpustakaan. Akses ke jasa dan koleksi perpustakaan hendaknya didasarkan pada Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tidak terikat pada segala bentuk ideologi, politik dan sensor agama, ataupun tekanan perdagangan (IFLA, 2002 : 32). 2. Komponen-Komponen Kerangka Kebijakan Komponen yang memberikan sumbangan ikut ambil bagian dalam perpustakaan sekolah yang dikelola dengan baik dan efektif secara maksimal adalah sebagai berikut : a. Anggaran dan Pendanaan Perpustakaan sekolah harus memperoleh dana yang mencukupi dan berlanjut untuk tenaga yang terlatih, materi perpustakaan, teknologi dan fasilitas serta aksesnya harus bebas biaya. Untuk menjamin agar perpustakaan memperoleh bagian yang adil dari anggaran sekolah, butir berikut penting artinya : 1) Memahami proses penganggaran sekolah 2) Menyadari jadwal siklus anggaran 3) Mengenal siapa yang menjadi tenaga penting 4) Memastikan bahwa segala kebutuhan perpustakaan teridentifikasi.
Dalam merencanankan anggaran komponen rencana anggaran berikut mencakup : 1) Biaya pengadaan sumberdaya baru (misalnya, buku, terbitan berkalaataumajalah dan bahan terekamatautidak tercetak); biaya keperluan promosi (misalnya, poster) 2) Biaya pengadaan alat tulis kantor (ATK) dan keperluan administrasi 3) Biaya berbagai aktivitas pameran dan promosi 4) Biaya penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (ICT), biaya perangkat lunak dan lisensi, jika keperluan tersebut belum termasuk di dalam biaya teknologi dan komunikasi informasi umum di sekolah. Sebagai ketentuan umum, anggaran material perpustakaan sekolah paling sedikit adalah 5 % untuk biaya per murid dalam sistem persekolahan, tidak termasuk untuk belanja gaji dan upah, pengeluaran pendidikan khusus, anggaran transportasi serta perbaikan gedung dan sarana lain (IFLA, 2002 : 9). Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan : 1) Bab VII Bagian Ketiga Pasal 23 Ayat 6 menyatakan bahwa sekolah/madrasah mengalokasikan dana palng sedikit 5 % dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja
barang
di
luar
belanja
modal
untuk
pengembangan
perpustakaan. Dapat dsimpulkan bahwasanya anggaran yang dialokasikan untuk perpustakaan sekolah dari ketetapan IFLA dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan adalah sama yakni paling sedikit 5 %. b. Tempat atau lokasi Pertimbangan berikut ini perlu disertakan dalam proses perencanaan : 1) Lokasi terpusat atau sentral 2) Akses dan kedekatan, dekat semua kawasan pengajaran 3) Faktor kebisingan, paling sedikit di perpustakaan tersedia beberapa bagian yang bebas dari kebisingan dari luar 4) Pencahayaan yang baik dan cukup, baik lewat jendela maupun lampu penerangan 5) Suhu ruangan yang tepat (misalnya, adanya pengatur suhu ruangan ataupun ventilasi yang mencukupi) untuk menjamin kondisi bekerja yang baik sepanjang tahun disamping preservasi koleksi 6) Disain yang sesuai guna memenuhi kebutuhan penderita cacat fisik 7) Ukuran ruang yang cukup untuk penempatan koleksi buku, fiksi dan non-fiksi, buku sampul tebal maupun tipis, suratkabar dan majalah, sumber non-cetak serta penyimpanannya, ruang belajar, ruang baca, komputer meja, ruang pameran, ruang kerja tenaga dan meja perpustakaan
8) Fleksibitas untuk memungkinkan keserbaragaman kegiatan serta perubahan kurikulum dan teknologi pada masa mendatang (IFLA, 2002 : 10). c. Sumberdaya 1) Sumberdaya Materi Ruang perpustakaan berstandar tinggi dan memiliki sejumlah besar sumberdaya
berkualitas tinggi merupakan hal
penting. Karena alasan tersebut, maka kebijakan manajemen koleksi bersifat penting. Kebijakan ini menjelaskan maksud, ruang lingkup dan isi koleksi termasuk akses ke sumber eksternal. a) Kebijakan Manajemen Koleksi Perpustakaan sekolah hendaknya menyediakan akses ke sejumlah besar sumberdaya yang memenuhi kebutuhan pengguna berkaitan dengan pendidikan, informasi dan pengembangan pribadi. Perkembangan koleksi yang terus menerus merupakan keharusan untuk menjamin penggguna memperoleh pilihan terhadap materi baru secara tetap. Tenaga perpustakaan sekolah harus bekerjasama dengan administrator dan guru agar dapat mengembangkan
kebijakan
manajemen
koleksi
bersama.
Pernyataan kebijakan semacam itu harus berdasarkan kurikulum, kebutuhan khusus dan kepentingan komunitas sekolah, dan mencerminkan keanekaragaman masyarakat di luar sekolah. Unsur berikut hendaknya dimasukkan dalam pernyataan kebijakan :
(1) Manifesto Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO – Misi (2) Pernyataan Kebebasan Intelektual (3) Kebebasan Informasi (4) Tujuan kebijakan manajemen koleksi dan kaitannya pada sekolah dan kurikulum (5) Program jangka pendek dan panjang (IFLA, 2002 : 12). 2) Sumberdaya Elektronik Cakupan jasa harus mencakup akses pada sumber informasi elektronik yang mencerminkan kurikulum dan minat serta budaya pengguna. Sumberdaya elektronik hendaknya meliputi akses ke internet, pangkalan data referens khusus dan teks lengkap, bermacam paket perangkat lunak komputer berkaitan dengan pengajaran. Sumber tersebut dapat diperoleh dalam bentuk CD-ROM dan DVD (IFLA, 2002 : 13). d. Organisasi Setiap perpustakaan, baik kecil maupun besar, perlu diatur dan ditata dengan baik, sehingga pelaksanaan kegiatan kerjanya dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Untuk dapat memperoleh hasil yang baik, diperlukan kemauan dan kemampuan tenaga untuk bekerjasama sehingga dalam suatu organisasi perpustakaan perlu ada pembagian tugas untuk pelaksanaan yang meliputi : 1) Beban kerja yang harus dipikul 2) Jenis pekerjaan yang beragam
3) Kebutuhan berbagai macam spesialisasi (Darmono, 2007 : 37). e. Ketenagaan Pustakawan sekolah adalah tenaga kependidikan berkualifikasi serta profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaaan perpustakaan sekolah, didukung oleh tenaga yang mencukupi, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah dan berhubungan dengan perpustakaan umum dan lain-lainnya. f. Penggunaan perpustakaan 1) Program Di dalam program pengembangan kurikulum dan pendidikan nasional, perpustakaan sekolah hendaknya dipandang sebagai bagian penting guna memenuhi berbagai tujuan yang berkaitan dengan hal berikut: a) Literasi informasi untuk semua, dikembangkan dan diterima secara bertahap melalui sistem sekolah b) Ketersediaan sumber daya informasi bagi murid pada semua tingkat pendidikan c) Membuka penyebaran informasi dan pengetahuan bagi semua kelompok murid sebagai pelaksanaan hak demokrasi dan asasi manusia Pada tingkat nasional maupun lokal, disarankan agar memiliki program yang dirancangkan secara khusus untuk tujuan pengembangan perpustakaan sekolah. Program tersebut mungkin meliputi tujuan dan
kegiatan yang berbeda-beda menurut konteksnya. Berikut ini beberapa contoh kegiatan : a) Mengembangkan dan menerbitkan berbagai standar dan panduan nasional dan lokal untuk perpustakaan sekolah. b) Menyediakan
model
perpustakaan
untuk
menunjukkan
perpustakaan percontohan. c) Membentuk komite perpustakaan sekolah di tingkat nasional dan lokal. d) Mendisain kerangka kerja formal untuk kerjasama antara perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum di tingkat nasional dan lokal. e) Memprakarsai dan menawarkan program pelatihan pustakawan sekolah profesional. f) Menyediakan dana untuk proyek perpustakaan sekolah, seperti kampanye membaca. g) Memprakarsai dan mendanai proyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan dan pengembangan perpustakaan sekolah. 2) Kerjasama dan Pemanfaatan Bersama dengan Perpustakaan Umum Guna menyempurnakan jasa perpustakaan bagi anak-anak dan remaja di komunitas tertentu, disarankan agar perpustakaan sekolah bekerja sama dengan perpustakaan umum.
3) Kegiatan di Tingkat Sekolah Perpustakaan sekolah harus mencakup berbagai kegiatan secara luas dan harus berperan penting guna mencapai misi dan visi sekolah. Semuanya harus ditujukan guna melayani pengguna potensial di dalam komunitas sekolahdan guna memenuhi kebutuhan tertentu dan berbeda-beda dari berbagai kelompok sasaran. Berbagai program dan kegiatan tersebut harus didisain melalui kerjasama erat dengan: a) Kepala sekolah atau guru kepala b) Para kepala unit kerja c) Para guru d) Tenaga pendukung e) Para murid (IFLA, 2002 : 18). g. Promosi Jasa dan fasilitas yang disediakan perpustakaan sekolah harus aktif dipromosikan sehingga berbagai kelompok sasaran selalu menyadari peran utamanya sebagai mitra dalam pembelajaran dan sebagai pintu gerbang ke semua jenis sumber informasi. Berbagai kelompok sasaran tersebut telah diuraikan di beberapa bab sebelumnya. Mereka adalah para kepala sekolah dan anggota kelompok manajemen sekolah, para kepala unit kerja sekolah, guru murid, para eksekutif pemerintahan dan orang tua murid. Dengan
demikian berbagai macam promosi harus disesuaikan dengan berbagai kelompok sasaran yang berbeda-beda (IFLA, 2002 : 24). Semua komponen tersebut di atas adalah penting di dalam kerangka kerja kebijakan dan rencana kegiatan yang realistis. Rencana kegiatan harus mencakup strategi, tugas, sasaran, pemantauan dan evaluasi secara rutin. Kebijakan dan rencana merupakan dokumen aktif yang harus selalu ditinjau ulang (IFLA, 2002 : 6). Dan dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh komponen di dalamnya yang mengacu pada Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA atau UNESCO. 3. Unsur-Unsur Utama Perpustakaan Pelaksanaan tugas perpustakaan hendaknya terjamin efektifitasnya dan pemanfaatannya optimal. Untuk itu perlu diperhatikan unsur-unsur suatu perpustakaan. a. Pengguna Pengguna adalah unsur utama pada satu perpustakaan, karena untuk pengguna perpustakaan dibangun dan dikembangkan. Pada dasarnya pengguna adalah masyarakat yang memiliki kebutuhan informasi yang harus dipenuhi oleh perpustakaan. Pengguna perpustakaan sekolah adalah guru dan murid selain itu dapat juga ditetapkan oleh kebijakan sekolah siapa saja yang akan dilayani oleh perpustakaan. Pihak-pihak lain yang dapat digariskan dan ditetapkan dalam kebijakan sekolah sebagai pengguna perpustakaan yang akan dilayani adalah sebagai berikut :
1) Siswa 2) Guru 3) Orang tua siswa 4) Alumni sekolah yang bersangkutan 5) Komite sekolah 6) Berbagai organisasi yang bekerjasama dengan sekolah baik dalam hal pendidikan dan keilmuan, maupun kebudayaan, kesenian, olah raga, pengembangan masyarakat dan lain-lain (Saiful-Haq, Rizal, dkk, 2006:40). b. Koleksi Unsur utama yang kedua, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari para pengguna adalah koleksi. Koleksi adalah sumber daya perpustakaan sekolah untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi para penggunanya. Pada umumnya koleksi perpustakaan sekolah dapat dibagi atas beberapa jenis : 1) Koleksi referen, yaitu sekumpulan buku atau bahan lain yang berguna untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang muncul dalam kegiatan sehari-hari, dalam kegiatan belajar atau penelitian. 2) Koleksi buku non-fiksi, yaitu bahan bacaan yang dikembangkan sesuai dengan kebijakan pengembangan koleksi yang diorientasikan untuk menunjang kurikulum.
3) Koleksi buku fiksi, yaitu pengembangan koleksi buku fiksiharus mengacu kepada kebijakan pengembangan koleksi yang berorientasi kepada tujuan menyukseskan kurikulum yang sekaligus dapat berfungsi untuk memberikan layanan bacaan rekreatif, edukatif, kultural, religius dan meningkatkan minat baca. 4) Koleksi serial, yaitu majalah, surat kabar, bahan terbitan berkala yang lain. Serial adalah bahan yang direncanakan untuk terbit terus menerus dalam frekwensi tertentu. 5) Koleksi non buku, yaitu dapat berupa rekaman suara, rekaman gambar, rekaman video atau film, rekaman file komputer, atlas, peta, globe, panflet, dan lain-lain. 6) Koleksi deposit dan buku tandon. Koleksi deposit adalah koleksi dari karya-karya yang lahir di lingkungan sekolah yang dapat berupa karya penulis perorangan (siswa, guru, dan pihak lain) maupun organisasi. Buku tandon adalah buku yang tidak dapat dipinjamkan kepada anggota karena jumlahnya satu atau sangat terbatas akan tetapi kegunaannya tinggi (Saiful-Haq, dkk, 2006 : 41). c. Sumber Daya Manusia Pustakawan sekolah adalah tenaga kependidikan berkualifikasi serta profesional yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaaan
perpustakaan
sekolah,
didukung
oleh
tenaga
yang
mencukupi, bekerja sama dengan semua anggota komunitas sekolah dan berhubungan dengan perpustakaan umum dan lain-lainnya. Pade fase awal
cukup diperlukan pustakawan yang memiliki keterampilan dasar perpustakaan, seperti berikut : 1) Administrasi bahan pustaka (mulai dari stampling sampai pada shelfing) 2) Klasifikasi 3) Katalogisasi 4) Sirkulasi 5) Adminstrasi anggota 6) Statistik sirkulasi (LIPI, 2009 : 5). d. Sistem dan Manajemen Penyelenggaraan Walaupun lengkap dan handalnya koleksi perpustakaan tidak serta merta
dapat digunakan
dengan baik
dalam
pemberian
layanan
perpustakaan tanpa disusun dalam suatu sistem yang baik. Sistem-sistem dan manajemen perpustakaan meliputi : 1) Sistem simpan dan temu kembali informasi (katalogisasi dan klasifikasi serta sistem penjajaran) 2) Sistem layanan baca 3) Sistem layanan pinjam 4) Tata tertib perpustakaan 5) Sistem layanan perpustakaan, dan lain-lain 6) Manajemen koleksi 7) Manajemen sarana dan prasarana 8) Manajemen anggaran dan keuangan
9) Manajemen sumberdaya manusia 10) Manajemen kerja sama, komunikasi dan koordinasi. e. Sarana Sarana
perpustakaan meliputi gedung
atau
ruangan serta
perlengkapan perpustakaan yang memiliki spesifikasi khusus untuk pemanfaatan di perpustakaan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan: 1) Bab IX Pasal 38 Ayat 1 menyatakan setiap penyelenggara perpustakaan menyediakan sarana dan prasarana sesuai dengan standar nasional perpustakaan. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat lima unsur utama perpustakaan yang harus di penuhi sehingga pelaksanaan tugas perpustakaan dapat berjalan dengan lancar. C. Program Perpustakaan Program yang dibuat oleh perpustakaan sekolah merupakan bagian yang sangat penting untuk membentuk siswa menjadi pembelajar seumur hidup. Program yang dibuat ditujukan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, membantu mereka untuk menjadi pemikir bebas dan problem solvers, serta membantu mereka menjadi cinta membaca. Mereka juga dimotivasi untuk menjadi pengguna informasi yang efektif dan penghasil informasi yang produktif. Beberapa program yang dapat dilakukan di antaranya adalah :
1. Gerakan Cinta Membaca di Sekolah Menumbuhkan minat baca adalah sebuah proses yang memerlukan waktu panjang. Banyak faktor yang harus dilibatkan salah satunya adalah melalui pembiasaan yang dimulai dari masa kanak-kanak. Misalnya dapat dimulai dengan kegiatan pemilihan duta pustaka, lomba resensi, pameran, mendatangkan penulis, ilmuwan, membentuk klub buku atau klub baca, dan lain-lain (LIPI, 2009 : 10). 2. Mendongeng (storytelling) Storytelling adalah menceritakan sebuah dongeng atau cerita secara lisan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa storytelling adalah menceritakan sebuah cerita, baik fiksi maupun non fiksi, dongeng, dan sebagainya. Berbagai program yang bisa dilakukan dalam storytelling, misalnya : a. Mula-mula melalui acara yang tidak ada kaitannya secara langsung dengan buku, tetapi karena dilaksanakan di perpustakaan maka diharapkan anak akan tertarik melihat-lihat dan akhirnya membaca buku. b. Mengadakan acara yang langsung berhubungan dengan buku. Kegiatan mendongeng secara langsung tanpa alat peraga atau dengan jalan membacakan cerita. Kegiatan ini bisa melibatkan anak dengan memintanya ikut menjadi salah satu tokoh, bisa juga mendongeng dengan boneka dan alat peraga lain.membaca cerita tidak hanya bagi
yang belum bisa membaca saja, tetapi anak yang sudah besar pun akan menyukainya. c. Mengatur
kerjasama
dengan
para
relawan
untuk
membantu
melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas, misal dengan bantuan orang tua, guru dan relawan lainnya yang mempunyai minat pada buku (Bunanta, 2004 : 77). 3. Literasi Informasi Menurut ALA: “information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effective needed information”. Artinya, literasi informasi diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi secara efektif dan etis (Nibaho, 2008 : 4). Melalui pengajaran literasi informasi peserta didik akan diajarkan pada sebuah metode untuk menelusuri informasi dari berbagai sumber informasi yang terus berkembang, bagaimana cara mengelolanya, seperti apa
cara
menilai
dan
bagaimana
cara
menggunakan
serta
mengkomunikasikannya. Karena tidak akan ada seorang pun pada zaman sekarang ini yang mampu untuk mengikuti semua informasi yang ada. Konsekuensi bagi pustakawan dalam memasuki fase ketiga ini adalah dia dituntut harus memiliki kualitas dan keterampilan mendasar yang didefinisikan sebagai berikut :
a. Kemampuan berkomunikasi secara positif dan terbuka dengan anak dan orang dewasa. b. Kemampuan
memahami
kebutuhan
pemustaka
(pengguna
perpustakaan). c. Kemampuan bekerja sama dengan perorangan serta kelompok di dalam dan di luar komunitas sekolah. d. Memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai keanekaragaman budaya. e. Memiliki pengetahuan mengenai metodologi pembelajaran dan teori pendidikan. f. Memiliki
keterampilan
informasi
serta
bagaimana
menggunakannya. g. Memiliki pengetahuan mengenai bahan pustaka untuk membangun koleksi perpustakaan serta bagaimana mengaksesnya. h. Memiliki pengetahuan mengenai bacaan anak, media, dan kebudayaan. i.
Memiliki pengetahuan serta keterampilan di bidang manajemen dan pemasaran.
j.
Memiliki pengetahuan serta keterampilan di bidang teknologi informasi.
k. Memiliki keahlian finansial dan manajemen. l.
Gemar membaca.
m. Memiliki keahlian mengajar.
n. Memahami proses penelitian. o. Memiliki pengetahuan kurikulum sekolah. p. Memiliki kemampuan bekerja dengan seluruh murid dan guru. Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas bahwasnnya program perpustakaan sekolah terdapat tiga fase yaitu, gerakan cinta membaca di sekolah, mendongeng (storytelling), dan yang terakhir adalah literasi informasi. Program ini ditujukan agar dapat membentuk siswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hidup. D. Literasi Informasi 1. Konsep dan Pengertian Literasi Informasi Konsep literasi informasi banyak diartikan dalam berbagai istilah sejak awal tahun 70-an. Istilah orientasi perpustakaan, instruksi perpustakaan, instruksi bibliografi, study skill, research skills, dan library skills cenderung digunakan dalam konteks pendidikan. Seluruh kegiatan tersebut merupakan bagian dari keterampilan literasi informasi. Berbagai istilah yang digunakan tersebut tetap merujuk kepada kemampuan mencari, mengevaluasi, menggunakan informasi secara efektif (Alfida, 2008 : 251). Zurkowski adalah orang yang pertama kali menggunakan istilah literasi informasi (information literacy) lebih dari 30 tahun yang lalu. Dia menggambarkan orang-orang yang ketika itu melek informasi sebagai orang-orang yang terdidik di dalam pengaplikasian sumber-sumber informasi terhadap pekerjaan mereka. Mereka belajar teknik-teknik dan
keterampilan untuk memanfaatkan cakupan yang luas dari sarana informasi sebagaimana juga sumber-sumber utama dalam memecahkan permasalahan (Alfida, 2008 : 252). Di Indonesia istilah kemelekan informasi memang masih hal yang baru meskipun di negara-negara maju dan berkembang seperti; Malaysia, Srilangka, Taiwan Singapura dan Hongkong bukanlah hal yang baru lagi. Di sana perpustakaan mendapatkan perhatian yang cukup bagus dari pemerintahannya
sehingga
program
kemelekan
informasi
dapat
berkembang dengan baik. Bicara tentang penerapan kemelekan informasi di Indonesia khususnya di sekolah tentunya tidak terlepas dari kondisi perpustakaan sekolah sendiri yang secara umum masih amat sangat memprihatinkan. Mengutip dari pendapat Kuhlthau (1987) memberikan sudut pandang yang tidak jauh berbeda, yaitu bahwa literasi informasi lebih mengarah ke functional literacy, yang mencakup kemampuan membaca dan menggunakan informasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk mengetahui suatu informasi yang diperlukan dan menelusuri informasi untuk mengambil keputusan yang tepat (Nibaho, 2008 : 4). Menurut Marais (1992 : 75) literasi informasi adalah suatu proses pendidikan informasi yaitu suatu proses dimana pengetahuan, dan keahlian dibutuhkan untuk terjun dalam masyarakat informasi. Evolusi literasi informasi ditandai dengan berbagai tingkat dalam pendidikan informasi
dan dipengaruhi oleh kecenderungan tertentu dalam ilmu informasi dan pendidikan tingkat pendidikan informasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Sumber informasi terarah Tingkatan ini disebut sebagai “pendidikan lewat buku”. Tingkatan ini membahas mengenai pentingnya informasi dalam bentuk fisik dari kata-kata tercetak yang awalnya berupa buku-buku sampai media tercetak lainnya. b. Pendidikan layanan dan sistem informasi terarah Karena koleksi buku meningkat, maka koleksi ini disentralisasikan pada perpustakaan atau pusat informasi lainnya dan pendidikan informasi formal diserahkan pada pustakawan
atau
guru
pustakawan. Oleh karena itu tingkatan ini merujuk pada pendidikan informasi dengan menitikberatkan pada koleksi terorganisir dari sumber informasi. c. Pendidikan pemakai informasi terarah Pada tahap ini pendidikan ditekankan pada belajar mandiri. Penekanan utama pada tingkatan ini adalah kemandirian pemakai dalam mencari informasi yang sesuai dengan kebutuhan. d. Pendidikan dengan fokus pada informasi itu sendiri Pada tahap ini penekanan utamanya adalah pada pencarian informasi atau penelusuran informasi, baik yang terdapat dalam perpustakaan, informasi elektronik dan tempat informasi lainnya.
Dari pernyataan di atas dapat kita pahami bahwasannya konsep literasi informasi sudah banyak diartikan istilah jadi literasi informasi sebenarnya bukan hal baru namun bagi negara kita istilah tersebut merupakan hal baru sehingga pada masa-masa sekarang literasi informasi baru terasa yang diterapkan dimulai dari TK sampai tingkat Universitas. 2. Landasan dan Prospek a. Landasan Landasan utama bagi pendidikan cakap informasi atau information literacy adalah pendidikan nasional membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. Berdasarkan pandangan ini maka karakteristik masyarakat yang didambakan adalah masyarakat belajar yang tiada henti. Untuk mencapai cita-cita itu maka pendidikan nasional hendaknya diselenggarakan tidak hanya di sekolah (kelas) tetapi ditunjang kompetensi cakap informasi. Perpustakaan sekolah menunjang proses pembelajaran dan memberikan dasar kemampuan peserta didik untuk belajar sepanjang hayat dan mengembangkan kemampuan informasinya. Pengalaman peserta didik berinteraksi dengan perpustakaan menjadi bekal baginya dalam studi lanjut (Saiful-Haq, 2006b : 58).
Hal ini tertuang pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan : 1) BAB
I
Ketentuan
Umum
Pasal
2
yaitu,
perpustakaan
diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan. 2) Pasal 3 perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. 3) Pasal 4 perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 25 tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Pada bagian kompetensi Kepala dan tenaga perpustakaan sekolah/madrasah mengandung mengenai literasi informasi seperti yang terjabar di bawah ini : (a) Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah Dimensi
Kompetensi
Sub-kompetensi
kompetensi Kompetensi
Memberikan
Kependidikan
bimbingan literasi
kemampuan dasar literasi
informasi
informasi pengguna
• Mengidentifikasi
• Menyusun panduan dan
materi bimbingan literasi informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna • Membimbing pengguna mencapai literasi informasi • Mengevaluasi pencapaian bimbingan literasi informasi • Memotivasi dan mengembangkan minat baca komunitas sekolah atau madrasah • Menciptakan kiat pengembangan perpustakaan sekolah atau madrasah
(b) Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah Dimensi
Kompetensi
Sub-kompetensi
kompetensi Kompetensi
Memberikan
Kependidikan
bimbingan literasi
kemampuan dasar literasi
informasi
informasi pengguna
• Mengidentifikasi
• Menyusun panduan dan materi bimbingan literasi informasi sesuai dengan kebutuhan pengguna
• Membimbing pengguna mencapai literasi informasi • Mengevaluasi pencapaian bimbingan literasi informasi • Memotivasi dan mengembangkan minat baca komunitas sekolah atau madrasah
Untuk
melaksanakan
keterampilan
literasi
informasi
ini,
pustakawan perlu memahami 9 standar literasi informasi yang ditetapkan oleh American Association of School Librarian seperti di bawah ini : Information Literacy Standar 1 : siswa yang dianggap information literate dapat mengakses informasi secara efektif dan efisien. Standar 2 : siswa yang dianggap information literate dapat mengevaluasi informasi secara kritis dan kompeten. Standar3 : siswa yang dianggap information literate menggunakan informasi secara akurat dan kreatif.
Belajar Mandiri Standar 4 : siswa yang dianggap sebagai pelajar yang mandiri adalah siswa yang information literate dan mendapatkan informasi yang berhubungan dengan minat pribadi. Standar 5 : siswa yang dianggap pelajar mandiri adalah siswa yang information literate dan menghargai literatur serta ekspresi informasi kreatif lainnya. Standar 6 : siswa yang dianggap pelajar mandiri adalah siswa yang information literate dan berusaha dengan sebaik mungkin dalam mencari informasi dan penyebaran pengetahuan. Tanggung Jawab Sosial Standar 7 : siswa yang berkontribusi secara positif terhadap masyarakat belajar
dan
masyarakat
lainnya
adalah
siswa
yang
information literate dan memahami pentingnya informasi terhadap masyarakat yang demokratis. Standar 8 : siswa yang berkontribusi secara positif terhadap masyarakat belajar
dan
masyarakat
lainnya
adalah
siswa
yang
information literate dan mempraktekkan sikap yang etis berkenaan dengan informasi dan teknologi informasi. Standar 9 : siswa yang berkontribusi secara positif terhadap masyarakat belajar
dan
masyarakat
lainnya
adalah
siswa
yang
information literatedan berpartisipasi secara efektif dalam kelompok untuk mendapatkan dan menyebarkan informasi.
Bila kita merujuk pada standar di atas, jelas bagi kita, bahwa jika kita
menginginkan
siswa
sekolah/madrasah
menjadi siswa
yang
information literate, maka akan banyak keterampilan yang harus mereka miliki berkenaan dengan literasi informasi ini. Hal ini tentunya membutuhkan
perhatian
yang
besar
bagi
para
pustakawan
sekolah/madrasah dan juga bantuan dari guru kelas (Saiful-Haq, 2006 : 147). b. Prospek Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang
Perpustakaan
didalamnya
menerangkan
bahwasannya
perpustakaan mempunyai andil yang cukup besar dalam dunia pendidikan. Perpustakaan diselenggarakan khusunya di sekolah atau tempat pendidikan berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik melalui media fasilitator yakni seorang pustakawan. Pada undang-undang tentang perpustakaan pada Bab 1 menerangkan bahwasanya perpustakaan diselenggarakan untuk sepanjang hayat yang berarti perpustakaan harus meningkatkan kemampuan peserta didik dalam informasi yang berdampak positif dan bermanfaat pada kehidupannya nanti. Amanah pendidikan cakap informasi memang tidak eksplisit dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 tahun 2003. Namun, bila ditelaah visi, misi, tujuan, fungsi dan strategi pembangunan pendidikan yang ada dalam Penjelasan UU itu ada isyarat menuju pendidikan cakap informasi (Saiful-Haq, 2006 : 57). Salah satu
misi
pendidikan
Indonesia
adalah
membantu
dan
memfasilitasi
pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. Sedangkan pada lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 25 tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah di dalamnya memuat mengenai literasi informasi yang harus terus diberikan dan dikembangkan oleh pustakawan. Hal ini mengacu pada tujuan utama dari pendidikan sendiri adalah bagaimana supaya manusia pandai memberdayakan informasi untuk dapat dikatakan bahwa seseorang telah melek informasi (information literate) paling tidak harus memiliki kemampuan : 1) Menentukan cakupan informasi yang diperlukan 2) Mengakses informasi secara efektif 3) Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis 4) Menggunakan informasi sesuai dengan tujuan. Jelas bahwa dalam dunia pendidikan kemampuan literasi informasi merupakan yang sangat esensial harus dimiliki oleh setiap peserta didik (Suherman, 2009 : 3). Sekarang literasi informasi merupakan syarat untuk memasuki dunia kerja atau terjun kemasyarakat atau dapat bertahan hidup sebagai anggota masyarakat yang tidak bergantung kepada orang lain. Anak didik harus disiapkan untuk cakap informasi atau literasi informasi agar dapat meneruskan pendidikan dan belajarnya sampai ke lahad (akhir hayatnya)
secara mandiri. Pendidikan mandiri sepanjang hayat dilaksanakan harus dengan menguasai sumber-sumber informasi. Cakap informasi baru dapat berhasil bila seseorang memiliki berbagai keterampilan informasi yang memadai (information skills information handling skills). Tidak berlebihan bila satu buku di antara sekian banyak judul buku skills for life (keterampilan untuk bertahan hidup dan meningkatkan kehidupan) (SaifulHaq, 2006b : 60). Untuk
kemudahan proses
belajarnya,
semua
siswa
perlu
mendapatkan keterampilan literasi informasi. Keterampilan semacam ini bukan saja berguna pada saat mereka berada ditingkat sekolah, tapi juga sangat penting bila mereka telah menyelesaikan studinya atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga siswa memiliki motivasi yangkuat untuk terus belajar dan pada saat-saat tertentu ikut berpartisipasi dalam masyarakat dimana mereka tinggal (Saiful-Haq, dkk, 2006 : 149). 3. Program Literasi Informasi di Sekolah Para ahli di bidang literasi informasi sepakat bahwa perpustakaan memiliki peran sangat penting dalam menciptakan masyarakat literat. Perpustakaan memiliki kontribusi besar untuk membentuk masyarakat informasi yang berpikir kritis dan menjadi pembelajaran seumur hidup. Mengutip dari Behrens (1994) dekade 80-an, pustakawan akademis melakukan tinjauan terhadap program pendidikan pengguna dengan fokus pengembangan untuk masa depan. Di akhir dekade tersebut, beberapa program pendidikan pengguna digantikan oleh program-program yang
bertujuan mencapai literasi informasi. Pada saat yang sama perpustakaan di Amerika juga memberi perhatian khusus pada peran mereka terhadap proses pembelajaran. Tindakan ini merupakan rekomendasi dari beberapa laporan mengenai pentingnya reformasi pendidikan di negara tersebut, seperti yang tertuang dalam A Nation at Risk and College. Pustakawan mulai memperhatikan hubungan antara pendidikan pengguna, literasi informasi, dan pembelajaran seumur hidup. Pemikiran lebih lanjut adalah bahwa pustakawan harus mengajarkan pengguna mengelola informasi (bekerja sama dengan aplikasi teknologi baru), dan untuk mencapai hasil optimal sebaiknya materi tersebut terintegrasi dengan kurikulum di sekolah atau di pendidikan tinggi (Naibaho, 2008 : 1). Mengutip
California
School
Library
Association
istilah
keterampilan informasi sendiri kadang disamakan dengan pengertian keterampilan keperpustakaan, yang lebih menekankan pada pengajaran bagaimana menemukan informasi di perpustakaan, intinya mengajarkan bagaimana sistem layanan perpustakaan beroperasi. Program literasi informasi mempunyai cakupan yang lebih luas dari pada keterampilan keperpustakaan (library skills). Literasi informasi menekankan pada sumber primer, keberagaman bahasa dan sumber informasi, pendekatan keberagaman perspektif, kerjasama identifikasi masalah, dan lain-lain. Program ini juga membimbing siwa akan terbentuknya kecakapan dalam mengelola dan mengorganisir berbagai fakta sehingga terjadi sinkronisasi dengan kebutuhan, kecakapan dalam menciptakan pengetahuan dalam
menghubungkan
informasi
yang
baru
dengan
pengetahuan
dan
pengalaman sebelumnya, termasuk secara kecakapan dalam menggunakan pengetahuan tersebut secara bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam penerapannya pustakawan atau guru pustakawan (teacher-librarian) perlu membuat perencanaan yang matang berkaitan dengan persiapan sarana, penyediaan sumberdaya informasi maupun prosedur kegiatan yang akan dijalankan. Untuk menjalankan program pengajaran literasi informasi, masing-masing tenaga didik di sekolah harus ikut berperan aktif. Musyawarah perlu diupayakan dengan melakukan komunikasi atau pertemuan-pertemuan baik secara formal maupun informal dengan individu-individu terkait. Materi dan metode setiap kegiatan literasi informasi dapat dibicarakan secara detail dan terpadu agar memperoleh pemahaman yang sejalan bagi semua pihak. Program literasi informasi di sekolah bisa jadi mengintervensi penerapan kurikulum, metode belajar mengajar dan pengadaan sarana serta sumber daya informasi sekolah yang bersangkutan. Keinginan pustakawan perlu memperoleh dukungan yang kuat dari guru dan kepala sekolah (Nuryudi, 2006 : 25). Penerapan literasi informasi dapat dilaksanakan di pendidikan dasar dan sama pentingnya bagi siswa sekolah. Oleh karena itu program literasi informasi mulai perlu diterapkan di perpustakaan sekolah di Indonesia karena kemampuan anak dalam mengenali informasi yang dibutuhkan, mencari, menseleksi, mengevaluasi dan menyampaikannya
kepada orang lain merupakan kemampuan yang dibutuhkan seumur hidup (Hariyadi, 2005 : 35). Hal tersebut diperkuat, dengan isi peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 tahun 2006 mengenai melek informasi. standar tersebut untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, siswa sebaiknya diarahkan dalam mencari atau menelusur informasi yang dibutuhkan agar siswa tidak tersesat dalam ribuan informasi yang ada baik di perpustakaan atau sumber informasi lainnya. Oleh karena itu siswa harus melek informasi dengan menyadari pentingnya informasi dalam proses belajar dan mengetahui cara mencarinya. Sekolah melalui salah satu layanan perpustakaannya dapat membuat program literasi informasi. E. Menunjang Kurikulum Sekolah Pendidikan modern perlu menumbuhkan kesadaran siswa bahwa tujuan pendidikan dan pembelajaran tidak hanya terbatas pada pengalihan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam buku ajar. Anak didik perlu menyadari bahwa ilmu pengetahuan yang mereka peroleh tidak terpisahkan dari aspek pengetahuan lain yang terkandung di berbagai sumber, media dan alam sekitar. Pada diri anak didik perlu juga ditanamkan pengertian bahwa kemampuan
dan
keterampilan
mereka
akan
berkembang
dengan
meningkatkan penggunaan berbagai sumber atau media informasi yang lebih luas, termasuk media internet, buku fiksi, dan juga termasuk lewat pengamatan kejadian di lingkungan disekitarnya. Sehingga buku teks bukan merupakan satu-satunya sumber pengetahuan mereka. Oleh karena itu,
kegiatan belajar perlu diperlengkapi dengan beragam bahan bacaan dan literatur sebagai sarana penguatan dan pengayaan keilmuan yang terkandung pada buku ajar dari kurikulum sekolah. Pada fase ini mulai dimasukan pembelajaran perpustakaan (library skill) pada kurikulum sekolah sebagai muatan lokal (Mulok). Peran perpustakaan sekolah akan menjadi signifikan dalam pembelajaran di sekolah (dalam sistem belajar mengajar): 1. Perpustakaan berubah dari hanya
berperan sebagai “layanan
penunjang” (supportive services) menjadi mitra proses pembelajaran. 2. Perpustakaan berubah dari penyedia informasi tercetak menjadi koleksi multimedia dinamis yang menyediakan informasi lengkap yang berhubungan kegiatan kurikulum. Dengan melihat perubahan di atas maka pustakawan akan terlibat aktif dalam pembelajaran di sekolah. Selama fokus pendidikan telah beranjak dari produk pembelajaran kepada proses pembelajaran yang akan menghasilkan outcome maka tugas, fungsi dan dedikasi pustakawan akan semakin besar peranannya (Lipi, 2009 : 8). Kemandirian siswa hendaknya diarahkan menuju terbentuknya sikap mental, dimana siswa tidak saja memiliki pengetahuan dasar, tetapi juga keahlian informasi (information literate student). Siswa yang demikian tidak hanya
cukup
memiliki
pengetahuan
yang
diajarkan,
tetapi
juga
mengembangkannya melalui media atau sarana yang ada di sekitarnya. Mereka tidak hanya menerima informasi dan data begitu saja tetapi juga
mampu membuktikan akurasi dan kebenaran teorinya dari setiap informasi yang mereka temukan. Sehingga, mereka dapat menyadari dan berupaya untuk menggunakan informasi yang benar pada saat yang tepat. Perpustakaan sekolah dapat menunjang sistem pembelajaran yang demikian ini bila dikelola dengan profesional sehingga di dalamnya terkandung koleksi dan terbentuk lingkungan yang kondusif untuk membangun pertumbuhan minat baca dan keahlian
informasi.
dengan
demikian
peserta
didik
akan
terbiasa
memanfaatkan keberadaan berbagai sarana perpustakaan yang menunjang terbentuknya kompetensi pribadi yang kokoh (Nuryudi, 2006 : 14). Para pustakawan harus mempunyai cara untuk mengintegrasikan keterampilan perpustakaan pada kurikulum yang bertujuan untuk mengarahkan para siswa pada keterampilan informasi dalam melakukan tugas-tugas informasi (Farida, dkk, 2005 : 24).
BAB III PROFIL
A. Profil Singkat 1. Sekolah An-nisaa’ Sekolah An-nisaa’ didirikan pada tahun 1995 oleh Bapak Rasyid Izada dan Ibu Rosfia Rasyid ditengah keprihatinan semakin menurunnya moral dan akhlak bangsa yang berkembang semakin tidak bernurani. Keadaan tersebut sangat mengkhawatirkan bahkan membahayakan masa depan bangsa. Sekolah An-nisaa’ telah beroperasi sejak tahun 1995 dimulai dari Taman Kanak-Kanak. Pada saat ini, Sekolah An-nisaa’ telah berkembang dan menyelenggarakan pendidikan bermutu pada tingkat Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menegah Pertama (SMP). Untuk mendukung tujuannya, Sekolah An-nisaa’ melengkapi diri dengan berbagai sarana dan prasarana sekolah yang memadai, diantaranya ruangan kelas yang representatif, lingkungan yang lapang dan bernuansa asri, dua perpustakaan yang nyaman dan memiliki koleksi memadai, lab komputer, lab sains, ruang musik, ruang musik kedap suara, antar jemput, caterring, kantin, mushola yang luas, area parkir, green lab, UKS, aula, ruang serbaguna, lapangan sepak bola, lapangan futsal dan lapangan basket.
2. Konsep Sekolah Sekolah An-nisaa’ merupakan sekolah umum yang bernuansa nilai-nilai islam. Namun demikian, Sekolah An-nisaa’ bukan sekolah untuk golongan tertentu yang ekslusif sebaliknya, Sekolah An-nisaa’ mendidik siswa dari berbagai latar belakang, menyediakan pendidikan bermutu guna membekali siswa dengan berbagai kecakapan hidup, kemampuan intelektual, pengelolaan emosional, dan pemahaman agama sesuai Al-Qur'an dan Hadits. 3. Kurikulum Kurikulum
Sekolah
An-nisaa’
mengacu
pada
kurikulum
DepDiknas yang diperkaya. Dalam penerapannya, berbagai mata pelajaran saling dikaitkan melalui tema-tema tertentu yang disebut spider web, dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai kebaikan universal menjadi ruhnya. Pengintegrasian berbagai mata pelajaran ditujukan agar siswa memahami secara mendalam menyeluruh berbagai materi yang diajarkan dan dapat melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu yang berbeda. Sementara itu, pengintegrasian nilai-nilai agama dan nilai-nilai kebaikan universal dilakukan dalam semua pelajaran agar menghasilkan output siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga memiliki akhlak terpuji dan mampu memahami serta mengaplikasikan ajaran agama sesuai levelnya.
4. Metode Pembelajaran Metode
pembelajaran
active
learning
merupakan
metode
pendidikan yang dipilih oleh sekolah An-Nisaa. Dengan metode active learning, siswa berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan analitis, eksplorasi, kritisme sikap ilmiah, dan kemampuan sharing ide (melalui presentasi atau program lainnya) secara optimal. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan membimbing siswa untuk menemukan dan memahami pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Metode ini juga memacu siswa untuk mandiri dan kreatif. Sebagai penunjang, sekolah menyediakan berbagai prasarana seperti perpustakaan yang dilengkapi buku-buku dan media lain yang dibutuhkan seperti internet dan berbagai source dari National Geographic, Discovery, dan lainnya. Ada juga fasilitas Green Lab untuk media eksplorasi siswa. Sistem pembelajaran melalui tema-tema biasanya diakhiri dengan puncak tema, yaitu suatu kegiatan yang akan menghimpun semua pengetahuan
yang
telah
dipelajari.
Puncak
tema
dapat
berupa
Performance, Field trip ke tempat yang sesuai, mengerjakan suatu project, atau pameran. B. Profil Singkat 1. Perpustakaan An-nisaa’ Yayasan Pendidikan Islam Ibuku (YPII) An-nisaa’ berdiri pada tahun 1995 dengan membuka jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak
(TK) yang diberi nama TK An-nisaa’. Satu tahun kemudian tepatnya tahun 1996 Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ berdiri sebagai fasilitas sekolah yang bertujuan untuk menunjang proses belajar mengajar siswa dan guru di sekolah. Selain itu, yayasan mempunyai komitmen besar untuk melahirkan generasi-generasi yang mempunyai minat baca yang tinggi sebagai bekal generasi pembelajaran oleh satu orang staf yang merangkap sebagai tenaga tata usaha. Dan waktu itu, perpustakaan Al-izhar sebagai konsultan untuk Perpustakaan An-nisaa’. Pada tahun 1997 Perpustakaan An-nisaa’ seorang pustakawan lulusan UNPAD yang bernama Bu Teta (Vera), bergabung ke Sekolah Annisaa’, beliau mulai mengembangkan perpustakaan tersebut dengan sistem yang lebih rapi, pengolahan bahan pustaka mengunakan DDC, meskipun administrasinya masih manual dan belum ada OPAC. Pada tahun 2006 baru mulai melakukannya penginputan data menuju OPAC, dan pada tanggal 14 Januari 2008 baru secara aktif menggunakan OPAC ”Athenium Light“. Akan tetapi, OPAC ini hanya digunakan untuk pustakawan sebagai layanan sirkulasi. Saat ini pustakawan yang ada di Perpustakaan An-nisaa’ berjumlah 3 orang, yaitu Ibu Teta (Kepala Perpustakaan), Bapak. Effendi, dan Bapak. Heri. 2. Visi dan Misi a. Visi Melaksanakan firman Allah SWT melalui upaya mempersiapkan generasi pelurus yang tangguh dan amanah (QS An-Nisaa’ ayat 9) :
"Hendaklah mereka merasa takut kepada Allah SWT jika meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." b. Misi Menyediakan sarana yang berkualitas, menyiapkan tenaga pengajar yang
andal,
melaksanakan
pendidikan
secara
teratur
dan
berkesinambungan, untuk menghasilkan lulusan intelek yang amanah, cerdas, bernurani, bijaksana dan berpandangan luas sebagai bekal untuk menjadi “real leader” yang akan memimpin masa depan bangsa.
3. Struktur Perpustakaan Ketua Perguruan
Bagian Perpustakaan
Urusan Pengadaan
Urusan Pengolahan
Urusan Pelayanan
Urusan Pemeliharaan
Siswa/Guru/Masyarakat Diagram 1 Gambar Struktur Organisasi Perpustakaan
Urusan Reference
Sesuai dengan bagian di atas tugas masing-masing dari bagan tersebut adalah sebagai berikut: a. Ketua Pengurus Ketua yang bertugas mengawasi kerja pengurus sekolah yaitu: Kepala sekolah KB/TK, SD, SMP, LITBANG dan Kepala Perpustaaan. b. Kepala Bagian Perpustakaan 1) Bertanggung jawab atas terlaksananya pengelolaan dan pelayanan perpustakaan secara umum, pada Perpustakaan Annisaa’ 2) Mengorganisir dan mengkoordinir tata kerja dan tata hubungan seluruh staf perpustakaan sekolah 3) Pengadaan koleksi perpustakaan, baik berupa buku-buku maupun non buku 4) Terbinanya hubungan baik antara staf dan antara bagiannya dengan bagian lain di lingkungan sekolah. Wewenang : 1) Menentukan kebijakan umum perpustakaan 2) Membuat perencanaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perpustakaan 3) Memberikan
penilaian
terhadap
buku-buku
dihilangkan di rak 4) Menandatangani surat-surat umum perpustakaan
yang
akan
5) Memberi tugas dan evaluasi serta meminta pertanggung jawaban tugas yang dideligasikan pada seluruh personalia yang ada di bawah koordinasinya. Tugas : 1) Membuat program kerja tahunan 2) Menjalin kerjasama dengan unit terkait di lingkungan YPII Annisaa’ dan instansi diluar YPPI An-nisaa’ 3) Membuat bagan tugas, mengkoordinir kegiatan dan personalia perpustakaan serta mengadakan pengawasan atau evaluasi 4) Mengadakan koleksi perpustakaan, baik buku-buku maupun non buku. c. Urusan Pengadaan 1) Menambah koleksi perpustakaan 2) Menyeleksi koleksi perpustakaan 3) Menerima surat dan permintaan dari para pemakai 4) Memperhatikan dan menanggapai selera pemakai 5) Mengadakan kerjasama dengan instansi-instansi lain yang terkait. d. Urusan pengolahan Urusan pengolahan bertugas untuk memproses bukuyang diterima sehingga siap digunakan, yang meliputi: 1) Membubuhi cap 2) Menetapkan nomor klasifikasi buku (call number)
3) Membubuhi nomor buku. e. Urusan Pelayanan 1) Melayani permintaan kartu anggota 2) Melayani pengunjung perpustakaan 3) Melayani peminjaman dan pengembalian buku 4) Melakukan penagihan. f. Pemeliharaan 1) Mengatur buku (shelving) 2) Menjaga kebersihan beserta isinya 3) Menjaga keselamatan buku 4) Memperbaiki kerusakan-kerusakan buku 5) Menjilid buku, majalah, surat kabar dan sebagainya. g. Reference 1) Memberi saran-saran tentang sumber-sumber reference 2) Memberikan bimbingan membaca dan diskusi. 4. Kedudukan Perpustakaan Kedudukan
Perpustakaan
Sekolah
An-nisaa’
sebagai
unit
penunjang dalam membantu proses belajar mengajar yang bertanggung jawab langsung pada ketua perguruan. Peranan penting perpustakaan sekolah ini, antara lain : a. Membantu menyediakan bahan atau sumber belajar baik berupa buku maupun non buku dan fasilitas berupa KBM (Kegiatan belajar mengajar)
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kecintaan siswa dan siswi terhadap bacaan c. Memperkaya pengalaman belajar siswa d. Menanamkan kebiasaan belajar mandiri e. Melatih siswa dan siswi kearah tanggung jawab f. Memperlancar siswa dan siswi dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah g. Membantu guru dalam melengkapi sumber-sumber pengajaran h. Membuat siswa, guru, karyawan serta orang tua siswa dalam mengikuti perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan. 5. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ berjumlah 3 orang, yaitu: a. Ibu Vera Yunindra sebagai kepala perpustakaan, lulusan S1 dari UNPAD b. Bpk. Effendi sebagai staf perpustakaan, lulusan S1 dari UIN Jakarta c. Bpk. Heri sebagai staf pepustakaan. 6. Sarana dan Prasarana Perpustakaan Prasarana yang digunakan adalah sebuah ruangan yang terletak disudut dekat dengan ruang lab dengan ukuran 6x8m². Sedangkan sarana yang terdapat di perpustakaan adalah sebagai berikut : a. Komputer; b. Meja baca lesehan;
c. Karpet; d. Televisi serta perangkatnya; dan e. Sofa dan perangkatnya. 7. Jenis Koleksi dan Layanan Perpustakaan a. Jenis Koleksi Koleksi buku perpustakaan dikelompokkan secara sistematis menurut subjek masing-masing ilmu pengetahuan dengan mengguankan sistem DDC. Koleksi Perpustakaan An-nisaa’ terdiri atas : 1) Koleksi Buku Teks Berupa buku non fiksi dan berbagai subjek (disiplin ilmu) yang disusun berdasarkan DDC 2) Koleksi Buku Paket Berupa buku-buku pelajaran dari bidang studi, yang dipinjamkan kepada guru selama 1 tahun atau sesuai kebutuhan 3) Koleksi Referensi Terdiri dari ensiklopedi, kamus, alat peraga, dan lain-lain. Koleksi ini hanya dapat dibaca di tempat, di foto kopi, atau dipinjam untuk guru selama satu minggu 4) Koleksi Teacher Resources Merupakan koleksi yang diperuntukkan khusus untuk guru Sekolah An-nisaa’
5) Koleksi Karya Tulis Adalah karya tulis siswa-siswi SMP An-nisaa’ sebagai syarat kelulusan, yang diberikan pada akhir kegiatan belajar 6) Koleksi Hiburan Perpustakaan menyediakan buku-buku fiksi, sebagai sarana hiburan. Selain itu juga disediakan majalah, surat kabar, dan tabloid 7) Koleksi Audio visual Terdiri dari VCD, CD, DVD, dan kaset. Koleksi ini hanya dapat dipinjamkan pada saat jam pengajaran berlangsung atau sesuai kebutuhan 8) Koleksi Kliping Perpustakaan An-nisaa’ menyediakan koleksi kliping dalam beberapa subjek yaitu diantaranya: pendidikan, sastra, kesehatan, masakan, politik dan hukum, olah raga, agama, psikologi, remaja dan dunia anak 9) Jurnal Program ini diadakan setiap tahun atau disebut pekan buku (Book Week) yang menghasilkan jurnal. Penyelenggaraan program ini dilakukan bersama-sama oleh setiap tingkatan siswa mulai dari KB, TK, SD, dan SMP. a. Layanan Perpustakaan Minat baca siswa sekolah An-nisa sangat tinggi sekali, sehingga perpustakaan mengharuskan siswa untuk dapat meminjam bahan pustaka. Aturan perminjaman pada perpustakaan yaitu siswa diwajibkan memiliki
kartu anggota perpustakaan mulai KB–SMP dan di perbolehkan membaca di perpustakaan karena mereka belum diwajibkan memiliki kartu, dan yang telah memiliki kartu perpustakaan siswa diperbolehkan meminjam buku sebanyak 2 buku/minggu. Setiap siswa KB dan TK yang datang ke perpustakaan di wajibkan membawa folder plastik, tujuannya agar buku yang mereka pinjam dimasukkan kedalam folder tidak basah dan jika buku hilang maka mudah dikembalikan, folder plastik itu terdapat barcode scanner sehingga mudah diidentifikasiakan. Sumber pengadaan koleksi mempunyai beberapa sumber. Ada yang berasal dari dana perpustakaan, yakni berasal dari sumbangan wajib siswa tiap tahunnya. Siswa KB menyumbang Rp 75.000,-/tahun, siswa SD menyumbang Rp
100.000,-/tahun.
Dari sekolah
juga ada dana
pengadaannya. Kerjasama dengan penerbit tidak ada sumbangan dana pengadaan, akan tetapi cuma memberi diskon pada setiap pembelian koleksi. Pengadaan buku yang berasal dari Depdiknas tidak begitu banyak karena buku Depdiknas tidak begitu diminati dan dibaca oleh pembaca. Buku Depdiknas, bacaannya lebih cenderung sastra, jadi anak-anak cenderung boring atau bosan. Oleh karena itu koleksi buku Depdiknas hanya disimpan pada rak koleksi. Kalau itu dipakai hanya pada jam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sumber lain berasal dari denda buku. Tiap pengembalian buku yang terlambat 1 buku/hari di denda Rp.100.ditambah pengurangan waktu baca mereka setelah tiga kali terlambat
mengembalikan buku. Kalau bagi anak KB dan TK yang terlambat pengembalian bukunya tidak ada denda, tetapi hanya pengurangan waktu baca mereka. Jadi ada perjanjian diawal. 8. Kerjasama Perpustakaan Dalam rangka mendukung proses pembelajaran, perpustakaan melakukan kerjasama, baik dengan masyarakat sekolah, seperti : ketua yayasan, guru staf administrasi, dan orang tua atau wali siswa maupun dengan masyarakat sekolah. Kerjasama dengan pimpinan yayasan dan staf administrasi dilakukan dalam rangka menyusun program kerja beserta dana yang diperlukan untuk melaksanakan program kegiatan. Sedangkan dengan guru, kerjasama dilakukan dalam hal pemilihan bahan pustaka atau koleksi perpustakaan, dan dalam hal pelaksanaan kegiatan atau pelaksanaan perpustakaan, misalnya : dalam kelas 4-6 SD. Dengan para orang tua atau wali, kerjasama dilakukan, misalnya, dalam hal penerbitan karya siswa. Banyak karya siswa yang telah di nilai oleh guru kemudian diterbitkan atas biaya orang tua atau wali, dan selanjutnya menjadi koleksi perpustakaan. Adapun kerjasama dengan masyarakat luar sekolah dilakukan dengan beberapa lembaga seperti, Perpustakaan Nasional Plus, Perpustakaan Al-Izhar. 9. Program Perpustakaan a. Friend of Library Program ini diperuntukkan kepada anggota yang benar-benar ‘concern’ terhadap perkembangan koleksi di perpustakaan temasuk
guru dan siswa. Program ini kengharuskan tiap anggota menyumbang 4 buku yang terdiri dari fiksi, non fiksi, majalah dan prioritas untuk meminjan koleksi terbaru dan pin sahabat perpustakaan. b. Bimbingan Pemakai Perpustakaan Program ini diberikan pada awal tahun ajaran, yang mengajarkan tentang fungsi perpustakaan dan menjelaskan tentang otomasi
perpustakaan
pengembalian
buku
dan dengan
persyaratan program
dalam
peminjaman,
athenium
light,
serta
menginformasiakan No. DDC dan lokasi buku tersebut di rak dengan warna yang berbeda. c. Info Buku Baru Penyebaran
informasi
buku
baru
yang
dimiliki
oleh
Perpustakaan An-nisa melalui brosur atau mading yang siap dipinjamkan kepada anggota perpustakaan. Mading Perpustakaan: Siswa membuat mading menurut kelas, sesuai dengan
tema yang
diberikan oleh staf perpustakaan. d. Program Storytelling Program ini diadakan untuk siswa KB, TK, dan siswa kelas 1-3 pustakawan
dapat
mengapresiasikan
kemampuannya
dalam
mendongeng melalui media yang telah disediakan di perpustakaan, seperti : boneka, buku cerita yang ada, melalui chart, draw talk, radio set lengkap dengan audio sistem. Lalu cerita tersebut didiskusikan oleh setiap siswa, agarmereka dapat menginformasikan kembali tentang
karakter tokoh dan alur cerita. Selain itu ada juga program membaca buku cerita, menggambar dan mewarnai serta mendisplay, bermain puzzle, membuat cerita sendiri, dan mempelajari cara membaca dan mencari kata kamus. Untuk kelas 4 SD-SMP lebih diarahkan kepada latihan menggunakan dan lomba mencari kata di kamus dan ensiklopedi, serta siswa juga dijelaskan bagaimana tehnik penggunaan indeks dengan cepat. Untuk program nonton film menggunakan TV dan DVD, setelah selesai didakan sharing, apa yang didapat pada film tersebut. Untuk kelas yang lebih tinggi harus menganalisa tokoh-tokoh film, lalu mereka mengapresiasikan. Di kelas 5 dan 6 SD ada teknik pembuatan kliping. Pustakawan yang menentukan materi dan tema, siswa sediakan koran, kemudian. Dan kliping yang mereka buat dengan menyertakan nama, tanggal, halaman, kolom serta baris apa atau berapa. Untuk kelas 6 diadakan program pengenalan internet dan teknik mencari informasi dengan google, pustakawan hanya membimbing secara teori, untuk praktek mereka langsung ke lab komputer bersama pembimbingnya.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data Data-data yang ada di bawah ini merupakan jawaban yang dihasilkan dari observasi, wawancara dan kuesioner. Adapun deskripsi dilaksanakannya ketiga metode tersebut adalah sebagai berikut : Metode
yang
dilakukan
pertama
adalah
observasi,
yang
dilaksanakan di Perpustakaan An-nisaa’ dengan mengadakan peninjauan secara langsung dalam jangka waktu selama dua minggu, yang pelaksanaannya tidak dilakukan secara berurutan. Observasi dilaksanakan dengan cara melihat keadaan perpustakaan dari semua segi yang dilakukan secara keseluruhan mulai dari ruangan hingga program-program yang diselenggarakan. Keunggulan melakukan observasi terlebih dahulu adalah bisa membandingkan pelaksanaan yang ada di lapangan dengan hasil wawancara maupun kuesioner. Metode yang kedua adalah dengan melakukan wawancara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan dua nara sumber yaitu yang berasal dari perpustakaan dan sekolah. Dari perpustakaan diwakilkan oleh kepala perpustakaan dan dari sekolah diwakilkan oleh guru yang mengajar kelas 5. Alasan diadakannya wawancara dengan pihak perpustakaan dan sekolah adalah untuk mengetahui secara pasti tentang upaya-upaya yang
dilakukan oleh pihak perpustakaan dari sudut pandang kedua belah pihak sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih akurat dan memperoleh informasi yang berimbang. Waktu yang digunakan untuk wawancara adalah selama 2 hari yaitu pada hari Rabu tepatnya tanggal 21 Oktober 2009 yang dilaksanakan untuk pihak perpustakaan sedangkan hari Kamis tanggal 22 Oktober 2009 untuk pihak guru. Metode yang terakhir adalah menggunakan kuesioner atau angket yang pada skripsi ini hanya diperuntukkan pada siswa/siswi kelas 5 SD. Penyebaran kuesioner dilaksanakan hanya satu hari yang jadwalnya disesuaikan dengan jadwal kunjungan perpustakaan untuk siswa/siswi kelas 5 SD yang tepatnya dijadwalkan pada hari Rabu tanggal 22 Oktober 2009. Adapun populasi penelitian ini adalah siswa/siswi kelas 5 SD Annisaa’. Alasan penulis hanya memilih siswa/siswi kelas 5 dilatarbelakangi oleh asumsi bahwa siswa/siswi kelas 5 sudah cukup mampu untuk memenuhi kriteria yang penulis inginkan. Sedangkan penulis tidak mengambil kelas 6 karena siswa/siswi tersebut sedang mengikuti bimbingan belajar untuk ujian sehingga dari pihak sekolah tidak mengizinkan. Untuk sampelnya penulis menggunakan purposive sample (sampel bertujuan) yang dilakukan berdasarkan pretasi belajar siswa. Responden yang digunakan berjumlah 24 respondent atau 32 % dari keseluruhan siswa kelas 5 yang berjumlah 75 siswa/siswi dari 3 kelas. Untuk hasil observasi dan wawancara diolah sesuai dengan kebutuhan penelitian. Sedangkan untuk data-data kuesioner selanjutnya di
hitung frekuensi dan prosentasenya dari setiap jawaban yang dikumpulkan. Dan diberi penafsiran pada nilai prosentase yang diperoleh dengan menggunakan rumus : P = F/N x 100 % Ket :
P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah sample yang diolah (Sudijono, 2001: 40).
Adapun parameter untuk penafsiran untuk nilai prosentase adalah : 0%
= Tidak ada satu pun
1 % - 25 % = Sebagian kecil 26 % - 49 % = Hampir setengahnya 50 %
= Setengahnya
51 % - 75 % = Sebagian besar 76 % - 99 % = Hampir seluruhnya 100 %
= Seluruhnya (Warsito, 1992 : 11).
B. Perolehan Data 1. Usaha Meningkatkan Literasi Informasi Siswa Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ senantiasa berusaha untuk meningkatkan literasi informasi siswa sesuai dengan visi dari sekolah ini, yaitu sebagai jantung dari sekolah yang saling terkait satu sama lain. Adapun usaha-usaha yang dilakukan Perpustakaan An-nisaa’ dalam meningkatkan literasi informasi siswa adalah melaksanakan
berbagai macam program kegiatan. Adapun program kegiatan di Perpustakaan An-nisaa’ yaitu meliputi program kegiatan sebagai berikut : a. Bimbingan Pemakai Perpustakaan Program ini diberikan pada awal tahun ajaran yang mengajarkan tentang
fungsi
perpustakaan
dan
menjelaskan
tentang
otomasi
perpustakaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini : 1) Persyaratan dalam peminjaman dan pengembalian buku dengan program Athenium light Dalam program ini dijelaskan tentang sistem Athenium light dalam pengoperasiannya seperti bar code dan scannernya. Dan juga diberi penjelasan kepada siswa ketika ingin meminjam buku harus membawa kartu perpustakaan, kemudian kartu discan pada bar codenya dan datanya masuk ke data file masing-masing siswa di komputer. Biasanya pustakawan menjelaskan di depan dan membawa contoh-contoh peralatan yang dibutuhkan dan memberi penjelasan bahwa apabila siswa tidak mematuhi maka, mereka tidak dapat menjalankan sistem tersebut. Pada dasarnya program ini berfungsi sebagai pengenalan Athenium light secara garis besar. 2) Menginformasikan No. DDC (Dewey Decimal Classification) dan lokasi buku Untuk memudahkan siswa mencari buku, selain ada no klasifikasi juga di pasang warna stiker yang berbeda disetiap subjeksubjek buku. Contoh: tentang hutan No. 500 (SCIENCE) stikernya
warna pink. Dalam pengajarannya pustakawan melakukannya secara bertahap. Langkah-langkah menginformasikan No. DDC kepada siswa yaitu melalui beberapa tahap : a) Pustakawan memberi penjelasan terlebih dahulu tentang No. DDC dan kegunaanya serta warna stiker yang menyertai setiap subyek buku secara umum. b) Siswa diajak ke rak buku dan ditunjukkan langsung letak lokasi buku. c) Ketika siswa meminjam buku biasanya pustakawan memberikan pertanyaan tentang penomoran buku yang sesuai dengan subyek buku yang mereka pinjam dan ini dilakukan berulang kali. d) Membuat game atau perlombaan tentang No. DDC yang telah diajarkan. Dalam perlombaan ini pustakawan memberikan masingmasing 5 amplop kepada setiap kelompok yang berisikan pertanyaan mengenai subyek-subyek tertentu. Kemudian siswa diharuskan menjawab pertanyaan yang tersedia diamplop tersebut. Contoh : misalnya tentang teknologi atau tentang sejarah, di sini siswa dituntut untuk menjawab bidang teknologi dan sejarah masuk pada penomoran berapa. Apabila melihat standar literasi informasi menurut American Association of School Librarian program ini lebih mengarah ke Standar 4 yaitu siswa yang dianggap sebagai pelajar yang mandiri adalah siswa yang information literate dan mendapatkan informasi
yang berhubungan dengan minat pribadi, dibandingkan dengan Standar 1 yang lebih mengarah dalam mengakses informasi secara efektif dan efisien. Hal ini tergambar dengan adanya tujuan diadakannya program ini yaitu memudahkan siswa mencari buku yang mereka suka sehingga akan membuat siswa belajar mandiri dan bukan hanya sekedar dapat mencari informasi secara efektif dan efisien. b. Latihan Penggunaan Koleksi Untuk kelas 4 SD-SMP lebih diarahkan pada program latihan penggunaan koleksi. Pada program latihan penggunaan koleksi dibagi atas beberapa kegiatan yaitu : 1) Latihan Menggunakan Kamus dan Ensiklopedia Pada program ini pustakawan menjelaskan cara menggunakan kamus dan ensiklopedia dengan cara alfabet berdasarkan huruf abjad. Langkah-langkah dalam latihan menggunakan kamus dan ensiklopedia ada beberapa tahap yaitu : a) Biasanya dalam menelusur lewat ensiklopedia dan kamus ditentukan dulu topik apa yang ingin dicari menurut abjad. b) Kemudian apabila terdapat kata lihat juga di dalam ensiklopedia pustakawan juga menginformasikan sehingga informasi yang dicari lebih lengkap. Biasanya ensiklopedia yang digunakan ensiklopedia science. c) Setelah siswa mahir menggunakannya dilakukan lomba untuk mencari kata di kamus dan ensiklopedia. Caranya dengan
memberikan 5 amplop yang berisi 5 kata yang harus dijawab oleh siswa. Selain itu, pustakawan juga membantu kegiatan kelas sesuai dengan materi yang digunakan contoh: tentang bumi. Jadi, pustakawan mengajarkan dengan menggunakan ensiklopedia science yang memuat topik tentang bumi. 2) Teknik Penggunaan Indeks dengan Cepat Dalam pengajaran menggunakan indeks secara cepat biasanya pustakawan lebih menggunakan ensiklopedi science yang berdasarkan atas tema tertentu dalam satu buku, misalnya : ensiklopedia tersebut membahas mengenai IPTEK sehingga di dalam ensiklopedia tersebut hanya membahas tentang IPTEK. Melalui ensiklopedia tersebut pustakawan mengajarkan penggunaan dan pencarian melalui indeks yang berada diakhir buku dengan menjelaskan maksud dari setiap bagian-bagian seperti : nama, subyek yang tertera secara alfabetis maupun halaman nomor. Apabila melihat standar literasi informasi menurut American Association of School Librarian program ini masuk pada Standar 1 yaitu siswa yang dianggap information literate dapat mengakses informasi secara efektif dan efisien. Hal ini terlihat bahwa dengan melakukan program ini siswa dapat melakukan pencarian sumbersumber informasi secara efektif dan efisien dengan bantuan penggunaan indeks.
c. Pembuatan Kliping Pada tingkat kelas 5 dan 6 SD diadakan program pembuatan kliping. Pada kegiatan ini pustakawan mengajarkan siswa teknik pembuatan kliping. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Menentukan tema, biasanya dalam menentukan tema ditentukan oleh pustakawan contoh : Aids. 2) Mengambil dari koran berdasarkan tema yang telah ditentukan. 3) Menyebutkan sumber asalnya. 4) Mencantumkan nama, tanggal dan diberi halaman, kolom serta baris. Tujuan diadakannya program ini adalah menambah informasi kepada siswa dan dapat merubah tingkah laku atau sikap. Misalnya, tentang Aids, dari pembuatan kliping tersebut siswa dapat mengetahui sebab dan akibat dari Aids tersebut. Apabila melihat standar literasi informasi menurut American Association of School Librarian program ini masuk pada Standar 5 yaitu siswa yang dianggap pelajar mandiri adalah siswa yang information literate dan menghargai literatur serta ekspresi informasi kreatif lainnya. Dimana program pembuatan kliping ini dapat menambah kreativitas anak didalamnya. d. Pengenalan Internet Pemanfaatan layanan internet befungsi sebagai sarana penelusuran informasi. Pada program ini pustakawan mengenalkan internet dengan memberi pelajaran tentang teknik mencari informasi dengan menggunakan
google.
Dalam
program
pengenalan
internet,
pustakawan
hanya
membimbing secara teori. Sedangkan untuk praktek sendiri siswa langsung ke laboratorium komputer bersama pembimbingnya. Dan untuk SMP pustakawan langsung mengajarkannya di laboratorium komputer. Apabila melihat standar literasi informasi menurut American Association of School Librarian program ini masuk pada Standar 1 yaitu siswa yang dianggap information literate dapat mengakses informasi secara efektif dan efisien. Hal ini terlihat bahwa pengenalan internet pada program ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam menelusur dalam menggunakan teknologi media elektronik secara efektif dan efisien. Namun pada kenyataannya program ini belum maksimal dijalankan disebabkan pustakawan hanya membimbing secara teori. Dan dari kuesioner yang di sebar siswa lebih dominan memilih orang tua dalam pengenalan internet dibandingkan dengan pustakawan sendiri. e. Nonton Film Pada program ini setelah selesai menonton biasanya siswa akan ditanya oleh pustakawan tentang apa saja yang didapat dalam film tersebut. Untuk kelas yang lebih tinggi akan menganalisa tokoh-tokoh pada film itu. Seperti peran antagonis atau protagonis dan juga tentang kekurangan dan kelebihan film tersebut serta pesan apa yang dapat diambil. Sementara untuk KB, TK hanya ditanya seputar tokohnya saja. Secara umun film yang diputar disesuaikan dengan kurikulum pada setiap kelasnya masing-masing. Contoh : pelajaran bahasa Indonesia memutar
tentang dongeng kura-kura atau tentang pelajaran IPA memutar tentang bumi dan lain-lain. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1) Dikenalkan dan dijelaskan tentang judul, tema dan isi dari film yang akan ditonton 2) Setelah menonton diberi pertanyaan yang disesuikan dengan materi yang diberi apa film tersebut fiksi atau non fiksi Apabila melihat standar literasi informasi menurut American Association of School Librarian program ini masuk pada Standar 2 yaitu siswa yang dianggap information literate dapat mengevaluasi informasi secara kritis dan kompeten Hal ini dilihat dari manfaat program tersebut yaitu siswa bisa bersikap kritis tentang apa yang mereka lihat pada suatu film. Selain itu, siswa diharapkan menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di film tersebut. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat lima program perpustakaan yang mendukung upaya perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi. Dan apabila kelima program tersebut dianalisa menurut standar literasi informasi menurut American Association of School Librarian terdapat dua program yang masuk ke dalam Standar 1 yaitu latihan penggunaan koleksi, dan pengenalan internet. Sedangkan terdapat satu program yang memiliki karakter ke dalam Standar 2 yaitu nonton film. Kemudian untuk Standar 4 terdapat satu program
perpustakaan yaitu bimbingan pemakai perpustakaan. Dan untuk Standar 5 memiliki satu program perpustakaan yaitu pembuatan kliping. 2. Program Perpustakaan Mendukung Kurikulum Sekolah Kurikulum
Sekolah
An-Nisaa’
mengacu
pada
kurikulum
Departemen Pendidikan Nasional yang diperkaya dalam penerapannya. Peningkatan mutu pendidikan nasional diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia seutuhnya melalui olah hati (SQ), olah rasa (EQ), olah pikir (IQ), dan olah raga (PQ) agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Untuk mendukung tujuan pendidikan nasional tersebut, maka Sekolah An-Nisaa’ menerapkan PIESQ-Integrated. PIESQ Integrated berupaya mengintegrasikan dan mengembangkan kecerdasan physical, intelectual, emotional, dan spiritual secara seimbang yang akan melahirkan manusia penuh dengan makna dan keagungan (greatness). Dalam penerapannya, berbagai mata pelajaran saling dikaitkan melalui tema-tema tertentu (spider web) dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai kebaikan universal menjadi ruhnya. Dengan metode pembelajaran active learning, diharapkan terjadi sinergi PIESQ-Integrated yang berwawasan agama, teknologi, seni dan lingkungan. Pengintegrasian berbagai mata pelajaran ditujukan agar siswa memahami secara mendalam menyeluruh berbagai materi yang diajarkan dan dapat melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu yang berbeda.
Sedangkan untuk program perpustakaan, Sekolah An-Nisaa’ menerapkan jadwal kunjungan tersendiri yang diperuntukkan bagi siswa dalam melakukan pembelajaran di perpustakaan yang program-program tersebut diajarkan langsung oleh pustakawan, seperti contoh program kegiatan yang telah dipaparkan di atas. Sehingga setiap kelas mempunyai waktu sendiri yang jadwalnya dapat dilihat pada bagian lampiran library’s schedule. Dalam pembentukan dan penyusunan program perpustakaan disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan sekolah yang telah selesai dibentuk. Pembentukan dan penyusunan program-program pembelajaran perpustakaan dibuat sendiri oleh pihak perpustakaan yang programprogramnya disesuaikan dengan tingkat masing-masing kelas, sehingga menghasilkan suatu kurikulum perpustakaan tersendiri yang dibuat pada setiap awal semester. Sehingga di sini program perpustakaan tidak terdapat di kurikulum sekolah melainkan berada di kurikulum tersediri yang dapat dilihat pada lampiran dibelakang tentang program perpustakaan 20082009. Untuk kelas 5 SD-SMP perpustakaan bekerjasama dengan guru Bahasa Indonesia dengan mengadakan kegiatan lingkar sastra. Kegiatan lingkar sastra adalah kerjasama antara guru bahasa Indonesia kelas 5 dengan pihak perpustakaan. Contohnya seperti : menganalisa sebuah puisi, membuat resensi dari sebuah novel, dan sebagainya. Dalam melakukan kegiatan
lingkar
sastra
biasanya
dibuat
kelompok
kecil
yang
beranggotakan 3-4 orang. Sedangkan untuk materinya sendiri tergantung dari guru. Manfaat dari program ini adalah melatih siswa untuk menghargai teman dan memberikan kesempatan untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat. Serta melatih kemampuan untuk menyimak pendapat orang lain.Selain itu, perpustakaan juga bekerjasama dengan para guru lain misalnya dengan guru IPA yaitu seperti contoh di bawah ini: Apabila guru memberikan tugas kepada siswa tentang “habitat” kemudian guru tersebut meminta bantuan kepada pihak perpustakaan untuk
memberikan
pelajaran-pelajaran
tentang
“habitat”
dengan
menggunakan koleksi yang ada di perpustakaan. Maka, para siswa diajak ke perpustakaan oleh gurunya dan di perpustakaan pustakawan menunjukkan buku apa saja yang memuat tentang “habitat” kepada para siswa. Sehingga dari sini siswa dapat belajar tidak hanya pada satu buku tetapi dapat belajar dari berbagai sumber buku yang ada di perpustakaan. Dari penjelasan di atas dapat diuraikan bahwasannya perpustakaan dalam pembentukan program perpustakaan belum terintegrasi dengan kurikulum sekolah yang dalam hal ini program perpustakaan masih berdiri sendiri seperti pada contoh : lampiran program perpustakaan 2008-2009. Akan tetapi, program perpustakaan di Sekolah An-Nisaa’ ikut mendukung (pro-aktif) kurikulum yang telah diterapkan sekolah. Dengan memberikan program-program yang ikut mendukung sehingga kurikulum yang ada dalam penerapannya dapat diperkaya. Selain itu, seringnya pustakawan
melakukan kerjasama seperti yang diuraikan di atas merupakan point yang penting dalam mendukung kurikulum sekolah. 3. Hambatan dan Solusi Data yang ada di bawah ini merupakan hasil dari wawancara pribadi dengan kepala perpustakaan dan juga hasil wawancara dari guru kelas serta para siswa. Seperti yang dipaparkan di bawah ini : Hambatan dan solusinya yang pernah dialami menurut pihak perpustakaan diantaranya yaitu : a. Apabila program perpustakaan tidak dapat dilaksanakan karena terdapat pelajaran tambahan, maka solusinya adalah dengan melakukan komunikasi dengan semua pihak sekolah, karena apabila komunikasi jalan maka semua akan berjalan lancar menghindari miss communication. b. Apabila pihak perpustakaan telah mempersiapkan materi untuk kelas tetapi ketika masuk para siswa tidak semangat, maka solusinya adalah pihak perpustakaan melakukan sistem proses dalam artian tidak terlalu melakukan pembelajaran secara formal jadi lebih mengarah ke praktek sehingga mereka bisa senang dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan dari guru kendalanya
tidak ada
hanya perlu
ditingkatkan dari beberapa aspek: a. Yang berhubungan dengan pengadaan buku, terkadang guru sangat memerlukan buku baru, namun kadangkala terjadi keterlambatan.
b. Tenaga kerja perpustakaan mungkin di tambah. Terakhir dari siswa/siswi sendiri yang menggunakan angket terbuka rata-rata mereka menghadapi kendala dari segi waktu. Menurut mereka waktu pada kunjungan pembelajaran di perpustakaan terlalu sempit sehingga perlu penambahan waktu. Namun sebagian siswa juga mengatakan bahwa tidak ada hambatan atau kendala di perpustakaan karena para siswa sudah merasa puas dan senang dengan semua program yang ada. 4. Hasil Kuesioner Dan Pembahasan Berikut ini akan diuraikan hasil penelitian tentang upaya perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi Siswa : Studi Kasus di Perpustakaan Sekolah An-nisaa’. Kuesioner ini disebarkan secara purposive sample kepada 24 siswa atau 32 % siswa kelas 5 SD ajaran 2009/2010. Data-data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner diolah secara manual dengan mengunakan tabel yang bertujuan untuk memudahkan analisa data yang diperoleh. Dari jumlah kuesioner yang disebarkan, hasil penggambarannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 3 Kuesioner Yang Diedarkan Kuesioner Diedarkan Tidak dikembalikan/hilang Jumlah
Jumlah 24 0 24
P 100 % 0% 100%
Dari Tabel 3 yang tertera di atas terdapat 24 kuesioner yang disebarkan di Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ dan data yang diperoleh atau yang dikembalikan sebanyak 24 kuesioner pula (100 %). Kuesioner ini disebarkan kepada responden di Perpustakaan Sekolah An-nisaa’ yang direncanakan terlebih dahulu karena responden yang pilih telah ditentukan. Berikut adalah rincian tabel serta pembahasannya : a. Identitas Responden Dalam penelitian ini penulis menganalisa identitas responden hanya dari dua aspek yaitu jenis kelamin dan asal kelas respoden. 1) Jenis Kelamin Penulis mengidentifikasi pengguna berdasarkan jenis kelamin, hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan gender terhadap kemampuan siswa yang telah mengikuti program-program yang diberikan perpustakaan, tidak ada perbedaan semuanya mempunyai peluang yang sama seperti yang dijabarkan dengan tabel di bawah ini : Tabel 4 Jenis Kelamin Responden Variabel Jawaban Laki-laki Perempuan Jumlah
Frekuensi 11 13 24
Prosentase 45,83 % 54,16 % 100 %
Dari data Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 24 responden yang dipilih secara tertentu (purposive) siswa yang dianggap memiliki
kemampuan lebih yang ditunjukkan langsung oleh pihak Perpustakaan Annisaa’ terlihat pada data tersebut perempuan mendapatkan hasil 54,16 % dengan nilai prosentase sebagian besar, sedangkan untuk laki-laki memperoleh 45,83 % dengan nilai prosentase hampir setengahnya. 2) Asal Kelas Responden Identifikasi responden yang kedua adalah berdasarkan kelas, karena hanya kelas 5 yang menjadi sampel maka terdapat 3 kelas seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini : Tabel 5 Asal Kelas Responden Kriteria Kelas 5 Y Kelas 5 N Kelas 5 T Jumlah
F 8 8
P 33,33 % 33,33 %
8 24
33,33 % 100 %
Dengan melihat Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebanyak 24 responden yang dipilih, setiap kelas menghasilkan masing-masing 8 responden yaitu dari kelas 5 Y, kelas 5 N dan kelas 5 T. Dan ketiganya menghasilkan prosentase yang sama yaitu 33,33 %. Hal ini bisa terjadi karena penulis membagi sama banyak perkelas terhadap seluruh responden. b. Frekuensi Kunjungan ke Perpustakaan
Untuk Frekuensi kunjungan ke perpustakaan terdapat dua pertanyaan yaitu mengenai : kunjungan ke perpustakaan, dan jadwal khusus, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sub bab berikut ini : 3) Kunjungan ke Perpustakaan Kunjungan ke perpustakaan ini dilakukan oleh siswa selain pada jadwal perpustakaan yang telah ditetapkan. Seringnya siswa mengunjungi perpustakaan memperlihatkan bahwa perpustakaan mempunyai fungsi yang besar bagi kebutuhan siswa akan informasi. Tabel 6 Kunjungan ke Perpustakaan Variabel Jawaban Tidak pernah 1 kali 2 kali Lebih dari 2 kali Tidak tentu Jumlah
F 0 3 5 6 10 24
P 0% 12,5 % 20,83 % 25 % 41,6 % 100 %
Melalui Tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 24 responden, sebagian kecil responden memilih kunjungan ke perpustakaan sebanyak 1 kali berjumlah 12,5 %, yang memilih 2 kali kunjungan yaitu sebesar 20,83 %, dan yang memilih lebih dari 2 kali yaitu sebesar 25 %. Adapun hampir setengahnya memilih jawaban tidak tentu yaitu sebanyak 41,6 %. Berdasarkan data-data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir
setengah
responden
menjawab
frekuensi
kunjungan
ke
perpustakaan dalam waktu seminggu adalah tidak tentu yaitu sebesar 41,6
%. Dan ini bisa menjadikan ukuran bahwasannya para siswa tidak hanya datang pada saat jadwal perpustakaan. 4) Jadwal Khusus Jadwal ini menunjukkan bahwa pihak sekolah memberikan ruang bagi siswa untuk datang ke perpustakaan dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang di bimbing langsung oleh pihak perpustakaan sehingga jadwal ini bisa terkontrol seperti yang tertera pada tabel di bawah ini : Tabel 7 Jadwal Khusus Variabel Jawaban Ya Tidak Jumlah
F 23 1 24
P 95,83 % 4,16 % 100 %
Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa siswa yang menyatakan terdapat jadwal khusus untuk kunjungan ke Perpustakaan An-nisaa’ sebagian besar menjawab ‘ya’ dengan jumlah responden pemilih hampir seluruhnya yaitu 23 responden dengan prosentase 95,83 % sedangkan sebagian kecil menjawab tidak, yaitu sebesar 4,16 % dengan 1 responden. Sehingga dari pemaparan tersebut diperoleh hasil bahwa penilaian responden terhadap ketersediaan jadwal khusus perpustakaan sudah positif dengan menyatakan ‘ya’ yang berarti ada atau tersedia jadwal khusus.
c. Penggunaan Perpustakaan Penggunaan perpustakaan merupakan hal yang sangat penting karena banyak kegunaan dari perpustakaan itu sendiri. Berikut terdapat 13 pertanyaan yang di bahas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sub bab berikut ini : 5) Dapat Menggunakan Internet Penggunaan internet tidak asing lagi bagi siswa pada tingkat sekolah dasar karena di sekolah-sekolah dasar sekarang ini sudah mulai diperkenalkan tentang penggunaan internet. Di bawah ini disajikan tabel yang menerangkan seberapa besar kemampuan siswa dalam menggunakan internet dapat dilihat di bawah ini : Tabel 8 Dapat Menggunakan Internet Variabel Jawaban Bisa Sedikit-sedikit Kurang bisa Tidak bisa Jumlah
F 24
P 100 %
0
0%
0 0
0% 0%
24
100 %
Dengan melihat hasil dari Tabel 8 dapat dipaparkan bahwasanya responden secara keseluruhan dengan prosentase 100 % memilih bisa dalam penggunaan internet. Sehingga dapat diperoleh hasil bahwa penilaian responden terhadap penggunaan internet secara keseluruhan mendapat hasil 100 % untuk jawaban ‘bisa’.
6) Asal Belajar Menggunakan Internet Pada tabel ini penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh perpustakaan dalam memberikan pelajaran tentang penggunaan internet apakah persentasenya lebih dominan atau tidak dapat kita rinci pada tabel di bawah ini : Tabel 9 Asal Belajar Menggunakan Internet Variabel Jawaban Guru Petugas perpustakaan Orang tua Saudara Teman Lain-lain (sebutkan).... Buku panduan, sendiri Jumlah
F 0 2 16 12 7 2
P 0% 5,12 % 41,02 % 30,76 % 17,94 % 5,12 %
39
100 %
Melalui Tabel 9 dapat diketahui bahwasannya dari 24 responden diperoleh 39 jawaban. Sebagian kecil responden petugas perpustakaan sebesar 5,12 %, sedangkan hampir setengahnya memilih orang tua yaitu sebesar 41,02 %, adapun 30,76 % dipilih untuk jawaban saudara dengan nilai prosentase hampir setengahnya, selanjutnya sebagian kecil juga dipilih untuk teman sebesar 17,94 % dan yang memilih lain-lain dengan jawaban buku panduan dan sendiri yaitu sebesar 5,12%. Dari data-data di atas dapat diperoleh hasil bahwa pihak perpustakaan kurang berperan dalam hal pembelajaran menggunakan internet karena hampir setengahnys responden memilih asal mereka
mengetahui cara belajar menggunakan internet yaitu melalui ‘orang tua’ dengan jawaban sebesar 41,02 %. 7) Dapat Menggunakan OPAC Dalam mencari koleksi pengguna dapat langsung mencarinya ke rak atau dengan menggunakan OPAC. Di tabel ini dapat kita ketahui seberapa besar kemampuan siswa/siswi kelas 5 dapat menggunakan OPAC. Tabel 10 Dapat Menggunakan OPAC Variabel Jawaban Bisa Sedikit-sedikit Kurang bisa Tidak bisa Jumlah
F 20
P 83,33 %
3 1 0
12,5 % 4,16 % 0%
24
100 %
Dari Tabel 10 diketahui bahwa dari 24 responden diperoleh prosentase hampir seluruhnya memilih jawaban ‘bisa’ yaitu sebesar 83,33 % sedangkan sebagian kecil responden memilih sedikit-sedikit dengan hasil 12,5 % dan kurang bisa sebesar 4,16 %. Sehingga bila disimpulkan siswa dapat menggunakan OPAC sebesar 83,33 %.
8) Asal Belajar Menggunakan OPAC Seperti halnya dengan pertanyaan sebelumnya pada tabel ini dapat diketahui dari mana asal siswa/siswi kelas 5 dapat menggunakan OPAC dan seberapa besar kontribusi yang dilakukan pihak perpustakaan. Tabel 11 Asal Belajar Menggunakan OPAC Variabel Jawaban Guru Petugas perpustakaan Orang tua Saudara Teman Lain-lain (sebutkan)... Jumlah
F 0 22 0 0 2 0 39
P 0% 91,6 % 0% 0% 8,33 % 0% 100 %
Dengan melihat data dari Tabel 11 dapat dipaparkan bahwa hampir seluruh responden memilih petugas perpustakaan yaitu sebesar 91,6 %. Sedangkan sebagian kecil responden memilih teman dengan prosentase 8,33
%.
Sehingga
dapat
disimpulkan
asal
siswa/siswi
belajar
menggunakan OPAC yaitu dari petugas perpustakaan dengan nilai prosentase hampir seluruhnya yaitu sebesar 91,6 %. 9) Siswa Didampingi Guru Ketika ke Perpustakaan Keikutsertaan guru ketika terdapat kunjungan ke perpustakaan mencerminkan bahwa perpustakaan tidak bekerja sendiri tapi di bantu oleh guru. Selain itu guru juga bisa memonitor tingkat perkembangan dan kemampuan siswa sewaktu berada di perpustakaan. Pada tabel di bawah
ini akan diketahui tingkat keseringan guru mendampingi siswa pada saat berkunjung ke perpustakaan. Tabel 12 Siswa Didampingi Guru Ketika ke Perpustakaan Variabel Jawaban Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Tidak tahu Jumlah
F 0 0 24 0 0
P 0% 0% 100 % 0% 0%
0 24
0% 100 %
Data-data pada Tabel 12 menyatakan bahwa dari 24 responden secara keseluruhan semua memilih jawaban kadang-kadang dengan nilai prosentase sebesar 100%. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa siswa didampingi guru ketika terdapat jadwal kunjungan ke perpustakaan adalah kadang-kadang dengan hasil akhir sebesar 100 %. 10) Sumber Informasi yang Sering Digunakan Sumber informasi yang ada sekarang ini sangat bervariasi seiring meningkatnya teknologi di dunia ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui sumber informasi apa yang sering digunakan siswa apabila mereka membutuhkan informasi.
Tabel 13 Sumber Informasi yang Sering Digunakan Variabel Jawaban Ensiklopedia Kamus Cerita Rakyat Internet Majalah Lain-lain (sebutkan).... Orang tua, berita Jumlah
F 12 2 3 22 4 2
P 26,66 % 4,44 % 6,66 % 48,88 % 8,88 % 4,44 %
45
100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 13 yang terlihat dari 24 responden dengan hasil 45 jawaban. Sumber jawaban informasi yang sering digunakan oleh responden, untuk ensiklopedia dipilih responden hampir setengahnya yaitu sebesar 26,66 %, sedangkan sebagian kecil dipilih untuk cerita rakyat yaitu sebesar 6,66 %, untuk internet mendapatkan nilai hampir setengahnya yaitu sebesar 48,88 %, dan masingmasing sebagian kecil untuk majalah sebesar 8,88 % dan jawaban orang tua dan berita mendapatkan 4,44 %. Berdasarkan keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dari 24 responden hampir setengahnya menjawab ‘internet’ untuk sumber informasi yang sering digunakan yaitu sebesar 48,88 %. 11) Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Koleksi Perpustakaan dalam Penyelesaian Tugas Penggunaan koleksi perpustakaan oleh siswa dalam penyelesaian tugas
dari
sekolah
dapat
mengadaptasikan
bahwa
siswa
dapat
menggunakan berbagai koleksi tidak hanya terfokus oleh satu buku dan ini bisa terjadi apabila pihak sekolah terintegrasi dengan pihak perpustakaan. Tabel 14 Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Koleksi Perpustakaan dalam Penyelesaian Tugas Variabel Jawaban Sering sekali Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Tidak tahu Jumlah
F 0
P 0%
2 17 0 5
8,33 % 70,83 % 0% 20,83 %
0 24
0% 100 %
Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 24 responden menyatakan bahwa sebagian kecil yaitu 8,33 % memilih jawaban sering, sedangkan sebagian besar responden menjawab kadang-kadang yaitu sebesar 70,83 % dan yang menjawab tidak pernah juga sebagian kecil yaitu 20,83 %. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi siswa terhadap penggunaan koleksi perpustakaan dalam penyelesaian tugas sebagian besar menjawab ‘kadang-kadang’ yaitu sebesar 70,83 %. 12) Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Koleksi Perpustakaan oleh Guru Penggunaan koleksi perpustakaan oleh guru dapat dijadikan barometer bahwasannya guru tidak hanya terpaku untuk menggunakan buku pelajaran tetapi dapat mengkombinasikan penggunaan koleksi perpustakaan seperti : cerita rakyat, dongeng, ensiklopedia, kamus dan
lain-lain. Dan ini bisa terjadi apabila pihak sekolah terintegrasi dengan pihak perpustakaan untuk lebih jelasnya lihatlah tabel di bawah ini : Tabel 15 Persepsi Siswa terhadap Penggunaan Koleksi Perpustakaan oleh Guru Variabel Jawaban Sering sekali Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Tidak tahu Jumlah
F 1
P 4,16 %
11 9 0 3
45,83 % 37,5 % 0% 12,5 %
0 24
0% 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 15 terlihat bahwa dari 24 responden sebagian kecil memilih jawaban sering sekali yaitu sebesar 4,16 %, sedangkan hampir setengahnya (45,83 %) menjawab sering, dan yang menjawab kadang-kadang sebesar 37,5 % dan yang terakhir juga sebagian kecil menjawab tidak pernah dengan yaitu sebesar 12,5 %. Dari data-data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa responden paling banyak menjawab ‘sering’ dalam penggunaan koleksi perpustakaan oleh guru yaitu sebesar 45,83 % dengan nilai prosentase hampir setengahnya 13) Koleksi yang digunakan Guru dalam Mengajar Penggunaan koleksi perpustakaan oleh guru dalam mengajar menandakan bahwa perpustakaan merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran sekolah. Bervariasinya koleksi yang ada menjadikan sekolah
membuat peraturan koleksi apa yang dapat di pakai dalam pengajaran. Untuk mengetahui koleksi apa saja yang digunakan kita dapat melihat pada tabel di bawah ini : Tabel 16 Koleksi yang digunakan Guru dalam Mengajar Variabel Jawaban Cerpen Novel Surat kabar Buku cerita Ensiklopedia Kamus Majalah Lain-lain (sebutkan)..... Jumlah
F 2 6 4 18 14 11 1 0 56
P 3,57 % 10,71 % 7,14 % 32,14 % 25 % 19,64 % 1,78 % 0% 100 %
Dari Tabel 16 diperoleh keterangan bahwa dari 24 responden yang terdiri atas 56 jawaban diperoleh hasil bahwa sebagian kecil responden memilih cerpen yaitu sebesar 3,57 %, novel sebesar 10,71 % dan surat kabar sebesar 7,14 %. Sedangkan untuk
buku cerita dipilih hampir
setengahnya yaitu sebesar 32,14 %. Dan sebagian kecil responden memilih ensiklopedia berkisar 25 %, kamus sebesar 19,64 % dan yang terakhir majalah yaitu sebesar 1,78 %. Berdasarkan data-data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dari 56 jawaban yang dipilih responden hampir setengahnya menjawab ‘buku cerita’ yaitu sebesar 32,14 %. Sehingga diperoleh hasil bahwa penilaian responden terhadap point di atas sebagian besar memilih buku cerita untuk koleksi yang digunakan guru dalam mengajar.
14) Acara Perpustakaan yang Sering Diadakan Dalam mengadakan sebuah acara perpustakaan, perpustakaan memiliki bermacam-macam kegiatan di dalamnya. Hal ini yang dapat memicu perkembangan kemampuan anak. Di bawah ini merupakan beberapa acara yang ada di perpustakaan, adapun acara perpustakaan yang sering diadakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 17 Acara Perpustakaan yang Sering Diadakan Variabel Jawaban Storytelling Nonton film Membuat keterampilan Lomba Lain-lain (sebutkan)…… Ketertiban kelas Jumlah
F 16 23 1 12 1
P 30,18 % 43,39 % 1,88 % 22,64 % 1,88 %
53
100 %
Data-data dari Tabel 17 menyatakan bahwa dari 24 responden dengan 53 jawaban menyatakan bahwa acara perpustakaan yang sering diadakan yaitu hampir setengahya memilih storytelling yaitu sebesar 30,18% dan nonton film sebesar 43,39 %. Sedangkan sebagian kecil responden memilih membuat keterampilan dengan hasil sebesar 1,88 %, lomba (22,64 %), dan juga ketertiban kelas yaitu sebesar 1,88 %. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dari 53 jawaban hampir setengahnya menjawab ‘nonton film’ yaitu sebesar 43,39%. Dan dari penjelasan di atas diperoleh hasil bahwa ‘nonton film’ merupakan acara yang sering diadakan oleh perpustakaan.
15) Program Perpustakaan yang Paling Disenangi Kegiatan-kegiatan ini bisa dijadikan barometer bahwa kegiatan apa yang paling disenangi oleh siswa pada saat diadakannya kegiatan di perpustakaan seperti yang sudah tertera pada tabel di bawah ini : Tabel 18 Program Perpustakaan yang Paling Disenangi Variabel Jawaban Storytelling Nonton film Menelusur lewat media cetak Menelusur lewat media elektronik Lain-lain (sebutkan)......... Jumlah
F 5 14 4 13
P 13,88 % 38,88 % 11,11 % 36,11 %
0 36
0% 100 %
Berdasarkan Tabel 18 yang terdiri atas 24 responden dari 36 jawaban dapat diketahui bahwasannya sebagian kecil responden memilih storytelling yaitu sebesar 13,88 %, sedangkan hampir setengahnya memilih nonton film yaitu 38,88 %. Dan untuk menelusur lewat media cetak berjumlah 11,11 % dengan nilai prosentase sebagian kecil, selanjutnya hampir setengahnya memilih media elektronik yaitu sebesar 36,11 %. Berdasarkan keterangan tersebut diperoleh hasil bahwa ‘nonton film’ merupakan pelajaran yang paling disenangi siswa di perpustakaan dengan nilai prosentase hampir setengahnya yaitu 38,88 %. 16) Perasaan Siswa terhadap Program Perpustakaan Tabel ini menunjukkan persentase siswa mengenai perasaan siswa terhadap program yang diadakan perpustakaan di mana bisa diketahui
apakah perpustakaan berhasil apa tidak dalam memgadakan program perpustakaan bagi pribadi siswa. Tabel 19 Perasaan Siswa Terhadap Program Perpustakaan Variabel Jawaban Senang Biasa saja Tidak peduli Tidak senang Jumlah
F 20 4 0 0 24
P 83,33 % 16,66 % 0% 0% 100 %
Dari Tabel 19 dapat dilihat tentang perasaan siswa terhadap program perpustakaan di atas diperoleh keterangan bahwa dari 24 responden sebagian besar 83,33 % menyatakan senang, dan sebagian kecil 16,66 % menyatakan biasa saja. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang menjawab ‘senang’ terhadap perasaan
mereka
mengenai
tersedianya
program
perpustakaan
mendapatkan nilai prosentase hampir seluruhnya yaitu sebesar 83,33 %. 17) Manfaat Perpustakaan dalam Proses Pembelajaran Salah
satu
manfaat
perpustakaan
adalah
pada
proses
pembelajarannya yang melibatkan semua pihak mulai dari guru sampai murid. Oleh karena itu, dapat dilihat pada tabel ini apakah perpustakaan bermanfaat dalam proses pembelajaran seperti yang tertera di bawah ini :
Tabel 20 Manfaat Perpustakaan dalam Proses Pembelajaran Variabel Jawaban Sangat bermanfaat Bermanfaat Kurang bermanfaat Tidak bermanfaat Jumlah
F 12 12 0 0 24
P 50 % 50 % 0% 0% 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 20 terlihat bahwa dari 24 responden terlihat seimbang. Masing-masing jawaban yang memilih sangat bermanfaat dan bermanfaat mendapat hasil sebesar 50 %. Dari keterangan
tersebut
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
manfaat
perpustakaan dalam proses pembelajaran mendapatkan nilai prosentase setengahnya yaitu masing-masing memiliki 50 % untuk yang menjawab sangat bermanfaat dan bermanfaat. d. Uji Pengetahuan dan Pemahaman Siswa Uji Pengetahuan dan pemahaman siswa merupakan hal yang penting untuk melihat seberapa besar kemampuan anak. Data ini diambil untuk melihat secara garis besar kemampuan siswa Sekolah An-nisaa’ khususnya untuk kelas 5 SD. Dalam sub bagian ini penulis membuat sedikit pembuktian dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang sederhana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sub-sub bagian di bawah ini :
9) Menemukan Arti sebuah Istilah Pada tabel ini penulis ingin mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam mencari sebuah istilah yang asing atau tidak diketahui. Melalui media apa siswa dapat menemukan istilah-istilah tersebut. Banyak media yang terdapat di perpustakaan namun terdapat media yang sangat tepat yang digunakan untuk membantu dalam mencari istilah tersebut. Tabel 20 Menemukan Arti sebuah Istilah Variabel Jawaban Kamus Ensiklopedia Bibliografi Indeks Atlas Lain-lain (sebutkan)......... Jumlah
F 20 8 1 0 0 0 29
P 68,96 % 27,58 % 3,44 % 0% 0% 0% 100 %
Dari Tabel 20 diperoleh keterangan bahwa dari 24 responden dengan hasil 29 jawaban responden sebagian besar memilih kamus dengan prosentase 68,96 %. Sedangkan hampir setengahnya memilih ensiklopedia yaitu berjumlah 27,58 % dan sisanya sebagian kecil memilih bibliografi yaitu sebesar 3,44 %. Berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang paling tepat mengenai media yang digunakan untuk menemukan arti sebuah istilah adalah dengan menggunakan kamus dengan nilai prosentase sebagian besar yaitu sebesar 68,96 %. 10) Koleksi Non Fiksi
Koleksi non fiksi merupakan koleksi yang berhubungan dengan ilmu pasti yang sering digunakan dalam proses pembelajaran seperti buku pelajaran, ensiklopedia, kamus dan lain-lain. Di sini penulis ingin melihat seberapa besar pengetahuan siswa tentang apa itu koleksi non fiksi sehingga hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 21 Koleksi Non Fiksi Variabel Jawaban Buku pelajaran Ensiklopedia Novel Kamus Cerita rakyat Jumlah
F 24 22 0 17 5 68
P 35,29 % 32,35 % 0% 25 % 7,35 % 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 21 terlihat bahwa dari 24 responden yang terdiri atas 68 jawaban. Hampir setengahnya 35,29 % memilih buku pelajaran, jika dilihat dari jumlah responden maka seluruh responden memilih jawaban ini. Sedangkan untuk ensiklopedia 32,35 % yaitu hampir setengahnya di pilih oleh responden. Selanjutnya sebagian kecil memilih kamus dengan prosentase 25 % dan yang terakhir untuk cerita rakyat juga dipilih sebagian kecil responden yaitu sebesar 7,35 %. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang tepat mengenai jenis koleksi yang termasuk koleksi non fiksi adalah buku pelajaran, ensiklopedia dan kamus dengan nilai prosentase yaitu sebesar 92,64 %.
11) Koleksi Fiksi Sedangkan untuk koleksi fiksi merupakan cerita hiburan seperti novel, komik, cerita rakyat dan sebagainya. Seperti halnya dengan penjelasan di atas penulis ingin mengetahui apakah siswa bisa membedakan antara koleksi fiksi dan non fiksi yang dapat kita cermati pada tabel berikut ini : Tabel 22 Koleksi Fiksi Variabel Jawaban Cerita rakyat Novel Ensiklopedia Kamus Buku pelajaran Jumlah
F 12 20 0 1
P 36,32 % 60,6 % 0% 3,03 %
0 34
0% 100 %
Melalui Tabel 22 dapat diketahui bahwa dari 34 jawaban yang terdiri atas 24 responden hampir setengahnya memilih cerita rakyat yaitu sebesar 36,32 %. Sedangkan untuk novel (60,6 %) dipilih sebagian besar responden, selanjutnya untuk sebagian kecil yaitu kamus dipilih sebesar 3,03 %. Dari data-data di atas diperoleh jawaban yang paling tepat mengenai jenis koleksi yang termasuk koleksi fiksi adalah cerita rakyat dan novel dengan nilai prosentase hampir seluruhnya yaitu sebesar 96,92%.
12) Mencari Informasi Riwayat Hidup Seseorang Riwayat seseorang sangat dibutuhkan untuk mengetahui tentang perjalanan hidup seseorang sehingga apabila kita tidak tahu media apa yang menyediakan informasi tersebut kita akan merasa kesulitan dalam mencarinya. Untuk itu penulis ingin melihat bagaimana siswa mencari informasi tersebut dengan menggunakan media apa dan jawaban-jawaban mereka akan terlihat di bawah ini : Tabel 23 Mencari Informasi Riwayat Hidup Seseorang Variabel Jawaban Kamus Ensiklopedia Majalah Atlas Biografi Lain-lain (sebutkan)......... Jumlah
F 4 1 0 0 21 0 26
P 15,38 % 3,84 % 0% 0% 80,76 % 0% 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 23 tergambar bahwa dari 24 responden dengan jumlah 26 jawaban sebagian kecil memilih kamus yaitu sebesar 15,38 %. Sedangkan sebagian kecil lagi yaitu 3,84 % juga dipilih untuk ensiklopedia. Dan yang terakhir hampir seluruhnya responden memilih biografi yaitu dengan hasil 80,76 %. Dari data-data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang paling tepat untuk media yang digunakan dalam mencari informasi riwayat hidup seseorang adalah dengan menggunakan biografi dengan nilai prosentase hampir seluuruhnya yaitu sebesar 80,76 %.
13) Mencari Berita Terbaru Berita terbaru sangat dibutuhkan bagi seseorang apabila tidak ingin ketinggalan dengan informasi yang ada untuk itu perlu kita ketahui media apa yang dapat membantu kita untuk menemukan berita tersebut. Untuk itu penulis membuat tabel seperti di bawah ini untuk mengetahui media apa yang siswa gunakan untuk mencari berita baru. Tabel 24 Mencari Berita Terbaru Variabel Jawaban Surat kabar Kamus Internet Novel Komik Jumlah
F 19 0 24 0
P 44,18 % 0% 55,81 % 0%
0 43
0% 100 %
Tabel 24 menunjukkan bahwa dari 43 jumlah jawaban responden yang terdiri atas 24 responden hampir setengahnya responden memilih surat kabar yaitu berjumlah 44,18 %. Sedangkan sebagian besar memilih internet dengan hasil 55,81 % dan apabila dilihat dari jumlah responden jawaban tersebut mempunyai nilai sempurna atau 100 %. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang paling tepat mengenai media yang digunakan untuk mencari berita terbaru adalah dengan menggunakan surat kabar dan internet dengan nilai prosentase secara keseluruhan yaitu sebesar 100 %.
14) Mencari Letak Geografis Pada tabel ini penulis ingin melihat bagaimana kemampuan siswa dalam mencari letak geografis pada media-media yang telah disediakan di bawah ini untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 25 Mencari Letak Geografis Variabel Jawaban Globe Atlas Majalah Kamus Ensiklopedia Jumlah
F 19 24 0 0
P 44,18 % 55,81 % 0% 0%
0 43
0% 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 25 terlihat bahwa dari 43 jawaban yang dipilih oleh 24 responden bahwa hampir setengahnya memilih jawaban globe yaitu sebesar 44,18 %. Sedangkan untuk atlas dipilih sebagian besar responden yaitu sebesar 55,81 %. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang paling tepat untuk mencari letak geografis adalah dengan menggunakan globe dan atlas dengan nilai prosentase seluruhnya yaitu 100 %.
15) Koleksi Audio Visual Koleksi audio visual merupakan koleksi yang membutuhkan teknologi dan visual karena koleksi tersebut tidak berbentuk tercetak seperti buku, koran dan sebagainya. Pada bagian ini penulis ingin
mengetahui apakah siswa kelas 5 bisa mengetahui apakah koleksi audio visual itu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 26 Koleksi Audio Visual Variabel Jawaban Koran Kaset CD/DVD Majalah Novel Jumlah
F 2 14 23 0 0 39
P 5,12 % 35,89 % 58,97 % 0% 0% 100 %
Dengan melihat Tabel 26 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 39 jawaban yang terdiri atas 24 responden sebagian kecil memilih koran yaitu 5,12 %. Sedangkan hampir setengahnya memilih kaset sebesar 35,89 %. Dan untuk CD/DVD dipilih hampir sebagian besar responden yaitu sebesar 58,97 %. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa jawaban yang paling tepat mengenai jenis koleksi yang termasuk koleksi audio visual adalah yang memilih kaset dan CD/DVD dengan nilai prosentase hampir seluruhnya yaitu sebesar 94,86 %.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Setelah mengadakan penelitian dengan menggunakan metode observasi, wawancara dengan pihak perpustakaaan dan guru serta menyebarkan kuesioner sebanyak 24 siswa pada SD kelas 5 yang menggunakan
purposive
sample.
Pada
bab
ini
penulis
akan
mengemukakan kesimpulan yang di dapat dari hasil penelitian tersebut. Kesimpulan dari penelitian yang diadakan di Perpustakaan An-nisaa’ adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perpustakaan An-nisaa’ telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan literasi infomasi bagi siswa/siswi secara optimal. Hal ini terlihat dengan adanya berbagai macam
program
kegiatan
yang
diselenggarakan
oleh
pihak
perpustakaan seperti : bimbingan pemakai perpustakaan, latihan penggunaan koleksi, pembuatan kliping, pengenalan internet, dan lingkar sastra yang bekerjasama dengan guru bahasa Indonesia. 2. Dari hasil lima program yang diadakan perpustakaan apabila dianalisa menurut standar literasi informasi menurut American Association of School Librarian terdapat dua program yang masuk ke dalam Standar 1 yaitu latihan penggunaan koleksi, dan pengenalan internet. Sedangkan terdapat satu program yang memiliki karakter ke dalam
Standar 2 yaitu nonton film. Kemudian untuk Standar 4 terdapat satu program perpustakaan yaitu bimbingan pemakai perpustakaan. Dan untuk Standar 5 memiliki satu program perpustakaan yaitu pembuatan kliping. 3. Dalam pembentukan program perpustakaan disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Sehingga pihak perpustakaan memasukkan program-program pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat masing-masing
kelas.
Selain
itu,
adanya
jadwal
kunjungan
perpustakaan yang telah ditetapkan atau dijadwalkan bagi tiap-tiap kelas menjadikan pihak perpustakaan bisa lebih intensif dalam menjalankan program-program tersebut. 4. Dari hasil yang diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada siswa terlihat bahwa dari uji pengetahuan dan pemahaman yang dilakukan oleh penulis melalui 7 pertanyaan sederhana mengenai peraturan dan keterampilan
dalam
memperoleh
informasi di
perpustakaan yang disebarkan melalui kuesioner terilihat jelas bahwa hampir keseluruhan siswa kelas 5 memilih jawaban yang tepat, yang apabila diakumulasikan berkisah 92% tingkat ketepatan menjawab. 5. Pimpinan Yayasan, para tenaga pendidik serta orang tua siswa saling memahami akan fungsi dari perpustakaan sekolah, sehingga mereka dapat memberikan perhatian kepada perpustakaan. Hal ini tercermin dengan adanya respon yang positif antara satu dengan yang lainnya yang ditunjukkan dengan adanya saling bekerjasama.
B. Saran Telah dijelaskan dan disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan pihak perpustakaan dalam meningkatkan literasi informasi siswa sudah optimal namun dari hasil penelitian, penulis hanya ingin memberikan saran-saran untuk Perpustakaan An-nisaa’ yaitu sebagai berikut : 1. Pihak perpustakaan sebaiknya menambah waktu untuk program kunjungan ke perpustakaan yang sudah dijadwalkan khususnya untuk kelas 5 SD karena dari kuesioner terbuka yang disebarkan sebagian besar siswa menyatakan bahwa waktu yang diberikan perpustakaan terlalu singkat yaitu dengan prosentase pemilih sebesar 66,66 % hal ini dipicu karena waktu yang digunakan hanya kurang lebih sekitar 35 menit. 2. Selain itu dari guru yang diwawancarai seputar perpustakaan juga menyarankan sebaiknya jumlah staf perpustakaan ditambah. Hal ini dilatar belakangi bahwasannya, apabila salah satu staf pergi maka staf yang lain menanggung tugas yang terlalu berat, karena harus mengajar sendiri sehingga kurang kondusif ditambah lagi jika tidak ada guru pendamping. Dan juga soal pengadaan koleksi terkadang datangnya terlambat sehingga ini juga perlu dikaji lagi. 3. Selanjutnya
saran
yang
terakhir
sebaiknya
guru
sering
mendampingi siswa apabila ada jadwal ke perpustakaan baik dari tingkat paling bawah sampai tingkat yang paling atas, sehingga bisa terkontrol. Hal ini terlihat dari kuesioner yang di isi oleh siswa
bahwa seluruhnya mengatakan bahwa guru mendampingi siswa saat jadwal kunjungan ke perpustakaan adalah kadang-kadang dengan prosentase sebesar 100 %. Dari data-data yang diperoleh menunjukkan bahwa guru jarang mendampingi siswanya. Padahal keikutsertaan guru ke perpustakaan pada jam kunjungan ke perpustakaan telah diatur oleh unit sekolah. Dan dengan ikut sertanya guru ke perpustakaan juga dapat melihat kemampuan anak didiknya selain berada di kelas dan apabila terdapat kendala dapat didiskusikan bersama dengan pihak perpustakaan. Demikian kesimpulan dan saran yang bisa penulis kemukakan pada bab ini sebagai penutup dari penelitian skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA Alfida. (2008). “Pustakawan dan literasi informasi : menguak kemampuan pustakawan dalam membimbing pengguna”. Al-Maktabah : jurnal komunikasi dan informasi perpustakaan, 9 (2), 251. Bafadal, Ibrahim. (2001). Pengelolaan perpustakaan sekolah. Jakarta : Bumi Aksara. Bangun, Antonius, dkk. (1992). Kepustakawanan Indonesia : potensi dan tantangan. Jakarta : Kesain Blane. Bunanta, Murti. (2004). Buku, mendongeng dan minat membaca. Jakarta : Pustaka Tangga. Darmono. (2007). Perpustakaan sekolah : pendekatan aspek manajemen dan tata kerja. Jakarta : Grasindo. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1986). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta : Proyek Pengembangan Perpustakaan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.. (1988). Kamus umum bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Farida, Ida, dkk. (2005). Information literacy skill : dasar pembelajaran seumur hidup. Jakarta : UIN Jakarta Press. Al Hamid, Zaid Husein. (1982). Pekalongan.
Kamus Al-Muyassar Arab-Indonesia.
Hariyadi, Utama. (2005). “Strategi melakukan keberaksaraan informasi di perpustakaan sekolah”. Jurnal ilmu informasi : perpustakaan dan kearsipan, 1 (2), 35. Herring, James. E. (1982). School librarianship. London : Clive Bingle. IFLA. (2006). Pedoman Perpustakaan Sekolah IFLA/UNESCO. Diakses 19 Agustus 2009. www.ifla.org/VII/s11/pubs/scholl-guidelines.html Koentjaraningrat (1991).
Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama. LIPI. (2009). Membangun perpustakaan sekolah model. Diakses 18 Agustus 2009. www.bit.lipi.go.id/masyarakat-literasi/index.php Marais, J.J. (1992). “Evolution of information literacy as product of information education. South African”. Journal of library of information science, 60 (2), 75. Milburga, Larasati, et al. (1991). Membina perpustakaan sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Mudjito. (2001). Pembinaan minat baca. Jakarta : Universitas Terbuka. Naibaho, Kalarensi. (2008). Menciptakan generasi literat melalui perpustakaan. Diakses 24 April 2009. http://claranaibaho.multiply.com/journal/item/44 Nuryudi. (2006). “Mendukung pendidikan berbasis kompetensi dengan program literasi dasar dan information literacy di perpustakaan sekolah”. AlMaktabah : jurnal komunikasi dan informasi perpustakaan, 8 (2), 24-27.
Nuryudi. (2006). “Advokasi perpustakaan madrasah: pendekatan kolaborasi external”. Perpustakaan sebagai center for learning society : gagasan untuk pengembangan perpustakaan madrasah. Editor, Sudarnoto Abdul Hakim. Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. Warsito, Hermawan. (1992). Pengantar metodologi penelitian : buku panduan mahasiswa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Perpustakaan
An-nisa’.
(2007).
YPII
Annisa’.
Diakses
24
April
[email protected]
Perpustakaan Nasional. (1992). Perpustakaan sekolah : petunjuk untuk membina, memakai dan memelihara perpustakaan di sekolah. Jakarta : Perpustakaan Nasional. Prytherch, Ray. (1990). Harrod’s librarians’ glossary and reference book. England : Gower. Purnomo, Pungki. (2006). “Pembekalan life long learning di madrasah melalui penerapan pembelajaran berbasis perpustakaan”. Perpustakaan sebagai center
for
learning
society
:
gagasan
untuk
pengembangan
perpustakaan madrasah. Editor, Sudarnoto Abdul Hakim. Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. Rohanda. (2000). Fungsi dan peranan perpustakaan sekolah. Diakses 02 Februari 2009.
Saiful-Haq, Rizal (2006a). “Cakap informasi: tanggung jawab pustakawan sekolah dan pustakawan guru”. Perpustakaan sebagai center for learning society : gagasan untuk pengembangan perpustakaan madrasah. Editor, Sudarnoto Abdul Hakim. Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. _____________ , (2006b). “Information literacy : kelayakan kompetensi lulus sekolah dan pengembangan di Universitas”. Al-turas : mimbar sejarah, sastra, budaya dan agama, 12 (1), 58. ______________ , dkk. (2006). Pengantar manajemen perpustakaan madrasah. Editor, Sudarnoto Abdul Hakim. Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. _____________ , dkk. (2007). Perpustakaan dan pendidikan: pemetaan peran serta perpustakaan dalam proses belajar mengajar. Jakarta : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta. Sevilla, Consuelo G, dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta :Universitas Indonesia Pres. Sholeh, Asrorun Ni’am. (2008). Perpustakaan jendela peradaban : teks, konteks, dan dinamika pembahasan undang-undang tentang perpustakaan. Depok : Elsas. Sismanto. (2007). Manajemen perpustakaan digital. Tangerang : Afifa Pustaka. Subagyo, Joko. (1991). Metode Penelitian dalm teori dan praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Sudijojo, Anas.(1997). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Suherman. (2009). Kekuatan informasi : dari preliteracy ke postliteracy. Diakses 24 april 2009. http://www.bit.lipi.go.id/index.php Sulistyo-Basuki. (2003). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta : Universitas Terbuka. Surachman, Arif. (2007). Manajemen Perpustakaan sekolah. Diakses 15 Mei 2009. http://arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/manpersek.pdf Sutarno NS. (2003). Perpustakaan dan masyarakat. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Teta, dkk. Laporan program kerja Perpustakaan Sekolah An-nissa’ 2005-2006. Yusuf, Pawit. M, et al. (2007). Pedoman penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Jakarta : Kencana. Zahara, Zurni. (2003). Organisasi dan administrasi perpustakaan sekolah. Diakses 15 Mei 2009. http://library.usu.ac.id
Kuesioner Penelitian Upaya Perpustakaan Dalam Meningkatkan Literasi Informasi Siswa : Studi Kasus Perpustakaan Sekolah An-nissa’ Petunjuk Pengisian: 1. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh data sehubungan dengan penelitian 2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan secara seksama sebelum Adik mengisi kuesioner ini 3. Jawablah pertanyaan dengan melingkari (O) atau menyilang (X) jawaban yang menurut anda sesuai 4. Terima kasih atas kerjasama dan kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini. Data Responden Nama : Jenis kelamin : (Laki-laki / Perempuan) Kelas : A. Penggunaan Perpustakaan 1. Berapa kali dalam seminggu Adik mengunjungi perpustakaan? a. Tidak pernah d. Lebih dari 2 kali b. 1 kali e. Tidak tentu c. 2 kali 2. Apakah terdapat jadwal khusus untuk datang ke perpustakaan? a. Ya b. Tidak 3. Apakah Adik bisa menggunakan internet? a. Bisa c. Kurang bisa b. Sedikit-sedikit d. Tidak bisa 4. Apakah Adik bisa menggunakan OPAC? a. Bisa c. Kurang bisa b. Sedikit-sedikit d. Tidak bisa 5. Dari mana belajar menggunakan internet? a. Guru d. Saudara b. Petugas perpustakaan e. Teman c. Orang tua f. Lain-lain (sebutkan)........ 6. Dari mana belajar menggunakan OPAC? a. Guru d. Saudara b. Petugas perpustakaan e. Teman c. Orang tua f. Lain-lain (sebutkan)........ 7. Ketika Adik datang ke perpustakaan apakah didampingi guru? a. Selalu c. Jarang b. Sering d. Tidak pernah c. Kadang-kadang e. Tidak tahu 8. Sumber informasi apa yang sering Adik gunakan? (boleh pilih lebih dari satu) a. Ensiklopedia d. Internet b. Kamus e. Majalah c. Cerita rakyat f. Lain-lain (sebutkan)……
9. Apakah Adik sering menggunakan koleksi perpustakaan dalam menyelesaikan tugas sekolah? a. Sering sekali d. Jarang b. Sering e. Tidak pernah c kadang-kadang f. Tidak tahu 10. Apakah guru sering menggunakan koleksi perpustakaan waktu mengajar di kelas? a. Sering sekali d. Jarang b. Sering e. Tidak pernah c. Kadang-kadang f. Tidak tahu 11. Koleksi apa yang biasanya guru gunakan waktu mengajar dikelas? (boleh pilih lebih dari satu) a. Cerpen e. Ensiklopedia b. Novel f. Kamus c. Surat kabar g. Majalah d. Buku cerita h. Lain-lain (sebutkan)…… 12. Acara apa yang sering diadakan oleh pihak perpustakaan? (boleh pilih lebih dari satu) a. Storytelling (mendongeng) d. Lomba b. Nonton film e. Lain-lain (sebutkan)……. c. Membuat keterampilan 13. Program apa yang paling Adik senangi? (boleh pilih lebih dari satu) a. Storytelling c. Menelusur lewat media cetak b. Nonton film d. Menelusur lewat media elektronik 14. Apa yang Adik rasakan dengan adanya program di perpustakaan bagi diri Adik sendiri? a. Senang c. Tidak peduli b. Biasa saja d. Tidak senang 15. Menurut adik, sejauh mana manfaat perpustakaan dalam proses pembelajaran? a. Sangat bermanfaat c. kurang bermanfaat b. Bermanfaat d. Tidak bermanfaat 16. Apa yang menjadi kendala Adik dalam program pembelajaran yang diadakan oleh perpustakaan? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………........................................................................................
B. Uji Pengetahuan dan Pemahaman Siswa 1. Media apa yang Adik gunakan apabila ingin menemukan arti dari sebuah istilah tertentu? (boleh pilih lebih dari satu) a. Kamus c. Bibliografi e. Atlas b. Ensiklopedia d. Indeks 2. Dari jenis koleksi yang ada dibawah ini yang mana yang termasuk buku-buku non fiksi? (boleh pilih lebih dari satu) a. Buku pelajaran c. Novel e. Cerita rakyat b. Ensiklopedia d. Kamus 3. Dari jenis koleksi yang ada dibawah ini yang mana yang termasuk buku-buku fiksi? (boleh pilih lebih dari satu) a. Cerita rakyat c. Ensiklopedia e. Buku pelajaran b. Novel d. Kamus 4. Apabila Adik ingin mencari informasi riwayat hidup seseorang adik mencarinya dimana? (boleh pilih lebih dari satu) a. Kamus c. Majalah e. Biografi b. Ensiklopedia d. Atlas 5. Apabila Adik ingin mencari berita terbaru atau terkini dimana mencarinya? (boleh pilih lebih dari satu) a. Surat kabar c. Internet e. Komik b. Kamus d. Novel 6. Apabila Adik ingin mencari letak geografis negara-negara dimana mencarinya? (boleh pilih lebih dari satu) a. Globe c. Majalah e. Ensiklopedia b. Atlas d. Kamus 7. Dari jenis koleksi yang ada dibawah ini yang mana yang termasuk koleksi audio visual?(boleh pilih lebih dari satu) a. Koran c. CD/DVD e. Novel b. Kaset d. Majalah
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA
Transkrip Wawancara Kepala Perpustakaan
Pokok Pembicaraan 1. Dalam hal membuat peraturan perpustakaan, apakah Ibu bekerja sama dengan pihak sekolah (kepala sekolah, guru, dan siswa)? Bagaimana bentuk kerjasamanya? “Peraturan dibuat interen oleh perpustakaan karena ide dan aturannya dibuat sesuai kebutuhan-kebutuhan dan selanjutnya dari hasil tersebut disosialisasikan ke sekolah” 2. Menurut Ibu apakah visi dan misi perpustakaan menunjang visi dan misi sekolah? “Pasti, karena perpustakaan merupakan jantung sekolah” 3. Bagaimana proses pendanaan perpustakaan? “Dana perpustakaan berasal dari iuran siswa jadi, siswa membayar uang perpustakaan pertahun besarnya tergantung pada unit masing-masing tingkatan sekolah (KB, TK, SD, SMP)” 4. Selama ini dari mana saja koleksi perpustakaan diperoleh? “Penerbit datang dan menjual koleksinya ke kita kemudian ada distributor, dari toko buku pameran, dari guru yang membelikan buku, sumbangan siswa yang ingin mengikuti program sahabat buku dengan memberikan 4 buah buku sebagai syarat” 5. Berapa kali dalam sebulan pihak perpustakaan mengadakan program kunjungan anak ke perpustakaan? waktu yang digunakan berapa lama? “Seminggu sekali setiap pelajaran, untuk TK ± 45 menit sedangkan untuk SD jauh lebih sebentar ± 35 menit” 6. Apakah Ibu melibatkan pihak sekolah dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan? “Iya, misalnya setiap kunjungan program guru selalu ikut menemani selain itu work shop akhir semester 2 tahun 2008/2009”
7. Mohon Ibu jelaskan secara spesifik tentang hubungan pustakawan dengan guru? “Rekan, tidak ada perbedaan saling membutuhkan” 8. Apakah dalam mengajar pihak guru menggunakan koleksi yang dimiliki perpustakaan? “Pasti, kita mengakomodir koleksi yang digunakan karena semua mata pelajaran menggunakan koleksi perpustakaan baik buku pegangan guru yang disebut dengan teacher resources maupun koleksi seperti; ensiklopedia, kamus, koleksi fiksi, dan lain-lain”. 9. Apakah ada kebijakan mengenai literasi informasi di perpustakaan ini? Jika ada tolong Ibu jelaskan bagaimana kebijakan tersebut? “Semua program yang ada merupakan mengenai literasi informasi namun untuk kebijakannya sendiri berupa jadwal yang diperuntukkan untuk tiap-tiap kelas jadi, setiap kelas mempunyai waktu sendiri. Selain itu, dalam pengajaran di perpustakaan kita lebih ke sistem proses jadi kita tidak terlalu formal dalam memberikan materi sehingga siswa juga bisa semangat dengan apa yang kita berikan” 10. Bagaimana Ibu beserta staf perpustakaan merancang program pengajaran dengan menggunakan perpustakaan? (Dengan menggunakan sumber-sumber yang ada di perpustakaan sekolah) “Kita merancangnya dilihat dari weekly plan kemudian diberikan ke perpustakaan untuk diberi materi program di perpustakaan ada gak materi yang bisa ditambah, contoh; non film, menelusur, dan lain-lain” 11. Apakah pembelajaran di perpustakaan mengacu ke kurikulum sekolah? “Harus dan kita sebagai fasilitatornya” 12. Usaha apa yang dilakukan perpustakaan dalam upaya meningkatkan literasi informasi? “Seperti bagaimana kita mengenalkan koleksi, DDC, workshop” 13. Sejauh mana pengaruh perpustakaan terhadap upaya peningkatan proses literasi informasi? “Sangat berpengaruh sekali”
14. Bagaimana Ibu beserta staf perpustakaan menanggulangi segala permasalahan yang ada? “Yang penting komunikasi sehingga apabila komunikasi jadi semua lancar” 15. Apakah upaya-upaya yang dilakukan pihak perpustakaan sudah maksimal dalam program pembelajaran perpustakaan? Tolong dijelaskan? “Sudah cukup namunperlu ditingkatkan dikarenakan apabila terjadi masalah yang tidak terduga contoh, pihak perpustakaan telah mempersiapkan materi kelas namun ketika kita lakukan ternyata siswa kurang bersemangat jadi kita melakukan dengan cara melakukan sesuai proses saja” 16. Apa yang menjadi pertimbangan perpustakaan untuk tidak mengangkat seorang guru pustakawan (teacher-librarian) sedangkan tugas yang dilakukan pihak perpustakaan sudah mengacu ke sana? “Sebenarnya kita sudah mengajukan ke pihak yayasan namun pihak yayasan belum bisa menyetujui dalam waktu sekarang-sekarang ini. Disebabkan sistem yang digunakan Sekolah An-nisaa’ menggunakan sistem Diknas yang belum ada pemahaman dan sosialisasi di system tersebut. Sedangkan untuk pembentukan Teacher Librarian sendiri menggunakan sistem National Plus” 17. Apa yang Ibu sarankan kepada pihak sekolah dan sekolah-sekolah yang ingin mencanangkan program ini? “Untuk pihak sekolah sendiri saya rasa sudah berjalan bagus (cooperative) dan untuk sekolah-sekolah lain yang ingin menjalankan program seperti ini, minat baca akan tumbuh jika kita memasukkan jadwal perpustakaan ke dalam pelajaran harus ada rutinitas barulah ia dapat menyukainya”
Transkrip Wawancara Guru Kelas
Pokok Pembicaraan 1. Apakah visi dan misi perpustakaan menunjang dengan visi dan misi sekolah? “Menunjang, dari segi agama maupun pendidikannya” 2. Apakah perkembangan perpustakaan termasuk bagian dari perencanaan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran? “Iya, karena perpustakaan menunjang pada buku pegangan guru (teacher resource) jadi, perpustakaan yang menyediakan sehingga apabil terdapat buku baru akan ada pengembangan baru yang dapat meningkatkan mutu kurikulum sekolah” 3. Menurut Bapak apakah upaya-upaya yang dilakukan pihak perpustakaan sudah maksimal dalam pembentukan program perpustakaan? Tolong jelaskan? “Menurut saya, sudah lumayan bagus tetapi untuk optimalnya belum karena terdapat beberapa hal yang nggak mit, sehingg aanak bisa suka membaca jadi saya rasa belum maksimal” 4. Menurut Bapak Apakah kegiatan-kegiatan yang dilakukan pihak perpustakaan berdampak pada pendidikan anak di sekolah? “Iya, karena kegiatan-kegiatan yang dilakukan ada kerjasama antar guru dan pihak perpustakaan misalnya tentang pelajaran mencari tentang habitat maka kita bekerjasama dengan pihak perpustakaan tentang habitat dengan melakukan
komunikasi
terlebih
dahulu
kemudian
siswa
diajak
ke
perpustakaan dan pihak perpustkaan mengajarkan kepada siswa sumber apa saja yang membahas tentang haitat jadi, siswa diajarkan untuk menggunakan berbagai sumber tidak hanya buku pelajaran yang diajarkan di kelas” 5. Tolong Bapak jelaskan apakah ada perbedaan prestasi yang dicapai siswa di sekolah sebelum dan sesudah di bentuknya program kegiatan perpustakaan? “Upaya untuk perbaikan-perbaikan untuk pembangunan prestasi siswa pasti ada setelah di bentuknya program di perpustakaan ini”
6. Apakah dalam mengajar di kelas Bapak menggunakan koleksi yang dimiliki perpustakaan? “Iya pasti karena buku pegangan guru berasal dari perpustakaan yaitu yang disebut teacher resource tetapi kadang juga buku-buku anak” 7. Apakah Bapak sering mendampingi siswa ketika ada kelas di perpustakaan? “Sering, jika saya tidak bisa mendampingi karena sesuatu hal misalnya, rapat saya memberitahukan ke pihak perpustakaan melalui telepon atau diberi wewenang kepada ketua kelas kemudian hasilnya di beritahukan kepada saya atau guru yang bersangkutan. 8. Apakah Bapak ikut terlibat dalam program-program perpustakaan? Sejauh mana Bapak ikut terlibat? “Tidak selalu, dikarenakan waktunya tidak tepat kalau dulu saya sering aktif tetapi bila diadakan book week semua ikut terlibat” 9. Menurut Bapak, apakah keberadaan perpustakaan sangat penting dalam upaya meningkatkan literasi informasi? “Iya, meskipun ada internet buku tetap penting” 10. Apakah pembelajaran di perpustakaan terintegrasi dengan kurikulum sekolah? “Iya, sudah dijadwalkan” 11. Menurut Bapak adakah hambatan-hambatan yang dialami pihak sekolah dalam mengembangkan perpustakaan sekolah? “Yang berhubungan dengan pengadaan buku, buku yang kita perlukan kadang terlambat selain itu mungkin juga di tenaga kerja perpustakaan terlalu sedikit” 12. Mungkin ini pertanyaa terakhir saya, apa yang Bapak sarankan kepada pihak perpustakaan dan pihak sekolah dalam menjalankan program di perpustakaan? “Lebih membuat anak untuk menyukai buku”.