Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini
PENGARUH PERTUMBUHAN LABA DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Frisca Rini Setiani
[email protected]
Nur Fadjrih Asyik Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purposes of this research i.e.: (1) the positive influence of the profit growth to the firm value (2) the positive influence of Corporate Social Responsibility (CSR) to the firm value. The samples are food and beverages companies which are listed in Indonesia Stock Exchange for 3 years of the observation period (2011-2013). The samples have been collected by using purposive sampling. The samples are 9 companies which have been fulfilled the criteria as the research samples. The multiple linear regressions analysis is used as the data analysis instrument. The result of this research shows: (1) the profit growth does not have any significant influence to the firm value. When the profit growth which has been obtained by the company decreases it does not mean that the performance of the company decreases as well. These matters make the investors trust to the company so that the firm value stay high even though the profit growth decreases. (2) the disclosure of Corporate Social Responsibility (CSR) has significant influence to the firm value. Based on the result of the research, the average of the enhancement level of the Corporate Social Responsibility disclosure every year is followed by the enhancement of the firm value. Keywords: Profit Growth, Corporate Social Responsibility (CSR), Firm Value. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji: (1) Pengaruh positif pertumbuhan laba terhadap nilai perusahaan (2) Pengaruh positif Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap nilai perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang listing di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun periode observasi (2011-2013). Sampel dikumpulkan dengan metode purposive sampling. Total sampel dalam penelitian ini adalah 9 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian. Alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pertumbuhan laba tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan menurun bukan berarti kinerja perusahaan juga menurun. Hal tersebut membuat investor percaya terhadap perusahaan sehingga nilai perusahaan tetap tinggi meskipun pertumbuhan laba mengalami penurunan. (2) pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata tingkat kenaikan pengungkapan Corporate Social Responsibility tiap tahun diikuti dengan kenaikan nilai perusahaan. Kata kunci: Pertumbuhan Laba, Corporate Social Responsibility (CSR), Nilai Perusahaan
PENDAHULUAN Perusahaan sebagai entitas ekonomi pada umumnya memiliki tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap suatu perusahaan yang berkaitan dengan harga saham. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi kemakmuran pemegang saham (Nurlela dan Islahuddin, 2008). Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat investor percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan dalam jangka pendek,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 2
namun juga pada prospek perusahaan secara jangka panjang. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut. Menurut Brigham dan Houston (2001), nilai perusahaan merupakan harga yang tersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown et al. (2004), nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas pemegang saham yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham dan laba. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio Q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomi dalam kekuasaannya. Rasio ini dikembangkan oleh Tobin (dalam Herawaty, 2008), yang merupakan konsep berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang hasil pengembalian dari setiap investasi. Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik (Herawaty, 2008). Penciptaan nilai perusahaan dilakukan melalui penciptaan laba sebagai hasil dari pengelolaan sumberdaya perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan wajar menghendaki kemakmuran yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan ini tidak lepas dari pertumbuhan kinerja keuangan manajemen, disamping itu pertumbuhan merupakan refleksi dari prospek perusahaan di masa yang akan datang. Salah satu informasi potensial untuk melakukan penaksiran earning power perusahaan dimasa yang akan datang adalah laba yang terkandung dalam laporan keuangan. Menurut Simamora (2000), laba suatu perusahaan dari tahun ke tahun dapat meningkat atau mengalami penurunan. Peningkatan laba yang stabil dari suatu perusahaan menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan baik. Demikian juga sebaliknya, penurunan laba dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa pertumbuhan laba perusahaan kurang baik. Selain itu fluktuasi laba yang berlebih akan menarik perhatian dan akan dianggap sebagai signal adanya praktik monopoli. Laba dapat dijadikan sebagai alat dalam pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan. Investor sebagai pemilik modal dalam menanamkan dananya pada saham sangant memperhatikan stabilitas laba yang diharapkan di masa yang akan datang serta menginginkan laba yang meningkat dari satu periode ke periode berikutnya. Namun faktanya, laba yang diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun tidak dapat dipastikan, bisa naik untuk tahun ini dan bisa turun untuk tahun berikutnya begitupun sebaliknya. Apabila pertumbuhan laba mengalami penurunan dari tahun ke tahun artinya perusahaan memiliki citra yang kurang baik. Hal tersebut akan membuat investor tidak percaya akan prospek perusahaan untuk kedepan, yang nantinya membuat harga pasar ikut menurun. Banyak perusahaan yang berusaha untuk memperoleh laba maksimal tanpa memerhatikan dampak dari setiap aktivitas bisnisnya. Hal itu telah menyebabkan perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal menyebabkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat sosial dengan tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Para pemilik modal, yang hanya berorientasi pada laba material telah merusak keseimbangan dengan cara mendorong pengembangan potensi ekonomi yang secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadikan mereka mengalami penurunan kondisi sosial.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 3
Banyak perusahaan kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Social Responsibility (CSR). Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan investasi perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini bukan lagi bersifat sukarela/komitmen yang dilakukan perusahaan di dalam mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib/menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 juli 2007 (www.hukumonline.com). Dengan adanya ini, perusahaan khususnya perseroan terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat. Perusahaan berharap dengan pengungkapan CSR, perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan akan memaksimalkan ukuran keuangan untuk jangka waktu yang panjang. Selain itu, pengungkapan CSR diharapkan dapat meningkatkan image perusahaan dan meningkatkan penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR berharap akan direspon positif oleh para pelaku pasar seperti investor dan kreditor yang nantinya dapat meningkatkan nilai perusahaan (Sayekti dan Wondabio, 2007). Hal ini didukung oleh Eipstein dan Freedman (dalam Hartini, 2012) yang menemukan bahwa investor individual tertarik pada informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Calon investor akan lebih tertarik melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba yang baik dan melakukan pengungkapan CSR. Sehingga pada akhirnya hal ini diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan (harga saham tinggi) karena banyaknya permintaan investasi saham oleh para investor atas keputusannya berinvestasi di perusahaan. Pengungkapan CSR bertujuan mengurangi asimetri informasi ketika informasi laba hanya memberikan sedikit informasi tentang nilai perusahaan. Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan perusahaan diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi dan mengurangi agency problems. Informasi CSR dalam laporan tahunan diharapkan dapat dipertimbangkan oleh investor sebagai informasi tambahan, sehingga dalam pengambilan keputusan tidak semata-mata mendasarkan pada informasi laba saja. Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan yang akan mengungkapkan CSR dibandibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR, mereka akan membeli produk yang laba produk tersebut disisihkan untuk kepentingan sosial lingkungan. Hal ini akan berdampak positif terhadap perusahaan selain membangun image yang baik dimata para stakeholder karena kepedulian perusahaan terhadap sosial lingkungan, juga akan menaikkan laba perusahaan melalui peningkatan (Rahayu, 2010). Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage. Saham kelompok perusahaan food and beverage lebih banyak mencuri minat para investor karena perusahaan food and beverage merupakan salah satu usaha yang tidak pernah mati akan kebutuhan pangan yang merupakan kebutuhan pokok manusia. Tingkat konsumsi masyarakat akan semakin bertambah sejalan dengan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin komplek dan meningkat. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang produknya sering digunakan oleh orang banyak dan mampu bertahan dalam kondisi kebijakan model apapun sehingga seburuk apapun kebijakan yang dibuat hampir pasti produk perusahaan ini tetap dibeli dan diminati oleh konsumen. Dapat dikatakan bahwa produk dari perusahaan food and beverage tersebut sangat dibutuhkan oleh konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh positif pertumbuhan laba terhadap nilai perusahaan dan menguji pengaruh positif Corporate Sosial Responsibility terhadap nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 4
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Stakeholder Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum dikenal dengan teori stakeholder artinya sebagi kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembanguan secara berkelanjutan. Teori Stakeholder dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha. (Waryanti, 2009). Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Corporste Social Responsibility (CSR) seharusnya melampaui tindakan maksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (shareholder). Gray et al. (dalam Ghozali dan Chariri 2007) mengemukakan bahwa pengungkapan sosial dan lingkungan dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholder. Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh peruasahaan. Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti : pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga pemerhati lingkungan, lembaga di luar perusahaan (lembaga swadaya masyarakat dan sejenisnya), para pekerja lingkungan perusahaan, kaum minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat menpengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Batasan stakeholder tersebut di atas mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholder, karena mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholder bukan tidak mungkin akan menuai protes dan dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder. Berdasarkan pada asumsi dasar teori stakeholder tersebut, perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungan sosial sekitarnya. Stakeholder memiliki peranan yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan tersebut. Teori Legitimasi Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategi bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke depan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengonstruksikan strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri dalam lingkungan masyarakat yang semakin maju. Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkunagan sekitarnya baik fisik maupun non fisik. Sejalan dengan karakternya yang berdekatan dengan ruang dan waktu,legitimasi mengalami pergeseran bersamaan dengan perubahan dan perkembangan lingkungan dan masyarakat di mana perusahaan berada (Hadi, 2011:87). Perubahan nilai dan norma sosial dalam masyarakat sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia, juga menjadi motovator perubahan legitimasi perusahaan di samping juga dapat menjadi tekanan bagi legitimasi perusahaan (Hadi, 2011:88).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 5
Legitimasi mengalami pergeseran sejalan dengan pergeseran masyarakat dan lingkungan, perusahaan harus dapat menyesuaikan perubahan tersebut. Deegan et al. (dalam Hadi, 2011:89) menyatakan legitimasi dapat diperoleh manakala terdapat keseuaian antara keberadaan perusahaan tidak mengganggu atau sesuai (congruent) dengan eksistensi system nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan aktivitas dan pengungkapan CSR. Pengungkapan aktivitas CSR dianggap menjadi suatu hal yang penting untuk mempengaruhi persepsi masyarakat akan kegiatan operasional perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007) yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan kinerja berbasis sosial dan lingkungan serta pengungkapan informasi sosial dan lingkungan untuk membenarkan atau melegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat. Pertumbuhan Laba Salah satu tujuan perusahaan adalah menghasilkan laba yang optimum. Laba itu sendiri merupakan selisih antara pendapatan yang diperoleh dengan beban yang dibayarkan selama satu periode akuntansi. Laba dapat dijadikan sebagai alat dalam pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia (2009) memiliki pengertian mengenai income. Income diterjemahkan sebagai penghasilan. Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, income (penghasilan) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Bagi pemilik saham dan atau investor, laba berarti peningkatan nilai ekonomis (wealth) yang akan diterima, melalui pembagian dividen. Laba juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumberdaya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk memperkirakan prospeknya di masa depan. Laba dapat dijadikan sebagai alat dalam pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan. Investor sebagai pemilik modal dalam menanamkan dananya pada saham sangat memperhatikan stabilitas laba yang diharapkan di masa yang akan datang serta menginginkan laba yang meningkat dari satu periode ke periode berikutnya. Namun faktanya, laba yang diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun tidak dapat dipastikan, bisa naik untuk tahun ini dan bisa turun untuk tahun berikutnya begitupun sebaliknya. Pada lingkungan pasar modal, laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan sumber informasi sangat penting yang dibutuhkan oleh sebagian besar pemakai laporan dan atau pelaku pasar serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan emiten untuk mendukung pengambilan keputusan. Dari beberapa informasi yang diperoleh di laporan keuangan, biasanya laba menjadi pusat perhatian pihak pengguna. Laba bersih (Net Income/Net Earning) menjadi bahan kajian yang sangat penting untuk menganalisis kinerja perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham untuk memperkirakan apakah sebuah saham perusahaan layak dibeli. Asumsi yang digunakan kemudian adalah bahwa data akuntansi tersebut seharusnya berdampak terhadap saham perusahaan. Investor sebagai pemilik modal menginginkan laba yang meningkat dari satu periode ke periode berikutnya. Namun faktanya, laba yang diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun tidak dapat dipastikan, bisa naik untuk tahun ini dan bisa turun untuk tahun berikutnya begitupun sebaliknya. Kenaikan dan penurunan laba pertahun inilah yang disebut dengan pertumbuhan laba.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 6
Apabila pertumbuhan laba mengalami penurunan dari tahun ke tahun artinya perusahaan memiliki citra yang kurang baik. Hal tersebut akan membuat investor tidak percaya akan prospek perusahaan untuk kedepan, yang nantinya membuat harga pasar ikut menurun. Begitupun sebaliknya. Peningkatan pertumbuhan laba membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya. Simorangkir (dalam Hapsari, 2007) menyatakan bahwa pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan, karena besarnya dividen yang akan dibayar di masa akan datang saat bergantung pada kondisi perusahaan. Indikator pertumbuhan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba, yang definisinya adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan (Usman, 2003). Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut World Business Council for Sustai-nable Development menjelaskan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak secara etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat secara luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya. Sedangkan, menurut ISO 26000, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampakdampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. Perusahaan selain berorientasi terhadap laba, perusahaan juga bertanggungjawab terhadap masalah sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan dengan manajemen lingkungan sehingga tidak hanya terbatas pada orientasi kinerja keuangan perusahaan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh atas aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) antara lain: meningkatkan penjualan dan market share, memperkuat brand positioning, meningkatkan citra perusahaan, menurunkan biaya operasi, dan meningkatkan daya tarik perusahaan di mata para investor dan analis keuangan. Perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek dengan menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR), namun juga turut memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat serta lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Dengan melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) secara konsisten dalam jangka panjang akan menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat terhadap kehadiran perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (stakeholder). Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (perusahaan), diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal. Menurut Eipstein dan Freedman, (dalam Sayekti dan Wondabio, 2007), pengungkapan informasi Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomis dan politis. Selain itu juga, akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 7
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility (CSR) bersifat wajib (mandatory) bagi kriteria perusahaan tertentu seperti yang disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 menyatakan bahwa: Perseroan yang menjalankan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Tanggungjawab sosial dan lingkungan tersebut merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. Jika Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perseroan Terbatas juga diwajibkan untuk mengungkapkan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan. Namun demikian, item-item Corporate Social Responsibility (CSR) yang diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang masih bersifat sukarela (voluntary). Pengungkapan (disclosure) yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan untuk menunjukan transparansi dan akuntanbilitas perusahaan. Pengungkapan yang berkualitas mengenai informasi keuangan dan informasi lain yang relevan bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan ekonomi. Kualitas informasi dapat dilihat dari sejauh mana luas pengungkapan laporan yang diterbitkan perusahaan. Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan. Semakin banyak item CSR yang diungkapkan perusahaan secara sukarela akan semakin banyak keuntungan yang diperoleh. Pengungkapan CSR dapat memberikan tranparansi atas dampak kegiatan operasional perusahaan maupun kontribusi yang telah diberikan kepada masyarakat maupun stakeholder lainnya. Pengungkapan CSR dilakukan dalam suatu perusahaan untuk menunjukkan kepedulian serta melegitimasi aktivitas perusahaan terhadap stakeholder. Nilai Perusahaan Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Harga saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan nilai yang bersedia dibayar pembeli atau investor. Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan dengan hati-hati dan tepat, mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi kinerja umum perusahaan. Kebijakan keuangan berperan penting bagi kelangsungan perusahaan. Bagi para pemegang saham dengan tujuan investasi jangka panjang kebijakan keuangan menjadi penting untuk dicermati. Menurut Brigham dan Houston (2001), nilai perusahaan merupakan harga yang tersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown et al. (2004), nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas pemegang saham yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham dan laba. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Menurut Gapensi (dalam Wahidahwati, 2002), Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 8
Salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik (Herawaty, 2008). Pengembangan Hipotesis Pengaruh Pertumbuhan Laba terhadap Nilai Perusahaan Bagi investor, dalam menilai kinerja perusahaan dapat melihat perubahan laba dari tahun ke tahun. Laba dipakai sebagai suatu dasar pengambilan keputusan investasi dan prediksi untuk pertumbuhan laba yang akan datang. Menurut Usman (2003), pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Laba yang diperoleh perusahaan untuk tahun yang akan datang tidak dapat dipastikan. Dengan adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan (Hartini, 2012). Pertumbuhan laba berpengaruh terhadap investasi para investor dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai kondisi yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan (harga saham tinggi). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Pertumbuhan laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Disamping kinerja keuangan yang akan dilihat investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan, adanya pengungkapan item CSR dalam laporan keuangan diharapkan akan menjadi nilai plus yang akan menambah kepercayaan para investor, bahwa perusahaan tersebut akan terus berkembang dan berkelanjutan (sustainable). Calon investor dalam pengambilan keputusan investasi akan mempertimbangakan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal ini didukung oleh Eipstein dan Freedman (dalam Hartini, 2012) yang menemukan bahwa investor individual tertarik pada informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen makin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat. Oleh karena itu, CSR berperan penting dalam meningkatkan nilai perusahaan sebagai hasil dari peningkatan penjualan perusahaan dengan cara melakukan berbagai aktivitas sosial di lingkungan sekitarnya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan food and beverages yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan yang tergolong sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan listing selama tahun 2011-2013. (2) Data laporan tahunan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 9
perusahaan food and beverage tersedia secara berturut-turut dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. (3) Perusahaan sampel tersebut memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Pertumbuhan Laba Pertumbuhan laba merupakan perubahan persentase kenaikan atau penurunan laba yang diperoleh perusahaan. Variabel ini disimbolkan dengan (PL). Rumus pertumbuhan laba (Usman, 2003):
Δ Yit =
–
Keterangan: Δ Yit= Pertumbuhan laba pada periode tertentu Yit= Laba perusahaan i pada periode t Yit-1 = Laba perusahaan i pada periode t-1 b. Corporate Social Responsibility (CSR) Informasi mengenai CSR berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative). GRI terdiri atas 3 fokus pengungkapan yaitu: 1. Ekonomi Dimensi Ekonomi menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem ekonomi pada tingkat lokal, nasional, dan tingkat global. Indikator ekonomi menggambarkan: Arus modal di antara berbagai pemangku kepentingan dan dampak ekonomi utama dari organisasi seluruh masyarakat. Kinerja keuangan merupakan hal yang mendasar untuk memahami organisasi dan keberlanjutannya. Akan tetapi, informasi ini biasanya sudah dilaporkan dalam laporan keuangan (www.globalreporting.org). 2. Lingkungan Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada kehidupan di dalam sistem alam, termasuk eksistem, tanah, udara, dan air. Indikator kinerja lingkungan terkait dengan input (bahan, energi, air) dan out put (emisi/gas, limbah sungai, limbah kering/sampah). Selain itu, kinerja mereka mencakup kinerja yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati, kepatuhan lingkungan, dan informasi yang berkaitan lainnya seperti limbah lingkungan dan dampak dari produk dan jasa (www.globalreporting.org). 3. Sosial Indikator kinerja sosial GRI menidentifikasi kunci aspek kinerja yang meliputi praktek perburuhan/tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat/sosial, dan tanggung jawab produk (www.globalreporting.org). Perhitungan CSR dilakukan dengan menggunakan CSR disclousure index/CSRDI yaitu: (1) Menentukan indeks pengungkapan sosial untuk setiap perusahaan sampel berdasarkan daftar (checklist) pengungkapan sosial dengan cara sebagai berikut: Score 0, jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Score 1, jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. (2) Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlah untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRDI adalah sebagai berikut (Sayekti dan Wondabio, 2007): CSRDI =
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 10
Keterangan: CSRDIj : corporate social responsibility disclosure index perusahaan j Xj : jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan j N : jumlah item pengungkapan CSR
Indeks pengungkapan CSR berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative), yaitu sebagai berikut: (1) Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator), (2) Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator), (3) Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator), (4) Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance indicator), (5) Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator), (6) Indikator Kinerja produk (product responsibility performance indicator). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan hanya tiga kategori, yaitu indikator kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Dalam indikaor kinerja sosial telah mencakup indikator yang terdiri dari: indikator kinerja tenaga kerja, hak asasi manusia, sosial/kemasyarakatan, dan produk. Variabel Dependen Nilai Perusahaan Nilai perusahaan disimbolkan dengan (NP). Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Variabel ini diberi simbol Q. Variabel ini telah digunakan oleh Herawaty (2008), dan Nurlela dan Islahuddin (2008). Penghitungan menggunakan rumus: Q= Keterangan: Q = Nilai perusahaan EMV = Nilai pasar ekuitas (EMV=closing price x jumlah saham yang beredar) D = Nilai buku dari total hutang EBV = Nilai buku dari total aset Jika rasio-q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan meransang investasi baru. Jika rasio-q dibawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Pengujian Hipotesis Uji Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji kelayakan model (uji statistik F), koefisien determinasi dan uji signifikansi parameter individual (uji statistik t). Uji Kelayakan Model (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Uji F dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 (α=5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak, yang berarti model regresi tidak fit. Jika nilai signifikan lebih kecil dari α maka hipotesis diterima. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 11
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan signifikansi level 0,05 (α=5%). Dasar pengambilan keputusannya adalah : (1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien
regresi tidak signifikan). Ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. (2) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu pertumbuhan laba, Corporate Social Responsibility (CSR) dan nilai perusahaan. Tabel 1 Statistik Deskriptif
PL CSR NP Valid N (listwise)
N 27 27 27 27
Deskriptive Statistics Minimum Maximum -.332 2.223 .308 .667 .338 10.088
Mean .31100 .44830 2.39952
Std. Deviation .605427 .097230 2.150077
Berdasarkan tabel 1 di atas meggambarkan deskripsi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Minimum merupakan nilai terkecil dari suatu rangkaian pengamatan, maksimum merupakan nilai terbesar dari suatu rangkaian pengamatan. Mean (rata-rata) merupakan hasil penjumlahan nilai seluruh data dibagi dengan banyaknya data sementara standar deviasi merupakan akar dari jumlah kuadrat dari selisih nilai data dengan rata-rata dibagi dengan banyaknya data. Pada variabel pertumbuhan laba (PL), semakin besar pertumbuhan laba yang diperoleh artinya semakin kenaikan laba yang diperoleh dibanding dengan laba tahun sebelumnya. Begitupun sebaliknya, semakin kecil pertumbuhan laba yang diperoleh artinya semakin menurun laba yang diperoleh dibanding dengan laba tahun sebelumnya. Nilai pertumbuhan laba yang terkecil (minimum) adalah -0,332 dan nilai yang terbesar (maximum) adalah 2,223 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,3110. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan laba paling rendah sebesar -33,20%. Rata-rata pertumbuhan laba adalah 31,10% dan standar deviasi sebesar 0,605427 menujukkan variasi yang terdapat dalam pertumbuhan laba. Pada variabel Corporate Social Responsibility (CSR), semakin besar nilai CSR artinya perusahaan lebih banyak menerapkan item-item CSR. Nilai terkecil (minimum) CSR adalah 0,308 dan nilai CSR yang terbesar (maximum) adalah 0,6670 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,44830. Hal ini berarti bahwa perusahaan paling sedikit mengungkapkan Corporate Social Responsibility (CSR) yang sesuai dengan 78 item pengungkapan dari penelitian ini adalah 66,70%. Rata-rata pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan perusahaan adalah 44,83%. Standar deviasi sebesar 0,09723 menunjukkan variasi yang terdapat dalam CSR.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 12
Pada variabel nilai perusahaan (NP), semakin besar nilai perusahaan artinya nilai pasar ekuitas perusahaan dan nilai buku total hutang lebih besar dibanding nilai buku ekuitas dan nilai buku total hutang. Nilai yang terkecil (minimum) sebesar 0,338 dan nilai yang terbesar (maximum) sebesar 10,088 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 2,39952. Hal ini menujukkan bahwa nilai perusahaan (NP) paling rendah sebesar 33,80%. Standar deviasi yang terdapat dalam nilai perusahaan (NP) sebesar 2,150077 menujukkan variasi yang terdapat dalam nilai perusahaan. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas. Hasil uji kolmogorov-smirnov menunjukkan nilai signifikansi Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,652 karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,652 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas. Titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dengan model regresi. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi sebesar 1,636. Nilai tersebut terletak di antara -2 sampai +2. Hasil ini berarti dapat disimpulkan bahwa metode penelitian ini tidak ada autokorelasi. Uji Hipotesis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi fungsinya untuk mengukur besarnya peranan variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut hasil koefisien determinasi akan disajikan pada tabel 2 dibawah ini: Tabel 2 Hasil Uji Koefisien Determinasi
a. b.
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate 1 .477a .277 .163 1.967016 Dependen Variable: Nilai Perusahaan Predictors: (Constant), Pertumbuhan Laba, Corporate Social Responsibility
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa nilai R Square adalah sebesar 0,277 atau sekitar 27,7% kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, sedangkan selebihnya yaitu 72,3% dijelaskan oleh faktor-faktor variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Pengujian Kelayakan Model (Uji F) Uji F ini dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang layak (fit) atau tidak. Pada tabel 3 dapat dilihat hasil dari Uji F yang dilakukan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 13 Tabel 3 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F) ANOVAa Df
Model
Sum of Mean F Squares Squares Regression 27.334 2 13.667 Residual 92.860 24 3.869 Total 120.194 26 Dependen Variable: Nilai Perusahaan Predictors: (Constant), Pertumbuhan Laba, Corporate Social Responsibility
1
c. d.
Sig. 3.532
.045b
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat dilihat nilai signifikansi sebesar 0,045. Angka signifikansi tersebut lebih kecil dari nilai 0,05 (α=5%) maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan layak (fit). Hal ini menujukkan semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi dengan normal dan tidak terdapat heteroskedastisitas maupun multikolinearitas. Oleh karena itu data yang tersedia telah memenuhi syarat untuk menggunakan model regresi berganda. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu pertumbuhan laba yang diwakili oleh PL dan Corporate Social Responsibility yang diwakili oleh CSR terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan yang diwakili oleh Tobin’s Q (NP). Berikut adalah hasil analisis linier berganda dapat dilihat pada tabel 4: Tabel 4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model
1
a.
Unstandardized Coefficient B (Constant) 6.104 PL .825 CSR 8.836 Dependen: Nilai Perusahaan
Std. Error 1.848 .639 3.979
Standardized Coefficient Beta .232 .400
T
Sig.
3.302 1.291 2.221
.003 .209 .036
Berdasarkan tabel 4 di atas, hasil analisis regresi linear berganda diatas dapat diketahui bahwa persamaan regresi linear berganda dengan adalah sebagai berikut: NP = α + β1PL + β2CSR + e NP = 6,104 + 0,825 PL + 8,836 CSR + e Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh positif pertumbuhan laba terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa variabel pertumbuhan laba memiliki nilai signifikansi sebesar 0,209 lebih besar dari 0,05 (α=5%) dan diperoleh koefisien regresi sebesar 0,825 dengan nilai t sebesar 1,291. Dengan demikian H1 tidak didukung. Ini berarti bahwa secara parsial variabel pertumbuhan laba berpengaruh positif namun tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 14
Dilihat dari hasil perhitungan data, rata-rata pertumbuhan laba pada tahun 2011-2013 sebesar 0,31 sedangkan rata-rata nilai perusahaan selama tahun 2011-2013 sebesar 2,58. Hal ini dapat dibuktikan dengan rata-rata pertumbuhan laba pada tahun 2011 sebesar Rp.267.388.883.227, pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 81,78% menjadi Rp.48.709.803.141, sedangkan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 157,55% menjadi Rp.125.452.425.499. Pada tahun 2011 rata-rata nilai perusahaan sebesar Rp.12.774.573.516.453, pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 39,54% menjadi Rp.17.825.245.731.232 dan pada tahun 2013 tetap mengalami peningkatan sebesar 36,84% menjadi Rp.24.391.640.865.506. Pada beberapa perusahaan sampel penurunan tingkat pertumbuhan laba yang tidak diikuti oleh penurunan nilai perusahaan. Pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan tahun 2012 menurun bukan berarti kinerja perusahaan juga menurun. Pada tahun 2012 perusahaan sedang melakukan ekspansi sehingga membutuhkan dana yang berasal dari laba untuk berinvestasi. Investasi yang nantinya akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Hal tersebut membuat investor percaya terhadap perusahaan sehingga nilai perusahaan yang dikaitkan dengan harga saham tetap tinggi meskipun pertumbuhan laba mengalami penurunan. Pada periode penelitian dengan sampel yang ditentukan diperoleh data rata-rata investasi perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp.680.339.135.585. Pada tahun 2012 rata-rata investasi yang dilakukan oleh perusahaan meningkat sebesar 18,66% menjadi Rp.807.261.429.609. Pada tahun 2013 rata-rata investasi yang dilakukan oleh perusahaan meningkat sebesar 149,1% menjadi Rp. 2.010.783.414.502. Data tersebut menunjukkan pada tahun 2011 perusahaan melakukan rata-rata investasi sebesar Rp.680.339.135.585 dan rata-rata pertumbuhan laba yang diperoleh sebesar Rp.267.388.883.227. Pada tahun 2012 melakukan rata-rata investasi sebesar Rp.807.261.429.609 dan rata-rata pertumbuhan laba yang diperoleh sebesar Rp.48.709.803.141. Sedangkan pada tahun 2013 melakukan rata-rata investasi sebesar Rp. 2.010.783.414.502 dan rata-rata pertumbuhan laba yang diperoleh sebesar Rp.125.452.425.499. Pertumbuhan laba yang merupakan perubahan atas penerimaan laba sekarang terhadap laba sebelumnya. Namun tidak selalu suatu perusahaan mengalami pertumbuhan laba. Perubahan itu sendiri dapat berupa peningkatan atau perubahan positif (laba), penurunan atau perubahan negatif (rugi) atau sama seperti periode yang lalu (Husnan, 2003). Menurut Usman (2003) definisi pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa laba perusahaan yang tidak bertumbuh. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai minimum pertumbuhan laba yang sebesar -0,332. Oleh sebab itu pertumbuhan laba tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena masih terdapat perusahaan yang tidak mengalami pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, mengindikasikan bahwa naik maupun turunnya pertumbuhan laba tidak akan mempengaruhi besarnya nilai perusahaan. Dengan kata lain bahwa pertumbuhan laba yang tinggi tidak mampu menaikkan nilai perusahaan. Begitupun sebaliknya, pertumbuhan laba yang rendah tidak mampu menurunkan nilai perusahaan. Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh positif Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai koefisien regeresi variabel Corporate Social Responsibility sebesar 8,836 dan nilai t sebesar 2,221 dengan nilai signifikansi sebesar 0,036. Nilai signifikansi sebesar 0,036 lebih kecil dari 0,05 (α=5%). Dengan demikian H2 didukung. Ini berarti bahwa semakin tinggi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 15
Corporate Social Responsibility akan semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya semakin rendah Corporate Social Responsibility akan semakin rendah nilai perusahaan. Dilihat dari hasil perhitungan data, rata-rata Corporate Social Responsibility pada tahun 2011-2013 sebesar 0,448 sedangkan rata-rata nilai perusahaan selama tahun 2011-2013 sebesar 2,58. Hal ini dapat dibuktikan dengan luas pengungkapan Corporate Social Responsibility pada tahun 2011 sebesar 33,56, pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 4% menjadi 34,89, dan pada tahun 2013 tetap mengalami peningkatan sebesar 4,5% menjadi 36,44. Pada tahun 2011 rata-rata nilai perusahaan sebesar Rp.12.774.573.516.453, pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 39,54% menjadi Rp.17.825.245.731.232 dan pada tahun 2013 tetap mengalami peningkatan sebesar 36,84% menjadi Rp.24.391.640.865.506. Semakin tinggi Corporate Social Responsibility akan semakin tinggi nilai perusahaan dan sebaliknya semakin rendah Corporate Social Responsibility akan semakin rendah nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya pelaksanaan dan pengungkapan CSR akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini sesuai dangan teori legitimasi dan teori stakeholder. O’Donovan (dalam Hadi, 2011) berpendapat bahwa legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan manfaat atau sumber daya potensi bagi perusahaan untuk bertahan hidup (going concern). Corporate Social Responsibility menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan stakeholder yang cakupannya lebih luas daripada sekedar kepentingan shareholder. Penelitian ini mendukung penelitian Kusumadilaga (2010) dan Edmawati (2012) yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, hal ini karena kualitas pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian masih sangat rendah. Perbedaan hasil juga ditunjukkan dalam penelitian Thohiri (2011), yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan dengan Tobin’s Q sebagai proksi nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa perusahaan yang mengungkapkan Corporate Social Responsibility yang lebih luas cenderung menurunkan nilai perusahaan. Eipstein dan Freedman (dalam Hartini, 2012) yang menemukan bahwa investor individual tertarik pada informasi sosial yang dilaporkan dalam laporan tahunan. Calon investor akan lebih tertarik melakukan investasi pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan laba yang baik dan melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility. Sehingga pada akhirnya hal ini diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan (harga saham tinggi) karena banyaknya permintaan investasi saham oleh para investor atas keputusannya berinvestasi di perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup akibat adanya dukungan dari para stakeholder akan mendapat apresiasi positif dari para investor yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan. Para investor akan tertarik menanamkan modalnya pada perusahaan yang mampu tumbuh secara berkelanjutandan bertahan hidup (going concern). Tingginya minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan meningkatkan permintaan saham perusahaan dan membuat harga saham perusahaan semakin tinggi, sehingga nilai perusahaan juga semakin meningkat.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 16
Dengan demikian, pelaksanaan dan pengungkapan Corporate Social Responsibility berperan penting dalam meningkatkan nilai perusahaan yang merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Tingginya harga saham suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai yang baik. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) pertumbuhan laba tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan menurun bukan berarti kinerja perusahaan juga menurun. Hal tersebut membuat investor percaya terhadap perusahaan sehingga nilai perusahaan tetap tinggi meskipun pertumbuhan laba mengalami penurunan. (2) pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata tingkat kenaikan pengungkapan Corporate Social Responsibility tiap tahun diikuti dengan kenaikan nilai perusahaan. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat perusahaan yang tidak mengalami pertumbuhan laba, sehingga pertumbuhan laba tidak mampu mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk penelitian selanjutnya, dalam purposive sampling sebaiknya menambah kriteria dengan tidak menggunakan laba negatif (rugi) atau yang tidak mengalami pertumbuhan laba. DAFTAR PUSTAKA Brigham, E. dan J. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Erlangga. Jakarta. Ghozali, I. dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit UNDIP. Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Mulltivariate dengan Progran SPSS. Cetakan ke IV, Semarang: Badan Penerbit UNDIP. Edmawati, D.D. 2012. Pengungkapan Informasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan 3: 74-95. Hadi, N. 2011. Corporate Social Responsibility edisi Pertama. Graha. Yogyakarta. Hapsari, E.A. 2007. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Petumbuhan Laba (Studi Kasus: Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001 2005). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Hartini, W. 2012. Pengaruh Financial Ratio Terhadap Pertumbuhan Laba dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Pemoderasi. Manajement Analysis Journal, Volume 1 Nomor 2. Herawaty, V. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variabel Dari Pengukuran Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Keown, J., F. David, J.R. Scott, D. John, J. Martin, dan W. Petty. 2004. Manajemen Keuangan Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta. Kusumadilaga, R. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Skrispi.Universitas Diponegoro, Semarang.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 4 No. 5 (2015)
Pengaruh Pertumbuhan Laba... - Setiani, Frisca Rini 17
Nurlela, R. dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak. Rahayu, S. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 20072009. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sayekti, Y. dan L.S. Wondabio, 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar. 26-28 Juli. Simamora, H. 2000. Akuntansi (Basis Pengambilan Keputusan Bisnis). Edisi 1. Salemba Empat. Jakarta. Thohiri, R. 2011. Pengaruh Pengungkapan CSR dan GCG terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating.Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Usman, B. 2003. Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada BankBank di Indonesia. Media Riset Bisnis & Manajemen, Volume 3 Nomor 1. Wahidahwati. 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Utang Perusahaan: Sebuah Perspektif Teori Agensi. JRAI, Volume 5 Nomor 1. Januari: 1-16. Waryanti. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Sustainability Reporting Guidelines. www.globalreporting.com/reporting/g4/Pages/default. aspx. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. www.hukumonline.com/pusatdata/detail/26940/ node/70/uu-no-40-tahun-2007-perseroan-terbatas.
●●●