NASKAH PUBLIKASI
EFEKTIVITAS MODUL KETRAMPILAN BELAJAR TERHADAP SELF REGULATED LEARNING
Oleh: SUNYTA MAHARANI MIRA ALIZA RACHMAWATI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
1
EFEKTIVITAS MODUL KETERAMPILAN BELAJAR TERHADAP SELF REGULATED LEARNING
Sunyta Maharani Mira Aliza Rachmawati
INTISARI Penelitian dengan desain eksperimen ini bertujuan untuk menguji efektivitas modul pelatihan keterampilan belajar terhadap peningkatan self regulated learning pada mahasiswa baru. Hipotesis awal dari penelitian ini adalah adanya efek positif dari pelatihan keterampilan belajar terhadap peningkatan self regulated learning pada mahasiswa baru. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru angkatan 2007 yang masih aktif di salah satu Program Studi di Perguruan Tinggi Swasta di Jogjakarta berjumlah sembilan orang yaitu laki-laki sebanyak 11,11% dan perempuan 88,89%, serta mengikuti keseluruhan rangkaian materi pelatihan keterampilan belajar. Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengungkap keterampilan SRL adalah skala self regulated learning yang diterjemahkan oleh peneliti dari skala MSLQ (Motivated Strategies for Learning Questionnaire) Self Regulated Learning Strategies Scales berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Pintrich (Chen, 2002) yang berjumlah 24 aitem dengan koefisien alpha 0,8884. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain one group pre and posttest design. Adapun materi yang dilatihkan dalam pelatihan keterampilan belajar ini untuk meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa baru terdiri dari enam materi pelatihan yang terdiri dari goal setting, quantum learning, quantum reading, manajemen waktu, learning style serta teknik dan praktek presentasi. Pelatihan dilaksanakan selama delapan kali pertemuan berdurasi selama kurang lebih seratus menit pada masing-masing pertemuan. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan paired samples ttest, dengan teknik komputasi menggunakan SPSS 10.00 for windows, untuk menguji apakah terdapat efek positif dari pelatihan keterampilan belajar terhadap peningkatan self regulated learning pada mahasiswa baru. Uji hipotesis menunjukkan nilai p = 0,007 (p<0,05) dengan nilai t = -3,578 yang artinya pelatihan keterampilan belajar mampu meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa baru. Jadi hipotesis penelitian ini, DITERIMA.
Kata kunci : Pelatihan Keterampilan Belajar dan Self Regulated Learning.
2
PENGANTAR
Mahasiswa semester pertama merupakan peralihan dari pendidikan SMA sehingga memerlukan penyesuaian diri terhadap metode dan sistem pembelajaran di perguruan tinggi. Melnnis dan James (Sukadji, 2001) mengatakan bahwa tahun pertama merupakan tahun sangat penting antara lain karena merupakan masa transisi dari belajar tingkat sebelumnya yang lebih terbimbing dengan belajar di tingkat perguruan tinggi yang cenderung bersifat individual dan banyaknya tekanan yang sifatnya eksternal. Oleh karena itu, mahasiswa baru dituntut memiliki keterampilan yang berbeda dengan saat di bangku SMA. Menurut Gie (2002) ketrampilan pendukung untuk menunjang tercapainya sukses dalam studi di perguruan tinggi meliputi kemampuan konsentrasi, menghafal, mengelola waktu dan kemampuan mengatur diri. Kemampuan mengatur diri yang baik dalam belajar sangat diperlukan oleh mahasiswa baru mengantisipasi perubahan sistem belajar yang ada di perguruan tinggi yang menuntut mahasiswa untuk belajar lebih terarah, efektif, dan mandiri. Mahasiswa yang memiliki cara belajar yang baik serta pemakaian waktu belajar yang baik, sangat mendukung untuk berhasil dalam studi. Di Indonesia, Julianti (Sukadji, 2001) melakukan penelitian pada mahasiswa yang diterima di Universitas Indonesia melalui Program Penelusuran Kesempatan Belajar, ditemukan bahwa yang menghambat prestasi belajar antara lain malas belajar, rendahnya motivasi belajar dan suka menunda pekerjaan. Khusus pada masa awal perkuliahan terjadi masalah penyesuaian terhadap lingkungan kampus terutama iklim belajarnya. Khusus di Indonesia ternyata
3
angka putus kuliah masih tinggi dan produktivitasnya masih rendah antara lain: perguruan tinggi negeri sekitar 14%, perguruan tinggi swasta 8%, dan secara nasional sekitar 9,75% (Suhendro, 1996). Sejumlah kecenderungan juga terjadi pada mahasiswa tahun pertama seperti kurang siap dalam mengikuti perkuliahan, kurang bersemangat dalam mengikuti penjelasan dan menanggapi pernyataan dosen, tidak jarang mahasiswa tampak sibuk menjelang ujian dan belajar secara ”SKS” (sistem kebut semalam). Mahasiswa sering terlambat mengikuti kuliah bahkan jarang masuk, mengumpulkan tugas pada batas akhir pengumpulan tugas, mencari bahan menjelang ujian berlangsung, dan kesibukan berorganisasi dengan mengabaikan proses perkuliahan. Gambaran diatas menunjukkan bahwa mahasiswa belum secara maksimal mengelola dan mengatur dirinya sendiri agar dapat membiasakan belajar yang baik dan efisien. Kebiasaan belajar yang efektif dapat diusahakan dengan berpedoman pada cara-cara belajar yang efisien dan mengandung tiga prinsip yaitu keteraturan, disiplin dan konsentrasi. Self regulated learning merupakan belajar mengatur diri sendiri. Zimmerman dan Schunk (Ablard dan Lipschultz, 1998) mengungkapkan bahwa self regulated learning adalah upaya pengelolaan diri dalam belajar yang mengikutsertakan kemampuan metakognisi, motivasi dan perilaku aktif dalam belajar. Sebagai tambahan self regulated learning merupakan keinginan dalam diri untuk memulai suatu tindakan yang termasuk penentuan tujuan dan pengaturan usaha untuk meraih tujuan, self monitoring (metakognisi), time management (pengaturan waktu), dan pengaturan lingkungan fisik dan sosial.
4
Self regulated learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri (Zimmerman, 1989). Karakteristik self regulated learners adalah bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi, menyadari keadaan emosi mereka dan punya strategi untuk mengelola emosinya, secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuannya, menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat, mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan (Winne dalam Santrock, 2007). Bandura (Zimmerman, 1989) menyatakan bahwa self regulated learning mengacu pada tingkatan dimana siswa dapat menggunakan dirinya untuk mengatur strategi dalam berperilaku dan mengatur lingkungan belajarnya. Menurut teori sosial-kognitif (Zimmerman, 1989), ada tiga hal yang mempengaruhi self regulated learning, yaitu : (1) individu, faktor yang meliputi individu adalah pengetahuan yang dimiliki individu, tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki, dan tujuan yang ingin dicapai. (2) perilaku, mengacu kepada upaya individu menggunakan kemampuan yang dimiliki. (3) lingkungan. Pintrich (Komalasari, 2005) menemukan bahwa self regulated learning merupakan komponen yang penting dalam belajar bagi mahasiswa. Seorang siswa seharusnya memiliki kesadara yang tinggi terhadap perilakunya, motivasi, kognisi dan motivasi atau keyakinan yang positif yang harus mempraktekkan pengaturan belajar mereka yaitu self regulated learning. Beberapa penelitian menemukan bahwa siswa yang aktif mengelola dirinya dalam belajar cenderung memiliki prestasi yang lebih baik di bidang
5
akademik. Salah satu karakteristik yang dimiliki siswa yang menggunakan self regulated learning adalah memiliki keaktifan dalam proses belajar dan memiliki kemampuan untuk mengatur belajarnya (Schunk, Zimmerman dan Wolters dalam Komalasari, 2005) Seorang siswa yang memiliki self regulated learning yang baik akan mampu menentukan tujuan belajar dan mengatur usaha yang digunakan untuk meraih tujuan akademik yang telah ditetapkan. Siswa juga akan mampu untuk mengatur waktu belajarnya dan mengatur lingkungan belajar baik fisik maupun sosial. Self regulated learning penting dimiliki siswa agar siswa mampu memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi melalui kemampuan metakognisi yang dimilikinya; siswa mampu menyadari keadaan emosi mereka saat belajar dan memiliki strategi untuk mengelola emosinya; siswa secara periodik memonitor kemajuan belajar yang diperolehnya dan mampu melanjutkan usaha belajarnya ke arah tujuan yang telah ditetapkan; siswa mampu menyesuaikan atau memperbaiki strategi belajar berdasarkan kemajuan belajar yang telah ditetapkan; serta siswa mampu mengevaluasi halangan yang mungkin muncul saat belajar dan melakukan adaptasi yang diperlukan agar hambatan tersebut dapat terselesaikan. Proses menempuh pendidikan di perguruan tinggi tentu berbeda dengan lembaga pendidikan sebelumnya, dimana materi belajar yang diberikan pada mahasiswa lebih luas dan kompleks. Pada saat belajar di perguruan tinggi, mahasiswa bukan hanya sekedar belajar di kelas saja namun perlu belajar di luar kelas. Setelah selesai kuliah mahasiswa tidak langsung pulang, namun perlu berkunjung ke perpustakaan untuk melengkapi dan menyempurnakan catatan
6
kuliah atau berdiskusi dengan teman. Mahasiswa hanya mengikuti perkuliahan pada hari dan jam tertentu saja. Selain itu, di Perguruan Tinggi memberikan batas waktu penyelesaian studi. Misalnya, pada Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII, terdapat evaluasi studi mahasiswa pada empat semester pertama, sebagai penilaian kelayakan mahasiswa untuk melanjutkan studi di Prodi Psikologi UII. Syarat ketentuannya adalah sudah mencapai IP kumulatif minimal 2,00 dan telah mengumpulkan SKS minimal 30 SKS, apabila mahasiswa tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas dinyatakan tidak dapat melanjutkan kuliah atau drop out (DO). Hal ini membuat mahasiswa dituntut untuk memiliki cara belajar dan kemampuan mengatur diri yang baik dalam belajar. Mahasiswa yang tidak memiliki pengaturan diri yang baik dalam belajar jika tidak segera diantisipasi maka dapat menghambat proses studi yang dilakukan. Misalnya, jika pada setiap semester mahasiswa perlu mengulang mata kuliah tertentu menyebabkan tertundanya mengambil mata kuliah lanjutan di semester berikutnya jika mata kuliah yang diulang merupakan mata kuliah prasyarat. Bahkan jika mahasiswa tidak bisa memenuhi ketentuan nilai yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi pada awal-awal semester, mahasiswa tersebut terpaksa drop out. Mahasiswa yang tidak bisa memenuhi tuntutan akademik berdampak pada lamanya proses studi yang dijalani. Selain itu, mahasiswa juga tidak dapat memenuhi tuntutan orang tua untuk menyelesaikan studi tepat waktu. Hal ini bisa menyebabkan mahasiswa mengalami tekanan psikologis akibat lingkungan yang kurang mendukung. Berdasarkan hal diatas, mahasiswa di perguruan tinggi dituntut untuk memiliki kemampuan mengatur diri dan
7
perilakunya secara aktif dalam aktivitas belajarnya untuk keberhasilan studinya (Narulita dalam Komalasari, 2005). Salah satu cara untuk mengatur seseorang dalam belajarnya adalah dengan memiliki kesiapan untuk belajar di perguruan tinggi. Dewasa ini sangat beragam kesiapan mahasiswa belajar dan hidup di perguruan tinggi. Kesiapan belajar di perguruan tinggi mencakup kesiapan mental dan keterampilan belajar. Bagi mahasiswa, peningkatan kesiapan belajar akan memperlancar perjalanan studinya dan meningkatkan prestasi yang diraihnya (Ginting, 2003). Prayitno, dkk. (Jufri, 1999) mengungkapkan bahwa kemampuan belajar optimal dapat diwujudkan dengan penguasaan berbagai keterampilan belajar. Keterampilan belajar dipahami sebagai seperangkat kemampuan atau kecakapan dasar yang harus dikuasai, dilatihkan, dan dipergunakan mahasiswa dalam belajar untuk menunjang keberhasilan studinya (Jufri, 1999). Hostrop dan Hermanson (Jufri, 1999), menyatakan bahwa komponen keterampilan belajar meliputi: 1) menguatkan motivasi, sikap dan kebiasaan belajar; 2) mengikuti perkuliahan; 3) membaca efektif 4) mendengarkan; 5) mempersiapkan dan mengikuti
ujian;
6)
mengatur
waktu
belajar;
dan
7)
berkonsentrasi.
Pengembangan keterampilan belajar sangat penting untuk mahasiswa tahun pertama sehingga diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kesuksesan belajarnya pada tahun-tahun berikutnya sampai penyelesaian masa studinya. Keterampilan belajar merupakan salah satu ketrampilan yang bisa dilatih sehingga kesulitan-kesulitan belajar yang dialami mahasiswa dapat diatasi melalui
8
pemberian pelatihan keterampilan belajar. Pelatihan adalah salah satu bentuk belajar. Truelove (1995) mengungkapkan bahwa pelatihan adalah salah satu usaha untuk mengajarkan pengetahuan ketrampilan, dan sikap untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan tugas tertentu. Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan kinerja secara langsung. Berdasarkan uraian diatas dijelaskan bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah mahasiswa diharapkan perlu memiliki cara belajar yang baik dalam belajar sebagai salah satu persiapan dalam menempuh pendidikan selanjutnya di perguruan tinggi. Agar cara belajar mahasiswa menjadi lebih baik baik salah satunya dengan memiliki self regulated learning. Untuk meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa baru, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengikuti pelatihan keterampilan belajar dengan tujuan meningkatkan keterampilan belajar sehingga mahasiswa memiliki pengaturan diri yang baik dalam belajar. Melalui pelatihan keterampilan belajar diharapkan mahasiswa baru memiliki kemampuan untuk menetapkan tujuan terutama dalam belajar, kemampuan untuk belajar secara efektif, dan kemampuan membaca secara efektif. Melalui pelatihan keterampilan belajar ini juga, mahasiswa mampu memiliki kemampuan untuk mengatur waktu dengan efektif dan mampu menentukan prioritas kegiatan. Diharapkan melalui pelatihan ini mahasiswa dapat memahami gaya belajarnya dan memiliki strategi belajar berdasarkan gaya belajar tersebut. Selain itu juga, mahasiswa baru dapat memahami dan melakukan teknik presentasi secara efektif.
9
Pelatihan keterampilan belajar pada penelitian ini terdiri dari enam materi yang dibagi menjadi delapan sesi pelatihan, antara lain: goal setting yaitu memutuskan apa yang ingin dicapai (pengetahuan/ keahlian/ perilaku tertentu) dan bergerak secara bertahap menuju pencapaian tujuan; quantum reading yaitu cara membaca buku dengan memanfaatkan potensi yang ada pada diri kita; quantum learning melalui materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk belajar secara efektif; manajemen waktu adalah cara mengontrol penggunaan waktu bagi kegiatan yang penting dari kegiatan yang kurang penting; learning style atau gaya belajar adalah kombinasi dari cara seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi; dan teknik presentasi terdiri dari tiga sesi meliputi teknik dan praktek presentasi.
METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru angkatan 2007, berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, usia berkisar antara 16-19 tahun, sedang menempuh pendidikan di Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Subjek dipilih berdasarkan kelengkapan kehadirannya pada matakuliah Bahasa Indonesia selama satu semester. B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan
skala.
Skala
merupakan
konsep
psikologi
yang
10
menggambarkan aspek kepribadian seorang individu. Jawaban pada skala psikologi merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang bersangkutan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self regulated learning. 1. Skala Self Regulated Learning Skala dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang self regulated learning pada mahasiswa baru. Tingkat self regulated learning mahasiswa baru ditunjukkan oleh jumlah skor yang diperoleh dari keseluruhan pernyataan yang diajukan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala self regulated learning yang diterjemahkan dari aitem skala MSLQ (Motivated Strategies for Learning Questionnaire) Self Regulated Learning Strategies Scales, yang pernah digunakan oleh Chen (2002). MSLQ yang digunakan penelitian ini diadaptasi dari MSLQ yang digunakan oleh Chen (2002). MSLQ Self Regulated Learning Strategies Scales, ini dibeli dari pengembangnya (Pintrich, dkk, 1991) di National Center for Research to Improve Postsecondary Teaching and Learning. Pada bagian learning strategies terdapat lima puluh aitem mengenai perbedaan kognitif yang digunakan siswa dan strategi self regulated learning. Hanya lima skala pada bagian learning strategies yang relevan untuk mengukur self regulated learning dan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 31 buah aitem. . Skala self regulated learning disusun dengan menggunakan model skala yang terdiri dari empat alternatif jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Kriteria pemberian skor untuk aitem-aitem pada skala self regulated learning berkisar antara satu sampai empat
11
tergantung dari favorable atau unfavourable suatu aitem. Kriteria pemberian skor untuk aitem yang favourable meliputi empat untuk jawaban ”Sangat Sesuai” (SS), tiga untuk jawaban ”Sesuai” (S), dua untuk jawaban ”Tidak Sesuai” (TS), satu untuk jawaban ”Sangat Tidak Sesuai” (STS). Sedangkan pemberian skor untuk aitem yang unfavourable meliputi satu untuk jawaban ”Sangat Sesuai” (SS), dua untuk jawaban ”Sesuai” (S), tiga untuk jawaban ”Tidak Sesuai” (TS), empat untuk jawaban ”Sangat Tidak Sesuai” (STS). Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik self regulated learning sesorang. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah self regulated learning individu tersebut.
2. Modul Pelatihan Ketrampilan Belajar Modul ketrampilan belajar dalam penelitian ini merupakan modul yang digunakan pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Modul yang digunakan dalam pelatihan ini adalah beberapa modul yang telah dipilih sesuai dengan aspek ketrampilan belajar yang dikemukakan oleh Hostrop dan Hermanson (Jufri 1999). Pelatihan keterampilan belajar terdiri dari delapan sesi dengan materi yaitu goal setting. Sesi kedua adalah quantum learning. Sesi ketiga adalah quantum reding. Sesi keempat adalah manajemen waktu. Sesi kelima adalah learning style. Sesi keenam, ketujuh, dan kedelapan adalah teknik presentasi meliputi teori dan praktek. Masing-masing tahap akan diisi dengan materi yang merupakan aspek dari ketrampilan belajar dan diawali dengan icebreaking. Pelatihan ini akan dilaksanakan dalam rentang waktu selama empat minggu dengan dua kali sesi di tiap minggunya.
12
3. Reflektif Jurnal Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Tujuan reflektif jurnal ini adalah untuk menilai jalannya pelatihan ketrampilan belajar serta mengetahui apa yang telah didapatkan peserta setelah mengikuti pelatihan. Reflektif jurnal digunakan untuk mencatat apa yang dirasakan peserta setelah mengikuti pelatihan, manfaat yang didapatkan peserta selama pelatihan, kekurangan dan kelebihan dari pelatihan, materi pelatihan yang sudah dan belum dipahami, serta pendapat peserta mengenai cara penyampaian materi trainer. Data yang diperoleh akan dipergunakan sebagai data kualitatif. 4. Lembar Kesediaan Diri Lembar kesediaan diri merupakan bukti bahwa subjek bersedia mengikuti pelatihan ketrampilan belajar dengan segala konsekuensinya. Lembar kesediaan diri ini menjelaskan mengenai hak dan kewajiban subjek selama mengikuti pelatihan ketrampilan belajar. Lembar kesediaan diri ini diberikan kepada subjek sebelum dilaksanakan pelatihan.
C. Prosedur Pelaksanaan Eksperimen Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen one group pre and posttest design. Desain eksperimen one group pre and posttest design atau desain perlakuan ulang ini merupakan desain ekspermen yang hanya menggunakan satu kelompok subjek (kasus tunggal) serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subjek. Perlakuan yang diberikan kepada subjek adalah pelatihan ketrampilan
13
belajar. Perlakuan terbagi menjadi enam materi yang berbeda dengan delapan kali sesi pertemuan. Pelatihan ini berlangsung dalam rentang waktu selama empat minggu. Masing-masing sesi berlangsung selama sekitar 100 menit. Dari kedelapan sesi tersebut antara lain: sesi quantum reading diberikan dengam metode ceramah, sesi quantum reading diberikan dengan metode ceramah, sesi goal setting diberikan dengan metode ceramah, sesi manajemen waktu diberikan dengan metode ceramah, sesi learning style diberikan dengan metode ceramah, sesi teknik presentasi diberikan dengan metode ceramah, dan sesi praktek presentasi diberikan dengan metode role play. Dari kedelapan sesi tersebut akan diawali dengan ice breaking dan diakhiri dengan diskusi maupun pemaknaan oleh trainer. D. Metode Analisi Data Analisa data yang digunakan penelitian ini adalah analisa statistik. Analisa ini digunakan dengan alasan bahwa analisa statistik bisa mewujudkan kesimpulan penelitian dalam memperhitungkan faktor kesalahan. Statistik juga bekerja dengan angka-angka sehingga bersifat objektif dan universal, dalam arti dapat digunakan pada semua bentuk penelitian (Hadi,1986) Teknik statistik yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah teknik statistik t-test. Teknik ini digunakan karena dalam penelitian ini untuk mencari efektivitas variabel bebas yang berupa pemberian perlakuan terhadap peningkatan variabel tergantung. Proses analisisnya dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer Statictical Package for Social Science (SPSS) 10.0 for Windows.
14
HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi Uji persyaratan yang dilakukan adalah uji normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows 10.00. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Distribusi dikatakan normal apabila p>0,05. teknik yang digunakan untuk uji normalitas adalah teknik one sample Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows 10.00. Hasil uji normalitas yang dilakukan adalah sebagai berikut ini. (1)
Skor skala self regulated learning pretest menunjukkan distribusi normal dengan nilai K-SZ sebesar 0,399 (p=0,997 > 0,05).
(2)
Skor skala self regulated learning posttest menunjukkan distribusi normal dengan nilai K-SZ sebesar 0,637 (p=0,812 > 0,05).
(3)
Skor skala self regulated learning gain scores menunjukkan distribusi normal dengan nilai K-SZ sebesar 0,626 (p= 0,828 > 0,05).
2.
Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketrampilan belajar
terhadap peningkatan self regulated learning pada mahasiswa baru. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik paired sample t-test dengan menggunakan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows
15
10.00. Hasil analisis diperoleh nilai t sebesar -3,578 dengan p = 0,007 (p<0,05) hal ini menunjukkan ada perbedaan self regulated learning pada skor sebelum dan sesudah pelatihan, hal ini berarti modul ketrampilan belajar efektif meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa baru.
PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah pelatihan ketrampilan belajar efektif dalam meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa baru. Berdasarkan analisis uji hipotesis, diperoleh nilai t sebesar -3,578 dengan p = 0,007 (p<0,05) menunjukkan ada perbedaan self regulated learning pada skor sebelum dan sesudah pelatihan. Skor rata-rata pretest subjek sebesar 45,56 mengalami peningkatan sebesar 64,22 pada skor rata-rata postestnya. Hal ini berarti modul ketrampilan belajar efektif meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa baru. Kategorisasi self regulated learning pretest berada dalam kategorisasi sangat rendah (11,12%), rendah (44,44%) dan sedang (44,44%). Pada kategorisasi posttest mengalami peningkatan pada kategori sedang (33,33%), tinggi (55,56%) dan sangat tinggi (11,11%). Berdasarkan hasil analisis reflektif jurnal, hampir semua subjek merasakan mendapat manfaat dari pelatihan ketrampilan belajar yang diberikan. Materimateri pelatihan yang disampaikan oleh trainer dapat dipahami peserta dan peserta pelatihan merasa jelas serta proses penyampaian dirasa seru dan menarik. Namun ada beberapa sesi yang dirasa cukup membuat bosan dikarenakan banyak
16
tugas membaca, yaitu pada sesi quantum reading. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa subjek, kendala yang dihadapi oleh subjek adalah ruangan yang dirasa kurang luas dan suhu ruangan agak panas. Penyampaian materi terkadang kurang bisa tersampaikan karena kelas kurang bisa dikondisikan disebabkan peserta terkadang ramai saat diberi penjelasan. Hasil lain ditemukan bahwa peserta merasa senang dengan metode penyampaian yang diberikan selama pelatihan berlangsung, dikarenakan tidak hanya menggunakan metode ceramah saja namun bervariasi dengan role play, games maupun aktivitas lain. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan cotrainer kendala yang dihadapi saat pelatihan berlangsung adalah alokasi waktu yang disediakan masih kurang terutama saat melakukan pengkondisian peserta pada masing-masing aktivitas di setiap sesi pertemuan, misalnya saat harus membentuk kelompok-kelompok kecil kemudian meminta peserta untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan tugas yang harus dikerjakan misalnya lembar kerja maupun games selama pelatihan berlangsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor self regulated learning pada subjek penelitian mengalami peningkatan setelah diberikan pelatihan ketrampilan belajar, hal ini berarti bahwa modul ketrampilan belajar efektif untuk meningkatkan self regulated learning pada subjek, yaitu mahasiswa baru. Salah satu cara untuk memperoleh prestasi akademik yang tinggi adalah dengan meningkatkan self regulated yang dimiliki seseorang. Salah satu faktor yang mempengaruhi self regulated learning adalah faktor individu salah satunya
17
adalah pengetahuan yang dimiliki individu. Semakin banyak dan beragam pengetahuan yang dimiliki individu akan semakin membantu individu dalam melakukan
self
regulated
learning
(Bandura
dalam
Zimmerman,1989).
Pengetahuan yang dimiliki individu salah satunya melalui penguasaan ketrampilan belajar. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Jufri (1999) yang mengungkapkan bahwa apabila mahasiswa dalam belajar menguasai berbagai ketrampilan belajar dan digunakan dalam proses belajarnya baik di sekolah maupun di rumah, maka mahasiswa tersebut memiliki peluang yang besar untuk memperoleh prestasi akademik tinggi. Kegagalan mencapai prestasi akademik bagi mahasiswa dapat terjadi karena mereka kurang mengetahui dan tidak mahir dalam menggunakan berbagai teknik pencapaian ketrampilan berprestasi serta tidak mampu menggunakan teknik belajar yang efektif (Hostrop dan Hermanson dalam Jufri 1999). Peneliti mengakui dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan. Pertama, dalam penelitian ini kurang mengontrol validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal yang kurang dikontrol dalam penelitian ini antara lain adalah penentuan subjek penelitian yang tidak dilakukan dengan proses randomisasi. Kedua, meskipun sebelumnya peneliti telah meminta bantuan pada co-trainer pelatihan ini untuk melakukan proses observasi dan dokumentasi, namun peneliti kurang mempertimbangkan kondisi darurat, seperti keterbatasan co-trainer dikarenakan sedikitnya waktu yang tersedia pada saat pelatihan berlangsung untuk melakukan proses tersebut, yang berakibat proses dokumentasi
18
dan observasi tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Seharusnya, hal-hal teknis seperti ini perlu diantisipasi dari awal dan dipersiapkan dengan matang agar saat di lapangan kondisi tersebut dapat segera diatasi. Selanjutnya, materi yang diberikan dalam pelatihan ini terlalu padat dan perlu lebih diperhatikan pada alokasi waktu yang digunakan pada tiap aktivitas di masing-masing sesi. Selain itu dalam penelitian ini juga kurang mengontrol faktor eksternal lain, yaitu kondisi dan kenyamanan ruangan yang digunakan peserta. Ruangan yang digunakan kurang luas untuk menampung seluruh peserta terutama pada saat aktivitas games diadakan, yang membuat suhu ruangan menjadi agak panas sehingga kurang mendukung jalannnya pelatihan. Kekurangan penelitian ini juga terdapat pada kekurangtelitian peneliti pada saat melakukan tabulasi data. Pada saat melakukan uji reliabilitas pertama didapatkan aitem yang sahih sebanyak 24 buah dengan koefisien Alpha sebesar 0.8884 setelah data ditabulasi dengan benar dan teliti kemudian data dianalisis lagi dan didapatkan aitem yang sahih berjumlah 23 aitem dengan koefisien Alpha sebesar 0.8994. Hal ini menyebabkan aitem yang digunakan dalam penelitian ini yang semula berjumlah 24 hanya bisa diolah sebanyak 22 buah aitem, yaitu dengan menghilangkan aitem nomer tujuh dan sembilan belas serta aitem nomer lima yang seharusnya ikut dianalisis terpaksa tidak diikutsertakan dalam pengolahan data karena telah gugur pada saat dilakukannya uji reliabilitas yang pertama.
19
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian efektivitas modul pelatihan ketrampilan belajar terhadap self regulated learning, maka dapat disimpulkan bahwa ada efek positif dari pelatihan ketrampilan belajar terhadap peningkatan self regulated learning pada mahasiswa baru. Hal ini berarti modul ketrampilan belajar efektif meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa baru.
A. Saran-Saran 1. Bagi Subjek Penelitian Kepada mahasiswa baru khususnya subjek penelitian, disarankan untuk mengaplikasikan dan mengoptimalkan ketrampilan belajar guna meningkatkan tingkat self regulated learning yang dimiliki. Misalnya dengan mengatur proses dan lingkungan belajar dengan baik untuk menunjang keberhasilan studi di perguruan tinggi. 2. Bagi Pihak Kampus a. Penelitian ini membuktikan bahwa pelatihan ketrampilan belajar mampu meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa baru. Pihak kampus dapat menggunakan modul pelatihan ketrampilan belajar sebagai sarana untuk meningkatkan self regulated learning pada mahasiswa baru sebagai salah satu kesiapan yang perlu dimiliki oleh mahasiswa baru untuk membekali mahasiswa serta menunjang keberhasilan studi di perguruan tinggi.
20
b. Peran dosen dan asisten selaku trainer dan co trainer secara umum diperlukan dalam memberikan dukungan dan menciptakan suasana yang menjadikan peserta didiknya menjadi lebih optimal sehingga mampu untuk belajar mandiri dan mengatur belajarnya dengan lebih optimal. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Mengontrol validitas internal dan eksternal penelitian. Seperti melakukan randomisasi dalam penentuan subjek penelitian, mengontrol kejadiankejadian di lingkungan penelitian di luar perlakuan, yang muncul selama penelitian berlangsung, dan juga memperhatikan kondisi kelas atau ruangan yang digunakan selama pelatihan berlangsung. b. Peneliti selajutnya diharapkan lebih teliti dan akurat dalam melakukan proses tabulasi dan analisis data sehingga didapatkan alat ukur yang memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi mengacu pada aspek yang dikemukakan dalam penelitian ini. c. Peneliti sebaiknya memperhatikan waktu pelaksanaan pelatihan agar pelatihan dapat dilaksanakan dengan lebih efektif, misalnya waktu pelatihan dilakukan selama tiga hari berturut-turut pada jam-jam yang efektif, agar subjek tidak merasa lelah dan jenuh. Selain itu waktu pelatihan yang relatif singkat memungkinkan peneliti lebih maksimal mengantisipasi kejadian-kejadian di lingkungan penelitian di luar perlakuan yang muncul selama penelitian berlangsung, yaitu antara tes pertama dan berikutnya.
21
d. Memilih kondisi ruangan yang lebih nyaman, sehingga para peserta dapat lebih konsentrasi dan merasa lebih nyaman. e. Sebelum pelatihan dilaksanakan hendaknya modul dipersiapkan lebih matang dan diuji coba terlebih dahulu untuk pengambilan data. Selain itu perlu dilakukan pengayaan materi untuk trainer dan co-trainer agar dapat menguasai materi, sehingga menjaga agar tidak terdapat kekeliruan dalam proses penyampaian materi selama pelatihan berlangsung. f. Menambahkan data-data yang bersifat kualitatif sehingga akan melengkapi data penelitian yang bersifat kuantitatif sehingga didapatkan kesimpulan yang luas terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi self regulated learning. g. Sebaiknya peneliti mendampingi proses selama pelatihan berlangsung sehingga dapat melakukan pengamatan yang lebih cermat dan akurat selama proses pelatihan berlangsung dan melakukan dokumentasi terhadap keseluruhan proses pelatihan berlangsung. h. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian payung, hendaknya mempertimbangkan seluruh hal yang berkaitan dengan proses penelitian mulai dari awal hingga akhir dari proses penelitian yang akan dilaksanakan, sehingga bisa melakukan persiapan dengan lebih rapi dan matang.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ablard, K.E., & Lipschultz, R.E. 1998. Self Regulated Learning in High Achieving Students: Relations to Advanced Reasoning, Achievement goals, and gender. Journal of Educational Psychology, 90, 94-101. Alhusin, S. 2003. Aplikasi Statistik Praktis dengan Menggunakan SPSS 10 for windows, edisi kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu. Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ______________ 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. ______________1997. Reliabilitas dan Validitas, edisi ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Butler, D. 1998. The Strategis Content Learning Approach to Promoting Self Regulated Learning; A Report of Three Studies. Journal of Educational Psychology Vol 90. page682-697. Butler & Winne. 1995. Feedback and Self Regulated Learning: A Theoretical Synthesis. www.valdosta.edu Chen, C. S. 2002. Self Regulated Learning Strategies And Achievment In An Introduction To Information System Course Information Technology. Learning And Performance Journal. Vol 20, No 1, 11-25. De Janasz.. 2002. Interpersonal Skill in Organizations. Boston : McGraw Hill. De Porter, B. & Hernacki, M. 2006. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa. Dewajani, S. 2000. Uji Coba Pelatihan Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Gie, T. 2002. Cara belajar yang Efisien: Sebuah Buku Pegangan untuk Mahasiswa Indonesia Jenjang Pendidikan Strata2-3, Edisi Kelima, Jilid I. Yogyakarta: Pusat Ilmu Belajar Berguna. ______ 2003. Efisiensi Untuk Meraih Sukses. Yogyakarta: Panduan. Ginting, C. 2003. Kiat Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta : Gramedia Widiasarana.
23
Gravalia & Carroll. Comparative Analysis of First an Third Year Pharmacy Students Perceptions of Student Self Regulated Learning Strategies and Motivation. 2002. American Journal of Pharmaceutical Education. Vol. 66. 219-223. Hadi, S. Metodologi Research, jilid 4. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. Jufri, M. 1999. Efikasi Diri, Ketrampilan Belajar dan Penyesuaian Diri sebagai Prediktor prestasi Akademik Mahasiswa Tahun Pertama. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Komalasari, A. D. & Alsa, A. 2005. Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang Menggunakan Tipe Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan SKS (Satuan Kredit Semester). (Skripsi). Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Latipun. 2006. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press. Pintrich, P. R. 1990. Motivational and Self-Regulted Learning Components of Classroom academic Performance. Journal of Educational Psychology. Vol 8. Number 1 page 33-40. Purwanto, P. 2000. Hubungan Self Regulated Learning dengan Prestasi Belajar. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Rachmawatie, M. A. 2007. Pembelajaran Matakuliah Bahasa Indonesia sebagai Upaya Peningkatan Academic Competences pada Mahasiswa. Laporan Hibah Pengajaran (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII. Roop, M. 1998. A new Approach To Supporting Reflective, Self Regulated Computer Learning. http://www.coe.uh.edu/insite/elec_pub/html.1998/re_ropp.htm Santosa, S. 2004. SPSS versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : Elex Media Komputindo. Santrock, J. W. 2007. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. Saqiroh, K. 2005. Perbedaan Peningkatan Self Regulated Learning pada Siswa yang Gurunya Mendapat Pelatihan Metode Mengajar untuk Membangkitkan Inquisitiveness Siswa dengan Siswa yang Gurunya tidak Mendapat Pelatihan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
24
Schunk & Zimmerman. 1994. Self Regulation of Learning and Performance:Issues and Eduactional Applications. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates Publishers. Sukadji, dkk. 2001. Sukses di Perguruan Tinggi, Edisi Khusus. Depok: Jakarta. Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada. _______________ 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi. Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tim Penyusun. 2004. Langkah Sukses Menempuh Studi, Buku Panduan Akademik (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi UII. Torrano & Torres. 2004. Self Regulated Learning Current and Future Directions. Electronic Journal of Research in Educational Psychology Vol 2. Number 1 page 1-34. Truelove, S. 1996. The Handbook of Training and Development. USA: Blackwell Publishers. Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Wolters, C. 1998. Self Regulated Learning and College Students’ Regulation of Motivation. Journal of Educational Psychology Vol 90. page 224-235. Yogyanti, P. 1996. Self Regulated Learning in Higher Education. Jakarta: Atmajaya Chatolic Unversity. Zimmerman, B. 1989. A Social cognitive View of Self Regulated Academic Learning. Journal of Educational Psychology. Vol 81, issue 3.
25
26