PENINGKATAN KECERDASAN VERBAL MELALUI PARTISIPASI SISWA DENGAN MOTIVASI PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) DI KELAS VIIA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR
SKRIPSI
Disusun Oleh: WAHIDYA LOVI PAREMA K4305044
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
PENINGKATAN KECERDASAN VERBAL MELALUI PARTISIPASI SISWA DENGAN MOTIVASI PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) DI KELAS VIIA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR
Oleh: Wahidya Lovi Parema NIM K 4305044
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas maret Surakarta.
Persetujuan pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Harlita, S,Si, M.Si
Drs. Maridi, M.Pd
NIP. 19690401 199802 2 001
NIP. 19530130 198603 1 001
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana Pendidikan.
Pada hari : Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Sri Widoretno, M.Si
Sekretaris
: Dra. Muzayyinah, M.Si
Anggota I
: Harlita, S.Si, M.Si
Anggota II
: Drs. Maridi, M.Pd
................. ................ ................. ................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
iv
ABSTRAK Wahidya Lovi Parema. K4305044. Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. PENINGKATAN KECERDASAN VERBAL MELALUI PARTISIPASI SISWA DENGAN MOTIVASI PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) DI KELAS VIIA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR . Skripsi. Oktober 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Adanya peningkatan kecerdasan verbal melalui partisipasi siswa dengan motivasi POE di kelas VIIA SMP Negeri 1 Karanganyar pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan dalam 2 siklus dan tiap siklusnya terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan analisis serta refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009 yang berjumlah 40 orang. Pengumpulan data dilaksanakan dengan angket, observasi dan wawancara. Tehnik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Validasi data menggunakan tehnik triangulasi metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan partisipasi siswa dengan motivasi POE mampu meningkatkan kecerdasan verbal di kelas VIIA SMP Negeri 1 Karanganyar. Rata-rata nilai persentase capaian setiap indikator dari angket partisipasi siswa untuk prasiklus 66,64%, siklus I 73.03%, dan siklus II sebesar 80,25%. Rata-rata nilai persentase capaian setiap indikator yang didapatkan dari hasil observasi untuk siklus I sebesar 65% dan siklus II 77,92%. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 66,47% siswa dan pada siklus II terdapat 82.92% siswa yang menyatakan bahwa kecerdasan verbal dapat ditingkatkan melalui partisipasi siswa. Peningkatan kecerdasan verbal memalui partisipasi siswa dengan motivasi POE mampu meningkatkan kemampuan berbicara dan kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan. Rata-rata persentase kemampuan berbicara siswa pada siklus I sebesar 62,5% dan siklus II 80,63%. Rata-rata nilai kemampuan kognitif siswa pada prasiklus sebesar 77,43 dan pasca siklus II 81,2.
v
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Q.S. Al Baqarah : 286) Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah sendiri keadaannya. (Ar Ra’d : 11) Allah SWT akan menganggkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajad. (Q.S Al Mujadillah: 11) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Alam Nasyrah: 5)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kupersembahkan karya ini untuk: Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan doa dan dukungan baik material maupun spiritual. Dik Rhoby dan Zain atas bantuan, dukungan dan semangat yang selalu bisa membuatku ceria dan sejenak menghilangkan kepenatan hati dan pikiran. Keluarga besarku (Mbah Putri, Pakdhe-Budhe, Paklek-Bulek, mas-mbak dan adik-adikku) atas dukungan dan nasehat-nasehatnya. Shahabat-shhabatku Bio-Education Angkatan 2005 yang selalu menyemangatiku. Bapak dan Ibu Guru di SDI Al Irsyad Tawangmangu, terima kasih atas dukungannya dan pengertiannya. Orang-orang yang selalu mendoakanku.......semoga Allah senantiasa memberikan hidayah-Nya kepada kalian semua. Almamater
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Peningkatan Kecerdasan Verbal Melaui Partisipasi Siswa dengan Motivasi Predict Observe Explain (POE) di Kelas VIIA SMP Negeri 1 Karanganyar” untuk memenuhi sebagian persyaratan mandapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu segala bentuk bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua
Program
Biologi
Jurusan Pendidikan
Matematika
dan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Harlita, S.Si, M,Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 5. Bapak Drs. Maridi, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 6. Bapak Prof. Dr. Rer.nat. H. Sajidan, M.Si selaku pembimbing akademik yang selalu membimbing dan mengarahkan. 7. Bapak Drs. Widodo, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Karanganyar yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian. 8. Bapak Herry Soekamto selaku Guru Mata Pelajaran Biologi yang telah mamberikan bantuan, arahan, dan bimbingan selama penelitian. 9. Bapak, Ibu, Rhoby, Zain dan shahabat-shahabat yang senantiasa memberi doa dan dukungan kepada penulis.
viii
10. Teman-teman Biologi Education Angkatan 2005 atas dukungan dan kerja samanya. 11. Bapak dan ibu guru di SDI Al Irsyad Tawangmangu atas dukungan dan doanya. 12. Murid SMP Negeri 1 Karanganyar Kelas VIIA Tahun Ajaran 2008/2009 yang telah berperan dalam penelitian. 13. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT, karena Dia lah sebaik-baik pemberi balasan. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta,
Oktober 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGAJUAN ..........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ...............................................................................
v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang ...........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
4
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka
6
1. Kecerdasan Verbal
6
2. Partisipasi
10
3. Motivasi
17
4. Metode Predict Observe Explain (POE)
19
B. Kerangka Berpikir .......................................................................
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
25
A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
25
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .....................................................
25
C. Sumber Data................................................................................
26
x
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data
26
E. Validitas Data .............................................................................
29
F. Analisis Data ..............................................................................
29
G. Prosedur Penelitian .....................................................................
30
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
36
A. Data dan Deskripsi Tempat Penelitian
36
B. Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)
38
C. Deskripsi Hasil Siklus I
43
D. Deskripsi Hasil Siklus II
54
E. Pembahasan
64
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
80
A. Simpulan
80
B. Implikasi
80
C. Saran
81
DAFTAR PUSTAKA
83
LAMPIRAN
85
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Tehnik Penilaian Angket
28
Tabel 2. Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Prasiklus
38
Tabel 3. Persentase Capaian Indikator untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus I
45
Tabel 4. Persentase Capaian Indikator untuk Setiap Indikator pada Angket Kepuasan terhadap Metode POE Siklus I
45
Tabel 5. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Indikator Pada Observasi Partisipasi Siswa Siklus I
46
Tabel 6. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Aspek Pada Observasi Performance Guru Siklus I
46
Tabel 7. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Indikator Pada Observasi Kecerdasan Verbal Siklus I
47
Tabel 8. Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Partisipasi Siswa Siklus II
56
Tabel 9. Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Siklus II
56
Tabel 10. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Indikator Pada Observasi Partisipasi Siswa Siklus II
57
Tabel 11. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Aspek Pada Observasi Performance Guru Siklus II
57
Tabel 12. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Indikator Pada Observasi Kecerdasan Verbal Siklus II
58
Tabel 13. Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Partisipasi Siswa Prasiklus, Siklus I dan Siklus I
66
Tabel 14. Persentase Capaian Untuk Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Siklus I dan Siklus II
xii
72
Tabel 15. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Aspek Pada Observasi Performance Guru Siklus I dan Siklus II I
74
Tabel 16. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Indikator Pada Observasi Kecerdasan Verbal Siklus I dan Siklus II
75
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Salah satu bentuk lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan tempat siswa untuk belajar mengenal dan menjelajahi khasanah pengetahuan. Kegiatan utama yang berlangsung disekolah adalah kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan mengaktifkan faktor dalam dan faktor luar dalam kegiatan belajar mengajar. Faktor dalam adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, baik yang berupa fisik maupun mental misalnya kecerdasan, minat, bakat, kemampuan awal, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan (luar) adalah faktor yang berasal dari luar siswa, misalnya guru, sarana dan prasarana pembelajaran, lingkungan sosial siswa di sekolah, kurikulum sekolah, faktor keluarga, dan lain sebagainya. Hasil observasi di kelas VIIA SMP Negeri 1 Karanganyar sebanyak 40 siswa diketahui bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang bertanya 3 (8%) , siswa secara individu akan menjawab pertanyaan guru bila ditunjuk bila tidak akan menjawab secara bersamaan dengan suara pelan dan tidak jelas. Selama proses pembelajaran
xiii
berlangsung, kegiatan siswa adalah mendengarkan, menulis dan mengerjakan soal dari guru. Apabila siswa diminta maju ke depan kelas untuk menjelaskan materi tertentu maka siswa tidak ada yang berani tetapi siswa baru akan maju ke depan kelas bila ditunjuk oleh guru. Hasil observasi terhadap kemampuan berbicara menunjukkan siswa yang maju kedepan berbicara dengan suara pelan, tidak lancar, tidak berani memandang siswa lain dan nada yang datar. Hal ini menunjukkan kemampuan berbicara
siswa masih kurang efektif. Hasil
wawancara dengan guru Biologi diketahui bahwa metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah disertai tugas serta kegiatan pengamatan, presentasi dan diskusi tidak pernah diadakan. Kegiatan ini akan mendorong siswa agar terlibat baik secara fisik dan psikis, meningkatkan kemampuan berbicara dan melatih keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapat. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran di kelas VIIA belum optimal. Hal ini disebabkan terdapat beberapa siswa yang belum menunjukkan keterlibatan di dalam proses pembelajaran. Huneryager dan Heckmen (1992) dalam Rahmawaty (2006) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorong memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama”. Dari pengertian tersebut maka partisipasi memiliki 3 aspek yasitu keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan dan adanya tanggung jawab bersama. Untuk meningkatkan partisipasi siswa diperlukan suatu metode pembelajaran yang sesuai agar siswa dapat ikut berperan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya pasif, mendengarkan dan menulis penjelasan dari guru. Pembelajaran akan lebih bermakna apabila terjadi komunikasi yang berlangsung secara dua arah. Artinya terjadi komunikasi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa lain. Dengan adanya komunikasi yang baik maka tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu cara untuk berkomunikasi adalah dengan berbicara. Kemampuan berbicara merupakan komunikasai secara lisan yang menunjukkan terjadinya perpindahan informasi dari 1 orang ke orang lain. Kemampuan ini sangat diperlukan baik oleh guru maupun siswa sehingga guru
xiv
dapat menjelaskan materi tertentu, siswa dapat mengungkapkan ide atau gagasan, siswa berani bertanya bila menjumpai kesulitan dan sebagainya sehingga terjadi komunikasi yang baik. Agar pendengar dapat mengerti pesan yang disampaikan pembicara, maka pambicara harus memiliki kemampuan berbicara yang efektif. Kemampuan berbicara dibatasi oleh mampu mengucapkan bunyi–bunyi bahasa dengan tepat, nada bicara yang menarik, bahasa yang mudah dimengerti, menggunakan kalimat yang efektif, bersikap tenang, memandang siswa lain, suara nyaring dan lancar. Apabila kemampuan berbicara yang efektif dimiliki oleh guru dan siswa maka tidak akan terjadi kesalahpahaman antara keduanya. Kemampuan berbicara merupakan bagian dari kecerdasan verbal yang nampak pada kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti kata yang kompleks. Penelitian ini dibatasi pada metode pembelajaran Predict Observe Explain (POE) untuk meningkatkan partisipasi siswa dengan perangsangan kecerdasan verbal. POE merupakan stategi pembelajaran yang di dalamnya terdapat kegiatan meramalkan, mengamatai dan menjelaskan. Perangsangan kecerdasan verbal siswa dengan penerapan metode POE akan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan pemahaman kognitif siswa. Kemampuan berbicara akan ditingkatkan melalui kegiatan menjelaskan sedang pemahaman kognitif akan meningkat karena di dalam POE siswa akan didorong agar mampu menghubungkan anatara ilmu yang diperoleh dengan fakta di lingkungan sekitar. Mula-mula siswa diperkenalkan pada suatu situasi yang dimungkinkan dapat dibuat ramalan berdasarkan pengalaman. Siswa diminta membuat ramalan dan memberi alasan. Lalu melakukan pengamatan. Siswa diminta menjelaskan perbedaan antara hasil ramalan dengan hasil pengamatan serta diminta mengusulkan gagasan baru untuk menjelaskan pemahaman siswa. Perangsangan kecerdasan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE akan meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Karanganyar kelas VIIA sejumlah 40 siswa pada tahun pelajaran 2008/2009. Penelitian dilakukan pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka direncanakan penelitian dengan
xv
judul: ” Peningkatan Kecerdasan Verbal Melalui Partisipasi Siswa dengan Motivasi Predict Observe Explain (POE) di Kelas VIIA SMP Negeri 1 Karanganyar”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah partisipasi siswa dengan motivasi POE di kelas VIIA SMP Negeri 1 Karanganyar mampu meningkatkan kecerdasan verbal pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Adanya peningkatan kecerdasan verbal melalui partisipasi siswa dengan motivasi POE di kelas VIIA SMP Negeri 1 Karanganyar pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diupayakan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Bagi guru a. Memberikan sumbangan kepada guru mengenai penggunaan POE untuk meningkatkan partisipasi. b. Memberikan masukan pada guru agar lebih memperhatikan masalah-masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. 2. Bagi siswa a. Dapat meningkatkan partisipasi dan mengaktifkan kecerdasan verbal siswa dengan metode pembelajaran yang tepat. b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih berpartisiasi dalam pembelajaran.
xvi
3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya a. Untuk menyusun program peningkatan proses pembelajaran biologi pada tahap berikutnya. b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. a.
Kecerdasan Verbal
Pengertian kecerdasan Kecerdasan merupakan faktor dalam yang mampu mempengaruhi proses
pembelajaran. Tingkat kecerdasan yang dimiliki masing-masing orang berbedabeda yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Dalam proses pembelajaran, lingkungan dirancang sebagai media yang mampu meningkatkan kecerdasan siswa. Definisi kecerdasan diungkapkan oleh Tabrani Rusyan, Atang Kusnandar, dan Zainal Arifin (1989: 32) sebagai berikut: 1) Super dan cites (1962) mengemukakan definisi kecerdasan atau intelegensi yaitu kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan disamping belajar dari lingkungan. 2) Bischof, psikologi Amerika mengemukakan bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah. 3) Heidenrich mengemukakan definisi : “Intelegensi adalah kemampuan untuk belajar dan mempergunakan yang telah dipelajari di dalam menyesuaikan diri terhadap situasi yang belum diketahuinya atau di dalam pemecahan masalah.” 4) Freeman memandang intelegensi sebagai
xvii
a) Kesanggupan untuk mengintegrasikan pengalaman-pengalaman dan menemukan situasi baru dengan jalan respon yang berpedoman dan selaras b) Kesanggupan untuk belajar c) Kesanggupan untuk mempraktekkan tugas yang bertalian dengan intelektual d) Kesanggupan untuk melakukan berpikir abstrak. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk belajar dan menggunakan hal-hal yang dipelajari dalam penyesuaian terhadap lingkungan dan usaha pemecahan masalah. Ilmu yang diperoleh tidak hanya berasal dari lembaga pendidikan tetapi juga berasal dari pengalaman hidupnya. Seseorang yang cerdas akan mampu menggabungkan kedua sumber ilmu tersebut dan mempraktekkan dalam kehidupannya sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengatasi masalah yang dihadapi. Jumlah kecerdasan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda. Hal ini senada dengan Gardner dalam Adi W Gunawan (2003: 222) berpendapat bahwa manusia memiliki lebih dari satu kecerdasan. Teori kecerdasan Gardner menyatakan bahwa seorang menusia paling tidak memiliki delapan kecerdasan yaitu verbal, logika-matematika, interpersonal, intrapersonal, musical, naturalis, spasial-visual dan kinestetik. Kedelapan kecerdasan ini bekerja sama dalam satu jalinan yang unik dan rumit. Setiap manusia memiliki kedelapan kecerdasan ini dengan kadar perkembangan yang berbeda. b. Penegertian Kecerdasan Verbal Kecerdasan verbal merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dengan sesama manusia. Individu dengan kecerdasan verbal tinggi maka kemampuan berkomunikasi dengan sesama pasti baik. Pengertian kecerdasan verbal ini disampaikan oleh Lwin. May, Khoo, Lyen dan Sim (2008: 12) yang menyatakan bahwa “Kecerdasan verbal penting bukan hanya untuk keterampilan berkomunikasi melainkan juga penting untuk
xviii
mengungkapkan pikiran, keinginan dan pendapat seseorang”. Sedang menurut Hoerr (2007: 15), “ kecerdasan verbal ditunjukkan dengan adanya kepekaan pada makna dan susunan kata”. Pada dasarnya cara seseorang agar dapat berkomunikasi dengan sesama sangat banyak, diantaranya melalui tulisan, suara, bicara dan membaca. Saifuddin Azwar (2002: 42) berpendapat bahwa “Intelegensi verbal banyak terlibat dalam membaca, menulis, berbicara dan mendengar. Menurut Gardner, aktifitas linguistik terletak pada bagian tertentu dalam otak. Sebagai contohnya daerah Broca adalah lokasi terjadinya kalimat-kalimat yang sesuai dengan struktur bahasa sehingga seseororang yang mengalami kerusakan pada daerah tersebut, sekalipun dapat memahami kata dan kalimat, akan tetapi sulit merangkainya menjadi kalimat yang benar”. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Sri Joko Yunanto (2005: 50) bahwa “Kecerdasan bahasa (verbal) berkaitan dengan kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca apa saja mulai dari rambu lalu lintas sampai novel klasik, dan menulis apa saja mulai dari buku harian sampai buku ilmiah”. Berdasar kedua pendapat diatas, kecerdasan verbal seseorang meliputi kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis. Dalam penelitian ini kemampuan verbal yang dimaksud adalah kemampuan berbicara. Nurhadi (1995: 342-343) berpendapat bahwa: “Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif. Kemampuan berkomunikasi secara lisan ini menjadi fokus kemampuan verbal”. Sedang menurut Maidar G arsjad dan Mukti US (1988: 17) bahwa “Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”. Berbicara merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi melalui lisan sehingga dimungkinkan terjadi perpindahan informasi dari satu orang ke orang lain. Agar proses tersebut dapat berjalan dengan efektif maka diperlukan penguasaan terhadap faktor-faktor yang menunjang keefektifan berbicara. Menurut Maidar G Arsjad dan Mukti US (1988: 17-21), keefektifan berbicara ditunjang oleh dua faktor, yaitu faktor-faktor kebahasaan dan faktor-faktor nonkebahasaan. Faktor-faktor kebahasaan tersebut meliputi :
xix
1) Ketepatan ucapan Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar. 2) Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai Kesesuaian tekanan, nada, sendi dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Apabila masalah yang dibicarakan kurang menarik, tetapi dengan penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai akan menyababkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara berkurang. 3) Pilihan kata (diksi) Pilihan kata hendaknya tepat, jelas dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar. 4) Ketepatan sasaran pembicaraan Hal ini menyangkut pemakaian kalimat efektif. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran sehingga mampu menimbulkan pengaruh, menimbulkan kesan atau menimbulkan akibat. Faktor-faktor nonkebahasaan yang antara lain: 1) Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku Pembicara yang tidak tenang, lesu dan kaku tentulah akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik.padahal kesan pertama ini sangat penting untuk emnjasmin adanya kesinambungan perhatian pihak pendengar. Sikap wajar ini dapat ditentukan oleh situasi, tempat dan penguasaan materi. 2) Pandangan harus diarahkan kepada lawan berbicara Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. 3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain Dalam menyampaikan pembicaraan, hendaknya memiliki sikap terbuka dalam arti dapat menerima pendapat dari pihak lain, bersedia menerima kritik,
xx
bersedia mengubah pendapatnya jika keliru. Tetapi seorang pembicara hendaknya mampu mempertahankan pendapatnya dan meyakinkan orang lain jika pendapat tersebut mempunyai argumen yang kuat. 4) Gerak-gerik dan mimik yang tepat Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang kefektifan berbicara dan mampu menghidupkan komunikasi artinya tidak kaku. 5) Kenyaringan suara Tingkat kenyaringan ini harus disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar dan akustik. Kenyaringan suara diatur supaya suara dapat didengar jelas oleh semua pendengar denagn mengingat kemungkinan adanya gangguan dari luar. 6) Kelancaran Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan. Pembicara yang berbicara terputus-putus atau sering menyelibkan bunyi-bunyi tertentu, misalnya ee, oo, aa dan sebagainya dapat mengganggu penangkapan pendengar. 7) Penalaran/relevansi Gagasan demi gagasan haruslah berhubungan dengan logis. Proses berfikir untuk sampai pada suatu kesimpulan haruslah dapat diterima oleh akal pikiran (relevansi). 2. Partisipasi Siswa Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu participation yang berarti pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Kata partisipasi mempunyai pengertian yang luas. Menurut Suryosubroto (1997: 278-279), “Partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuantujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Huneryager dan Heckmen (1992) dalam Rahmawaty (2006) bahwa, “Partisipasi adalah sebagai keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorong memberikan sumbangan terhadap tujuan
xxi
kelompok serta membagi tanggung jawab bersama”. Berdasarkan kedua pengertian diatas partisipasi memiliki aspek keterlibatan, dorongan memberikan sumbangan dan tanggung jawab bersama. Pengertian
keterlibatan
atau
keikutsertaan
siswa
dalam
proses
pembelajaran diartikan bahwa siswa ikut memberikan respon dalam pikirannya atau menunjukkannya berupa kegiatan jasmani, yang disisipkan secara strategis selama berlangsungnya penyajian pengajaran atau peragaan. (Kemp, 1994: 144). Sedang menurut Tabrani Rusyan, Atang Kusnadi dan Zainal Arifin (1989: 105), kegiatan mental psikologis yang maksimal dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara terjun dan mengambil bagian dalam berbagai kegiatan belajar mengajar akan mempunyai nilai pembangkit serta meningkatkan motivasi yang optimal. Lebih jauh Dimyati dan Mudjiono (1994: 46) mengemukakan bahwa keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, nemun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dalam kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, keterlibatan dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap
dan
pada
saat
mengadakan
latihan-latihan
dalam
pembentukan
keterampilan. Hal senada juga disampaikan oleh Suhaenah Suparno (2001: 81) berpendapat bahwa ”Partisipasi atau keterlibatan siswa diartikan sebagai kegiatan dimana subjek yang belajar ikut serta mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka maupun tertutup. Jumlah keterlibatan siswa yang aktif dalam kegiatan belajar merupakan indeks yang baik dari kualitas pengajaran”. Berdasarkan pendapat di atas, keterlibatan siswa dalam pembelajaran mencakup dua hal pokok yaitu keterlibatan fisik dan psikis siswa. Keterlibatan secara fisik dapat dilihat dari kegiatan siswa seperti membaca, mendengar, berbicara, menulis, berlatih keterampilan dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil kegiatan belajar dan kegiatan psikis yang lain. Partisipasi yang digunakan sebagai salah satu bentuk motivasi positif bisa dikenal sebagai ”democatik management” atau ”consultatif supervision”. Dengan dijalankannya partisipasi ini bisa diperoleh beberapa manfaat, seperti bisa
xxii
dibuatnya keputusan yang lebih baik (karena banyaknya sumbangan pikiran), adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan (feeling of importance). (Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan. 1990: 208 ). Menurut Nurul Zuriah (2007: 40), salah satu bentuk tanggung jawab adalah berani dalam menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Berdasarkan penjelasan diatas maka indikator-indikator dari partisipasi meliputi adanya kegiatan dalam mempraktekkan sesuatu baik terbuka atau tertutup, mampu mengambil keputusan dengan tepat dan berani menghadapi konsekuensi. Dalam proses pembelajarn siswa sebagai pusat pendidikan yang berperan sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran sehingga ketelibatan siswa merupakan faktor yang penting. Bentuk keterlibatan ini dapat berupa kemampuan siswa dalam bertanya dan dalam menyelesaikan permasalahan. Pengambila keputusan yang tepat dapat ditunjukkan dalam kegiatan diskusi maupun presentasi. Keberanian menghadapi konsekuensi nampak pada kelancara berbicara dalam menyampaikan hasil diskusi dan mau memperhatikan siswa lain dalam kegiatan presentasi. Partispasi siswa dapat ditingkatkan melalui serangkaian kegiatan yang telah dirancang oleg guru di dalam proses pembelajaran. Gagne dan Briggs (1979) dalam Martinis Yamin (2007: 83) menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas meliputi 9 aspek untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa antara lain 1) memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa; 2) menjelaskan tujuan instruksional; 3) mengingatkan kompetensi prasyarat; 4) memberikan stimulus; 5) memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya; 6) memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran; 7) memberikan umpan balik; 8) melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes; 9) menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pembelajaran. Pada proses pembelajaran, pemahaman siswa akan meningkat apabila keterlibatan siswa juga meningkat baik secara fisik maupun mental.
Dewey
(1859-1952) dalam Martinis Yamin (2007: 82) mengemukakan prinsip Learning By Doing yaitu bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, siswa perlu terlibat dan
xxiii
partisipasi secara spontan. Keinginan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan siswa sacara aktif dalam suatu proses pembelajaran. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam pembelajaran. Peran serta siswa dan guru dalam pembelajaran aktif akan menciptakan suatu pengalaman yang bermakna. Lebih jauh Dimyati dan Mudjiono (1994: 42-43) juga mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Keterlibatan langsung dari setiap siswa sangat diperlikan dalam kegiatan pembelajaran. Adanya keterlibatan siswa secara langsung akan menyebabkan siswa memperoleh pengalaman . Sehingga pemahaman siswa akan meningkat dan tujuan pembelajaran akan tercapai. a. Manfaat Partisipasi Keterlibatan siswa dalam proses pembelajran akan memunculkan berbagai dampak positif. Suryosubroto (1997: 282) mengemukakan manfaat prinsipiil dari partisipasi yaitu: 1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran, 2) Pengembangan potensi diri dan kreativitas, 3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan, 4) Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun kepentingan bersama. Partisipasi dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan potensi diri dan kreativitas siswa, serta dapat melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar yang dijalaninya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya partisipasi siswa dalam pembelajaran akan memberikan peranan yang penting bagi keberhasilan tujuan dari proses pembelajaran yang terkait. b. Pola Partisipasi Siswa Tingkat partisipasi siswa dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Factor dalam berasal dari dalam diri siswa sedang factor luar berasal dari lingkungan. Factor luar dapar berasal dari lingkungan belajar yang meliputi guru,
xxiv
siswa
lain dan kondisi pembelajaran.
Martinis Yamin (2007: 78-79)
mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan istilah yang menggambarkan peran yang lebih banyak terletak pada siswa, guru sebagai pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar dan tercapainya suatu indikator yang dikehendaki. Maka siswa sebagai aktor / subyek yang banyak berperan dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, tidak hanya sebagai siswa pasif akan tetapi sebagai siswa yang juga berperan membuat perencanaan, pelaksanaan, dan tercapainya suatu hasil (output) yang bertitik tolak pada kreativitas dan partisipasinya dalam kegiatan pembelajaran. Skema hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Guru
Merangsang peran aktif dan partisipasi
Siswa
Gambar 1. Skema Hubungan Partisipasi Antara Guru dan Siswa. (Martinis Yamin, 2007: 79) Gambar tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang guru diharapkan mampu menciptakan suatu kondisi belajar yang mampu merangsang peran aktif dan partisipasi siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung harus berpusat pada siswa. Karena siswa berperan sebagai subjek pendidikan yang akan merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga melalui proses pembelajaran akan menciptakan pengalaman belajar yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Pola aktivitas dan partisipasi siswa ini dijelaskan lebih lanjut oleh Martinis Yamin (2007: 79) yaitu “Peran aktif dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran adalah untuk tercapainya suatu indikator dari kompetensi dasar yang telah dikembangkan dari materi pokok”. Kompetensi dasar merupakan kemampuan minimal yang dimiliki siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Kompetensi dasar ini akan dikembangkan menjadi indikatorindikator yang berkaitan dengan materi pokok. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas dan partisipasi tersebut merupakan penekanan pembelajaran kompetensi,
xxv
dimana proses yang dilakukan menekankan tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Peran Aktif dan Partisipasi Siswa
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator
Gambar 2. Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran. (Martinis Yamin, 2007: 79) Kemampuan guru untuk menemukan kompetensi dasar siswa akan memudahkan
guru
dalam
menggunakan
metode
pembelajaran.
Dimana
penggunaan metode dalam pembelajaran akan disesuaikan dengan materi pokok yang sedang dipelajari. Sehingga indikator pembelajaran dapat tercapai yang nampak pada terjadinya perubahan dalam tingkah laku siswa. c. Syarat Terjadinya Partisipasi Siswa Partisipasi siswa dapat ditingkatkan melalui serangkaian kegiatan yang telah disusun guru di dalam pembelajaran, sehingga tercipta suatu kondisi kondusif yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Martinis Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan apabila tercipta suatu kondisi sebagai berikut: 1) Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, 2) Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar, 3) Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), 4) Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencipta siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, 5) Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Partisipasi siswa dapat terjadi apabila dalam proses pembelajaran tercipta suatu kondisi yang dapat merangsang tumbuhnya peran serta dan partisipasi siswa. Seorang guru diharapkan memiliki keterampilan dalam
xxvi
merangsang tumbuhnya partisipasi siswa. Dengan demikian peran serta dan keterlibatan siswa dalm proses pembelajaran akan meningkat, yang pada akhirnya kegiatan pembelajaran akan lebih berpusat pada siswa. d. Jenis-Jenis Partisipasi Siswa Ada beragam aktivitas dan partisipasi dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan, di antaranya menurut Paul D. Dierich dalam Martinis Yamin (2007: 84-86) adalah: 1)
Kegiatan-kegiatan visual. Kegiatan ini berupa membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2)
Kegiatan-kegiatan lisan (oral). Kegiatan ini berupa mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan instrupsi.
3)
Kegiatan-kegiatan mendengarkan. Kegiatan ini berupa mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
4)
Kegiatan-kegiatan menulis. Kegiatan ini beupa menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket.
5)
Kegiatan-kegiatan menggambar. Kegiatan ini berupa menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6)
Kegiatan metrik. Kegiatan ini berupa melakukan percobaan, memilih alatalat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.
7)
Kegiatan-kegiatan mental. Kegiatan ini berupa merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubunganhubungan, dan membuat keputusan.
8)
Kegiatan-kegiatan emosional. Kegiatan ini berupa minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat di atas, partisipasi siswa dalam pembelajaran
mempunyai jenis-jenis kegiatan yang beragam. Partisipasi atau keterlibatan siswa
xxvii
dalam pembelajaran tersebut tidak hanya dalam hal keterlibatan fisik semata, tetapi juga mencakup keterlibatan mental dan emosional siswa dalam pembelajaran. e. Tingkatan Partisipasi Parietra Westra dalam Suryosubroto (1997: 283) mengemukakan bahwa tingkatan partisipasi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu : 1) Tingkatan pengertian timbal balik artinya mengarahkan anggota agar mengerti akan fungsi dan sikap yang dimiliki masing-masing anggota. 2) Tingkatan pemberian nasihat artinya individu-individu disini saling membantu untuk pembuatan keputusan terhadap persoalan-persoalan yang sedang dihadapi sehingga saling tukar menukar ide-ide mereka satu persatu. 3) Tingkatan kewenangan artinya menempatkan posisi anggotanya pada keadaan mereka, sehingga dapat mengambil keputusan pada persoalan yang mereka hadapi. Pendapat lain dikemukakan oleh Jumrowi dalam Suryosubroto (1997: 283) yang menyatakan bahwa tingkatan partisipasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1) Partisipasi dalam proses perencanaan yang berkaitan dengan progam lain, 2) Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, 3) Partisipasi dalam pelaksanaan. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pendapat diatas adalah dalam mengukur partisipasi siswa dapat dilihat dari seberapa jauh keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Secara garis besar, tingkatan partisipasi mulai dari tingkat rendah yaitu berbagi informasi, konsultasi, lalu ke tingkat yang lebih tinggi yaitu kolaborasi dan pemberdayaan atau keikutsertaan. 3. Motivasi Proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik diperlukan adanya dorongan yang mampu mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik, memusatkan perhatian dalammerencanakan dan melaksanakan kegiatan yang menunjang proses pembelajaran. Dorongan tersebut disebut dengan motivasi belajar. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan (1997: 81) menyatakan bahwa: “ Motivasi diartikan sebagai tindakan seseorang atau proses memberikan dorongan”. Echols dan Shadily, motivasi dapat disamakan dengan motif karena keduanya termasuk kata bernda yang berarti alasan, sebab, daya batian dan dorongan. Sedangkan Webster xxviii
berpendapat bahwa motif berasal dari bahasa latin, yaitu matus yang berati sesuatu yang menyebabkan seseorang bertindak. Dalam proses pembelajaran motivasi berperan sebagai penggerak dan pengarah dalam melaksanakan berbagai aktivitas pembelajaran baik yamh berlangsung di dalam kelas maupun di lapangan. Motivasi ini dapat diumpamakan dengan sebuah mesin dan kemudi pada mobil. Motivasi belajar dapat timbul karena adanya faktor dalam dan faktor luar. Menurut Hamzah B Uno (2006: 23) faktor dalam berupa hasarta dan keinginan dan dorongan kebutuhan serta harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor luar adalah penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan pembelajaran yang menarik. Kedua faktor tersebut dapat dimunculkan sebagai akibat adanya rangsangan tertentu sehingga siswa berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi dalam dan motivasi luar. Motivasi dalam adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Misalnya kesungguhan seseorang dalam belajar karena menginginkan adanya tambahan ilmu pengetahuan. Motivasi luar adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukan tetapi dengan penyerta. Misalnya siswa yang belajar karena ingin naik kelas dan mendapatkan ijazah. Dimyati dan Mudjiono ( 1999: 44) menjelaskan bahwa motivasi dalam dapat berubah menjadi motivasi luar dan sebaliknya. Perubahan motivasi ini disebut dengan transformasi motif. Sebagai contoh, seorang siswa yang belajar di lembaga pendidikan karena desakan orang tua yang menginginkan anaknya menjadi guru. Mula-mula motivasi berupa motivasi luar yaitu ingin menyenangkan orang tua. Tetapi setelah belajar lama di lembaga pendidikan tersebut, siswa tersebut mnyukai pelajaranpelajaran yang diperoleh dan menyukai profesi guru. Motivasi tersebut menjadi motivasi dalam yaitu adanya faktor kesenangan. Jadi motivasi berbah dari motivasi luar menjadi motivasi dalam. Hakekat motivasi belajar adalah dorongan dalam dan dorongan luar pada siswa yang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Hal tersebut mempunyai peranan yang besar dalam menentukankeberhasilan seseorang. Mootivasi belajar ini dapat ditanamkan pada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Hal ini senada dengan Slameto (2003: 59) yang menyatakan bahwa motivasi yang kuat dapat dibentuk dengan pelaksanaan latihan-latihan dan adanya pengaruh faktor lingkungan yang kuat. Terdapat beberapa indikator yang dapat menunjukkan motivasi belajara yang kuat dalam diri siswa. Hamzah B Uno (2006: 23) menjelaskan klasifikasi indikator motivasi belajar yaitu a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil; b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan; d. Adanya penghargaan dalam belajar; e. Adanya kegiatan yang menarik dalam pembelajaran; e. Adanya lingkungan belajar yang kondusi yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik. 4. Predict Observe Explain (POE)
xxix
Metode POE (Predict Observe Explain) termasuk ke dalam pembelajaran kooperatif karena tindakan-tindakan di dalam POE mengandung kegiatan yang membutuhkan adanya kerjasama dalam kelompok, adanya kegiatan diskusi dan adanya kegiatan yang membutuhkan kerjasama diantara anggota. Slavin (2008: 4) menyatakan ”Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing”. Proses pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif memiliki ciri khas yang membedakannya dengan pembelajaran yang lain. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2005: 31) menyatakan bahwa ada 5 unsur yang diterapkan dalam pembelajaran kooperatif yaitu: a. Saling ketergantungan positif Tiap anggota kelompok harus ikut serta dalam kegiatan kelompoknya untuk mencapai tujuan kelompok. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. b. Tanggung jawab perseorangan Setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. c. Tatap muka antar siswa Setiap kesempatan
anggota untuk
kelompok
bertatap
muka
dalam dan
kelompoknya, berdiskusi.
harus
Kegiatan
diberikan ini
akan
menguntungkan baik bagi para anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja. d. Ketrampilan berinteraksi antar individu antar kelompok Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
xxx
e. Evaluasi proses kelompok Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru agar siswa selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik. Unsur-unsur atau elemen dalam pembalajaran juga disampaikan oleh Nurhadi (2004: 112) yang menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah: a. Saling ketergantungan positif; b. Interaksi tatap muka; c. Akuntabilitas individual; dan d. Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan”. POE dapat diartikan dengan melihat kepanjangan metode tersebut. POE terdiri dari 3 kata yaitu predict yang artinya meramalkan, observe yang berarti mengamati dan explain yang berati menjelaskan. Hal ini senada dengan White dan Gunstone (1992 ) mengemukakan definisi POE yaitu suatu strategi yang digunakan untuk mengetahui prediksi/ramalan siswa tentang suatu peristiwa dan alasan mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi. Metode POE merupakan metode yang telah lama dikenal dalam dunia pendidikan. Zuziwe Mthembu (2004: 122) menjelaskan perkembangan POE di dalam dunia pendidikan. Champagne, Klopfer dan Anderson (1979) merupakan orang yang pertama kali mendesain strategi ini dengan nama Demonstrate Observe Explan (DOE) di Universitas di Pittsburg. Kemudian Gunstone and White (1981) merubah dari DOE menjadi POE. Penelitian menunjukkan bahwa POE mampu mengurangi miskonsepsi pada konsep sains. Hal ini senada dengan Palmer (1995: 323) yang berpendapat bahwa POE merupakan teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan pemahaman konsep sains dari siswa. Selain itu POE dapat digunakan untuk mengembangkan ide atau mengetahui pemahaman siswa dengan mencoba menerapkan pengetahuan yang diperoleh ke dalam situasi yang nyata. Pengetahuan dan pemahan siswa mengenai konsep sains akan nampak dari seberapa besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin besar pengetahuan dan pemahaman akan mendorong siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran dan meningkatkan rasa ingin tahu mengenai suatu materi pokok.
xxxi
Sebaliknya siswa dengan pengetahuan dan pemahaman yang kurang akan menjadai malas apabila menerima materi pokok dalam pembelajaran. Hakekat pembelajaran IPA sebagai proses inkuiri adalah membuat siswa terlibat dalam proses atau kerja ilmiah. Dalam hal ini siswa membuat hipotesis kemudian membuktikannya melalui pengamatan. Setelah itu siswa akan menjelaskan hasil hipotesis dan pengamatan apakah sudah sesuai atau belu beserta alasannya. Kegiatan terakhir adalah menyimpulkan. Metode Predict Observe Explain (POE) merupakan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung. Predict yaitu meramalkan, memprediksikan, dan mencoba menebak. Kalimat yang dipakai antara lain a. Apa yang terjadi jika..., ini mendorong siswa untuk menyusun hipotesis; b. Apa yang saudara lakukan untuk membuktikan bahwa..., ini mendorong anak membuktikan hipotesis. Observe meliputi kegiatan mengamati, mengukur, menimbang, dan mencoba. Kalimat yang dipakai misalnya silahkan amati..., ini membiasakan siswa terlibat dalam proses sains.
Explain
yaitu
menerangkan
dengan bahasa
sendiri dan
mengungkapkan apa saja dalam pikiran. Ini membiasakan siswa percaya diri, berpikir kreatif, dan melaporkan secara ilmiah, kemudian guru memberikan penjelasan ilmiahnya. (Depdiknas, 2006: 94) Kegiatan memprediksi/meramalkan merupakan kegiatan menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau sebelumnya. Kegiatan mengamati adalah keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera, misalnya melihat, mendengarkan dan mengukur. Sedang menjelaskan merupakan kegiatan menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan. (Moh. Uzer Usman, 1995: 42-43) POE adalah suatu strategi yang sering digunakan di dalam
ilmu
pengetahuan. POE cocok bola disertai dengan demonstrasi yang meliputi pengamatan dan sesuai dengan konteks dunia fisik. Metode ini dapat digunakan untuk: a. mengenali gagasan awal siswa; b. menyediakan informasi bagi para guru tentang pemikiran para siswa; c. pembangkit diskusi; d. memotivasi para siswa yang ingin menyelidiki konsep; e. pembangkit penyelidikan.
xxxii
Ying-Tien Wu dan Chin-Chang Tsai (2005: 3) menjelaskan langkahlangkah dalam pembelajaran POE yaitu mengajak siswa memprediksi sesuatu, mendiakusikan hasil prediksi, observasi secara langsung dan menjelaskan kesesuain atau ketidaksesuaian antara hasil prediksi dan observasi. Hal ini senada dengan White dan Gunstone (1992) menyatakan bahwa POE merupakan tehnik untuk memastikan para siswa mengartikulasikan gagasan yang ada sebelumnya dengan aktivitas yang mendorong ke arah pemahaman. Mula-mula para siswa diperkenalkan pada suatu situasi sehingga mampu membuat ramalan berdasarkan pengalaman. Siswa diminta untuk membuat suatu ramalan dan memberi alasan. Lalu melakukan pengamatan. Para siswa diminta menjelaskan perbedaan antara apa yang diramalkan dengan hasil pengamatan dan diminta mengusulkan gagasan baru untuk menjelaskan pemahaman.
A. Kerangka Berpikir Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa selama proses tersebut berlangsung, artirnya siswa berperan sebagai perancang dan pelaksana pembelajaran sehingga siswa akan memperoleh pengalaman pembelajaran. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sedang dipelajari. Dalam hal ini peran guru hanya sebagai motivator dan fasilitator. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar
bagi
siswa,
siswa
diberi
kesempatan
seluas-luasnya
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sesuai dengan materi pembelajaran. Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran Biologi adalah kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum menunjukkan adanya keterlibatan atau peran serta siswa secara optimal. Dalam hal ini siswa berperan sebagai objek pembelajaran, yang hanya
mendengarkan dan menulis apa
yang disampaikan oleh
guru.
Kecenderungan kegiatan siswa yang hanya mendengar dan menulis menyebabkan kurangnya kecerdasan verbal terutama kemampuan berbicara siswa sehingga siswa tidak berani menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain dan
xxxiii
berbicara di depan kelas serta kurangnya kemampuan bertanya. Jadi kecerdasan verbal siswa rendah disebabkan kurang optimalnya partisipasi siswa. Guru harus mengadakan variasi dalam pembelajaran agar partisipasi siswa meningkat, misalnya dengan kegatan presentasi, pengamatan dan diskusi. Kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa adalah presentasi (menjelaskan) dan diskusi. Kegiatan pengamatan dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan siswa baik secara fisik maupun psikis. Kegiatan ini akan mendorong siswa agar terlibat langsung, meningkatkan kemampuan berbicara dan melatih keberanian siswa untuk mengeluarkan pendapat. Pembelajaran yang melibatkan adanya kegiatan presentasi (menjelaskan) dan diskusi merupakan bagian dari metode Predict Observe Explain (POE). Di dalam POE terdapat kegiatan pengamatan yang mampu meningkatkan peran serta siswa baik secara fisik maupun psikis. Pemberian
tindakan berupa penerapan
POE
di dalam
proses
pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa karena siswa dapat terlibat dalam kegiatan tersebut baik secara fisik maupun mentak. Keterlibatan ini berupa pengaktifan panca indera dan kemampuan menganalisa suatu peristiwa. POE mengajak siswa untuk meramalkan, mengamati secara langsung, dan menjelaskan dengan bahasa sendiri-sendiri. Siswa diminta untuk memprediksi suatu peristiwa dan memberikan alasan dari prediksi tersebut. Lalu siswa akan mengamati secara langsung. Kemudian menjelaskan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara hasil prediksi dan pengamatan. Dalam memberi penjelasan diperlukan kemampuan berbicara yang efektif sehingga mampu menyampaikan gagasan atau ide dan dapat dimengerti oleh orang lain serta menciptakan komunikasi dua arah. Terkait dengan permasalahan umum pembelajaran Biologi di atas yakni kurangnya keterlibatan atau peran serta siswa dalam kegiatan belajar, dan proses belajar mengajar yang belum mengaktifkan kemampuan berbicara siswa, maka diperlukan adanya tindakan yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan keadaan tersebut maka perlu adanya perbaikan kualitas proses pembelajaran yaitu pastisipasi siswa. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan kecerdasan verbal melalui partisipasi
xxxiv
siswa di kelas VIIA SMP N 1 Karanganyar. Adapun alur pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini :
B.
P ROSES
INPUT: Partisipasi siswa belum optimal
Proses pembelajaran di kelas
sehingga kecerdasan verbal kurang Partisipasi dan kecerdasan verbal siswa
Pemberian motivasi POE (Predict Observe Explain)
Gambar 3. Paradigma Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
xxxv
OUTPUT: Partisipasi siswa dan kecerdasan verbal meningkat
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Karanganyar kelas VIIA tahun pelajaran 2008/2009. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tahap persiapan sampai analisis dan penulisan laporan penelitian dimulai pada bulan Februari 2009 sampai selesai. Secara garis besar pelaksanaannya adalah sebagai berikut: a) Tahap persiapan meliputi perijinan kepada pihak SMP Negeri 1 Karanganyar, observasi, identifikasi masalah, dan pembuatan instrumen dalam pembelajaran yang dilaksanakan bulan Februari 2009 sampai Mei 2009. b) Tahap pelaksanaan penelitian, meliputi dua siklus yang dilakukan selama bulan April 2009 sampai Juni 2009. c) Tahap analisis data dan penulisan laporan penelitian dilaksanakan antara bulan Juni 2009 sampai selesai.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas/CAR (Classroom Action Research). Penelitian yang dilakukan adalah PTK kolaboratif dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan. Adapun rancangan pemecahan masalah yang diterapkan adalah perangsangan kecerdasan verbal dalam kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode POE. Data penelitian berupa data deskripsi keadaan pembelajaran yang sebenarnya (deskripsi kualitatif). Aspek kualitatif yaitu berupa keadaan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran berupa hasil observasi berdasarkan lembar observasi, pemberian angket yang menggambarkan kegiatan pembelajaran oleh siswa di dalam kelas dan waawancara terhadap siswa maupun guru bidang studi. Dalam menerapkan metode POE digunakan tindakan siklus dalam setiap pembelajaran, artinya cara menerapkan metode POE pada pembelajaran pertama sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran kedua, hanya refleksi terhadap
xxxvi
setiap pembelajaran berbeda, tergantung dari fakta dan interpretasi data yang ada. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penggunaan metode POE. White dan Gunstone (1992) menyatakan bahwa POE merupakan tehnik untuk memastikan para siswa
mengartikulasikan gagasan yang ada
sebelumnya dengan aktivitas yang mendorong ke arah pemahaman. Langkahlangkah dalam POE yaitu: a.
Siswa diperkenalkan pada suatu situasi sehingga mampu membuat ramalan didasarkan pada pengalaman.
b.
Siswa diminta untuk membuat suatu ramalan dan memberi alasan.
c.
Suatu aktivitas pengamatan.
d.
Siswa menjelaskan perbedaan antara apa yang diramalkan dengan hasil pengamatan.
e.
Siswa
diminta
mengusulkan
gagasan
baru
untuk
menjelaskan
pemahamannya. C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian berasal dari beberapa sumber, yaitu : •
Informasi yang diperoleh dari guru dan siswa
•
Tempat dan peristiwa berlangsungnya proses pembelajaran
•
Dokumentasi atau arsip, antara lain berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus dan buku referensi mengajar.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data selama proses penelitian adalah sebagai berikut: a. Observasi Observasi yang dilakukan adalah observasi secara pasif dan sistematik. Observasi ini dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan proses pembelajaran maupun kinerja siswa selama proses pembelajaran. Bentuk instrumen pengamatan yang dilakukan beserta aspek-aspek yang akan diteliti telah dirancang terlebih dulu. Pengisian dilakukan dengan membubuhkan check (√) pada pilihan yang
xxxvii
tepat. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian meliputi partisipasi siswa, performance guru dan kecerdasan verbal (kemampuan berbicara). b. Angket Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Dengan menganalisis informasi yang diperoleh dari angket tersebut dapat diketahui peningkatan proses atau kegiatan pembelajaran sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran biologi pada sub pokok bahasan Pencemaran Lingkungan. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan tertutup. Angket dibeikan dan diisi secara langsung oleh siswa dengan pilihan jawaban yang telah ditentukan. Angket disusun untuk mengukur partisipasi siswa dan kepuasan terhadap metode POE. Penyusunan angket menggunakan skala likert yaitu menggunakan rentang mulai dari pernyataan sangat positif sampai pernyataan sangat negatif, alternatif pilihan jawaban adalah sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). c. Tes Tes digunakan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah dilakukan terhadap tingkat penguasaan konsep pada materi pembelajaran. Tes dilakukan dalam penelitian ini adalah tes evaluasi pasca siklus II. d. Wawancara Wawancara erat kaitannya dengan proses observasi. Wawancara dilakukan dengan guru dan siswa yang bertujuan untuk mengadakan informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru dan siswa yang dianggap mewakili. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi digunakan pada saat yang dianggap tepat. Wawancara dengan siswa berkaitan dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran sedang dengan guru bidang studi berkaitan dengan kepuasan terhadap metode POE. e. Kajian dokumentasi
xxxviii
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai arsip yang digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya dalam silabus penelitian, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), materi pelajaran, tes evaluasi, daftar kelompok serta presensi siswa. 3. Instrumen Penelitian Untuk mengumpulkan data maka digunakan instrumen sebagai berikut : a. Silabus Silabus disusun sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). b. Angket Angket disusun untuk mengumpulkan data mengenai: 1) Penilaian siswa terhadap partisipasi siswa dalam pembelajaran. 2) Penilaian siswa terhadap kepuasan terhadap metode POE Teknik penilaian/pemberian skor angket mengacu pada Nana Sudjana (2006: 81) yang disajikan dalam tabel di bawah ini:
B.
Tabel 1. Teknik Penilaian Angket
Sangat Kurang Setuju setuju setuju Pernyataan positif 5 4 3 Pernyataan
Pernyataan negatif
1
2
3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
4
5
d. Tes Hasil Belajar Instrumen ini untuk mengetahui tingkat pemahaman dan peningkatan penguasaan materi biologi. Tes hasil belajar yang dilakukan adalah tes evaluasi pascasiklus II. e. Wawancara Instrumen ini digunakan untuk menilai partisipasi siswa dan kepuasaan terhadap metode POE. Wawancara partisipasi ditujukan kepada siswa sedang kepuasan metode POE ditujukan kepada guru.
f. Lembar observasi
xxxix
Instrumen ini digunakan untuk menilai partisipasi siswa, performance guru dan kecerdasan verbal siswa.
E. Validitas Data Teknik triangulasi data digunakan untuk menjaga validitas data. Menurut H. B Sutopo (2002: 78), triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah triangulasi metode. Menurut H. B Sutopo (2002: 80),
triangulasi metode
menekankan
pada penggunaan metode
pengumpulan data yang berbeda dan diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah angket, observasi dan wawancara. Pemberian tes kognitif yang digunakan untuk mengukur penguasaan materi biologi yang dimiliki siswa. Skema triangulasi dalam penelitian ini adalah : Angket
Data
Observasi
Sumber Data
Wawancara Gambar 4. Skema Triangulasi Sumber Data Penelitian (H.B. F. Sutopo, Analisis2002 Data:81) E. Analisis Data Analisis data dilakukan sejak awal sampai berakhirnya kegiatan pengumpulan data. Data-data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Proses analisis data menurut Miles dan Huberman dalam H.B Sutopo (2002: 91-92) mencakup tiga komponen utama, yaitu: reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan dari data lapangan yang berlangsung sepanjang kegiatan pelaksanaan penelitian,
xl
penyajian data merupakan pemaparan atas semua data yang telah di seleksi dan di reduksi yang dirangkai secara urut dan sistematis, dan penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan dan penggolongan data. Dalam analisis lapangan data-data berupa catatan lapangan dari peneliti disajikan dalam narasi informasi untuk mengadakan refleksi yang jelas.
G. Prosedur Penelitian Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart dalam Rochiyati Wiriaatmadja (2008: 66) yang berupa model spiral yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan analisis serta refleksi. Kemudian setelah adanya refleksi maka akan diikuti dengan perencanaan kembali yang merupakan dasar pemecahan masalah berikutnya. Secara operasional, langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut: Tahap Persiapan a. Permintaan ijin pada kepala sekolah dan guru biologi
SMP Negeri 1
Karanganyar. b. Observasi pratindakan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan dengan mengikuti pembelajaran biologi dikelas. c. Identifikasi masalah pembelajaran biologi di kelas VIIA. Identifikasi permasalahan dilakukan bersama-sama dengan guru biologi. Tahap Perencanaan Pada tahap ini kegiatan diawali dengan menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE. Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi Silabus Biologi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal tes kemampuan pasca siklus, angket, lembar observasi dan lembar wawancara Tahap Pelaksanaan/Tindakan
xli
Hal-hal yang dilakukan dalam tindakan adalah stimulasi kecerdasan verbal melalui POE sebagai berikut. Pelaksanaan tindakan penelitian meliputi 2 siklus. Skenario untuk setiap siklus adalah sebagai berikut: Siklus I 1. Tahap Perencanaan a.
Penyusunan silabus pembelajaran biologi untuk kelas VII semester 2. Silabus sesuai dengan KTSP.
b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. c. Penyusunan angket partisipasi siswa dalam pembelajaran dan kepuasan penggunaan metode POE . d. Penyusunan lembar observasi partisipasi siswa, lembar observasi performance guru dan lembar observasi kecerdasan verbal. e. Penyusunan lembar wawancara yang meliputi partisipasi siswa dan kepuasan terhadap metode POE. f. Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (terlampir) g. Penyusunan Lembar Diskusi POE h. Persiapan alat dan bahan pembelajaran yang sesuai. 2. Tahap Pelaksanaan/tindakan Pembelajaran dilakukan dalam 2 kali tatap muka (masing-masing 2x45 menit). Skenario untuk setiap siklus adalah sebagai berikut : 1) Pertemuan 1 a) Guru memberikan apersepsi kepada siswa mengenai Pencemaran Lingkungan. b) Siswa dibagi kedalam kelompok, 1 kelompok beranggotakan 5 siswa. c) Siswa diperkenalkan pada situasi sehingga mampu membuat ramalan berdasarkan pengalaman dan memberi alasan. d) Siswa diminta mendiskusikan di dalam kelompok. e) Siswa menuliskan jawaban pada lembar diskusi yang telah disediakan. f) Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok.
xlii
g) Siswa diajak melalukan pengamatan ke lingkungan sekitar sekolah mengenai pencemaran. Siswa menjawab LKS sesuai dengan hasil pengamatan. h) Siswa mendiskusikan hasil pengamatan dan
membuat kesimpulan
pada akhir pengamatan. i) Siswa melakukan kegiatan presentasi kelas. j) Diskusi bersama dalam satu kelas tentang materi yang dipresentasikan. k) Siswa memperoleh tugas individu (PR). 2)
Pertemuan 2 a) Guru mengadakan kilas balik terhadap materi yang telah lalu. b) Siswa bersama guru membahas tugas pada minggu lalu. c) Melanjutkan presentasi dari pertemuan sebelumnya. Kelompok yang belum presentasi mengadakan presentasi. d) Mendiskusikan materi yang dipresentasikan. e) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pada akhir pembelajaran. f) Siswa mengerjakan angket yang telah dibagikan
3. Tahap Observasi dan Evaluasi Observasi dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Fokus ditekankan pada implementasi metode POE terhadap kualitas pembelajaran biologi secara menyeluruh yang meliputi partisipasi siswa pada siklus I, dan kepuasan siswa terhadap metode POE. 4. Tahap Analisis Data dan Refleksi Setelah proses pembelajaran
pada siklus I berakhir, maka diadakan
analisis terhadap semua data yang diperoleh di lapangan. Refleksi dilakukan dengan berdiskusi dengan guru kemudian memikirkan ulang mengenai pemecahan terhadap berbagai masalah yang muncul di kelas penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang telah dirancang. Hasil refleksi yang akan dilakukan untuk perbaikan pada siklus II.
xliii
Siklus II 1. Perencanaan Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan strategi pembelajaran untuk siklus II yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. 2. Pelaksanaan Tindakan a) Guru memberikan apersepsi kepada siswa mengenai Pencemaran Lingkungan. b) Siswa dibagi kedalam kelompok, 1 kelompok beranggotakan 5 siswa. c) Siswa diperkenalkan pada situasi sehingga mampu membuat ramalan berdasarkan pengalaman dan memberi alasan. d) Siswa diminta mendiskusikan di dalam kelompok. e) Siswa menuliskan jawaban pada lembar diskusi yang telah disediakan. f) Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok. g) Siswa diajak melalukan pengamatan ke lingkungan sekitar sekolah mengenai pencemaran. Siswa menjawab LKS sesuai dengan hasil pengamatan. h) Siswa mendiskusikan hasil pengamatan dan
membuat kesimpulan
pada akhir pengamatan. i) Siswa melakukan kegiatan presentasi kelas. j) Diskusi bersama dalam satu kelas tentang materi yang dipresentasikan. k) Siswa memperoleh tugas individu (PR). 3)
Pertemuan 2 a) Guru mengadakan kilas balik terhadap materi yang telah lalu. b) Siswa bersama guru membahas tugas pada minggu lalu. c) Melanjutkan presentasi dari pertemuan sebelumnya. Kelompok yang belum presentasi mengadakan presentasi. d) Mendiskusikan materi yang dipresentasikan. e) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pada akhir pembelajaran. f) Siswa mengerjakan tes kognitif pasca siklus II dan angket.
3. Tahap Observasi dan Evaluasi
xliv
Observasi dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran. Kemudian mmbandingkan hasil pengamatan pada siklus I dengan siklus II. Menentukan apakah pada siklus II mengalami peningkatan atau penurunan. 4. Tahap Analisis Data dan Refleksi Setelah proses pembelajaran pada siklus II berakhir, maka diadakan analisis terhadap semua data yang diperoleh di lapangan melalui proses observasi maupun evaluasi. Seperti pada tahap refleksi siklus I, refleksi pada siklus II ini juga dilakukan dengan berdiskusi antara guru biologi dengan peneliti. Diskusi ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan tindakan apakah sudah mencapai tujuan atau belum dan untuk menentukan keputusan dalam melakukan siklus lanjutan atau berhenti. Batasan ketuntasan minimal (BKM) di SMP N 1 Karanganyar adalah 65. Menurut E. Mulyasa (2003: 101), suatu pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) terlibat secara aktif berpartisipasi baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Prosentase capaian tersebut dipergunakan pada penelitian, dimana capaian sebesar 75% untuk menilai masing-masing indikator partisipasi siswa pada proses pembelajaran, yaitu mempraktekkan sesuatu, mengambil keputusan dengan tepat dan menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Apabila dalam setiap aspek yang diukur untuk tiap-tiap indikatornya sudah dapat mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih ada beberapa indikator dari masing-masing aspek yang diukur belum memenuhi target capaian maka dilakukan pembelajaran siklus II untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Siklus II dilaksanakan apabila pembelajaran pada siklus I belum berhasil. Tahapan yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus berikutnya adalah sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan analisis serta refleksi
xlv
Urutan masing-masing tahapan jalannya penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Refleksi Menunggu hasil pelaksanaan tindakan dari Siklus I. Pelaksanaan Penerapan metode POE dalam KBM I dan KBM II. Evaluasi I Evaluasi partisipasi siswa dan hasil pelaksanaan metode POE siswa. Data: o Wawancara o Observasi o Angket Data pendamping: o Hasil tes kognitif
Reflect
Plan
Act & Observe
Menunggu hasil pelaksanaan tindakan dari Siklus II.
Pelaksanaan Penerapan POE dalam KBM IV dan V Evaluasi II Evaluasi partisipasi siswa dan hasil pelaksanaan metode POE siswa. Data: o Wawancara o Observasi o Angket Data pendamping: o Hasil tes kognitif
Perencanaan Penyusunan instrumen pembelajaran: angket partisipasi siswa,agket kepuasan metodePOE ,silabus, RPP, media pembelajaran untuk siklus I, lembar observasi, pedoman wawancara.
Revised plan
Act & Observe
Perencanaan Penyusunan instrumen pembelajaran: angket partisipasi siswa,agket kepuasan metodePOE ,silabus, RPP, media pembelajaran untuk siklus II, lembar observasi, pedoman wawancara.
Gambar 5. Skema Prosedur Penelitian (Kemmis dan Taggart) (Rochiyati Wiriaatmadja, 2008: 66) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
xlvi
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) merupakan sebuah penelitian yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar dan memecahkan masalah yang muncul di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam 2 siklus dengan 4 kali pertemuan (8 X 45 jam pelajaran) yang dilakukan di kelas VIIA. Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, analisis dan observasi serta refleksi. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan partisipasi siswa yang masih rendah dalam pembelajaran. A. Data dan Deskripsi Tempat Penelitian Tempat penelitian yang dilakukan ini berada di kelas VIIA SMP Negeri 1 Karanganyar. Data sekolah dan data kelas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Data Sekolah Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Karanganyar No. Statistik Sekolah : 201031309001 Alamat Sekolah : Jl. Ir. H. Juanda No. 18 Kec/ Kab/ Kota : Karanganyar / Karanganyar Provinsi : Jawa Tengah No. Telepon/ Fax : (0271) 495450 Status Sekolah : Negeri Standar Sekolah : Akreditasi A Kepala Sekolah : Drs. Widodo. M. Pd Status Tanah : Sertipikat Status Bangunan Tanah : Pemerintah Luas Tanah : 5803 m² Luas Seluruh Bangunan : 3600 m2 Luas Tanah Siap Bangu : 2203 m2 SMP Negeri 1 Karanganyar merupakan salah satu sekolah di Karanganyar yang terletak di Jl. Ir. H. Juanda No. 18. Sekolah ini terletak ditengah-tengah pemukiman penduduk dan batas utara, barat, selatan dan timur berupa jalan. Peserta didik SMP N 1 Karanganyar 3 tahun pelajaran terakhir berjumlah 2681 siswa yaitu tahun pelajaran 2006/2007 berjumlah 899 siswa. Terdiri dari kelas VII sebanyak 305 siswa, kelas VIII sebanyak 283 siswa dan kelas IX sebanyak 311 siswa. Tahun pelajaran 2007/2008 berjumlah 900 siswa yang terdiri dari 307 siswa kelas VII, 308 siswa kelas VIII dan 285 siswa kelas IX. Tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 882 siswa yang terdiri dari 288 siswa kelas VII, 309 siswa kelas VIII dan 285 siswa kelas IX. Jumlah seluruh pengajar di SMP Negeri 1 Karanganyar adalah 52 guru yang terdiri dari 44 guru tetap/PNS dan 8 guru bantu/GTT. Ruang kelasnya sebanyak 25 ruang dengan ukuran masing-masing ruangan adalah >63 m2.
xlvii
2. Data Siswa Kelas VIIA Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Karanganyar kelas VIIA tahun pelajaran 2008/2009. Kelas VIIA ini dipilih sebagai subyek penelitian karena di kelas ini terdapat permasalahan yang diharapkan dapat diatasi dengan tindakantindakan perbaikan yang telah direncanakan terlebih dahulu. Permasalahan tersebut adalah partisipasi siswa dalam proses pembelajaran masih belum optimal. Ruangan kelas VIIA terletak di lantai 1 dengan ukuran >63 m2, lantai kelas berupa tegel dan dinding ruangan bercat putih. Kelengkapan ruangan kelas meliputi 1 buah pintu, 3 ventilasi, 1 whiteboard dan 1 blackboard, 1 meja guru dan 40 meja siswa, 1 kursi guru dan 40 kursi siswa, 1 papan absensi dan beberapa gambar yang ditempel disisi kelas.Kelas VIIA menghadap ke arah utara. Jumlah siswa sebanyak 40 siswa terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Perbandingan antar luas ruangan kelas dengan jumlah siswa sudah seimbang sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan lancar. Tempat duduk siswa laki-laki dengan siswa laki-laki sedang siswa perempuan dengan siswa perempuan lain. Setiap hari posisi duduk siswa dirubah sehingga semua siswa dapat merasakan semua kursi dalam ruang kelas dan mencegah terfokusnya mata pada satu sudut pandang. C. Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus) Kegiatan penelitian diawali dengan pemberian angket yang bersifat tertutup, dalam hal ini angket partisipasi siswa dalam pembelajaran. Angket digunakan sebagai data awal yang mampu menggambarkan seberapa besar partisipasi siswa sebelum adanya perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE dalam proses belajar mengajar. Item-item angket merupakan perwakilan dari indikator-indikator yang ingin diukur dan diketahui perubahan dan perkembangannya pada setiap siklus. Berikut ini hasil angket partisipasi siswa sebelum adanya perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE dalam kegiatan prasiklus yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Prasiklus No
Indikator
1. Mempraktekkan sesuatu 2. Mengambil keputusan dengan tepat 3. Menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Jumlah Rata-rata
Capaian Indikator (%) 63,67 69 67,25 199,92 66,64
Tabel 2 menunjukkan tingkat partisipasi siswa sebelum adanya perangsangan kecerdasan verbal dengan metode POE
xlviii
di dalam proses
pembelajaran(Prasiklus). Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa partisipasi sisiwa di kelas berkisar antara 63,67% sampai 69% dengan rata-rata sebesar 66,64%. Persentase keterlibatan siswa dalam mempraktekkan sesuatu sebesar 63,67%, tanggung jawab dalam pengambilan keputusan sebesar 69%, dan keberanian siswa dalam menghadapi konsekuensi sebesar 67,25%. Data tersebut dapat diwujudkan dalam gambar diagram dibawah ini:
Prosentase Capaian
Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Partisipasi SIswa Prasiklus
70 69 68 67 66 65 64 63 62 61
69 67.25
63.67
indikator 1
pra siklus
indiaktor 2
indikator 3
Indikator
Gambar 6. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Prasiklus Nilai rata-rata partisipasi siswa dikelas untuk prasiklus menunjukkan bahwa pada indikator pertama (mempraktekkan sesuatu) tergolong rendah artinya keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran masih kurang. Sedangkan indikator kedua dan ketiga, yaitu tanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan keberanian siswa dalam menghadapi konsekuensi telah diatas rata-rata. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang hendak dicapai, yaitu sebesar 75% maka capaian prosentase pada prasiklus masih kurang, sehingga perlu diadakan tindakan lebih lanjut. Berdasarkan tabel 2 tentang hasil capaian setiap indikator pada angket partisipasi siswa, maka untuk setiap indikatornya dapat dijabarkan ke dalam itemitem soal angket yang terlampir pada lampiran 1d. Hasil skor pengamatan pada setiap indikator angket partisipasi siswa prasiklus dapat dilihat pada tabel skor setiap item soal pada angket partisipasi siswa prasiklus (%) pada lampiran 2b.
xlix
Data pada tabel skor setiap item soal pada angket partisipasi siswa prasiklus (%) pada lampiran 2b, dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut: Persentase Jumlah Skor Setiap Item Pada Angket Partisipasi Siswa Prasiklus
Persentase Capaian
100% 80%
Skor 5 (%)
60%
Skor 4 (%) Skor 3 (%)
40%
Skor 2 (%)
20%
Skor 1 (%)
0% 1 2 Persentase 3 4 5 6Jumlah 7 8 Skor 9 10 11 12 13pada 14 15 Gambar 7. Diagram Setiap Item Angket Partisipasi Siswa Prasiklus Nomor Item
Diagram tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat variasi skor pada setiap item soal angket partisipasi siswa. Pada hasil angket pra siklus, rata-rata prosentase skor 1 sebesar 0,720976%, skor 2 sebesar 9,84391%, skor 3 sebesar 37,82152%, skor 4 sebesar 40,5007% dan skor 5 sebesar 11,1129%. Secara keseluruhan skor 4 mendominasi pada keseluruhan item soal angket partisipasi siswa. Prosentase terbesar ke-2 terletak pada skor 3 dengan pilihan jawaban ”tidak berpendapat”. Hal tersebut karena belum ada tindakan POE dalam proses belajar mengajar sehingga membuat siswa memberikan jawaban ”tidak berpendapat” terhadap item soal angket yang diajukan. Urutan prosentase selanjutnya yaitu skor 5 (11,1129%), skor 2 (9,84391%) kemudian skor 1 (0,720976%). Hasil observasi menununjukkan jumlah 3 siswa yang bertanya (8%), siswa secara individu menjawab pertanyaan guru bila ditunjuk bila tidak akan menjawab secara bersamaan dengan suara pelan dan tidak jelas. Selama proses pembelajaran berlangsung, kegiatan siswa adalah mendengarkan, menulis dan mengerjakan soal dari guru. Apabila siswa diminta maju ke depan kelas untuk menjelaskan materi tertentu maka siswa tidak ada yang berani tetapi siswa baru akan maju ke depan kelas bila ditunjuk oleh guru. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah disertai tugas serta kegiatan pengamatan, presentasi dan diskusi tidak pernah diadakan. Kegiatan untuk mengetahui kondisi awal tentang penguasaaan konsep dilakukan dengan melihat hasil ujian tengah semester siswa. Hasil ujian ini akan menunjukkan kemampuan awal siswa di dalam proses pembelajaran. Berdasarkan lampiran 1k, dapat diketahui bahwa nilai kemaampuan awal siswa berkisar antara l
73 sampai 87 dengan nilai rata-rata sebesar 77,43. Nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran Biologi adalah 65. Hal ini berarti bahwa nilai siswa 100% diatas KKM. Nilai rata-rata kelas ini menunjukkan bahwa kemampuan awal belajar siswa tergolong cukup tinggi karena sudah diatas batas tuntas. Berdasarkan hasil angket partisipasi siswa, observasi partisipasi dan observasi kecerdasan verbal siswa pada prasiklus maka akan dilakukan tindakan untuk meningkatkan partisipasi siswa di dalam proses pembelajaran. Tindakan tersebut berupa penerapan metode POE di dalam proses pembelajaran. POE merupakan pembelajaran kooperatif yang mengajak siswa untuk meramalkan suatu peristiwa, kemudian melakukan observasi atau mengamati secara langsung, dan menjelaskan kepada siswa lain. Metode POE dapat digunakan dalam kegiatan diskusi. Kegiatan diskusi merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam berinteraksi dengan berbagai pengalaman dalam pemecahan masalah. Dalam kegiatan ini siswa didorong agar mampu berpartisipasi dengan aktif. Metode ini juga dapat digunakan dalam kegiatan pengamatan atau praktikum. Anggota kelompok dalam proses pembelajaran berkerjasama untuk meramalkan peristiwa berdasar kejadian yang ada. Setelah itu siswa dapat mengamati suatu peristiwa secara bersama-sama dan memutuskan point-point apa saja yang dapat dijelaskan kepada siswa lain. Presentasi diperlukan sebagai kegiatan siswa dalam memberikan penjelasan di depan kelas. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi diketahui bahwa kegiatan diskusi dan praktikum tidak pernah dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini pernah dilaksanakan pada semester I dan hanya 1 kali. Selain penerapan metode POE dalam proses pembelajaran, tindakan peningkatan partisipasi yang dilakukan adalah dengan perangsangan kecerdasan verbal yang mampu meningkatkan kemampuan berbicara siswa di depan kelas. Kecerdasan ini sangat diperlukan siswa apabila hendak memberikan gagasan atau ide dalam pembelajaran dan dalam kegiatan presentasi. Siswa dengan kecerdasan verbal yang baik mampu berbicara dengan menarik dan memudahkan pendengar agar mengerti gagasan yang akan disampaikan pembicara.
li
Kecerdasan verbal yang baik ditunjang oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan berbicara, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi ketepatan ucapan, penempatan tekanan; nada; sendi dan durasi yang sesuai, pilihan kata (diksi) dan ketepatan sasaran pembicaraan. Sedang faktor nonkebahasan meliputi sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan kepada lawan berbicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran dan penalaran/relevansi. Keuntungan dimiliki kecerdasan verbal adalah siswa akan mampu menyampaikan ide atau gagasan dan hasil diskusi kelompoknya dengan baik pada proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan metode POE yang salah satu dasarnya adalah menjelaskan topik materi yang dipelajari, sehingga tepatlah bila digunakan perangsangan kecerdasan verbal dengan metode POE. Melalui perangsangan kecerdasan verbal dengan metode POE dalam pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima informasi yang pasif tetapi juga diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam menyampaikan gagasan yang dimilikinya. Pada penelitian yang dilakukan, proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas dan di lingkungan sekolah. Terdapat dua siklus yang diterapkan dalam menyelesaikan dan menjawab permasalahan di dalam kelas. Pada setiap siklusnya akan diterapkan perangsangan kecerdasan verbal dengan metode POE dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Untuk mengetahui adanya perubahan dari proses yang diakibatkan oleh tindakan tersebut, maka evaluasi dilakukan dengan cara memberikan angket partisipasi siswa, angket kepuasan terhadap metode POE, lembar observasi partisipasi siswa, lembar observasi performance guru dan lembar observasi kecerdasan verbal pada tiap akhir siklus. Dari hasil observasi pembelajaran sebelumnya (prasiklus), penerapan siklus I dan siklus II tersebut terdapat akan menunjukkan beberapa perbedaan yang terjadi pada diri siswa yang meliputi perubahan kualitas proses pembelajaran yang akhirnya berdampak pula pada kualitas hasil belajar siswa.
D. Deskripsi Hasil Siklus I
lii
Proses pembelajaran pada penelitian merupakan aktivitas siswa yang berlangsung baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekitar sekolah yang memiliki berbagai tindakan dalam setiap siklusnya. 1. Perencanan Tindakan I Adapun perencanaan tindakan untuk siklus I meliputi: a. Penyusunan silabus dan satuan pengajaran sesuai dengan materi pokok pencemaran, b. Penyusunan rencana pengajaran (RPP), c. Penyusunana LKS dan lembar diskusi POE, d. Penyusunan angket partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi, e. Penyusunan angket kepuasan terhadap metode POE siklus I, f. Penyusunan lembar observasi partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi, g. Penyusunan lembar observasi performance guru dalam pembelajaran biologi, h. Penyusunan lembar observasi kecerdasan verbal siswa dalam pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan I Pada pelaksanaan tidakan I, guru menerapkan metode POE yang terdiri dari 2 kali tatap muka dengan waktu 2 x 45 menit. Materi pokok yang digunakan adalah Pencemaran Lingkungan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan di kelas dan di lingkungan sekitar sekolah (di lapangan). Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama meliputi pengamatan di kelas dan lapangan serta diskusi di dalam kelas. Guru memberikan apersepsi kepada siswa mengenai Pencemaran Lingkungan. Kegiatan memberikan motivasi dilakukan dengan kegiatan demonstrasi. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa. Mula-mula disediakan 2 toples yang berisi air bersih dan air keruh beserta 4 ekor ikan yang diletakkan pada tempat terpisah. Siswa diminta untuk mendiskripsikan kondisi awal kedua air. Setelah itu siswa diminta untuk meramalkan, dengan memberikan pertanyaan: Apa yang akan terjadi bila kedalam masing-masing toples tersebut dimasukkan 2 ekor ikan?. Siswa diminta untuk menuliskan jawaban beserta alasan pada lembar diskusi yang telah disediakan. Kegiatan inti dimulai dengan meminta siswa untuk meramalkan pencemaran apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar sekolah beserta alasannya. Siswa akan memperoleh LKS,1 kelompok 1 LKS dan meminta siswa meminta siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekitar sekolah mengenai pencemaran lingkungan. Siswa menjawab LKS sesuai dengan hasil pengamatan. Diskusi kelompok diadakan bertujuan untuk menggali informasi yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan. Selain itu diskusi bertujuan untuk membandingkan hasil ramalan dengan hasil pengamatan serta menentukan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan presentasi. Pesentasi kelas oleh beberapa kelompok dan diskusi bersama dalam 1 kelas. Kelompok yang tidak presentasi sebagai penanya. Apabila presentasi selesai, guru memberikan penguatan dan sesi tanya jawab. Kegiatan diakhiri dengan pemberian tugas dan menyimpulkan materi pelajaran bersama-sama mengenai macam-macam pencemaran. Pertemuan kedua, guru melanjutkan pelajaran dengan mengulas sedikit materi pada pertemuan sebelumnya dan membahas tugas yang telah diberikan. Kegiatan presentasi dilanjutkan oleh kelompok lain. Apabila presentasi selesai, guru memberikan penguatan dan sesi tanya jawab. Kegiatan presentasi berakhir dengan membuat kesimpulan bersama-sama mengenai jenis dan sumber pencemaran.
liii
Kegiatan dilanjutkan dengan pengisisan angket partisipasi dan kepuasan terhadap metode POE oleh siswa. 3. Observasi Tindakan I Pada proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan observasi terhadap partisipasi siswa, kecerdasan verbal dan performance guru. Siswa diberi angket yang bersifat tertutup pada akhir siklus, dalam hal ini adalah angket partisipasi siswa dan angkat kepuasan terhadap metode POE pada siklus I. Berdasarkan hasil penelitian proses pembelajaran dengan perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE dapat diketahui nilai sebagai berikut: a.
Hasil Angket Partisipasi Siswa
Hasil angket partisipasi siswa pada setiap indikator dalam proses pembelajaran Biologi pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Persentase Capaian Indikator untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus I No.
Indikator
1 Mempraktekkan sesuatu 2 Mengambil keputusan dengan tepat 3 Menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Jumlah Rata-rata
Capaian Indikator (%) 73,500 74 71,580 219,080 73,030
Setiap indikator pada angket partisipasi siswa dijabarkan dalam item-item angket partisipasi siswa pada lampiran 1d. Hasil skor pengamatan pada setiap indikator angket partisipasi siswa siklus I dapat dilihat pada tabel skor setiap item soal pada angket partisipasi siswa siklus I (%) pada lampiran 2c b. Hasil Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Hasil angket kepuasan terhadap metode POE pada setiap indikator dalam proses pembelajaran Biologi pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4. Persentase Capaian Indikator untuk Setiap Indikator pada Angket Kepuasan terhadap Metode POE Siklus I No. 1. 2. 3. 4.
Indikator Perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar Penilaian kemampuan diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas
liv
Capaian Indikator (%) 66,625 66 63,750 66,833
5.
Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana 6. Penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan 7. Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan 8. Hasil kerja yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu Jumlah Rata-rata
69 68,625 64 70,625 535,458 66,932
Setiap indikator pada angket kepuasan terhadap metode POE dijabarkan dalam item-item angket kepuasan terhadap metode POE pada lampiran 1f. Hasil skor pengamatan pada setiap indikator angket kepuasan terhadap metode POE siklus I dapat dilihat pada tabel skor setiap item soal pada angket kepuasan terhadap metode POE siklus I (%) pada lampiran 2f. c. Hasil Observasi Partisipasi Siswa Hasil observasi partisipasi siswa pada setiap indikator dalam proses pembelajaran Biologi pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Indikator Pada Observasi Partisipasi Siswa Siklus I No.
Indikator
1 Mempraktekkan sesuatu 2 Mengambil keputusan dengan tepat 3 Menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Jumlah Rata-rata d.
Capaian Indikator (%) 73,750 60 61,250 195 65
Hasil Observasi Performance Guru Hasil observasi performance guru pada setiap indikator dalam proses
pembelajaran Biologi pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Aspek Performance Guru Siklus I No. 1. 2. 3. 4.
Aspek Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan lv
Pada Observasi
Capaian Indikator (%) 58,334 50 50 100
5.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan 6. Keterampilan mengelola kelas 7. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 8. Keterampilan memberi penguatan Jumlah Rata-rata
50 50 75 66,667 500 62,500
Setiap aspek pada lembar observasi performance guru dijabarkan dalama itemitem lembar observasi performance guru pada lampiran 1k. e. Hasil Observasi Kecerdasan Verbal Hasil observasi kecerdasan verbal pada setiap indikator dalam proses pembelajaran Biologi pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Indikator Pada Observasi Kecerdasan Verbal Siklus I No.
Indikator
1. 2. 3.
Siswa mampu mengucapkan suara dengan tepat Siswa berbicara dengan intonasi suara Siswa mampu berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti 4. Siswa berbicara dengan kalimat yang efektif 5. Siswa berbicara dengan tenang 6. Siswa berbicara dengan memandang siswa lain 7. Siswa berbicara dengan suara nyaring 8. Siswa berbicara dengan lancar Jumlah Rata-rata
Capaian Indikator (%) 65 62,5 70 55 60 65 65 57,5 500 62,5
4. Analisis dan Refleksi Tindakan I a. Hasil Angket Partisipasi Siswa Berdasarkan data tabel 3, dapat diketahui bahwa pada siklus I nilai partisipasi siswa pada setiap indikator yang diamati dalam proses pembelajaran Biologi yang berlangsung sebesar 71,58% sampai 74% dengan rata-rata kelas sebesar 73,03%. Pada proses pembelajaran, persentase capaian untuk masingmasing indikator partisipasi pada siklus I adalah untuk mempraktekkan sesuatu sebesar 73,5%, mengambil keputusan dengan tepat 74% dan untuk mampu menghadapai konsekuensi hidup sebesar 71,58 %. Rata-rata persentase capian pada angket partisipasi adalah 73,03%. Capaian prosentase untuk masing-masing
lvi
indikator ini masih dibawah 75 %. Data pada tabel 3 dapat digambarkan sebagai berikut: Persentsase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Partisipasi Siswa Siklus I
Prosentase Capaian
74.5 74
74 73.5
73.5 73 72.5 72
71.58
Siklus I
71.5 71 70.5 70 Ind 1
Ind 2
Ind 3
Indikator
Gambar 8. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Partisipasi Siswa Siklus I Terdapat 1 indikator yang masih dibawah rata-rata yaitu indikator ke 3, mampu menghadapi konsekuensi hidup. Wujud indikator ini dalam proses pembelajaran di kelas adalah keberanian siswa dalam menyampaikan hasil diskusi dihadapan siswa lain dan memperhatikan teman lain yang sedang presentasi. Indikator ini masih dibawah rata-rata karena siswa belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapatnya dan belum terlatih untuk berbicara di hadapan siswa lain serta kegiatan peresentasi merupakan jenis kegiatan yang baru bagi siswa sehingga siswa masih dalam tahap adaptasi. Pada setiap indikator yang dimati dapat dijabarkan ke dalam item-item soal angket yang terlampir pada lampiran 1d. Hasil skor pengamatan pada setiap indikator angket partisipasi siswa prasiklus dapat dilihat pada tabel skor setiap item soal pada angket partisipasi siswa siklus I (%) pada lampiran 2c. Data pada tabel skor setiap item soal pada angket partisipasi siswa siklus I (%) dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut:
Prosentase
Persentase Jumlah Skor untuk Setiap Item Pada Angket Partisipasi Siswa Siklus I
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30%
lvii
Skor 5 (%) Skor 4 (%) Skor 3 (%) Skor 2 (%) Skor 1 (%)
Gambar 9. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus I Berdasarkan diagram tersebut, maka dapat dilihat bahwa secara keseluruhan terdapat variasi skor pada setiap item soal angket partisipasi siswa. Pada hasil angket prasiklus, rata-rata prosentase skor 1 sebesar 0.451283%, skor 2 sebesar 4.810679%, skor 3 sebesar 26.34445%, skor 4 sebesar 46.90921% dan skor 5 sebesar 21.48438%. Dari diagram dapat diketahui bahwa secara keseluruhan skor 4 mendominasi pada keseluruhan item soal angket partisipasi siswa. Prosentase terbesar ke-2 terletak pada skor 3 dengan pilihan jawaban ”tidak berpendapat. Urutan prosentase selanjutnya yaitu skor 5 (21.48438%), skor 2 (4.810679%) kemudian skor 1 (0.451283 %). b. Hasil Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Pada tabel 4, diketahui bahwa nilai kepuasan terhadap metode POE dalam pembelajaran yang berlangsung pada siklus I berkisar antara 63,75% sampai 70,625% dengan rata-rata kelas sebesar 66,93%. Berdasarkan nilai rata-rata kelas terdapat 5 indikator yang berada dibawah nilai rata-rata kelas. Indikator tersebuat adalah no 1, 2, 3, 4 dan 7. Kelima indikator tersebut adalah perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar, penilaian kemampuan diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru, kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik, proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas, dan hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan. Hal ini dapat disebabkan siswa belum terbiasa dengan adanya metode baru yang belum pernah dilaksanakan dalam pembelajaran. Dalam metode POE , siswa didorong agar melakukan kegiatan meramalkan, mengamati dan menjelaskan. Sebagian siswa masih bingung dalam menerapkan metode POE dalam kegiatan belajar mengajar. Ini ditunjukkan dengan siswa yang bertanya kepada guru maupun peneliti mengenai kegiatan yang dilakukan karena siswa takut apabila nanti berbuat kesalahan. Adapun persentase capaian untuk setiap indikator pada angket kepuasan terhadap metode POE dapat disajikan ke dalam bentuk diagram berikut: Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE 72
70.63
lviii69
se Capaian
70 68 66
66.63
66.83 66
68.83
Gambar 10. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE c. Hasil Observasi Partisipasi Siswa Data pada tabel 5menunjukkan bahwa pada siklus I nilai partisipasi siswa pada setiap indikator yang diamati dalam proses belajar mengajar yang berlangsung berkisar antara 60% sampai 73,75% dengan rata-rata kelas sebesar 65%. Capaian persentase untuk indikator pertama sebesar 73,75%, indikator kedua sebesar 60% dan untuk indikator ketiga sebesar 61,25%. Pada indikator yang diamati, terdapat 2 indikator yang berada dibawah nilai rata-rata yaitu indikator 2 dan 3. Kedua indikator tersebut berhubungan dengan kemampuan mengambil keputusan dengan tepat dan menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Hal ini dapat disebabkan karena pada awal pemberian tindakan POE, peran guru dalam mendorong siswa dalam pengambilan keputusan dalam pembelajaran belum nampak. Pengambilan keputusan yang tepat diperlukan siswa dalam memecahkan permasalahan di dalam diskusi kelompok. Begitu juga di dalam menghadapi konsekuensi atas keputusan yang diambil dalam diskusi kelompok. d. Hasil Observasi Performance Guru Berdasarkan pada tabel 6, dapat diketahui bahwa jumlah jawaban ya untuk setiap aspek yang diamati dalam proses pembelajaran pada observasi performance guru siklus I berkisar antara 50% sampai 100% dengan rata-rata kelas sebesar 62,5%. Dari nilai rata-rata kelas tersebut terdapat 5 aspek yang masih dibawah nilai ratarata kelas, yaitu indikator 1,2,3,5 dan 6. Kelima indikator tersebut adalah keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dan keterampilan mengelola kelas. Kelima aspek tersebut masih dibawah rata-rata kelas karena guru telah terbiasa menggunakan metode ceramah dan tanya jawab secara tertulis sehingga guru masih nampak ragu-ragu bila menggunakan metode yang baru. Hal tersebut dapat disebabkan pada awal penggunaan metode POE peran guru dalam membuat kesimpulan bersama-sama dengan siswa pada akhir pembelajaran belum nampak. Begitu juga dalam hal keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dan keterampilan mengelola kelas belum nampak. e. Hasil Observasi Kecerdasan Verbal Pada siklus I jumlah jawaban ya untuk setiap aspek yang diamati dalam proses pembelajaran pada observasi kecerdasan verbal siswa berkisar antara 55 % sampai 70% dengan rata-rata kelas sebesar 62,5%. Berdasarkan nilai rata-rata kelas lix
tersebut terdapat 3 indikator yang nilainya masih dibawahnya, yaitu indikator 4,5 dan 8. Ketiga indikator tersebut adalah berbicara dengan kalimat yang efektif, berbicara dengan tenang dan berbicara dengan lancar. Persentase capaian untuk ketiga indikator tersebut masih berada di bawah prosentase capaian yang lain. Hal ini dapat disebabkan siswa nampak tergesa-gesa dalam membacakan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas sehingga siswa kadang mengucapkan bunyi bahasa terlalu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum terbiasa berbicara di depan kelas sehingga siswa berbicara dengan tergesa-gesa, tidak lancar dan selalu melihat ke buku yang dibawa ke depan kelas. Siswa berbicara di depan kelas untuk menjelaskan materi pelajaran. Siswa yang mendapat tugas mengenai pencemaran air akan menjelaskan sumber-sumber pencemaran air beserta akibat pencemaran tersebut terhadap lingkungan. Dalam menjelaskan, siswa mengabungkan informasi yang diperoleh dari buku dengan hasil pengamatan siswa di lapangan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu memahami adanya pencemaran yang ditunjukkan dengan kemampuan untuk memberikan gambaran pencemaran tidak hanya berasal dari buku tetapi juga dari pengalaman belajar yang telah disusun oleh guru. f. Hasil Wawancara Partisipasi Siswa Wawancara
dengan
siswa
mengenai
partisipasi
dalam
proses
pembelajaran menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan 66,66% siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, 16,25% siswa berperan pasif dalam pembelajaran dan 17,08% siswa yang ragu-ragu atau kadang bersifat aktif kadang bersifat pasif. Siswa yang mengambil keputusan dengan tepat sebesar 71,25%, siswa yang tidak yakin dengan keputusannya 20% dan siswa yang ragu-ragu sebesar 8,75% . Siswa yang mampu menghadapi konsekuensi dari pilihan yang diambil sebesar 67,5% dan yang takut atas pilihan yang diambil sebesar 18,75% serta siswa yang masih ragu sebesar 13,75%. Perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE dalam proses pembelajaran dinilai belum mampu meningkatkan peran serta siswa. Hal ini disebabkan siswa masih berada dalam tahap adaptasi terhadap adanya tindakan yang berupa perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE. Dalam proses wawancara siswa masih nampak ragu-ragu mengenai sejauh mana keterlibatan/partisipasi siswa yang bersangkutan dalam proses pembelajaran. Keraguan ini ditunjukkan dengan siswa yang menjawab “kadang-kadang” apabila diberi pertanyaan.
lx
Pada akhir siklus I ini terdapat beberapa temuan-temuan yang menyebabkan kurang maksimalnya pembelajaran dengan tindakan berupa perangsangan kecerdasan verbal disertai penerapan metode POE. Temuan-temuan dalam proses pembelajaran antara lain: 1. Pada proses pembelajaran, siswa memberikan respon positif dengan pelaksanan kegiatan pengamatan. Hal ini ditunjukkan dengan antusias siswa ketika pelaksanaan kegiatan pengamatan. 2. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan kemampuan siswa dalam menghubungkan informasi yang diperoleh dengan fakta yang ada di lapangan dan kemampuan menjelaskan di depan kelas. 3. Selama proses pembelajaran berlangsung baik di dalam kelas maupun diluar kelas, siswa mulai menunjukkan keberanian dalam bertanya. Tetapi jumlah siswa yang bertanya adalah 10 siswa (25%). 4. Pada proses pembelajaran dengan metode POE, terdapat siswa yang belum menunjukkan keterlibatan. Hal ini ditunjukkan dengan siswa pada diam saja ketika diskusi 12 siswa, siswa duduk-duduk saja ketika pengamatan di lapangan 9 siswa, siswa bertanya kepada guru kegiatan apa yang akan dilaksanakan 5 siswa dan siswa berbicara dengan teman saat kegiatan presentasi dilaksanakan 8 siswa. 5. Pada kegiatan presentasi di kelas, guru kurang memperhatikan kemampuan siswa dalam berbicara, sehingga masih ada siswa yang berbicara dengan tidak efektif. Misalnya siswa ketika berbicara memandang buku yang dibawa atau menunduk kebawah, berbicara tidak lancar, pelan dan kurang menarik. Berdasarkan hasil analisis pada setiap indikator/aspek untuk variabel yang diukur seperti hasil angket partisipasi siswa, hasil angket kepuasan terhadap metode POE, observasi partisipasi siswa, observasi performance guru dan kecerdasan verbal siswa, dapat diketahui bahwa pada masing-masing indikator/ aspek variabel tersebut pada siklus I belum sepenuhnya dapat mencapai persentase capaian target yang telah ditentukan yaitu 75%. Dalam rangka untuk mencapai persentase capaian target yang telah ditentukan maka dilakukan tindakan untuk siklus berikutnya. E. Deskripsi Hasil Siklus II 1. Perencanaan Tindakan II
lxi
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari tindakan I, maka perencanaan tindakan untuk siklus II meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Pada kegiatan belajar mengajar dengan metode POE yang berlangsung, terdapat siswa yang belum menunjukkan keterlibatan. Berdasarkan analisis hasil refleksi siklus I, terlebih dahulu guru menjelaskan aktifitas dalam pembelajaran dan memberikan perhatian yang lebih banyak terhadap aktivitas siswa. b.
Pada kegiatan presentasi di depan kelas, siswa belum berbicara dengan efektif. Siswa berbicara dengan tidak lancar, pelan dan kurang menarik. Berdasarkan analisis hasil refleksi siklus I, maka pada saat
kegiatan
presentasi dimulai guru berusaha membuat suasana yang lebih akrab dan santai. c.
Penyusunan instrument penelitian yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pertemuan ke-3 dan ke-4 dengan materi pembelajaran pencemaran (penanggulangan pencemaran), angket partisipasi siswa, angket kepuasan terhadap metode POE, lembar observasi partisipasi siswa, lembar observasi performance guru, lembar observasi kecerdasan verbal, lembar wawancara partisipasi siswa dan kepuasan terhadap metode POE , LKS dan lembar diskusi POE.
2. Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan tindakan pada siklus II masih sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I, yaitu menggunakan perangsangan kecerdasan verbal disertai penerapan metode POE. Pembelajaran tindakan II dilaksanakan dalam 2 kali tatap muka, masing-masing 2 x 45 menit. Pelaksanaan tindakan II ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada tindakan I. Pelaksanaan tindakan II dimulai dengan mengadakan kilas balik terhadap materi yang telah lalu. Siswa diperkenalkan pada situasi sehingga mereka akan mampu membuat ramalan mengenai upaya penanggulangan pencemaran, baik berupa pencemaran air, udara, tanah maupun suara.pengenalan situasi ini dengan cara menampilkan gambaran pencemaran di lingkungan sekitar sekolah dan berdasarkan data pada siklus I. Sebelum itu siswa telah dibagi menjadi 8 kelompok sesuai dengan kelompok sebelumnya. Guru membagikan LKS. Kemudian siswa diminta untuk mengamati usaha pencemaran yang telah dilakukan secara langsung di lapangan. Guru mengawasi kegiatan siswa dan menjawab pertanyaan siswa apabila ada yang bertanya. Siswa kembali ke kelas untuk melakukan diskusi. Diskusi bertujuan mengetahui adanya persamaan atau perbedaan antara ramalan dan pengamatan di lapangan tentang usaha mengatasi lxii
pencemaran. Hasil diskusi oleh siswa dipelajari dan digunakan sebagai bahan presentasi di depan. Selanjutnya siswa melakukan kegiatan presentasi yang dilanjutkan tanya jawab. Pada akhir pembelajaran guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan dan memerikan tugas rumah. Pertemuan kedua diawali dengan kilas balik terhadap pertemuan sebelumnya. Proses pembelajaran selanjutnya adalah presentasi. Kegiatan presentasi disertai dengan tanya jawab oleh kelompok penanya. Dalam kegiatan tanya jawab guru membantu presentator apabila mengalami kesulitan menjawab pertanyaan kelompok penanya. Kegiatan presentasi diakhiri dengan membuat kesimpulan bersama-sama. Pembelajaran dilanjutkan dengan pengiasian lembar tes kognitif siswa pasca siklus II dan lembar angket. 3. Observasi Tindakan II Observasi dan evaluasi pada tindakan II ini masih sama seperti halnya pada tindakan I yaitu dilakukan dengan memberikan angket partisipasi siswa, angket kepuasan terhadap metode POE, lembar observasi performance guru, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan kecerdasan verbal siswa. Adapun hasil dari pelaksanaan tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Hasil Angket Partisipasi Siswa Hasil angket partisipasi siswa
pada setiap indikator dalam proses
pembelajaran Biologi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8. Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Partisipasi Siswa Siklus II No.
Indikator
1 Mempraktekkan sesuatu 2 Mengambil keputusan dengan tepat 3 Menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Jumlah Rata-rata
Capaian Indikator (%) 80,583 80,333 79,833 240,750 80,250
Setiap indikator pada angket partisipasi siswa dijabarkan dalam item-item angket partisipasi siswa pada lampiran 1d. Hasil skor pengamatan pada setiap indikator angket partisipasi siswa siklus II dapat dilihat pada tabel skor setiap item soal pada angket partisipasi siswa siklus II (%) pada lampiran 2c. b. Hasil Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Hasil angket kepuasan terhadap metode POE pada setiap indikator dalam proses pembelajaran Biologi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Siklus II No.
Indikator
lxiii
Capaian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
Indikator (%) 79,125
Perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar Penilaian kemampuan diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana Penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan Hasil kerja yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu Jumlah Rata-rata
80 77,250 75,333 76 77,750 82,500 79,250 627,208 78,401
Setiap indikator pada angket kepuasan terhadap metode POE dijabarkan dalam item-item angket kepuasan terhadap metode POE pada lampiran 1h. Hasil skor pengamatan pada setiap indikator angket kepuasan terhadap metode POE siklus II dapat dilihat pada tabel skor setiap item soal pada angket kepuasan terhadap metode POE siklus II (%) pada lampiran 2b. c.
Hasil Observasi Partisipasi Siswa Hasil observasi partisipasi siswa pada setiap indikator dalam proses
pembelajaran Biologi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Indikator Pada Observasi Partisipasi Siswa Siklus II No.
Indikator
1 Mempraktekkan sesuatu 2 Mengambil keputusan dengan tepat 3 Menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Jumlah Rata-rata d. Hasil Observasi Performance Guru
Capaian Indikator (%) 80 76,250 77,500 233,750 77,917
Hasil observasi performance guru pada setiap aspek dalam proses pembelajaran Biologi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
lxiv
Tabel 11. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Aspek Pada Observasi Performance Guru Siklus II No.
Aspek
1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 2. Keterampilan bertanya 3. Keterampilan menggunakan variasi 4. Keterampilan menjelaskan 5. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan 6. Keterampilan mengelola kelas 7. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil 8. Keterampilan memberi penguatan Jumlah Rata-rata
Capaian Indikator (%) 83,334 75 75 100 75 75 100 83,334 666,667 83,333
Setiap aspek pada lembar observasi performance guru dijabarkan dalama itemitem lembar observasi performance guru pada lampiran 1k. e. Hasil Observasi Kecerdasan Verbal Hasil observasi kecerdasan verbal pada setiap indikator dalam proses pembelajaran Biologi pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Indikator Pada Observasi Kecerdasan Verbal Siklus II No. Indikator Capaian Indikator (%) 1. Siswa mampu mengucapkan suara bahasa dengan tepat 82,5 2. Siswa berbicara dengan intonasi suara 75 3. Siswa mampu berbicara dengan bahasa yang mudah 87,5 dimengerti 4. Siswa berbicara dengan kalimat yang efektif 80 5. Siswa berbicara dengan tenang 77,5 6. Siswa berbicara dengan memandang siswa lain 82,5 7. Siswa berbicara dengan suara nyaring 80 8. Siswa berbicara dengan lancar 80 Jumlah 645 Rata-rata 80,625 f. Hasil Tes Kemampuan Siswa Pasca Siklus Hasil tes kemampuan siswa pasca siklus dalam proses pembelajaran dapat disajikan pada lampiran 1n.
lxv
4. Analisis dan Refleksi Tindakan II a. Hasil Angket Partisipasi Siswa Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa nilai partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung berkisar antara 79,833% sampai 80,583% dengan rata-rata kelas sebesar 80,250%. Data tersebut dapat digambarkan dalam diagram dibawah ini: Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus II 80.8 80.6
80.583 80.333
Persentase Capaian
80.4 80.2
Siklus II
80
79.833
79.8 79.6 79.4
Ind 1
Ind 2
Ind 3
Indikator
Gambar 11. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus II Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa persentase capaian pada angket partisipasi untuk indikator pertama sebesar 80,583%, indikator kedua sebesar 80,33% dan untuk indikator ketiga sebesar 79,833%. Indikator pertama berkaitan dengan kegiatan untuk mempraktekkan sesuatu, indikator kedua berkaitan dengan mengambil keputusan dengan tepat dan indikatot ketiga berkaitan dengan menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Tabel 8 menggambarkan hasil capaian setiap indikator pada angket partisipasi siswa, maka untuk setiap indikatornya dapat dijabarkan ke dalam item-item soal angket yang terlampir pada lampiran 1d. Hasil skor pengamatan pada setiap indikator angket partisipasi siswa siklus II dapat dilihat pada tabel skor setiap item soal pada angket partisipasi siswa siklus II (%) pada lampiran 2d. Data pada tabel skor setiap item soal pada angket partisipasi siswa pada siklus II dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
lxvi
Persentase Jumlah Skor untuk Setiap Item pada Angket Partisipasi Siswa 100%
Prosentase
80% Skor 5 (%) 60%
Skor 4 (%) Skor 3 (%)
40%
Skor 2 (%) Skor 1 (%)
20% 0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Nomor Item
Gambar 12. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus II Diagram tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan terdapat variasi skor pada setiap item soal angket partisipasi siswa. Pada hasil angket pra siklus, rata-rata prosentase skor 1 sebesar 0.267167%, skor 2 sebesar 1.223456%, skor 3 sebesar 13.42302%, skor 4 sebesar 52.00226% dan skor 5 sebesar 33.08411%. Dari diagram dapat diketahui bahwa secara keseluruhan skor 4 mendominasi pada keseluruhan item soal angket partisipasi siswa. Prosentase terbesar ke-2 terletak pada skor 5 (33.08411%) selanjutnya yaitu skor 3 (13.42302%), skor 2 (1.223456%) kemudian skor 1 (0.267167%). b. Hasil Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa nilai kepuasan terhadap metode POE pada siklus II berkisar antara 77,250% sampai dengan 82,500%. dengan rata-rata kelas sebesar 78,401%. Tabel tersebut menunjukkan capaian persentase untuk indikator 1 sebesar 79,125%; indikator 2 sebesar 80%; indikator 3 sebesar 77,25%; indikator 4 sebesar 76,33%; indikator 5 sebesar 76%; indikator 6 sebesar 77,75%; indikator 7 sebesar 82,5% dan indikator 8 sebesar 79,25%. Data tersebut menunjukkan adanya variasi capaian pada setiap indikator. Data pada tabel 9 dapat disajikan dalam bentuk gambar dibawah ini:
Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Siklus II
Persentase Capaian
84
82.5
82 80 78 76 74 72 70
79.125
80
79.25 77.75
77.25 75.33
76 lxvii
Siklus II
Gambar 13. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Siklus II c.
Hasil Observasi Partisipasi Siswa. Data pada tabel 10 menunjukkan bahwa nilai observasi partisipasi siswa
pada siklus II berkisar antara 76,250% sampai 80% dengan rata-rata kelas sebesar 77,917%. Capaian persentase pada indikator 1 adalah sebesar 80%, indikator 2 sebesar 76,250% dan untuk indikator 3 sebesar 77,5%. Apabila persentase capaian pada masing-masing indikator dibandingkan dengan rata-ratanya maka terdapat 2 indikator yang berada dibawah rata-rata yaitu indiakator 2 dan 3. Untuk indikator 1 yaitu mempraktekkan sesuatu berada diatas rata-rata, hal ini menunjukkan bahwa siswa menyukai kegiatan dimana dalam proses pembelajaran siswa terlibat secara aktif. d.
Hasil Observasi Performance Guru Data pada tabel 11 menunjukkan bahwa nilai observasi performance
guru pada siklus II berkisar antara 75% sampai dengan 100% dengan nilai ratarata sebesar 83,333%. Persentase capaian pada masing-masing indikator bila dibandingkan dengan nilai rata-rata maka terdapat 4 indikator yang berada dibawahnya.
Indikator-indikator
tersebut
adalah
keterampilan
bertanya,
keterampilan menggunakan variasi, kemampuan mengajar kelompok kecil dan perorangan dan keterampilan mengelola kelas. Sedang indikator-indikator yang lain yaitu keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan keterampilan memberi penguatan berada atas nilai rata-rata. e.
Hasil Observasi Kecerdasan Verbal
lxviii
Data pada tabel 12 menunjukkan bahwa nilai observasi kecerdasan verbal siswa untuk setiap indikatornya berkisar antara 75% sampai 87,5% dengan ratarata sebesar 80,625%. Terdapat 2 indikator yang masih berada dibawah nilai ratarata yaitu indikator yang berhubungan dengan berbicara dengan nada yang menarik dan berbicara dengan tenang. Siswa dalam menyampaiakn hasil diskusi di depan kelas masih berbicara dengan nada yang datar dan terlalu cepat. Hal ini dapat disebabkan karena siswa belum terbiasa untuk berbicara dengan nada yang menarik di depan kelas dan tergesa-gesa. f. Hasil Tes Kognitif Siswa hasil tes kemampuan siswa pasca siklus II menunjukkan bahwa nilai siswa berkisar antara 72 sampai 96 dengan rata-rata kelas sebesar 81,2. Nilai ini menunjukkan bahwa siswa telah melampui nilai batas tuntas (KKM) yaitu 65. Nilai ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam proses pembelajaran cukup bagus dan siswa memiliki kompetensi yang baik. g.
Hasil Wawancara Partisipasi Siswa Hasil wawancara dengan siswa mengenai partisipasi dalam proses
pembelajaran menunjukkan bahwa siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan 84,375% siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan 15,625% siswa berperan pasif dalam pembelajaran. Siswa yang mengambil keputusan dengan tepat sebesar 82,5% dan siswa yang ragu-ragu dengan keputusannya 17,5%. Siswa yang mampu menghadapi konsekuensi dari pilihan yang diambil sebesar 81,875% dan yang takut atas pilihan yang diambil sebesar 18,125%. Penerapan metode POE dalam proses pembelajaran dinilai siswa mampu meningkatkan partisipasinya. Peningkatan partisipasi siswa ini ditunjukkan dengan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan waancara dengan jawaban ya dan tidak. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak ragu-ragu lagi mengenai keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan dalam metode tersebut mampu mendorong siswa agar berpartisipasi lebih aktif. Siswa harus bisa menentukan ramalan mengenai suatu peristiwa di lapangan melalui kegiatan diskusi. Kemudian siswa mengamati peristiwa di lapangan dan siswa diminta untuk menjelaskan hasil ramalan dan pengamatan kepada siswa lain melalui kegiatan presentasi. h. Hasil Wawancara Kepuasan Terhadap Metode POE
lxix
Hasil wawancara dengan guru mengenai penerapan metode POE dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa guru memberika tanggapan yang positif terhadap penggunaan metode ini. Guru mengetahui metode ini melalui membaca buku, ini menunjukkan perhatian guru terhadap metode-metodeyang berkembang dalam dunia pendidikan cukup besar. Penggunaan metode POE dalam proses pembelajaran dinilai guru mampu meningkatkan semangat, motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Metode POE ini dapat dijadikan sebagai kelengkapan koleksi dan alternatif media dalam pembelajaran Biologi. Menurut guru pemahaman siswa terhadap pokok bahasan akan lebih meningkat dengan penerapan metode POE karena metode ini mampu menghubungkan antara fakta di sekitar lingkungan dengan materi pelajaran. Tetapi dalam penggunaan metode ini haruslah memperhatikan waktu, karena menurut guru waktu yang diperlukan dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode POE cukup lama sehingga bila digunakan harus benar-benar memperhitungkan penggunaan waktu.
Pada akhir siklus II ini terdapat beberapa temuan-temuan yang disebabkan adanya tindakan berupa perangsangan kecerdasan verbal disertai penerapan metode POE. Temuan-temuan dalam proses pembelajaran antara lain: 1) Pada proses pembelajaran, siswa memberikan respon positif dengan pelaksanan tindakan berupa perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya peran serta siswa selama proses pembeljaran berlangsung. Misalnya dalam kegiatan pengamatan semua siswa ikut terlibat didalamnya, kegiatan diskusi berjalan lebih lancar dan siswa memperhatikan teman yang presentasi. 2) Kemampuan kognitif siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan 100% siswa tuntas dalam mengerjakan soal kemampuan akhir pasca siklus II dengan rata-rat sebesar 81,2. 3) Selama proses pembelajaran berlangsung baik di dalam kelas maupun diluar kelas, siswa menunjukkan keberaniannya bertanya. Dalam kegiatan presentasi yang berlangsung, minimal dalam 1 kelompok ada 1 siswa bertanya kepada teman yang bertindak sebagai presentator di depan.
lxx
4) Pada kegiatan presentasi di kelas, guru lebih memperhatikan kemampuan siswa dalam berbicara, sehinga siswa berbicara lebih efektif. Siswa berbicara dengan lancar dan nadanya menjadi lebih menarik, langsung maju ke depan apabila mendapat giliran presentasi tanpa ditunjuk, berani menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa lain dan mau memandang siswa lain di depannya. Berdasarkan hasil analisis pada setiap indikator/aspek untuk variabel yang diukur seperti hasil angket partisipasi siswa, hasil angket kepuasan terhadap metode POE, observasi partisipasi siswa, observasi performance guru dan kecerdasan verbal siswa, dapat diketahui bahwa pada masing-masing indikator/ aspek variabel tersebut pada siklus II sudah sepenuhnya dapat mencapai persentase capaian target yang telah ditentukan yaitu 75 %. Dengan demikian, pelaksanaan tindakan berupa perangsangan kecerdasan verbal disertai penerapan metode POE untuk meningkatkan partisipasi siswa telah berhasil sehingga penelitian tidak perlu dilanjutkan lagi. F. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan partisipasi siswa baik dalam berbicara, menyumbangkan ide atau gagasan dalan diskusi daupun dalam presentasi verbal pada materi pencemaran lingkungan setelah diadakan pembelajaran perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE. Deskripsi ini didasarkan pada evaluasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran. a. Partisipasi Siswa Penerapan metode di dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi tingkat partisispasi siswa. Huneryager dan Heckmen (1992) dalam Rahmawaty (2006) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorong memberi sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama. Pada prasiklus, metode pembelajaran yang digunakan berupa metode ceramah dan tanya jawab sehingga partisipasi siswa masih belum optimal. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang bertanya 3 (8%) siswa, siswa secara individu akan menjawab pertanyaan guru bila ditunjuk bila tidak akan menjawab secara bersamaan dengan suara pelan dan tidak jelas. Selama proses pembelajaran berlangsung, kegiatan siswa adalah mendengarkan, menulis dan mengerjakan soal dari guru. Apabila siswa diminta maju ke depan kelas untuk menjelaskan materi tertentu maka siswa tidak ada yang berani tetapi siswa baru akan maju ke depan kelas bila ditunjuk oleh guru. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan pemberian tugas. Metode ceramah bila digunakan dalam proses pembelajaran memiliki kekurangan yaitu siswa cenderung untuk mendengar dan menulis, sehingga partisipasi siswa di dalam kelas bersifat pasif. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru sehingga keberanian siswa menyampaikan pendapat atau ide masih rendah. lxxi
Pada awal proses pembelajaran siklus I, digunakan perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE. Terdapat kenaikan (peningkatan) partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi bila dibanding dengan partisipasi siswa pada prasiklus. Peningkatan partisispasi siswa dalam pembelajaran dengan metode POE disebabkan siswa didorong agar terlibat secara aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan peramalan, pengamatan dan menjelaskan. Selama proses pembelajaran yang berlangsung siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan melakukan kegiatan diskusi. Melalui kegiatan diskusi siswa dilatih untuk mengungkapkan gagasannya dan bertukar pikiran dalan kelompok kecil. Selain itu juga digunakan presentasi yang akan melatih kemampuan siswa dalam berbicara dihadapan siswa lain dan mempertahankan argumen yang telah disampaikan. Pada siklus I terdapat kekurangan-kekurangan yaitu berupa keaktifan siswa di kelas yang masih belum optimal dan kurangnya keefektifan siswa dalam berbicara. Pelaksanaan siklus II berupa tindakan-tindakan dengan tujuan untuk mengatasi kekurangan/kelemahan yang ada selama proses pembelajaran Biologi melalui perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE pada siklus I. Tindakan perbaikan tersebut berupa pemberian penjelasan mengenai kegiatan dalam pembelajran dan pemberian motivasi dan menciptakan suasana pembelajaran yang lebih hangat dan akrab. Adanya peningkatan partisipasi pada siklus II ini ditandai dengan: 1. keterlibatan siswa pada proses pembelajaran mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan keberanian siswa bertanya kepada guru apabila belum dimengerti dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran serta munculnya gagasan baru dalam memecahkan permasalahan lingkungan. 2. Pelaksanaan kegiatan dapat berjalan lebih baik yang ditunjukkan dengan pelaksanaan diskusi lebih aktif dan terjadi pembagian tugas di dalamnya serta siswa menyampaikan hasil diskusi lebih berani. . 3. Dalam kegiatan presentasi siswa ikut memperhatikan teman lain yang sedang presentasi lancar dalam berbicara. Berdasarkan hasil angket partisipasi siswa pada setiap indikator untuk pra siklus, siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 13. Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Partisipasi Siswa Prasiklus, Siklus I dan Siklus II No
Indikator
1 2 3
Mempraktekkan sesuatu Mengambil keputusan dengan tepat Menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Jumlah
lxxii
Capaian Indikator (%) Prasiklus Siklus I Siklus II 63,670 73,500 80,583 69 74 80,333 67,250 71,580 79,833 199,920
219,080
240,750
Rata-rata
66,640
73,030
80,250
Nilai ini menunjukkan terjadi peningkatan partisipasi siswa sejak digunakannya metode POE di dalam proses pembelajaran. Peningkatan partisipasi siswa dari prasiklus ke siklus I sebesar 6,390% dan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,220%. Adapun hasil peningkatan pada setiap indikatornya dapat disajikan ke dalam bentuk diagram berikut Persentase Capaian untuk setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa 90
Persentase Capaian
80 70
80.58
73.5 66.67
69
74
80.33
79.83
71.58 67.25
60 50
Prasiklus
40
Siklus I
30
Siklus II
20 10 0 Ind 1
Ind 2
Ind 3
Indikator
Gambar 14. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Partisipasi Siswa pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Pada diagram nampak bahwa nilai partisipasi siswa untuk setiap indikatornya pada prasiklus berkisar antara 63,67% sampai 69%. Persentase capaian pada masing-masing indikator partisipasi siswa pada prasiklus berada di bawah siklus I dan siklus II. Hal ini disebabkan pada proses pembelajarannya belum melakukan
tindakan penerapan metode POE. Pada prasiklus proses
pembelajarannya menggunakan metode ceramah disertai tugas individu. Menurut Tabrani Rusyan dkk (1989: 105), pada proses belajar mengajar yang hanya menggunakan komunikasi satu arah seperti metode ceramah, siswa hanya akan aktif mendengarkan dengan setia dan kurang meranggsang aktivitas siswa. Pada siklus I, nilai partisipasi siswa untuk setiap indikatornya berkisar antara 71,58% sampai 73%. Pada grafik diatas nampak bahwa nilai tersebut mengalami kenaikan dimana masing-masing indikatornya mengalami kenaikan yang tidak sama besar. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki kecenderungan yang positif terhadap indikator 1, yaitu mempraktekkan sesuatu dimana siswa ikut terlibat aktif didalamnya. Siswa menyukai kegiatan yang berhubungan dengan lxxiii
kegiatan pengamatan karena kegiatan ini mampu memberikan suasana yang baru dalam proses pembelajaran. Pada siklus II, nilai partisipasi siswa untuk setiap indikatornya berkisar antara 79,833% sampai 80,583%. Berdasar grafik diatas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai dari siklus I ke siklus II. Peningkatan partisipasi siswa ini disebabkan karena metode POE mampu mendorong siswa agar ikut terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, mulai dari meramalkan, mangamati dan menjelaskan. Wujud ketelibatan ini adalah keberanian bertanya, mengeluarkan pendapat atau ide, keterlibatan dalam pengamatan yaitu dalam menganalisa dan memecahkan permasalahan dan menyampaikan hasil diskusi atau gagasan baru dalam kegiatan menjelaskan/presentasi. Dengan adanya kegiatan yang beragam ini, mampu meningkatkan ketertarikan siswa dalam pembelajaran sehingga terjadi peningkatan dalam setiap indikator partisipasi siswa. Selain melalui angket adanya peningkatan partisipasi ini juga nampak pada hasil observasi. Hasil observasi partisipasi siklus I menunjukkan bahwa persentase capaian indikator 1 sebesar 73,75%, indikator 2 sebesar 60% dan indikator 3 sebesar 61,25% dengan rata-rata sebesar 65%. Indikator 1 berupa mempraktekkan sesuatu, indikator 2 berupa mengambil keputusan dengan tepat dan indikator 3 berupa menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup. Pada indikator 1 (mempraktekkan sesuatu) menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Hal ini berarti siswa cenderung menyukai proses pembelajaran yang didalamnya dapat melibatkan siswa baik secara mental dan jasmani. Pada indikator mempraktekkan sesuatu siswa memecahkan suartu permasalahan dengan melakukan kegiatan pengamatan dan ditunjukkan dengan keberanian siswa dalam bertanya mengenai materi pelajaran serta dengan kemampuan asiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Sedang pada siklus II persentase capain indikator 1 sebesar 80%, indikator 2 sebesar 76,25% dan indikator 3 sebesar 77,5% dengan rata-rata sebesar 77,92%. Adanya peningkatan pada observasi partisipasi dapat disajikan dalam gambar dibawah ini: Persentase Capaian untuk setiap Indikator pada Observasi Partisipasi Siswa 90 80
80 70 Persentase Capaian
77.5
76.25
73.75
60
61.25
60 50
Siklus I
40
Siklus II
30 20 10 0
2 3 Gambar 15. 1Diagram Persentase Capaian untuk setiap Indikator pada Indikator Observasi Partisipasi Siswa Siklus I dan Siklus II.
lxxiv
Hasil wawancara dengan siswa mengenai partisipasinya dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa adanya peningkatan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya keterlibatan siswa sebesar17,712% dari 66,66% pada siklus I menjadi 84,375% pada siklus II. Siswa yang mengambil keputusan dengan tepat meningkat sebesar 11,25% dari 71,25% pada siiklus I menjadi sebesar 82,5% pada siklus II. Siswa yang mampu menghadapi konsekuensi dari pilihan yang diambil meningkat sebesar 14,375% dari 67,5% pada siklus I menjadi 81,875% pada siklus II. Pada siklus II ini siswa lebih berani dalam menentukan jawaban, siswa tidak ragu-ragu lagi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam lembar wawancara. Hal ini nampak bahwa tidak ada lagi siswa yang menjawab pertanyaan dengan jawaban kadangkadang. Siswa menjawab pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak serta memberikan alasan dalam menjawab. Tetapi masih terdapat beberapa siswa yang malas dalam memerikan alasan menjawab sehingga jawabannya hanya ya atau tidak. Data tersebut dapat disajikan dalam gambar dibawah ini:
Persentase Capaian untuk setiap Indikator pada Wawancara Partisipasi Siswa Siklus I dan Siklus II. 90 80 persentase Capaian
70
84.37 66.66
82.5
81.87
71.25
67.5
60
Siklus I
50
Siklus II
40 30 20 10
Gambar0 16. Diagram Persentase Capaian untuk setiap Indikator pada Wawancara Partisipasi Siswa Siklus I dan Siklus II. 1 2 3 Indikator
Peningkatan nilai pada setiap indikator partisipasi baik melalui angket, observasi maupun wawancara menunjukkan adanya ketertarikan siswa dengan metode yang digunakan. Melalui metode POE siswa didorong agar mampu meramalkan suatu peristiwa berdasarkan fakta-fakta yang ada di lingkungan, kemudian siswa mengamati secara langsung peristiwa tersebut kemudian menjelaskan mengenai hasil ramalan dan pengamatan serta menjelaskan alasan apabila terjadi persamaan atau perbedaaan antara ramalan dan pengamatan.
lxxv
Kegiatan meramalkanakanmendorong siswa untuk menganalisis suatu peristiwa yang akan terjadi berdasarkan data-data yang ada dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dituntut agar mampu menghubungkan ilmu yang diperoleh dengan fakta yang akan terjadi. Hal ini mampu menjadikan siswa berpikir kritis dan aktif. Kegiatan pengamatan merupakan kegiatan yang memerlukan adanya panca indra. Kegiatan ini memerlukan kejelian siswa dalam mengamati sesuatu karena pengamatan tidak hanya berupa kegiatan mengamati saja tetapi siswa didorong agar mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi didalamnya. Pengamatan merupakan kegiatan yang melibatkan fisik dan psikis. Keterlibatan secara fisik dan psikis ini yang mampu menumbuhkan ketertarikan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan menjelaskan merupakan kegiatan yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa mengenai materi pelajaran. Di dalam kegiatan ini diperlukan kemampuan berbicara yang baik sehingga siswa mampu menyampaikan informasi atai gagasan kepada siswa lain dan menghindari adanya kesalahpahaman informasi. Tujuan dari menjelaskan adalah terjadinya perpindahan informasi dari 1 siswa ke siswa lain. Kegiatan menjelaskan dalam prembelajaran dapat berupa kegiatan presentasi dan diskusi. Pembahasan hasil penelitian tersebut relevan dengan penelitian Zyersi Yodarsih (2008: 70) yang menyatakan bahwa penggunaan metode POE mampu meningkatkan partisipasi siswa. Hal ini senada dengan Depdiknas (2006: 94) yang menyatakan bahwa metode Predict Observe Explain (POE) merupakan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung sehingga siswa akan didorong agar langsung terlibat aktif di dalam proses pembelajaran karena siswa sebagai perencana dan pelaksana dalam pembelajaran. Predict yaitu meramalkan, memprediksikan, dan mencoba menebak. Observe meliputi kegiatan mengamati, mengukur, menimbang dan mencoba. Explain yaitu menerangkan dengan bahasa sendiri dan mengungkapkan apa saja dalam pikiran. Ini membiasakan siswa percaya diri, berpikir kreatif, dan melaporkan secara ilmiah, kemudian guru memberikan penjelasan ilmiahnya. Penelitian oleh Ying-Tien Wu dan Chin-Chang Tsai (2005: 118) menjelaskan bahwa metode POE mampu meningkatkan pemahaman siswa. Salah satu tanda adanya peningkatan pemahaman siswa ditunjukkan dengan meningkatnya kualitas pembelajaran yang salah satunya berupa partisipasi siswa. Semakin tinggi pemahaman siswa tentang materi pelajaran maka semakin tinggi partisipasinya di dalam pembelajaran. b. Kepuasan Terhadap Metode POE Berdasarkan hasil angket kepuasan terhadap metode POE untuk setiap indikatornya pada siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut:
No
Indikator
Capaian Indikator (%) Siklus I Siklus II lxxvi
1.
Perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar 2. Penilaian kemampuan diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru 3. Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik 4. Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas 5. Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana 6. Penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan 7. Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan 8. Hasil kerja yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu Jumlah Rata-rata
66,625
79,125
66
80
63,750
77,250
66,833 69
75,333 76
68,625
77,750
64
82,500
70,625
79,250
535,458 66,932
627,208 78,401
Tabel 14. Persentase Capaian Untuk Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Siklus I dan Siklus II Capaian prosentase siklus II ini menunjukkan adanya peningkatan kepuasan terhadap metode POE dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan tersebut sebesar 11,469% (siklus I = 66,932% dan siklus II sebesar 78,40%).Data pada tabel 13 dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut: Persentase Capian untuk setiap Indikator Angket Kepuasan terhadap Metode POE 90
80
79.13
80 66.62
66
63.75
75.33 66.83
76 69
77.75 68.63
82.5
79.25 70.63
64
Persentase Capaian
70
77.25
60
Siklus I
50
Siklus II
40 30 20 10 0 Ind 1
Ind 2
Ind 3
Ind 4 Ind 5 Indikator
Ind 6
Ind 7
Ind 8
Gambar 17. Persentase untuk Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Diagram tersebut menunjukkan bahwa nilai kepuasan terhadap metode POE pada siklus I berkisar antara 63,75% sampai dengan 70,625%. Peningkatan
lxxvii
nilai kepuasan terhadap metode POE ini terjadi pada semua indikator pada angket kepuasan terhadap metode POE. Penerapan metode POE dalam proses pembelajaran mampu menarik perhatian siswa. Hal ini disebabkan guru awalnya menggunakan metode ceramah disertai tugas individu. Penggunaan metode ceramah dalam proses pembelajaran memiliki kelemahan yaitu pembelajaran terpusat pada giuru sehingga peran serta siswa akan kurang. Siswa terbiasa dengan kegiatan mendengar dan menulis saja. Kecenderungan ini membuat siswa bersikap positif saat dimulainya penerapan metode POE di dalam proses pembelajaran. Kegiatan di dalam metode POE dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu meramalkan, mengamati dan menjelaskan. Kegiatan memprediksi/meramalkan merupakan kegiatan menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola tertentu atau hubungan antar data atau sebelumnya. Kegiatan mengamati adalah keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera, misalnya melihat, mendengarkan dan mengukur. Sedang menjelaskan merupakan kegiatan menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan. Kegiatan yang beragam ini mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar agar lebih bersemangat. Hal ini sesuai dengan White, RT, & Gunstone, RF (1992) yang menyatakan bahwa POE mampu membangkitkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini senada dengan Depdiknas (2006: 94) yang mengemukakan bahwa Metode Predict Observe Explain (POE) merupakan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung sehingga partisipasi siswa dalam proses pembelajaran akan meningkat. c. Performance Guru Apabila dibandingkan antara hasil observasi performance guru pada setiap aspeknya pada siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 15. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Aspek Pada Observasi Performance Guru Siklus I dan Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek Keterampilan membuka dan menutup pelajaran Keterampilan bertanya Keterampilan menggunakan variasi Keterampilan menjelaskan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan Keterampilan mengelola kelas Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil lxxviii
Capaian Indikator (%) Siklus I Siklus II 58,334 83,335 50 75 50 75 100 100 50 50
75 75
75
100
8. Keterampilan memberi penguatan Jumlah Rata-rata
66,667 500,00 62,500
83,335 666,667 83,333
Nilai rata-rata ini menunjukkan adanya peningkatan antara siklus I dengan siklus II sebesar 20,833% (siklus I = 62,5%). Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai observasi performance guru pada siklus I berkisar antara 50% sampai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai observasi performance guru pada siklus I lebih rendah dibanding dengan siklus II. Pada awal proses pembelajaran dengan adanya tindakan penerapan metode POE, guru berperan sebagai pembimbing dan pengarah. Guru membimbing dan mengarahkan siswa
dalam proses pembelajaran, seperti
mendorong siswa agar aktif bertanya apabila ada hal-hal yang belum dimengerti, mengarahkan siswa dalam kegiatan diskusi, membimbing siswa dalam pengamatan di lapangan dan mendorong siswa agar lebih berpartisipasi lebih aktif. Hal ini menyebabkan keterampilan dalam bertanya, menggunakan variasi, mengajar kelompok kecil dan mengelola kelas masih rendah. Pada siklus II ini, prosentase capaian indikator pada observasi performance guru berkisar antara 75% sampai 100%. Prosentase ini menunjukkan adanya peningkatan pada setiap indikator observasi performance guru antara siklus I dan siklus II. Secara umum terjadi peningkatan prosentase pada setiap indikator dimana besarnya peningkatan tersebut tidaklah sama besar. Tetapi ada 1 indikator yang tidak mengalami peningkatan yaitu pada keterampialan menjelaskan. Pada awal pembelajaran dengan tindakan berupa penerapan metode POE guru mampu memberikan penjelasan kepada siswa dengan bahasa lisan yang sistematis dan medah dimengerti. Dalam menjelaskan guru menghubungkan antara teori dengan fakta yang terjadi disekitar lingkungan tempat tinggal sehingg materi yang disampaikan guru mudah diterima siswa. Peningkatan yang terjadi pada siklus II ini menunjukkan bahwa guru berperan sebagai pengajar, pengelola kelas dan pembelajaran
guru
mampu
mengembangkan
fasilitator. Dalam proses materi
pelajaran
dengan
menghubungkan antara materi dengan fakta yang terjadi di lingkungan sekitar
lxxix
sehingga pemahaman siswa dapat meningkat. Selaian itu guru juga mampu menciptakan kondisi lingkungan kelas yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik (1992: 33) bahwa guru
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi
berhasil
tidaknya
proses
pembelajaran sehingga guru harus menguasai prinsip-prinsip belajaran dan materi pembelajaran serta harus mampu menciptakan kondisi belajar yang sebaikbaiknya. Tindakan berupa perangsangan kecerdasan verbal dengan penerapan metode POE yang telah dilakukan guru mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif sehingga partisipasi siswa dapat ditingkatkan. d. Observasi Kecerdasan Verbal Apabila dibandingkan hasil observasi kecerdasan verbal pada setiap indikatornya pada siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 16. Jumlah Jawaban Ya Untuk Setiap Indikator Pada Observasi Kecerdasan Verbal Siklus I dan Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. No. 6. 7. 8.
Indikator Siswa mampu mengucapkan suara bahasa dengan tepat Siswa berbicara dengan intonasi bicara Siswa mampu berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti Siswa berbicara dengan kalimat yang efektif Siswa berbicara dengan tenang Indikator Siswa berbicara dengan memandang siswa lain Siswa berbicara dengan suara nyaring Siswa berbicara dengan lancar Jumlah Rata-rata
Capaian Indikator (%) Siklus I Siklus II 65,00 82,5 62,5 70
75 87,5
55 60
80 77,5
Capaian Indikator (%) Siklus I Siklus I 65 82,5 65 57,5 500 62,5
80 80 645 80,625
Nilai rata-rata ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prosentase pada siklus II sebesar 18,125% (siklus I= 62,50%). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai observasi kecerdasan verbal untuk setiap indikatornya pada
lxxx
siklus I berkisar antara 55% sampai 70%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai observasi kecerdasan verbal pada siklus II. Pada awal pembelajaran siswa nampak takut dan malu-malu bila disuruh guru maju kedepan untuk menjelaskan kepada siswa lain mengenai materi pelajaran tertentu. Hal ini dapat disebabkan adanya pengaruh penggunaan metode guru dalam pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Selama ini guru menerapkan metode ceramah disertai tugas dalam proses pembelajaran. siswa cenderung sebagai pendengar setia yang jarang mengungkapkan pendapatnya sendiri. Pada proses pembelajaran dengan tindakan perangsangan kecerdasan verbal, siswa didorong agar mau berlatih berbicara melalui kegiatan diskusi dan presentasi. Dalam kegiatan ini siswa akan aktif berkomunikasi baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Keterampilan siswa dalam berbicara sangat menentukan kejelasan dalam pemberian informasi. Siswapun akan dilatih untuk mengemukakan pendapat yang ditunjang dengan argumentasi yang kuat untuk meyakinkan siswa lain. Pada kegiatan ini siswa dituntut agar menguasai materi pelajaran dan mental yang kuat. Pada siklus ini nampak nilai kecerdasan verbal siswa berkisar antara 55% sampai 70% dengan rata-rata kelas 62,5%. Terdapat tiga indikator yang nilainya berada di bawah rata-rata yaitu berbicara dengan kalimat yang efektif, berbicara dengan tenang dang berbicara dengan lancar. Pada siklus II, nilai observasi kecerdasan verbal siswa berkisar antara 75% sampai 87% dengan rata-rata sebesar 80,625%. Berdasarkan nilai ini maka terjadi peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Hal ini disebabkan siswa telah belajar dari siklus I mengenai cara agar dapat berbicara yang efektif. Sebelum kegiatan presentasi dimulai, guru terlebih dahulu memberitahu siswa mengenai faktor-faktor penunjang keefektfan berbicara. Sehingga sebelum kegiatan presentasi dimulai, siswa akan bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan halhal yang diperlukan seperti materi dan mental. Selain itu kemampuan berbicara yang baik sangat diperlukan mengingat berbicara merupakan cara berkomunikasi yang sering digunakan dalam berkomunikasi. Dengan keefektifan berbicara akan
lxxxi
mengurangi terjadinya miskonsepsi dan kemudahan dalam berpendapat di hadapan orang lain. e. Kemampuan Kognitif Pada prasiklus nilai siswa berkisar antara 73 sampai 87 dengan rata-rata kelas sebesar 77,43. sedangkan pada pasca siklus nilai siswa berkisar antara 72 sampai 96 dengan rata-rata sebesar 81,2. Apabila dibandingkan nilai rata-rata kelas antara prasiklus dengan pasca siklus dapat diketahui bahwa kemampuan siswa telah meningkat sebesar 3,77 dengan 100% siswa tuntas. Peningkatan yang terjadi berarti bahwa dengan adanya tindakan berupa penerapan metode POE mampu meningkatkan penguasaan siswa terhadap meteri pembelajaran. hal ini disebabkan dengan adanya penerapan metode POE akan menuntut siswa gar mampu menghubungkan antara materi dengan fakta dilingkungan sehingga pemahaman siswa akan bertambah. ini menunjukkan bahwa adanya tanggapan positif siswa terhadap metode POE. Melalui penerapan POE siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar menyebabkan pemahaman siswa terhadap bahan pembelajaran yang digunakan akan lebih jelas. Penelitian oleh Ying-Tien Wu dan Chin-Chang Tsai (2005: 118) menjelaskan bahwa metode POE mampu meningkatkan pemahaman siswa Berdasarkan hasil analisis pada setiap indikator maupun aspek untuk variabel yang diukur seperti angket partisipasi siswa, angket kepuasan terhadap metode POE, observasi partisipasi siswa, observasi performance guru, observasi kecerdasan verbal dapat diketahui bahwa pada masing-masing untuk indikator atau aspek variabel tersebut sudah sepenuhnya dapat mencapai prosentase capaian target yang telah ditentukan. Dengan demikian, pelaksanaan tindakan berupa perangsangan kecerdasan verbal disertai penerapan metode POE untuk meningkatkan partisipasi siswa telah berhasil sehingga penelitian tidak perlu dilanjutkan lagi. Berdasarkan data yang diperoleh dari tiap-tiap teknik yang digunakan baik dari hasil angket maupun observasi menunjukkan adanya peningkatan pada setiap indikator atau aspek yang diukur pada setiap siklusnya. Dalam hal ini data yang berkaitan dengan peningkatan partisipasi siswa yang menjadi tujuan utama penelitian. Dari hasil angket partisipasi siswa, terjadi peningkatan partisipasi siswa sebesar 6,39% dari prasiklus ke siklus I dan 7,22% dari siklus I ke siklus II. Pada prasiklus rata-rata capaian persentase untuk semua indikator sebesar 66,64%, siklus I sebesar 73,03% dan untuk siklus II sebesar 80,25%. Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan partisipasi siswa sebesar 12,917% dari siklus I ke siklus II. Rata-rata capaian persentase untuk setiap indikator pada observasi partisipasi siklus I sebesar 65% sedang pada siklus II sebesar 77,92%. Peningkatan partisipasi siswa juga ditunjukkan dari hasil wawancara yang mengalami peningkatan sebesar 17,712% dari 66,66% pada siklus I menjadi 84,375% pada siklus II. Berdasarkan hasil angket, observasi dan wawancara maka dapat diketahui bahwa indikator keberhasilan sebesar 75% telah terpenuhi. Adanya peningkatan presentase masing-masing indikator yang diukur pada setiap siklusnya baik dari hasil angket maupun observasi menunjukkan bahwa tindakan lxxxii
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kecerdasan verbal melalui partisipasi siswa dengan motivasi POE sudah berhasil dan mendapatkan respon positif dari siswa. Hal ini ditunjang dengan hasil waawncara terhadap siswa yang menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan mampu meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga kecerdasan verbal siswa juga meningkat terutama pada kemampuan berbicara. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari hasil angket, observasi dan wawancara menunjukkan adanya kesesuaian hasil. Hal ini berarti bahwa data hasil penelitian tentang peningkatan kecerdasan verbal melalui partisipasi siswa dengan motivasi POE dapat dikatakan valid. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
G.
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang upaya peningkatan kecerdasan verbal melalui partisipasi siswa dengan motivasi POE pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut: Peningkatan partisipasi siswa dengan motivasi POE dapat meningkatkan kecerdasan verbal di kelas VIIA SMP Negeri 1 Karanganyar pada pokok bahasan pencemaran. Besar peningkatan pada angket partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi dari prasiklus ke siklus I sebesar 6,39 % dan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,22 % (prasiklus = 66,64%. Siklus I =73,03% dan siklus II = 80,35%). Hasil observasi partisipasi siswa menunjukkan peningkatan sebesar 12,917% dari siklus I sebesar 65% menjadi 77,92% pada siklus II. Persentase untuk setiap indikator pada observasi partisipasi siklus I sebesar 65% sedang pada siklus II sebesar 77,92%. Hasil wawancara terhadap siswa menunjukkan peningkatan partisipasi siswa sebesar 17,712% dari 66,66% pada siklus I menjadi 84,375% pada siklus II.
B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoritis Hasil
penelitian
ini
dapat
digunakan
sebagai
referensi
bagi
pengembangan penelitian lebih lanjut yang lebih menitikberatkan pada upaya
lxxxiii
meningkatkan kecerdasan verbal melalui partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi dalam pembelajaran di SMP Negeri 1 Karanganyar. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat dijadikan alternatif bagi guru dan sekolah untuk memilih metode pembelajaran yang lebih dapat meningkatkan partisipasi siswa sehingga kecerdasan verbal juga meningkat, salah satunya dengan motivasi POE dan dapat juga digunakan untuk mengadakan upaya bersama antara guru, siswa serta penyelenggara pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan pencapaian kompetensi sains Biologi secara maksimal.
C. SARAN 1. Kepada Sekolah a. Perlu adanya penerapan strategi belajar mengajar yang tepat sehingga dapat lebih maksimal dalam mendukung keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. b. Sekolah perlu mengembangkan kemampuan guru yang mendukung kearah pembelajaran. c. Sekolah perlu membuka diri dengan berbagai lembaga pendidikan maupun instansi lain untuk lebih meningkatkan kualitas terutama dalam hal pembelajaran di kelas. 2. Kepada Guru Pengajar a. Guru hendaknya dapat menyajikan proses pembelajaran dengan motivasi POE dengan baik sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dan kecerdasan verbal. b. Guru hendaknya mampu mengembangkan dan mengatasi hambatan berbicara dalam proses pembelajaran dengan meningkatkan partisipasi siswa dengan motivasi POE. c.
Guru dalam menyajikan pembelajaran dengan metode POE hendaknya mempersiapkan alat dan sumber belajar sebaik mungkin agar dalam proses pembelajaran dapat berjalan baik.
lxxxiv
3. Kepada Siswa a. Hendaknya siswa dapat memberikan respon yang baik terhadap guru dalam menerapkan motivasi POE dengan baik sehingga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, kemampuan berbicara dan penguasaan konsep. b. Siswa hendaknya meningkatkan partisipasi dan aktivitasnya dalam mengikuti pembelajaran yang menerapkan motivasi POE sehingga terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran. c. Siswa dapat meningkatkan kecerdasan verbalnya dalam pembelajaran dengan mengikuti kegiatan belajar mengajar yang menerapkan motivasi POE. 4. Kepada Peneliti Pada penelitian ini memiliki beberapa kendala antara lain: a. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 4 kali pertemuan. Waktu tersebut dirasakan kurang dalam melaksanakan penelitian. b. Penerapan materi pada penelitian ini hanya terbatas pada pokok bahasan pencemaran saja. c. Permasalahan yang dihadapi pada penelitian hanya partisipasi siswa. Untuk peneliti lain diharapkan: a. Menambah waktu penelitian sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih bagi subjek yang diteliti dan dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. b. Memperluas cakupan materi yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian dengan tindakan peningkatan kecerdasan verbal memalui partisipasi siswa dengan motivasi POE. c. Mengadakan penelitian tindakan kelas yang lain untuk dapat menyelesaikan permasalahan lain dengan pelaksanaan tindakan motivasi POE.
lxxxv
DAFTAR PUSTAKA Adi W Gunawan. 2003. Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Anita Lie. 2005. Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Depdiknas. 2006. Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar melalui Manajemen Berbasis Sekolah, peran serta masyarakat, PAKEM. Paket Pelatihan 3. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rinneka Cipta. E. Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1998. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press Hamzah B Uno. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Hasibuan dan Moedjiono.1988. Proses Belajar mengajar. Bandung: Remadja Karya Offset H.B Sutopo. 2002 Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta:UNS Press. Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan. 1990. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Hoerr, Thomas R. 2007. Multiple Intellegences. Bandung : Penerbit Kaifa Kemp, Jerrold E. 1994. Proses perancangan Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB. Lwin. May, Khoo, Lyen dan Sim. 2008. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Yogyakarta : PT. Indeks Matthew Kearney. 2002. (Predict Observe Explain (http://adt.curtin.edu.au/theses/available/adt-WCU20030513.141125/ diakses tanggal 2 Maret 2009). Maidar G arsjad dan Mukti US. 1988. Pembinaaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga. Martinis Yamin. 2005. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Ciputat : Gaung Persada Press. Moh. Uzer Usman. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Sudjana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.
lxxxvi
. 1995. Tata Bahasa Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press. Nurul Zuriah, 2007. Pendidikan Moral dan Budi pekerti dalam perspektif perubahan. Jakarta:Bumi Aksara. Oemar hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Bandung Palmer, D. 1995. The POE in the Primary School: An evaluation. Research in Science Educations, 25, 323-332. Rachmawaty 2006. (partsipasi. http://library.usu.ac.id/download/fp/06008762.pdf) diakses tanggal 5 April 2009). Rochiati Wiriaatmadja. 2008. Metodelogi penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Rosda Karya Saefuddin Azwar. 2002. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Slameto.2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Slavin, R. E. 1995. Cooperatif Learning Theory Research and Practise. Boston: asimon dan Schuster Co Sri Joko Yunanto. 2005. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta : Gramedia Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Depdiknas. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tabrani Rusyan, Atang Kusnadi dan Zainal Arifin 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Gramedia White and Gustone. 1992. (POE http://arb.nzcer.org.nz/strategies/poe.php diakses tanggal 29 Maret 2009) Ying Tien Wu dan Ching Chung Tsai. 2005. Effects of Conctructivist-oriented Instruction on Elementary School Student’s Cognitif Structures. Journal of Biological Educational (2005)39(3). Zyersi Yodarsih. 2008. Penggunaan Jurnal Belajar dalam Pembelajaran Biologi Dengan Predict Observe Explain (POE) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Sukoharjo. Surakarta: UNS. Zuziwe Mthembu. 2004. Using the Predict-Observe-Explain Technique to Enhance the Students’ Understanding of Chemical Reactions (Short Report on pilot study). Journal of Research in Science education, 29(2), 121-142.
lxxxvii
lxxxviii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skema Hubungan Partisipasi Antara Guru dan Siswa
14
Gambar 2. Pola Aktivitas dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran
14
Gambar 3. Paradigma Penelitian
24
Gambar 4. Skema Triangulasi Sumber Data
29
Gambar 5. Skema Prosedur Penelitian
35
Gambar 6. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Prasiklus
39
Gambar 7. Diagram Persentase Jumlah Skor Setiap Item pada Angket Partisipasi Siswa Prasiklus
40
Gambar 8. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Partisipasi Siswa Siklus I
48
Gambar 9. Diagram Persentase Jumlah Skor untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus I
49
Gambar 10. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE
50
Gambar 11. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus II
59
Gambar 12. Diagram Persentase Jumlah Skor untuk Setiap Indikator pada Angket Partisipasi Siswa Siklus II
60
Gambar 13. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE Siklus II
61
Gambar 14. Diagram Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Angket Partisipasi Siswa pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
67
Gambar 15. Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Observasi Partisipasi Siswa Siklus I dan Siklus II
69
Gambar 16. Persentase Capaian untuk Setiap Indikator Pada Wawancara Partisipasi Siswa Siklus I dan Siklus II
70
Gambar 17. Persentase untuk Setiap Indikator Pada Angket Kepuasan Terhadap Metode POE
72
lxxxix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN a. Silabus
85
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
87
c. Kisi-kisi Angket Partisipasi Siswa
93
d. Angket Partisipasi Siswa
94
e. Kisi-kisi Angket Penggunaan Metode POE
96
f. Angket Penggunaan Metode POE
98
g. Lembar Observasi Partisipasi Siswa
100
h. Kisi-kisi Observasi Kecerdasan Verbal
102
i.
Lembar Observasi Kecerdasan Verbal
103
j.
Kisi-kisi Observasi Performance Guru
105
k. Lembar Observasi Performance Guru
106
l.
Pedoman Wawancara Partisipasi
107
m. Pedoman Wawancara Metode POE
108
n. Meteri Pokok Bahasan Pencemaran Lingkungan
109
o. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Akhir Pasca Sikus
115
p. Tes Soal Tes Kemampuan Akhir Pasca Siklus dan Jawaban
116
q. Lembar Kerja Siswa
121
r. Pertanyaan Diskusi POE
123
s. Jawaban Pertanyaan Diskusi POE
126
t. Format Lembar Diskusi POE
131
LAMPIRAN 2. HASIL PENELITIAN a. Hasil Angket Partisipasi Siswa
132
b. Tabel Skor Setiap Item Soal Pada Angket Partisipasi Siswa Prasiklus
133
c. Tabel Skor Setiap Item Soal Pada Angket Partisipasi Siswa Siklus I
134
xc
d. Tabel Skor Setiap Item Soal Pada Angket Partisipasi Siswa Siklus II
135
e. Hasil Angket Kepuasan Terhadap Metode POE
136
f. Hasil Observasi Partisipasi Siswa
138
g. Hasil Observasi Kecerdasan Verbal
140
h. Hasil Observasi Performance Guru
142
i.
Hasil Wawancara Partisipasi Siswa
143
j.
Hasil Wawancara Kepuasan Terhadap Metode POE
144
k. Hasil Lembar Soal Tes Kemampuan Akhir
145
l.
150
Nilai Mid Semester
m. Nilai Kognitif Pasca Siklus
151
n. Daftar Kelompok Diskusi
152
o. Presensi Siswa
153
p. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa
154
q. Jawaban Lembar Diskusi POE
156
LAMPIRAN 3. UJI INSTRUMEN a. Uji Validitas Angket Partisipasi
158
b. Uji Validitas Angket Penggunaan Metode POE
159
LAMPIRAN 4. DOKUMENTASI PENELITIAN LAMPIRAN 5. PERIJINAN
xci