Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
Desember 2013
PENGGUNAAN IDIOM PADA NOVEL RANAH 3 WARNA DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN
Oleh Witono Imam Rejana Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail :
[email protected] Abstract The purpose of this research was to describe the use of Indonesian idiom based on its shape, types, and source of Ranah 3 Warna novel by A. Fuadi along with the implications of the use of idiom as teaching material of Bahasa in senior high school. The research method was qualititative research. The whole use of idioms which were found in Ranah 3 Warna Novel by A. Fuadi were 158 idioms. From its shape, there were 51 partly idioms shape and 107 full idiom. From its genre, there were 145 expressions idioms, 12 proverb, and 1 pameo. In learning Bahasa, this research was related to learning material. Ranah 3 Warna novel by A. Fuadi could be used as teaching material so that students understand the use of idioms in discourse better. Keywords: idiom, novel, implications, learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan idiom bahasa Indonesia berdasarkan bentuk, jenis, dan sumber yang terdapat pada novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi serta Implikasi penggunaan idiom sebagai bahan ajar bahasa Indonesia di SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Keseluruhan penggunaan idiom yang ditemukan pada novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi berjumlah 158 idiom. Dari bentuknya, 158 idiom ini terdapat 51 idiom berbentuk sebagian, dan 107 berbentuk penuh. Dilihat dari jenisnya 145 idiom berjenis ungkapan, 12 idiom berjenis peribahasa, dan 1 berjenis pemeo. Pada pembelajaran bahasa Indonesia, penelitian ini berkaitan dengan materi pembelajaran. Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi dapat dijadikan bahan ajar agar siswa lebih memahami penggunaan idiom dalam wacana. Kata kunci: idiom, novel, implikasi, pembelajaran.
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 1
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
PENDAHULUAN Bahasa adalah sarana yang utama dalam komunikasi karena tanpa bahasa sulit untuk memahami apa yang ingin disampaikan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Bahasa adalah milik manusia, maksudnya bahasa sebagai salah satu penciri diri manusia yang membedakannya dengan mahluk lain di dunia. Kepentingan bahasa di segala bidang kehidupan yang dihayati, dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh seseorang bisa diketahui oleh orang lain jika telah diungkapkan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis. Bahasa tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa Indonesia secara luas menjadi sarana efektif dan tepat dalam membina kehidupan masyarakat di Indonesia. Berbicara tentang bahasa maka berkaitan dengan makna yang terdapat dalam bahasa tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Bentuk-bentuk bahasa yang digunakan ini merupakan rentetan panjang kata-kata dan kalimat-kalimat yang diucapkan manusia setiap hari. Alasan apapun yang dikatakan, kenyataannya setiap kata yang diucapkan manusia memiliki makna atau mengakibatkan munculnya makna. Persoalan makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan seharihari (Pateda, 2001: 288). Untuk dapat menguasi suatu bahasa, manusia harus menguasai tata makna. Dalam berujar terkadang manusia menyembunyikan makna sebenarnya dari kata-kata yang diungkapkan dengan tujuan tertentu. Kata-kata atau urutan kata yang digunakan untuk menyatakan makna yang tersimpan ini bisa berupa kiasan dalam bentuk idiom. Istilah idiom berasal dari bahasa Yunani idios
Desember 2013
yang berarti sendiri, khas, khusus. Sering juga disebut langgam bahasa, yang dilazimkan oleh golongan tertentu, dialek, peribahasa, sebutan yang aneh, atau yang sukar diterjemahkan dengan tepat ke dalam bahasa lain (Sudaryat, 2009: 77). Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa secara umum yang biasanya berbentuk frase. Mengenai idiom tidak dapat diterangkan secara logis atau gramatikal yang bertumpu pada makna-makna yang membentuknya (Keraf, 1986: 109). Jadi, bentuk idiom adalah bentuk penggunaan bahasa yang unik secara semantik. Biasanya orang menggunakan idiom karena beberapa alasan di antaranya, agar lebih efektif dan mengandung makna yang lebih dalam. Dikatakan demikian karena terkadang seseorang ingin mengungkapkan makna yang panjang dengan kata-kata yang sesingkat mungkin. Contohnya, jika seorang penulis ingin menggambarkan sifat seseorang yang suka membual, sementara belum tentu apa yang ia katakan itu benar, penulis cukup menyatakan dengan singkat bahwa orang tersebut besar mulut. Selain lebih efektif bentuk idiom ini juga mengandung nilai rasa yang lebih dalam. Salah satu konteks yang terkadang menyebabkan seseorang tidak berkata terus terang atau dengan menggunakan idiom adalah dalam konteks sastra. Jika diperhatikan ragam bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra adalah ragam bahasa yang khas, yang berbeda dengan disiplin ilmu lain. Sastrawan mengungkapkan gagasan, perasaan, maupun persepsinya secara subjektif, yakni menurut apa yang dirasakannya. Bahasa dalam karya
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 2
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
sastra sangat memperhatikan keindahan, serta mampu menimbulkan efek perasaan tersendiri terhadap pembacanya. Itu sebabnya dalam setiap karya sastra, dalam hal ini novel, sering ditemukan idiom. Bentuk-bentuk idiom yang diungkapkan secara subjektif ini akan berpengaruh langsung terhadap pikiran pembaca yang menangkap makna-makna tersebut. Makna-makna inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat pembaca terbawa oleh arus perasaan yang disajikan pengarang. Dalam kesempatan ini, penulis tertarik untuk meneliti penggunaan idiom dalam novel Ranah 3 Warna. Novel Ranah 3 Warna merupakan novel kedua karya A.fuadi. Novel ini merupakan kelanjutan dari novel pertama A. Fuadi yang berjudul Negeri 5 Menara. Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup seorang pemuda bernama Alif. Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika. Impiannya untuk kuliah di Bandung tercapai. Bahkan, dengan kerja kerasnya ia bisa membiayai kebutuhan hidupnya sendiri, selepas kematian ayahandanya. Perjuangan yang tak mudah ia lalui. Lika-liku kehidupan yang terasa begitu sulit dapat ia lalui dengan kesabaran dan kerja keras. Keingannya unuk terbang ke Amerika tercapai setelah ia mendapat kesempatan dalam program pertukaran pelajar ke luar negeri. Alasan penulis memilih novel Ranah 3 Warna karya A.Fuadi karena novel tersebut menarik dari segi isi dan teknik penyampaiannya. Cara pengarang membangun karakter tokoh, menampilkan tokoh yang bisa dijadikan
Desember 2013
teladan baik dari segi sosial maupun dari segi pendidikan tokoh. Penyajian sosok tokoh ini dikemas secara baik dengan bahasanya yang santun. Novel ini memberikan motivasi untuk mengejar mimpi dan cita-cita, dengan berusaha sekuat tenaga dan juga kesabaran. Novel ini mengajarkan manusia akan hakikat kehidupan dan isinya sangat menghibur. Penulis tertarik untuk menganalisis penggunaan idiom pada pada novel Ranah 3 Warna dengan pertimbangan bahwa pada novel Ranah 3 Warna penulis menemukan beberapa idiom yang digunakan A. Fuadi dalam karyanya tersebut. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah penelitian tentang idiom adalah penelitian yang dilakukan Sulistianah (2011), dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Idiom pada Novelet dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada sumber data. Bila sebelumnya sumber data yang diteliti adalah novelet (novel pendek) maka lain halnya pada penelitian ini yang sumber datanya adalah novel. Alasan penulis tetap meneliti tentang idiom adalah masih sedikit penelitian yang berkaitan dengan idiom sehingga dengan penelitian ini dapat menambah jenis penelitian tentang idiom. Berikut ini idiom berdasarkan bentuk, sumber dan dan jenisnya yang ditemukan dalam novel Ranah 3 Warna. Idiom berdasarkan bentuk, mambanting tulang masuk dalam bentuk idiom penuh, tidur-tidur ayam yang termasuk dalam idiom sebagian. Idiom berdasarkan sumber, keras
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 3
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
kepala dan jatuh hati yang keduanya bersumber dari bagian tubuh. Idiom berdasarkan jenisnya, salah satunya adalah peribahasa di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Penggunaan idiom dalan sebuah kalimat akan menimbulkan makna yang lebih dalam. Berikut ini salah satu bentuk kalimat yang mengandung idiom yang bersumber dari nonel Ranah 3 Warna, a. Bagaimana mungkin aku tidak akan memikirkan? Aku tahu Amak akan membanting tulang, tapi membayangkannya saja membuatku tercekat. (Fuadi, 2011: 99) b. Bagaimana mungkin aku tidak akan memikirkan? Aku tahu Amak akan bekerja keras, tapi membayangkannya saja membuatku tercekat. Pada contoh (a) idiom membanting tulang sangat terasa makna yang ditimbulkan lebih mendalam. Idiom ini memiliki makna bekerja keras. Namun tak hanya sekedar kerja keras, kerja keras yang dilakukan disertai dengan keingin yang kuat, semangat yang membara dan tak kenal lelah, ketulusan dan motivasi yang besar dari seseorang yang melakukannya, bekerja sekeras mungkin sampai seolah-olah membating seluruh tulang yang ada dalam tubuh, makna-makna ini dengan sendirinya menyertai idiom ini. Berbeda dengan kalimat pada contoh (b) idiom membanting tulang diganti dengan kata bekerja keras. Makna yang timbul tidak begitu mendalam seperti idiom membanting tulang. Kata bekerja keras ini tidak memiliki makna-makna seperti yang mengikuti idiom membanting tulang, karena makna kata ini adalah kata-kata yang lazim kita gunakan dalam pembicaraan atau konteks umum dalam kehidupan sehari-hari. Kata bekerja keras memiliki makna tanpa tambahan nilai rasa tertentu.
Desember 2013
Idiom membanting tulang ini sangat berpengaruh terhadap estetika bahasa yang terdapat dalam novel Ranah 3 Warna ini, karena idiom ini menimbulkan efek perasaan yang lebih dalam dan menyentuh perasaan terhadap pembaca. Terlihat pada contoh di atas, jika idiom membanting tulang diganti dengan bekerja keras, maka kita bisa rasakan sendiri efek perasaan yang ditimbulkanpun berbeda, kata-kata bekerja keras terasa lebih ringan maknanya dibanding idiom membanting tulang. Pada pembelajaran di sekolah, ada beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan pembelajaran, di antaranya, materi yang disampaikan, metode yang digunakan, sumber belajar, dan keterampilan guru dalam mengajar. Dari beberapa faktor yang menunjang keberhasilan pembelajaran tersebut, penelitian ini berkaitan dengan materi dan sumber belajar. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi tentang idiom berkaitan dengan keterampilan berbicara dan menulis. Materi ini bisa disampaikan pada pembelajaran menyampaikan pengalaman pribadi dalam bentuk dan kegiatan menulis. Dengan menggunakan novel sebagai sumber belajar, siswa bisa mengetahui dan memahami idiom. Selain pemahaman, siswa juga bisa lebih mengerti tentang penggunaan idiom. Dengan memahami penggunaan idiom dalam wacana, siswa akan lebih banyak menguasai kosakata yang memiliki nilai rasa, tidak hanya kosakata yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya setelah siswa memahami penggunaan idiom dalam wacana guru meminta siswa untuk menuangkan idenya dalam bentuk menceritakan pengalam pribadi
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 4
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
dan kegiatan menulis, sehingga apa yang dituangkan murid dalam bentuk susunan kalimat lebih hidup dan indah. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa perlu untuk meneliti penggunaan idiom pada novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi dan Implikasinyanya sebagai bahan ajar bahasa Indonesia di SMA.
2. 3.
4.
5. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode kualitatif antara lain bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa katakata atau gambar daripada angka-angka (Moleong, 2007: 5). Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang dapat digunakan peneliti untuk menganalisis dengan melakukan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dalam metode deskriptif kualitatif, peneliti ingin memberikan gambaran-gambaran tentang penggunaan dan kelayakan dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan konteks. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Novel yang menjadi bahan penelitian ini adalah novel cetakan ketiga Januari 2013 dengan tebal 473 halaman. Langkah-langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. 1. Membaca secara cermat novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi untuk meninjau penggunaan kalimat-kalimat atau pernyataan
6.
7.
Desember 2013
yang mengandung idiom dalam novel berita tersebut. Menandai kalimat-kalimat yang mengandung idiom. Mengidentifikasi penggunaan kata atau kalimat yang mengandung idiom dalam novel tersebut. Mengidentifikasikan idiom berdasarkan bentuk, jenis, dan sumber. Menganalisis penggunaan idiom novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi Menyimpulkan hasil analisis penggunaan kalimat-kalimat atau pernyataan yang mengandung idiom pada novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi. Mengimplikasikan penggunaan idiom novel Ranah 3 Warna karya A. Fuadi sebagai bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
PEMBAHASAN 1. Penggunaan Idiom Berdasarkan Bentuk Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat 51 idiom sebagian dan 107 idiom penuh. Klasifikasi berdasarkan bentuknya ini didasarkan pada ada tidaknya makna leksikal dari salah satu unsur pembentuknya Penggunaan berdasarkan bentuk idiom diuraikan satu persatu sebagai berikut. 1.1 Idiom Penuh 1. Empat tahun lalu, aku merantau dengan setengah hati ke Pondok Madani di ujung Jawa Timur. (Fuadi, 2011: 40-41) Idiom ini termasuk dalam idiom penuh karena kedua unsur pembentuk idiom ini sudah tidak memiliki makna
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 5
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
leksikalnya lagi, baik dari kata setengah maupun dari kata hati. Makna idiom setengah hati adalah segan-segan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata setengah memiliki makna seperdua atau separuh (KBBI, 2008:1439) sedangkan kata hati memiliki makna organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut, gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu (KBBI, 2008: 487). Dari uraiaan kedua kata pembentuknya, jelas terlihat bahwa idiom ini merupakan idiom bentuk penuh. Ungkapan setengah hati menggambarkan keadaan Alif pada saat akan merantau ke Pondok Madani. Dia pergi merantau bukan karena keinginannya yang utuh, namun karena ada dorongan dari orang tuanya, sehingga bisa dikatakan dia pergi merantau dengan setengah hati. Alif pada akhirnya merasa bersyukur bisa nyantri di Pondok Madani. Di Pondok Madani banyak hal yang ia dapatkan mulai dari pedoman hidup sampai sahabat-sahabat yang baik. 2. Tapi hari ini aku melipat baju dengan sepenuh hati untuk kuliah ke Bandung. (Fuadi, 2011: 41) 3. Kalau kami semua sedang mati angin, Memet akan merogoh ranselnya dan mengeluarkan setumpuk kartu atau papan catur kecil dan menantang siapa saja main. (Fuadi, 2011: 60) 4. Bagaimana mungkin aku tidak akan memikirkan? Aku tahu Amak akan membanting tulang, tapi membayangkannya saja membuatku tercekat. (Fuadi, 2011: 99) 5. Sambil menuruni tangga, kawankawanku menepuk-nepuk punggungku. Mencoba membesarkan
Desember 2013
hati, bahwa tulisanku akan lolos. (Fuadi, 2011: 147-148) 6. Mungkin mengira pita suaraku salah pasang pagi ini. Tapi sudah kepalang basah. Aku katupkan mataku lagi dan aku terusakan penampilan yang sama sekali tidak aku nikmati ini. (Fuadi, 2011: 203) 7. Semoga nanti aku bisa ongkangongkang kaki, tanpa harus ikut tampil di panggung. (Fuadi, 2011: 223) 8. Sebetulnya, Pak Mantri Pian sudah menganjurkan Ayah banyak istirahat, tapi dia tetap juga keras kepala untuk betanggang menonton Pala Eropa bersamaku sampai subuh. (Fuadi, 2011: 31) 8.2 Idiom Sebagian 1. “O ya” katanya menggantung. Mukanya datar sedatar-datarnya. Setelah jeda sejenak, dia meneruskan. (Fuadi, 2011: 171) Pada kalimat tersebut terdapat idiom mukanya datar. Ditinjau dari segi bentuknya, idiom mukanya datar adalah salah satu bentuk idiom sebagian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata muka memiliki makna bagian depan kepala, dari dahi atas sampai ke dagu, dan antara telinga yang satu dengan telinga yang lain (KBBI: 2008: 938), sedangkan kata datar bermakna berpermukaan rata (KBBI, 2008: 297). Makna dari muka datar adalah wajah tanpa ekspresi seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Terlihat bahwa makna idiom tersebut masih tergambar dari salah satu unsur pembentuknya yakni muka. Dalam idiom ini berlaku hukum D-M, kata mukanya diterangkan (D) dan datar berfungsi menerangkan (M). Wajah tanpa ekspresi tersebut ditunjukkan Randai kepada Alif ketika
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 6
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
Alif mengutarakan niatnya untuk pindah kosan, memisahkan diri dari randai. Wajah tanpa ekspresi tersebut membuat Alif sedikit kecewa sekaligus lega. Lega karena sudah mengutarakan niatnya untuk berpisah. Kecewa karena mendapat tanggapan yang dingin dari sahabatnya itu. Insiden komputer yang rusak membuat Alif bertekad untuk berpisah kosan dari sahabat karibnya Randai. Menurut Alif teman tidak harus selalu bersama, tidak harus selalu berdamai, mungkin terkadang perlu berpisah untuk menghargai pertemanan itu. 2. Air muka Ibu Sonia berubah. Senyumnya lenyap tak berbekas. (Fuadi, 2011: 215) 3. “Aduh Alif, kalau enggak ada kamu, aku pasti bayar lebih mahal deh. Makasih ya Lif,” kata Raisa dengan muka berbinar memakai syal barunya. (Fuadi, 2011: 252) 4. Telingaku seperti berdiri. Aku ingin sekali bisa bekerja di TV atau Koran. Bagiku ini kesempatan emas untuk dapat pengalaman kerja di bidang yang aku minati. (Fuadi, 2011: 285) 5. “ Kami melihat perbedaan untuk dihargai. Boleh diperjuangkan tapi tidak tapi tidak dengan kekerasan. Silakan saksikan sendiri proses referendum beberapa bulan lagi. Kamu akan jadi saksi mata penting dari Indonesia.” Katanya menantangku. (Fuadi, 2011: 318) 6. Wajah kawan-kawanku ini memerah dengan mata berkaca-kaca. (Fuadi, 2011: 400-401)
9. Penggunaan Idiom Berdasarkan Jenis Klasifikasi idiom berdasarkan jenis dibagi menjadi tiga, yaitu ungkapan, peribahasa, dan pemeo. Klasifikasi ini
Desember 2013
didasarkan pada ciri yang menyertai serta isi dari idiom tersebut. 9.1 Ungkapan 1. “Monsieur Janvier, di negara saya ada praktik yang dikenal sebagai ‘serangan fajar’ pada hari pemungutan suara,”. (Fuadi, 2011: 365) Idiom serangan fajar merupakan salah satu jenis ungkapan. Pada zaman penjajahan dulu serangan fajar merupakan penyerangan yang dilakukan para pejuang melawan penjajah menjelang matahari terbit, namun kini serangan fajar adalah kiasan suap politik, yaitu dengan cara pemberian uang pada hari menjelang pemilihan dalam jumlah tertentu yang dilakukan oleh kandidat yang ikut dalam pemilu atau pemilukada dengan tujuan agar para pemilih mau menggunakan hak pilihnya untuk mencoblos kandidat tertentu. Pada kalimat tersebut digambarkan bahwa di Kanada tepatnya di daerah Quebec tidak mengenal bentuk suap atau serangan fajar seperti di Indonesia. Justru pihak yang melakukan perbuatan seperti itu akan kalah mutlak, tidak akan ada yang memilih.. Masih dalam proses pencalonan saja sudah berani menyuap, apalagi nanti ketika sudah berkuasa. 2. “Aduh kalian ini ternyata masih pakai jam Indonesia. Jam Karet,” gerutu Raisa di hari pertama latihan. (Fuadi, 2011: 394) 3. Aku, Patrick, dan Franc memilih membantu Raisa mengangkat barang pecah belah untuk tempat makanan. (Fuadi, 2011: 406) 4. Olala. Inikah rasanya jatuh hati? (Fuadi, 2011: 422)
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 7
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
5. Bukan pantun yang aku butuhkan sekarang. Aku perlu obat penawar hati. Kenapa Raisa tega menyebut nama Randai di depanku.” Kataku tetap kesal. (Fuadi, 2011: 424) 6. Aku curiga, dia pasti sudah beberapa kali patah hati. Seperti aku sekarang. (Fuadi, 2011: 424) 7. “Apa yang kamu ceritakan tadi itu, tenatang Raisa dan Randai, kan baru dugaan kamu. Belum tentu itu kenyataan. Belum tentu Raisa suka Randai. Dan yang paling penting, belum tentu Raisa tahu perasaan kamu dengan dia. Kamu kan tidak pernah menyatakan perasaaan kamu kepada dia. Kenapa harus kecewa dan sakit hati?” (Fuadi, 2011: 425) 8. Dan, sesungguhnya, ternyata setelah aku buka mata hati, yang tampak adalah betapa beruntungnya aku. (Fuadi, 2011: 425) 9.2 Peribahasa 1. Di ujung langkan, Ayah mengajak kami sekeluarga berkumpul. “ nak, ingat-ingatlah nasehat para orangtua kita. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Jangan lupa menjaga nama baik keluarga. (Fuadi, 2011: 41) Ketika kita berada di suatu tempat, maka kita akan memijak bumi dan menopang langit di tempat kita berdiri. Peribahasa dalam kalimat tersebut bermakna ketika kita berada di suatu tempat maka kita harus _ip menyesuaikan diri dengan keadaan dan lingkungan tempat kita berada tersebut serta menghargai dan menjunjung tinggi norma-norma _ip an yang ada di tempat tersebut. Kalimat tersebut merupakan nasehat Ayah Alif sebelum Alif pergi merantau untuk yang kedua kalinya, setelah
Desember 2013
sebelumnya Alif pergi menuntut ilmu di Pondok Madani atas dasar desakan orang tuanya. Kini ia pergi meraih mimpi-mimpimya dan atas dasar keinginan pribadi. Ayah Alif sangat berharap Alif _ip menjaga nama baik keluarga, bersikap baik di negeri rantau dan jangan sampai berbuat salah. 2. Bagai kerbau dicocok hidung, aku patuh mengikuti langkahnya. (Fuadi, 2011: 52) 3. “Itulah, kawan. Jauh panggang dari api. Harapanku ya kerja di media. _ip anti daya, dapatnya _ip anti jompo. Bukannya aku keberatan merawat para manula. (Fuadi, 2011: 291-292) 4. Ini adalah sarapan bergaya Barat pertamaku. Bedanya bak bumi dan langit dengan sarapan pada masa susah di Bandung dulu: setengah porsi bubur ayam dengan ekstrak air atau saeapanku di PM dengan salathah rohah dan makrunah. (Fuadi, 2011: 260) 9.3 Pemeo Tak sebilah pedang yang tajam Dapat palingkan daku darimu Kusingsingkan lengan Rawe-rawe rantas Malang-malang runtas Denganmu… (Fuadi, 2011: 409) Idiom ini dikelompokkan ke dalam jenis pemeo, karena memiliki ciri sebagai pemeo. yaitu ungkapan yang dijadikan semboyan yang pada awalnya merupakan ejekan (olok-olok, sindiran) yang menjadi buah mulut orang. Idiom ini bermakna berbuat baik maupun buruk akhirnya akan terlihat juga. Rawe-rawe rantas malang-malang runtas termasuk dalam jenis pemeo, karena idiom ini memiliki beberapa ciriciri sebagai pemeo. Idiom rawe-rawe
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 8
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
rantas, malang-malang runtas bermakna segala sesuatu yang merintangi maksud dan tujuan harus disingkirkan. Arti harfiahnya adalah: "(benang) yang menjulur-julur harus dibabat sampai habis dan yang menghalang-halangi jalan harus dipotong. Pemeo ini berisi semboyan untuk terus berjuang mencapai maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Sekaligus juga bermakna peringatan bagi siapapun dan apapun yang menghalangi tujuan mereka akan langsung mereka tumpas dan hancurkan. Paemo ini terdapat dalam syair lagu ciptaan Gombloh. Kalimat tersebut adalah penggalan lagu patriotis karya Gombloh yang dinyanyikan para mahasiswa pertukaran pelajar asal Indonesia dan Kanada
10. Penggunaan Idiom Berdasarkan Sumber Idiom terbentuk dari gabungan katadengan kata maupun kata dengan morfem. Sumber lahirnya idiom adalah kosa kata. Berikut disebutkan penggunaan sumber-sumber idiom pada novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi. 10.1 Idiom Dengan Nama-Nama Bagian Tubuh 1. Dua hari Menjelang aku berangkat, Ayah mengajakku bicara dari hati ke hati. (Fuadi, 2011 :39) Pada kalimat tersebut terdapat idiom yang bersumber dari bagian tubuh yaitu hati. Kosakata ini termasuk bagian tubuh, pengertian hati dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah organ badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian kanan atas rongga perut,
Desember 2013
gunanya untuk mengambil sari-sari makanan di dalam darah dan menghasilkan empedu (KBBI, 2008: 487). Kata hati menggambarkan perasaan. Sehingga makna dari hati ke hati berkomunikasi dengan penuh perasaan yang mendalam. Ungkapan ini menggambarkan komunikasi yang dilakukan Alif dengan ayahnya. Ayah alif mengutarakan bahwa beliau tidak bisa mengantarkan Alif untuk mengejar cita-citanya ke bandung. Beliau tidak ingim hanya disebabkan Alif menungguinya sembuh dari sakit, mengakibatkan Alif gagal mendaftar kuliah di Bandung. Alif pun mengerti dan sangat prihatin melihat kondisi ayahnya. 2. Wira tidak mau ketinggalan unjuk gigi. Suaranya parau dan kencang. (Fuadi, 2011: 57) 3. Perbukitan rimbun dengan pemandangan laut lepas yang indah tampak di kaki langit. Dalam beberapa jam lagi aku sampai di kampungku. (Fuadi, 2011: 90) 4. Campuran kata motivasi, pemandangan kemiskinan akut, dan bau yang menusuk hidung membuat aku berdiri juga dan ingin segera pergi meninggalkan “panggung kehidupan” yang terlalu jujur. Mataku berkaca-kaca. (Fuadi, 2011: 163) 5. Dia tidak tahu bagaimana penderitaanku seperti setrikaan mondar-mandir ke kos bang Togar dan mengurut dada melihat tulisanku berkali-kali dicoretnya dengan spidol merah.(Fuadi, 2011: 78) 6. Dengan mata batinnya, Amak seperti bisa merasakan apa yang terjadi pada anaknya. (Fuadi, 2011: 130) 7. Salah satu topik pembicaraan pembicaraan yang disukainya adalah
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 9
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
nasionalisme, dutan, dunia polisi, dan mata-mata. (Fuadi, 2011: 220) 8. Memet, pemuda berhati lembut ini seperti biasa selalu memberikan nuansa yang berbeda. (Fuadi, 2011: 231)
3.
4.
10.2 Idiom Dengan Nama BendaBenda Alam 5. 1. Ini menggambarkan semangat cinta tanah air seorang anak bangsa walau jauh merantau. (Fuadi, 2011: 179) Pada data satu terdapat kosakata dari benda-benda alam yaitu tanah dan air. Kosakata ini termasuk benda-benda alam karena tanah dan air adalah unsure pembentuk bumi dan merupakan salah satu bagian alam semesta, pengertian tanah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali (KBBI, 2008: 1390), sedangkan makna air adalah cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen (KBBI, 2008: 20). Tanah air adalah kiasan dari negeri tempat kelahiran. pada kalimat tersebut digambarkan bahwa lagu yang berjudul Kembanglah bungo yang dibawakan oleh Alif dalam tes dalam bidang kesenian adalah lagu yang menceritakan kerinduan seorang anak bangsa terhadap tanah kelahirannya ketika sedang merantau. Hal tersebut Sesuai dengan program pertukaran pelajaran yang akan dilakukan. 2. Tapi anehnya, begitu tanah yang aku injak bukan bumi pertiwi rasa enggan itu menguap seperti diusir
6.
7.
8.
Desember 2013
angin musim dingin. (Fuadi, 2011: 390) Beberapa dari mereka adalah cowok bule dengan gaya seperti bintang iklan di TV. (Fuadi, 2011: 279) Mata kami dengan leluasa bisa melihat ke kaki bukit, tempat SaintRaymond tampak seperti rumahrumahan monopoli yang bersalut salju. (Fuadi, 2011: 393) …Ah, pokoknya kalian nggak bias membayangkan deh kalai tidak melihat langsung. Dan itu hanya bias dilakukan Cirque du Soleil,” Sambung sandi dengan suara berapiapi. (Fuadi, 2011: 331) Satu kakinya terperosok ke bibir jurang. Kami semua terpekik cemas dan berlari ke arah Rusdi. (Fuadi, 2011: 248) Tanah tumpah darahku, tanah Timur Tengah tempat para nabi lahir, dan tanah benua Amerika. (Fuadi, 2011: 256 Rasa ini masuk ke lubuk hati dan bahkan mimpiku. (Fuadi, 2011: 431)
10.3 Idiom Dengan Nama-Nama Binatang 1. Aku mencoba tidur-tidur ayam daripada sibuk mengintip foto orang. Tapi aku terbangun ketika gadis ini kembali mengikik sendiri sambil menutup mulut. (Fuadi, 2011: 181) Bila ditinjau dAri segi sumber, kalimat di atas adalah idiom yang bersumber dari binatang. Pada kalimat tersebut terdapat kosakata dari nama binatang yaitu kata ayam. Kosakata ini termasuk nama binatang, pengertian ayam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara. (KBBI, 2008: 105).
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 10
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
Tidur ayam adalah tidur yang seolah meniru sikap atau menyerupai ayam yang sedang tidur. Tidur-tidur ayam bukan tidur sebenarnya tetapi sesuatu yang mirip tidur, atau bisa dikatakan terjaga tapi tidur, tidur tapi terjaga atau tertidur tapi tidak lelap. Dalam kalimat tersebut digambarkan bahwa tokoh Alif berusaha untuk tidur namun tidak lelap, daripada ia mencuri-curi pandang melihat foto yang dipegang oleh gadis yang duduk di sebelahnya. Walaupun pada akhirnya mereka berdua mengobrol membahas foto yang dipegang oleh sang gadis. 2. Ehm, aku? Aku nggak level. bisa dipastikan aku akan mati kutu menghadapi mereka berdua dalam hal kesenian. (Fuadi, 2011: 190) 3. Pancake hangat ini dimandikan dengan sirup maple segar, sebongkah krim, dan dilengkapi telur mata sapi. (Fuadi, 2011: 328)
10.4 Idiom Dengan Nama-Nama Bagian Tumbuh-Tumbuhan …Tapi begitu jam istirahat dating, beberapa pasang anak SMA ini saling merangkul dan mojok di sekolah tanpa risih dengan guru. Coba bayangkan, anak bau kencur sudah begitu perilakunya. Dan diterima biasa-biasa saja oleh masyarakat,” katanya dengan menggebu-gebu. (Fuadi, 2011: 389) Pada data dua terdapat kosakata dari nama bagian tumbuh-tumbuhan yaitu kata kencur. Kosakata ini termasuk nama bagian tumbuhan, pengertian kencur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna tanaman yang memunyai akar batang yang tertanam di dalam tanah, biasa dipakai untuk bahan rempah-rempah dan ramuan obat (KBBI, 2005: 542).
Desember 2013
Kencur memiliki aroma atau bau yang segar. Sesuatu yang segar itu biasanya isentik dengan sesuatu yang muda, sehingga anak bau kencur memiliki makna kias sesorang yang masih muda dan dianggap belum cukup berpengalaman. Pada data tersebut digambarakan perbedaan budaya antara negeri timur dan barat. Anak –anak yang masih belum cukup pengalaman atau yang masih muda di negeri barat dengan tanpa segan saling merangkul dan mojok di sekolah tanpa risih dengan guru.
10.5 Idiom Dengan Kata Bilangan 1. Polisi makin dekat dengan aku tidak punya SIM, hanya ada STNK yang sudah mati dari Randai. Ya Tuhan, apakah memang sesusah ini mencari sesuap nasi? (Fuadi, 2011: 112-113) Pada data satu terdapat kosakata dari kata bilangan yaitu kata sesuap. Sesuap berasal dari dua kata yakni satu dan suap. Kosakata ini termasuk nama bilangan, pengertian satu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna bilangan yang dilambangkan dengan angka 1 (Arab) I (Romawi) (KBBI, 2008: 1231). Seseorang yang berusaha mencari rezeki untuk kehidupannya baik untuk makan, tempat tinggal dan kebutuhan yang lain untuk bisa bertahan hidup dikiaskan dengan mencari sesuap nasi, karena ini adalah kebutuhan yang paling utama bagi manusia untuk bisa hidup. Tanpa makan manusia tidak akan bisa bertahan hidup. Pada kalimat tersebut menjelaskan perjuangan Alif dalam mencari rezeki. Perjuangannya tidak berjalan mulus. Namun dengan niat
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 11
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
yang tulus ia berhasil melewati rintangan tersebut. 2. “Tapi, Lif, sayang seribu kali sayang. Kita ditakdirkan bukan tipe idaman para gadis.” (Fuadi, 2011: 423) 10.6 Idiom Dengan Nama Warna Walau lima benua aku kelilingi Sang merah putih tetap didadaku (Fuadi, 2011: 234) Pada kalimat tersebut terdapat kosakata dari nama warna yaitu kata merah dan putih. Kata merah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna warna dasar yang serupa dengan warna darah (KBBI, 2008: 902), sedangkan kata putih adalah warna dasar yang serupa dengan warna kapas (KBBI, 2008: 1123). Sang merah putih merupkan idiom dari bendera Kebangsaan Indonesia. Warna dari bendera kebangsaan dijadikan nama dari bendera tersebut. Kata sang biasanya dipakai di depan nama orang, binatang atau benda yang dianggap hidup atau dimuliakan. Merah dan putih warna dasar bendera kebanggaan negara Indonesia. Dengan menggunakan kata sang maka seolaholah bendera tersebut menjadi benda yang hidup dan dimuliakan oleh setiap orang yang mengaku sebagai bangsa Indonesia. Kalimat tersebut adalah penggalan pantun yang diutarakan oleh Rusdi seusai ia berlari mengambil bendera yang tertinggal
11. Implikasi Hasil Penelitian Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
Desember 2013
Dalam pembelajaran di sekolah, penelitian ini sangat berkaitan dengan materi pembelajaran, begitu pentingnya penggunaan idiom ini dalam keterampilan berbicara dan keterampilan menulis, maka seorang guru bisa memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu sumber belajar, hasil penelitian pada novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ditemukan penggunaan idiom yang meliputi idiom berdasarkan bentuk, idiom berdasarkan jenis dan idiom berdasarkan sumber. Berdasarkan bentuk terdiri atas bentuk idiom penuh dan bentuk idiom sebagian. Berdasarkan jenisnya ditemukan idiom yang berjenis ungkapan, pribahasa, dan pameo, sedangkan idiom berdasarkan sumber kosakatanya terdapat idiom bersumber dari bagian tubuh, idiom bersumber dari bilangan, idiom bersumber dari nama benda-benda alam, idiom bersumber dari nama binatang, idiom bersumber dari tumbuhan, dan idiom bersumber dari nama warna. Sementara itu, proses pembelajaran dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk prestasi siswa dalam belajar. Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain, metode mengajar, kemampuan guru, materi pelajaran, sarana pelajaran dan sumber belajara. Dalam menyajikan materi pelajaran, penggunaan sumber belajar yang tepat akan memudahkan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi bisa dijadikan sebagai salah satu sumber belajar siswa dalam memahami penggunaan idiom dalam wacana. Hal lain yang juga menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran adalah materi pelajaran. Kaitannya
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 12
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
dengan materi pelajaran pembelajaran idiom ini biasanya diberikan tidak secara mendalam. Pada taraf SMA biasanya pengenalan pemahaman dan penggunaan idiom hanya yang berupa ungkapan dan peribahasa. Pembelajaran idiom ini masuk pada keterampilan berbicara dan menulis. Seorang siswa yang menguasai penggunaan idiom dalam wacana akan mampu menghasilkan tulisan yang lebih indah dan menarik karena karangan-karangan yang dibuat mengandung idiom-idiom yang mengandung tambahan nilai rasa. Pada keterampilan berbicara seorang siswa yang menguasai idiom akan mampu menghasilkan kata-kata yang indah dan menarik dalam perkataannya sehingga kata-kata yang diucapkan lebih berkualitas. Akan tetapi, materi tentang idiom ini tidak secara eksplisit terdapat dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Dari beberapa standar kompetensi, salah satu standar kompetensi yang paling cocok dalam pengajaran idiom adalah standar kompetensi pada kelas X semester 2, standar kompetensi menulis mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen, kompetensi dasar menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen, menuliskan karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen. Salah satu Indikator pencapaian dalam standar kompetensi ini adalah mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam bentuk cerpen (pelaku, peristiwa, latar, konflik) dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pilihan kata yang tepat dalam hal ini bisa berbetuk idiom. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Desember 2013
Berdasarkan hasil penelitian pada novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ditemukan 158 idiom. Dilihat dari bentuknya terdiri atas idiom penuh dan sebagian, dari segi jenisnya terdapat ungkapan, peribahasa, dan pemeo, berdasarkan sumber kosakata ada kosakata benda alam, anggota tubuh, binatang, bilangan, tumbuhan, dan warna. Berdasarkan jenis penggunaan idiom yang paling banyak ialah jenis ungkapan, penggunaan idiom yang paling sedikit adalah pemeo dan peribahasa, berdasarkan bentuknya pengunaan idiom paling banyak adalah idiom bentuk sebagian dan berdasarkan sumbernya penggunaan yang paling banyak adalah yang bersumber dari nama-nama anggota tubuh. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, penelitian ini berkaitan dengan materi pembelajaran dan sumber belajar. Kaitannya dengan materi pembelajaran, penggunaan idiom ini berkaitan dengan keterampilan menulis dan berbicara. Dengan memahami dan menguasai penggunaan idiom dalam wacana, siswa mampu menghasilkan tulisan yang lebih indah serta keterampilan berbicara siswa menjadi meningkat dengan kosakata yang lebih menarik dan bernilai rasa yang lebih dalam. Kaitannya dengan sumber belajar novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi dapat dijadikan sumber belajar agar siswa lebih memahami penggunaan idiom dalam wacana. B. Saran 1. Guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya menggunakan hasil penelitian ini untuk dijadikan sebagai alternatif bahan ajar, materi tentang idiom agar sumber ajar lebih bervariasi. Khususnya dalam Standar Kompetensi 1.6 Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 13
Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya)
Desember 2013
lain ke dalam cerpen dan Kompetensi Dasar Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar) 2. Siswa bisa memanfaatkan novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ini sebagai alternatif bahan bacaan atau sumber belajar untuk memahami penggunaan idiom dalam wacana. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fuadi, A. 2011. Ranah 3 Warna. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Keraf, Gorys. 1986. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakata: Gramedia. Moleong, Lexy, J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pateda, Mansur. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Sudaryat, Yayat. 2009. Makna Dalam Wacana. Bandung:Yrama Widya.
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Lampung
Halaman 14