PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGETAHUAN REMAJA TENTANG FENOMENA KEKERASAN DALAM PACARAN SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Elisabeth Haksi Mayawati NIM : 039114010
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI REMAJA TENTAI\IG PENGETAHUAFT FENOMENAKDKERASANDALAM PACARAN
ai
v, oL Dos€n
/N' V. Didik SuryoHartoko,S.Psi.,M.Si.
Tanggal; 19November2008
ll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
REMATA TENTAI\TG PENGETAITUAFT FENOMENAKEKERASANDALAM PACARAN
ffi
/re$EnertanaS{gf i aepaf,qfo rcn\ '\
bada tanesAli3Desember2f08
#t**ff*E
{ ffi,'B TandaTangan
1. v. Didik 2. Prof. A. 3. M.M. Nimas
zCCg 0 5 IYAR Yogyakarta, DekanFakultasPsikologi {o
ro^\[piversitas SanataDhanna
5'--{''vtc\
lll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Just like a butterfly, grow up through metamorphosis....
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Untuk semua remaja dan para pemerhati remaja
Dating Violence, No!
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAI\
PER}IYATAAN
KEASLIAI\
KARYA
Sayayang bertandatangandi bawah ini:
Nama : Elisabeth Haksi Mayawati NIM
: 03 9114010
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengetahuan Remaja Tentang Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran adalah hasil karya saya sendiri. Skripsi ini tidak memuat karya orang lain baik sebagian atau keseluruhan, kecuali bentuk kutipan yang telah saya sebutkan di daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,5 Maret2009 Penulis,
\0u
(-
l l ..t
--
--.1
I
\\lE+\r
X ---
_/ Elisabeth Haksi Mayawati
VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Pengetahuan Remaja Tentang Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran Elisabeth Haksi Mayawati Kekerasan dalam pacaran (KDP) merupakan fenomena yang banyak terjadi di masyarakat serta mendatangkan dampak negatif yang tidak ringan. Untuk mencegah semakin meluasnya fenomena tersebut, dibutuhkan langkah-langkah preventif yang efektif, salah satunya dengan menggali pengetahuan masyarakat tentang fenomena tersebut. Salah satu kelompok masyarakat yang rawan akan fenomena ini adalah para remaja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang kekerasan dalam pacaran serta perbedaan pengetahuan antara remaja putra dan putri tentang fenomena tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah focus groups discussions. 18 orang remaja putra dan 19 orang remaja putri ambil bagian dalam diskusi tentang KDP. Diskusi dilakukan dalam 6 kelompok: 3 kelompok remaja putra dan 3 kelompok remaja putri. Lima tema muncul dalam penelitian ini: bentuk dan perilaku, faktor penyebab, akibat, pengatasan, dan sikap remaja terhadap kekerasan dalam pacaran. Berkaitan dengan bentuk dan perilaku, secara umum remaja membagi kekerasan dalam pacaran menjadi dua bentuk, yaitu kekerasan fisik dan nonfisik. Kekerasan fisik dan nonfisik dipandang sebagai sesuatu yang tidak berhubungan. Selain itu, remaja juga kurang menyadari keberadaan kekerasan seksual dalam pacaran. Berkaitan dengan faktor penyebab dan pengatasan, remaja cenderung lebih menyoroti masalah interpersonal dan intrapersonal sebagai penyebab dan langkah pengatasan fenomena kekerasan dalam pacaran. Berkaitan dengan akibat, remaja cenderung hanya melihat akibat jangka pendek atau akibat langsung dari kekerasan dalam pacaran. Berkaitan dengan sikap remaja terhadap kekerasan, secara umum remaja putra lebih menerima perilaku kekerasan dibanding remaja putri. Dari penelitian ini, terlihat bahwa secara umum remaja kurang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang fenomena kekerasan dalam pacaran. Oleh karena itu, perlu diberikan pendampingan dan pelatihan secara khusus pada remaja tentang kekerasan dalam pacaran dengan memperhatikan faktor jenis kelamin. Penelitian selanjutnya tentang fenomena ini juga sangat diperlukan. Kata kunci Kekerasan dalam pacaran, remaja, pengetahuan
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Adolescent’s Ideas About Dating Violence Elisabeth Haksi Mayawati Dating violence is a common phenomenon in our society and creates a lot of heavy negative impacts. It needs effective ways to prevent the widespread of this phenomenon, one of them is to reveal people’s ideas about it. Adolescent is one of high risk group on dating violence. Therefore, the aim of this research is to understand adolescent’s ideas about dating violence and the difference between boy’s ideas and girl’s ideas. This research is a descriptive research with qualitative approach. To collect the data, the researcher used focus group discussion. 18 boys and 19 girls took part in discussion on dating violence. Subjects are grouped in six groups: three boy groups and three girl groups. Five themes arise from focus group discussion. They are form and behavior, cause factors, impacts, steps to overcome, and adolescent’s attitude toward dating violence. Regarding form and behavior, generally adolescent divide dating violence into two forms, they are physical and non physical violence, each is independent entity. In addition, adolescent doesn’t really aware about sexual violence in dating. Regarding to cause and prevention steps, adolescent tend to focus on interpersonal and intrapersonal matter as area of cause and prevention steps. Regarding to impact, adolescent tend to pay attention on short term impact or direct impact of dating violence. Regarding to adolescent’s attitude toward dating violence, generally boys more accept violence than girls. From this research, generally we can see that adolescent has little knowledge about dating violence phenomenon. Therefore, guidance and training on dating violence are needed with respect to gender difference. More research in this phenomena is needed in the future. Key words Dating violence, adolescent, idea
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangandi bawah ini, sayamahasiswaUniversitas SanataDharma Nama
: Elisabeth Haksi Mayawati
No. Mahasiswa : 03 9114010
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas SanataDharma karya ilmiah saya yang berjudul Pengetahuan Remaja Tentang
Fenomena Kekerasan
Dalam
Pacaran.
Dengan demikian saya
memberikan kepada PerpustakaanUniversitas SanataDharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannyasecaraterbatas,dan mempublikasikannyadi Intemet atau media lain untuk kepentinganakademistanpa perlu meminta ijin dari sayamaupun mernberi royalti kepadasayaselamatetap mencantumkannama sayasebagaipenulis. Demikian pernyataanini yang sayabuat dengansebenamya.
Dibuat di Yogyakarta Padatanggal 5 Maret 2009 Yang menyatakan,
w
\t\I
Elisabeth Haksi Mayawati
1X
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Akhirnya selesai sudah. Sebuah langkah awal menuju kemajuan yang lain. Terima kasih sekali untuk Pak Didik, atas segala kekritisan dan pengertiannya yang banyak membantu penulis dalam menyusun karya ini. Untuk Pak Siswa, terima kasih atas pemahaman awal tentang penelitian yang diberikan pada penulis. Banyak pemahaman baru yang penulis dapatkan selama kita berdiskusi bersama. Untuk Pak Praktik dan Bu Nimas, terimakasih atas segala masukannya di waktu sidang. Juga penulis ucapkan banyak terima kasih kepada segenap dosen Fakultas Psikologi, atas segala ilmu dan bimbingan yang membukakan mata penulis tentang apa itu psikologi. Tanpa sebuah kesempatan, tentunya karya ini tidak akan terwujud. Terima kasih pada Tante Siarsi dan Om Alwin, atas perhatian dan bantuan yang diberikan sehingga penulis dapat merasakan indahnya bangku kuliah. Untuk Ibu, segala upaya yang Ibu lakukan membuat penulis menyadari bahwa penulis tidak boleh menyianyiakan kesempatan untuk kuliah. Untuk Momo, entah mengapa aku merasa sedih ketika harus menuliskan sebaris kata untukmu. Aku menyayangimu, dan aku tahu Momo juga tidak pernah berhenti menyayangiku. Bagi semua partisipan penelitianku, berdiskusi bersama kalian membukakan mataku tentang kekerasan dalam pacaran. Terima kasih atas kesediannya berpartisipasi dan mengalahkan rasa malu dalam berdiskusi. Untuk Ayu, sang asisten moderator, great job non.. Makasih ya untuk segala bantuan dan dukungannya. Untuk Ratih, makasih untuk bantuannya mengganti format lampiran . Juga untuk Xna,
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
thanks for your notebook bro.. . Untuk teman-teman di FRIENDS –Rani, Pandji, Abe, Mba Yie, Dhajeng, Wiwid, Mba Hay, Amel, dan temen-temen lainnya– kita pernah belajar bersama, jadi mari kita tetap berkembang bersama. Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Pak Gie, dan Mbak Nanik.. terima kasih atas bantuan yang diberikan selama penulis berkuliah. Rental komputer, workstation perpustakaan, dan akhirnya komputerku, perjalanan panjang sampai akhirnya bisa mengetik semua naskah skripsi. Kesabaran memang berujung kepuasan ya.. Dan di atas itu semua, syukur dan terimakasih terdalam kepada Yang Di Atas, atas kesadaran yang diberikan sehingga penulis mampu melewati hari dan berkembang dari hari ke hari. Life just like a butterfly, grow up through metamorphosis.. Akhirnya, sebelum menutup prolog ini penulis ingin menginformasikan bahwa di skripsi ini penulis tidak melampirkan naskah verbatim hasil diskusi. Walaupun demikian, naskah verbatim telah penulis lampirkan sebagai bahan ujian. Jika pembaca sekalian tertarik untuk mengetahui naskah verbatim penelitian ini, pembaca dapat menghubungi penulis melalui email di
[email protected]. Segala bentuk saran, kritik, ataupun diskusi tentang penelitian ini dapat juga disampaikan melalui alamat email di atas. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca sekalian.
Salam,
Elisabeth Haksi Mayawati
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
iii
HALAMAN MOTTO
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ix
KATA PENGANTAR
x
DAFTAR ISI
xii
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
11
C. Tujuan Penelitian
12
D. Manfaat Penelitian
12
BAB II. KONSEP TEORITIS A. Pengetahuan
13
B. Remaja
14
1. Remaja Secara Umum
14
2. Kemampuan Kognitif Remaja
17
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Remaja Sebagai Bagian Dari Kelompok Sosial C. Kekerasan Dalam Pacaran
19 21
1. Pacaran
21
2. Kekerasan Dalam Pacaran
23
a. Pengertian Kekerasan
23
b. Pengertian Kekerasan Dalam Pacaran
24
c. Bentuk Kekerasan Dalam Pacaran
27
d. Penyebab Kekerasan Dalam Pacaran
29
e. Perbedaan Jenis Kelamin Dalam Menanggapi KDP
30
D. Pengetahuan Remaja Tentang Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran
33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian
37
B. Metode Pengumpulan Data
38
1. Jenis Metode
38
2. Peran Peneliti Dalam Pengumpulan Data
39
C. Partisipan Penelitian
40
1. Karakteristik Partisipan
40
2. Teknik Pengambilan Partisipan Penelitian
41
3. Jumlah Partisipan Dalam Tiap Kelompok
42
4. Komposisi Partisipan Dalam Tiap Kelompok
43
5. Waktu Diskusi Tiap kelompok
44
D. Instrumen Penelitian
44
1. Panduan Diskusi
44
2. Alat Perekam
47
E. Prosedur Penelitian
47
1. Tahap Persiapan
47
2. Tahap Pengambilan Data
47
a. Prosedur Pengambilan Data
xiii
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Tanggal dan Waktu Pengambilan Data F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
51 51
1. Kredibilitas
51
2. Dependability
53
G. Metode Analisis Data
54
1. Organisasi Data
54
2. Pengkodean Data
55
3. Interpretasi
56
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Utama dan Pembahasannya
58
1. Bentuk dan Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran
58
2. Penyebab Timbulnya Kekerasan Dalam Pacaran
62
B. Hasil Tambahan dan Pembahasannya
67
1. Sikap Remaja Terhadap Kekerasan Dalam Pacaran
67
2. Akibat Kekerasan Dalam Pacaran
70
3. Pengatasan Kekerasan Dalam Pacaran
73
C. Pembahasan Umum
77
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
88
B. Saran
89
C. Refleksi Penelitian 1. Refleksi Diri
92
2. Keterbatasan Penelitian
93
DAFTAR PUSTAKA
95
LAMPIRAN
103
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Prevalensi Kasus KDP Dari Beberapa Penelitian
3
Tabel 1.2
Data Kasus Kekerasan Dalam Pacaran Tahun 1994-2006
4
Tabel 1.3
Jenis Kekerasan yang Dialami Subjek Tahun 2001-2006
9
Tabel 3.1
Panduan Diskusi Secara Umum
45
Tabel 3.2
Panduan Diskusi Secara Praktis
46
Tabel 3.3
Prosedur Pengambilan Data
50
Tabel 3.4
Pelaksanaan Pengambilan Data
51
Tabel 3.5
Pelaksanaan Konfirmasi Data Kepada Partisipan
53
Tabel 4.1
Bentuk dan Perilaku KDP
60
Tabel 4.2
Penyebab Timbulnya KDP
65
Tabel 4.3
Sikap Remaja Terhadap Kekerasan
69
Tabel 4.4
Akibat Kekerasan Dalam Pacaran
72
Tabel 4.5
Pengatasan Kekerasan Dalam Pacaran
75
Tabel 4.6
Persamaan Hasil Remaja Putra dan Putri
86
Tabel 4.7
Perbedaan Hasil Remaja Putra dan Putri
87
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 2.1
Pendekatan Kesehatan Masyarakat untuk Pencegahan Kekerasan Interpersonal
7
Kerangka Penelitian Pengetahuan Remaja Terhadap KDP
36
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengkategorian Tema Penelitian
104
Lampiran 2. Form Persetujuan Partisipan penelitian
124
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang “Pacar saya sangatlah posesif. Hanya 4 bulan saja masa pacaran terasa indah, sisanya mulai keluar watak aslinya, yaitu temperamental. Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendaknya maka dia akan mulai marah besar, dengan cara membanting barang pecah belah di kamar kosnya sampai dia harus membeli piring dan gelas setiap minggu sekali. Dan memasuki tahun kedua, mulailah ringan tangan. Bahkan pernah kedua lengan saya dipegang erat-erat dan digoncang-goncangkan saat ia marah besar sampai menyisakan tanda biru legam di lengan saya berhari-hari. Perilaku posesif ditunjukkan dengan kontrol yang ketat, dia harus tahu kemanapun saya pergi dan dengan siapa. Bahkan pernah suatu ketika ia sedang berada di luar kota, namun saya tidak berani pergi ke manapun karena takut jika ia menelepon ke tempat kos saya dan saya tidak ada, maka ia bisa marah besar. Saya hanya berani berdiam diri di kamar sambil ketakutan. Hal paling buruk yang saya alami adalah pada saat kami sudah pacaran selama 2 tahun dan terjadi miskomunikasi yang menyebabkan kami tidak bertemu di suatu tempat. Saat datang ke kos saya, tanpa bicara dia langsung menampar saya dan kami bertengkar hebat sesudahnya.” (Laily,
2004).
Peristiwa yang digambarkan dalam cuplikan di atas merupakan kisah nyata dari kasus kekerasan dalam pacaran. Banyak remaja yang memulai hubungan pacaran beranggapan bahwa kekerasan seperti itu merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan. Hal tersebut disebabkan karena pacaran selalu dikonotasikan dengan hal-hal yang indah, dimana janji-janji manis dan puji-pujian selalu dilontarkan. Namun ketika bentuk-bentuk kekerasan mulai tampak dalam proses pacaran, kebanyakan remaja memandangnya sebagai sebuah peristiwa yang wajar dan dapat diterima. Hal itu dipandang sebagai resiko pacaran. Padahal, kekerasan dalam pacaran merupakan salah satu wujud kekerasan yang pastinya membawa dampak negatif bagi korbannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
“Sesudah kejadian itu, R mengalami rasa takut yang luar biasa tiap bertemu pacarnya itu. Ketakutan ini ternyata berdampak pada fisiknya. Memang R dapat dikatakan tidak menderita sakit fisik, tetapi sakit di hatinya menyebabkannya tidak mampu bangun dan berjalan, sampai dia harus menemui 4 orang dokter spesialis, yaitu dokter saraf, ahli jantung, psikiater dan penyakit dalam dan mereka semua menganjurkan R untuk menghilangkan penyebab sakitnya itu, yaitu memutuskan pacarnya. Namun berat bagi R untuk memutuskan pacarnya, karena setiap diputuskan, maka dia akan memohon-mohon untuk kembali. Akhirnya, setelah 3 tahun pacaran, R berani memutuskan hubungan mereka dan setelah itu R menjadi pasien tetap seorang psikolog sampai 1 tahun lamanya untuk menyembuhkan luka hatinya yang teramat dalam (bahkan sampai 4 tahun lamanya setelah mereka putus, masih terasa sakit hatinya). Sampai saat inipun dia masih trauma dan ingin marah bila bertemu dengannya.” (Laily, 2004).
Jelaslah bahwa kekerasan dalam pacaran membawa dampak yang negatif. Sayangnya, keterbatasan informasi yang didapat remaja mengenai fenomena kekerasan dalam pacaran mengakibatkan fenomena tersebut tetap langgeng, bahkan dianggap sebagai hal yang normal (Ratnadewi, 2007). Padahal kekerasan dalam pacaran sejatinya termasuk dalam deretan panjang kasus kekerasan yang kemunculannya dapat dicegah.
Konsep kekerasan sendiri sebenarnya mengacu pada suatu bentuk opresi, penindasan, pemaksaan, dan berbagai bentuk perlakuan lain yang menyebabkan seseorang dirugikan atau mengalami dampak negatif dalam berbagai bentuk (Hayati dalam Hidayana, 2004). Kekerasan juga dapat diartikan sebagai perilaku yang dapat menyebabkan perasaan dan tubuh (fisik) menjadi tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman ini dapat berupa kekhawatiran, ketakutan, kesedihan, ketersinggungan, kejengkelan, atau kemarahan. Di sisi lain, keadaan fisik tidak yang nyaman dapat berupa lecet, luka, memar, patah tulang, dan sebagainya (Putra dalam Sumiarni, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, salah satu jenis kekerasan yang muncul adalah kekerasan dalam pacaran. Kekerasan dalam pacaran (KDP) merupakan segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan di luar hubungan pernikahan yang sah (berdasar UU Perkawinan 1/1974, pasal 2 ayat 2), termasuk kekerasan yang dilakukan oleh mantan suami dan mantan pacar (Rifka Annisa WCC, 2006). Menurut Black et.al (2006) kekerasan dalam pacaran dapat meliputi kekerasan fisik, seksual, atau psikologis.
Dewasa ini, kekerasan dalam pacaran semakin menjadi masalah sosial dan kesehatan yang serius bagi remaja (Ocampo, Shelley, & Jaycox, 2007). Hal ini tampak dari prevalensi kasus KDP yang cukup banyak di masyarakat. Tabel 1.1 di bawah ini menunjukkan prevalensi terjadinya KDP dari beberapa penelitian.
Tabel 1.1 : Prevalensi Kasus KDP Dari Beberapa Penelitian
Sumber Sampel Howard, Beck, Remaja etnik Latino Kerr, & Shattuck (14-19 tahun) (2005) dengan N = 446 (215 perempuan dan 231 laki-laki) Libby, B. (1992) Siswa SLTA dengan N = 631 (337 perempuan dan 294 laki-laki)
Hasil 8,9 % perempuan dan 8,8 % lakilaki mengalami kekerasan fisik dalam pacaran. 10,5% subjek mengalami kekerasan seksual. 12% subjek mengalami kekerasan fisik. 17,7% subjek mengalami kombinasi antara kekerasan fisik dan seksual. 11,3% subjek mengalami kekerasan verbal. 28% subjek mengalami gabungan dari kekerasan verbal, seksual, dan fisik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Sumber
Sampel
Hasil
Luthra & Gidycz Mahasiswa berusia 25 % perempuan dan 10 % laki-laki (2006) 18-24 tahun dengan pernah melakukan kekerasan fisik
N = 200 (100 perempuan dan 100 laki-laki) Mikler, Goebert; Siswa SLTA di Nishimura, & Hawaii dengan N = Caetano (2006) 1242 (683 perempuan dan 559 laki-laki) O'Kefee (1997) Siswa SLTA berusia 14-20 tahun dengan N = 939 (554 perempuan dan 385 laki-laki)
terhadap pasangannya.
8,0 % perempuan dan 7,6 % lakilaki mengalami kekerasan fisik dalam pacaran.
43 % perempuan dan 39 % laki-laki pernah melakukan kekerasan fisik terhadap pasangannya.
Untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, prevalensi terjadinya kasus KDP dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini. Tabel 1.2 : Data Kasus Kekerasan Dalam Pacaran Tahun 1994-2006
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Tahun 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Kasus 3 20 24 54 51 50 92 103 97 58 48 35 31
Sumber: Annual Report Tahun 2006 Rifka Annisa WCC
Data di atas bersumber pada jumlah kasus KDP yang masuk ke LSM Rifka Annisa Women’s Crisis Center (RAWCC) selama tahun 1994-2006. Angka tersebut bukanlah sebuah harga mati mengingat tidak semua korban kekerasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
bersedia melapor. Oleh karena itu, fenomena kekerasan ini tampak seperti gunung es, dimana kasus yang sebenarnya masih jauh lebih besar, hanya tidak muncul ke permukaan (Zulfah, 2004). Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah kasus KDP yang terjadi di masyarakat, khususnya DIY dan sekitarnya, lebih banyak dari yang diketahui. Seperti layaknya sebuah fenomena kekerasan, kekerasan dalam pacaran pastinya menimbulkan akibat-akibat yang negatif. Callahan, Tolman, & Saunders (2003) menemukan bahwa KDP berkorelasi positif dengan timbulnya stres paska trauma dan gejala disosiatif pada remaja perempuan, sedangkan pada remaja lakilaki berpotensi menimbulkan kecemasan, depresi, serta stres paskatrauma. Selain itu, pada kedua kelompok jenis kelamin, KDP berkorelasi negatif dengan kepuasan hidup. Data Annual Report Rifka Annisa WCC tahun 2004 menunjukkan bahwa selain dampak fisik dan psikis, ternyata
KDP juga
menimbulkan dampak negatif pada kesehatan reproduksi dan menimbulkan perubahan perilaku pada remaja. Secara lebih spesifik, KDP menimbulkan perasaan cemas, malu, tidak aman, dan menimbulkan stres. Selain itu, KDP juga dilaporkan menyebabkan cidera tulang ekor, kehamilan tidak diinginkan, dan juga memunculkan beberapa perubahan perilaku, seperti mulai merokok dan senang melamun. Selain dampak fisik dan psikologis yang ditimbulkannya, kekerasan dalam pacaran yang terjadi pada masa remaja juga merupakan prediktor yang lebih baik daripada kekerasan pada masa kanak-kanak dalam memprediksi timbulnya kekerasan di usia dewasa (Smith, White, & Holland, 2003). Dengan kata lain, jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
seseorang mengalami atau melakukan kekerasan dalam bentuk apapun selama ia berpacaran di usia remaja, besar kemungkinan ia juga akan menjadi korban atau pelaku kekerasan ketika dewasa. Oleh karena itu, jika KDP pada masa remaja dapat dicegah, maka secara tidak langsung kita turut mencegah timbulnya kekerasan pada pasangan di waktu selanjutnya. Mencegah timbulnya suatu fenomena dapat dilakukan dengan baik apabila pengetahuan atau pemahaman terhadap fenomena tersebut sudah memadai. Demikian halnya dengan kasus kekerasan dalam pacaran. Dibutuhkan pemahaman yang baik dan utuh terhadap kasus tersebut ketika kita akan menyusun langkah preventif yang efektif. Salah satu caranya adalah dengan melalui penelitian. Sayangnya, sebagian besar penelitian tentang KDP seringkali menggunakan orang dewasa dan mahasiswa sebagai subjek penelitiannya (Sears, Byers, Whelan, & Pierre, 2006). Walaupun telah dilakukan, namun penelitian yang secara khusus meneliti KDP dengan subjek yang tergolong dalam remaja awal (12 atau 13 tahun hingga 17 atau 18 tahun) masih sangat diperlukan karena dalam rentang usia tersebut biasanya remaja mulai membangun hubungan pacaran untuk pertama kalinya sehingga kasus KDP rentan terjadi (Hickman, Jaycox, & Aronoff, 2004; Smith, White, & Holland, 2003). “More descriptive research is needed to gain a foundation of knowledge about the phenomenon of violence between adolescent dating partners, including study risk and protection factors beyond gender”. (Hickman, Jaycox, & Aronoff,
2004)
Pendapat tersebut didukung oleh Dickinson (Santrock, 2003) yang menyatakan bahwa kebanyakan remaja melakukan kencan pertama mereka pada usia 12-16 tahun. Data dari Annual Report Rifka Annisa WCC tahun 2003 dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2005 juga menunjukkan bahwa kasus KDP mulai terjadi pada korban yang berusia kurang dari 15 tahun. Dengan demikian, penting untuk meneliti fenomena kekerasan dalam pacaran pada masa remaja awal agar semakin diperoleh pemahaman yang utuh terhadap fenomena tersebut. Salah satu langkah penelitian yang dapat diambil untuk memahami suatu fenomena adalah dengan menggali sejauh mana pengetahuan masyarakat terhadap fenomena tersebut. Berkaitan dengan kekerasan interpersonal secara umum dan kekerasan dalam pacaran (KDP) secara khusus, terdapat empat buah langkah kesehatan masyarakat yang biasa digunakan untuk memahami dan mengatasi fenomena tersebut (Marais et.al, 2004). Gambar 1.1 : Pendekatan Kesehatan Masyarakat untuk Pencegahan Kekerasan Interpersonal (dari Marais et.al, 2004)
1
2
Mendefinisikan Masalah Mengungkapkan ukuran dan wilayah permasalahan
Mengidentifikasi faktor resiko dan faktor protektif Apa penyebab timbulnya masalah?
4
3
Mengimplementasikan Meluaskan implementasi dan penyebarannya
Merencanakan dan mengevaluasi intervensi Apa intervensinya dan untuk siapa intervensi itu diberikan?
Menurut Marais et.al (2004), dalam langkah 1, hal yang dilakukan adalah menganalisis bagaimana, kapan, dimana, dan apa itu kekerasan. Dalam langkah 2, dilakukan pengidentifikasian faktor resiko dan faktor protektif dari kekerasan. Hasil atau informasi yang didapat dari langkah 1 dan 2 tersebut sangat diperlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi (langkah 3) dan perluasan implementasi (langkah 4). Penelitian ini mengambil posisi dalam langkah 1, yaitu pendefinisian masalah. Pendefinisian masalah ini dilakukan dengan cara menggali bagaimana pengetahuan remaja, khususnya remaja awal, terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran. Hal ini dilakukan agar terdapat gambaran tentang kekerasan dalam pacaran dari sudut pandang remaja itu sendiri. Penelitian sebelumnya berkaitan dengan hal ini pernah dilakukan oleh Sears, Byers, Whelan, & Pierre (2006) serta Welsh & Mahistedt (2005).
Kedua penelitian tersebut mengungkap tentang
bagaimana opini masyarakat terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran. Hanya saja, Welsh & Mahistedt (2005) menggunakan mahasiswa sebagai subjek penelitiannya, sedangkan Sears, Byers, Whelan, & Pierre (2006) memilih remaja sebagai subjeknya. Sayangnya, kedua penelitian tersebut hanya membahas tentang kekerasan fisik dan psikologis dalam hubungan pacaran. Secara lebih spesifik, penelitian Welsh & Mahistedt (2005) membahas tentang kekerasan fisik, sedangkan penelitian Sears, Byers, Whelan, & Pierre (2006) mengungkap tentang kekerasan fisik dan psikologis yang terjadi dalam hubungan pacaran. Kekerasan seksual yang sebenarnya juga berpotensi timbul dalam hubungan pacaran tidak ditelah dalam kedua penelitian tersebut. Sebenarnya potensi timbulnya kekerasan seksual dalam hubungan pacaran sudah dibuktikan dari beberapa penelitian. Salah satunya data Annual Report Rifka Annisa WCC tahun 2002-2006. Data seperti yang dipaparkan pada tabel 1.3 di bawah ini menunjukkan bahwa gabungan antara kekerasan emosi dan seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ternyata menduduki urutan kedua sebagai bentuk kekerasan yang paling sering diterima subjek, sedangkan yang menempati urutan ketiga adalah kekerasan seksual. Tabel 1.3 : Jenis Kekerasan yang Dialami Subjek Tahun 2001-2006
Jenis Kekerasan Emosi Fisik Seksual Ekonomi Emosi-Fisik Emosi-Ekonomi Emosi-Seksual Emosi-Sosial Ekonomi-Seksual Ekonomi-FisikSeksual Emosi-EkonomiSeksual Emosi-Fisik-Ekonomi Emosi-Fisik-Seksual Emosi-Fisik-Sosial Emosi-Seksual-Sosial Emosi-Ekonomi-FisikSeksual Emosi-Ekonomi-FisikSosial Emosi-Ekonomi-FisikSeksual-Sosial TOTAL
2002 46 14 27 10
97
2003 16 0 1 1 3 4 19 0 0
Tahun 2004 16 1 1 0 6 3 4 1 1
2005 15 0 0 2 2 3 7 0 1
2006 13 0 1 0 3 2 9 0 0
1
0
0
2
3
1 4 6 0 0
0 2 2 3 1
2 0 1 0 0
0 1 0 0 0
3 7 9 3 1
2
3
2
0
7
0
1
0
0
1
0 58
3 48
0 35
0 31
3 269
Total 106 15 30 13 14 12 39 1 2
Sumber: Annual Report RAWCC tahun 2002-2006
Selain data tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Demartoto (2002) terhadap sepuluh orang korban KDP juga menampakkan hasil bahwa kekerasan seksual merupakan bentuk kekerasan yang pernah dialami oleh seluruh subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Selain itu, review penelitian yang dilakukan oleh Jejeebhoy & Bott (2003) menambahkan data bahwa kekerasan seksual sebenarnya sering terjadi pada kaum muda, namun sayangnya tidak banyak penelitian dan intervensi yang dilakukan berkaitan dengan hal tersebut. Padahal kekerasan seksual juga menimbulkan efek negatif jangka pendek maupun jangka penjang yang tidak ringan, baik dalam aspek fisik, psikologis, dan sosial (Jejeebhoy & Bott, 2003; Zweig, Barber, & Eccles, 1997). Oleh karena itu, selain ingin mengungkap tentang bagaimana pemahaman remaja terhadap fenomena kekerasan fisik dan psikologis, penelitian ini juga akan menelusur tentang sejauh mana remaja memahami fenomena kekerasan seksual yang terjadi dalam hubungan pacaran. Penelitian ini secara khusus juga akan melihat apakah terdapat perbedaan pengetahuan antara remaja putra dan putri dalam memandang fenomena kekerasan dalam pacaran. Langkah ini diambil karena dalam penelitian yang dilakukan oleh O’Keefe (1997), terlihat bahwa terdapat perbedaan alasan antara remaja putra dan putri dalam melakukan kekerasan dalam pacaran. Alasan utama yang dikemukakan oleh kedua remaja, baik putra dan putri adalah untuk mengekspresikan kemarahan. Walaupun demikian, keinginan untuk mengontrol pasangan adalah alasan kedua remaja putra dalam melakukan KDP, sedangkan untuk remaja putri lebih dilatarbelakangi oleh upaya pertahanan diri (self-defense) dari kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya. Dilatarbelakangi oleh hasil penelitian tersebut, penelitian ini ingin mengungkap apakah terdapat perbedaan pengetahuan antara remaja putra dan putri dalam memandang fenomena kekerasan dalam pacaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Berdasar pada fakta-fakta yang terkumpul, yaitu bahwa kekerasan dalam pacaran merupakan fenomena yang cukup banyak terjadi di masyarakat dan mendatangkan dampak negatif yang tidak ringan serta pentingnya mengungkap pengetahuan remaja terhadap fenomena KDP sebagai langkah awal untuk menyusun tindakan preventif, maka penelitian ini disusun untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja tentang fenomena kekerasan dalam pacaran. Secara khusus, peneliti ingin mengungkap tentang bagaimana pengetahuan remaja tentang kekerasan fisik, psikologis, dan seksual yang terjadi dalam proses pacaran. Dalam hal ini, peneliti juga akan melihat apakah terdapat perbedaan pengetahuan antara remaja putra dan putri dalam memandang fenomena kekerasan dalam pacaran. Dengan demikian, diharapkan dapat digali pemahaman yang utuh terhadap fenomena KDP dari sudut pandang remaja sehingga intervensi selanjutnya dapat disusun dengan tepat.
B.
Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah Umum Bagaimana pengetahuan remaja terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran? 2. Rumusan Masalah Khusus a. Apa bentuk dan contoh perilaku yang termasuk dalam kekerasan dalam pacaran menurut remaja putra dan putri? b. Apa faktor penyebab munculnya kekerasan dalam pacaran menurut remaja putra dan putri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui bentuk dan perilaku yang termasuk dalam kekerasan dalam pacaran menurut remaja putra dan putri. b. Mengetahui faktor penyebab munculnya kekerasan dalam hubungan pacaran menurut remaja putra dan putri.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang bagaimana pengetahuan remaja putra dan putri terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran. Dengan demikian, intervensi selanjutnya dapat disusun dengan lebih akurat, misalnya dengan mempertimbangkan perbedaan jenis kelamin dalam penyusunan langkah intervensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) oleh VandenBos (2007) didefinisikan sebagai informasi dan pemahaman tentang suatu topik tertentu atau hal-hal umum yang ada di sekitar kita yang biasanya didapat dari pengalaman atau proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Surajiyo (2007) yang menjabarkan pengetahuan sebagai suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal sesuatu atau hasil tahu manusia terhadap sesuatu. Tidak semua pengetahuan merupakan ilmu pengetahuan. Hanya pengetahuan yang telah tersusun secara sistematik serta diperoleh dengan menggunakan metode ilmiahlah yang disebut dengan ilmu pengetahuan (Soekanto, 1990; Surajiyo, 2007). Oleh karena itu, pengetahuan senantiasa bertujuan untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka akibat dari adanya ketidakpastian (Soekanto, 1990). Hal ini sesuai dengan tujuan pengetahuan teoritikal menurut Henle (1983), yaitu memahami kenyataan dan merenungkan kebenaran. Dalam psikologi, konsep pengetahuan sering disebut dengan pengetahuan umum (general knowledge). Pengetahuan ini merupakan bentuk dari sistem memori manusia yang terorganisasi mengenai segala sesuatu yang ada di kehidupan (Matlin, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Sebagai sebuah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, tentunya pengetahuan memiliki sumber. Sumber pengetahuan tersebut yang terutama adalah pengalaman, baik pengalaman langsung (pengalaman yang dialami sendiri) maupun pengalaman tidak langsung (pengalaman yang dialami oleh orang lain). Untuk pengalaman tidak langsung, pengetahuan bisa didapat individu melalui interaksinya dengan lingkungan atau melalui proses pewarisan budaya (Hadi, 1994; Surajiyo, 2007). Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan pemahaman yang terorganisir mengenai segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang dapat diperoleh melalui pengalaman langsung ataupun tidak langsung.
B. 1.
Remaja
Remaja Secara Umum Dalam kehidupannya, individu akan mengalami berbagai macam tahap perkembangan. Salah satu tahap perkembangan yang dilalui individu adalah masa remaja. Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Erikson (1963) menyebut masa ini sebagai masa pencarian identitas. Dalam proses menemukan identitasnya tersebut, Erikson mengemukakan bahwa remaja akan banyak dipengaruhi oleh norma dan nilai kelompok (Berk, 2007; Gevrig & Zimbardo, 2002). Masa remaja yang dialami individu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu masa remaja awal, tengah, dan akhir. Remaja awal berlangsung antara usia 11 hingga 14 tahun, remaja tengah berlangsung antara usia 14 hingga 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tahun, dan remaja akhir berlangsung dalam kurun usia 16-18 tahun (Berk, 2007). Ketika memasuki masa remaja, individu mengalami banyak perubahan, yaitu dari segi fisik, emosi, sosial, maupun kognitif. Dari segi fisik, pada awal remaja individu mengalami pubertas, yaitu periode saat kematangan fisik dan seksual meningkat dengan pesat (Berk, 2007; Sdorow & Rickabaugh, 2002). Peningkatan kematangan fisik dan seksual tersebut mengakibatkan remaja mengalami perubahan-perubahan dalam tubuhnya. Remaja putri mengalami menarche yang kemudian diikuti dengan berkembangnya buah dada, pinggul yang membesar, dan mulai munculnya rambut di ketiak. Pada remaja putra, perubahan tersebut ditandai dengan mimpi basah, munculnya jakun, tumbuhnya kumis, dan suara yang memberat (Baron, 1998; Davis & Palladino, 1997). Secara emosi, pada masa remaja individu biasanya mengalami fluktuasi emosi. Fluktuasi emosi tersebut dapat berhubungan dengan peningkatan hormon yang juga terjadi pada awal masa remaja ataupun karena faktor-faktor lain seperti pola makan, stres, atau relasi sosial (Santrock, 2003). Selain itu, para remaja khususnya remaja awal, belum sepenuhnya mampu mengekspresikan emosi mereka secara adekuat. Dengan sedikit provokasi, mereka dapat dengan mudah bertengkar dengan orangtua, teman, ataupun saudara. Hal tersebut menunjukkan bahwa respon yang mereka tampilkan mungkin merefleksikan displacement perasaan mereka pada orang lain. Walaupun demikian, hal tersebut normal terjadi pada masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
remaja dan akan berkurang seiring mereka beranjak dewasa (Dye & Eckhardt, 2000; Santrock, 2003). Selain perubahan fisik dan emosi, remaja juga mengalami perubahan sosial. Remaja mulai menjalin persahabatan secara intensif, baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis (Baron, 1998). Berkumpulnya remaja dalam kelompok sebaya juga merupakan salah satu perubahan sosial yang menonjol pada masa remaja. Menurut Gevrig & Zimbardo (2002), kelompok sebaya memiliki pengaruh besar bagi nilai, sikap, dan perilaku remaja. Coleman (dalam Davis & Palladino, 1997) menjelaskan tiga fungsi penting kelompok sebaya bagi remaja, yaitu: a. Menyediakan umpan balik yang dibutuhkan remaja berkaitan dengan perilaku-perilaku yang diterima kelompok dan yang tidak. b. Kelompok
sebaya
mampu
berperan
sebagai
kelompok
pendukung ketika remaja menghadapi masalah berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri mereka. Hal tersebut disebabkan karena kelompok sebaya turut mengalami perubahan-perubahan seperti yang dialami oleh remaja. c. Masa
remaja
merupakan
periode
saat
individu
mulai
mempertanyakan nilai-nilai dan perilaku yang ditanamkan oleh orang dewasa. Oleh karena itu, jika remaja mengalami masalah berkaitan dengan hal tersebut, sulit bagi remaja untuk mencari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bantuan dan nasehat dari orang dewasa. Dalam hal ini, kelompok sebaya mampu menyediakan solusi bagi remaja.
2.
Kemampuan Kognitif Remaja Menurut Piaget, pada masa remaja individu mulai memasuki tahap operasional formal (Morris & Maisto, 2002). Tahap yang dimulai pada usia 11 tahun ini merupakan tahap tertinggi dalam perkembangan kognitif individu karena pada tahap ini kemampuan individu untuk berpikir abstrak mulai berkembang (Steinberg, 2002). Dengan demikian, pemikiran remaja menjadi lebih abstrak, logis, dan idealis. Pemikiran remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret, namun remaja mulai mengembangkan situasi khayalan yang membuat mereka mampu membuat hipotesis (Hockenbury & Hockenbury, 2003). Secara lebih detil, pemikiran remaja ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: a. Berpikir tentang kemungkinan Hal ini berarti pemikiran remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang riil, namun mulai berkembang ke pemikiran abstrak (Keating dalam Gazzaniga & Heatherton, 2003; Santrock, 2003; Steinberg, 2002). b. Berpikir ke depan Remaja mampu merencanakan masa depan dengan berdasar pada pengalaman masa lalunya (Keating dalam Gazzaniga & Heatherton, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
c. Berpikir dalam hipotesis Remaja mampu berpikir logis, membuat hipotesis untuk memecahkan suatu masalah serta mampu menguji keefektifan pemecahan masalah tersebut. Remaja juga dapat menarik kesimpulan secara sistematik, baik bersifat deduktif ataupun induktif (Keating dalam Gazzaniga & Heatherton, 2003; Santrock, 2003; Steinberg, 2002). d. Metakognisi Metakognisi merupakan pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap proses kognitif yang ada pada diri individu (Matlin, 1994). Dengan metakognisi, remaja menjadi lebih introspektif serta lebih menyadari tentang diri dan pikiran-pikirannya (Steinberg, 2002). e. Berpikir multidimensi Pemikiran remaja tidak lagi terbatas pada satu hal atau satu isu saja, namun menjadi lebih kompleks (Keating dalam Gazzaniga & Heatherton, 2003; Steinberg, 2002). f. Berpikir relatif Remaja cenderung melihat sesuatu tidak hanya hitam dan putih, namun secara relatif (Steinberg, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Selain hal-hal di atas, Schaie (dalam Davis & Palladino, 1997) menambahkan bahwa tugas perkembangan kognitif masa remaja adalah untuk memperoleh informasi, pengetahuan, dan ketrampilan-ketrampilan dari lingkungan sekitarnya. Pengetahuan dan ketrampilan tersebut nantinya akan digunakan ketika mereka dewasa. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk menaruh perhatian terhadap lingkungan sekitarnya guna memenuhi tugas perkembangan ini. Adanya tugas perkembangan yang disandang remaja tersebut serta mulai berkembangnya kemampuan remaja dalam berpikir abstrak dan multidimensi mendorong remaja untuk mulai meluaskan ketertarikannya pada hal-hal yang bersifat non-riil. Remaja mulai tertarik pada topik-topik seperti hubungan interpersonal, politik, filosofi, religiusitas, maupun moral (Steinberg, 2002). Topik-topik tersebut mengandung hal-hal yang abstrak seperti persahabatan, harapan, demokrasi, keadilan, dan kejujuran; hal-hal tersebut hanya dapat dipahami dengan baik ketika kemampuan berpikir abstrak individu sudah berkembang. Oleh karena itu, jelaslah mengapa remaja lebih tertarik dan lebih mampu memahami isu-isu sosial daripada anak-anak.
3.
Remaja Sebagai Bagian dari Kelompok Sosial Sebagai bagian dari masyarakat atau kelompok sosial, remaja seringkali berperilaku atau berpandangan sesuai dengan apa yang dianut oleh kelompoknya. Remaja mengobservasi perilaku dan pandangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kelompok untuk kemudian diinternalisasi menjadi perilaku dan pandangan pribadinya. Dalam psikologi, fenomena ini disebut dengan modeling (Pervin, Cervone, & John, 2005). Dalam ranah sosiologi, fenomena ketika remaja berperilaku dan berpandangan seperti anggota kelompok merupakan hasil dari proses sosialisasi (Berry et al., 1999). Konsep modeling dicetuskan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura, dalam situasi sosial individu dapat belajar lebih cepat dengan mengamati atau melihat tingkah laku orang lain (Cloninger, 2004). Individu belajar mengenali tipe-tipe perilaku yang diterima dan tidak diterima dengan cara mengobservasi perilaku anggota kelompoknya (Pervin, Cervone, & John, 2005). Oleh karena itu, individu menjadi tahu perilaku yang diterima kelompok dan perilaku yang yang tidak diterima. Berkaitan dengan sosialisasi, proses ini menunjukkan proses pembentukan individu dengan sengaja melalui cara-cara pengajaran. Dalam proses ini, orang-orang di sekitar individu mewariskan nilai, ketrampilan, keyakinan, dan lain sebagainya melalui pewarisan tegak (dari orang tua), pewarisan miring (dari orang dewasa lainnya), atau pewarisan mendatar (dari teman sebaya) (Berry et.al., 1999). Melalui kedua hal tersebut, sosialisasi dan modeling, individu (dalam hal ini remaja) menjadi bagian dari kelompok sosial. Remaja mendapat sosialisasi
tentang
nilai-nilai
atau
perilaku
yang
berkembang
di
kelompoknya dan selanjutnya remaja meniru nilai-nilai dan perilaku tersebut. Proses tersebut berlangsung terus-menerus sehingga lama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kelamaan remaja memiliki nilai-nilai dan perilaku yang relatif sama dengan yang dimiliki oleh kelompoknya. Dalam hal ini, remaja telah menjadi bagian dari kelompok sosial tempat ia hidup.
C. Kekerasan Dalam Pacaran 1.
Pacaran Masa remaja merupakan suatu tahap ketika kebanyakan individu mulai menjalin komitmen personal dengan lebih loyal (Davis & Palladino, 1997). Salah satu komitmen personal yang dijalani individu terwujud dalam hubungan pacaran. Selain dilatarbelakangi oleh hal tersebut, pacaran identik dengan masa remaja karena pada masa ini banyak terjadi perubahan hormonal pada diri individu yang menyebabkan mereka mulai tertarik pada lawan jenis. Selain itu, hubungan heteroseksual yang diwujudkan dalam bentuk pacaran merupakan salah satu usaha untuk memenuhi tugas perkembangan sosialisasi pada remaja (Hurlock, 1980). Hal ini senada dengan yang disebutkan Fuhrmann (Yarni, 2005) yang mengatakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja adalah mempersiapkan diri secara fisik, psikis, dan sosial untuk berkomitmen dengan lawan jenis dan selanjutnya membentuk keintiman sebagai bentuk kematangan psikologis. Dowdy & Howard (Santrock, 2003) juga menambahkan bahwa meskipun banyak remaja putra dan putri saling mempengaruhi secara sosial melalui teman sebaya, namun melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pacaranlah kontak yang serius antara dua orang yang berlainan jenis kelamin muncul. Pacaran merupakan proses saling menyayangi antara dua manusia dengan jenis kelamin yang berbeda di mana didalamnya terdapat proses saling mengenal, memahami, dan sekaligus proses belajar membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah (Imran dalam Yarni, 2005). Namun terdapat perbedaan dalam memandang fungsi pacaran pada remaja awal, pertengahan, dan akhir. Tidak semua remaja memandang pacaran sebagai proses persiapan untuk menikah. Hanya remaja akhir saja yang memandang pacaran atau kencan sebagai sarana untuk mencapai keakraban, kebersamaan, dan sosialisasi. Bagi remaja awal dan pertengahan, kencan atau pacaran dipandang sebagai sarana untuk mencari kesenangan, keakraban, dan status sosial (Berk, 2007). Arsih (2006) juga menambahkan bahwa pacaran saat ini tidak lebih dari sekedar trend. Pacaran digunakan sebagai sarana untuk mencari teman having fun atau sebagai sarana pemenuhan harga diri. Bahkan yang lebih parah, pacaran kadang hanya digunakan sebagai penyaluran hasrat biologis semata. Padahal, pacaran biasanya dimulai pada masa pubertas atau remaja awal (Dickinson dalam Santrock, 2003). Oleh karena itu, kemungkinan munculnya masalahmasalah dalam hubungan pacaran rentan terjadi pada masa tersebut, misalnya kenakalan remaja dan penurunan prestasi akademik (Berk, 2007) ataupun timbulnya kekerasan dalam pacaran (Hickman, Jaycox, & Aronoff, 2004; Smith, White, & Holland, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
2.
Kekerasan Dalam Pacaran a. Pengertian kekerasan Untuk mendefinisikan konsep kekerasan, Poerwandari (2004) menggunakan dua penekanan, yaitu pada sisi intensi dan sisi akibat. Dari sisi intensi, kekerasan didefinisikan sebagai tindakan yang secara sengaja dilakukan untuk memaksa, menaklukkan, mendominasi, mengendalikan, menguasai, dan menghancurkan melalui cara-cara fisik, psikologis, deprivasi, ataupun gabungan-gabungannya dalam bermacammacam bentuk. Dari sisi akibat, kekerasan didefinisikan sebagai tindakan yang tidak disengaja, bukan intensional, tetapi didasarkan oleh ketidaktahuan, kekurang pedulian, atau alasan-alasan lain yang menyebabkan subjek secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam upaya pemaksaan, penaklukan, penghancuran, dominasi, dan perendahan manusia lain. Menurut WHO, kekerasan (violence) merupakan penggunaan kekuatan atau kekuasaan, ancaman atau berupa tindakan langsung, secara sengaja pada seseorang atau sekelompok orang yang dapat menyebabkan atau memungkinkan timbulnya luka, kematian, luka emosional, dan pertumbuhan yang terhambat (Krug et.al, 2002). Dari definisi tersebut, terlihat bahwa kekerasan lebih ditekankan pada sisi intensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Dari kedua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku atau ancaman, baik disengaja atau tidak, yang merugikan pihak lain, baik dari segi fisik maupun emosional.
b. Pengertian Kekerasan Dalam Pacaran 1)
Pengertian Umum KDP WHO dalam Krug et.al (2002) membagi kekerasan menjadi 3
kategori, yaitu kekerasan terhadap diri sendiri (self-directed violence), kekerasan kolektif (collective violence), dan kekerasan interpersonal (interpersonal violence). Dari ketiga kategori tersebut, kekerasan dalam pacaran (KDP) termasuk dalam kategori kekerasan interpersonal. Secara umum, kekerasan dalam pacaran dilihat sebagai sebuah pola dalam penggunaan kekuasaan dan kontrol yang dilakukan seseorang terhadap pasangannya (Bernstein, et.al., 2004). Menurut Wolfe, et.al (dalam Fredland, et.al, 2005) kekerasan dalam pacaran merupakan usaha untuk mengontrol atau mendominasi pasangan secara fisik, seksual, ataupun psikologis yang dapat mengakibatkan luka. Sedangkan menurut Riffka Annisa WCC (2006), kekerasan dalam pacaran diartikan sebagai segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan di luar hubungan pernikahan yang sah (berdasar UU Perkawinan 1/1974, pasal 2 ayat 2), termasuk kekerasan yang dilakukan oleh mantan suami dan mantan pacar/ pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Kekerasan dalam pacaran dapat terjadi pada siapa saja. Usia, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan, atau latar belakang ekonomi tidak membatasi seseorang untuk menjadi korban atau pelaku kekerasan. Selain itu, kekerasan dalam pacaran juga tidak terbatas pada pasangan heteroseksual, namun juga dapat terjadi pada pasangan dengan jenis kelamin yang sama (Alfonso & Madera, 2004; Bernstein, et.al., 2000). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam pacaran merupakan salah satu jenis kekerasan interpersonal yang berupa penggunaan kekuasaan dan kekuatan yang dilakukan seseorang terhadap pasangannya di luar hubungan pernikahan yang sah tanpa memandang jenis kelamin dan latar belakang pelaku dan/atau korban.
2)
Perbandingan KDP dengan Konsep Lain yang Sejenis Terdapat konsep lain yang sejenis dengan konsep kekerasan dalam
pacaran. Konsep tersebut adalah kekerasan dalam rumah tangga serta bullying. Konsep kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menurut UndangUndang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga didefinisikan sebagai: “Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (pasal 1, ayat 1)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Dari definisi tersebut, terlihat adanya persamaan dan perbedaan antara konsep KDRT dengan KDP. Persamaan yang nampak terutama dari sisi bentuk-bentuk kekerasan, yaitu mencakup kekerasan fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran. Di sisi lain, perbedaannya nampak dalam sisi ruang lingkup. Suatu kekerasan disebut dengan KDRT ketika kekerasan tersebut terjadi dalam lingkup rumah tangga, sedangkan disebut KDP ketika terjadi di luar hubungan pernikahan yang sah. Selain KDRT, konsep lain yang sejenis dengan kekerasan dalam pacaran adalah bullying. Bullying dapat didefinisikan sebagai perilaku agresif tipe proaktif yang didalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi,
menyakiti,
atau
menyingkirkan,
adanya
ketidakseimbangan kekuatan, serta dilakukan secara berulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak yang lain (Olweus, 1993; Sheras & Tippins, 2002; Gini, 2004, Pereira dkk., 2004; Veenstra dkk., 2005; Bauman & Del Rio, 2006). Menurut Olweus (1993), bullying memiliki tiga bentuk, yaitu: Bullying yang dilakukan secara langsung (bisa berbentuk bullying fisik maupun verbal) Bullying yang dilakukan secara tidak langsung (bullying psikologis) Pelecehan seksual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Fenomena bullying dapat terjadi di mana saja, namun paling sering terjadi di lingkungan sekolah sehingga istilah bullying identik dengan kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Jika dibandingkan dengan konsep kekerasan dalam pacaran, terlihat bahwa konsep bullying dan kekerasan dalam pacaran (KDP) merupakan suatu himpunan bagian. Konsep bullying merupakan konsep yang luas, dimana di dalamnya dapat mencakup kekerasan dalam pacaran (serta KDRT). Hanya saja, kekerasan dalam pacaran membahas secara lebih spesifik fenomena kekerasan yang terjadi dalam konteks hubungan romantik di luar pernikahan sedangkan istilah bullying sendiri lebih sering digunakan untuk menyebut kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan.
c. Bentuk Kekerasan Dalam Pacaran Menurut WHO, kekerasan interpersonal dapat meliputi bentukbentuk kekerasan fisik, seksual, psikologis, dan deprivatif atau penelantaran. Namun secara khusus, bentuk-bentuk kekerasan yang biasa muncul dalam hubungan pacaran adalah kekerasan fisik, emosional, dan seksual (Black et.al, 2006). 1)
Kekerasan Fisik Ketika memikirkan konsep kekerasan, kebanyakan orang langsung
mengacu
pada
kekerasan
fisik.
Padahal
dalam
kenyataannya, kekerasan fisik merupakan tingkat terakhir dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kekerasan dalam pacaran. Ketika terjadi kekerasan fisik, dalam kebanyakan kasus, telah terdapat sejarah panjang kekerasan emosional dan seringkali kekerasan seksual (Murray, 2006). Sejauh ini tidak ada penjelasan yang menerangkan secara implisit definisi kekerasan fisik. Biasanya untuk menjelaskan tentang kekerasan fisik, para ahli menggunakan contoh-contoh perilaku yang termasuk dalam kekerasan fisik. Contoh-contoh perilaku tersebut adalah menampar, memukul, mendorong, menjambak, menyakiti dengan senjata, dan lain-lain (James, West, Deters, & Armijo, 2000; Poerwandari, 2004). Dari contoh perilaku tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekerasan fisik merupakan segala bentuk kekerasan yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan fisik dan menyebabkan sakit secara fisik.
2)
Kekerasan Psikologis Kekerasan psikologis atau kekerasan emosional merupakan kekerasan tingkat pertama dan merupakan jalan menuju kekerasan fisik dan/atau kekerasan seksual (Murray, 2006). Contoh perilaku yang termasuk dalam kekerasan psikologis adalah penyerangan harga diri, membuat korban merasa cemburu, posesif yang berlebihan, melukai perasaan korban, membuat malu korban di depan umum, menyalahkan korban atas tindakan agresif yang dilakukan pelaku, dan lain-lain (James, West, Deters, & Armijo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2000). Menurut Poerwandari (2004), kekerasan jenis ini tidak hanya diekspresikan melalui ungkapan verbal (kekerasan verbal), tapi dapat pula dalam bentuk pengekangan, diskriminasi, dan penjauhan pemenuhan kebutuhan dasar (deprivasi).
3)
Kekerasan Seksual Merupakan bentuk kekerasan yang terjadi ketika seseorang memaksa pasangannya untuk melakukan aktifitas seksual di luar keinginannya (Jejeebhoy & Bott, 2003). Aktifitas seksual di luar keinginan yang dimaksud misalnya memaksa mencium, memaksa memeluk, memaksa pasangan melakukan hubungan badan, ataupun bentuk pemaksaan lain yang berkaitan dengan perilaku seksual.
d. Penyebab Kekerasan Dalam pacaran 1)
Perspektif Feminis Menurut perspektif teori feminis, kekerasan terjadi karena adanya
ketidakseimbangan
kekuatan
antara
laki-laki
dan
perempuan serta adanya pertarungan kepentingan (Poerwandari, 2004). Dalam lingkungan yang bersifat patriarki, dominasi kaum laki-laki merupakan sesuatu yang wajar dan kekerasan adalah hal yang diterima dan digunakan sebagai alat untuk mengontrol perempuan. Laki-laki belajar sejak kecil bahwa kekerasan terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
perempuan merupakan hal yang normal (O’Kefee & Treister, 1998.).
2)
Perspektif Belajar Sosial Psikologi pemahaman
menekankan
internal
dalam
pada
internalisasi
menjelaskan
nilai
kekerasan,
dan yang
menyebabkan pelaku terus melakukan kekerasan dan korban tetap tinggal dalam posisinya sebagai korban (Poerwandari, 2004). Internalisasi nilai dan pemahaman internal tersebut dapat dijelaskan melalui teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura. Dalam teori belajar sosial, individu belajar mengenai suatu hal dengan cara mengamati tingkah laku orang lain (Cloninger, 2004; Pervin, Cervone, & John, 2005). Anak-anak belajar tentang nilai-nilai
dan
ketrampilan-ketrampilan
dasar
dengan
cara
mengobservasi nilai-nilai dan perilaku significant others-nya (Gazzaniga & Heatherton, 2003). Oleh karena itu, kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap pasangannya juga merupakan hasil dari perilaku yang dipelajari.
e. Perbedaan Jenis Kelamin Dalam Menanggapi KDP Masa remaja merupakan periode gender intensification, yaitu peride ketika terjadi peningkatan kepercayaan terhadap gender role
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
stereotype (Berk, 2007). Gender role stereotype atau stereotip peran gender sendiri oleh Lefton (2000) didefinisikan sebagai kepercayaankepercayaan tentang perilaku mana yang tepat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.
Stereotip peran gender ini sangat dipengaruhi oleh
kondisi budaya setempat. Selain itu, stereotip peran gender ini nantinya akan menetukan sikap dan perilaku individu (Lips, 1988). Peningkatan kepercayaan terhadap stereotip peran gender pada awal masa remaja sangat berkaitan dengan perubahan-perubahan biologis, sosial, dan kognitif yang terjadi remaja. Pertama, penampilan fisik yang berubah pada awal masa remaja karena efek pubertas membuat remaja lebih terpusat pada penampilan fisik mereka dan berusaha membuat penampilan mereka sesuai dengan beban gender yang disandangnya. Selain itu, dorongan dari orangtua juga semakin besar dalam mengarahkan remaja untuk berperilaku sesuai peran gender yang dimilikinya. Ketika remaja mulai berpacaran, kecenderungan untuk berperilaku sesuai dengan peran gendernya lebih meningkat. Hal tersebut dilakukan remaja dalam usaha untuk meningkatkan daya tarik mereka. Terakhir, perubahan kognitif yang terjadi pada awal masa remaja, yaitu remaja mulai lebih peka terhadap pikiran dan pendapat orang lain, membuat remaja lebih responsif terhadap pengharapanpengharapan akan peran gender yang harus disandangnya (Berk, 2007). Peningkatan kepercayaan terhadap stereotip peran gender ini membuat remaja memiliki tujuan yang berbeda dalam menjalin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
hubungan sosial. Pada remaja putri, keintiman dan pengasuhan atau pemeliharaan menjadi tujuan yang utama, sedangkan pada remaja putra, dominasi dan kepemimpinanlah yang terutama (Jarvinen & Nicholls dalam Baron, 1998). Perbedaan tujuan ini tentunya akan berdampak pada respon pikiran dan perilaku yang ditampilkan remaja. Perbedaan respon tersebut salah satunya tampak dari hasil penelitian O’Keefe (1997) yang menyebutkan bahwa selain sebagai ekspresi kemarahan, alasan remaja putra dalam melakukan kekerasan dalam pacaran adalah keinginan untuk mengontrol pasangan, sedangkan pada remaja putri sebagai upaya pertahanan diri. Selain itu, Cowan & Quinton (dalam Mahlstedt & Welsh, 2005) mengungkap tentang perbedaan laki-laki dan perempuan dalam menganalisis fenomena perkosaan. Bagi laki-laki, mereka cenderung menyalahkan perempuan atas kasus perkosaan yang dialaminya (victim blaming), sedang bagi perempuan, perkosaan terjadi lebih disebabkan karena rasa permusuhan dan dominasi laki-laki terhadap perempuan. Dengan demikian, jelaslah bahwa stereotip peran gender yang berkembang di masyarakat membuat individu dengan jenis kelamin yang berbeda menampilkan pikiran dan perilaku yang berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Berdasar pada hal-hal tersebut, maka ada kemungkinan remaja laki-laki dan perempuan juga akan menampilkan respon yang berbeda dalam menanggapi fenomena kekerasan dalam pacaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
D. Pengetahuan Remaja Tentang Fenomena KDP Masa remaja awal merupakan periode ketika individu mengalami banyak perubahan dalam hidupnya. Pada masa ini individu mengalami perubahan biologis yang menyebabkan individu mulai tertarik pada lawan jenis (Berk, 2007). Oleh karena itu, pacaran biasanya mulai muncul pada masa ini (Dickinson dalam Santrock, 2003). Namun sayangnya, pada masa ini pacaran hanya dipandang sebagai sarana untuk mencari kesenangan, keakraban, dan status sosial (Berk, 2007). Dengan demikian, hubungan pacaran yang dilakukan di masa ini besar kemungkinannya memunculkan berbagai masalah, salah satunya adalah kekerasan dalam pacaran (Hickman, Jaycox, & Aronoff, 2004; Smith, White, & Holland, 2003). Kekerasan dalam pacaran (KDP) merupakan salah satu jenis kekerasan interpersonal yang dilakukan seseorang terhadap pasangannya di luar hubungan pernikahan yang sah tanpa memandang jenis kelamin dan latar belakang pelaku dan/atau korban. Kekerasan dalam pacaran tidak hanya terbatas pada pasangan heteroseksual, namun juga dapat terjadi pada pasangan homoseksual (Alfonso & Madera, 2004; Bernstein, et.al., 2000). Sebagai sebuah masalah sosial, kekerasan dalam pacaran menimbulkan dampak negatif yang tidak bisa dikatakan ringan. Kekerasan dalam pacaran dapat menimbulkan stres paska trauma, gejala disoasiatif, kecemasan, dan depresi (Callahan, Tolman, & Saunders, 2003). Selain itu, urgensi untuk menangani masalah kekerasan dalam pacaran yang timbul di masa remaja menguat karena fenomena ini muncul pada tahap perkembangan dimana hubungan romantis mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
terjalin. Individu biasanya akan mempelajari pola-pola interaksi pada hubungan tersebut dan membawanya sampai ke masa dewasa (Werkerle & Wolfe, 1999). Oleh karena itu, kekerasan dalam pacaran muncul sebagai prediktor yang lebih baik daripada kekerasan pada masa kanak-kanak dalam memprediksi timbulnya kekerasan di usia dewasa (Smith, White, & Holland, 2003). Sebagai langkah awal untuk mencegah semakin meluasnya fenomena kekerasan dalam pacaran, hal yang bisa dilakukan adalah mencari tahu sejauh mana pengetahuan remaja, khususnya yang termasuk dalam kategori remaja awal tentang fenomena ini. Dengan mengetahui bagaimana pengetahuan remaja tersebut, kita dapat menaksirkan sejauh mana remaja memahami atau tidak memahami fenomena kekerasan dalam pacaran. Dengan demikian, langkah selanjutnya dapat disusun dengan lebih tepat. Pengetahuan sendiri dapat diartikan sebagai pemahaman yang terorganisir mengenai segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang dapat diperoleh melalui pengalaman langsung ataupun tidak langsung. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja berkaitan dengan fenomena kekerasan dalam pacaran, tentunya kita harus mempertimbangkan kedudukan remaja dalam kelompok sosial. Sebagai bagian dari kelompok sosial, tentunya remaja sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang berlaku di kelompoknya. Remaja akan berpikir dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh kelompok. Ditambah lagi, masa remaja merupakan masa pencarian identitas (Erikson, 1963) sehingga remaja akan banyak dipengaruhi oleh norma dan nilai kelompok (Berk, 2007; Gevrig & Zimbardo, 2002). Awal masa remaja juga merupakan masa dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
tingkat kepercayaan terhadap stereotip gender meningkat. Oleh karena itu, para remaja yang termasuk dalam kategori remaja awal akan lebih cenderung untuk berpikiran dan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh kelompok (Berk, 2007). Salah satu contoh yang membuktikan bahwa perilaku remaja dipengaruhi oleh nilai-nilai kelompok adalah respon remaja ketika ditanya tentang alasan mereka melakukan kekerasan dalam pacaran. Alasan utama remaja putra dan putri dalam melakukan kekerasan dalam pacaran adalah sebagai ekspresi kemarahan. Walaupun demikian, alasan kedua yang dikemukakan oleh remaja putra adalah keinginan untuk mengontrol pasangan, sedangkan alasan kedua remaja putri adalah sebagai usaha untuk mempertahankan diri dari pasangan (O’Keefe, 1997). Respon remaja tersebut dapat dikatakan dipengaruhi oleh nilai-nilai kelompok karena respon tersebut sesuai dengan stereotip gender yang berkembang di masyarakat, yakni bahwa laki-laki harus dominan dan memiliki kontrol sedangkan perempuan harus mengalah (Lips, 1988). Dengan didasarkan pada hal tersebut, penelitian ini selain ingin mengetahui bagaimana pengetahuan remaja, khususnya remaja awal terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran juga ingin mencari tahu apakah terdapat perbedaan pengetahuan antara remaja putra dan putri dalam memahami kekerasan dalam pacaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Gambar 2.1 : Kerangka Penelitian Pengetahuan Remaja Terhadap KDP
Pengetahuan tentang bentuk & perilaku KDP Stereotipe peran gender Pengetahuan tentang faktor penyebab KDP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi deskriptif. Penelitian studi deskriptif memiliki tujuan untuk mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasi suatu kondisi tertentu. Sebagai sebuah studi deskriptif, penelitian ini berfungsi sebagai penelitian dasar (basic research) yang bertujuan untuk memahami bagaimana fenomena-fenomena terjadi di sekitar kita (Patton, 2002). Secara khusus, penelitian ini ingin mendeskripsikan pengetahuan remaja tentang fenomena kekerasan dalam pacaran sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Mack et.al. (2005) mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif efektif digunakan dalam menggali data yang berupa informasi spesifik tentang nilai-nilai, opini, perilaku, dan konteks sosial budaya dari sebuah populasi. Selain itu, pendekatan kualitatif juga mampu memfasilitasi peneliti dalam menyediakan deskripsi data yang menyeluruh tentang bagaimana respon individu terhadap suatu topik atau isu tertentu. Berdasar pada hal asumsi itulah maka peneliti menggunakan kualitatif sebagai pendekatan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
B.
Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Metode Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah focus groups discussion. Focus groups discussion (FGD) adalah metode pengumpulan data pada penelitian kualitatif dimana satu atau dua peneliti dan beberapa partisipan bertemu dalam sebuah kelompok untuk mendiskusikan sebuah topik yang diajukan oleh peneliti (Mack, et.al., 2005). Dalam FGD, peneliti akan memimpin proses diskusi dengan meminta partisipan untuk merespon pertanyaan-pertanyaan terbuka yang akan diajukan oleh peneliti. Oleh karena itu, apa yang diungkapkan partisipan selama proses diskusi merupakan data penting dalam FGD (Morgan, 1998a). Focus groups discussion digunakan untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif berkaitan dengan pengalaman-pengalaman dan kepercayaankepercayan subjek dalam waktu yang relatif cepat (Morgan, 1998a). Secara lebih mendetil, Mack, et.al. (2005) menjelaskan bahwa FGD merupakan metode yang sangat efektif untuk mengidentifikasi norma-norma dan/atau nilai-nilai kelompok, mendapatkan opini dari anggota kelompok tentang norma dan/atau nilai yang berlaku dalam kelompok, serta menangkap variasi opini atau pandangan individu tentang suatu hal dalam sebuah populasi. Kelebihan FGD sebagai sebuah metode penelitian kualitatif tampak dari kedinamisan serta keberagaman data dari kelompok. Dalam proses diskusi, antar partisipan akan saling mempengaruhi melalui reaksi mereka terhadap apa yang diungkapkan oleh partisipan lain. Selain itu, karena dalam suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kelompok tidak setiap partisipan memiliki pandangan dan pengalaman yang sama, maka akan muncul berbagai keberagaman pandangan atau opini partisipan terhadap suatu topik yang diajukan (Mack, et.al., 2005). Hal ini sesuai dengan saran Morgan (1998b) yang meminta peneliti untuk mempertimbangkan metode FGD ketika penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memahami variasi pandangan partisipan tentang suatu hal. Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa metode focus groups discussion merupakan metode yang tepat untuk penelitian ini. Hal ini disebabkan karena karakteristik FGD, yaitu cocok untuk menggali variasi opini atau pandangan individu tentang suatu hal dalam waktu yang relatif cepat, sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan yang dimiliki remaja tentang kekerasan dalam pacaran.
2. Peran Peneliti dalam Pengumpulan Data Dalam penelitian dengan focus groups discussion ini, peneliti berperan sebagai moderator, yaitu orang yang memoderatori jalannya diskusi (Krueger, 1998b). Peneliti akan menjadi moderator dalam setiap diskusi yang dilakukan dalam penelitian ini. Pada prakteknya, peneliti akan dibantu oleh seorang asisten moderator. Asisten moderator ini bertugas untuk memonitor jalannya diskusi, memastikan tape recorder berjalan dengan sempurna selama proses diskusi berlangsung, mencatat hasil diskusi, serta bersama-sama dengan peneliti membangun suasana agar para partisipan dapat merasa nyaman sehingga mereka dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
berdiskusi dengan baik. Dalam penelitian ini, yang berperan sebagai asisten moderator adalah rekan peneliti.
C. Partisipan Penelitian 1. Karakteristik Partisipan Karakteristik partisipan penelitian ini adalah: a. Remaja yang berusia 11-14 tahun (kategori remaja awal). Partisipan secara khusus dipilih dari kategori remaja awal karena beberapa alasan berikut: 1. Dalam masa remaja awal, biasanya remaja mulai menjalin hubungan pacaran untuk pertama kalinya (Hickman, Jaycox, & Aronoff, 2004). 2. Pada masa ini, remaja memandang pacaran hanya sebagai sarana untuk mencari kesenangan, keakraban, dan status sosial sehingga banyak masalah timbul dalam masa ini (Berk, 2007). Salah satu masalah yang berpotensi muncul adalah kekerasan dalam pacaran (Smith, White, & Holland, 2003). b. Antar remaja dalam satu kelompok diusahakan saling mengenal satu dengan yang lain. Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggabungkan remajaremaja yang sudah saling mengenal dalam satu kelompok.
Hal ini
dilakukan dengan asumsi bahwa ketika antar remaja sudah saling mengenal, maka suasana menjadi lebih cair sehingga mereka menjadi lebih leluasa dalam berpendapat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
2. Teknik Pengambilan Partisipan Penelitian Dalam penelitian kualitatif, partisipan atau subjek penelitian tidak dipilih secara acak namun umumnya menggunakan pendekatan purposif, yaitu dengan mengikuti kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu, partisipan penelitian juga tidak diarahkan pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai dengan kekhususan masalah penelitian dan kecocokan konteks (Poerwandari, 2005). Dalam penelitian ini, teknik pengambilan partisipan dilakukan dengan cara: a. Memilih beberapa partisipan berdasar karakteristik yang telah ditentukan. b. Berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti tidak mengetahui lingkaran pertemanan diantara partisipan, maka peneliti meminta bantuan pada beberapa partisipan untuk mengajak teman-temannya berpartisipasi dalam penelitian ini. c. Peneliti mencocokkan karakteristik calon partisipan yang diajukan oleh beberapa partisipan dengan karakteristik yang telah ditentukan. d. Setelah menemukan calon-calon partisipan yang cocok dengan karakteristik penelitian, peneliti menghubungi calon partisipan tersebut untuk menanyakan kesediaan mereka berpartisipasi dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pada awalnya, terdapat 37 orang remaja yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini (18 remaja putra dan 19 remaja putri). Namun dalam prosesnya, enam orang remaja berhalangan hadir ketika proses diskusi berlangsung. Dari keenam orang tersebut, empat diantaranya tidak hadir dengan memberikan konfirmasi pada saat pelaksanaan dan dua sisanya tidak hadir tanpa konfirmasi. Dengan demikian, pada akhirnya penelitian ini berjalan dengan 31 orang partisipan, yaitu 15 partisipan laki-laki dan 16 partisipan putri.
3. Jumlah Partisipan Dalam Tiap Kelompok Dalam focus groups discussion, penting untuk mempertimbangkan berapa jumlah partisipan yang akan digunakan dalam tiap kelompok (Mack, et.al., 2005). Morgan (1998b) membedakan kelompok dalam FGD menjadi dua, yaitu kelompok besar dan kelompok kecil. Kelompok besar beranggotakan 10 partisipan atau lebih sedangkan kelompok kecil beranggotakan 6 partisipan atau kurang. Peneliti disarankan menggunakan kelompok besar ketika: a. Partisipan memiliki sedikit keterlibatan dengan topik penelitian. b. Tujuan penelitian untuk mengetahui tanggapan-tanggapan singkat tentang suatu hal (seperti brainstorming).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Peneliti disarankan menggunakan kelompok kecil bila: a. Partisipan memiliki keterlibatan yang mendalam dengan topik penelitian. b. Emosi-emosi partisipan dapat terungkap lewat topik penelitian. c. Partisipan mengetahui banyak hal berkaitan dengan topik penelitian. d. Topik penelitian merupakan hal yang kontroversial dan kompleks. e. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tanggapan mendalam partisipan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan mendalam subjek tentang fenomena kekerasan dalam pacaran. Berdasar pada tujuan tersebut serta mengingat bahwa kekerasan dalam pacaran merupakan fenomena yang kompleks serta memungkinkan banyak emosi partisipan terlibat di dalamnya, maka peneliti akan menggunakan kelompok kecil dalam penelitian ini. Partisipan dalam tiap kelompok berjumlah kurang lebih 6 orang.
4. Komposisi Partisipan Dalam Tiap Kelompok Tiap kelompok beranggotakan partisipan dengan jenis kelamin yang sama. Hal ini dilakukan mengingat topik penelitian ini adalah kekerasan dalam pacaran, dimana tidak menutup kemungkinan penjelasan tentang gender timbul dalam diskusi tentang topik ini. Dengan hanya mengumpulkan partisipan berjenis kelamin sama dalam satu kelompok, diharapkan partisipan dapat merasa lebih nyaman dan bebas dalam mengungkapkan pengetahuannya tanpa perlu merasa malu dan segan pada partisipan lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
5. Waktu diskusi tiap kelompok Waktu diskusi dalam tiap kelompok dialokasikan kurang lebih 90 menit. Walaupun demikian, waktu 90 menit di sini bukan menjadi patokan baku. Jika ternyata proses diskusi membutuhkan waktu yang lebih panjang atau lebih singkat, maka proses akan berjalan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
D. Instrumen Penelitian 1. Panduan Diskusi Diskusi dilakukan dengan menggunakan panduan diskusi yang telah disusun sebelumnya. Tabel 3.1 di bawah ini merupakan panduan diskusi secara umum sedangkan tabel 3.2 merupakan panduan diskusi secara praktis. Panduan diskusi umum disusun berdasar pada pertanyaan penelitian dan kerangka teoritis pada Bab II, sedangkan panduan diskusi praktis disusun berdasar kaidah-kaidah penyusunan pertanyaan dalam FGD, yaitu meliputi pertanyaan pembuka, pertanyaan transisi, pertanyaan kunci, dan pertanyaan penutup (Krueger, 1998a).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3.1 : Panduan Diskusi Secara Umum 1.
Kekerasan dalam pacaran secara umum Apa yang terbesit di pikiran kalian ketika mendengar kekerasan dalam pacaran?
2. Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran a. Apa saja macam-macam kekerasan yang biasanya timbul dalam pacaran? b. Apa maksud dari masing-masing kekerasan yang kalian sebutkan tadi? c. Apa saja contoh perilaku yang termasuk dalam jenis kekerasan yang kalian sebutkan tadi?
3. Faktor penyebab munculnya kekerasan dalam hubungan pacaran a. Menurut kalian, mengapa dalam pacaran terjadi kekerasan? b. Sebelumnya kalian sudah menyebutkan macam-macam kekerasan yang biasa timbul dalam pacaran. Menurut kalian, mengapa kekerasan A dapat terjadi dalam hubungan pacaran? Bagaimana dengan kekerasan B dan C? (catatan: pertanyaan untuk mengungkap tentang faktor penyebab timbulnya bentuk-bentuk kekerasan secara spesifik bergantung dari variasi jawaban subjek pada pertanyaan no. 2a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 3.2 : Panduan Diskusi Secara Praktis
Pertanyaan Pembuka 1. Nah, yang pertama-tama nih, temen-temen yang ada di sini itu udah pada pernah pacaran belum? 2. Kalau melihat orang pacaran udah pernah atau belum? 3. Nah, biasanya orang pacaran itu ngapain sih? 4. Kira-kira hal-hal negatif apa yang terjadi dalam proses pacaran? (catatan: ditanyakan jika jawaban pertanyaan no. 3 hanya menyebutkan hal-hal positif dalam proses pacaran). Pertanyaan Transisi 5. Kalo temen-temen denger kata “pacaran”, kira-kira apa yang terbersit di pikiran kalian? 6. Nah kalau denger kata kekerasan, yang terbersit di pikiran kalian apa? 7. Nah, kekerasan itu kira-kira perilaku yang bisa diterima nggak? 8. Jadi sebaiknya dilakukan atau tidak? 9. Temen-temen di sini pernah melihat seorang pacar yang melakukan kekerasan terhadap pasangannya? 10. Jika ya, kekerasan seperti apa yang kalian lihat? Pertanyaan Kunci 11. Menurut temen-temen nih, kekerasan dalam pacaran itu apa to? 12. Contoh-contoh perilaku apa yang bisa dikatakan kekerasan dalam pacaran? 13. Jadi kalau dari contoh-contoh perilaku itu sebenernya kekerasan dalam pacaran itu dapat berupa kekerasan apa saja sih? 14. Kira-kira apa yang termasuk dalam kekerasan fisik? 15. Kalau yang termasuk dalam kekerasan mental itu yang seperti apa? 16. Kalau didefinisikan, kekerasan fisik itu kira-kira apa to? 17. Kalau kekerasan mental itu apa? 18. Tapi pada kenyataannya di dalam pacaran itu ya terjadi kekerasan gitu to. Itu kira-kira kenapa? 19. Kira-kira kenapa sih kok pelaku itu melakukan kekerasan? 20. Kok bisa sih korban itu dikenai kekerasan ? Kira-kira kenapa? 21. Nah, kalau untuk faktor lainnya (di luar sisi pelaku atau korban ) ada nggak kira-kira yang berpengaruh sehingga kekerasan itu bisa terjadi? 22. Nah, kalau menurut temen-temen sendiri nih baik nggak kalau dalam pacaran itu ada kekerasan? 23. Jadi mereka baru mulai pacaran gimana caranya biar tidak mengalami kekerasan? 24. Nah, tapi nek misalnya nih mereka sudah terlanjur terjadi kekerasan dalam pacaran, sudah terlanjur pasangannya melakukan kekerasan terhadap pasangan yang lainnya. Itu kira-kira apa nih yang bisa kita lakukan? 25. Bagaimana supaya remaja tidak mengalami kekerasan dalam pacaran secara umum? Kira-kira ide-ide apa yang ada? Pertanyaan Penutup 26. Apakah ada hal lain yang ingin disampaikan berkaitan dengan kekerasan dalam pacaran?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2. Alat perekam Peneliti menggunakan alat perekam (tape recorder), kaset, dan baterai untuk membantu mendokumentasikan data. Alat-alat ini selalu digunakan dalam proses diskusi.
E.
Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan a. Menghubungi calon partisipan. b. Menanyakan kesediaan partisipan untuk menjadi partisipan dalam penelitian. c. Membuat janji untuk berdiskusi. d.
Meminta partisipan mengisi form kesediaan sebagai bukti kesediaannya berpartisipasi dalam diskusi yang akan dilangsungkan pada tanggal dan waktu yang telah disepakati bersama.
2. Tahap Pengambilan Data a. Prosedur Pengambilan Data 1) Game untuk ice breaking Sebelum diskusi dimulai, peneliti mengajak partisipan bermain dalam permainan yang bersifat menghibur. Tidak hanya partisipan, peneliti dan/atau asisten moderator juga turut dalam permainan tersebut. Tujuan peneliti memberikan permainan sebelum diskusi adalah agar tercipta suasana yang lebih cair dan akrab, baik antar partisipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
maupun antara partisipan dengan peneliti dan asisten moderator. Alokasi waktu untuk permainan kurang lebih 15 menit. 2) Istirahat Setelah
permainan,
peneliti
mempersilakan
partisipan
untuk
beristirahat. Peneliti juga mempersilakan partisipan untuk menikmati hidangan yang telah disediakan. Pada kesempatan itu, peneliti dan asisten moderator lebih mengakrabkan diri dengan partisipan melalui obrolan singkat seputar pengalaman partisipan dalam permainan yang dilakukan sebelumnya. Alokasi waktu untuk istirahat kurang lebih 15 menit. 3) FGD Pembuka Setelah istirahat, peneliti langsung mengajak partisipan untuk berdiskusi namun tidak dengan tema kekerasan dalam pacaran, melainkan dengan tema masa depan. Hal ini dilakukan agar partisipan terbiasa dengan proses diskusi. Diskusi “Masa Depan” ini memiliki standar aturan yang sama dengan diskusi “Kekerasan Dalam Pacaran” sehingga partisipan dapat mempelajari bagaimana sebuah proses diskusi itu berlangsung. Di akhir diskusi “Masa Depan” ini, peneliti meminta partisipan untuk mengevaluasi performansi peneliti sebagai moderator. Sebaliknya, peneliti juga mengevaluasi performansi peserta. Evaluasi yang diberikan peneliti kurang lebih berkaitan dengan volume suara dan ajakan agar partisipan lebih terbuka dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
memberikan pendapat. Alokasi waktu untuk diskusi ini kurang lebih 30 menit. 4) FGD “Kekerasan Dalam Pacaran” Setelah diskusi tentang masa depan, barulah peneliti mengajak partisipan untuk mendiskusikan tema kekerasan dalam pacaran. Sebelum memulai diskusi, peneliti memberitahukan kembali hal-hal apa saja yang harus diperhatikan oleh partisipan. Sebelumnya, peneliti telah memberitahukan hal-hal tersebut ketika akan memulai diskusi “Masa Depan”, namun peneliti memberitahukannya kembali agar partisipan lebih memahaminya. Hal-hal tersebut adalah: a) Jangan malu untuk berpendapat karena segala yang disampaikan dalam diskusi ini terjaga kerahasiannya. b) Jangan takut untuk berpendapat karena tidak ada jawaban yang benar atau salah. Apapun pendapat partisipan akan menjadi hal yang sangat berharga untuk diskusi ini. c) Dimohon untuk saling menghargai antar teman. Jadi ketika ada salah satu teman yang berpendapat, dimohon yang lain untuk mendengarkan. d) Dimohon untuk berbicara dengan suara keras agar suara dapat masuk ke dalam tape recorder. e) Dimohon untuk berbicara satu per satu untuk menghindari suara yang tumpang tindih dalam tape recorder.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
f) Bagi yang membawa handphone, dimohon untuk men-silent handphonenya. Setelah partisipan merasa jelas dan tidak memiliki pertanyaan berkaitan dengan hal-hal tersebut, barulah peneliti memulai diskusi dengan tema kekerasan dalam pacaran. 5) Mengisi data diri dan angket Setelah proses diskusi selesai, peneliti meminta partisipan untuk mengisi data diri dan angket evaluasi. Angket evaluasi tersebut berisi evaluasi pengalaman partisipan selama mengikuti proses diskusi. Alokasi waktu untuk pengisian angket dan data diri ini kurang lebih 15 menit. Secara lebih ringkas, penjelasan prosedur pengambilan data dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 : Prosedur Pengambilan Data No. 1
2 3 4 5
Nama Kegiatan Game ice breaking
Tujuan
Agar tercipta suasana yang lebih cair dan akrab, baik antar partisipan maupun antara partisipan dengan peneliti dan observer. Istirahat Mengakrabkan diri dengan partisipan FGD “Masa Depan” Agar partisipan terbiasa dengan proses diskusi FGD “Kekerasan Mengetahui gambaran pengetahuan Dalam Pacaran partisipan tentang KDP. Mengisi data diri Mengetahui data diri peserta dan evaluasi angket peserta terhadap jalannya diskusi.
Alokasi Waktu 15 menit
15 menit 30 menit 90 menit 15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
b. Tanggal dan Waktu Pengambilan Data Pelaksanaan pengambilan data untuk tiap kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 : Pelaksanaan Pengambilan Data
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
Tanggal Diskusi 11 Januari 2008
Waktu Keseluruhan 17.15 – 20.00
20 Januari 2008
09.10 – 11.30
27 Januari 2008
16.00 – 18.15
29 Januari 2008
12.45 – 16.00
1 Februari 2008
11.30 – 14.30
3 Februari 2008
11.10 – 13.05
Waktu FGD KDP 18.30 – 19.35 (65 menit) 10.10 – 11.00 (50 menit) 17.00 – 17.50 (50 menit) 14.10 – 15.40 (90 menit) 12.45 – 14.05 (80 menit) 12.00 – 12.45 (45 menit)
Tempat Rumah peneliti Rumah peneliti Rumah asisten moderator Rumah salah seorang partisipan Rumah peneliti Rumah peneliti
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 1. Kredibilitas Konsep kredibilitas sering digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengganti konsep validitas. Konsep validitas sendiri dimaksudkan sebagai derajat sejauh mana ketepatan, kebermaknaan, dan kegunaan hasil penelitian (American Educational Research Association, American Psychological Association, dan National Council on Measurement in Education dalam Tjundjing, 2004). Kredibilitas atau validitas dalam penelitian kualitatif mengacu pada keberhasilan penelitian tersebut dalam mencapai tujuannya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
yaitu mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan suatu hal. Salah satu ukuran kredibilitas dalam penelitian kualitatif adalah adanya deskripsi mendalam yang mampu menjelaskan kompleksitas aspek-aspek yang terkait dalam sebuah penelitian serta bagaimana interaksi antar aspek tersebut (Poerwandari, 2005). Dalam penelitian kualitatif, validitas atau kredibilitas dicapai tidak dengan manipulasi variabel, melainkan melalui orientasi dan upayanya untuk mendalami situasi nyata dengan menggunakan desain penelitian yang paling cocok (Poerwandari, 2005). Konsep validitas atau kredibilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: b. Validitas argumentatif Validitas ini dicapai melalui penjabaran hasil temuan dan kesimpulan yang bersifat logis dan rasional yang dapat dibuktikan dengan cara melihat kembali ke data mentah. c. Validitas komunikatif Validitas ini dilakukan melalui konformasi kembali data dan hasil yang didapat pada partisipan penelitian secara informal. Pada penelitian ini, konfirmasi tidak dapat dilakukan pada seluruh partisipan karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh partisipan. Konfirmasi hanya dilakukan pada beberapa partisipan dari tiap kelompok diskusi. Berikut rincian pelaksanaan konfirmasi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Tabel 3.5 Pelaksanaan Konfirmasi Data Kepada Partisipan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Partisipan Partisipan A kelompok 1 Partisipan E kelompok 2 Partisipan D kelompok 3 Partisipan kelompok 4 Partisipan A kelompok 5 Partisipan C kelompok 6
dan C pada
Konfirmasi Pertama (Verbatim) 1 Juni 2008
Konfirmasi Kedua (Hasil Penelitian) 21 September 2008
dan F pada
9 Maret 2008
21 September 2008
dan E pada
13 Juli 2008
28 September 2008
A
pada
27 Juli 2008
14 September 2008
dan C pada
8 Juni 2008
14 September 2008
dan D pada
22 Juni 2008
7 September 2008
d. Validitas ekologis Validitas ini menunjuk pada sejauh mana penelitian yang dilakukan berada dalam kondisi alamiah partisipan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti tidak memberikan perlakuan apapun terhadap partisipan yang berkaitan dengan fokus penelitian.
2. Dependability Konsep yang dapat menggantikan konsep reliabilitas dalam penelitian kualitatif adalah dependability. Dalam hal ini, peningkatan reliabilitas tidak dilakukan dengan cara pengendalian atau manipulasi variabel penelitian. Hal yang dilakukan untuk mencapai reliabilitas dalam penelitian kualitatif adalah melakukan pencatatan secara rinci terkait dengan alur penelitian. Dengan pencatatan rinci tersebut, orang lain mampu mempelajari dengan seksama langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh peneliti sehingga pada akhirnya mampu mengkaji ulang atau mengkritisinya (Poerwandari, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk mencapai dependability penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Melakukan pendokumentasian data dengan dua cara, yaitu dengan alat perekam serta dengan catatan tangan yang dilakukan oleh observer sehingga data dapat ditangkap dengan lebih cermat serta dapat dikroscek satu dengan yang lain. b. Menjabarkan alur dan hasil penelitian secara rinci dan lugas.
G.
Metode Analisis Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka data yang dihasilkan akan berbentuk data deskriptif. Oleh karena itu, analisis yang digunakan adalah analisis isi berdasarkan data verbatim hasil focus groups discussion. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis isi tersebut adalah: 1. Organisasi Data Organisasi data merupakan langkah awal dari pengolahan data. Highlen & Finley (dalam Poerwandari, 2005) mengungkapkan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk memperoleh kualitas data yang baik. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mendokumentasikan analisis yang dilakukan serta menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penelitian. Organisasi data yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah menyimpan dan mengorganisasi kaset hasil rekaman focus groups discussion, transkip verbatim hasil focus groups discussion, data hasil pengkodean, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
data-data
yang
sudah
dikategorisasikan.
Data-data
tersebut
akan
diorganisasikan sesuai dengan masing-masing kelompok diskusi.
2. Pengkodean data Pengkodean data dilakukan untuk mengorganisasi dan mensistematisasi data-data yang ada sehingga dapat memunculkan gambaran menyeluruh tentang topik penelitian, dalam hal ini pengetahuan remaja tentang kekerasan dalam pacaran. Langkah pengkodean yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendengarkan kaset rekaman secara berulang-ulang segera setelah satu diskusi selesai dijalankan. Hal ini dilakukan agar peneliti memperoleh insight dari diskusi tersebut. Insight tersebut nantinya akan digunakan sebagai bahan diskusi untuk kelompok selanjutnya. 2. Menyusun transkip verbatim segera setelah diskusi selesai dilakukan. Khusus untuk kelompok diskusi 2, peneliti tidak bisa membuat transkip verbatim secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena tanpa peneliti sadari, tape recorder tidak merekam jalannya diskusi dengan semestinya. Oleh karena itu, kurang lebih hanya separuh dari proses diskusi yang terekam dalam tape recorder. Untuk separuh data diskusi yang tidak terekam, peneliti menggunakan catatan dari asisten moderator sebagai data yang nantinya akan diproses lebih lanjut. 3. Membaca berulang-ulang transkip verbatim tersebut sebelum melakukan koding untuk memperoleh gambaran umum tentang tema.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
4. Setelah peneliti berhasil mengidentifikasi tema-tema yang muncul, tematema tersebut dikategorikan dengan seksama. 5. Membaca dan mencermati tema-tema yang ada sehingga diperoleh pola hubungan dari masing-masing tema serta antar tema. 6. Melakukan keabsahan data sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Interpretasi Langkah selanjutnya setelah pengkodean adalah interpretasi data. Kalve (Poerwandari, 2005) menjelaskan interpretasi sebagai upaya memahami data secara lebih luas dan mendalam. Interpretasi ini akan dilakukan berdasarkan kategori-kategori yang muncul dalam proses focus groups discussion.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Kekerasan dalam pacaran merupakan fenomena yang banyak terjadi pada remaja serta menimbulkan dampak negatif yang tidak ringan. Untuk mencegah semakin merebaknya fenomena ini, diperlukan langkah-langkah preventif yang strategis. Salah satu dasar yang dapat digunakan untuk menyusun langkahlangkah preventif tersebut adalah dengan mengetahui bagaimana pemahaman atau pengetahuan remaja tentang kekerasan dalam pacaran, khususnya pada remaja awal. Dengan demikian, tindakan prevensi yang dilakukan dapat lebih menyasar pada kebutuhan para remaja khususnya yang termasuk dalam kategori remaja awal. Berikut akan dijabarkan pengetahuan remaja tentang kekerasan dalam pacaran sebagai hasil dari focus group discussion. Dalam penelitian ini, remaja yang menjadi partisipan penelitian merupakan remaja yang termasuk dalam kategori remaja awal sehingga hasil penelitian sebaiknya dibaca dalam koridor remaja awal. Berkaitan dengan hasil penelitian, penjabaran hasil akan dibagi dalam dua bagian, yaitu hasil utama dan hasil tambahan. Hasil utama merupakan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah, sedangkan hasil tambahan merupakan hasil lain yang didapat dari penelitian ini di luar yang sebenarnya ingin diketahui oleh peneliti. Peneliti memutuskan untuk memasukkan hasil tambahan ke dalam analisis penelitian ini karena walaupun bukan merupakan hal yang sebenarnya ingin digali melalui penelitian ini, namun hasil tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
tersebut turut membantu peneliti dalam memahami pengetahuan remaja, khususnya remaja awal berkaitan dengan kekerasan dalam pacaran. Dengan kata lain, hasil tambahan tersebut turut memperkaya hasil penelitian utama dalam menggambarkan pengetahuan remaja, khususnya remaja awal terhadap fenomena kekerasan dalam pacaran.
A. Hasil Utama dan Pembahasannya
1. Bentuk dan Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran a)
Remaja Putra Menurut remaja putra, kekerasan dalam pacaran dapat meliputi empat
bentuk, yaitu kekerasan fisik, kekerasan non fisik (mental/batin), kekerasan pikiran, dan kekerasan sosial. Perilaku yang termasuk kekerasan fisik adalah memukul, menampar, membunuh, menendang, mencakar, menjambak, melemparkan panci, mengguyur air, mengkasari, berkelahi, dan menganiaya. Perilaku yang termasuk kekerasan mental atau batin adalah adu mulut atau cek-cok, berselingkuh, mencaci-maki atau berkata kasar, menyakiti hati, memaksakan kehendak, bertengkar, cemburu, berbeda pendapat, salah paham, berprasangka buruk, membohongi, mengajak putus, bermusuhan, memfitnah, posesif, dan saling mendiamkan. Kekerasan pikiran dicontohkan seperti berbeda pendapat, ketidakpercayaan, meninggalkan pacar, berkata kasar, dan memikirkan hal jelek tentang pasangannya sedangkan kekerasan sosial dicontohkan seperti mencemarkan nama baik keluarga dan posesif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
“Cowok mukulin cewek.” (Partisipan E, IV.385) “Cek-cok mulut.” (Partisipan A, II.311) “Dilarang main sama temen.” (Partisipan C, IV.794)
b)
Remaja Putri Menurut remaja putri, kekerasan dalam pacaran dapat meliputi dua
bentuk, yaitu kekerasan fisik dan non fisik (mental/batin). Perilaku yang termasuk kekerasan fisik adalah menampar, memukul, menendang, memaki, menonjok, menjambak, mencubit sampai membekas, menyeburkan ke kolam, menyiram dengan air, membunuh, membenturkan ke dinding, menyelupkan ke bak mandi, berkelahi, memperkosa, marah-marah, dan mendiamkan pasangan. Di sisi lain, yang termasuk kekerasan mental atau batin adalah berselingkuh, saling memaki, posesif, marah, membentak, bersikap romantis dengan perempuan
lain,
membicarakan
memaksakan
pasangan,
kehendak,
mendiamkan
cemburu,
pasangan,
kurang
percaya,
membohongi,
menghina. “Cewek ditampar cowok, cowok juga ada yang pernah nampar.” (Partisipan B, VI.161-162) “Kalau aku seringnya kekerasan waktu mereka bertengkar itu kalau mereka itu saling mengumpat gitu.” (Partisipan C, III.341-342)
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 4.1 : Bentuk dan Perilaku KDP Deskripsi Hasil Bentuk dan Perilaku KDP Remaja Putra Kekerasan fisik, yaitu memukul, menampar, membunuh, menendang, mencakar, menjambak, melemparkan panci, mengguyur air, mengkasari, berkelahi, dan menganiaya. Kekerasan nonfisik (mental/ batin), yaitu adu mulut atau cek-cok, berselingkuh, mencacimaki atau berkata kasar, menyakiti hati, memaksakan kehendak, bertengkar, cemburu, berbeda pendapat, salah paham, berprasangka buruk, membohongi, mengajak putus, bermusuhan, memfitnah, posesif, dan saling mendiamkan. Kekerasan pikiran, yaitu berbeda pendapat, ketidakpercayaan, meninggalkan pacar, berkata kasar, dan memikirkan hal jelek tentang pasangannya
Remaja Putri
Kekerasan fisik, yaitu menampar, memukul, menendang, memaki, menonjok, menjambak, mencubit sampai membekas, menyeburkan ke kolam, menyiram dengan air, membunuh, membenturkan ke dinding, menyelupkan ke bak mandi, berkelahi, memperkosa, marah-marah, dan mendiamkan pasangan.
Kekerasan nonfisik (mental/ batin), yaitu berselingkuh, saling memaki, posesif, marah, membentak, bersikap romantis dengan perempuan lain, memaksakan kehendak, cemburu, kurang percaya, membicarakan pasangan, mendiamkan pasangan, membohongi, dan menghina.
Kekerasan sosial, yaitu mencemarkan nama orangtua dan posesif. Persamaan dan Perbedaan Remaja Putra dan Putri Persamaan Keduanya menyebut tentang kekerasan fisik dan kekerasan nonfisik (mental/batin) Kekerasan fisik dan nonfisik dipandang sebagai sesuatu yang diskret Perbedaan Remaja putra menyebutkan kekerasan pikiran membedakan mental & pikiran Remaja putra menyebutkan kekerasan sosial, yang salah satu contoh perilakunya lebih tepat jika dikategorikan sebagai akibat kekerasan
Dari hasil di atas, terlihat bahwa remaja putra dan putri sama-sama mampu mengidentifikasi perilaku-perilaku yang termasuk dalam kekerasan dalam pacaran. Secara umum remaja putra dan putri membedakan kekerasan dalam pacaran menjadi dua bentuk, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan mental atau batin. Secara lebih spesifik, mereka mengasosiasikan kekerasan fisik dengan fisik (melukai fisik) sedang kekerasan mental atau batin diasosiasikan dengan perasaan dan pikiran (melukai perasaan, membebani pikiran). Dalam memandang kedua bentuk kekerasan tersebut, remaja putra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dan putri memandangnya secara diskret. Hal ini berarti bahwa kekerasan fisik dan non fisik (mental atau batin) dipandang sebagai sesuatu yang terpisah. “Tindakan atau perlakuan yang intinya bisa melukai, bisa menyakiti podo wae. Ya intinya itulah . . . Menyakiti tubuh. Fisik, tubuh. Fisik dari pasangan.” (Partisipan C, V.736-737; 739) “Kekerasan yang menyebabkan hati kita menjadi sakit.” (Partisipan D, I.596)
Selain persamaan di atas, perbedaan yang mencolok antara remaja putra dan putri tampak dari kedua poin berikut. Yang pertama, remaja putra membedakan kekerasan pikiran dengan kekerasan mental. Hal ini tampak dari munculnya tema kekerasan pikiran sebagai tema yang terpisah dari kekerasan mental/ batin. Yang kedua, remaja putra menyebutkan kekerasan sosial sebagai salah salah satu bentuk kekerasan. Walaupun demikian, salah satu contoh perilaku yang dikategorikan sebagai kekerasan sosial, yaitu posesif, juga disebutkan sebagai contoh kekerasan mental. Selain itu, perilaku lainnya yang termasuk kekerasan sosial, yaitu mencemarkan nama orangtua, sebenarnya lebih tepat dikategorikan sebagai akibat dari kekerasan dalam pacaran. Namun yang perlu diperhatikan, tema tentang kekerasan pikiran dan sosial ini hanya disebutkan oleh beberapa orang remaja putra saja sehingga hasilnya mungkin kurang representatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2. Penyebab Timbulnya Kekerasan dalam Pacaran a)
Remaja putra Remaja putra cenderung menitikberatkan penyebab munculnya KDP ke
kurangnya ketrampilan diri, yaitu kurangnya kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Dalam kaitannya dengan ketrampilan intrapersonal, faktor emosi (tidak bisa menahan amarah), cemburu, pelampiasan emosi (amarah), stres, dan perasaan takut bertanggung jawab menjadi dasar seseorang melakukan kekerasan. Berkaitan dengan ketrampilan interpersonal, faktor kesalahpahaman, perbedaan pendapat, bosan (ingin memutuskan hubungan), kurang komunikasi, ketidakpercayaan, dan masalah ekonomi menjadi faktor pencetus terjadinya KDP. “Meskipun saya belum mengalami pacaran ya mungkin pasangan tersebut ada perasaan faktor kecemburuan.” (Partisipan B, V.870872) “Ya kekerasan dalam pacaran itu terjadi karena perbedaan pendapat.” (Partisipan A, II.425-426)
Di sisi lain, remaja putra juga memandang kekerasan sebagai sarana untuk menguasai pasangan. Situasi ini berlaku misalnya ketika pasangan berselingkuh, pasangan tidak bisa memahami, pasangan membangkang, serta ketika seseorang ingin menunjukkan jalan yang benar bagi pasangannya. “Karena pasangannya nggak bisa ngertiin.” (Partisipan A, VI.1116) “Bisa saja walaupun keras tapi di dalam hatinya dia itu sayang sekali. Ingin menunjukkan jalan yang benar bagi pasangannya itu.” (Partisipan A, V.850-852)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
b)
Remaja Putri Bagi
remaja
putri,
mereka
menyoroti
kurangnya
ketrampilan
intrapersonal seperti marah, pelampiasan emosi (amarah), cemburu, sakit hati, kecewa dengan pasangan, dan kompensasi rasa inferior, serta kurangnya ketrampilan
interpersonal
seperti
ketidakcocokkan,
kesalahpahaman,
perbedaan prinsip, dan lain-lain sebagai titik berat seseorang melakukan kekerasan dalam pacaran. “Ada masalah dengan teman tapi dia tidak bisa menyelesaikan sehingga yang menjadi pelampiasan itu pacarnya.” (Partisipan D, I.696-698) “Biasanya apa biasanya cowok dan cewek itu apa nggak cocok pacarannya, jadi sering berantem trus ujung-ujungnya melakukan kekerasan.” (Partisipan C, I.424-426)
Selain kedua hal tersebut, remaja putri juga menambahkan bahwa kekerasan dilakukan sebagai sarana untuk menguasai pasangan, misalnya ketika pasangan selingkuh, kurang menghargai, memaksa melakukan hubungan intim, dan lain-lain. Di samping itu, kekerasan juga merupakan hasil dari proses belajar sosial, misalnya seperti meniru perilaku teman, berasal dari keluarga yang broken home, serta sebagai suatu kebiasaan. “Itu ada yang mau maksain nafsunya terus ceweknya nggak mau terus dijedukin ke tembok.” (Partisipan A, VI.194-195) “Kalau di sekolah kan mesti ada geng-geng. Ya cowok itu ikut geng. Geng itu kan sering pakai kekerasan sama SMP lain jadi mungkin dia kebawa ke pasangannya.” (Partisipan C, III.704-707) “Udah kebiasaan kali.” (Partisipan C, VI.428)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Selain itu, kekerasan juga dipandang sebagai wujud keabnormalitasan. Jadi, seseorang melakukan kekerasan dalam pacaran bisa dilatarbelakangi karena orang tersebut memiliki kelainan. “Punya kelainan.” (Partisipan D, VI.430)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 4.2 : Penyebab Timbulnya KDP Penyebab Timbulnya KDP Remaja Putra
Remaja Putri
1. Ekspresi ketidakmampuan diri a) Kurangnya ketrampilan intrapersonal, misalnya tidak bisa menahan amarah, cemburu, pelampiasan emosi, stres, takut bertanggung jawab. b) Kurangnya ketrampilan interpersonal, misalnya kesalahpahaman, perbedaan pendapat, bosan pada pasangan, kurang komunikasi, dan lain-lain. 2. Sebagai sarana menguasai pasangan Misalnya melakukan kekerasan ketika pasangan berselingkuh, pasangan tidak memahami, pasangan membangkang, serta ketika ingin menunjukkan jalan yang benar bagi pasangannya.
1. Ekspresi ketidakmampuan diri a) Kurangnya ketrampilan intrapersonal, misalnya marah, pelampiasan amarah, cemburu, sakit hati, dan lain-lain. b) Kurangnya ketrampilan interpersonal, misalnya ketidakcocokkan, kesalahpahaman, perbedaan prinsip, kurang bisa menerima kelemahan pasangan, dan lainlain. 2. Sebagai sarana menguasai pasangan Misalnya ketika pasangan selingkuh, pasangan kurang menghargai, pasangan tidak mau dicium dan tidak mau melakukan hubungan seks, ketika disakiti pasangan, serta ketika malu dengan perilaku pasangan. 3. Sebagai hasil dari proses belajar sosial, misalnya meniru perilaku teman, berasal dari keluarga yang broken home, serta sebagai suatu kebiasaan. 4. Sebagai wujud keabnormalitasan, misalnya pelaku memiliki kelainan.
Persamaan dan Perbedaan Remaja Putra dan Putri Persamaan Menyebut ketidakmampuan diri (kurangnya ketrampilan intrapersonal dan interpersonal) serta sarana menguasai pasangan sebagai penyebab timbulnya KDP. Perbedaan Remaja putri menambahkan penyebab KDP lainnya, yaitu sebagai hasil dari belajar sosial dan keabnormalitasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Dari hasil di atas terlihat persamaan antara remaja putra dan putri dalam menyebut penyebab KDP, yaitu bahwa KDP terjadi karena ketidakmampuan diri (kurangnya ketrampilan intrapersonal dan interpersonal) serta sarana untuk menguasai pasangan. Sejalan dengan hal tersebut, remaja putra dan putri juga berpendapat bahwa seseorang dapat menjadi korban KDP karena ia melakukan kesalahan, seperti salah bicara, selingkuh, atau melakukan perilaku salah lainnya dan/atau karena orang tersebut (korban KDP) kurang mampu dalam mempertahankan diri . Jadi, dari kedua opini tersebut (opini tentang penyebab seseorang melakukan KDP dan penyebab korban terkena KDP) terlihat kecocokannya antara satu sama lain. “Jadi cowoknya itu main sama cewek lain terus nggak mau ngaku gitu lho terus ya udah habis itu ya ceweknya sebel kan ya trus cowoknya ditampar.” (Partisipan A, VI.181-183) “Karena dia pelakunya . . . karena dia melakukannya . . . perselingkuhan atau apa.” (Partisipan C, IV.1159-1163)
Selain persamaan opini antara remaja putra dan putri, hasil penelitian ini juga menunjukkan perbedaan opini remaja putra dan putri dalam mengidentifikasi faktor penyebab KDP. Secara lebih rinci, yang membedakan penyebab KDP menurut remaja putra dan putri adalah disebutkannya faktor kekerasan sebagai hasil dari belajar sosial serta kekerasan sebagai wujud abnormalitas. Kedua hal tersebut hanya disebutkan oleh remaja putri. Walaupun demikian, perlu diperhatikan bahwa tema kekerasan sebagai wujud abnormalitas hanya disebutkan
Lampiran halaman 111 dan 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
oleh dua orang remaja putri sehingga terdapat kemungkinan bahwa tema ini kurang mewakili remaja putri secara keseluruhan.
B. Hasil Tambahan dan Pembahasannya
1. Sikap Remaja terhadap Kekerasan Dalam Pacaran a)
Remaja putra Dalam menilai perilaku kekerasan, secara umum remaja putra lebih
menerima perilaku kekerasan dibandingkan dengan remaja putri. Hal ini dinyatakan dari sikap mereka yang walaupun menyetujui bahwa kekerasan merupakan perilaku yang tidak baik dan sebaiknya tidak dilakukan, namun sebagian dari mereka juga menyebutkan secara spontan beberapa indikator yang mengarah pada penerimaan mereka terhadap perilaku kekerasan. Indikator tersebut berupa pendapat-pendapat mereka yang mengungkapkan bahwa bahwa kekerasan merupakan perilaku yang wajar terjadi dalam pacaran, merupakan resiko dari pacaran, serta merupakan suatu bentuk penyelesaian masalah (sebagai bentuk hukuman ketika pasangan melakukan kesalahan, sebagai alat kontrol agar pasangan mau berubah, atau sebagai alat untuk membela yang lemah). Selain itu, beberapa dari mereka juga cenderung lebih menerima kekerasan dalam konteks verbal dibandingkan fisik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
“Oke, aku mau pesen buat yang pacaran ya terutama. Kalau yang kekerasan itu gunakanlah dengan pikiran, maksudnya ya ada waktunya gitu lho. Terus nggak terus salah dikit, kekerasan, salah dikit, kekerasan. Waktunya itu dipakai. Kekerasan sebenernya boleh tapi dalam konteks itu keras tapi tidak keras maksudnya itu.” (Partisipan C, V.1417-1422) “Jika pasangan kita bersalah haruslah dimaafkan tapi kalau sudah keterlaluan ya kekerasan itu perlu.” (Partisipan D, IV.1384-1385)
b)
Remaja Putri Untuk remaja putri, sikap menolak kekerasan secara umum lebih mereka
tunjukkan. Mereka berpendapat bahwa kekerasan merupakan perilaku yang tidak baik dilakukan dalam proses pacaran. “Suatu kekerasan itu harus dijauhkan dari pacaran yang sehat.” (Partisipan D, I.187-188) “Kalau memang niat pacaran ya kalau bisa ya saling jaga jangan sampai ada kekerasan.” (Partisipan F, VI.1056-1057)
Walaupun demikian,
ketika peneliti memberikan pertanyaan tambahan
(inquiry) kepada beberapa orang remaja putri, terlihat bahwa mereka juga menyetujui bahwa
kekerasan ada saatnya dilakukan, terutama untuk
menyelesaikan masalah. “Ya kalau dilakukan dengan kebaikan ya kenapa nggak? . . . Ya nampar itu tadi. Ya biar ya nampar cowoknya yang main sama cewek lain gitu lho biar cowoknya itu kapok gitu lho pernah ketahuan kayak gitu jadi mungkin nggak akan ngulangi lagi. Tapi kalau nggak punya hati ya mungkin tamparannya cuma lewat aja.” (Partisipan A, VI.828; 831-835)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel 4.3 : Sikap Remaja Terhadap Kekerasan Sikap Remaja Terhadap Kekerasan Remaja Putra
Remaja Putri
Menyebutkan bahwa kekerasan Menyebutkan bahwa kekerasan merupakan perilaku yang tidak baik dan merupakan perilaku yang tidak baik sebaiknya tidak dilakukan, namun juga dan sebaiknya tidak dilakukan serta menerima kekerasan sebagai: sebaiknya dijauhkan dari pacaran, namun juga menyetujui kekerasan Suatu bentuk penyelesaian masalah sebagai bentuk penyelesaian masalah. Sebagai resiko pacaran Sebagai perilaku yang wajar terjadi dalam pacaran Menerima kekerasan dalam konteks verbal, seperti adu mulut dan bukan dalam konteks tindakan. Persamaan dan Perbedaan Remaja Putra dan Putri Persamaan Remaja putra dan putri sama-sama menyebutkan bahwa kekerasan merupakan perilaku yang tidak baik dan sebaiknya tidak dilakukan. Sama-sama menerima kekerasan sebagai suatu bentuk penyelesaian masalah, hanya yang perlu diperhatikan adalah untuk remaja putra, hal tersebut keluar dengan sendirinya namun menurut remaja putri, hal tersebut keluar setelah peneliti memberikan pertanyaan tambahan dan itu juga hanya pada 1 kelompok sehingga hasilnya mungkin kurang representatif untuk remaja putri. Perbedaan Remaja putra menerima kekerasan sebagai resiko pacaran Remaja putra menerima kekerasan sebagai perilaku yang wajar terjadi dalam pacaran Remaja putra menerima kekerasan dalam konteks verbal, seperti adu mulut dan bukan dalam konteks tindakan. Secara umum, remaja putra lebih menerima perilaku kekerasan dibandingkan remaja putri.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa remaja putra dan putri sama-sama beranggapan bahwa kekerasan merupakan perilaku yang tidak baik dan sebaiknya tidak dilakukan. Namun, remaja putra dan putri juga sama-sama menerima kekerasan sebagai suatu bentuk penyelesaian masalah walaupun kemungkinan hal ini kurang representatif untuk remaja putri. Walaupun demikian, secara umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
remaja putra tampak lebih mampu menerima perilaku kekerasan dibandingkan dengan remaja putri. Dualisme yang terjadi pada remaja putra dan putri, di satu sisi menyebutkan bahwa kekerasan merupakan perilaku yang tidak baik namun di sisi lain menerimanya sebagai suatu bentuk penyelesaian masalah, mengafirmasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Fredland et.al (2005) yang mengungkapkan bahwa walaupun secara umum remaja tidak menyetujui adanya tindak kekerasan dalam hubungan pacaran, namun di sisi lain mereka juga berpendapat bahwa kekerasan bisa dilakukan ketika suatu hal sudah tidak dapat dibicarakan lagi. Dengan kata lain, alasan munculnya kekerasan merupakan titik kunci penerimaan remaja terhadap perilaku kekerasan (Geary, et.al. 2006). Situasi ini bisa saja terjadi karena peran media dan proses sosialisasi dalam kehidupan remaja. Secara kognitif remaja memahami bahwa kekerasan sebaiknya tidak dilakukan namun mereka dibingungkan dengan contoh perilaku yang biasa mereka lihat sehari-hari.
2. Akibat Kekerasan Dalam Pacaran a)
Remaja Putra Dari hasil diskusi, kedua kelompok remaja mengidentifikasi akibat-akibat
KDP yang dapat dikategorikan menjadi akibat jangka pendek dan akibat jangka panjang. Bagi remaja putra, akibat jangka pendek KDP misalnya seperti melukai fisik, mati, menimbulkan sakit hati, merusak nama baik, menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
perpecahan, dan merusak silahturahmi. Untuk akibat jangka panjangnya, remaja putra menyebut stres dan gangguan jiwa sebagai akibat jangka panjang KDP. “Kekerasan yang membuat orang sakit hati.” (Partisipan A, II.575) “Kekerasan yang menyebabkan orang itu . . . mengalami gangguan jiwa.” (Partisipan E, IV.856-859)
b)
Remaja putri Bagi remaja putri, melukai fisik, nyawa melayang, menimbulkan sakit hati,
kekecewaan, dan menimbulkan ketidakharmonisan setelah putus merupakan akibat jangka pendek dari KDP. Selain akibat jangka pendek, remaja putri juga menyebut stres, trauma, serta berperilaku dan berpenampilan menjadi seperti lakilaki sebagai akibat jangka panjang KDP. “Suatu tindakan yang menyebabkan anggota tubuh terluka.” (Partisipan B, I.580) “Dulu waktu kelas IV SD dia pacaran. Terus disakiti secara fisik, terus sejak kelas IV sampai sekarang dia jadi kayak cowok persis: potongannya cowok, suka ngrokok, miras, pokoknya gitu-gitu lah.” (Partisipan B, III.525-529)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel 4.4 : Akibat Kekerasan Dalam Pacaran Akibat KDP Remaja Putra
Remaja Putri
1. Akibat jangka pendek, seperti melukai fisik, mati, menimbulkan sakit hati, merusak nama baik, menimbulkan perpecahan, dan merusak silahturahmi
1. Akibat jangka pendek, seperti melukai fisik, nyawa melayang, menimbulkan sakit hati, kekecewaan, dan menimbulkan ketidakharmonisan setelah putus
2. Akibat jangka panjang, seperti stres dan gangguan jiwa
2. Akibat jangka panjang, seperti stres, trauma, serta berperilaku dan berpenampilan menjadi seperti laki-laki
Persamaan dan Perbedaan Remaja Putra dan Putri Persamaan Remaja putra dan putri sama-sama lebih mengidentifikasikan akibat KDP sebagai akibat langsung atau akibat jangka pendek.
Dari hasil tersebut terlihat bahwa remaja putra dan putri lebih cenderung mengidentifikasi akibat jangka pendek dari kekerasan dalam pacaran, seperti sakit hati, merusak nama baik, melukai fisik, ketidakharmonisan dalam relasi, dan sebagainya dibandingkan akibat jangka panjangnya. Dengan kata lain, remaja putra dan putri kurang sadar akan dampak jangka panjang KDP seperti rendahnya self-esteem (Shapiro & Schwarz, 1997; Zweig et.al, 1997), resiko terjadinya kehamilan tidak diinginkan dan terjangkitnya penyakit menular seksual (Heise et.al, 1995), timbulnya keinginan untuk bunuh diri (Silverman et.al, 2001), serta rendahnya tingkat kepuasan hidup dan timbulnya stres paska trauma (Callahan et.al, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
3. Pengatasan Kekerasan Dalam Pacaran a)
Remaja Putra Berkaitan dengan hubungan interpersonal, remaja putra menyarankan
langkah-langkah seperti saling mengerti, saling percaya, saling menghargai, minta maaf dan mengakui kesalahan, serta putus sebagai langkah pengatasan KDP. Dari sisi intrapersonal, kiat yang bisa dilakukan adalah memperkuat iman dan taqwa dan jangan berpacaran sebelum cukup umur. “Minta maaf yang punya kesalahan, minta damai.” (Partisipan A, II.613) “Kalau beneran dia udah nggak kuat atau udah nggak mampu ya lebih baik nggak aja.” (Partisipan D, V.1259-1260) “Mungkin bisa memperkuat iman mungkin.” (Partisipan B, V.1190)
Berkaitan dengan konteks yang lebih luas, remaja putra menyarankan agar dilakukan penyuluhan tentang KDP serta melakukan demo anti kekerasan untuk pengatasan fenomena kekerasan dalam pacaran. “Demo . . . Kasih contoh kalau kekerasan nggak bagus.” (Partisipan D, II.639; 641)
b)
Remaja Putri Dari sisi remaja putri, saling percaya, terbuka, menyelesaikan masalah
secara baik-baik, saling memaafkan, serta merubah sikap buruk merupakan beberapa saran yang mereka utarakan berkaitan dengan pengatasan KDP dari sisi interpersonal. Dari sisi intrapersonal, remaja putri antara lain menyarankan agar remaja menahan emosi, meningkatkan kemampuan untuk berpikir dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
perasaan dan logika, serta tidak terlalu banyak menonton acara televisi yang bermuatan kekerasan. “Kalau punya masalah diselesaikan secara baik-baik.” (Partisipan A, I.800) “Ya emang masing-masing sulit ya tapi usahain agar emosi itu nggak keluar saat pacaran.” (Partisipan E, III.890-891) “Kalau misalnya belum parah, dilurusin aja secara dingin, nggak pakai kekerasan. Tapi kalau misalnya nggak bisa, ya putus aja.” (Partisipan B, III.833-835) “Harus pinter-pinter pakai perasaan ama logika . . . Hmm, kalau pakai perasaan ya walau cinta tapi harusnya juga mikir kalau cowoknya itu sering melakukan tindak kekerasan, apa itu yang disebut cinta? Itu logikanya.” (Partisipan B, I.878; 881-883)
Berkaitan dengan konteks yang lebih luas, remaja putri antara lain menyarankan agar pemerintah menghentikan peredaran VCD porno, membuka biro konsultasi remaja, serta memberi kritik ke stasiun televisi yang menayangkan kekerasan sebagai salah satu langkah untuk pengatasan KDP. “Memberi surat kepada pemerintah agar menyetop peredaran VCD porno.” (Partisipan D, I.990-991) “Kasih kritik ke televisi yang terlalu banyak menayangkan kekerasan.” (Partisipan B, I.968-969)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel 4.5 : Pengatasan Kekerasan Dalam Pacaran Pengatasan KDP Remaja Putra 1.
Remaja Putri
Berkaitan dengan hubungan interpersonal Misalnya tidak memulai pertengkaran, tidak membuat masalah, jangan berbohong, curiga, atau memaksakan kehendak, saling mengerti, saling percaya, saling menghargai, mengalah pada pasangan, tidak selingkuh, menerima pasangan apa adanya, minta maaf dan mengakui kesalahan, putus, dan lain sebagainya.
2.
Berkaitan dengan hubungan intrapersonal Misalnya memperkuat iman dan taqwa, jangan berpacaran sebelum cukup umur, dan jangan berpacaran sebelum bekerja
3.
Berkaitan dengan konteks yang lebih luas Misalnya mengadakan penyuluhan tentang KDP, mengadakan demo anti kekerasan lewat koran/ spanduk.
1.
Berkaitan dengan hubungan interpersonal Misalnya saling percaya, terbuka, memberi kebebasan, saling memaafkan, merubah sikap buruk, memperbaiki perilaku, jangan sering bertengkar, putus, dan lain sebagainya.
2.
Berkaitan dengan hubungan intrapersonal Misalnya seimbang dalam mempergunakan perasaan dan logika, mengusahakan agar emosi tidak keluar, tidak berpikir untuk melakukan kekerasan, berusaha tidak menyakiti pasangan, tidak terlalu banyak menonton sinetron berbau kekerasan, dan lain sebagainya.
3.
Berkaitan dengan konteks yang lebih luas Misalnya membuka pusat konsultasi remaja, memberi kritik ke stasiun televisi yang menayangkan kekerasan, meminta pemerintah untuk menghentikan peredaran VCD porno, dan menulis artikel di koran agar orang yang melakukan kekerasan bisa sadar.
Persamaan dan Perbedaan Remaja Putra dan Putri Persamaan Remaja putra dan putri cenderung lebih menyoroti masalah interpersonal dan intrapersonal sebagai langkah untuk mencegah dan mengatasi KDP. Perbedaan Remaja putri lebih variatif dalam menyebutkan pengatasan KDP dari konteks yang lebih luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Hasil di atas menunjukkan bahwa remaja putra dan putri cenderung lebih menyoroti
masalah
interpersonal
dan
intrapersonal
sebagai
langkah
pengatasan KDP. Hasil tersebut sejalan dengan pendapat mereka bahwa KDP terjadi
terutama
karena
kurangnya
ketrampilan
interpersonal
dan
intrapersonal. Walaupun demikian, remaja putri terlihat lebih mampu menganalisis peran lingkungan (misalnya, media) dalam kaitannya dengan KDP. Hal ini tampak dari beberapa saran yang mereka utarakan seperti memberi kritik ke stasiun televisi yang terlalu banyak menayangkan kekerasan atau meminta pemerintah untuk menghentikan peredaran VCD porno. Hasil ini juga ekuivalen dengan temuan penelitian tentang faktor penyebab KDP.* Temuan tersebut menyatakan bahwa remaja putri lebih mampu mengidentifikasi peran lingkungan sebagai faktor penyebab timbulnya kekerasan dalam pacaran.
Lihat lampiran halaman 110-112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
C. Pembahasan Umum Setiap kelompok individu memiliki keistimewaanya sendiri, demikian pula remaja awal. Dalam penelitian ini, beberapa orang remaja yang termasuk dalam kategori remaja awal berkumpul dan berdiskusi bersama tentang fenomena kekerasan dalam pacaran. Dari diskusi tersebut, tampak beberapa persamaan dan perbedaan hasil antara remaja putra dan putri tentang fenomena kekerasan dalam pacaran, yaitu tentang bentuk, penyebab, akibat, dan pengatasan kekerasan. Berkaitan dengan bentuk kekerasan dalam pacaran, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja putra dan putri mengkategorikan KDP menjadi dua bentuk, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan non fisik atau yang biasa mereka sebut dengan kekerasan mental/ batin. Mereka tidak menyebutkan tentang kekerasan seksual. Untuk kedua bentuk kekerasan tersebut (fisik dan nonfisik), mereka melihatnya sebagai sesuatu yang diskret atau terpisah. Remaja putra dan putri tidak melihat hubungan antara kekerasan fisik dan nonfisik. Kenyataannya, kekerasan fisik biasanya merupakan tingkat terakhir dalam KDP. Ketika terjadi kekerasan fisik, dalam kebanyakan kasus, terdapat sejarah panjang kekerasan verbal dan emosional, dan seringkali kekerasan seksual (Murray, 2006). Dengan kata lain, sebenarnya terdapat hubungan antara kekerasan fisik dan nonfisik. Jika dibandingkan dengan data di lapangan, laporan dari Rifka Annisa WCC tahun 2001-2006 menyebutkan bahwa dari semua kasus KDP yang ada, 106 kasus merupakan kasus kekerasan emosi, 39 kasus merupakan kekerasan emosi dan seksual, 30 kasus merupakan kasus kekerasan seksual, dan 15 kasus merupakan kasus kekerasan fisik. Selain itu, penelitian Price et al (2000)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
menyebutkan bahwa 22% remaja putri dan 12% remaja putra mengalami kekerasan fisik dan/atau psikologis serta 19% remaja putri dan 4% remaja putra mengalami kekerasan seksual. Dari data tersebut, terlihat bahwa remaja seringkali mengalami kekerasan fisik, emosi, dan seksual dalam hubungan pacaran mereka. Sebenarnya, dari hasil diskusi juga terlihat bahwa remaja putra menyebutkan perilaku-perilaku yang berkaitan dengan seksualitas seperti memperkosa dan pelecehan sebagai sebagai contoh perilaku negatif yang terjadi dalam hubungan pacaran . Lebih lanjut, menurut remaja putri, contoh-contoh perilaku yang muncul misalnya seperti memaksa pasangan untuk berhubungan intim/ memperkosa serta memaksa pasangan untuk berciuman*. Dari beberapa perilaku tersebut, hanya satu perilaku yang dikategorikan remaja sebagai suatu bentuk kekerasan, yaitu memperkosa (dikategorikan sebagai bentuk kekerasan fisik). Pengkategorian tersebut dilakukan oleh remaja putri. Untuk perilakuperilaku yang lain, remaja putra dan putri tidak mengkategorikannya ke dalam bentuk kekerasan ataupun ke dalam kategori lain di luar konsep kekerasan. Berkaitan dengan faktor penyebab pelaku melakukan kekerasan dalam pacaran, remaja putra dan putri sama-sama berpendapat bahwa ekspresi ketidakmampuan diri, dalam hal ini kurangnya kemampuan interpersonal dan intrapersonal, serta penggunaan kekerasan sebagai sarana untuk menguasai pasangan merupakan salah satu faktor penyebab KDP. Secara lebih detil, kurangnya kemampuan intrapersonal, yakni pelampiasan emosi dan ekspresi kemarahan merupakan alasan yang sering diungkapkan oleh remaja putra dan
Lampiran halaman 121-123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
putri. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Follingstad et.al (1991) dan O’Keefe (1997). Hal ini menunjukkan bahwa remaja awal kurang mampu mengontrol amarahnya sehingga cenderung mengekspresikannya dengan cara yang kurang adekuat (Dye & Eckhardt, 2000; Santrock, 2003). Kurangnya kemampuan remaja awal dalam mengelola emosinya tersebut bisa disebabkan karena pada awal masa remaja, terjadi perubahan pada bagian otaknya sehingga mempengaruhi kemampuannya dalam mengontrol emosi (Nelson, 2002; Yurgelon-Todd, 2002). Haynie & Piquero (2006) juga menambahkan bahwa awal masa remaja atau masa pubertas merupakan stressful event. Oleh karena itu, kebanyakan remaja awal menjadi kurang sabar serta senang menunjukkan perlawanan yang akhirnya berarah pada kekerasan. Masih berkaitan dengan kemampuan intrapersonal, cemburu atau perselingkuhan juga menjadi alasan KDP yang seringkali muncul dalam penelitian ini. Alasan ini diperkuat oleh pendapat remaja lainnya yang menyatakan bahwa orang ketiga atau selingkuhan menjadi salah satu dari beberapa faktor lain yang ikut andil dalam kekerasan. O’Keefe (1997) menyebutkan bahwa selain kemarahan dan keinginan untuk mengontrol, cemburu merupakan salah satu motif pelaku dalam melakukan KDP. Hal ini didukung oleh Gagne & Lavoie yang mengungkapkan bahwa pada remaja usia 14-17 tahun, cemburu merupakan penyebab utama kekerasan fisik dan emosi dalam hubungan pacaran (Geary et.al, 2006). Hal tersebut disebabkan karena pada masa remaja, pasangan romantis merupakan figur kelekatan yang menggantikan kelekatan dengan orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sehingga ancaman akan kehilangan kasih sayang dari figur tersebut berpotensi memunculkan ketegangan pada diri remaja. Berkaitan dengan kemampuan interpersonal, konflik dalam hubungan pacaran dan masalah komunikasi juga telah diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya kekerasan dalam hubungan pacaran (O’Kefee, 1997; Riggs & O’Leary dalam Mahlstedt & Welsh, 2005). Dalam penelitian ini, konflik dalam hubungan pacaran teridentifikasi secara lebih detil misalnya seperti kesalahpahaman, perbedaan pendapat, ketidakpercayaan, dan kekurangmampuan dalam menerima kelemahan pasangan. O’Keefe (2005) dalam reviewnya juga menyebutkan bahwa kurangnya kemampuan menyelesaikan masalah serta rendahnya ketrampilan mengelola kemarahan dan mengkomunikasikan perasaan juga akan meningkatkan kemungkinan penggunaan kekerasan dalam penyelesaian konflik. Opini remaja putra dan putri tentang faktor penyebab KDP tersebut sejalan dengan opini mereka tentang langkah-langkah pengatasan KDP. Dalam diskusi, kedua kelompok remaja menyebutkan perilaku-perilaku seperti saling percaya, menjaga komunikasi, saling terbuka, dan lain sebagainya sebagai langkah untuk mengatasi KDP. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja putra dan putri secara umum menyarankan seseorang dan/atau pasangan untuk memperbaiki hubungan interpersonal dan intrapersonal untuk mengatasi KDP. Hal ini sejalan dengan opini mereka tentang penyebab KDP, yaitu bahwa KDP terjadi karena kurangnya kemampuan interpersonal dan intrapersonal. Berkaitan dengan akibat KDP, remaja putra dan putri menyebutkan beberapa akibat jangka pendek dan jangka panjang dari KDP. Walaupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
demikian, fokus perhatian remaja putra dan putri lebih ke akibat jangka pendek atau akibat langsung KDP, seperti melukai fisik, menimbulkan sakit hati, kekecewaan, dan lain sebagainya. Remaja putra dan putri kurang begitu menyadari akibat jangka panjang KDP. Kesamaan hasil antara remaja putra dan putri seperti yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa pemahaman remaja putra dan putri tentang fenomena kekerasan dalam pacaran masih terbatas. Remaja putra dan putri melihat KDP benar-benar dari situasi konkrit yang mereka pahami di lapangan. Dari sudut perkembangan kognitif, keterbatasan tersebut bisa disebabkan karena perkembangan biologisnya. Pada awal masa remaja, bagian otak yang disebut dengan frontal corticol system, suatu bagian otak yang berfungsi dalam proses perencanaan dan
penilaian,
belum mengalami
perkembangan yang sempurna sehingga remaja kurang mampu melakukan pemikiran-pemikiran jangka panjang dengan baik. Oleh karena itu, mereka cenderung melihat akibat KDP dari jangka pendeknya, cenderung melihat kekerasan fisik dan nonfisik secara diskret, serta cenderung menitikberatkan faktor
penyebab
KDP
pada
kurangnya
kemampuan
interpersonal
dan
intrapersonal dan keinginan untuk menguasai pasangan. Walaupun demikian, dengan latihan, pengarahan, dan informasi yang tepat, maka remaja dapat mengembangkan pemikiran-pemikirannya dengan lebih baik (Bjork et.al & Chambers et.al dalam Papalia et.al., 2007). Di samping persamaan hasil seperti yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini juga menunjukkan perbedaan opini antara remaja putra dan putri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
tentang fenomena kekerasan dalam pacaran. Perbedaan opini tersebut tampak sebagai hasil dari pengaruh lingkungan sosial budaya terhadap pengetahuan remaja. Hal ini bisa terjadi karena manusia adalah makhluk sosial sehingga caracara kita berinteraksi dengan orang lain, mempersepsi diri sendiri maupun orang lain sangat dipengaruhi oleh budaya dimana kita hidup (Dayaskini & Yuniardi, 2004). Dalam hal ini, pengaruh lingkungan sosial budaya yang dimaksud bisa meliputi pengaruh dari in-groupnya seperti dari significant others dan teman sebaya, pengaruh dari out-group, ataupun pengaruh dari kondisi budaya setempat. Pengaruh lingkungan sosial budaya tersebut salah satunya mendasari munculnya perbedaan sikap antara remaja putra dan putri dalam menilai perilaku kekerasan. Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa remaja putra cenderung lebih menerima perilaku kekerasan. Penerimaan tersebut bisa saja terjadi karena sejak kecil para remaja putra telah belajar bahwa untuk menjadi seorang laki-laki yang sesungguhnya, mereka harus kuat dan memiliki kontrol. Sayangnya, kata kuat dan kontrol seringkali diasosiasikan dengan penggunaan kekerasan. Oleh karena itu, pada akhirnya hal tersebut menimbulkan pandangan bahwa kekerasan dari lakilaki terhadap perempuan adalah hal yang biasa. Implikasinya, laki-laki yang memegang teguh nilai tersebut cenderung lebih mudah menerima dan melakukan KDP (O’Kefee, 1997). Hasil penelitian ini menggambarkan fenomena tersebut. Secara umum remaja putra lebih bisa menerima perilaku kekerasan yang terjadi dalam hubungan pacaran daripada remaja putri. Perilaku kekerasan tersebut dipandang sebagai sesuatu yang wajar, resiko dari pacaran, ataupun sebagai suatu bentuk penyelesaian masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Penerimaan remaja putra terhadap kekerasan juga diperkuat oleh faktor banyaknya eksposur terhadap kekerasan yang terjadi dalam masyarakat, baik lewat media ataupun dalam kehidupan nyata. Banyaknya eksposur kekerasan tersebut pada akhirnya membuat remaja semakin dapat menerima perilaku kekerasan. Oleh karena itu, remaja menjadi terbiasa dengan pola kekuasaan dan kontrol yang menjadi dasar dari kekerasan (Murray, 2000). Implikasinya, besar kemungkinan dalam sebuah hubungan romantik remaja menginterpretaskan cinta sebagai hubungan yang bersifat dominasi atau submisif seperti yang biasa mereka lihat dalam lingkungannya (Close, 2005). Seperti yang sudah dipaparkan di atas, laki-laki, termasuk juga remaja putra, yang memegang teguh pandangan bahwa kekerasan adalah hal yang wajar cenderung lebih mudah menerima dan melakukan KDP (O’Kefee, 1997). Hal inilah yang mungkin terjadi sehingga ketika diminta untuk menyebutkan faktor penyebab pelaku melakukan KDP, remaja putra cenderung menyebutkan faktorfaktor yang bersifat intensional seperti kurangnya kemampuan interpersonal dan intrapersonalnya, serta karena ingin menguasai pasangannya. Untuk remaja putri, ketika diminta untuk menyebutkan faktor penyebab seseorang melakukan KDP, selain karena kurangnya kemampuan interpersonal dan intrapersonal serta sarana untuk menguasai pasangan, remaja putri juga menambahkan dua faktor lainnya. Kedua faktor tambahan yang mendorong seseorang melakukan KDP tersebut adalah kekerasan sebagai hasil dari proses belajar sosial serta kekerasan sebagai wujud abnormalitas. Kedua faktor tersebut bisa dipandang dari dua sisi yang saling berhubungan. Yang pertama, munculnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
kedua faktor tersebut secara implisit menunjukkan permakluman yang diberikan remaja putri terhadap pelaku kekerasan. Yang kedua, munculnya kedua faktor tersebut menunjukkan bahwa remaja putri memiliki pemahaman yang lebih luas tentang KDP. Dari sudut pandang yang pertama, kedua faktor tersebut sebenarnya menujukkan permakluman yang diberikan remaja putri atas perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelaku. Dari kedua faktor tersebut, terlihat bahwa remaja putri tidak melihat timbulnya kekerasan semata-mata karena intensi pelaku atau menyalahkan pelaku sepenuhnya atas kekerasan yang dilakukannya, namun remaja putri melihat bahwa kekerasan juga terjadi karena sesuatu di luar diri pelaku yang mendorong pelaku melakukan kekerasan, seperti perilaku kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya (kekerasan sebagai hasil dari proses belajar sosial) dan abnormalitas. Itulah wujud permakluman yang diberikan remaja putri atas perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelaku. Dari sudut pandang yang kedua, kedua faktor tersebut menunjukkan pengetahuan remaja putri yang lebih luas tentang penyebab KDP dibanding remaja putra. Jika menggunakan pengkategorian yang dilakukan oleh Luk & Bond (dalam Chen & Mak, 2008), terlihat bahwa remaja putri mampu menangkap faktor lingkungan-herediter sebagai faktor penyebab KDP, tidak hanya faktor sosial-personal seperti yang ditangkap oleh remaja putra. Lebih luasnya pengetahuan yang dimiliki remaja putri tersebut bisa disebabkan karena dalam kebanyakan kasus, perempuan termasuk juga remaja putri lebih sering duduk sebagai korban kekerasan (Schissel, 2000; Walker, 1989). Korban biasanya lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
waspada terhadap situasi, dalam hal ini KDP, sehingga pada akhirnya mereka memiliki pemahaman yang lebih luas terhadap KDP. Pemahaman yang lebih luas tentang KDP ini remaja putri tunjukkan selain melalui variasi opini mereka tentang penyebab KDP, remaja putri juga lebih mampu memberikan saran-saran untuk mengatasi KDP dalam konteks yang luas seperti memberi kritik ke stasiun televisi yang terlalu banyak menayangkan kekerasan atau meminta pemerintah untuk menghentikan peredaran VCD porno. Dengan kata lain, remaja putri lebih sadar akan kontribusi lingkungan terhadap munculnya perilaku kekerasan. Jika dikaitkan dengan sudut pandang pertama, ketika perempuan, termasuk juga remaja putri duduk dalam posisi korban dalam suatu bentuk kekerasan, mereka akan cenderung lebih memaklumi perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelaku. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Triandis (dalam Setiadi, 2001) bahwa dalam budaya kolektivis, seperti misalnya budaya Jawa, individu biasanya lebih bisa menerima perilaku agresif dari otoritas kelompoknya (ingroupnya) daripada outgroupnya. Hubungan ingroup sendiri merupakan hubungan yang ditandai dengan tingkat familiaritas, keintiman, dan kepercayaan yang tinggi (Dayaskini & Yuniardi, 2004). Dalam konteks ini, hubungan pacaran dapat dikategorikan sebagai ingroup karena dalam pacaran, individu menjalin keintiman dan familiaritas yang tinggi. Dengan demikian, ditambah dengan stereotipe yang berkembang di masyarakat bahwa perempuan sebaiknya lebih sabar dan mampu menerima, maka tidak menjadi hal yang asing jika remaja putri lebih memaklumi perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 4.6 : Tabel Persamaan Hasil Remaja Putra dan Putri Latar Belakang Faktor Biologis
Belum berkembangnya frontal corticol system dengan sempurna sehingga remaja kurang dapat melakukan pemikiran jangka panjang dengan baik.
Faktor Kultural
Tidak ditemukan faktor kultural yang mendasari munculnya temuan penelitian tentang persamaan hasil antara remaja putra dan putri. Hal-hal yang disebutkan oleh remaja putra dan putri tersebut merupakan hal-hal berkaitan dengan KDP yang banyak dipahami oleh masyarakat luas, seperti yang ditunjukkan dari hasil penelitian berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Follingstad et.al (1991) dan O’Keefe (1997) menyebutkan bahwa kurangnya kemampuan intrapersonal, seperti pelampiasan emosi, ekspresi kemarahan, dan cemburu merupakan alasan yang sering diungkapkan oleh remaja putra dan putri dalam melakukan KDP. Kurangnya kemampuan interpersonal, seperti konflik dalam hubungan pacaran dan masalah komunikasi juga telah diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya KDP (O’Kefee, 1997; Riggs & O’Leary dalam Mahlstedt & Welsh, 2005). Keinginan untuk mengontrol pasangan merupakan salah satu motif pelaku melakukan KDP selain kemarahan dan cemburu (O’Keefe, 1997). 22% remaja putri dan 12% remaja putra mengalami kekerasan fisik dan/atau psikologis serta 19% remaja putri dan 4% remaja putra mengalami kekerasan seksual (Price et al, 2000). Data dari Rifka Annisa WCC tahun 2001-2006 menunjukkan bahwa dari seluruh kasus KDP yang ada, terdapat 106 kasus kekerasan emosi, 39 kasus kekerasan emosi-seksual, 30 kasus kekerasan seksual, dan 15 kasus kekerasan fisik.
Hasil penelitian (Remaja Putra & Putri) Bentuk KDP Penyebab KDP
Kekerasan fisik & nonfisik (mental/ batin) Kurangnya kemampuan interpersonal & intrapersonal Sebagai sarana menguasai pasangan
Akibat KDP
Sama-sama menyebutkan akibat jangka panjang dan jangka pendek dari KDP, namun fokus perhatian lebih ke akibat jangka pendek/ akibat langsung.
Pengatasan KDP
Sama-sama menyarankan untuk memperbaiki kemampuan interpersonal & intrapersonal untuk mengatasi KDP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87 Tabel 4.7 : Tabel Perbedaan Hasil Remaja Putra dan Putri Latar Belakang Stereotipe peran gender yang menyebutkan bahwa laki-laki harus kuat dan memiliki kontrol.
Stereotipe peran gender yang menyebutkan bahwa perempuan harus lebih bisa memahami dan menerima.
Banyaknya paparan kekerasan yang terjadi di masyarakat, baik lewat media atau kehidupan nyata.
Dalam budaya kolektivis, individu biasanya lebih dapat menerima perilaku agresif dari otoritas ingroupnya.
Berkembang pandangan bahwa kekerasan dari laki-laki ke perempuan merupakan hal yang biasa.
Banyaknya perempuan menjadi korban kekerasan.
yang
Korban kekerasan biasanya lebih waspada sehingga lebih mampu menilai situasi. Ketika menjadi korban, kebanyakan perempuan cenderung lebih memaklumi perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pasangannnya.
Remaja Putra Sikap terhadap KDP Penyebab KDP
Pengatasan KDP
Cenderung kekerasan
lebih
menerima
Remaja Putri Cenderung lebih menolak kekerasan
Hanya menyebutkan penyebab yang bersifat intensional, yaitu: Kurangnya kemampuan interpersonal dan intrapersonal Sarana menguasai pasangan
Melampaui sebab-sebab intensional menambahkan: KDP karena hasil dari proses belajar sosial KDP sebagai wujud abnormalitas Kedua faktor tambahan yang disebutkan oleh remaja putri tersebut menunjukkan permakluman mereka atas perilaku kekerasan.
Kebanyakan hanya berupa saransaran untuk memperbaiki hubungan interpersonal dan intrapersonal.
Melampaui cara-cara pengatasan yang bersifat interpersonal dan intrapersonal menjangkau prosesproses belajar sosial (lebih bervariasi dalam menyebutkan cara-cara pengatasan yang melibatkan peran lingkungan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa secara umum para remaja yang termasuk dalam kategori remaja awal kurang memahami fenomena kekerasan dalam pacaran. Dengan kata lain, para remaja tersebut kurang memiliki pengetahuan tentang fenomena KDP. Hal itu tampak dari berberapa temuan berikut: 1.
Bagi remaja putra dan putri, kekerasan fisik dan nonfisik (mental atau batin) dipandang sebagai sesuatu yang tidak berhubungan.
2. Secara umum remaja lebih menyoroti masalah interpersonal dan intrapersonal sebagai penyebab dan langkah pengatasan fenomena kekerasan dalam pacaran. 3. Remaja cenderung hanya melihat efek jangka pendek atau efek langsung dari kekerasan dalam pacaran. Walaupun demikian, remaja putri tampak memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang KDP, khususnya berkaitan dengan faktor penyebab dan pengatasan kekerasan dalam pacaran. Berkaitan dengan bentuk dan perilaku yang biasa muncul dalam kasus KDP, remaja putra dan putri menyebutkan bahwa kekerasan dalam pacaran dapat terbagi dalam dua bentuk, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan nonfisik (mental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
atau batin). Perilaku yang termasuk kekerasan fisik misalnya memukul, menampar, membunuh, dan menendang. Perilaku yang termasuk dalam kekerasan nonfisik misalnya menduakan (selingkuh), memaki, adu mulut, dan menyakiti hati. Berkaitan dengan faktor penyebab munculnya KDP, remaja putra menyebutkan bahwa KDP terjadi karena faktor kurangnya ketrampilan intrapersonal dan interpersonal dan sebagai sarana untuk menguasai pasangan. Bagi remaja putri, selain karena faktor-faktor tersebut, KDP juga dipandang sebagai hasil dari proses belajar sosial dan sebagai wujud keabnormalitasan.
B.
Saran
Dari kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan: 1. Pada remaja, khususnya yang tergolong remaja awal a) Agar memperkaya diri melalui bacaan atau pelatihan yang berkaitan dengan kekerasan dalam pacaran untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang KDP.
2. Pada praktisi yang bergerak di bidang remaja atau kekerasan a) Memberikan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan remaja akan fenomena kekerasan dalam pacaran, khususnya yang berkaitan dengan model-model kekerasan, faktor penyebab, akibat, dan pengatasan KDP. Sebaiknya materi pelatihan disusun dengan mempertimbangkan jenis kelamin remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
b) Mendampingi remaja, khususnya remaja awal dalam bidang kekerasan dalam pacaran. Penulis menyarankan hal ini karena secara umum remaja kurang memahami fenomena kekerasan dalam hubungan pacaran sehingga mereka menjadi lebih rawan untuk melakukan dan/atau menjadi korban KDP.
3. Pada masyarakat a) Meminimalkan eksposur kekerasan karena hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab seseorang melakukan kekerasan, khususnya dalam hubungan pacaran.
4. Pada lingkungan akademis a) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja menyebutkan perilakuperilaku seperti memperkosa, pelecehan, memaksa pasangan untuk berhubungan intim, dan memaksa pasangan untuk berciuman sebagai salah satu contoh perilaku negatif yang terjadi dalam hubungan pacaran. Dari beberapa perilaku tersebut, perilaku yang dikategorikan remaja sebagai bentuk kekerasan adalah memperkosa (dikategorikan sebagai bentuk kekerasan fisik). Dengan demikian, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana konsep remaja terhadap perilaku-perilaku tersebut: apakah menurut remaja perilaku tersebut dikategorikan sebagai bentuk kekerasan, bukan sebagai bentuk kekerasan, atau sebagai bentuk lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
b) Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa secara umum remaja, khususnya remaja awal kurang memahami fenomena kekerasan dalam pacaran. Hal tersebut menimbulkan kemungkinan bahwa banyak remaja mengalami kasus KDP. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian epidemologi dengan sebaran sampel yang luas untuk mengungkapkan seberapa besar prevalensi remaja yang mengalami kasus kekerasan dalam pacaran. c) Meneliti masing-masing kategori dalam hasil penelitian ini, yaitu sikap remaja terhadap kekerasan, bentuk dan perilaku kekerasan dalam pacaran, faktor-faktor penyebab timbulnya kekerasan dalam pacaran, serta akibat kekerasan dalam pacaran dalam suatu penelitian terpisah agar diperoleh hasil yang lebih mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
C. Refleksi Penelitian 1. Refleksi Diri Menjalankan penelitian ini membuat peneliti belajar tiga hal. Yang pertama, peneliti belajar bagaimana cara meneliti. Terlepas dari baik buruknya penelitian ini, melalui penelitian ini peneliti belajar bagaimana cara membuat penelitian: bagaimana cara mencari jurnal, membaca dan mereview jurnal, menyusun alur penelitian, dan mengimplementasikannya. Yang kedua, peneliti menjadi semakin sadar akan pentingnya penelitian sebagai langkah awal pembuatan intervensi atau kebijakan. Yang ketiga, peneliti semakin menyadari bahwa
fenomena KDP merupakan hal riil yang terjadi di
masyarakat. Ketertarikan peneliti pada tema kekerasan dalam pacaran sebenarnya dimulai sejak peneliti membaca beberapa jurnal dan artikel berkaitan dengan hal tersebut. Setelah melakukan penelitian ini dan merasa bahwa masyarakat tidak cukup banyak memberikan perhatian pada kasus KDP, ketertarikan itu semakin bertambah. Kebanyakan perhatian masyarakat terpusat pada kasus child abuse dan domestic violence. Sejauh pengetahuan peneliti, peneliti juga merasa bahwa sedikit penelitian ilmiah yang secara khusus dilakukan untuk mengungkap fenomena kekerasan dalam pacaran. Berkaitan dengan metode pengumpulan data, melalui penelitian ini peneliti menyadari bahwa metode focus groups discussion (FGD) merupakan metode yang cukup efektif ketika kita ingin memahami suatu fenomena, misalnya KDP. Ketika dilakukan dengan sistematik,
FGD mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
memberikan data yang mendalam dengan waktu yang relatif singkat. Dalam penelitian ini, melalui FGD peneliti banyak mendapatkan data tambahan yang pada akhirnya data tersebut dapat memperkaya pemahaman peneliti tentang fenomena kekerasan dalam pacaran. Akhirnya, penulis berharap agar karya ini dapat memberi sumbangan atau insight bagi pembaca sekalian dalam mendalami fenomena kekerasan dalam pacaran. Semoga dengan semakin banyaknya insight yang muncul, semakin banyak pula penelitian dan pelatihan tentang KDP yang dilakukan sehingga pada akhirnya fenomena KDP dapat berkurang. “Violence, like water, when it has an outlet, rushes forward furiously with an overwhelming force” (Gandhi).
2. Keterbatasan Penelitian Hasil penelitian ini sebaiknya dibaca dalam koridor batasan-batasan penelitian. Batasan tersebut adalah: a. Penelitian ini tidak menggali pengetahuan remaja berkaitan dengan siapa yang duduk sebagai pelaku dan korban dalam KDP. b. Penelitian ini tidak menjangkau pemahaman apakah pengetahuan remaja tentang KDP yang diungkapkan dalam penelitian ini hanya terbatas pada konteks pacaran heteroseksual atau menjangkau konteks homoseksual. c. Remaja yang menjadi partisipan penelitian ini mayoritas berasal dari suku Jawa sehingga hasil penelitian ini kurang tepat jika digeneralisasikan pada remaja yang berasal dari suku lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
d. Tidak diketahui sejauh mana remaja yang terlibat dalam penelitian ini memiliki pengalaman pribadi berkaitan dengan kasus kekerasan dalam pacaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
DAFTAR PUSTAKA Alfonso, J.T. & Madera, S.R. 2004. Domestic Violence in Puerto Rican Gay Male Couples: Perceived Prevalence, Intergenerational Violence, Addictive Behaviors, and Conflict Resolution Skills. Journal of Interpersonal Violence. Vol.19 No.6, 639-654. Arsih.
2006. Pacaran Enggak Ya? http://www.kompas.com/kesehatan/news/0605/05/074553.htm. Tanggal akses: 6 November 2007.
Bauman, S. & Rio, A.D. 2006. Preservice teachers’ responses to bullying scenarios: Comparing physical, verbal, and relational bullying. Journal of Educational Psychology. Vol.98 No.1, 219-231. Banyard, V.L., Cross, C., & Modecki, K.L. 2006. Interpersonal Violence in Adolescence: Ecological Correlates of Self-Reported Perpetration. Journal of Interpersonal Violence. Vol.21 No.10, 1314-1332. Baron, R.A. 1998. Psychology (fourth edition). US: Allyn and Bacon. Berk, L.E. 2007. Development Through the Lifespan. Boston: Allyn and Bacon. Berkowitz, L. 1995. Agresi 1: Sebab dan Akibatnya (terj.). Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Bernstein, E., et.al. 2000. What You Need to Know About Dating Violence: A Teen’s Handbook. New York: Liz Claiborne, Inc. Bernstein, E., et.al. 2004. Tough Talk: What Boys Need to Know About Relationship Abuse. New York: Liz Claiborne, Inc. Berry, J.W., Poortinga, Y.H., Segall, M.H., & Dasen, P.R. 1999. Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Black, C., Noonan, R., Legg, M., Eaton, D., & Breiding, M.J. 2006. Physical Dating Violence Among High School Students-United States 2003. Morbidity and Mortality Weekly Report. May 19, 2006; 19; 532-535. Callahan, M.R., Tolman, R.M., & Saunders, D.G. 2003. Adolescent Dating Violence Victimization and Psychological Well-Being. Journal of Adolescent Research. Vol.18 No.6, 664-681.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Chen, S.X. & Mak, W.W.S. 2008. Seeking Professional Help: Etiology Beliefs About Mental Illness Across Cultures. Journal of Counseling Psychology. Vol.55 No.4, 442-450. Cloninger, S.C. 2004. Theories of Personality: Understanding Persons. Forth edition. US: Pearson Prentice Hall. Close, S.M. 2005. Dating Violence Prevention in Middle School and High School Youth. Journal of Child and Adolescent Psychiatric Nursing. Vol.18 No.1, 2-9. Davis, S.F. & Palladino, J.J. 1997. Psychology (second edition). New Jersey: Prentice Hall. Dayaskini, T. & Yuniardi, S. 2004. Psikologi Lintas Budaya. Malang : UMM Press. Demartoto, Argyo. 2002. Studi Tentang Korban Tindak Kekerasan Dalam Masa Pacaran. Jurnal Penduduk dan Pembangunan. Vol.2 No.2, 73-84. Dye, M.L. & Eckhardt, C.I. 2000. Anger, Irrational Beliefs, and Dysfunctional Attitudes in Violent Dating Relationships. Violence and Victims. Vol.15 No.3, 337-350. Erikson, E.H. 1963. Chidhood and Society. New York: W.W. Norton & Company. Felson, R.B. & Messner, S.F. 2000. The Control Motive in Intimate Partner Violence. Social Psychology Quarterly. Vol.63 No.1, 86-94. Follingstad, D.R., Wright, S., Lloyd, S., & Sebastian, J.A. 1991. Sex Differences in Motivations and Effects in Dating Violence. Family Relations. Vol.40 No.1, 51-57. Foshee, V.A., Bauman, K.E., & Linder, G.F. 1999. Family Violence and the Perpetration of Adolescent Dating Violence: Examining Social Learning and Social Control Processes. Journal of Marriage and the Family. Vol.61 No.2, 331-342. Fredland, N.M., Ricardo, I.B., Campbell, J.C., Sharps, P.W., Kub, J.K., & Yonas, M. 2005. The Meaning of Dating Violence in the Lives of Middle School Adolescents: A Report of a Focus Group Study. Journal of School Violence. Vol.4 No.2, 95-114. Gazzaniga, M.S. & Heatherton, T.F. 2003. Psychological Science: The Mind, Brain, and Behavior. US: W.W. Norton & Company, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Geary, C.W., Wedderburn, M., McCarraher, D., Cuthbertson,C., & Pottinger, A. 2006. Sexual Violence and Reproductive Health Among Young People in Three Communities in Jamaica. Journal of Interpersonal Violence. Vol.21 No.11, 1512-1533. Gevrig, R.J. & Zimbardo, P.G. 2002. Psychology and Life. Boston: Allyn and Bacon. Gini, G. 2004. Bullying in Italian School An Overview of Intervention Programmes. School Psychology International. Vol.25 No.1, 106-116. Hadi, H.P. 1994. Epstemologi: Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Kanisius. Haynie, D.L. & Piquero, A.R. 2006. Pubertal Development and Physical Victimization in Adolescence. Journal of Research in Crime and Delinquency. Vol.43 No.1, 03-35. Heise, L., Moore, K., & Toubia, N. 1995. Sexual Coercion and Reproductive Health, A focus on Research. New York: Population Council. Henle, R.J. 1983. Theory of Knowledge: A Text Book and Substantive Theory of Epistemology. Chicago: Loyola University Press. Hickman, L.J., Jaycox, L.H., & Aronoff, J. 2004. Dating Violence among Adolescents: Prevalence, Gender Distribution, and Prevention Program Effectiveness. Trauma, Violence, & Abuse. Vol.5 No.2, 123-142. Hidayana, I.M., dkk (peny.). 2004. Seksualitas: Teori dan Realitas. Jakarta: FISIP UI & The Ford Foundation. Hockenbury, D.A. & Hockenbury, S.E. 2003. Psychology (third edition). New York: Worth Publishers. Howard, D.E., Beck, K., Kerr, M.H., & Shattuck, T. 2005. Psychosocial Correlates of Dating Violence Victimization Among Latino Youth. Adolescence. Vol.40 No.158, 319-331. Huesmann, L.R. & Taylor, L.D. 2006. The Role Of Media Violence in Violent Behavior. Annual Review of Public Health. Vol.27, 393–415. Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. James, W.H., West, C., Deters, K.E., & Armijo. E. 2000. Youth Dating Violence. Adolescence. Vol.35 No.139, 455-465.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Jejeebhoy, S.J. & Bott, S. 2003. Non-consensual Sexual Experiences of Young People: A Review of the Evidence from Developing Countries. India: Population Council. Krueger, R.A. 1998a. Developing Questions for Focus Groups. Thousand Oaks: Sage Publications. Krueger, R.A. 1998b. Moderating Focus Groups. Thousand Oaks: Sage Publications. Krug, E.G., Dahlberg, L.L., Mercy, J.A., Zwi, A.B., & Lozano, R (editors). 2002. World Report on Violence and Health. Geneva: World Health Organization. Laily, H. 2004. Kisah Nyata Kekerasan Dalam Pacaran (Kasus kedua: R). http://situs.kesrepro.info/gendervaw/des/2004/gendervaw01.htm Tanggal akses: 6 November 2007. Lefton, L.A. 2000. Psychology (seventh edition). US: Allyn and Bacon. Libby, B. 1992. Dating Violence Among High School Students. Social Work. Vol.37 No.1, 21-27. Lips, H.M. 1988. Sex & Gender: An Introduction. California: Mayfield Publishing Company. Luthra, R., Gidycz, C.A. 2006. Dating Violence Among College Men and Women: Evaluation of a Theoretical Model. Journal of Interpersonal Violence. Vol.21 No.6, 717-731. Mack, N., Woodsong, C., MacQueen, K., Guest, G., & Namey, E. 2005. Qualitative Research Methods: A Data Collector’s Field Guide. North Carolina: Family Health Internasional. Mahlstedt, D.L. & Welsh, L.A. 2005. Perceived Causes of Physical Assault in Heterosexual Dating Relationships. Violence Against Women. Vol.11 No.4, 477-472. Marais, S., Seedat, M., Sethi, D., Nurse, J., & Butchart, A (editors). 2004. Handbook for the Documentation of Interpersonal Violence Prevention Programmes. Geneva: World Health Organization. Matlin, M.W. 1994. Cogniton. US: Harcourt Brace College Publishers. Mikler, S.R., Goebert, D., Nishimura, S., & Caetano, R. 2006. Dating Violence Victimization: Associated Drinking and Sexual Risk Behavior of Asian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Native Hawaiian, and Caucasian High School Students in Hawaii. The Juornal of School Health. Vol.76 No.8, 423-429. Molidor, C. & Tolman, R.M. 1998. Gender and Contextual Factors in Adolescent Dating Violence. Violence Against Women. Vol.4 No.2, 180-194. Morgan, D.L. 1998a. The Focus Group Guidebook. Thousand Oaks: Sage Publications. Morgan, D.L. 1998b. Planning Focus Groups. Thousand Oaks: Sage Publications. Morris, C.G. & Maisto, A.A. 2002. Psychology: An Introduction. New Jersey: Prentice Hall. Murray, Jill. 2006. But I Love Him: Mencegah Kekerasan dan Dominasi Pasangan dalam Berpacaran. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. Nelson, Charles. 2002. Inside The Teenage Brain: Interview Charles Nelson. http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/teenbrain/interviews/nel son.html. Tanggal akses : 18 september 2008. Ocampo, B.W., Shelley, G.A., & Jaycox, L.H. 2007. Latino Teens Talk About Help Seeking and Help Giving in Relation to Dating Violence. Violence Against Women. Vol.13 No.2, 172-189. O’Kefee, M. 1997. Predictors of Dating Violence Among High School Students. Journal of Interpersonal Violence. Vol.12 No.4, 546-568. O’Keefe, M. 2005. Teen Dating Violence: A Review of Risk Factors and Prevention Efforts. http://new.vawnet.org/category/Main_Doc.php?docid=409. Tanggal akses: 8 Agustus 2008. O’Kefee, M. & Treister, L. 1998. Victims of Dating Violence Among High School Students: Are the Predictors Different for Males and Females? Violence Against Women. Vol.4 No.2, 195-223. Olweus, D. 1993. Bullying at School: What we know and what we can do. Oxford: Blackwell. Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. 2007. Human Development (tenth edition). USA: McGraw-Hill. Patton, M.Q. 2002. Qualitative Research & Evaluation Methods (third edition). Thousand Oaks: Sage Publications.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Pereira, B., Mendonça, D., Neto, C., Valente, L. & Smith, P.K. 2004. Bullying in Portuguese School. School Psychology International Vol.25 No.2, 241254. Pervin, L.A., Cervone, D., & John, O.P. 2005. Personality: Theory and Research. Ninth edition. US: John Wiley & Sons, Inc. Poerwandari, Kristi. 2004. Mengungkap Selubung Kekerasan: Telaah Filsafat Manusia. Bandung: Kepustakaan Eja Insani. Poerwandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Price, E.L., Byers, E.S., Sears, E.A., Whelan, J., & Saint-Pierre, M. Dating Violence Amongst New Brunswick Adolescents: A Summary of Two Studies. Research Paper Series, No.2, January 2000. Muriel Fergusson Centre for Family Violence Research: University of New Brunswick. Ratnadewi, Y. 2007. Kekerasan Dalam Pacaran Dianggap Wajar. http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/102007/25/0203.htm. Tanggal akses: 6 November 2007. Rifka Annisa Women’s Crisis Center. Annual Report Tahun 2006. Rifka Annisa Women’s Crisis Center. Annual Report Tahun 2005. Rifka Annisa Women’s Crisis Center. Annual Report Tahun 2004. Rifka Annisa Women’s Crisis Center. Annual Report Tahun 2003. Rifka Annisa Women’s Crisis Center. Annual Report Tahun 2002. Rychlak, J.F. 1997. In Defense of Human Consciousness. Washington DC: American Psychological Association. Santrock, J.W. 2003. Adolescence (terj.). Jakarta: Erlangga. Schissel, B. 2000. Boys Against Girls: The Structural and Interpersonal Dimensions of Violent Patriarchal Culture in the Lives of Young Men. Violence Against Women. Vol.6 No.9, 960-986. Sdorow, L.M. & Rickabaugh, C.A. 2002. Psychology (fifth edition). New York: McGraw-Hill. Sears, H.A., Byers, E.S., Whelan, J.J., & Pierre, M.S. 2006. “If It Hurts You, Then It Is Not a Joke”: Adolescents’ Ideas About Girls’ and Boys’ Use and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Experience of Abusive Behavior in Dating Relationships. Journal of Interpersonal Violence. Vol.21 No.9, 1191-1207. Setiadi, B.N. 2001. Terjadinya Tindak Kekerasan dalam Masyarakat: Suatu Analisis Teoritik. Jurnal Psikologi Sosial. No.IX Tahun VII, 59-68. Shapiro, B.L. & Schwarz, J.C. 1997. Date Rape: Its Relationship to Trauma Symptoms and Sexual Self Esteem. Journal of Interpersonal Violence. Vol.12 No.3, 407-419. Sheras, P., & Tippins, S. 2002. Your Child: Bully or Victim? Understanding and Ending School Yard Tyranny. Fireside: A Skylight Press Book. Silverman, J.G., Raj, A., Mucci, L.A., & Hathaway, J.E. 2001. Dating Violence Against Adolescent Girls and Associated Substance Use, Unhealthy Weight Control, Sexual Risk Behavior, Pregnancy, and Suicidality. Journal of American Medical Association. Vol.286 No.5, 572-579. Smith, P.H., White, J.W., & Holland, L.J. 2003. A Longitudinal Perspective on Dating Violence Among Adolescent and College-Age Women. American Journal of Public Health. Vol.93 No.7, 1104-1109. Soekanto, S. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali. Steinberg, L. 2002. Adolescence (sixth edition). New york: The McGraw-Hill Companies. Sumiarni, E.M.G. 2006. Kajian Hukum Terhadap Kekerasan Anak Dalam Lingkup Rumah Tangga Secara Terselubung. Makalah yang Disampaikan dalam Talk Show “Child Abuse-Kekerasan Pada Anak yang Terselubung” dalam rangka Lustrum Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Tidak Diterbitkan. Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara. Tjundjing, Sila. 2004. Lima Jalan Menuju Penelitian Kualitatif Berkualitas: Manakah Pilihan Anda?. Anima. Vol.19 No.4, 333-369. Undang-Undang Republik Indonesia. No 23 Tahun 2004. Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. VandenBos, G.R. (editor in chief). 2007. APA Dictionary of Psychology. Washington DC: American Psychology Association.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Veenstra, R., Lindenberg, S., De Winter, A.F., Oldehinkel, A.J., Verhulst, F.C., & Ormel, J. (2005). Bullying and Victimization in Elementary School: A Comparison of Bullies, Victims, Bully/Victims, and Uninvolved Preadolescents. Developmental Psychology. Vol.41 No. 3, 672-682 Vezina, J. & Hebert, M. 2007. Risk Factors for Victimization in Romantic Relationships of Young Women: A Review of Empirical Studies and Implications for Prevention. Trauma, Violence, & Abuse. Vol.8 No.1, 33-66. Walker, L.E. 1989. Psychology and Violence Against Women. American Psychologist. Vol.44 No.4, 695-702. Wekerle, C. & Wolfe, D.A. 1999. Dating Violence in Mid-Adolescence: Theory, Significance, and Emerging Prevention Initiatives. Clinical Psychology Review. Vol.19 No.4, 435-456. Welsh, L.A. & Mahistedt, D.L. 2005. Perceived Causes of Physical Assault in Heterosexual Dating Relationshipps. Violence Against Women. Vol.11 No.4, 447-472. Worden, A.P. & Carlson, B.E. 2005. Attitudes and Beliefs About Domestic Violence: Results of a Public Opinion Survey II. Beliefs About Causes. Journal of Interpersonal Violence. Vol.20 No.10, 1219-1243. Yarni, Linda. 2005. Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran Ditinjau Dari Kematangan Beragama dan Motivasi Pacaran Yang Berorientasi Keintiman Fisik dan Emosional. Thesis. Sekolah Paska Sarjana UGM Fakultas Psikologi. Tidak Diterbitkan. Yurgelun-Todd. 2002. Inside The Teenage Brain: Interview Yurgelon-Todd. http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/teenbrain/interviews/tod d.html. Tanggal akses: 18 September 2008. Zulfah. 2004. Kekerasan Dalam Pacaran: Sebuah Fenomena Yang Terjadi Pada Remaja.http://situs.kesrepro.info/gendervaw/des/2004/gendervaw02.htm. Tanggal akses: 6 November 2007. Zweig, J.M., Barber, B.L., & Eccles, J.S. 1997. Sexual Coercion and Well-Being in Young Adulthood: Comparisons by Gender and College Status. Journal of Interpersonal Violence. Vol.12 No.2, 291-308.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
LAMPIRAN 1 Pengkategorian Tema Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tema 1 Bentuk dan Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran A. Remaja Putra 1. Bentuk Kekerasan Dalam Pacaran Fisik dan mental / batin (II.491, II.496, II.498, II.500, II.504, IV.683; 685, IV.687, IV.695, V.613, V.617, V.615, V.619) Fisik, batin, pikiran (IV.689; 691) Fisik, batin, mental, sosial (IV.697) Fisik (II.493) 2. Pengertian Kekerasan Dalam Pacaran 2.1 Pengertian kekerasan fisik Kekerasan yang mengenai fisik, melukai / merusak fisik (II.558-559, II.532, II.564, II.569, IV.833-834, IV.837, V.712, V.724, V.741, V.736-739) Tindakan yang melukai pasangan (IV.809, IV.826-827, V.733) Kekerasan yang melibatkan tubuh, menggunakan fisik (II.538, II.570) Pelampiasan (II.567) Kekerasan luar, misalnya memukul (IV.814-816) Kekerasan yang dapat dirasakan secara langsung (IV.819) Semua yang berupa tindakan menganiaya / menyakiti (V.639) 2.2 Pengertian kekerasan mental/batin Kekerasan yang membuat orang sakit hati, menyakiti hati, membuat luka pada hati (II.572, II.573, II.574, II.575, II.576, V.746, V.749-750, V.752-753, V.756) Kekerasan yang menyentuh mental yang sulit dilupakan (IV.845-847, IV.866) Kekerasan yang sulit dilupakan & biasanya menyebabkan stres (IV.852-853) Kekerasan yang menyebabkan orang mengalami gangguan jiwa (IV.856-859)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
2.3 Pengertian kekerasan sosial Kekerasan yang menyebabkan orangtua dari salah satu pasangan itu merasa terhina / tercemarkan nama baiknya (IV.1064-1067) Kekerasan yang membuat pasangan dikenal jelek di masyarakat (IV.1075-1076) 2.4 Pengertian kekerasan pikiran Kekerasan yang menyebabkan pasangan itu berbeda pendapat (IV.1081-1082) 3. Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran 3.1 Kekerasan Fisik Memukul (II.262, II.277, II.291, II.433, II.537, IV.107, IV.385, IV.415, IV.722, V.362, V.630) Menampar (II.241, II.264, II.276, II.330, IV.111, IV.322, IV.346, IV.368, V.220) Membunuh (IV.443-444, IV.715, V.98-101, V.242) Menendang (II.442, IV.109, IV.710, IV.719) Mencakar (II.245, II.452, II.544) Menjambak (IV.712, IV.719) Melemparkan panci (V.287-288) Mengguyur air (II.328) Mengkasari (IV.726) Berkelahi (II.538) Menganiaya (V.636) 3.2 Kekerasan Mental/ Batin Adu mulut / cek-cok mulut, saling menyalahkan (II.311, II.326, II.433, II.454, II.532) Menduakan / selingkuh (IV.470, IV.607, IV.747, V.655) Mencaci-maki, berkata kasar, misuh (IV.638, IV.665, V.349, V.645) Menyakiti hati (IV.611, V.251-254, V.657) Memaksakan kehendak (V.378, V.663) Bertengkar (II.218, II.469) Cemburu (V.651, V.653)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Berbeda pendapat (II.514, II.524) Salah paham (II.450, II.519, II.530) Berprasangka buruk / curiga (V.355) Membohongi (IV.649) Mengajak putus, meninggalkan pacar, mencampakkan (IV.654, IV.752) Bermusuhan (II.471) Memfitnah (IV.643, V.644-645) Melarang bergaul / posesif (IV.739) Saling mendiamkan (V.665) Pelecehan (IV.675) Memperkosa (V.364)
3.3 Kekerasan Pikiran Berbeda pendapat (IV.757) Ketidakpercayaan (IV.763) Meninggalkan pacar (IV.761) Berkata kasar (IV.768) 3.4 Kekerasan Sosial Mencemarkan nama baik keluarga (IV.788) Melarang bermain dengan teman/ posesif (IV.794)
B. Remaja Putri 1. Bentuk Kekerasan Dalam Pacaran Fisik dan mental / batin (I.523, III.563, VI.302) 2. Pengertian Kekerasan Dalam Pacaran 2.1 Pengertian kekerasan fisik Suatu tindakan yang menyebabkan fisik atau tubuh terluka (I.580, I.583, I.588-589, VI.357, VI.359) Menyakiti seseorang secara fisik, menyiksa diri (III.629, VI.358) Tindakan emosional dari pasangan namun diluapkan secara fisik (III.620-621)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
2.2 Pengertian kekerasan mental atau batin Suatu tindakan yang menyebabkan perasaan terluka (I.596, I.598, I.600, I.607-608, III.633, III.660) Tindakan yang berakibat membebani pikiran, membuat stres, dan gila (I.611, III.641; 645; 647-648) Kata-kata / tindakan yang bukan fisik yang menusuk hati (III.655-656) Kekerasan yang menyebabkan trauma mendalam (VI.367368) 3. Perilaku Kekerasan Dalam Pacaran 3.1 Kekerasan Fisik Menampar (I.262, I.291, I.468, I.476, I.529, III.409, III.422-423, III.532, III.573, III.577, VI.140, VI.157, VI.161-162, VI.183, VI.192, VI.202) Memukul (I.295-296, I.360, I.470, I.485, I.527) Menendang (III.532, VI.219) Memaki di depan umum (II.577-578, III.593) Menonjok (III.425, VI.333) Menjambak (I.497) Mencubit sampai membekas (I.501) Menceburkan ke kolam (III.422) Menyiram dengan air (III.409-410) Membunuh (I.371, I.546) Membenturkan ke tembok (VI.194-195) Menyelupkan ke bak mandi : VI.231 Berkelahi (VI.228) Memperkosa (VI.331) Marah-marah (III.577) Menduakan (III.594) Mendiamkan pasangan (III.578-579) 3.2 Kekerasan Mental/ Batin Menduakan / selingkuh (I.314, III.355-356, III.380-381, III.535, III.594)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Memaki, saling mengumpat (III.342, III.415, III.427, III.536, VI.268, VI.342) Terlalu posesif (I.380-384, I.473) Marah, berteriak (III.414) Membentak (VI.267) Senang bersikap romantis dengan perempuan lain di depan ceweknya (III.313-315) Memaksakan kehendak (I.549) Cemburu (I.557) Kurang kepercayaan dari pasangan (I.563) Membicarakan pasangan di belakangnya (I.566) Mendiamkan pasangan (III.578-579) Membohongi (VI.340) Memaksa pasangan melakukan hubungan intim (I.487) Memaksa pasangan untuk berciuman (I.464)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Tema 2 Penyebab Munculnya Kekerasan Dalam Pacaran A. Remaja Putra 1. Ekspresi ketidakmampuan diri 1.1 Kurangnya ketrampilan intrapersonal Emosi, tidak bisa menahan amarah (II.419, II.585, II.602, IV.597, IV.618, IV.1144, IV.1128, IV.1137, V.862, V.883-884, V.890-891) Cemburu (IV.336-337, IV.401-406, IV.1111, IV.1113, IV.11311134, V.98-101, V.251-254, V.870-872) Pelampiasan emosi (II.567, II.580-581, II.592) Stres (V.894) Takut bertanggung jawab atas kehamilan pasangan (IV.440-442) 1.2 Kurangnya ketrampilan interpersonal Kesalahpahaman (II.252, II.372, II.404, II.417, II.582, II.588, IV.397, IV.1105, IV.1113, IV.1146) Perbedaan pendapat (II.421, II.425-426, II.582, IV. 1109, IV.1113) Bosan pada pasangan (IV.354-355, V.238-240) Kurang komunikasi (V.874-879) Ketidakpercayaan (IV.1107) Masalah ekonomi (V.292-297) 2. Sebagai sarana menguasai pasangan Pasangan selingkuh (II.406, II.579, II.582, IV.377) Pasangan tidak memahami (IV.1116) Pasangan tidak mau menuruti perintah (V.217-218) Ingin menunjukkan jalan yang benar bagi pasangan (V.850-852)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Penyebab Korban Terkena Kekerasan (Remaja Putra) 1. Korban melakukan kesalahan Korban melakukan kesalahan : II.594, II.599, IV.1167, IV.1175, V.907 Korban salah bicara : II.594, II.595 Korban selingkuh : II.599, IV.1151-1154, IV.1159-1163, IV.1177 2. Kurangnya kemampuan korban dalam mempertahankan diri Kurang antisipasi sehingga jadi pelampiasan amarah pasangan : V.915-937 Salah paham : II.595, II.597, II.598 Berbeda pendapat : II.596, II.597, II.598 3. Sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari Takdir : V.911
B. Remaja Putri 1. Ekspresi ketidakmampuan diri 1.1 Kurangnya ketrampilan intrapersonal Emosi, marah kepada pasangan, tidak bisa menahan diri (III.432, I.433, I.660, III.440, III.717, VI.373, VI.387, VI.422) Pelampiasan emosi (I.410-411, I.696-698, VI.415-417, VI.433-435, VI.438) Cemburu (I.360, I.631, VI.233-234) Menyalurkan nafsu (VI.384) Kecewa dengan pasangan (I.435) Kompensasi rasa inferior agar dianggap jagoan (III.676678) 1.2 Kurangnya ketrampilan interpersonal Ketidakcocokkan, perbedaan prinsip (I.424-426, I.626, I.633) Belum saling percaya (I.692, III.693-694) Kesalahpahaman (I.415, I.628) Kurang bisa menerima kelemahan pasangan (III.684-687) Bosan, agar cepat putus (I.652-653, I.681, VI.383)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
2. Sebagai sarana menguasai pasangan Pasangan selingkuh (I.269, I.289, I.291, I.369-370, III.442, VI.181-182, VI.223-224, VI.374) Pasangan kurang menghargai, tidak memahami, tidak sayang, tidak suka (I.686, VI.376, VI.378, VI.380) Pasangan tidak mau dicium, pasangan tidak mau melakukan hubungan seks, pasangan ingin menyalurkan nafsu, pasangan tidak memberi kabar (I.464, I.677, VI.194-195, VI.384) Pasangan menyakiti (I.666-667) Malu dengan kelakuan pasangan (suka menduakan, menggombal), pasangan nakal / brengsek (III.447-448, VI.142) 3. Sebagai hasil dari proses belajar sosial Meniru perilaku teman (I.640, III.704-707) Berasal dari keluarga yang broken home (III.695-697) Sudah kebiasaan (VI.428) Tidak terima dengan perilaku kekerasan yang dilakukan pasangan (III.433, VI.224-225) 4. Sebagai wujud keabnormalitasan Pelaku memiliki kelainan (VI.430, VI.438-439)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Penyebab Korban Terkena Kekerasan (Remaja Putri) 1. Korban melakukan kesalahan Korban melakukan kesalahan : I.729, III.722, III.724-726, VI.391, VI.407, VI.412 Kurang menghargai pasangan : I.733-734 2. Ketergantungan korban pada pasangan Takut diputus pasangan, cinta buta : I.714-716, III.729-732 Korban takut pada pasangan : VI.400-404 3. Kurangnya kemampuan dalam mempertahankan diri Korban menjadi pelampiasan amarah pasangan : I.742-745, VI.415-419 Korban tidak bisa membela diri : III.736-737, III.744-745, VI.396
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Tema 3 Sikap Remaja Terhadap Kekerasan A. Remaja Putra 1. Tidak menerima kekerasan Kekerasan merupakan perilaku yang tidak bisa diterima / tidak baik (II.184, II.611, IV.276, IV.282, IV.290, IV.292, IV.1264, IV.1266, V.170, V.172, V.174, V.176) Kekerasan sebaiknya tidak dilakukan (II.187, II.665, II.666-667, II.668, IV.302, IV.305, IV.306, IV.307, IV.309, IV.626-627, IV.1390, IV.1396, V.179, V.180 , V.14071408) 2. Menerima Kekerasan 2.1 Menerima kekerasan sebagai suatu perilaku yang wajar Kekerasan merupakan hal yang umum / wajar / biasa terjadi pada pacaran (II.369-371, II.389, II.397, II.402, II.414415). 2.2 Menerima kekerasan sebagai resiko dari pacaran Kekerasan merupakan perilaku yang bisa diterima sebagai resiko dari pacaran (IV.285-287). 2.3 Menerima kekerasan sebagai suatu bentuk penyelesaian masalah Kekerasan ada saatnya dilakukan (II.192, V.1088, V.1090, V.1093, V.1094). Misalnya saat : Pasangan sudah kelewatan (V.1090, V.1099, IV.1276-1277) Membela yang lemah (II.196) Membela pacar ketika ada yang mau merebut (II.212-215) Jika pasangan bersalah haruslah dimaafkan tapi jika sudah keterlaluan kekerasan itu perlu (IV.1384-1385, V.1107). Baik jika di pacaran ada kekerasan (IV.1268, IV.1270, IV.1272) agar pasangan berubah (IV.1274, IV.1280).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
2.4 Menerima kekerasan dalam konteks kekerasan verbal Kekerasan bisa dilakukan tapi keras yang tidak terlalu keras (kekerasan dalam konteks bicara (adu mulut) bukan dalam konteks tindakan) (V.182-195; 814; 824-825; 829-833;1417-1422, V.840844). B. Remaja Putri 1. Menolak kekerasan Jika sungguh-sungguh ingin berpacaran sebaiknya saling menjaga, saling sayang, saling percaya. Jangan sampai ada kekerasan. (VI.1056-1057, VI.1065-1066, VI.1070, VI.1072) Kekerasan merupakan perilaku yang tidak bisa diterima (I.218, III.277, VI.132). Kekerasan sebaiknya tidak dilakukan (I. 222, I.772, III.280, III.664, VI.135, VI.956) Kekerasan merupakan hal yang tidak menyenangkan dalam pacaran (VI.289, VI.292) Kekerasan berarti tidak sayang (VI.121, VI.128) Suatu kekerasan mesti dijauhkan dari pacaran yang sehat (I.187188) Seharusnya dalam pacaran tidak ada kekerasan karena pacaran itu saling cinta (I.201-203) 2. Menerima Kekerasan (catatan : merupakan hasil dari pertanyaan tambahan) 2.1 Menerima kekerasan sebagai suatu bentuk penyelesaian masalah Misalnya untuk : Untuk kebaikan (VI.828) misalnya agar cowok jera dan tidak berselingkuh lagi (VI.831-835). Ketika pasangan sudah sudah keterlaluan (VI.853; 879881). Jika salah satu pasangan sudah sangat tersakiti / merasa terhina (VI.847-850). Ketika penyelesaian dengan cara baik sudah tidak berhasil (VI.861-862; 874-876)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Tema 4 Akibat Kekerasan Dalam Pacaran A. Remaja Putra 1. Akibat jangka pendek Menimbulkan sakit hati, menyinggung perasaan (II.572, II.573, II.574, II.575, II.576, V.746) Merusak / melukai fisik (II.569, IV.837, IV.809, IV.826-827, V.724) Mati (II.174, IV.408) Merusak mental dan tubuh (II.667) Pasangan dikenal jelek di mata masyarakat (IV.1075-1076) Menyebabkan pasangan berbeda pendapat (IV.1081-1082) Orangtua pasangan merasa terhina atau tercemarkan nama baiknya (IV.1064-1067) Menimbulkan perpecahan, merusak silahturahmi (II.159, II.408, II.665) 2. Akibat jangka panjang Sulit dilupakan dan menimbulkan stres (IV.847, IV.852, IV.853, IV.866) Menimbulkan gangguan jiwa (IV.856-859)
B. Remaja Putri 1. Akibat jangka pendek Menimbulkan sakit hati, kekecewaan, ketersinggungan (I.596, I.598, I.600, I.607-608, III.483-485) Menyebabkan anggota tubuh terluka (I.580, I.588-589,VI.357, VI.359) Merugikan pasangan kita sendiri (I.439-440) Menyebabkan nyawa melayang (I.583) Ketidakharmonisan hubungan setelah putus (I.447-448)
2. Akibat jangka panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Menyebabkan kepikiran, stres, dan menjadi gila (I.611, III.641, III.645, III.647-648) Menimbulkan trauma (VI.367-368, VI.891) Menjadi takut berpacaran (III.502-504, III.512-514) Perilaku dan penampilannya menjadi seperti laki-laki (III.525-529).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Tema 5 Pengatasan Kekerasan Dalam Pacaran A. Remaja Putra 1. Berkaitan dengan hubungan interpersonal Saling mengerti, saling percaya, saling menghargai, saling mengasihi, saling menyayangi, saling pengertian, saling perhatian (II.614, II.624-625, II.628, II.631, II.631, II.632, II.629, II.630, II.631, II.633, IV.1299, IV.1301, IV.1311, IV.1313, IV.1377, V.1212) Jangan suka berbohong, jangan saling curiga, jangan memaksakan kehendak, jangan berpikiran negatif (IV.1317, IV.1319, IV.1323, V.1201) Tidak selingkuh, tidak memulai pertengkaran, tidak membuat masalah (II.629, IV.1364, IV.1366, V.1203) Menerima pasangan apa adanya (IV.1303) Membuat konsekuensi pada awal pacaran (IV.1306) Perbanyak komunikasi, sering bertemu, bermesraan, rukun (II.633, V.1179, V.1201, V.1180) Minta maaf, mengakui kesalahan (II.613, II.616, II.617, II.620, II.623, IV.1347, IV.1349) Putus jika sudah tidak kuat atau jika pasangan sudah kelewatan (II.622, II.625, V.1221-1224, V.1232-1235, V.1248-1250, V.12591260) Diselesaikan secara baik-baik (IV.1330, IV.1332, IV.1335, IV.1344) Jika kekerasan masih sedikit, bisa dengan pendekatan baik-baik (V.1228-1231, V.1243-1244) Tetap berpacaran jika masih mampu melanjutkan (V.1252-1255) Dibiarkan saja (IV.1337) Tidak ada yang harus dilakukan agar tidak dikira ikut campur (IV.1368-1371) Mengalah terhadap pasangan (IV.1393) Yang lalu biarlah berlalu (IV.1401)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
2. Berkaitan dengan hubungan intrapersonal Memperkuat iman dan taqwa (V.1190) Jangan pacaran sebelum cukup umur (V.1268) Jangan pacaran sebelum bekerja / punya uang (V.1270-1271) Memperbanyak iman (V.1278) Jangan berpacaran sebelum cukup waktu (V.1287-1288) 3. Berkaitan dengan konteks yang lebih luas Penyuluhan atau sharing (II.636-638) Demo anti kekerasan oleh remaja (II.639-649) Demo anti kekerasan lewat koran atau televisi atau spanduk (II.651-660)
A. Remaja Putri 1. Berkaitan dengan hubungan interpersonal Saling percaya, saling pengertian, saling sayang (I.780, I.810, III.787, III.790-793, VI.961, VI.962, VI.966) Terbuka, komunikasi, lebih mengenal karakteristik pasangan (I.899, III.796, III.810, III.817-818) Menyelesaikan masalah secara baik-baik, memberi kebebasan, memperbaiki perilaku yang tidak disukai pasangan, saling memaafkan, menambah pengertian, merubah sikap buruk (I.796797, I.800, I.837, I.867, I.871-872, I.890, I.893, I.903, VI.976) Jangan terlalu sering bertengkar & harus ada yang mengalah dari salah satu pihak (III.802-804) Langsung putus (I.856, VI.971, VI.974) Bila cara yang baik gagal atau bila masalah bertambah parah putus (I.905-906, III.830, III.833-835) Menasehati pasangan (III.826-828) Minta pelaku bertobat (III.837) Membalas kemudian saling memaafkan (VI.979) Sebelum pacaran PDKT-nya harus matang agar lebih saling kenal, Selektif dalam memilih pacar (III.859-860, III.873-875) Tidak pacaran, tidak saling kenal (VI.1039)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
2. Berkaitan dengan hubungan intrapersonal Menahan emosi (III.784, III.888-891, III.890-891, VI.963) Jangan pernah berpikir untuk melakukan kekerasan (I.783) Berusaha tidak menyakiti pasangan (I.793) Tidak terlalu banyak menonton sinetron yang berbau kekerasan karena biasanya yang negatif lebih mudah diingat daripada yang positif (I.813-814) Jangan terlalu percaya pada perkataan orang (I.828) Harus pintar dalam menggunakan perasaan dan logika (I.878-883) Merefleksikan apakah kita sudah cukup umur untuk berpacaran, jangan hanya mengikuti teman (III.880-885) Kembali ke kesadaran pasangan masing-masing untuk tidak melakukan kekerasan (I.1009-1013) 3. Berkaitan dengan konteks yang lebih luas Memberi saran ke pasangan yang terlibat KDP (I.936) Menulis artikel di koran agar orang yang melakukan kekerasan sadar (I.938-940) Membuka konsultasi remaja (I.951) Memberi kritik ke stasiun televisi yang menayangkan kekerasan (I.968-969) Mengadakan lomba pasangan paling harmonis (I.973-974) Meminta pemerintah menstop peredaran VCD porno (I.990-991)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Perilaku yang Diidentikkan dengan Pacaran
A. Remaja Putra Catatan: ketika menyebutkan perilaku yang identik dengan pacaran, remaja putra dan putri menyebutkan perilaku-perilaku yang positif terlebih dulu. Perilaku yang negatif keluar setelah diprobbing. Perilaku positif Bercanda : II.75 Mengobrol : II.36, II.54, II.67, II,75, II.78 Cubit-cubitan : II.56 Berpelukan : II.43, II.67, IV.58, V.33 Berciuman : II.67, IV.65, V.53 Bergandengan tangan : II.69, Jalan-jalan, jalan bareng : II.74, II.80, II.138, II.143, II.146, V.58 Berpegangan tangan : II.41, II.84, II.136, IV.54, IV.67, V.31 Duduk berdekatan / berduaan : IV.68, V.27 Saling mengasihi, saling memperhatikan : IV.40, VI.44 Bisa menerima pacarnya apa adanya : IV.49 Bermesraan : V.29, V.41 Curhat : V.44 Nongkrong : V.60 Makan bareng : V.56 Perilaku negatif Nafsu yang tinggi : II.109 Diputuskan : II.97, II.102 Berselingkuh : II.106, II.118 Bertengkar : II.112, II.116 Tampar-tamparan, menampar : II.102-103 Memukul : II.103 Mencakar : II.103 Membohongi : IV.145 Dicampakkan : IV.148 Saling cemburu : IV.114, V.104 Tidak bisa memahami pasangan : IV.151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Berbeda pendapat : IV.137 Saling tidak percaya : IV.120 Selingkuh : IV.125, V.104 Hamil, hamil di luar nikah : V.93 Pembunuhan karena cemburu : V.98-101 Aborsi : V.91 Sex before married : V.84 Kekerasan (fisik seperti memukul, menampar, menendang): IV.105
B. Remaja Putri Perilaku positif Curhat hal-hal yang tidak bisa diceritakan ke teman, saling berbagi (I.33-34, III.246-247) Berduaan (I.24) Berangkulan (I.30, III.43) Keluar bersama, pergi berdua (I.22, III.245) Kerja kelompok (I.51) Berpegangan tangan (I.28, III.33, VI.30, VI.34) Berciuman (I.44, VI.40) Mengobrol (II.35, III.37, III.43) Berpandang-pandangan (III.41, III.43-44) Saling mendukung (III.67-68) Berpelukan (VI.32) Duduk berdekatan (VI.47)
Perilaku negatif Dipaksa untuk berhubungan intim (I.81-82) kekerasan seksual Cemburu (I.71) Memegang payudara (III.93-94) Diduakan (I.69) Memanfaatkan pasangan (III.184) Saling meraba (III.134) Ditampar (VI.63, VI.68) Berciuman yang over (III.61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Bertengkar (VI.60, VI.68) Ngomong kasar (VI.71) Merusak persahabatan (I.73) Nggak konsen ke pelajaran (I.76, III.168-173) Menjadi bahan gosip (I.93) Hamil di luar nikah & keluar darisekolah (III.135-136) Prestasi turun (III.148)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
LAMPIRAN 2 Form Persetujuan Partisipan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayapng bertandatangandi bawah ini:
Bersedia menjadi parisipan dalam dislarsi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Halci Mayawati pada hari Jumat, ll Januari2008. Adapm diskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengarnbilan data untuk keperluan penelitian Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati.
Mengetahui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPercetujuan Sayayang bertandatangandi bawah ini:
rnisial Usia
r ..h*..$ : ..1f..?h
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada hari Jumat, 1l Janumi 2008. Adaptm dislarsi tersebut diselenggaral
penelitian Sdri.
Elisabeth Haksi Mayawati.
Mengetahui,
6@ r....If.....1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawah ini:
Inisial Usia
..9.4 ' '1 + h : ..!L....
Aramat, .llgflen..K:t..L.f:.?F.l..VegrddgH
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi png
akan dilaksanakan oleh Sdri.
Elisabeth Haksi Mayawati pada hari Junat, ll Janumi 2008. Adapun diskusi tersebut diselenggarakan dalam rangka pengambilan data untuk keperluan penelitian Sdri. Elisabeth Hatsi Mayawati.
Mengetahui,
4{,',( r....91.....1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawah ini:
Inisial
usia
r ...hJ.A
'....t11.Jh
Bersedia menjadi partisipan dalam dislarsi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi lvlayawati pada hari Jumat, I I Januari 2008. Adapun dislarsi tersebut diselenggarakan dalam rangka pengaurbilan data untuk keperluan penelitian Sdri. Elisabeth Hal$i Mayawati.
Mengetahui,
.W,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawah ini:
Inisial
r XY...
usia
: .J:L..H..
Aramat, .Je.qrn..5.T.l./1l?..Y.sy.q5grtg
Bersedia meqiadi partisipan dalam diskusi yang akan dilalsanakan oleh Sdri. Elisabeth Hal6i Mayawati pada hari Jumat, 11 Janumi 2008. Adapun diskusi tersebut diselenggarakan dalam rangka pengambilan data untuk keperluan penelitian Sdri. Elisabeth Halsi Mayawati.
Mengetahui,
,46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawahini:
rnisiat
t ...8.k.4.
usia
,...'1..hh.*n.
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada hari Minggu, 20 Januari 2AA8. Adapun diskusi tersebutdiselenggarakandalam rangkapengambilandatauntuk keperluanpenelitian Sdri. Elisabah Haksi tvtayryati.
Mengetahui,
W r EAA.r
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayapng bertandatangandi baw'ahini:
lnisial
,5?
Usia Alamat
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada hari Minggu, 20 Januari 2008. Adapun diskusi tersebutdiselenggarakandalam rangkapengambilandatauntuk keperluanpenelitian Sdri. ElisabethHaksi Mayawati.
Meagetahui,
,r+g,
r ..sl .t
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayangbertandatangandi bawahini:
Inisial Usia Alamat
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada hari Mnggu, 20 Januari 2008. Adapun diskusi tersebutdiselenggarakan dalam run1}.apengambilandatauntuk keperluanpenelitian Sdri. E*isabethHaksi Mayawati.
Mengetahui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawahini:
rnisial
, .6.fi.1\,S
Usia
: ..t.4!-tShvn
Bersedia menjadi Eartisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada hari Minggu, 20 Januari 2008. Adapun diskusi tersebutdiselenggarakan dalam rangkapengambilandata untuk keperluanpenelitian Sdri. E+isahhf{aksi Mayawati.
Mangetahui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayangbertandatangandi bawahini:
rnisial Usia
t .Q.D:I t ...1..?..
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada hari Minggu, 20 Januari 2008. Adapun diskusi tersebutdiselenggarakandalam rangkapengambilandatauntuk keperluanpenelitian Sdri. ElisabethHaksi Mayawati.
Mengetahui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawahini:
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada hari Minggq 20 Januari 2008. Adapun diskusi tersebutdiselenggarakan dalam rangkapengambilandata untuk keperluanpenelitian Sdri.ElisabethHaksi Mayawati.
Mengetahui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangan di bawah ini:
Inisial
cDs
Usia Alamat
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilalaanakan oleh sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada hari Minggu, 27 Januari 200g. Adapun diskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilan data untuk keperluan penelitian Sdri. ElisabethHaksi Mayawati.
Mengetahui,
..-..'.......-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangan di bawah ini:
usia
, !.?..tShf
Bersedia meqjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Hal$i Malawati pada hari Minggu, 27 lannari 2008. Adapun diskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilan data untuk keperluan penelitian Sdri. ElisabethHaksi Mavawati.
Mengetahu
fuu t.[.:l!,4:1.r
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
\
FormPersetujuan Sayapng bertandatangan di bawah ini:
rnisial
r 9..11
usia
,.I?..Jt'n
Aramat' .1J,..Unhl..f$q$i..$p...1P.,
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haki
Mayawati pada hari Minggu, 27 Janluari 2008. Adapun dislusi
tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilan data untuk keperluan penelitian Sdri. ElisabethHaksi Mavawati.
Mengetahui,
r.9.!:.9s9r
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangan di bawah ini:
Inisial
: ..L.9.3......
Usia
:..13..ft ; . . . . . . . . . . . . .
A l amat'
..Q.,.Q S $ l? . . . f 9 . : 9 . . . f u .x.r**. .k = . . . .
..&n**t. ...9es'.*rs ..S*$r..,..*.egF.,. .\F*^ Bersedia menjadi partisipan dalam dislusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada hari Minggu, 27 Jawari 2008. Adapun diskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilan data untuk keperluan penelitian Sdri. ElisabethHaksi Mavawati.
Mengetahui,
#
P.f...l f ...1'.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPers'etujuan Sayapng bertandatangan di bawah ini:
rnisial
: !t'1..F..4.
Usia
: J!..t?$st
Alamat'
ll.
.hpn.Jtvgsen...kg..99.*n. nq.3-'i.,..&eu.4... gn,.Tegu.q. .9tgn .....
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Hatsi Malawati pada hari Minggu, 27 Januui 2008. Adapun diskusi tersebut diselenggaral
Mengetahui,
W r..V.5.4....1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Form Persetujuan Sayayang berAndatangandi bawahini:
Inisial Usia Alemet
Bersedia meqiadi partisipan dalam diskusi yang akan dilalsanakan oleh Sdri. Elisabethllaksi ldayawati Eadahari Selasa29 Januari2008.Adapundiskusi tersebnrt diselcnggarakandalam rangka penganrbilandaia untuk keperluan penelitian Sdri. ElisabethHaksi Mayawati.
Mengetahui,
rAl{r
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersefujuan SayayangberAndatangandi bawahini:
Inisial Usia Alamat
Bersedia menjadi partisipn dalam diskusi yang akan dilaksanakan oteh Sdri. ElisabethHalsi Mayawati padahari Selasa"29 Jammri2008.Adapundiskusi tersebut diselcnggarakandalam rangka pengarnbilanrlata untuk kepertuanpenelitian Sdri. ElisabethHaksi tdayaunati.
Mengetahui I dbltt'
r&r
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayangbertandatangandi bawahini:
Inisial
, ...9$.
Usia
, ...tf
Bersedia me4iadi partisipn dalam diskusi yang akan dilaksanahn oleh Sdri. ElisabethHaksi Mayawati gadahari Selasa,29 Jar,luar;i 2008.Adapundiskusiterseh* diselenggarakandalam rangka pengambilandata untuk keperluan penelitian Sdri. ElisabethHaksi Mayawati.
Mengetahui,
rWt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan SayayangberAndatangandi bawahini:
rnisiar Usia
, ..b...{/f . '
...t!{
Bersedia menjadi partisipn dalam diskusi yang akan dilaksanakan oteh S&l ElisabethHaksi Mayawati padahari Selasa,29 Janrimri2008.Adapundiskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilandata untuk keperluan penetitian Sdri. ElisabettrHaksi Mayawati.
Mengetahui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayangbertandatangandi baw.ahini: .ra
Inisial usia
, .f.> t .t.t..
...)........
gFlF!\. Aramar' .J.1....6. ..Qx,[ta.yar. ..g.L,.X... ... ' ...".J..F..
Bersedia menjadi partisipn dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. EtisabethHaksi Mayawati padahari Selasa,29 Januari2008.Adaprmdiskusi tersebut diselenggarakandalam nangkapenganrbilandata untuk keperluan penetitian S&i. ElisabettrHaksi Mayawati.
Mengetahui,
tu
((.5 :)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawah ini:
rnisial Usia
'
.0....U/. r-
: .1.\.
Bersedia meqiadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakanoleh Sdri. ElisabethHalci Mayawatipadahari Jumat,I Februari2008.Adaprmdiskusitersebut diselenggarakan dalam ranglo penganrbilandata untuk keperluanpenelitian Sdri. ElisabethHaksi Mayawati.
Mengetahui,
tw
(..f..(.....)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayapng bertandatangandi bawah ini:
rnisiar ,Y..Vfr.8.......... usia Aramat
, 15rh.... ( n. ( t/ .^q | . : .K.1.;.fu.{4enc}i4.ia.6.o.reP,....... '
I
1 1a .
I
..5!d&7u,.h.MtUl...
r
Bersedia m€qiadi partisipan dalam diskusi yang akan dilal$analcn oleh Sdri. Elisabeth Hal$i Mayawati pada hari Juma! I Febnrari 2008. Adaprm diskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengarnbilan data untuk keperluan penelitian Sdri. Elisabeth Halci Mayawati.
Mengetahui,
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayapng bertandatangandi bawah ini:
rnisiat , .!=.rA.r.!{. usia ..{U..ihr,. ' Aramat, .).rn.pab...H.l...rl.gl.(.?s...M,.!$... .W.I!"tl .h*wr.,..$*fhl.. . " Be'mdia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilal$analcanoleh Sdri. ElisabethHaksi Mayawatipadahari Jumat,I Februari2008.Adaprmdislnrsitersebut diselenggarakan dalam rangkapengambilandata untuk keperluanpeirelitian Sdri. ElisabethHaI$i Mayawati.
Mengetahui,
t*Y....t
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawah ini:
Inisial
usia Atamat
t .1.1r.Q.;.?.
'
..!9..!h..
[i4..,4\M6 I/ro8t r' .Kqp.nr*19.!... ""'1"""
Bersedia menjadi partisrpan dalam diskusi yang akan dilaksanakanoleh Sdri. ElisabethHalci Mayawatipadahari Juma! I Februari2008.Adapundiskusitersebut diselenggarakan dalam rangkapengambilandata rmtuk keperluanpenelitiao Sdri. ElisabethHal6i Mayawati.
Mengetahui,
3ffr[" t..P.F.....r
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayapng bertandatangandi bawatrini:
Inisial
, .nL
usia
: .!?..ta.h9.r,
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada Minggq 3 Febnrari 2008. Adapun diskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilan data untuk keperluan pe,nelitian Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati.
Mengetahui,
d4,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawatrini:
Inisiar
usia
'
....A..{Y(.f
, .....tl.JI
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada Minggq 3 Februari 2008. Adapun diskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilan data rmtuk
penelitian Sdri.
Elisabeth Halci Mayawati.
Mengetahui,
il,,M (.............)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawah ini:
rnisial Usia
, .h9.t.... , .|.1.........
Aramat, ful$h...lylJ,. l...lhlt /C....Y-og.g*ls?'Ra
Bersedia meqiadi partisipan dalam dislusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati pada Minggq 3 Februari 2008. Adapun dislusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilan data untuk keperluan penelitian Sdri. Elisabeth Haksi Mayawati.
Mengetahui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sap png bertandatangandi bawah ini:
rnisial Usia
, Lhi.B.. , .!3.......
Bersedia menjadi partisipan dalam diskusi frang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Halsi Mayawati pada Minggrr, 3 Februari 2008. Adapun diskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilan data untuk keperluan penelitian Sdri. Elisabeth Halsi Mayawati.
Mengetahui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangandi bawah ini:
Inisial Usia AIamat
rt,ttO .r../..y..,J..1.. 13 t"rhvn 1.t
suc\$cL^rllo\Yqtn
Bersdia meqiadi partisipan dalam diskusi png
akan dilaksanakan oleh Sdri.
Elisabeth Haksi Mapwati pada Minggu, 3 Febnrari 2008. Adapun diskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilan data unhrk
penelitian Sdri.
Elisabeth Hal$i Mayawati.
Mengetahui,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FormPersetujuan Sayayang bertandatangm di bawah ini:
Inisial Usia
' ['..N,
Alamat
Bersedia menjadi partisipan dalam dislusi yang akan dilaksanakan oleh Sdri. Elisabeth Hal$i Mayawati pada Minggu, 3 Februari 2008. Adapun diskusi tersebut diselenggarakandalam rangka pengambilan data untuk keperluan penelitian Sdri. Elisabeth Hal$i Mayawati.
Mengetahui,