PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHETR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIIIE di SMP Negeri 2 Kadungora Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011/2012)
MAKALAH Oleh Linda Setiasih 1021.0209
PROGRAM STUDI PENDIDIKANBAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
PENGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHETR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIIIE di SMP Negeri 2 Kadungora Garut Tahun Pelajaran 2011/2012) Linda Setiasih 1021.0209 Program Studi Pendidikanbahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Skripsi ini berangkat dari rumusan masalah 1) bagaimana perencanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together? 2) bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together? 3) bagaimana hasil kemampuaan siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together''. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perencanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together, mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dalam pembelajaran berbicara, dan mendeskripsikan bagaimana hasil kemampuaan berbicara siswa setelah mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Penelitiaan ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kadungora Garut dengan sampel penelitiaan siswa kelas VIII E yang berjumlah 43 orang siswa yang terdiri atas 18 orang sisiwa laki-laki dan 25 orang siswa perempuaan. Penelitiaan ini tnengunakan penelitiaan tindakan kelas ini (Classroom Action Research) dengan alasan bahwa penelitiaan ini membahas masalah praktik pembelajaran di kelas, menyangkut perbaikan. peningkatan. serta pengelolaan kelas secara terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Numbered Head together dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal ini dapat dilihat dengan hasil selama 2 siklus. Pada siklus 1 siswa yang sebanyak 46,51% yang termasuk ke dalam kategori "cukup", pada siklus 2 meningkat menjadi 80,04 % termasuk ke dalam kategori "sangat baik". Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif/ Keterampilan Berbicara Siswa PENDAHULUAN Bahasa dapat meningakatkan potensi diri manusia dalam berekspresi, menyampaikan pendapat, pesan, ide, gagasan, dan menuangkan hasil karyanya baik lisan maupun tulisan. Oleh karena itu, bahasa menduduki fungsi yang utama yaitu sebagai alat komunikasi. Terdapat rapat keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, keterampilan menulis. Keempat keterampilan ini merupakan catur tunggal yang saling berkaitan dan akan saling mengisi, sesuai dengan pendapat Tarigan H.G (1994:2) sebagai berikut “setiap keterampilan berhahasa itu erat sekali berhubungan dengan ketiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Keempat keterampilan itu pada dasarnya merupakan scttn kesaftian, merupakan catur tunggal. Dalam berkomunikasi lisan, keterampilan berbicara sangat diperlukan, agar tujuan komunikasi tersebut dapat tersampaikan dengan baik. Akan tetapi
apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara dengan baik, biasanya kegitan komunikasi tersebut akan mengalami hambatan atau gangguan. Dalam kemampuan komunikasi melibatkan dua keterampilan berbahasa, yaitu berbicara dan menyimak. Kedua keterampilan tersebut merupakan keterampilan yang digunakan oleh masyarakat tradisional maupun masyarakat modern untuk pengajaran bahasa. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuaan berbicara atau berujar mulai dipelajaran. Berbicara sangat berhubungan erat dengan perkembangan kosakata oleh anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kegiatan berkomunikasi dapat mencakup kegiatan bertanya, bercerita, bertelepon, berdiskusi, dan berwawancara. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat perlu untuk dipelajan dengan baik, agar tujuan komunikasi tercapai dengan baik. Seperti kita ketahui
kegiatan-kegiatan tersebut merupakan serangkaian kegiatan yang sering kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari, tetapi pada kenyataanya dalam kegiatan tersebut masing terdapat kekurangan dan kesalahan. Cara guru mengajar akan mempengaruhi siswa dalam belajar, Variasi mengajar berhubungan dengan teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran merupakan hal penting untuk mengemas materi pembelajaran menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih menank, Teknik pembelajaran berhubungan dengan media. Media pembelajaran sangat penting untuk menunjang teknik pembelajaran yang digunakan dalam KBM. Selain itu, kemampuan guru dan teknik pembelajaran sangat mempengaruhi kondisi dan situasi kelas. Faktor-faktor di atas dapat dianggap sebagai penyebab kemampuan berbicara siswa itu meningkat atau tidak atau bahkan semakin menurun, Seperti hasil observasi peneliti yang dilakukan di SMPN 2 Kadungora Garut, di kelas VIII E. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian model pembelajaran Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi belajar dengan metode ini siswa dapat belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang bertujuan untuk memotivasi siswa berani mengungkapkan pendapatnya, menghargai pendapat temannya, untuk mencapai kesepakatan. Pengertian Numbered Head Together Numbered Head Together merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide atau pendapat dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Secara tidak langsung metode ini dapat meningkatkan semangat kerjasama. Pada mulanya guru membagi siswa menjadi kelompok kecil, kemudian guru membagikan nomor urutan yang di tulis pada karton pada masing-masing siswa, guru memberikan topik untuk di diskusikan, setiap siswa diharuskan untuk berpendapat dan pada akhimya setiap kelompok menarik satu kesimpulan dari pendapat anggota kelompok dan mendapatkan pendapat hasil diskusi,Keterampilan berbicara merupakan suatu proses, cara, atau kegiatan belajar dalam keterampilan berbahasa yang menuntut siswa dapat mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapat secara lisan dalam kegiatan berdiskusi. Pengertiaan Berbicara Berbicara adalah kemampuaan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sebagai perluasan dari batasan ini dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan satu sistem tanda-tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah
otot serta jaringan tubuh manusia dengan tujuan menyampikan gagasan atau ide yang dikombinasikan. (Tahgan.1981 :I6). Powers dalam Tarigan (I98J: 8-9) mengatakan bahwa berbicara sebagai suatu cara berkonumikasi sangat mempengarulii keliidupankehidupan individual kita. Dalam sistem inilah kita saling bertukar pendapat. gagasan. perasaan. dan keinginan, dengan bantuan lambang-lambang yang disebut kata-kata. Sistem ini inilah yang memberi keefektifan bagi individu dalam membangun hubungan mental dan emosional dengan anggota lainnya. Mukhsin Ahmadi (1990:18) mengatakan bahwa keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak. kebutuhan. perasaan, serta keinginan kepada orang lain. Menurut Larry King (2008: 3) mengatakan bahwa berbicara merupakan sebuah bentuk esensial dari komunikasi manusia. Inilah salah satu karakter yang membedakan jita sebagai spesies dengan fakta yang membuktikan rata-rata orang mengeluarkan 18.000 kata per hari. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara tidak hanya sekedar mengucapkan bunyi melalui kata-kata malainkan juga bagaimana cara mengekspresikan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada pendengar. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama. saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (20011. yaitu; (1) Student Teams Achievement Division (STAD), (2) Group Investigation. (3) Jigsaw, dan (4) Structural
Approach, sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah; (1) cooperative Integrated Reading and composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SDK dan Team Accelerated Instruction (TAl) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK). Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah; (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok. (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat. (7) keputusan tergantung pada siswa sendiri, (8) siswa aktif (Stahl, 1994). Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapatnya secara berkelompok. Menurut Slavin (1995) mengemukakan tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning yaitu penghargaan kelompok. pertangungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Metode Penelitian Peneliti melaksanakan penelitiaan ini di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kadungora. Penelitiaan ini memfokuskan pada keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together. Pemilihan SMPN 2 Kadungora berdasarkan pertimbangan berikut: SMPN 2 Kadungora merupakan tempat penulis melakukan kegiatan PLP, dan selama PLP berlangsung, penulis menghadapi kesulitan dalam pembelajaran berbicara terutama dalam mengungkapkan pendapat sehingga memerlukan pemecahan. Subjek dari penelitiaan ini adalah siswa kelas VIII E SMPN 2 Kadungora Garut semester satu tahun Pelajaran 2011/2012. Kelas Vlll E ini berjumlah 43 orang siswa yang terdiri atas 18 orang siswa laki-laki dan 25 orang siswa perempuaan. Siswa Vlll E sangat senang berbicara, tetapi isi pembicaraanya tidak terarah dan tidak bermakna, ketika dalam proses KBM siswa lebih banyak diam dan yang aktif di kelas hanya itu-itu saja, ketika siswa diminta mengemukakan pendapat secara lisan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ternyata sangat sulit. Alasan siswa secara umum karena merasa malu dan takut salah untuk mengemukakan pendapatnya. Oleh sebab itu, keterampilan berbicara
siswa kelas VIII E harus ditingkatkan sehingga harus diberi tindakan. Tindakan berupa memberikan model pembelajaran Numbered Head Together. Teknik Penelitiaan Penelitiaan ini menitikberatkan pada meningkatnya keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model Numbered Head Together yang terdiri dari beberapa langkah-langkah sebagai berikut. 1) Penomoran Siswa dikelompokan dalam kelompok-kelompok kecil. Agar mengoptimalkan belajar kelompok, anggota tiap kelompok harus seimbang berdasarkan kemampuaan (heterogen). Setiap kelompok beranggotakan tiga sampai lima orang. kemudiaan guru memberikan nomor kepada kelompok dan masing-masing anggota kelompok sebagai identttas din. 2) Mengajukan pertanyaan Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk mempelajah materi tertentu. Tugas dapat berapa membaca. membahas suatu permasalahan, alau mengerjakan lembar kerja siswa 3) Berpikir bersama Siswa melakukan diskusi membahas atau mengerjakan tugas kelompok. Setiap kelompok harus memutuskan jawaban yang dinggap paling tepat dan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya. Dalam kegiatan ini, guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri dan bekerjasama dalam kelompok. 4) Menjawab Setelah setiap kelompok melakukan diskusi dan mendapalkan jawaban yang paling tepat. Guru akan memanggil secara random nomor kelompok serta nomor siswa, yang nomornya terpanggil harus melaporkan hasil diskusi kelompok. Pada kegiatan ini siswa tidak diperbolehkan berdiskusi dengan anggota kelompoknya, hal ini bertujuan agar siswa termotivasi untuk herpartisipasi kctika diskusi kelompok, sehingga siswa dapat mengetahui jawaban dan menjawab ketika nomomya dipanggil.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagiaan ini akan diuraikan pembelajaran berbicara dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together yang berisi data proses pelaksanaan penelitiaan dan data hasil kemampuaan berbicara siswa, diperoleh berdasarkan
hasil pengamatan dan pencatatan pembelajaran di kelas. Data terdiri atas beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan. dan tahapan refleksi berdasarkan hasil observasi selama penelitiaan. Paparan data dalam penelitiaan ini merupakan hasil dan pengamatan selama pelaksanaan tindakan yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap refleksi sebagai perbaikan untuk tahapan siklus berikutnya Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru, pada pembelajaran ini termasuk dalam kategori "baik". Hal ini dapal dilihat dari jumlah nilai baik sebanyak 17 nilai dengan presentase 70,8%, nilai cukup sebanyak 7 nilai dengan presentase 29,2 %, sedangkan nilai sangat baik dan nilai kurang mendapat nilai 0. Untuk penemuaan berikulnya guru haras aktif dalam memoiivasi siswa untuk berbicara. penjelasan model pembelajaran lebih diperjelas. pengkondisiaan siswa lebih diperhatikan lagi. Berdasarkan hasil pengolahan data aktivitas siswa diperoleh rata-rata pada tiap kategori penilaiaan yaitu perhatiaan siswa terhadap penjelasan guru sebanyak 30 siswa dengan presentase 69.76 % termasuk kategori "baik", keseriusan siswa membaca artikel yang diberikan oleh guru sebanyak 20 siswa dengan presentasi 46.51% termasuk kategori "cukup", keaktifan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok sebanyak 24 siswa dengan presentasi 55.81 % termasuk kategori "cukup" , perumusan kesepakatan pendapat secara berkelompok sebanyak 23 siswa dengan presentasi 53.48% termasuk kategori "'cukup’ , performansi siswa yang nomor dirinya dipanggil untuk mengemukakan pendapat sebanyak 20 siswa dengan presentasi 46.51% termasuk kategori "cukup". dan tanggapan siswa lain untuk pendapat yang dikemukakan sebanyak 15 siswa dengan presentasi 34,81% termasuk kategori "cukup" Jumlah rata-rata skor yang di amati dari ke enam aspek yaitu 51,14% termasuk kategori "cukup" karena berada pada rentang 40%-59,99%. Analisis Penilaiaan Model Numbered Head Together Penilaiaan model pembelajaran Numbered Head Together meliputi kejelasan (intonasi) dalam mengemukakan pendapat, kaitan pendapat/gagasan dengan tema, menguasai masalah yang didiskusikan, ketepatan menyimpulkan hasil diskusi. dan keberaniaan mengungkapkan pendapat. . Simpulan Berdasarkan permasalahan yang telah penulis paparkan dalam amiusan masalah penelitiaan, kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan penelitiaan dan pengolahan data ini akan penulis
paparkan sebagai berikut. 1) Perencanaan Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kemampuaan berbicara siswa. Rencana pembelajaran di susun berdasarkan kurikulum yang diterapkan di SMP Negeri 2 Kadungora Garut. Sebelum melakukan penelitiaan, peneliti terlebih dahulu mencari sumber masalah pembelajaran berbicara, melakukan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 2 Kadungora Garut, dan melihat langsung ke dalam kelas sehingga dapat nienyimpulkan kendala apa yang di alami siswa serta mencari altenativ model pembelajaran untuk mengatasinya. Atas dasar ini. peneliti langsung membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dan mengujicobakan selama proses penelitiaan. Selama itu pula dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan reflesi dan masukan dan observer sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. 2) Pelaksanaan Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Pelaksanaan model pembelajaran Numbered Head Together dilakukan berdasarkan pada rencana awal yang disusun peneliti untuk setiap siklusnya. Ada beberapa hal yang hams diperhatikan dalam model pembelajaran ini yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengkondisian kelas. Dalam model pembelajaran Numbered Head Together, siswa dapat meningkatkan kemampuaan berbicara dalam pembelajaran mengungkapkan pendapat dalam kegiatan diskusi Maka, secara jelas kemapuaan berbicara siswa meningkat dalam setiap pelaksanaan siklus tindakan dengan adanya model pembelajaran Numbered Head together.Pelaksanaan model pembelajaran Numbered Head Together terdiri atas 4 tahapan yaitu: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama (diskusi masalah). dan menjawab dengan memanggil nomordiri siswa. 3) Berdasarkan hasil pembelajaran siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together diperoleh nilai siswa pada siklus 1 adalah 46,51 % atau "cukup" dari pada siklusi 2 yaitu 81,23% atau “baik”Berdasarkan perolehan nilai tersebut terlihat jelas bahwa pengunaan model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan berbicara siswa.
DAFTARPUSTAKA Arsad, Mukri U.S. (1991 (. Pemahaman Kemampuan Berbicara bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Depdikbud.(l994). Kamus Besar Bahasa Wonesto.Jakarta: Oramedia. Gilbert. (2008). Speaking Road To Success. Yogyakarta: Quills book Publisher. Isjoni. 2007. Cooperative Learning (Efektififas Pembelajaran Kelompok). Bandung: ALFABETA. Lie. Anita.(2007). Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PI. Gramedia. Nasurion, S. (2008). Metode Research Penelitiaan Ilmiah.Jakarta; PT. Bumi Aksara. Rosnyah ( 2008). Strategi Belajar MengajarJakarta: RinekaCipta. Suharismi. (2006). Penelitiaan Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Tarigan, Heni Guntur, (1981). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Widya, Yrama. (2001). Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Bandung.