Romi Ponco Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):289-298, April 2013
PENGGUNAAN LEVEL PAKAN FUNGSIONAL TERHADAP KADAR LEMAK DAN PROTEIN DAGING AYAM BROILER (THE USE OF FUNGCTIONAL FEED ON FAT AND PROTEIN OF BROILER CHICKEN MEAT) Romi Ponco Prasetyo, Singgih Sugeng Santosa dan Ning Iriyanti Fakultas Peternakan Universsitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penggunaan pakan fungsional dalam ransum yang berpengaruh terhadap kadar protein dan kadar lemak daging ayam broiler yang dipelihara sampai umur 35 hari. Percobaan dilakukan menggunakan metode eksferimental in vivo dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sebanyak 100 ekor ayam pedaging umur sehari(DOC) strain Multi Breeder 202 Platinum, dibagi dalam lima pelakuan ransum dan empat ulangan dimana setiap ulangan berisi lima ekor ayam broiler. Ransum perlakuan terdiri atas : R0 = pakan fungsional 0%, R1= pakan fungsional 5%, R2= pakan fungsional 10%, R3= pakan fungsional 15%, R4= pakan fungsional 20%. Peubah yang diamati adalah bobot kadar protein dan kadar lemak daging bagian dada. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan pakan fungsional berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap peningkatan kadar protein daging dan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap lemak daging. Rataan protein daging yaitu R0 = 20,465 ± 0,010, R1 = 19,978 ± 0,029, R2 = 21,620 ± 0,065, R3 = 21,495 ± 0,158, R4 = 21,230 ± 0,180. Berdasarkan uji orthogonal polynomial ditunjukan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dan memberikan bentuk respon kuadrater terhadap kadar protein daging dengan persamaan Y = 20,073357 – 0,2108714 X + 0,0949286 X2 dan koefisien determinasi (r2) 38,9358 %. Kesimpulan hasil penelitian menujukan penggunaan pakan fungsional pada ransum broiler sampai level 20% tidak mempengaruhi kadar lemak daging, sedangkan level optimal pakan fungsional 11,21 % menghasilkan protein daging sebesar 21,24%.
Kata kunci : Broiler, pakan fungsional, lemak daging dan protein daging ABSTRACT This study was aimed to evaluate the use of functional feed in the ration, it’s effects on protein and fat content’s of broiler meat. The chicken’s were maintained until the age of 35 days. The experiments were performed using in-vivo experimental methods with completely randomized design (CRD). One hundred day-old chicks (DOC) of broiler, Multi Breeder Platinum 202 strain, were divided into five dietary treatments and four replications with each replication contained five broiler chickens. The ration used consisted of: R0 = 0% functional feed, R1 = 5% functional feed, R2 = 10% functional feed, R3 = 15% functional feed, R4 = 20% functional feed. The variables observed were protein and fat content’s of the breast meat. The results showed that the use of functional feeding was highly significantly (P <0.01). Increased the levels of meat protein and the effect was not significant (P> 0.05) on fat meat. The means of protein meat were R0 = 20.47 ± 0.01, 19.98 ± R1 = 0.03, R2 = 21.62 ± 0.07, 21.42 ± R3 = 0.03 and R4 = 21.23 ± 0.18. Based on ortogonal polynomial test of there was a quadratic r relationalship (P<0.01) betewen treatment (y) and protein content in broiler meat with the equation Y = 20.073357 – 0.2108714 X + 0.0949286 X2 and the coefficient of determination (r2) = 38.9358 %. The results showed that the use of functional feed in broiler rations until a level of 20% did not affect the fat content of broiler meat, while the optimum level of fungctional feed was 11.21 % to produce protein content of 21.24 %.
Keywords: Broiler Chicken, functional feed, fat and protein of meat
289
Romi Ponco Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):289-298, April 2013
PENDAHULUAN Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging yang telah banyak di budidayakan dan di konsumsi oleh masyarakat, selain mempunyai nilai gizi yang tinggi daging ayam broiler juga merupakan sumber protein hewani yang relatif lebih murah dibandingkan dengan daging ayam kampung. Era perdagangan bebas menuntut produksi pakan yang berkualitas tinggi, untuk menghasilkan pangan yang memenuhi persyaratan mutu, aman dan menyehatkan (Nutraceutical). Keamanan pakan, kesehatan ternak, dan keamanan pangan harus sesuai dengan standar SNI (Standard Nasional Indonesia) dan standard internasional (Codex Alimentarius Commision). Pakan ternak secara ideal diharapkan memenuhi kriteria yang dapat digunakan setiap hari, komponennya terdiri dari bahan pakan yang bersifat natural dan biasa digunakan untuk pakan ayam, kandungan nutrient yang baik dan dapat mengurangi resiko penyakit. Sifat tersebut dapat dipenuhi antara lain dengan pakan fungsional yaitu merupakan pakan yang mengandung probiotik yang berfungsi untuk meningkatkan system imun, dapat menurunkan asam lemak jenuh, merupakan formula yang mampu menghidrolisa komponen protein dan sebagian komponen pakan atau kombinasinya mampu meningkatkan bioavailabilitas atau ketersediaan pakan (Diplock et al., 1999, Roberfroid 2002). Kesehatan dan peningkatkan laju pertumbuhan ayam broiler dalam Pemeliharaan tidak lepas dari obat-obatan, antibiotik dan bahan aditif lain yang berfungsi untuk menjaga kesehatan ayam, akan tetapi hal tersebut sangat merugikan konsumen karena bahan aditif dan antibiotik yang ditambahkan dapat berakumulasi dalam tubuh yang sangat berpengaruh terhadap fisiologis konsumen terutama anak-anak. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk memberikan pakan fungsional yang efektif, aman dan sehat. Pakan fungsional untuk ayam diharapkan mampu memperbaiki performan ayam dan produknya berupa daging yang aman dikonsumsi serta mengandung antioksidan, omega-3, non-allergen (dapat mengurangi alergi akibat gangguan amin bioaktif) serta mampu meningkatkan respon imun alami dan adaptif (imunomodulator). Iriyanti et al. (2008) menyatakan Isolat N3 menghasilkan enzim protease dan lipase, sehingga isolat digunakan untuk memfermentasi tepung ikan lokal, hasil yang diperoleh dari hasil fermentasi tepung ikan yaitu terjadi meningkatan kadar protein dari 56,168 - 58,986% dan penurunan kadar lemak dari 7,28 menjadi 6,89% pada tepung ikan yang difermentasi dengan isolat N3 antihistamin, sehingga kualitas tepung ikan meningkat. METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler umur 1 hari (DOC) strain Multi Breeder 202 Platinum sebanyak 100 ekor yang dipelihara selama 35 hari. Bahan pakan yang digunakan adalah pakan basal yang terdiri dari jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak kelapa sawit, tepung batu kapur, lisin dan premix. Pakan fungsional yang digunakan terdiri dari minyak ikan lemuru 10%, probiotik Lactobacillus sp 30%, Bacillus sp 30% dan isolat anti allergen N3 30%. Pakan yang digunakan terdiri dari pakan starter (1-21 hari) dan finisher (22-35 hari) susunan ransum berdasarkan isoprotein dan isokalori. Susunan ransum pakan periode starter dan finisher disajikan pada Tabel 1.
290
Romi Ponco Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):289-298, April 2013
Tabel 1. Susunan Ransum Pakan Ayam Broiler Starter dan Finisher BAHAN PAKAN Starter (%) R0 R1 R2 R3 R4 R0 Jagung 49,00 49,00 47,00 43,30 40,00 53,00 Bekatul 9.60 5.80 3,60 3,10 2,30 17,20 Bungkil Kedelai 26.80 27,00 27,00 26,50 26,50 20,60 Tepung Ikan 7,00 6.70 6,70 7,00 7,00 5,00 Pakan 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 0,00 Fungsional* M. Kelapa Sawit 6,00 4,90 4,00 3,50 2,50 2,50 Kapur (CaCO3) 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 Lisin 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,20 Mineral Mix 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,00 Total 100 100 100 100 100 100 Komposisi Nutrien L (%)** 3,8 3,8 4,0 4,3 4,6 4,6 SK(%)** 3,1 3,1 3,3 3,5 3,9 3,7 Ca(%) 0,6 0,9 1,0 1,0 1,0 0,6 Ptotal(%) 0,7 0,7 0,7 0,8 0,8 0,7 Pav(%) 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,3 Lisin(%) 1,0 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 Meth(%) 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 PK(%)** 21,3 21,2 21,4 21,4 21,6 18,6 Energi 3148 3147 3149 3170 3162 2994 ME(kkal/kg)**
Finisher (%) R1 R2 R3 49,10 38,80 35,80 17,20 23,20 22,20 20,30 20,00 19,80 5,00 5,00 5,00 5,00 10,00 15,00
R4 20,00 35,80 16,00 6,10 20,00
1,80 0,50 0,20 1,00 100
1,30 0,50 0,20 1,00 100
0,40 0,50 0,20 1,00 100
0,40 0,50 0,20 1,00 100
5,0 4,1 0,6 0,8 0,4 0,9 0,4 18,6 2999
5,9 4,9 0,6 0,9 0,4 0,9 0,5 18,9 2992
6,1 5,2 0,6 0,9 0,4 0,9 0,4 19,9 2994
7,8 6,6 0,6 1,1 0,4 0,9 0,5 18,7 3008
Keterangan : hasil perhitungan berdasarkan tabel NRC (1994); *) Campuran dari minyak ikan lemuru 10%, probiotik (Lactobacillus sp dan Bacillus sp)masing-masing 30% dan isolat anti allergen 30%; **) Hasil analisis Lab. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak(2002).
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental in vivo. Peubah yang diamati adalah kadar protein daging metode kjeldhal (AOAC , 1990) dan kadar lemak daging metode ekstraksi soxhlet (AOAC, 1990). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, setiap perlakuan diulang 4 kali dan setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam. Perlakuan terdiri dari : R0 = pakan fungsional 0%, R1 = pakan fungsional 5%, R2 = pakan fungsional 10%, R3 = pakan fungsional 15%, R4 = pakan fungsional 20%. Data di analisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (analisis variansi). Uji lanjut menggunakan uji orthogonal polinomial (Steel dan Torrie, 1995). Penentuan kadar protein di analisis menggunakan metode kjedahl (AOAC, 1990). Dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 0,1 gram kemudian dimasukan kedalam labu mikro kjedahl 100 ml ditambahkan sebanyak 1-3 gram dan 1,5 ml H2SO4 pekat. Destruksi di dalam lemari asam sampai berwarna hijau jernih kemudian di dinginkan sampai suhu kamar. Memasukan hasil destruksi pada alat destilasi kemudian ditambahkan 10 ml Naoh 40 % kemudian labu di bersihkan dengan aquades dan kran penutup corong ditutup. Penampung hasil destilasi menggunakan tabung erlenmeyer 125 ml kemudian diisi dengan 10 ml asam borat 2 – 3 % dan di campur. Destilasi di akhiri setelah volume erlenmeyer mencapai 60 ml. Titrasi hasil destilasi menggunakan HCl 0,1 N hingga terjadi perubahan warna. 291
Romi Ponco Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):289-298, April 2013
Penentuan kadar lemak di analisis menggunakan metode ekstraksi soxhlet (AOAC, 1990) Kertas saring dipotong segi empat 15 cm X 15 cm kemudian di oven dengan suhu 105 oC kemudian dinginkan dalam desikator. Menimbang kertas saring (W1) dan menimbang sampel 2 gram (W). Membungkus sampel dengan kertas saring, ikat dengan tali dan di beri kode menggunakan pensil dan di masukan ke dalam tabung soxhlet. Labu penampung diisi dengan pelarut lemak petrilium benzen. Menyiapkan labu pendingin. Memasang tabung soxhlet dengan labu penampung dan di tambahkan petrolium benzen pada tabung soxhlet. Menghentikan exstrasi apabila palarut lemak sudah berwarna jernih ± 3-4 jam. Mengambil kertas saring dalam tabung soxhlet kemudian di oven pada suhu 105oC selama satu jam. Kertas saring di dinginkan di dalam desikator kemudian di timbang (W2). Persentase lemak kasar dihitung menggunakan perhitungan:
HASIL DAN PEMBAHASAN Protein merupakan salah satu nutrisi yang terkandung dalam bahan pangan yang berguna untuk mencukupi kebutuhan nutrisi manusia. Kadar protein daging adalah presentase protein dalam daging yang di ukur dengan metode kjedhal yang di hitung dari BK sampel. Lemak merupakan sumber nutrisi yang disimpan dalam tubuh yang berasal dari makanan yang dikonsumsi.Kadar lemak daging adalah presentase lemak dalam daging yang di ukur dengan metode soxhlet yang di hitung dari BK sampel. Hasil penelitian penggunaan level pakan fungsional terhadap kadar lemak dan kadar protein daging ayam broiler selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2.Rataan kadar protein dan lemak daging dada ayam broiler hasil penelitian Perlakuan Protein Daging (%) Lemak daging (%) a R0 20,465 + 0,01 2,31 + 0,442a R1 19,978 + 0,03 b 1,81 + 0,47 a R2 21,620 + 0,07 c 1,87 + 0,15 a R3 21,495 + 0,03 d 2,07 + 0,08 a R4 21,230 + 0,18 e 2,01 + 0,08 a Ket : R0 = kontrol, R1 = perlakuan 5%, R2 = perlakuan 10 %, R3 = perlakuan 15%,R4 = perlakuan 20%. Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan sangat nyata.
Kadar Protein Daging Tabel 2. Menunjukkan bahwa kadar protein daging dada pada ayam broiler berkisar antara 19,98 + 0,03 % sampai 21,62 + 0,07%. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Pastariati et al. (2003) bahwa kadar proten daging ayam segar 19,2050 % dan Hardini et al. (2010) bahwa kadar protein daging ayam broiler sebesar 20,42 %, tetapi masih rendah dari hasil penelitian Winedar et al. (2004) kandungan protein daging sebesar 21,8 sampai 23,2.
292
Romi Ponco Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):289-298, April 2013
Hasil analisis Variansi (Lampiran 1) menunjukkan bahwa penggunaan pakan fungsional berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar protein daging, hal ini disebabkan pada pakan fungsional mengandung probiotik yaitu dari jenis Lactobacillus sp. dan Bacillus sp. Jin et al. (2000) dan Mountzouris et al. (2007) bahwa pemberian probiotik menghasilkan dampak signifikan. Hasil ini sejalan dengan hasil Ivanovic (2012) protein dan lemak dalam penelitiannya bahwa penambahan probiotik dalam pakan ayam broiler berpengaruh secara signifikan. Kankaanpaa et al. (2004) menyatakan bahwa probiotik meningkatkan sekresi enzim-enzim saluran pencernaan dan menetralisir atau mendegradasi pakan yang mengandung antinutrisi. Probiotik menghasilkan berbagai enzim pencernaan protease dan lipase, sehingga kecernaan nutrient meningkat, meningkatkan absorbsi nutrient dengan mempertebal fili usus dan memperluas permukaan fili usus (Nahashon et al., 1996). Bacillus sp. mampu memproduksi enzim protease (Libertina et al., 2009) dan amylase (Wardhani et al., 2009) selanjutnya dapat meningkatkan metabolisme energi dan kecernaan protein karena adanya enzim protease (Wu et al., 2004). Probiotik dapat meningkatkan kandungan gizi dalam usus, memperbaiki ketersediaan dan penyerapan nutrisi (Sellars, 1991) Penambahan kombinasi pakan fungsional yang mengandung probiotik R 2 baik digunakan untuk meningkatkan kecernaan dan menjaga keseimbangan ekosistem mikroflora usus ayam pedaging umur lima minggu. Collins (1999) menyatakan bahwa probiotik tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem, namun juga menyediakan enzim yang mampu mencerna serat kasar, protein dan lemak. Dilaporkan pula bahwa efektivitasnya tergantung pada jenis mikroba yang dikandung. Selain itu, probiotik mengekskresi glutamate dan meningkatkan proses absorpsi nutrisi dalam usus. Ivanovic et al. (2012) bahwa penggunaan probiotik dalam pakan dapat meningkatkan kualitas kimia daging. Rataan hasil penelitian menunjukan kadar protein tertinggi terdapat pada perlakuan R 2 yaitu 21,620 %, sedangkan rataan kadar protein terendah pada perlakuan R1 yaitu sebesar 19,978. Pada kontrol R0 (tanpa pemberian pakan fungsional) kadar protein daging sebesar 20,465%. Terjadi peningkatan kadar protein pada perlakuan R2 kemudian turun pada perlakuan R3 dan R4. Hasil analisis uji orthogonal polynomial ternyata penggunaan pakan fungsional berpengaruh secara kuadrater dengan garis regresi Y = 20.073357 + 0.21080714 X + 0.00949286 X2, r= 0,6240 . R2= 38,9358 % Garis regresi selengkapnya disajikan pada gambar 1. Hubungan antara pakan fungsional terhadap kadar protein daging dada menunjukan titik maksimum pada pemberian pakan fungsional level 11,1 % dan menghasilkan kadar protein daging sebesar 21,24 % Hasil tersebut diduga karena pakan fungsional mengandung probiotik lactobasillus sp. dan bacillus sp. mampu menghasilkan enzim protease yang dapat meningkatkan pencernaan protein ayam broiler. Kadar protein daging erat kaitanya dengan pakan dengan nilai nutrisi yang cukup serta sistem pencernaan yang baik. Jin et al. (1997) bahwa pemberian probiotik dalam pakan dapat mempertahankan mikroflora usus agar seimbang. Hardini et al. (2010) bahwa pemberian Bacillus sp. dalam ransum sangat potensial untuk menyediakan kebutuhan protein dalam pakan ayam broiler. Sjofjan (2003) melaporkan bahwa kecernaan protein meningkat dari 65,7% menjadi 71,5% dan kandungan energi termetabolis pakan meningkat dari 2.558 kkal/kg menjadi 2.601 kkal/kg
293
Romi Ponco Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):289-298, April 2013
Kadar protein
Analisa Protein
21.5
max(11.1,21.24)
21 Y = 20.07336 + 0.21081 X - 0.009493 X2 R2 =38.94%
20.5 20 0
5 10 Penggunaan pakan fungsional (%)
15
20
Gambar 1. Hubungan antara pakan fungsional dengan kadar protein daging
pada ayam yang memperoleh probiotik Bacillus sp. Winedar et al. (2004) bahwa pakan yang difermentasi oleh mikroorganisme mengalami perombakan yang lebih sederhana sehingga bahan pakan organik yang terkandung di dalamnya akan lebih mudah diserap oleh tubuh. Hal ini disebabkan fermentasi menghasilkan enzim-enzim tertentu yang dapat menguraikan protein menjadi asam amino sehingga lebih mudah diserap tubuh (Winarno dan Fardiaz, 1980). Fermentasi bahan organik akan melepaskan asam amino dan sakarida dalam bentuk senyawa yang terlarut dan mudah diserap oleh saluran pencernaan ayam. Hal ini menyebabkan absorpsi dan pemanfaatan zat makanan untuk pertumbuhan menjadi lebih baik. Kandungan protein daging pada perlakuan dengan pemberian pakan fungsional sebesar 10% memberikan hasil yang terbaik pada penelitian ini. Hal ini disebabkan karena pada pakan fungsional sebanyak 10% mempunyai kandungan omega 3 dan kandungan omega 6 , Kandungan omega 3 dengan omega 6 yang seimbang akan terabsorbsi dengan baik. Nisbah omega 3 dengan omega 6 sebaiknya dengan rasio 1 : 5 (Newton, 1996). Suripta dan Astuti (2007) menyatakan bahwa, rasio omega 3 dengan omega 6 yang ideal adalah 1 : 6 karena pemanfaatan omega 3 pakan tergantung juga pada keseimbangan asam-asam lemak yang lain, terutama imbangan omega 3 dengan omega 6, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tubuh, serta fungsi fisiologis tubuh berjalan sempurna. Leeson and Ateh (1995) bahwa perbandingan omega 3 dengan omega 6 akan mempengaruhi pembentukan micelle yaitu lipoprotein asal lemak dan protein pakan, yang merupakan bentuk lemak supaya dapat diabsorbsi yang selanjutnya masuk ke dalam peredaran darah. Minyak ikan lemuru dapat digunakan oleh tubuh apabila proporsi omega 3 dengan omega 6 seimbang (Chanmugam et al., 1992; Friedman and Sklan, 1995), disamping itu omega 3 dan omega 6 sangat penting untuk pembentukan asam eicosanoid dan asam linoleat, karena ayam tidak dapat mensintesis de novo dari lemak pakan (Boudreau et al., 1991). Menurut Coetzee dan Hoffman (2002) bahwa penggunaan beberapa jenis asam lemak yang berbeda tidak mempengaruhi kadar protein daging. Kadar lemak daging Rataan hasil penelitian pemberian pakan fungsional terhadap kadar lemak ayam broiler adalah antara 1,81% sampai 2,31%. Menurut Chan et al. (1995) keseluruhan lemak daging pada daging ayam kondisi mentah rata-rata 2,1%. Supadmo (1997) yang menyatakan bahwa, terdapat perbedaan yang nyata kandungan lemak daging umur 7 minggu antara ayam jantan (2,68%) dan ayam betina (2,86%). 294
Romi Ponco Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):289-298, April 2013
Hasil analisis variansi (lampiran 2) menunjukkan bahwa penambahan pakan fungsional dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar lemak daging dada ayam broiler (Tabel 4). Hal ini kemungkinan disebabkan pada umur lima minggu ayam pedaging masih dalam masa pertumbuhan sehingga lemak belum terlalu banyak terbentuk. Fase pertumbuhan zat-zat makanan yang diserap oleh tubuh masih digunakan untuk pertumbuhan dan belum terjadi kelebihan energi yang dapat disimpan sebagai lemak. Anggorodi (1985) menyatakan sangat sedikit energi yang dirubah menjadi lemak pada ayam pedaging dalam masa pertumbuhan. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan Afriani (dalam daud. 2007) bahwa penambahan probiotik dalam ransum ayam pedaging tidak menunjukkan hasil yang signifikan terhadap kadar lemak daging yang diperoleh. Owings et al. (1990) melaporkan bahwa beberapa penelitian tentang probiotik tidak selalu mendapatkan hasil yang positif. Perbedaan hasil penelitian tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya perbedaan jenis atau strain bakteri dalam probiotik yang digunakan, dosis pemberian pada ternak, tingkat ketahanan bakteri terhadap kondisi yang ekstrim baik dalam saluran pencernaan ternak maupun lingkungan penyimpanan. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pakan fungsional dalam ransum yang mengandung minyak ikan lemuru tidak menyebabkan perbedaan yang nyata terhadap kadar lemak daging ayam broiler. Pemberian pakan fungsional mampu mempertahankan kadar lemak sehingga masih dalam kisaran batas normal hal ini sesuai dengan pendapat Daud (2007) bahwa penambahan probiotik, prebiotik dan kombinasi probiotik dan prebiotik dalam ransum tidak berpengaruh terhadap persentase karkas dan lemak abdominal ayam pedaging umur enam minggu. Minyak ikan lemuru mengandung asam lemak omega-3 yang akan menghambat sintesis lemak, selain itu minyak ikan lemuru mengandung prekursor pembentuk vitamin A sehingga akan menghambat biosintesis lemak (Sweetman, 2007). Asam lemak omega-3 akan menekan sintesis trigliserida dalam hati, dengan sendirinya menekan VLDL dalam plasma, omega-3 mempengaruhi lipolisis jaringan lemak, sehingga trigliserida tidak terbentuk melalui reaksi asam lemak bebas dengan gliserol. Trigliserida dimetabolisme dalam hati dari asam lemak hasil lipolisis karbohidrat, protein, lemak, dan alkohol yang dikonsumsi. Trigliserida bersama apo-B lipoprotein membentuk VLDL yang diekskresi ke dalam sirkulasi darah (Duthie and Barlow, 1992). Diduga bahwa probiotik mampu mempengaruhi aktivitas enzim dan sebagai konsekuensinya membantu menurunkan kadar lemak darah (Collins, 1999), tetapi belum mampu menurunkan kadar lemak daging. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada ReKtor Universitas Jenderal Soedirman, Dekan Fakultas Peternakan, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) dan Dr. Ir. Ning Iriyanti, MP selaku ketua proyek penelitian skim riset untuk percepatan guru besar Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto yang telah memberikan dana penelitian ini melalui dana DIPA yang telah mengingutsertakan penulis dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. AOAC. 1990. Officials method of analysis. (13 ed). Association of Official Analytical Chemist, Washington, DC. 295
Romi Ponco Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):289-298, April 2013
Boudreau, M.D., Chanmugam P.S, Hart S.B, Lee S.H and Hwang D.H, 1991. Lack of dose response by dietary n-3 fatty acids at a constant ratio of n-3 to n-6 fatty acids in suppressing eicosanoid biosynthesis from arachidonic acid. Am. J. Clin. Nutr, 54: 111-117. Chan, W., Brown W.C, Lee S.M and Buss D.H, 1995. Meat, Poultry and Game. Di dalam: Supplement to Mc Cane & Widdowson’s. The Composition of Foods. London: Published by The Royal society of Chemistry, Cambridge anf Ministry of Agriculture, Fisheries and Food. Chanmugam. P., M. Boudreau, T. Boutte, R. S. Park, J. Hebert, L. Berrio and D.H. Hwang, 1992. Incorporation of different types of n-3 fatty acids into tissue lipids of poultry. Poult. Sci, 71:516–521. Coetzee, G.J.M and L.C. Hoffman, 2002. Effect of various dietary n-3/n-6 fatty acid ratios on the performance and body composition of broilers. South African J. Animal Sci, 32 (3): 175-184. Collins, G.R and Gibson, 1999. Prebiotic, probiotic, and synbiotic: approaches for modulating the microbial ecology of the gut. Am. J. Clin. Nutr, 69: 1052S-1057S. Daud, M., W.G. Piliang and I.P. Kompiang, 2007. Carcass percentage and quality of broilers given a ration containing probiotics and prebiotics. JITV, 12(3): 167-174. Diplock, A.T., Aggett P.J, Ashwell M, Bornet F, Fern E.B and Roberfroid M.B. 1999. Scientific Concepts of Functional Foods in Europe: Consensus Document. British Journal of Nutrition, 81: 1-27. Duthie, I.F and barlow, S.M, 1992. Dieteary lipids exemplified by fish oils and their N-3 fatty acids. J food sci.techno today, 6(1):20-36;1992. Friedman, A and D. Sklan. 1995. Effects of dietary fatty acids on antibody production and fatty acid composition of lymphoid organs in broiler chicks. Poult. Sci, 74:1463–1469. Hardini, D and Irfan H.Djunaidi. 2010. Influence Of Dietary bacillus Sp. Fermented Shrimp Waste On Broiler Meat Quality. International Journal Of Poultry Science, 9(5):455-458. Iriyanti, N., B, Rustomo dan E,A, Rimbawanto. 2008, Isolasi Dan Identifikasi Mikroba Rumen Penghasil Antihistamin “ Histamine Methyl Transferase “ Laporan Penelitian Program Fundamental, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Ivanovic, S.M., Baltic. J, Popov-Raljic, B. Pisinov, D. Maslic-Strizak, Z. Stojanovic and I. Pavlovic, 2012. The Effect Of different Probiotic on Broiler Meat Quality. African Journal of Microbiology Research, 6(5): 937-943 Jin, L.Z., Y.W. Ho, N. Abdullah and S. Jalaludin, 2000. Digestive and Bacterial Enzyme Activities in Broilers Fed Diets Supplemented with Lactobacillus Cultures. Poultry Science, 79:886–891. Jin, L.Z., Y.W. Ho, N. Abdullah and S. Jalaludin, 1977. Probiotic in Poultry. Modes of Action. World`s Poultry Science Journal, 53 : 351-368. Kankaanpaa, P., B. Yang, H. Kallio, E. Isolauri and S. Salminen, 2004. Effects of polyunsaturated fatty acids in growth medium on lipid composition and on physicochemical surface properties of lactobacilli. Appl. Environ. Microbiol, 70: 129-136. Leeson, S and J.O Atteh, 1995. Utilization of fats and fatty acids by Turkey poults. Poultry Sci, 74 : 2003 - 2010.
296
Romi Ponco Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):289-298, April 2013
Libertina, I., A. Tri, O. Sjofjan and U. Kalsum, 2009. Proceedings International research Seminar and Exhibition International Symposia on The Recent Advances of Microbiology In health Bio Industry, Agriculture and Enviroment, 2010 Nov 20-21; PERMI Surabaya. Mounzouris, K.C., P. Tsirtsikos, E. Kalamara, S. Nitsch, G. Schatzmayr and K. Fegeros, 2007. Evaluation of the efficacy of probiotic containing Lactobacillus, Bifidobacterium, Enterococcus and Pediococcus strain in promoting boiler performance and modulating cecal microflora composition and metabolic activities. Poult Sci, 86: 309-317. Nahashon, S.N., H.S. Nakaue and L.W. Mirosh, 1996. Performance of single comb white leghorn fed a diet supplemented with a live microbial during the growth and egg laying phases. Anim. Feed Sci. Techol, 57:25–38. Newton, I.S, 1996: Long chain fatty acids in health and nutrition. J. Food Lipids, 3: 233-249. National Research Council. The National Research Council For Poultry. 1994. Ninth Revised Edition. National Academy Press.Washington , D.C. Owings, W.J., D.L. Reynolds, R.J. Hasiak and R. Ferket. 1990. Influence of dietary supplementation with Streptococcus faecium M-74 on broiler body weight, feed conversion, carcass characteristics and intestinal microbial colonization. Poult. Sci, 69: 1257-1264. Pastariati, Eddy Bagus Wasito dan Didik Handijatno, 2003. Pengaruh Lama Penyimpanan Daging Ayam Pada Suhu Refrigerator Terhadap Jumlah Total Kuman, Salmonela Sp. Kadar Protein dan Keasaman. JBP, 5( 2). Roberfroid, M.B, 2002. Global view on functional foods: European perspectives. British Journal of Nutrition 88, Suppl, 2: S133-S138. Sellars, R.I, 1991. Acidophilus products. In: Therapeutic Properties of Fermented Milks. Robinson (Ed.). Chapman & Hall. London, New York, Tokyo, Melbourne, Madras. Sjofjan, O, 2003. Kajian Probiotik (Aspergillusniger dan Bacillus sp.) sebagai Imbuhan Ransum dan Implikasinyaterhadap Mikroflora Usus serta Penampilan Produksi Ayam Petelur. Disertasi,Universitas Padjadjaran, Bandung. Steel, R,G,D, and J,H, Torrie, 1995, Prinsip Dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometri. Ed-2 Cet-2 Alih Bahasa B. Soemantri. Gramedia pustaka utama. Jakarta. Supadmo, 1997. Pengaruh sumber khitin dan prekursor karnitin serta minyak ikan lemuru terhadap kadar lemak dan kolesterol serta asam lemak omega-3 ayam broiler. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suripta, H and P. Astuti, 2007. Pengaruh penggunaan minyak lemuru dan minyak sawit dalam ransum terhadap rasio asam lemak Omega-3 dan omega-6 dalam telur burung puyuh (Coturnix-coturnix japonica). J. Indon. Trop. Anim. Agric. Akademi Karanganyar, Surakarta. Sweetman, S.C, 2007. Martindale: The Complete Drug Reference, 35th edition. London (GB): Pharmaceutical Press. Wardani, W.K., A, Tri, O, Sjofjan and U. Kalsum, 2009. Proceedings International research Seminar and Exhibition International Symposia on The Recent Advances of Microbiology In health, Bio Industry, Agriculture and Enviroment, 2010 Nov 20-21; PERMI Surabaya. Winarno, F.G and O. Fardiaz, 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: PT Gramedia. Winedar., Hanifiasti, Shanti Listyawati and Sutarno, 2004. Daya Cerna Protein Pakan, Kandungan Protein Daging dan Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler Setelah Pemberian Pakan Yang Difermentasi dengan Effective Microorganisms-4 (EM-4).Bioteknologi 3.(1):14-19. 297
Romi Ponco Prasetyo dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):289-298, April 2013
Wu, YB., Ravindran V, Thomas DG, Birtles MJ and Hendriks WH, 2004. Influence of phytase and xylanase, individually or in combination, on performance, apparent metabolisable energy, digestive tract measurements and gut morphology in broilers fed wheat-based diets containing adequate level of phosphorus. Br Poult Sci, 45:76–84.
298