DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-15
PENGGUNAAN PERSPEKTIF POSITIVE ACCOUNTING THEORY TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA Ayu Martaning Yogi Ardina, Indira Januarti 1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851 ABSTRACT This study aims to examine and analyze utilizing perpectives of Positive Accounting Theory towards accounting conservatism in Indonesia. Plan bonus hypothesis, debt covenant hypothesis, and political cost hypothesis are perspectives which investigated in this reasearch. Plan bonus hypothesis proxied by managerial ownership and public ownership, debt covenant hypothesis proxied by leverage, and political cost hypothesis explained by firm size and proxied by natural logarithm of sales. Another variable is cash flow which proxied by operating cash flow. This research uses multiple regresion linear model as analysis tool for testing hypotheses. Population of this research are manufacturing companies which listed in Indonesian Stock Exchange (BEI). The sample are manufacturing companies which listing in BEI during 2003-2010 and comply sample criteria. Total sample are 602 companies. The result of this reseach show that manajerial ownership, public ownership, leverage, and firm size had no effect toward accounting conservatism. Based on this research only operating cash flow which had significant and positive effect to accounting conservatism. Keywords: Possitive Accounting Theory, Managerial Ownership, Public Ownership, Leverage, Firm Size, Cash Flow, Conservatism.
PENDAHULUAN Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan (Sari & Adhariani, 2009). Laporan keuangan digunakan untuk membuat keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal. Laporan keuangan yang dapat digunakan untuk membuat keputusan adalah laporan keuangan yang berkualitas yaitu laporan keuangan yang memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan sesuai dengan SFAC No.2 atau yang kini telah digantikan SFAC No. 8. Dalam menyajikan laporan keuangan yang berkualitas penyaji laporan keuangan dihadapkan oleh constraint berupa konservatisme kini konsepnya telah diubah menjadi prudence. Seiring dengan adanya konvergensi IFRS, konsep konservatisme yang kini digantikan oleh prudence tidak sepenuhnya ditinggalkan. Terdapat beberapa standar dalam Standar akuntansi Keuangan (SAK) yang masih menggunakan konsep konservatisme seperti PSAK No. 14 tentang Persedian dan PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset. Dalam PSAK No. 14 dijelaskan bahwa persediaan dalam neraca disajikan berdasarkan nilai terendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih, sedangkan dalam PSAK No.48 dijelaskan bahwa penurunan nilai aset merupakan rugi yang harus segera diakui dalam laporan laba rugi komprehensif. Konservatisme juga pertimbangkan mengingat adanya kasus Enron di U.S. dan kasus Kimia Farma yang masing-masing menyajikan laporan keuangan yang membuat mereka menjadi overstate laba, dan hal tersebut justru menyesatkan pengguna laporan keuangan. Namun demikian konservatisme masih menjadi perdebatan. 1
Ayu Martaning Yogi Ardina, Indira Januarti
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
Pendapat yang pro mengenai konservatisme menyatakan bahwa penerapan konservatisme dapat mengurangi kemungkinan manajer melakukan manipulasi laporan keuangan (Lafond dan Watss, 2006). Di sisi lain Suaryana (2008) berpendapat bahwa penerapan konservatisme menghasilkan laba yang berfluktuasi atau tidak persisten. Laba yang berfluktuasi akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas perusahaan pada masa yang akan datang. Adanya pro dan kontra terkait konservatisme membuat konservatisme perlu ditelaah lebih lanjut. Perlunya telaah mengenai konservatisme mendorong dilakukannya penelitian ini yang bertujuan menguji dan menganilisis penggunaan perspektif Positive Accounting Theory (PAT) terhadap konservatisme akuntansi di Indonesia. Konservatisme dapat dijelaskan dalam PAT melalui tiga hipotesis yaitu plan bonus hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis. Plan bonus hypothesis dalam penelitian ini dijelaskan melaui kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik, sedangkan debt covenant hypothesis dijelaskan menggunakan rasio leverage dan political cost hypothesis dijelaskan menggunakan ukuran perusahaan. Selain itu, dalam peneltian ini ditambahkan mengenai pengaruh operating cash flow terhadap konservatisme akuntansi seperti pada penelitian Martani dan Dini (2010). Penambahan variabel operating cash flow dilakukan karena pendapat yang kontra terhadap konservatisme seringkali mengaitkan konservatisme dengan prediksi future cash flow, sehingga dari sisi sebaliknya perlu diuji dan dianalisis mengenai pengaruh cash flow terhadap konservatisme akuntansi.
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory) Positive Accounting Theory menganut paham maksimisasi kemakmuran (wealthmaximisation) dan kepentingan pribadi individu (Ghozali dan Chariri, 2007). Terdapat tiga hipotesis dalam teori ini yang dapat menjelaskan keputusan manajemen untuk bertindak konservatif atau tidak. Hipotesis-hipotesis tersebut ialah: (1) Plan bonus hypothesis, (2) Debt covenant hypothesis, dan (3) Political cost hypothesis. Berdasarkan plan bonus hypothesis, manajer seringkali berperilaku seiring dengan bonus yang diberikan (Alfina, 2006). Oleh karena itu manajemen cenderung melakukan manajemen laba agar target laba terpenuhi. Tindakan manajemen laba membuat pelaporan laba cenderung optimis atau tidak konservatif, sehingga earning conservatism menjadi rendah. Debt covenant hypothesis memprediksikan bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan aset untuk mengurangi biaya renegosiasi kontrak utang ketika perusahaan memutuskan perjanjian utangnya (Sari dan Adhariani, 2009). Keinginan manajer untuk meningkatkan laba dan aset juga dikarenakan kreditor akan lebih menyukai perusahaan yang mempunyai cukup aset untuk menutup hutang-hutangnya (Watts, 2003). Dalam debt covenant hypothesis, tingkat konservatisme dalam pelaporan laba akan berkurang karena manajer cenderung akan menaikkan laba agar ia memperoleh potential loan dari kreditor. Tingkat konservatisme dalam pelaporan laba berdasarkan debt covenant hypothesis dapat dijelaskan dengan debt/equity hypothesis yang merupakan pembatasan dari debt covenant (Sari dan Adhariani, 2009). Debt/equity hypothesis ini dapat dijelaskan dengan menggunakan rasio leverage yang merupakan rasio antara debt dan total asset. Apabila manajemen melakukan manajemen laba ketika melakukan perjanjian utang, maka laba cenderung tidak konservatif sehingga tingginya rasio leverage akan berbanding terbalik dengan accounting conservatism (Sari dan Adhariani, 2009). Hal itu dikarenakan semakin tinggi jumlah pinjaman yang ingin diperoleh perusahaan, maka perusahaan berupaya menunjukkan kinerja yang baik agar kreditur yakin bahwa perusahaan mampu menutup hutang-hutangnya (Watss dan Zimmerman, 1990). Dalam political cost hypothesis, perusahaan besar diprediksikan lebih sensitif terhadap adanya biaya politik daripada perusahaan kecil (Watts dan Zimmerman, 1990). Biaya politik sendiri timbul dari adanya konflik kepentingan antara manajer dengan pemerintah, dimana perusahaan dianggap ikut bertanggung jawab atas kepentingan sosial
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
masyarakat (Sari dan Adhariani, 2009). Salah satu kebijakan pemerintah yang untuk hal tersebut adalah kewajiban membayar pajak. Semakin besar tingkat pendapatan atau penjualan perusahaan membuat semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar. Oleh karena itu, untuk menghindari tingginya pajak manajemen akan cenderung untuk melaporkan laba yang rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi pelaporan laba yang konservatif.
Konservatisme Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai panduan akuntansi dalam menyajikan aset dan pendapatan yang understate, serta menyajikan liabilitas dan beban yang overstate (Hendriksen dan Breda, 1992). Dalam konsep ini, beban harus segera diakui dibandigkan pendapatan, sehingga net income terlihat rendah. Selanjutnya, konservatisme akan menyebabkan pelaporan keuangan yang pesimistik, hal tersebut akan mengurangi optimisme dari pengguna laporan. Menurut Martani dan Dini (2010), pesimisme dibutuhkan untuk menetralisir optimisme manajer. Astria (2011) menyatakan bahwa konservatisme didefinisikan sebagai reaksi kehatihatian (prudent) terhadap ketidakpastian, ditunjukkan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang saham (shareholder) dan pemberi pinjaman (debtholder). Lain halnya dengan Basu (1997) yang mendefinisikan konservatisme sebagai praktik mengurangi laba (mengecilkan aktiva bersih) dalam merespon berita buruk (bad news) tetapi tidak meningkatkan laba ketika merespon berita baik (good news). Sedangkan Givoly dan Hyan (2000), mendefinisikan konservatisme sebagai pengakuan awal untuk biaya dan rugi serta menunda pengakuan untuk pendapatan dan pengakuan keuntungan.
Tujuan dari penggunaan konsep konservatisme adalah untuk menetralisir optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya. Penerapan konsep konservatisme akan menghasilkan laba yang berfluktuatif , dimana laba yang berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas pada masa depan (Sari dan Adhariani, 2009). Ukuran konservatisme selanjutnya yang juga dipaparkan oleh Watss (2003b) adalah earning/accrual measures yaitu menggunakan selisih antara net income dan cash flow. Net income yang digunakan adalah net income sebelum depresiasi dan amortisasi, sedangkan cash flow yang digunakan adalah cash flow dari aktivitas operasi. Givoly dan Hayn (2000) melihat kecenderungan dari akun akrual selama beberapa tahun, apabila terjadi akrual negatif (net income lebih kecil daripada cash flow dari aktivitas operasi) yang konsisten selama beberapa tahun, maka hal tersebut merupakan indikasi adanya penerapan konservatisme. Selain itu, Givoly dan Hayn (2000) membagi akrual menjadi dua yaitu operating accrual dan nonoperating accrual. Operating accrual muncul dalam laporan keuangan sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan, sedangkan nonoperating accrual merupakan jumlah akrual yang muncul di luar hasil kegiatan operasional perusahaan. Ukuran konservatisme yang ketiga ialah net asset measures. Ukuran ini digunakan untuk mengetahui tingkat konservatisme dalam penyajian laporan keuangan yaitu untuk menilai nilai aset yang understatement dan kewajiban yang overstatement. Salah satu model pengukuran ini adalah dengan proksi book to market ratio yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan.
Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi komisaris, direksi, dan karyawan (Oktadella, 2011). Selain itu, Deviyanti (2012) mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai perbandingan persentase kepemilikan saham antara pihak perusahaan dan pihak eksternal. Kepemilikan saham oleh perusahaan
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
merupakan mekanisme yang digunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan kepentingan perusahaan, karena di dalam kepemilikan saham tersebut terdapat persentase saham yang dimiliki manajer secara pribadi (Susiana dan Herawaty, 2007). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang tentunya sama-sama menginginkan penyajian yang informasi yang berkualitas dalam pelaporan keuangan. Dengan semakin tingginya proporsi kepemilikan manajerial, maka manajer bukan hanya sebagai agen tapi juga pemilik dan hal tersebut membuat konfik kepentingan antara manajer pemilik dan manajer. Berkurangnya konflik antara pemilik dan manajer dikarenakan menurunnya motif bonus yang ingin diperoleh manajer, sehingga manajemen laba dengan cara income maximation yang biasa dilakukan manajer untuk mencapai target laba juga berkurang. Dengan demikian laporan keuangan menjadi konservatif . Paparan terkait kepemilikan manajerial yang telah dijelaskan di atas mengindikasikan bahwa terdapatnya kepemilikan manajerial akan menyebabkan penyajian informasi dalam laporan keuangan cenderung konservatif, akan tetapi terdapat argumen yang menyatakan adanya kepemilikan manajerial justru membuat pelaporan laba tidak konservatif. Wardhani (2008) berpendapat bahwa kepemilikan oleh manajemen dapat berperan sebagai fungsi monitoring dalam pelaporan keuangan serta dapat pula dijadikan dan dapat pula dijadikan sebagai faktor ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Apabila kepemilikan manajemen justru mendorong dilakukannya ekpropriasi terhadap perusahaan, mereka akan lebih cenderung menggunakan prinsip akuntansi yang lebih agresif. Selain itu, Lafond dan Roychowdhury (2007) berargumen bahwa semakin kecil kepemilikan manajerial menyebabkan permasalahan agensi semakin besar, sehingga permintaan atas laporan keuangan yang konservatif akan meningkat.
Kepemilikan Publik Keputusan manajemen untuk menerapkan konservatisme atau tidak, juga memperhatikan struktur kepemilikan publik. Struktur kepemilikan publik merupakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh publik dibandingkan dengan jumlah seluruh saham yang beredar (Deviyanti, 2012). Kepemilikan publik yang menyebar menyebabkan rendahnya pengendalian, karena pemilik suatu perusahaan menjadi banyak namun persentase kepemilikannya hanya sedikit, sehingga dengan rendahnya tingkat pengendalian, manajer akan lebih fleksibel dalam menyajikan informasi pada laporan keuangan. Sebagaimana dijelaskan dalam plan bonus hypothesis, manajer akan berperilaku seiring bonus yang diberikan (Alfina, 2006), maka manajemen memiliki kecenderungan untuk melakukan manajemen laba dalam rangka mencapai target laba agar ia memperoleh bonus, tindakan tersebut menyebabkan pelaporan laba menjadi tidak konservatif. Dengan demikian semakin tinggi kepemilikan publik akan menyebabkan rendahnya penerapan konservatisme, karena rendahnya fungsi pengendalian dari pemilik. Haniati dan Fitriany (2010) berpendapat lain yaitu bahwa persentase kepemilikan publik justru digunakan sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan pemilik, yang membuat perusahaan cenderung konservatif, karena semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan keuangannya. Hal ini dikarenakan semakin besar porsi kepemilikan publik menyebabkan semakin banyak butir-butir informasi yang mendetail dan dituntut untuk dibuka dalam laporan keuangan. Hal tersebut sesuai dengan sesuai dengan penelitian Lafond dan Watts (2006) yang menjelaskan semakin tinggi public information menyebabkan semakin banyak informasi yang diketahui oleh publik sehingga dapat menurunkan asimetri informasi dan secara tidak langsung rendahnya asimetri informasi merupakan indikasi penerapan konservatisme akuntansi dalam pelaporan keuangan.
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
Debt Covenant Debt covenant merupakan kontrak atau perjanjian utang jangka panjang (Sukartha, 2008). Perjanjian utang sering kali digunakan dalam menjelaskan accounting conservatism (Watts, 2003a), karena debtholders cenderung menginginkan penerapan akuntansi yang konservatif. Hal tersebut dikarenakan penerapan konservatisme akan mengurangi konflik antara shareholders dan debtholders terkait masalah pembayaran dividen (Ahmed et al., 2002). Pembayaran dividen yang terlalu tinggi akan menimbulkan ancaman bagi debtholders karena akan mengurangi aset yang seharusnya tersedia untuk pelunasan utang. Masalah tersebut biasanya diatasi dengan melakukan pembatasan berdasarkan laba perusahaan yang disajikan secara konservatif (Haniati dan Fitriany, 2010). Konservatisme memiliki peranan terkait hubungan kontrak antara perusahaan dan debtholders (Guay, 2008). Konservatisme akan mengurangi asimetri informasi antara debtholders dan manajer, penerapan tersebut akan membatasi manajer dalam melebih sajikan komponen akrual sehingga tidak terjadi prediksi future cash flow yang berlebihan. Selain itu, juga akan mengurangi kecenderungan untuk menyembunyikan kerugian perusahaan (Watts dan Lafond, 2006). Namun demikian, perlu diperhatikan pula adanya kemungkinan lain yang menyebabkan rendahnya konservatisme justru ketika total debt yang mungkin diterima dalam jumlah besar, hal tersebut telah dijelaskan dalam debt covenants hypothesis yang memprediksikan bahwa semakin tinggi jumlah pinjaman yang diiinginkan maka perusahaan meningkatkan laba dan aset untuk mengurangi biaya renegosiasi kontrak (Sari dan Adhariani, 2009), selain itu agar kinerja perusahaan terlihat baik.
Firm Size Menurut Bahaudin dan Wijayanti (2011) ukuran perusahaan dibagi ke dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large size), perusahaan menengah (medium size) serta perusahaan kecil (small size). Perusahaan yang besar juga dihadapkan dengan besarnya biaya politis yang tinggi, sehingga perusahaan besar cenderung menggunakan prinsip akuntansi yang konservatif untuk mengurangi besarnya biaya politis (Deviyanti, 2012). Biaya politis mencakup semua biaya atau transfer kekayaan yang harus ditanggung perusahaan terkait tindakan-tindakan antitrust, regulasi, subsidi pemerintah, tarif pajak, tuntutan buruh, dan sebagainya (Watss dan Zimmerman, 1990). Pemerintah sebagai pembuat regulasi serta penentu kebijakan suatu negara dimana perusahaan beroperasi akan lebih mengawasi perusahaan besar (Deviyanti, 2012). Pemerintah akan memungut pajak yang relatif tinggi kepada perusahaan besar, karena seiring tingginya laba yang dihasilkan perusahaan besar, maka pajak yang yang harus dibayarkan secara otomatis mengikuti besarnya laba. Hal tersebut menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar pula biaya politis yang harus dibayarkan, sehingga untuk mengurangi biaya tersebut perusahaan berupaya melaporkan labanya secara konservatif agar laba tidak terlihat terlalu tinggi.
Arus Kas (Cash Flow) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 mendefinisikan arus kas atau cash flow merupakan arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Arus kas diklasifikasikan menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus dari aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan (Kieso et al, 2011). Arus kas perusahaan tercermin dalam laporan arus kas yang merupakan bagian dari laporan keuangan. Terkait dengan konservatisme, beberapa peneliti seperti Martani dan Dini (2010), Dechow dan Ge (2007), serta Ball dan Shivakumar (2005) dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Martani dan Dini (2010) menghipotesiskan bahwa arus kas dari aktivitas operasi akan berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, hipotesis tersebut dibuktikan dengan hasil penelitiannya yang membuktikan bahwa arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh positif terhadap konservatisme yang baik dengan ukuran akrual maupun market value. Dechow dan Ge (2007) membuktikan bahwa cash flow berhubungan positif terhadap tingkat akrual pada perusahaan dengan tingkat penerapan akrual rendah, sehingga
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
tingkat persistensi untuk memprediksi arus kas pada masa yang akan datang menjadi tinggi. Selain itu, dalam penelitian Dechow dan Ge (2007) dibuktikan pula bahwa cash flow berhubungan negatif dengan tingkat akrual pada perusahaan dengan tingkat penerapan akrual yang tinggi, hal ini menyebabkan tingkat persistensi untuk memprediksi arus kas pada masa yang akan datang menjadi rendah. Menurut Martani dan Dini (2010) operating cash flow akan berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dikarenakan tingginya operating cash flow mengindikasikan kinerja yang baik dari perusahaan. Pada perusahaan yang menerapkan konservatisme, operating cash flow akan membuat prediksi future cash flow yang lebih besar daripada perusahaan yang agresif. Dengan demikian, akan menarik investor untuk berinvestasi, sehingga perusahaan akan lebih konservatif ketika operating cash flow yang dihasilkan tinggi (Martani dan Dini, 2010).
Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Konservatisme Akuntansi Plan bonus hypothesis dalam possitive accounting theory menyatakan bahwa manajer akan bertindak seiring dengan bonus yang diberikan (Alfina, 2006). Berdasarkan motif bonus, maka manajer akan melakukan manajemen laba dengan cara income maximation atau memaksimalkan laba agar target laba terpenuhi, sehingga pelaporan keuangan menjadi kurang konservatif. Kepemilikan manajerial yang rendah akan menyebabkan laporan keuangan cenderung tidak konservatif, karena manajer akan lebih mengutamakan untuk mengejar bonus daripada mengutamakan kepentingan pemilik perusahaan, hal ini didukung oleh penelitian Yazidah (2011) yang menunjukkan hubungan positif antara kepemilikan manajerial dan konservatisme akuntansi, sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini: H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.
2. Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Konservatisme Akuntansi Kepemilikan ini juga mempengaruhi keputusan manajemen dalam menerapkan konservatisme atau tidak, karena kepemilikan publik yang menyebar akan menyebabkan rendahnya pengendalian sehingga manajer lebih fleksibel dalam menyajikan informasi dalam laporan keuangan. Sebagaimana dijelaskan dalam plan bonus hypothesis, maka dalam rangka memperoleh bonus tersebut manajer berusaha menaikkan laba agar target laba terpenuhi (Alfina, 2006). Pencapaian target laba membuat manajer bisa saja melakukan cenderung tidak konservatif, apalagi didukung rendahnya pengendalian dari pemilik karena kepemilikan yang menyebar, manajer akan semakin fleksibel dalam melaporkan informasi dalam laporan keuangan (Deviyanti, 2012). Penelitian Deviyanti (2012) juga menunjukkan bahwa kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini: H2: Kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.
3. Pengaruh Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi Debt covenant hypothesis dalam possitive accounting theory memprediksikan bahwa semakin tinggi jumlah utang atau pinjaman yang ingin diperoleh perusahaan, maka penyajian laporan keuangan menjadi tidak konservatif (Watss dan Zimmerman, 1990). Hal itu dikarenakan perusahaan ingin menunjukkan kinerja yang baik pada debtholders, agar debtholders yakin bahwa keamanan dananya terjamin. Dengan adanya asumsi tersebut, maka perusahaan akan cenderung menaikkan nilai aset dan pendapatan, serta menurunkan nilai utang dan beban ketika perusahaan menginginkan jumlah pinjaman yang besar dari debtholder. Rasio leverage menunjukkan seberapa besar perusahaan menggunakan utang dari luar untuk membiayai perusahaan atau melakukan ekspansi (Deviyanti, 2012). Dengan menggunakan prediksi dalam debt covenant hypothesis, maka semakin tinggi tingkat
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
leverage maka perusahaan semakin tidak konservatif, hal ini didukung oleh penelitian Almilia (2005), sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini ialah: H3: Leverage berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.
4. Pengaruh Firm Size terhadap Konservatisme Akuntansi Political cost hypothesis memprediksikan bahwa perusahaan besar lebih sensitif daripada perusahaan kecil terkait dengan biaya politis (Watss dan Zimmerman, 1990). Biaya politis timbul karena adanya konflik kepentingan antara perusahaan (manajer) dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Perusahaan besar cenderung melaporkan keuangannya secara konservatif untuk mengurangi biaya politis. Ukuran perusahaan atau firm size seringkali digunakan untuk menjelaskan political cost hypothesis. Semakin besar ukuran perusahaan menyebabkan penerapan konservatisme semakin tinggi, hal ini didukung oleh hasil penelitian Sari dan Adhariani (2009) dan Deviyanti (2012) sehingga hipotesis keempat dalam penelitian ini: H4: Firm size berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.
5. Pengaruh Operating Cash Flow terhadap Konservatisme Akuntansi Arus kas atau cash flow merupakan arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas (IAI, 2009). Seperti halnya laba, cash flow sering kali dikaitkan dengan pendapat yang kontra mengenai konservatisme, hal ini dikarenakan penerapan konservatisme menyebabkan persistensi prediksi future cash flow menjadi rendah (Suaryana, 2008). Namun, ditinjau dari sisi sebaliknya Martani dan Dini (2010) berpendapat bahwa operating cash flow yang selanjutnya disebut CFO merupakan indikator kinerja perusahaan, sehingga tingginya CFO mengindikasikan kinerja yang baik dari perusahaan. Prediksi future cash flow pada perusahaan yang konservatif kemungkinan akan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang agresif, dan hal ini akan lebih menarik bagi investor, sehingga perusahaan akan lebih konservatif ketika memiliki CFO yang tinggi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Martani dan Dini (2010) yang menunjukkan pengaruh positif CFO terhadap konservatisme akuntansi, sehingga hipotesis kelima dalam penelitian ini: H5: Operating cash flow berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi yang diukur dengan model akrual yang merupakan model Zhang (2007). Nilai konservatisme akuntansi diperoleh dengan formula sebagai berikut:
Keterangan: Nonoperating Accrual
=
(−1)
= Operating Accrual- Δ Account Receivable- Δ InventoryΔ Prepaid Expense+ Δ Account Payable + Δ Taxes Payable Operating Accrual = Net Income+Depreciation- Net Operating Cash Flow Net Operating Cash Flow = Selisih antara kas masuk dan kas keluar dari aktivitas operasi Terdapat lima variabel independen dalam penelitian ini yaitu variabel kepemilikan manajerial (MANJ), kepemilikan publik (PUBLIK), leverage (LEV), firm size (SIZE), dan operating cash flow (CFO). Variabel MANJ diukur dengan jumlah persentase saham yang dimiliki oleh dewan direksi, komisaris dan karyawan seperti model (Oktadella, 2011), nilai tersebut kemudian dibuat dalam bentuk desimal. Variabel PUBLIK diukur dengan persentase saham yang dimiliki masyarakat dibandingkan dengan jumlah seluruh saham yang beredar seperti yang digunakan dalam penelitian Deviyanti (2012), nilai tersebut kemudian dibuat
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
dalam bentuk desimal. Variabel LEV diukur dengan debt to equity ratio (DER), sedangkan SIZE diukur dengan logaritma natural penjualan (Ln Penjualan). Selanjutnya adalah variabel CFO yag diukur dengan model (Gyvoly dan Hyan, 2000) dengan formula sebagai berikut:
Populasi dan Sampel
=
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI pada periode 2004 sampai dengan 2010 namun data yang digunakan mulai tahun 2003 karena dibutuhkan data-data dari tahun sebelumnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria (1) Perusahaaan yang tercatat di BEI, (2) Menerbitkan laporan keuangan yang diaudit selama periode 2003-2010, (3) Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk rupiah selama periode penelitian, (4) Perusahaan memiliki nilai ekuitas positif selama periode penelitian, (5) Terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan. Berdasarkan proses pemilihan sampel maka diperoleh 86 sampel perusahaan per tahun, dan total selama periode penelitian sebesar 602 perusahaan yang ditunjukkan dalam tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Proses Seleksi Kriteria Sampel
Perusahaan manufaktur yang listing di BEI selama tahun 2003-2010 Terdapat laporan keuangan yang tidak diaudit selama periode pada periode penelitian Menyajikan laporan keuangan dengan mata uang selain rupiah. Memiliki ekuitas negatif pada periode penelitian Terdapat data yang tidak lengkap Total perusahaan yang sesuai kriteria (per tahun) Total Sample Selama Periode Penelitian (7 Tahun)
141 (1) (7) (19) (28) 86 602
Sumber: Data yang Diolah, 2012
Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda yang sebelumnya harus lolos uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan meliputi Uji normalitas, autokorasi, multikolinearitas, serta heteroskedastisitas.Tingkat probabilitas yang digunakan adalah 5%. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Uji F, Uji t, dan koefisien determinasi. Model yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah: CONACC= α+β1MANJ+β2 PUBLIK+β3 LEV+β4 SIZE+β5 CFO+ε Keterangan: CONACC : Konservatisme akuntansi MANJ : Persentase kepemilikan manajerial. PUBLIK : Persentase kepemilikan publik. SIZE : Ukuran perusahaan. CFO : Operating cash flow atau arus kas dari aktivitas operasi. ε : Koefisien error. Hipotesis pertama (H1) diterima secara teori apabila koefisien β 1 bernilai positif, dan secara statistik diterima apabila tingkat signifikansi (α) pada variabel MANJ kurang dari 0,05. Hipotesis kedua (H2) diterima secara teori apabila koefisien β 2 bernilai negatif, dan
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
secara statistik diterima apabila tingkat signifikansi pada variabel PUBLIK kurang dari 0,05. Hipotesis ketiga diterima secara statistik apabila tingkat signifikansi pada variabel LEV kurang dari 0,05 dan secara teoritis diterima apabila koefisien β 3 bernilai negatif, sedangkan untuk hipotesis keempat diterima secara statistik apabila tingkat signifikansi variabel SIZE kurang dari 0,05 dan secara teori diterima apabila koefisien β 4 bernilai positif. Untuk hipotesis kelima secara teori diterima apabila nilai koefisien β 5 positif dan secara statistik hipotesis tersebut diterima apabila tingkat signifikansi pada variabel CFO kurang dari 0,05.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Berdasarkan statistik deskriptif, maka diantaranya dapat diketahui nilai maksimum, minimum dan rata-rata. Nilai maksimum variabel dependen yaitu CONACC adalah sebesar 7,3288 sedangkan nilai minimumnya sebesar -17,6088 dan rata-rata (mean) sebesar 0,049683. Variabel MANJ memiliki nilai minimum sebesar 0,0000 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,4987 dan nilai mean sebesar 0,00192. Variabel PUBLIK memiliki nilai minimum 0,0155 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,8652 dan nilai mean sebesar 0,271988. Variabel LEV memiliki nilai minimum 0,0031 sedangkan nilai maksimum sebesar 117,7047 dan nilai mean sebesar 1,970186. Variabel SIZE memiliki nilai minimum 20,7648 sedangkan nilai maksimum 32, 5635 sebesar dan nilai mean sebesar 27,556501. Variabel CFO memiliki nilai minimum -5,5998 sedangkan nilai maksimum sebesar 7,3700 dan nilai mean sebesar 0,0094320.
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov terhadap nilai residual model regresi, namun dilihat dari tingkat signifikansi residual yang berada di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,000 yang berarti bahwa data residual tidak terdistribusi secara normal. Untuk mengatasi hal ini, maka dilakukan transformasi data baik dalam bentuk logaritma natural (Ln) dan dalam bentuk akar kuadrat (SQRT), sehingga model regresi menjadi seperti berikut: SQRT_CONACC=α+β1LN_MANJ+β2SQRT_PUBLIK+β3SQRT_LEV+ β4SQRT_SIZE+β5SQRT_CFO Keterangan: SQRT_CONACC : Konservatisme Akuntansi LN_MANJ : Kepemilikan manajerial SQRT_PUBLIK : Kepemilikan publik SQRT_LEV : Rasio leverage SQRT_SIZE : Ukuran perusahaan SQRT_CFO : Operating cash flow Setelah dilakukan transformasi seperti model tersebut di atas, maka tingkat signifikansi nilai residual menjadi 0,189 yang berada di atas 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa data residual telah terdistribusi secara normal.
2.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas karena tidak ada nilai VIF dari variabel independen yang lebih dari 10.
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
3.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tdan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Dalam penelitian ini digunakan Run Test, berdasarkan hasil Run Test dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi adanya autokorelasi karena tingkat signifikansi data residual berada di atas 0,05 yaitu sebesar 0,738 yang bearti data residual random atau acak.
4.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali,2009). Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan Uji Glejser. Berdasarkan hasil Uji Glejser maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, karena tidak ada variabel independen yang signifikan terhadap nilai absolut residual.
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkkan dalam model berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil Uji F dapat disimpulkan bahwa variabel independen dapat digunakan secara bersama-sama untuk menjelaskan variabel dependen karena tingkat signifikansi dalam pengujian tersebut berada di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,000. Uji t digunakan untuk memprediksi seberapa jauh variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Hasil Uji t dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2 Hasil Uji t
Model 1
(Constant) LN_MANJ SQRT_PUBLIK SQRT_LEV SQRT_SIZE SQRT_CFO
Unstandardized Coefficients Std. B Error 0,499 0,657 -0,006 0,010 0,128 0,155 0,051 0,036 -0,127 0,127 0,879 0,074
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta -0,046 0,056 0,098 -0,070 0,817
-0,659 0,825 1,399 -0,997 11,811
0,512 0,412 0,166 0,322 0,000
Sumber: Output SPSS Hasil Uji t juga menunjukkan hasil pengujian hipotesis. Berdasarkan tabel tersebut diatas maka dapat ditunjukkan bahwa secara statistik variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, leverage, firm size tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, karena semua tingkat signifikansi variabel-variabel tersebut berada di atas 0,05 dan hanya variabel operating cash flow yang berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, hal tersebut dapat dilihat pada signifikansi variabel CFO yang berada di bawah 0,05. Berdasarkan pengujian tersebut diperoleh model regresi yang menunjukkan penerimaan atau penolakan hipotesis yang dilihat dari nilai koefisiennya, model regresi tersebut adalah sebagai berikut: SQRT_CONACC=0,499-0,046 LN_MANJ+0,056 SQRT_PUBLIK+0,098 SQRT_LEV -0,070 SQRT_SIZE+0,817 SQRT_CFO Konstanta dalam model tersebut adalah sebesar 0,499. Berdasarkan model tersebut dapat dilihat bahwa kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
konservatisme akuntansi, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel LN_MANJ dan SQRT_SIZE yang bernilai -0,046 dan -0,070 yang berarti pula bahwa H1 dan H4 dalam penelitian ini ditolak. Kepemilikan publik dan leverage berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, hal ini ditunjukkkan oleh nilai koefisien variabel SQRT_PUBLIK dan SQRT_LEV sebesar 0,056 dan 0,098 yang berarti bahwa H2 dan H3 dalam penelitian ini juga ditolak. Operating cash flow berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien SQRT_CFO yang bernilai 0,817 yang berarti juga bahwa H5 dalam penelitian ini diterima.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis 1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Konservatisme Akuntansi Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, namun tidak signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial maka semakin rendah konservatisme akuntansi yang diterapkan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu Lafond dan Roycowdhury (2007) serta Deviyanti (2012). Menurut Wardhani (2008), kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap konservatisme karena kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai sebagai faktor ekspropriasi pemegang saham minoritas, yang pada akhirnya membuat laporan keuangan cenderung agresif. Selain itu Lafond dan Roycowdhury (2007) juga berpendapat bahwa semakin kecil kepemilikan manajerial maka masalah agensi semakin besar, sehingga semakin kecil kepemilikan manajerial, permintaan akan laporan keuangan yang konservatif semakin besar. Berdasarkan hasil penelitian ini maka hipotesis pertama ditolak. Penolakan terhadap hipotesis pertama dalam penelitian ini juga merupakan penolakan plan bonus hypothesis dalam Positive Accounting Theory (PAT). Hal ini dikarenakan hasil penelitian tidak sesuai prediksi atau konsep yang ada dalam plan bonus hypothesis.
2. Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Konservatisme Akuntansi Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi namun tidak signifikan secara statistik. Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini juga ditolak. Penolakan terhadap H2 juga merupakan penolakan terhadap plan bonus hypothesis, karena hasil dalam penelitian ini tidak mendukung adanya prediksi dalam plan bonus hypothesis. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Lafond dan Watss (2006). Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi dikarenakan semakin tinggi kepemilikan publik menyebabkan semakin besar tekanan dari publik untuk mengungkapkan informasi lebih banyak, sehingga butir-butir informasi yang mendetail dituntut untuk diungkapkan (Lafond dan Watts, 2006). Selain itu dikarenakan oleh tingginya kepemilikan merupakan salah satu upaya mengurangi asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham, yang pada akhirnya laporan keuangan dituntut untuk lebih konservatif (Haniati dan Fitriany, 2010).
3. Pengaruh Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi Hasil pengujian dalam hipotesis dalam penelitian ini menunjukkkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, namun tidak signifikan secara statistik. Dengan demikian, hasil pengujian ini menolak H3 dalam penelitian ini. Penolakan terhadap H3 juga merupakan penolakan terhadap debt covenant hypothesis dalam PAT. Hal ini dikarenakan, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan prediksi atau konsep dalam debt covenant hypothesis. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Deviyanti (2012), Wardhani (2008) dan Almilia (2005). Leverage berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi karena pemberi pinjaman atau debtholders berkepentingan atas keamanan dananya, sehingga mereka akan berupaya melindungi dirinya dari upaya manajemen yang kurang
11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
menguntungkan, oleh karena itu mereka menuntut adanya laporan keuangan yang konservatif (Guay, 2008). Manajemen yang memerlukan dana dari debtholders pada akhirnya akan mengikuti kemauan debtholders.
4. Pengaruh Firm Size terhadap Konservatisme Akuntansi Hasil pengujian dalam hipotesis dalam penelitian ini menunjukkkan bahwa firm size berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, namun tidak signifikan secara statistik. Dengan demikian, hasil pengujian ini menolak H4 dalam penelitian ini. Penolakan terhadap H4 juga merupakan penolakan terhadap political cost hypothesis dalam PAT. Hal ini dikarenakan, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan prediksi atau konsep dalam political cost hypothesis. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Almilia (2005). Firm size berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi karena khususnya di Indonesia, perusahaan kecil lebih sensitif terhadap biaya politis, sehingga membuat perusahaan kecil cenderung konservatif.
5. Pengaruh Operating Cash Flow terhadap Konservatisme Akuntansi Operating cash flow dalam penelitian ini bepengaruh positif terhadap dan secara statistik signifikan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Martani dan Dini (2010). Tingginya operating cash flow mengindikasikan kinerja yang baik dari perusahaan dan hal ini merupakan sinyal yang baik bagi investor. Pada perusahaan yang konservatif yang menyajikan aset dan laba kecil akan lebih menarik perhatian investor untuk berinvestasi ketika cash flow yang dihasilkan tinggi (Martani dan Dini, 2010). Hal ini dikarenakan adanya asumsi bahwa earning pada masa yang akan datang akan lebih baik. Dengan demikian operating cash flow berpengaruh positif terhadap penerapan konservatisme akuntansi karena adanya prediksi future cash flow yang lebih besar ketika perusahaan menghasilkan operating cash flow yang besar dan dengan pelaporan keuangan yang konservatif dibandingkan dengan pelporan keuangan yang agresif
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilihat dari tingkat signifikansi variabelvariabel independen yang mempengaruhi konservatisme akuntansi maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, leverage, dan firm size tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Dalam penelitian ini hanya variabel operating cash flow yang berpengaruh secara positif terhadap konservatisme akuntansi.
Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang diharapkan dapat diperbaiki dalam penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain, (1) hanya menggunakan satu model pengukuran konservatisme akuntansi yaitu model Zhang (2007), (2) dalam penelitian ini hanya menggunakan lima variabel dependen, sehingga kemungkinan masih banyak variabel yang dapat mempengaruhi konservatisme akuntansi yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Selain itu dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk jenis perusahaan lain.
Saran Mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka terdapat beberapa saran untuk perbaikan pada penelitian-penelitian selanjutnya. Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya peneliti menggunakan atau menambahkan model lain misalnya model Givoly dan Hyan (2000), Basu (1997), serta model Ball dan Shivakumar (2005). Selain itu dapat juga menambahkan variabel-variabel independen seperti ini intensitas modal, profitabilitas, dan kepemilikan institusional. Jenis perusahaan lain seperti perusahaan keuangan atau jasa, mengingat hanya perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini.
12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13
REFERENSI Ahmed, Anwer S., Billings B.K., Morton R.M., Stanford Haris M. 2002. “The role of Accounting Conservatism Mitigating Bondholder-Shareholder Conflicts Over Dividend Policy and Reducing Debt Cost. The Accounting Review,Vol.7, No.4,Hal. 867-891. Ahmed, Anwer S., Scott Duellman. 2007. “Accounting Conservatism and Board of Director Characteristics: An Empirical Analysis”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 43, Hal. 411-437. Alfiana, Yeni., 2006. “Creative Accounting: Ditinjau dari Teori Akuntansi Positif dan Teori Keagenan”. Mandiri, Vol. 9, Hal. 45-54. Almilia, Luciana Spica. 2005.“Pangujian Size Hypothesis dan Debt/Equity Hypothesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisma Laporan Keuangan dengan Teknik Multinominal Logit”.Journal Bisnis dan Akuntansi Vol.7, Hal. 1-23. Angraini, Fivi., Ira Trisnawati. 2008. “Pengaruh Earning Management terhadap Konservatisme Akuntansi”.Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.10, No.1, Hal. 23-36. Arens, Alvin A., Randal J. Elder., Mark S. Beasly., Amir Abadi Jusuf. 2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia).Salemba Empat. Jakarta. Astria, Tia. 2011. “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Coorporate Governance, dan Reputasi KAP terhadap Integritas Laporan Keuangan”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Bahaudin, Ahmad Arif.,Provita Wijayanti. 2011.”Mekanisme Coorporate Governance terhadap Konservatisme Akuntansi di Indonesia”. Dinamika Sosial Ekonomi Vol. 7, No. 1, Hal. 86-101 Ball, Ray., Lakshmanan Shivakumar. 2005. “Earning Quality in U.K. Private Firms: Comparative Loss Recognitio Timeliness”Journal of Accounting and Economics, Vol. 39, Hal. 1-45. Basu, Sudipta. 1997.”The Conservatism Principle and The Asymetric Timeliness Of Earnings”. Journal of Accounting and Economic, Vol. 24, No. 1, Hal 1-51. Dechow, Patricia M., Weili Ge. 2006.”The Persistence of Earning Cash Flows and The Role of Special Items: Implication of Accrual Anomaly”. Review Accounting Study, Vol.11, Hal.253-296. Deviyanti, Dyahayu Artika. 2012.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Konservatisme dalam Akuntansi: Studi pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”.Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Ghozali, Imam., dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14
Ghozali, Imam.2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BP Universitas Diponegoro. Semarang Givoly, Dan., Carla Hyan. 2000.”The Changing Time Series Properties of Earning, Cash Flows and Accruals: Has Financial Reporting Becomes more Conservative?”.Journal of Accounting and Economics, Vol. 29, Hal. 287-320. Guay, Wayne R. 2008. “Conservative of Financial Reporting, Debt Covenants, and the Agency Cost of Debt”. Journal of Accounting and Economics Vol. 45, Hal. 175-180. Haniati, Sri., Fitriany. 2010. “Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme”. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto. Hellman, Niclas. 2008. “Accounting Conservatism under IFRS”. Accounting In Europe, Vol. 5, No. 2, Hal. 71-100. Hendriksen, Eldon S., Michael F. Van Breda. 1992.Teori Akunting Ed. 5. Interaksara. Jakarta. Hongren, Charles T., Gary L. Sudem., Jhon A. Eliot., 2000. Pengantar Akuntansi Ed. 2. Erlangga. Jakarta Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan.Salemba Empat, Jakarta, Jenkins, David S., Uma Velury. 2008. “Does Auditor Tenure Influence In Conservative Earnings?”. Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 27, Hal. 115-132 Jensen, M. C., dan William H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial and Economic, Vol. 3, No. 4, Hal. 305-360. Kieso, Donald E., Paul D. Kimmel., Jerry J. Weygandt.2011. Intermediate Accounting: IFRS Edition. Willey. United States of America. Lafond, Ryan., Sugatha Roychowdhury. 2007.”Managerial Ownership and Accounting Conservatism”. Journal of Accounting Research, Vol.6, No. 1, Hal. 101-135. Lafond, Ryan., Watss, Ross L.2006.” The Information Role of Conservatism”. http://ssrn.com/abstract=921619. diakses 29 Maret 2012. Martani, Dwi., Narita Dini. 2010. “The Influence of Operating Cash Flow and Investment Cash Flow to The Accounting Conservatism Measurement”. Chinese Business Review, Vol. 9, No.6, Hal.1-6. Nugroho, Ginanjar Adi., 2011. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Leverage terhadap Earning Management pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia”.Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Oktadella, Dewanti. 2011. “Analisis Coorporate Governance terhadap Integritas Laporan Keuangan”.Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
14
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 15
Rahmawati, Fitri. 2010. “Pengaruh Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu Mekanisme Coorporate Governance terhadap Konservatisme Akuntansi di Indonesia”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Sari, Cynthia., Desi Adhariani. 2009. “Konservatisme Perusahaan di Indonesia dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya”. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang. Suaryana, Agung.2008. “Pengaruh Konservatisme Laba terhadap Koefisien Respons Laba”.Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 3, No. 1. Sukartha, I Made. “Pengaruh Manajemen Laba dan Kepemilikan Manajerial pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi”. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok_sukartha.pdf. diakses 27 Februari 2012. Susiana., Arleen Herawati.2007.”Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Coorporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan”.Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Wardhani, Ratna. 2008. “Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan Hubungannya dengan Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu Mekanisme Good Coorporate Governance”. Simposium Nasional Akuntansi IX. Pontianak Watts, Ross L. 2003a. “Conservatism in Accounting Part I: Explanation and Implications”. http://ssrn.com/abstract=414522. diakses 11 Januari 2012. .2003b. “Conservatism in Accounting Part II: Eviedence and Research Opportunities”.http://ssrn.com/abstract=438662. diakses 11 Januari 2012. Watts, Ross L., Zimmerman Jerold L. 1990.”Possitive Accounting Theory: A Ten Year Perspective”. The Accounting Review, Vol. 65, No. 1, Hal. 131-157.
Yazidah, Izzatul. 2011. “Pengaruh Mekanisme Internal Coorporate Governance terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI Tahun 2004-2009”. Thesis Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Zhang, Jieying. 2007. “The Contracting Benefits of Accounting Conservatism to Lenders and Borrowers”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 45, Hal. 27-54.
15