PENGUKURAN WAKTU Nurjannah
Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang NORMAL dalam lingkungan kerja yang TERBAIK pada saat itu.
Tujuan ■ Pengukuran waktu dilakukan terhadap beberapa ALTERNATIF SISTEM KERJA, maka yang TERBAIK dilihat dari waktu penyelesaian TERSINGKAT. ■ Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan WAKTU BAKU penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara WAJAR, NORMAL, DAN TERBAIK.
Langsung
Jenis Pengukuran Waktu Tidak Langsung
Pengukuran Jam Henti (Stopwatch Time Study) Sampling Kerja (Work Sampling)
Data Waktu Baku (Standard Data) Data Waktu Gerakan (Predetermined Time System)
Kelebihan Pengukuran Waktu
Praktis, mencatat waktu saja tanpa harus menguraikan pekerjaan ke dalam elemen – elemen pekerjaannya.
Waktu relatif singkat, hanya mencatat elemen – elemen gerakan pekerjaan satu kali saja. Biaya lebih murah.
Kekurangan Pengukuran Waktu Dibutuhkan waktu lebih lama untuk memperoleh data waktu yang banyak tujuannya: hasil pengukuran yang TELITI dan AKURAT. Biaya lebih MAHAL karena harus pergi ke tempat dimana pekerjaan pengukuran kerja berlangsung.
Belum ada data waktu gerakan berupa tabel – tabel waktu gerakan menyeluruh dan rinci. Tabel yang digunakan adalah untuk orang Eropa tidak cocok untuk orang Indonesia. Dibutuhkan ketelitian yang tinggi untuk seorang pengamat pekerjaan karena akan berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data waktu gerakan harus disesuaikan dengan kondisi pekerjaan. Misal: Elemen pekerjaan kantor tidak sama dengan elemen pekerjaan pabrik.
Sebelum / Pra Pengukuran
Langkah – Langkah Pengukuran Waktu
Saat Pengukuran
Setelah / Pasca Pengukuran
Langkah – Langkah Sebelum Pengukuran (1) Menetapkan Tujuan Pengukuran Untuk Apa? Berapa tingkat ketelitian & tingkat keyakinan yang diinginkan? Melakukan Penelitian Pendahuluan Mempelajari kondisi kerja & cara kerja sehingga diperoleh usaha perbaikan. Membakukan secara tertulis sistem kerja yang telah dianggap baik. Operator perlu pegangan baku. Memilih Operator Memiliki kemampuan NORMAL & dapat BEKERJA SAMA, dan WAJAR. Melatih Operator Menguraikan Pekerjaan atas Elemen – Elemen Pekerjaan Elemen – elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin tapi masih mudah untuk diukur waktunya dengan teliti.
Langkah – Langkah Sebelum Pengukuran (2) Menyiapkan Alat – Alat Pengukuran Stopwatch, papan, lembar pengamatan, kalkulator, dan alat tulis. Melakukan Pengukuran Waktu
Continous Timing (Secara terus menerus)
Pengukuran dilakukan dari awal periode sampai dengan siklus kerja selesai.
Repetitive Timing / Snap – Back Method (Secara berulang – ulang) Stopwatch dikembalikan ke angka nol ketika elemen kerja selesai diukur.
Accumulative Timing : menggunakan 2 atau lebih stopwatch yang bekerja bergantian.
Langkah – Langkah Saat Pengukuran ■ Penelitian Pendahuluan. Tujuannya agar mendapatkan perkiraan statistikal dari banyaknya pengukuran yang harus dilakukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. ■ Menguji Keseragaman Data. Waktu penyelesaian yang berubah – ubah, namun harus dalam batas waktu kewajaran (seragam). ■ Menghitung Jumlah Pengukuran yang harus dilakukan. Bila jumlah pengukuran yang dilakukab belum mencukupi, dilanjutkan dengan pengukuran tambahan, yaitu megukur lagi untuk “mengejar” jumlah minimum yang diperlukan.
Langkah – Langkah Setelah Pengukuran ■ Menghitung Waktu Siklus Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan baku diproses di tempat kerja tersebut. Merupakan JUMLAH waktu tiap – tiap elemen job. Xi = jumlah waktu penyelesaian yang teramati N = jumlah pengamatan yang dilakukan ■ Menghitung Waktu Normal Waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondisi WAJAR dan kemampuan RATA – RATA. Wn = Ws x p, dimana p = faktor penyesuaian.
■ Menghitung Waktu Baku Waktu yang dibutuhkan secara WAJAR oleh pekerja NORMAL untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja TERBAIK SAAT ITU. Wb = Wn + l, dimana l = kelonggaran (allowance).
Penyesuaian Waktu dengan Rating Performance Kerja ■ Kegiatan EVALUASI kecepatan dan performance kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung merupakan bagian yang paling SULIT dan PENTING dalam PENGUKURAN KERJA. ■ Aktivitas untuk MENILAI atau MENGEVALUASI kecepatan kerja operator dikenal sebagai “RATING PERFORMANCE”. ■ Tujuannya untuk meNORMALkan waktu kerja yang disebabkan oleh keTIDAKWAJARAN operator dalam bekerja.
Faktor Penyesuaian Faktor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan waktu siklus rata – rata yang wajar. Nilai penyesuaian: P > 1 : operator bekerja terlalu cepat.
P = 1 : operator bekerja wajar. P < 1 : operator bekerja terlalu lambat.
Penyesuaian ■ Persentase ■ Cara Schumard ■ Cara Westinghouse ■ Cara Objektif ■ Cara Bedaux dan Sintesa ■ Synthetic Rating
Persentase ■ Cara paling awal, sederhana, dan mudah. ■ ‘p’ ditentukan oleh pengukur melalui pengamatan selama pengukuran . ■ Kekurangannya hasil penilaianya “kasar”. ■ Contoh: Ditentukan: p = 110% Jika
Ws = 14,6 menit
maka Wn = 14,6 x 1,1 = 16,6 menit
Cara Schumard ■ Penilaian berdasarkan “kelas – Kelas Performansi Kerja” tiap kelas memiliki nilai sendiri – sendiri.
■ Contoh: Bila performansi operator dinilai EXCELENT, maka mendapat nilai 80. P = 80/60 = 1,33 Jika Ws = 276, 4 detik, maka Wn = 276,4 x 1,33 = 367, 6 detik.
Cara Westinghouse Penilaian berdasarkan 4 faktor, yaitu:
Skill (Keterampilan): Kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Effort (Usaha): Kesungguhan yang ditunjukkan operator ketika bekerja. Condition (Kondisi Kerja): Kondisi lingkungan fisik lingkungan (pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan). Consistency (Konsistensi): Kenyataan bahwa setiap hasil pengukuran waktu menunjukkan hasil yang berbeda – beda.
Contoh Cara Westinghouse Jika diketahui Ws = 124, 6 detik, dicapai dengan: Keterampilan : Fair (E1)
= - 0,05
Usaha
: Good (C2)
= 0.02
Kondisi
: Excelent (B) = + 0,04
Konsistensi
: Poor (F)
Total
= - 0,04 = - 0.03
Jadi p = (1 – 0,03) = 0,97 Wn = 124,6 x 0,97 = 120,9 detik.
Cara Objektif Memperhatikan 2 faktor: Kecepatan kerja : Wajar
p=1
Lambat p < 1 Cepat Tingkat kesulitan kerja
p>1
Cara Bedaux dan Sintesa ■ Tahun 1961, Charles E. Bedaux memperkenalkan sistem untuk pembayaran upah dan insentif dalam pengendalian tenaga kerja. ■ Skill dan effort rating. ■ Tidak terlalu beda dengan cara schumard. ■ Dinyatakan dalam huruf “B”, standard kerja operator dinyatakan dengan nilai 60 B, pemberian insentif 70 – 85 B per jam.
■ Cara sintesa: Waktu penyelesaian tiap elemen gerakan dibandingkan dengan nilai pada tabel data waktu gerakan, kemudian dihitung rata – ratanya sebagai faktor penyesuaiannya.
Synthetic Rating
Kelonggaran ■ Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi. seperti: minum, ke toilet, dan lain – lain. Pada kondisi normal pria memerlukan 0% - 2,5%, sedangkan wanita memerlukan 2% - 5%. ■ Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique. Rasa fatique tercemin dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Untuk menentukan besarnya kelonggaran diperlukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat saat – saat dimana hasil produksi menurun. ■ Kelonggaran untuk hambatan – hambatan yang tak terhindarkan. Hambatan ini diluar kemapuan pekerja untuk mengendalikannya. Seperti: menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas, melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin, dll. (Tabel kelongaran dapat dilihat pada buku sutalaksana pada halaman 170)