PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN KONTRUKTIVIS DENGAN MODEL COURSE REVIEW HORAY (CRH)
ARTIKEL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
USI SUSILAWATI 1205929
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2016
Antologi, Volume …, Nomor …, Juni 2016
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN KONTRUKTIVIS DENGAN MODEL COURSE REVIEW HORAY (CRH) Usi Susilawati1, Dede Margo Irianto2 , Didin Syahruddin3 Jurusan S-1 PGSD, Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya siswa yang kurang aktif dan interaktif dalam pembelajaran serta ditemukannya siswa yang masih sibuk dengan aktifitasnya sendiri. Selain itu siswa kurang diajak untuk menemukan, dan mengemukakan pengetahuannya sendiri yang mereka miliki sebelumnya. Hal tersebut mengakibatkan proses pembelajaran siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan sehingga mengakibatkan siswa kurang memahami konsep yang sedang dipelajari dan mengakibatkan guru harus mengulang pelajarannya kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi perubahan lingkungan serta untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model Course Review Horay (CRH). Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas model John Elliot. Partisipan dan tempat penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Cibiru 02 yang berada di Kecamatan Cilenyi Kabupaten Bandung. Penentuan partisipan serta tempat penelitian diambil berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan berdasarkan hasil observasi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa soal tes pemahaman serta angket respon siswa. Hasil penelitian menunjukkan pada kedua variabel yang diukur. Pada pemahaman konsep menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya hal ini dapat dilihat pada siklus I hasil belajar siswa pada tingkat pemahamnnya yaitu 60,21, pada siklus II yaitu 74,83 dan pada siklus III yaitu 86,07. Untuk respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model Course Review Horay (CRH) mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, pada siklus I respon siswa tinggi dengan skor angket 1200, pada siklus II respon siswa tinggi dengan skor angket di atas sebelumnya yaitu 1326, dan pada siklus III respon siswa sangat tinggi dengan skor angket 1428. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan pendekatan kontruktivis dengan model CRH untuk digunakan sebagai salah satu alternative dalam melaksanakan pembelajaran IPA pada materi perubahan lingkungan. Kata Kunci: Pendekatan Kontruktivis, Model Course Review Horay, Pemahaman Konsep.
1) Mahasiswa PGSD Kampus Cibiru, NIM 1205929 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
1
Usi Susilawati, Dede Margo Irianto, Didin Syahruddin, Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontruktivis dengan Model Course Reviw Horay (CRH)
INCREASED UNDERSTANDING OF THE CONCEPT OF THE SCIENCE EARNING BY MEANS CONSTRUCTIVIST APPROACH TO LEARNING USING MODELS COURSE REVIEW HORAY (CRH) Usi Susilawati1, Dede Margo Irianto2 , Didin Syahruddin3 Jurusan S-1 PGSD, Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT This research is motivated by the discovery of students who are less active and interactive way of learning and finding students who are still busy with their own activities. In addition, students are less encouraged to find and put forward his own knowledge that they had before. This resulted in less attention to the students' learning material presented thus resulting in less students understand the concepts they are studying and lead teachers must repeat the lesson back. This study aims to determine students 'increased understanding of the concept of the material changes in the environment as well as to determine the students' response to constructivist approach to learning using models Course Review Horay (CRH). This study uses a model classroom action research John Elliot. Participants and research in this study is the fourth grade students of SD Negeri Cibiru 02 in Sub Cilenyi Bandung regency. Determination of the participants as well as the places were taken by the problems found in the field based on the observation. Instruments used in this research is a matter of understanding the test and student questionnaire responses. The results showed the two variables measured. In understanding the concept showed gains in each cycle this can be seen in the first cycle of student learning outcomes at the level of Concept Training is 60.21, on the second cycle is 74.83 and the third cycle is 86.07. For the students' response to the learning approach constructivist model with Course Review Horay (CRH) increased in each cycle, the first cycle response tall student with a score questionnaire in 1200, the second cycle student response height with a score questionnaire over the previous 1326, and the the third cycle student response is very high with the score questionnaire 1428. Based on the results, researchers recommend the constructivist approach with CRH models to be used as an alternative in implementing science learning on material changes in the environment. Keywords: constructivist approach, Model Course Review Horay, Concept Training.
1) Mahasiswa PGSD Kampus Cibiru, NIM 1205929 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab 2
Usi Susilawati, Dede Margo Irianto, Didin Syahruddin, Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontruktivis dengan Model Course Reviw Horay (CRH)
PENDAHULUAN Menurut BSNP (2008, hlm. 62) pendidikan Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk “meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”. Oleh karena itu, SD merupakan pondasi awal peserta didik dalam menerima dan mengembangkan segala aspek kemampuan yang dimilikinya agar dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut serta mampu mengatasi berbagai masalah kehidupan yang akan dihadapinya. Sehingga generasi penerus bangsa Indonesia mampu bersaing di era globalsasi dan dapat memajukan kehidupan bangsa serta hidup mandiri. Salah satu mata pelajaran yang ada di SD adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikulum, dan merupakan pembelajaran terpadu karena di dalamnya terdapat kimia, fisika, biologi. Mata pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam kehidupan seharihari peserta didik, karena dapat melatih peserta didik untuk dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Menurut Agustiana dan Tika (2013, hlm. 259) “pembelajaran IPA dimaksudkan dalam ranah pemahaman anak didik, sebagai kemampuan untuk: (1) mengingat dan mengulang konsep, prinsip, dan prosedur, (2) mengidentifikasi dan memilih konsep, prinsip, dan prosedur, dan (3) menerapkan konsep, prinsip, dan prosedur”. Sejalan dengan uraian di atas, tujuan pembelajaran IPA juga tercantum dalam BSNP (2008, hlm. 45) yaitu “mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari”. Dari pernyataanpernyataan di atas, banyak tujuan pembelajaran IPA yang disebutkan dan salah satunya adalah pemahaman
konsep. Pembelajaran IPA seharusnya lebih menekankan pada aktivitas yang dapat mendukung peserta didik dalam pemahaman atas konsep, prinsip, dan prosedur dalam kaitannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, sehingga pembelajaran IPA akan menjadi bermakna dan menyenangkan. Abidin (2015) mengemukakan bahwa ruang lingkup pembelajaran siswa tidak hanya sekedar mengetahui konsep saja, namun lebih jauh siswa harus mampu memahami konsep agar dapat mengaplikasannya dalam menghadapi sebuah masalah secara kontekstual. Pemahaman konsep dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan bagi manusia. Karena dengan itu, manusia akan menggunakannya untuk belajar, berkomunikasi, berfikir secara ilmiah, dan dapat memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya. sedangkan pemahaman konsep dalam IPA itu sendiri, siswa diharapkan tidak hanya sekedar mengingat, atau mengulang konsep-konsep IPA, melainkan siswa mampu mengaplikasikan pemahaman konsep yang dimilikinya, selain itu pemahaman konsep sangat penting bagi keberhasilan belajar siswa karena pemahaman konsep merupakan bagian dari tujuan pembelajaran IPA. Akan tetapi pada kenyataan yang ditemukan di lapangan, pembelajaran IPA masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh para siswa. Ini disebabkan karena siswa dalam proses pembelajaran hanya terpaku pada buku saja dan siswa kurang diberikan pengalaman belajar, sehingga kurang mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa, serta kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pengetahuan awal yang dimilikinya. Siswa hanya dituntut untuk menerima, dan menghafal informasi yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk bisa memahami informasi 5
Usi Susilawati, Dede Margo Irianto, Didin Syahruddin, Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontruktivis dengan Model Course Reviw Horay (CRH)
dan menemukan informasi berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Di samping itu, siswa kurang aktif dalam pembelajaran sehingga masih ada siswa yang sibuk sendiri pada saat pembelajaran sedang berlangsung, sehingga tujuan-tujuan pembelajaran IPA terutama pemahaman konsep masih kurang dari standar yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kendala yang dialami oleh para guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru harus memiliki pengetahuan mengenai penggunaan model, metode, strategi, dan pendekatan yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran, agar tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai, khususnya pada pembelajaran IPA. Salah satunya yaitu menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model CRH. Pendekatan kontruktivis merupakan pendekatan yang menganggap siswa memiliki konsepsi awal sebelumnya. Karena tanpa mempertimbangkan atau memperhatikan konsep yang dimiliki oleh siswa, guru akan sulit menanamkan konsep-konsep yang benar terhadap siswa dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA. Sedangkan model CRH merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk menguji pemahaman konsep siswa, karena dalam pelaksanannya siswa lebih ditekankan pada pemahaman materi yang diajarkan guru dengan cara menyelesaikan soal-soal yang akan membantu siswa dalam peningkatan pemahaman konsep. Selain itu model CRH juga merupakan model yang membuat suasana kelas menjadi menyenangkan, sehingga siswa tertarik untuk melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana peningkatan respon siswa terhadap pembelajaran pada materi Perubahan Lingkungan
menggunakan Pendekatan Kontruktivis dengan model Course Review Horay di kelas IV SD Negeri Cibiru 02? 2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran pada materi Perubahan Lingkungan menggunakan Pendekatan Kontruktivis dengan model Course Review Horay di kelas IV SD Negeri Cibiru 02? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan respon serta pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan kontruktivis dengan model CRH. Pemahaman konsep merupakan salah satu fungsi dan tujuan dalam pembelajaran IPA. Oleh karenanya pemahaman konsep merupakan hal yang harus dikuasai oleh siswa agar fungsi dan tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Pada penelitian ini pemahamn konsep merupakan hasil belajar dalam aspek kognitif, aspek kognitif ini dibagi menjadi enam tingkatan dan pemhaman merupakan tingakatn kedua (C2). Ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sudjana (2014) bahwa pemahaman merupakan tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pengetahuan. Selain itu respon merupakan suatu sikap yang ditujukan seseorang dalam menanggapi berbagai hal yang pernah atau sedang dialaminya. Respon atau sikap ini dapat mempengaruhi individu dalam bereaksi terhadap sesuatu. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Scifman dan kanuk (dalam Susanta, 2006, hlm.94) bahwa “sikap adalah ekspersi perasaan (inner feeling) yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu obyek”. Selain itu menurut Slameto (2010, hlm.188) “faktor lain yang 6
Antologi, Volume …, Nomor …, Juni 2016
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap”. Oleh karena itu hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh respon atau sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Dengan demikian, apabila respon atau sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model CRH mencerminkan respon atau sikap setuju, maka hasil belajar siswa terutama dalam ranah pemahaman dapat meningkat. Dalam pendekatakan kontruktivis, pembelajaran lebih mengutamakan pada bagaimana siswa memperoleh dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh karena itu, tugas guru dalam pendekatan kontruktivis adalah memfasilitasi proses tersebut dengan menjadikan pengetahuan lebih bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan membantu siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Pada kegiatan belajar mengajar yang mengacu pada pendekatan kontruktivis, menurut Karli dan Yuliariatingingsih (2002, hlm. 4) seorang pendidik harus memperhatikan hal sebagai berikut: 1) Mengakui adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya. 2) Menekankan pada kemampuan minds-on dan hands-on. 3) Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konseptual. 4) Mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif. 5) Mengutamakan terjadinya interaksi social. Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan 7
kontruktivis adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menyatakan bahwa pengetahuan atau konsep dengan secara aktif dibangun sendiri oleh siswa berdasarkan pengalaman nyata. Proses pembelajaran ini, mengajak siswa untuk menyesuaikan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang diterimanya dari pengalaman belajar untuk membangun pengetahuan baru. Serta guru berperan sebagai fasilitator dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ideidenya sendiri. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Widodo, dkk (2010, hlm. 75) “pengetahuan awal yang dimiliki pembelajar memainkan peran penting pada saat dia belajar tentang sesuatu hal yang ada kaitannya dengan apa yang diketahuinya”. Adapun implikasi pendekatan kontruktivis dalam pembelajaran meliputi 4 tahapan, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Karli, dan Yuliariatiningsih (2002, hlm. 5) yaitu: 1) Apersepsi 2) Ekspolarasi 3) Diskusi dan penjelasana konsep 4) Pengembangan dan aplikasi. Model CRH merupakan model yang mampu membantu dalam pemahaman konsep siswa serta mampu menjadikan suasana kelas menjadi menyenangkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Huda (2013) bahwa model CRH merupakan sebuah model pembelajaran yang dapat membuat suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan bagi siswa serta membantu menguji pemahaman siswa dalam menjawab soalsoal yang diberikan guru dengan menuliskannya pada kotak atau kartu yang telah disediakan. Setiap kelompok yang telah menjawab soal-soal dari guru dengan benar dapat langsung meneriakkan kata “horee.. !” atau menyanyikan yel-yel sehingga setiap siswa bisa merayakan keberhasilannya dengan puas dan menyenangkan.
Usi Susilawati, Dede Margo Irianto, Didin Syahruddin, Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontruktivis dengan Model Course Reviw Horay (CRH)
Hal ini juga sejalan dengan Darmawati, dkk. (2011, hlm. 42) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran model Course Review Horay (CRH) merupakan suatu pembelajaran pengujian terhadap pemahaman konsep siswa dengan menggunakan lembar jawaban berkotak yang mampu memupuk semangat belajar siswa untuk saling bekerja sama dan bertanggung jawab dalam kelompok, hingga pada akhirnya setiap siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Berikut ini merupakan penerapan langkah-langkah kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model CRH. Langkah 1 : Pada langkah ini guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab mengenai hal-hal yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan mengaitkannya dengan materi yang akan dibahas, atau tanya jawab mengenai materi sebelumnya. Siswa diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan atau menggambarkan pemahamannya mengenai materi yang akan diajarkan tersebut. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Langkah 2 : Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk menemukan, menyelidiki atau mengumpulkan informasi, pemahaman mengenai materi yang diajarkan melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dalam penyelesaiannya dilakukan melalui aktivitas kelompok yang disampaikan di depan kelas. Dalam tahap ini guru diposisikan untuk membimbing siswa. Langkah 3 : Pada langkah ini, siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan temuan dari hasil observasi dalam mengerjakan LKS dan mendiskusikannya bersama-sama dengan guru. Langkah 4 : Langkah ini, guru mengajak siswa untuk dapat
mengaplikasikan pemahaman mengenai materi yang sudah dibelajarkan sebelumnya dengan cara memberikan kegiatan melalui pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu lingkungannya. Langkah 5 : Kemudian pada langkah selanjutnya, siswa secara berkelompok diminta untuk membuat kartu atau kotak yang diisi angka yang ditentukan guru. Langkah 6 : Dalam langkah ini guru membacakan soal secara acak dan siswa berdiskusi untuk menjawabnya dan menuliskan jawaban pada kartu/kotak yang telah disebutkan angkanya. Langkah 7 : Pada langkah ini siswa memberi tanda check list pada kartu/kotak apabila siswa dapat menjawab dengan benar. Langkah 8 : Langkah selanjutnya siswa yang sudah mendapat tanda check list dapat berterika horee..!! atau yel-yel lainnya. Langkah 9 : Kemudian pada langkah ini siswa menghitung nilai dari jawaban yang benar jumlah horee..!! yang diperoleh. Langkah 10 : Selanjutnya siswa bersama guru memberi penghargaan dan menyimpulkan pembelajaran serta siswa diberitahu tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya. METODE Metode penelitian yang dipilih yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam PTK terdapat beberapa model yang dapat digunakan, salah satunya adalah model Jhon Elliot yang digunakan dalam penelitian ini. Model ini berbeda dari model-model PTK lainnya, model ini lebih rinci. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Paizaluddin dan Ermalinda (2013, hlm. 32) bahwa “di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga-lima 8
Antologi, Volume …, Nomor …, Juni 2016
aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah (step), yang terlealisasi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar”. PTK model John Elliot menggunakan tiga siklus yang di setiap siklusnya dilakukan tiga tindakan. Pada pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yaitu: tahapan perencanaan tindakan, tahap melakukan tindakan, tahap pengamatan atau observasi dan tahap analisis atau refleksi. Adapun partisipan dan tempat penelitian pada penelitian ini adalah siswa Kelas IV SD Negeri Cibiru 02 yang berjumlah 31 orang, terdiri dari 13 laki-laki dan 18 perempuan yang terdapat di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Siswa kelas IV diambil sebagai partisipan penelitian berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan dari hasil observasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes dalam penelitian ini adalah lembar evaluasi berupa tes berbentuk uraian untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep yang dihitung dengan mencari mencari X (rata-rata). Untuk mencari X (rata-rata) menurut Sudjana (2014, hlm. 109) digunakan rumus sebagai berikut. Keterangan: ∑ 𝑋 − −= 𝑋 = rata-rata 𝑋 𝑛 ∑ 𝑋 = jumlah nilai n = jumlah siswa selain itu instrument yang digunakan berupa tes adalah lembar angket yang berisikan pernyataan postif dan negatif secara tertulis untuk mengukur respon siswa terhadap pembelajaran yang digunakan, pada hasil kuesioner (angket) digunakan teknik pengukuran dengan menggunakan skala likert. Menurut (Sugiyono, 2012) skala likert merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap atau pendapat dari seseorang atau kelompok sedangkan 9
instrumen non-tes berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengukur aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan serta dokumntasi selama proses pembelajaran berlangsung. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu kepada tindakan guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas sebagai usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri Cibiru 02 yang memiliki siswa sejumlah 31 orang yang tediri dari 13 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang perubahan lingkungan di kelas IV SD SD Negeri Cibiru 02, peneliti menggunakan pendekatan kontruktivis dan model course review horay (CRH). Penelitian dilakukan dalam tiga siklus, setiap siklusnya terdiri atas tiga tindakan sehingga jumlah keseluruhan tindakan dalam penelitian ini adalah sembilan tindakan. SIKLUS I Pembelajaran pada siklus I tindakan I materi yang disampaikan mengenai penyebab perubahan lingkungan dan pengaruhnya terhadap daratan. Metode yang digunakan dalam peblejaran ini yaitu diskusi, tanya jawab, ceramah, penugasan, dan pengamatan. Adapun media yang digunakan berupa Kertas HVS, lem, gunting, gambar video dan LKS, instrumen penelitian yang terdiri dari RPP, alat evaluasi, lembar observasi siswa dan guru. Sedangkan pada pembelajaran pada siklus I tindakan II ini dilakukan dengan persiapan yang sama dengan pembelajaran sebelumnya. Materi yang
Usi Susilawati, Dede Margo Irianto, Didin Syahruddin, Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontruktivis dengan Model Course Reviw Horay (CRH)
disampaikan mengenai penyebab perubahan lingkungan oleh angin. Pembelajaran pada siklus I tindakan III dilakukan dengan persiapan yang sama dengan pembelajaran sebelumnya, akan tetapi instrumen penelitian yang digunakan bertambah dengan adanya lembar angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Materi yang disampaikan mengenai penyebab perubahan lingkungan oleh hujan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada tindakan I yaitu 55,64, sedangkan pada tidakan II yaitu 56,12 dan tindakan III yaitu 68,87. Adapun penjabaran hasil belajar siswa pada siklus I dalam bentuk diagram sebagai berikut. Nilai rata-rata hasil belajar siswa 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 TindakanTindakan I Tindakan II III Nilai rata-rata hasil belajar siswa
diagram 4.1 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Pada Setiap Tindakan Siklus I Berdasarkan diagram 4.1, nilai rata-rata evaluasi mengalami peningkatan. Dengan demikian, nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 60,21. SIKLUS II Pembelajaran pada siklus II tindakan I meliputi persiapan media pembelajaran berupa LKS, instrumen penelitian yang terdiri dari RPP, alat evaluasi, lembar observasi siswa dan guru. Materi yang disampaikan mengenai penyebab perubahan lingkungan oleh cahaya matahari. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu diskusi, tanya jawab, ceramah, dan penugasan.
Sedangkan pembelajaran pada siklus II tindakan II dilakukan dengan persiapan yang sama dengan perencanaan sebelumnya, meliputi persiapan media pembelajaran berupa LKS, instrumen penelitian yang terdiri dari RPP, alat evaluasi, lembar observasi siswa dan guru. Materi yang disampaikan mengenai penyebab perubahan lingkungan oleh gelombang laut. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu diskusi, tanya jawab, ceramah, dan penugasan. Pembelajaran pada siklus II tindakan III meliputi persiapan media pembelajaran berupa LKS dan teks bacaan, instrumen penelitian yang terdiri dari RPP, alat evaluasi, lembar angket, lembar observasi siswa dan guru. Materi yang disampaikan mengenai pengaruh perubahan lingkungan terhadap daratan (banjir). Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu diskusi, tanya jawab, ceramah, dan penugasan. Pada pembelajaran siklus II ini, hasil belajar siswa sudah menunjukkan nilai yang cukup baik. Nilai rata—rata hasil belajar siswa mengalami pengningkatan siklus sebelumnya. Nilai rata-rata pada setiap tindakan pada siklus II dapat dilihat pada diagram 4.2 sebagai berikut. Nilai rata-rata hasil belajar siswa 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Tindakan I Tindakan Tindakan II III Nilai rata-rata hasil belajar siswa
diagram 4.2 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Pada Setiap Tindakan Siklus II Dari diagram tersebut dapat terlihat bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa siklus II pada tindakan I yaitu 71,12 sedangkan pada tindakan II 73,87 yaitu dan 10
Antologi, Volume …, Nomor …, Juni 2016
pada tindakan III yaitu 79,51. Dengan demikian, nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus sebelumnya yaitu sebesar 74,83. SIKLUS III Pembelajaran pada siklus III tindakan I meliputi persiapan media pembelajaran berupa dua buah baki , tanah, tanaman rumput, air, alat penyemprot air dan LKS, instrumen penelitian yang terdiri dari RPP, alat evaluasi, lembar observasi siswa dan guru. Materi yang disampaikan mengenai pengaruh perubahan lingkungan terhadap daratan (longsor). Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu diskusi, tanya jawab, ceramah, percobaan dan unjuk kerja. Pembelajaran pada siklus III tindakan II ini dilakukan dengan persiapan yang sama dengan perencanaan sebelumnya. Materi yang disampaikan pengaruh perubahan lingkungan terhadap daratan (erosi). Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu diskusi, tanya jawab, ceramah dan percobaan, serta media yang digunakan berupa dua buah baki, air, tanah, alat penyemprot air, tanaman rumput dan LKS. Pembelajaran pada siklus III tindakan III meliputi persiapan media pembelajaran berupa LKS Dua buah baki, tanah berpasir, air, dan batu, instrumen penelitian yang terdiri dari RPP, alat evaluasi, lembar angket, lembar observasi siswa dan guru. Materi yang disampaikan mengenai pengaruh perubahan lingkungan terhadap daratan (abrasi). Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu diskusi, tanya jawab, ceramah, dan percobaan. Pada pembelajaran siklus III , hasil belajar siswa sudah menunjukkan nilai yang cukup baik. Nilai rata—rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya. Nilai ratarata pada setiap tindakan pada siklus III dapat dilihat pada diagram 4.3 sebagai berikut.
11
Nilai rata-rata hasil belajar siswa 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Tindakan I
Tindakan II
Tindakan III
Nilai rata-rata hasil belajar siswa
Diagram 4.3 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Pada Setiap Tindakan Siklus II Dari diagram 4.3 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa pada tindakan I yaitu 82,90, sedangkan pada tindakan II sebesar 85,64 dan pada tindakan III yaitu sebesar 89,67. Dari hasil tersebut maka dapat diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus III ini adalah 86,07. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti melakukan pembahasan mengenai hal temuan-temuan selama pelaksanaan penelitian tiga siklus yang telah dilaksanakan mengenai hasil belajar siswa mengenai pemahaman konsep dan respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model CRH. Secara umum pembelajaran menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model CRH memerlukan kesiapan siswa dalam belajar, dengan adanya kesiapan siswa mampu bertindak agar proses belajar dapat mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gagne (dalam Sagala, 2003) ada tiga tahap dalam belajar yang salah satunya adalah persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi. Dalam hal ini persiapan yang dilakukan adalah dengan cara memberi sahutan kepada siswa untuk
Usi Susilawati, Dede Margo Irianto, Didin Syahruddin, Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontruktivis dengan Model Course Reviw Horay (CRH)
mempersiapkan siswa dalam kondisi yang kondusif. Adapun pada tahap apersepsi, guru melakukan tanya jawab untuk memancing siswa agar dapat mengkomunikasikan konsepsi awal atau pengetahuan awal yang dimilikinya. Ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Karli dan Yuliatiningsih (2002, hlm 5) bahwa “bila perlu pendidik memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas”. Selain itu, dalam pendekatan kontruktivis menurut Brooks dan Brooks (dalam Suprijono, 2015) mengemukakan bahwa guru berperan untuk membantu siswa dalam mengungkapkan pemikiran mereka dan pemahaman mereka terhadap apa yang dipelajari, sehingga siswa dapat memahami pembelajaran mereka. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Pada tahap eksplorasi peneliti memberikan LKS yang harus dikerjakan secara berkelompok. Pada kegiatan eksplorasi ini peneliti menggunakan pendekatan kontruktivis yang telah ditentukan sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Susanto (2013, hlm. 96-97) bahwa “pendekatan kontruktivisme menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalahnya itu dengan temannya”. Selain itu menurut Vygotski (dalam Warsono & Harianto, 2014) membangun pengetahuan atau kognitif siswa dilakukan melalui interaksi sosial.Dalam hal ini, kegiatan eksplorasi dilakukan secara berkelompok agar siswa dapat berdiskusi dalam menyelesaikan LKS. Selain itu melalui LKS siswa diberi kesempatan agar dapat mengumpulkan informasi mengenai materi yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Karli dan Yuliatiningsih (2002. hlm.5) bahwa “tahap kedua, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulam, pengorganisasian, dan perinteprestasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang pendidik. Secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain”. Selanjutnya pada kegiatan diskusi dan penjelasan konsep, sisiwa memberikan pendapat atau tanggapan kepada kelompok. Hal ini terjadi dilakukan agar siswa mampu percaya diri untuk mengkomunikasikan hasil temuannya. Karena menurut Sagala (2003, hlm. 208) manfaat metode diskusi yaitu “peserta didik mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara bebas”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka metode diskusi yang dilakukan dapat memberikan latihan kepada siswa dalam mengeluarkan pendapatnya secara ketika pembelajaran sedang berlangsung. Kegiatan selanjutnya yaitu pengembangan dan aplikasi, pada kegiatan ini semua siswa ikut terlibat dalam kegiatan diskusi untuk mengaplikasikan materi yang sudah mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sagala (2003) bahwa dengan diskusi atau tanya jawab, pelajaran akan menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu menurut Ausebel (dalam Budiningsih, 2012) belajar akan lebih bermakna apabila siswa mempelajari suatu konsep pembelajaran tersebut dan menerapkannya dalam bentuk nyata. Kegiatan selanjutnya adalah tahapan model CRH. Dengan adanya tahapantahapan model CRH siswa menjadi lebih mengerti dan paham mengenai materi yang dipelajarinya, hal ini terjadi karena soalsoal yang diajukan oleh peneliti bertujuan untuk melatih pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sagala (2003) bahwa dalam prinsip pembelajaran untuk mengukur kemajuan belajar siswa, maka latihan dapat memperkuat hasil belajar 12
Antologi, Volume …, Nomor …, Juni 2016
siswa. dalam hal ini latihan yang dimaksud adalah pemberian soal-soal yang ada pada tahapan CRH yang dilakukan. selain itu menurut Thorndike (dalam Hernawan, dkk, 2007) dalam proses belajar dapat menerapkan hukum latihan, yaitu siswa belajar melalui latihan berupa tindakan pemberian soal-soal yang harus dikerjakan. Oleh karenanya hasil belajar siswa yang ditujukkan untuk pemahaman konsep pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada diagram 4.5 berikut ini. Nilai rata-rata setiap siklus 100 80 60 40 20 0 Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Nilai rata-rata setiap siklus
Diagram 4.5 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Pada Setiap Siklus Adapun penjabaran diagram 4.5 di atas adalah sebagai berikut, pada silklus I ratarata nilai yang diperoleh oleh siswa sebesar 60,21, sedangkan pada siklus II sebesar 74,83 dan pada siklus III sebesar 86,07. Selain hasil belajar, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model CRH. Adapun respon siswa dari tiap siklus dapat dilihat pada diagram 4.4 sebagai berikut.
13
1550 Sangat Tinggi
1240
Tinggi
930
Sedang 620
Rendah Sangat Rendah
310 Siklus I Siklus II Siklus III
Diagram 4.4 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Kontruktivis Dengan Model Course Review Horay Dari diagram 4.4 di atas dapat dilihat bahwa respon siswa dari setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I respon siswa sebesar 1200, apabila dimasukkan secara kontinum maka pada siklus I respon siswa terhadap pembelajaran yang digunakan tinggi. Selanjutnya pada siklus II respon siswa sebesar 1326, apabila dimasukkan secara kontinum maka pada siklus II ini respon siswa terhadap pembelajaran yang digunakan tinggi. Dan pada siklus III respon siswa sebesar 1428, apabila dimasukkan secara kontinum maka respon siswa terhadap pembelajaran yang digunakan sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dan hasil respon siswa yang menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran mengenai materi perubahan lingkungan yang disampaikan menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model CRH dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahamannya, karena dengan pendekatan dan model yang digunakan dapat membantu siswa menemukan konsep sendiri dan lebih memahami konsep yang diajarkan melalui langkah-langkah pendekatan kontruktivis serta siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan dengan langkah-langkah model CRH. Hal tersebut juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Slameto (2010, hlm. 188) bahwa “faktor lain yang
Usi Susilawati, Dede Margo Irianto, Didin Syahruddin, Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Kontruktivis dengan Model Course Reviw Horay (CRH)
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka pendekatan kontrukitivs dengan model CRH dapat meningkatkan pemahaman konsep serta respon siswa pada materi perubahan lingkungan. Penelitian yang dilakukan sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Kasmina (2012) dan Harianto (2013) yang menunjukkan bahwa pendekatan kontruktivis dengan model CRH dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah, analisis, temuan dan pembahasan pada pembelajaran IPA mengenai materi perubahan lingkungan menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model course review horay (CRH) untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa yang dilaksanakan di SDN Cibiru 02 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model CRH mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal tersebut dapat digambarkan oleh hasil angket yang diberikan kepada seluruh siswa selama pelaksanaan peneltian berlangsung pada setiap akhir tindakan di setiap siklusnya. Pada siklus I nilai keseluruhan angket siswa adalah 1200, ini berarti respon siswa terhadap pembelajaran yang digunakan tinggi. Pada siklus II nilai keseluruhn angket siswa adalah 1326, ini berarti respon siswa terhadap pembelajaran yang digunakan tinggi. Pada siklus III nilai keseluruhan angket siswa adalah 1428, ini berarti respon siswa terhadap pembelajaran yang digunakan sangat tinggi. Keseluruhan nilai angket dari siklus I sampai siklus III mengalami peningkatan yang sangat baik. Sehingga keseluruhan kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan
kontruktivis dengan model CRH berjalan sesuai yang diharapkan. Selain itu, pemahaman konsep yang ditunjukkan oleh hasil belajar siswa pada materi perubahan lingkungan menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model CRH mengalami peningkatan pada setap siklusnya. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata hasi belajar siswa yang diperoleh siswa dalam setiap siklusnya, yaitu pada siklus I 60,21, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 74,83, dan pada siklus III mengalami peningkatan lagi menjadi 86,07. Peningkatan hasil belajar siswa ini terjadi karena respon siswa sangat baik terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan kontruktivis dengan model CRH, sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y, dkk. (2015). Pembelajaran literasi dalam konteks pendidikan multiliterasi, integratif, dan berdiferensiasi. Bandung: Rizqi Press Agustiana, T, A. & Tika. (2013). Konsep dasar ipa aspek fisika dan kimia. Yogyakarta : Penerbit Ombak Badan Standar Nasional Pendidikan. (2008). Pedoman penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Budiningsih, A. (2012). Belajar dan pembelajaran. Jakarta : RINEKA CIPTA Darmawati, dkk. (2011). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay (crh) untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar biologi siswa kelas VIII.1 smp negeri 2 pekanbaru tahun pelajaran 2011/2012, 8 (1), hlm. 42
14
Antologi, Volume …, Nomor …, Juni 2016
Harianto. (2013). Pengaruh strategi pembelajaran course review horay menggunakan puzzle terhadap hasil belajar siswa pada standar kompetensi menerapkan dasardasar elektronika di smk, 02 (1), hlm. 401-409. Hernawan, dkk. (2007). Belajar dan pembelajaran sd. Bandung : UPI PRESS Huda, M. (2013). Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR Karli, H. & Yuliariatiningsih, M. (2002). “Implementasi kurikulum berbasis kompetensi” model-model pembelajaran. Bandung : Bina Media Informasi Kasmina. (2012). Penerapan pendekatan kontruktivisme pada pembelajaran pada pembelajaran ipa untuk meningkatkan hasi belajar siswa di kelas iii sd integral rahmatullah tolitoli, 4 (9), hlm. 60-73. Paizluddin & Ermalinda. (2013). Penelitian tindakan kelas (classroom action research) panduan teoritis dan praktis. Bandung : CV ALFABETA Sagala, S. (2003). Konsep dan makna pembelajaran. Bandung : CV ALFABETA Sudjana, N. (2014). Penilaian hasi proses belajar mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung : Penerbit Alfabeta. Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor Suprijono, A. (2015). cooperative leraning: teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR
15
Susanta. (2006). Sikap : konsep dan pengukuran. 2 (2), hlm. 94-106. Susanto, A. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA. Warsono
& Hariyanto. (2014). Pembelajaran aktif teori dan asesmen. Bandung : Remaja Rosdakarya
Widodo, dkk. (2010). Pendidikan ipa di sekolah dasar. Bandung : UPI PRESS