Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0164 pp. 20- 28
9 Pages
PENGARUH SIKAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, BUKTI AUDIT KOMPETEN DAN TEKANAN WAKTU TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN PADA INSPEKTORAT ACEH 1)
Cutria Umri, 2)Islahuddin, 3)Nadirsyah
1)
2,3)
Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Prodi Magister Akuntansi Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia
[email protected] Abstract: This study was aimed at examining the effect of the auditor's attitude of professional skepticism, competent audit evidences and time pressures toward fraud detection. The population of this study was all auditors at Provincial Inspectorate of Aceh totaling 55 auditors. Data were analyzed using multiple linear regression. The results showed that auditor's attitude of professional skepticism, competent audit evidences and time pressures influence simultaneously or partially on the detection of fraud at Provincial Inspectorate of Aceh. Keywords: professional skepticism, competent audit evidences, time pressures and fraud detection. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap skeptisisme profesional auditor, bukti audit kompeten dan tekanan waktu audit terhadap pendeteksian kecurangan . Populasi dalam penelitian ini adalah semua auditor pada Inspektorat Aceh yang berjumlah 55 auditor. Analisis data menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap skeptisisme profesional auditor, bukti audit kompeten dan tekanan waktu berpengaruh secara simultan ataupun secara parsial terhadap pendeteksian kecurangan pada Inspektorat Aceh. Kata kunci: Skeptisisme profesional auditor, bukti audit kompeten, tekanan waktu, pendeteksian kecurangan.
Tidak kompetennya sebuah bukti yang
PENDAHULUAN Maraknya tuntutan
reformasi birokrasi
diperoleh saat melakukan pemeriksaan bisa
dan transparansi oleh masyarakat terhadap
berakibat salah deteksi. Oleh karena itu, sikap
pengelolaan
Aceh
kecurigaan/skeptis LSM tersebut tidak tepat
Lembaga
jika bukti yang digunakan bukan bukti yang
Swadaya Masyarakat (LSM) mengeluarkan
kompeten. Untuk menyatakan telah terjadinya
statement
lingkungan
kecurangan atau tidak terjadinya kecurangan
Pemerintahan. Sebagai contoh, baru-baru ini,
pada suatu instansi, pihak auditor/pemeriksa
LSM Gerak Aceh telah mensinyalir dana hibah
harus mengumpulkan bukti yang kompeten dan
dan bantuan sosial Pemerintah Aceh dalam
akurat. Maka dari itu, pendeteksian suatu
APBD 2013 sebesar Rp.354 miliar yang
kecurangan tidak boleh terburu-buru, hal ini
terindikasi korupsi, namun ternyata menurut
untuk
Kepala Inspektorat Aceh, Syahrul Badaruddin,
mendeteksi
data (bukti) yang digunakan Gerak berbeda
adanya
dengan data yang ada pada pihak Inspektorat
kompeten
(Anonymous, 2014).
kecurangan terdeteksi dengan benar hingga
keuangan
menyebabkan
pemerintah
seringnya
dugaan
korupsi
suatu
di
menghindari suatu
sikap serta
salah
deteksi.
kecurangan,
skeptis,
bukti
kecukupan
tidak ada pihak yang dirugikan. 20 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Dalam
diperlukan audit
yang
waktu
agar
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Sebagai auditor internal Pemerintahan
Saat mengidentifikasi bukti audit, auditor
Aceh, Inspektorat Aceh harus tanggap dan
harus mempertimbangkan kompetensi data
kritis untuk mencegah dan menangani segala
yang akan dijadikan bukti audit, sehingga bukti-
bentuk kemungkinan dan kecurangan yang
bukti yang kompeten tersebut mendukung
terjadi
Pemerintahan Aceh.
pertimbangan dan simpulan pemeriksaan terkait
Kinerja Inspektorat Aceh menjadi perhatian
dengan pendeteksian kecurangan (SPKN BPK,
masyarakat. Oleh karena itu, auditor Inspektorat
2007; Karyono, 2013:132, Nadirsyah dkk,
Aceh
2011).
dilingkungan
harus
memiliki
kemampuan
untuk
membasmi segala bentuk tindakan kecurangan pada
Pemerintahan
mewujudkan
Aceh
harapan
Disamping kedua
hal diatas, audit/
sehingga
dapat
pendeteksian kecurangan
masyarakat
untuk
tekanan/
jangka
waktu
dipengaruhi oleh (BPKP,
2009;
menciptakan good governance. Selain itu,
McNamara and Gregory, 2008). Hal ini berarti,
sebagai pengawas daerah, Inspektorat Aceh
apabila kurangnya tekanan waktu dalam proses
juga diharapkan mampu membuktikan ada
audit, kesempatan untuk memperoleh bukti –
tidaknya dugaan korupsi/kecurangan tersebut.
bukti kompeten yang cukup juga akan lebih
Pada hakekatnya, kecurangan dilakukan secara
tersembunyi
semakin
besar
juga
kemungkinan suatu kecurangan akan dapat
benar-benar
terdeteksi. Dengan demikian, pendeteksian
terjadi atau tidak. Untuk mendapatkan bukti
kecurangan dipengaruhi oleh sikap skeptisisme
bahwa kecurangan telah terjadi, seorang auditor
auditor, bukti audit kompeten serta tekanan
harus
waktu.
apakah
kecurangan
mampu
tidak
sehingga
dapat
dipastikan
sehingga
besar,
mendeteksinya,
dan
membuktikan bahwa kecurangan benar - benar
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
telah terjadi. Oleh karena itu, seorang auditor
menguji
tidak boleh sepenuhnya mempercayai auditan.
professional auditor, bukti audit kompeten
Sikap ini diperlukan agar auditor tidak tertipu
tekanan waktu audit terhadap pendeteksian
oleh para auditan yang sangat lihai dan cerdas
kecurangan pada Inspektorat Aceh.
dalam
melakukan
ketidakpercayaan
kecurangan.
tersebut
dikenal
pengaruh
sikap
skeptisisme
Sikap dengan
istilah skeptisisme. Skeptisisme menjadi sebuah sikap yang penting bagi auditor agar dapat mendeteksi
KAJIAN KEPUSTAKAAN Pendeteksian Kecurangan Kecurangan adalah keuntungan yang
kecurangan, karena dengan memiliki sikap
diperoleh
skeptis, seorang auditor bisa memutuskan atau
sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang
menentukan sejauh mana tingkat keakuratan
sebenarnya. Di dalamnya termasuk unsur –
dan kebenaran atas bukti (IAI, 2001).
unsur surprise/ tak terduga, tipu daya, licik, dan
21 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
seseorang dengan
menghadirkan
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala tidak
jujur
yang
merugikan
orang
lain
(Karyono, 2013:3; Koroy, 2008).
audit. Seorang auditor yang skeptis tidak menerima begitu saja penjelasan dari auditan,
Pendeteksian kecurangan adalah upaya
tapi
akan
mengajukan
pertanyaan
untuk
untuk mendapatkan indikasi awal yang cukup
memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi
mengenai
mengenai
objek
(Novianty,
2007;
tindak
mempersempit
kecurangan,
ruang
gerak
sekaligus
para
pelaku
kecurangan (yaitu ketika pelaku menyadari prakteknya
telah
diketahui,
maka
Oleh karena itu, Auditor harus waspada pada kemungkinan adanya situasi atau peristiwa
dipermasalahkan
Karyono,
2013:164-174;
BPKP, 2009).
sudah
terlambat untuk berkelit) (Kumaat, 2011:156).
yang
Penelitian Beasley (2001) membuktikan bahwa kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan
disebabkan
oleh
rendahnya
skeptisisme dalam melakukan audit.
yang merupakan indikasi kecurangan. Mereka harus
menerapkan
tambahan
untuk
prosedur
pemeriksaan
memastikan
pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam mendeteksi Sedangkan, langkah – langkah dalam kecurangan pengujian
yaitu
pengendalian
dengan intern,
dengan audit keuangan atau audit operasional, pengumpulan data intelijen dengan teknik elisitasi terhadap gaya hidup dan kebiasaan pribadi,
mendukung angka-angka
atau informasi
lainnya yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya (Mulyadi
kecurangan
melakukan
Bukti audit adalah segala informasi yang
apakah
kecurangan telah terjadi dengan cara merancang
mendeteksi
Bukti Audit Kompeten
penggunaan
prinsip
pengecualian
dalam pengendalian dan prosedur, melakukan kaji ulang terhadap penyimpangan dalam kinerja operasi, melakukan pendekatan reaktif (Karyono, 2013:92).
2002:74). Bukti audit haruslah yang kompeten. Bukti audit yang kompeten harus sah dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut (IAI, 2001:326.1). Menurut Arens
et
karakteristik relevansi,
al.
(2003:151)
bukti
audit
independensi
terdapat
enam
kompeten
yaitu:
penyedia
data,
efektifitas pengendalian intern, pemahaman langsung yang diperoleh auditor, kualifikasi orang yang menyediakan informasi, tingkat obyektifitas.
Sikap Skeptisisme Profesional Auditor Pengertian skeptisisme menurut AICPA (2002:230.70) adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti
Aktivitas pengumpulan bukti kompeten memiliki tiga tahapan, yaitu: penetapan lingkup bukti, pengambilan rentang/kisaran bukti-bukti, pengukuran
tingkat
signifikansi/materialitas
bukti-bukti (Kumaat, 2011:87). Volume 4, No. 1, Februari 2015
- 22
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan sitem akuntansi pemerintahan daerah,
Tekanan Waktu Tekanan waktu menuntut agar auditor
memeriksa
dan
menyempurnakan
laporan
melakukan efisiensi terhadap waktu terbatas
keuangan daerah yang disusun oleh bagian
yang telah disusun dengan sangat ketat dan
keuangan pemerintah daerah serta membantu
kaku agar tercapainya hasil audit yang optimal
kepala daerah dalam menentukan kewajaran
(Sososutikno, 2003; BPKP, 2009). Tekanan
laporan keuangan yang disusunnya. Sedangkan
waktu merupakan faktor yang mempengaruhi
fungsi Inspektorat di dalam Qanun Pemerintah
kinerja seorang, apalagi dalam melakukan
Aceh nomor 5 tahun 2007, salah satunya yaitu
audit, mutu, waktu dan biaya merupakan hal
melakukan pengusutan atas dugaan adanya
yang tidak dipisahkan untuk mengungkap
korupsi, kolusi dan nepotisme. Dari berbagai
sebuah kecurangan. Mutu hasil audit senantiasa
sumber mengenai tugas, fungsi dan wewenang
dipengaruhi oleh waktu dan biaya yang
Inspektorat, sangat jelas bahwa pada intinya
digunakan
Inspektorat memiliki hak dan wajib mendeteksi
dalam
pelaksanaan
audit.
Penggunaan waktu untuk pelaksaan audit harus direncanakan
dengan
kecurangan entitas yang diperiksanya.
baik (BPKP, 2009;
Ahituv dan Igbaria, 1998). Apabila alokasi
METODE PENELITIAN
waktu yang diberikan terlalu sempit, maka
Penelitian
dapat
menyebabkan
dilakukan
pada
yang
Inspektorat Aceh. Penelitian bertujuan untuk
kontraproduktif, dikarenakan adanya tugas-
menguji pengaruh sikap skeptisisme profesional
tugas yang diabaikan maka jangka waktu audit
auditor, bukti audit kompeten dan tekanan
harus disesuaikan dengan kebutuhan, jika
waktu
diperlukan perpanjangan waktu, maka harus
Penelitian ini bersifat kausal. Unit analisis
dibuat Surat Tugas perpanjangan waktu audit
penelitian ini adalah individu (auditor/APIP)
yang tentu harus didukung alasan yang tepat
yang bekerja pada Inspektorat Provinsi Aceh.
(BPKP, 2009;
perilaku
ini
Prasita dan
terhadap
pendeteksian
kecurangan.
Hadi, 2007).
Peneliti meneliti seluruh elemen populasi
Pernyataan ini diperkuat oleh pembuktian
auditor/pemeriksa di Inspektorat Aceh sebanyak
Waggoner dan Cashell (1991) yang menyatakan
55 auditor/ APIP. Data yang digunakan dalam
bahwa semakin sedikit waktu yang disediakan
penelitian ini adalah data primer dan teknik
maka semakin besar transaksi yang tidak diuji
pengumpulan data dilakukan dengan metode
oleh auditor.
angket (kuisioner). Dalam pernyataan pada kuisioner,
Fungsi dan Kewenangan Inspektorat Bastian (2007 : 35) menjabarkan tugas yang dilakukan Inspektorat yaitu: melakukan tinjauan terhadap sistem pengendalian intern 23 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
penulis
menggunakan
pernyataan positif dan pernyataan negatif agar
responden
kuisioner.
berhati-hati
mengisi
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier
Hasil Pengujian Validitas dan Reabilitas
Pengujian
validitas
data
dalam
berganda (mutiple regression analysis) dengan
penelitian ini dilakukan secara statistik,
persamaan sebagai berikut:
yaitu dengan menggunakan uji pearson
Y =α +β 1X1 +β 2X2 +β 3X3 + ε
correlation.
Selain
dilihat
dari
tingkat
signifikan, output perhitungan menyatakan Dimana
Y
adalah
Pendeteksian
bahwa seluruh pernyataan dinyatakan valid
kecurangan, α adalah Konstanta, β1β2β3 adalah
apabila masing-masing pernyataan memiliki
Koefisien regresi, X1 adalah Sikap Skeptisisme
nilai koefisien korelasi di atas nilai kritis
Profesional Auditor , X2 adalah Bukti Audit
korelasi product moment. Nilai kritis 5%
Kompeten, X3 adalah Tekanan Waktu, dan ε
(N=55) adalah sebesar 0,2656.
adalah Error.
Sedangkan untuk mengetahui realibilitas suatu variabel dilakukan uji statistik dengan
HASIL
PENELITIAN
DAN
melihat nilai cronbach alpha. Jika nilai
PEMBAHASAN
cronbach alpha > 0,60 maka pernyataan yang
Karakteristik Responden
digunakan untuk mengukur variabel tersebut
Dari
55
responden,
peneliti
adalah reliabel. Hasil uji reliabilitas dalam
mengelompokkan kedalam 4 karakter yaitu
penelitian ini menghasilkan nilai cronbach
jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan
alpha dari masing-masing variabel > 0.60,
masa kerja. Responden berdasarkan jenis
sehingga seluruh variabel yang digunakan
kelamin, sebanyak 37 orang (67,3%) adalah
dinyatakan reliabel.
pria dan 18 orang (32,7%) adalah wanita. Responden yang berusia 30-34 tahun sebanyak 4 orang (7,3%), usia 35-39 tahun sebanyak 9 orang (16,4%), dan usia diatas 39 tahun
Hasil Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis menghasilkan suatu hasil regresi dapat dilihat pada tabel 1.
sebanyak 42 orang (76,4%). Berdasarkan pendidikan terakhir, yang memiliki pendidikan tingkat SLTA sebanyak 1 orang (1,8%), tingkat sarjana sebanyak 32 orang (58,2%), dan tingkat pasca sarjana sebanyak 22 orang (40,0%). Sedangkan responden yang memiliki masa kerja selama 1-5 tahun sebanyak 3 orang (5,5%), 6-10 tahun sebanyak 22 orang (40%) dan diatas 10 tahun
sebanyak 30 orang
Tabel 1. Hasil Pengujian Hipotesis
(54,5%). Volume 4, No. 1, Februari 2015
- 24
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala professional auditor, bukti audit kompeten dan Variabel
Unstandardized Coefficients
terhadap
pendeteksian
kecurangan
sebesar
2
Std. Error
Konstanta
tekanan waktu memiliki hubungan (korelasi)
0.914
0.771
68,6%. Koefisien determinasi (R ) sebesar 0,470
bermakna
bahwa
pendeteksian
kecurangan dipengaruhi oleh sikap skeptisisme profesional auditor, bukti audit kompeten dan
Sikap
0.385
0.161
tekanan waktu sebesar 47%. Sedangkan sebesar
Skeptisisme
53% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
Profesional
dimasukkan dalam penelitian ini. Tabel diatas
Auditor
menyatakan juga bahwa koefisien regresi
Bukti
Audit
0.507
0.113
variabel
independen
menunjukkan tidak sama dengan nol (β ≠ 0)
Kompeten Tekanan Waktu
masing-masing
-0.125
0.109
yaitu β1 = 0,385, β2 = 0,507, β3 = (- 0,125). Hal ini menunjukkan hipotesis diterima, artinya
Koefisien Korelasi (R) = 0,686
sikap skeptisisme profesional auditor, bukti
Koefisien Determinasi (R2) = 0,470
audit kompeten dan tekanan waktu berpengaruh
Adjusted R Squere = 0,439
terhadap pendeteksian kecurangan. Hal ini
F hitung = 15,070
berarti bahwa pendeteksian kecurangan dapat
Sig. F = 0,000
ditingkatkan
dengan
adanya
peningkatan
skeptisisme profesional auditor, peningkatan Berdasarkan
tabel
1,
diperoleh
persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
tekanan waktu pada saat audit. Secara parsial, sikap skeptisisme yang
Y = 0,914 + 0,385 X1 + 0,507 X2+ (-0,125) X3 + ε Dari persamaan regresi diatas diperoleh nilai konstanta sebesar 0,914 yang bermakna bahwa jika sikap skeptisisme profesional auditor, bukti audit kompeten dan tekanan waktu dianggap konstan, maka besarnya nilai yang diperoleh dari variabel pendeteksian kecurangan adalah sebesar 0,914 pada satuan skala ordinal. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,686 menunjukkan bahwa sikap skeptisisme 25 -
bukti audit yang kompeten serta pengurangan
Volume 4, No. 1, Februari 2015
dimiliki oleh seorang auditor berpengaruh positif terhadap tingkat
kecurangan
yang
terdeteksi. Hasil penelitian ini didukung oleh Adnyani et al. (2014) yang menunjukkan bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh terhadap
tanggung
jawab
auditor
dalam
mendeteksi kecurangan dan kekeliruan laporan keuangan.
Auditor
yang
skeptisisme
yang
tinggi
memiliki akan
sikap
memiliki
keinginan yang besar untuk mencari informasi
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang terkait gejala penipuan (Fullerton dan Cindy, 2004).
Setelah dilakukan pengujian dan analisis
Sedangkan berpengaruh
bukti
positif
kecurangan
KESIMPULAN
pada
audit
terhadap
kompeten pendeteksian
auditor/APIP
data dalam penelitian ini, secara keseluruhan dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
sikap
Inspektorat
skpetisisme profesional auditor, bukti audit
Aceh. Hal ini berarti bahwa perlunya bukti
kompeten dan tekanan waktu secara simultan
audit kompeten untuk mengetahui seberapa
berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan
besar tingkat kecurangan yang terdeteksi karena
pada
semakin banyak bukti audit kompeten yang
skpetisisme dimiliki auditor berakibat semakin
dikumpulkan maka semakin besar kemampuan
besar
auditor dalam mendeteksi suatu kecurangan.
Kemudian, semakin banyaknya bukti audit
Penelitian ini didukung oleh Zakari dan Nassr
yang kompeten terkumpul, maka akan semakin
(2014) yang menyatakan bahwa bukti audit
besar
berpengaruh pada kualitas laporan audit dan
kecurangan. Namun sebaliknya, jika tekanan
penelitian
waktu besar, maka akan semakin sedikit
Morariu
et
al
(2009)
yang
menegaskan bahwa pentingnya bukti audit
Inspektorat
kecurangan
keyakinan
Aceh.
Tingginya
yang
akan
auditor
sikap
terdeteksi.
mendeteksi
kecurangan yang terdeteksi oleh auditor.
dalam mengungkapkan opini audit. Terakhir,
ditemukan
bahwa
waktu
berpengaruh negatif terhadap pendeteksian kecurangan.
Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tekanan waktu yang diberikan kepada
auditor
untuk
melakukan
suatu
pemeriksaan,
maka
semakin
berkurang
kemampuan
auditor
dalam
melakukan
pendeteksian kecurangan. Penelitian ini didukung oleh Prasita dan Hadi (2007) yang menyatakan tekanan waktu berpengaruh
terhadap
pendeteksian
kecurangan.
keberhasilan Jika
tingginya
tekanan waktu audit, maka auditor akan
DAFTAR KEPUSTAKAAN Adnyani, Nyoman. Anantawikrama Tungga Atmadja & Nyoman Trisna Herawati. 2014. Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor, Independensi, dan Pengalaman Auditor Terhadap Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan Keuangan. eJournal S1 AK Universitas Pendidikan GaneshaJurusan Akuntansi Program S1, Volume 2 No. 1 Tahun 2014: 1-11. Ahituv, Niv dan Igbaria Magid. 1998. The Effect of Time Pressure and Completeness of Information on Decision Making. Journal Management Information Systems. Vol 15 No.2 :153 – 172.
menyelesaikan prosedur audit pada batas akhir waktu (bahkan melewati batas waktu), hal ini akan mengakibatkan kualitas audit yang buruk yaitu tidak memenuhi persyaratan pelaporan
Anonymous. 2014. Data Bansos Versi GERAK Beda Dengan Inspektoran.Harian Serambi Indonesia Selasa 9 Desember 2014.
(Glover et al., 2015). Volume 4, No. 1, Februari 2015
- 26
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Arens, A. A., & Loebbecke, J.k. 2003. Auditing: Pendekatan terpadu. (Alih bahasa Jusuf, A.A.). Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
dysfunctional behaviour within an occupational stress model. Accountancy Business and the Public Interest, Vol. 7, No. 1, 2008: 1-43. diakses 7 April 2008.
Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2002. Auditing. Buku Satu. Edisi 6. Salemba Empat: Jakarta.
Beasley, M.S., Carcello, J.V., and Hermanson, D.R. Top 10 Audit Deficiencies. Journal of Accountancy (April 2001): 63-66.
Morariu, Ana, Tanti Cercel et al. 2009. Audit Evidence – Top Argumen For Final Audit Opinion. Academy of Economic Studies Bucharest. Page: 501-507.
BPKP. 2009. Modul Diklat Pembentukan Auditor Investigatif “Pra perencanaan dan Perencanaan Audit Investigatif”. Buku II. Ciawi. 2009. Modul Diklat Pembentukan Auditor Investigatif “Teknik Wawancara”. Buku V. Ciawi Fullerton, Rosemary. Dan Cindy Durtschi. 2004. The Effect of Professional Skepticism on the Fraud Detection Skills of Internal Auditors. 11 November 2004: 39 – 47. Glover, Steven M. James C. Hansen and Timothy A. Seidel. 2015. The Effect of Deadline Imposed Time Pressure on Audit Quality. Brigham Young University and Weber State University Goddard School of Business and Economics. February 6, 2015 page: 62- 76. IAI. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Karyono. 2013. Forensic Fraud, Edisi 1. Yogyakarta: ANDI. Koroy, Tri Ramaraya. 2008. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 10, No. 1: 22-33. Kumaat,Valery G. 2011. Jakarta: Erlangga
Internal
Audit.
McNamara, Shaun M and Gregory A.L. 2004. Time budget pressure and auditor 27 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Nadirsyah. Mirna Indriani & Iskandar Usman. 2011. Pengalaman anggaran waktu Audit, Kompleksitas Dokumen Audit dan Pengalaman Auditor Terhadap Pertimbangan Audit Sampling Pada Badan Pemetiksaan Keuangan (BPK) Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Aceh. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi, Vol. 4 No. 2.Juli 2011. Hal 176-186. Noviyanti, Suzy. 2007. Skeptisisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. 5(1): 102-125. Prasita, Andin dan Hadi Priyo, 2007.Pengaruh Kompleksitas Audit dan Tekanan Anggaran dan Waktu Terhadap Kualitas Audit Dengan Moderasi Pemahaman Terhadap System Informasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, edisi September 2007: 1-24. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah, dan Lembaga. Republik Indonesia, Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan UU No.1 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Sososutikno, Cristina. 2003. Hubungan Tekanan Anggaran Waktu Dengan Perilaku Disfungsional Serta Pengaruhnya Terhadap Kualitas Audit.
Jurnal Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Simposium Nasional Akuntansi Surabaya: 16-17 Oktober 2003.
VI.
Waggoner, Jeri B and Cashell James D. 1991.The Impact of Time Pressure on Auditors’ Performance.CPA Journal JanApril. Ohio. Page. 27 – 32. Zakari, M. Abulgasem& Nassr Saleh Mohamad Ahmad. 2014. The Role of Audit Evidence Source in Enhancing the Quality and Reliability of Libyan Auditor's Report. Review Of Integrative Bussines and Economics Research, Rev. Integr. Bus. Econ. Res. Vol 3(1): 1-12.
Volume 4, No. 1, Februari 2015
- 28
