Peningkatan Kemampuan Pelaksanaan Shalat... (M. Idam Kusdiana) 1217
PENINGKATAN KEMAMPUAN PELAKSANAAN SHALAT MELALUI METODE DEMONSTRASI UNTUK ANAK AUTIS KELAS XI DISEKOLAH KHUSUS AUTIS BINA ANGGITA YOGYAKARTA IMPROVING THE SKILL OF RITUAL PRAYER IMPLEMENTATION THROUGH DEMONSTRATION METHOD FOR A GRADE XI AUTISTIC STUDENT IN BINA ANGGITA YOGYAKARTA SPECIAL SCHOOL FOR AUTISM Oleh: m. idam kusdiana, pendidikan luar biasa
[email protected]
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pelaksanaan shalat dalam pembelajaran Agama Islam melalui metode demonstrasi, pada anak autis kelas XI di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan desain penelitian Kemmis dan McTaggart yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan dengan memberikan tindakan dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi dan tes kemampuan pelaksanaan shalat. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif-kualitatif. Penerapan metode yang dilakukan terhadap anak autis kelas XI adalah dengan cara guru dan peneliti mempertunjukan atau mendemonstrasikan pelaksanaan shalat, lalu subjek dibimbing untuk memperhatikan proses tersebut. Kemudian subjek diintruksikan untuk melakukan apa yang telah didemonstrasikan tahap demi tahap. Lalu kemudian diintuksikan untuk melakukan secara keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan pelaksanaan shalat anak autis kelas XI di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai persentase pada tes kemampuan pelaksanaan shalat yang telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 70. Peningkatan terlihat dari kemampuan awal subjek GN yang medapat nilai 42,8 setelah diberi tindakan siklus I menunjukan peningkatan sebesar 25% dengan nilai 67,8 dan setelah diberi tindakan siklus II, menunjukan peningkatan lagi sebesar 22,3% dengan nilai 90,1,1. Nilai yang didapat subjek setelah diberikannya tindakan siklus II jauh melampaui nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sehingga tindakan dihentikan. Kata kunci: kemampuan pelaksanaan shalat, metode demonstrasi, anak autis. This study is aimed to improve the skill of ritual prayer implementation in Islamic religion learning through demonstration method, on a grade XI autistic student in Bina Anggita Yogyakarta special school for autism. This study is a classroom action research with the design of study from Kemmis and Mc Taggart which consists of four steps; planning, action, observation, and reflection. This study is done by giving implementations in two cycles. Data are collected by observing and testing the skill of ritual prayer implementation. Data are analyzed using quantitative-qualitative description. The implemented method to the autistic student is through showing or demonstrating ritual prayers by the teacher and the researcher and the subject is guided to pay attention to the process. The subject is, then, instructed to do what has been demonstrated step-by-step and ultimately is instructed to do all steps thoroughly. The findings of the study show that the implementation of demonstrating method can improve the skill of the implementation of ritual prayers of a grade XI autistic student in Bina Anggita Yogyakarta special school for autism. It can be proven through the percentage on the test of ritual prayer implementation which meets the minimum completeness criteria which is 70. The improvement is seen from the initial ability of the subject, GN, which was 42.8. After given the action cycle 1, the improvement reached 25% with 67.8 scores and after given the action cycle 2 the improvement increased 21.7% with 90,1.1 scores. The scores which have been gained by the subject after the implementation cycle 2 significantly exceeded the minimum completeness criteria so that the action was ended. Key words: the skill of ritual prayer implementation, demonstration method, an autistic student.
1218 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
meningkat usia sepuluh tahun” (Syaikh Abu
PENDAHULUAN Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang
Malik Kamal, 2009:76).
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 yang
Adapun ibadah yang paling utama dalam
menyatakan bahwa “Secara umum pendidikan
agama Islam adalah shalat, seperti yang
adalah usaha sadar dan terencana untuk
dikatakan Rasulullah SAW dalam (Syaikh
mewujudkan
proses
Abdul Qadir Ar-Rahbawi, 2015:15) bersabda,
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
“Amalan seorang hamba yang paling pertama
mengembangkan potensi pribadinya untuk
dihisab di hari kiamat adalah shalat, jika
memiliki
keagamaan,
shalatnya baik maka baik pulalah seluruh
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
amalannya, dan jika shalatnya rusak maka rusak
akhlaq mulia dan keterampilan yang diperlukan
pula seluruh amalannya”. Selain dari pada itu,
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
keutamaan shalat juga diperintahkan langsung
Berdasarkan hal itu, maka pendidikan haruslah
oleh Allah SWT dalam Al-Quran pada surat Al-
benar-benar dapat mewujudkan pembelajaran
Baqarah (2) ayat 110, “Dan dirikanlah salat dan
yang dapat mengembangkan potensi peserta
tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang
didik dengan baik termasuk dalam kekuatan
kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan
spiritual beragama. Oleh sebab itu, pendidikan
mendapat
Agama hadir untuk menjalankan atau sebagai
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa
jawaban untuk amanat tersebut. Karena lewat
yang kamu kerjakan”. Jelaslah bahwa perintah
pendidikanlah agama itu diturunkan dari
shalat dalam agama Islam dan jelaslah bahwa
generasi ke generasi lain, dari satu individu ke
setiap yang memeluk agama Islam harus
individu lain. Jadi jelaslah alasan mengapa
mendirikan atau menunaikan shalat. Maka
pendidikan agama harus hadir dalam setiap
pembelajaran shalat menjadi hal yang utama
jenjang pendidikan.
dipelajari oleh semua peserta didik dalam
suasana
kekuatan
Seperti
belajar
spiritual
halnya
dan
pendidikan
atau
pahalanya
pada
sisi
Allah.
pendidikan agama Islam, tak terkecuali peseta
pembelajaran lainnya, agama dipupukkan sejak
didik
kecil. Bahkan dalam agama Islam sudah diatur
mengikuti proses pembelajaran seperti halnya
atau
kapan
anak dengan gangguan autisme. Agar mereka
terlebih
tetap dapat belajar dan beribadah sama seperti
sudah
pembelajaran
ada
alurnya
agama
sendiri
dimulai
pembelajaran shalat yang menjadi tiangnya
yang
mempunyai
hambatan
dalam
dengan yang lainnya.
agama. Hal tersebut di jelaskan Rasulullah SAW
Menurut Sunartini (dalam Yosfan Azwandi,
dalam sabdanya “Perintahlah anak-anakmu
2005:16) menyatakan bahwa “autisme adalah
mengerjakan shalat diwaktu usia mereka
gangguan perkembangan pervasif yang ditandai
meningkatkan tujuh tahun, dan pukullah (kalau
oleh adanya abnormalitas dan kelainan yang
enggan melakukan shalat) di waktu mereka
muncul sebelum anak berusia 3 tahun, dalam
Peningkatan Kemampuan Pelaksanaan Shalat... (M. Idam Kusdiana) 1219
ciri-ciri fungsi yang abnormal pada tiga bidang
pembelajaran pada anak-anak normal, sebab
yaitu, interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku
seperti yang telah diulas tadi bahwa anak autis
yang terbatas dan berulang-ulang. Sehingga
mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu
anak autis tidak mampu mengekspresikan
yang abstrak atau sesuatu yang kurang kongkrit.
perasaan maupun keinginan. Perilaku dan
Oleh karena itu dalam pembelajaran shalat
hubungan dengan orang lain pun menjadi
untuk anak autis membutuhkan suatu pola atau
terganggu”.
metode tertentu yang disesuaikan dengan
Oleh
sebab
itu
berdasarkan memiliki
kebutuhannya masing-masing atau yang sesuai
karakteristik yang berbeda pada anak umumnya
dengan karakteristik yang dimiliki, yang
baik dalam menjalani kehidupannya sehari-hari
berbeda antara satu dengan yang lainya yang
ataupun dalam mengikuti proses pembelajaran.
dalam hal ini dapat membuat pembelajaran lebih
hambatan
tersebut
anak
autis
Adapun pendapat ahali lain, menurut Margaretha
(2013:1)
menjelaskan
bahwa
kemampuan kognisi anak mengalami keunikan
kongkrit. Sehingga anak dapat lebih memahami pembelajaran serta dapat berhasil dalam proses pendidikannya.
di tiga area, salah satunya pada pemusatan
Berdasarkan permasalahan dan fakta diatas
pemahaman dengan cara mengintegrasikan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peserta
berbagai informasi detail menjadi satu kesatuan
membutuhkan metode atau pendekatan yang
yang lebih bermakna atau central coherence.
khusus atau metode yang baru dalam penerapan
Hal tersebutlah yang menyebabkan anak autis
pembelajaran
mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu
pendekatan sebelumnya yang diterapkan dalam
yang abstrak
yang kurang
pembelajaran shalat. Metode atau pendekatan
kontekstual. Anak autis sering kali kesulitan
yang akan menjadikan pembelajaran yang
dalam memahami bahasa dan kata secara
abstrak menjadi lebih kongkrit, sehingga
langsung
memudahkan
atau sesuatu
tanpa
memasukan
pemahaman
kontekstual sehingga pemahamannya menjadi kurang tepat.
shalat
dari
anak
metode
autis
atau
memahami
pembelajarannya. Menurut Armai Arief (dalam Dian Amalia,
Berdasarkan paparan-paparan diatas maka
2010:11) yang dimaksud dengan “metode
dapat ditarik kesimpulan bahwa akan sulit
demontrasi adalah metode mengajar yang
memberikan pembelajaran shalat yang terdiri
menggunakan peragaan untuk memperjelas
dari beberapa gerakan beserta bacaaanya tanpa
suatu pengertian atau untuk memperlihatkan
memberikan contoh kongkrit kepada anak autis
begaimana
yang memiliki hambatan dalam pemahamannya.
pembentukan tertentu”. Selain dari pada itu
Oleh sebab itu, dalam penyampaian materi
Miftahul Huda (2013:232) juga menambahkan,
pembelajaran shalat pada anak autis tentunya
bahwa
tidak semudah seperti penyampaian materi atau
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
berjalannya
“strategi
suatu
demonstrasi
adalah
proses
cara
1220 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
mempertunjukan suatu proses situasi, atau
action
benda tertentu yang sedang dipelajarai baik
pendekatan kuantitatif. Adapun desain atau
dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk
model
tiruan yang dipertunjukan oleh guru atau sumber
tindakan ini adalah model yang dikembangkan
belajar lain
hadapan seluruh siswa”.
oleh Kemmis dan MC Taggart dalam Suharsimi
Berdasarkan paparan diatas, penulis meyakini
Arikunto (2008:20), yang terdiri: menyusun
bahwa
perencanaan (planning), melaksanakan tindakan
di
dengan
memperagakan
mempertunjukan suatu
dan
proses,
akan
research)
yang
(acting)
dengan
digunakan
dan
dalam
melaksanakan
mempermudah seseorang yang ingin memahami
(observing),
proses tersebut, dan lebih mengkongkritkan
(reflecting).
sesuatu
Tempat & Waktu Penelitian
yang
abstrak
jika
dengan
yang
membedakan
penelitian
pengamatan
melakukan
refleksi
Hal
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah
metode
Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta, yang
penyampaiannya dengan verbal saja. tersebutlah
serta
mengunakan
sebelumnya dengan metode demonstrasi. Dalam
beralamat
metode demonstrasi anak diberi gambaran
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Sekolah
secara nyata (kongkrit) sehingga anak autis yang
Khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta adalah
memiliki hambatan dalam memahami sesuatu
sebuah sekolah khusus yang menangani anak-
yang abstrak lebih memahami pembelajaran
anak autis. Penelitian ini dilaksanakan pada
tersebut.
semester
Adapun rumusan dalam penelitian ini adalah
bagaimana
penerapan
metode
demonstrasi dalam pembelajaran pelaksanaan shalat anak autis
dan apakah penggunaan
di
ganjil
Kanoman,
tahun
ajaran
Tegalpasar,
2016/2017.
Penelitian dilaksanakan pada bulan juli dan agustua selama 6 minggu. Subjek & Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-
meningkatkan
siswa di Sekolah Autis Bina Anggita Bantul
kemampuan pelaksanaan shalat pada anak autis
Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang
kelas XI di Sekolah Khusus Autis Bina Anggita
sedang menempuh jenjang kelas XI yang
Yogyakarta?
berjumlah satu orang siswa autis. Adapun dalam
metode
demonstrasi
dapat
penelitian ini, yang menjadi objek Penelitian ini METODE PENELITIAN
adalah peningkatan kemampuan pelaksanaan
Jenis & Desain Penelitian
shalat dalam pelajaran agama Islam dengan
Penelitian peningkatan kemampuan shalat melalui
metode
demonstrasi
merupakan
metode demonstrasi pada anak autis. Prosedur Penelitian
penelitian tindakan kelas atau dalam kata lain
Berdasarkan desain yang digunakan dalam
jenis penilitian yang digunakan dalam penelitian
penelitian ini, maka penelitian ini dilaksanakan
ini adalah penelitian tidakan kelas (classroom
dalam tahapan-tahapan ini berlangsung secara
Peningkatan Kemampuan Pelaksanaan Shalat... (M. Idam Kusdiana) 1221
berulang-ulang
sampai
tujuan
penelitian
dilaksanakan sebagai dasar siswa melakukan kegiatan belajar. Lalu guru menjelaskan
tercapai. Tahap penelitian diawali dengan observasi
kompetensi yang harus dicapai dalam
dan diskusi dengan guru kelas. Observasi
pembelajaran
dilakukan
tingkat
selanjutnya Guru memberikan (Apersepsi)
kemampuan pelaksanaan shalat dengan tujuan
kepada siswa, dengan memberikan beberapa
untuk menyusun langkah-langkah kegiatan
pertanyaan perihal shalat.
untuk
mengetahui
tersebut.
Kemudian
dalam pembelajaran agama Islam dengan
b. Kegiatan inti, pertama-tama guru memberi
menggunakan metode demonstrasi. Diskusi
contoh tatacara, gerakan dan bacaan shalat
dilakukan dengan tujuan untuk menemukan
secara keseluruhan melalui media video, hal
kesepakatan antara peneliti dan guru kelas
tersebut dimaksudkan untuk menstimulus
dalam
atau
menyusun
rencana
kegiatan
menarik
perhatian
peserta
didik.
pembelajaran. Rencana tindakan mencakup
Kemudian masuk pada bagian paling inti dari
semua langkah tindakan secara rinci, yaitu
metode demonstrasi yaitu
perencanaan pembuatan RPP/RPI, menentukan
contoh,
kriteria ketuntasan minimal (KKM), persiapan
mendemonstrasikan tatacara, gerakan dan
bahan ajar dan metode, test siklus I, teknik
bacaan shalat secara keseluruhan di hadapan
mengajar dan teknik evaluasi. Dalam tahap ini
siswa
yaitu mempersiapkan hal-hal yang berkaitan
kemudian
dengan
mengikuti gerakan serta bacaan yang telah
proses
pemberian
tindakan
pada
guru memberi
mempertunjukan
dengan
bantuan
siswa
di
atau
(models).
intruksikan
Lalu untuk
pembelajaran shalat dengan menggunakan
dicontohkan
metode demonstrasi.
pertemuan 1 (pertama) dan 2 (kedua), guru
Selanjutnya tahap kedua, yaitu pelaksanaan
tahap
memfokuskan
demi
tahap.
Pada
membimbing siswa dalam
tindakan “acting”. Pelaksanaan tindakan dalam
bacaan shalat tapi di akhir siswa melakukan
penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali
dengan gerakannya. Pada pertemuan 3
pertemuan, dengan durasi 90,1 menit atau
(ketiga), guru memfokuskan membimbing
sebanding dengan 2 jam pelajaran. Pada
siswa dalam gerakan shalat. Pada pertemuan
tindakan ini, peneliti berkolaborasi dengan guru
4 (keempat), barulah guru menggabungkan
kelas. Peneliti sebagai observer sekaligus
dalam
penilai. Adapun langkah pemberian tindakan
bacaannya. Pada pertemuan 4 (keempat),
tersebut adalah sebagai berikut,
guru
a. Kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa
mempertunjukan pelaksanaan shalat secara
membimbing
kembali
gerakan
dangan
mendemonstrasikan
atau
agar siap menerima materi pembelajaran.
keseluruhan.
Kemudian guru memberikan penjelasan
mengawasi
mengenai pembelajaran shalat yang akan
gerakan yang tidak sesuai. Selesai tahap demi
Guru serta
mengamati
meluruskan
jika
dan ada
1222 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
tahap,
guru
menginstruksikan
untuk
sesuai. Berdasarkan siklus I maka harus
melakukan secara keseluruhan. c. Kegiatan
akhir,
siswa
dapat menghasilkan kesimpulan yang tepat dan
dan
guru
diidentifikasi
kembali
apakah atau
tidak
terjadi
menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
peningkatan/perubahan
terjadi
dilakukan. (refleksi).
peningkatan/perubahan sama sekali. Jika belum
Tahap selanjutnya adalah tahap ke tiga yaitu
terjadi peningkatan maka harus menyusun
pengamatan “observing”. Menurut Marshalll
rencana baru untuk dilakukan tindak lanjut pada
(dalam Sugiyono, 2013:310) menyatakan bahwa
siklus ke II.
“through observation, the researcher learn
Teknik Pengumpulan Data & Instrumen
about behavior and the meaning attached to
Penelitian
those behavior”. Melalui observasi, peneliti
Teknik pengumpulan data adalah suatu
belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku
langkah mendapatkan data yang kita perlukan
tersebut. Kegiatan observasi dilakukan pada
dari sebuah objek dan subjek penelitian.
proses pemberian tindakan dalam pembelajaran
Menurut
shalat menggunakan metode demonstrasi pada
pengumpulan data merupakan langkah yang
anak autis kelas XI di Sekolah Autis Bina
paling utama dalam penelitian, karena tujuan
Anggita
yang
utama dari penelitian adalah mendapatkan
adalah
data”. Adapun teknik pengumpulan data yang
mengamati aktivitas anak dalam proses belajar
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
mengajar dengan lembar observasi yang telah
pengumpulan data monitoring (pengamatan)
ditetapkan seperti ketertarikan subjek terhadap
dan
penerapan
pada
dikumpulkan oleh peneliti dengan dua teknik
pembelajaran shalat, keaktifan anak pada saat
yaitu tes kemampuan pelaksnaan shalat dan
mengikuti proses pembelajaran berlangsung,
observasi atau pengamatan.
Yogyakarta.
dilakukan
dalam
metode
Pengamatan
penelitian
ini
demonstrasi
Sugiyono
hasil.
Data
(2013:308)
dalam
“teknik
penelitian
ini
kemampuan anak dalam melakukan tahap-tahap
Menurut Husein Umar (1999: 52) bahwa
gerakan dan saat melafalkan bacaan, serta
“yang digunakan untuk mengumpulkan data
perhatian anak pada saat penjelasan langkah-
yang sifatnya mengevaluasi hasil proses atau
langkah melakukan
gerakan dan bacaan.
untuk mendapatkan kondisi awal sebelum
Peneliti ikut terlibat langsung dalam kegiatan
proses (pre-test dan post-test) teknik ini dapat
subjek
dipakai”. Merujuk pada pendapat Husein Umar,
untuk
mencari
informasi
yang
mendalam.
tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Tahap selanjutnya adalah tahap terakhir yaitu
tes lisan dan tes perbuatan (tes performance)
refleksi. Refleksi dilakukan oleh peneliti
untuk mengetahui sejauhmana kemampuan
bersama guru sebagai pelaksana atau penyaji
anak
pelajaran. Melalui proses refleksi mendalam
pelaksanaan
dalam
memahami shalat.
Tes
pembalajaran berisi
tentang
Peningkatan Kemampuan Pelaksanaan Shalat... (M. Idam Kusdiana) 1223
melakasanakan
untuk menghitung nilai menggunakan rumus
tatacara dan gerakan sholat serta bacaan shalat.
Ngalim Purwanto, (2006: 102) sebagai berikut :
kemampuan
anak
dalam
Melalui tes ini, peneliti memperoleh informasi
𝑁𝑃 =
mengenai kemampuan siswa autis dalam memahami pembelajaran pelaksanaan shalat dalam bentuk skor. Adapun pengumpulan data dengan teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Adapun instrument yang digunakan dalam teknik pengumpulan data ini ada dua jenis yaitu instrumen evaluasi berupa tes dan panduan observasi. Instrumen evaluasi berupa tes adalah tes yang diberikan sebelum diterapkan (pretest) dan setelah diterapkannya (postest) penggunaan metode
demonstrasi
dalam
meningkatkan
kemampuan pelaksanaan shalat anak autis. Panduan
observasi
aktivitas dan
digunakan
mengamati
anak pada saat pelaksanaan
pembelajaran shalat berlangsung. Teknik
Analisis
Data
&
Kriteria
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Data hasil observasi siswa dianalisis dengan teknik kualitatif, yaitu data yang sudah diperoleh dideskripsikan secara naratif. Teknik kuantitatif digunakan untuk mengolah data kuantitatif dari hasil pencapaian peserta didik atas kemampuan pemahaman pembelajaran shalat yang diukur dari pelaksanaannya. Adapun diperoleh
melalui
hasil
perhitungan dalam tes hasil belajar.
penelitian
dikategorikan
berdasarkan
kriteria
yang
ditentukan. Adapun patokan kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Nilai 82-100% = Sangat baik = Baik Nilai 63%-81% Nilai 44%-62% = Cukup Nilai 25%-43% = Kurang Data-data yang telah terkumpul selanjutnya
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik,
peserta didik dalam memahami pembalajaran
ini
dapat
bentuk naratif. Kegiatan yang dilakukan untuk analisis data yaitu: 1. Mentabulasi data berdasarkan variabel yang diteliti. 2. Melakukan hitungan peningkatan. 3. Pengambilan keputusan. Adapun Kriteria dan indikator keberhasilan digunakan
untuk
mengukur
keberhasilan
penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila : 1. Hasil pasca tindakan > hasil pra tindakan.
Cara menilai atau skor yang diperoleh dalam
NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan. 100 = bilangan tetap Nilai yang diperoleh dari rumus tersebut
shalat. Kedua data tersebut disajikan dalam
Teknik analisis data yang digunakan dalam
kuantitatif
Keterangan:
sehingga dapat diketahui ketercapaian hasil
Keberhasilan
data
𝑅 × 100 𝑆𝑀
dihitung
menggunakan persen. Rumus yang digunakan
2. Hasil pasca tindakan ≥ KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
1224
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
HASIL PENELITIAN DAN
sebesar 70, untuk lebih jelasnya perbandingan
PEMBAHASAN
tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Hasil Penelitian 100
Deskripsi Kemampuan Pra Tindakan Berdasarkan
hasil
observasi
dan
wawancara dapat diketahui bahwa kemampuan pelaksanaan shalat dalam pembelajaran agama
80 60 40
70 42.8
20 0 GN KKM
Islam masih kurang. Pencapaian skor yang diperoleh anak autisme dilakukan melalui tes kemampuan
pelaksanaan
shalat,
untuk
Pre-test
Gambar 1. Grafik kemampuan pra-tindakan anak autis dalam pembelajaran shalat.
mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang dimiliki oleh anak. Hasil tes kemampuan pra tindakan pelaksanaan shalat dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1. Hasil Tes Kemampuan Pra Tindakan Pelaksanaan Shalat pada Pembelajaran Agama Islam Anak Autisme. Nama Subjek GN
Nilai KKM 70
Total Skor yang Dicapai 48
Nilai Pencapaian 42,8
Kategori Kurang
Tabel di atas menunjukkan bahwa skor yang diperoleh GN yaitu 48, nilai tersebut didapatkan dari aspek yang telah ditetapkan yaitu, mempraktikkan gerakan-gerakan shalat dengan skor 14, melafalkan bacaan-bacaan shalat dengan skor 20, dan menyusun langkahlangkah rukun-rukun shalat dengan skor 14.
Deskripsi Data Hasil Tindakan Siklus I Berdasarkan Post-test yang telah dilakukan nilai siswa pada siklus I diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan
awalnya
dan
tentunya mencapai kriterian nilai (KKM) yang telah ditetapkan yakni 70. Peningkatan yang diharapkan terkait kemampuan siswa dalam pelaksanaan
shalat
menggunakan
metode
demonstrasi. Gambaran mengenai perubahan hasil belajar siswa autis kelas XI ditunjukan pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Hasil Postest Tindakan siklus I Nama Subjek GN
Total Skor yang Dicapai 76
Berdasarkan
Nilai Pencapaian 67,8
post-test
Kategori Baik
yang
Peningka tan 25%
telah
Skor yang diperoleh oleh subjek sebesar 48, lalu
dilaksanakan skor yang didapat subjek dari
skor tersebut di konversikan menjadi nilai
keempat aspek yakni sebesar 76 dari skor
pencapaian melalui hitungan rumus yang telah
maksmial 112. Kemudian
ditetapkan .
konversikan menjadi nilai pencapaian melalui
skor tersebut di
Hasil dari hitungan tersebut menunjukan
hitungan rumus yang telah ditetapkan Hasil dari
nilai pencapaian yang di raih subjek sebesar
hitungan tersebut menunjukan nilai pencapaian
42,8. Hasil dari perhitungan tersebut kemudian
yang di raih subjek sebesar 67,8. Hasil dari
dibandingkan
ketuntasan
perhitungan tersebut kemudian dibandingkan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
dengan
kriteria
yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70 dan
Peningkatan Kemampuan Pelaksanaan Shalat... (M. Idam Kusdiana) 1225
pencapaian nilai saat pre-test. Hal tersebut untuk
mampu melakukan hanya butuh sedikit arahan
membandingkan
dari guru walaupun ada salah satu rukun subjek
atau
melihat
kenaikan
pencapaian saat sebelum tindakan dengan
sulit
untuk
melakukan
yakni
dalam
sesudah tindakan diberikan. Lebih jelasnya
mempraktekan duduk diantara dua sujud. Dalam
perbandingan tersebut dapat dilihat pada grafik
hal melafalkan subjek sudah mampu melafalkan
di bawah ini:
bacaan dari tiap-tiap rukun shalat, yang pada awal sebelum diberikannya tindakan subjek
100 80
70 67.8
60
42.8
terbata-bata melafalkannya, hanya saja subjek dalam beberapa rukun masih perlu berlatih
40
karena subjek terkadang lupa dengan apa yang
20
harus dilafalkan. Adapun perihal dalam aspek
0
menyusun langkah-langkah shalat inilah yang
GN KKM
Pre-test
masih membutuhkan banyak bimbingan dan
Post-test
Gambar 2. Grafik kemampuan pasca-tindakan siklus I anak autis dalam pembelajaran shalat.
arahan dari guru. Berdasarkan hasil refleksi diatas maka peneliti dan guru memutuskan melakukan
Siswa dapat dikatakan berhasil apabila telah
tindakan siklus II. Pelaksanaan siklus II
mencapai kriteria nilai (KKM) yang telah
dilakukan sesuai dengan upaya perbaikan pada
ditentukan yakni 70. Berdasarkan hasil dari
proses pembelajaran yang diharapkan dapat
post-test
siswa
meningkatkan kemampuan pelaksanaan shalat.
mendapat nilai sebesar 67,8 , dan masuk dalam
Langkah perbaikan yang akan dilakukan untuk
kategori baik. Namun subjek belum mencapai
pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut :
kriteria nilai yang telah ditentukan. Dengan
1. Menjelaskan kembali pada guru agar guru
yang
telah
dilaksanakan
begitu tindakan pada siklus I belum dikatakan
lebih
berhasil
demonstrasi untuk pembelajaran pelaksanaan
walaupun
terjadi
peningkatan
kemampuan sebesar 25%. Kemampuan subjek
shalat.
dalam pelaksanaan shalat masih membutuhkan
2. Lebih
paham
cara
menekankan
melakukan
dengan
metode
menambah
bimbingan dan arahan dari guru. Tetapi
intensitasi / porsi latihan dalam melafalkan
walaupun begitu hasil dari tindakan pada siklus
bacaan niat, do’a iftitah, I’tidal, bacaan
I pertama subjek sudah mengenal konsep shalat
duduk
dari pengertian dan rukun-rukun shalat, artinya
tasyahud/tahiyat.
subjek sudah mengetahui simbol-simbol rukun shalat. Hal tersebut akan mempermudah guru dalam memberikan intruksi. Begitupun dengan mempraktekan gerakan shalat subjek sudah
diantara
3. Menjelaskan
dua
kembali
sujud
dan
materi
do’a
tentang
menyusun langkah-langkah shalat yang baik. 4. Menambah
latihan
dalam
menyusun
langkah-langkah pelaksanaan shalat.
1226
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
hitungan rumus yang telah ditetapkan. Hasil dari
Deskripsi Data Hasil Tindakan Siklus II Pelaksanaan
ini
hitungan tersebut menunjukan nilai pencapaian
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
yang di raih subjek sebesar 90,1. Hasil dari
pelaksanaan shalat yang telah diberi tindakan
perhitungan tersebut kemudian dibandingkan
melalui metode demonstrasi dan dapat mencapai
dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)
nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
yang telah ditetapkan
telah ditentukan yang belum tercapai oleh siswa
pencapaian
setelah menerima tindakan pada siklus I.
tindakan (pre-test), dan saat telah diberikannya
Adapun nilai yang diperoleh oleh siswa
tindakan pada siklus I (post-test siklus I). Hal
berdasarkan Post-test pada siklus II disajikan
tersebut untuk membandingkan atau melihat
dalam tabel berikut ini.
kenaikan pencapaian saat sebelum tindakan
Tabel 3. Hasil Tes Kemampuan Pasca Tindakan Siklus II
dengan sesudah tindakan diberikan. Lebih
Total Skor yang Dicapai 101
tindakan
Nilai Pencapaian 90,1
siklus
II
Kategori
Peningkatan
Sangat Baik
22.3
Berdasarkan hasil pasca tindakan siklus II pada tabel tersebut dapat diketahui nilai pasca tindakan siklus II yang diperoleh subjek GN yakni 90,1 , nilai tersebut masuk dalam kriteria
di siklus II meningkat sebesar 22,3% dari siklus I yang mempunyai nilai sebesar 67,8 dan
sebelum
diberikannya
jelasnya perbandingan tersebut dapat dilihat 90.1
100 80
70 67.8
60
42.8
40 20 0
sangat baik. Pada tabel diatas menunjukan hasil kemampuan pelaksanaan shalat pada anak autis
nilai
yaitu sebesar 70,
GN KKM
Pre-test
Post-test Siklus I
Post-test Siklus II
pada grafik di bawah ini:
meningkat sebesar 47,3% dari nilai yang
Gambar 4. grafik perbandingan nilai pra dan pasca tindakan
didapatkan sebelum diberikannya tindakan.
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui
Kemudian hal tersebut disajikan dalam bentuk
perbandingan nilai kemampuan sebelum dan
tabel berikut ini.
sesudah diberikannya tindakan. Saat sebelum
Tabel 4. Perbandingan Pencapaian Nilai Pra dan Pasca Tindakan
diberikannya tindakan subjek memperoleh nilai
Nilai Pra Tindakan 42,8
Nilai Pencapaian Siklus I 67,8
Nilai Pencapaian Siklus I 90,1
Berdasarkan post-test pada siklus II yang
sebesar 42,8. Kemudian setelah diberikannya tindakan pada siklus I, subjek memperoleh nilai sebesar
67,8.
Lalu tindakan
kemudian
setelah
siklus
subjek
telah dilaksanakan. Skor yang didapat subjek
diberikannya
dari keempat aspek yakni sebesar 101 dari skor
memperoleh nilai sebesar 90,1.
II,
skor tersebut di
Merujuk pada hal tersebut dapat diketahui
konversikan menjadi nilai pencapaian melalui
bahwa kemampuan pelaksanaan shalat siswa
maksmial 112. Kemudian
Peningkatan Kemampuan Pelaksanaan Shalat... (M. Idam Kusdiana) 1227
peningkatan
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
dibandingkan dengan kemampuan awal atau
yang telah ditentukan yakni 70. Oleh karena itu
sebelum diberikannya tindakan dan pasca
pemberian tindakan lanjutan dapat dihentikan.
tindakan. Peningkatan tersebut telah mencapai
Pembahasan
autis
kelas
XI
mengalami
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
Margaretha (2013:1) menjelaskan bahwa
ditentukan. Hasil keseluruhan dari pra tindakan,
kemampuan kognisi anak mengalami keunikan
pasca tindakan I, dan pasca tindakan II adalah
di tiga area, salah satunya pada pemusatan
sebagi berikut.
pemahaman dengan cara mengintegrasikan
Tabel 5. Perbandingan Peningkatan Nilai Pra dan Pasca Tindakan
berbagai informasi detail menjadi satu kesatuan
Nilai Pra Tindakan 42,8
Nilai Pasca Tindakan I 67,8
Nilai Pasca Tindakan II 90,1
Peningkatan dari Pra Tindakan 47,3 %
Hasil keseluruhan dari pra tindakan, pasca
yang lebih bermakna atau central coherence. Hal tersebutlah yang menyebabkan anak autis mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu
tindakan I, dan pasca tindakan II juga dapat
yang abstrak
dilihat dalam grafik dibawah ini.
kontekstual. Anak autis sering kali kesulitan
langsung
67.8
80 60
yang kurang
dalam memahami bahasa dan kata secara
90.1
100
atau sesuatu
tanpa
memasukan
pemahaman
kontekstual sehingga pemahamannya menjadi
42.8
40
kurang tepat. Sehingga tanpa disengaja hal
20
tersebut
0 GN Pre-test
pembelajarannya. Post-test Siklus I
Post-test Siklus II
Gambar 5. Grafik pretest, post-test I, dan post-
pembelajaran
Untuk
yang
itu,
dapat
proses perlu
suatu
meningkatkan
kemampuan pelaksanaan shalat dengan suatu pendekatan atau metode yang sesuai dengan
test II Data grafik dapat diatas dapat diketahui bahwa nilai yang diperoleh siswa autis pada pretest yakni 42,8 (kurang), sedangkan pada pasca tindakan I memperoleh nilai 67,8 (baik), dan pasca tindakan II memperoleh nilai 90,1 (sangat
karateristik yang dimiliki anak autis tersebut. Salah satu metode yang diterapkan untuk pembelajaran pelaksanaan shalat adalah metode demonstrasi. Salah satu karatersitik anak autis dalam proses pembelajaran adalah tidak bisa memahami sesuatu yang kurang kontekstual.
baik). Berdasarkan hasil tes dan observasi, dapat disimpulkan bahwa pada tindakan siklus II pencapaian nilai siswa autis kelas XI perihal kemampuan
mempengaruhi
pelaksanaan
shalat
dengan
menggunakan metode demonstrasi mengalami peningkatan. Hasil peningkatan tersebut telah
Untuk itu anak autis perlu suatu pendekatan yang dapat memperjelas suatu yang abstrak menjadi lebih konstekstual. Metode demonstrasi adalah
adalah
suatu
metode
yang
mempertunjukan atau menyajikan langsung suatu proses dengan penjelasan lisan. Sehingga
1228
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
dapat dikatakan proses demonstrasi akan
minimal (KKM) yang telah ditentukan yakni 70.
merubah suatu penjelasan lebih kontekstual
Subjek belum mampu mengenal konsep shalat
karena diperlihatkan langsung apa adanya
dengan baik seperti pengertian shalat dan rukun-
proses tersebut. Hal tersebut sependapat dengan
rukun shalat yang menjadi dasar dalam
Armai Arief (dalam Dian Amalia, 2010:11)
pembelajaran
yang menyatakan bahwa “metode demontrasi
dengan
adalah metode mengajar yang menggunakan
mempraktikan gerakan-gerakan shalat secara
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian
keseluruhan subjek sudah dapat mempraktikan
atau
begaimana
gerakan-gerakan shalat walaupun sedikit masih
pembentukan
memerlukan arahan dari guru. Ketika guru
untuk
berjalannya
memperlihatkan suatu
proses
tertentu”.
berikutnya.
kemampuan
Namun subjek
berbeda dalam
mempraktekan gerakan tersebut subjek tidak
Hasil dari pra tindakan menunjukan bahwa
begitu sukar mengikuti gerakan-gerakan shalat
kemampuan pelaksanaan shalat siswa autis
tersebut. Metode demonstrasi merupakan suatu
kelas XI masih rendah dan belum mencapai
metode yang dapat memperjelas sesuatu proses
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70.
sehingga memudahkan anak melakukan imitasi
Hal ini dibuktikan dengan hasil pra tindakan
atau menirukan proses tersebut. Hal tersebut
subjek yang hanya memperoleh nilai 42,8.
sependapat dengan Zakiah Daradjat (2004:296)
Secara
dapat
yang berpendapat “metode demonstrasi adalah
melakukan atau mendirikan shalat, begitu pula
metode mengajar yang menggunakan peragaan
dengan bacaan-bacaan shalat, subjek terlihat
untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
masih terbata-bata dalam melafakan shalat.
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
Adapun untuk melakukan gerakan sebagaian
kepeda anak didik”. Adapun kemampuan subjek
subjek sudah dapat melakukan walaupun masih
dalam
dengan membutuhkan bimbingan dari guru.
beberapa
keseluruhan
subjek
belum
melafalkan rukun
bacaan-bacaan, subjek
sudah
pada dapat
Hasil pencapaian tindakan pada siklus I
melafalkannya sendiri. Namun ada beberapa
menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil
bacaan yang masih membutuhkan bimbingan
belajar yang diperoleh siswa autis. Subjek
guru dalam melafalkannya. Kemampuan subjek
mengalami peningkatan pada hasil pra tindakan
terkait menyusun langkah-langkah rukun shalat,
dengan memperoleh nilai sebesar sebesar 67,8
secara keseluruhan subjek masih membutuhkan
dan
Hasil
bimbingan dari guru terutama dalam hal ketika
kemampuan pelaksanaan shalat pada anak autis
melafalkan bacaaanya seperti yang telah diatas.
di siklus I meningkat sebesar 25% dari nilai
Hasil pencapaian tindakan pada siklus II
sebelum diberikannya tindakan yaitu sebesar
subjek terus meningkat, hal tersebut dibuktikan
42,8. Tetapi walaupun mengalami peningkatan,
dengan memperoleh nilai 90,1 pada tes pasca
subjek belum mencapai kriteria kemampuan
tindakan II (post-test siklus II) dan nilai tersebut
masuk
dalam
kriteria
baik.
Peningkatan Kemampuan Pelaksanaan Shalat... (M. Idam Kusdiana) 1229
masuk dalam kriteria sangat baik. Hasil
ditunjukan oleh nilai pasca tindakan pada siklus
kemampuan pelaksanaan shalat pada anak autis
II (post-test) yang lebih tinggi dibandingkan
di siklus II meningkat sebesar 22,3% dari siklus
dengan nilai pada siklus I (post-test) dan pra
I yang mempunyai nilai sebesar 67,8 dan
tindakan (pre-test). Serta Hasil pasca tindakan
meningkat sebesar 47,3% dari nilai yang
telah mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal
didapatkan sebelum diberikannya tindakan
(KKM) yang telah ditentukan yakni 70. Dan
yakni 42,8. Setelah tindakan pada siklus II
indikator-indikator materi telah dicapai dengan
diberikan kemampuan subjek dalam melakukan
baik. maka dari itu tindakan dapat dinyatakan
gerakan-gerakan dan melafalkan bacaan, serta
berhasil dan pemberian tindakan lanjutan dapat
menyusun langkah-langkah pelaksanaan yang
diberhentikan.
pada awalnya subjek membutuhkan banyak
Melalui metode demonstrasi, siswa autis
sedikit
kelas XI Sekolah Khusus Autis Bina Anggita
membutuhkan bimbingan dari guru atau yang
Yogyakarta terlihat lebih antusias dan kelihatan
pada awalnya masih membutuhkan bimbingan
lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran
dari guru setelah diberikannya tindakan menjadi
sehingga siswa autis dapat belajar pelaksanaan
mandiri atau dapat melaksanakan sendiri. Hal
shalat juga belajar berinteraksi serta komunikasi
tersebut dibuktikan dengan nilai yang dicapai
dengan
subjek yakni 90,1, seperti yang telah dibahas
pengalaman belajar yang berkesan karena siswa
tadi.
belajar
bimbingan
dari
guru
menjadi
Persentase pencapaian pada siklus I dan
orang
dengan
mempraktekannya
lain.
Serta
cara
memperoleh
menggali
langsung
dan
sehingga
siklus II dengan metode demonstrasi apabila
pembelajaran lebih konstekstual. Hal tersebut
dibandingkan dengan persentase pencaian per
sependapat dengan Zakiah Darajat (2004:297)
siklus,
masing-masing
yang mengatakan bahwa “beberapa keuntungan
adanya
peningkatan
siklus
siswa.
atau kelebihan dalam metode demonstrasi
Keberhasilan penelitian pada siklus I sebesar
adalah 1) Perhatian anak dapat dipusatkan, baik
67,8 dan 90,1 pada siklus II. Dengan demikian
pada yang di titik beratkan maupun pada apa
maka pembelajaran pelaksanaan shalat melalui
yang didemonstrasikan sehingga akan lebih
metode
meningkatkan
terarah dan mengurangi perhati kepada hal lain.
kemampuan pelaksanaan shalat pada siswa autis
2) Memacu anak lebih proaktif dalam proses
kelas XI.
pembelajaran. 3) Anak akan memperoleh
demonstrasi
hasil
menunjukan
dapat
belajar
Berdasarkan hasil refleksi peneliti dan guru, hasil tindakan pada siklus II menunjukan adanya peningkatan kemampuan pelaksanaan shalat pada siswa autis kelas XI di Sekolah Khusus Bina
Anggita
Yogyakarta.
Peningkatan
pengalaman bermakna dan berguna untuk pengembangan kecakapan”.
1230
Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 12 Tahun 2016
KESIMPULAN DAB SARAN
demonstrasi tersebut. Serta guru hendaknya
Kesimpulan
menggunakan atau mengembangkan metode
Berdasarkan penelitian dan pembehasan
yang serupa dengan metode demonstrasi dalam
maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut
pembelajaran
agama
Islam
ataupun
ini:
pembelajaran lainnya agar lebih pro aktif dalam
1. Proses pembelajaran dimulai dengan guru
mengikuti proses pembelajaran.
dan peneliti mendemonstrasikan sebuah proses pelaksanaan shalat dengan bantuan seorang asisten guru / model. Kemudian siswa
dibimbing
proses
untuk
tersebut.
memperhatikan
Kemudian
siswa
diintruksikan untuk melakukan apa yang telah didemonstrasikan tahap demi tahap. Lalu
kemudian
diintuksikan
untuk
melakukan secara keseluruhan. 2. Hasil pemahaman pembelajaran pelaksanaan shalat melalui metode demonstrasi pada siklus
I
dan
II
menunjukan
adanya
peningkatan. Jika pada siklus I subjek memperoleh nilai 67,8, maka pada siklus II subjek memperoleh nilai 90,1 dari nilai pra tindakan yakni sebesar 42,8. Penigkatan ini sebesar 47,3%, 25% dari pra tindakan pada siklus I, sedangkan 22,3% dari siklus I pada
DAFTAR PUSTAKA Akhmad Rusmanudin. (2012). Pendidikan Agama Islam untuk Anak Berkebutuhan Khusus (Autis) di Play Group Inklusi Klinik Idola Sleman, Yogakarta. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diakses dari digilib.uinsuka.ac.id/9843/1/BAB I, BAB IV, DAFTAR PUSTAKA.pdf pada tanggal 02 Februari 2016 pukul 23:00 WIB. Dian Amalia. (2010). Efektivitas Metode Demonstrasi Terhadap Pembelajaran Bidang Studi Fiqih pada Siswa Kelas VII di MTS Al-Falah. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses dari repository.uinjkt.ac.id/.../DIAN %20AMALIA-FITK.p... pada tanggal 02 Februari 2016 pukul 23:00 WIB. Husein Umar. (1999). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
siklus II. Hasil Post-test siklus II diketahui sudah dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar 70 dan didapatkan hasil sangat baik. oleh karena itu pemberian tindakan dapat dihentikan. Saran Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sekolah sebagai dasar pembuatan kebijakan dalam pembelajaran shalat pada anak lainnya. Serta hendaknya kepala sekolah dan guru berkoordinasi
atas
pengembangan
metode
Margaretha. (2013). Autisme: Gangguan Perkembangan Otak pada Anak. Diakses dari http://margaretha/fpsi.webunair.ac. id/artikel_detail-82884-Autisme/../ pada tanggal 25 Maret 2016 pukul 20:00 WIB. Ngalim
Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung : Alfabeta.
Peningkatan Kemampuan Pelaksanaan Shalat... (M. Idam Kusdiana) 1231
Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Syaikh Abdul Qodir Ar-Rahbawi. (2015). Panduan Lengkap Shalat menurut Empat Madzhab. Jakarta : Pustaka AlKautsar. Syaikh Abu Malik Kamal. (2009). Ensiklopedi Shalat. Surakarta : Cordova Mediatama. Yosfan
Azwandi. (2005). Mengenal dan Membantu Penyandang Autisme. Departemen Pendidikan Nasional.
Zakiah Daradjat. (2004). Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Yogyakarta : Bumi Aksara.