PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI
SIAM ROMANI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
RINGKASAN Siam Romani. E34101014. Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi. Dibimbing oleh : Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut. Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) merupakan tempat hidup bagi suku terasing (Suku Anak Dalam/Orang Rimba), mempunyai keterwakilan ekosistem yang masih alami dan sudah mengalami degradasi, mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan indah serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA). Penelitian lebih rinci mengenai potensi ODTWA di TNBD belum pernah dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan studi dan penilaian terhadap potensi-potensi yang ada. Hasil studi dan penilaian tersebut dapat digunakan dalam menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai potensi ODTWA serta menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD. Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi selama dua bulan yaitu bulan September sampai bulan Oktober 2005. Alat yang digunakan yaitu alat tulis, GPS (Geografis Position System) dan kamera. Bahan yang diperlukan adalah Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) dari Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi, kuesioner dan panduan wawancara. Data dan informasi yang dikumpulkan adalah kondisi umum, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, potensi obyek dan daya tarik wisata, pengunjung dan pengelolaan wisata. Metode pengambilan data dilakukan melalui studi pustaka, wawancara dan kuesioner serta pengamatan lapang. Pengolahan data mengenai ODTWA di TNBD diolah dengan menggunakan metode skoring yang selanjutnya diuraikan secara deskriptif. Obyek wisata alam yang terdapat di dalam kawasan TNBD antara lain Gua Kelelawar, Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, Air Terjun Talon dan Air Terjun Lubuk Jering. Penilaian ODTWA dilakukan pada kelima obyek tersebut. Hasil penilaian menunjukkan bahwa obyek Aek Manitik memiliki nilai tertinggi yaitu 3080 kemudian Demplot Tanaman Obat (3050), Air Terjun Talon (3040), Air Terjun Lubuk Jering (2790) dan Gua Kelelawar (2760). Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat ditentukan obyek prioritas untuk dikembangkan di TNBD yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Ma nitik dan Air Terjun Talon. Selain potensi wisata alam TNBD juga memiliki ODTW budaya Suku Anak Dalam/Orang Rimba. Di sekitar kawasan TNBD juga terdapat obyek wisata ya itu Sumber Air Panas Bukit Suban, Dam Sungai Jernih “Air Meruap” dan Sumber Air Panas Desa Baru. Semua obyek wisata tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Perencanaan wisata yang disusun meliputi perencanaan ODTWA dan perencanaan pengelolaan wisata kawasan TNBD. Untuk perencanaan ODTWA dilakukan pada tiga obyek prioritas berdasarkan hasil penilaian. Obyek-obyek tersebut yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, dan Air Terjun Talon. Perencanaan kegiatan wisata untuk obyek Demplot Tanaman Obat adalah pendidikan dan penelitian, pengobatan ala rimba dan interpretasi alam. Perencanaan wisata untuk Aek Manitik yaitu wisata petualangan, kemah konservasi, dan interpretasi
alam. Perencanaan untuk kegiatan wisata pada Air Terjun Talon yaitu wisata petualangan, berenang, interpretasi alam dan bersepeda. Perencanaan pengelolaan wisata kawasan TNBD yaitu usulan zonasi, pembentukkan UPT (Unit Pelaksana Teknis), pengelolaan sumberdaya manusia, kebutuhan sarana dan prasarana, pengelolaan multi pihak dan pemasaran/promosi.
PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI
SIAM ROMANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehuta nan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 29 Juni 1983 dari pasangan Marsudi dan Siti Aminah.
Penulis adalah anak ke-2 dari lima
bersaudara. Jenjang pendidikan formal dimulai pada tahun 1988-1989 di TK Islam Al-Falah Jambi. Kemudian melanjutkan ke SD Islam AlFalah Jambi dan lulus pada tahun 1995.
Pendidikan menengah pertama dilalui
penulis di SMPN 9 Jambi pada tahun 1995 hingga tahun 1998. Sekolah Menengah Umum dihabiskan di SMUN 9 Jambi dari tahun 1998-2001.
Penulis diterima
sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan pada tahun 2001 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Semasa kuliah di IPB penulis aktif dalam beberapa organisasi diantaranya International Forestry Student Association Local Comitte
(IFSA LC-IPB),
Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan (HIMAKOVA) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna (UKM UKF-IPB).
Praktek Umum
Kehutanan dilaksanakan di Cagar Alam Leuweung Sancang, Cagar Alam dan TWA Kawah Kamojang Garut.
Praktek Umum Pengelolaan Hutan dilaksanakan di
Kesatuan Pemangkuan Hutan Sumedang.
Praktek Kerja Lapang Profesi
dilaksanakan di Taman Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Penulis menyusun karya ilmiah (skripsi) yang berjudul ”Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi” dibawah bimbingan Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan. Penulis melaksanakan penelitian selama dua bulan yaitu bulan September-Oktober 2005 yang kemudian disusun sebagai sebuah skripsi dengan judul ”Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi”.
Skripsi ini
berisi tentang studi dan penilaian terhadap potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang terdapat di dalam kawasan TNBD. Hasil penilaian tersebut digunakan untuk menentukan obyek prioritas untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata di TNBD yang kemudian disusun alternatif perencanaan wisata alamnya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut terutama disampaikan kepada kedua orang tua, kakak dan adik-adik serta seluruh keluarga besar tercinta , Ibu Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS dan Eva Rachmawati, S.Hut selaku dosen pembimbing, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2006
Siam Romani
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Tujuan...................................................................................................... 2 C. Manfaat Penelitian................................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Studi Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata ......................................... 3 B. Wisata Alam dan Ekowisata .................................................................... 5 C. Taman Nasional....................................................................................... 7 D. Perencanaan Wisata ................................................................................. 8 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kawasan ..................................................................................... 10 B. Kondisi Fisik ........................................................................................... 11 B.1. Letak dan Luas ................................................................................. 11 B.2. Iklim, Topografi, Hidrologi dan Tanah........................................... 11 C. Kondisi Biologi Kawasan........................................................................ 12 C.1. Flora ................................................................................................. 12 C.2. Fauna ................................................................................................ 12 D. Masyarakat Sekitar Kawasan ................................................................. 13 D.1. Masyarakat di Dalam Taman Nasional ........................................... 13 D.2. Masyarakat di Luar Taman Nasional............................................... 14 F. Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata .................................................... 15 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 18 B. Alat dan Bahan ........................................................................................ 18 B.1. Alat................................................................................................... 18 B.2. Bahan ............................................................................................... 18 C. Metode ..................................................................................................... 18 C.1. Data yang Dikumpulkan................................................................... 18 C.2. Prosedur Kerja .................................................................................. 19 D. Metode Pengambilan Data ...................................................................... 20 D.1. Studi Pustaka ................................................................................... 20 D.2. Wawancara dan Kuesioner .............................................................. 20 D.3. Pengamatan Lapang......................................................................... 20
iii
E. Pengolahan Data ...................................................................................... 21 E.1 Metode Skoring ................................................................................ 21 E.2. Analisis Deskriptif .......................................................................... 22 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Dalam Kawasan TNBD ..................................................................... 23 A.1. Kriteria Penilaian ODTWA ........................................................... 23 A.1.1. Daya Tarik ............................................................................. 23 A.1.2. Aksesibilitas ........................................................................... 30 A.1.3. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi.................................... 34 A.1.4. Akomodasi ............................................................................ 35 A.1.5. Sarana -Prasarana Penunjang.................................................. 35 A.1.6. Ketersediaan Air Bersih ......................................................... 37 A.2. Rekapitulasi Penilaian ODTWA ................................................... 38 B. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya .................................................. 38 C. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Sekitar Kawasan TNBD.......... 41 D. Pengunjung Taman Nasional Bukit Duabelas........................................ 44 D.1. Keadaan Pengunjung ..................................................................... 44 D.2. Karakteristik Pengunjung .............................................................. 46 D.3. Motif, Aktivitas dan Persepsi Pengunjung ................................... 47 D.4. Harapan Pengunjung...................................................................... 49 E. Masyarakat Desa Sekitar TNBD............................................................. 49 F. Pengelolaan dan Kebijakan..................................................................... 50 F.1. Pengelolaan.................................................................................... 50 F.2. Kebijakan Wisata .......................................................................... 52 G. Alternatif Perencanaan ........................................................................... 54 G.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam............................................. 54 G.1.1. Demplot Tanaman Obat.......................................................... 55 G.1.2. Aek Manitik ............................................................................ 56 G.1.3. Air Terjun Talon ..................................................................... 57 G.2. Perencanaan Pengelolaan Wisata Kawasan................................... 58 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................. 61 B. Saran ....................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62 LAMPIRAN..................................................................................................... 65
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Letak Geografis dan Batas Kawasan TNBD......................................11 Tabel 2. Kondisi Topografi, Hidrologi dan Tanah Kawasan TNBD ...............12 Tabel 3. Desa-Desa Interaksi TNBD menurut Wilayah Administrasi.............15 Tabel 4. Daya Tarik Obyek Wisata Alam Di TNBD .......................................24 Tabel 5. Penilaian Kriteria Daya Tarik Wisata Alam Di TNBD .....................25 Tabel 6. Penilaian Kriteria Aksesibilitas Obyek Di TNBD.............................32 Tabel 7. Penilaian Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi ................................ 34 Tabel 8. Penilaian Sarana-Prasarana Penunjang Di TNBD .............................36 Tabel 9. Penilaian Ketersediaan Air Bersih .................................................... 37 Tabel 10. Rekapitulasi Penilaian ODTWA......................................................38 Tabel 11. Pengunjung TNBD Tahun 2005.......................................................45 Tabel 12. Karakteristik Pengunjung TNBD.................................................... 46 Tabel 13. Motif, Aktivitas dan Persepsi Pengunjung TNBD ...........................47 Tabel 14. Sarana dan Prasarana yang Ada Di TNBD Saat Ini.........................52
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Bagan Alir Penelitian .....................................................................19 Gambar 2. Pintu Masuk Gua Kelelawar...........................................................26 Gambar 3. Demplot Tanaman Obat ................................................................ 27 Gambar 4. Air Terjun Talon .............................................................................29 Gambar 5. Kondisi Jalan Kabupaten Menuju TNBD ......................................31 Gambar 6. Kondisi Jalan Menuju Obyek.........................................................33 Gambar 7. Sungai Sebagai Salah Satu Sumber Air Bersih Di TNBD .............37 Gambar 8. Kelompok Tumenggung Tarip .......................................................39 Gambar 9. Pemanfaatan Hasil Hutan Oleh Orang Rimba................................ 40 Gambar 10. Ambung dan Penjelasan Tumenggung Tarip Mengenai Adat Istiadat Orang Rimba............................................................ 41 Gambar 11. Sumber Air Panas Desa Baru.......................................................42 Gambar 12. Sumber Air Panas Bukit Suban.................................................... 43 Gambar 13. Dam Sungai Jernih ......................................................................44 Gambar 14. Kegiatan yang Dilakukan Pengunjung TNBD .............................46 Gambar 15. Kegiatan yang Pernah Dilakukan Pengelola Berkaitan Dengan Wisata Di TNBD ............................................................ 51 Gambar 16. Sarana dan Prasarana yang Ada Di TNBD ..................................52
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Tabel Kriteria Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam ...66 Lampiran 2. Tabel Daftar Nama Jenis Flora yang Terdapat Di Kawasan TNBD .....................................................................69 Lampiran 3. Tabel Daftar Nama Jenis Satwaliar Di Kawasan TNBD yang Biasa Digunakan Untuk Obat......................................................70 Lampiran 4. Tabel Sebaran Komunitas Orang Rimba Di Dalam dan Luar Kawasan TNBD Menurut Kelompok dan Lokasi .......................71 Lampiran 5. Tabel Gambaran Umum Desa Interaksi TNBD ..........................73 Lampiran 6. Kuesioner Untuk Pengunjung......................................................74 Lampiran 7. Panduan Wawancara.................................................................... 77 Lampiran 8. Peta Potensi Wisata TNBD..........................................................79 Lampiran 9. Peta Akses Jalan TNBD...............................................................80 Lampiran 10. Peta Sebaran Orang Rimba Tahun 2004 Di TNBD...................81
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati, keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan bentang alam, gejala alam serta peninggalan sejarah/budaya adalah anugerah Tuhan yang berpotensi sebagai obyek dan daya tarik wisata alam (ODTWA).
Kosmaryandi dan Avenzora (2004) mengemukakan bahwa
pemanfaatan potensi ODTWA untuk kegiatan wisata alam harus dikelola secara arif dan bertanggung jawab serta benar-benar mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Pariwisata sebagai green industry akan dapat menekan laju pengrusakan sumberdaya alam dan lingkungan.
Green industry sangat sesuai dengan
pariwisata yang berbasis alam utamanya ekowisata. Ekowisata yang menciptakan pariwisata berkualitas memungkinkan akan dapat mempertahankan kualitas obyek dan daya tarik alam dan dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan dan kehidupan sosial masyarakat lokal. Namun demikian apabila tidak direncanakan dengan konsep pembangunan pariwisata berwawasan lingkungan kerusakan lingkungan akan terjadi.
Pentingnya perencanaan dalam pengembangan
pariwisata sebagai suatu industri tidak lain adalah agar perkembangan industri pariwisata sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang dikehendaki baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup.
Perencanaan dapat menginformasikan bagaimana kondisi
dimasa mendatang melalui langkah-langkah yang akan diambil dalam proses implementasinya secara lebih efisien dan sesuai dengan kondisi kawasan yang dikelola (Fandeli dan Nurdin, 2005). Taman nasional sebagai salah satu kawasan pelestarian alam yang memiliki potensi ODTWA membutuhkan perencanaan yang dapat memberikan gambaran bagaimana pariwisata dan hal- hal yang berkaitan dengan wisata untuk pengelolaannya ke depan. Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) merupakan tempat hidup bagi suku terasing (Suku Anak Dalam/Orang Rimba), mempunyai keterwakilan ekosistem yang masih alami dan sudah mengalami degradasi, modifikasi dan atau binaan, mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan
indah serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai ODTWA. Penelitian lebih rinci mengenai nilai potens i ODTWA di TNBD belum pernah dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan studi dan penilaian terhadap potensi-potensi yang ada. Hasil studi dan penilaian tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam menyusun alternatif perencanaan wisata alam di TNBD.
B. Tujuan Penelitian mengenai Penilaian Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam serta Alternatif Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui nilai potensi obyek dan daya tarik wisata alam. 2. Menyusun alternatif pe rencanaan wisata alam di TNBD.
C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pengelola dalam menyusun perencanaan wisata alam dan rencana pengembangan wisata di TNBD.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Studi Potensi, Obyek dan Daya Tarik Wisata Studi potensi dalam kamus Kehutanan RI tahun 1989 adalah studi mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Studi potensi wisata adalah studi mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dija dikan sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata. Definisi mengenai obyek dan daya tarik wisata menurut : 1. UU No. 9 Tahun 1990 bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Obyek dan daya tarik wisata tersebut terdiri atas : a. Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna. b. Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan. 2. Marpaung (2002) mengemukakan bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan serta dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu.
Daya tarik yang tidak atau belum
dikembangkan semata -mata hanya merupakan sumberdaya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Jenis obyek dan daya tarik wisata dibagi kedalam dua kategori yaitu : a. Obyek dan daya tarik wisata alam. b. Obyek dan daya tarik wisata sosial budaya. 3. Hamid (1996) menyatakan obyek wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan telah dikunjungi wisatawan sedangkan daya tarik adalah segala
sesuatu yang menarik namun belum tentu dikunjungi. Daya tarik tersebut masih memerlukan pengelolaan dan pengembangan sehingga menjadi obyek wisata yang mampu menarik kunjungan. 4. Wiwoho (1990) menyatakan bahwa dalam dunia kepariwisataan istilah obyek wisata mempunyai pengertian sebagai sesuatu yang dapat menjadi daya tarik bagi seseorang atau calon wisatawan untuk mau berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik tersebut antara lain dapat berupa : a. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat alamiah seperti iklim, pemandangan alam, lingkungan hidup, fauna, flora, kawah, danau, sungai, karang dan ikan di bawah laut, gua-gua, tebing, lembah dan gunung. b. Sumber-sumber buatan manusia berupa sisa-sisa peradaban masa lampau, monumen bersejarah, rumah peribadatan, museum, peralatan musik, tempat pemakaman dan lain-lain. c. Sumber-sumber daya tarik yang bersifat manusiawi. Sumber manusiawi melekat pada penduduk dalam bentuk warisan budaya misalnya tarian, sandiwara, drama, upacara adat, upacara penguburan mayat, upacara keagamaan, upacara perkawinan dan lain-lain. Daya tarik wisata menurut Kodhyat (1996) adalah segala sesuatu yang mendorong orang untuk berkunjung dan singgah di daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Soekadijo (2000) juga menyatakan bahwa wisatawan hanya akan berkunjung ke tempat tertentu kalau di tempat itu terdapat kondisi yang sesuai dengan motif wisatawan.
Kondisi yang sesuai dengan motif wisatawan akan
merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut. Unsur-unsur paling penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan ekowisata menurut Sudarto (1999) adalah kondisi alamnya, kondisi flora dan fauna yang unik, langka dan endemik, kondisi fenomena alamnya, kondisi adat dan budaya. Ko (2001) menyebutkan bahwa obyek wisata alam bisa berupa gunung, lembah, sungai, pesisir, laut, pulau, air terjun, danau, lembah sempit (canyon), rimba, gua dan sebagainya.
Keberadaan suatu obyek wisata dapat
dinilai memiliki daya tarik jika kunjungan ke lokasi tersebut memenuhi harapan (expectation) pengunjung. Untuk itu perlu dianalisis terlebih dahulu apa yang
menjadi harapan konsumen memilih obyek wisata tersebut sebagai tujuan kunjungan. Beberapa komponen obyek wisata yang dikemukakan oleh Cooper et al (1998) yaitu : 1. Atraksi wisata baik berupa alam, buatan (hasil karya manusia), atau peristiwa (kegiatan) yang merupakan alasan utama kunjungan. 2. Fasilitas -fasilitas dan pelayanan dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan wisata. 3. Akomodasi, makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik tapi juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada lingkungan dan makanan setempat. 4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan daerah tujuan wisata. 5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan, dan koordinasi. Pembangunan obyek dan daya tarik wisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 dilakukan dengan memperhatikan : 1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya. 2. Nilai-nilai agama, adat istiadat serta cara pandangan dan nilai- nilai yang hidup dalam masyarakat. 3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup. 4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.
B. Wisata Alam dan Ekowisata Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionory tahun 1811 yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang perjalanan untuk mengisi waktu luang (Hakim, 2004).
Kodhyat (1996)
menyatakan bahwa pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) da n hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal menetap (di tempat yang disinggahinya) dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang
menghasilkan upah. Suwantoro (1997) mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Kegiatan wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam obyek wisata. Menurut PHPA (1996) kegiatan wisata alam di dalam kawasan konservasi diarahkan pada upaya pendayagunaan potensi obyek wisata alam dengan tetap memperhatikan prinsip keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian alam. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2003) menyatakan bahwa secara konseptual ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya -upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Berdasarkan segi pengelolaannya ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam yang secara ekonomi berkelanjutan dan mendukung upaya -upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Sudarto (1999) menyatakan bahwa kegiatan (petualangan, pendidikan dan penelitian) ekowisata juga merupakan daya tarik dalam sebuah produk ekowisata. Selain itu unsur lainnya juga ikut menentukan dalam mengembangkan Daerah Tujuan Ekowisata (DTE) tersebut. Sarana penunjang komunikasi, transportasi, keamanan, dan juga kesiapan masyarakat setempat harus menjadi pertimbangan utama.
Faktor yang membuat suatu kawasan potensial untuk dikembangkan
menjadi proyek ekowisata adalah keanekaragaman atraksi meliputi atraksi alam (nature made ) yaitu flora, fauna dan fenomena alam; atraksi budaya (culture) berupa peninggalan budaya seperti candi, artefak, makam-makam kuno; adat istiadat dan budaya seperti upacara agama, perkawinan, kematian; atraksi penelitian dan pendidikan seperti penelitian flora dan fauna, pendidikan lingkungan; dan atraksi olah raga dan petualangan seperti olah raga air, olah raga darat, olah raga dirgantara.
C. Taman Nasional Undang-undang RI No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Menurut PP No. 68 Tahun 1998 kawasan taman nasional dapat dimanfaatkan sesuai dengan sistem zonasi pengelolaannya.
Berdasarkan sistem zonasi pengelolaannya kawasan
taman nasional dapat dibagi atas zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan atau zona lain yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Zona pemanfaatan taman nasional adalah bagian kawasan taman nasional yang dijadikan tempat pariwisata alam dan kunjungan wisata. Rencana pengelolaan adalah suatu rencana bersifat umum dalam rangka pengelolaan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam yang disusun oleh menteri kehutanan (PP No. 18 Tahun 1994). Pemintakatan adalah alokasi ruang (kawasan) tiap-tiap mintakat mempunyai fungsi tersendiri dan pengelolaannya berlainan sesuai dengan fungsinya. Menurut PHPA (1988) taman nasional dibagi kedalam empat mintakat (zonasi) yaitu : 1. Zona inti (Sanctuary zone) ialah daerah yang berada di taman nasional yang mutlak harus dilindungi dan tidak boleh mengalami perubahan apapun juga yang disebabkan oleh tindakan-tindakan manusia. Daerah tersebut sama sekali tidak boleh dikunjungi kecuali oleh pegawai taman nasional dan para peneliti dengan izin khusus. 2. Zona rimba (Wilderness zone) ialah daerah yang berada di dalam taman nasional
yang
merupakan
daerah
perlindungan.
Pengunjung
diperbolehkan memasukinya dengan kegiatan-kegiatan yang terbatas sesuai dengan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Pada daerah ini diperkenankan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan seperti membuat jalan-jalan setapak, mendirikan shelter dan memasang papan informasi. 3. Zona pemanfaatan (Intensive use zone) ialah daerah yang berada dalam kawasan taman nasional dan diperuntukkan sebagai tempat yang
diperkenankan
untuk
membangun
sarana-sarana
kemudahan
bagi
pengunjung. 4. Zona penyangga (Buffer zone) merupakan zona yang umumnya terletak berbatasan dengan pemukiman serta berfungsi sebagai pelindung potensi sumberdaya taman nasional dari gangguan atau tekanan masyarakat sekitar taman nasional atau sebaliknya untuk melindungi masyarakat dari gangguan satwaliar yang ada di taman nasional.
D. Perencanaan Wisata Perencanaan merupakan proses pembuatan keputusan tentang apa yang harus dikerjakan dimasa depan dan bagaimana melakukannya. Perencanaan harus memperhatikan keadaan sekarang secara realistis dan faktor potensial yang dapat dikembangkan.
Perencanaan usaha harus dimulai dengan survei terperinci
mengenai sifat dan bentuk pengembangan yang direncanakan terutama dalam hal sumberdaya yang dimiliki (Kusmayadi, 2004). Page dan Ross (2002) mendefinisikan perencanaan sebagai sebuah proses dengan tujuan tertentu yang akan dicapai, menanggulangi dan memonitor perubahan yang akan terjadi untuk dapat menjaga/memelihara kelangsungan kawasan serta dapat meningkatkan pengalaman wisatawan terhadap kawasan atau lokasi tersebut. Hall (2000) mengungkapkan bahwa apabila perencanaan wisata telah sesuai/mengikuti trend perencanaan regional maka wisata tidak selalu dipandang sebagai fokus utama dalam proses perencanaan. Menurut Fandeli dan Nurdin (2005) suatu hal penting dalam membuat perencanaan adalah perlu mempertimbangkan faktor kemudahan untuk diikuti dan bersifat praktis sehingga cepat dapat ditindaklanjuti dan mempunyai standar yang memudahkan penilaian keberhasilan perencanaan. Aspek-aspek yang perlu diketahui dalam perencanaan pariwisata menurut Dimjati (1999) adalah : 1. Wisatawan (tourist) dengan melakukan penelitian tentang wisatawan sehingga dapat diketahui karakteristik wisatawan yang diharapkan datang. 2. Pengangkutan (transportasi) adalah bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia baik dari negara asal atau angkutan ke obyek wisata.
3. Atraksi/obyek wisata (attraction) mengenai apa yang dilihat, dilakukan dan dibeli di daerah tujuan wisata (DTW) yang dikunjungi. 4. Fasilitas pelayanan (service facilities). 5. Informasi dan promosi (information) yaitu cara-cara promosi yang akan dilakukan baik melalui iklan atau paket yang tersedia. Proses perencanaan wisata menurut Page dan Ross (2002) adalah sebagai berikut : a. Studi persiapan. Pemegang otoritas perencanaan termasuk pemerintah lokal dan regional memutuskan untuk mengizinkan pembangunan/ pengembangan perencanaan wisata. b. Penentuan tujuan adalah mengidentifikasi tujuan utama dari perencanaan. c. Survei seluruh elemen adalah inventarisasi seluruh sumberdaya wisata yang ada beserta fasilitasnya.
Kegiatan ini juga membutuhkan data
mengenai permintaan dan penawaran wisata, struktur ekonomi wisata lokal, investasi kemungkinan finansial untuk pengembangan dimasa yang akan datang. d. Analisis dan sintesis data. Informasi dan data yang telah dikumpulkan sebelumnya dianalisis dan digunakan sebagai pertimbangan untuk merumuskan perencanaan. e. Perumusan rencana dan kebijakan. Data yang telah diolah sebelumnya digunakan untuk membuat pilihan-pilihan atau skenario pengembangan wisata yang dapat dilakukan. f. Rekomendasi. Perencanaan wisata yang telah lengkap untuk kemudian disiapkan dan diajukan kepada komite perencanaan dari public agency yang bertanggung jawab untuk memproses perencanaan tersebut. g. Implementasi
dan
monitoring
perencanaan
wisata.
Perencanaan
dilanjutkan dengan tindakan yang biasanya merupakan proses lanjutan dari tim perencana.
Dalam beberapa instansi, pengesahan juga dibutuhkan
untuk mengontrol aspek tertentu dalam pengembangan yang akan ditetapkan sebagai bagian dari perencanaan. h. Evaluasi berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dilakukan.
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kawasan Keberadaan TNBD berawal dari gagasan Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun Bangko untuk menjadikan kawasan Hutan Bukit Duabelas sebagai hutan lindung dan cagar biosfer yang difungsikan sebagai Cagar Budaya Komunitas Anak Rimba.
Gubernur KDH Tk. I Jambi melalui Surat Nomor
522.51/863/84 tanggal 25 April 1984 mengusulkan kepada Menteri Kehutanan agar kawasan Hutan Bukit Duabelas seluas 28.707 Ha diperuntukkan sebagai cagar biosfer dengan fungsi sebagai Cagar Budaya Orang Rimba dan untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. Sementara dalam RTRW Provinsi Jambi luas areal kawasan Hutan Bukit Duabelas untuk cagar biosfer ditetapkan seluas 29.485 Ha (BKSDA Jambi, 2004).
Menteri Kehutanan melalui SK Nomor
46/Kpts-II/1987 tanggal 12 Februari 1987 menetapkan kawasan Hutan Bukit Duabelas sebagai kawasan cagar biosfer dengan luas areal 29.485 Ha. Komunitas Konservasi Indonesia (KKI Warsi), suatu Lembaga Swadaya Masyarakat yang sejak Agustus 1997 telah secara intensif melakukan pendampingan dan kajian-kajian menyangkut kehidupan dan penghidupan Komunitas Orang Rimba di Kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas (CBBD) dan kawasan sekitarnya pada tahun 1999 merekomendasikan agar areal kawasan PT Inhutani V dan PT Sumber Hutan Lestari yang terletak di sisi luar bagian utara CBBD diperuntukkan sebagai kawasan hidup Komunitas Orang Rimba. Menteri Kehutanan membentuk tim terpadu untuk melakukan kajian mikro di kawasan Bukit Duabelas. Tim terpadu merekomendasikan agar areal kawasan sisi utara yang berbatasan dengan kawasan CBBD dijadikan kawasan lindung (BKSDA Jambi, 2004). Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui SK Nomor 258/Kpts-II/2000 tanggal 23 Juni 2000 membentuk Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) dengan total luas kawasan 60.500 Ha sudah termasuk ex kawasan cagar biosfer seluas 26.800 Ha. Presiden RI pada tanggal 26 Januari 2001 bertempat di Jambi mendeklarasikan terbentuknya Taman Nasional Bukit Duabelas (BKSDA Jambi, 2004).
B. Kondisi Fisik B.1. Letak dan Luas Kawasan TNBD mencakup tiga wilayah kabupaten dengan luas areal keseluruhan berdasarkan data seme ntara BIPHUT (2004) dalam BKSDA Jambi (2004) meliputi areal seluas 58.300 Ha dengan rincian luas menurut masingmasing kabupaten adalah sebagai berikut : a. Kabupaten Batanghari
: 65 %
b. Kabupaten Sarolangun
:15 %
c. Kabupaten Tebo
: 20 %
Luasan ini merupakan data sementara sebab pada belahan kawasan di Kabupaten Batanghari garis batas luar kawasan belum ‘temu gelang’ (BKSDA Jambi, 2004). Letak geografis kawasan TNBD dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Letak geografis dan batas kawasan TNBD Uraian Letak a. Geografis b.Administratif
Batas a. Batas alam b. Batas buatan
Utara
Timur
Selatan
01 044’35” LS Kec. Marosebo Ulu, Kab. Batanghari
1020 31’37” BT Kec. Batin XXIV, Kab. Batanghari
02003’15” LS Kec. Air Hitam, Kab. Sarolangun
PT Limbah Kayu Utama dan PT Sawit Desa Makmur
PT Wana Perintis
Kebun dan pemukiman masyarakat desa-desa di Kec. Air Hitam (Semurung, Baru, Jernih, Lubuk Jering, Pematang Kabau dan Bukit Suban)
Barat 102048’27” BT Kec. Tebo Ilir, Kab. Tebo
Sungai Bernai Pemukiman Transmigran Kuamang Kuning (SP A. SP E. dan SP G)
Sumber : Peta BIPHUT (2002) dalam BKSDA Jambi (2004). Catatan : Garis batas di Kecamatan Marosebo Ulu Kabupaten Batanghari, sepanjang kurang lebih 9.000 m belum terselesaikan (belum ‘temu gelang’).
B.2. Iklim, Topografi, Hidrologi dan Tanah Schmidt dan Ferguson mengklasifikasikan iklim di TNBD dalam tipe iklim A dengan curah hujan antara 3294-3669 mm/tahun dan suhu udara 32–40 0 C serta kelembaban udara 80% -94%. Kondisi topografi, hidrologi dan tanah kawasan TNBD tersaji dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kondisi topografi, hidrologi dan tanah kawasan TNBD Deskripsi Topografi • Belahan Selatan • Belahan Utara Hidrologi
Uraian
Keterangan
Perbukitan Datar Bergelombang Kawasan hulu dari sejumlah sungai
Tanah
Ketinggian 50 – 438 mdpl Daerah Aliran Sungai (DAS) penting di dalam dan sekitar kawasan meliputi : • Sub DAS Air Hitam : Anak Sungai Tembesi • Sub DAS Jelutih dan Serengam : Anak Sungai Tembesi • Sub DAS Kejasung Kecil, Kejasung Besar, Sungkai dan Makekal : A nak Sungai Tabir • Sub DAS Bernai dan Seranten : Anak Sungai Tabir Sifat tanah jenis podsolik umumnya miskin hara dan mudah tererosi pada kondisi terbuka
Jenis tanah didominasi oleh Podsolik Sumber : Berbagai sumber dalam BKSDA Jambi (2004).
C. Kondisi Biologi Kawasan C.1. Flora Jenis flora yang terdapat di TNBD antara lain bulian (Eusideroxylon zwageri), meranti (Shorea sp), menggeris/kempas (Koompassia excelsa), jelutung (Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp), dan rotan (Calamus sp). Disamping itu te rdapat sekitar 120 jenis tumbuhan yang berfungsi sebagai tumbuhan obat (BKSDA Jambi, 2004).
Potensi flora di TNBD
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. C.2. Fauna Taman nasional ini merupakan habitat dari satwa langka dan dilindungi seperti harima u sumatera (Panthera tigris sumatrae), siamang (Hylobates syndactylus) , beruk (Macaca nemestrina), macan dahan (Neofelis nebulosa diardi), kancil (Tragulus javanicus), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), kijang (Muntiacus
muntjak), meong congkok (Prionailurus
bengalensis sumatrana), lutra sumatera (Lutra sumatrana) , ajag (Cuon alpinus sumatrensis), kelinci sumatera (Nesolagus netscheri) dan elang ular bido (Spilornis cheela malayensis) (BKSDA Jambi, 2004). Fauna tersebut ada yang dimanfaatkan sebagai obat oleh Orang Rimba, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
D. Masyarakat Sekitar Kawasan D.1. Masyarakat di Dalam Taman Nasional Masyarakat di TNBD meliputi masyarakat yang berada di dalam kawasan taman nasional yaitu Suku Anak Dalam dan masyarakat di luar kawasan yaitu masyarakat desa. Masyarakat asli Suku Anak Dalam yang lebih suka disebut Orang Rimba telah mendiami TNBD selama puluhan tahun.
Orang Rimba
menyebut hutan yang ada di TNBD sebagai daerah pengembaraan.
Mereka
berinteraksi dengan alam, saling memberi, saling memelihara dan saling menghidupi (BKSDA Jambi, 2004). Hasil sensus lapangan yang dilakukan KKI WARSI (2004) dalam BKSDA Jambi (2004) menyatakan diluar tiga kelompok yang belum terdata diperoleh keterangan sementara bahwa jumlah keseluruhan komunitas Orang Rimba yang berada di dalam dan di sekitar kawasan TNBD tercatat sebanyak 1.524 orang. Sebagian besar komunitas Orang Rimba di kawasan TNBD dan sekitarnya mengambil ruang kehidupan dan penghidupan di belahan bagian barat (Air Hitam, Makekal Hulu/Hilir dan Kejasung). Komunitas Orang Rimba umumnya memilih areal ruang hidup di dataran rendah sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS). Sebaran Orang Rimba di TNBD dan sekitarnya secara lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 4. Orang Rimba masih mempercayai adanya dewa-dewa seperti Dewa Gajah, Dewa Harimau, Dewa Angsa, Dewa Padi, dan Dewa Trenggiling. Dewa tertinggi adalah Dewa Gajah dan dewa-dewa tersebut biasanya dipanggil dalam upacaraupacara adat Orang Rimba seperti upacara perkawinan, kelahiran dan penyembuhan penyakit dengan perantara dukun. Kebudayaan/adat istiadat Orang Rimba sangat unik antara lain struktur pemerintahan dan hukum adat, upacaraupacara adat (upacara perkawinan, kelahiran, kematian) dan mitos -mitos yang berlaku dalam kehidupan Orang Rimba (BKSDA Jambi, 2004). Bagi Orang Rimba, hutan bukan hanya merupakan kawasan hidup dan sumber penghidupan, tempat berladang, berburu dan memanen hasil hutan tapi juga memiliki keterkaitan erat dengan budaya tradisi.
Untuk pe menuhan
kebutuhan hidup akan makanan umumnya Komunitas Orang Rimba masih mengandalkan pada pemanenan sumberdaya hutan non kayu. Kebutuhan akan
makanan diperoleh dengan memanen jenis umbi-umbian, buah-buahan serta umbut-umbutan dan berburu satwaliar (BKSDA Jambi, 2004). Pemanenan hasil hutan dilakukan secara bijaksana dengan mengikuti aturan adat yang kuat berwawasan pelestarian lingkungan seperti : - Untuk pemanenan umbi-umbian dan umbut-umbutan berlaku aturan adat ‘ambil satu bayar satu’, maksudnya bila mengambil satu umbi atau umbut maka harus menanam satu umbi atau umbut. - Untuk pemanenan buah-buahan berlaku aturan adat ‘pohon induk dilarang ditebang’, maksudnya pemanenan dilakukan tidak dengan menebang pohon yang diambil buahnya agar pohon tersebut da pat menghasilkan buah lagi di musim panen selanjutnya dan dapat beregenerasi. Kebutuhan akan bahan makanan hewani dipenuhi melalui berburu satwaliar. Dalam melakukan kegiatan perburuan ada beberapa jenis satwa yang dipantangkan antara lain enggang gading, berang-berang, harimau, kucing hutan dan primata. Pemanenan untuk tujuan komersial (diperdagangkan) juga sudah dikenal meluas antara lain rotan manau, rotan cacing, rotan sego, rotan paku, rotan lilin, rotan sabut, rotan semi, rotan tebu-tebu, rotan gela ng-gelang, rotan suto, rotan balam, rotan semut, getah jernang, getah damar, madu tawon hutan (maniy rapah bumbun dan maniy rapah sialang), buah-buahan hutan, terutama duku dan durian daun. Pemanenan getah jelutung dan getah balam sudah tidak banyak dilakukan dikarenakan sulitnya mendapatkan pembeli (KKI Warsi, 2004 dalam BKSDA Jambi, 2004).
Selain pemanenan hasil hutan kegiatan pertanian
tradisional yang sudah dikenal meluas oleh komunitas ini adalah tanaman karet dan buah-buahan.
Penjualan hasil panena n hutan dan pertanian umumnya
dilakukan melalui jasa perantara (jenang). D.2. Masyarakat di Luar Taman Nasional Desa-desa di sekitar TNBD secara administratif berada di bagian utara kawasan adalah sebanyak empat desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo dan satu desa di Kecamatan Muarosebo Ulu, Kabupaten Batanghari.
Di bagian selatan TNBD terdapat enam desa yang
termasuk dalam Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun (Tabel 3).
Tabel 3. Desa-desa interaksi TNBD menurut wilayah administrasi Kabupaten 1. Batanghari 2. Tebo
Kecamatan Muarasebo Ulu Tebo Ilir
Desa Interaksi Batu sawar Sungai Jernih Tanah Garo Lancar Tiang 3. Sarolangun Air Hitam Semurung Baru Jernih Lubuk Jering Pematang Kabau Bukit Suban (ex trans SPI) Sumber : Berbagai sumber (diolah kembali) dalam BKSDA Jambi (2004)
Jumlah Penduduk 479 2.158 1.361 2.564 1.141 1.605 1.630 771 1.878 3.124
Masyarakat desa di bagian utara TNBD mayoritas adalah etnis melayu dan sebagian kecil masyarakat pendatang (transmigran).
Masyarakat desa yang
berada dalam wilayah bagian selatan TNBD sebagian adalah transmigran dan selebihnya merupakan etnis melayu.
Mayoritas masyarakat memeluk agama
Islam dan sebagian lain memeluk agama Kristen, Budha dan Hindu. Hasil budaya masyarakat desa sekitar TNBD berupa kesenian daerah yang meliputi tari-tarian daerah dan kesenian alunan ‘Biduk Sayak’ (berupa seni berbalas pantun dengan diiringi musik biasanya dilakukan oleh muda-mudi). Mata pencaharian utama masyarakat Desa Batu Sawar, Desa Sungai Jernih, Desa Tanah Garo, Desa Lancar Tiang, Desa Baru, Desa Semurung, Desa Jernih dan Desa Lubuk Jering yang sebagian besar merupakan etnis melayu adalah bertani yang lebih bertumpu pada pertanian karet (alam) dikelola secara ekstensif melalui sistem perladangan berpindah. Masyarakat pendatang (transmigran) di Desa Pematang Kabau dan Desa Bukit Suban lebih banyak bertumpu pada pertanian kelapa sawit dan sebagian lagi dari pertanian karet (unggul) yang dikelola secara intensif (BKSDA Jambi, 2004). Gambaran umum desa-desa yang berada di wilayah selatan TNBD disajikan dalam Lampiran 5.
F. Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Taman Nasional Bukit Duabelas sebagai kawasan pelestarian alam memiliki potensi wisata kawasan yang terletak pada alam hutan dan ekosistemnya serta sejumlah aspek budaya yang terkait dengan eksistensinya sebagai kawasan
adat/budaya Komunitas Orang Rimba. Secara garis besar potensi wisata kawasan TNBD terdiri atas : a. Spektrum ekosistem kawasan yang terbentuk dari per paduan antara alam hutan perbukitan dan sungai. Kombinasi ini memberikan nuansa lansekap alamiah yang menarik untuk dinikmati. b. Adat istiadat, tradisi dan kearifan tradisional Komunitas Orang Rimba. c. Lingkungan alam hutan primer yang relatif tidak banyak ditemukan lagi di tempat-tempat lain. d. Satwaliar terutama jenis-jenis yang dilindungi. e. Flora yang bernilai tinggi sebagai plasma nutfah, jenis-jenis yang tergolong langka dan dilindungi dan jenis-jenis yang memiliki daya tarik visual. f. Biota obat hutan tropis dan pengetahuan tradisional pengobatan mandiri Komunitas Orang Rimba. Potensi-potensi ini merupakan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh kawasan TNBD yang selanjutnya dapat dikemas dalam bentuk program interpretasi untuk diketengahkan sebagai produk andalan ekowisata TNBD (BKSDA Jambi, 2004). Potensi obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di TNBD menurut PHKA (2003b) antara lain : 1. Sumber Air Panas Bukit Suban berupa danau seluas ± 30 m2 di tengahtengahnya keluar gelembung-gelembung air panas dengan suhu 39 0C dan airnya tidak mengalir. 2. Air Terjun Lubuk Jering adalah air terjun dengan ketinggian 20 m yang mengalir ke Sungai Telentam. 3. Air Terjun Talon memiliki tiga tingkatan yaitu 7 m, 4 m, dan 2m. 4. Aek Manitik merupakan air terjun dengan ketinggian 5 m di sebelah kanan air terjun terdapat gua sarang kelelawar dan pada dinding air terjun juga terdapat lubang dengan diameter 2.5 m. 5. Air Meruap adalah sumber air dengan arus deras keluar dari dasar Dam memiliki kedalaman ± 8 m dan airnya sangat jernih.
6. Sumber Air Panas Dusun Baru memiliki panorama yang indah, udara yang sejuk dan lingkungan yang masih asri. Disamping itu terdapat banyak sumber mata air dan sungai dengan air yang mengalir serta adat dan budaya tradisional khas Suku Anak Dalam.
IV. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi selama dua bulan yaitu bulan September sampai bulan Oktober 2005.
B. Alat dan Bahan B.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis, GPS (Geografis Position System) dan kamera. B.2. Bahan Bahan yang diperlukan pada penelitian ini yaitu Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA (2003) yang telah dimodifikasi, kuesioner untuk pengunjung dan panduan wawancara (pengelola, Pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat). C. Metode C.1. Data yang Dikumpulkan Data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas : 1. Kondisi umum lokasi penelitian meliputi sejarah, letak dan luas wilayah, status pengelolaan, kondisi fisik (topografi, hidrologi, tanah, iklim) dan kondisi biologi (potensi flora dan fauna ). 2. Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar lokasi penelitian, masyarakat di dalam kawasan (Komunitas Orang Rimba) dan di luar kawasan (masyarakat desa) meliputi jumlah penduduk, penyebarannya, mata pencaharian, tingkat pendidikan, agama, adat istiadat dan budaya masyarakat. 3. Potensi obyek dan daya tarik wisata alam meliputi daya tarik, aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi, akomodasi, saranaprasarana penunjang dan ketersediaan air bersih.
4. Pengunjung meliputi keadaan, karakteristik, motif, aktivitas, persepsi dan harapan pengunjung. 5. Pengelolaan wisata meliputi kebijakan wisata, pengelolaan, fasilitas dan pelayanan serta perencanaan wisata. C.2. Prosedur Kerja 1. Pengumpulan data melalui studi pustaka dan melakukan verifikasi di lapangan mengenai potensi-potensi wisata di TNBD. 2. Menilai obyek dengan menggunakan Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA tahun 2003 yang telah dimodifikasi. 3. Menganalisis potensi wisata alam di TNBD kemudian diuraikan secara deskriptif dan menentukan obyek prioritas yang berpotensi untuk dikembangkan. 4. Membuat alternatif perencanaan ODTWA di TNBD. Potensi-potensi TNBD
Obyek dan daya tarik wisata alam TNBD Penilaian kriteria ODTWA Pengunjung dan Masyarakat TNBD
Analisis deskriptif
Obyek prioritas
Alternatif perencanaan wisata alam
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
Pengelola TNBD dan Pemerintah Daerah
D. Metode Pengambilan Data D.1. Studi Pustaka Studi pustaka ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan membantu pengumpulan data-data awal dengan mempelajari dan menelaah pustaka yang menunjang penelitian. Pustaka yang ditelaah tersebut bersumber dari buku-buku, majalah-majalah, dokumen-dokumen dan website -website yang berkaitan dengan penelitian.
Data-data kepustakaan diperoleh dari kantor
BKSDA Jambi, kantor LSM KKI WARSI, Dinas Pariwisata, perpustakaan IPB, perpustakaan daerah Provinsi Jambi dan tempat-tempat lain yang menunjang pustaka penelitian. D.2. Wawancara dan Kuesioner Wawancara dilakukan secara terpandu kepada pihak-pihak terkait antara lain pengelola (BKSDA Jambi) baik di pusat maupun pengelola di lapangan meliputi kebijakan pengelolaan wisata TNBD, rencana pengelolaan wisata TNBD, kegiatan yang berkaitan dengan wisata, pengunjung TNBD, kerjasama yang dilakukan berkaitan dengan wisata, permasalahan dan kendala yang dihadapi serta pemecahan dan harapan pengelola.
Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas
Pariwisata meliputi kebijakan wisata, rencana pengelolaan wisata serta kepada tokoh masyarakat (Tumenggung Tarip sebagai ketua kelompok Orang Rimba Air Hitam, Tengganai dari Rombong Ninjo dan Kepala Desa terdekat dengan obyek wisata TNBD) meliputi kondisi sosial, ekonomi dan budaya/adat istiadat masyarakat. Kuesioner diberikan kepada pengunjung obyek wisata di TNBD. Penentuan jumlah responden pengunjung ditentukan dengan teknik purposive sampling (Kusmayadi, 2004).
Pengisian kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui
karakteristik, motif, aktivitas, persepsi dan harapan pengunjung. D.3. Pengamatan Lapang Pengamatan lapang dilakukan untuk melihat dan mengetahui potensi obyek dan daya tarik wisata alam.
Pengamatan lapang ini dimaksudkan sebagai
verifikasi potensi obyek dan daya tarik wisata serta sarana prasarana wisata dari hasil studi pustaka dan informasi dari petuga s serta masyarakat sekitar TNBD
dengan keadaan/kondisi yang ada dilapangan.
Komponen-komponen yang
diamati yaitu : 1. Kondisi biologi; unsur yang diamati adalah jenis flora dan fauna yang dijumpai di sekitar obyek wisata 2. Daya tarik; unsur yang diamati meliputi keunikan, kepekaan, variasi kegiatan, sumberdaya alam yang menonjol, kebersihan lokasi, keamanan, kenyamanan. 3. Aksesibilitas; unsur yang diamati yaitu kondisi dan jarak jalan darat, tipe jalan. 4. Akomodasi; dilakukan dengan melihat dan mencari informasi mengenai penginapan dalam radius 15 km dari obyek. 5. Sarana-prasarana penunjang meliputi kantor pos, jaringan telepon, Puskesmas, jaringan listrik, jaringan air minum, rumah makan, pusat perbelanjaan/pasar, bank, toko souvenir/cinderamata. 6. Ketersediaan air bersih; unsur yang diamati meliputi volume, jarak sumber air terhadap lokasi obyek, dapat tidaknya/kemudahan air dialirkan ke obyek, kelayakan dikonsumsi dan kontinuitas.
E. Pengolahan Data E.1. Metode Skoring Data mengenai potensi ODTWA diolah dengan me nggunakan Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Direktorat Jenderal PHKA (2003a) yang telah dimodifikasi sesuai dengan nilai/skor yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria (Lampiran 1). Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : S=NxB Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria N = jumlah nilai unsur -unsur pada kriteria B = bobot nilai Masing-masing kriteria tersebut dalam penilaiannya terdiri atas unsur dan sub unsur yang berkaitan. Nilai masing-masing unsur dipilih dari salah satu
angka yang terdapat pada tabel kriteria penilaian ODTWA sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing lokasi. Daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan datangnya pengunjung untuk itu bobot kriteria daya tarik diberi angka tertinggi yaitu 6. Penilaian aksesibilitas diberi bobot 5 karena aksesibilitas merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung potensi pasar.
Kondisi lingkungan sosial
ekonomi dinilai dalam radius 5 km dari batas intensive use atau jarak terdekat dengan obyek. Kriteria penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi diberi bobot 5 karena kriteria ini juga sangat penting dalam mendukung potensi pasar. Penilaian kriteria akomodasi diberi bobot 3. Penilaian kriteria sarana-prasarana penunjang diberi bobot 3 karena sifatnya sebagai penunjang.
Air bersih merupakan faktor yang harus tersedia dalam
pengembangan suatu obyek baik untuk pengelolaan maupun pelayanan. Bobot yang diberikan untuk kriteria ketersediaan air bersih adalah 6. Hasil penilaian seluruh kriteria obyek dan daya tarik wisata alam tersebut digunakan untuk melihat
dan
menentukan
obyek
prioritas
yang
akan
dibuat
alternatif
perencanaannya. E.2. Analisis Deskriptif Hasil pengolahan data mengenai obyek dan daya tarik wisata alam tersebut kemudian diuraikan secara deskriptif.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di Dalam Kawasan TNBD
A.1. Kriteria Penilaian ODTWA Kriteria penilaian obyek wisata alam merupakan suatu instrumen untuk mendapatkan kepastian kelayakan suatu obyek untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam. Fungsi kriteria adalah sebagai dasar dalam pengembangan ODTWA melalui penetapan unsur kriteria, penetapan bobot, penghitungan masing-masing sub unsur dan penjumlahan dari semua kriteria (Dirjen PHKA, 2003a). Hasil pengamatan terhadap potensi-potensi di TNBD dapat diketahui bahwa terdapat beberapa tempat yang berpotensi sebagai ODTWA yaitu Gua Kelelawar, Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, Air Terjun Talon dan Air Terjun Lubuk Jering.
ODTWA tersebut selanjutnya dinilai menurut kriteria
penilaian yang dipakai sebagai dasar dalam penilaian ODTWA ini yaitu daya tarik, aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi, akomodasi, saranaprasarana penunjang dan ketersediaan air bersih. A.1.1. Daya Tarik Daya tarik merupakan faktor yang membuat orang berkeinginan untuk mengunjungi dan melihat secara langsung ke tempat yang mempunyai daya tarik tersebut.
Pengkajian komponen daya tarik ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran bentuk-bentuk kegiatan rekreasi yang sesuai dengan daya tarik dan sumberdaya yang tersedia. Menurut PHKA (2003a) daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan datangnya pengunjung.
Unsur -unsur yang dinilai
pada kriteria daya tarik ini yaitu keunikan, kepekaan, variasi kegiatan, jenis sumberdaya yang menonjol, kebersihan obyek, keamanan, dan kenyamanan. Unsur-unsur daya tarik yang terdapat pada masing-masing obyek wisata alam di TNBD disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Daya tarik obyek wisata alam di TNBD No. 1.
2.
Obyek Wisata Alam Gua Kelelawar
Demplot Tanaman Obat
• • • • • • • •
3.
•
A e k M anitik
• • • • 4.
•
Air Terjun Talon
• • • 5.
Air Terjun Jering
Lubuk
• • • •
Daya Tarik Gua alam berbatu Fauna : kelelawar, ular dan landak Flora : kedundung tunjuk, sebalik sumpah, bambu, rotan Kegiatan : menikmati keindahan, tracking, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking Demplot berisi sekitar 52 jenis tanaman obat yang berasal dari Bukit Duabelas Flora : meranti, bambu, rotan Fauna : berbagai jenis burung, simpai, bajing, monyet ekor panjang Kegiatan : menikmati keindahan, tracking, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking Air terjun setinggi 5 m, di sebelah kanan air terjun terdapat gua sarang kelelawar (lebar 6 m, 1.5 m dan dalam 4 m) Pada dinding air terjun juga terdapat lubang berdiameter 2.5 m Kegiatan : menikmati keindahan, tracking, memancing, berenang, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking Flora : bulian, kempas, meranti, rotan, bambu Fauna : burung gagak, simpai, monyet ekor panjang, bajing Air terjun bertingkat tiga dengan tinggi sekitar 7 m, 4 m dan 2 m Kegiatan : menikmati keindahan, memancing, tracking, berenang, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking Flora : pisang hutan, bernai, kasai, bayas, dan harendong bulu Fauna : kupu-kupu, burung elang, simpai, monyet ekor panjang, dan ikan hias yang terdapat di sungai Air terjun setinggi ± 20 m Kegiatan : menikmati keindahan, memancing, tracking, berenang, berkemah, penelitian/pendidikan, hiking Flora : durian, meranti, bulian Fauna : berbagai jenis burung, simpai, monyet ekor panjang, bajing, katak
Hasil pengamatan terhadap daya tarik yang dimiliki masing-masing obyek wisata alam di TNBD dapat diketahui penilaian kriteria daya tariknya (Tabel 5).
Tabel 5. Penilaian kriteria daya tarik wisata alam di TNBD Obyek Wisata Alam No.
Unsur-unsur Penilaian
1.
Keunikan sumberdaya alam 2. Kepekaan sumberdaya alam 3. Variasi kegiatan 4. Jenis sumberdaya alam yang menonjol 5. Kebersihan lokasi 6. Keamanan 7. Kenyamanan Jumlah (nilai x bobot (6))
Gua Kelelawar
Demplot Tanaman Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
15
10
10
15
Air Terjun Lubuk Jering 10
20
25
10
10
10
25 20
25 15
30 25
30 25
30 25
30 20 25 930
30 25 30 960
30 25 30 960
30 25 30 990
30 20 30 930
Penilaian kriteria daya tar ik pada obyek wisata alam di TNBD terlihat bahwa Air Terjun Talon memiliki nilai daya tarik tertinggi yaitu sebesar 990 kemudian Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik memiliki nilai daya tarik yang sama yaitu 960 selanjutnya Gua Kelelawar dan Air Terjun Lubuk Jering mendapat nilai paling rendah yaitu sebesar 930. • Gua Kelelawar Daya tarik Gua Kelelawar adalah keunikan berupa gua berbatu besar. Gua ini terletak di Bukit Punai Banyak. Gua ini sangat gelap karena tidak ada lubang yang dapat ditembus cahaya kecuali dari mulut gua. Mulut gua berada diantara dua buah batu besar dan tidak terlalu lebar hanya bisa dimasuki orang secara satu persatu dengan posisi badan miring dan sedikit membungkuk. Namun ruang di bagian dalam gua cukup luas. Di dalam gua ini banyak sekali terdapat kelelawar sehingga Orang Rimba menyebutnya Gua Kelelawar.
Menurut kepercayaan
Orang Rimba gua ini merupakan gua setan yang apabila kita masuk ke dalamnya maka akan membuat kita menjadi sakit. Variasi kegiatan yang dapat dilakukan pada obyek ini antara lain menikmati keindahan alam hutan Bukit Punai Banyak, tracking, berkemah, penelitian, dan hiking. Jenis sumberdaya alam yang menonjol adalah batuan yang menyusun gua. Flora yang terdapat disekitar gua antara lain kedundung tunjuk (sala h satu ‘pohon sialang’ pohon yang terdapat sarang lebah madu milik Orang Rimba), ‘sebalik sumpah’ (sejenis jambu-jambuan yang bijinya digunakan untuk kalung dan gelang
yang dipercaya dapat menangkal sumpah serapah orang), bambu dan rotan. Fauna yang dapat dijumpai selama perjalanan menuju Gua Kelelawar antara lain siamang, burung gagak, burung pelatuk, kangkareng, dan katak bertanduk. Selain itu di dalam gua juga terdapat fauna antara lain kelelawar, ular dan landak. Kebersihan lokasi Gua Kelelawar ini sangat baik, bebas dari pengaruh industri, jalan ramai, pemukiman penduduk, sampah, vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya cukup baik meskipun ada kepercayaan Orang Rimba mengenai gua ini namun cukup aman karena tidak ada arus sungai yang berbahaya, tidak ada penebangan dan perambahan serta tidak ada pencurian.
Gua Kelelawar juga
cukup nyaman walaupun ada bau yang cukup mengganggu berasal dari kotoran kelelawar namun udaranya sejuk, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu. Gua Kelelawar ini sama sekali belum dikelola. Pengunjung yang datang pun belum ada.
Diperlukan perencanaan yang matang dan
pengkajian secara mendalam tentang gua ini sehingga dapat menarik minat pengunjung untuk datang.
Gambar 2. Pintu masuk Gua Kelelawar • Demplot Tanaman Obat Ekspedisi biota medika tahun 1998 telah menemukan biota obat hutan di kawasan TNBD yang sudah dimanfaatkan oleh Komunitas Orang Rimba. Temuan-temuan ini diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan Tumenggung Ngamat, Tumenggung Kecik, Pagar Alam, Ngunci Lidah dan Istri Tumenggung Kecik di Kejasung Kecil, Tumenggung Jelitai di Pasir Putih, Tumenggung Tarip dan istri di Air Hitam. Jenis biota medika yang ditemukan meliputi 137 jenis yang terdiri dari 101 jenis tumbuhan obat, 27 jenis cendawan obat dan 9 jenis hewan obat.
Sebagian besar tumbuhan obat tersebut masih
tergolong tumbuhan liar/belum dibudidayakan (BKSDA, 2004).
Tumbuhan-tumbuhan obat tersebut dikumpulkan dan ditanam di satu lokasi yang disebut demplot. Demplot tanaman obat ini dibuat sekitar tahun 2001. Di dalam demplot seluas 0.5 Ha ini terdapat sekitar 101 jenis tanaman obat yang berasal dari Bukit Duabelas namun saat ini hanya terdapat sekitar 52 jenis tanaman obat saja. Tanaman obat tersebut telah diberi la bel berisi keterangan mengenai nama lokal, khasiat, bagian yang digunakan dan cara penggunaannya. Demplot Tanaman Obat ini memiliki nilai pengetahuan mengenai berbagai jenis, khasiat, bagian yang digunakan dan penggunaan tumbuhan obat yang terdapat di TNBD, nilai budayanya berupa penggunaan tumbuhan obat oleh Orang Rimba untuk ritual- ritual adat dan nilai pengobatan secara tradisional oleh Orang Rimba. Kegiatan yang dapat dilakukan pada obyek ini antara lain menikmati keindahan alam, tracking , berkemah, pendidikan/penelitian mengenai tumbuhan obat, dan hiking. Flora yang terdapat disekitar demplot antara lain meranti, bambu dan rotan. Fauna yang dapat dijumpai selama perjalanan menuju demplot antara lain berbagai jenis burung, monyet ekor panjang, bajing dan simpai. Lokasi obyek ini sangat bersih tidak ada pengaruh dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya pun baik tidak ada arus sungai yang berbahaya, tidak ada penebangan dan perambahan, tidak ada pencur ian dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu. Demplot Tanaman Obat ini sangat nyaman, udaranya sejuk, bebas bau yang mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu.
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(a) (b) Gambar 3. (a) Demplot Tanaman Obat dan (b) salah satu jenis tanaman obat yang terdapat di demplot Pengunjung yang datang umumnya para peneliti yang bertujuan untuk penelitian dan menambah pengetahuan mengenai tumbuhan obat yang biasa digunakan oleh Orang Rimba. Demplot Tanaman Obat ini belum dikelola secara
optimal.
Hal ini terlihat dari kondisi demplot yang kurang terawat dan
berkurangnya jenis tanaman obat di dalam demplot. • Aek Manitik Aek Manitik merupakan air terjun dengan ketinggian sekitar 5 m. Air terjun ini berada di dalam kawasan TNBD secara geografis terletak pada 01055’21” LS dan 102 034’58” BT. Disebut “aek manitik” berasal dari kata aek titek (bahasa rimba) yang artinya air yang jatuh. Air ini berasal dari aliran Sungai Paku Aji dengan debit sekitar 20 liter/detik. Di sebelah kanan air terjun terdapat gua sarang kelelawar (lebar 6 m x 1.5 m x dalam 4 m). Pada dinding air terjun juga terdapat lubang berdiameter 2.5 m (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002). Kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi ini antara lain menikmati keindahan alam, memancing, trecking , berenang, berkemah dan hiking. Jenis sumberdaya yang menonjol adalah batuan yang terdapat di Sungai Paku Aji, air terjun yang jernih dan belum tercemar. Flora di sekitar Aek Manitik antara lain bulian, meranti, bambu dan rotan.
Fauna yang dapat dijumpai sepanjang
perjalanan menuju Aek Manitik antara lain burung gagak, bajing, simpai, dan monyet ekor panjang. Obyek Aek Manitik ini sangat bersih, tidak ada pengaruh dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya baik, tidak ada arus berbahaya, tidak ada penebangan dan perambahan, tidak ada pencurian dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu. Aek Manitik juga dinilai sangat nyaman, udaranya sejuk, bebas bau yang mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu. Pengunjung yang datang ke lokasi ini masih sangat jarang. Obyek ini cukup potensial untuk dikembangkan karena lokasinya yang tidak begitu jauh dengan Demplot Tanaman Obat. • Air Terjun Talon Secara geografis Air Terjun Talon terletak pada 010 58’08” LS dan 1020 43’18” BT. Air Terjun Talon tidak terlalu tinggi namun memiliki tiga tingkat dengan tinggi masing-masing tingkat sekitar 7 m, 4 m dan 2 m. Debit air 60 liter/detik berasal dari Sungai Karang mengalir ke hulu Sungai Jernih. Air yang
mengalir pada air terjun ini sangat jernih. Terdapat kolam di bawah air terjun dengan kedalaman ± 4 m (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002) . Kolam ini dapat digunakan untuk berenang/mandi, kegiatan lain yang dapat dilakukan di lokasi ini yaitu memancing, trecking, berkemah, dan hiking.
(a) (b) Gambar 4. Air Terjun Talon : (a) tingkat satu setinggi 7 m, (b) tingkat dua setinggi 4 m. Jenis sumberdaya alam yang menonjol yaitu air sungai yang jernih, batuan yang terdapat di sungai, flora yang terdapat di sekitar air terjun antara lain pisang hutan, bernai (buahnya enak dan bisa dimakan), kasai (buah seperti buah enau dan bisa dimakan), bayas, dan harendong bulu. Fauna yang dapat dijumpai antara lain kupu-kupu, burung elang, simpai, monyet ekor panjang, dan ikan hias. Kebersihan Air Terjun Talon sangat baik, tidak ada pengaruh dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya cukup baik, tidak ada arus sungai yang berbahaya, tidak ada penebangan dan perambahan, tidak ada pencurian dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu. Namun di lokasi ini sangat rawan pohon tumbang karena kondisi pohon yang sudah tua. Air Terjun Talon juga sangat nyaman, udaranya sejuk, bebas bau yang mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu. Umumnya masyarakat Desa Jernih sudah ada yang mengetahui keberadaan Air Terjun Talon ini meskipun belum banyak yang datang mengunjunginya. Obyek ini sama sekali belum dikelola padahal daya tarik Air Terjun Talon memiliki nilai yang tertinggi dari obyek lain. Hal ini perlu diperhatikan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan wisata alam di TNBD.
• Air Terjun Lubuk Jering Air terjun ini berada di dalam kawasan TNBD secara geografis terletak pada 010 56’28” LS dan 1020 40’33” BT. Air terjun Lubuk Jering ini mempunyai tinggi sekitar 20 m. Airnya berasal dari sungai kecil yang mengalir ke Sungai Telentam dengan debit air ± 10 liter/detik (Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari, 2002).
Flora yang
terdapat disekitar jalur menuju air terjun ini antara lain durian hutan, bulian dan meranti.
Fauna yang dapat dijumpai ketika menuju air terjun ini antara lain
simpai, monyet ekor panjang, bajing, katak dan berbagai je nis burung. Kebersihan Air Terjun Lubuk Jering sangat baik, tidak ada pengaruh dari industri, jalan ramai, pemukiman, sampah, vandalisme dan pencemaran lain. Keamanannya dinilai cukup baik meskipun rawan perambahan namun tidak ada arus sungai yang berbaha ya, tidak ada pencurian dan tidak ada kepercayaan yang mengganggu. Air Terjun Lubuk Jering juga sangat nyaman, udaranya sejuk, bebas bau yang mengganggu, bebas kebisingan dan tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu.
Masyarakat Desa Lubuk Jering belum banyak yang
mengetahui keberadaan air terjun ini hanya sebagian kecil saja yang sudah mengetahuinya. Pengelolaan dan pemanfaatan Air Terjun Lubuk Jering ini sama sekali belum dilakukan. A.1.2. Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan suatu indikasi yang me nyatakan mudah tidaknya suatu obyek untuk dijangkau. Soekadijo (2000) menyatakan bahwa aksesibilitas merupakan syarat yang penting sekali untuk obyek wisata. Tanpa dihubungkan dengan jaringan transportasi tidak mungkin suatu obyek mendapat kunjungan wisatawan. Obyek wisata merupakan akhir perjalanan wisata dan harus mudah dicapai dan dengan sendirinya juga mudah ditemukan. Oleh karena itu harus selalu ada jalan menuju obyek wisata. Jalan itu merupakan akses ke obyek dan jalan akses itu harus berhubunga n dengan prasarana umum. Kondisi jalan umum dan jalan akses menentukan aksesibilitas suatu obyek wisata. Akses menuju TNBD dapat dicapai melalui jalan darat (jalan kabupaten) yang kondisinya kurang baik dan berlubang. Jarak TNBD dari ibukota kabupaten (Kabupaten Sarolangun) sekitar 56 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda
empat/roda dua dalam waktu sekitar 3 jam sedangkan dari ibukota provinsi (Jambi) TNBD berjarak sekitar 220 km dapat ditempuh dalam waktu ± 5 jam (BKSDA Jambi, 2004). Aksesibilitas me nuju TNBD meliputi : 1. Akses Regional Letak geografis kawasan TNBD yang berada di bagian tengah wilayah Provinsi Jambi memberikan kemudahan pencapaian darat Lintas Tengah Sumatera.
Jalur ini terhubung langsung dengan sejumlah pintu masuk
regional/internasional perhubungan udara dan laut yaitu : • Bagian Utara Sumatera : Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru • Bagian Selatan Sumatera : Bakauheni dan Bandar Lampung. 2. Akses Pencapaian Kawasan Kawasan TNBD perwilayahan kabupaten dapat diakses dari masing-masing ibukota kabupaten. Kawasan TNBD dapat dicapai melalui : • Wilayah Kabupaten Sarolangun ü Sarolangun => 75 km => Bangko => 62 km => Air Hitam (Pematang Kabau) ü Sarolangun => 24 km => Pauh => 60 km => Air Hitam (Pematang Kabau) • Wilayah Kabupaten Tebo ü Muara Tebo => 47.5 km => Tebo Ilir =>35.5 km => Sungai Jernih • Wilayah Kabupaten Batanghari ü Muara Bulian => 84 km => Pauh => 60 km => Air Hitam (Pematang Kabau)
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Gambar 5. Kondisi jalan kabupaten menuju TNBD
Penilaian komponen aksesibilitas meliputi beberapa unsur yaitu kondisi dan jarak jalan darat, tipe jalan dan waktu tempuh dari pusat kota. Tipe jalan menuju obyek memiliki nilai terbesar yaitu 30 untuk tipe jalan yang terbuat dari tanah. Tipe jalan tersebut diberi nilai tertinggi karena obyek berada di dalam kawasan taman nasional yang memang tidak dianjurkan untuk dilakukan pengerasan jalan. Kondisi jalan yang bagus (pengerasan jalan) menuju obyek wisata di kawasan taman nasional bukanlah merupakan sesuatu yang menyebabkan aksesibilitas menjadi tinggi.
Hal yang terpenting adalah kemudahan dalam mencapai dan
menemukan obyek wisata yang dituju.
Pengunjung yang diharapkan datang
adalah pengunjung ekowisata yang tidak membutuhkan fasilitas yang lengkap yang terpenting adalah ada jalan yang jelas menuju obyek.
Hasil penilaian
aksesibilitas disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Penilaian kriteria aksesibilitas obyek di TNBD Obyek Wisata Alam No.
Unsur-unsur Penilaian
Kondisi dan jarak jalan darat: <5 km 5-10 km 10-15 km > 15 km 2. Tipe jalan 3. Waktu tempuh dari pusat kota Jumlah (nilaix bobot (5))
Gua Kelelawar
Demplot Tanaman Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
Air Terjun Lubuk Jering
20 25 15 5 30 10
60 25 15 5 30 10
60 25 15 5 30 10
40 25 15 5 30 10
20 25 15 5 30 10
525
725
725
625
525
1.
Berdasarkan hasil penilaian kriteria aksesibilitas masing-masing obyek dapat dilihat bahwa obyek Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik memiliki nilai terbesar yaitu 725 kemudian Air Terjun Talon sebesar 625 diikuti oleh Gua Kelelawar dan Air Terjun Lubuk Jering.
Untuk mencapai lokasi Demplot
Tanaman Obat dapat ditempuh dari Pauh maupun dari Bangko menuju Desa Pematang Kabau berhenti pada Km 43. Jarak demplot ini sekitar 500 m dari jalan kabupaten Desa Pematang Kabau. Jalan menuju Demplot Tanaman Obat berupa jalan tanah dengan lebar jalan sekitar 3 meter dan sangat licin jika dilalui pada saat atau setelah hujan.
Jalur menuju lokasi ini sudah cukup jelas meskipun
belum terdapat papan petunjuk arah.
Untuk menuju lokasi demplot dapat
menggunakan kendaraan roda dua/empat kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 100 meter melewati jalan setapak. Jalan menuju lokasi Aek Manitik dapat ditempuh dengan melewati jalur menuju Demplot Tanaman Obat di lanjutkan dengan berjalan kaki selama ± 2 jam ke arah Timur melewati Kelompok Tumenggung Tarip. Jalan menuju obyek ini berupa jalan setapak dan melewati beberapa anak sungai.
Jalur menuju Aek
Manitik kurang begitu jelas sehingga dibutuhkan pemandu untuk dapat menemukan lokasi ini.
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(a)
(b)
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(c) Gambar 6. Kondisi jalan menuju obyek (a) Demplot Tanaman Obat, (b) Aek Manitik dan (c) Air Terjun Lubuk Jering Air Terjun Talon dapat ditempuh melalui Pauh atau Bangko menuju Desa Jernih berhenti pada Km 25 di Desa Jernih (pasar jernih) kemudian menyusuri jalan setapak ke arah Timur dengan menggunakan kendaraan roda dua sekitar 1.5 km dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh ± 750 m atau dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Kondisi jalan menuju obyek Air Terjun Talon akan menjadi sulit ditempuh pada saat hujan karena tanahnya menjadi licin dan berbahaya untuk dilewati.
Jalur yang ada sudah cukup jelas meskipun belum terdapat papan
petunjuk arah namun untuk menemukan letak air terjun masih diperlukan
pemandu yang dapat menunjukkan lokasinya karena jalan untuk menemukan letak air terjun masih kurang jelas karena tertutup tumbuhan bawah. Air Terjun Lubuk Jering ini dapat ditempuh dari Pauh dan Bangko menuju Desa Lubuk Jering pada Km 33 dilanjutkan dengan kendaraan roda dua atau berjalan kaki melewati jalan setapak ke arah Timur melewati perkebunan karet milik penduduk Desa Lubuk Jering sejauh ± 3.5 km kemudian berjalan kaki naikturun bukit sejauh 1.5 km. Jalur menuju Air Terjun Lubuk Jering saat ini dalam kondisi yang buruk karena sudah tidak dapat diketahui secara jelas jalur yang ada akibat penutupan oleh tumbuhan bawah (semak belukar) dan belum ada papan petunjuk arah sehingga obyek ini sulit ditemukan. Sama halnya dengan kondisi jalur pada Air Terjun Lubuk Jering jalur menuju Gua Kelelawar juga tidak begitu jelas akibat penutupan tumbuhan bawah. Untuk menemukan lokasi gua harus menggunakan pemandu dari Orang Rimba karena pihak pengelola sendiri belum mengetahui adanya obyek Gua Kelelawar ini. A.1.3. Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi Penilaian kriteria kondisi lingkungan sosial ekonomi diperlukan karena sangat penting dalam mendukung potensi pasar.
Penilaian kriteria kondisi
lingkungan sosial ekonomi dinilai dalam radius 5 km dari batas kawasan intensive use atau jarak terdekat dengan obyek. Unsur -unsur yang dinilai adalah tata ruang wilayah obyek, status lahan, mata pencaharian penduduk dan tingkat pendidikan. Penilaian kriteria kondisi lingkungan sosial ekonomi pada obyek wisata alam di TNBD disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi Obyek Wisata Alam No.
1.
Unsur-unsur Penilaian
Tata ruang wilayah obyek 2. Status lahan 3. Mata pencaharian penduduk 4. Pendidikan Jumlah (nilai x bobot (5))
Gua Kelelawar
Demplot Tanaman Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
5
5
5
5
Air Terjun Lubuk Jering 5
30 20
30 20
30 20
30 20
30 20
20 375
20 375
20 375
20 375
20 375
Hasil penilaian kondisi lingkungan sosial ekonomi masing-masing obyek menunjukkan bahwa semua obyek menghasilkan nilai yang sama yaitu sebesar 375. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sosial ekonomi di sekitar obyek wisata alam yang ada di TNBD relatif sama. Penataan ruang wilayah obyek wisata alam di TNBD belum ada sama sekali. Status lahan semua obyek tersebut adalah hutan negara yang dikelola oleh BKSDA Jambi.
Mata
pencaharian penduduk sekitar obyek sebagian besar adalah petani karet dengan tingkat pendidikan sebagian besar adalah lulus Sekolah Dasar. A.1.4. Akomodasi Akomodasi merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan wisata khususnya dari pengunjung yang cukup jauh. Unsur -unsur yang dinilai adalah jumlah penginapan dan jumlah kamar (radius 15 km dari obyek). Hasil pengamatan di lapangan dan informasi dari petugas serta masyarakat sekitar diketahui bahwa di sekitar TNBD belum terdapat penginapan yang disediakan bagi pengunjung TNBD.
Pengunjung yang datang dari luar kota biasanya
menginap di penginapan/hotel yang ada di Kota Bangko keesokan harinya baru melanjutkan perjalanan menuju TNBD. Biasanya pengunjung yang datang dari jauh dipersilahkan beristirahat di pondok Satuan Kerja (Satker) TNBD di Desa Pematang Kabau. Ada juga yang memilih mendirikan tenda di dalam kawasan atau menginap dirumah penduduk. A.1.5. Sarana-Prasarana Penunjang Sarana-prasarana penunjang merupakan sarana-prasarana yang dapat menunjang kemudahan dan kenyamanan pengunjung dalam kegiatan wisata. Prasarana dan sarana penunjang yang dinilai adalah prasarana dan sarana penunjang yang berada dalam radius 10 km dari obyek. Prasarana penunjang yang dinilai meliputi kantor pos, jaringan telepon, Puskesmas, jaringan listrik dan jaringan air minum. Sarana penunjang yang dinilai yaitu rumah makan, pusat perbelanjaan/pasar, bank, toko souvenir/cinderamata dan angkutan umum. Sarana-prasarana penunjang yang terdapat pada masing-masing obyek wisata alam di TNBD dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Penilaian sarana -prasarana penunjang di TNBD Obyek Wisata Alam
1.
Prasarana
20
20
20
30
Air Terjun Lubuk Jering 20
2.
Sarana
30
30
30
30
10
150
150
150
180
90
Unsur-u nsur Penilaian
No.
Jumlah (nilai x bobot (3))
Gua Kelelawar
Demplot Tanaman Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui obyek Air Terjun Talon memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 180 kemudian Gua Kelelawar. Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 150 selanjutnya Air Terjun Lubuk Jering memiliki nilai terendah sebesar 90. Desa Bukit Suban merupakan desa terdekat dengan Gua Kelelawar. Sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di desa tersebut adalah rumah makan, pasar tradisional yang hanya buka pada hari Selasa dan Puskesmas pembantu. Demplot Tanaman Obat dan Aek Manitik merupakan obyek wisata terdekat dengan Desa Pematang Kabau.
Sarana-prasarana penunjang yang ada yaitu
warung makan, pasar tradisional yang hanya buka pada hari Jumat dan Puskesmas pembantu.
Desa Pematang Kabau dan Desa Bukit Suban belum mempunyai
jaringan listrik. Menurut informasi dalam waktu dekat kedua desa tersebut akan dilengkapi jaringan listrik.
Desa Jernih merupakan desa terdekat dengan Air
Terjun Talon. Sarana-prasarana penunjang yang terdapat di desa ini yaitu warung makan, pasar tradisional yang hanya ada hari Selasa, Puskesmas pembantu dan jaringan listrik. Air Terjun Lubuk Jering diberi nama sesuai dengan nama desa terdekat dengan obyek ini yaitu Desa Lubuk Jering. Prasarana penunjang yang ada di desa ini hanya jaringan listrik. Angkutan umum menuju TNBD (Desa Pematang Kabau) hanya tersedia satu unit dan waktunya pun hanya satu kali sehari. Jenis angkutan umum yang bisa digunakan adalah bis atau travel atau kendaraan sewaan (carter) dari Jambi menuju Bangko dan dari Bangko menuju TNBD (Desa Pematang Kabau). Ada kendaraan berupa mobil pribadi milik Bapak Surung yang dijadikan angkutan umum Bangko-Pematang Kabau namun hanya satu kali sehari yaitu sekitar jam 2 sampai jam 4 sore.
A.1.6. Ketersediaan Air Bersih Air bersih merupakan faktor yang harus tersedia dalam pengembangan suatu obyek baik untuk pengelolaan maupun pelayanan.
Unsur-unsur yang dinilai
meliputi volume/ketercukupan air, jarak sumber air terhadap obyek, kemudahan air dialirkan ke obyek, kelayakan konsumsi dan kontinuitas.
Hasil penilaian
kriteria ketersediaan air bersih selengkapnya disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Penilaian ketersediaan air bersih No.
Unsur-unsur Penilaian
Volume/ketercukupan Jarak sumber air terhadap lokasi obyek 3. Dapat tidaknya/kemudahan air dialirkan ke obyek 4. Kelayakan dikonsumsi 5. Kontinuitas Jumlah (ni lai x bobot (6))
Gua Kelelawar
Obyek Wisata Alam Demplot Aek Air Tanaman Manitik Terjun Obat Talon
25 30
30 30
30 30
30 30
Air Terjun Lubuk Jering 30 30
20
25
30
30
30
25 30 780
25 30 840
25 30 870
25 30 870
25 30 870
1. 2.
Kawasan TNBD merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan tropis dataran rendah dan merupakan daerah tangkapan air penting bagi DAS Batanghari. Kawasan
TNBD
merupakan
kawasan
hulu
dari
sejumlah
Volume/ketercukupan air pada obyek wisata di TNBD dinilai banyak.
sungai. Jarak
sumber air terhadap lokasi obyek sangat dekat (<1 km) dan sangat mudah untuk dialirkan.
Untuk kelayakan konsumsi umumnya sumber air di TNBD dapat
dikonsumsi namun dibutuhkan perlakuan sederhana yait u harus dimasak terlebih dahulu dan selalu tersedia sepanjang tahun meskipun saat kemarau.
Dok
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Gambar 7. Sungai sebagai salah satu sumber air bersih di TNBD
A. 2. Rekapitulasi Penilaian ODTWA Penilaian ODTWA di dalam kawasan TNBD dilakukan pada obyek Gua Kelelawar, Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, Air Terjun Talon dan Air Terjun Lubuk Jering. Penilaian yang dilakukan meliputi enam kriteria yaitu daya tarik, aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi, akomodasi, saranaprasarana penunjang dan ketersediaan air bersih. Hasil penilaian keenam kriteria tersebut dapat direkapitulasi dengan hasil penilaiannya tersaji dalam Tabel 10. Tabel 10. Rekapitulasi penilaian ODTWA No.
Kriteria penilaian
Gua Kelelawar
Demplot Tanaman Obat
Aek Manitik
Air Terjun Talon
1. 2. 3.
Daya Tarik Aksesibilitas Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi Akomodasi Sarana-Prasarana Penunjang Ketersediaan Air Bersih Jumlah
930 525 375
960 725 375
960 725 375
990 625 375
Air Terjun Lubuk Jering 930 525 375
150 780 2760
150 840 3050
150 870 3080
180 870 3040
90 870 2790
4. 5. 6.
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa obyek Aek Manitik memiliki nilai tertinggi yaitu 3080 kemudian Demplot Tanaman Obat (3050), Air Terjun Talon (3040), Air Terjun Lubuk Jering (2790) dan Gua Kelelawar (2760). Dari hasil tersebut dapat ditentukan obyek prioritas untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam di TNBD yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik dan Air Terjun Talon.
Namun masih diperlukan pembenahan terhadap obyek-obyek tersebut.
Ketiga obyek prioritas inilah yang kemudian disusun perencanaan wisata alamnya.
B. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya Keberadaan Suku Anak Dalam atau yang lebih senang disebut Orang Rimba merupakan ciri khas yang dimiliki TNBD yang membedakan dengan taman nasional yang lain. Keberadaan TNBD berawal dari gagasan Pemerintah Daerah Kabupaten Sarolangun Bangko untuk menjadikan kawasan Hutan Bukit Duabelas sebagai hutan lindung dan cagar biosfer yang berfungsi sebagai Cagar Budaya Komunitas Orang Rimba.
Mereka sangat bergantung pada keberadaan
sumberdaya alam di TNBD sebagai sumber kehidupan dan penghidupannya.
Sumberdaya alam yang terdapat di TNBD dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan akan pangan, pengobatan tradisional dan upacara/ritual adat. Orang Rimba berprinsip ’ado rimbo ado bungo, ado bungo ado dewa, hopi ado rimbo hopi ado pulo perkawinan, habiy lah Orang Rimbo’, artinya ada rimba ada bunga, ada bunga ada dewa, tidak ada rimba tidak ada pula perkawina n, habislah Orang Rimba. Maksudnya adalah dalam adat istiadat perkawinan Orang Rimba memerlukan beberapa jenis bunga yang terdapat di rimba.
Bunga ini
digunakan untuk memanggil para dewa. Apabila bunga sudah tidak ada lagi di dalam rimba maka dewa tidak akan datang dan perkawinan tidak dapat terlaksana sehingga Orang Rimba tidak dapat lagi mempunyai keturunan dan lama-kelamaan akan habis. Kelompok Orang Rimba yang selama ini menjadi tujuan wisata di TNBD adalah Kelompok Tumenggung Tarip di Kecamatan Air Hitam. Tumenggung
Tarip
merupakan
Orang
Rimba
contoh/panutan bagi Orang Rimba yang lain.
yang
dapat
dijadikan
Tumenggung Tarip pernah
mendapat KEHATI award dalam kategori perintis lingkungan pada tahun 2000.
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Gambar 8. Kelompok Tumenggung Tarip di Air Hitam sebagai tujuan wisata budaya di TNBD Keunikan dan kekhasan adat istiadat/kebudayaan yang dimiliki Orang Rimba secara turun-temurun merupakan salah satu daya tarik wisata di TNBD. Hasil kebudayaan dan adat istiadat Orang Rimba yang dapat dinikmati wisatawan antara lain keseharian Orang Rimba memanfaatkan hasil hutan secara tradisional seperti memancing ikan (menggunakan tuba akar), berburu (menggunakan tombak), memanen rotan jernang, memanen madu pada pohon sialang (pohon yang terdapat lebah madu) dengan berbagai ritual sebelum memanjat pohon dan
penggunaan ‘lantak’ (patok dari kayu) untuk memanjat pohon sialang tersebut. Hal ini sangat menarik untuk dilihat dan diketahui.
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(a)
(b)
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(c) Gambar
9. Keseharian Orang Rimba : (a) menangkap ikan dengan tombak, (b) memanen Rotan Manau, (c) menangkap ikan dengan tuba akar.
Adat istiadat/kebudayaan lain seperti asal-usul, hukum adat, struktur pemerintahan dan sistem kepemimpinan, kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, kepercayaan, mitos-mitos, pranata sosial, dan budaya melangun Orang Rimba juga dapat disaksikan pengunjung secara langsung maupun melalui penjelasan dari Orang Rimba.
Adat perkawinan (pertunangan, upacara perkawinan,
pernikahan), adat kelahiran (pantangan dan larangan, upacara Sirih Badan, melahirkan dan pengaturan kelahiran) serta adat kematian (upacara Besale dan pemakaman jenasah) tidak dapat dilihat secara langsung. Menurut kepercayaan Orang Rimba upacara/ritual perkawinan, kelahiran dan kematian tidak boleh disaksikan oleh orang luar (selain Orang Rimba) karena dapat menyebabkan para dewa tidak mau datang sehingga upacara tidak dapat dilangsungkan. Pengunjung dapat mengetahuinya melalui penjelasan dari Tumenggung atau Tengganai. Orang Rimba juga memiliki keunikan berbahasa “bahasa rimba” yang berbeda dengan bahasa Indonesia bahkan bahasa daerah setempat. Namun ada beberapa Orang Rimba seperti Tumenggung Tarip yang sudah bisa dan mengerti bahasa
Indonesia. Untuk memudahkan pengunjung dalam berkomunikasi dengan Orang Rimba diperlukan pendamping/fasilitator. Pendamping tersebut dapat berasal dari pengelola TNBD (petugas) atau dari LSM KKI Warsi yang memang selama ini berinteraksi dengan Orang Rimba dalam bidang pendidikan dan pendampingan. Pengunjung juga dapat belajar kepada induk (sebutan bagi ibu-ibu Orang Rimba) mengenai cara membuat hasil kerajinan Orang Rimba yaitu ambung (wadah terbuat dari rotan biasanya digunakan sebagai tempat hasil memancing ikan).
Hasil kerajinan tangan lainnya yaitu tikar pandan dan kalung/gelang
sebalik sumpah (terbuat dari biji sebalik sumpah yang dipercaya dapat menangkal sumpah serapah orang lain). Hasil kerajinan ini belum dipasarkan hanya untuk keperluan sehari-hari.
Pengunjung bisa memesan dan membeli kepada Orang
Rimba namun harus dipesan jauh-jauh hari (tidak bisa langsung).
Dok. KKI- Warsi
(a) (b) Gambar 10. (a) Ambung, salah satu hasil kerajinan tangan Orang Rimba dan (b) penjelasan oleh Tumenggung Tarip mengenai adat istiadat Orang Rimba. C. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Sekitar Kawasan TNBD Selain obyek dan daya tarik wisata alam yang ada di dalam kawasan TNBD terdapat pula potensi wisata alam di luar kawasan TNBD yang dapat menunjang potensi wisata TNBD. Potensi wisata tersebut belum dikelola dan dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat desa sekitar TNBD. Potensi tersebut antara la in : 1. Sumber Air Panas Desa Baru Letak geografis Sumber Air Panas Desa Baru adalah 02002’14” LS dan 102045’08” BT. Obyek ini dapat ditempuh dari arah Pauh menuju Desa Baru berhenti pada Km 23. Sumber air panas ini berada di Desa Baru sekitar 300 m dari ja lan desa. Kondisi jalan berupa jalan setapak dari tanah selebar ± 1 m. Jalan
menuju sumber air panas ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 75 m. Air panas ini berbentuk kolam-kolam kecil yang muncul di tiga tempat dengan suhu air sekitar 32 0C. Kondisinya sangat memprihatinkan karena sama sekali tidak dikelola.
Keadaan sekitarnya merupakan tanah berawa dan
bergambut tebal dengan air berwarna hitam sehingga sulit diketahui seberapa besar sumber air panas tersebut. Sumber air panas ini terletak di bawah pohon beringin yang besar. Airnya tidak mengalir dan selalu ada (tidak pernah kering) meskipun musim kemarau. Flora yang terdapat di lokasi ini antara lain beringin, pulai, harendong raja, dan anggrek hutan.
(a) (b) Gambar 11. (a) Sumber Air Panas Desa Baru yang terletak dibawah pohon beringin dan (b) pohon beringin 2. Sumber Air Panas Bukit Suban Air panas ini terletak di Desa Bukit Suban. Secara geografis terletak pada posisi 010 57’04” LS dan 102034’04” BT. Dapat ditempuh dari Pauh menuju Bukit Suban tepatnya pada Km 53, dari jalan raya dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau berjalan kaki sejauh 300 m.
Sumber air panas ini
berbentuk danau kecil seluas kurang lebih 30 m2. Di tengah-tengah danau keluar gelembung-gelembung air panas. Suhu air panas tersebut sekitar 390 C dan tidak mengalir. Di lokasi ini sama sekali belum ada fasilitas. Disekitar lokasi sebagian berawa dengan limpahan air panas tidak berbentuk sungai melainkan menuju ke segala arah sekitarnya. Flora yang terdapat disekitar sumber air panas antara lain bambu kuning dan semak belukar. Fauna yang dapat dijumpai yaitu monyet ekor panjang, burung gagak, bajing, dan kutilang. Menurut
kepercayaan
masyarakat
sumber
air
panas
ini
dapat
menyembuhkan berbagai penyakit seperti penyakit kulit, lumpuh, mata rabun dan
lain-lain.
Sumber air panas ini pertama kali ditemukan oleh Orang Rimba.
Kepercayaan masyarakat Desa Bukit Suban (orang dusun) apabila terkena penyakit maka harus segera mandi/berendam di air panas tersebut sebelum matahari muncul/terbit. Dahulu banyak orang yang datang dari berbagai daerah seperti Medan, Sumatera Barat, Sumatera Selatan yang datang ke lokasi ini untuk berendam dan mengambil air tersebut untuk obat.
Namun sekitar tahun
1986/1987 sumber air panas ini sempat menjadi dingin selama setengah bulan. Menurut penduduk desa hal ini disebabkan karena banyak yang menyalahgunakan sumber air panas ini. Adanya beberapa oknum ”dukun” yang mengaku dapat menyembuhkan penyakit padahal penyembuhan penyakit tersebut adalah dari sumber air panas. Kejadian tersebut menyebabkan pengunjung menjadi semakin berkurang. Dahulu pernah ada pengunjung dari Sumatera Barat yang lumpuh kemudian ia berobat ke air panas Desa Bukit Suban. Mengingat kondisi fisiknya yang sudah tua dan pada waktu itu banyak sekali pengunjung yang berendam di kolam tersebut akhirnya pengunjung itu meninggal dunia di lokasi sumber air panas. Di dekat jalan besar setelah masuk ke lokasi sumber air panas Bukit Suban (± 100 m dari danau) terdapat makam Orang Rimba bernama Tumenggung Besiring. Beliau adalah Orang Rimba yang sudah memeluk agama Islam dan berganti nama menjadi Muhammad Ali.
(a) (b) Gambar 12. (a) Sumber Air Panas Bukit Suban dan (b) jalan menuju sumber air panas 3. Dam Sungai Jernih “Air Meruap” Kawasan ini secara geografis terletak pada 01059’55” LS dan 1020 42’38” BT. Perjalanan menuju lokasi ini dapat ditempuh dari Pauh menuju Desa Jernih Km 25 dilanjutkan dengan berjalan kaki ke arah timur (kanan) menyusuri saluran irigasi sepanjang ± 300 m.
Dam ini dibangun sekitar tahun 1975 dengan
kedalaman ± 4 m. Kawasan ini dahulu dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum namun sekarang tidak ada pengelolanya. Air Dam tersebut berasal dari Sungai Jernih. Dinamakan Sungai Jernih karena airnya sangat jernih tidak berlumpur meskipun saat hujan dan tidak pernah kering walaupun kemarau. Air di sungai sangat jernih sampai ke dasar sungainya sehingga ikan-ikan yang hidup di sungai juga kelihatan.
Sungai ini dimanfaatkan oleh masyarakat desa untuk mandi,
mencuci dan keperluan lainnya.
Di dekat Dam tersebut terdapat danau yang
mengeluarkan air yang bersuara (meruap). Sumber air dengan arus deras keluar dari dasar Dam yang kedalaman se kitar 8 m. Air meruap artinya air yang keluar dari dasar sungai dengan debit yang tinggi sehingga terdengar sampai kejauhan. Kenyataan dilapangan lokasi tersebut terletak di tengah bendungan dan sudah tidak diketahui dimana sumbernya karena ditumbuhi rumput yang tebal dan tidak pernah dibersihkan. Menurut Kepala Desa Jernih bahwa danau ini angker dan di dalam danau ini terdapat buaya putih yang tidak memiliki ekor tapi buaya ini tidak mengganggu. Selain itu juga terdapat ular dan ikan Toman yang jahat.
Dahulu ada salah
seorang warga yang bermimpi melihat ular berkepala manusia menyerupai putri yang sangat cantik. Di dalam danau ini juga terdapat banyak sekali batu untuk cincin yang sudah dapat langsung digunakan karena telah digosok oleh air yang ada di danau. Cara mengambilnya adalah dengan memasukkan keranjang ke dalam sungai.
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Dok. BKSDA Prov. Jambi
(a) (b) Gambar 13. (a) Dam Sungai Jernih dan (b) Air Meruap
D. Pengunjung Taman Nasional Bukit Duabelas D.1. Keadaan Pengunjung Pendataan jumlah pengunjung di TNBD dilakukan dengan melihat SIMAKSI (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi) yang ada. Data mengenai jumlah pengunjung TNBD tahun 2005 selengkapnya disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Pengunjung Taman Nasional Bukit Duabelas Tahun 2005 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Bulan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Jumlah
Penelitian DN LN 5 5 7 4 1 4 3 3 1 25 8
Sumber : BKSDA Jambi, 2005 Ket : DN = dalam negeri/domestik
Widyawisata DN LN 1 48 49 -
Rekreasi DN LN 35 35 -
Jumlah DN LN 5 5 7 4 1 4 3 3 36 49 109 8
LN = luar negeri/mancanegara
Berdasarkan data jumlah pengunjung tahun 2005 (Febr uari-September) dapat diketahui bahwa pengunjung TNBD berasal dari dalam dan luar negeri. Jumlah pengunjung yang berasal dari dalam negeri relatif lebih banyak dibandingkan pengunjung luar negeri. Jumlah pengunjung terbanyak adalah pada bulan September dan bulan Agustus. Pengunjung yang datang ke TNBD adalah pengunjung widyawisata, pengunjung rekreasi dan peneliti. Promosi mengenai TNBD yang telah dilakukan pihak pengelola antara lain melalui leaflet, poster dan pameran-pameran pembangunan di Kabupaten Sarolangun. Kegiatan ini perlu lebih ditingkatkan misalnya mengadakan pameran di tingkat provinsi, membuat video-video mengenai TNBD dan penyebaran leaflet, booklet dan brosur yang lebih luas dan dalam bentuk yang lebih menarik.
Dok. KKI-Warsi
(a) Dok. BKSDA Prov. Jambi
(b) Gambar 14. Kegiatan yang dilakukan pengunjung TNBD : (a) pengkajian kebudayaan Orang Rimba dan (b) outbond. D.2. Karakteristik Pengunjung Karekteristik pengunjung sangat penting diketahui untuk menentukan bentuk dan kegiatan wisata yang sesuai dengan karakter pengunjung yang datang dan diharapkan datang.
Karakter pengunjung diketahui dari hasil penyebaran
kuesioner. Karakter pengunjung yang perlu diketahui tersebut antara lain umur, jenis kelamin, asal, pendidikan terakhir, pekerjaan dan status perkawinan. Karakteristik pengunjung TNBD dari hasil penyebaran kuesioner secara lengkap tersaji pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik pengunjung TNBD No. 1.
2.
3.
4.
5.
Karakteristik Umur (tahun) : 17-25 26-35 36-45 >45 Jenis kelamin : Perempuan Laki-laki Asal : Sarolangun Jambi Pendidikan terakhir : SD SMP SMA Diploma/Sarjana Pekerjaan : Swasta
Persentase (%) 50 20 10 20 20 80 90 10 30 40 30 0 20
Lanjutan Tabel 12. No. Karakteristik Tani PNS Pelajar 6. Status perkawinan : Menikah Belum menikah
Persentase (%) 30 30 20 50 50
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa karakter pengunjung TNBD umumnya berumur antara 17-32 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan berasal dari daerah sekitar TNBD (Kabupaten Sarolangun). Tingkat pendidikan sebagian besar SMP dengan pekerjaan sebagai besar adalah tani dan PNS dan berstatus sudah menikah (50 %). D.3. Motif, Aktivitas dan Persepsi Pengunjung Motif wisata atau disebut juga motif perjalanan adalah hasrat pembawaan dalam bentuknya yang konkret yang berupa keperluan atau dorongan atau alasan tertentu. Sudah tentu motif perjalanan itu berbeda menurut tingkat kebudayaan orang yang mengadakan perjalanan.
Makin tinggi kebudayaannya makin
beranekaragam pula motif perjalananya (Soekadijo, 2000). Motif, aktivitas dan persepsi pengunjung TNBD dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Motif, aktivitas dan persepsi pengunjung TNBD No. 1.
2.
3.
4.
5.
Parameter Motif Sumber informasi mengenai TNBD : Sendi ri Teman Keluarga Cerita orang Media massa/elektronik Frekuensi kunjungan : Pertama kali Kedua kali Ketiga kali > tiga kali Dengan siapa : Sendiri Teman Keluarga Lamanya berada di dalam kawasan : Satu hari Dua hari > dua hari Kapan biasa berkunjung : Hari libur Hari biasa
Persentase (%)
30 60 10 0 0 40 10 0 50 0 100 0 20 30 50 50 50
Lanjutan Tabel 13. No. Parameter 6. Tujuan datang : Menikmati pemandangan Suasana tenang dan nyaman Pendidikan/penelitian Menikmati keunikan flora/fauna Menikmati kebudayaan Mengisi waktu luang Lain-lain Aktivitas 1. Kendaraan : Pribadi Umum Sewaan Lainnya 2. Kegiatan yang disukai : Melihat pemandangan alam Melihat/mengamati flora-fauna Menjelajah Berkemah Penelitian Fotografi Lainnya Persepsi 1. Obyek unggulan : Sumber air panas Bukit Suban Air terjun Lubuk Jering Air terjun Talon Aek menitik Air Meruap Sumber air panas Desa Baru Lainnya (SAD) 2. Hambatan : Ya Tidak 3. Kondisi sarana-prasarana : Baik Cukup baik Kurang baik 4. Sistem pengelolaan : Baik Cukup baik Kurang baik 5. Kesan : Menyenangkan Tidak menyenangkan 6. Keinginan mengunjungi kembali : Ya Tidak
Persentase (%) 40 10 10 20 0 40 0
50 20 0 30 50 10 30 0 10 0 0
30 20 10 10 10 0 20 10 90 10 30 60 20 60 20 100 0 100 0
Motif pengunjung TNBD sebagian besar mengetahui informasi mengenai TNBD dari teman. Pengunjung umumnya sudah lebih dari tiga kali mengunjungi kawasan dan datang bersama teman. Sebagian besar pengunjung berada dalam kawasan selama lebih dari dua hari. Mereka mengunjungi kawasan pada hari
libur dan hari biasa. Tujuan mereka mengunjungi kawasan bermacam-macam ada yang sekedar menikmati pemandangan dan mengisi waktu luang. Pengunjung TNBD umumnya datang dengan menggunakan kendaraan pribadi. Kegiatan yang banyak disukai yaitu menikmati pemandangan alam dan menjelajah.
Persepsi pengunjung terhadap TNBD bahwa obyek wisata yang
menjadi unggulan TNBD adalah Sumber Air Panas Bukit Suban. Pengunjung sebagian besar menyatakan tidak mengalami hambatan untuk mengunjungi kawasan meskipun kondisi jalan yang masih buruk terutama saat musim hujan. Kondisi sarana dan prasarana dinilai masih kurang Baik. pengelolaan dinilai cukup baik oleh pengunjung (60%).
Untuk sistem
Semua pengunjung
merasa senang telah berkunjung ke TNBD meskipun sa rana-prasarana masih sangat kurang namun dengan udara yang sejuk, pemandangan yang indah, serta flora dan faunanya mereka merasa sangat senang dan berminat untuk berkunjung kembali ke TNBD.
D.4. Harapan Pengunjung Secara umum pengunjung TNBD menginginkan adanya penambahan dan perbaikan fasilitas dan sarana-prasarana penunjang seperti jalan, transportasi, jaringan listrik dan peningkatan pelayanan pengunjung.
Mereka juga
mengharapkan pengelolaan wisata dilakukan secara optimal sehingga potensi wisata di TNBD dapat menjadi obyek wisata unggulan.
E. Masyarakat Desa Sekitar TNBD Kawasan TNBD dikelilingi oleh desa-desa interaksi TNBD yaitu desa-desa di sekitar dan berbatasan langsung dengan kawasan TNBD sehingga masyarakatnya berinteraksi dengan kawasan TNBD baik secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi tersebut terutama dilihat dari segi penggunaan lahan dan pemanfaatan sumberdaya hutan baik di sekitar maupun di dalam kawasan TNBD (BKSDA Jambi, 2004).
Berkaitan dengan kegiatan wisata di TNBD terdapat
enam desa interaksi yang semuanya berada di wilayah bagian selatan TNBD tepatnya di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun. Desa-desa tersebut
yaitu Desa Bukit Suban, Desa Pematang Kabau, Desa Lubuk Jering, Desa Jernih, Desa Semurung dan Desa Baru. Desa-desa tersebut memiliki kebudayaan berupa tari-tarian tradisional. Pertunjukan tari-tarian tersebut kini sudah jarang sekali diselenggarakan. Taritarian tersebut meliputi tari tauh, tari hitam manis, tari dana, tari cerai kasih, tari kain, tari payung, tari piring 12, pencak silat, lukah gilo dan kesenian biduk sayak (seni berbalas pantun, biasanya dilakukan oleh muda -mudi).
Selain tari-tarian
tradisional masyarakat desa juga memiliki kerajinan tangan antara lain nyiru (tempat untuk menampi beras), tikar pandan, ambung, bakul nasi, kursi rotan, topi, tudung nasi, sangkek (keranjang), dan atap daun pandan. Hasil kerajinan tersebut hanya dimanfaatkan untuk keperluan sendiri (belum diperjual belikan). Pengetahuan masyarakat desa mengenai wisata di TNBD dinilai masih kurang. Umumnya masyarakat hanya mengetahui potensi wisata yang ada namun masyarakat tidak mengetahui rencana pengelola terhadap potensi tersebut. Pelibatan masyarakat desa dan Orang Rimba dalam kegiatan wisata yaitu sebagai peserta pelatihan pemanduan wisata alam yang diselenggarakan oleh pengelola dan dilibatkan sebagai pemandu yang menunjukkan kepada pengelola dan pengunjung mengenai lokasi obyek yang mereka ketahui.
Hasil wawancara
dengan tokoh masyarakat menyebutkan bahwa masyarakat desa sangat menginginkan adanya pengelolaan wisata di TNBD dan tentunya dengan melibatkan mereka dalam kegiatan tersebut.
Pelibatan tersebut dapat berupa
pengelolaan secara kolaboratif bersama masyarakat dalam kegiatan wisata di TNBD.
F. Pengelolaan dan Kebijakan F.1. Pengelolaan Sejak pembentukannya tahun 2000 sampai saat ini pengelolaan TNBD masih dilakukan oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi.
Pengelolaan TNBD dilaksanakan oleh Satuan Kerja (Satker) yang
bertanggung jawab langsung kepada Kepala BKSDA (dalam struktur organisasi tidak dijelaskan). Satker ini dikelola oleh seorang Kepala Satker yang dibantu oleh empat orang PEH (Pengendali Ekosistem Hutan) dan empat orang Polhut
(Polisi Hutan). Petugas tersebut secara bergiliran melaksanakan piket (per 15 hari sebanyak dua orang PEH dan dua orang Polhut) yang bertugas mengawasi TNBD. Komposisi dan jumlah pegawai BKSDA Jambi masih belum mencukupi untuk mengelola beberapa kawasan konservasi yang ada di Provinsi Jambi begitu pula halnya dengan kawasan TNBD. Jumlah petugas yang sedikit dan bertugas mengawasi sebuah taman nasional yang mempunyai luas wilayah sebesar 60.500 Ha dirasa tidak efektif.
Bagian khusus yang menangani kepariwisataan di
kawasan TNBD juga belum ada. Hal ini merupakan salah satu kendala yang dihadapi pengelola. Untuk itu perlu adanya penambahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas pegawai sehingga pengelolaan dapat menjadi lebih optimal. Pelayanan pengunjung yang ada berupa kegiatan pemanduan kepada pengunjung. Kerjasama dan kegiatan yang pernah dilakukan pengelola dalam kegiatan wisata di TNBD antara lain : 1. Ekspedisi Biomedika oleh Tim Gabungan Depkes–IPB–UI–LIPI di kawasan ex Cagar Biosfer tahun 1998. 2. Eksplorasi flora oleh Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI Bogor tahun 2003. 3. Eksplorasi Rotan Manau (Calamus manan Miq) oleh Balai Pengembangan Kebun Raya LIPI Bogor di kawasan ex Cagar Biosfer Kecamatan Pauh tahun 2003. 4. Inventarisasi anggrek hutan oleh BKSDA Provinsi Jambi tahun 2003. 5. Kegiatan identifikasi obyek wisata alam pada tahun 2002. 6. Kegiatan pelatihan pemandu wisata alam bagi masyarakat desa sekitar kawasan TNBD Kabupaten Sarolangun pada tahun 2005 bekerjasama dengan LSM KKI Warsi dan Dinas Pariwisata, Olah Raga dan Seni Budaya Kabupaten Sarolangun.
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Dok. BKSDA Prov. Jambi
Gambar 15. Kegiatan yang pernah dilakukan pengelola berkaitan dengan wisata di TNBD
Sarana merupakan fasilitas yang secara langsung dapat menunjang kegiatan wisata sedangkan prasarana merupakan penunjang sarana atau fasilitas yang secara tidak langsung menunjang kegiatan wisata. Sarana -prasarana yang terdapat di TNBD selengkapnya disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Sarana dan prasarana yang ada di TNBD saat ini No.
Sarana dan Prasarana
Jumlah (Unit)
Lokasi
1.
Kantor Seksi Wilayah
2
Bangko dan Muara Bulian
2.
Pos Jaga
2
Bukit Suban dan Sungai Jernih
3. 4.
Pondok Kerja Pusat Informasi
1 1
Pematang Kabau Pematang Kabau
5.
Gerbang
1
Pematang Kabau
6.
Shelter
1
Pematang Kabau
Sumber : BKSDA Jambi (2004) .
Sarana dan prasarana yang terdapat di TNBD dinilai masih sangat kurang sehingga perlu adanya penambahan fasilitas yang mendukung kegiatan wisata dan perbaikan fasilitas yang sudah ada.
Sarana-prasarana wisata yang terdapat di
TNBD antara lain shelter sebanyak satu buah yang terletak pada jalur menuju Demplot Tanaman Obat dengan kondisi baik. Jalan trail yang belum terdapat petunjuk arah menuju obyek sehingga agak menyulitkan pengunjung. Papan informasi/pengumuman juga masih kurang hanya berupa papan larangan dan himbauan untuk tidak berburu dan menebang pohon dengan kondisi yang tidak terlalu baik dan ada yang roboh bahkan sudah tidak dapat dibaca lagi.
(a) (b) Gambar 16. Sarana -prasarana : (a) shelter, (b) pondok kerja (Satker) di Desa Pematang Kabau F.2. Kebijakan Wisata Landasan hukum yang digunakan dalam pengelolaan wisata alam di TNBD antara lain :
a. Undang-Undang No. 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan. b. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. c. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. d. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. e. Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. f. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Hutan Raya. g. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. h. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam i. Keputusan Presiden No. 111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil. j. Keputusan Direktur Jenderal PHPA No. 129/Kpts-VI/1996 tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, taman Buru dan Hutan Lindung. Pokok-pokok Kebijakan Pembangunan Kehutanan dan Konservasi Alam Propinsi Jambi meliputi : a. Pemantapan keberadaan kawasan hutan yang lestari sesuai dengan fungsinya. b. Pemulihan kondisi hutan, peningkatan manfaat sosial hutan, peningkatan upaya konservasi sumberdaya hutan dan optimasi manfaat hasil hutan. Menuju perwujudan visi dan misi yang diemban dengan berpedoman pada kebijakan pengelolaan taman nasional dan memperhatikan peran spesifik yang diemban serta tekanan dan ancaman yang dihadapi, pokok-pokok kebijakan pengelolaan TNBD meliputi : a. Memantapkan eksistensi kawasan sesuai dengan fungsinya.
b. Mengintegrasi kebijakan pengembangan kawasan kedalam kebijakan pembangunan daerah. c. Memperkuat sistem pe ngelolaan kawasan. d. Memulihkan keutuhan habitus kawasan. e. Meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi kawasan. Perencanaan obyek dan daya tarik wisata (BKSDA Jambi, 2004) yang akan dikembangkan di TNBD antara lain : a. Wisata budaya Orang Rimba. b. Merancang dan mengembangkan areal budidaya biota obat hutan dan tanaman hias. c. Mengembangkan penangkaran satwa. d. Mengembangkan sarana, prasarana dan program interpretasi pariwisata untuk memicu pertumbuhan kunjungan wisatawan. e. Mengembangkan laboratorium alam terbuka. f. Menyelenggarakan promosi pariwisata Kabupaten Sarolangun. g. Melakukan pengkajian teknis pengembangan Pusat Penyelamatan Satwa Endemik Sumatera. Berdasarkan perencanaan tersebut terlihat bahwa obyek dan daya tarik wisata yang dinilai belum secara jelas disusun perenc anaan wisata alamnya. Begitu pula dalam rencana pengembangan pariwisata Kabupaten Sarolangun berdasarkan RIPPDA Kabupaten Sarolangun tahun 2004 bahwa obyek wisata yang berada di kawasan TNBD yang termasuk dalam rencana pengembangan pariwisata Kabupaten Sarolangun adalah wisata budaya Suku Anak Dalam/Orang Rimba.
G. Alternatif Perencanaan G.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Pada dasarnya perecanaan wisata dimaksudkan untuk dapat meningkatkan keuntungan ekonomi. Namun di dalam perencanaan ini harus diupayakan juga agar tidak menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan kerusakan lingkungan. Mempertahankan kualitas lingkungan pada obyek wisata alam mutlak diperlukan sebab daya tarik utamanya justru terletak pada lingkungan.
Hasil penilaian
kriteria ODTWA menghasilkan tiga obyek yang menjadi prioritas pengembangan wisata alam di TNBD yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik dan Air Terjun Talon. Berdasarkan potensi yang dimiliki obyek prioritas tersebut dapat disusun alternatif perencanaan wisata alam pada masing-masing obyek. G.1.1. Demplot Tanaman Obat Potensi flora berupa tanaman obat dan flora lain disekitarnya serta potensi fauna yang dapat dijumpai di sepanjang jalur menuju demplot dapat menjadikan obyek ini sebagai laboratorium alam terbuka sesuai perencanaan wisata alam TNBD. Di demplot ini pengunjung dapat melihat sekitar 52 jenis tanaman obat yang berasal dari Bukit Duabelas sehingga dapat menambah pengetahuan pengunjung mengenai jenis, khasiat, bagian yang digunakan, cara penggunaan dan pemanf aatan secara tradisional oleh Orang Rimba. Melihat kondisinya saat ini untuk menambah daya tarik Demplot Tanaman Obat ini perlu dilakukan kegiatankegiatan antara lain : • Pembuatan program perbaikan demplot dan daerah sekitar demplot beserta tanaman obatnya. • Perbaikan label dengan menambahkan keterangan yang lebih lengkap mengenai tanaman obat tersebut. • Melengkapi jenis -jenis tanaman obat di demplot dengan jenis tumbuhan obat lainnya yang banyak terdapat di TNBD. • Pembuatan souvenir Untuk melengkapi kepuasan pengunjung maka dapat dibuat souvenir berupa hasil racikan/ramuan beberapa jenis tumbuhan obat yang berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang dikemas dengan menarik. • Pengadaan sarana dan prasarana antara lain papan petunjuk arah, papan infor masi, papan himbauan, papan selamat datang, lokasi karcis dan peta lokasi obyek, kamar mandi/wc, dan tempat sampah. • Pengadaan penginapan Penginapan dibuat sealami mungkin yang diutamakan adalah kenyamanan dan sanitasi yang baik.
Penginapan dapat dibuat dalam bentuk pondok
wisata. Bentuk pondok ini dapat mengikuti/menyerupai “rumah godong“ (rumah Orang Rimba). • Penambahan sarana dan prasarana penunjang antara lain angkutan menuju lokasi, jaringan listrik, jaringan telepon dan toko souvenir. Kegiatan yang dapat dijadikan daya tarik wisata pada Demplot Tanaman Obat yaitu : • Pendidikan dan penelitian Potensi tanaman obat yang terdapat di demplot dapat dijadikan sebagai obyek pendidikan dan penelitian bagi pengunjung yang ingin mengetahui dan meneliti mengenai tumbuhan obat yang terdapat di TNBD. Kajian pendidikan/penelitian yang dapat dilakukan antara lain mengenai jenis-jenis tumbuhan obat, khasiat, bagian yang digunakan, cara penggunaan dan pemanfaatan secara tradisional oleh Orang Rimba. • Pengobatan ala rimba Pengobatan ala rimba adalah pengobatan secara tradisional oleh Orang Rimba dengan memanfaatkan tumbuhan obat yang terdapat di Bukit Duabelas. Pengobatan ini bisa dilakukan bagi pengunjung yang ingin mencoba pengobatan tradisional Orang Rimba. • Interpretasi alam Kegiatan interpretasi alam dapat dilakukan secara langsung oleh interpreter maupun secara tidak langsung yaitu melalui papan interpretasi, tanda -tanda interpretasi, media massa/elektronik dan sebagainya.
Kegiatan ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan pengunjung mengenai potensi flora dan fauna yang terdapat di sekitar demplot sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan kecintaan terhadap alam. G.1.2. Aek Manitik Aek Manitik memiliki kondisi lingkungan yang masih alami, potensi flora dan fauna ya ng cukup banyak serta potensi alam berupa air terjun setinggi 5 m. Di dekat air terjun terdapat gua sarang kelelawar. Potensi ini dapat menjadikan daya tarik wisata alam TNBD. Bentuk kegiatan wisata yang bisa dilakukan antara lain :
• Wisata petualangan Kondisi alam sekitar Aek Manitik yang cukup menantang merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang menyukai petualangan di alam. Kegiatan
yang
mungkin
dilakukan
antara
lain
menikmati
keindahan/pemandangan alam, animal watching, tracking, hiking dan outbond. • Kemah konservasi Kegiatan kemah konservasi ini ditujukan bagi pelajar/mahasiswa. Kegiatan ini di harapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan kecintaan pengunjung terhadap lingkungan. • Interpretasi alam Kegiatan interpretasi alam dilakukan untuk memberikan informasi pada wisatawan yang bertujuan agar mereka tertarik untuk mengetahui lebih banyak dan memberikan apresiasi terhadap alam dan budaya.
Kegiatan
interpretasi alam dilakukan untuk menambah pengetahuan, kesadaran dan kecintaan terhadap alam. Untuk mengadakan kegiatan tersebut diperlukan pengadaan sarana prasarana antara lain areal camping, lokasi api unggun, kamar mandi/wc, tempat beribadah/musholla, shelter, tempat sampah, papan petunjuk arah, papan informasi, papan himbauan, papan se lamat datang, peta lokasi obyek dan lokasi karcis. G.1.3. Air Terjun Talon Air Terjun Talon memiliki keunikan yaitu berupa air terjun bertingkat tiga dengan tinggi masing-masing sekitar 7 m, 4 m dan 2 m. Potensi flora dan fauna di sekitar Air Terjun Talon juga dapat dijadikan sebagai daya tarik.
Kondisi
lingkungan yang alami menjadikan Air Terjun Talon berpotensi untuk dikembangkan sebagai obyek wisata alam. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan pada obyek Air Terjun Talon antara lain : • Wisata petualangan Kondisi alam sekitar Air Terjun Talon yang cukup menantang merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang menyukai petualangan di alam.
Kegiatan
yang
mungkin
dilakukan
antara
lain
menikmati
keindahan/pemandangan alam, animal watching dan outbond , tracking dan hiking. • Berenang Di lokasi ini terdapat sungai yang berbentuk kolam yang bisa digunakan untuk berenang. • Interpretasi alam Kegiatan interpretasi alam dilakukan untuk menambah pengetahuan, kesadaran dan kecintaan terhadap alam.
Kegiatan interpretasi dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Interpretasi dilakukan terhadap potensi flora dan fauna yang terdapat disekitar obyek. • Bersepeda Kondisi lingkungan yang masih alami di sekitar Air Terjun Talon dapat dikembangkan bagi kegiatan olah raga seperti bersepeda.
Kegiatan ini
merupakan wisata terbatas bukan untuk wisata massal. Kondisi jalan yang alami dan cukup menantang menjadi tantangan tersendiri bagi pengendara sepeda gunung.
Untuk mengembangkan kegiatan ini dibutuhkan kajian
lebih lanjut sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap keutuhan kawasan. Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain papan petunjuk arah, papan informasi, papan himbauan, papan selamat datang, lokasi karcis dan peta lokasi obyek, kamar mandi/wc, shelter, tempat ibadah/musholla dan tempat sampah.
Pengunjung juga memerlukan sarana akomodasi (penginapan).
Penginapan dibuat sealami mungkin diutamakan adalah kenyamanan dan sanitasi yang baik. G.2. Rencana Pengelolaan Wisata Kawasan 1. Usulan zonasi Berdasarkan usulan zonasi yang ada dalam rencana pengelolaan TNBD diperlukan penetapan dan penentuan serta pemantapan zona pemanfaatan wisata sesuai dengan keberadaan Orang Rimba dan potensi obyek dan daya tarik wisata alam yang sudah ada. Hal ini sangat penting dan perlu segera dilakukan sehingga kegiatan perencanaan dapat dilaksanakan.
2. Pembentukan UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pembentukan UPT TNBD diperlukan untuk mengoptimalkan pengelolaan. Selama ini pengelola TNBD adalah BKSDA Jambi yang tidak hanya mengelola kawasan TNBD saja tetapi juga mengelola kawasan konservasi lain yang ada di Propinsi Jambi. Untuk meningkatkan pengelolaan TNBD diperlukan pengelola yang khusus (terfokus) mengelola TNBD sehingga dengan dibentuknya UPT TNBD diharapkan pengelolaan menjadi lebih optimal. 3. Pengelolaan sumberdaya manusia Untuk mendukung operasional pengelolaan TNBD dibutuhkan pengelolaan sumberdaya manusia baik kualitas maupun kuantitas. Terbentuknya UPT TNBD diiringi sumberdaya yang memadai dan berkualitas diharapkan dapat lebih mengoptimalkan pengelolaan di TNBD termasuk pengelolaan wisata. Penambahan sumberdaya manusia harus diiringi dengan peningkatan kualitasnya. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia antara lain memberikan pelatihan dan pengembangan, kursus-kursus, seminar, studi banding dan pembinaan khususnya yang berkaitan dengan wisata. 4. Kebutuhan sarana dan prasarana Sarana dan prasarana fisik yang dibutuhkan untuk pengelolaan wisata TNBD antara lain gerbang utama masuk kawasan, gerbang masuk ke obyek wisata
dan
loket
ticketing ,
pusat
informasi/visitor
center,
penginapan/pondok wisata, papan informasi, petunjuk arah dan papan himbauan, peta lokasi obyek, pengadaan tempat sampah.
Sarana dan
prasarana penunjang yang dibutuhkan antara lain kantor pos, jaringan telepon, jaringan listrik, bank, toko souvenir dan angkutan umum. 5. Pengelolaan multi pihak Untuk mengelola suatu obyek dan daya tarik wisata alam diperlukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait dengan kegiatan wisata di TNBD seperti masyarakat sekitar, Pemerintah Daerah, biro perjalanan, LSM dan lain sebagainya.
Pelibatan semua pihak yang terkait dengan TNBD
sebaiknya dilakukan sejak dalam kegiatan perencanaan. Pelibatan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan Orang Rimba dan masyarakat desa. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan dan kerjasama yang baik antara pengelola dengan pihak-pihak yang dilibatkan. Koordinasi dan sosialisasi kegiatan perencanaan harus selalu diperhatikan oleh semua pihak yang terkait. Pelibatan tersebut misalnya berupa pengadaan pondok pengobatan dan pembuatan souvenir, penyedia penginapan, rumah makan, toko souvenir, penjaga tiket dan pemanduan serta membantu kegiatan pengawasan dan pengamanan obyek dan kawasan. 6. Pemasaran/promosi Kegiatan pemasaran/promosi produk wisata perlu dilakukan untuk menarik pengunjung. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara publikasi melalui media cetak maupun elektronik, penyebaran leaflet, booklet, poster, mengikuti kegiatan pameran-pameran baik tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil penilaian menunjukkan bahwa obyek Aek Manitik memiliki nilai tertinggi yaitu 3080 kemudian Demplot Tanaman Obat (3050), Air Terjun Talon (3040), Air Terjun Lubuk Jering (2790) dan Gua Kelelawar (2760). Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat ditentukan obyek prioritas untuk dikembangkan di TNBD yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik dan Air Terjun Talon. Selain potensi wisata alam TNBD juga memiliki ODTW budaya Suku Anak Dalam/Orang Rimba. Di sekitar kawasan TNBD juga terdapat obyek wisata yaitu Sumber Air Panas Bukit Suban, Dam Sungai Jernih “Air Meruap” dan Sumber Air Panas Desa Baru.
Semua obyek wisata tersebut be lum dikelola dan
dimanfaatkan secara optimal. Perencanaan wisata yang disusun meliputi perencanaan ODTWA dan perencanaan pengelolaan wisata kawasan TNBD. Untuk perencanaan ODTWA dilakukan pada tiga obyek prioritas berdasarkan hasil penilaian. Obyek-obyek tersebut yaitu Demplot Tanaman Obat, Aek Manitik, dan Air Terjun Talon. Perencanaan kegiatan wisata untuk obyek Demplot Tanaman Obat adalah pendidikan dan penelitian, pengobatan ala rimba dan interpretasi alam. Perencanaan wisata untuk Aek Manitik yaitu wisata petualangan, kemah konservasi, dan interpretasi alam. Perencanaan untuk kegiatan wisata pada Air Terjun Talon yaitu wisata petualangan, berenang, interpretasi alam dan bersepeda. Perencanaan
pengelolaan
wisata
kawasan
TNBD
yaitu
usulan
zonasi,
pembentukkan UPT (Unit Pelaksana Teknis), pengelolaan sumberdaya manusia, kebutuhan sarana dan prasarana, pengelolaan multi pihak dan pemasaran/promosi.
B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perencanaan tapak yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan, daya dukung kawasan dan perencanaan interpretasi di kawasan TNBD.
DAFTAR PUSTAKA
[BKSDA] Balai Konservasi Sumberdaya Alam, Provinsi Jambi. 2004. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bukit Duabelas (RPTNBD). Balai Konservasi Sumberdaya Ala m Provinsi Jambi. Jambi. Cooper, C., J. Fletcher, D. Gilbert, S. Wanhill, R. Shepherd, Editor. 1998. Tourism: Priciples and Practic. Ed ke-2. Pearson Education Limited. England. Dimjati, A. 1999. Produk Pariwisata: Pengembangan Ekowisata (Wisata Ekologi). Departe men Pariwisata Seni dan Budaya. Jakarta. [DISPORADA] Dinas Pariwisata, Olah Raga dan Seni Budaya, Kabupaten Sarolangun. 2004. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Sarolangun. Pemerintah Kabupaten Sarolangun Dinas Pariwisata, Olah Raga dan Seni Budaya. Jambi. Departemen Kehutanan. 1989. Kamus Kehutanan. Ed ke -1. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Departemen Kehutanan. 1998. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta. Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Departemen Kehutanan. 1994. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1994 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Fandeli, C. dan M. Nurdin. 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi di Taman Nasional. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Pusat Studi Pariwisata UGM dan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup. Yogyakarta. Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Bayumedia. Malang. Hall, C. M. 2000. Tourism Planning : Policy, Processes and Relationships. Pearson Education Limited. England.
Hamid, E. A. C. 1996. Dasar-Dasar Pengetahuan Pariwisata. Yayasan Bhakti Membangun. Jakarta. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. 2003. Ekowisata Prinsip dan Kriteria . Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia dan Indecon. Jakarta. Ko, R. K .T. 2001. Obyek Wisata Alam : Pedoman Identifikasi, Pengembangan, Pengelolaan, Pemeliharaan dan Pemasaran. Yayasan Buena Vista. Bogor. Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indones ia. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Kosmaryandi, N dan R. Avenzora. 2004. Studi Potensi Wisata Taman Wisata Alam Gunung Papandayan Pasca Letusan Bulan November 2002. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor (tidak dipublikasikan). Kusmayadi. 2004. Statistika Pariwisata Deskriptif. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Ed Revisi. Alfabeta. Bandung. Page, S. J and Ross, K. D. 2002. Ecotourism. Pearson Education Limited. England. [PHPA] Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1988. Pedoman Investasi dan Pengembangan Obyek Wisata Alam. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Jakarta. [PHPA] Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. 1996. Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Wisata Alam dan Hutan Lindung. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Bogor. [PHKA] Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2003 (a). Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA). Direktorat JenderalPerlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. [PHKA] Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2003 (b). Informasi, Promosi dan Peluang Usaha di Taman Nasional. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata: Memahami Pariwisata sebagai ”Systemic Linkage”. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sudarto, G. 1999. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Yayasan Kalpataru Bahari. Bekasi. Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. ANDI. Yogyakarta. Tim Identifikasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional Bukit Duabelas dan Hutan Wisata Bukit Sari. 2002. Laporan Kegiatan Identifikasi Obyek Wisata Alam di Taman Nasional Bukit Duabelas Provinsi Jambi. Balai Konservasi Sumberdaya Alam [BKSDA] Provinsi Jambi. Jambi. (tidak dipublikasikan). Wiwoho, B., Ratna, P., dan Yullia, H. 1990. Pariwisata, Citra, dan Manfaatnya. PT Bina Rena Pariwara. Jakarta.
Lampiran 1. Tabel kriteria penilaian ODTWA di TNBD Kriteria Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam di Taman Nasional Bukit Duabelas (Modifikasi Pedoman Analisis Daerah Operasi dan Daya Tarik Wisata Alam, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Tahun 2003) 3. Daya tarik wisata No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Unsur/Sub Unsur Keunikan sumberdaya alam: a. Sumber air panas b. Gua c. Air terjun d. Flora e. Fauna Kepekaan sumberdaya alam, memiliki: a. Nilai pengetahuan b. Nilai budaya/sejarah c. Nilai pengobatan d. Nilai kepercayaan Variasi kegiatan wisata alam: a. Menikmati keindahan b. Memancing c. Tracking d. Berenang e. Berkemah f. Pendidikan/penelitian g. Hiking Banyaknya jenis sumberdaya alam yang menonjol: a. Batuan b. Flora c. Fauna d. Air e. Gejala alam Kebersihan lokasi, tidak ada pengaruh dari: a. Industri b. Jalan ramai c. Pemukiman penduduk d. Sampah e. Vandalisme f. Pencemaran lain Keamanan: a. Tidak ada arus berbahaya b. Tidak ada penebangan liar dan perambahan c. Tidak ada pencurian d. Tidak ada kepercayaan yang mengganggu e. Bebas penyakit berbahaya seperti malaria Kenyamanan: a. Bebas bau yang
Bobot : 6 Ada 5 30
Ada 4 25
Nilai Ada 3 20
ada 4 (30)
ada 3 (25)
ada 2 (20)
>5 (30)
ada 5 (25)
ada 4 (20)
ada 3 (15)
ada 12 (10)
Ada 5 (30)
Ada 4 (25)
Ada 3 (20)
Ada2 (15)
Ada 1 (10)
ada 5-6 (30)
ada 3-4 (20)
ada 2-3 (15)
ada 5 (30)
ada 4 (25)
Ada 3 (20)
ada 4 (30)
ada 3 (25)
ada 2 (20)
Ada 2 15
Ada 1 10
ada 1 (10)
ada 1-2 (10)
ada 2 (15)
ada 1 (10)
ada 1 (15)
No
Unsur/Sub Unsur mengganggu b. Tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu c. Bebas kebisingan d. Udara sejuk Jumlah
Nilai
b. Aksesibilitas No.
Bobot : 5
Unsur/Sub Unsur
Baik
Cukup
Sedang Buruk
1.
2.
3.
Kondisi dan jarak jalan darat: <5 km 5-10 km 10-15 km > 15 km Tipe j alan
Waktu tempuh dari pusat kota Jumlah
80 60 40 20 Jalan aspal lebar > 3 m 10 1-2 Jam 30
60 40 20 10 Jalan aspal lebar < 3m 20 2-3 Jam 25
40 25 15 5
20 15 5 Jalan tanah
Jalan batu/makadam 25 3-4 Jam 20
30 >5 Jam 10
c. Kondisi lingkungan sosial ekonomi (radius 5 km dari batas kawasan intensive use atau jarak terdekat dengan obyek) Bobot : 5 No. 1.
Unsur/Sub Unsur Tata ruang wilayah obyek
2.
Status lahan
3.
Mata pencaharian penduduk
4.
Pendidikan
Ada dan sesuai 30 Hutan negara 30 Sebagian besar buruh tani
30 Sebagian besar lulus SLTA keatas 30
Nilai Ada tapi tidak Dalam proses sesuai penyusunan 20 15 Hutan adat Hutan hak 25 20 Sebagian Petani besar pedagang kecil, industri kecil dan kerajinan 25 20 Sebagian Sebagian besar lulus besar lulus SMP ke atas SD 25 20
Tidak ada 5 Tanah milik 15 Pemilik lahan/pegawai
15 Sebagian besar tidak lulus SD 15
Jumlah
d. Akomodasi (radius 15 Km Dari Obyek) No. 1. 2.
unsur Jumlah Penginapan Jumlah kamar
Jumlah
> 10 30 Sampai dengan 30 10
Bobot : 3
7-10 25 30-50 15
Nilai 5-7 20 50-75 20
3-5 15 75-100
1-3 10 > 100
25
30
e. Sarana-Prasarana Penunjang (radius 10 Km Dari Obyek) Bobot : 3 No.
Unsur/Sub Unsur 3
Macam 2
≥4
1
1.
Prasarana: • Kantor pos • Jaringan telepon • Puskesmas • Jaringan listrik • Jaringan air minum
50
40
30
20
Tidak Ada 10
2.
Sarana penunjang: • Rumah makan • Pusat perbelanjaan/pasar • Bank • Toko souvenir/cinderamata • Angkutan umum
50
40
30
20
10
Jumlah
f. Kriteria Penilaian Ketersediaan Air Bersih No. 1.
Bobot : 6
Unsur/sub unsur Volume
Nilai Banyak
Cukup
Sedikit
Sangat
(30)
(25)
(20)
sedikit (15)
2.
Jarak sumber air terhadap lokasi obyek
3.
Dapat
tidaknya/kemudahan
air dialirkan ke obyek
0-1 km
1.1-2 km
2.1-4 km
> 4 km
(30)
(25)
(20)
(15)
sangat
mudah
agak sukar
sukar
mudah
(25)
(20)
(15)
dapat
perlu
Perlakuan
tidak layak
langsung
perlakuan
dengan
(10)
dikonsumsi
sederhana
bahan kimia
(30)
(25)
(20)
sepanjang
6-9 bulan
3-6 bulan
< 3 bulan
tahun
(25)
(20)
(10)
(30) 4.
5.
Kelayakan dikonsumsi
Kontinuitas
(30)
Jumlah
Lampiran 2. Tabel daftar nama jenis flora yang terdapat di kawasan TNBD No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52.
Nama Lokal Terap Bakil/Sepan Beringin Meranti Keruing Cengal/Merawan Sindur Kedondong/Lalan Kempas Kenari Bintangur Mangga Tembesu Jelutung Rotan Kopi-kopian Mempisang/Terpis Mempisang Kayu Hitam Jambu-jambuan Mendarahan Pala Kenanga Pasang Pala hutan Bayur Saninten Rambai/Kepundang Manggis Manggis -manggis Rotan manau Rotan Pasang bungkus Tembesu Kulim Kantong semar Pandan-pandanan Pinang Bintangur Petai Simpur Pulai Kemenyan Gaharu Kayu manis Pinang Kaca piring Rotan Lansatan Durian Cempaga Keranji
Nama Ilmiah Artocarpus elasticus Artocarpus anisophyllus Ficus spp Shorea sp Dipter ocarpus sp Hopea sp Sindora sp Santiria densyphylla Koompassia sp Canarium spp Calophyllum spp Mangifera sp Fragraera fragrans Dyera costulata Calamus spp Psychotria sp Polyalthia sp Desmos sp Diospyr os buxifolia Syzygium spp Knema sp Myristicaceae Cananga odorata Quercus sp Horsfieldia sp Pterospermum javanicum Cartanopsis sp Baccaurea sp Garcinia spp Garcinia nervosa Calamus mannan Calamus ciliaris Lithocarpus sp Fragrea sp Scorodocarpus borneensis Nepenthes ampularia Pandanus sp Pinanga sp Calophyllum dasypodum Parkia sp Dillenia spp Alstonia scolaris Stirax benzoin Aquilaria malaccensis Cinnamomum culilawan Pinanga malayana Gardenia augusta Calamus ornatus Aglaia sp Durio sp Dysoxyllum sp Diallium sp
Keterangan Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu, unik Kayu Kayu Kayu Kayu, buah Kayu Resin, dilindungi Rotan Buah Unik Tanaman hias Langka Kayu, buah Kayu Kayu, buah Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu, Palm Rotan Dilindungi Kayu Kayu Dilindungi Obat Obat Obat, Palm Unik Buah Kayu Kayu Obat, dilindungi Dilindungi Kayu, buah Obat Buah Rotan kayu, buah Buah Buah kayu
No. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65.
Nama Lokal Gerunggang Gandaria/Raman Mempisang Nenga gajah Bulian Sengon Balam durian -
Nama Ilmiah Cratoxyllum sp Bouea appositifolia Mezettia sp Palmae Eusideroxylon zwagerii Paraserianthes sp Payena sp Piper sp Dinochloa sp Euricoma longifolia Alocasia sp Cytrosperma sp Archidendron sp
Keterangan kayu Langka Kayu Dilindungi Dilindungi Kayu Kayu, buah Kayu -
Sumber : BKSDA Jambi (2004)
Lampiran 3. Tabel daftar nama jenis satwaliar di kawasan TNBD yang biasa digunakan untuk obat No. 1. 2.
Nama Lokal Kijang Beruang
Nama Ilmiah Muntiacus muntjak Helarctos malayanus
3.
Landak
Hystryx brachyura
4.
Biawak
Varanus salvator
5.
Buaya
Crocodylus porosus
6. 7.
Ikan kaluin (Kalus) Tupai jumput
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Sumber
-
Keterangan Beri-beri Mules, campak, berak darah Batuk kering, keracunan Sakit mata (mata merah) Keluarnya alat reproduksi wanita Sakit lambung Keracunan jengkol, petai
Harimau sumatera Panthera tigris sumatrae Kucing hutan Felis bengalensis Rusa sambar Cervus unicolor Babi hutan Sus spp Tapir Tapirus indicus Tupaia tanah Lariscus spp Musang Paradoxurus hermaphroditus Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Beruk Macaca nemestrina Burung balam Streptopelia sp Burung murai batu Copsycus malabaricus Ayam hutan Gallus gallus Kuau Argusianus argus Enggang gading Rhinoplax vigil : Laporan Ekspedisi Biota Medika TNBD, Depkes, IPB, UI, LIPI (1998) dalam BKSDA Jambi (2004)
Lampiran 4. Tabel sebaran Komunitas Orang Rimba di dalam dan luar kawasan TNBD menurut kelompok dan lokasi No.
Kelompok
1.
Air Hitam
2.
3.
Makekal
Kejasung
Pemimpin Kelompok Tumenggung Tarip
Lokasi S. Paku Aji
Jumlah Jiwa 38
Betaring
S. Semapuy
50
Nyuyut
S. Semapuy Ulu
16
Segrib/Nugraha
TSM Air Panas
76
Tumenggung Majid
S. Keruh
76
Tumenggung Mirak Menti Ngandun Tuha Setapak
S. Gemuruh S. Pengelaworon S. Aek Behan
90
Tumenggung Ngukir
S. Bernai Ulu
100
Wakil Tuha Pelindung
S. Sako Nini Tuo
67
Depati Pengelam
S. Bernai
65
Depati Laman Senjo Tumenggung Nggrib
S. Sungkai/S. Tabir
41
S. Kedundung Muda
83
Mangku Tuha Besuai Laman
S. Sako Jenang
146
S. Tengkuyungon
29
Tumenggung Tuha Bayu
S. Depari/Seranten
14
Tumenggung Celetai
S. Kejasung Besar Ulu
65
Tumenggung Meladang
S. Kejasung besar Ulu
72
134 10
Keterangan Ke-3 kelompok ini masih mempertahankan jati diri dan tradisi kehidupan dalam hutan Sudah memeluk agama Islam dan menjadi warga masyarakat desa Bukit Suban Sebagian anggota kelompok sudah memeluk agama Islam dan sudah mengorient asikan diri dengan masyarakat desa Masih Mempertahankan jati diri dan tradisi kehidupan alam hutan
Sebagian Anggota kelompok sudah mengorientasikan diri dengan masyarakat desa Sudah mengorientasikan diri dengan masyarakat desa Sebagian besar anggotya kelompok pindah ke TNBT Sudah mengorientasikan diri dengan lingkungan luar/masyarakat desa
No.
4.
Kelompok
TerabSerengam
Pemimpin Kelompok Tumenggung Besulit
S. Kejasung kecil Ulu
Depati Gerak
S. Keruh Ulu
Tumenggung Mariytua Tumenggung Nggirang Tumenggung Kecik
Ke-2 kelompok ini bergabung di S. Terab
144
S. Kejasung Kecil Ulu S. Kejasung Kecil Ulu
31
Tumenggung Mulung
Lokasi
Jumlah Jiwa 49
Keterangan
35
Masih mempertahankan jati dir i dan tradisi kehidupan alam huta n Masih mempertahankan jati diri dan tradisi kehidupan alam hutan
-
Tidak ada data
Tumenggung Ngamal
S. Jern ang
-
Tidak ada data
Tumenggung Nyenong
S. Sakolado
-
Tidak ada data
Total Sumber: KKI WARSI (2004) dalam BKSDA Jambi (2004 )
1.524
Lampiran 5. Tabel gambaran umum desa interaksi Sebelah Selatan TNBD Keterangan
D e s a
No. Lubuk Jering
Desa Baru 6.400 ha
Semurung 3.000 ha
Jernih 12.000 ha
9.600 ha
Pematang Kabau 2.500 ha
U: TNBD S: S. Mentawak B: Jernih T: Baru
U: TNBD S: S. Mentawak B: Lubuk Jering T: Semurung
U: TNBD S: S. Mentawak B: Pematang Kabau T: Jernih
U: TNBD S: Mentawak Baru B: Bukit Suban T: Lubuk Jering
1.
Luas Wilayah
2.
Batas Wilayah
U: TNBD S: S. Mentawak B: Semurung T: Lubuk Kepayang
3.
352 KK
4.
Jumlah Kepala Keluarga Jumlah Jiwa
5.
345 KK*
483 KK
219 KK
619 KK ^ 2327 orang ^
Bukit Suban 6.400 ha U: TNBD S: Papit B: Bungo Antoi T: Pematang Kabau 888 KK
1493 orang
1360 orang *
1902 orang
1012 orang
Jumlah Laki -laki
742 orang
672 orang *
956 orang
440 orang
1221 orang ^
1331 orang
6.
Jumlah Perempuan
751 orang
688 orang *
945 orang
572 orang
1106 orang ^
1141 orang
7.
Jarak dari Ibukota Kabupaten
35 Km
37 Km
40 Km
48 Km
56 Km
64 Km
8.
Jarak dari Ibukota Propinsi
198 Km
200 Km
203 Km
212 Km
220 Km
228 Km
Sumber : Survey Tim KKI WARSI, 2000 * Profil Desa Semurung Tahun 2003 ^ Profil Desa Pematang Kabau Tahun 2003
2472 orang
Lampiran 6. Kuesioner untuk pengunjung Salam sejahtera, Sebelumnya mohon maaf apabila dengan adanya pengisian kuisioner ini telah mengganggu aktivitas rekreasi Bapak/Ibu/Saudara/Saudari, perkenalkan saya mahasiswa Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian mengenai “Studi Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam dan Perencanaannya di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD)”. Di bawah ini terdapat beberapa pertanyaan dan isian, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk mengisi pertanyaan dan isian tersebut. Atas perhatian dan kesediaannya saya ucapkan terima kasih. No. Responden
:
Hari/Tanggal
:
A. Data Pribadi Responden. •
Nama
:
•
Umur
:
•
Jenis Kelamin
: Perempuan / Laki-laki*
•
Asal/tempat tinggal :
•
Pendidikan Terakhir : SD/SMP/SMA/D3/S1/S2/S3*
•
Pekerjaan
:
•
Status Perkawinan
: menikah/belum menikah* *) Coret yang tidak perlu
B. Mohon pilih salah satu jawaban dengan memberi tanda X pada pilihan anda: 1. Dari mana anda mengetahui informasi mengenai kawasan ini? a. sendiri b. teman c. keluarga d. cerita orang e.media massa/elektronik 2. Berapa kali anda pernah mengunjungi kawasan ini? a. pertama kali
b. kedua kali c. ketiga kali
d. lebih dari tiga kali
3. Dengan siapa anda datang ke kawasan ini? a. sendiri
b. teman…..orang
c. keluarga…..orang
4. Berapa lama anda berada di dalam kawasan ini? a. satu hari
b. dua hari
c. lebih dari dua hari…..hari
5. Kapan biasanya anda berkunjung ke kawasan ini? a. hari libur alasan: b. hari biasa alasan: 6. Jenis kendaraan apa yang anda gunakan untuk mencapai lokasi ini? a. kendaraan pribadi (motor/mobil) b. kendaraan umum (ojek/bis/taksi/truk) c. kendaraan sewaan/travel
d. lainnya…….…
7. Apa tujuan anda mengunjungi tempat wisata ini? a. menikmati pemandangan
b. suasana tenang dan nyaman
c. alasan pendidikan/penelitian
d. menikmati keunikan flora -fauna
e. menikmati kebudayaan
f. mengisi waktu luang
g. lainnya…….. 8. Kegiatan apa yang anda lakukan/sukai di kawasan ini? a. melihat pemandangan alam b. melihat/mengamati flora-fauna c. menjelajah
d. berkemah e. penelitian/pengamatan
f. fotografi
g. lainnya……
9. Apakah anda berkunjung ke kawasan ini dengan alasan khusus seperti mistik, keperluan agama dan kepercayaan atau semacamnya? a. ya, tepatnya di lokasi…….. b. tidak 10. Menurut anda, apakah kawasan ini cukup nyaman? a. bebas dari bau
b. Bebas bau yang mengganggu
d.Tidak ada lalu lintas umum yang mengganggu
c. Udara sejuk e. Bebas kebisingan
11. Menurut anda obyek wisata manakah yang dapat dijadikan sebagai wisata unggulan di kawasan ini? a. Sumber air panas Bukit Suban
b. Air terjun Lubuk Jering
c. Air terjun Talon
d. Air terjun Aek Manitik
e. Air Meruap
f. Sumber air panas di Dusun Baru
g. lainnya, sebutkan…………..
12. Apakah anda mengalami hambatan untuk datang ke kawasan ini? a.Tidak b.Jika YA, berupa apa………………………………………………….. 13. Bagaimana kondisi sarana/prasarana wisata di kawasan ini? a. baik
b. cukup baik
c. kurang baik
14. Bagaimana sistem pengelolaan kawasan dan pengelolaan pengunjung kawasan ini? a. baik
b. cukup baik
c. kurang baik
15. Bagaimana kesan anda setelah mengunjungi kawasan ini? a. menyenangkan, alasan:…………………………………………….. b. tidak menyenangkan, alasan:………………………………………. 16.
Apakah anda berminat untuk berkunjung kembali ke kawasan ini? a. ya, alasan:………………………………………………………….. b. tidak, alasan:………………………………………………………..
17.
Menurut anda, apa yang perlu dikembangkan di kawasan ini untuk menambah daya tarik wisata alamnya? a. perluasan wilayah
b. penambahan jenis kegiatan yang dilakukan
c. penambahan/perbaikan fasilitas d. peningkatan pelayanan pengunjung e. lainnya, sebutkan……………………….. 19. Apakah keinginan/harapan anda terhadap kawasan ini?
Terima kasih atas partisipasinya
Lampiran 7. Panduan wawancara A. Untuk Pengelola Pusat (BKSDA Jambi) 1. Riwayat/sejarah dan status kawasan dan masing-masing obyek wisata yang ada di kawasan TNBD 2. Kebijakan-kebijakan yang berlaku sehubungan dengan wisata 3. Rencana pengembangan wisata alam (master plan tentang wisata) 4. Kerjasama yang berkaitan dengan wisata (jika ada, dengan pihak mana saja, kriteria pihak yang diaja k kerjasama, kesepakatan dengan pihak tersebut) 5. Kegiatan dan paket wisata yang telah, sedang dan akan dilaksanakan 6. Pendidikan dan pelatihan yang pernah dilaksanakan berkaitan dengan wisata 7. Penelitian mengenai wisata 8. Promosi dan strategi pemasaran 9. Permasalahan/kendala/konflik
yang
dihadapi
berkaitan
dengan
pengelolaan kawasan khususnya kegiatan wisata 10. Harapan/keinginan pengelola terhadap kawasan terutama berkaitan dengan wisata
B. Untuk Petugas di Lapangan (TNBD) 1. Sistem pembagian tugas/kerja seperti apa 2. Kerja sama dilapangan dengan sesama petugas khususnya berkaitan dengan wisata 3. Pelayanan pengunjung (akomodasi, interpretasi, dll) 4. Bagaimana koordinasi dengan pengelola pusat dan pihak lain yang bekerjasama 5. Apakah ada masyarakat sekitar yang dilibatkan dalam kegiatan wisata (jika ada, bentuknya seperti apa, kesepakatannya bagaimana) 6. Kendala/hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wisata 7. Solusi yang pernah diupayakan untuk mengatasi masalah tersebut 8. Harapan/keinginan pengelola berkaitan dengan wisata
C. Untuk Pemerintah Daerah (Dinas Pariwisata) 1. Kebijakan-kebijakan yang ada berhubungan dengan wisata alam di TNBD 2. Rencana pengembangan berkaitan dengan wisata alam di TNBD 3. Potensi-potensi wisata alam di TNBD yang diketahui 4. Kerjasama yang akan, sedang dan te lah dilakukan dengan pengelola TNBD yang berhubungan dengan wisata 5.
Apakah ada masyarakat sekitar yang dilibatkan dalam kegiatan wisata (jika ada, bentuknya seperti apa, kesepakatannya bagaimana)
6. Permasalahan/kendala yang ada berkaitan dengan kegiatan wisata alam 7. Harapan/keinginan pemerintah daerah terhadap kawasan berkaitan dengan wisata
D. Untuk Tokoh Masyarakat (Kepala Desa) 1. Riwayat/sejarah dan status TNBD dan masing-masing obyek wisata yang ada di kawasan TNBD 2. Potensi-potensi wisata alam di TNBD yang diketahui 3. Kerjasama yang akan, sedang dan telah dilakukan dengan pengelola TNBD yang berhubungan dengan wisata 4. Kesiapan masyarakat untuk dilibatkan dalam kegiatan wisata di TNBD 5. Apakah ada masyarakat sekitar yang dilibatkan dalam kegiatan wisata (jika ada, bentuknya seperti apa, kesepakatannya bagaimana) 6. Kondisi sosial, ekonomi, sistem sosial, dan budaya masyarakat 7. Kondisi sarana -prasarana: ekonomi, kesehatan, transportasi, komunikasi, keamanan yang terdapat di daerah tersebut 8. Permasalahan/kendala yang ada berkaitan dengan kegiatan wisata alam 9. Harapan/keinginan pemerintah desa terhadap kawasan berkaitan dengan wisata
Lampiran 8. Peta Potensi Wisata di TNBD
Lampiran 9. Peta akses jalan TNBD
Lampiran 10. Peta sebaran Orang Rimba