Penokohan di dalam “Hikayat Amir Hamzah” Makalah ini disusun oleh Prima Hariyanto.
-1-
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu peninggalan tertulis nenek moyang kita adalah naskah, yaitu tulisan tangan yang dibuat di atas media yang ada pada saat itu, seperti lontar, dluwang, kertas eropa, kulit kayu, bambu, tulang, dan sebagainya. Indonesia banyak memiliki peninggalan naskah dari zaman dahulu yang tersimpan di berbagai perpustakaan dan museum serta tempat lain. Naskah-naskah yang masih ada sekarang ini masih disimpan dengan baik di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia atau pun di perpustakaanperpustakaan lain di Indonesia. Selain itu, banyak juga naskah yang disimpan di perpustakaan negara lain, sebagai contoh banyak sekali naskah-naskah Melayu yang disimpan di perpustakaan Leiden. Usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menjaga, mengumpulkan, dan memelihara naskah-naskah yang masih ada di Perpustakaan Nasional RI merupakan suatu usaha yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak agar hasil yang diperoleh dapat maksimal (Munawar, 1997 : 34). Mengingat keadaan naskah yang tidak tahan waktu dan rentan terhadap perubahan suhu sehingga mudah sekali menjadi rusak atau pun lapuk, perlu diadakan pengaalihaksaraan dan penelitian terhadap naskah-naskah tersebut. Penelitian dan pengalihaksaraan ini bertujuan agar teks (kandungan naskah) tidak hilang percuma karena rusaknya naskah. Teks yang terkandung di dalamnya menginformasikan kepada pembaca tentang pikiran, adat-istiadat, kepercayaan, keadaan sosial masyarakat, kepribadian individu, hubungan antarindividu, dan sistem nilai yang berlaku di dalam masyarakat pendukungnya pada masanya. Salah satu naskah yang ada dalam khasanah pernaskahan Nusantara adalah naskah yang bernuanasa agama Islam. Mengenai proses masuknya agama Islam masuk ke Nusantara masih menjadi perdebatan para ahli. Namun, pada umumnya berpendapat bahwa masuknya Islam ke Nusantara melalui Gujarat, India, bukan -2-
langsung dari Arab. Bukti tertua masuknya Islam di Indonesia adalah batu nisan seorang wanita Islam yang berasal dari Leren (Gresik) yang bertahun 1082 dan bernama Fatimah binti Maimun ibn Hibatullah (Liaw, 1991 : 201). Bersamaan dengan masuknya agama Islam di Melayu, masuk pula kebudayaan, kesusastraan, dan bahasa Arab dan Persi. Hal ini diikuti dengan masuknya tulisan dan kosakata Arab. Masuknya kata-kata Arab dalam bahasa Melayu sebagian besar melalui proses asimilasi dan adaptasi fonemis dan morfemis. Karya-karya kesusasteraan Melayu pengaruh Islam dituliskan oleh para penulis Melayu Islam dengan tujuan untuk menjadi media menyampaikan pengajaran Islam kepada pembaca. Hal ini disebabkan oleh eratnya hubungan antara kesusasteraan dengan masyarakat Melayu tradisional. Oleh karena itu, para pengembang budaya dan agama Islam mengambil kesempatan ini untuk mengembangkan agama Islam melalui kesusasteraan (Hamid, 1983 : 2). Hasil-hasil kesusasteraan lama Melayu, khususnya yang berbentuk hikayat berunsur Islam pada masa Islam mulai berkembang di Nusantara diduga sebagian besar merupakan terjemahan atau saduran dari cerita-cerita dari Parsi. Hal ini disebabkan oleh Malaka yang telah menjadi pusat pengembang agama Islam di Nusantara dan alim ulama dari Arab, Parsi, dan tanah Hindi. Dari sinilah pengaruh Parsi mulai masuk ke kebudayaan masyarakat Melayu. Tidak hanya bidang kesusasteraan, tetapi juga adat istiadat raja-raja Melayu, bahasa, dan agama (Ahmad, 1987 : xix). “Hikayat Amir Hamzah” merupakan salah satu naskah yang bernuansa Islam, yaitu berisi cerita kepahlawanan Amir Hamzah yang sering berperang membela agama Islam. Dalam cerita ini, Amir Hamzah digambarkan sebagai sosok pahlawan yang sangat berjasa bagi perkembangan dan penyebaran ajaran Islam. Penokohan ini merupakan hal yang menonjol dalam teks “Hikayat Amir Hamzah” dan menarik untuk dibahas. Oleh karena itu, saya menganggap bahwa naskah ini menarik untuk dibahas lebih lanjut dan agar kandungan di dalamnya dapat dinikmati oleh masyarakat.
-3-
1.2 Masalah Berdasarkan dengan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bahwa naskah “Hikayat Amir Hamzah” merupakan naskah yang jumlahnya lebih dari satu. Selain itu, naskah ini juga tertulis dalam aksara yang tidak dikenal oleh masyarakat, yaitu aksara Arab Melayu atau aksara Jawi. Penokohan dalam teks “Hikayat Amir Hamzah” merupakan salah satu hal yang menonjol dalam teks ini dan menarik untuk dibahas. 1.3 Tujuan Makalah ini disusun untuk : 1. menginventarisasikan naskah sehingga diketahui jumlah naskah ini, 2. menyajikan suntingan teks, dan 3. menganalisis penokohan Amir Hamzah dalam naskah ini. 1.4 Metodologi Penelitian dan Data Data yang digunakan dalam tulisan ini berasal dari naskah “Hikayat Amir Hamzah” yang disimpan di Perpustakaan Nasional RI. Penjelasan lebih lanjut dari naskah ini terdapat dalam deskripsi naskah pada Bab II. Dalam penelitian ini, saya menggunakan metode deskriptif dan kajian pustaka. Saya mencari sumber data penelitian, yaitu naskah “Hikayat Amir Hamzah” kemudian membuat suntingan teksnya menggunakan metode landasan. Langkah-langkah penelitian yang saya dilakukan meliputi pencarian data, pengalihaksaraan data, dan penganalisisan data. Langkah pertama adalah mencari dan menginventarisasikan naskah yang akan diteliti. Setelah ditemukan, naskah tersebut diteliti berdasarkan keadaan fisiknya. Langkah ini adalah implementasi dari ilmu kodikologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk dan keadaan fisik naskah. Langkah kedua adalah mengalihaksarakan naskah yang telah ditemukan. Dalam hal ini saya tidak mengalihaksarakan keseluruhan isi naskah, tetapi hanya mengalihaksarakan 10 halaman awal dari dua naskah yang diteliti. Langkah -4-
terakhir adalah membuat suntingan naskah dan membandingkan kedua naskah yang saya teliti. 1.5 Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu pendahuluan, keterangan tentang naskah, suntingan teks, penjelasan tentang naskah, dan penutup. Bab pertama, pendahuluan, dibagi lagi menjadi lima subbab, yaitu latar belakang, masalah, tujuan, metodologi penelitian dan data, serta sistematika penulisan. Bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan alasan saya membahas dan meneliti naskah Hikayat Amir Hamzah. Bab kedua, keterangan tentang naskah, menjelaskan gambaran umum mengenai naskah Hikayat Amir Hamzah. Bab ini dibagi menjadi empat subbab yaitu inventarisasi, deskripsi naskah, perbandingan naskah, dan pemilihan metode suntingan. Bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan jumlah naskah yang ada, keadaan naskah, metode suntingan naskah, dan perbandingan naskah tersebut. Bab ketiga, suntingan teks, menjelaskan isi dari naskah tersebut. Bab ini diperinci lagi ke dalam empat subbab, yaitu ringkasan, pertanggungjawaban transliterasi, transliterasi naskah, dan penjelasan kata-kata yang tak dikenal. Bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan ringkasan dan isi cerita Hikayat Amir Hamzah. Bab keempat, analisis naskah, merupakan penjelasan lebih mendalam dan analisis terhadap naskah tersebut. Bab ini dibagi ke dalam empat subbab, yaitu kategori dan ciri-ciri kategori naskah, para ahli yang membahas naskah Hikayat Amir Hamzah, dan tanggapan terhadap teks. Bab terakhir, penutup, berisi kesimpulan uraian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Bab ini dimaksudkan untuk menyimpulkan keseluruhan isi makalah yang dijelasakan pada bab-bab sebelumnya.
-5-
BAB II NASKAH “HIKAYAT AMIR HAMZAH”
2.1 Inventarisasi Naskah Naskah “Hikayat Amir Hamzah” merupakan salah satu naskah yang berjumlah lebih dari satu. Naskah ini tersebar di beberapa negara di dunia, yaitu sebagai berikut. 2.1.1 Indonesia Naskah “Hikayat Amir Hamzah” yang terdapat di Indonesia disimpan oleh Perpustakaan Nasional RI. Naskah-naskah tersebut adalah sebagai berikut.1 (a) ML. 23 selanjutnya disebut Naskah A. (b) ML. 672 (Br. 145) selanjutnya disebut Naskah B. (c) Cs. 138 selanjutnya disebut Naskah C. 2.1.2 Malaysia Naskah “Hikayat Amir Hamzah” yang terdapat Malaysia disimpan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka. Naskah-naskah tersebut adalah sebagai berikut.2 Naskah F, G, dan H merupakan naskah cap batu (naskah cetak). (a) Cod DBP MSS 4 selanjutnya disebut Naskah D. (b) Cod DBP MSS 121 selanjutnya disebut Naskah E. (c) Cod DBP MSS 4 (a) selanjutnya disebut Naskah F. (d) Cod DBP MSS 4 (b) selanjutnya disebut Naskah G. (e) Cod DBP MSS 4 (c) selanjutnya disebut Naskah H.
1
Naskah tersebut terdaftar dalam Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang disusun T.E. Behrend, Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen P dan K yang disusun oleh M. Amir Sutaarga. dkk, dan Catalogus der Maleische Handsscriften in het Museum van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Weten-Schappen yang disusun oleh Ph. S. Ronkel. 2
Naskah tersebut terdaftar dalam Hikayat Amir Hamzah: Diselenggarakan oleh A.
Samad Ahmad yang disusun oleh A. Samad Ahmad.
-6-
2.1.3 Perancis Naskah “Hikayat Amir Hamzah” yang terdapat di Perancis disimpan oleh Bibliotheque Municipale Tournus. Naskah “Hikayat Amir Hamzah” ini berkode i.i. 101 h. dan selanjutnya disebut Naskah I.3 2.1.4 Inggris Naskah “Hikayat Amir Hamzah” yang terdapat di Inggris disimpan di Cambridge University Library. Naskah-naskah tersebut adalah sebagai berikut.4 (a) Add. 3778 selanjutnya disebut Naskah J. (b) Add. 3784 selanjutnya disebut Naskah K. (c) Or. 846 selanjutnya disebut Naskah L. (d) Rafles Malay 56 selanjutnya disebut Naskah M. 2.1.5 Belanda Naskah “Hikayat Amir Hamzah” yang terdapat di Inggris disimpan di … Leiden. Naskah-naskah tersebut adalah sebagai berikut.5 (a) Cod.Or.1697 selanjutnya disebut Naskah N. (b) Cod.Or.1698 selanjutnya disebut Naskah O. (c) Cod.Or.2020 selanjutnya disebut Naskah P. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ”Hikayat Amir Hamzah” berjumlah 16 naskah. Naskah ini belum termasuk naskah-naskah yang belum didata dan didaftar di dalam katalog. Ada kemungkinan terdapat naskah yang disimpan secara pribadi oleh masyarakat. Ketiga belas naskah yang telah
3
Naskah tersebut terdaftar dalam Katalog Manuskrip Melayu di Perancis (Siri
Bibliografi Manuskrip No. 9). 4
Naskah tersebut terdaftar dalam London Oriental Bibliographies – volume 5 :
Indonesian Manuscripts in Great Britain yang disusun oleh M.C. Ricklefs dan P. Voorhoeve. 5
Naskah tersebut terdaftar dalam Catalogue of Malay, Miangkabau, and South Sumatran
in The Netherland Volume One yang disusun oleh Tengku Iskandar.
-7-
didaftar tersebut berada di perpustakaan di empat negara, yaitu PNRI (3 naskah), Dewan Bahasa dan Pustaka, Malaysia (5 naskah), Bibliotheque Municipale Tournus, Perancis (1 naskah), Cambridge University Library, Inggris (4 naskah), dan Legatum Warnerianum, Leiden University Library, Belanda (3 naskah). 2.2 Deskripsi Naskah Di bawah ini, saya hanya dapat mendeskripsikan keadaan naskah—secara langsung dari naskah aslinya—sebanyak tiga buah naskah, yaitu yang terdapat di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Deskripsi naskah yang lainnya, diambil dari keterangan di dalam katalog, bukan langsung dari naskahnya. 2.2.1 Naskah A Naskah yang berjudul “Hikayat Amir Hamzah dan Syair Haji Ali” ini disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dengan nomor ML23, [R#320,509], Rol (MF 115.01, 57, 01). Akan tetapi, pada catatan pemilik, naskah ini berjudul “Hikayat Amiroel Mokminina Hamzah en Sjair Makhatoel Managari”. Rol film naskah ini sudah rusak sehingga tidak dapat dicetak. Keadaan naskah tersebut saat ini sudah kurang baik. Halaman pelindung di awal dan akhir naskah sudah terlepas dari penjilidan. Di halaman pelindung akhir naskah terdapat catatan naskah yang menjelaskan kepemilikan naskah yang berbunyi “Bat. Gen. v VkW Mal. Ms. 23. Hikayat Amiroel Mokminina Hamzah en Sjair Makhatoel Managari. Dr M.J.A. va. Chijs di Padang. Batavia, 1866.” Kertas yang digunakan adalah kertas eropa dengan garis tebal tipis di setiap halamannya. Ukuran kertasnya adalah 30,5 cm x 18 cm. Naskah ini terdiri dari 96 halaman yang terdiri dari 88 halaman berupa hikayat dan 8 halaman berupa syair. Tiap halaman terdiri dari 43 baris dengan pias halaman: atas 2 cm, bawah 2,5 cm, kanan 3 cm, dan kiri 2 cm. Tinta yang digunakan untuk menulis naskah ini adalah tinta hitam. Di dalam naskah ini tidak ditemukan iluminasi, ilustrasi, dan catchword. Penomoran halamannya ditulis dengan pensil dan kemungkinan merupakan tambahan dari peneliti sebelumya. Naskah ini terdiri dari 8 kuras. -8-
Sampul naskah ini berbahan dasar karton berwarna coklat dengan ukuran 30,5 cm x 18 cm. Pengikatnya berupa benang. Di beberapa tempat ditemukan rubrikasi dengan warna merah yang selalu menandai kata alkisah. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu dengan huruf Arab Melayu. Cap air (watermark) bergambar singa bermahkota berdiri dengan dua kaki belakangnya. Kaki depannya membawa pedang yang diarahkan ke atas (kaki kanan) dan anak panah (kaki kiri). Singa tersebut berada di dalam lingkaran bermahkota yang bertuliskan maakt magt pro patria eendragt. Di akhir naskah, ditemukan kolofon yang berbunyi “Pada Hikayat Amir Hamzah kepada tahun ١١٨٩٥ Hijrah Nabi Muhammad salallahu alaihi wasalam. Pada bulan Januari empat hari bulan tahun 1864.” 2.2.2 Naskah B Naskah yang berjudul “Hikayat Amir Hamzah” ini disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dengan nomor ML. 672 (Br. 145). Naskah ini terdiri dari dua jilid. Jilid pertama terdiri dari 253 halaman. Tiap halaman terdiri dari 23—25 baris. Akan tetapi, naskah jilid pertama ini sudah tidak ada lagi di PNRI. Jilid kedua terdiri dari 214 halaman. Tiap halaman terdiri dari 25 baris. Huruf yang digunakan adalah huruf Arab dengan tulisan yang kurang jelas dan sulit dibaca. Ukuran halaman kedua naskah ini adalah 28,3 cm x 17,5 cm, tetapi di dalam Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jilid IV, disebutkan bahwa naskah ini berukuran 28 cm x 18 cm. Kertas yang digunakan adalah kertas eropa dan cap kertas (watermark) tidak terlihat jelas karena tulisannya sudah agak luntur. Kedua naskah ini memiliki halaman pelindung di awal dan akhir naskah. Penjilidannya sudah rusak. Bahan sampul yang digunakan adalah kertas karton warna coklat. Naskah ini mirip dengan naskah yang ada di Leiden yang bernomor Cod.Or.1697. Letak perbedaannya adalah pada naskah di Leiden, tidak terdapat cerita tentang kematian Amr Ibn Umayya. Naskah ini telah banyak dibicarakan oleh Hooykaas dalam Literatuur in Maleis en Indonesisch, Jakarta, (1952: 151— -9-
157) dan Winstedt dalam A History of Malaya Literatuur, London, (1940: 65— 66). 2.2.3 Naskah C Naskah ini berjudul “Hikayat Amir Hamzah”. Dalam Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen P dan K disebutkan bahwa naskah ini terdiri dari 248 halaman, berbahasa Melayu, dan beraksara Arab. Ukuran kertas yang digunakan 25 x 25 cm dan setiap halaman terdiri dari 18 baris. Akan tetapi, di Perpusatakaan Nasional Republik Indonesia naskah ini tidak ditemukan lagi. Pihak PNRI tidak dapat menjelaskan keberadaan naskah tersebut. Mereka hanya menyebutkan bahwa naskah ini kemungkinan hilang saat dipindahkan. 2.2.4
Naskah D Naskah ini bernomor Cod DBP MSS 4. Naskah ini sekarang disimpan oleh
Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Naskah yang terdiri dari 314 halaman ini keadaannya sudah rusak. Banyak kertas di bagian awal dan akhir terlepas dari kurasnya. Naskah ini berukuran 40 x 25 cm dan setiap halaman terdiri dari 37 baris. Naskah ini merupakan hadiah dari Tengku Zahrah binti Tengku Kassim untuk Dewan Bahasa dan Pustaka yang diberikan pada tanggal 23 November 1962. Kertas yang akhir yang berisi kolofon sudah hilang sehingga tidak diketahui waktu penulisan naskah ini. 2.2.5
Naskah E Naskah ini bernomor Cod DBP MSS 121. Naskah ini sekarang disimpan
oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Naskah yang berjudul “Hikayat Amirul Mukminin Hamzah” ini terdiri dari 583 halaman. Setiap lembar naskah ini terdiri dari 20 baris dan tiap baris terdiri dari kurang lebih 15 kata. Keadaan naskah ini sudah sangat parah dan tidak berjilid. Menurut kolofonnya, naskah ini selesai disalin oleh Muhammad bin Mohd. Amin pada tahun 1291 H (1874 M) di Pulau Pinang. Hikayat ini awalnya merupakan milik Encik Muhammad Bakar bin Mohd. Amin. -10-
2.2.6 Naskah F Naskah ini bernomor Cod DBP MSS 4 (a). Naskah ini sekarang disimpan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Naskah ini merupakan naskah cap batu (naskah cetak). Di halaman judul naskah ini tertulis, ”Bahawa inilah hikayat yang bernama Amir Hamzah yang amat indah-indah ceritanya, lagi amat ajaib-ajaib sebutannya. Dimaklumkan kepada sekalian tuan-tuan, maka adalah hikayat yang tersebut ini dan Hikayat Sultan Bustamam, jika tuan-tuan berkehendak boleh dapat beli di kedai Pawan Muhammad Syarif Haji Abdul Kadir Company, iaitu di Jalan Achin Street, Masjid Melayu, No. 4C, Pulau Pinang.” Naskah ini sudah rusak dan halaman pada bagian akhir sudah hilang. Naskah ini diperoleh Dewan Pustaka dan Bahasa Malaysia dari Tengku Kalsom Bt. Sultan Abdul Hamid, Kedah. 2.2.7 Naskah G Naskah ini bernomor Cod DBP MSS 4 (b). Naskah ini sekarang disimpan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Naskah ini merupakan naskah cap batu yang merupakan hadiah dari Tengku Zam-Zam binti Tengku Haji Osman, Kelang. Naskah ini disusun dan diatur oleh Aliman bin Mahmud. Naskah ini selesai ditulis pada tanggal 14 Zulhijah 1355 (Februari 1837) oleh Raja Ahmad bin Cik. Naskah ini dicap dan dikeluarkan oleh Singapura Jawi Press No. 242, Lorong Engku Aman, Geylang, Singapura. Naskah ini masih disimpan dalam keadaan yang baik dengan penjilidan yang masih sempurna. 2.2.8 Naskah H Naskah ini bernomor Cod DBP MSS 4 (c) dan sekarang disimpan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Naskah ini merupakan naskah cap batu yang terdiri dari dua jilid dan merupakan hadiah dari Tengku Zam-Zam binti Tengku Haji Osman, Kelang. Naskah ini diperoleh dari Mohd. Arsyad bin Abdullah.
-11-
Jilid pertama naskah ini keadaannya cukup baik, tetapi halaman awal dan akhir telah rusak. Naskah ini memuat halaman 1—290. Jilid kedua naskah ini memuat halaman 291—576. Naskah ini masih dalam keadaan baik dan terjilid dengan sempurna. Pada bagian akhir tertulis, “Telah selesai daripada menulis pada 9 Ramadhan, 1360, bersamaan dengan 30 September 1841. Dicap dan dikeluarkan oleh Singapura Jawi Press No. 675, Geylang Road, Singapura. Diatur dan disusun oleh Aliman bin Mahmud.” 2.2.9 Naskah I Naskah “Hikayat Amir Hamzah” yang dimiliki oleh Perancis disimpan oleh Bibliotheque Municipale Tournus. Naskah ini terdapat dalam Katalog Manuskrip Melayu di Perancis (Siri Bibliografi Manuskrip No. 9). Naskah “Hikayat Amir Hamzah” ini berkode i.i. 101 h. dan terdiri dari 105 halaman. Hikayat ini menceritakan kegagahan dan keperwiraan Amir Hamzah; seorang pejuang Islam yang ulung di zaman awal kebangkitan Islam. Naskah ini bermula dengan kisah Alqas, menteri membunuh Khoja Bahti Jamal dan diakhiri dengan Landuhur yang ditawan oleh anak raja. 2.2.10 Naskah J Naskah ini bernomor Add. 3778 dan berjudul “Hikayat Amir Hamzah” Naskah ini disimpan di disimpan di Cambridge University Library dan terdaftar dalam London Oriental Bibliographies – volume 5 : Indonesian Manuscripts in Great Britain. Naskah ini menggunakan kertas yang berukuran 30 x 17 cm. 2.2.11 Naskah K Naskah ini bernomor Add. 3784 dan berjudul “Hikayat Amir Hamzah” Naskah ini menggunakan kertas eropa berukuran 25,5 x 20,5 cm. Naskah ini terdiri dari 4 jilid yang diberi kode Add. 3784 A, Add. 3784 B, Add. 3784 C, dan Add. 3784 D. Naskah ini disimpan di disimpan di Cambridge University Library dan terdaftar dalam London Oriental Bibliographies – volume 5 : Indonesian Manuscripts in Great Britain. -12-
2.2.12 Naskah L Naskah ini bernomor Or. 846 dan berjudul “Hikayat Amir Hamzah” Naskah ini disimpan di disimpan di Cambridge University Library dan terdaftar dalam London Oriental Bibliographies – volume 5 : Indonesian Manuscripts in Great Britain. Naskah ini menggunakan blue europe paper berukuran 31 x 21 cm. Menurut kolofonnya, naskah ini disalin oleh Encik Husain bin Ismail. 2.2.13 Naskah M Naskah ini bernomor Rafles Malay 56 dan berjudul “Hikayat Badi’ azZaman”. Namun, di bagian belakang terdapat naskah “Hikayat Amir Hamzah”. Naskah ini menggunakan white europe paper dan blue europe paper. Naskah ini disimpan di Cambridge University Library dan terdaftar dalam London Oriental Bibliographies – volume 5 : Indonesian Manuscripts in Great Britain. 2.2.14 Naskah N Naskah ini bernomor Cod.Or. 1698 dan berjudul “Hikayat Amir Hamza”. Naskah ini merupakan naskah tulisan tangan Muhammad Cing Sa’idullah dan pernah digunakan sebagai bahan penelitian Van Ronkel pada tahun 1895 sebagai naskah B. Naskah ini terdiri dari 4 jilid. Jilid I terdiri dari 384 halaman dan memuat halaman 1—392, tetapi mulai halaman 322 dan seterusnya terdapat kesalahan, yaitu ditulis dengan halaman 330 dan seterusnya. Setiap halaman terdiri dari 13 baris. Naskah ini berukuran 18,5 x 13 cm dan menggunakan media dutch laid paper. Watermarks bertuliskan Pro Patria with H.F. DE CHARRO. Naskah ini ditulis dengan menggunakan tinta hitam dan terdapat rubrikasi. Jilid II memuat halaman 393—813, tetapi pada halaman setelah 488 ditulis dengan halaman 500. Naskah ini berukuran 18,5 x 13 cm dan ditulis menggunakan tinta hitam. Setiap halaman terdiri dari 13 baris dan terdapat rubrikasi. Watermarks bertuliskan Pro Patria with BLAU & BRIEL.
-13-
Jilid III memuat halaman 814—1331, tetapi halaman 866 dan 1166 tidak ada. Naskah ini berukuran 18,5 x 13 cm dan ditulis menggunakan tinta hitam. Setiap halaman terdiri dari 13 baris dan terdapat rubrikasi. Watermarks bertuliskan Pro Patria with BLAU & BRIEL. Jilid IV memuat halaman 1332—1843. Naskah ini berukuran 18,5 x 13 cm dan ditulis menggunakan tinta hitam. Setiap halaman terdiri dari 13 baris dan terdapat rubrikasi. Watermarks bertuliskan Pro Patria with BLAU & BRIEL. Naskah ini disimpan di Legatum Warnerianum, Leiden University Library dan terdaftar dalam Catalogue of Malay, Miangkabau, and South Sumatran in The Netherland Volume One. 2.2.15 Naskah O Naskah ini bernomor Cod.Or. 1698 dan berjudul “Hikayat Amir Hamza”. Naskah ini merupakan naskah tulisan tangan Muhammad Cing Sa’idullah dan pernah digunakan sebagai bahan penelitian Van Ronkel pada tahun 1895 sebagai naskah A. Naskah ini terdiri dari 2 jilid dan diduga merupakan salinan naskah Cod.Or. 1698. Naskah ini berukuran 19 x 15,5 cm. Jilid pertama terdiri dari 328 halaman, sedangkan jilid II terdiri dari 281 halaman. Naskah ini menggunakan media dutch laid paper dan ditulis menggunakan tinta hitam serta terdapat rubrikasi. Watermarks jilid pertama bertuliskan Pro Patria and Vrijheid, sedangkan jilid kedua bertuliskan Pro Patria and KONING & DESJARDJIN. Naskah ini disimpan di Legatum Warnerianum, Leiden University Library dan terdaftar dalam Catalogue of Malay, Miangkabau, and South Sumatran in The Netherland Volume One. 2.2.16 Naskah P Naskah ini bernomor Cod.Or. 2020 dan berjudul “Hikayat Amir Hamza”. Naskah ini terdiri dari 641 halaman. Ukuran kertas yang digunakan untuk halaman 1—449 adalah 22 x 17 cm, sedangkan halaman 450—641 adalah 21 x 17 cm. Tiap halaman terdiri dari 13 baris. Naskah ini ditulis dengan menggunakan -14-
tinta hitam di atas media european laid paper. Naskah ini pernah digunakan oleh Van Ronkel sebagai naskah C dalam penelitiannya pada tahun 1895. Naskah ini disimpan di Legatum Warnerianum, Leiden University Library dan terdaftar dalam Catalogue of Malay, Miangkabau, and South Sumatran in The Netherland Volume One. 2.3 Perbandingan Naskah Seperti telah dijelaskan sebelumnya, naskah “Hikayat Amir Hamzah” yang terdapat di Indonesia berjumlah 3 naskah, yaitu naskah A (ML.23), naskah B (ML.672/Br.145), dan naskah C (Cs.138). Awalnya, saya bermaksud akan membandingkan naskah A dan naskah B. Hal ini disebabkan oleh keadaan naskah C yang tidak memungkinkan untuk dilihat dan diteliti lebih lanjut. Akan tetapi, setelah ditetili lebih lanjut naskah B yang hanya tersisa jilid keduanya saja tidak dapat dibandingkan dengan naskah A. Oleh karena itu, saya hanya dapat membuat edisi teks berdasarkan naskah A. Meskipun demikian, karena “Hikayat Amir Hamzah” telah ada edisi teksnya, yaitu berupa transliterasi naskah ini, saya akan menunjukkan perbandingan teks naskah A dengan transliterasi naskah Malaysia. Transliterasi naskah Malaysia ini dibuat oleh A. Samad Ahmad dan telah diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia dengan judul Hikayat Amir Hamzah: Diselenggarakan oleh A. Samad Ahmad. Transliterasi yang dibuat oleh Ahmad tersebut merupakan edisi teks dari naskah (Cod DBP MSS 4) D dan naskah E (Cod DBP MSS 121). Untuk mempermudah perbandingan kedua naskah tersebut, selanjutnya saya akan menyebut edisi teks naskah Malaysia dengan naskah Q. Berdasarkan jumlah halaman yang terkadung, dapat dipastikan kepadatan cerita di naskah A dan naskah Q berbeda. Naskah A hanya terdiri dari 96 halaman, sedangkan naskah Q yang merupakan edisi dari naskah D dan naskah E terdiri dari 314 dan 583 halaman. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa cerita di naskah A lebih padat daripada di naskah Q.
-15-
Naskah A merupakan naskah yang diawali dengan kisah Zubin pergi ke negeri Kuhastana untuk menemui Raja Brahmana Arjasi. Kisah ini dilanjutkan dengan cerita perburuan rusa yang dilakukan oleh Amir Hamzah bersama lasykarnya. Naskah Q merupakan naskah yang cukup renggang ceritanya. Naskah ini diawali dengan muqaddimah yang berisi ringkasan cerita yang diawali dengan kalimat ”Bismillahirrahmanirrahim. Wabihi nasta’in billah alaiya.” Di dalam muqadimah ini juga digambarkan sosok Amir Hamzah secara panjang lebar dan bahkan sering di ulang-ulang. Amir Hamzah digambarkan sebagai sosok pahlawan yang gagah berani dan tak terkalahkan serta masyhur namanya di dunia. Dalam naskah A cerita dimulai ketika Amir Hamzah sudah dewasa dan memiliki istri. Di sini ia telah menjadi pahlawan yang diagung-agungkan oleh rakyatnya karena selalu dapat mengalahkan musuhnya. Hal ini sangat berbeda dengan naskah Q yang juga menceritakan kisah Amir Hamzah ketika dilahirkan, bahkan jauh sebelum dia dilahirkan. Pada bagian awal naskah Q berisi kisah kelahiran Khoja Buzurjumhur Hakim pada masa pemerintahan Raja Kobad Syahril. Setelah itu diceritakan kelahiran Raja Nusyirwan Adil dan Khoja Buzurjumhur Hakim. Barulah setelah itu diceritakan kisah Raja Kobat Syahril, sebab Khoja Buzurjumhur Hakim dititahkan pergi ke Mekah, serta kelahiran Amir Hamzah dan Umar Umaiyah Zamhuri di Mekah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa naskah Q menceritakan kisah dua generasi sebelum Amir Hamzah, yaitu Raja Kobad Syahril dan anaknya, Raja Nusyirwan. Amir Hamzah seumuran Raja Nusyirwan. Ketika naskah A sudah menceritakan kepahlawanan Amir Hamzah, naskah Q baru bercerita tentang sejarah kelahiran Amir Hamzah, bahkan kisah tentang generasi sebelum Amir Hamzah. Naskah A memang merupakan naskah yang lebih padat dibandingkan dengan naskah Q.
-16-
2.4 Pemilihan Metode Suntingan Dalam meneliti dan menganalisis naskah “Hikayat Amir Hamzah”, saya menggunakan metode kritis. Hal ini disebabkan keadaan naskah ini meskipun merupakan naskah yang berjumlah lebih dari satu, naskah yang dapat digunakan dalam penelitian hanya satu naskah. Oleh karena itu, saya hanya dapat membuat edisi teks berdasarkan naskah yang masih dapat diteliti tersebut. Metode kritis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam meneliti naskah tunggal. Metode ini memperbaiki teks naskah yang diteliti (Robson, 1994 : 22). Kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja diperbaiki sesuai dengan ejaan yang berlaku sekarang, yaitu Ejaan yang Disempurnakan. Dengan cara demikian, diharapkan pembaca yang awam dengan naskah kuno dapat memahami kandungan naskah tersebut. Oleh karena itu, dari penelitian yang menggunakan metode ini dihasilkanlah sebuah naskah, salinan naskah, atau transliterasi yang sudah bebas dari kesalahan. Edisi kritis dari suatu naskah lebih banyak membantu para pembaca. Pembaca dibantu mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan teks tersebut atau interpretasi. “Kritis” berarti penyunting mengidentifikasi sendiri bagian dalam teks yang mungkin terdapat masalah dan menawarkan jalan keluar. Terdapat dua alternatif untuk memecahkan masalah ini. Pertama, bila penyunting merasa bahwa ada kesalahan dalam teks tersebut, ia dapat memberikan tanda yang mengacu pada aparatus kritis. Ia menyarankan bacaan yang lebih baik. Kedua, pada bagianbagian yang terdapat kesalahan, penyunting dapat memasukkan koreksi ke dalam teks tersebut dengan tanda yang mengacu pada aparatus kritis. Bacaan asli didaftar dan ditandai sebagai naskah (Robson, 1994 : 25).
-17-
BAB III SUNTINGAN TEKS “HIKAYAT AMIR HAMZAH”
3.1 Ringkasan Isi Teks “Hikayat Amir Hamzah” Ringkasan cerita berikut ini merupakan ikhtisar yang dibuat oleh Ph. S. Van Ronkel. Saya mengambil ringkasan ini dari buku Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, Jilid 1 karya Liaw Yock Fang. Negeri Medain diperintah oleh seorang raja bernama Kobad Syahriar dan perdana menteri bernama Khawajeh Alqasy. Suatu ketika, Khawajeh Alqasy membunuh Bekhti Jamal, teman dekatnya, untuk mendapatkan harta bendanya. Sebelum meninggal, Bekhti Jamal berpesan kepada Khawajeh Alqasy untuk menjaga istri Bekhti Jamal dan anak yang dikandungnnya. Anak Bekhti Jamal lahir dan diberi nama Buzur Jamal. Pada umur sembilan tahun, dia sudah menjadi seorang ahli nujum yang pandai dan ingin mencari pembunuh ayahnya. Suatu ketika, raja Kobad Syahriar bermimpi dan tidak dapat ditafsirkan oleh Alqasy. Raja meminta Buzur Jamal datang ke istana dan menafsirkan mimpinya. Buzur kemudian membeberkan segala kejahatan Alqasy sehingga Alqasy dihukum mati dan segala harta bendanya diberikan pada Buzur. Buzur akhirnya menjadi ahli nujum raja Kobad Syahriar. Buzur meramalkan bahwa raja akan dikaruniai seorang anak yang sebaiknya diberi nama Nusyirwan dan musuh kerajaan akan datang dari Arab. Karena ketakutan terhadap hal itu, raja memeritahkan membunuh semua wanita yang hamil. Di Mekah, Abdul Muttalib dikaruniai anak yang diberi nama Amir Hamzah (selanjutnya disebut Hamzah), sedangkan Omayya al-Darmri dikaruniai anak yang diberi nama Amir Ibn Omaya (selanjutnya disebut Amir). Buzur yang mendapat tugas membunuh semua wanita hamil dan bayi tidak membunuh kedua bayi tersebut. Di Negeri Medain, raja Kobad telah mangkat dan digantikan oleh Nusyirwan. Bekhtek, anak Alqasy, diangkat menjadi menteri. Ketika berumur tujuh tahun, Hamzah dan Amir sudah memiliki kekuatan yang luar biasa. Mereka mampu menewaskan pegulat yang tak terkalahkan. -18-
Mereka juga berguru pada seorang ahli pemanah. Hamzah mendapat panah Ishak dan kekuatannya bertambah. Di taman Sulaiman keduanya mendapat kuda yang hebat dan berbagai senjata. Kekuatan yang mereka miliki digunakan untuk menolong orang lain. Mereka menyelamatkan upeti Mekah untuk Nusyirwan dari serangan penyamun Mokbil Halabi. Di Yaman, Hamzah mengalahkan Puteri Hamai Taif yang hanya mau menikah dengan orang yang mampu mengalahkannya. Namun, Hamzah tidak menikahinya dan memberikannya kepada Tauk Tariq yang sangat mencintainya. Hamzah juga mengalahkan Amir Ibnu Ma’di Karib yang kemudian menjadi pengawal Hamzah bersama keempat puluh saudaranya. Mendengar keberanian Hamzah, Nusyirwan ingin bertemu dengannya. Seorang pahlawan Nusyirwan tidak menyukai hal itu sehingga Hamzah terpaksa mengalahkannya. Gustehem, pahlawan Nusyirwan yang lain berniat membunuh Hamzah, tetapi akhirnya dikalahkan oleh Hamzah. Hamzah jatuh cinta pada Mihrnigar, putri Nusyirwan. Hal itu tidak disukai Nusyirwan sehingga ia mengirim anaknya untuk menangkap Hamzah. Akan tetapi, keduanya malah ditawan oleh Hamzah. Akhirnya, pada hari ketiga, kedua putra Nusyirwan dikembalikan. Nusyirwan mendapat surat dari raja Syelpal dari Serendib yang memberitahukan bahwa dirinya telah diusir dari kerajaan oleh seorang raksasa bernama Lendehur. Bekhti mengusulkan agar memberikan Mihrnigar kepada orang yang mampu mempersembahkan kepala Lendehur. Hal ini dimaksudkan agar Hamzah dibunuh oleh Lendehur. Hamzah pergi ke pulau kediaman Lendehur. Dalam perjalanan, hal-hal aneh terjadi. Hamzah juga mendapatkan jimat dari Adam, Ibrahim, Ismail, dan Sulaiman. Peperangan pun dimulai dan setelah tujuh belas hari berperang, Lendehur dapat dikalahkan oleh Hamzah. Gustehem mengutus seorang perempuan untuk menyanyi dan meracuni Hamzah. Hamzah tertidur selama 40 hari. Lendehur yang telah masuk Islam mengusir Gustehem. Mengetahui korbannya masih hidup, Gustehem melarikan diri ke Zubin, Turkestan. Hamzah sembuh dan segera memulihkan kerajaan Syelpal. Hamzah kembali ke negerinya dengan membawa Lendehur. -19-
Bekhtek mengingatkan bahwa syarat perkawinan Hamzah dengan Mihrnigar adalah kepala Lendehur. Lendehur bersedia kepalanya dipenggal. Ketika Nusyirwan memerintahkan memenggal kepala Lendehur, Hamzah memerintahkan Amir menangkap Bekhtek dan memukulnya bertalu-talu. Bekhtek menyuruh Nusyirwan mengelabuhi Hamzah dengan membunuh seorang wanita dan mengatakan Mihrnigar telah meninggal. Hal ini diketahui oleh Amir. Bekhtek kembali berniat membunuh Hamzah dan menyuruh Nusyirwan mengadakan sayembara. Barang siapa mampu mengalahkan tiga orang raja yang tidak mau membayar upeti akan dikawinkan dengan Mihrnigar. Hamzah bersedia melaksanakan tugas itu. Qarun yang bertugas sebagai penunjuk jalan disuruh Bekhtek meracuninya, tetapi semuanya diketahui oleh Hamzah. Di Yunan Hamzah membunuh Adir, raja Yunan. Semua kemenakan Adir masuk Islam. Di Rum, ia mengalahkan raja Rum yang kemudian bersama dengan semua kemenakannya masuk Islam. Di Mesir, Hamzah ditipu oleh Aziz dan dikurung di dalam sebuah pulau. Mokbil yang mendengar hal itu segera menuju pulau tersebut. Raja pulau tersebut telah menikah dengan putri Aziz yang bernama Zuhrah Banu. Ibrahim menampakkan diri dan menemui Zuhrah Banu. Kemudian, Zuhrah Banu membunuh suaminya dan mengembalikan senjata Hamzah. Aziz pun dibunuh oleh putrinya sendiri. Mereka segera kembali ke Mesir dan melangsungkan pernikahan Zuhrah Banu dan Mokbil setelah Zuhrah Banu masuk Islam. Hamzah melawan Nusyirwan. Gustehem bersama anak-anaknya dibunuh oleh Hamzah. Hamzah sendiri dilukai oleh Zubin dan dibawa ke Mekah. Pada suatu ketika, Nusyirwan, Bekhtek, dan Zubin diculik oleh musuh. Setelah mengalami berbagai hal, mereka akhirnya dikembalikan. Di Bukit Qaf, ada dua kota yang diperintah oleh peri Islam bernama Azra dan peri kafir bernama Ifrit. Ifrit mengusir Azra dari kerajaan. Hamzah datang dan membunuh Ifrit. Azra memberikan topi Sualiman yang ajaib kepada Hamzah. Dalam perjalanan pulang Hamzah tertidur dan ditangkap oleh Habra Diw, anak Ifrit. Hamzah kemudian membunuh Habra Diw. Hamzah jatuh cinta pada Asman, kemenakan raja, dan menikahinya. Dari perkawinan ini lahir seorang putri yang -20-
diberi nama Quraisy. Hamzah berkata bahwa kecantikan Quraisy seperti Mihrnigar. Asman cemburu dan pergi meninggalkan Hamzah. Hamzah mencari Asman hingga memasuki sebuah gua yang dihuni banyak jin dan mengusir mereka yang tinggal di sana. Hamzah sampai di sebuah taman yang sangat indah. Di sana ia diperdaya oleh seorang peri kafir dan seekor burung menyelamatkan Hamzah. Semua penduduk kekurangan makanan. Amir ibn Ma’di Karib meminta makanan kepada para khalifah dan menangkis semua serangan perampok. Di sebuah negeri Amir ibn Ma’di dipilih menjadi raja. Dia mengambil seorang permaisuri. Esok harinya, permaisuri mangkat. Hamzah muncul dan seluruh penduduk kota masuk Islam. Kemudian terjadilah peperangan. Tentara musuh dimusnahkan. Bekhtek, Zubin, dan Nusyirwan melarikan diri ke Homum, Damaskus. Hamzah mengirim utusan kepada Homum di Damaskus. Askar Damaskus tewas. Sementara itu, putri Nasir hamil dengan cara yang tidak wajar. Pada suatu malam, putri Nasir menemukan selimut Hamzah dan kemudian mengenakannya. Dengan serta merta, putri Nasir hamil dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Omar ibn Hamzah. Hamzah meminang Mihrnigar dan mendapat restu dari Nusyirwan. Bekhtek menganjurkan agar istana Zubin dirampok. Hamzah mengikuti saran itu dan semua harta bendanya dirampas habis. Kemenakan Gul-rukh dijadikan istri Omar. Istri dan ibunya juga dijadikan istri oleh Amir ibn Ma’di Karib dan Amir. Bekhtek melarikan diri ke Behman di Turkestan. Tentara Hamzah tiba dan terjadilah peperangan. Behman dan Bekhtek dapat dikalahkan. Hamzah yang mendengar Mekah dikepung oleh Syaddad Abu Omar Habsyi segera kembali dan mengalahkan musuh. Syahddad dapat dikalahkan dan masuk Islam. Syahddad menyerang Medain. Nusyirwan dan Bekhtek berhasil ditawan. Kobad, anak Hamzah dibunuh oleh Zubin. Zubin diam-diam mendekati Mihrnigar dan membunuhnya. Hamzah sangat berduka atas kejadian tersebut. Qaren, anak raja Akko menculik dan memenjarakan Hamzah dan Mokbil. Saudara perempuan Qaren mendapat wahyu untuk membebaskan mereka. Hamzah dibebaskan dan Qaren dibunuh. Hamzah pun menikah dengan saudara perempuan -21-
Qaren. Alju-Syeh Gezi, Qimas, dan Keyus datang menyerang tentara Hamzah. Ketiganya dikalahkan dan masuk Islam. Hamzah juga jatuh cinta pada dan kawin dengan putri Gil-Sowar. Seorang putri Cina, Urnekir yang cintanya ditolak Hamzah menjadi cemburu dan berniat membunuh Hamzah dan istri barunya. Rencana itu gagal dan Urnekir terbunuh oleh putri Gil-Sowar. Nusyirwan berduka karena kekasihnya, Urnekir, meninggal. Ia menyamar sebagai pedagang dan mengembara ke Negeri Cina. Dalam perjalanan ia dirampok. Nusyirwan bekerja sebagai penjaga api untuk mendapatkan makanan. Permaisuri menulis surat kepada Hamzah untuk mencari Nusyirwan. Sebagai rasa terima kasih, Hamzah dikawinkan dengan putri Nusyirwan. Bekhtek merasa iri dan berniat jahat kepada Hamzah. Raja Malek dan Raja Erdebil, Cup Gurden, termakan hasutan Malek dan mengerahkan tentaranya untuk melawan Hamzah. Keduanya dapat dikalahkan dan masuk Islam. Putri Gil-Sowar telah melahirkan seorang anak yang tidak ingin dipelihara oleh Hamzah. Anak itu, Badi ul-Zaman dihanyutkan ke sungai dan dipelihara oleh Putri Asman di Bukit Qaf. Setelah dewasa, Badi pergi mencari ayahnya dan diterima. Amir sangat marah kepada Bekhtek yang menjdai biang keladi dari banyaknya pembunuhan. Ia menyamar sebagai seorang tukang masak dan membunuh Bekhtek. Gawilingi mengirim Zerduhsht yang membawa pasukan harimau untuk menyerang tentara Hamzah. Pasukan harimau itu dihancurkan oleh Herum dan Amir. Gawilingi berhasil ditaklukkan Hamzah dan bertaubat. Zerduhsht terbakar dan mati di dalam kamarnya. Hamzah menemui Nabi Muhammad dan belajar agama Islam. Hamzah pun menjalankan segala perintahnya. Muhammad mendapat kabar bahwa orang kafir sedang menghimpun kekuatan untuk melawannya. Akhirnya terjadilah peperangan. Gawilingi dibunuh oleh Pur Hindi. Hamzah marah dan membunuh Pur Hindi. Ibu Pur Hindi mengumpulkan tentara dari Rum, Syam, Habsyi, dan Zengebar untuk menyerang tentara Hamzah. Harmuz juga membawa bala tentaranya yang begitu banyak untuk mengepung Mekah dan sampai di Bukit Uhud. Tentara Nabi Muhammad diporak-porandakan oleh tentara musuh. Satu per -22-
satu pahlwan Islam gugur, Lendehur, Sa’d ibn Omar, dan Amir Ibn Ma’di Karib. Kaki Ali kena panah dan gigi Nabi Muhammad pecah dua. Hamzah marah dan segera menyerang tentara musuh. Ia mengejar Hurmuz dan membunuhnya. Hamzah mulai tidak tenang karena kasut kaki kudanya lepas. Ia teringat ramalan Buzur yang mengatakan bahwa ia akan mati jika kasut kaki kudanya lepas. Ibu Pur Hindi yang sudah lama mengintainya memotong kaki kuda Hamzah hingga Hamzah terjatuh dan kemudian Hamzah dibunuh. Ibu Pur Hindi teringat bahwa Hamzah memiliki seorang anak yang mungkin akan membalas dendam. Ia kemudian meminta maaf kepada Nabi Muhammad. Nabi pun memaafkannya. Asman dan Quraisy datang dengan seribu peri dari Mekah dan meminta agar ibu Pur Hindi diserahkan kepada mereka. Pada waktu itu surat al-Jin diwahyukan. Nabi Muhammad menerangkan kepada putri Hamzah, jika Hamzah tidak meninggal, ia tidak dapat mencapai syahadat dan tinggal di surga. Nabi menyuruhnya memandang ke langit dan tampaklah Hamzah sedang duduk di surga dan sangat dimuliakan Allah. Asman dan Quraisy pun memuji Allah. 3.2 Pertanggungjawaban Transliterasi Dalam
mentransliterasi
Naskah
“Hikayat
Amir
Hamzah”,
saya
menggunakan bebarapa tanda untuk memudahkan pembaca dalam memahami naskah tersebut. Tanda-tanda tersebut antara lain sebagai berikut. 1.
Garis miring ( / ) menandai pergantian atau batas baris
2.
Garis miring dobel ( // ) menandai pergantian atau batas halaman
3.
Tanda kurung (
) menandai penambahan huruf, kata, atau bagian lain dalam
naskah (diftografi) 4.
Tanda kurung siku [ ] menandai penghilangan huruf, kata, atau bagian lain dalam naskah (haplografi)
5.
Ejaan dalam transliterasi naskah disesuaikan dengan Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
6.
Angka di sisi kiri merupakan halaman di dalam naskah asli.
7.
Kata-kata yang mungkin menimbulkan ketidakmengertian pembaca dicetak tebal. -23-
8.
Kata-kata yang tidak terbaca ditulis dengan huruf konsonan dan ditulis dengan huruf Arab pada catatan kaki.
9.
Huruf /k/ mewakili huruf ()ك, ()ق, dan ()ع, sebagai contoh باتكmenjadi kitab; قدنهmenjadi hendak; ينعيmenjadi yakni.
10. Pedoman transliterasi Arab-Latin menggunakan keputusan bersama antara Menteri Agama dan Menteri Pendidikan Nasional tahun 2003. Arab
Latin
Arab
Latin
Arab
Latin
ا
a
ز
z
ق
q
ب
b
س
s
ك
k
ت
t
ش
sy
ل
l
ث
ts
ص
م
m
ج
j
ض
ن
n
ط
و
w
ه
h
ح خ
kh
ظ
د
d
ع
‘
ء
`
ذ
ž
غ
g
ي
y
ر
r
ف
f
3.3 Transliterasi Naskah “Hikayat Amir Hamzah” (Naskah A / ML.23) 1
Adapun sekarang hambamu dengan Zubin itu pergi ke negeri Kuhastana. Ia pergi kepada raja Bahmana Arjasi namanya. Di sana / ia berlindungkan dirinya. Maka kata Amir Hamzah, “Saya yang segala kafir itu lepas daripada tanganku dan tiada tersebut olehku / dan belum laku ajalnya.” Maka kata bahtak, “Ya Tuanku Amir Hamzah akan sekarang rumah tangganya, ada kholi dan artanya pun, / ada datar jika Amir pergi semuanya argatanya dan anak bininya habis dapat ke tangan Amir. Maka arkan Amir Hamzah pun / bersembah mengatakan jika aku belum beroleh Zubin dan anak istrinya ke tanganku belum aku kahawin dengan mahar negara. Maka Amir / Umayyah, “Hai Amir pekerjaan apa yang dikerjakan dan perkataan apa yang dikatakan Amir itu sedikit-sedikit bersumpah tiada dengan pikirkan / Amir ini kerana tuan hamba orang muliya dan lagi Johan Pohlan dan nama tuanku masyhur pada segala alam dunia kemudian.” Maka kata / Amir Hamzah akan segala hulubalangnya, “Naiklah kamu sekalian ke atas kudanya sang dan melangkapan kamu. Setelah sudah Amir Hamzah memeri permana / maka Amir Hamzah pun naiklah ke atas kudanya. Setelah sudah maka Amir Hamzah dan segala lasykarnya pun keluarlah dari negeri Madina mengikut jalan / ke negeri kawasa. Berjalanlah daripada suatu pangkalan datang kepada suatu -24-
pangkalan dapat suatu tempat. Datang kepada suatu tempat berapa lamanya berjalan. Maka datanglah kepada suatu tempat. Adapun tempat itu perbumian terlalu banyak segala melihat hal itu. Maka segala lasykar pun / berhentilah di sana. Hatta maka segala lasykar ’aripun masing-masing pergi berburu. Maka beroleh perburuan pun banyak dengan takdir Allah Ta’ala. / Pada ketika itu melintas seekor rusa di hadapan Amir ini Hamzah. Rusa itu lari ke atas bukit. Maka masa itupun tiadalah kelihatan / lagi. Maka pada ketika itu Amir Ibnu Hamzah pun memandang ke bawah bukit. Maka dilihatnya suatu padang pada pihak bukit itu pada padang itu / terlalu banyak segala kelihatan lasykar lagi berhenti di padang itu arikian. Maka Amir Ibnu Hamzah pun berdiri seketika. Maka Amir Hamzah (Amir Umayyah) / pun dan Mamandakarib pun datang. Maka lasykar di padang itupun ditunjukkannya oleh Amir Ibnu Hamzah kepada Amir Umayyah. “Hai Amir Ibnu Hamzah (Mamandakarib).” Maka Amir Umayyah / dan Amir Mamandakarib pun terlalu sukacita segala hatinya. Maka kata Amir Umayyah, “Hai Amir Ibnu Hamzah, mari kita alihkan lasykar itu. Maka ketiganya mari kita / setelah sudah musyawarah. Maka mari kita pun menurunkan kudanya ke bawah bukit itu.” Iapun lalu menyerbukan dirinya masuk kepada lasykar banyak / itu. Maka Amir Umayyah pun bertanya kepada seorang lasykar itu, “Hai kamu lasykar siapa ini dan siapa nama panghulu lasykar ini?” Maka kata orang itu. / “Lasykar ini lasykar anak saudara Zubin kuasa namanya, seorang namanya Taraterka, seorang namanya Goraterka. Keduanya itu kerjanya / membawah ibu Zubin dan saudaranya perempuan dan segala isi rumahnya hendak dibawanya ke negeri Terkasana. Maka kata Amir Umayyah, / “Apa salanya maka negerinya ditinggalkannya dan kerana apa maka anak perempuan kecil besar ini dipindahkan ke negeri lainya dewanya pergi.” Maka kata / orang itu, “Didengarnya Zubin Hamzah hendak menyerang ke negerinya sebab l-b-l-lah6 Maka ia takut. Maka ibunya dan saudaranya dan istrinya semua / disuruhkannya ke negeri Terkesatana. Setelah didengar oleh Amir Umayyah dan Amir Ibnu Hamzah dan Amir Mamandakarib kata orang itu maka ketiga / f-h-lu-n7 itupun bertampak dan mengatakan Hamzah-hamzah kalakian apabila belukar terka itu menengar nama bunyi Hamzah-hamzah maka 2 itupun sekalian // gemparlah. Maka masing-masing naiklah ke atas kudanya. Maka berdirilah bersiap-siap di medan pun diperbaik oranglah. Maka Taraterka pun (menggertakkan) / kudanya ke tempat medan lalu ia bertampak katanya, “Hai Hamzah jika engkau laki-laki marilah engkau ke medan.” Maka Amir Ibnu Hamzah pun menggertakkan / kudanya Cengga Ishak ke medan lalu berbetulan dengan Goraterka. Maka dihampirinya Amir Ibnu Hamzah serta dibangkitnya. Maka dipakukannya Goraterka. Maka ditangkiskannya oleh Goraterka/ dengan perisainya bahananya datang ke tengah rimba setelah lalu palu Amir Ibnu Hamzah. / Maka oleh Goraterka pun menggertakkan kudanya hampir ke sisih Amir Ibnu Hamzah. Maka dibangkitnya Cengmannya dipalukannya di kepala Amir Ibnu Hamzah. / Maka ditangkiskannya oleh Amir Ibnu Hamzah dengan perisainya berbuanya bahananya datang ke tengah rimba setelah lalu pala Goraterka. Maka oleh Amir / Ibnu Hamzah dipanjangkannya tangannya. Maka dipegang ikat pinggang Goraterka lalu / disentakkannya dari atas kudanya lalu dihempaskannya ke bumi. Maka / berlari-larian Amir Umayyah dengan 6 7
٥ﻟﺒﻠﻼ ﻟﯡں٥ڧ
-25-
3
mengikat dia setelah dilihatnya Taraterka hal saudaranya. Maka Taraterka pun menggertakkan kudanya ke medan / hendak melawan Umar Ibnu Hamzah. Maka Taraterka pun ditangkapnya oleh Umar Ibnu Hamzah tali ikat pinggangnya Taraterka. Maka hempaskannya / lalu diikat oleh Amir Umayyah setelah itu. Maka Umar Ibnu Hamzah akan kedua mereka itu hai kamu kedua katakanlah Allahuma bahwa Allah Ta’ala tuhan / yang esa dan agama nabi Ibrahim itu sebenarnya. Maka keduanya Terka itu menurut kata Umar Ibnu Hamzah. Maka keduanya masuk Islam dengan / sukacita membawah agama yang sebenarnya. Maka Umar Ibnu Hamzah dan Amir Umayyah dan Amir Mamandakarib pun masuk ke dalam rumah Zubin. Maka Umar Ibnu Hamzah pun / bertemu dengan saudara Zubin perempuan itu. Maka Umar Ibnu Hamzah berahi akan saudara Zubin perempuan itu namanya Jajahana / terlalu indahindah rupanya. Maka perempuan itu ditangkapnya oleh Umar Ibnu Hamzah kemudian Amir Mamandakarib pun datang. Maka bertemu dengan istrinya / Zubin. Maka Amir Mamandakarib pun berahi akan istrinya Zubin. Maka ditangkapnya tangannya. Maka kata Amir Umayyah, “Perempuan yang muda-muda habislah / kamu ambil hanya ibu Zubin yang tujuh ratus usianya inilah yang kamu tinggalkan. Daku terlalu insaf segala kamu akan daku. / Maka Amir Umayyah pun mengampiri perempuan tua itu. Maka ditangkapnya tangannya kanan. Maka Umar Ibnu Hamzah, “Hai Amir Umayyah lepaskan ilham perempuan tua / itu. Jangan engkau hela-hela lagi supaya ia duduk dengan anaknya.” Maka oleh Amir Umayyah ibu Zubin itupun dilepaskan oleh Amir Umayyah / kemudian dari itu. Maka ketiganya mereka itu kembalilah datang hidmat kepada Amir Hamzah. Arikian Maka Amir Hamzah pun terlalu sukacita hatinya. Maka / perempuan saudara Zubin itupun ditinggal Amir Hamza.h Maka kata Amir Hamzah akan ibu Zubin, “Hai perempuan tua[h] bahwa anakmu / Zubin dari belakang mataku dua lapan belas tahun lamanya ia berikat anak istriku daripada suatu negeri kepada suatu negeri.” / Diperanginya lagi menganugerahkan Allah Ta’ala anak istri kepadanya diperlepaskan Allah-lah bala itu dan ’ilmu lagi intang anakmu / beroleh istriku dipengapahnya sekarang telah mereka Allah-lah jatuh ke atasnya. Maka segala isi rumahnya dan anak istrinya dan / ibunya disuruhkan Allah Subhanahu Wata’ala le tanganku supaya diketahui oleh akan segala yang berbuat jahat itu jahat jua yang diperolehnya. / Adapun segala orang berbuat baik itu baik jua diperolehnya. Adapun kata dua patah ini dari dunia datang di akhirat tiadalah lagi. // Tiadalah lagi akan salah dan barang siapa tiada dipercaya ia akan kata ini bukannya orang Islam. Adapun sekarang anakku / sang saka ini berahi akan anakmu perempuan. Jikalau dikau sama akan daku dan dengan saka hitam kiranya engkau memberikan anakmu / akan istri anakku supaya sempurna barang pekerjaan kita. Maka kata ibu Zubin, “Ya Tuanku Amir, adapun anak hamba ini hamba / persembahkanlah akan paduka anakanda.” Sudah ibu Zubin berkata demikian maka Amirulmukminin Hamzah pun menyuruh membacakan khatib nikah / kepada Amir Umayyah. Maka Amir Umayyah pun membacakan khatib nikah akan Umar Ibnu Hamzah dan Amir Hamzah setelah sudah kahwin Arikian. Maka mari kita pun / masing-masing duduklah bersuka-sukaan tiga hari tiga malam datang kepada keempat malamnya pada pagi hari. Maka Amir Hamzah pun keluarlah berjalan / ke kota Kawasa. Maka arikian kata ibu Zubin, “Hai tuanku Johan Pahlun yang mengambil segala ’ilmu. Adapun kota Kawasa itu terlalu / sangat sukar orang mengalahkan dia. Jikalau yang dipertuan hendak mengalahkan dia dengan muslihat -26-
4
maka dapatlah masuk ke dalamnya. / Adapun jika Amir hendakkan kejekan dan percaya akan hamba orang tuah ini berilah akan hamba ra’yat barang sepulu orangorang / pahlun dan lasykar hamba pun serta hamba bawah masuk ke dalam kota Kawasa. Apabila hamba telah masuk dalam negeri itu / dan segala ra’yat itupun terpeganglah oleh hamba dan negeri Kawasa pun dalam tangan hambalah. Setelah itu kemudian maka Amirpun masuklah / ke dalam kota negeri Kawasa. Maka segala kata perempuan tuah itupun perbolelah pada telinga Hamzah pada ketika itu jua Amir Hamzah melangkap / sepulu orang pahlun setelah sudah lengkap. Maka dirikan Hamzah serta perempuan tuah itu. Maka perempuan tuah ibu Zubin itu pergi berjalan / lah. Maka dari belakang ibu Zubin Amir Hamzah pun berjalanlah kira-kira sehari perjalanan lagi akan sampai ke negeri di sanalah Hamzah berhenti. / Setelah ibu Zubin telah hampirlah ke negeri Kawasa. Maka dilihatnya oleh ketua yang mengawal kota itu melihat dari atas kotanya / bahwa lasykar banyak datangnya. Maka ketua[l] pun menyuruh tutupkan pintu kota itu. Setelah pintu kota sudah tertutup, maka ibu Zubin pun / datang ke kota itu. Maka arikian Goraterka dan Taraterka pun bertunjukkan dirinya. Maka katanya akan ketua[l] itu, “Hai ketual bukai / aku pintu karena kami datang ini membawah isi rumah Raja Zubin ke negeri Kestana. Tatkala itu di tengah jalan kami dengar waktu / Hamzah datang sebab itulah kami sekalian pun takut.” Maka lalu gembala ini dan segeralah bukai pintu ini supaya pada setia ini kami bawa / masuk ke dalam kota Kawasa. Maka arikian ketual pun turun dari atas kotanya itu melihat. Maka dilihatnya orang itu semuanya lasykarnya / jua. Maka ketua[l] itupun segera dibukai pintu kota itu. Maka Umar Ibnu Hamzah pun sepuluh orang pahlun ’Arab itu semuanya pun / masuklah ke dalam kota itu. Setelah dilihatnya oleh ketual orang yang masuk dahulu itu baginya daripada orang ’Arab maka ketual / itu akan ibu Zubin, “Hai paduka orang yang kau bawa[h] masuk sertamu ini.” Maka arikian ketua[l] itupun dipeluknya oleh Amir Mamanda / Karib kepala ketual itu dengan cengmarnya. Setelah itu diputarnya pula telinganya ketual itu kepalanya pecah berhamburan banaknya / dan telinganya putus berhamburan darah telinganya itu. Hatta ketual itupun matilah setelah ketual itu mati Maka ibu Zubin // pun menyuruhkan orang pergi memberi tahu Amir Hamzah katakan sembahku bahwa dengan daulat yang dipertuan kepada Amir Hamzah yang kuasa / itu telah sudah dapatlah kepada tangan hambamu. Maka orang itupun pergilah setelah sampailah kepada Amir Hamzah. Maka Kosad itu pun / berdatang sembah kepada Amir Hamzah. Adapun senda disuruhkan ibu Zubin berdatang sembah ke bawah padamu Amir. Adapun sembah Zubin / banyak-banyak yang kena negeri Kawasa itu telah sudahlah beroleh kepada tangan sahaya tuan Amir sebab daulat kisaran Amir. Jikalau dapat baik / lah Amir segerah berjalan dengan segala ra’yat ke negeri Kawasa. Apabila Amir menengar kata orang Kosad itu maka Amir Hamzah pun berjalanlah / dengan segala lasykarnya dan tentaranya sekalian kecil besyar semuanya mengiringkan Amir Hamzah pun jalanlah berapa lamanya berjalan. Maka Amir / Hamzah pun sampailah ke negeri Kawasa. Maka lalu masuk ke dalam kota Kawasa setelah Hamzah masuk ke dalam kota Kawasa. Maka negeri itupun / disuruh Hamzah perbaik kepada ibu Zubin setelah kota negeri Kawasa itu diperbaik orang. Maka Amir Hamzah pun memberi (a)nugerah akan segala hulubalang / nya. Setelah itu maka ibu Zubin pun membuka perbendaharaan Zubin. Maka dihamburkannya oleh ibu Zubin emas dan perak akan dermah / Amir Hamzah dalam negeri Kawasa. Maka segala fakir miskin pun -27-
5
semuanya kayalah. Setelah itu datang kepada hari yang baik maka Amir Hamzah pun mendudukkan / berjaga-jaga himalaya pekerjaan Amir Hamzah akan ke hutan denga(n) putri Maharani Gara setelah sudah dan tatkala Amir Hamzah pun sukacitalah dengan pekerjaan / sejahtera pun dan Umar Ibnu Hamzah dikahwinkan dengan sepertinya. Setelah sudah kahwin maka masing-masing duduklah melakukan pekerjaan sempurna / itu malam siang pada ketika itu. Semalam tiadalah berantara lagi dan segala orang negeri Kawasa pun sukacitalah hatinya melihatkan budi / pekerti Amir Hamzah dan mengasihi segala ra(k)yat dan dianugerahinya. Maka negeri Kawasa pun kiralah dengan sukacita Wallahu ’alam ceritera / yang ketiga puluh peri mengatakan tatkala Amirulmukminin Hamzah dan Maharani Gara dan sejahtera dan segala taulan Amir Hamzah duduk / di negeri Kawasa sekalian mari kita melakukan kesukaannya dan peri mengatakan tatkala kahwin Amir Hamzah dan Maharani Gara dan peri / mengatakan tatkala jadi anak daripada Sejahrah Sangda namanya anak Umar Ibnu Hamzah dan peri mengatakan tatkala Umar Ibnu Hamzah berperang dengan Amir Hamzah dan peri mengatakan tatkala Umar Ibnu Hamzah beroleh malu oleh bapanya Amir Hamzah dan peri mengatakan tatkala jadi / anak Maharani Gara bertiada syahara yang anak Amir Hamzah pahlun dalam ’alam dunia masyhur pada sekalian ’alam dan istrinya yang putri maharani gara pun terlalu / i dia mana segala karena ia raja bangsawan Alkisah adapun dihikayatkan oleh orang yang empunya hikayat ini demikian / bunyinya. Pada tatkala Amir Hamzah mengalahkan kota Kawasa maka disuruh pada ketika itu arta Zubin semuanya dibagikan Hamzah akan segala lasykar ’arab. / Tatkala itu lasykar ’arab kayalah tiadalah ada miskin lagi setelah itu. Maka Amir Hamzah memberi (a)nugerah akan segala orang laki-laki dan perempuan / kecil dan bes[y]ar semuanya habislah di(a)nugrahi Hamzah masing-masing kadarnya setelah itu pada ketika yang baik itu khatib nikah pun dibacakan oleh / Amir Umayyah .Amir Hamzah pun duduklah dalam rumah istana Zubin bersuka-sukaan dengan Putri Negerah sudah kala dihadap orang. Maka yang duduk / di atas singgahsana kerajaan itu Umar Ibnu Hamzah tatkala itu pada suatu hari segala pahlun pun duduk makan minum bersuka-sukaan // setelah beberapa lamanya payala Amir Mamandakarib sudah minum. Maka Amir Hamzah pun mabuk Maka Amir Mamandakarib pun memandang landahura. Maka kata / Amir Mamandakarib hai panjang seri tiada berguna betapa besar hatimu. Maka engkau duduk di atas kursi Maka kata Landahura hai Farid bes[y[ar mabuklah engkau / berkata lebih kurang akan daku, “Adapun engkau hai ahki barang di mana dititahkan Amir duduk di sanalah engkau.” Maka kata Amir Mamandakarib, / “Wahai Landahura siapa bahanlah engkau.” Dan Hamzah padanya serta kata ditembaknya Landahura. Landahura berdiam dirinya. Maka Umar Ibnu Hamzah Farid / besyar jahat sekali mabukmu ini kulihat. Maka Amir Mamandakarib, “Hai Umar Ibnu Hamzah siapa bahanlah engkau di bapamu. Maka engkau berkata besyar / budi akan daku.” Maka apabila Umar Ibnu Hamzah menengar kata Amir Mamandakarib demikian. Maka Umar Ibnu Hamzah pun berangkat dari atas kursinya Maka. lalu / ditembaknya batang leher Amir Mamandakarib. Maka Amir Mamandakarib gugur ke bumi luka dahinya sedikit kulitnya. Maka keluar darah pada ketika itu huru-haralah / dalam istana Umar Ibnu Hamzah. Maka kata arikian Amir Hamzah pun keluarlah dari dalam Maka segala hal ihwal itu semuanya ditanyakan Hamzah. Maka berkata / Umar Ibnu Hamzah dihadapan hambamu Amir -28-
6
Mamandakarib mabuk mengatakan kata jahat-jahat akan hambamu segala disiarkan hambamu lanjar bahan. / Ia berkata, “Maka hati hambamu pun adalah / heran. Maka bangkit hambamu menembak akan dia.” Maka kata Amir Hamzah. “Betapakah besar hatimu. Maka dalam astaga / engkau berbuat engkau menembak taulanku. Maka kata Umar Ibnu Hamzah, “Ya tuanku pertama kandaku Lantahura ditembaknya oleh Amir Mamandakarib, kemudian akan / hambamu dan dinistanya dengan kata yang mudah dan yang dipertuan dikatainya sebab itulah sakit hati hambamu itulah madahnya Maka hamba / tembak. Maka kata Hamzah jika Landahura ditembaknya Landahura tahu akan membalas dia engkau apa padamu membalaskan sakit orang lain. Landahura / tiadakah ia bertangan engkau mengapa menista taulanku karena Landahura kuat daripada Amir Mamandakarib. Engkau ini menistakan air mataku dan / air muka taulanku itu apatah perinya. Maka Umar Ibnu Hamzah barang siapa tiada sopan akan daku aku pun tiada sopan akan dia barang siapa menistakan / aku tembak mukanya. Maka kata Hamzah sah kanak-kanak beradab adapun kana-kana yang beradab demikian ini harus ditembakkan mukanya agar / supaya puas dahaganya. Jika tiada demikian harus belakangnya dihempaskan ke bumi agar supaya keluar susu ibunya yang dimakannya / agar lain kali jangan ia melakukan pekerjaan humpama itu. Dan ia pun niscaya segeralah ia berbuat pekerjaan demikian itu. / Maka Hamzah itu pun disahutinya oleh Umar Ibnu Hamzah demikian katanya “Cah siapatah dapat menembak mukaku dan siapatah dapat menghempaskan / belakangku ke bumi. “Hai Hamzah jika engkau laki-laki naiklah engkau ke atas kudamu marilah engkau ke medan hempaskanlah akan daku supaya dilihat / oleh segala khalayak sekalian agar ketahuan gagahmu dan gagahku.” Menengar kata Umar Ibnu Hamzah demikian itu maka Hamzah pun menyuruh mengenakan / pelana asngar dibuada. Kemudian kedua beranak mari kita naik ke atas kudanya. Maka masing-masing berjalanlah ke medan. Maka arikian dalam lasykar Amir Hamzah pun / huru-haralah sekalian sebab melihat Amir Hamzah dan anaknya Umar Ibnu Hamzah hendak berlawan dan berperang tatkala itu segala khalayak pun semuanya / habis berlarian melihat masa bapa dan anak berbunuhan. Maka sekalian mari kita pun habislah pergi ke medan berdiri bersiap-siap di medan / masing-masing pada siangnya. Maka Johan Pahlun pun menggertakkan kudanya alpar dewa zada lalu ke tengah medan. Maka Amir Hamzah pun memanggil anaknya // Umar Ibnu Hamzah pun menggertakkan kudanya Cengga Ishak ke medan. Maka beberapa-beberapa kali Umar Ibnu Hamzah memalu kudanya Cengga Ishak sebab / Amir Hamzah berdiri jua ia berhadapan dengan anaknya. Umar Ibnu Hamzah kudanya itupun tiada mau tampil lagi tiada mau bergerak / daripada tempatnya ia tiada mau makinkan Cengga Ishak itu menundukkan kepadanya kepada Amir Hamzah. Kemudian maka segala lagi pula dipalunya oleh / Umar Ibnu Hamzah kudanya Cengga Ishak itu pun tiada mau tampil ke hadapan. Maka arikian Hamzah pun berkata, “Hai kanak-kanak anak yang kurang / budi dan kurang (h)apal pelajari ’ilmu.” Hatta daripada binatang empat kaki itu lihat ’ilmu ia lagi tahu akan kebajikan orang itu / akan dia dan engkau dan aku diketahuinya anak dan bapa engkau apa mulianya ahlak. Maka hendak melawan bapamu bukanlah daripada kurang budimu. Maka engkau hendak melawan aku berperang sebab itulah kuda Cengga Ishak tiada mau tampil ke hadapanku. Menengar kata Amir Hamzah / demikianlah Umar Ibnu Hamzah pun marah. Maka ia pun turun dari atas kudanya itu. Maka Umar Ibnu -29-
7
Hamzah pun datang berlari-lari. Maka ditangkapnya Hamzah. Maka Umar Ibnu Hamzah / ia pun bersungguh-sungguh hatinya menarik ikat pinggang Amir Hamzah itu hendak dibangkitnya tiada dapat daripada sangat dipuatinya itu. Maka / tatkala itu titik darah sepuluh titik daripada sepuluh jarinya Umar Ibnu Hamzah pun melepaskan tangannya daripada pinggang bapanya Amir Hamzah / kemudian. Maka ditangkapnya oleh Amir Hamzah tali ikat pinggang Umar Ibnu Hamzah. Maka lalu dibangkitnya Amir Hamzah ke atas kepalanya. Maka sekalian orang / memuja-muja Amir Hamzah setelah itu Umar Ibnu Hamzah pun perlahan-lahan diturunkannya oleh Amir Hamzah ke bumi. Setelah itu maka didakap Amir Hamzah akan anaknya / Umar Ibnu Hamzah. Maka arikian Umar Ibnu Hamzah kemalu-maluan pada khalayak sekalian itu. Maka Umar Ibnu Hamzah pun menyembah kaki Amir Hamzah. Maka Amir Hamzah / mencium kepala Umar Ibnu Hamzah setelah itu. Maka Hamzah pun memegang tangan Umar Ibnu Hamzah dibawanya kembali ke istananya. Maka lalu dua-dua makan / minum bersuka-sukaan antara berapa hari lamanya duduk dalam negeri Kawasa itu sedia kala bersuka-sukaan dengan anaknya dan segala / keluarganya dan segala taulannya dan segala lasykarnya kecil besar barang yang kekurangan semuanya dianugerahinya dengan mengasihi segala hulubalangnya. Setelah itu berapa bulan selangnya maka Maharani Gara dan Sejaharah pun keduanya putri itu anak dan ibu hamillah setelah ganap / bulannya dan harinya pada ketika yang baik. Maka keduanya pun beranaklah. Maka keduanya budak itu pun laki-laki. Maka keduanya / budak itu permuli[y]anya. Adapun yang anak Umar Ibnu Hamzah itu dinamai oleh Amir Sengda. Maka yang anak maka itu Amir Hamzah Fiyad. / Kemudian dari itu maka Amir Hamzah pun menyuruhkan Amir Umayyah pergi ke negeri Medina memberi tahu Raja Nasrun setelah sudah / Amir Hamzah memberi firman. Maka Amir Umayyah pun keluarlah berjalan menuju[h] negeri Medina lakunya berjalan itu dijalaninya / seperti kilatlah yang maha tangkas pintasnya yang perjalanan empat puluh hari itu dijalaninya oleh Amir Umayyah itu hanya / tiga hari Johan Kalakian. Amir Umayyah pun sampailah ke negeri Medina. Maka Amir Umayyah pun lalu masuk ke dalam pagar. Maka lalu / mengadap raja Nasrunlah hidmat ia kepada raja Nasrun menundukkan kepala ke tanah. Maka Amir Umayyah, “Hai raja Masyrak Maghrib // raja yang berbahagia bahwa Syah ’Alam kedatangan cucu laki-laki. Maka arikian Nasrun pun pada ketika itu terlalu sukacita batinnya. Maka hari itu / Nasrun pun menyuruh palu genderang kesukaan dan bunyi-bunyian beramai-ramaian dengan makan minum dan bersuka-sukaan dengan / Amir Umayyah dan menterinya ra’yatnya kecil besyar. Setelah itu Nasrun pun memberi nama cucunya itu dengan nama bapanya Kabud / Sahari. Setelah sudah Nasrun memberi nama cucunya itu dengan maka ia pun memberi (a)nugerah pakaian yang akan Amir Umayyah. Setelah itu maka / Nasrun memberi yang keemasan dihadiahkan akan cucunya Kabud Sahari itu dan lagi berapa tabak berisi emas dan ratna / mutu manikam dan berapa tabak sofa dengan shalat dan dungga dan hato far’ain Albanat yang tiada terga dan berapa-berapa pakaian / yang tiada terga dan lain dari itu berapa puluh bagai-bagai hadiah raja Nasrun memberi akan cucunya Kabud Sahari dan berapa-berapa ratus dayang-dayang / dan berapa-berapa puluh pengasuh. Setelah itu maka Amir Umayyah pun memohonlah kemudian dianugerahi Nasrun puluh akan Amir Umayyah arikian setelah sudah / Amir Umayyah kenah (a)nugerah itu. Maka Amir Umayyah pun pergi kepada Putri Bundah Maharani Gara. Maka Amir Umayyah pun hidmat kepada raja perempuan menundukkan / -30-
8
kepalanya ke tana(h) serta mengatakan bahwa paduka anakanda Putri Maharani Gara telah beranaklah laki-laki. Maka siti pun terlalu sukacita segala hatinya / sebab menengar anaknya Maharani Gara telah beranak laki-laki. Maka raja perempuan pun memberi anugerah dengan sepertinya setelah itu. Maka Amir Umayyah pun memohonlah / pada paduka siti kemudian. Maka Amir Umayyah pun mohonlah kepada Raja Nasrun menyembah kepalanya lalu ke tanah setelah itu. Maka ia pun berjalanlah / dahulu segala orang yang hadir itu berjalan dari belakang Amir Umayyah berapa hari Amir Umayyah berjalan. Maka sampailah ke negeri Kawasa. / Maka lalu ia mengadap Amir Hamzah dengan hidmatnya dan takutnya. Maka kata Amir Umayyah, “Ya Amir bahwa anakanda itu dinamai oleh raja / Masyrak Maghrib Raja Kabud Sahari namanya paduka anakanda itu. Setelah sudah Amir Umayyah pulang dari Negeri Medina itu enam hari jua Amir Umayyah / pergi datang. Setelah demikian maka kedua anak-anak itu pun diserahkan Amir Hamzah kepada inang pengasuhnya disuruhkan peliharakan baik-baik. / Maka kata Amir Umayyah, “Hadiah paduka ayahanda pun terlalu banyak segala. Kemudian akan datang hadiah itu berbagai dan berapa ratus dayang-dayang / dan berapa puluh pengasuhnya dan berapa puluh bagaibagai pakaian daripada emas dan ratna mutu manikam yang tiada terhargakan itu” Setelah sudah / Amir Umayyah berdatang sembah, maka ia pun mohonlah setelah itu berapa lamanya datang usianya kanak-kanak itu kepada tiga tahun. Maka keduanya kanak-kanak itu diseruhkan oleh Amir Hamzah kepada Amir Umayyah. Maka kata Hamzah akan Amir Umayyah adapun kanak-kanak kedua ini kuserahkan kepadamu aku tahu baiknya / jua kepadamu yang kenanta kepadamu matanya dan telinganya. Adapun yang lain itu mana bicaramu agar supaya anakku dan cucuku ini / tertib dan [’]adat agar barang siapa melihat kanak-kanak itu sejuk matanya dan minta dengan akan dia agar dapat akan gantiku supaya / dapat mengambil nama orang tua-tua kita kalakian. Berapa lamanya kanak-kanak itu duduk dengan Amir Umayyah. Maka kanak-kanak itu pun terlalu adab / dan sopan segala ’alamat budak berbahagia adalah tandanya kelihatan pada dahinya dan mukanya pun bercahaya-cahaya segala supaya / dahinya itu dianugerahkan Allah berkat Nabi Ibrahim. Maka hati Amir Hamzah dan hati Maharani Gara pun terlalu sukacita sebab melihat // anaknya dan cucunya itu sediakala Maharani Gara pun terlalu sukacita memberi derma akan segala fakir miskin sebab anaknya laki-laki / itu berapa puluh hari lamanya. Maka orang membawa hadiah itu pun daripada Nasrun pun datanglah. Maka lalu mengadap Maharani Gara. Maka hadiah / itu pun dipersembahkan oranglah akan putri Maharani Gara dan dayangdayang dan pengasuh dan pakaian yang tiada diharganya Wallahu ’Alam / Cerita yang ketiga puluh asa peri mengatakan tatkala surat Bahmana Arjasa kepada Raja Nasrun dan peri mengatakan tatkala Amirulmukminin Hamzah keluar dari kota negeri Kawasa lalu ke negeri Hustana dan peri mengatakan tatkala Amir Hamzah / menangkap Bahmana Arjasa dan peri mengatakan tatkala Amir Umayyah mengenakan anting-anting ke telinga Bahmana Arjasa dan peri / mengatakan tatkala Nasrun jadi seteru pulah dengan Amir Hamzah daripada pekerti bebal Nasrun dan Bahtak Sangah bahan / hendak berperang jua dengan Hamzah demikianlah ceriteranya. Alkisah adapun dihikayatkan oleh orang yang empunya hikayat / ini demikian bunyinya setelah didengar oleh Zubin warta bahwa istrinya Hamzah Maharani Gara telah beranaklah laki-laki bernama Kabud Sahari itu. Maka arikian / maka Zubin pun -31-
9
berkirim surat kepada Raja Nasrun dalam surat itu demikian bunyinya. “Adapun ketahui olehmu Syah ’Alam dan ingat-ingat / lah raja kerana Hamzah makin lama memberi hidmat kepada raja oleh kerana tiada ada dalam rumahnya layak akan dinaikkannya raja. / Adapun akan sekarang ada dalam rumahnya telah jadilah anak laki-laki daripada asal bijaks[y]ana apabila kanak-kanak itu bes[y]ar niscaya akan jadi / raja Masyrak Maghrib. Diturunkannya dari atas tahta kerajaan niscaya anaknya itulah akan dudukkannya di atas singga[h]sana kerajaan karena sekarang / anaknya itu harus naik raja. Adapun jika raja hendak kasihkan akan kekayaan kerajaan. Apabila surat hamba datang kepada raja raja pun segeralah / berangkat ke mari karena raja Bahmana Arjasa kerana sikap raja Bahmana itu akulah yang membunuh Hamzah ’Arab itu karena hamba lihat Raja Bahmana / itu terlalu pahlun dan segala tiadalah ada orang lebih pahlun daripadanya bagai-bagai hikmat pahlun habislah diketahuinya oleh raja / Bahmana itu adapun gagah Hamzah ’Arab itu hisab apa kepada raja Bahmana kerana dalam ’alam ditiada seorang pun tiada seperti Bahmana Sebermula. / Jika Hamzah telah sudah mati dibunuh oleh Bahmana baharu sekalian negeri ’Ajam kirarlah. Kemudian yang kerajaan pun datanglah kepada anak cucu raja / kirarlah tiada dihalhalainya lagi setelah itu kemudian kepada Bahtak Ahak itu pun Zubin berkirim surat lagi demikian bunyinya. “Hai saudaraku / Bahtak barang budi bicara juga jika dapat raja Nasrun itu bawa jua ke mari agar supaya berbalasnya yang sakit hati kita. Setelah sudah surat / Zubin itu sampai kepada raja Nasrun dan Bahtak arikian. Maka Nasrun pun memberi firman.” Adapun Hamzah tiada mau ia berbuat jahat kepadaku / kerana ia sudah beranak dengan anakku. Maka kata Bahtak dan kafar yang lain ya tuanku Syah ’Alam benar seperti kata surat Zubin itu tidalah / akan bersalahan lagi kerana kata surat itu kenah pada dalil ’akal orang banyak pada bicara patik sekalian sama rasanyalah raja berangkat / ke negeri Kuhastani kepada raja Bahmana kalakian. Maka Nasrun bebal pun berlengkaplah setelah sudah berlengkap. Maka lalulah berjalan ke negeri Kuhastani / setelah beberapa lamanya berjalan daripada suatu perhentian dan pada suatu pangkalan datang kepada suatu pangkalan. Maka Nasrun pun // hampirlah ke negeri Kuhastani. Maka diwartakan orang akan raja Bahmana demikian bahwa raja Masyak Maghrib raja Nasrun / ’adil datang melarikan dirinya teraniaya oleh Hamzah ’Arab akan sekarang ia datang kepadamu berlindungkan dirinya. Maka Bahmana pun / keluar datang mengelu-ngelukan raja Nasrun dengan segala bintaranya. Berapa persinggah bumi jauhnya. Setelah itu maka bertemulah dengan Nasrun / dan raja Bahmana. Maka Nasrun pun dipermuliakannya oleh Bahmana dengan sepertinya dipermulianya setelah itu. Maka Nasrun pun dibawanya masuk / ke dalam kota lalu bawanya masuk ke dalam istana. Maka didudukannya di atas singgahsana. Maka kata Bahmana hai raja Masyrak Bahmana / pertetap hati Syah ’Alam jangan dikecil hambalah ada yang membalaskan kemaluan Syah ’Alam itu dan hambalah yang membunuh Hamzah ’Arab / itu. Maka kata Zubin, “Hai Bahmana jika engkau pergi mendatangi Hamzah itu terlalu segala maha baik.” Maka Bahmana berkata, “Adapun pertama kita / kirim surat akan Hamzah ’Arab itu jika mau datang dengan baiknya ke mari.” Maka segala adapun jika dilaluinya seperti suruh kita / itu tatkala itulah kita akan pergi mendatangi Hamzah itu dengan ikatnya kubawa dengan hidupnya tiada kubunuh dan kusuruhkan kepada dulu raja Masyrak / Maghrib. Setelah Bahmana berkata demikian, maka Bahmana pun menyuruh menyurat suatu surat pertama bunyinya nama berhala besar dan berhala kecil / namanya Lata wa Manata setelah itu -32-
10
kemudian menyebutkan ini surat daripada raja Bahmana datang kepadamu hai Hamzah ’Arab. Ketahui olehmu dan ikut-ikut / engkau kerna akan sekarang raja Masyrak Maghrib pun datang melarikan dirinya ke negeri kepadaku sebab daripada aniayamu dustamu daripada ahlak / budimu. Sebab itulah Nasrun berlindungkan dirinya ke negeri Kuhastani. Adapun sekarang sebab budimu dan pekertimu itu perdualah atasku / mengikat engkau dan menyuruhkan engkau kepada raja Nasrun ’adil. Adapun jika engkau datang kepadaku dengan baikmu dan takutmu, terlalu baik / segala bagimu. Adapun jika engkau tiada mau datang kepadaku dengan baikmu dan takutmu, terlalu segala baik. Adapun jika engkau tiada / mau datang segerah-segerah menyembah kakiku ke negeri Kuhastani. Akulah akan mendatangi engkau ke negaramu supaya di sanalah pekerjaanmu itu ku / kerjakan dan kehendakmu pun di sanalah kusampaikan. Setelah sudah surat itu disurat, maka surat itupun diberikan kepada seorang / kosad yang pantas berjalan. Maka kosad itu pun berjalanlah. ia antar berapa hari selangnya berjalan itu. Maka kosad itu pun / sampailah ke pintu istana Amir Hamzah. Maka kalakian kosad pun berseru-seru dari luar pintu demikian katanya, “Hai kamu yang menunggu pintu / beritahu Alhum bahwa ada seorang kosad datang membawa surat daripada Bahmana yang berani dan gagah dan pahlun.” Maka orang menunggu pintu itu pun / berlari-lari pergi memberi tahu Amir Hamzah apabila orang itu datang mengatakan utusan raja Bahmana datang. Maka disuruh Amir Hamzah segera panggil bawah mengadap aku. Maka orang memanggil kosad pun datanglah memanggil kosad itupun mengunjukkan masuk ke dalam istana Amir Hamzah. / Maka kosad itu pun menyembah kepadanya lalu ke tanah. Maka kosad itu pun menyembah mengunjukkan surat itu ke tangan Amir Hamzah .Maka surat itu pun / dibuka Amir Hamzah. Setelah sudah terbuka maka dibaca Amir Hamzah. Tatkala itu Amir Hamzah pun menggerak-gerakkan kepala. Maka kata Hamzah berapa-berapa aku / hendak memberi Nasrun duduk kirar pada tempatnya tiada jua ia mau bertetap duduk kirar. Adapun sekarang lepas taksir aku // dan tiada ada lagi sukanya akan daku kerana berapa-berapa pun aku memberi dia hormat dan kemuliaan dan kebesaran ke mari sekarang aku / baik kepadanya sediakala hendak jua ia. Segenap hutan padang ke sana ke mari. Sekarang apatah dia makbul kenda baru zaman dari zadakh, ya’ni artinya celakanya itu. Telah dikabulkannyalah sudah dari / tatkala jadi harinya dari dalam perut ibunya itu setelah demikian. Maka Amirulmukminin Hamzah pun memandang kepada muka kosad itu lalu / Amir pun berkata hai kosad pergilah engkau katakan olehmu kepada Bahmana suruh ia bahawa aku datang dari belakangmu akan / melihat muka dan huru-hara itu apabila kosad melihat Amir Hamzah terlalu angkuh. Maka kosad itupun takut akan Hamzah / kosad itu hidmat kepada Hamzah lalu menundukkan kepalanya ke bumi. Maka ia pun lalu kembali ke negeri Bahmana. Setelah sudah kosad itu / kembali maka Amir Hamzah pun menyuruh Amir Mamandakarib berlengkap dengan segala lasykarnya setelah sudah lengkap. Maka Amir Mamandakarib pun disuruhkan / Amir Hamzah berikut kosad Bahmana itu. Maka ia pun berjalanlah setelah itu kemudian Amir Hamzah pun berkata kepada segala pahlun, / “Hai segala taulanku, sekian lama aku hidmat kepada Nasrun. Suatu pun tiada ada salahku kepadanya. Adapun yang kesudahan / kejahatan Nasrun kepadaku banyaklah kusebarkan jiwaku hendak berbuat baik kepadanya. Berapaberapa kali kehendaknya itu kepadaku. / Tiadaku lalui kukerjakan jua. Adapun sekarang Nasrun sangatlah rupanya berseteru dengan aku dan rasanya hendak -33-
membunuh / aku jua, tetapi Allah Subhana Wata’ala yang membalas pekerjaannya itu. Adapun sekarang jikalau demikian, baiklah kibat seharinya lah kita tegakkan kerjaan.” / Maka kata segala taulan Amir itu sebenarnya firman Amir itu dan terlalu baik segala sah raja segala pahlun seharusnyalah paduka / anakanda kerjakan dalam negeri Kawasa setelah sudah musyawarah kalakian kiya. Adapun dikerjakanlah oleh Amir Hamzah. Maka dipalukannyalah genderang / kerajaan-kerajaan genderang makbul setelah sudah. Maka Amir Hamzah pun mengeluarkan emas dan perak pada hari itu berapa puluh bahan emas dihamburkan / emas dan perak oleh Amir dalam negeri Kawasa itu. Maka segala fakir miskin yang dalam negeri Kawasa semuanya jadi kayalah dan / segala pahlun pun pada hari itu dianugerah masing-masing pada kadarnya dan layaknya. Setelah itu maka segala menteri dan pahlun pun / disuruh Amir duduk pada kursi yang bertatahkan ratna mutu manikam. Setelah itu minumminuman pun diangkat oranglah dan segala bunyi- / bunyian pun dipalukan oranglah terlalu azimat terlalu [’]azimat terlalu segala bunyinya dua hari dua malam makan minum bersuka-sukaan datang kepada tiga harinya. / Setelah itu maka Amirulmukminin Hamzah pun berlengkap dan menyuruh segala pahlun dan hulubalang semuanya berlengkaplah. Setelah sudah / lengkap maka Amir Hamzah pun berjalanlah daripada suatu perhentian. Datang kepada suatu perhentian daripada suatu pangkalan datang kepada / suatu pangkalan mengikut jalan ke negeri Kuhastani kabar berapa lamanya berjalan Maka datanglah kepada suatu tempat antara[h] yang malam. / Maka hampirlah ke negeri Kuhastani. Maka khabar pun datang diwartakan oranglah kepada Bahmana bahawa Amir Hamzah telah datanglah Maka Bahmana pun berkata / kepada anaknya Human namanya disebut orang demikian. Katanya, “Hai anakku Human bah[a]wa Hamzah datanglah pergilah engkau dengan sepuluh //
-34-
BAB IV ANALISIS “HIKAYAT AMIR HAMZAH”
4.1
Kategori Naskah Kesusasteraan Melayu lama bercorak Islam khususnya yang berbentuk
hikayat mempunyai hubungan yang erat dengan kesusasteraan Islam yang muncul di Arab sejak zaman permulaan Islam. Hikayat adalah suatu istilah dalam bahasa Arab yang berarti cerita. Hikayat merupakan salah satu bentuk prosa Arab yang berkembang pada zaman Jahiliyah dan mengisahkan cerita bercorak dongeng dan legenda yang mengagung-agungkan tokoh pahlawan bagi suku Arab dalam perang saudara yang sering terjadi di sana. (Hamid, 1983 : 8) Perbincangan tentang sastra Melayu Klasik bernuansa Islam mulai hangat ketika Shahnon Ahmad menerbitkan makalahnya berjudul “Sastra Islam” di Majalah Dewan Bahasa, Kuala Lumpur, Juli 1977. Akhirnya Majalah Dewan Sastera mengadakan Forum Sastra Islam sebagai tempat diskusi. Sepanjang tahun 1983 terjadilah polemik antara Shahnon Ahmad dan Kassim Ahmad di Majalah Dewan Sastera. Dari polemik tersebut muncullah beberapa pendapat tentang sastra Islam, yaitu mendukung nilai-nilai Islam, berdasarkan kisah-kisah yang ada dalam Quran dan Hadist, serta merupakan hasil tulisan yang berdasarkan tauhid. (Fang, 1991:203) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sastra Islam adalah sastra tentang orang Islam dan segala amal salehnya. Sastra Melayu Islam adalah sastra orang Islam yang ditulis di dalam bahasa Melayu. Sebagian besar sastra ini merupakan hasil terjemahan atau saduran dari bahasa Arab atau Parsi dan tidak diketahui nama pengarang dan waktu penulisannya. R. Roolvink membagi sastra pengaruh Islam menjadi 5 kategori, yaitu: (a) Cerita Al-Quran Cerita Al-Quran adalah cerita yang bersifat memberi pengajaran moral (didaktis). Melalui cerita ini, umat Islam diharapkan dapat mengambil pelajaran tentang perbuatan mana yang diridhai dan dimurkai oleh Allah. Dalam bahasa -35-
Melayu, cerita Al-Quran disebut dengan ”Kisah Al-Anbiya”. Salah satu ”Kisah Al-Anbiya” adalah yang diterjemahkan oleh Haji Azhari Khalid yang memiliki jalan cerita yang sama dengan ”Suratul Anbiya”. (b) Cerita Nabi Muhammad Cerita Nabi Muhammad dibagi lagi menjadi tiga jenis. Pertama, cerita yang mengisahkan riwayat Nabdi dari lahir hingga wafat. Kemungkinan cerita ini berasal dari Sastra Sirah (riwayat hidup Nabi Muhammad) yang disusun sesudah Nabi wafat. Kedua, cerita yang mengisahkan mukjizat Nabi yang bertujuan mengagung-agungkan kemuliaan Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman. Ketiga, cerita maghazi yaitu cerita yang mengisahkan peperangan yang dilakukan nabi untuk mengembangkan agama Islam. (c) Cerita Sahabat Nabi Muhammad Sahabat atau al-shahabat adalah istilah Islam yang berarti orang-orang yang rapat sekali dengan Nabi yang kemudian maknanya diperluas menjadi orang-orang yang pernah bertemu dan bercakap dengan Nabi. (d) Cerita Pahlawan Islam Cerita ini mengisahkan tokoh-tokoh sejarah yang berjasa terhadap perkembangan agama Islam atau tokoh yang pernah melakukan perbuatan yang menakjubkan. Sebagian besar cerita ini berasal dari Arab atau Parsi. (e) Sastra Kitab Sastra ini biasanya disadur dari bahasa Arab oleh orang Indonesia di Mekah dan Madinah. Hal-hal yang dibahas adalah semua segi dalam agama Islam, seperti Quran, taksir, tajwid, hadis, arkan al-islam, fikh, dan usul al-fikh.
4.2
Ciri-Ciri Kategori Naskah Amir Hamzah adalah salah satu paman Nabi Muhammad yang awalnya
memusuhi Nabi dan kemudian bertaubat hingga menjadi pahlawan Islam yang terkenal, terutama dalam Perang Badar dan Uhud. Amir Hamzah tewas ditikam oleh hamba Habsyi yang dihasut oleh ibu Muawiyah. Bangsa Parsi sangat menghormati Amir Hamzah sehingga dibuatlah hikayat tentang tokoh ini. -36-
“Hikayat Amir Hamzah” memiliki terjemahan dalam berbagai bahasa. Terjemahan yang paling tua adalah dalam bahasa Arab. Terjemahan lainnya adalah dalam bahasa India (Hindustani), Benggali, dan beberapa bahasa daerah di Nusantara. Dalam bahasa Bugis diceritakan kematian Amir Hamzah dan Nabi Muhammad serta perlawanan Muhammad Hanfiah menuntut pembalasan. Versi bahasa Jawa yang juga menjadi sumber salinan versi Sunda dan Bali disebut dengan nama Menak yang artinya pahlawan. Cerita Menak terus berkembang hingga menjadi cerita yang sangat luas dan rumit jalan ceritanya. Cerita Menak juga menjadi sumber cerita dalam Wayang Golek. Pemilihan dan penerimaan karangan Islam yang pertama dalam sastra Melayu disebabkan oleh adanya ciri-ciri yang dapat mendekatkannya dengan karya-karya dari masa sebelumnya dan karena cara-cara dakwahnya yang populer. Oleh karena itu, naskah jenis ini dikaji tidak secara kronologis, tetapi atas dasar bagaimana penting dan nyatanya unsur-unsur Islam yang terkandung di dalamnya, termasuk masalah-masalah Islam yang pokok. Menurut Fang, dalam bukunya Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, Jilid 1 disebutkan bahwa “Hikayat Amir Hamzah” termasuk dalam kesusasteraan zaman Islam kategori cerita pahlawan Islam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya unsurunsur agama Islam yang terkandung di dalam naskah ini. Selain itu, unsur kepahlawanan Amir Hamzah sangat menonjol dalam naskah ini. Amir Hamzah diceritakan sebagai seorang pahlawan Islam yang sangat gagah berani dan sulit dikalahkan. Jasa Amir Hamzah juga begitu besar dalam perkembangan dan penyebaran Islam. Amir Hamzah telah menaklukkan negeri-negeri dan umat yang enggan masuk Islam. Di dalam naskah ini terdapat banyak peristiwa yang berhubungan dengan nilai-nilai Islam, yaitu dalam bentuk pengajaran dan teladan. Sebagai contoh, nasihat yang mengingatkan kita untuk bersikap ikhlas, tidak khianat, takabur, riak, dan lupa kepada kebesaran Allah SWT. Hal ini dialami oleh Amir Hamzah. Dengan sombongnya Amir Hamzah tidak mengucapkan kalimat insya Allah ketika pergi ke Bukit Qaf. Sebagai akibatnya, waktu selama 18 hari yang dianggap ia butuhkan untuk mendaki Bukit Qaf ternyata berlarut hingga 18 tahun. -37-
Hal ini juga dialami oleh Putri Mihrnigar yang mendapat surat dari Khoja Buzurjumhur Hakim, seorang menteri Raja Nusyirwan. Putri memuji-muji Khoja Buzurjumhur Hakim dengan berlebihan. Kemudian ia teringat akan kebesaran Allah dan ia pun segera beristigfar dan bertaubat kerena telah memuji mahluk Allah melebihi pujian terhadap Allah. Mengenai kebesaran, keagungan, dan kekayaan di dunia ini tergambar dalam peristiwa Raja Nusyirwan. Raja Nusyirwan adalah raja yang teragung dan terkaya pada masanya dengan gelarnya Raja Masyrik dan Maghrib. Atas kehendak Allah, Raja Nusyirwan jatuh miskin. Ia bekerja sebagai pencari kayu bakar untuk medapat makanan hingga akhirnya ia ditolong oleh Amir Hamzah. Dalam hikayat ini juga diceritakan tentang Raja Syamsul Alam yang mengaku dirinya Tuhan yang telah menciptakan tujuh lapis langit, bintang, bulan, melaikat, dan sebagainya. Dengan kehendak Allah, ia dengan mudah dikalahkan dan tewas di tangan Amir Hamzah. Sebagaimana halnya dengan hasil kesusasteraan Melayu Lama lainnya, pengarang “Hikayat Amir Hamzah” tidak mencatatkan namanya. Hal ini disebabkan karena hasil kesusasteraan Melayu Lama dianggap sebagai milik masyarakat sehingga penulis tidak perlu menuliskan namanya. Selain itu, penulis yang mengubah suatu karya tidak mau namanya dikenal dan terlibat dalam suatu perkara yang mungkin menyinggung pemerintah. Penulis kesusasteraan Melayu bercorak Islam memiliki alasan lain selain alasan di atas. Pada umumnya, kesusasteraan Melayu bercorak Islam merupakan saduran dari bahasa Arab atau Parsi. Oleh karena itu, penulis merasa tidak berhak mencatatkan pada hasil karyanya karena karya tersebut bukan murni hasil buah pikirannya. Selain itu, kesusasteraan Melayu bercorak Islam berisi cerita yang berdasarkan riwayat seorang tokoh Islam atau peristiwa sejarah Islam sehingga penulis menganggap bahwa cerita itu bukan miliknya, melainkan milik umat Islam. Alasan lainnya adalah karena karya-karya tersebut ditulis untuk beribadah kepada Allah sehingga tidak layak jika harus memamerkan namanya. Hal seperti ini dianggap riak dan tidak ikhlas.
-38-
Sebuah karya pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh penulisnya. Begitu pula dengan kesusasteraan Melayu bercorak Islam tentang pahlawan Islam, terutama “Hikayat Amir Hamzah”. Dalam tradisi masyarakat Melayu, hikayat yang populer akan dibacakan pada suatu majelis. Oleh karena itu, para penulis karya-karya ini juga ingin menyebarkan nilai-nilai Islam melalui cerita kepahlawanan yang sangat disukai oleh masyarakat Melayu. Selain itu, cerita kepahlawanan ditulis juga untuk memperkenalkan tokoh hero dari kebudayaan Islam. Hal ini ditujukan untuk mengambil alih kedudukan dan kemasyhuran tokoh-tokoh pahlawan dari kebudayaan lama, yaitu tokoh-tokoh dalam kebudayaan Hindu seperti Pandawa dan Seri Rama.
4.3
Para Ahli yang Membahas Naskah “Hikayat Amir Hamzah” Naskah “Hikayat Amir Hamzah” telah banyak dibahas oleh para ilmuwan
dan peneliti, baik dalam maupun luar negeri. Hal ini disebabkan oleh terkenalnya naskah ini dan banyak diminati oleh masyarakat. Berikut ini adalah beberapa peneliti yang pernah membahas naskah “Hikayat Amir Hamzah”. 4.2.1 Winstedt Winstedt berpendapat bahwa “Hikayat Amir Hamzah” sudah ditulis sejak tahun 1536, abad XV atau permulaan abad XVI. Pendapat ini didasarkan pada naskah “Sejarah Melayu” (cerita ke 34) yang menyatakan bahwa ketika Kerajaan Malaka akan berperang melawan Portugis pada tahun 1511, hulubalang Melayu meminta “Hikayat Muhammad Hanafiah” kepada Sultan Ahmad. Akan tetapi, Sultan Ahmad memberikan “Hikayat Amir Hamzah” dan berharap anak buahnya akan berani seperti Amir Hamzah. 4.2.2 Hooykaas Berkaitan dengan pendapat Winstedt, Hooykaas berpendapat ada dua kemungkinan. Penyebutan “Hikayat Amir Hamzah” dalam “Sejarah Melayu” mungkin hanya anakronisme atau tambahan kemudian. Dalam sastra Bali terdapat -39-
pula cerita Amir Hamzah dalam bahasa Jawa tengahan yang sudah beberapa abad usianya. Hal ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa sastra Islam biasanya ditulis dalam bahasa Melayu dan baru diterjemahkan ke dalam bahasa daerah lainnya. Jika cerita Amir Hamzah dari bahasa Melayu diterjemahkan dalam bahasa Jawa dan diterjemakan lagi dalam bahasa Bali, cerita ini dapat dipastikan sudah tua usianya. Di dalam “Hikayat Amir Hamzah” juga banyak digambarkan dengan jelas daerah-daerah di Asia. Penggambaran Asia hanya dapat dilakukan sebelum abad XVII karena sejak abad itu, bangsa Barat telah menerapkan monopoli perdagangan sehingga pengenalan terhadap daerah di Asia ketika itu sangat tidak mungkin. Selain itu, “Hikayat Amir Hamzah” sangat terpengaruh oleh suasana syi’ah. Aliran syiah merupakan aliran agama Islam yang paling awal masuk ke Nusantara yang berasal dari Gujarat, India. Dengan demikian, sastra yang terpengaruh oleh aliran syi’ah merupakan sastra dari masa yang tua. Berdasarkan penjelasan di atas, Hooykaas menyimpulkan bahwa “Hikayat Amir Hamzah” adalah sastra Islam yang tertua. 4.2.3 Dr. Ph. S. Van Ronkel Dr. Ph. S. Van Ronkel menjadikan “Hikayat Amir Hamzah” sebagai bahan disertasinya dengan judul “De Roman van Amir Hamzah”, Leiden, 1895. Ronkel meneliti dua buah naskah “Hikayat Amir Hamzah” yang ada di Leiden, yaitu naskah A (1697) dan naskah B (1698). Naskah tersebut terdiri dari 91 cerita dan masing-masing terdiri dari 1.225 halaman dan 1.843 halaman. Berdasarkan penelitian yang ia lakukan, Ronkel menyimpulkan bahwa “Hikayat Amir Hamzah” bukan berasal dari bahasa Arab seperti yang dikatakan oleh peneliti lain, tetapi langsung berasal dari bahasa Parsi. Pendapat ini didasarkan pada beberapa kenyataan. Pertama, baik versi Parsi maupun Melayu menyebut Abdul Muttalib sebagai ayah Hamzah. Dalam versi Arab, Hamzah adalah anak Kinana. Kedua, pembagian bab versi Melayu sama dengan versi Parsi. Ketiga, sebagian kata pendahulan versi Melayu dalam bahasa Parsi. Keempat, banyak kata-kata dan sajak Parsi terdapat dalam versi Melayu. -40-
Kelima, jalan cerita versi Parsi dan Melayu sama. Keenam, jika dalam versi Parsi ada sepatah kata Arab tipikal, kata Arab itu juga terdapat dalam versi Melayu. Van Ronkel juga berpendapat bahwa versi asli “Hikayat Amir Hamzah” adalah kumpulan dari berbagai cerita dan dongeng yang memuliakan agama Islam serta memuji pahlawan-pahlawan Islam. Menurut Van Ronkel, Menak yang merupakan khasanah sastra Jawa adalah saduran dari “Hikayat Amir Hamzah” versi bahasa Melayu. Akan tetapi, isinya lebih luas dari bahasa Melayu karena orang Jawa gemar mengembangkan dan meluaskan cerita yang mereka baca. 4.2.4 Peneliti / Ahli Lainnya Newbold, dalam Political and Statistical Account of the Brit. Sattlement in the Straits of Malacca II, halaman 318, menyatakan bahwa “Hikayat Amir Hamzah” diambil dari bahasa Arab. Hal ini sejalan dengan pendapat Dr. de Hollander yang terdapat dalam Handleiding bij de beoefening der Maleische Taal-en Letterkunde, cetakan V, halaman 331. Niemann dalam Bloemlezing uit Mal. Geschriften I, halaman 31 (cetakan IV) memiliki pendapat lain. Ia menyatakan bahwa “Hikayat Amir Hamzah” berasal dari Parsi. Hal ini sejalan dengan pendapat Prof. Pijnappel dalam Bijdragen tot de Taal Land en Volkenkunde van Ned Indie, 1870, halaman 167. Dr. Snouck Hurgronje dalam De Atjehers II, halaman 183 berpendapat bahwa “Hikayat Amir Hamzah” disusun berdasaarkan naskah Parsi. Naskah tersebut sampai ke Melayu melalui India Selatan. Sehubungan dengan adanya ”Serat Menak” dalam kesusasteraan Jawa, Prof. Vreede—dalam katalog tentang naskah-naskah Jawa dan Madura yang ada di Universiteitsbibliotheek
Leiden—menyatakan
bahwa
”Serat
Menak”
dan
“Hikayat Amir Hamzah” mempunyai hubungan yang erat.
4.4
Analisis Penokohan Tokoh Amir Hamzah Amir Hamzah adalah salah satu pahlawan Islam yang sangat populer
dengan kegagahan dan keperkasaannya melawan para musuh. Amir Hamzah -41-
adalah anak dari Abdul Mutalib yang dilahirkan pada tahun 569 M. Amir Hamzah merupakan paman Nabi Muhammad SAW dari pihak ibu. Ia juga saudara sesusu Nabi. Amir Hamzah tumbuh menjadi laki-laki yang kuat dan tangguh serta ditakuti oleh kaum Quraisy. Seperti keluarga Nabi Muhammad yang lain, Amir Hamzah pada mulanya juga menentang ajaran Nabi. Ia tidak percaya dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Akan tetapi, dengan kegigihan dan kesabaran Nabi Muhammad satu per satu orang di sekitar Nabi mengikuti ajarannya, termasuk Amir Hamzah. Amir Hamzah menjadi pengikut dan pengawal Nabi yang sangat tangguh. Ia selalu berada di barisan depan dalam peperangan melawan musuh. Amir Hamzah mendapat julukan ”Harimau Allah” karena ketangguhannya. Amir Hamzah sangat berjasa pada Perang Badar, yaitu perang antara kaum kafir Quraisy yang berjumlah 900—1.000 orang melawan pasukan Islam yang hanya berjumlah sepertiga dari pasukan Quraisy. Perang yang terjadi pada tahun 2 Hijriah (624 M) ini dimenangkan oleh umat Islam. Sebagai manusia biasa yang lemah di hadapan Tuhan, Amir Hamzah pun gugur di tangan kaum Quraisy dalam Perang Uhud pada tahun 3 Hijriah (625 M). Sejak itulah, Amir Hamzah dengan ketangguhannya menjadi legenda bagi umat Islam. “Hikayat Amir Hamzah” menggambarkan watak Amir Hamzah sebagai paman Nabi Muhammad, yaitu Hamzah bin Abu Thalib. Sifat Amir Hamzah dalam hikayat ini agak berbeda dengan sifat Hamzah bin Abu Thalib yang sesungguhnya. Hamzah bin Abu Thalib merupakan paman Nabi yang pada mulanya termasuk golongan kaum yang menentang ajaran Nabi Muhammad dan kemudian sadar terhadap kebenaran ajaran yang dibawa Nabi. Hal ini berbeda dengan Amir Hamzah dalam “Hikayat Amir Hamzah” yang digambarkan sebagai penganut agama Nabi Ibrahim (yang berarti ia telah beragama Islam) sebelum ia menjadi pengikut Nabi Muhammad. Dalam hikayat ini, Amir Hamzah digambarkan sebagai seorang laki-laki yang sangat kuat dan tak terkalahkan. Ketika Amir Hamzah berumur tujuh tahun, ia sudah mampu menewaskan seorang ahli gulat. Amir Hamzah juga merupakan
-42-
seorang anak yang nakal. Ia suka mencuri telur ketika lapar dan menjual pakaian gurunya. Setelah dewasa dan berguru ke banyak ahli, Amir Hamzah tumbuh menjadi orang yang baik hati dan suka menolong. Ia telah menyelamatkan upeti yang dibawa untuk Raja Nusyirwan yang akan dirampas penyamun. Amir Hamzah juga seorang pemaaf. Ia jarang sekali memiliki perasaan dendam terhadap seseorang. Bahkan, dalam peperangan melawan Lenduhur, Amir Hamzah menolong Gustehem yang hampir dibunuh Lenduhur. Gustehem merupakan musuh Amir Hamzah yang selalu berniat mencelakakannya. Amir Hamzah adalah orang yang tidak pernah merasa putus asa. Hal ini tergambar dalam segala tindak tanduknya. Ia selalu berusaha untuk mengalahkan musuhnya dengan sekuat tenaga. Ia juga tak pernah berputus asa mendapatkan Putri Mihnigar. Amir Hamzah berusaha agar Raja Nusyirwan merestui hubungan mereka.
4.5
Tanggapan Terhadap Teks “Hikayat Amir Hamzah” “Hikayat Amir Hamzah” merupakan sebuah kisah yang sangat populer
dalam kebudayaan masyarakat Melayu. Kisah ini diwariskan secara turuntemurun sehingga sangat mungkin mengalami banyak perubahan, baik sedikit maupun banyak. Manuskrip-manuskrip cerita Amir Hamzah banyak terdapat dalam bahasa Arab dan Parsi. Manuskrip cerita Amir Hamzah dalam bahasa Arab yang berjudul ”Sirat Hamzah” disimpan di perpustakaan-perpustakaan di Gotha dan Paris. Dalam manuskrip tersebut tertulis penulisnya, yaitu Abu al-Ma’ali alKufti. Manuskrip cerita Amir Hamzah dalam bahasa Parsi berjudul ”Dastani Amir Hamzah”, ”Qissah Amir Hamzah”, ”Asmar Hamzah”, dan sebagainya. Pengarang Parsi yang dianggap menulis kisah ini adalah Jalal al Balkhi, Muhammad Abu alMa’ali dan lain-lain. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, tokoh Amir Hamzah dalam “Hikayat Amir Hamzah” sedikit berbeda dengan tokoh Hamzah bin Abu Thalib. Dalam hikayat, Amir Hamzah digambarkan sebagai orang yang telah memeluk -43-
agama Islam sebelum menjadi pengikut Nabi Muhammad, sedangkan Hamzah bin Abu Thalib termasuk golongan yang pada awalnya menentang ajaran Nabi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa “Hikayat Amir Hamzah” yang berisi perjuangan Amir Hamzah ini telah banyak diberi tambahan di sana-sini dengan berbagai kisah peperangan dan pengembaraan yang bercorak khayal dan fantasi. Dalam hikayat ini juga diperlihatkan unsur yang menonjol mengenai perjuangan menyebarkan agama Islam. Di dalamnya digambarkan beberapa media yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam, salah satunya yang dominan adalah dengan jalan peperangan. Perang Badar dan Perang Uhud adalah perang besar yang dilakukan oleh umat Islam untuk melawan kaum kafir Quraisy. Akan tetapi, dalam hikayat ini diceritakan banyak sekali peperangan yang dilakukan oleh Amir Hamzah dalam mengembangkan agama Islam. Menurut saya, hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mencintai perdamaian. Dalam Quran disebutkan bahwa agama Islam merupakan rahmatal lil alamin dan disebarkan dengan cara yang damai. Menurut Hamid (1983 : 79), banyaknya peperangan yang diceritakan dan digambarkan
dalam
“Hikayat
Amir
Hamzah”
hanya
bertujuan
untuk
membangkitkan semangat keislaman dan menarik kegairahan para pembaca yang merupakan masyarakat Melayu yang menganut agama Islam. Selain banyaknya tambahan
cerita
peperangan
tersebut,
“Hikayat
Amir
Hamzah”
juga
dicampuradukkan dengan cerita tentang seorang pahlawan Parsi yang berjuang menentang kerajaan Abassiyah bernama Hamzah bin Abdullah. Hamzah bin Abdullah merupakan seorang pejuang yang gagah berani dan sangat populer di dalam masyarakat Parsi. Perwatakan Hamzah bin Abdullah dicampuradukkan dengan Hamzah bin Abu Thalib sehingga muncullah cerita bercorak Islam yang mengisahkan perjuangan seorang pahlawan Islam dan ditambah cerita-cerita bercorak fantasi tentang pengembaraan Amir Hamzah.
-44-
BAB V SIMPULAN “Hikayat Amir Hamzah” merupakan salah satu naskah yang bernuansa Islam, yaitu berisi tentang cerita kepahlawanan Amir Hamzah yang sering berperang membela agama Islam. Amir Hamzah adalah seorang pahlawan Islam yang sangat ditakuti oleh kaum kafir Quraisy dan sangat populer di kalangan umat Islam. ”Hikayat Amir Hamzah” berjumlah 16 naskah. Naskah ini belum termasuk naskah-naskah yang belum didata dan didaftar di dalam katalog. Ada kemungkinan terdapat naskah yang disimpan secara pribadi oleh masyarakat. Ketiga belas naskah yang telah didaftar tersebut berada di perpustakaan di lima negara, yaitu PNRI (3 naskah), Dewan Bahasa dan Pustaka, Malaysia (5 naskah), Bibliotheque Municipale Tournus, Perancis (1 naskah), Cambridge University Library, Inggris (4 naskah), dan Legatum Warnerianum, Leiden University Library, Belanda (3 naskah). Amir Hamzah adalah salah satu paman Nabi Muhammad yang awalnya memusuhi Nabi dan kemudian bertaubat hingga menjadi pahlawan Islam yang terkenal, terutama dalam Perang Badar dan Uhud. Jasa Amir Hamzah juga begitu besar dalam perkembangan dan penyebaran Islam. Amir Hamzah telah menaklukkan negeri-negeri dan umat yang enggan masuk Islam. Amir Hamzah merupakan sosok pahlawan yang kuat, pemberani, tidak mudah putus asa, penolong, dan bukan pendendam. Di dalam naskah ini terdapat banyak peristiwa yang berhubungan dengan nilai-nilai Islam, yaitu dalam bentuk pengajaran dan teladan, misalnya nasihat yang mengingatkan kita untuk bersikap ikhlas, tidak khianat, takabur, riak, dan lupa kepada kebesaran Allah SWT. Tokoh Amir Hamzah dalam hikayat ini dengan tokoh Hamzah bin Abu Thalib sedikit berbeda. Akan tetapi, banyak sekali hal yang dapat kita contoh dari keteladanan tokoh Amir Hamzah dalam hikayat ini, terutama keberaniannya dalam menghadapi apa pun, kecuali Allah SWT. -45-
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A. Samad. 1987. Hikayat Amir Hamzah: Diselenggarakan oleh A. Samad Ahmad. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia. Behrend, T.E. 1998. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jilid IV. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Ecole Française D’extreme Orient. Braginsky. 1998. Yang Indah, Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu dalam Abad 7—19. Jakarta: Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies. Dipodjojo, Asdi S.. 1981. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengeruh Islam. Yogyakarta: Penerbit dan Percetakan Lukman. Hamid, Ismail. 1983. Kesusasteraan Melayu Lama dari Warisan Peradaban Islam. Petaling Jaya, Selangor: Penerbit Fajar Bakti SDN. BHD. Iskandar, Teuku. 1999. Catalogue of Malay, Miangkabau, and South Sumatran in The Netherland Volume One. Leiden: University Leiden. Liaw Yock Fang. 1991. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik, Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Lubis, Nabilah. 1996. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Forum Kajian Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah. Munawar, Tuti dan Nindya Noegraha. 1997. ”Khasanah Sastra Nusantara” dalam Tradisi Tulis Nusantara. Jakarta: Masyarakat Pernaskahan Nusantara. Ricklefs, M. C. dan P. Voorhoeve. 1977. London Oriental Bibliographies – volume 5 : Indonesian Manuscripts in Great Britain. London: Oxford University Press.
-46-
Robson, S.O. 1994. Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Terj. Kentjanawati Gunawan. Jakarta: RUL. Robson, S.O. 1994. Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Terj. Kentjanawati Gunawan. Jakarta: RUL. Ronkel, Ph. S. 1909. Catalogus der Maleische Handsscriften in het Museum van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Weten-Schappen. Batavia: Albrecht & co. Sutaarga, M. Amir, dkk. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat Departemen P dan K. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Nasional, Direktorat Jendral Kebudayaan, Deperteman P dan K. Tim Penyusun. 1991. Katalog Manuskrip Melayu di Perancis (Siri Bibliografi Manuskrip No. 9). Kuala Lumpur: Perpustakaan Negara Malaysia. Wilkinson, R.J. Malay-English Dictionary (Romanised). Tokyo, Nippon: Daitoa Syuppon Kabusiki Kaisya.
-47-