Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
PENGEMBANGAN MODEL IKLIM KESELAMATAN TERHADAP KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) Wisda Mulyasari Pasca Sarjana Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Surabaya, 60111, Jawa timur e-mail:
[email protected] ABSTRAK Pekerjaan membangun kapal merupakan salah satu pekerjaan konstruksi yang sangat kompleks dan kecelakaan kerja pada galangan kapal pada umumnya sama dengan industri konstruksi. Penyakit Akibat Kerja (PAK) juga merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian karena merupakan hal yang sangat berpengaruh kuat terhadap kesehatan dan produktivitas pekerja. Tingginya angka statistik kecelakaan dan PAK menyebabkan sangat penting untuk menginvestigasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan dan PAK agar dapat melindungi pekerja. Pengembangan model hubungan iklim keselamatan ini dilakukan dengan metode Structural Equation Model (SEM). Survey dilakukan dengan menggunakan kuisioner skala Likert 1-4 kepada 377 pekerja industri pembangunan kapal di Surabaya yaitu PT. PAL, PT. DOK dan PT. DUMAS Hasil dari penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara iklim keselamatan dengan perilaku keselamatan, terdapat hubungan antara perilaku keselamatan dengan komunikasi keselamatan, terdapat hubungan antara komunikasi keselamatan dengan PAK, dan terdapat hubungan antara kecelakaan kerja dan PAK. Kecelakaan yang paling banyak terjadi di industri pembangunan kapal adalah terluka ketika memegang, mengangkat atau membawa material atau peralatan. SedangkanPAK yang paling banyak dialami pekerja adalah sesak nafas dan infeksi saluran akibat dari adanya paparan zat kimia di udara seperti sisa-sisa gas pembakaran dan debu. Dari analisa kecocokan model dapat disimpulkan bahwa model SEM yang dihasilkan telah sesuai (fit). Kata kunci: iklim keselamatan, perilaku keselamatan, komunikasi keselamatan, kecelakaan kerja, Penyakit Akibat Kerja (PAK), Structural Equation Model (SEM)
PENDAHULUAN Keselamatan di industri konstruksi merupakan isu penting dan telah menjadi industri yang paling berbahaya khususnya di negara berkembang (Coble dan Haupt, 1999; Ofori, 2000 dalam Mohammed, 2009 ). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dimana terdapat banyak aktivitas konstruksi. Jamsostek (2010) menyebutkan bahwa 32% dari total kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia adalah pada bidang konstruksi. Tingginya angka statistik yang menempatkan industri konstruksi sebagai jenis industri yang memiliki resiko tinggi mengakibatkan sangat penting untuk menginvestigasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan agar dapat melindungi pekerja (Abbe dkk., 2011).
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-16-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Pekerjaan membangun kapal (shipbuilding) merupakan salah satu pekerjaan konstruksi yang sangat kompleks, dimana terdapat banyak jenis pekerjaan yang harus dikerjakan secara paralel. Proses dan handling steel membutuhkan fasilitas dan tempat yang luas baik untuk pembangunan kapal, penyimpanan peralatan material maupun dalam proses produksi. Steel tidak hanya diterima, diinspeksi, disortir, disimpan namun juga harus di blasting, cutting dan forming sesuai dengan disain. Selain itu steel kemudian melalui proses welding, panel fabrication, block assembly, pre-outfitting, grand assembly, pipe routing, air conditioning, electrical cable fitting, surface preparation dan coating. Terdapat batas waktu antara order dan delivery sehingga apabila melewati batas waktu tersebut akan dikenai penalti yang sangat tinggi sehingga menekan setiap orang yang terlibat dalam industri pembangunan kapal agar bekerja sesuai target. Bekerja dengan kondisi tersebut seringkali menyebabkan pekerja mengabaikan aspek keselamatan sehingga menyebabkan tingginya tingkat kecelakaan di industri pembangunan kapal (Barlas, 2012). Kecelakaan kerja sendiri dapat didefinisikan sebagai kejadian yang muncul sebagai akibat dari serangkaian pekerjaan yang dapat menyebabkan kematian (fatal) maupun luka-luka (non-fatal). Kecelakaan kerja pada galangan kapal pada umumnya sama dengan industri konstruksi Kecelakaan kerja di galangan kapal dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu jatuh dari ketinggian, tersengat arus listrik, kebakaran atau ledakan, tertabrak atau kejatuhan benda dan terperangkap diantara sesuatu (Barlas, 2012). Penanggulangan secara dini terhadap kecelakaan kerja sangatlah penting. Salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah rendahnya iklim keselamatan (Vinodkumar dkk., 2009). Mengukur iklim keselamatan dapat dianalogikan seperti mengukur temperatur keselamatan dari sebuah organisasi (Budworth, 1997, mengutip Mohamed, 2002 dalam Huang dkk., 2007) yang menunjukkan “state of safety” sebuah organisasi pada waktu tertentu (Cheyne dkk.,1998 dalam Huang dkk., 2007). Di lain sisi, Penyakit Akibat Kerja (PAK) juga merupakan hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian dari pekerja, perusahaan dan pemerintah dikarenakan merupakan hal yang sangat berpengaruh kuat terhadap kesehatan pekerja dan produktifitas pekerja (Yu dkk., 2012). P. Hamalainen dkk. (2009) melalui penelitiannya mendifinisikan PAK sebagai penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan. Dia juga menyebutkan jumlah PAK meningkat sebanyak dua juta kasus setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 960.000 pekerja mengalami sakit atau luka akibat kecelakaan. Setiap hari pula 5.330 orang meninggal karena PAK. Banyak perusahaan yang hanya fokus kepada pencegahan kecelakaan daripada PAK. Hal ini dikarenakan PAK tidak langsung terlihat dan baru muncul setelah jangka waktu tertentu. ILO mengestimasikan total biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari kecelakaan dan PAK adalah 4% dari keuntungan kotor dari penjualan produk dalam skala nasional. Merupakan jumlah yang tidak sedikit sehinga setiap perusahaan hendaknya waspada akan hal tersebut. PAK yang paling banyak terjadi di industri konstruksi adalah Musculoskeletal disorder yang ditandai dengan adanya rasa sakit, rasa nyeri, panas, dan tidak nyaman yang menyebabkan kejang otot, kekakuan otot, lemas, pembengkakan, memar pada bagian tubuh seperti tulang, otot, sendi (MSDs) akibat gerakan berulang ketika melakukan suatu pekerjaan (W. Yu dkk., 2012) dan sebagai akibat dari sikap tubuh canggung (N.K. Kittusamy, B. Buchholz, 2004), PAK lainnya adalah Occupational
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-16-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Airway Diseases (Bennet, 1985) merupakan gangguan sistem pernafasan yang disebabkan menghirup bahan kimia atau material yang terpapar ketika pekerja berada di tempat kerja, Noise Induced Hearing Loss, penurunan dan kehilangan kemampuan mendengar akibat bising (N.K. Kittusamy, B. Buchholz, 2004) dan sakit mata akibat sinar pengelasan (Hinze, G. Giang, 2008) Dalam penelitian ini, dilakukan pengembangan model dengan melihat hubungan iklim keselamatan terhadap kecelakaan kerja dan PAK di konstruksi pembangunan kapal dengan mengacu pada model iklim keselamatan Tomas’s Structural Model dan faktor – faktor yang dapat meningkatkan performa keselamatan pada penelitian terdahulu seperti perilaku keselamatan dan komunikasi keselamatan. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hubungan iklim keselamatan, perilaku keselamatan dan komunikasi keselamatan 2. Mengetahui hubungan iklim keselamatan, perilaku keselamatan dan komunikasi keselamatan terhadap kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) 3. Mengetahui apakah perilaku keselamatan dan komunikasi keselamatan memediasi iklim keselamatan terhadap kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) 4. Mengembangkan model hubungan iklim keselamatan terhadap kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) Untuk pengembangan model tersebut, peneliti memerlukan analisa statistik yang mampu menggambarkan hubungan faktor-faktor tersebut. Pada penelitian ini akan dilakukan pemodelan dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM). SEM merupakan teknik analisis multivariat yang dikembangkan guna menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh model-model analisis sebelumnya yang telah digunakan secara luas dalam penelitian (Hox dan Bechger, 1998). SEM dipilih karena dianggap memiliki kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar variabel yang bersifat multiple relationship untuk menghasilkan pemodelan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sehingga bermanfaat dalam memberikan informasi dalam pengendalian resiko. Iklim Keselamatan Konsep safety climate atau iklim keselamatan pertama kali diperkenalkan oleh Zohar (1980) yang menekankan pentingnya proses sosial dan organisasi dalam mencegah kecelakaan. Griffin dan Neal (2000) dan Zohar (1980) dalam Vinodkumar dkk. (2009) yang mendefinisikan iklim keselamatan sebagai persepsi karyawan terhadap kebijakan keselamatan, prosedur, praktek, serta seluruh kepentingan dan prioritas keselamatan kerja. Brown dan Holmes (1986) dalam Vinodkumar dkk. (2009), mengemukakan bahwa iklim keselamatan merupakan persepsi pekerja terhadap manajemen mengenai 3 hal yaitu kesejahteraan pekerja, masalah yang terkait dengan kesejahteraan dan resiko kesehatan. Dimensi iklim keselamatan semakin meluas seiring berkembangnya penelitian. Kines dkk. (2011) mengemukakan bahwa ada tujuh dimensi pembentuk iklim keselamatan yaitu: 1. Manajemen prioritas keselamatan, komitmen dan kompetensi 2. Wewenang manajemen terhadap keselamatan 3. Manajemen keadilan dalam keselamatan 4. Komitmen pekerja dalam keselamatan
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-16-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
5. Prioritas keselamatan pekerja dan pengambilan resiko 6. Pembelajaran, komunikasi keselamatan dan kepercayaan terhadap kompetensi keselamatan rekan kerja 7. Kepercayaan pekerja terhadap kemampuan sistem keselamatan Sebagai upaya dari pencegahan kecelakaan kerja, beberapa peneliti telah mencoba memodelkan hubungan iklim keselamatan dengan kecelakaan kerja. Tomas dkk. (1999) dalam Attwood (2006) menunjukkan bahwa kecelakaan kerja dipengaruhi oleh iklim keselamatan, respon supervisor, respon co-worker, sikap pekerja dan perilaku keselamatan. Penelitian yang dilakukan Tomas dkk. ini menunjukkan hasil kontradiktif bahwa bahaya dapat menyebabkan kejadian kecelakaan. Penelitian ini juga memunculkan konsep bahwa sikap mempengaruhi perilaku dan perilaku dapat mempengaruhi munculnya suatu kejadian kecelakaan namun tidak secara langsung dan harus termediasi actual risk di dalamnya.
Gambar 1. Tomas Structural Equation Model
Komunikasi Keselamatan Selain iklim keselamatan, Cigularov dkk (2010) mengemukakan bahwa komunikasi keselamatan (safety communication) merupakan kontributor yang penting dalam meningkatkan keselamatan di tempat kerja. Vinodkumar dan Bhasi (2010) bahwa komunikasi yang rutin mengenai isu-isu keselamatan antara manajer, supervisor dan pekerja merupakan kebiasaan yang sangat efektif dalam meningkatkan keselamatan ditempat kerja. Komunikasi yang terbuka dapat menghilangkan kegugupan pekerja dalam meningkatkan dan mendiskusikan isu-isu keselamatan (Ciguralov dkk., 2010). Komunikasi mengenai isu-isu kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dapat dilihat sebagai kunci dalam organisasi untuk mempelajari hasil dari kejadian kecelakaan atau investigasi kejadian hampir celaka, audit keselamatan maupun perubahan dalam prosedur-prosedur (Mearns dkk., 2003 dalam Cigularov dkk., 2010). Selain itu media komunikasi seperti bahasa yang digunakan dalam sharing informasi juga merupakan faktor penting (Paul, 2013). Selain itu juga kemampuan komunikasi dalam menyampaikan informasi-informasi penting terkait keselamatan juga merupakan hal yang perlu mendapat perhatian (Hoffmeister, Cigularov, Sampson, Rosecrance, & Chen, 2011 dalam Kaskutas, 2013).
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-16-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Perilaku Keselamatan Perilaku keselamatan (safety behaviour) merupakan pendekatan yang didisain untuk meningkatkan performa keselamatan kerja secara langsung sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan (Wirth dkk., 2008). Menurut Brown dan Holmes (1986), perilaku keselamatan di pengaruhi oleh sikap (attitutes) terhadap keselamatan seperti bekerja sesuai prosedur, memakai peralatan keselamatan dan mampu menangani dan mengendalikan resiko yang ditemukan (Dedobbeleer dan Belland, 1991). Safety awareness akan keselamatan seperti kesadaran akan pentingnya keselamatan, sikap dan tanggung jawab terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain merupakan faktorfaktor yang mendukung perilaku keselamatan (Patradhiani, 2002). METODA Pengembangan model hubungan iklim keselamatan terhadap kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM). Kuisioner disebar kepada 3 perusahaan konstruksi pembangunan kapal di Surabaya, yaitu PT. PAL, PT. DOK dan PT. DUMAS dengan jumlah total responden sebanyak 377 orang pekerja. Adapun hipotesa yang diuji dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan model struktural (Gambar 2) dapat dilihat bahwa nilai factor loading pada masing-masing konstruk sudah baik (≥ 0,50) (Hair, 2010). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembentukan model telah stabil dan dapat mendukung pengukuran validitas dan reabilitas. Hasil dari analisa kecocokan model diperoleh bahwa model yang dihasilkan telah sesuai (fit) karena memenuhi cut of value. Goodness of Fit pada SEM hasil dari pengolahan AMOS diperoleh nilai sebesar 413,10 cukup besar dan p value 0,00 berarti terdapat perbedaan antar variabel yang berarti model belum fit (sesuai). Namun nilai cukup sensitif terhadap ukuran sampel sehingga untuk menilai kelayakan model perlu juga memperhatikan ukuran-ukuran kesesuaian lainnya. Adapun nilai / sudah baik yaitu 2,07, nilai tersebut cukup rendah (≤ 3), sehingga nilai tersebut sudah bisa diterima (acceptable). Nilai RMSEA sudah baik yaitu sebesar 0,05 (≤ 0,08) dengan interval kepercayaan antara 0,04-0,05 yang menunjukkan bahwa model fit berdasarkan
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-16-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
hipotesa sudah baik (< 0,05). Sedangkan nilai GFI sudah cukup tinggi yaitu 0,90 sehingga juga menunjukkan bahwa model hipotesa sudah fit/ sesuai.
Gambar 2. Model Structural
Tabel 1. Contruct Reliability hasil dari SEM Sum of Standarized Loading 1,75
Sum of Measurement Error 0,72
Perilaku Keselamatan (Sb)
2,1
0,65
0,87
Komunikasi Keselamatan (Co)
4,39
1
0,95
Kecelakaan (Acc)
2,34
0,7
0,89
Penyakit Akibat Kerja (Od)
2,66
0,43
0,94
Construct Iklim Keselamatan (Sc)
Construct Reability (CR) 0,81
Adapun nilai Contruct Reability pada masing-masing konstruk yang diperoleh lebih 0.7 (Tabel 1) Nilai batas yang digunakan untuk menilai tingkat realibilitas yang diterima adalah 0.70 (A.T. Ferdinand,2000 dalam Prajogo, 2012). Sehingga dapat dikatakan bahwa konstruk dalam model struktural ini dapat diandalkan. HASIL DAN DISKUSI Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa Iklim Keselamatan memiliki hubungan dengan Perilaku Keselamatan namun tidak memiliki hubungan dengan Komunikasi Keselamatan, Kecelakaan maupun PAK. Hal ini dikarenakan Hal ini dikarenakan semakin baik iklim keselamatan maka semakin baik pula perilaku keselamatan pekerja. Iklim keselamatan yang baik akan tercipta apabila manajemen memiliki komitmen dan kompetensi terhadap keselamatan, memprioritaskan keselamatan, memiliki wewenang terhadap keselamatan dengan merancang sistem keselamatan yang benar-benar dapat
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-16-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
diaplikasikan karyawan di tempat kerja, sehingga menumbuhkan kepercayaan pekerja terhadap kemampuan sistem keselamatan. Manajemen juga harus memiliki perencanaan awal dan tujuan yang jelas terhadap keselamatan sehingga pekerja secara langsung dan tidak langsung akan turut andil dalam terbentuknya iklim keselamatan yang melalui perilaku keselamatan di tempat kerja. Perilaku Keselamatan memiliki hubungan dengan Komunikasi Keselamatan namun tidak memiliki hubungan dengan kecelakaan kerja dan PAK. Hal ini dikarenakan dalam rangka meningkatkan perilaku keselamatan, maka membahas isu-isu keselamatan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan performa keselamatan secara langsung. Kesadaran terhadap keselamatan dimana pekerja berusaha keras mencapai tingkat keselamatan yang tinggi, tanggung jawab terhadap keselamatan dan saling membantu bekerja dengan aman berpengaruh terhadap terjadinya kebebasan, keterbukaan dan keterlibatan dalam komunikasi keselamatan. Munculnya kecelakaan di tempat kerja tidak secara langsung sebagai akibat dari buruknya perilaku keselamatan namun termediasi adanya resiko nyata (actual risk) di tempat kerja. Begitu pun PAK yang timbul akibat adanya faktor bahaya di tempat kerja bukan karena buruknya perilaku keselamatan. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa Komunikasi Keselamatan memiliki hubungan dengan PAK namun tidak memiliki hubungan dengan Kecelakaan Kerja. Melalui adanya komunikasi terbuka, sharing informasi yang efektif, dan terus-menerus mengenai isu-isu keselamatan dan kesehatan yang terjadi di tempat kerja akan berdampak positif terhadap upaya pekerja dalam mengurangi resiko PAK. Selain itu juga diketahui bahwa Kecelakaan memiliki hubungan positip terhadap PAK. Hal ini dikarenakan baik kecelakaan dan PAK kedua-duanya timbul akibat adanya faktor bahaya di tempat kerja, sehingga dengan menghilangkan sumber bahaya yang berakibat pada terjadinya sebuah kecelakaan juga akan berdampak pada berkurangnya resiko PAK Penelitian ini juga memberikan informasi bahwa kecelakaan yang paling banyak terjadi di industri pembangunan kapal adalah terluka ketika memegang, mengangkat atau membawa material atau peralatan. Sedangkan PAK yang paling banyak dialami pekerja adalah sesak nafas dan infeksi saluran akibat dari adanya paparan zat kimia di udara seperti sisa-sisa gas pembakaran dan debu. Adapun PAK lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah penurunan fungsi pendengaran pekerja dimana persentase tertinggi PAK penurunan pendengaran adalah di PT. DOK dengan tingkat persentase sebanyak 16,8%. DAFTAR PUSTAKA Abbe, Omosefe O., Harvey, Craig M., Laura H Ikuma., Fereydoun Aghazeh. (2011). A survey on optimization. International Journal of Industrial Ergonomic, 41, 106117 Attwood, Daryl., Khan, Faisal., Veitch, Brian. (2006). Occupational accident modelWhere have we been and where are we going? Journal of Loss Prevention in the Process Industries, 19, 664-682. Barlas, Baris. (2012). Shipyard fatalities in Turkey. safety science, 1247-1252.
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-16-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
Bennet, O. (1985). Occupational airways diseases in metalworking industry. Tribology International 0301-679X/85/130169-08. Cigularov , Konstantin P., Chen, ,Peter Y., John Rosecrance. (2010). The effect of error management climate and safety communication on safety. Accident Analysis and Prevention 45, 745-758. Chinda, Thanwadee., Mohamed, Sherif. (2007). Structural Equation model of Construction safety cultureMemetic Differential Evolution for Vehicle Routing Problem with Time Windows. Engineering Construction and Architectural Management, Vol 15, No.2, pp. 114-131. Choudhry, Rafiq M., Fang, Dongping. (1998). Why Operatives engage in unsafe work behaviour : Investigating factors on construction sites. Safety Science,46, 566584. Evans, Bronwyn., Glendon, A. Ian., Creed, PeterA. (2017). Development and initial validation of an Aviation safety Climate Scale Journal of Safety Research, 38, 675-682 Hair, Josep., Black, William., Babin, Barry. Anderson, Rolph. (2010). in Multivaried Data Analysis. Pearson Education. United States of America ,hal 627-687. Haslam, R.A., Hide, S.A.., Gibb, A.G.F. (2005). Contributing factors in construction accidents. Applied ergonomic, 36, 401-415. Hinje, J., Rinker, M.E., (2008). Construction Safety. Safety Science, 46, 565. Huang, Hsiang., Chen, Jiu-Chiuan., DeArmond, Sarah., Cigularov, Konstantin., Chen, Peter y. (2007). Rules of safety climate and shift work on perceived injury risk: A Multi-level analysis. Accident Analysis and Prevention, 39, 1088-1096. Kines, Pete., Lappalainen, Jorma., Mikkelsen, Kim Lyngby., Olsen, Espen., Pousette, Anders. (2011). Nordic Safety Climate Questionaire (NOSACQ-50); A new tool for diagnosing occupational safety climate. International Journal of Industrial Ergonomic, 41, 634-646 Lee. T., Harrison. K. (2000). Assesing safety culture in nuclear power station. Safety Science 34, 61-97. Muniz, Beatriz Fernandez., Montez, Jose Manuel., Jose, Camilo. (2012). Safety climate in OHSAS 18001-certified organisation. Accident Analysis and Prevention 45, 745-758 O.O. Abbe et al. (2011). Modelling the relationship between occupational stressor, psychosocial/physical symptoms and injuries in the construction industry. International journal and Industrial Ergonomic 41, 106-107. Patradhiani, Rurry. (2013). Model pengembangan manajemen resiko kecelakaan kerja dengan fokus pada prilaku pekerja di industri kimia P. Hamalainen et al. (2009). Global trend according to estimated number of occupational accident and fatal work-related diseases at region and country level. Journal of Safety Research 40, 125-139.
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-16-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 27 Juli 2013
R.A Haslam et al. (2005). Contributing factors in construction accidents. Applied Ergonomic 36, 401-415. Wirth, Oliver., Sigurdsson, Sigurdur Oli. (2008). When workplace safety depends on behaviour change: Topics for behavioral safety research. Journal of safety Research. 39. 589-598. Vinodkumar, M.N., Bhasi, M.. (2009). Safety Climate factor and its relationship with accident and personal attributes. safety science, 47, 659-667. Yu Wenzhou et al. (2012). Work-related injuries and musculoskletal disorder among factory worker in a major city of China. Accident analysis and Prevention 48, 457-653
ISBN : 978-602-97491-7-5 A-16-9