Penggunaan Media Puzzle Piramida Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Desi Widiyanti (07140005) Mahasiswa Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Penelitian ini berlatar belakang masalah, siswa kurang memperhatikan guru ketika proses belajar mengajar berlangsung, siswa beranggapan bahwa mata pelajaran IPS menjenuhkan dan membosankan, selama KBM berlangsung media atau alat peraga kurang menarik, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan motivasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara emperik membuktikan adanya peningkatan prestasi belajar IPS dengan menggunakan media puzzle piramida. Pada siklus I ini dari 27 siswa hanya 11 siswa yang mendapat nilai tuntas, walau sudah ada kemajuan peneliti tetap masih mengalami kegagalan, yang disebabkan oleh 1) Penyampaian materi belum tuntas, 2) Tidak menggunakan media secara maksimal 3) Siswa belum jelas dengan konsep serta materi yang diberikan. Setelah diadakan perbaikan siklus II, siswa yang memperolah nilai ketuntasan belajar dari 27 siswa ada 27 siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar dan dikatakan telah tuntas. Dari perolehan hasil tes formatif siklus II rata-rata nilai 81.22 dengan prosentase 100 % dengan demikian hasil tes formatif siklus II. Dari hasil yang telah dicapai pada siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan media puzzle piramide dapat meningkatkan prestasi belajar siswa., juga meningkatkan motivasi belajar siswa karena dengan media puzzle siswa dapat belajar sambil bermain, bereksplorasi dan bersosialisasi, juga pembelajaran berlangsung lebih menarik, menyenangkan dan tidak menjemukan. Kata Kunci : Media, Puzzle, Piramida, Prestasi, Belajar, IPS
PENDAHULUAN Pendidikan sebagai suatu proses mempunyai dua sisi yang saling berkaitan. Pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tapi lebih kepada transfer normatif (transfer of values). Jadi tujuan akhir pendidikan adalah menciptakan manusia seutuhnya yang memiliki ilmu pengetahuan dan nilai-nilai iman taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dalam Kurikulum 2006 menitik beratkan pada pencapaian kompetensi dasar yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa. Kompetensi tersebut dapat diukur dan diamati berdasarkan indikator pembelajaran. Indikator pembelajaran akan dicapai dan dikuasai melalui pengalaman pembelajaran. Tuntutan kurikulum 2006 lebih menekankan pada aktivitas siswa yang kongkrit dalam proses belajar. Peran guru hanya sebagai fasilitas dalam proses pembelajaran.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 1
IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tatanegara dan sejarah (kurikulum,1994) yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari – hari, tetapi kenyataan dilapangan berbeda dengan yang diharapkan, IPS dalam kehidupan, baik kalangan siswa maupun orang tua dianggap sesuatu yang tidak membanggakan, contoh lain : IPS hanya sebagai hapalan belaka sehingga bosan, tidak dapat menggunakan alat –alat kongkrit (fasif), tidak menjamin, sehingga yang masuk IPS dianggap orang – orang yang gagal, padahal tidak demikian eksistensi IPS dalam membentuk kepribadian dan mengasah kecerdasan siswa. Seorang guru SD yang kreatif dapat dilihat pada saat mengajar pelajaran IPS. Tidak selamanya materi IPS dapat diceritakan dan dihafalkan, melainkan harus menggunakan nalar dan intelegensi yang tinggi seperti belajar tentang geologi, geomorfologi, kosmografi. Tanpa berfikir yang rasional dan nalar yang tinggi sangat sulit mengerti tentang bahan kajian tersebut. Tidak hanya pelajaran eksak yang menjad tolak ukur kecerdasan siswa pelajaran IPS pun dapat dijadikan tolak ukur, karena siswa yang cerdaslah yang dapat menelaah, menganalisa, dan mengambil suatu kesimpulan terhadap suatu peristiwa sosial yang terjadi di masyarakat. IPS menjadi salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum 2006 yang dimulai dari SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk SD dan MI mata pelajaran Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga Negara Indonesia dan warga dunia yang efektif. Menjadi warga negara Indonesia dan warga dunia yang efektif merupakan tantangan berat karena masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Untuk itulah, IPS dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus. Disinilah peran guru sangat penting. Selain sebagai pengajar, juga sebagai pembimbing dan pendidik. Namun kenyataannya peran itu sering dilupakan. Pendidikan dan pengajaran dilakukan hanya sekedar pemberian informasi. Hal itulah yang membuat siswa merasa bosan, sehingga pembelajaran tidak menarik minat siswa, dan akhirnya berdampak pada rendahnya prestasi belajar. Dalam proses belajar mengajar, penggunaan media sangat membantu suksesnya pembelajaran. Melalui media siswa dapat menggunakan indera yang dimilikinya. Semakin banyak alat indera yang digunakan oleh siswa maka sesuatu yang dipelajari akan makin mudah diterima dan diingat. Kenyataannya persolan ini belum mendapat perhatian oleh para guru. Materi pelajaran IPS di sekolah dasar sangat luas. Apabila pembelajaran di kelas masih menggunakan cara-cara yang konvensional, maka sudah pasti proses pembelajaran hanyalah pemberian informasi-informasi tanpa adanya interaksi antara guru dan siswa. Hal ini jelas bukan merupakan pembelajaran yang ideal karena tujuan pembelajaran adalah membuat tahu dan paham bukanlah hafal. Berkaitan dengan itu, prestasi belajar siswa menjadi rendah karena siswa tidak terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa dianggap objek benda mati.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 2
Target yang harus dicapai siswa SD Negeri Getasblawong Kelas V tahun pelajaran 2010/2011 dalam mata pelajaran IPS setiap aspeknya adalah perolehan nilai antara 75 – 100. Target tersebut belum tercapai sebab dari 27 siswa, 25 siswa belum memenuhi nilai yang ditetapkan sebagai indikator keberhasilannya dan selebihnya 2 siswa sudah memenuhi kriteria namun masih dalam batas minimal. Ketidakberhasilan siswa Kelas V SD Negeri Getasblawong dalam mata pelajaran IPS khususnya aspek penguasaan konsep perlu segera diatasi. Tindakan yang akan ditempuh peneliti untuk memperbaiki ketidakberhasilan tersebut adalah membangkitkan motivasi belajar siswa dengan bermain dan berlomba melalui media. Hal ini mendapat prioritas karena mengingat masa-masa usia ini masih sangat senang dengan permainan. Model permainan dan perlombaan yang dipilih peneliti sebagai upaya perbaikan prestasi belajar IPS aspek penguasaan konsep didasarkan pada asumsi bahwa siswa yang sudah merasa senang terhadap proses pembelajaran akan mampu menguasai materi pembelajaran dengan mudah dan tepat. Model permainan dalam skripsi ini dinamakan puzzle piramida, yang berfungsi ganda sebagai media pembelajaran. Harapan yang ingin dicapai pada akhir pembelajaran ini adalah semua siswa Kelas V SD Negeri Getasblawong mampu mencapai indikator keberhasilan pembelajaran IPS yang telah ditetapkan yaitu mencapai target antara 75 – 100. Berdasarkan fakta di atas, peneliti mengidentifikasi masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran IPS
adalah siswa kurang memperhatikan guru ketika proses belajar mengajar
berlangsung, siswa beranggapan bahwa mata pelajaran IPS menjenuhkan dan membosankan, dalam mengajar guru tidak menggunakan media atau alat peraga yang menarik.
TINJAUAN PUSTAKA Media Puzzle Piramida Sebagaimana mainan balok, mainan puzzle juga merupakan mainan edukasi tertua. Puzzle memiliki jenis yang tak kalah banyak dari jenis mainan lainnya. Bahannya pun beraneka macam, karton, kayu, logam, kain, sponge ataupun kain. Puzzle dapat berupa jigsaw atau bentuk 3 dimensi, menganut asas potongan homogen ataupun acak, bisa berupa kepingan besar atau kecil atau gabungan keduanya, dapat berupa gambar yang dipecah atau komponen yang harus digabungkan, serta- dapat pula berupa yang disusun pada landasan/bingkai tertentu atau harus dirakit menjadi bentuk tertentu. Alat peraga ini merupakan media buatan guru (peneliti) untuk memudahkan pemahaman konsep bagi siswa. Adapun nama “Puzzle Piramida” mengadopsi dari permainan-permainan yang banyak berkembang di kalangan anak-anak. Kata “Puzzle” bagi anak-anak sudah tidak asing lagi, bahkan hanya mendengar kata “Puzzle”, mereka dapat menjelaskannya. Pada penelitian ini media yang digunakan adalah puzzle piramida, yang merupakan media/peraga buatan guru dengan pertimbangan bahwa alat tersebut mudah dibuat, murah, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan mudah di bawa ke dalam kelas sebagai alat pembelajaran.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 3
Pengertian IPS IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Sifat IPS sama dengan studi sosial yang praktis, interdisipliner dan diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar pengantar bagi mempelajari IPS / Studi Sosial ataupun ilmu Sosial di Perguruan Tinggi. Bahkan dalam kerangka kerjanya dapat saling melengkapi. Hasil penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh ilmu sosial, dan sebaliknya hasil kajian ilmu sosial, dapat dimanfaatkan oleh IPS.
METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri Getasblawong, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa Kelas V Semester II SD Negeri Getasblawong Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal sejumlah 27 siswa dengan distribusi siswa laki-laki 15 siswa dan siswa perempuan ada 12 siswa. Data dan Sumber Data Penelitian ini melalui analisis data baik data yang bersifat kuantitatif maupun data yang bersifat kualitatif. Penelitian ini menggunakan trianggulasi data. Data-data diperoleh dari siswa, teman sejawat, maupun kepala sekolah sebagai observer. Dengan sumber data dalam penelitian ini berasal dari a. Siswa
: hasil pretes, hasil postes dan hasil wawancara
b. Guru
: hasil observasi/pengamatan
c. Supervisor : hasil observasi/ pengamatan Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan Tes dan Nontes. Teknik tes dilaksanakan dengan menggunakan soal. Teknik Nontes dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara maupun dokumen.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persiapan Penelitian Persiapan yang diperlukan sebelum melaksanakan penelitian berupa pengumpulan data di SD Negeri Getasblawong Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Penulisan Membuat dan mengkaji literatur yang relevan dengan masalah yang akan dijadikan judul skripsi. Setelah judul di setujui kemudian dilanjutkan dengan menulis proposal. Kemudian Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 4
proposal skripsi diajukan kepada dosen pembimbing, setelah proposal disetujui kemudian diajukan kepada Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Sosal IKIP Veteran Semarang untuk disahkan untuk kemudian melaksanakan penelitian. 2. Penentuan Populasi Populasi yang diambil peneliti adalah siswa kelas V SD Negeri Getasblawong Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal yang berjumlah 27 siswa. 3. Penyusunan Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk non standart artinya peneliti membuat dan merancang sendiri berdasarkan kajian literatur yang sesuai dengan penelitian tindakan kelas. 4. Persiapan Perijinan Surat ijin penelitian yang dikeluarkan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan Sosal IKIP Veteran Semarang selanjutnya peneliti serahkan kepada Kepala Sekolah
SD Negeri Getasblawong
Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian di SD Negeri Getasblawong Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan diskusi dengan teman sejawat dengan dibantu oleh supervisor, dari hasil analisa pelaksanaan perbaikan pembelajaran sebelum perbaikan siklus I mata pelajaran IPS tentang tokohtokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan KKM 66 telah diperoleh hasil tes formatif sebagai berikut : Sebelum penelitian dimulai, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada kelas V selama proses pembelajaran selama kegiatan pra siklus. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, peneliti mengadakan diskusi secara khusus dengan teman sejawat dibantu oleh supervisor. Kemudian peneliti melakukan kegiatan diawali pra siklus, siklus I dan siklus II. Dari hasil penelitian awal hasil tes formatif pra siklus digunakan sebagai dasar untuk menentukan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Setelah mengadakan pembelajaran pada kegiatan pra siklus diperoleh hasil nilai sebagai berikut : 60
55
55
75
55
55
65
55
50
65
55
60
60
55
55
60
60
85
55
55
55
60
55
65
60
55
55
-
Dari data tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 5
Tabel 1. Perolehan hasil tes formatif pra siklus Interval
)
No
Kategori
x
1.
Amat Baik
90 – 100
95
0
0
0,00
2.
Baik
70 – 89
79,5
2
159
7,41
46.71=
3.
Cukup
60 – 69
64,5
10
645
37,04
kurang
4.
Kurang
59
29,5
15
442,5
55,56
27
1246,5
100
Jumlah
%
Ket.
Berdasarkan hasil tes formatif pra siklus mata pelajaran IPS tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut : Diagram 1. Perolehan hasil tes formatif pra siklus
15 10
Siswa
15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
2
<59
60-69
70-89
90-100
Dari diagram tersebut di atas dapat dilihat hasil tes formatif mata pelajaran IPS tentang tokohtokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kelas V semester II SD Getasblawong Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal. diketahui dari 27 siswa yang mendapat nilai 59 dengan kategori kurang sebanyak 15 siswa, sedagkan dengan kategori cukup dengan rentang nilai 60 – 69 sebanyak 10 siswa, dan kategori baik dengan rentang nilai 70 – 89 sebanyak 2 siswa. Deskripsi per Siklus Siklus I Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah peneliti akan menguraikan secara singkat tentang langkah – langkah perbaikan yang telah direncanakan dalam dua siklus. Di mana setiap siklus ada empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. a. Perencanaan Dalam membuat perencanaan sebagai acuan peneliti melakukan identifikasi masalah dan perumusan masalah bagaimana upaya guru meningkatkan prestasi belajar tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan penerapan bernagai metode dan pendekatan pembelajaran, namun demikian berdasarkan rumusan masalah tersebut, perencanaan yang peneliti susun dalam siklus I ini menekankan pada penggunaan media gambar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 6
Dalam perencanaan telah disusun lembar pengamatan bagi pengamat serta merancang tes formatif. Semua data perencanaan ini terlampir pada lampiran. b. Pelaksanaan Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 2 Mei 2011, jam 09.30-10.40 dengan mata pelajaran IPS tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Adapun perolehan hasil tes formatif pada siklus I sebagai berikut : 70
55
70
70
50
60
60
50
70
70
55
65
75
60
60
60
60
55
60
65
55
55
65
75
70
75
70
-
Dari analisa data prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh hasil sebagai berikut nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 75 dengan ketuntasan belajar 62.83 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus I yang menitikberatkan pada pengguanaan media pembelajaran ada kemajuan bila dibandingkan dengan sebelum perbaikan atau pra siklus dengan nilai ketuntasan belajar sebesar 46.17 %. Berikut ini peneliti sajikan hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus I dalam bentuk tabel. Tabel 2. Perolehan hasil tes formatif siklus I Interval
x
)
No
Kategori
%
1.
Amat Baik
90 – 100
95
0
0
0,00
2.
Baik
70 – 89
79,5
11
874,5
40,74
3.
Cukup
60 – 69
64,5
10
645
37,04
4.
Kurang
59
29,5
6
177
22,22
Ket.
62,83= cukup
Jumlah 27 1696,5 100 Berdasarkan paparan tabel perolehan hasil tes formatif siklus I dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut : Diagram 2. Perolehan hasil tes formatif siklus I
Siswa
15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
11
10
6
<59
60-69
70-89
90-100
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 7
Berdasarkan diagram tersebut di atas
dapat dikatakan bahwa hasil tes formatif mata
pelajaran IPS tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada akhir kegiatan perbaikan siklus I dari 27 siswa yang mendapat nilai ≤ 59 sebanyak 6 siswa dengan kategori kurang, yang mendapat nilai antara 60 – 69 dengan kategori cukup sebanyak 10 siswa, dan yang mendapat nilai antara 70-89 dengan kategori baik sebanyak 11 siswa, sedangkan kategori amat baik dengan rentang nilai antara 90 – 100 belum ada. . c. Refleksi Setelah melaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada mata pelajaran IPS tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Pada tanggal 2 Mei 2011 jam 09.30-10.40 diperoleh refleksi sebagai berikut : Kelebihannya : a. Media pembelajaran pembelajaran yang digunakan menumbuhkan semangat untuk belajar. b. Siswa lebih rajin untuk mengumpulkan hasil kerja berupa portofolio Kekurangannya : a. Bagi siswa yang malas kurang merespon pelajaran b. Waktu yang digunakan belum efektif Siklus II a. Perencanaan Berdasarkan kekurangan dari siklus I pada pembelajaran IPS tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan menekankan pada penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis portofolio kurang berhasil, maka pada perbaikan pembelajaran siklus II peneliti memperbaikinya dengan meningkatkan prestasi belajar tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui pendekatan pembelajaran berbasis portofolio dan penggunaan media puzzle piramida. Dalam membuat perencanaan peneliti diawali melakukan identifikasi masalah dan perumusan masalah bagaimana upaya guru meningkatkan prestasi belajar tentang nilai kejujuran dengan melalui penerapan pendekatan pembelajaran berbasis potofolio dan penggunaan media pembelajaran puzzle piramida siswa kelas V semester II SD Getasblawong. Peneliti juga menyiapkan alat pembelajaran dan media pembelajaran puzzle piramida yang akan digunakan yaitu tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dalam perencanaan telah disusun lembar pengamatan bagi pengamat serta merancang tes formatif. Semua data perencanaan ini terlampir pada lampiran. b. Pelaksanaan Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II, dilaksankan pada hari Senin, 16 Mei 2011. jam 09.30-10.40. Pada perbaikan pembelajaran siklus II mata pelajaran IPS tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia menekankan pada penggunaan dan permainan puzzle piramida diperoleh hasil sebagai berikut : Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 8
90
80
75
75
75
80
85
85
75
80
90
75
80
90
80
80
80
85
85
70
85
75
75
80
80
85
80
-
Dari hasil analisa perbaikan pembelajaran pada siklus II, kemudian dibuat tabel sebagai berikut : Tabel 3. Perolehan hasil tes formatif siklus II Interval
)
No
Kategori
x
%
1.
Amat Baik
90 – 100
95
3
285
11,11
2.
Baik
70 – 89
79,5
24
1908
88,89
3.
Cukup
60 – 69
64,5
0
0
0,00
4.
Kurang
59
29,5
0
0
0,00
Ket.
81.22= baik
Jumlah 27 2193 100 Berdasarkan hasil tes formatif mata pelajaran IPS tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut : Diagram 3. Perolehan hasil tes formatif siklus II
24
Siswa
24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
3
0
0
<59
60-69
70-89
90-100
Dari diagram di atas dapat dilihat hasil tes formatif mata pelajaran IPS tentang tokohtokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada akhir kegiatan perbaikan siklus II bahwa dari 27 siswa, yang mendapat nilai ≤ 59 sebanyak tidak ada, demikian pula siswa mendapat nilai antara 60 – 69 .sedangkan siswa yang mendapat nilai antara 70-89 dengan kategori baik sebanyak 24 siswa, dan kategori amat baik dengan rentang nilai antara 90 – 100 dengan kategori amat baik diraih 3 siswa..
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 9
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 27 siswa, 27 siswa mendapatkan nilai di atas 70 yang berarti terdapat peningkatan hasil belajar dengan ketuntasan 100 %.. c. Refleksi Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh hasil refleksi sebagai berikut : Kelebihan a. Guru telah melaksanakn kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran. b. Metode dan model pembelajaran dengan menggunakan simulasi mempermudah pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. c. Pembelajaran siklus II sudah berjalan dengan baik, karena tingkat ketuntasan belajar siswa sudah memenuhi kriteria keberhasilan d. Siswa menjadi rajin karena tertib menyimpan hasil pekerjaannya dalam portofolio. Kelemahan : a. Waktu yang tersedia tidak mencukupi b. Siswa yang malas tertinggal dalam menyerap pelajaran. Dari paparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa mata pelajaran IPS tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar dari sebelum perbaikan atau pra siklus siswa yang tuntas dengan nilai di atas 70 dari 27 siswa hanya 2 siswa dengan rata-rata 46.17 % dan kategori kurang, setelah diadakan perbaikan siklus I meningkat menjadi 11 siswa dengan rata-rata menjadi 62.83 dan kategori cukup %, dan pada perbaikan pembelajaran siklus II ini mengalami peningkatan yaitu dari 27 siswa semua siswa memperoleh nilai di atas 70 dengan rata-rata 81.22 atau sekitar 100 % yang berarti sudah tuntas. Berikut ini penulis sajikan gambaran hasil perbaikan pembelajaran pra siklus, siklus I, siklus II dalam bentuk tabel dan diagram hasil perolehan nilai yang dicapai siswa. Tabel 4. Rekapitulasi perolehan Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran IPS tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Pra Siklus, Siklus I, Siklus II No 1 2 3 4
Hasil Tes formatif 90 – 100 70 – 89 60 – 69 59 Jumlah Rata-rata Kelas Ketuntasan
Jumlah Siswa Pra Siklus 0 2 10 15 27 46.17 7.41%
Siklus I 0 11 10 0 27 62.83 40.74%
Ket Siklus II 3 24 0 0 27 81.22 100%
Amat Baik Baik Cukup Kurang
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 10
Dari data di atas apabila dibuat diagram tampak sebagai berikut : Diagram 4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran IPS Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
120 100 80 60 40 20 0
100 81.22 46.17
62.83 40.74
RataRata
7.41 Pra Sikllus
Siklus I Siklus II
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat diimplikasikan bahwa media puzzle dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar IPS khususnya pada materi Tokoh-tokoh Penting Dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Kelas V Semester II SD Negeri Getasblawong Kecamatan Pageruyung Kendal Tahun 2010/2011. Diperoleh sebagai berikut : 1. Pra Siklus Dari 27 siswa yang mendapat
nilai 59 dengan kategori kurang sebanyak 15 siswa,
sedagkan dengan kategori cukup dengan rentang nilai 60 – 69 sebanyak 10 siswa, dan kategori baik dengan rentang nilai 70 – 89 sebanyak 2 siswa. 2. Siklus 1 Dari perolehan hasil tes formatif siklus I rata-rata nilai 62.83 kategori cukup dengan ketuntasan 40.74 %. dari 27 siswa hanya 11 siswa yang mendapat nilai tuntas, walau sudah ada kemajuan peneliti tetap masih mengalami kegagalan, yang disebabkan oleh penyampaian materi belum tuntas, tidak menggunakan media secara maksimal, siswa belum jelas dengan konsep serta materi yang diberikan 3. Siklus 2 Pada Siklus 2 siswa yang memperolah nilai ketuntasan belajar dari 27 siswa ada 27 siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar dan dikatakan telah tuntas. Dari perolehan hasil tes formatif siklus II rata-rata nilai 81.22 dengan prosentase 100 %. Dengan demikian perbaikan pembelajaran pada siklus II ini dapat dikatakan telah berhasil dengan ketuntasan belajar 100%. Adapun keberhasilan pada siklus II ini dikarenakan penggunaan media puzzle piramida
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 11
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan media puzzle piramida pembelajaran lebih efektif, lebih praktis, media puzzle dapat memancing siswa untuk lebih kreatif, selain itu dengan teknik ini siswa lebih termotivasi dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa., juga meningkatkan motivasi belajar siswa karena dengan media puzzle siswa dapat belajar sambil bermain, bereksplorasi dan bersosialisasi, juga pembelajaran berlangsung lebih menarik, menyenangkan dan tidak menjemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. Armunanto, Dyah, Eliestina, Tata.2004. Pengaruh media terhadap prestasi belajar. Diambil pada tanggal 10 Desember 2005 dari : (http://www.republika.co,id/suplemen/cetak). BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2006 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pndidikan Nasional. BNSP.2008.KTSP Model Silabus Kelas IV. Depdiknas. Jakarta. Chaeruddin.2004. Media membantu mutu proses belajar. Buletin pusat perbukuan. Vol. 10. 20-22. Departemen Pendidikan Nasional. Dadan.R. 2009. My Activity. Jakarta.Mizan Dageng. N.S. 1993, Pengantar Media Pembelajaran. Jakarta : Gunung Agung Depdiknas. 2004. Model-Model Pengajaran dalam Pembelajaran Sains (Materi Pelatihan Terintegrasi Sains). Jakarta: Depdiknas. Hasan Zaeni, (2000). Strategi Pembelajaran Aktif edisi revisi. Yogyakarta. CTSR. IAIN Sunan Kalijogo. Kasbolah,1998. PTK. Jakarta Depdikbud. Kunandar, S.Pd., M.Si. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Latuheru, John D.1998. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar masa kini. Jakarta : Depdikbud Mukminan.1998. Belajar dan pembelajaran. Pusat Pengembangan Pendidikan Profesi Guru (P4G) : IKIP Yogyakarta. Mulyasa, E.2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung, Remaja Rosda Karya Poerwadarminta,WJS.1980.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Sardiman, A.M.2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Raja Grafindo Persada Sihombing, Umberto.2002. Kembang-kembang pendidikan. Jurnal pendidikan dan kebudayaan. No.038. diambil pada tanggal 10 Desember 2005 dari (http://www.depdiknas.go.id). Slameto.2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta. Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 12
Susilaningsih,Endang,dkk.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 5. Jakarta. BSE. Syamsiyah,Siti,dkk.2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 5.Jakarta. BSE. Sofyan, Herminarto.2005. Media Pembelajaran. Hand-out : PPs Universitas Negeri Yogyakarta Dharma Bhakti,2003. Undang - Undang Republik Indonesia, 2003 No. 20 tahun 2003 materi pokok Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta Wiraatmaja, Rochati.2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PPs Rosda.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Sejarah IKIP Veteran Semarang
| 13