SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach) Mega Yulia, Devahimer Harsep Rosi Akademi Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi Email :
[email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas sitotoksis dari beberapa macam varian daun the sirsak (Anona muricata Linn). Daun sirsak diolah menjadi tiga macam daun teh yaitu teh hijau, teh hitam, teh oolong. Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode "Brine Shrimp Lethality Test". Nilai LC50 dari ketiga ekstrak the daun sirsak adalah 102,32 ppm untuk ekstrak etanol teh hijau, 38.01 ppm untuk teh hitam dan 63,09 ppm untuk teh oolong. Teknik pengolahan teh daun sirsak dapat mempengaruhi aktivitas sitotoksik. Kata kunci: Annona muricata, sitotoksik, ekstrak ABSTRACT A research on the cytotoxic activity of several variants leaves of the soursop (Anona muricata Linn). Soursop leaf is processed into three kinds of tea leaves are green tea, black tea, oolong tea. Cytotoxic activity test was conducted using "Brine Shrimp Lethality Test". LC50 value of the three extracts of the leaves of the soursop is 102.32 ppm for ethanol extract of green tea, black tea 38.01 ppm and 63.09 ppm for oolong tea. Soursop leaf tea processing techniques can affect the cytotoxic activity. Keywords : Annona muricata, cytotoxic, extract
PENDAHULUAN Penggunaan tanaman obat sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat dunia, termasuk Indonesia (Suparni & Wulandari, 2012). Dari 30.000 spesies tumbuhan yang ada, lebih kurang 1.260 spesies dapat dimanfaatkan sebagai obat, salah satunya sebagai obat kanker (Mangan, 2010). Tanaman sirsak (Annona muricata Linn) merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat. Tanaman ini berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Rukmana & Yuniarsih, 2001). Berbagai hasil penelitian sudah membuktikan bahwa daun sirsak merupakan bagian dari tanaman sirsak yang paling sering digunakan sebagai bahan obat. Beberapa tahun belakangan ini ekstrak daun sirsak semakin banyak dipakai untuk menghambat pertumbuhan kanker (Yuliatin, ISSN : 2087-5045
2011). Kandungan sirsak yang aktif sebagai antikanker adalah acetogenin (Anonim, 2012). Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, variasi minuman saat ini terus berkembang, seperti minuman herbal berbahan baku daun sirsak yang dikemas dalam bentuk teh. Minuman ini mulai banyak diminati oleh masyarakat untuk kebugaran tubuh dan mengatasi berbagai keluhan penyakit. Jenis teh bervariasi tergantung dari teknik pengolahan yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam (Ajisaka, 2012). Berdasarkan potensi pengolahan daun sirsak menjadi berbagai macam variasi teh, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh teknik pengerjaan teh daun sirsak terhadap aktivitas sitotoksik.
13
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
METODE PENELITIAN Metodologi Penelitian Alat Alat yang digunakan lumpang dan stamfer, pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi, plat tetes, penjepit tabung reaksi, lampu spritus dan korek api, pisau, gunting, kertas koran, sendok, kompor, baki, panci kukus, timbangan, botol gelap, gelas piala 500 ml, corong, batang pengaduk, satu set alat rotary evaporator, vial, desikator, aquarium, aerator, lampu 5 watt. Bahan Bahan yang digunakan H2SO4 2 N, serbuk logam Mg, HCl pekat, CH3COOH anhidrat, FeCl3, pereaksi Mayer, pereaksi Liebermann-Burchard, pereaksi Dragendorff, kloroform, amoniak, etanol, etil asetat, heksan, pereaksi vanilin sulfat dan kapas, air laut, sampel uji dan Dimetil Sulfoksida (DMSO).
Hewan percobaan Hewan percobaan yang digunakan larva Artemia salina leach. Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel Sampel segar daun sirsak tua diambil 1,5 kg di Nagari Lasi, Kabupaten Agam Sumatera Barat. Uji Aktivitas Sitotoksik Teh Daun Sirsak Pengolahan sampel Masing-masing sampel daun sirsak diolah dengan metoda pengerjaan teh hijau, teh hitam dan teh oolong. a. Pengolahan teh hijau Sampel sebanyak 500 g dipanaskan dengan uap selama 5 menit. Sampel kemudian dirajang dan digulung dengan cara yang sederhana, yaitu daun sedikit demi sedikit ditaruh diatas meja, kemudian digulung dengan telapak tangan selama 20 menit. Selanjutnya proses pengeringan dilakukan dengan cara disangrai selama 30 menit, kemudian hasil pengeringan ditimbang. b. Pengolahan teh hitam
ISSN : 2087-5045
Sampel sebanyak 500 g dilayukan selama 24 jam dengan cara diangin-anginkan. Kemudian dirajang dan digulung selama 20 menit. Setelah proses penggulungan selesai, daun teh diletakkan di atas meja untuk menjalani proses fermentasi. Proses fermentasi berlangsung selama tiga hari, selanjutnya proses pengeringan dengan cara disangrai selama 30 menit, kemudian hasil pengeringan ditimbang. c. Pengolahan teh oolong Masing-masing sampel sebanyak 500 g dilayukan selama 24 jam dengan cara diangin-anginkan. Selanjutnya dirajang dan digulung selama 20 menit. Setelah proses penggulungan daun teh diletakkan diatas meja untuk menjalani proses fermentasi. Proses fermentasi berlangsung selama satu hari, selanjutnya proses pengeringan dengan cara disangrai selama 30 menit, kemudian hasil pengeringan ditimbang. Proses Ekstraksi 1. Ekstraksi dilakukan dengan metoda maserasi dimana masing-masing sampel ditimbang, kemudian masukan ke dalam botol maserasi berwarna gelap, tambahkan pelarut sampai sampel terendam, perendaman dilakukan selama 5 hari dengan diaduk setiap hari untuk mempercepat proses pelarutan komponen kimia yang terdapat dalam sampel. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali sehingga sampel terekstraksi secara sempurna yang ditandai dengan pelarut pada sampel berwarna bening. 2. Masing-masing sampel yang telah direndam dengan pelarut tadi disaring dengan menggunakan kertas saring dan kapas untuk mendapatkan maserat murni yang tidak ada pengotornya. Kemudian ekstrak dipekatkan dengan Rotary Evaporator. 3. Untuk susut pengeringan, timbang scall kosong, lalu masukan ekstrak sebanyak 1 g, kemudian panaskan selama 30 menit pada suhu 105°C, lalu masukan ke dalam desikator dalam keadaan tutup dibuka lalu timbang scall dan ulangi sampai didapatkan bobot tetap. Uji Sitotoksik 1. Telur Artemia salina Leach direndam dalam wadah yang berisi air laut selama 10-15 menit, telur yang ada didasar wadah diambil kemudian ditetaskan dalam 14
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
wadah berisi air laut di bawah cahaya lampu 5 watt dan dilengkapi aerator. Telur Artemia salina Leach akan menetas menjadi larva selama 24 jam. Larva yang telah berumur 24 jam yang akan digunakan sebagai hewan uji aktifitas sitotoksik. 2. Pembuatan Larutan Uji a. Buat larutan induk dengan konsentrasi 100.000 ppm sebanyak 10 ml dengan cara menambahkan ekstrak sebanyak 1 gram kemudian dilarutkan etanol ad 10 ml. b. Untuk konsentrasi 10.000 ppm, dipipet masing-masing sebanyak 1 ml dari larutan induk sebanyak 4 vial, vial diberi tanda 1 a, 1 b, 1 c dan 1 d. Vial tanda 1 (a,b,c) untuk konsentrasi 10.000 ppm sedangkan vial 1 d di ad kan dengan etanol 10 ml untuk dibuat pengenceran konsentrasi 1000 ppm. c. Pipet sampel masing-masing 1 ml dari larutan vial 1 d masukan ke dalam 4 vial, beri tanda 2 a, 2 b, 2 c dan 2 d. Vial tanda 2 (a,b,c) untuk konsentrasi 1000 ppm sedangkan vial 2 d di ad kan dengan etanol 10 ml untuk dibuat pengenceran konsentrasi 100 ppm. d. Pipet sampel masing-masing 1 ml dari larutan vial 2 d masukan ke dalam 3 vial, beri tanda 3 a, 3 b, 3 c untuk konsentrasi 100 ppm.
e. Untuk larutan kontrol digunakan etanol 1 ml dimasukan dalam vial dan diberi tanda k. f. Setelah itu semua vial 1 (a,b,c), 2 (a,b,c), 3 (a,b,c) dan k dimasukan ke dalam oven dengan suhu 60°C selama 1 jam sampai kering. g. Untuk semua vial ditambahkan 2 tetes DymethilSulfoxid untuk menambahkan kelarutan ekstrak. Kemudian tambahkan air laut sebanyak 4 ml dan masukan 10 ekor larva udang Artemia salina Leach yang berumur 24 jam ke dalam vial dan tambahkan air laut ad 10 ml. Vial-vial tersebut diletakan dibawah penerangan selama 24 jam. h. Amati jumlah larva udang Artemia salina Leach yang mati setelah 24 jam dalam tiap vial. i. Hitung nilai LC50 dengan menggunakan metode Farmakope Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Dari uji pendahuluan kandungan kimia daun sirsak Annona muricata Linn menunjukan adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid dan saponin.
Tabel I. Hasil uji pendahuluan kandungan kimia metabolit sekunder. No Kandungan kimia Pereaksi Hasil 1
Alkaloid
Mayer
+
2
Flavonoid
+
3
Terpenoid
Asam klorida pekat/logam magnesium Kloroform/Asam sulfat
4
Saponin
Air/ Asam klorida pekat
+
5
Fenolik
Besi (III) klorida
+
2. Dari 500 g masing-masing sampel teh daun sirsak tua, didapatkan ekstrak kental teh hijau seberat 31,43 g, teh hitam
ISSN : 2087-5045
+
seberat 14,60 g, teh oolong seberat 18,28 g. 3. Uji sitotoksik dari ekstrak daun sirsak terhadap larva udang Artemia salina 15
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Leach didapatkan LC 50 sebesar 102,32 ppm untuk teh hijau, 38,01 ppm untuk teh hitam, dan 68,09 ppm untuk teh oolong. Pembahasan Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah daun sirsak (Annona muricata Linn) yang diambil di Nagari Lasi, Kabupaten Agam Kota Bukittinggi seberat 1,5 kg. Pemilihan kondisi daun adalah daun yang sudah tua yaitu ditandai dengan warna hijau tua, tebal, dan daun agak kaku karena tulang daun yang bertekstur keras (Sunarjono, 2005). Selanjutnya daun sirsak diolah dengan 3 pengolahan teh, yaitu pengolahan teh hijau, teh hitam, dan teh oolong (Ajisaka, 2012). Sampel dikeringkan dengan cara disangrai menggunakan api sedang yang bertujuan untuk mengurangi kadar air (Setymidjaja, 2000). Dari proses pengolahan ini diperoleh hasil pengeringan seberat 250 g untuk masing-masing teh daun sirsak. Metoda ekstraksi yang digunakan adalah maserasi yakni dengan menggunakan etanol destilasi. Metoda ini dipilih karena mempunyai keuntungan selain menggunakan alat yang sederhana dan juga dapat menarik zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia yang tidak tahan pemanasan maupun yang tahan pemanasan. Sampel direndam dengan etanol sebanyak 1500 ml didalam botol kaca berwarna gelap sehingga tidak tembus cahaya, hal ini bertujuan untuk melindungi simplisia agar tidak teroksidasi. Perendaman dilakukan selama 5 hari dan diaduk sekali-sekali, selama 5 hari perendaman, pelarut diganti, dan maserat disaring dengan menggunakan kapas agar maserat terbebas dari partikel-partikel dan endapan. Penyarian dilakukan sebanyak 3x dan setiap penambahan pelarut harus terukur (Djamal, 2010). Maserat yang telah dimaserasi selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator. Rotary evaporator digunakan untuk memperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh dari masingmasing pengolahan teh daun sirsak adalah sebanyak 31,43 g untuk teh hijau, 14,60 g teh hitam, 18,28 g teh oolong. Dari hasil perhitungan didapatkan persentase susut pengeringan daun sirsak sebesar 21,7% untuk teh hijau, 14,8% untuk teh hitam, 10,9% untuk teh oolong. Berdasarkan literatur susut pengeringan dari daun teh tidak lebih dari 10% (Anonim, 2011). ISSN : 2087-5045
Dalam hal ini susut pengeringan sampel masih diatas 10%, ini menunjukan masih kurangnya waktu pada proses penyangraian. Skrining fitokimia bertujuan untuk pemeriksaan senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman. Skrining Fitokimia yang dilakukan terhadap daun sirsak tua, diketahui sampel memberikan hasil (+) alkaloid, flavonoid, saponin, fenolik, dan terpenoid. Namun memberikan hasil (-) steroid. Penelitian yang dilakukan oleh Erika Fitriani terhadap daun sirsak menunjukkan hasil yang sama, yakni ekstrak etanol mengandung alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, tanin, triterpenoid. Untuk uji tanin dan triterpenoid tidak dilakukan karena keterbatasan reagen yang diperlukan. Untuk pengujian sitotoksik atau LC50 digunakan metoda Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Metoda ini dipakai karena selain mudah, cepat, murah juga merupakan salah satu metoda uji toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik dari bahan alam. Metoda ini menggunakan larva udang Artemia salina Leach sebagai hewan uji (Radji, 2008). Penetasan udang terlebih dahulu direndam dengan air laut di dalam aquarium tertutup atau terbebas cahaya dan dilengkapi aerator dan lampu 5 watt. Penggunaan aerator adalah untuk meningkatkan oksigen dalam air dan lampu sebagai sumber cahaya, dimana cahaya itu sebagai tujuan larva udang yang telah menetas. Larva udang yang siap dipakai adalah larva udang yang telah menetas dan berumur 24 jam karena biasanya telur-telur sudah menetas menjadi larva dalam waktu 24-36 jam. Pada pengujian LC50 semua larutan uji yang telah dibuat dimasukan ke dalam oven selama 2 jam dengan suhu 60°C, ekstrak tersebut dimasukan kedalam oven agar ekstrak terbebas dari etanol. Selanjutnya masingmasing larutan uji ditambahkan DMSO sebanyak 2 tetes dan diaduk, penambahan DMSO bertujuan agar ekstrak dapat larut dengan baik, kemudian dibuat larutan kontrol sebagai pembanding yang bertujuan untuk memastikan bahwa air laut dan DMSO tidak memberikan efek toksik pada larva. Tabel II. Hasil uji aktivitas sitotoksik ekstrak etanol daun sirsak dengan variasi pengolahan teh No Ekstrak Teh Nilai LC50
16
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
1 2 3
Teh Hijau Teh Hitam Teh Oolong
102,32 ppm 38,01 ppm 68,09 ppm
Dari tabel diatas terlihat bahwa semua ekstrak teh daun sirsak dengan variasi pengolahan teh aktif sitotoksik yang ditunjukan dengan nilai LC50 kecil dari 1000 ppm yaitu nilai untuk masing-masingnya teh hitam 38,01 ppm, teh oolong 68,09 ppm dan teh hijau 102,32 ppm. Dengan bervariasinya nilai LC50 dari masing-masing ekstrak maka dapat disimpulkan bahwa teknik pengolahan teh memiliki pengaruh terhadap aktivitas sitotoksik.
Suparni & A. Wulandari, 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia, Rapha Publishing, Yogyakarta. Yuliatin, S. I., 2011, Khasiat Sirsak, Tibun Media, Surabaya, Bandung.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari pengujian ekstrak teh daun sirsak dengan konsentrasi 10.000 ppm, 1000 ppm dan 100 ppm memberikan efek sitotoksik dengan nilai LC50 sebesar 102,32 ppm untuk teh hijau, 38,01 ppm untuk teh hitam dan 68,09 ppm untuk teh oolong, sehingga teknik pengolahan teh memiliki pengaruh terhadap aktivitas sitotoksik. Saran Disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metoda lain untuk pengujian sitotoksik.
DAFTAR PUSTAKA Ajisaka, 2012, Teh Dahsyat Khasiatnya, Stomata, Surabaya. Anonim, 2012, Herbal Indonesia Berkhasiat, Volume 10, PT Trubus Swadaya, Jakarta. Djamal, R., 2010, Kimia Bahan Alam PrinsipPrinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi, Penerbit Universitas Baiturrahmah, Padang. Mangan, Y., 2010, Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker, Agromedia Pustaka, Jakarta. Rukmana, R., & Y. Yuniarsih, 2001, Usaha Tani Sirsak, Kanisius, Yogyakarta. Sunarjono, H., 2005, Sirsak dan Srikaya, Penebar Swadaya, Jakarta.
ISSN : 2087-5045
17