ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTANSI (Studi pada Perusahaan Manufaktur dan Minning yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013) JURNAL PENELITIAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI
ABSTRAK
Konservatisme akuntasi merupakan prinsip kehati-hatian dan merupakan implementasi kehati-hatian pembuat laporan keuangan untuk tidak berlebihan dalam melaporkan hal-hal yang mungkin mempunyai resiko dalam pengaambilan keputusan. Konservatisme memperlambat pengakuan pendapatan mempercepat pengakuan beban, menurunkan penilaian aset dan menaikan penilaian kewajiban. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan minning yang terdaftar di BEI selama tahun penelitian yaitu tahun 2010-2013. Data yang di peroleh pada penelitian ini di ambil dari laporan tahunan perusahaan yang mengambil 19 perusahaan secara purposive sampling, dan jumlah observasi yang di lakukan selama tahun 2010-2013 adalah 76 item observasi. Data di analisis dengan menggunakkan analisis regresi berganda dengan software SPSS 21. Hasil penelitian ini telah menunjukan ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam penerapan prinsip konservatisme akuntansi. Dari empat variabel yang diteliti (rasio leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen), terbukti bahwa rasio leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukan bahwa rasio leverage, yang tinggi mendorong perusahaan menggunakan prinsip konservatisme akuntansi pada laporan keuangan. Sedangkan faktor-faktor lain yaitu ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap konservatisme di perusahaan.
Kata Kunci : Akuntansi konservatif, leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional.
1.1
LATAR BELAKANG Laporan keuangan yang di buat oleh perusahaan adalah laporan hasil perusahaan dari akhir proses akuntansi yang dibuat sebagai informasi keuangan untuk para pemegang saham atau kepada pihak eksternal yang memiliki kepentingan. Laporan keuangan juga dijadikan alat untuk mengevaluasi suatu kinerja perusahaan pada periode tertentu dikarenakan laporan keuangan menggambarkan aktivitas atau kinerja perusahaan. Laporan tersebut dapat memberikan informasi yang dapat di gunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh pihak internal seperti komisaris, direktur, manajer, dan karyawan maupun pihak eksternal, seperti investor, kreditor, dan pemasok untuk pengambil keputusan. Agar laporan keuangan dapat dikatakan relevan serta memberikan manfaat bagi para penggunanya, maka laporan keuangan memiliki tujuan. Tujuan ini di harapkan dapat dicapai oleh perusahaan atau pemangku kepentngan lainnya. Meskipun demikian terkadang perusahaan menghadapi ketidakpastiaan. Hal ini menyebabkan perusahaan perlu menerapkan prinsip konservatisme yang merupakan konsep kehati-hatian yang terdapat sebagai salah satu alternatif dalam standar Akuntansi Keuangan (SAK). Basu (1997) dalam Ghozali (2007) menyatakan konervatisme adalah prinsip yang mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aset dengan nilai yang lebih rendah dan kewajiban
dengan nilai yang tinggi. Konsekuensinya, apabila terdapat kondisi yang memiliki kemungkinan menimbulkan kerugian, biaya atau hutang, maka kerugian biaya atau hutang tersebut harus diakui. Sebaliknya apabila terdapat kondisi yang memiliki kemungkinan menghasilkan laba, maka laba atau pendapatan atau asset tersebut tidak boleh langsung diakui, sampai kondisi tersebut betul-betul terealisasi. Almilia (2004) menyatakan konservatisme merupakan reaksi yang berhati-hati atas ketidakpastian yang ada agar ketidakpastian dan risiko yang berkaitan dengan situasi bisnis dapat dipertimbangkan dengan cukup memadai. Ketidakpastian tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan dapat diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehatihatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk pemakai semua laporan keuangan. Krisis pada tahun 2008 ini menyebabkan perekonomian dunia berada dalam kondisi ketidakpastian, dan berdampak pula kepada perekonomian di indoneseia meskipun dampaknya tidak terlalu besar. Dalam kasus ini menjadikan konservatisme sebagai ukuran yang diinginkan untuk mengukur kinerja. Dalam kondisi ini, kekuatan ekonomi, yang dihasilkan oleh fakta bahwa berbagai pemangku kepentingan akan bertindak untuk kepentingan ekonomi mereka sendiri, menciptakan permintaan atas pelaporan keuangan yang konservatif (Kung dkk, 2008). Untuk menyajikan informasi kepada pemangku kepentingan, di perlukan suatu pengungkapan yang menyeluruh dan benar baik secara kuantitatif dan kualitatif.
Kebebasan perusahaan memilih metode akuntasi untuk menyususn laporan keuangan yang diberikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah slah satu alasan perbedaan dari hasil laporan keuangan antar perusahaan, seperti yang dikatakan Rahmawati (2010) Dan oleh karena itu tingkat konservatisme akuntansi setiap perusahaan juga berbeda. Menurut Astarini (2011), alasan penerapan prinsip konsevatisme akuntansi adalah perusahaan berada pada ketidakpastian ekonomi di masa depan. Oleh karena itu penerapan prinsip konservatisme dapat dipertimbangkan untuk dilakukan karena mengukur dan mengakui nilai atas pendapatan dan laba secara hati-hati. Namun menurut Alfian (2013), Penggunaan prinsip ini masih kontroversial, karena dianggap tidak menganggap laporan keuangan yang berkualitas, dan cenderung tidak menyajikan laporan keuangan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dampaknya laba yang di hasilkan menjadi understatement. Di kalangan para peneliti, prinsip konservatisme akuntansi masih dianggap sebagai prinsip yang kontroversial. Di satu sisi, konservatisme akuntansi dianggap sebagai kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Di sisi lain, konservatisme akuntansi bermanfaat untuk menghindari perilaku oportunistik manajer berkaitan dengan kontrak-kontrak yang menggunakan laporan keuangan sebagai media kontrak (Watts, 2003) Terdapat banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konservatisme, namun hasil yang ditemukan juga beragam. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Adhariani (2009) yang menggunakan faktor-faktor leverage, yang digunakan
untuk menjelaskan debt covenant hypothesis pada teori akuntasnsi positif, dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menambahkan dua variabel independen mengenai struktur kepemilikan dalam perusahaan. Dua variabel tersebut adalah Struktur Kepemilikan Manajerial dan Struktur Kepemilikan Institusional. Maka berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERAPAN KONSERVATISME AKUNTASNSI (Studi pada Perusahaan Manufaktur dan Minning yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-1013)”.
1.2
Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1
Rumusan Masalah
Prinsip konservatisme yang digunakan dalam laporan keuangan menyebabkan adanya pihak-pihak yang mendukung dan menolak. Pihak yang mendukung ada yang mengatakan bahwa prinsip ini bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan, misalnya untuk menghindari perilaku oportunistik manajemen dengan melakukan manajemen laba. Dengan sikap optimisme tersebut perusahaan melaporkan laporan keuangannya dengan nilai laba yang tinggi, dengan tujuan pribadi pemilik maupun pengelola perusahaan. Seperti yang di katakan oleh Watts (2003), yaitu prinsip konservatisme ini dapat menghindari sikap optimisme para manajer dan pemilik perusahaan dalam kontrak-kontrak yang mengunakan laporan keuanagan sebagai medianya.
Pihak yang lain mengatakan bahwa prinsip ini tidak bermanfaat karena hanya akan menjadi kendala dalam melaporkan keuangan karena tidak tercapainya pengungkapan secara penuh. Mereka menganggap dalam laporan keuanagn perusahaan, konservatisme tersebut mempengaruhi hasil dari laporan keuangan. Ini seperti mendapat Kriyanto dan Supriyanto (2006) yang menyatakan bahwa jika laporan keuangan dibuat atas dasar metode konservatif hasilnya cenderung bias dan tidak mencerminkan keadaan keuangan perusahaan sebenarnya. Ini di karenakan prinsip konservatisme yang lebih cepat mengakui kewajiban dan biaya serta lebih lambat mengakui aktiva dan pendapatan. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut: 1.
Apakah rasio leverage mempengaruhi penerapam konservatisme dalam akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
2.
Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi penerapan konservatisme dalam akunyansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
3.
Apakah struktur kepemilikan manajerial mempengaruhi penerapan konservatisme dalam akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
4.
Apakah struktur kepemilikan institusional mempengaruhi penerapan konservatisme dalam akuntansi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
1.2.2
Batasan Masalah
Kelemahan dari penelitian ini adalah 1. Hanya menggunakan perusahaan manufaktur dan minning sebagai sampling 2. Terbatasnya perusahaan yang dapat disajikan sebagai sampel karena masih sedikitaya perusahaan di indonesia yang memiliki kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham institusional secara bersamaan 1.2.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris bahwa: 1.
Rasio leverage berpengaruh terhadap pemilihan prinsip konservatisme akuntansi pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI.
1
Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan prinsip konservatisme akuntansi pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI.
2
Struktur Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pemilihan prinsip konservatisme akuntansi pada laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI.
3
Struktur Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap pemilihan prinsip konservatisme.
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: 1.
Menambah pengetahuan, ilmu dan wawasan mengenai prinsip konservatisme dan faktor-faktor yang mempengaruhi, khususnya rasio leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal, kepemilikan manajerial, kepemilikan publik dan kesempatan tumbuh.
2.
Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai pertimbangan perusahaan untuk melakukan pencatatan akuntansi menggunakan. Prinsip konservatisme atau optimisme. Selain itu diharapkan menjadi panutan untuk mengurangi serta mengatasi masalah keagenan.
3.
Bagi calon investor dan kreditur, penelitian ini diharapkan menjadi panutan dalam membuat keputusan brinvestasi dan memberikan pinjaman dengan melihat laporan keuangan yang disajikan perusahaan, khususnya nilai labanya, yaitu menggunakan prinsip konservatisme atau optimisme.
4.
Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan untuk penelitian selanjutnya jika ingin dikembangkan lagi secara luas.
1.2.4
Jenis dan Sumber Data
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun penelitian yatitu tahun 2010-2013. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan pruposive sampling methode yaitu pemilihan sampel dari populasi dengan tujuan tertentu, agar sampel yang dipilih dapat mewakili keseluruhan populasi, dimana sampel tersebut harus memiliki kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berupa pertimbangan dan quota tertentu (Jogiyanto, 2004). Adapun dalam penelitian ini kriteria dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur dan minning yang terdaftar di BEI tahun 2010-
2013 2. Dikurangi yang menyajikan laporan keuangan selama tahun penelitian 2010-2013 3. Perusahaan yang menyajikan data yang lengkap untuk variabel konservatisme seperti leverage ukuran perusashaa, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. 4. Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap 31 Desember dan dinyatakan dalam satuan mata uang rupiah selama periode penelitian.
1.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Sekaran (2003) menyebutkan variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Dalam penelitian ini melibatkan dua macam variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. 1.3.1
Variable Dependen
Menurut Sekaran (2003) variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas. Variabel dependen pada penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Menurut Sari dan Adhariani (2009) konservatisme akuntansi adalah konsep yang mengakui biaya dan tiga rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi. Menurut Watts (2003), terdapat bentuk ukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu Earning/stock return relation measures, Earnings/accrual measures, Net asset measures. Untuk mengukur
konservatisme dengan menggunakan Earnings/accrual measures ada tiga model yaitu model Givoly dan Hayn (2000), model Zhang (2007) dan Kasnik (1999). Konservatisme akuntansi dalam penelitian ini diproksikan dengan conservatism accrual model Zhang (2007), yang didapatkan dengan cara membagi nilai nonoperating accrual dengan total asset. Non-operating accrual dapat digunakan untuk memperlihatkan pencatatan kejadian yang tidak diinginkan yang telah terjadi dalam perusahaan, seperti penghapusan asset. Perhitungan conservatism accrual dikalikan dengan -1 dalam penelitian Zhang (2007) dengan maksud mempermudah analisa. Perhitungan ini telah dilakukan oleh Ardina (2012) yang menyatakan hasilnya adalah semakin tinggi nilai conservatism accrual dapat didefinisikan semakin tingginya penerapan konservatisme dalam perusahaan. Berikut ini adalah perhitungan conservatism accrual model Zhang (2007) : Non Operating Accrual
X-1
Total Aset Keterangan: Non-operating accrual
= Total Accrual (before
depreciation) – Operating accruals.
Penjelasan: Total Accrual (before depreciation) = (laba bersih + depresiasi / amortisasi) – arus kas kegiatan operasi
Operating Accrual
= (Δpiutang + Δpersediaan +
Δbeban dibayar dimuka) – (Δhutang + Δbeban yang masih harus dibayar + Δhutang pajak) 1.3.2
Variable Independen
Menurut Sekaran (2003) variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.3.2.1 Rasio Leverage Untuk menguji hipotesis pertama akan menggunakan rasio leverage sebagai variabel independen berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Watts mengenai positive accounting theory. Rasio leverage merupakan rasio hutang yang dapat digunakan untuk menunjukkan berapa besar sebuah perusahaan menggunakan utang dari luar untuk membiayai operasinya. Rasio leverage juga dapat digunakan pemberi pinjaman untuk menilai kemampuan perusahaan (dalam hal ini asset) dalam melunasi semua hutangnya. Proksi rasio leverage yang di gunakan dalam penelitian di dalam ini adalah total Debet dibagi total aset, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Adhariani (2009). Rumus Rasio Leverage sebagai berikut : Leverage = Total Hutang Total Aset 1.3.2.2 Ukuran Perusahaan
Menurut Watts dan Zimmerman (1978) ukuran perusahaan akan mempengaruhi tingkat biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya politis perusahaan, sehingga dapat mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif. Hal tersebut dapat menjawab bahwa ukuran perusahaan salah satu indicator political cost hypothesis dalam positive accounting theory. Untuk ukuran perusahaan dalam penelitian ini dapat diproksikan dengan logaritma natural total asset perusahaan. Logaritma natural digunakan karena pada umumnya nilai aset perusahaan sangat besar, sehingga untuk menyeragamkan nilai dengan variabel lainnya nilai aset sampel diubah kedalam bentuk logaritma terlebih dahulu. Perhitungan ukuran perusahaan dengan menggunakan logaritma natural total aset perusahaan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Adhariani (2009). Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut: Logaritma Natural (LN) Total Aset Perusahaan 1.3.2.3 Kepemilikan Manajerial Struktur kepemilikan manajerial merupakan persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen (direksi, komisaris, karyawan) dalam perusahaan dari seluruh jumlah saham yang beredar. Jadi dalam struktur ini manajer tidak hanya sebagai pengelola tetapi juga sebagai pemilik. Bila kepemilikan manajerial lebih tinggi dibanding pihak publik dan institusional, maka perusahaan akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang konservatif. Hal tersebut didasari atas rasa memiliki manajemen terhadap perusahaan yang tinggi sehingga manajemen ingin memperbesar perusahaan dengan meningkatkan jumlah investasi. Hal tersebut dapat menjawab bahwa
kepemilikan manajerial dalam penelitian ini dapat digunakan untuk menjelaskan plan bonus hypothesis. Perhitungan kepemilikan manajerial dengan cara membagi jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dengan jumlah saham yang beredar sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardina (2012). Dengan demikian kepemilikan manajerial dalam penelitian ini akan di ukuur dengan rumus yang digunakan sebagai berikut: Kepemilikan Manajerial =
∑ Saham yang di miliki manajemen X 100% ∑ Saham yang beredar
1.3.2.4 Struktur Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan institusional merupakan persentase jumlah kepemilikan pihak institusional pada perusahaan dari seluruh jumlah saham yang beredar di BEI. Berbeda dengan kepemilikan manajemen, apabila kepemilikan institusional tinggi, perusahaan akan cenderung menerapkan prinsip yang kurang konservatif karena pihak institusional menginginkan laba yang tinggi agar return yang akan mereka terima juga tinggi. Dengan penerapan akuntansi yang optimis, perusahaan akan dapat menarik investor institusional agar mau menanamkan modal. Budiono (2005) menyatakan kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Pengukuran ini juga menggunakan variabel dummy, yaitu akan bernilai (1) apabila kepemilikan institusional lebih besar dari rata-rata kepemilikan institusional dan (0) untuk sebakiknya.
Struktur Kepemilikan Institusional = Jumlah saham yang dimiliki institusional 100% Jumlah saham yang beredar
1.4
Metode Analisis Data
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai alat uji statistik dan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan selengkapnya, dapat dilihat pada bagian di bawah ini. 1.4.1
Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2005) statistik deskriptif merupakan metode-metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata- rata, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, range, kurtosis, dan skewness. Deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi mengenai variabel dependen yaitu konservatisme akuntansi dan variable independen yaitu rasio leverage, ukuran perusahaan, intensitas modal, kepemilikan manajerial, kepemilikan publik, kepemilikan institusional dan kesempatan tumbuh pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk tahun 2010, 2011 dan 2012. Dengan statistik deskriptif, kumpulan data yang diperoleh akan tersaji dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Informasi yang dapat diperoleh dari statistik deskriptif ini antara lain ukuran pemusatan data, ukuran penyebaran data, serta kecenderungan suatu gugus data.
1.4.2
Uji Asumsi Klasik
Pengujian hipotesis yang menggunakan model regresi berganda harus dapat memenuhi uji asumsi klasik. Hal ini bertujuan untuk menghindari estimasi yang bias karena tidak semua data dapat menerapkan model regresi 1.4.2.1 Uji Normalitas Menurut Ghozali (2011) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu memiliki distribusi normal. Seperti yang diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual/pengganggu mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik manjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan uji statistik. 1) Analisis Grafik 2) Analisis Statistik
1.4.2.2 Uji Multikolonearitas Menurut Ghozali (2011) uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorekasi, maka variable ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolonearitas dalam model regresi dapat dilihat dari (1) nilai
tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Cara untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥10.
1.4.2.3 Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2011) tujuan dari auto korelasi adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi liner ada korelasi antara keslahan penggangu periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka ada problem auto korelasi. Auto korelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan den*gan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang atau data cenderung mempengaruhi “gangguan“ pada seseorang atau data tahun berikutnya. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan cara uji Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variable independen. Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 : tidak ada autokorelasi ( r = 0 ) dan HA : ada autokorelasi ( r ≠ 0 ). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 1.2 Pengambilan keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No decision
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada korelasi, positif ataupun negatif
Tidak ditolak
du < d < 4 – du
1.4.2.4 Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2011), uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaam variance dari residual satu pegamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pangamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Kebanyakan data
crossection mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar). Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah dengan uji glejser. Uji glejser dapat dilakukan dengan membuat hipotesis: H0 : variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain sama (terjadi homoskedastisitas). Ha : variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda (terjadi heteroskedastisitas). Pengambilan keputusan: H0 ditolak : apabila (sig)-t < 0,05
Ha diterima : apabila (sig)-t > 0,05
1.4.3
Pengujian Hipotesis
1.4.3.1 Uji Goodness of Fit 3.3.31.1 Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variansi variabel dependen. Nilai kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat tervatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti menunjukan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang di butuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2011).
3.3.3.1.2 Uji Statistik F atau ANOVA Menurut Ghozali (2005) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hipotesis nol yang
hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau: H0 : b1 = b2 = …..= bk = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) adalah tidak semua parameter secara simultan sama dengan dengan nol. HA : b1 ≠ b2 ≠ …..≠ bk ≠ 0 Artinya, apakah semua variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1) Quick look: apabila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain, hipotesis alternatif (HA) diterima, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2) Membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka hipotesis (H1) ditolak dan menerima HA.
1.4.3.2 Uji Hipotesis Uji statik t digunakan ntuk menunjukan seberapa jauh variabel penjelas atau independen secara individual menerangkan variansi variabel dependen (Ghozali, 2011). Pengujian ini dilakukan untuk pengujian variabel independen secara parsial dengan tingkat probabilitas 5% maka hipotesis diterima. Pda uji t dapat di lihat dari nilai koefisien atau beta yang menunjukan seberapa besar masingmasing variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen, serta pengaruh positif atau negatif berdasarkan tanda positif atau negtif pada koefisien.
1.5 Model Penelitian Dalam penelitian ini, alat analisis yang akan digunakan adalah analisis regresi berganda. Menurut Ghozali (2011) analisis regresi digunakan untuk memprediksi dan/atau mengestimasi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan variabel independen yang diketahui. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variable atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun bentuk umum persamaan regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: CONACCi = α0 + α1 LEVi + α2 SIZEi + α3 MANJi + α4 INSTITUSIONALi + εi Keterangan: CONACCi
: Konservatisme akutansi diukur dengan akrual model Zhang (2007) pada perusahaan i
LEVi
: Rasio leverage pada perusahaan i
SIZE
: Ukuran perusahaan pada perusahaan i
MANAJi
: Kepemilikan manajerial perusahaan i
INSTITUSIONALi
: Kepemilikan publik pada perusahaan i
e
: residual error
α0
: Konstanta
α1 α2 α3 α4
: Koefisien regresi
1.6 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini di lakukan dengan regresi linier berganda pada tingkat keyakinan 95% dan kesalahan dalam analisis 5%. Uji ini di lakukan untuk mengukur kekuatan hubungan serta arah hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Diterima atau tidaknya suatu hipotesis dilakukan dengan membandingkan besarnya nilai probabilitas (p-valiue) masing masing variabel independen dengan tingkat signifikansi 5%. Berikut adalah hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini:
Model
Uji Hipotesis Coefficientsa Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B Std. Beta Toleran VIF Error ce ,887 ,311 2,853 ,006 ,193 ,066 ,336 2,914 ,005 ,865 1,156 -,043 ,010 -,483 -4,152 ,000 ,849 1,178 ,001 ,001 ,176 1,475 ,146 ,804 1,243
(Constant) leverage size 1 institusion al managerial -,005 ,038 a. Dependent Variable: konservatisme
-,016
-,138
,891
,875
1.6.2 Pembahasan Pada tabel diatas, dapat kita lihat nilai t hitung sebesar 2,914 dengan signifikansi sebesar 0,005 < 0,05. Dengan demikian angka tersebut menunjukan bahwa adanya pengaruh positif antara hubungan leverage dengan penerapan konservatisme akuntansi di dalam sebuah perusahaan. Ini semakin tinggi tingkat hutang maka perusahaan cenderung untuk menerapkan konservatisme pada perusahaannya, perusahaan tersebut akan cenderung semakin konservatif.
1,143
1.7 Simpulan Hasil penelitian ini telah menunjukan ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam penerapan prinsip konservatisme akuntansi. Dari empat variabel yang diteliti (rasio leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen), terbukti bahwa rasio leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukan bahwa rasio leverage, yang tinggi mendorong perusahaan menggunakan prinsip konservatisme akuntansi pada laporan keuangan. Sedangkan faktor-faktor lain yaitu ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap konservatisme di perusahaan. 1.7.1 Keterbatasan penelitian Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kelemahan dari penelitian ini adalah hanya menggunakan perusahaan manufaktur dan manning sebagai sampling. 2. Terbatasnya perusahaan yang dapat disajikan sebagai sampel karena masih sedikitaya perusahaan di indonesia yang memiliki kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham institusional secara bersamaan. 1.7.2 Saran Setelah mengkaji hasil penelitian ini maka saran yang dapat penulis ajukan untuk penelitian selanjutnya adalah menambah periode penelitian agar dapat terlihat kecenderungan dalam jangka panjang dan dapat memperbanyak observasi. Kedua, penggunaan pengukuran konservatisme akuntansi dengan metode yang lain cukup
diperlukan untuk perbandingan. Ketiga, diharapkan penelitian selanjutnya memperluas penelitian dengan menambah variabel independen dari penelitian sebelumnya, karena masih banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konservatisme akuntansi. Dan yang terakhir adalah memperluas pemilihan sampel penelitian dengan meneliti selain dari perusahaan manufaktur dan minning.