Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
PENGEMBANGAN USAHA MAKANAN RINGAN DENGAN MODIFIKASI KEMASAN Deny RatnaYuniartha1, LucianaTrianiDewi2, Ign. LuddyIndraPurnama3 1, 2, 3 Program StudiTeknikIndustri UniversitasAtma Jaya Yogyakarta Email:
[email protected] ABSTRAK Kemasan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pemasaran produk. Studi dilakukan di suatu Kelompok Usaha Tani (KUT) yang memproduksi makanan ringan dengan bahan lokal yaitu emping garut dan keripik gadung. KUT berencana mengembangkan usaha dengan modifikasi kemasan produk untuk perluasan pasar. Pada awal penjualannya produk dikemas dalam kemasan berukuran 1 kilogram dan 500 gram. Kemasan dengan ukuran tersebut menyebabkan pemasaran menjadi terbatas. Ukuran kemasan terlalu besar sehingga tidak dapat dipasarkan di supermarket dan toko oleholeh. Cara pengemasan produk selama ini masih sederhana dengan menggunakan plastik tanpa label yang diikat atau dijepit dengan stapler sehingga kurang menarik dan mempercepat kerusakan mutu produk. Makalah ini memaparkan strategi modifikasi kemasan dengan menerapkan teknologi pengemasan yaitu teknik sablon plastik dan alat perekat (sealer). Pengembangan kemasan produk diikuti dengan sertifikasi produk dari Dinas Kesehatan untuk lebih menjamin kualitas produk dan meningkatkan nilai jual produk.
Kata kunci: kelompok usaha tani, kemasan, makanan ringan ABSTRACT Development of Chips Product By Packaging Modification Packaging is one of the important factors that could affect the marketing of products. The study was conducted in a farmer bussiness group (Kelompok Usaha Tani - KUT) which produces snacks with local ingredients, i.e. keripik gadung and emping garut. KUT planed developing its business with packaging modifications due to market expansion. Previously, products was packaged in 1 kilogram and 500 grams size. Packaging with those sizes caused limitation in marketing. Package sizes too big so products were not accepted in supermarkets and souvenir shops. Product packaging was so simple by using plastic without a label and tied with rubber brachellet or clamped with stapler. This condition was made product so unattractive and potentially accelerate defect of product quality. This paper describes the packaging modification strategies by applying packaging technology i.e. plastic screen printing techniques and sealer. Product packaging development was followed by product certification from the Department of Health to ensure the product quality and increas the product value. Keywords: Farmer Bussiness Group, Packaging, Chips
LATAR BELAKANG Umbi gadung (Dioscorea hispida) dan umbi garut (Maranta arundinacea) merupakan hasil pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai produk makanan unggulan. Luas lahan budidaya gadung dan garut di Daerah Istimewa Yogyakarta berkisar antara 400-500 hektar. Budi daya gadung dan garut secara intensif dapat dihasilkan umbi gadung sekitar 20 ton 39
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
dan umbi garut sebanyak 15 ton perhektar (Anonim, 2009). Budidaya umbi gadung dan garut relatif sederhana dan tidak memerlukan perlakuan khusus dengan biaya tinggi. Kelompok Rekso Bawono Desa Sengon dan Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kelompok usaha tani (KUT) yang menjalankan usaha pengolahan umbi gadung dan garut, dengan produk unggulan berupa keripik gadung dan emping garut. Ketersediaan umbi gadung dan umbi garut cukup melimpah di wilayah Desa Sengon dan Gayamharjo dan pasar produk keripik gadung dan emping garut masih cukup terbuka. Kapasitas sumber daya KUT dalam pengolahan produk keripik gadung dan emping garut pun masih sangat terbuka, karena ada sekitar 30 kepala keluarga yang tergabung dalam KUT ini. Berdasarkan fakta tersebut, KUT berencana mengembangkan usaha produksi keripik gadung dan emping garut untuk memperluas pemasaran agar dapat meningkatkan kapasitas produksi. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi pemasaran yaitu aspek produk, harga, promosi dan lokasi. (Afsharghasemi dkk, 2013). Variabel yang terkait dengan produk dapat dibedakkan menurut ukuran kemasan produk, variasi atau jenis produk dan harga. Tempat merupakan sarana untuk menjual barang dan jasa agar dapat dijangkau oleh konsumen. Untuk mencapai hal itu, diperlukan saluran distribusi. Saluran distribusi merupakan sekelompok perusahaan dan perorangan yang memiliki hak pemilikan atas produk atau membantu memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika dipindahkan dari produsen ke konsumen (Akbar Afsharghasemi dkk, 2013). Sasaran pemasaran yang utama adalah menarik konsumen baru dengan menjanjikan nilai yang unggul dan mempertahankan konsumen saat ini dengan memberikan kepuasan (Hasiru dkk, 2011). KUT belum menerapkan teknik pengemasan yang baik. Kemasan yang kurang baik dapat mempengaruhi kualitas produk dan kurang menarik bagi konsumen. Pengemasan produk yang kurang menarik juga akan berakibat pemasaran menjadi terbatas. Program pengabdian masyarakat dilakukan di KUT Rekso Bawono dalam bentuk pendampingan untuk mengembangkan pemasaran produk emping garut dan keripik gadung dengan perbaikan teknik pengemasannya.
MASALAH Kemasan merupakan salah satu cara menempatkan hasil produk ke dalam wadah dengan segala jenis material yang dilakukan untuk pemasaran yang bertujuan agar produk dapat terlindungi dan produk memiliki nilai tambah (Klimchuk & Krasovec., 2006). Selama ini KUT memasarkan produknya dengan menggunakan kemasan plastik biasa tanpa label dan direkatkan dengan karet gelang atau stapler. Kemasan yang dibuat berukuran 1 kilogram dan 500 gram. Beberapa konsumen yang membeli produk emping garut dan keripik gadung di KUT ini, selanjutnya mengemas ulang produk dalam ukuran lebih kecil untuk dijual kembali. Potensi untuk konsumen luar kota yang mengunjungi lokasi ziarah Sendang Sriningsih di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta sangat besar peluangnya membeli oleh-oleh produk emping garut dan keripik gadung yang siap saji. Kemasan dengan ukuran 1 kilogram dan 500 gram menyebabkan pemasaran menjadi terbatas. Ukuran kemasan dinilai terlalu besar sehingga tidak dapat dipasarkan di supermarket dan toko oleholeh. Cara pengemasan produk emping garut dan keripik gadung belum menggunakan mesin pres plastik (hanya menggunakan steples plastic). Teknik pengemasan yang sederhana ini menyebabkan umur produk terbatas karena kemasan yang kurang kedap sehingga produk mudah terkontaminasi 40
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
udara luar. Kualitas dan keamanan produk emping garut dan keripik gadung belum terjamin karena belum tersertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga sebagaimana yang disyaratkan pemerintah. Pemerintah menetapkan bahwa makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standard atau persyaratan kesehatan seperti yang tertuang dalam Undang-undang No 36 Tahun 2009.Standar mutu dan keamanan pangan yang diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012. Secara khusus untuk produk pangan, pencantuman nomor P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) pada label di kemasan merupakan cara pemasaran yang sangat efektif untuk memberikan keyakinan pada konsumen bahwa produk pangan tersebut telah memenuhi standar mutu dan keamanan yang ditetapkan pemerintah. Nomor P-IRT adalah nomor pangan industri rumah tangga yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dan wajib dicantumkan pada label pangan industri rumah tangga yang telah memenuhi persyaratan pemberian SPP-IRT.
METODE PELAKSANAAN Klimchuk dan Krasovec (2006) menyatakan bahwa ada banyak variabel yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa desain kemasan menarik konsumen. Empat faktor yang dapat menjadi penarik utama adalah warna, struktur fisik dan bentuk, simbol dan angka, serta tipografi. Dalam desain kemasan, tipografi menjadi media utama untuk mengkomunikasikan nama, fungsi, dan fakta produk bagi konsumen. Pemilihan tipografi, tata letak, dan penempatan huruf serta kata-kata mempengaruhi bagaimana cetakannnya dibaca. Bentuk tipografi bisa berupa huruf atau karakter individual, kata, bentuk, atau simbol. Kemudahan dibaca, mudah dikenali, waktu untuk membaca, ukuran, bentuk, dan gaya merupakan karakteristik tipografi yang mempengaruhi komunikasi. Desain kemasan yang bisa melayani target pasar yang dituju haruslah sesuai dengan budaya setempat, tatanan bahasa yang tepat dan akurat, logis secara visual, dirancang secara kompetitif. Strategi modifikasi dan perbaikan kemasan merupakan solusi yang diberikan pada KUT. Modifikasi kemasan yang dilakukan adalah membuat ukuran kemasan yang lebih kecil, yaitu 100 gram dan 250 gram. Dengan ukuran kemasan yang lebih kecil, pemasaran produk menjadi lebih fleksibel. Perbaikan kemasan dilakukan dengan dua langkah kegiatan yaitu: (1) pelatihan sablon plastik dan (2) pengenalan teknologi perekat plastik dengan alat sealer. Kemudian melakukan pendampingan dalam bentuk memfasilitasi pengrajin untuk memperoleh Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Tahapan yang dilakukan dalam modifikasi kemasan meliputi: (1) identifikasi karakteristik produksi, (2) alternatif solusi (3) pelatihan teknik pengemasan, (4) Pendampingan SPP-PIRT, dan (5) Monitoring implementasi. Gambar 1 menunjukkan diagram alir metodologi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari identifikasi, usaha pembuatan keripik gadung dan usaha pembuatan emping garut pada kelompok Rekso Bawono merupakan produk industri rumah tangga (PIRT). Bahan baku keripik gadung adalah umbi dari tanaman gadung, sedangkan bahan baku emping garut adalah umbi dari tanaman garut. Tanaman gadung dan garut merupakan tanaman lokal yang
41
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
banyak tumbuh di Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. • • • •
Identifikasi karakteristik produksi
Alternatif solusi kemasan
Mekanisme Material Alat Pengemasan
• Bahan • Alat
• Sablon plastik • Teknologi pelekat plastik
Pelatihan teknik pengemasan
Pendampingan SPP-PIRT
Monitoring implementasi
Gambar 1. Diagram alir metodologi
Proses produksi pembuatan keripik gadung dan emping garut sangat sederhana, sehingga dapat dilakukan sebagai industri rumah tangga. Kapasitas produksi dari emping garut sebesar 6 kwintal per musim produksi, sedangkan kapasitas produksi keripik gadung sebesar 8 kwintal per musim produksi. Pengemasan dari produk keripik gadung dan emping garut masih dilakukan dengan sederhana. Proses pengemasan dengan menggunakan plastik transparan yang setelah diisi produk keripik gadung atau emping garut, hanya ditutup dengan staples. Hal ini dapat mengakibatkan keripik tidak renyah (mlempem) ataupun terasa tengik apabila tidak langsung dikonsumsi atau disimpan lebih dari 2 minggu oleh konsumen. Kemasan yang dibuat berukuran 1 kilogram dan 500 gram. Sampai saat ini produk keripik gadung dan emping garut belum memiliki sertifikat Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, sehingga kurang memberi kepercayaan pada konsumen tentang keamanan dan kebermutuan dari produk tersebut. Alternatif solusi yang ditawarkan pada kelompok Rekso Bawono dalam proses pengemasan, adalah: (1) Plastik yang digunakan adalah jenis plastik standar kemasan makanan, yaitu plastik dengan jenis PP (Polypropylene). Ciri-ciri dari plastik jenis PP biasanya transparan tetapi tidak jernih atau berawan, keras tetapi fleksibel, kuat, permukaan berlilin, tahan terhadap bahan 42
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
(2) (3) (4) (5)
kimia, panas dan minyak, melunak pada suhu 140oC. (http://ik.pom.go.id/v2015/artikel/ Plastik sebagaikemasanpangan.pdf) Apabila plastik akan diberi label produk maupun produksi, harus dilakukan pada kemasan bagian luar, tidak disarankan tinta label bersentuhan langsung dengan produk makanan. Proses perekatan plastik kemasan harus menggunakan peralatan sealer. Kemasan produk makanan harus disertai dengan label nomor SPP-IRT. Dari pengamatan di pasar konsumen mengharapkan adanya kemasan yang berukuran 100 gram dan 250 gram
Dalam pelatihan teknik pengemasan produk, diawali dengan pengenalan: bahan plastik kemasan untuk makanan, teknik sablon pada kemasan untuk makanan, teknik pengemasan dengan menggunakan plastik untuk makanan, serta pentingnya SPP-IRT untuk produk makanan yang dijual pada khalayak umum. Diawali dari aktifitas memperkenalkan dan menunjukkan cara mendapatkan bahan plastik kemasan serta bahan dan peralatan sablon diharapkan kelompok Rekso Bawono dapat melakukan untuk memenuhi kebutuhan pengemasan di masa mendatang dapat secara mandiri. Proses desain label pada kemasan dilakukan dengan melakukan konsultasi isi informasi yang harus tertulis, seperti: merek, gambar simbul, waktu produksi dan kadaluarsa, komposisi kandungan, data pembuat (Kelompok Rekso Bawono), serta bentuk huruf, warna tulisan dan gambar, serta layoutnya. Setelah rancangan label padakemasan disetujui, kemudian dilakukan persiapan pelatihan teknik sablon. Kegiatan diawali dengan belanja peralatan sablon, seperti: tinta, tinner, rakel, screen, dan dudukan sablon. Dalam pelaksanaan pelatihan sablon label pada kemasan plastik diikuti oleh semua anggota kelompok Rekso Bawono. Mengingat ada ibu-ibu pengrajin yang sudah tua, maka dalam pelatihan sablon ini dapat diwakili oleh anggota keluarganya. Setelah selesai pelatihan teknik sablon, kemudian diikuti dengan pelatihan proses perekatan plastik kemasan dengan menggunakan peralatan sealer. Tingkat kesulitan pada pelatihan penggunaan sealer adalah mengatur tingkat panasnya dari bibir sealer, sehingga hasil kemasan tampak rapid an tidak bocor. Hasil kemasan produk emping garut dan keripik gadung dapat dilihat pada Gambar 2. Dari hasil laporan pengujian Mikrobiologi dan Kimia Lingkungan terhadap sumber air yang digunakan oleh kelompok Rekso Bawono dalam memproduksi emping garut dan keripik singkong, telah memenuhi syarat. Serta dua wakil dari kelompok Rekso Bawono telah mengikuti workshop penyuluhan keamanan pangan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, dengan materi: Peraturan perundang-undangan di bidang pangan, Persyaratan label dan iklan pangan, Keamanan dan mutu pangan, Penggunaan bahan tambahan pangan, Prosedur operasi sanitasi standar, Pengendalian titik kritis dalam proses pengolahan pada industri rumah tangga, Cara produksi pangan yang baik bagi IRTP, serta Pengembangan jejaring bisnis IRTP. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengeluarkan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga dengan nomer 215340401157820 produk emping garut dan keripik gadung untuk ibu-ibu kelompok Rekso Bawono. Setelah selesai semua rangkaian kegiatan pelatihan, maka dilakukan monitoring keberlanjutan dari program tersebut. Dari pengamatan selama 6 bulan, ternyata kegiatan pelatihan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan produksi emping garut dan keripik gadung pada kelompok Rekso Bawono.
43
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
Gambar 2. Kemasan Produk Emping Garut dan Keripik Gadung
KESIMPULAN Kesimpulan dari serangkaian kegiatan pendampingan modifikasi kemasan dari makanan emping garut dan keripik gadung dapat memberikan dampak positif bagi pengambangan usaha kelompok Rekso Bawono. Kegiatan pendampingan dilakukan secara menyeluruh, diawali dengan identifikasi karakteristik produksi, alternatif solusi, pelatihan teknik pengemasan, pendampingan SPP-PIRT, dan monitoring implementasi.
DAFTAR PUSTAKA Afsharghasemi, A., Zain, M., Sambasivan, M., Imm, S.N.S., (2011). “Market Orientation, Government Regulation of SMEs: A Study in Malaysia (corn snack)”. Jurnal. Universitas Putra Malaysia. Anonim, 2009, Laporan Luas Tanaman Palawija DIY 2008-2009, Departemen PertanianDIY, Yogyakarta Anonim, 2012, Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga, Peraturan BPOM dengan no. Hk.03.1.23.04.12.2206. Anonim, 2015, Plastik Sebagai Kemasan Pangan, http://ik.pom.go.id/v2015/artikel/Plastik sebagaikemasanpangan.pdf Hasiru, R., Idris Yanto, Erman Rahim, Bobby Ranto. 2011. “Studi Kelayakan Klaster Rumput Laut di Kabupaten Gorontalo Utara”. Jurnal Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Klimchuk, Marianne Rosner, dan Krasovec, Sandra A., 2006, Desain Kemasan Perencanaan Produk yang Berhasil Mulai dari Konsep sampai Penjualan. Jakarta : Penerbit Erlangga
44
Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ISSN.2541-3805, ISSN 2541-559X
SESI TANYA JAWAB Nama Pemakalah Luciana Triani Dewi
Nama Penanya Dr.-Ing. Sita Y. Amijaya
Asal Isi Pertanyaan Institusi UKDW Untuk kedepannya Apakah teknik pengemasan akan semakin ditingkatkan misalnya dengan menggunakan aluminium foil ?
45
Jawaban Alasan desain kemasan plastik dilihat dari sisi harganya dibanding dengan aluminum foil, selain itu penyedia aluminum juga tidak banyak dan biasanya untuk pembelian diharuskan untuk membeli banyak. Apabila ingin menggunakan aluminium foil diperlukan pengkajian lagi soalnya akan berdampak pada produk. Menggunakan plastik dan sealer sebagai kemasan juga dilakukan pengujian tingkat kelembapan dengan menggunakan standar SNI, hasil yang didapatkan adalah masa simpan 6 bulan dengan plastik dan sealer.