PENGARUH pH LARUTAN PENYEDUH DAN LAMA PENYEDUHAN TERHADAP KAPASITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn)
NANA SUTISNA
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh pH larutan penyeduh dan lama penyeduhan terhadap kapasitas antioksidan ekstrak teh daun sirsak (Annona muricata Linn) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2016 Nana Sutisna NIM F24110071
ABSTRAK NANA SUTISNA. Pengaruh pH Larutan Penyeduh dan Lama Penyeduhan terhadap Kapasitas Antioksidan Ekstrak Teh Daun Sirsak (Annona muricata Linn). Dibimbing oleh ENDANG PRANGDIMURTI. Daun sirsak memiliki kandungan fitokimia antioksidan yang tinggi. Di Indonesia air rebusan daun sirsak telah digunakan sebagai obat tradisional. Pada penelitian ini, daun sirsak diolah menjadi bentuk teh untuk meningkatkan kestabilannya selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan unuk mengkaji pengaruh pH larutan penyeduh (6, 4 dan 3) dan lama penyeduhan (5, 7.5, 10 dan 12.5 menit) terhadap kapasitas antioksidan, total fenolik dan total flavonoid dari ekstrak teh daun sirsak. Hasilnya menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan dan total flavonoid pada larutan peyeduh pH 6 lebih besar daripada pH 3 dan 4 (p<0.05), sedangkan total fenolik tidak dipengaruhi pH larutan penyeduh (p>0.05). Lama penyeduhan (5, 7.5, 10 dan 12.5 menit) tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kapasitas antioksidan, total fenolik dan total flavonoid yang diduga karena penurunan suhu selama penyeduhan mengakibatkan proses ekstraksi kurang efektif. Kata kunci: antioksidan , lama penyeduhan, pH ekstraksi, teh daun sirsak
ABSTRACT NANA SUTISNA. Effects of pH Solution and Steeping Time on Antioxidant Capacity of Soursop Leaves Tea’s Extract (Annona muricata Linn). Supervised by ENDANG PRANGDIMURTI Soursop leaves contain high in antioxidant phytochemicals. In Indonesia, boiled water extract of soursop leaves has been already used as traditional medicine. In this study soursop leaves were processed into tea to increase its stability during storage. This study was aimed to determine the effect of pH solution (6, 4 and 3) and steeping time (5, 7.5, 10 and 12.5 minutes) on antioxidant capacity, total phenolic, and total flavonoid of soursop leaves tea extract. The result showed that antioxidant capacity and total flavonoid at pH 6 were higher than pH 3 and 4 solution (p<0.05), nevertheless total phenolic content was not significantly influenced by pH of steeping solution (p>0.05). Steeping time (5, 7.5, 10 and 12.5 minutes) did not significantly influence (p>0.05) the antioxidant capacity, total phenolic and total flavonoid. The not significant effect of steeping time was estimated due to the decreasing of steeping temperature that made the extraction less effective. Keywords: antioxidant, pH extraction, soursop leaves tea, steeping time
PENGARUH pH LARUTAN PENYEDUH DAN LAMA PENYEDUHAN TERHADAP KAPASITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK TEH DAUN SIRSAK (Anonna muricata Linn)
NANA SUTISNA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi : Pengaruh pH Larutan Penyeduh dan Lama Penyeduhan terhadap Kapasitas
Antioksidan
Ekstrak
Teh
Daun
muricataa Linn)
Nama
: Nana Sutisna
NIM
: F24110071
Disetujui oleh
---
g Prangdimurti, MSi Pembimbing
Tanggal Lulus:
[2, 3 MAR 2016
Sirsak
(Annona
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul “Pengaruh pH Larutan Penyeduh dan Lama Penyeduhan terhadap Kapasitas Antioksidan Ekstrak Teh Daun Sirsak (Annona muricata Linn)” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan PAU SEAFAST IPB. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 sampai September 2015. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Endang Prangdimurti, MSi selaku pembimbing akademis yang selalu memberikan saran, arahan dan bimbingan selama kuliah dan penelitian hingga tersusunnya skripsi ini. Terima kasih dan penghargaan kepada Departemen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Republik Indonesia atas beasiswa BIDIKMISI yang diterima penulis selama menempuh pendidikan sarjana. Terima kasih kepada Dr. Didah Nur Faridah, STP., MSi dan Dr. Puspo Edi Giriwono, STP., M.Agr selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang membangun. Ucapan terima kasih kepada Bapak Nana selaku penanggung jawab Kebun Percobaan Leuwikopo IPB yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mendapatkan bahan baku daun sirsak segar. Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Ibu serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada Irene Mei Wulan selaku rekan penelitian yang selalu memberi saran dan bantuan. Terima kasih kepada Ayenda, Ulfah, Bili, Udin, Rifa, Salman dan Irwan yang selalu memberi dukungan dan semua teman ITP 48 yang saya sayangi dan banggakan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2016 Nana Sutisna
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE Bahan dan Alat Waktu dan Tempat penelitian Prosedur Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Teh Daun Sirsak Ekstraksi teh daun sirsak Analisis Total Fenolik Analisis Total Flavonoid Analisis Kapasitas Antioksidan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x x x 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 7 7 8 9 11 14 19 19 19 20 24 35
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Rangkuman uji kualitatif senyawa fitokimia daun sirsak Niai total fenolik (mg GAE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh Nilai total flavonoid (mg QE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh Kapasitas antioksidan (%) metode DPPH ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh Nilai kapasitas antioksidan (mg AEAC/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh
10 10 12 15 15
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Diagram alir pembuatan teh daun sirsak Diagram alir pembuatan ekstrak teh daun sirsak dan analisis kimia Daun sirsak segar yang digunakan (a) dan teh daun sirsak (b) Nilai rata-rata total fenolik (mg GAE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dari 4 taraf lama penyeduhan (a) dan dari 3 taraf pH larutan penyeduh Nilai rata-rata total flavonoid (mg QE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dari 4 taraf lama penyeduhan (a) dan dari 3 taraf pH larutan penyeduh Konversi radikal bebas DPPH• menjadi DPPH oleh senyawa antioksidan Nilai rata-rata kapasitas antioksidan (mg AEAC/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dari 4 taraf lama penyeduhan (a) dan dari 3 taraf pH larutan penyeduh (b) Reaksi polimerisasi oksidatif senyawa polifenol Reaksi polimerisasi oksidatif senyawa polifenol
4 5 8 11 13 15 16 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Kadar air daun sirsak segar Kadar air teh daun sirsak Kurva standar asam galat pengukuran total fenolik ulangan 1 dan 2 Nilai total fenolik (mg GAE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh 5 Hasil uji statistik RAF dua faktor pengujian terhadap total fenolik (mg GAE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dengan IBM Statistics SPSS 22 5a Hasil uji lanjut Duncan RAF dua faktor pengujian terhadap total fenolik (mg GAE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak 6 Kurva standar kuersetin pengukuran total flavonoid ulangan 1 dan 2
24 24 24 25 26 27 27
7
Nilai total flavonoid (mg QE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh 8 Hasil uji statistik RAF dua faktor pengujian terhadap total flavonoid (mg QE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dengan IBM Statistics SPSS 22 8a Hasil uji lanjut Duncan RAF dua faktor pengujian terhadap total flavonoid (mg QE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak 9 Kapasitas antioksidan (%) metode DPPH ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh 10 Kurva standar asam askorbat kapasitas antioksidan metode DPPH 11 Nilai kapasitas antioksidan (mg AEAC/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh 12 Hasil uji statistik RAF dua faktor pengujian terhadap kapasitas antioksidan (mg AEAC/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dengan IBM statistics SPSS 22 12a Hasil uji lanjut Duncan RAF dua faktor pengujian terhadap kapasitas antioksidan (mg AEAC/g (bk)) teh daun sirsak 13 Data ekstraksi teh daun sirsak
28 29 29 30 31 32 33 33 34
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Indonesia telah mengenal penggunaan daun sirsak (Annona muricata Linn) sebagai tanaman herbal. Pengetahuan tentang tanaman herbal diperoleh dari pengalaman empiris atau secara turun temurun (Rahayoe et al. 2008). Berbagai kajian ilmiah telah meneliti kandungan daun sirsak. Analisis fitokimia menunjukkan ekstrak daun sirsak mengandung alkaloid, flavonoid, terpenoid, kumarin, lakton, antrakuinon, tanin, kardiak glikosida, fenol, fitosterol, dan saponin (Gajalakshmi et al. 2012 ; Gavamukulya et al. 2014). Senyawasenyawa fitokimia tersebut dapat ditemukan baik pada ekstraksi etanol maupun air. Senyawa melimpah lainnya yang paling banyak diuji yaitu annonaceous acitogenin. Diantara melimpahnya komponen bioaktif diatas senyawa fenolik, tanin, alkaloid, dan flavonoid merupakan senyawa terpenting (Gajalakshmi et al. 2012). Kandungan fitokimia ekstrak daun sirsak bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Konsumsi ekstrak cair daun sirsak sebanyak 100 mg/kg dapat menurunkan glukosa darah, meningkatkan serum insulin, menurunkan kerusakan sel β, menurunkan diabetes pada tikus (Adewole dan Martins 2006), meningkatkan antioksidan endogen dan menurunkan peroksidasi lemak (Adewole dan Ojewole 2009). Selain itu antioksidan pada daun sirsak dapat menurunkan asam urat pada tikus (Artini et al. 2012), toksik secara in vitro pada sel kanker tanpa membahayakan sel normal (Hamizah et al. 2012) dan memiliki potensi sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti-alergi, antibakteri, antivirus, dan antikanker (Gavamukulya et al. 2014). Penelitian ini difokuskan pada salah satu potensi daun sirsak yaitu sebagai antioksidan. Saat ini di Indonesia, khasiat dan cara pengolahan daun sirsak sebagai obat herbal telah banyak diterbitkan dalam berbagai publikasi seperti buku (Zuhud 2011a,2011b ; Mardiana dan Ratnasari 2011) dan situs-situs internet yang masih perlu diselidiki kebenarannya. Sebagian besar teknologi pengolahan yang diterapkan masih sederhana yaitu dengan perebusan daun sirsak segar. Pengolahan daun sirsak menjadi teh dapat menjadi alternatif bagi masyarakat. Walaupun saat ini teh daun sirsak sudah mulai dikembangkan, namun kajian ilmiah mengenai pengolahan teh daun sirsak masih sangat terbatas (Andri dan Hersoelistyorini 2013). Pengolahan menjadi bentuk teh dapat mendorong pemanfaatan daun sirsak sekaligus meningkatkan nilai tambah. Bentuk teh memiliki kelebihan dibandingkan bentuk segarnya. Daun yang diolah menjadi teh akan memiliki masa simpan yang lebih lama. Selain itu kandungan antioksidan akan lebih stabil hal ini dibuktikan dalam publikasi Naithani et al. (2005) yang menunjukkan bahwa teh herbal India masih memiliki kapasitas antioksidan setelah disimpan 5 bulan. Namun perlu diperhatikan bahwa jumlah senyawa bioaktif yang terekstrak pada teh dipengaruhi oleh kondisi selama persiapan seperti suhu, pH, lama penyeduhan (Zimmermann dan Gleichenhagen 2011 ; Yang et al. 2007), suhu dan lama pengeringan daun teh (Andri dan Hersoelistyorini 2013), perebusan (Labbe et al. 2006), jenis teh (Yang et al. 2007) dan bahan tambahan pangan seperti asam
2
(Wang et al. 2003). Jumlah senyawa bioaktif yang terekstrak tersebut menentukan seberapa besar manfaat dari teh daun sirsak yang bisa dirasakan oleh penggunanya. Oleh karena itu diperlukan kajian ilmiah untuk membahas faktorfaktor di atas. Faktor yang menjadi perhatian dalam penelitian ini yaitu pH larutan penyeduh dan lama penyeduhan. Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada pihak-pihak yang ingin mengetahui pengaruh pH larutan penyeduh dan lama penyeduhan terhadap kapasitas antioksidan teh daun sirsak dan sekaligus mendorong pemanfaatan teh daun sirsak ke arah yang lebih baik. Perumusan Masalah Sebagian besar teknologi yang diterapkan oleh masyarakat Indonesia dalam pemanfaatan senyawa bioaktif daun sirsak masih sederhana yaitu dengan perebusan. Daun sirsak dapat diolah menjadi teh. Walaupun teh daun sirsak sudah mulai dikembangkan namun kajian ilmiah mengenai teh daun sirsak masih sangat terbatas. Disisi lain banyak faktor yang mempengaruhi jumlah senyawa bioaktif yang terambil selama proses ekstraksi. Untuk memaksimalkan pengambilan senyawa bioaktif pada teh daun sirsak diperlukan kajian tentang faktor-faktor tersebut. Pada penelitian ini faktor yang dipilih yaitu pH larutan penyeduh dan lama penyeduhan dengan respon yang diukur meliputi kapasitas antioksidan, total fenolik dan total flavonoid. Pengaruh pH ekstraksi difokuskan pada pH asam karena sebagian besar produk minuman memiliki kisaran pada pH asam. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pH larutan penyeduh (6, 4 dan 3) dan lama penyeduhan (5, 7.5, 10, dan 12.5 menit) terhadap kapasitas antioksidan, total fenolik, dan total flavonoid ekstrak teh daun sirsak. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kapasitas antioksidan teh daun sirsak akibat pengaruh pH larutan penyeduh dan lama penyeduhan sehingga mampu mendorong pemanfaatan teh daun sirsak dan memberi informasi kepada masyarakat tentang cara ekstraksi yang baik untuk memaksimalkan komponen bioaktif terekstrak dari teh daun sirsak. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu teh daun sirsak, lama penyeduhan pada beberapa pH asam dan kaitannya terhadap kapasitas antioksidan, total fenolik dan total flavonoid.
3
METODE Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirsak segar yang diperoleh dari Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, HCl dan air minum dalam kemasan (AMDK). Bahan yang digunakan untuk analisis antioksidan antara lain serbuk DPPH (D9132-IG, Sigma Aldrich), etanol p.a (1.00983.2500, Merck), asam askorbat (1.00468.0100, Merck) dan akuades. Bahan yang digunakan untuk analisis total fenol antara lain Na2CO3 5 %, Folin Ciocalteau 50 % (1.09001.0500, Merck), etanol 95 %, asam galat (398225-100G, Sigma Aldrich) dan akuades. Bahan yang digunakan untuk analisis total flavonoid antara lain AlCl3 2 % (8.01081.1000, Merck), metanol p.a (1.06009.2500, Merck), kuersetin (Q495110G, Sigma Aldrich), dan akuades. Alat yang digunakan untuk pembuatan teh daun sirsak antara lain tray dryer box, loyang, termometer, waring blender, ayakan 30 mesh. Peralatan analisis yang digunakan antara lain Spektrofotometer UV-Vis (Thermo Scientific Genesys 20), mikrokuvet, mikropipet, pH meter, penyaring vakum, labu buchner, kertas saring, neraca analitik, oven, desikator, lemari pendingin, botol kaca gelap bertutup, plastik zip, alumunium foil, wadah bertutup dan peralatan gelas. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2015. Penelitian dilakukan di beberapa laboratorium antara lain Laboratorium Biokimia Pangan, Laboratorium Kimia Pangan, Laboratorium Analisis Pangan, Laboratorium Pengolahan Pangan dan L2 Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB serta Laboratorium Rekayasa PAU SEAFAST IPB. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap awal yang dilakukan adalah pembuatan teh daun sirsak menggunakan oven tray dryer box dengan suhu pengeringan 50 ˚C selama 210 menit. Tahap kedua yaitu ekstraksi teh daun sirsak dengan cara penyeduhan pada beberapa kondisi pH larutan penyeduh yang berbeda (6, 4, dan 3) pada suhu 90 ˚C selama 5, 7.5, 10, dan 12.5 menit. Tahap ketiga yaitu analisis ekstrak teh daun sirsak meliputi analisis kapasitas antioksidan, total fenolik dan total flavonoid. Pesiapan Bahan Baku Sampel daun sirsak segar (Annona muricata Linn) diperoleh dari kebun percobaan Leuwikopo, Bogor, Jawa Barat. Daun sirsak yang diambil adalah daun ke 3, 4, dan 5 dari ujung tangkai dan pengambilan dilakukan pagi hari pada pukul 06.00-07.00 WIB (Zuhud 2011a). Daun sirsak dikemas menggunakan plastik lalu disimpan dalam refrigerator (4 oC) selama ± 1 jam sebelum diproses menjadi teh.
4
Pembuatan Teh Daun Sirsak Daun sirsak segar dicuci menggunakan air mengalir untuk membersihkan dari senyawa pengotor lalu ditiriskan. Daun sirsak diblansir pada suhu 60 oC selama 3 menit dan dikeringkan dengan tisu dari sisa air blansir. Daun sirsak ditata pada loyang kemudian dikeringkan menggunakan oven tray dryer box pada kisaran suhu 50-55 oC (Adri dan Hersoelistyorini 2013) dengan lama pengeringan 210 menit. Selama proses pengeringan dilakukan rotasi loyang setiap 30 menit. Daun sirsak yang sudah kering dihilangkan tulang daunnya kemudian dihancurkan menggunakan waring blender. Serbuk teh daun sirsak diayak menggunakan ayakan 30 mesh dan dikemas dalam plastik yang ditutup alumunium foil. Serbuk teh daun sirsak yang sudah dikemas disimpan dalam wadah bertutup kemudian disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu ± 4 oC. Diagram alir proses pembuatan teh daun sirsak dapat dilihat pada Gambar 1.
Daun sirsak segar ke 3,4 dan 5 dari ujung tangkai
Penyimpanan refrigerator (4 ˚C ±1 jam)
Pencucian (air mengalir)
Penirisan
Analisis: Kadar air daun sirsak segar
Blansir suhu 60 ˚C, 3 menit
Pengeringan daun dari air blansir
Penataan pada loyang
Analisis : Kadar air teh daun sirsak
Pengovenan suhu 50-55 ˚C, 210 menit
Penyimpanan refrigerator ± 4 ˚C
Daun sirsak kering
Pengemasan
Penghilangan tulang daun
Teh daun sirsak
Penghancuran
Pengayakan 30 mesh
Gambar 1 Diagram alir pembuatan teh daun sirsak
5
Pembuatan Ekstrak Teh Daun Sirsak Teh daun sirsak ditimbang sebanyak 1 gram kemudian diseduh pada suhu 90 oC (Zimmermann dan Gleichenhagen 2011 ; Wicaksono dan Zubaidah 2015) dalam 250 mL air minum dalam kemasan (AMDK) selama 5, 7.5, 10, dan 12.5 menit pada 3 kondisi pH larutan penyeduh yang berbeda (6, 4 dan 3). Nilai pH 6, 4 dan 3 dibuat dengan cara menambahkan HCl 1 N ke dalam AMDK. Penyeduhan dilakukan dalam kondisi terbuka dan diaduk selama 2 menit pertama selanjutnya didiamkan. Diagram alir proses ekstraksi teh dapat dilihat pada Gambar 2. HCl 1 N
AMDK @1.2 L
Pengaturan pH 6, 4 dan 3
Teh daun sirsak
Persiapan larutan penyeduh @250 mL (gelas piala bertutup alufo)
Penimbangan teh 1 gram
Pemanasan 90 ˚C
Pencampuran Penyeduhan selama 5, 7.5, 10 dan 12.5 menit (kondisi terbuka) Pengadukkan 2 menit Penyaringan dengan penyaring vakum (2 kali) Penepatan volume sampai 250 mL
Analisis : Kapasitas antioksidan Total fenolik Total flavonoid
Ekstrak teh daun sirsak
Pengukuran pH
Pengemasan (botol gelap bertutup)
Penyimpanan refrigerator ± 4 ˚C
Gambar 2 Diagram alir pembuatan ekstrak teh daun sirsak dan analisis kimia
6
Analisis Kadar Air Metode Oven (SNI 01-2891-1992) Cawan kosong dikeringkan dalam oven yang bersuhu 105 ºC selama 15 menit kemudian didinginkan dalam desikator. Cawan diambil dengan menggunakan penjepit dan ditimbang. Sebanyak 1‒2 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 ºC selama tiga jam. Setelah selesai, sampel diambil dengan penjepit lalu didinginkan di dalam desikator dan ditimbang. Perhitungan kadar air menggunakan rumus berikut: Kadar air
g bahan basah
W
W
W
W
100
Keterangan: W = Berat contoh sebelum dikeringkan (g) W1 = Berat contoh + cawan kering kosong (g) W2 = Berat cawan kering kosong (g) Analisis pH (SNI 01-2891-1992) Pengukuran pH diawali dengan kalibrasi pH meter menggunakan buffer pH 7 dan pH 4. Sampel dimasukan ke dalam gelas piala. Elektroda pH meter dibilas menggunakan akuades dan dikeringkan. Selanjutnya elektroda pH meter dimasukan ke dalam gelas piala berisi sampel, ditunggu hingga display pH meter stabil menunjukkan suatu angka. Angka yang terbaca pada pH meter merupakan nilai pH sampel yang terukur. Elektroda dikeluarkan kemudian dibilas menggunakan akuades dan dikeringan kembali. Analisis Total Fenolik Metode Folin-Ciocalteau (Javanmardi et al. 2003) Sebanyak 0.5 mL sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 0.5 mL etanol 95 %, 2.5 mL akuades dan 2.5 mL FolinCiocalteau. Campuran didiamkan selama 5 menit dan ditambahkan 0.5 mL larutan Na2CO3 5 %. Larutan dihomogenisasi menggunakan vortex dan diinkubasi selama 60 menit. Pengukuran absorbansi larutan dilakukan pada panjang gelombang 725 nm menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Kontrol dibuat dengan cara mengganti larutan sampel dengan akuades sebanyak 0.5 mL. Pembuatan larutan standar asam galat dilakukan dengan cara melarutkan 5 mg asam galat dalam 50 mL labu ukur dan disimpan sebagai stok. Larutan stok diencerkan pada konsentrasi 0, 20, 40, 60, 80, dan 100 mg/L. Total fenolik dinyatakan dalam mg galic acid equivalent/g teh basis kering (mg GAE/g (bk)). Analisis Total Flavonoid Metode Alumunium Klorida (AlCl3) (Meda et al. 2004) Ekstrak teh daun sirsak sebanyak 5 mL dicampur dengan 5 mL AlCl3 2 % dalam pelarut metanol p.a. Campuran dihomogenisasi menggunakan vortex dan didiamkan selama 10 menit. Pengukuran absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 415 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Kontrol dibuat dengan mencampurkan 5 mL akuades dengan 5 mL AlCl3 2 %. Kandungan total flavonoid ditentukan menggunakan kurva standar kuersetin pada konsentrasi 0, 10, 20, 30, dan 40 mg/L. Nilai yang terbaca dinyatakan sebagai mg quersetin equivalents QE/g sampel teh daun sirsak basis kering (mg QE/g (bk)).
7
Analisis Kapasitas Antioksidan Metode DPPH (Shim dan Lim 2009) Sebanyak 0.1 mL larutan sampel teh daun sirsak dicampur dengan 2.9 mL senyawa radikal 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) 0.05 mM. Campuran kemudian dihomogenisasi menggunakan vortex. Setelah itu campuran disimpan selama 30 menit dalam ruang gelap. Pengukuran absorbansi campuran dilakukan pada panjang gelombang 517 nm menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Kontrol dibuat dengan cara mencampurkan 0.1 mL akuades dan 2.9 mL DPPH 0.05 mM. Pembuatan larutan standar dilakukan dengan menimbang 5 mg asam askorbat yang dilarutkan dalam akuades pada labu ukur 50 mL. Selanjutnya larutan standar diencerkan pada konsentrasi 0, 20, 40, 60, 80, dan 100 mg/L. Kapasitas antioksidan dinyatakan dalam persentase penghambatan radikal DPPH (%) dan mg AEAC (Ascorbic Acid Equivalent Capacity) per gram teh basis kering. Kapasitas antioksidan dalam bentuk presentase penghambatan terhadap radikal DPPH dapat dihitung menggunaka rumus berikut : Kapasitas antioksidan (%) =
A
A
A
100 %
Analisis Data Penelitian ini menggunakan rancangan acak faktorial (RAF) dengan 2 faktor dan 2 ulangan. Faktor yang pertama yaitu pH larutan penyeduh dengan 3 taraf (6, 4 dan 3). Faktor kedua yaitu lama penyeduhan dengan 4 taraf ( 5, 7.5, 10 dan 12.5 menit) sehingga diperoleh 12 sampel percobaan. Analisis data dilakukan menggunakan program IBM SPSS Statistics Version 22. Analisis Univariate digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor pH larutan penyeduh, lama penyeduhan dan kombinasi kedua faktor tersebut terhadap aktivitas antioksidan, total fenolik dan total flavonoid. Jika perlakuan memberikan pengaruh yang nyata (p˂0.05), maka pengujian dilanjutkan dengan analisis Duncan pada taraf 5 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Teh Daun Sirsak Daun sirsak (Annona muricata Linn) yang diproses menjadi teh adalah daun urutan ke 3, 4 dan 5 dari ujung tangkai (pucuk) dengan spesifikasi tidak terlalu muda. Pemilihan daun sirsak yang tidak terlalu muda pada penelitian ini berdasarkan pada kandungan senyawa antioksidan yang diduga cukup tinggi (Zuhud 2011a). Penelitian Supriyanto et al. 2014 menunjukkan bahwa umur daun dapat mempengaruhi kandungan senyawa fitokimia yang dimilikinya. Pemetikan daun sirsak dilakukan pada pukul 06.00 WIB, mengacu pada pemetikan daun teh (Camelia sinensis) (Kusuma 2008) dengan tujuan memperoleh daun yang masih segar. Daun sirsak segar dalam penelitian ini memiliki kadar air 71.35 ± 0.66 g/100 gram daun (bb). Daun sirsak yang dipanen dikemas ke dalam plastik dan disimpan dalam lemari pendingin bersuhu ± 4 ˚C selama sekitar 1 jam untuk mencegah kerusakan.
8
Pembuatan teh daun sirsak pada penelitian ini mengacu pada pembuatan teh hijau. Pembuatan teh diawali dengan pencucian menggunakan air mengalir untuk menghilangkan senyawa pengotor lalu ditiriskan. Pelayuan dilakukan dengan cara diblansir pada suhu 60 ˚C selama 3 menit. Tujuan dilakukannya pelayuan adalah inaktivasi enzim polifenol oksidase sehingga potensi kerusakan enzimatik senyawa antioksidan dapat dicegah (Towaha dan Balitri 2013). Pengovenan dilakukan menggunakan tray dryer box pada suhu 50 ˚C selama 210 menit dengan rotasi tray setiap 30 menit agar pengeringan dapat merata dan rendemen daun sirsak kering yang dihasilkan dapat meningkat. Pemilihan suhu pengeringan 50 ˚C didasarkan pada penelitian pembuatan teh daun sirsak oleh Andri dan Hersoelistyorini (2013). Komponen fenolik pada tanaman sangat rentan oleh beberapa faktor seperti kondisi asam dan suhu tinggi. Proses pengeringan yang terbaik ada pada kisaran suhu 50 ˚C karena memiliki rendemen fenolik yang tinggi. Pengeringan pada suhu ruang cenderung memicu kerusakan ezimatis senyawa fenolik sedangkan pengeringan di atas 60 ˚C mengakibatkan fenolik terdegradasi atau bereaksi dengan senyawa lain dalam tanaman (Miean dan Mohamed 2001). Daun sirsak kering selanjutnya dihancurkan dengan waring blender dan diayak menggunakan ayakan 30 mesh. Teh daun sirsak dikemas menggunakan plastik yang ditutup alumunium foil lalu dimasukkan dalam wadah bertutup dan disimpan pada suhu 4 ˚C. Teh daun sirsak yang dihasilkan memiliki kadar air 7.41 g/100 g teh (bb) dan telah memenuhi persyaratan SNI 01-44531998 dengan kadar air teh maksimal 8%. Daun sirsak segar dan teh daun sirsak yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
6 5
4 3
(a)
(b)
Gambar 3 Daun sirsak segar yang digunakan (a) dan teh daun sirsak (b) Ekstraksi teh daun sirsak Proses ekstraksi senyawa-senyawa fitokimia dalam penelitian ini dilakukan dengan cara diseduh. Konsentrasi teh yang digunakan yaitu 4 mg/mL (1 gram teh dalam 250 mL air). Suhu penyeduhan yang digunakan yaitu 90 ˚C. Penggunaan suhu 90 ˚C didasarkan pada hasil kajian yang menyebutkan bahwa suhu ekstraksi yang tinggi antara 90-100 ˚C, cenderung mengekstrak lebih banyak komponen pada teh hijau (Sharma et al. 2005 ; Labbe et al. 2006 ; Yang et al.
9
2007 ; Zimmermann dan Gleichenhagen 2011). Selain itu suhu air mendidih yaitu 90-100 ˚C merupakan suhu yang biasa digunakan dalam penyeduhan sehari-hari. Faktor yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengaruh pH larutan penyeduh dan lama penyeduhan. Asam yang digunakan untuk mengatur pH larutan penyeduh adalah HCl 1 N. HCl 1 N digunakan untuk mengatur pH air minum dalam kemasan (AMDK) menjadi 6, 4, dan 3 sedangkan AMDK tanpa penambahan HCl memiliki pH sekitar 6.86. HCl sengaja dipilih karena tidak memberikan aktivitas antioksidan sedangkan beberapa asam organik seperti asam askorbat dan asam sitrat memiliki aktivitas antioksidan. Kajian Wang et al. (2003) tentang pengaruh jenis asam (asam askorbat dan asam sitrat) yang digunakan sebagai antibrowning pada minuman teh hijau menunjukkan bahwa jenis asam tertentu memiliki pengaruh yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan struktur dan sifat asam. Asam sitrat selain bekerja sebagai antibrowning juga memberi efek antioksidan yaitu dengan cara mengkelat katalisator logam penyebab autooksidasi. Sedangkan menurut Arnao et al. (1996) asam askorbat bekerja dengan cara pendonoran dua atom H untuk menstabilkan radikal bebas. Hal tersebut menunjukkan bahwa asam askborbat dan asam sitrat memiliki aktivitas antioksidan sehingga tidak digunakan dalam penelitian ini. Penyeduhan dilakukan pada kondisi terbuka dan suhu dibiarkan menurun. Suhu akhir penyeduhan diukur untuk mengetahui kisaran temperatur selama penyeduhan. Saat proses penyeduhan, dilakukan pengadukan secara manual selama 2 menit pertama dan dibiarkan hingga mencapai waktu target. Setelah waktu target tercapai, dilakukan penyaringan sebanyak 2 kali menggunakan penyaring vakum. Hasil ekstraksi dimasukan ke dalam botol gelap dan disimpan dalam lemari pendingin bersuhu 4 ˚C untuk mencegah kerusakan akibat oksidasi. Data selama proses ekstraksi disajikan pada Lampiran 13. Analisis Total Fenolik Berdasarkan uji screening fitokimia pada daun sirsak dari berbagai penelitian (Tabel 1) menunjukkan bahwa senyawa antioksidan yang dominan adalah senyawa fenolik. Senyawa fenolik yang terdeteksi dari uji screening fitokimia yaitu flavonoid, tanin, asam fenolat dan kumarin. Informasi tersebut menjadi dasar dilakukannya pengukuran kadar total fenolik pada penelitian ini. Kadar total fenolik diukur menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteau. Prinsip pengukuran total fenolik yaitu berdasarkan pembentukkan kompleks molibdenumtungsten (Mo-W) berwarna biru hasil reaksi oksidasi fenolat dan reduksi heteropoli yang dapat diukur dengan spektrofotometer (Abgor et al. 2014). Hasil analisis total fenolik pada penelitian ini menunjukkan ekstrak teh daun sirsak memiliki total fenolik sebesar 8.14 hingga 10.74 mg GAE/g (bk) (Tabel 2). Nilai total fenolik tertinggi dimiliki oleh perlakuan larutan peyeduh pH 4 dengan lama penyeduhan 12.5 menit yaitu sebesar 10.74 mg GAE/g (bk) sedangkan nilai terendah dimiliki oleh perlakuan larutan penyeduh pH 6 dengan lama penyeduhan 10 menit yaitu sebesar 8.14 mg GAE/g (bk). Hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan daun sirsak oleh Prabandari (2015) menyebutkan bahwa rebusan sari daun sirsak segar (10 g daun dalam 500 mL selama 10 menit) memiliki total fenolik sebesar 11.29 mg GAE/g daun (bk).
10
Tabel 1 Rangkuman uji kualitatif senyawa fitokimia daun sirsak
Referensi
Flavonoid
Mustariani (2011)
+ (flavonol)
Chauhan dan Mitu (2015)
Tanin
Asam fenolat
Steroid
+
+
Usunobun et al. (2014)
+
+
-
Arthur et al. (2011)
+
+++
r
t
t
t
t
t
+ (flavonol, flavon)
+
George et al. (2014)
Alka -loid
Sapo -nin
Glikosida (kardiak, antrakuinon,kuma -rin)
Pelarut
Etanol
+
Gavamulkuya et al. (2014)
Terpeno -id
-
+
-
+
(+,+,+)
Air
+
+
(+,-, )
Etanol
-
+++
+++
Air
t
t
t
(s,t,s)
Air
t
t
r
(s,t,s)
Etanol
-
(+,-, )
Butanol
+
Purwatresna + + + + + Air (2012) Keterangan : + (terdeteksi), - (tidak terdeteksi), +++ (melimpah), t (tinggi), s (sedang), r (rendah)
Tabel 2 Nilai total fenolik (mg GAE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh Lama penyeduhan (menit) 5 7.5 10 12.5
6 8.50 ± 3.07 8.18 ± 3.04 8.14 ± 2.60 8.92 ± 3.45
pH larutan penyeduh 4 9.66 ± 3.58 10.48 ± 4.34 10.29 ± 3.28 10.74 ± 3.48
3 9.91 ± 4.02 10.13 ± 3.55 9.82 ± 3.45 10.22 ± 3.09
Analisis Univariate (Lampiran 5) menunjukkan pH larutan penyeduh, lama penyeduhan dan kombinasi kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap total fenolik. Hasil ini menunjukkan bahwa proses ekstraksi total fenolik diduga berjalan konstan atau sejumlah senyawa fenolik mengalami perubahan sehingga nilai antar perlakuan tidak berbeda nyata. Perlakuan pH yang digunakan pada penelitian ini ada dalam kisaran pH rendah. Secara statistik pH 3, 4 dan 6 memang tidak berbeda nyata namun dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa ada peningkatan total fenolik pada larutan penyeduh pH 3 dan 4 dibandingkan dengan pH 6. Menurut Friedman dan Jurgens (2000) senyawa-senyawa fenolik stabil pada pH rendah dan akan mengalami kerusakan pada pH tinggi. Friedman dan Jurgens (2000) melakukan pengamatan kestabilan beberapa senyawa fenolik dan non fenolik pada berbagai pH (3-11) melalui
11
35
35
30
30
25
25
20
a
15
mg GAE/g teh (bk)
mg GAE/g (bk)
pengamatan serapan absorbansi. Absorbansi golongan fenolik menunjukkan penurunan seiring meningkatnya pH dan lama penyimpanan. Hasil tersebut menunjukkan kestabilan senyawa fenolik dipengaruhi pH tinggi dan lama penyimpanan yang berkontribusi pada perubahan struktur kimia fenolik. Struktur senyawa fenolik sederhana lebih rentan pada pH tinggi sedangkan senyawa polifenol seperti katekin dan rutin, karena memiliki cincin yang lebih kompleks, strukturnya akan lebih stabil dibanding fenolik sederhana. Perlakuan lama penyeduhan tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05). Hasil tersebut sama dengan hasil yang diperoleh pada pengujian kapasitas antioksidan dan total flavonoid. Hal ini menunjukkan bahwa total fenolik, kapasitas antioksidan, dan total flavonoid memiliki kecenderungan yang sama. Total fenolik yang konstan selama penyeduhan diduga karena suhu selama proses penyeduhan terus menurun dan berakibat pada terhambatnya proses difusi.
a a
10 5
10.02 10.29 8.43
0 0
1
2
3
4
5
6
pH larutan penyeduh
7
20
a
a
a
a
15 10 5
9.36 9.60 9.22 9.96
0 Lama penyeduhan (menit)
(a) (b) Gambar 4 Nilai rata-rata total fenolik (mg GAE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dari 4 taraf lama penyeduhan (a) dan dari 3 taraf pH larutan penyeduh (b) Analisis Total Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat secara alami pada tanaman dengan struktur dasar C6-C3-C6. Senyawa ini memberikan pigmen pada tanaman dan ditemukan pada berbagai buah, sayur, kulit kayu, akar, batang dan bunga. Selain itu flavonoid juga ditemukan pada produk olahan seperti teh dan wine. Kelompok senyawa ini dapat dikelompokan menjadi 6 kategori yaitu flavon, flavonol, flavanon, flavanonol, flavan-3-ol (katekin), dan antosianidin. Senyawa ini (aglikon) biasanya ditemukan di alam dalam bentuk glikosida yaitu terikat oleh satu atau lebih gugus gula dan bisa juga berikatan dengan gugus alkoksil ataupun ester (Humadi dan Istudor 2008). Metode yang umumnya digunakan untuk menentukan jumlah flavonoid yaitu metode pembentukan
12
kompleks flavonoid dengan aluminium klorida. Secara umum AlCl3 akan membentuk kompleks asam stabil dengan gugus C-4 keto dan juga gugus hidroksil C-3 atau C-5 dari flavon dan flavonol. Selain itu AlCl3 membentuk kompleks asam yang labil dengan gugus ortodihidroksil pada cincin A dan B flavonoid. Pembuatan kurva standar digunakan standar kuersetin pada berbagai konsentrasi (Kalita et al.2013). Latifah (2013) mengidentifikasi senyawa flavonoid pada daun sirsak menggunakan pelarut etanol dan Goerge et al. (2014) menggunakan pelarut butanol, hasilnya menunjukkan bahwa daun sirsak mengandung flavonoid golongan flavon, flavonol, flavanon, dan dihidroflavonol. Sedangkan Mustariani (2011) menyebutkan dengan lebih spesifik bahwa golongan flavonoid jenis flavonol yang terdapat pada daun sirsak yaitu kuersetin dan kaempferol. Santos dan Salatino (2000) menyebutkan bahwa kandungan flavonoid dari 31 spesies Annonaceae yang terdapat di Brazil didominasi oleh kuersetin dan kaempferol. Hasil pengukuran total flavonoid teh daun sirsak pada penelitian ini, ada pada kisaran 5.08 hingga 5.63 mg QE/g (bk). Kadar total flavonoid tertinggi diperoleh dari perlakuan pH 6 dengan lama penyeduhan 5 menit yaitu sebesar 5.63 mg QE/g (bk) sedangkan kadar total flavonoid terendah diperoleh dari perlakuan pH 3 dengan lama penyeduhan 5 menit sebesar 5.08 mg QE/g (bk) (Tabel 3). Hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan flavonoid pada daun sirsak yaitu Prabandari (2015) yang menyebutkan bahwa rebusan sari daun sirsak segar (10 g daun dalam 500 mL selama 10 menit) memiliki total flavonoid sebesar 7.43 mg QE/g daun (bk). Sedangkan kandungan flavonoid pada tanaman lain seperti daun bawang yaitu sebesar 2.72 mg/g basis kering, daun pandan 0.12 mg/g basis kering dan daun serai 0.18 mg/g basis kering (Miean dan Mohamed 2001). . Tabel 3 Nilai total flavonoid (mg QE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh Lama penyeduhan (menit) 5 7.5 10 12.5
6 5.63 ± 0.01 5.59 ± 0.24 5.44 ± 0.31 5.45 ± 0.18
pH awal penyeduhan 4 5.28 ± 0.01 5.41 ± 0.21 5.36 ± 0.15 5.08 ± 0.20
3 5.08 ± 0.14 5.20 ± 0.17 5.12 ± 0.12 5.27 ± 0.00
Hasil analisis Univariate (Lampiran 8) menunjukkan pH larutan penyeduh memiliki pengaruh nyata (p˂0.05) terhadap total flavonoid. Sedangkan lama penyeduhan dan kombinasi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata (p>0.05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa larutan penyeduh pH 6 memiliki nilai rata-rata total flavonoid tertinggi (Gambar 5) dibandingkan dengan pH 3 dan 4. Hasil uji lanjut Duncan untuk total flavonoid dapat dilihat pada Lampiran 8a. Proses ekstraksi pada penelitian ini dilakukan pada pH rendah (3-6). Sama halnya dengan senyawa fenolik, senyawa flavonoid akan lebih stabil pada pH rendah. Zimmermann dan Gleichenhagen (2011) meneliti tentang pengaruh pH dan lama penyeduhan terhadap flavonoid (katekin) teh hijau hijau (Camelia sinensis). Hasilnya menunjukkan bahwa senyawa flavonoid (katekin) teh hijau meningkat pada pH rendah selain itu ada pengaruh dari lama penyeduhan terhadap
13
peningkatan senyawa katekin pada menit ke 7. Pengaturan pH pada penelitian Zimmermann dan Gleichenhagen (2011) dilakukan dengan cara penambahan asam sitrat dan asam askorbat. Berdasarkan uji screening fitokimia terdeteksi bahwa komponen flavonoid pada daun sirsak adalah golongan flavonol (kuersetin dan kaempferol). Kuersetin (3,5,7,3΄,4΄-pentahidroksiflavon) merupakan salah satu senyawa flavonoid alami yang paling luas ditemukan. Sedangkan kaempferol memiliki struktur yang sama dengan kuersetin dan hanya dibedakan oleh tidak adanya gugus 3΄-OH (Dall’Acqua et al. 2012). Zheng et al (2005) menyebutkan bahwa kuersetin dalam bentuk terlarut secara kimia stabil pada pH 3 dan mulai mengalami degradasi dengan meningkatnya pH di atas 5. Berdasarkan hal tersebut, total flavonoid pada pH 3 dan 4 dari penelitian ini seharusnya dapat lebih tinggi dibandingkan dengan pH 6. Hal ini menunjukkan ada faktor lain yang diduga memicu kerusakan flavonoid pada pH 3 dan 4. 7
7 a
5
b
a
5.17 5.28
4
6
5.53
mg QE/g (bk)
mg QE/g (bk)
6
3 2
5 4
a
a
a
a
5.33 5.40 5.31 5.27
3 2
1 0
1 0
1
2
3
4
5
6
pH larutan penyeduh
7 Lama penyeduhan (menit)
(a) (b) Gambar 5 Nilai rata-rata total flavonoid (mg QE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dari 4 taraf lama penyeduhan (a) dan dari 3 taraf pH larutan penyeduh (b) Penggunaan HCl dalam penelitian ini diduga berpengaruh terhadap penurunan kadar flavonoid pada perlakuan larutan penyeduh pH 3 dan 4. Air minum dalam kemasan (AMDK) yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pH rata-rata sekitar 6.86 sehingga dibutuhkan penambahan HCl yang lebih sedikit untuk mencapai pH 6 dibandingkan pH 3 dan 4. Penambahan HCl yang lebih banyak pada larutan penyeduh pH 3 dan 4 diduga dapat merusak flavonoid. Hal ini dapat dijelaskan oleh Yu (2014) yang mengamati karakteristik serapan absorbansi kuersetin pada berbagai kondisi pH yang diatur dengan asam kuat dan basa kuat. Hasilnya menunjukkan bahwa standar kuersetin normal memiliki pH 6.8. Ketika pH kuersetin diatur menjadi 14 menggunakan NaOH dan pH 1 menggunakan HCl hasilnya menunjukkan perubahan absorbansi. Sehingga
14
disimpulkan bahwa asam kuat dan basa kuat mengakibatkan dekomposisi kuersetin. Penggunaan HCl pada larutan penyeduh pH 3 dan 4 diduga mengakibatkan dekomposisi senyawa flavonoid teh daun sirsak. Niemann (1972) dan Humadi dan Istudor (2008) menyebutkan bahwa penggunaan HCl dalam mengidentifikasi flavonoid merupakan prosedur standar. HCl akan menghidrolisis glikosida untuk menghasilkan aglikon (flavanoid) murni. Tujuannya yaitu memudahkan proses identifikasi flavonoid. Flavonoid yang masih dalam bentuk glikosida sangat beraneka ragam sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan pengujian. Sayangnya flavonoid dalam bentuk aglikon sangat rentan terhadap dekomposisi. Bahkan saat waktu hidrolisis hanya 5 menit pun, proses degradasi flavonoid baik sebagian dan sempurna dapat terjadi. Lama penyeduhan 5, 7.5, 10 dan 12.5 menit tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap ekstraksi flavonoid. Hasil ini sama dengan kapasitas antioksidan dan total fenolik. Lama penyeduhan pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh pada semua respon uji. Hal ini menunjukkan bahwa proses ekstraksi pada teh daun sirsak dengan cara diseduh memberikan hasil yang kurang maksimal dan diduga akan lebih baik apabila diekstrak dengan cara direbus. Analisis Kapasitas Antioksidan Pengukuran kapasitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH. Metode DPPH merupakan metode yang banyak digunakan karena sederhana dan sensitif. Gambar 6 menunjukkan mekanisme kerja metode DPPH. DPPH radikal akan menerima atom hidrogen dari antioksidan. DPPH radikal menunjukkan serapan maksimal pada panjang gelombang 517 nm dengan warna ungu. Perubahan warna dari ungu menjadi kuning terjadi seiring pembentukan DPPH non radikal selama penyerapan atom hidrogen dari antioksidan dan dapat dimonitor dari penurunan absorbansi pada spektrofotometer UV-Vis (Lewis 2012). Penelitian ini menggunakan asam askorbat sebagai standar dengan nilai kapasitas antioksidan dinyatakan sebagai ascorbic acid equivalent antioxidant capacity (AEAC) dan persen penghambatan (%). Nilai kapasitas antioksidan (%) teh daun sirsak berkisar antara 26.16 hingga 38.50 %. Nilai kapasitas antioksidan (%) tertinggi pada teh daun sirsak diperoleh pada perlakuan larutan penyeduh pH 6 dengan lama penyeduhan 5 menit yaitu sebesar 38.50% (Tabel 4). Hasil ini lebih kecil dibandingkan hasil penelitian Prabandari (2015) yang menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan (%) sari daun sirsak segar (10 g daun sirsak segar dalam 500 mL air) yang direbus pada 98 ˚C selama 5 menit sebesar 52.71 % dan meningkat menjadi 81.39 % setelah 10 menit. Hasil penelitian Baskar et al. (2007) menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata Linn) metode Soxhlet dengan konsentrasi 400 μg/mL memiliki persen penghambatan sebesar 81.63 %. Nilai persen penghambatan yang rendah pada penelitian ini diduga karena ekstraksi dilakukan dengan cara diseduh sehingga komponen fitokimia antioksidan kurang terekstrak dibanding dengan perebusan suhu tinggi.
15
2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl radikal bebas (DPPH•)
2,2-Diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)
Gambar 6 Konversi radikal bebas DPPH• menjadi DPPH oleh senyawa antioksidan (Lewis 2012) Tabel 4 Kapasitas antioksidan (%) metode DPPH ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh Lama penyeduhan (menit) 5 7.5 10 12.5
6 38.50 ± 1.10 37.54 ± 5.25 34.00 ± 0.11 33.63 ± 1.33
pH ekstraksi 4 30.19 ± 1.03 25.46 ± 2.27 29.09 ± 1.46 28.48 ± 1.19
3 26.17 ± 2.78 26.16 ± 4.89 31.64 ± 9.27 26.58 ± 3.36
Hasil pengujian kapasitas antioksidan juga dinyatakan dalam satuan mg AEAC/g (bk) (Tabel 5). Nilai kapasitas antioksidan tertinggi terdapat pada perlakuan larutan penyeduh pH 6 dengan lama penyeduhan 5 menit yaitu sebesar 12.30 mg AEAC/g (bk). Sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan larutan penyeduh pH 4 dengan lama penyeduhan 7.5 menit yaitu sebesar 7.14 mg AEAC/g (bk). Nilai kapasitas antioksidan yang diperoleh cukup bervariasi diantara 12 sampel percobaan, hal ini menunjukkan sensitivitas yang tinggi selama proses ekstraksi. Tabel 5 Nilai kapasitas antioksidan (mg AEAC/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh Lama penyeduhan (menit) 5 7.5 10 12.5
6 12.30 ± 0.40 11.93 ± 2.91 10.52 ± 0.78 10.37 ± 0.30
pH larutan penyeduh 4 9.02 ± 1.23 7.14 ± 0.09 8.58 ± 1.39 8.34 ± 1.28
3 7.42 ± 0.29 7.42 ± 1.12 9.58 ± 2.84 7.59 ± 0.52
Walaupun hasil penelitian ini bervariasi antar perlakuan namun hasil analisis Univariate menunjukkan bahwa pH ekstraksi memberikan pengaruh nyata (p˂0.05) terhadap kapasitas antioksidan teh daun sirsak. Sedangkan lama
16
penyeduhan, dan kombinasi kedua faktor tidak memberikan pengaruh nyata (p>0.05) terhadap kapasitas antioksidan teh daun sirsak (Lampiran 12). 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
20 18 15
b a
mg AEAC/g (bk)
mg AEAC/g (bk)
a 11.28
8.00 8.27
13
a
a
a
10 8 5
9.58
a
9.56 8.83
8.77
3 0
0
1
2
3
4
5
6
pH larutan penyeduh (a)
7 Lama penyeduhan (menit) (b)
Gambar 7 Nilai rata-rata kapasitas antioksidan (mg AEAC/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dari 4 taraf lama penyeduhan (a) dan dari 3 taraf pH larutan penyeduh (b) Gambar 7 menampilkan hasil uji lanjut Duncan dari dua faktor yaitu pH larutan penyeduh dan lama penyeduhan terhadap respon kapasitas antioksidan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa larutan penyeduh pH 6 memiliki kapasitas antioksidan yang berbeda nyata (p˂0.05) dengan rata-rata 11.28 mg AEAC/g (bk) sedangkan kapasitas antioksidan pada larutan peyeduh pH 3 dan 4 tidak berbeda nyata (p>0.05) (Lampiran 12a). Kemampuan antioksidan pada teh daun sirsak berasal dari kandungan senyawa fitokimia antioksidan yang dimilikinya. Hasil uji screening beberapa penelitian menunjukkan daun sirsak mengandung senyawa fitokimia yang cukup melimpah. Komponen fitokimia antioksidan yang terdeteksi antara lain flavonoid, tanin, fenol, steroid, terpenoid, alkaloid, saponin, dan glikosida (kardiak, antrakuinon, kumarin). Hasil penelitian ini juga memperkuat bukti bahwa daun sirsak mengandung senyawa antioksidan fenolik dan flavonoid. Tabel 1 menunjukkan hasil uji kualitatif senyawa fitokimia daun sirsak dengan menggunakan pelarut yang berbeda dari berbagai penelitian. Walaupun penelitian kuantitatif tentang kandungan fitokimia antioksidan pada daun sirsak masih sangat terbatas namun dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa komponen dominan pada daun sirsak terdiri atas senyawa fenolik dan saponin. Berdasarkan hasil tersebut komponen yang diduga berperan terhadap kapasitas antioksidan teh daun sirsak yaitu fenolik dan saponin. Berdasarkan hasil pengukuran kapasitas antioksidan terlihat bahwa kapasitas antioksidan teh daun sirsak lebih besar pada larutan penyeduh pH 6 dibandingkan dengan larutan penyeduh pH 3 dan 4. Hasil ini didukung oleh Settharaksa et al. (2012) yang menyebutkan bahwa pasta kari pada pH 6 memiliki kapasitas antioksidan DPPH, total fenolik dan total flavonoid paling tinggi.
17
Altunkaya et al. (2016) meneliti tentang pengaruh pH (4-9) terhadap senyawa fenolik antioksidan pada daun selada. Hasilnya menunjukkan bahwa senyawa fenolik antioksidan pada selada memiliki fase lag yang lebih tinggi seiring meningkatnya pH medium. Fase lag peroksidasi liposom pada pH 3 dan 4 masingmasing 13.9 dan 19 menit kemudian meningkat pada pH 6 menjadi 26.8 menit, 23.5 menit pada pH 7, 31.5 menit pada pH 8 dan 37.5 menit pada pH 9. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan senyawa fenolik dipengaruhi oleh pH dan cenderung meningkat pada pH basa. Menurut Nanjo et al. (1996) kapasitas antioksidan akan meningkat seiring meningkatnya pH medium karena peningkatan pontensial redoks. Menurut Nanjo et al. (1996) 70% kapasitas antioksidan pada teh hijau berasal dari katekin, salah satu senyawa flavonoid. Potensial redoks pada katekin [(+)-C], epikatekin [(‒)EC], epigalokatekin [(‒)-EGC], epikatekin galat [(‒)-ECg], epigalokatekin galat [(‒)-EGCg] dipengaruhi oleh struktur katekin seperti posisi dan jumlah ‒OH. Pada pH 4 potensial redoks senyawa katekin mengalami penurunan dibandingkan pada kondisi basa dan mengakibatkan penurunan kapasitas antioksidan terhadap senyawa radikal DPPH. Hasil serupa juga dibuktikan oleh Muzolf et al. (2008) yang meneliti pengaruh pH (2-9.5) terhadap kapasitas antioksidan senyawa katekin teh hijau yang diukur menggunakan TEAC assay. Menurutnya pKa merupakan faktor yang penting dalam meneliti pengaruh pH terhadap kapasitas antioksidan. Nilai pKa menandakan kemudahan deprotonasi gugus ‒OH. Semakin kecil nilai pKa semakin mudah terdeprotonasi karena energi yang dibutuhkan untuk terdeprotonasi (DE) juga semakin rendah. Pada saat terdeprotonasi, katekin membentuk senyawa anion. Selama membentuk senyawa anion (deprotonasi) pada pH tinggi terjadi peningkatan donasi elektron dibuktikan oleh nilai IP (Ionization Potensial) yang menurun. IP merupakan indikator kemudahan melepas elektron, semakin kecil semakin mudah melepas elektron. Muzolf et al. (2008) menyebutkan bahwa peningkatan kapasitas antioksidan seiring meningkatnya pH disebabkan oleh kemampuan mendonorkan elektron. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Amorati et al. (2006) bahwa tingginya reaktivitas senyawa fenolik pada pH tinggi diakibatkan oleh pembentukan ion fenolat yang mendorong terjadinya reaksi dengan radikal peroksil. Ion fenolat memiliki reaktivitas yang lebih tinggi dibandingkan bentuk netralnya. Faktor lainnya dijelaskan oleh Hotta et al. (2001) yang meneliti mekanisme antioksidan senyawa polifenol melalui metode elektrokimia (elektrolisis kolom) pada berbagai pH dari 4.7 hingga 10.3. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah elektron (n-value) yang terlibat pada oksidasi katekol meningkat pada pH˃7. Jumlah elektron (n-value) tersebut lebih besar dari perkiraan jumlah aktual gugus OH yang dimiliki struktur polifenolnya. Jumah nvalue memiliki hubungan stokiometri dengan jumlah antioksidan yang meredam radikal bebas DPPH. Jadi jumlah (n-value) yang banyak akan menghasilkan kapasitas antioksidan yang tinggi. Mekanisme meningkatnya kapasitas antioksidan pada pH tinggi dapat dijelaskan sebagai berikut, senyawa polifenol seperti katekin dan asam kafeat akan membentuk semikuinon radikal namun lebih stabil pada pH tinggi. Semikunion radikal yang stabil ini akan membentuk polimer dan menghasilkan gugus ‒OH baru yang dapat dioksidasi oleh senyawa radikal. Nilai n-value yang tinggi diduga terbentuk karena adanya gugus ‒OH
18
baru hasil polimerisasi oksidatif. Terbentuknya ‒OH baru ini meningkatkan kapasitas antioksidan. Ilustrasi terbentuknya polimerisasi oksidatif senyawa polifenol dapat dilihat pada Gambar 8.
Semikuinon radikal
2 molekul asam kafeat
(A) Polimer dengan 4 gugus ‒OH baru
(B) Polimer yang teroksidasi
Gambar 8 Reaksi polimerisasi oksidatif senyawa polifenol (Hotta et al. 2001) Selain senyawa fenolik, daun sirsak juga diduga mengandung banyak senyawa saponin. Yan et al. (2009) meneliti pengaruh pH (8, H2O, dan 4.8) terhadap aktivitas antioksidan saponin pada teh Camelia sinensis. Hasilnya menunjukkan bahwa kapasitas penghambatan dan penangkalan radikal bebas superoksida senyawa saponin secara signifikan berbeda yaitu dengan nilai tertinggi pada pH 8, diikuti pH air, dan terendah pada pH 4.8. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan senyawa saponin juga dipengaruhi oleh pH dan aktivitas antioksidan senyawa saponin ini cenderung meningkat pada pH yang meningkat.
19
Perlakuan lama penyeduhan berdasarkan uji statistik tidak memberikan pengaruh nyata (p>0.05) terhadap kapasitas antioksidan (Gambar 5). Hasil penelitian Prabandari (2015) menunjukkan sari daun sirsak segar memiliki aktivitas antioksidan yang meningkat seiring meningkatnya waktu perebusan dari 7.938 mg AEAC/g daun (bk) pada 5 menit menjadi 11.287 mg AEAC/g daun (bk) pada 10 menit. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada peningkatan kapasitas antioksidan selama perlakuan (5-12.5 menit). Hasil yang tidak signifikan dari perlakuan lama penyeduhan ini menunjukkan proses difusi senyawa-senyawa antioksidan teh daun sirsak selama ekstraksi diduga berjalan konstan. Proses difusi senyawa antioksidan yang konstan tersebut diduga karena proses ekstraksi dilakukan dengan cara diseduh sehingga terjadi penurunan suhu yang berimbas terhadap menurunnya kecepatan difusi. Perbedaan antara penyeduhan dan perebusan terletak pada kondisi suhu. Suhu pada proses penyeduhan tidak dipertahankan konstan sedangkan pada perebusan suhu dijaga konstan atau tetap tinggi. Menurut Labbe et al. (2006) waktu dan suhu ekstraksi merupakan faktor yang mempengaruhi jumlah senyawa terekstrak pada teh. Suhu tinggi akan mempercepat proses difusi dan meningkatkan solubilitas senyawa terekstrak. Proses penyeduhan pada penelitian ini dilakukan pada kondisi terbuka dengan suhu awal 90 ˚C. Selama proses penyeduhan terjadi penurunan suhu. Rata-rata suhu akhir pada penyeduhan 5 menit sebesar 70 ˚C dan menurun hingga 60 ˚C pada 12.5 menit (Lampiran 13). Suhu yang semakin rendah mengakibatkan proses difusi senyawa pada teh daun sirsak berjalan lambat. Hal tersebut diduga menjadi penyebab perlakuan lama penyeduhan tidak berpengaruh.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kapasitas antioksidan dan total flavonoid ekstrak teh daun sirsak secara nyata (p˂0.05) dipengaruhi oleh pH larutan penyeduh. Sedangkan total fenolik tidak dipengaruhi (p>0.05) oleh pH larutan penyeduh. Kapasitas antioksidan dan total flavonoid ekstrak teh daun sirsak pada larutan penyeduh pH 6 lebih besar dibandingkan dengan pH 3 dan 4. Lama penyeduhan tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0.05) terhadap kapasitas antioksidan, total fenolik dan total flavonoid. Suhu yang semakin turun pada proses penyeduhan diduga menjadi penyebab konstannya senyawa terekstrak teh daun sirsak. Saran Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini kemungkinan dipengaruhi oleh HCl yang digunakan sebagai pengatur pH larutan penyeduh. Agar dapat diaplikasikan pada industri pangan maupun dalam penggunaan sehari-hari,
20
disarankan untuk dilakukan penelitian kapasitas antioksidan ekstrak teh daun sirsak menggunakan asam yang sudah tergolong foodgrade dan proses ekstraksi teh daun sirsak dilakukan dengan teknik perebusan.
DAFTAR PUSTAKA Abgor GA, Vinson JA, Donnelly PE. 2014. Folin-ciocalteau reagent for polyphnolic assay. Int J Food Sci Nutr Diet. 3(8)::147156.doi:10.19070/2326-3350-1400028. Adewole SO, Martins CEA. 2006. Morphological changes and hypoglycemic effects of Annona muricata Linn. (Annonaceae) leaf aqueous extract on pancreatic Β-cells of streptozotocin-treated diabetic rats. Afr J of Biomed Res. 9:173-187. Adewole SO, Ojewole JOA. 2009. Protective effects of Annona muricata Linn. (Annonaceae) leaf aqueous extract on serum lipid profiles and oxidative stress in hepatocytes of streptozotocin-treated diabetic rats. Afr J Trad. CAM (2009) 6 (1): 30-41. Altunkaya A, Gokmen V, Skibsted LH. 2016. pH dependent antioxidant activity of lettuce (L. sativa) and synergism with added phenolic antioxidants. Food Chem. 190:25-32.doi:10.1016/j.foodchem.2015.05.069. Amorati R, Pedulli GF, Cabrini L, Zambonin L, Landi L. 2006. Solvent and pH effect on antioxidant activity of caffeic and other phenolic acid. J Agric Food Chem 54(8):2932-2937.doi:10.1012/jf053159. Andri D, Hersoelistyorini W. 2013. Kapasitas antioksidan dan sifat organoleptik teh daun sirsak (Annona muricata Linn.) berdasarkan variasi lama pengeringan. Jurnal Pangan dan Gizi. 4(7):1-12. Arnao MB, Cano A, Hernandez-Ruiz J, Garcia-Canovas F, Acosta M. 1996. Inhibition by L-ascorbic acid and other antioxidants of the 2,2’-azinobis(3-ethylbenzthiazoline-6-sulfonic acid) oxidation catalyzed by peroxidase: a new approachfor determining total antioxidant status of foods. Analytical Biochemistry. 236:255-261. Arthur FKN, Woode E, Terlabi EO, Larbie C. 2011. Evaluation of acute and subchronic toxicity of Annona muricata (Linn.) aqueous extract in animals. Euro. J. Exp. Bio. 1(4):115-124. Artini NPR, Wahjuni S, Sulihingtyas WD. 2012. Ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai antioksidan pada penurunan kadar asam urat tikus wistar. Jurnal Kimia. 6 (2):127-137. Baskar R, Rajeswari V, Kumar TS. 2007. In vitro antioxidant studies in leaves of Annona species. Indian J of Exp Biol. 45:480-485. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman SNI 01-2891-1992. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1998. Teh hijau bubuk SNI 01-4453-1998. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
21
Chauhan A dan Mittu B. 2015. Phyto-chemical screening and anti listerial activity of Annona Muricata (L) leaf extract. J Chromatogr. 6(3):1000269.doi:http//dx.doi.org/10.4172/2157-7064.1000269. Dall’Acqua S, Miolo G, Innocenti G, Caffieri S. 2012. The photodegradation of quercetin : relation to oxidation. J Molecules. 17: 8898-8907.doi:10.339/molecules 17088898. Friedman M, Jurgens HS. 2000. Effect of pH on the stability of plant phenolic compounds. J Agric Food Chem. 48(6):2101-2110.doi:10.1021/jf990489j. Gajalakshmi S, Vijayalakshmi S, Rajeswari DV. 2012. Phytochemical and pharmacologica lproperties of Annona muricata: a review. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 4(2):3-6. Gavamukulya Y, Abou-Elella F, Wamunyokoli F, AEl-Shemy H. 2014. Phytochemical screening, anti-oxidant activity and in vitro anticancer potential of ethanolic and water leaves extracts of Annona muricata (Graviola). Asian Pac J Trop Med. 7(Suppl 1):S355S363.doi:10.1016/S1995-7645(14)60258-3. George VC. Kumar DRN, Rajkumar V, Suresh PK, Kumar RA. 2014. Quantitative assesment of the relative antineoplastic potential of the nbutanolic leaf extract of Annona muricata Linn. in normal and immortalized human cell lines. Asian Pacific J Cancer Prev. 13:699704.doi:http://dx.doi.org/10.7314/APJCP.2012.13.2.699. Hamizah S, Roslida AH, Fezah O, Tan KL, Tor YS, Tan CI. 2012. Chemopreventive potential of Annona muricata L leaves on chemicallyinduced skin papillomagenesis in mice. Asian Pac J Cancer Prev. 13:2533-2539.doi:http//dx.doi.org/10.7314/APJCP.2012.13.6.2533. Hotta H, Sukamoto H, Nagano S, Osakai T, Tsujino Y. 2001. Unsually large numbers of electrons for the oxidation of pholyphenolic antioxidants. Biochimica et Biophysica Acta. 1526:159-167. Humadi SS, Istudor V. 2008. Quantitative analysis of bio-active compound in Hibiscus sabdariffa L. extracts. Note 1 quantitative analysis of flavonoids. Farmacia. 56(6):699-707. Javanmardi J, Stushnoff C, Locke E, Vivanco JM. 2003. Antioxidant activity and total phenolic content of Iranian Ocimum accessions. Food Chem. 83:547550. Kalita P, Barman TK. Pal TK, Kalita R. 2013. Estimation of total flavonoids content (TFC) and antioxidant activities of methanolic whole plant extract of Biophytum sensitivum Linn. JDDT. 3(4):33-37 Kusuma W. 2008. Analisis pucuk tanaman teh (Camelia sinensis (L.)O.Kuntze) di perkebunan Rumpun Ekstrak Kemuning, PT Sumber Kemuning Tirtasentosa Karanganyar, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Labbe D, Tremblay A, Bazinet L. 2006. Effect of bewing temperature and duration on green tea catechin solubilization: basis of roduction of EGC and EGCG-enriched fractions. Separation and Purification Technology. 49:1-9.doi:10.1016/j.eppur.2005.07.038.
22
Latifah W. 2013. Uji kapasitas ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) gugur [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada Lewis MJ. 2012. Natural product screening: anti-oxidant screen for extracts [Internet]. [diunduh 2016 Jan 29]. Tersedia pada: https://www.researchgate.net/file.PostFileLoader.html?id=566121fc5e9d9 7ac198b4573&assetKey=AS%3A302807192670209%401449206268195. Mardiana L, Ratnasari J. 2011. Ramuan & Khasiat Sirsak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Meda A, Lamien CE, Romito M, Millogo J,Nacoulma OG. 2004. Determination of the total phenolic, flavonoid and proline contents in Burkina Fasan honey, as well as their radical scavenging activity. J Food Chem. 91 (2005) 571–577. doi:10.1016/j.foodchem.2004.10.006. Miean KH dan Mohamed S. 2001. Flavonoid (myricetin, quercetin, kaempferol, luteolin, and apigenin) content of edible tropical plants. J.Agric.Food.Chem. 49:3106-3112.doi:10.1021/jf000892m. Mustariani BAA. 2011. Potensi kaempferol daun sirsak sebagai penghambat proliferasi sel kanker raji [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Muzolf M, Szymusiak H, Gliszczynska-Swiglo A, Rietjens IMCM, Tyrakowska B. 2008. pH-dependent radical scavenging capacity of green tea cathecins. J Agric Food Chem. 56(3):816-823.doi:10.1021/jf0712189. Naithani V, Nair S, Kakkar P. 2005. Decline in antioxidant capacity of Indian herbal teas during storage and its relation to phenolic content. Food Research International 39 (2006) 176–181. doi:10.1016/j.foodres.2005.07.004 Nanjo F, Goto K, Seto R, Suzuki M, Sakai M, Hara Y. 1996. Scavenging effects of tea catechins and their derivatives on 1,1-diphenyl-2-pycrylhydrazyl radical. Free Radical Biology & Medicine. 21(6):895-902 Niemann GJ. 1972. Acid degradation of flavonoid as an aid in their identification. J Chromatogr 74:155-156. pharmacologica lproperties of Annona muricata: a review. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 4(2):3-6. Prabandari IM. 2015. Pengaruh lama penyimpanan dan perebusan daun sirsak segar (Annona muricata Linn) terhadap aktivitas antioksidan sari daun sirsak [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Purwatresna E. 2012. Aktivitas antidiabetes ekstrak air dan etanol daun sirsak secara in vitro melalui inhibisi enzim α-glukosidase [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahayoe S, Raharjo B, Kusumandari S. 2008. Konstanta laju pengeringan daun sambiloto menggunakan pengering tekanan rendah. J Rekayasa Proses. 2(1):17-23. Santos DYAC dan Salatino MLF. 2000. Foliar flavonoids of Annonaceae from Brazil: taxonomic significance. J Phytochem. 55: 567-573. Settharaksa S. Jongjareonrak A, Hmandhlu P, Chansuwan W, Siripongvutikorn S. 2012. Flavonoid, phenolic contents and antioxiant properties of Thai hot
23
curry paste extract and its ingredients as affected of pH, solvent types and high temperature. IFRJ. 19(4):1581-1587. Sharma V, Gulati A, Ravindranath SD. 2005. Extractability of tea catechins as a function of manufacture procedure and temperature of infusion. J Food Chem. 93:141-148.doi:10.1016/j.foodchem.2004.10.1016. Shim JU, Lim KT. 2009. Antioxidative activity of glycoprotein isolated of Geranium sibiricum Linne. J Nat Prod Res. 23:35387.doi:10.1080/14786410802228447. Supriyanto, Darmadji P, Susanti I. 2014. Studi pembuatan teh daun kakao (Theobroma cacao L) sebagai minuman penyegar. J Agritech. 34(4):422429. Towaha J, Balitri. 2013. Kandungan senyawa kimia pada daun teh (Camelia sinensis). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri [Internet]. [diunduh 2016 Jan 27];19(3):12-16. Tersedia pada: http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wpcontent/uploads/2014/01/perkebunan_warta-vol19No3-2013-4.pdf Usunobun U, Okolie NP, Anyanwu OG, Adegbegi AJ. 2014. Phytochemical screening and proximate composition of Annona muricata leaves. European Journal of BotanyPlant science and Pathology. 2(1): 18-28. Wang L-F, Kim D-M, Park J-D, Lee CY. 2003. Various antibrowning agents and green tea extract during processing and storage. J of Food Processing Preservation 27:213-225. Wicaksono GS, Zubaidah E. 2015. Pengaruh karagenan dan lama penyeduhan daun sirsak terhadap mutu dan karakteristik jelly drink daun sirsak. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(1): 281-291. Yan L, Yumin D, Chang Z. 2009. Effects of pH on antioxidant and antimicrobial properties of tea saponins. Eur Food Res Technol. 228:1023-1028.doi: 10.1007/s00217-009-1014-3. Yang DJ, Hwang LS, Lin JT. 2007. Effect of different steeping methods and storage on caffeine, catechins and gallic acid in bag tea infusions. J Chromatogr A. 1156:312-320.doi:10.1016/j.chroma.2006.11.088. Yu D. 2014. Ultraviolet-visible spectrum characterizations of quersetin in aqueous ethanol solution with diferent pH values. J Chem Pharm Res. 6(9):236240. Zheng Y, Haworth IS, Zuo Z, Chow MSS. Chow AHL. 2005. Physiochemical and structural characterization of quercetin-β-cyclodextrin complexes. Journal of Pharmaceuticals Sciences. 94(5): 1079-1089.doi:10.1002/jps.20325 Zimmermann BF, Gleichenhagen M. 2011. The effect of ascorbic acid, citric acid and low pH on the extraction of green tea: how to get most out of it. J Food Chem. 124:1543–1548.doi:10.1016/j.foodchem.2010.08.009. Zuhud EAM. 2011a. Kanker Lenyap Berkat Sirsak. Jakarta(ID): Agromedia. Zuhud EAM. 2011b. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Jakarta(ID) : Agromedia.
24
LAMPIRAN Lampiran 1 Kadar air daun sirsak segar U1 71.75 70.77 71.40
Kadar air (g/100 g daun (bb)) U2 Rata-rata U1 Rata-rata U2 71.19 71.31 71.39 73.32 69.66
Rata-rata (g/100 g daun (bb)) ± SD 71.35 ± 0.06
Lampiran 2 Kadar air teh daun sirsak U1 7.36 7.28 7.98
Kadar air (g/100 g teh (bb)) U2 Rata-rata U1 7.30 7.12 7.52 7.49
Rata-rata U2 7.30
Rata-rata (g/100 g teh (bb)) ± SD 7.41 ± 0.16
Lampiran 3 Kurva standar asam galat pengukuran total fenolik ulangan 1 dan 2 Konsentrasi Asam galat (mg/mL) 0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100
Absorbansi Ulangan 1 0.013 0.077 0.157 0.234 0.316 0.395
0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 y = 3.8629x + 0.0055 0.10 R² = 0.9988 0.05 0.00 0.00 0.10 0.20 Konsentrasi asam galat (mg/mL)
0.012 0.074 0.146 0.224 0.304 0.404 Ulangan 2
Absorbansi
Absorbansi
Ulangan 1
Absorbansi Ulangan 2
0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 y = 3.897x - 0.000 0.15 R² = 0.994 0.10 0.05 0.00 0.00 0.05 0.10 0.15 Konsentrasi asam galat (mg/mL)
25
Lampiran 4 Nilai total fenolik (mg GAE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh
Perlakuan pH 6.14 pH 6.14 pH 6.14 pH 6.14 pH 4.00 pH 4.00 pH 4.00 pH 4.00 pH 3.00 pH 3.00 pH 3.00 pH 3.00
5 menit 7.5 menit 10 menit 12.5 menit 5 menit 7.5 menit 10 menit 12.5 menit 5 menit 7.5 menit 10 menit 12.5 menit
Konsentrasi kurva (mg GAE/mL ekstrak) U1 U2 0.023 0.040 0.022 0.038 0.023 0.037 0.024 0.042 0.026 0.045 0.028 0.050 0.030 0.047 0.031 0.049 0.026 0.047 0.028 0.047 0.027 0.045 0.030 0.046
Total fenolik (mg GAE/g (bk)) U1 6.33 6.03 6.30 6.47 7.14 7.41 7.97 8.28 7.07 7.62 7.38 8.04
U2 10.67 10.32 9.98 11.36 12.19 13.54 12.61 13.19 12.75 12.64 12.26 12.40
Rata-rata (%) ± SD 8.50 ± 3.07 8.18 ± 3.04 8.14 ± 2.60 8.92 ± 3.45 9.66 ± 3.58 10.48 ± 4.34 10.29 ± 3.28 10.74 ± 3.48 9.91 ± 4.02 10.13 ± 3.55 9.82 ± 3.45 10.22 ± 3.09
Contoh perhitungan (teh daun sirsak seduh pH 6.14, 5 menit ulangan 1) Konsentrasi kurva = ((Rata-rata abs sampel) – 0.000) / ( 3.862) = (0.0955– 0.005) / (3.862) = 0.0234 mg GAE/ mL ekstrak teh Kapasitas antioksidan = (Konsentrasi kurva (mg GAE/mL ekstrak teh) (250 mL ekstrak teh / 1 gram) = (0.0234 mg GAE/ mL ekstrak teh) (250 mL ekstrak teh/1 gram) = 5.85 mg GAE/g teh (bb) 1 g teh (bb) = 0.9259 g (bk) Kapasitas antioksidan = 5.85 mg GAE/0.9259 g (bk) = 6.33 mg GAE/g (bk)
26
Lampiran 5 Hasil uji statistik RAF dua faktor pengujian terhadap total fenolik (mg GAE/g (bk) ekstrak teh daun sirsak dengan IBM Statistics SPSS 22 Dependent Variable: Total Fenolik (mg GAE/g (bk)) Type III Sum Source of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 17.792a 11 1.617 .138 .999 Intercept 2209.385 1 2209.385 188.313 .000 pH_larutan penyeduh 15.471 2 7.735 .659 .535 Lama_penyeduhan 1.204 3 .401 .034 .991 pH_larutan penyeduh 1.117 6 .186 .016 1.000 * Lama_penyeduhan Error 140.790 12 11.733 Total 2367.967 24 Corrected Total 158.582 23 a. R Squared = .112 (Adjusted R Squared = -.702) Lampiran 5.a Hasil uji lanjut Duncan dua faktor pengujian terhadap total fenolik (mg GAE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak. Duncana,b Subset pH_ larutan N penyeduh 1 6.00 8 8.47020 3.00 8 10.02050 4.00 8 10.29331 Sig. .331 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 11.733. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.000. b. Alpha = 0.05. Duncana,b Subset 1 5.00 6 9.40557 10.00 6 9.41713 7.50 6 9.59612 12.50 6 9.95987 Sig. .799 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 11.733. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b. Alpha = 0.05. Lama_penyeduhan
N
27
Lampiran 6 Kurva standar kuersetin pengukuran total flavonoid ulangan 1 dan 2 Konsentrasi kuersetin (mg/mL) 0.000 0.010 0.020 0.030 0.040
Absorbansi Ulangan 1
Absorbansi Ulangan 2
0.010 0.253 0.488 0.748 0.930
0.007 0.292 0.653 0.945 1.231
Ulangan 1
Ulangan 2
1.20
0.80 0.60 0.40 0.20
y = 23,35x + 0,018 R² = 0,997
0.00 0.00 0.05 Konsentrasi kuersetin (mg/mL)
Absorbansi
Absorbansi
1.00
1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00 0.00
y = 31.01x + 0.0054 R² = 0.9983 0.05
Konsentrasi kuersetin (mg/mL)
28
Lampiran 7 Nilai total flavonoid (mg QE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh
Perlakuan pH 6.14 pH 6.14 pH 6.14 pH 6.14 pH 4.00 pH 4.00 pH 4.00 pH 4.00 pH 3.00 pH 3.00 pH 3.00 pH 3.00
5 menit 7.5 menit 10 menit 12.5 menit 5 menit 7.5 menit 10 menit 12.5 menit 5 menit 7.5 menit 10 menit 12.5 menit
Konsentrasi kurva (mg QE/mL ekstrak) U1 U2 0.021 0.021 0.021 0.020 0.021 0.019 0.021 0.020 0.021 0.020 0.020 0.020 0.021 0.020 0.020 0.018 0.019 0.018 0.019 0.019 0.020 0.019 0.020 0.020
Total Flavonoid (mg QE/g (bk)) U1 5.63 5.76 5.67 5.58 5.29 5.57 5.47 5.23 5.18 5.33 5.20 5.27
U2 5.64 5.42 5.22 5.32 5.27 5.26 5.26 4.94 4.98 5.08 5.03 5.27
Rata-rata (%) ± SD 5.63 ± 0.01 5.59 ± 0.24 5.44 ± 0.31 5.45 ± 0.18 5.28 ± 0.01 5.41 ± 0.21 5.36 ± 0.15 5.08 ± 0.20 5.08 ± 0.14 5.20 ± 0.17 5.12 ± 0.12 5.27 ± 0.00
Contoh perhitungan (teh daun sirsak seduh pH 6.14 5 menit ulangan 1) Konsentrasi kurva = ((Rata-rata abs sampel) – 0.018) / (23.35) = (0.505 – 0.018) / (23.35) = 0.021 mg GAE/ mL ekstrak teh Kapasitas antioksidan = (Konsentrasi kurva (mg GAE/mL ekstrak teh) (250 mL ekstrak teh / 1 gram) = (0.021 mg GAE/ mL ekstrak teh) (250 mL ekstrak teh/1 gram) = 5.209 mg GAE/g teh (bb) 1 g teh (bb) = 0.9259 g (bk) Kapasitas antioksidan = 5.209 mg AEAC/0.9259 g (bk) = 5.63 mg AEAC/g (bk)
29
Lampiran 8 Hasil uji statistik RAF dua faktor pengujian terhadap total flavonoid (mg QE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dengan IBM Statistics SPSS 22 Dependent Variable: Total Flavonoid (mg QE/g (bk)) Type III Sum Mean Source of Squares Df Square F Corrected Model .764a 11 .069 2.304 Intercept 680.929 1 680.929 22581.000 pH_ larutan penyeduh .543 2 .271 8.998 Lama_penyeduhan .053 3 .018 .590 pH_ larutan penyeduh .168 6 .028 .929 * Lama_penyeduhan Error .362 12 .030 Total 682.055 24 Corrected Total 1.126 23 a. R Squared = .679 (Adjusted R Squared = .384)
Sig. .084 .000 .004 .634 .508
Lampiran 8.a Hasil uji lanjut Duncan RAF dua faktor pengujian terhadap total flavonoid (mg QE/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak Duncana,b Subset pH_ larutan N penyeduh 1 3.00 8 5.1679 4.00 8 5.2833 6.00 8 Sig. .209 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .030. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.000. b. Alpha = 0.05.
2 5.5285 1.000
Duncana,b Subset 1 12.50 6 5.2673 10.00 6 5.3093 5.00 6 5.3318 7.50 6 5.3977 Sig. .251 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .030. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b. Alpha = 0.05. Lama_penyeduhan
N
30
Lampiran 9 Kapasitas antioksidan (%) metode DPPH ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh Perlakuan pH 6.14 pH 6.14 pH 6.14 pH 6.14 pH 4.00 pH 4.00 pH 4.00 pH 4.00 pH 3.00 pH 3.00 pH 3.00 pH 3.00
5 menit 7.5 menit 10 menit 12.5 menit 5 menit 7.5 menit 10 menit 12.5 menit 5 menit 7.5 menit 10 menit 12.5 menit
Kapasitas Antioksidan (%) U1 U2 37.72 39.27 41.25 33.83 33.92 34.08 32.69 34.57 30.92 29.46 23.85 27.06 30.12 28.05 29.33 27.64 24.20 28.14 22.70 29.62 25.09 38.20 24.20 28.96
Rata-rata (%) ± SD 38.50 ± 1.10 37.54 ± 5.25 34.00 ± 0.11 33.63 ± 1.33 30.19 ± 1.03 25.46 ± 2.27 29.09 ± 1.46 28.48 ± 1.19 26.17 ± 2.78 26.16 ± 4.89 31.64 ± 9.27 26.58 ± 3.36
Contoh perhitungan (teh daun sirsak seduh pH 6.14 5 menit ulangan 1) Persen Penghambatan (%) = ((Abs blanko – Abs sampel) / Abs blanko) = ((0.566 – 0.353) / 0.566) 100 % = 37.72 %
100 %
31
Lampiran 10 Kurva standar asam askorbat kapasitas antioksidan metode DPPH ulangan 1 dan 2 Konsentrasi asam askorbat (mg/mL) 0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100
Absorbansi Ulangan 1
Absorbansi Ulangan 2
0.533 0.447 0.382 0.306 0.235 0.136
0.555 0.471 0.383 0.305 0.220 0.139
Ulangan 2
0.6 y = -3.852x + 0.532 0.5 R² = 0.996 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 0.000 0.100 0.200 Konsentrasi asam askorbat (mg/mL)
0.6
y = -4.158x + 0.553 R² = 0.999
0.5 Absorbansi
Absorbansi
Ulangan 1
0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 0.000
0.050
0.100
0.150
Konsentrasi asam askorbat (mg/mL)
32
Lampiran 11 Nilai kapasitas antioksidan (mg AEAC/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak terhadap lama penyeduhan pada beberapa perlakuan pH larutan penyeduh Konsentrasi Kapasitas kurva (mg Antioksidan (mg Rata-rata (%) ± AEAC/mL Perlakuan AEAC/g (bk)) SD ekstrak) U1 U2 U1 U2 pH 6.14 5 menit 0.047 0.044 12.58 12.01 12.30 ± 0.40 pH 6.14 7.5 menit 0.052 0.037 13.98 9.87 11.93 ± 2.91 pH 6.14 10 menit 0.041 0.037 11.08 9.97 10.52 ± 0.78 pH 6.14 12.5 menit 0.039 0.038 10.58 10.16 10.37 ± 0.30 9.88 8.15 9.02 ± 1.23 pH 4.00 5 menit 0.037 0.030 7.08 7.21 7.14 ± 0.09 pH 4.00 7.5 menit 0.026 0.027 pH 4.00 10 menit 0.035 0.028 9.57 7.60 8.58 ± 1.39 pH 4.00 12.5 menit 0.034 0.028 9.25 7.43 8.34 ± 1.28 pH 3.00 5 menit 0.027 0.028 7.22 7.63 7.42 ± 0.29 6.62 8.21 7.42 ± 1.12 pH 3.00 7.5 menit 0.025 0.030 pH 3.00 10 menit 0.028 0.043 7.57 11.59 9.58 ± 2.84 7.22 7.96 7.59 ± 0.52 pH 3.00 12.5 menit 0.027 0.029 Contoh perhitungan (teh daun sirsak seduh pH 6.14 5 menit ulangan 1) Konsentrasi kurva = ((Rata-rata abs sampel) – 0.532) / (-3.852) = (0.353 – 0.532) / -3.852) = 0.0466 mg AEAC/ mL ekstrak teh Kapasitas antioksidan = (Konsentrasi kurva (mg AEAC/mL ekstrak teh) (250 mL ekstrak teh / 1 gram) = (0.0466 mg AEAC/ mL ekstrak teh) (250 mL ekstrak teh/1 gram) = 11.65 mg AEAC/g teh (bb) 1 g teh (bb) = 0.9259 g (bk) Kapasitas antioksidan = 11.65 mg AEAC/0.9259 g (bk) = 12.58 mg AEAC/g (bk)
33
Lampiran 12 Hasil uji statistik RAF dua faktor pengujian terhadap kapasitas antioksidan (mg AEAC/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak dengan IBM Statistics SPSS 22 Dependent Variable: Kapasitas Antioksidan (mg AEAC/g teh (bk)) Type III Sum Mean Source of Squares df Square F Sig. Corrected Model 69.184a 11 6.289 3.127 .031 Intercept 1006.79 2024.723 1 2024.723 .000 9 pH_ larutan penyeduh 52.953 2 26.477 13.166 .001 Lama_penyeduhan 3.583 3 1.194 .594 .631 pH_ larutan penyeduh * 12.648 6 2.108 1.048 .443 Lama_penyeduhan Error 24.133 12 2.011 Total 2118.039 24 Corrected Total 93.316 23 a. R Squared = .741 (Adjusted R Squared = .504) Lampiran 12.a
Hasil uji lanjut Duncan RAF dua faktor pengujian terhadap kapasitas antioksidan (mg AEAC/g (bk)) ekstrak teh daun sirsak
Duncana,b Subset pH_ larutan N penyeduh 1 3.00 8 8.0031 4.00 8 8.2719 6.00 8 Sig. .711 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 2.011. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.000. b. Alpha = 0.05. Duncana,b Subset 1 12.50 6 8.7683 7.50 6 8.8302 10.00 6 9.5617 5.00 6 9.5797 Sig. .376 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 2.011. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000. b. Alpha = 0.05. Lama_penyeduhan
N
2 11.2799 1.000
34
Lampiran 13 Data ekstraksi teh daun sirsak Bobot sampel ± SD (g)
pH pelarut
Kontrol (AMDK tanpa HCl)
1.00 ± 0.00
pH 6.14 5 menit pH 6.14 7.5 menit pH 6.14 10 menit pH 6.14 12.5 menit pH 4.00 5 menit pH 4.00 7.5 menit pH 4.00 10 menit pH 4.00 12.5 menit pH 3.00 5 menit pH 3.00 7.5menit pH 3.00 10 menit pH 3.00 12.5 menit
1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00 1.00 ± 0.00
Sampel
pH akhir penyeduhan
Rata-rata pH Suhu awal akhir seduhan penyeduhan teh daun (˚C) sirsak ± SD
Suhu akhir penyeduhan ± SD (˚C)
U1
U2
6.86
7.08
7.08
7.08 ± 0.00
90
66 ± 0.00
6.14 6.14 6.14 6.14 4.00 4.00 4.00 4.00 3.00 3.00 3.00 3.00
6.86 6.87 6.91 6.93 5.27 5.25 5.27 5.28 4.40 4.37 4.41 4.38
6.86 6.95 6.87 6.96 5.36 5.32 5.33 5.33 4.46 4.43 4.53 4.37
6.86 ± 0.00 6.91 ± 0.06 6.89 ± 0.03 6.94 ± 0.02 5.32 ± 0.06 5.28 ± 0.05 5.30 ± 0.04 5.30 ± 0.04 4.43 ± 0.04 4.40 ± 0.04 4.47 ± 0,08 4.38 ± 0,01
90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
72 ± 0.71 68 ± 0.00 65 ± 1.41 61 ± 0.00 73 ± 0.00 68 ± 0.71 64 ± 0.00 61 ± 0.00 72 ± 0.00 68 ± 0.00 64 ± 0.00 62 ± 0.00
35
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cilacap, 10 Agustus 1992. Penulis merupakan putra ke-lima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Slamet Sugiarto dan Ibu Ilah. Penulis memulai jenjang pendidikan di SD Negeri Jenang 07 (lulus tahun 2005), SMP Negeri 1 Majenang (lulus tahun 2008) dan SMA Negeri 1 Cilacap (lulus tahun 2011). Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan pada tahun 2011. Penulis aktif pada berbagai kegiatan di Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan (HIMITEPA) seperti Ksatria Peduli Pangan divisi Bina Pedagang (2013), Food Processing Club (FPC) (2014), dan Kepanitiaan BAUR (2013) dan HACCPPlasma (2013). Di luar HIMITEPA penulis juga aktif sebagai reporter di Emulsi Magazine (2013), pengajar mata kuliah Ekonomi Umum di Tutorial Bidikmisi (2012-2013), anggota IPB’s Farmer Student Club (I’Fast Club) dibawah Kementrian Pertanian BEM KM IPB (2012), Kepanitian Fateta Annual English Competition (2013), dan Kepanitian Semarak Bidikmisi (2012). Selama perkuliahan penulis mendapatkan Beasiswa Bidikmisi (2011-2015). Penulis juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pertukaran pelajar dalam program ASEAN International Mobility for Students (AIMS) dari September 2014 – Januari 2015 di Universiti Putra Malaysia (UPM).