PENGARUH PROVENAN DAN WAKTU PEMOTONGAN PUCUK TERHADAP JUMLAH DAN PERTUMBUHAN TUNAS LATERAL MANGIUM (Acacia mangium Willd.)
MARYO RIKHARDO MANIK
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2
PENGARUH PROVENAN DAN WAKTU PEMOTONGAN PUCUK TERHADAP JUMLAH DAN PERTUMBUHAN TUNAS LATERAL MANGIUM (Acacia mangium Willd.)
MARYO RIKHARDO MANIK
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
3
RINGKASAN MARYO RIKHARDO MANIK Pengaruh Provenan dan Waktu Pemotongan Pucuk terhadap Jumlah dan Pertumbuhan Tunas Lateral Mangium (Acacia mangium Willd) Dibimbing oleh ANDI SUKENDRO Pertambahan jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan atau berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan bahan baku pulp dan kertas. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah melalui Departemen Kehutanan menargetkan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 5,8 juta ha sampai akhir tahun 2009 namun, hal tersebut belum terealisasikan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya bahan baku pulp dan kertas. Jadi alternatif terbaik ialah bagaimana pengusaha HTI yang ada fokus pada peningkatkan produksi dengan memilih jenis kayu yang dapat tumbuh pada lahan yang tidak subur, fast growing species, dan juga memiliki kualitas untuk pembuatan bahan baku pulp. Mangium merupakan jenis kayu yang saat ini banyak dikembangbiakkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kertas karena memiliki kandungan sellulosa dan kandungan hemisellulosa yang sangat baik. Disamping itu merupakan fast growing species dan dapat tumbuh di lahan yang kurang subur. Walaupun syarat terpenuhi namun pemenuhan bahan baku pulp masih dianggap kurang karena produksi yang dihasilkan tidak sebanding dengan kebutuhan kertas sehingga salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi ialah dengan memanipulasi pertumbuhan tanaman tersebut sejak masih bibit untuk menghasilkan dua atau lebih batang utama dari satu pohon. Cara yang paling efektif ialah dengan memotong pucuk sejak bibit sehingga dari samping (tunas ketiak) akan muncul cabang baru yang nantinya setelah dewasa diharapkan menjadi batang yang memiliki kualitas (diameter dan tinggi) yang lebih baik dibandingkan dengan pohon berbatang satu. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemotongan pucuk dan provenan terhadap pembentukan batang utama lebih dari satu. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur selama 3 bulan (dari Desember – Maret). Alat dan bahan yang dipakai berupa politube, gunting, gembor, bak kecambah, kamera digital, Provenan Asal KBUK F2 wilayah Suaran Grup A Asal PNG, Provenan Asal KBUK F2 wilayah Suaran Grup B asal PNG, Provenan asal KBUK F2 Suaran Grub D asal QLD, asal BKPH Parung Panjang Bogor, media pasir, tanah, arang sekam dan kompos. Tahapan kerja dimulai dari pengecambahan Mangium selama 2 minggu kemudian disapih berdasarkan perlakuan provenan. Pemotongan dilakukan setelah 1 bulan penyapihan (untuk pemotongan daun asli) dan 1,5 bulan setelah penyapihan (untuk pemotongan daun semu). Pengamatan dilakukan selama 5 minggu setelah pemotongan. Parameter yang diamati ialah jumlah tunas, kecepatan tumbuh tunas dan tinggi total tunas. Setelah pengamatan dan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa faktor perlakuan waktu pemotongan berpengaruh sangat nyata terhadap parameter yang diamati (jumlah tunas, kecepatan tumbuh tunas, dan tinggi tunas). Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan diketahui bahwa perlakuan waktu pemotongan paling baik ditunjukkan oleh waktu pemotongan daun asli. Hasil penelitian menyatakan bahwa jumlah tunas rata-rata yang dihasilkan untuk pemotongan daun asli ialah
4
1,8 buah dan pemotongan daun semu ialah 1,08 buah. Sedangkan parameter kecepatan tumbuh tunas dibagi menjadi dua diperoleh hasil bahwa rata-rata kecepatan tumbuh tunas pertama dari perlakuan waktu pemotongan daun asli adalah 5 hari dan rata-rata kecepatan tumbuh tunas kedua ialah 12 hari. Rata-rata parameter tinggi tunas yang diperoleh dari perlakuan waktu pemotongan daun asli ialah 3,02 cm untuk tinggi tunas pertama dan 0,5 cm untuk tinggi tunas kedua. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa perlakuan waktu pemotongan merupakan perlakuan yang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas, kecepatan tumbuh tunas, dan tinggi tunas. Waktu pemotongan yang lebih baik ditunjukkan oleh pemotongan Daun Asli. Sedangkan perlakuan provenan dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati.
Kata Kunci : Mangium, Provenan, Waktu Pemotongan
5
SUMMARY MARYO RIKHARDO MANIK. Provenance Effects and Leaf Tip Cutting Time to the Amounts and Mangium Lateral Bud Growth (Acacia mangium Willd.). Guided by ANDI SUKENDRO
The increase of Indonesian citizen is in horizontal comparison with the needs of pulp and paper basic materials. Based on this, the government through the Department of Forestry plans to develop Industrial Plant Forest (HTI) as wide as 5,8 million Ha until the end of 2009. But, it has not been realized which make the basic materials of pulp and paper can not be achieved. So, the best alternative is how the current HTI owners focus on the increase of the production by selecting wood types that can grow on unfertile land, fast growing species, and also have the qualities as pulp basic material. Mangium is one of the wood types which has been developed widely to fulfill the needs of paper basic materials because it has very good cellulose and hemicelullose contents. Beside that, it is also a fast growing species, and can grow on unfertile land. Even though it meets all the conditions, its fulfillness as pulp basic material is still considered low because the production can not be compared withpaper needs. Therefore, one of the alternatives to increase the production is by manipulating the growth since it is still a seed to produce two or more main stalks from a single tree. The most effective way is by cutting its leaf tip since it is still a seed. So a new stem will emerge from the side (armpit bud) which when it is mature it will have better qualities (diameter and height) compared with trees that has one main stalk. The purpose of this research is to find out the effects of the cutting of leaf tip and provenant to the forming of more than one main stalks. The research was conducted in Silviculture Lab for 3 months (December – March). Tools and materials that were used were polytube, scissors, hand spray, sprout tray, digital camera, PNG origin Group A Suaran Region KBUK F2 Origin Provenance, PNG origin Group b Suaran Region KBUK F2 Origin Provenance, QLD origin Group D Suaran Region KBUK F2 Origin Provenance, Parung Panjang Bogor BKPH origin, sand, dirt, hull charcoal, and compos. Work stage began by Mangium sprouting for two weeks which later on moving seed to polibag according to provenance treatments. Cutting stage was conducted after one month of moving seed to polybag (to cut the real leaf). Observation was conducted for 5 weeks after the cutting. The observed parameters were bud amount, bud growth speed, and total bud height. After the observation and various investigations analysis result it is known that cutting time treatment factor has real effects on the observed parameters (bud amount, bud growth speed, and total bud height). Based on Duncan further test results, it is known that the best cutting time treatment shown by the real leaf cutting time. The result conclude that produced average bud amount for real leaf cutting is 1,8 and fake cutting leaf is 1,08. While, bud growth speed parameter from the real leaf cutting treatment is divided by two, the first result of average of bud growth speed is 5 days and the second result is 12 days. Average bud height from real leaf cutting treatment is 3.02 cm for the first bud and 0.5 cm the second bud. Based on the results, it concluded that the cutting time treatment is the
6
treatment that has real effects on bud amount, bud growth speed, and bud height. A better cutting time is shown from the cutting of Real Leaf. While provenance treatment and its interactions has no real effects on all observed parameters. Keywords : Mangium, Provenance, Cutting time
7
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh provenan dan waktu pemotongan pucuk terhadap jumlah dan pertumbuhan tunas lateral Mangium (Acacia mangium Willd)” adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2009
Maryo Rikhardo Manik E14204068
8
Judul Skripsi : Pengaruh provenan dan waktu pemotongan pucuk terhadap jumlah dan pertumbuhan tunas lateral Mangium (Acacia mangium Willd) Nama
: Maryo Rikhardo Manik
NIM
: E14204068
Mengetahui : Dosen Pembimbing,
Ir. Andi Sukendro, MSi NIP. 19620505 198703 1 004
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 19611126 198601 1 001
Tanggal Lulus :
9
KATA PENGANTAR Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunianya sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh provenan dan waktu pemotongan pucuk terhadap jumlah dan pertumbuhan tunas lateral Mangium (Acacia mangium Willd)” dapat terselesaikan dengan baik. Kegiatan penelitian dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor selama 3 (tiga) bulan. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menambah informasi dalam rangka peningkatan kualitas Akasia mangium. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Penulis juga sangat berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Bogor, Juli 2009
Penulis
10
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Samosir pada tanggal 19 Oktober 1985. Penulis adalah anak ke dua dari lima bersaudara pasangan Togar P Manik dan Rosulda Sitio. Penulis memulai pendidikan di SDN Sangkal tahun 1991, SMP Swasta Budi Mulia Pangururan tahun 1997 dan SMUN 3 Pematang Siantar tahun 2000. Penulis menyelesaikan sekolah pada tahun 2003 dan melalui jalur SPMB penulis masuk perguruan tinggi negeri tahun 2004 di Jurusan Budi Daya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi dan kepanitiaan antara lain sebagai Wakil Koordinator Komisi Pelayanan Khusus UKM PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) IPB periode 2006-2007, Ketua Panitia Malam Sukacita Paskah PMK IPB tahun 2006, anggota Divisi Herbivora UKM UKF (Uni Konservasi Fauna), anggota Himpunan Profesi TGC (Tree Grower Community), dan ketua Organisasi Mahasiswa Daerah
IKANMASS
(Ikatan Mahasiswa Siantar Sekitarnya) tahun 2005-2007. Penulis juga pernah menjadi asisten, diantaranya asisten praktikum Agama Kristen Protestan tahun ajaran 2005-2006 dan 2007-2008, asisten praktikum Silvikultur pada tahun 2007-2008 dan 2008-2009, asisten praktikum Teknologi Perbanyakan Benih Kehutanan pada tahun 2008-2009. Tahun 2007 penulis pernah melakukan Praktek Pengenalan Hutan di BKPH (Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan) Gunung Slamet Barat, KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Banyumas Timur dan BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Barat, serta Praktek Pengelolaan Hutan (P3H) di KPH Ngawi, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Tahun 2008, penulis melakukan Praktek Kerja Lapang di PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin, Kalimantan Selatan. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul ”Pengaruh provenan dan waktu pemotongan pucuk terhadap jumlah dan pertumbuhan tunas lateral Mangium (Acacia mangium Willd.)” dibawah bimbingan Ir. Andi Sukendro, MSi.
11
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji syukur atas Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus sehingga dalam
melaksanakan
penelitian
dan
penulisan
skripsi,
penulis
dapat
menyelesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. T P Manik (Bapa), R Sitio (Mama) dalam segala doa, dukungan dan perhatiannya juga k’Paskani dan adik-adik saya (Rudolf, Lusiana, Fransiska) untuk segala motivasi dan doanya. 2. Bapak Ir. Andi Sukendro, M.Si sebagai dosen pembimbing, yang telah bersedia memberikan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudohadi, M.Agr sebagai dosen penguji dari Departemen HH dan Bapak Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc sebagai dosen penguji dari Departemen KSH. 4. Bapak dan Ibu dosen yang ada di Fakultas Kehutanan IPB khususnya Departemen Silvikultur atas pengabdiannya dalam memberikan ilmu Kehutanan. 5. Bapak dan Ibu yang ada di KPAP Departemen Silvikultur untuk segala bantuannya dan juga semua petugas di Fakultas Kehutanan IPB. 6. Rekan-rekan di PMK khususnya Kopelkhu, UKF, TGC, dan IKANMASS untuk segala kebersamaan di dalam keorganisasian. 7. Teman-teman di Pondok Dame dan rekan-rekannya Adrinus, Agus, Benardo, Cristian, Cornel, Debby, Landes, Mario, Ricard, Ricardo, Supardi, Tumpal untuk segala kebersamaannya dan doanya. 8. Prianto, Romauli, Theresia, atas kekompakan dan persahabatannya. AKK dan teman satu KK serta teman - teman di Tim KK untuk segala dukungan semangat dan doanya. 9. Teman-teman angkatan 41 Fakultas Kehutanan khususnya Anna, Arif, Alfian, Bethesman, Ajo, Aswita, Didie, Dhani, Manyun, Fitriana, Jeje, Irma, Laura, Heru, Boy, Adie, Dwi, Ibal, Yandri, Yoga, Agus atas segala kebersamaannya menikmati perjuangan dalam menggapai cita-cita. 10. Teman-teman penulis yang tidak dapat dituliskan satu per satu untuk segala bantuan dan dukungan sekecil apapun. Tuhan memberkati semuanya.
12
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................
i
DAFTAR ISI ...........................................................................................
i
DAFTAR TABEL ...................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .....................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian ...............................................................
3
1.4 Hipotesis .............................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mangium (Acacia mangium Willd.) ...................................
4
2.1.1 Taksonomi dan Tatanama ...........................................
4
2.1.2 Penyebaran dan Tempat Tumbuh ...............................
4
2.1.3 Pembungaan dan Pembuahan .....................................
5
2.1.4 Aspek Silvikultur ........................................................
6
2.2 Kompos ..............................................................................
7
2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan .......................................
8
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat .............................................................
10
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................
10
3.3 Prosedur Kerja ....................................................................
10
3.3.1 Penelitian Pendahuluan .............................................
10
3.3.2 Penyapihan ................................................................
10
3.3.3 Pemotongan Pucuk ....................................................
11
3.4 Pengamatan Parameter .......................................................
11
3.5 Rancangan Percobaan ........................................................
11
13
Halaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...................................................................................
13
4.1.1 Jumlah Tunas ............................................................
13
4.1.2 Kecepatan Tumbuh Tunas.........................................
14
4.1.3 Tinggi Tunas .............................................................
16
4.2 Pembahasan ........................................................................
18
4.2.1 Jumlah Tunas ............................................................
18
4.2.2 Kecepatan Tumbuh Tunas.........................................
20
4.2.3 Tinggi Tunas .............................................................
21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................................
24
5.2 Saran ...................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
25
LAMPIRAN ............................................................................................
27
14
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman Rata-rata hasil pengamatan pertumbuhan tunas 5 minggu setelah pemotongan ....................................................................................
13
Rekapitulasi sidik ragam terhadap parameter yang diamati (P ≤ 0,05) ...............................................................................................
14
Hasil Uji Duncan pengaruh waktu pemotongan terhadap Jumlah Tunas.. ............................................................................................
14
Hasil uji Duncan pengaruh waktu pemotongan, terhadap kecepatan tumbuh tunas .................................................................
15
Hasil uji Duncan pengaruh waktu pemotongan terhadap tinggi tunas ...............................................................................................
17
15
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1.
Rata-rata jumlah tunas terhadap waktu pemotongan ......................
15
2.
Rata-rata kecepatan tumbuh tunas pertama terhadap waktu pemotongan. ....................................................................................
16
Rata-rata kecepatan tumbuh tunas kedua terhadap waktu pemotongan. ....................................................................................
17
4.
Pengaruh waktu pemotongan terhadap tinggi tunas pertama. .........
18
5.
Pengaruh waktu pemotongan terhadap tinggi tunas kedua .............
18
6.
Jumlah tunas yang tumbuh. a. 1 tunas b. 2 tunas, c. 3 tunas ...........
19
7.
Pengukuran tinggi. a. pada perlakuan daun asli (D1), b. perlakuan daun semu (D2) ...............................................................................
22
3.
16
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1.
Hasil sidik ragam jumlah tunas .......................................................
27
2.
Hasil sidik ragam kecepatan tumbuh tunas pertama .......................
28
3.
Hasil sidik ragam kecepatan tumbuh tunas kedua ..........................
29
4.
Hasil sidik ragam tinggi tunas pertama ...........................................
30
5.
Hasil sidik ragam tinggi tunas kedua ..............................................
31
6.
Pengamatan jumlah tunas selama 5 minggu setelah penyapihan ....
32
7.
Tinggi tunas pertama dan kedua setelah 5 minggu pengamatan .....
33
8.
Kecepatan tumbuh tunas pertama dan kedua setelah 5 minggu pengamatan ....................................................................................
34
17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk di Indonesia mengakibatkan atau berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan kertas. Sutarto (2006) menyatakan bahwa pada tahun 2003 kebutuhan konsumsi kertas mencapai 5,31 juta ton, tahun 2004 mencapai 5,40 juta ton, tahun 2005 mencapai 5,61 juta ton dan prediksi pada tahun 2009 konsumsi kertas dapat mencapai 6,45 juta ton sehingga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pulp dan kertas pada tahun-tahun yang akan datang pemerintah tengah menggalakkan upaya penanaman Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 5,8 juta hektar hingga akhir tahun 2009 (Sutarto 2006). Walaupun rencana pembangunan perusahaan HTI sudah ditergetkan, namun Ditjen Bina Produksi Kehutanan (2005) menyatakan realita lahan untuk pembangunan hutan tanaman masih mencapai 2,5 juta ha akibatnya untuk memenuhi kebutuhan kertas yang semakin hari bertambah masih dianggap kurang. Departemen Kehutanan yang diperoleh Koran Tempo (2004) menyatakan industri pulp dan kertas nasional sampai saat ini baru mampu memasok 5,86 juta meter kubik dari hutan tanaman industri atau baru bisa memenuhi 21,17 persen dari total kebutuhan yang mencapai 27,71 juta meter kubik per tahun. Disamping itu, kebanyakan lahan HTI kurang subur sehingga pertumbuhan tanaman dapat terganggu. Jadi alternatif terbaik ialah bagaimana pengusaha HTI yang fokus pada pemenuhan bahan baku kertas terus meningkatkan produksinya dengan memilih jenis kayu yang dapat tumbuh pada lahan yang tidak subur, fast growing species, dan juga memiliki kualitas untuk pembuatan bahan baku pulp. Sofian et al. (1993) mengatakan
Mangium
merupakan
jenis
kayu
yang
saat
ini
banyak
dikembangbiakkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kertas karena memiliki kandungan sellulosa, kandungan hemisellulosa, ketahan retak, ketahanan lipat, ketahanan tarik dan panjang serat, ketahanan sobek yang sangat baik. Sutisna dan Fatawi (1993) juga melaporkan bahwa pertumbuhan tanaman Mangium berumur 9 tahun di Balikpapan, Kalimantan Timur mampu mencapai riap diameter 2,8 cm/tahun dan riap volume 15,7 m3 per ha per tahun. Secara
18
sekilas pertumbuhan Mangium sangat cepat dimana umur 9 tahun sudah dapat ditebang namun, apabila dilihat dari kebutuhan kertas maka produksi tersebut masih rendah. Sehingga salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi ialah dengan memanipulasi pertumbuhan kayu tersebut sejak masih bibit. Maksudnya ialah dengan membentuk dua atau lebih batang utama dari satu pohon dan cara yang paling efektif ialah dengan memotong pucuk sejak bibit sehingga dari samping (tunas ketiak) akan muncul cabang baru yang nantinya setelah dewasa diharapkan pohon dengan batang lebih dari satu sehingga memiliki produksi yang lebih besar dibandingkan dengan pohon yang berbatang utama satu. Selain untuk produksi pulp, Mangium yang berbatang utama lebih dari satu dapat dimanfaatkan untuk fungsi konservasi sebagai daya serap karbon. Menurut Ansori (2007) kelebihan Mangium ialah pertumbuhan cepat, adaptif pada tanah-tanah dengan tingkat kesuburan rendah dan kemasaman relatif tinggi, budidaya Mangium relatif mudah mulai dari penanganan benih, persemaian, sampai dengan penanaman di lapangan, mempunyai respon positif terhadap upaya seleksi,
sehingga
mudah
didapatkan
benih
unggul.
Retnowati
(1988)
menambahkan bahwa Mangium dapat tumbuh baik pada padang alang-alang, bekas penebangan, tanah-tanah tererosi, miskin mineral, berbatu-batu, dan juga pada tanah aluvial. Berdasarkan hal diatas maka penanaman dengan tujuan selain pulp dan atau kayu pertukangan dapat dilakukan.
1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh waktu pemotongan pucuk terhadap jumlah tunas lateral, kecepatan terbentuknya tunas, dan tinggi tunas lateral tanaman Mangium 2. Mengetahui pengaruh jenis provenan terhadap jumlah tunas lateral, kecepatan terbentuknya tunas, dan tinggi tunas lateral tanaman Mangium 3. Mengetahui pengaruh interaksi waktu pemotongan pucuk dan
jenis
provenan terhadap jumlah tunas lateral, kecepatan terbentuknya tunas, dan tinggi tunas lateral tanaman Mangium.
19
1.3 Manfaat Manfaat dari penelitian ini ialah sebagai informasi yang sangat diperlukan oleh pihak-pihak terkait dalam kebutuhan pembentukan batang utama lebih dari satu.
1.4 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini ialah: 1. Adanya pengaruh waktu pemotongan pucuk terhadap jumlah tunas lateral, kecepatan tumbuh tunas lateral dan tinggi tunas lateral yang terbentuk. 2. Adanya pengaruh jenis provenan terhadap jumlah tunas lateral , kecepatan tumbuh tunas lateral dan tinggi tunas lateral yang terbentuk.
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mangium (Acacia mangium Willd.) 2.1.1 Taksonomi dan Tatanama Taksonomi Mangium (Acacia mangium Willd.) : Sub Kingdom
: Embryophita
Phylum
: Tracheophyta
Sub Phylum
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Sub Kelas
: Dicotylodone
Ordo
: Rosales
Family
: Leguminoceae (Fabaceae)
Sub Family
: Mimosoideae
Genus
: Acacia
Spesies
: Acacia mangium
Sinonimnya adalah Rancosperma mangium (Willd.) Pedley. (Joker 2000). Nama yang umum dipakai adalah mangium (IFSP 2001), black wattle, hickory wattle, brown salwood (Joker 2000).
2.1.2 Penyebaran dan Tempat Tumbuh Mangium menyebar alami di Quensland utara Australia, Papua Nugini hingga provinsi Irian Jaya dan Maluku (Joker 2000). Pada habitat asli Mangium memiliki curah hujan tahunan bervariasi diatas 1000 mm/tahun. Terdapat secara khas pada ketinggian di bawah 100 mdpl kecuali di Australia ditemukan 2 bidang tegakan pada ketinggian 450 mdpl dan 750 mdpl. Di Quensland, tempat Mangium tumbuh dengan konsentrasi menonjol, curah hujan tahunan sekitar 4400 mm/tahun dengan periode kering relatif sekitar 700 mm selama 4 bulan. Di Sabah yang tidak jauh perbedaan iklimnya dengan Indonesia, Mangium berhasil tumbuh pada curah hujan 1500 mm/tahun sampai 3100 mm/tahun. Suhu udara maksimum di Quensland sama dengan di Sabah, mencapai kisaran 310C – 340C. Suhu udara minimum di Quensland berkisar 120C – 260C, sedangkan di Sabah berkisar 220C – 250C. (National Research Council 1980 diacu dalam Retnowati 1988).
21
Mangium tidak memerlukan persyaratan tempat tumbuh yang tinggi. Jenis pohon ini mampu tumbuh baik pada lahan miskin, padang alang-alang dan areal bekas penebangan serta mudah beradaptasi. Mangium sangat cocok ditanam pada suhu maksimum 31-34 0C dan minimum 12-16 0C dengan curah hujan berkisar antara 1000-4500 mm per tahun. Kemampuan Mangium untuk tumbuh pada tanah-tanah asam dengan pH 4,2 merupakan keistimewaan yang juga membedakannya dengan pohon Leguminoceae yang lain. Jenis Mangium ditanam di Sabah pada entisol-entisol dan ultisol-ultisol, sebagiannya berupa tanah asam dengan pH 4,5 (National Reseach
Council
1980
diacu
dalam
Retnowati
1988).
Joker
(2000),
menambahkan bahwa Mangium mampu beradaptasi terhadap tanam asam (pH 4,5-6,5) di dataran rendah tropis yang lembab, tidak toleran terhadap musim dingin dan naungan, tumbuh baik tanah yang tidak subur dan jelek drainasenya.
2.1.3 Pembungaan dan Pembuahan Mangium memiliki ranting kuat berbentuk segitiga tajam, yang disebut daun pada dasarnya bukanlah daun tetapi tangkai daun yang melebar dan berfungsi sebagai daun, disebut phyllodia. Daun yang sudah dewasa sangat besar dengan lebar 5 sampai 10 cm dan panjang 25 cm, berwarna hijau tua terdapat 4 atau kadang-kadang 3 buah tulang daun utama. Tulang daun utama berbentuk memanjang dan menyolok yang muncul pada ujung daun dan menyatu kembali pada pangkal daun, sedang tulang daun sekunder berbentuk jala tetapi tidak tampak jelas. (Wasis 2006). Mangium berbentuk polong kering merekah yang melingkar ketika masak, agak keras, panjang 7-8 cm, lebar 3-5 mm. Sedangkan benih bewarna hitam mengkilat, lonjong, 3-5 x 2-3 mm, dengan ari (funicle) kuning cerah atau oranye yang terkait di benih. Terdapat 66.000-120.000 benih/kg (Joker 2000). Mangium mulai berbunga pada umur 2 tahun menjelang berakhir musim hujan (antara Maret-April) dan buah mulai masak menjelang berakhirnya musim kemarau (antara September-Oktober). Kadang-kadang berbunga sepanjang tahun sehingga benih tetap ada apabila diperlukan (Adisubroto dan Priasukmana 1985).
22
Joker (2000), menambahkan musim berbunga berbeda menurut sebaran alami dan lokasi tanam. Di Australia berbunga Februari-Mei, dan benih masak bulan Oktober-Desember. Di Indonesia buah masak bulan Juli, di Papua New Guinea pada akhir September. Sebagai pohon eksotik, siklus pembungaan tidak teratur dan pembungaan ini dapat sepanjang tahun tetapi, puncak pembungaan terlihat jelas. Puncak tersebut dilaporkan terjadi bulan Juli di Semenanjung Malaysia, Januari di Sabah, Oktober-November di Taiwan dan September di Thailand.
2.1.4. Aspek Silvikultur Mangium memiliki kayu gubal yang jelas dan berwarna kekuningkuningan, dan memiliki kayu teras yang gelap dan berwarna coklat kemerahmerahan. Mangium agak keras dan padat, kerapatan dasar berkisar 410-530 kg/m3. Kayu jenis ini memiliki kayu teras sebanyak 30-50 % dan kulit kayu sebesar 10,5-12,1 %, hal ini terlihat dari kerapatan kayu itu sendiri dan jumlah kayu teras dan kulit kayu yang dipengaruhi oleh umur pohon dan asal pohon (Palongkas 1996). Menurut Mandang dan Pandit (2002) ciri umum kayu Mangium, kayu teras berwarna coklat pucat sampai coklat tua, kadang-kadang coklat zaitun sampai coklat kelabu, batasnya tegas dengan gubal yang berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Kayu Mangium memiliki corak polos atau berjalur-jalur berwarna gelap dan terang bergantian pada bidang radial. Tekstur halus sampai agak kasar dan merata. Arah serat biasanya lurus, kadang-kadang berpadu. Permukaan agak mengkilap, kesan raba licin, kekerasan agak keras sampai keras. Ciri anatominya pembuluh/pori baur, soliter dan berganda radial yang terdiri atas 2 – 3 pori, kadang-kadang sampai 4 pori, diameter agak kecil, jarang sampai agak jarang, bidang perforasi sederhana. Parenkima bertipe paratrakea bentuk selubung di sekeliling pembuluh, kadang-kadang cenderung bentuk sayap pada pembuluh yang kecil. Jari-jari sempit, jarang sampai agak jarang, ukurannya agak pendek sampai pendek. Berat jenis untuk kayu Mangium rata-rata adalah 0,61 (0,43-0,66) dengan kelas awet III dan kelas kuat II-III. Kegunaan jenis kayu Mangium untuk bahan
23
konstruksi ringan sampai berat, rangka pintu jendela, perabot rumah tangga (a.l. lemari), lantai, papan dinding, tiang, tiang pancang, gerobak dan rodanya, pemeras minyak, gagang alat, alat pertanian, kotak dan batang korek api, papan partikel, papan serat, vener dan kayu lapis, pulp dan kertas, selain itu baik juga untuk kayu bakar dan arang (Mandang & Pandit 2002). Tinggi pohon Mangium dapat mencapai 30 m, dengan batang lurus dan bebas cabang sampai setengah tinggi total. Di hutan alam Quensland dan Papua Nugini, diameter Mangium dapat mencapai 90 cm. Beberapa contoh pohon di Sabah pada umur 9 tahun telah mencapai tinggi 23 m, pada umur 3 tahun telah mencapai tinggi rata-rata 8,3 m dan diameter rata-rata 9,4 cm. Di Bangladesh pada umur 2 tahun tinggi rata-rata mencapai 8 m dan diameter rata-rata 15 cm. Tegakan Mangium berumur 4 tahun, rata-rata menghasilkan 27 m3/ha (National Reseach Council 1980 diacu dalam Retnowati 1988 ). Menurut Sindusuwarno dan Utomo (1981), tegakan yang tidak terpelihara dapat menghasilkan 415 m3/ha sesudah 9 tahun dengan riap tahunan 46 m3/ha. Pada lahan yang tergangu, seperti bekas kebakaran, tanah lempung yang sudah kurus dengan batu vulkanis, tanah gersang bekas perladangan liar, lereng yang terjal, dapat memproduksi rata-rata 20 m3/ha. Sutisna dan Fatawi (1993) juga melaporkan bahwa pertumbuhan tanaman Mangium berumur 9 tahun di Balikpapan, Kalimantan Timur mampu mencapai riap diameter 2,8 cm/tahun dan riap volume 15,7 m3/ha.
2.2. Kompos Kompos adalah bahan – organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, rerontokan kembang, air kencing dan lain-lain. Adapun kelangsungan hidup organisme tersebut didiukung oleh keadaan lingkungan yang basah dan lembab (Murbandono 2001). Murbandono (2001) menambahkan, beberapa manfaat kompos sebagai pupuk adalah: 1. menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman
24
2. menggemburkan tanah 3. memperbaiki struktur dan tekstur tanah 4. meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah 5. menigkatkan daya ikat tanah terhadap air 6. memudahkan pertumbuhan bagi akar tanaman 7. menyimpan air tahan lebih lama 8. mencegah penyakit pada akar,
2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Menurut Gardner et al. (1991) pertumbuhan merupakan pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran). Salisbury dan Ross (1995) menambahkan pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu arah atau dua arah, seperti panjang (misalnya tinggi batang), diameter (misalnya diameter batang), atau luas (misalnya luas daun). Pengukuran volume misalnya dengan cara pemindahan air, bersifat tiddak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur berulangulang dalam waktu yang berbeda. Pertambahan massa sering ditentukan dengan cara
memanen
seluruh
tumbuhan
atau
bagian
yang
diinginkan,
dan
menimbangnya cepat-cepat sebelum air banyak menguap dari tanaman tersebut. Menurut Gardner et al. (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dikategorikan kedalam dua bagian yaitu : a. Faktor Eksternal, meliputi: 1. Iklim : cahaya, temperatur, air, penjang hari, angin, dan gas (CO2, O2, N2, SO2, Fl, Cl, dan O3). 2. Edafik (tanah) : tekstur, struktur, bahan organic, KTK (kapasitas tukar kation), pH, kejenuhan basa. 3. Biologis : gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, nematode, macammacam tipe herbivora, dan mikro organisme tanah, seperti bakteri pemfiksasi N2 dan bakteri denitrifikasi, serta mikoriza. b. Faktor Internal 1. Ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah, dan biologis. 2. Laju fotosintetik
25
3. Respirasi 4. Pembagian hasil asimilasi dan N 5. Klorofil, karoten, dan kandungan pigmen lainnya. 6. Tipe letak meristem 7. Kapasitas untuk menyimpan cadangan makanan 8. Aktivitas enzim 9. Pengaruh langsung gen 10. Diferensiasi Pertumbuhan tanaman berlangsung terbatas pada bagian-bagian tertentu yang terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel di meristem. Pertumbuhan tanaman akan banyak kehilangan air melalui transpirasi karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan merupakan atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam tumbuhan sebagai karbondioksida (CO2) melalui pori stomata dan yang paling banyak terdapat di permukaan daun, dan air keluar secara difusi melalui pori yang sama pada saat stomata terbuka (Salisbury & Ross 1995) Suatu tanaman akan tumbuh dengan suburnya, apabila segala elemen yang dibutuhkan tersedia cukup dan dalam bentuk yang sesuai untuk diserap tanaman. Jika suatu unsur kurang, maka penambahannya akan memberikan manfaat. Tetapi apabila unsur itu sudah berlebih, maka penambahannya akan terbuang percuma dan akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman (Dwijoseputro 1980).
26
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian berlangsung selama 3 bulan dari Desember 2008 – Maret 2009. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.
3.2 Alat dan Bahan Alat yang dibutuhkan selama penelitian adalah bak kecambah, politube, penggaris, gembor, gunting, dan kamera digital. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah benih Mangium dari 4 provenan yaitu Provenan Asal KBUK F2 wilayah Suaran Grup A Asal PNG, Provenan Asal KBUK F2 wilayah Suaran Grup B asal PNG, Provenan asal KBUK F2 Suaran Grub D asal QLD, asal BKPH Parung Panjang Bogor, media pasir, tanah, arang sekam dan kompos.
3.3 Prosedur Kerja Tahapan penelitian tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : 3.3.1 Penelitian Pendahuluan Penelitian
pendahuluan
yang dimaksudkan
ialah
kegiatan
untuk
mengecambahkan benih. Sebelum mengecambahkan benih, terlebih dahulu dilakukan ekstraksi dengan merendam benih Mangium ke dalam air panas selama 1 menit dan dilanjutkan dengan perendaman ke dalam air dingin selama 24 jam. Benih Mangium ditabur dengan menggunakan media pasir : tanah : arang sekam dengan perbandingan 3 : 2 : 1. Benih tersebut dibagi kedalam 4 bak kecambah sesuai dengan provenan (asal benih tersebut). Setelah penaburan, dilakukan penyiraman setiap hari pagi dan sore hari.
3.3.2 Penyapihan Setelah dikecambahkan selama 14 hari, dilakukan penyapihan. Waktu penyapihan ialah pagi hari maksimal jam 10.00 WIB dan atau sore hari dimulai dari jam 15.30 WIB. Bibit yang disapih dimasukkan ke dalam politube yang telah berisi media. Media tersebut adalah campuran kompos, tanah, arang sekam
27
dengan perbandingan 6 : 2 : 1. Setelah disapih maka dilakukan penyiraman setiap hari maksimal jam 10 pagi hari dan atau mulai pukul 15.30 WIB.
3.3.3 Pemotongan Pucuk Pemotongan pucuk dilakukan dilakukan dengan dua perlakuan yang berbeda. Perbedaan waktu pemotongan bukan dilihat dari jenis daun, tapi karena pada Mangium diketahui adanya perubahan morfologi daun (fase daun). Pada minggu pertama sampai minggu ke empat, daun Mangium merupakan daun majemuk (mirip daun sengon). Setelah minggu kelima ada perubahan struktur (fase daun) dimana tangkai daun berubah menjadi daun yang disebut daun tunggal. Perlakuan pemotongan pertama ialah pucuk dipotong dengan kondisi daun asli atau daun Mangium yang majemuk (mirip daun sengon). Pemotongan ini dilakukan setelah bibit dalam politube berumur 1 bulan setelah penyapihan. Sedangkan perlakuan pemotongan yang kedua dilakukan saat tanaman ataupun bibit Mangium telah memiliki daun semu, yaitu perubahan daun majemuk ke daun tunggal. Pemotongan ini dilakukan setelah tanaman berumur ± 1,5 bulan setelah penyapihan. Pemotongan pertama dilakukan dengan meninggalkan 3 buah ketiak daun, sedangkan pemotongan yang kedua dilakukan dengan meninggalkan 1 buah ketiak daun.
3.4 Pengamatan parameter Setelah perlakuan pemotongan pucuk, maka dilakukan pengamatan dengan menghitung jumlah tunas, kecepatan berkecambah tunas lateral (samping) dan tinggi tunas lateral yang tumbuh dari tiap tanaman. Kemudian pengamatan yang dilakukan dengan menghitung pertambahan tinggi tunas tersebut per minggu.
3.5 Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor asal benih (P) yang terdiri dari 4 taraf dan faktor waktu pemotongan (D) yang terdiri dari 2 taraf. Rancangan percobaannya terdiri dari 3 ulangan 8 unit.
28
Faktor P
= Asal benih Provenan (P)
P1
= Provenan Asal KBUK F2 wilayah Suaran Grup A Asal PNG
P2
= Provenan Asal KBUK F2 wilayah Suaran Grup B asal PNG
P3
= Provenan asal KBUK F2 Suaran Grub D asal QLD
P4
= Asal BKPH Parung Panjang Bogor
Faktor D
= Waktu Pemotongan (D)
D0
= Kontrol (tidak dipotong)
D1
= Daun Asli
D2
= Daun Majemuk
Rancangan
percobaan
dilakukan
untuk
menganalisis
perlakuan
pembentukan cabang secara terpisah. Model rancangan percobaan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2000) sebagai berikut: Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Yijk
= Nilai respon dari unit percobaan yang mendapatkan taraf i faktor perbedaan provenan dan taraf j faktor
pemotongan pada ulangan
ke-k μ
= Nilai rata-rata umum
αi
= Nilai pengaruh taraf ke-i faktor perbedaan provenan
βj
= Nilai pengaruh taraf ke-j faktor waktu pemotongan
(αβ)ij
= Nilai pengaruh interaksi taraf i faktor provenan dan taraf j faktor pemotongan
εijk
= Nilai galat dari unit percobaan yang mendapatkan taraf i faktor provenan dan taraf j faktor pemotongan pada ulangan ke-k Data-data hasil parameter yang diperoleh dalam penelitian ini, dianalisis
dengan menggunakan analisis sidik ragam, yaitu dengan melihat hasil uji F. Uji F yang memberikan pengaruh nyata (significant) akan dilakukan pengujian lebih lanjut dengan uji beda rata-rata dari perlakuan, dalam hal ini dilakukan uji lanjut Duncan dengan menggunakan software Costat.
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan pertumbuhan jumlah tunas, kecepatan tumbuh tunas, dan tinggi tunas pada bibit Mangium dilakukan selama 5 minggu setelah pemotongan. Setelah pengamatan, diperoleh hasil bahwa jumlah tunas yang tumbuh berkisar 12 tunas. Tunas mulai tumbuh 4-14 hari setelah pemotongan pucuk. Hasil pengamatan juga diperoleh bahwa tunas yang tumbuh lebih dari satu, sebagian besar ditunjukkan pada waktu pemotongan daun asli dibandingkan daun semu. (Tabel 1).
Tabel 1 Rata-rata hasil pengamatan pertumbuhan tunas 5 minggu setelah pemotongan Kecepatan Tinggi Tunas Waktu Jumlah Tumbuh (hari) (cm) Provenan Ulangan Pemotongan Tunas Tunas Tunas Tunas Tunas 1 2 1 2 1 2 6 6 2,6 3,1 (D1) Daun 2 2 5 9 3,0 3,9 Asli 3 2 4 11 3,6 4,3 (P1) Grup A asal PNG 1 1 7 1,0 (D2) Daun 2 1 8 0,7 Semu 3 1 10 0,6 (D1) Daun Asli (P2) Grup B asal PNG (D2) Daun Semu
(D1) Daun Asli (P3) Grup D asal QLD (D2) Daun Semu
(D1) Daun Asli (P4) Asal Parung (D2) Daun Semu
1
2
6
10
3,5
2
1
3
2
1
4,9
6
-
2,6
-
6
10
3,1
5,4
1
9
-
0,2
-
2
1
13
-
0,2
-
3
2
7
15
1,0
6,7
1
2
5
10
3,6
5,7
2
2
5
6
3,7
5,5
3
2
6
8
2,8
6,1
1
1
10
-
0,8
-
2
1
7
-
1,1
-
3
1
6
-
0,6
-
1
2
5
12
3,1
6,9
2
2
7
10
2,8
7,2
3
2
6
9
1,9
7,2
1
1
9
-
1,2
-
2
1
9
-
0,5
-
3
1
12
-
0,6
-
30
Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh bahwa yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah tunas, kecepatan tumbuh tunas, dan tinggi tunas ialah faktor perlakuan waktu pemotongan (Tabel 2). Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam terhadap parameter yang diamati (P ≤ 0,05) Nilai P
Sumber JT
KTT 1
KTT 2
TT 1
TT 2
Provenan (P)
1 ns
0,295 ns
0,280 ns
0,36 ns
0,643 ns
Waktu Pemotongan (D)
0,00***
0,002***
0,058 **
0,00***
0,0012**
0,2206ns
0,909 ns
0,8554ns
0,47 ns
0,887 ns
P*D Keterangan : Nilai P JT KTT 1 KTT 2 TT 1 TT 2 ns ** ***
: Nilai F Hitung : Jumlah Tunas : Kecepatan Tumbuh Tunas 1 : Kecepatan Tumbuh Tunas 2 : Tinggi Tunas 1 : Tinggi Tunas 2 : Berpengaruh tidak nyata pada selang kepercayaan 95% : Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 95% : Berpengaruh sangat nyata pada selang kepercayaan 99%
4.1.1 Jumlah Tunas Setelah pemotongan batang, dihasilkan jumlah tunas rata-rata sebanyak satu tunas. Hasil sidik ragam yang terlihat pada Tabel 2 menunjukkan bahwa waktu pemotongan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas sedangkan faktor provenan dan interaksi keduanya tidak memberikan berpengaruh yang nyata. Hasil uji Lanjut Duncan (Tabel 3) menyatakan bahwa perlakuan waktu pemotongan yang paling baik adalah waktu pemotongan daun asli (D1).
Tabel 3 Hasil Uji Duncan Pengaruh Waktu pemotongan terhadap Jumlah Tunas Waktu pemotongan
Jumlah Tunas
Daun Asli
1,81 a
Daun Semu
1,08 b
Kontrol 1,00 b Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan pada selang kepercayaan 95%
Gambar 1 memperlihatkan perbedaan yang nyata dalam jumlah tunas. Pemotongan daun asli (D1) menghasilkan jumlah tunas dengan rata-rata 1,81 buah. Pemotongan daun semu (D2) menghasilkan jumlah tunas dengan rata-rata
31
1,08 buah dan kontrol (tanpa pemotongan) menghasilkan tunas dengan rata-rata 1 buah.
2,00
1,81 a
1,80
Jumlah Tunas
1,60 1,40 1,20
1,06 b
1,00 b
1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00
Kontrol (D0)
Daun Asli (D1)
Daun Semu (D2)
Waktu Pemotongan Gambar 1 Rata-rata jumlah tunas terhadap waktu pemotongan.
4.1.2
Kecepatan Tumbuh Tunas Berdasarkan jumlah tumbuh tunas, maka kecepatan tumbuh tunas
dibedakan menjadi dua yaitu kecepatan tumbuh tunas yang pertama (KTT 1) dan kecepatan tumbuh tunas kedua (KTT 2). Berdasarkan hasil sidik ragam Tabel 2, waktu pemotongan berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan tumbuh tunas yang pertama (KTT 1).
Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh waktu pemotongan terhadap kecepatan tumbuh tunas Waktu pemotongan Parameter Kecepatan Tumbuh Tunas 1(KTT 1)
Daun Asli (D1) 5,5 a
Daun Semu (D2) 8,8 b
Kecepatan Tumbuh Tunas 2(KTT 2) 14,8 e 9,3 f Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan pada selang kepercayaan 95%
Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 4 dapat diperoleh bahwa waktu pemotongan yang lebih baik terhadap kecepatan tumbuh tunas pertama, ditunjukkan oleh pemotongan daun asli (D1). Rata-rata kecepatan tumbuh tunas
32
pertama dari perlakuan waktu pemotongan daun asli yaitu sebesar 5,5 hari,
Kecepatan Tumbuh Tunas Pertama (Hari)
sedangkan rata-rata perlakuan waktu pemotongan daun semu 8,8 hari (Gambar 2).
10,00 8,80 b
9,00 8,00 7,00 6,00
5,58 a
5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 Daun Asli (D1)
Daun Semu (D2)
Waktu Pemotongan Gambar 2 Rata-rata kecepatan tumbuh tunas pertama terhadap waktu pemotongan.
Sama halnya dengan kecepatan tumbuh tunas pertama (KTT 1), waktu pemotongan juga berpengaruh sangat nyata terhadap kecepatan tumbuh tunas kedua ( Tabel 2). Hasil uji lanjut Duncan diperoleh bahwa waktu pemotongan daun asli (D1) menunjukkan pengaruh yang lebih baik dibandingkan pemotongan jenis daun semu (D2) (Tabel 4). Rata-rata kecepatan tumbuh tunas kedua dari perlakuan waktu pemotongan daun asli yaitu sebesar 9,3 hari, sedangkan rata-rata perlakuan waktu pemotongan daun semu 14,8 hari (Gambar 3).
Kecepatan Tumbuh Tunas Kedua (Hari)
33
16,00
14,86 b
14,00 12,00 9,30 a
10,00 8,00
6,00 4,00 2,00 Daun Asli (D1)
Daun Semu (D2)
Waktu Pemotongan Gambar 3 Rata-rata kecepatan tumbuh tunas kedua terhadap waktu pemotongan.
4.1.3
Tinggi Tunas Pengamatan terhadap tinggi tunas dibedakan menjadi dua bagian yaitu
tinggi tunas 1 (TT 1) dan tinggi tunas 2 (TT 2). Hasil sidik ragam Tabel 2 menunjukkan bahwa waktu pemotongan berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pertama.
Tabel 5 Hasil uji Duncan, pengaruh waktu pemotongan terhadap tinggi tunas Waktu pemotongan
Parameter Tinggi Tunas 1 (TT 1)
Daun Asli
Daun Semu
3,02 a
0,69 b
Tinggi Tunas 2 (TT 2) 0,57 e 0,11 f Keterangan : huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan pada selang kepercayaan 95% dan huruf yang sama dari perlakuan yang berbeda menunjukkan adanya interaksi antara kedua perlakuan.
Berdasarkan Tabel 5, diperoleh bahwa waktu pemotongan yang lebih baik ditunjukkan oleh pemotongan daun asli terhadap pertumbuhan tinggi tunas. Setelah pengamatan selama 5 minggu diperoleh rata-rata bahwa rata-rata tinggi tunas pertama pada perlakuan pemotongan daun asli sebesar 3,02 cm dan perlakuan pemotongan daun semu sebesar 0,69 cm (Gambar 4).
34
3,50 Tinggi Tunas Pertama (cm)
3,02 a 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00
0.69 b
0,50 Daun Asli (D1)
Daun Semu (D2)
Waktu Pemotongan Gambar 4 Pengaruh waktu pemotongan terhadap tinggi tunas pertama.
Pertumbuhan tinggi tunas yang kedua tidak berbeda dengan tinggi tunas pertama yaitu waktu pemotongan berpengaruh sanagat nyata terhadap parameter tinggi tunas kedua. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa waktu pemotongan yang paling baik terhadap tinggi tunas ialah waktu pemotongan daun asli (D1). Rata-rata tinggi tunas kedua dari perlakuan waktu pemotongan daun asli yaitu sebesar 0,57 hari, sedangkan rata-rata tinggi tunas dari perlakuan waktu pemotongan daun semu 0,18 hari (Gambar 5).
Tinggi Tunas Kedua (cm)
0,70 0,60
0,57 a
0,50 0,40 0,30 0,18 b
0,20 0,10 Daun Asli (D1)
Daun Semu (D2)
Waktu Pemotongan Gambar 5 Pengaruh waktu pemotongan terhadap tinggi tunas kedua.
35
4.2
Pembahasan Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang penting dalam
kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies yang berlangsung secara terusmenerus sepanjang daur hidup dan bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Gardner et al. 1991). Penelitian ini lebih dikhususkan pada pertumbuhan tunas lateral untuk pembentukan batang utama sebanyak dua atau lebih. Dari hasil penelitian diketahui bahwa waktu pemotonganlah yang berpengaruh sangat nyata untuk pertumbuhan jumlah tunas, kecepatan tumbuh tunas dan tinggi tunas. Sedangkan faktor perlakuan provenan dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter yang diamati.
4.2.1
Jumlah Tunas (JT) Menurut Coombs et al. (1994), diacu dalam Nuraini (2008), mengatakan
bahwa pemangkasan (pemotongan) pada bagian tunas pucuk (tunas apical) akan mendorong pertumbuhan tunas-tunas lateral yang menyebabkan percabangan semakin banyak. Dari hasil penelitian diketahui bahwa jumlah tunas yang tumbuh setelah pemotongan bervariasi. Ada tanaman yang setelah dipotong tidak menghasilkan tunas sama sekali, ada yang menghasilkan jumlah tunas sampai tiga tunas. Tetapi secara keseluruhan jumlah tunas yang tumbuh didominasi satu tunas. Gambar 6 memperlihatkan tunas yang tumbuh.
Gambar 6 Jumlah tunas yang tumbuh. a. 1 tunas b. 2 tunas, c. 3 tunas.
36
Pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh hormon yang ada di dalam tanaman. Menurut Gardner et al. (1991), pertumbuhan dengan cara pembelahan dan pembesaran sel terjadi di dalam jaringan khusus yang disebut meristem dan terdapat pada bagian tumbuhan yaitu pucuk, daun , akar, dan batang. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan waktu pemotongan mempengaruhi parameter Jumlah Tunas (JT). Pengaruh waktu pemotongan tersebut sangat jelas mempengaruhi munculnya tunas. Hal ini dikarenakan jumlah tunas yang muncul dipengaruhi oleh hormon auksin yang terkandung di dalam tanaman. Purbiati dan Yuniastuti (2001) diacu dalam Khasbiyanto (2008), menambahkan bahwa tunas yang dorman berkaitan dengan cadangan auksin dalam tanaman, dimana kandungan cadangan kadar auksin yang tinggi akan lebih mudah memunculkan tunas yang lebih banyak bila dibandingkan dengan kadar auksin yang rendah yang selalu lebih sedikit. Selain itu tunas yang muncul dipengaruhi oleh cahaya. Hasil uji lanjut Duncan diketahui bahwa waktu pemotongan dari perlakuan Daun Asli
(D1) yang lebih mempengaruhi atau
menunjukkan hasil terbaik. Perbedaan waktu pemotongan tersebut dilihat dari lamanya dipotong. Perlakuan pemotongan Daun Asli (D1), dilakukan setelah umur tanaman tersebut 1 bulan dengan meninggalkan 3 ketiak daun. Sedangkan perlakuan pemotongan Daun Semu (D2) dilakukan setelah tanaman tersebut berumur 1,5 bulan dan hanya meninggalkan 1 ketiak daun. Hal tersebut karena pada saat pemotongan pucuk, hormon yang ada di tanaman yaitu auksin akan lebih berperan di ketiak daun sehinggga tunas-tunas yang di ketiak daun tumbuh berkembang. Gardner et al. (1991) menambahkan, bagian lateral tumbuh setelah pucuk baru secara normal muncul dari kuncup-kuncup di ketiak daun. Pucuk baru juga dapat tumbuh dimana saja dan cahaya merupakan faktor utama yang mengendalikan pertumbuhan dari kuncup lateral. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata jumlah tunas yang muncul hanya 1 tunas (Gambar 1), sehingga apabila dilihat dari tujuannya yaitu untuk menghasilkan tunas dua atau lebih maka dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut kurang berhasil. Faktor ketidak berhasilan tersebut dipengaruhi oleh
37
cahaya. Gardner et al. (1991), menyatakan bahwa cahaya merupakan faktor utama yang mengendalikan pertumbuhan kuncup (tunas). Sedangkan pada saat penelitian, kontainer (berupa politube) sangat kecil yang memiliki jarak tanam 5 cm x 5 cm Berdasarkan hal tersebut, dapat diasumsikan cahaya yang masuk untuk semua tanaman tidak merata sehingga mengakibatkan kurang maksimalnya pertumbuhan. Disamping itu juga, pada saat penelitian selama Januari-Maret kondisi cuaca yang tidak stabil atau sering terjadi hujan sehingga cahaya matahari jarang mengenai tanaman dan hal tersebut mengakibatkan rumah kaca tempat penelitian mengalami kondisi lembab dan mendorong tanaman terserang penyakit tepung putih dari Jamur Oidium sp. Akibatnya Mangium yang sudah dipotong (dimana tunas belum tumbuh) tidak dapat lagi menghasilkan tunas dan sebagian tanaman tersebut akhirnya mati.
4.2.2
Kecepatan Tumbuh Tunas Pertama dan Kedua (KTT 1 dan KTT 2) Tolak ukur kecepatan berkecambah mengindikasikan vigor benih. Benih
yang memiliki nilai kecepatan berkecambah yang tinggi berarti benih yang memiliki vigor. Sama halnya dengan benih, kecepatan kecambah tunas yang dipotong (dipangkas) mengindikasikan bahwa tanaman tersebut memiliki meristem yang baik sehingga mampu melakukan pertumbuhan bagian tanaman baru yaitu tunas. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa Kecepatan Tumbuh Tunas pertama (KTT 1) berbeda dengan kecepatan tumbuh tunas kedua (KTT 2). Perbedaan ini dikarenakan antara tunas pertama dengan tunas kedua memiliki perbedaan kecepatan tumbuh dan tunas pertama lebih cepat dibandingkan dengan tunas kedua. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor waktu pemotongan mempengaruhi kecepatan tumbuh tunas. Dari hasil uji lanjut Duncan diperoleh bahwa perlakuan pemotongan daun asli (D1) lebih mempengaruhi. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan waktu pemotongan yaitu pemotongan daun asli (D1) dilakukan pada saat umur tanaman 1 bulan setelah penyapihan, sedangkan pemotongan daun semu (D2) dilakukan setelah 1,5 bulan setelah penyapihan. Perbedaan waktu tersebut mempengaruhi kondisi tanaman Mangium yaitu semakin keras batang utama maka semakin lama tanaman tersebut
38
membentuk tunas baru hal tersebut dikarenakan sifat juvenil tanaman semakin berkurang. Perbedaan kecepatan tumbuh ini dipengaruhi oleh jaringan meristem yang ada dalam tanaman Mangium. Gardner et al. (1991), mengatakan bahwa pertumbuhan lateral akan muncul apabila meristem apikal sudah membelah sampai pertumbuhan normal. Disamping itu juga, pertumbuhan pucuk tanaman yang dipengaruhi oleh hormon auksin akan terus berkembang hingga pertumbuhan normal.
4.2.3
Tinggi Tunas Pertama (TT 1) dan Tinggi Tunas Kedua (TT 2) Pengamatan tinggi tunas dilakukan dengan mengukur jarak terpendek dari
batang bawah (tunas ketiak) ke pucuk tanaman (Gambar 7). Tinggi merupakan salah satu indikator yang diukur untuk mengetahui suatu keberhasilan pertumbuhan tanaman. Dari hasil yang diperoleh (Tabel 1), didapatkan bahwa waktu pemotongan yang mempengaruhi tinggi tunas. Sama halnya dengan jumlah tunas dan kecepatan tumbuh, waktu pemotongan yang lebih baik dari pemotongan Daun Asli (D1).
Gambar 7 Pengukuran tinggi. a. pada perlakuan daun asli (D1), b. perlakuan daun semu (D2). Berdasarkan hasli pengamatan dari pemotongan daun asli diperoleh bahwa tunas pertama lebih tinggi dari tunas kedua (Gambar 4 dan Gambar 5). Rata-rata tinggi tunas pertama dari perlakuan pemotongan daun asli adalah 3,02 cm
39
sedangkan rata-rata tinggi tunas kedua adalah 0,57 cm. Perbedaan tinggi tunas pertama dan kedua diduga karena kecepatan tumbuh yang berbeda yaitu tunas yang pertama lebih cepat tumbuh dibanding tumbuh tunas kedua. Disamping itu, perbedaan tinggi tunas tersebut dapat dipengaruhi oleh cahaya. Pada saat pemotongan daun asli, letak tunas pertama diatas (pada ketiak paling atas) dan tunas kedua dibawah tunas pertama. Perbedaan tersebut mengakibatkan adanya respon cahaya yang berbeda dari tiap tunas dan akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi. Perlakuan pemotongan daun semu berbeda dengan pemotongan daun asli. Jumlah tunas ketiak yang ditinggalkan hanya satu buah namun, apabila dilihat dari tinggi maka terdapat perbedaan tinggi antara tunas pertama dengan tunas kedua. Rata-rata tinggi tunas pertama dari perlakuan pemotongan daun semu adalah 0,69 cm sedangkan rata-rata tinggi tunas kedua adalah 0,18 cm (Gambar 4 dan Gambar 5). Tinggi tunas yang dihasilkan berbeda dengan literatur – literatur yang ada. Pertumbuhan tinggi Mangium masih dapat dikatakan kurang memberikan hasil yang baik. Hal ini dikarenakan pada saat pengamatan selama bulan Januari – Maret kondisi cuaca yang tidak stabil dan membuat cahaya matahari yang masuk ke tanaman sangat kurang sehingga pertumbuhan terhambat. Dari keselurhan hasil penelitian, didapatkan bahwa faktor provenan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter yang diamati (jumlah tunas, kecepatan tumbuh tunas, dan tinggi tunas). Hal ini diduga karena dalam kondisi bibit pertumbuhan tanaman hanya dipengaruhi oleh bahan organic dan hormone dalam tanaman tersebut. Huriati (2001), menambahkan dalam penelitiannya didapatkan bahwa provenan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter, pertambahan berat kering, nisbah pucuk akar dan kekokohan semai.
40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu: 1.
Perlakuan waktu pemotongan merupakan perlakuan yang berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tunas, kecepatan tumbuh tunas, dan tinggi tunas. Waktu pemotongan yang lebih baik ditunjukkan oleh pemotongan Daun Asli.
2.
Interaksi antara waktu pemotongan, dan provenan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah tunas, kecepatan tumbuh tunas dan tinggi tunas.
5.2 Saran 1.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan atau memodifikasi waktu pemotongan untuk pertumbuhan tunas.
2.
Perlu dilakukan penelitian dengan menambahkan lamanya pengamatan tanaman setelah pemotongan pucuk.
3.
Perlu diperhatikan jenis wadah (polibag) dalam pembibitan sehingga kebutuhan cahaya untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dapat terpenuhi.
4.
Dalam pembibitan Akasia mangium, perlu pemeliharaan yang baik khususnya pencegahan hama dan penyakit untuk menghasilkan kualitas bibit yang lebih baik.
41
BAB VI DAFTAR PUSTAKA Adisubroto S dan S Priasukmana. 1985. Teknik Pembangunan Persemaian Acacia mangium Willd.. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Vol 1 No.2 Ansori S. 2007. Silvikultur Intensif Acacia mangium Untuk Memasok Bahan Baku Pulp dan Kayu Pertukangan Jangka Panjang. Departemen Kehutanan. 2004. Bahan baku industri pulp sebagian besar dari hutan alam. Tempo. [terhubung berkala]. http ://- m.infoanda. com/ read newsent.php [18 Mei 2009] Ditjen Bina Produksi Kehutanan. 2005. Startegi pengembangan hutan tanaman. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Dwijoseputro D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Herawati Susilo, Subiyanto, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plant. [IFSD] Indonesia Forest Seed Project. 2001. Acacia mangium Willd.. Jurnal. Informasi Singkat Benih. Direktorat Perbenihan Tanaman Kehutanan. Bandung. [terhubung berkala]. http://www.pustaka-deptan.go.id/publika si/wr254033.pdf [11 Desember 2008] Joker D. 2000. Acacia mangium Willd. Seed Leaflet. Danida Forest Seed Centre. Denmark. [terhubung berkala] www.dfsc.dk [30 Oktober 2008] Khasbiyanto. 2008. Studi pertumbuhan tunas bibit stek pangkas dan kemampuan berakar stek Balangeran (Shorea balangeran Burck.) dalam system pemangkasan bergulir [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Mattjik AA dan IM. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Jilid 1. Bogor : IPB Press Mandang IY dan IKN. Pandit. 2002. Pedoman Identifikasi Kayu di Lapangan. Bogor: Yayasan Prosea Bogor dan Pusat Diklat Pegawai dan Sumberdaya Manusia Kehutanan Murbandono. 2001. Teknik Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya
42
Nuraini M. 2008. Pengaruh Pemangkasan terhadap Pertumbuhan tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Palongkas E. 1996. Acacia mangium in pulp and paper production. Reforestation meeting the future industrial wood demand. Proceeding of a workshop held in Jakarta, 30 April – 1 May 1996. Jakarta: Enso Forest Development Retnowati E. 1988. Beberapa Catatan Tentang Acacia mangium Wildd. Jenis Potensial Untuk Hutan Industri. Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Vol 4 No. 1 Salisbury BF dan Ross WC. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Diah RL, Sumaryono, penerjemah; Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant physiology, 4th edition. Sindusuwarno DR dan ID. Utomo. 1981. Introduction of Acacia mangium. Majalah Kehutanan Duta Rimba 48/VII/1981. Hlm: 29-30 Sofian K, Nawawi SD, Priadi T. 1993. Sifat-Sifat Pulp Jenis Kayu Cepat Tumbuh. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Sutisna M dan Fatawi. 1993. Silvicultural aspect of plantation forestry in East Kalimantan. Proceeding Inter. Workshops BIO-REFOR, Yogyakarta. hlm60-63 Sutarto. 2006. Tidak ada industri baru di pulp dan kertas. Tempo Interaktif. [terhubung berkala]. http :// www .tempointeraktif.com/hg/ekbis /2006 /01 /19/brk,20060119-72606 ,id.ht- Gardner P.F, et al. (1991)ml [ 20 april 2009]. Wasis. 2006. Perbandingan kualitas tempat tumbuh antara daur pertama dengan daur kedua pada hutan tanaman Acacia mangium Willd. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
28
Lampiran 1. Hasil sidik ragam jumlah tunas (JT) Source df ------------------------- -------Main Effects Jenis Pemotongan 2 Provenan 3 Interaction Jenis Pemotongan * Proven 6 Error 24 ------------------------- -------Total 35 Model
Type III SS MS ----------- --------6.166666667 3.0833333 4.76668e-33 1.589e-33
F P --------- ----55.5 .0000 *** 2.86e-32 1 ns
0.5 0.0833333 1.5 .2206 ns 1.333333333 0.0555556<----------- ----------------- ----8
11 6.666666667 0.6060606
10.909091 .0000 ***
R^2 = SSmodel/SStotal = 0.83333333333 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 0.2357022604 Mean Y = 1.33333333333 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 17.67767% Compare Means Factor: 3) Jenis Pemotongan Test: Student-Newman-Keuls Significance Level: 0.05 Variance: 0.05555555556 Degrees of Freedom: 24 Keep If: n Means = 3 LSD 0.05 = 0.19859873169 Rank ----1 2 3
Mean Name Mean n Non-significant ranges ---------------- ------------- ------- -----------------------------(D1)Daun Asli 1.91666666667 12 a (D2)Daun Semu 1.08333333333 12 b kontrol 1 12 b
Compare Means Factor: 2) Provenan Test: Student-Newman-Keuls Significance Level: 0.05 Variance: 0.05555555556 Degrees of Freedom: 24 Keep If: n Means = 4 LSD 0.05 = 0.2293220624 Rank Mean Name ----- -------------------------------1 (P1)Grup A asal PNG 2 (P2)Grup B asal PNG 3 (P3)Grup D asal QLD 4 (P4)Asal Parung
Mean n Non-significant ranges ------------- ------- --------------------------1.33333333333 1.33333333333 1.33333333333 1.33333333333
9 9 9 9
a a a a
29
Lampiran 2 Hasil sidik ragam kecepatan tumbuh tunas pertama (KTT 1) Source df Type III SS MS F P ------------------------- -------- ----------- ----------------- ----- Main Effects Jenis Pemotongan 1 61.95306667 61.953067 22.86323 .0002 *** Provenan 3 10.91788333 3.6392944 1.3430494 .2956 ns Interaction Jenis Pemotongan * Proven 3 1.452233333 0.4840778 0.1786446 .9093 ns Error 16 43.3556 2.709725<------------------------- -------- ----------- ----------------- ----- Total 23 117.6787833 Model
7 74.32318333 10.617598
3.9183303 .0112 *
R^2 = SSmodel/SStotal = 0.6315767484 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 1.64612423589 Mean Y = 7.19416666667 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 22.881375% Compare Means Factor: 3) Jenis Pemotongan Test: Student-Newman-Keuls Significance Level: 0.05 Variance: 2.709725 Degrees of Freedom: 16 Keep If: n Means = 2 LSD 0.05 = 1.4246344575 Rank ----1 2
Mean Name Mean n Non-significant ranges ---------------- ------------- ------- ------------------------------(D2)Daun Semu 8.80083333333 12 a (D1)Daun Asli 5.5875 12 b
Compare Means Factor: 2) Provenan Test: Student-Newman-Keuls Significance Level: 0.05 Variance: 2.709725 Degrees of Freedom: 16 Keep If: n Means = 4 LSD 0.05 = 2.01473737121 Rank -----1 2 3 4
Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- -------------------------------------(P4)Asal (P2)Grup (P1)Grup (P3)Grup
7.91833333333 7.81166666667 6.60666666667 6.44
6 6 6 6
a a a a
30
Lampiran 3 Hasil sidik ragam kecepatan tumbuh tunas kedua (KTT 2) Source df Type III SS MS F P ------------------------- -------- ----------- ----------------- ----Main Effects Jenis Pemotongan 1 181.5 181.5 10.106729 .0058 ** Provenan 3 75.16666667 25.055556 1.3952049 .2805 ns Interaction Jenis Pemotongan * Proven 3 13.83333333 4.6111111 0.2567672 .8554 ns Error 16 287.3333333 17.958333<------------------------- -------- ----------- ----------------- ----Total 23 557.8333333 Model ns
7
270.5 38.642857
2.1518064 .0969
R^2 = SSmodel/SStotal = 0.48491186137 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 4.23772737836 Mean Y = 12.0833333333 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 35.070847% Compare Means Factor: 3) Jenis Pemotongan Test: Student-Newman-Keuls Significance Level: 0.05 Variance: 17.9583333333 Degrees of Freedom: 16 Keep If: n Means = 2 LSD 0.05 = 3.66753147365 Rank ----1 2
Mean Name Mean n Non-significant ranges ---------------- ------------- ------- -----------------------------(D2)Daun Semu 14.8333333333 12 a (D1)Daun Asli 9.33333333333 12 b
Compare Means Factor: 2) Provenan Test: Student-Newman-Keuls Significance Level: 0.05 Variance: 17.9583333333 Degrees of Freedom: 16 Keep If: n Means = 4 LSD 0.05 = 5.18667275047 Rank -----1 2 3 4
Mean Name Mean n Non-significant ranges --------- ------------- ------- -------------------------------------(P2)Grup (P4)Asal (P1)Grup (P3)Grup
14 13.6666666667 10.6666666667 10
6 6 6 6
a a a a
31
Lampiran 4 Hasil sidik ragam tinggi tunas pertama (TT 1) Source df Type III SS MS F P ------------------------- -------- ----------- ----------------- ----Main Effects Jenis Pemotongan 1 32.55010417 32.550104 169.45089 .0000 *** Provenan 3 0.652779167 0.2175931 1.1327564 .3656 ns Interaction Jenis Pemotongan * Proven 3 0.4999125 0.1666375 0.8674895 .4782 ns Error 16 3.073466667 0.1920917<------------------------- -------- ----------- ----------------- ----- Total 23 36.7762625 Model
7 33.70279583 4.8146851
25.064518 .0000 ***
R^2 = SSmodel/SStotal = 0.9164279767 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 0.43828263332 Mean Y = 1.85875 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 23.579429% Compare Means Factor: 3) Jenis Pemotongan Test: Student-Newman-Keuls Significance Level: 0.05 Variance: 0.19209166667 Degrees of Freedom: 16 Keep If: n Means = 2 LSD 0.05 = 0.37931070324 Rank ----1 2
Mean Name Mean n Non-significant ranges ---------------- ------------- ------- ---------------------------(D1)Daun Asli 3.02333333333 12 a (D2)Daun Semu 0.69416666667 12 b
Compare Means Factor: 2) Provenan Test: Student-Newman-Keuls Significance Level: 0.05 Variance: 0.19209166667 Degrees of Freedom: 16 Keep If: n Means = 4 LSD 0.05 = 0.53642634088 Rank ----1 2 3 4
Mean Name -------------------(P3)Grup D asal QLD (P1)Grup A asal PNG (P2)Grup B asal PNG (P4)Asal Parung
Mean n Non-significant ranges ------------- ------- -------------------------2.10666666667 6 a 1.90333333333 6 a 1.74833333333 6 a 1.67666666667 6 a
32
Lampiran 5 Hasil sidik ragam tinggi tunas kedua (TT 2) Source df Type III SS MS F P ------------------------- -------- ----------- ----------------- ----Main Effects Jenis Pemotongan 1 0.956004167 0.9560042 15.300147 .0012 ** Provenan 3 0.1067125 0.0355708 0.5692851 .6432 ns Interaction Jenis Pemotongan * Proven 3 0.039545833 0.0131819 0.2109674 .8873 ns Error 16 0.999733333 0.0624833<------------------------- -------- ----------- ----------------- ----- Total 23 2.101995833 Model
7
1.1022625 0.1574661
2.5201292 .0596 ns
R^2 = SSmodel/SStotal = 0.52438852757 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 0.24996666444 Mean Y = 0.37458333333 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 66.731924% Compare Means Factor: 3) Jenis Pemotongan Test: Student-Newman-Keuls Significance Level: 0.05 Variance: 0.06248333333 Degrees of Freedom: 16 Keep If: n Means = 2 LSD 0.05 = 0.21633307841 Rank ----1 2
Mean Name Mean n Non-significant ranges ---------------- ------------- ------- ------------------------------(D1)Daun Asli 0.57416666667 12 a (D2)Daun Semu 0.175 12 b
Compare Means Factor: 2) Provenan Test: Student-Newman-Keuls Significance Level: 0.05 Variance: 0.06248333333 Degrees of Freedom: 16 Keep If: n Means = 4 LSD 0.05 = 0.30594117347 Rank ----1 2 3 4
Mean Name -------------------(P3)Grup D asal QLD (P1)Grup A asal PNG (P2)Grup B asal PNG (P4)Asal Parung
Mean n Non-significant ranges ------------- ------- --------------------------0.46833333333 6 a 0.39666666667 6 a 0.34666666667 6 a 0.28666666667 6 a
33
Lampiran 6 Pengamatan jumlah tunas selama 5 minggu setelah penyapihan Provenan Jenis Pemotongan Jumlah Batang (P1)Grup A asal PNG kontrol 1 (P1)Grup A asal PNG kontrol 1 (P1)Grup A asal PNG kontrol 1 (P1)Grup A asal PNG (D1)Daun Asli 2 (P1)Grup A asal PNG (D1)Daun Asli 2 (P1)Grup A asal PNG (D1)Daun Asli 2 (P1)Grup A asal PNG (D2)Daun Semu 1 (P1)Grup A asal PNG (D2)Daun Semu 1 (P1)Grup A asal PNG (D2)Daun Semu 1 (P2)Grup B asal PNG kontrol 1 (P2)Grup B asal PNG kontrol 1 (P2)Grup B asal PNG kontrol 1 (P2)Grup B asal PNG (D1)Daun Asli 2 (P2)Grup B asal PNG (D1)Daun Asli 1 (P2)Grup B asal PNG (D1)Daun Asli 2 (P2)Grup B asal PNG (D2)Daun Semu 1 (P2)Grup B asal PNG (D2)Daun Semu 1 (P2)Grup B asal PNG (D2)Daun Semu 2 (P3)Grup D asal QLD kontrol 1 (P3)Grup D asal QLD kontrol 1 (P3)Grup D asal QLD kontrol 1 (P3)Grup D asal QLD (D1)Daun Asli 2 (P3)Grup D asal QLD (D1)Daun Asli 2 (P3)Grup D asal QLD (D1)Daun Asli 2 (P3)Grup D asal QLD (D2)Daun Semu 1 (P3)Grup D asal QLD (D2)Daun Semu 1 (P3)Grup D asal QLD (D2)Daun Semu 1 (P4)Asal Parung kontrol 1 (P4)Asal Parung kontrol 1 (P4)Asal Parung kontrol 1 (P4)Asal Parung (D1)Daun Asli 2 (P4)Asal Parung (D1)Daun Asli 2 (P4)Asal Parung (D1)Daun Asli 2 (P4)Asal Parung (D2)Daun Semu 1 (P4)Asal Parung (D2)Daun Semu 1 (P4)Asal Parung (D2)Daun Semu 1
34
Lampiran 7 Pengamatan tinggi tunas pertama dan kedua setelah 5 minggu pengamatan Provenan Jenis Pemotongan Tinggi Tunas 1 Tinggi Tunas 2 (P1)Grup A asal PNG (D1)Daun Asli 2,58 1,26 (P1)Grup A asal PNG (D1)Daun Asli 3,00 0,32 (P1)Grup A asal PNG (D1)Daun Asli 3,59 0,40 (P1)Grup A asal PNG (D2)Daun Semu 0,95 0,10 (P1)Grup A asal PNG (D2)Daun Semu 0,68 0,10 (P1)Grup A asal PNG (D2)Daun Semu 0,62 0,20 (P2)Grup B asal PNG (D1)Daun Asli 3,50 0,40 (P2)Grup B asal PNG (D1)Daun Asli 2,58 0,40 (P2)Grup B asal PNG (D1)Daun Asli 3,06 0,78 (P2)Grup B asal PNG (D2)Daun Semu 0,20 0,20 (P2)Grup B asal PNG (D2)Daun Semu 0,17 0,10 (P2)Grup B asal PNG (D2)Daun Semu 0,98 0,20 (P3)Grup D asal QLD (D1)Daun Asli 3,60 0,49 (P3)Grup D asal QLD (D1)Daun Asli 3,73 1,09 (P3)Grup D asal QLD (D1)Daun Asli 2,81 0,43 (P3)Grup D asal QLD (D2)Daun Semu 0,80 0,20 (P3)Grup D asal QLD (D2)Daun Semu 1,10 0,30 (P3)Grup D asal QLD (D2)Daun Semu 0,60 0,30 (P4)Asal Parung (D1)Daun Asli 3,13 0,48 (P4)Asal Parung (D1)Daun Asli 2,76 0,60 (P4)Asal Parung (D1)Daun Asli 1,94 0,24 (P4)Asal Parung (D2)Daun Semu 1,18 0,10 (P4)Asal Parung (D2)Daun Semu 0,50 0,10 (P4)Asal Parung (D2)Daun Semu 0,55 0,20
35
Lampiran 2 Hasil Pengamatan kecepatan tumbuh tunas pertama dan kedua setelah 5 minggu pengamatan Provenan Jenis Pemotongan Kec Tunas 1 Kec Tunas 2 (P1)Grup A asal PNG (D1)Daun Asli 6 6 (P1)Grup A asal PNG (D1)Daun Asli 9 5 (P1)Grup A asal PNG (D1)Daun Asli 11 4 (P1)Grup A asal PNG (D2)Daun Semu 12 7 (P1)Grup A asal PNG (D2)Daun Semu 14 8 (P1)Grup A asal PNG (D2)Daun Semu 12 10 (P2)Grup B asal PNG (D1)Daun Asli 10 6 (P2)Grup B asal PNG (D1)Daun Asli 11 6 (P2)Grup B asal PNG (D1)Daun Asli 10 6 (P2)Grup B asal PNG (D2)Daun Semu 12 9 (P2)Grup B asal PNG (D2)Daun Semu 26 13 (P2)Grup B asal PNG (D2)Daun Semu 15 7 (P3)Grup D asal QLD (D1)Daun Asli 10 5 (P3)Grup D asal QLD (D1)Daun Asli 6 5 (P3)Grup D asal QLD (D1)Daun Asli 8 6 (P3)Grup D asal QLD (D2)Daun Semu 12 10 (P3)Grup D asal QLD (D2)Daun Semu 12 7 (P3)Grup D asal QLD (D2)Daun Semu 12 6 (P4)Asal Parung 12 (D1)Daun Asli 5 (P4)Asal Parung 10 (D1)Daun Asli 7 (P4)Asal Parung 9 (D1)Daun Asli 6 (P4)Asal Parung 27 (D2)Daun Semu 9 (P4)Asal Parung 12 (D2)Daun Semu 9 (P4)Asal Parung 12 (D2)Daun Semu 12