PENGARUH PERMAINAN SOSIODRAMA DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN EMPATI PADA ANAK Maria Ulfah Mira Aliza Rachmawati INTISARI Penelitian ini menggunakan desain eksperimental yang bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh permainan sosiodrama dalam menumbuhkan kemampuan empati pada anak. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kemampuan empati anak yang diberi permainan sosiodrama dengan yang tidak diberi permainan sosiodrama. Subjek penelitian sebanyak 40 orang yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol (20 orang) dan kelompok eksperimen (20 orang), berusia 11-12 tahun dan masih aktif sebagai siswa ditingkat Sekolah Dasar. Untuk kemampuan empati subjek data diungkap dengan menggunakan skala empati yang disusun dengan u pada aspek yang dikemukakan oleh Davis (Constantine dan Gainor, 2001). Skala ini terdiri dari 34 aitem yang terbagi menjadi yaitu favorable (17 aitem) dan unfavorable (17 aitem). Analisis data dilakukan dengan menggunakan tehnik t-test untuk Pre test – Post test Control Group. Uji asumsi yang dilakukan tersebut menunjukkan bahwa sebaran subyek pada masingmasing kelompok termasuk normal (KSZ=0,611 & p= 0,476) dan homogen (F= 13, 978 & p= 0,405). Hasil uji t menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan kemampuan empati anak yang diberi permainan sosiodrama dengan anak yang tidak diberi permainan sosiodrama ( t=2,973 & p = 0,005). Kata Kunci : Permainan Sosiodrama, Kemampuan Empati
1
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berempati sangat penting dalam perkembangan anak. Anak akan menjadi egois, bila tidak mempunyai kemampuan berempati. Kemampuan dalam berempati diawali dengan sosialisasi, dalam bersosialisasi anak dapat merasakan menolong dan ditolong orang lain. Komponen menolong dan di tolong merupakan salah satu komponen afektif dari empati termasuk merasa simpati, dengan hal tersebut anak belajar untuk mengenal diri sendiri dari sudut pandang orang lain. Kemampuan empati anak dapat merasakan yang ada dalam diri sendiri, orang lain dan juga mengetahui kepribadian yang ada dalam diri anak tersebut. Menurut Schlenker dan Britt (Baron, 2002) individu yang memiliki empati tinggi lebih termotivasi untuk menolong seorang teman daripada anak yang memiliki empati yang rendah. Menurut Megawangi (2006) orang yang mempunyai rasa empati tinggi biasanya dermawan, disenangi dalam pergaulan, mudah menyesuaikan diri, dan percaya diri. Empati merupakan kunci keberhasilan untuk dapat memahami permasalahan dari sudut pandang diri sendiri maupun orang lain (www. Republika.com, 2004). Empati adalah memahami perasaan orang lain selain itu juga kemampuan untuk
membayangkan
diri
sendiri
di tempat orang lain (Hurlock (1980).
Menurut Shapiro (www.republika.com, 2003), secara naluriah anak sudah mengembangkan empati sejak ia bayi. Awalnya empati yang dimiliki sangat sederhana, yakni empati emosi. Sebagai contoh pada bayi umur 0-1 tahun dimana bayi akan menangis jika mendengar bayi lain menangis, dari itu maka
2
empati dapat dimiliki anak sejak dini. Empati anak bisa diajarkan dengan sentuhan kasih sayang sejak kecil, serta dalam memberi hukuman sesuai dan dapat merangsang kreativitas, bukan menyiksa.. Rasa empati pada anak harus diasah. Bila dibiarkan rasa empati akan terkikis walau tidak sepenuhnya hilang, tergantung dari lingkungan yang membentuknya. Banyak segi positif bila mengajarkan anak berempati diantaranya adalah anak menjadi tidak agresif dan senang membantu orang lain. Pengembangan empati sangat relevan guna membangun aspek-aspek manusiawi. Empati membantu anak mengetahui dan memahami emosi orang dan berbagi perasaan dengan orang. Empati juga menuntut anak untuk mengubah pola pikir yang kaku menjadi fleksibel, pola pikir yang egois menjadi toleran. Anak juga menjadi mengerti, tidak semua keinginannya terhadap orang lain dapat terpenuhi, dan memiliki inisiatif membantu orang lain yang berada dalam kesulitan. Kenyataan yang dapat dilihat berbanding terbalik. Anak lebih egois dan menang sendiri, sedikit agresif dan tidak berpikir panjang serta jadi seorang anak yang pesuruh untuk anak yang lainnya. Selain itu anak juga sedikit pendendam, marah dan suka berkelahi (Megawangi 2006). Contoh kasus yang sering terjadi pada siswa atau siswi yang menyuruh temannya untuk mengembalikan sesuatu barang. Contoh: seorang adik memukul kakaknya, berebut mainan dengan saudara atau teman. Kenyataan di atas juga didukung observasi peneliti disaat mengajar TPA di Pati Kidul. Hasil observasi menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki kemampuan empati rendah, cenderung pendiam, egois, mudah tersinggung,
3
pemarah, dan sulit bergaul dengan temannya. Sedangkan anak yang memiliki kemampuan empati tinggi, cenderung ramah, mudah menyesuaikan diri, percaya diri, dan disenangi dalam pergaulan. Mengingat
pentingnya
kemampuan
berempati
dalam
pencapaian
keberhasilan seseorang maka sangat penting mengajarkan anak-anak sedini mungkin untuk mampu bersikap empati. Mengembangkan dan menumbuhkan rasa empati pada diri anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah bermain (Tabloid Nova, 2006). Dengan perkataan lain, salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan sikap empati pada anak yaitu dengan mengajak anak melakukan aktifitas bermain. Hal ini dikarenakan permainan selain merupakan aktifitas yang sangat dekat dengan anak dan sangat disukai oleh anak-anak, permainan juga dapat menjadi sarana bagi anak untuk melakukan sosialisasi yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan empati anak. Mengingat banyaknya jenis permainan yang beredar saat ini, maka selektifitas dalam memilih permainan terutama yang mampu menunjang tumbuh kembang empati sangat diperlukan. Salah satu alternatif permainan yang dimungkinkan dalam menunjang tumbuh kembang empati adalah permainan sosiodrama. Menurut Calabrese dan Mc Cullough (2003) permainan sosiodrama adalah permainan yang dapat mengasah imajinasi dan kreativitas anak. Anak dapat mengeksplor kemampuan yang ada dalam dirinya dan memanipulasi keadaan yang ada, dapat bercakap dengan teman sebayanya.
Di dalam
permainan ini anak mencoba untuk berganti peran, seperti jadi ibu, dokter, bapak atau orang lain yang menjadi khayalannya, sehingga anak merasakan apa
4
yang dirasakan anak lain. Menurut Gervey (Tedjasaputra, 2001) objek yang digemari anak dalam permainan sosiodrama diantaranya, mulai dari ibu-ibuan sampai super hero seperti superman atau yang lain. Permainan peran ini dapat membantu anak untuk mencoba peran sosial yang diamatinya, memantapkan jenis kelamin, melepaskan ketakutan atau kegembiraan, mewujudkan khayalan, selain itu juga dapat bekerja sama dan bergaul dengan anak yang lain Di dalam permainan sosiodrama anak dapat mengenal peran dan jenis kelamin, serta dapat menambah kemampuan berempati dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan dan mencoba peran yang diinginkan melalui tingkah laku dan bahasa, mengembangkan daya pikir dan imajinasi yang ada dalam diri anak. Permainan sosiodrama melibatkan beberapa anak sehingga memungkinkan terjadinya interaksi sosial dan emosi diantara pemainnya. Menggunakan permainan
sosiodrama
juga
dapat
mengembangkan
kreativitas
anak,
menstimulasi anak untuk berperan sebagai orang lain, menambah daya sosialisasi anak dengan orang lain sehingga dapat menumbuhkan rasa empati pada anak. Di samping itu permainan sosiodrama juga berfungsi untuk melatih anak bekerjasama, saling tolong menolong dan setia kawan yang merupakan bentuk atau perwujudan sikap empati. Dengan demikian, permainan sosiodrama dapat mempengaruhi diri anak untuk dapat berempati kepada orang lain . Berdasarkan fenomena yang telah tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh permainan sosiodrama dalam menumbuhkan kemampuan empati pada anak.
5
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan sosiodrama dalam menumbuhkan kemampuan empati anak. C. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat teoritis yaitu mampu menambah konstribusi bagi perkembangan dan kemajuan ilmu psikologi khususnya dalam bidang kajian psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan, Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah memotivasi bagi orang tua dan para pengajar untuk dapat menumbuhkan rasa empati pada anak, dan memilih permainan yang tepat agar empati anak dapat dikembangkan dengan baik.
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Empati Pada Anak
Menurut
Hurlock (1980), empati adalah
memahami perasaan orang lain
selain itu juga kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Hal ini sangat kurang dimiliki anak sampai masa anak-anak akhir. Sedangkan menurut Damon (1988); Damon & Hart (1992), empati adalah bereaksi terhadap perasaan orang lain dengan suatu respons emosional yang sama dengan perasaan-perasaan orang lain. Empati sebagai keadaan emosional tetapi juga dipengaruhi dari daya kognisi yang dimiliki oleh anak itu. Menurut Chaplin (2005), empati adalah realisasi dan pengertian terhadap perasaan, kebutuhan dan penderitaan pribadi lain. Menurut Rogers (1975), empati adalah suatu perasaan internal yang timbul dengan ketelitian dan keadaan emosi, untuk dapat merasakan perasaan dan kondisi orang lain. Davis (Gini; Albiero; Benelli; Altoe, 2006), mengemukakan bahwa empati merupakan bagian dari dua tipe yang tidak dapat terpisahkan yaitu kognitif dan emosional/afektif. Kemampuan kognitif mencerminkan kemampuan dalam memahami orang lain berdasarkan perspektif yang diambil. Kemampuan emosional atau afektif ditandai dengan perasaan untuk memperhatikan atau simpati ke orang lain. Dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek empati berdasarkan teori Davis (Constantine dan Gainor, 2001) yaitu: pengambilan perspektif (perspektif taking), fantasi, empathy concern (perhatian empati), serta personal distress.
7
B. Permainan Sosiodrama
Menurut Santrock (1995), permainan sosiodrama adalah permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman-teman sebaya. Sedangkan menurut Hurlock (1980), permainan sosiodrama adalah permainan yang aktif terhadap perilaku dan bahasa. Bergen (2005) mengungkapkan bahwa permainan sosiodrama yaitu suatu jenis permainan cuma-cuma yang melibatkan imajinasi anak dalam berinteraksi sosial dan berkreativitas. Hughes (Cortez dan Mori, 2000) mendefinisikan permainan sosiodrama yaitu suatu jenis permainan yang melibatkan kelompok dan masing-masing anggota kelompok
memerankan suatu peran yang
dimainkan. Permainan sosiodrama merupakan salah satu jenis dari pretend play. Smilansky (Cortez dan Mori, 2000) mengemukakan bahwa permainan sosiodrama sangat berperan dalam perkembangan kreatifitas, inteligensi, keterampilan sosial dan perkembangan bahasa. Dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek empati berdasarkan teori Smilansky (Brewer, 2001) yaitu komunikasi verbal, meniru tingkah laku, bersikap objektif, perbuatan dan situasi, ketekunan, dan interaksi. C. Pengaruh Permainan Sosiodrama dalam Menumbuhkan Kemampuan Berempati pada Anak Damon (1988); Damon & Hart (1992), mengemukakan bahwa empati adalah reaksi terhadap perasaan orang lain dengan suatu respons emosional yang sama dengan perasaan-perasaan orang lain. Pengertian tersebut dapat memperjelas
8
empati merupakan perilaku untuk dapat menghargai dan menghormati orang lain, serta melibatkan fantasi dalam merasakan penderitaan yang menimpa orang lain. Menurut Chaplin (2005), empati adalah realisasi dan pengertian terhadap perasaan, kebutuhan dan penderitaan pribadi lain. Kemampuan berempati sangat penting dalam diri anak. Anak akan menjadi egois, bila tidak mempunyai kemampuan berempati. Kemampuan dalam berempati diawali dengan sosialisasi, dalam bersosialisasi anak dapat merasakan menolong dan ditolong orang lain. Komponen menolong dan di tolong merupakan salah satu komponen afektif dari empati termasuk merasa simpati, dengan hal tersebut anak belajar untuk mengenal diri sendiri dari sudut pandang orang lain. Menurut Schlenker dan Britt (Baron, 2002) individu yang memiliki empati tinggi lebih termotivasi untuk menolong seorang teman daripada anak yang memiliki empati yang rendah. Selain itu untuk dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (perspektive taking) dapat tumbuh dan berkembang setelah melewati masa bayi. Pengambilan perspektif ada perbedaan antara lain Batson dkk (dalam Baron, 2002) mempersepsikan kejadian dan membayangkan akibat yang akan terjadi dari kejadian tersebut, membayangkan jika suatu kejadian terjadi pada diri sendiri dan mempunyai akibat dari kejadian tersebut, serta pengambilan perspektif yang dapat melibatkan
fantasi
yaitu merasa
empati pada kejadian yang fiktif. Anak yang kurang mempunyai keterampilan dalam berempati dapat berakibat stress atau agresif. Menurut Brathers (Baron, 2002) jika anak tidak mempunyai kemampuan dalam berempati, maka anak akan merasa stress sebagai respon dari stress yang dirasakan orang lain. Oleh sebab itu anak akan memiliki sifat personal distress. Stress pada diri anak, terjadi karena kegelisahan melihat anak lain yang mengalami sesuatu yang kurang
9
beruntung. Anak akan berusaha menolong dengan perasaan dan pikiran se usia anak-anak. Hal itu wajar terjadi pada diri anak, karena dalam diri anak memiliki keterampilan empati terhadap orang lain. kemampuan dalam diri anak atau orang diwujudkan dengan cara melihat tingkah laku/tindakan. Di antara tindakan/perilaku yang dapat menyebutkan seseorang memiliki empati yang baik adalah sikap pro sosial, tidak agresif, mempunyai self control, serta self esteem (Cotton, 2005). Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan sikap empati pada anak adalah dengan mengajak anak melakukan aktifitas bermain. Hal ini dikarenakan permainan selain merupakan aktifitas yang sangat dekat dengan anak dan sangat disukai oleh anak-anak, permainan juga dapat menjadi sarana bagi anak untuk melakukan sosialisasi dimana sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan empati anak (Hurlock, 1998; dan Zulkifli, 1992). Mengingat banyaknya jenis permainan yang beredar saat ini, maka selektifitas dalam memilih permainan terutama yang mampu menunjang tumbuh kembang empati sangat diperlukan. Salah satu alternatif permainan yang dapat menunjang tumbuh kembang empati pada anak adalah permainan sosiodrama. Hal ini dikarenakan dalam permainan sosiodrama anak dapat mengenal peran dan jenis kelamin, serta dapat menambah kemampuan berempati dengan orang lain (Zulkifli, 1992). Anak dapat mengekspresikan dan mencoba peran yang diinginkan melalui tingkah laku dan bahasa, mengembangkan daya pikir dan imajinasi yang ada dalam diri anak. Permainan sosiodrama melibatkan beberapa anak sehingga memungkinkan terjadinya interaksi sosial dan emosi di antara
10
pemainnya. Menggunakan permainan sosiodrama juga dapat mengembangkan kreativitas anak, menstimulasi anak untuk berperan sebagai orang lain, menambah
daya
sosialisasi
anak
dengan
orang
lain
sehingga
dapat
menumbuhkan rasa empati pada anak. Di samping itu permainan sosiodrama juga berfungsi untuk melatih anak bekerjasama, saling tolong menolong dan setia kawan yang merupakan bentuk atau perwujudan sikap empati. Dengan demikian, permainan sosiodrama dapat mempengaruhi diri anak. Menurut Garvey (Fernie, 2000) permainan sosiodrama merupakan tipe permainan yang kompleks, anak mulai merencanakan perbuatan yang akan dilakukan, mentransformasikan ke suatu objek dengan mengekspresikan ide dan perasaan tentang dunia sosial. Permainan sosiodrama dimulai pada umur 4-6 tahun. Anak-anak pada umur 4-6 tahun mulai berimajinasi dan melakukan atau mengekspresikan apa yang dipikirkan dan dirasakan. Permainan dilakukan anak dengan teman sebaya atau teman dalam kelompok. Permainan sosiodrama membutuhkan objek untuk mengeksperikan dalam diri ide atau perasaan. Menurut Gervey (Tedjasaputra, 2001) objek yang digemari anak dalam permainan sosiodrama diantaranya, mulai dari ibu-ibuan sampai super hero seperti superman atau yang lain. Permainan peran ini dapat membantu anak untuk mencoba peran sosial yang diamatinya, memantapkan jenis kelamin, melepaskan ketakutan atau kegembiraan, mewujudkan khayalan, selain itu juga dapat bekerja sama dan bergaul dengan anak yang lain. Bagi orang tua dan para pendidik permainan sosiodrama dapat berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan rasa empati pada anak sejak dini. Permainan
sosiodrama
dapat
membantu
11
anak
untuk
dapat
belajar
mengungkapkan
perasaan
anak
dan
merasakan
perasaan
orang
yang
diperankan. Permainan ini juga dapat mengajarkan anak untuk dapat menyelesaikan permasalahan tingkah laku yang ada dalam diri anak, serta lebih menghargai anak lain (Guralnick and Kravik, 1973; Whitman Mercutio, and Caponigiri, 1970; dalam Wylie, 1974) Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa secara langsung permainan sosiodrama berpengaruh dalam menumbuhkan kemampuan empati pada anak. Misalkan jika anak memainkan sebuah adegan melihat suatu kecelakaan kemudian dia menolong orang tersebut atau adegan lain berupa seorang anak menengok temannya yang sedang sakit. Maka jika kejadian tersebut terjadi dalam kehidupan nyata maka anak akan mengingat adegan yang pernah diperankannya dan melakukan hal yang sama, yaitu menolong orang yang mendapat kecelakaan atau menengok temannya yang sedang sakit. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian sehingga penelitian ini bermaksud membuktikan pengaruh permainan sosiodrama dalam menumbuhkan kemampuan empati pada anak.
D. Hipotesis Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada pengaruh permainan sosiodrama terhadap kemampuan empati pada anak. Kemampuan empati pada anak yang ikut permainan sosiodrama lebih tinggi dibanding anak yang tidak ikut permainan sosiodrama.
12
METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variaberl-variebel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung
: Kemampuan Empati pada Anak
2. Variabel bebas
: Permainan Sosiodrama
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 4 Pati Kidul yaitu sebanyak 40 siswa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, usia berkisar 11-12 tahun. C. Metode Pengumpulan Data Pengukuran varibel tergantung menggunakan skala empati berdasakan aspekaspek empati dari
teori Davis (Constantine dan Gainor, 2001) yaitu:
pengambilan perspektif (perspektif taking), fantasi, empathy concern (perhatian empati), serta personal distress. Jumlah skala setelah dilakukan try out adalah 34 aitem.
D. Prosedur Eksperimen Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan sosiodrama terhadap kemampuan empati anak. Sesuai dengan tujuan penelitian maka penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan The Pre test – Post test Control Group Design. Di dalam rancangan ini, sebelum perlakuan kedua kelompok diberi tes awal atau pre-test untuk mengukur kondisi awal. Selanjutnya diberi perlakuan berupa permainan sosiodrama dan setelah selesai
13
permainan sosiodrama diberi tes lagi sebagai post-test dengan alat ukur yang sama (Suharsimi, 2003). Subjek yang dipilih tidak random.
E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik. Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisa data adalah teknik Uji – t. Sebelum dianalisis dengan Uji – t, dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data, dan uji homogenitas untuk mengetahui homogenitas data. Semua perhitungan statistik dalam penelitian ini menggunakan bantuan Program SPSS for windows versi. 13.0.
14
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan diSD N Pati kidul 04,adalah salah satu sekolah dasar di kota Pati yang berdiri 1986. Pengambilan data kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan pada kelas V. jumlah murid kelas V yaitu 40 siswa terbagi 20 kelompok kontrol dan 20 kelompok eksperimen . 2. Persiapan Penelitian a. Persiapan administrasi
Persiapan administrasi meliputi perijiananyang dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII No. 427/Dek/70/Akd/V/2007 tanggal 28 Mei 2007. Sedangkan untuk try out dikeluarkan oleh Dekan Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII No. 428/Dek/70/Akd/V/2007 tanggal 28 Mei 2007. Setelah selesai try out dan penelitian,kepala sekolah MI Riyadh memberikan surat keterangan dengan No. MR.II/98/VI/2007 dan kepala SD N Pati kidul 04 juga memberikan surat keterangan dengan No. 272/PK.04/VI/2007. b. Persiapan alat ukur Try out dilakukan di MI Riyadh pada tanggal 8 Juni 2007. Try out dilaksanakan pada siswa kelas V yang berjumlah 57 siswa yang tidak menjadi sampel penelitian. Hasil uji validitas try out terdapat 6 aitem gugur dari 40 aitem yaitu nomor 11,15,16,28,32 dan 35.
. Aitem yang valid sebanyak 34, berikut ini
adalah blue print skala empati setelah uji coba:
15
Tabel 1 Blue Print Skala Empati setelah uji coba Aspek
Perspective taking
Fantasy
Empathic concern
Jumlah Aitem
Jumlah
Favorable
Unfavorable
1,9,17(14),25(22),
5,13(12),21(18),
33(28)
29(25),37(31)
2,10,18(15),
6,14(13),22(19),
26(23),34(29)
30(26),38(32)
3,19(16),27(24)
7,23(20),31(27),
10
10
7
39(33) Personal distress
Jumlah
4,12(11),20(17),
8,24(21),
36(30)
40(34)
17
17
7
34
Tanda ( ) adalah nomor aitem baru setelah uji coba Sedangkan hasil uji reliabilitas menggunakan SPSS for Window versi 13.0 menghasilkan koefisien reliabilitas skala empati anak sebesar 0,924 sehingga dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa skala tersebut cukup handal untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Pati Kidul 04. Subjek merupakan siswa kelas V SD Negeri Pati Kidul 04. Penelitian dilakukan pada tanggal 16-24 Juni 2007. Pre test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berlangsung pada tanggal 16 Juni 2007, pre test dilakukan pada pukul 10.10 WIB. Perlakuan
16
permainan sosiodrama dilakukan pada tanggal 17-24 Juni 2007, setiap perlakuan membutuhkan waktu 20 menit.
C. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian Tabel 2 Subjek Penelitian Berdasarkan Status dalam Penelitian No Tingkat Pendidikan Jumlah
Persentase
1.
Kelompok Eksperimen
20
50%
2.
Kelompok Kontrol
20
50%
40
100%
Jumlah
Tabel 3 Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin
Status
Eksperimen
Kontrol
Jumlah
%
Jumlah
%
1
Laki – Laki
9
45%
7
35%
2
Perempuan
11
55%
13
65%
20
100%
20
100%
Jumlah
Tabel 4 Subjek Penelitian Berdasarkan Umur No Jenis Kelamin
Status Eksperimen
Kontrol
Jumlah
%
Jumlah
%
1
11 tahun
15
75%
14
70%
2
12 tahun
5
5%
6
30%
20
20
100%
20
Jumlah
17
2. Deskripsi Hasil Penelitian Tabel 5 Kategori Empati anak yang diberi perlakuan permainan sosiodrama Pre test Post test Skor Jumlah % Skor Jumlah 1 > 122,03 0 0% > 125,03 2 2 111,14 – 122,03 5 25% 116,84 – 125,03 3 3 100,26 – 111,14 11 55% 108,66 – 116,84 8 4 89,37 – 100,26 2 10% 100,47 – 108,66 7 5 < 89,37 2 10% < 100,47 0 Jumlah Total 20 100% Jumlah Total 20 Tabel 6 Kategori Empati anak yang tidak diberi perlakuan permainan sosiodrama Pre test Post test Skor Jumlah % Skor Jumlah 1 > 118,99 1 5% > 117,28 1 2 110,36 – 118,99 3 15% 108,93 – 117,28 6 3 101,74 – 110,36 11 55% 100,57 – 108,93 8 4 88,80 – 101,74 5 5% 92,22 – 100,57 5 5 < 88,80 0% < 92,22 Jumlah Total 20 100% Jumlah Total 20
% 10% 15% 40% 35% 0% 100%
% 5% 30% 40% 25% 0% 100%
3. Hasil Uji Asumsi Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Data Data Pre Data Post test Selisih
Kolmogorov Smirnov 0,316 0,581 0,611
Tabel 8 Hasil Uji Homogenitas Hasil Uji Homogenitas Pre Test Post Test Selisih
F 0,708 0,202 13,978
18
Probabilitas 1,000 0,513 0,476
Probabilitas 0,405 0,656 0,608
Uji Hipotesis Hasil analisis t-test gains score diperoleh t sebesar 2,973 dengan nilai p sebesar 0,005, sehingga nilai p < 0,05. Maka gains score menunjukkan ada perbedaan
yang
signifikan
antara
kelompok
kontrol
dengan
kelompok
eksperimen. Dapat disimpulkan permainan sosiodrama berpengaruh terhadap empati anak.
D. Pembahasan Berdasarkan analisis uji hipotesis, gains score yang digunakan untuk mengetahui pengaruh permainan sosiodrama dalam menumbuhkan kemampuan empati pada anak, menunjukkan bahwa adanya perbedaan kemampuan empati anak sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Data yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah data pre test dan Post test kelompok eksperimen. Hal tersebut ditunjukkan dengan skor p < 0,05 yaitu sebesar 0,016. Dengan demikian ada pengaruh permainan sosiodrama terhadap kemampuan empati anak sebelum dan setelah perlakuan. Berdasarkan perhitungan statistik diketahui bahwa rerata pada skor empati mengalami perubahan antara skor pre test dan skor post test, diperoleh bahwa rerata skor empati post test lebih tinggi dari pada rerata skor pre test. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada peningkatan empati anak setelah perlakuan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa perlakuan yang diberikan kepada anak-anak dapat mengungkap secara mendalam mengenai kemampuan empati pada masingmasing
subjek.
Perlakuan
menumbuhkembangkan
yang
diberikan
kepada
kemampuan
empatinya
sehingga
merasakan pentingnya kemampuan empati.
19
subjek subjek
dapat dapat
Di samping itu, adanya perbedaan kemampuan empati antara anak yang diberi perlakuan (eksperimen) dengan anak yang tidak diberi perlakuan (kontrol). Data yang digunakan untuk menguji hipotesi ini adalah skor Post test empati anak yang diberi perlakuan dan skor Post test empati anak yang tidak diberi perlakuan dengan menggunakan Independent Sample T-Test. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai p= 0,001 (p < 0,05). Dari analisis ststistik dapat diketahui bahwa rerata skor post test empati anak yang diberi perlakuan lebih tinggi dari pada rerata skor pre test anak yang tidak diberi perlakuan. Dengan demikian ada pengaruh permainan sosiodrama terhadap kemampuan empati anak antara anak yang diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan. Empati anak yang diberi perlakuan lebih tinggi dari pada emati anak yang tidak diberi perlakuan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan empati anak sebelum diberi perlakuan antara anak yang diberi perlakuan (eksperimen) dengan anak yang tidak diberi perlakuan (kontrol). Data yang digunakan untuk menguji hipotesi ini adalah skor pre test empati anak yang diberi perlakuan dan skor pre test empati anak yang tidak diberi perlakuan dengan menggunakan Independent Sample T-Test. Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya nilai p= 0,893 (p > 0,05). Dengan demikian tidak ada perbedaan kemampuan awal empati anak antara anak yang diberi perlakuan dengan yang tidak diberi perlakuan. Selain itu, tidak ada perbedaan kemampuan empati anak yang tidak diberi perlakuan. Data yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah data pre test dan post tes kelompok kontrol dengan menggunakan Paired Sample TTest . Hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya p= 0,313 (p > 0,05). Dengan
20
demikian tidak ada perbedaan kemampuan empati anak yang tidak diberi perlakuan, atau dapat dikatakan bahwa jika tidak diberi perlakuan permainan sosiodrama maka empati anak tidak mengalami perubahan atau peningkatan. Berdasarkan rancangan eksperimen, hanya kelompok eksperimen saja yang diberikan perlakuan berupa permainan sosiodrama. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah permainan sosidrama yang diberikan benar-benar memberikan pengaruh terhadap peningkatan empati anak pada kelompok eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan kecerdasan emosi karena tidak diberikan perlakuan. Hasil penelitian ini mendukung teroi-teori terdahulu bahwa permainan dapat menjadi sarana bagi anak untuk melakukan sosialisasi yang merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan empati anak (Hurlock, 1998; dan Zulkifli, 1992). Permainan sosiodrama dapat mangasah imajinasi yang dimiliki oleh anak. Fungsi permainan sosiodrama yang lain yaitu dapat
menumbuhkan
variasi
kognitif,
sosial
dan
keterampilan
dalam
berkomunikasi anak (Feitelson & Ross, 1973; Garvey, 1977; Rosen, 1974 dalam Goldstein dan Cisar, 1992). Zulkifli (1992) menyatakan bahwa permainan yang dapat menunjang tumbuh kembang empati pada anak adalah permainan sosiodrama. Hal ini dikarenakan dalam permainan sosiodrama anak dapat mengenal peran dan jenis kelamin, serta dapat menambah kemampuan berempati dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan dan mencoba peran yang diinginkan melalui tingkah laku dan bahasa, mengembangkan daya pikir dan imajinasi yang ada dalam diri anak. Permainan sosiodrama melibatkan beberapa anak sehingga memungkinkan
21
terjadinya interaksi sosial dan emosi di antara pemainnya. Menggunakan permainan
sosiodrama
juga
dapat
mengembangkan
kreativitas
anak,
menstimulasi anak untuk berperan sebagai orang lain, menambah daya sosialisasi anak dengan orang lain sehingga dapat menumbuhkan rasa empati pada anak. Di samping itu permainan sosiodrama juga berfungsi untuk melatih anak bekerjasama, saling tolong menolong dan setia kawan yang merupakan bentuk atau perwujudan sikap empati. Dengan demikian, permainan sosiodrama dapat mempengaruhi diri anak. Bagi orang tua dan para pendidik permainan sosiodrama dapat berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan rasa empati pada anak sejak dini. Permainan
sosiodrama
mengungkapkan
dapat
perasaan
anak
membantu dan
anak
merasakan
untuk perasaan
dapat orang
belajar yang
diperankan. Permainan ini juga dapat mengajarkan anak untuk dapat menyelesaikan permasalahan tingkah laku yang ada dalam diri anak, serta lebih menghargai anak lain (Guralnick and Kravik, 1973; Whitman Mercutio, and Caponigiri, 1970; dalam Wylie, 1974). Penelitian ini masih banyak kelemahan diantaranya adalah permainan sosiodarama hanya dilakukan sekali sehingga pengalaman bermain sosiodrama belum terlalu membekas pada anak. Di samping itu, waktu penelitian yang terlalu pendek sehingga permainan sosiodrama yang dilaksanakan kurang maksimal. Selain itu, subjek tidak dipilih dari subjek yang memeiliki empati rendah. Selain iitu kelemahan dalam penelitian ini adalah ketika subjek diberikan perlakuan berupa permainan sosiodrama, kelompok kontrol tetap berada didalam kelas bahkan menyaksikan jalannya permainan, meskipun perhatiannya kurang.
22
PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh permainan sosiodrama terhadap empati anak, ada perbedaan empati antara kelompok kontrol yang tidak diberi permainan sosiodrama dan kelompok eksperimen yang telah diberikan permainan sosiodrama.
B. Saran Berdasarkan proses dari hasil penelitian yang ditemukan, ada beberapa hal yang dapat disarankan baik untuk SD Negeri 04 Pati Kidul maupun bagi peneliti berikutnya. Beberapa saran tersebut antara lain: 1. Bagi SD Negeri 4 Pati Kidul Disarankan untuk terus memberikan permainan sosiodrama kepada para siswa agar siswa sejak dini memiliki kemampuan berempati yang baik kepada orang lain. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama, disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel lain yang berhubungan dengan kemampuan empati pada anak, sehingga dapat ditentukan faktor-faktor lain yang juga berperan dan mempunyai sumbangan yang paling besar terhadap kemampuan empati anak selain permainan sosiodrama.
23
DAFTAR PUSTAKA Albiero.P ;Altoe.G ;Benelli.B ;Gini .G. 2006. Does Empathy Predict Adolescent “Bullying and Defending Behavior’ ?. Journal development and Social Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S., 1999. Penyusunan Skala Psikologi, Edisi III, Cetakan I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, R.A; Byrne, D. (2002) Social Psycology: Understanding Human Interaction (7th ed), Boston, Allyn & Bacon Batson, C.D; Sympson, S.C; Hindman, J.L ;De cruz, P; Todd, R. M ;Weeks, J. L; Jennings, G ;Burris, C. T (1996) “I’ ve been There Too”; Effect on Empathy of Prior Experience With A Need. Personality and Social Psychology Bulletin Vol 22 No 5 p.747 – 782 Bergen & Calabrese. 2005. The Burkhart Center for Autism Education & Research. Journal Social and Behavior Issues Brewer. J. 2001. Introduction to Early Childhood Education: Preschool through Primary Grades. USA: Allyn and Bacon Chaplin,J. P .2005. Kamus Psikologi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Cotton.K. 2005. Journal: Developing Emphaty in Children and Youth. Journal social Cortez . R & Mori. 2000. Mexican American Preschoolers Create Stories: Sociodramatic Play in a Dual Language Classroom. Bilingual Research Journal Ellis, R. B; Gates; R.J; Kenworthy, N. (1995) Interpersonal Communication In Nursing, New York, Churchill Livingstone Fernie.D. 2000. Journal:The Nature Children’ s Play. Journal Development Child Fitrielvi, D.2005. Pengaruh Permainan Pura-pura dengan Kemampuan Berbahasa pada Anak. Skripsi( Tidak Diterbitkan).Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Finlay. K. & Stephan W.G. 1999. The Role of Empathy in Improving Intergroup Relations. Journal of Social Issue
24
Goleman, D (1995) Emotional Inteligence, London, Bloomsbury Goldstein.H . 1992 & Cisar. L. C. Promoting Interaction During Sociodramatic Play: Teaching Scripts to Typical Preschoolers and Classmates with Disabilities. Journal of Applied Behavior Analysis.25,265-280 Gunarsa, S.D (1993) Psikologi Remaja, Jakarta, BPK Gunung Mulia Hadi, S. 2004. Statistik, Jilid 2. Yogyakarta: Andi Harlock. E. B.1980.Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Lima. Jakarta : PT Erlangga Harlock. E. B.1978. Child Developmen Sixth Edition. New York: McGraw-Hill Heisner. J. 2005.Journal Research: Telling Stories With Block:Encouraging Language in the Block Center. Georgia State University Jolley.M.J &Mitchell.L.M. 1995. Lifespan Amerika:Brown & Bench Mark
Development
Topical
Approach.
Kostner, R; Weinberg,J; Franz, C (1990) The Family Origin of Emphatic Corcern; A 26 Years Longitudinal Study, Journal of Psycologycal and Social Psychologi, 58.4 709-717 Kurtinez, W.M; Gerwitz, J.L (1992) Moralitas, Perilaku Moral dan Perkembangan Moral (terjemahan), Jakarta, UI Press Krystina,F.& Walter,G.S. 1999. The Role Of Emphaty in Improving Intergroup Relations. Journal of Social Issues Latipun . 2004. Psikologi Eksperimen Edisi Kedua. Malang:UMM Lauster, P (1976) The Personality Test, London, Panbook Ltd Madonna, & Kathy. 2001. Emotional Intelligence and Emphaty: their relation to multicultural counseling knowledge and awareness. (Statical data Included). Emphaty Counseling Marsono, 1999. Tekonologi dalam Kesejahteraan anak Indonesia
Permainan
Anak.
Jakarta:
Yayasan
Mulyadi, 1999. Seri Psikologi Anak, Bermain itu Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo Gramedia Mussen, P.H; Canger, J.J; Kagan, J (1989) Perkembangan dan Kepribadian Anak (terjemahan) Edisi 6, Jakarta, Penerbit Arcan
25
Richard E. W.1974. Journal Research:Integrating Handicapped Nonhandicaped Preschool Children:Effects On Social Play
and
Santrock. J. W.1995. Life-Span Development:Perkembangan Masa Hidup: Edisi Lima. Jakarta: PT Erlangga. Tedjasaputra. M. 2001. Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta: PT Gramedia Thomas, G; Garth,J.O; Lange, C (1997) On line Empathic Accuracy in Marital Interactions. Journal of Personality and Social Psychology Vol.72 No.4 p.839-850 Tjahja, E (1996) Pengaruh Pengelolaan Suasana Hati Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, Skripsi Tidak Diterbitkan, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Walgito, B (1993). Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi offset Zulkifli, 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Internet: Megawangi. R. 2006. Menumbuhkan empati dengan kepedulian dan Kasih sayang Anak. http://www.google.com/ Agar Anak Mempunyai Rasa Empati. Republika Cyber. 2003. http// www.republika. coo. id/Empati.Htm Mengasah Empati Anak. Republika Cyber. 2004. http// www.republika. co. id /Empati.Htm Verina, L. 1999. Emotional Intelligence. http:// Secapramana. Tripod. com
26