Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KOTAK MISTERI PADA ANAK Endang Setyowati (12260868-ST) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak Adanya kesenjangan antara kemampuan membaca permulaan yang diharapkan dengan realita, menjadikan kewajiban guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. Anak usia dini merupakan usia dimana anak mengalami masa yang disebut masa bermain. Anak usia dini sangat peka dalam menerima rangsangan dari lingkungan untuk perkembangan jasmani dan rohani. Kemampuan membaca permulaan anak dapat ditingkatkan salah satunya melalui permainan kotak misteri. Ketika anak membaca permulaan melalui permainan kotak misteri, maka diharapkan anak akan mampu membaca gambar, mengenal bacaan dalam gambar, mampu mengenal bunyi huruf dalam bacaan, mampu mengenal arti kata dalam bacaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bahwa permainan kotak misteri mampu meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak. Obyek penelitian adalah anak kelompok B TK Sendangrejo 2 Kecamatan Ngaringan sebagai penerima tindakan. Teknik pengumpuan data untuk mendapatkan keterangan sehubungan dengan penelitian tersebut, sehingga diperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, literartur dan dokumentasi. Pada penelitian ini analisis data dilakukan dengan metode alur, reduksi data, paparan data dan penyimpulan hasil analisis. Hasilnya berupa nilai kemampuan anak pada saat membaca permulaan dengan permainan kotak misteri. Pada penelitian ini menghasilkan data bahwa kemampuan membaca permulaan anak pada pra siklus yakni 4% meningkat di siklus I sebesar 17% dan pada siklus II kemampuan Membaca Permulaan anak mencapai 87%. Hal ini menunjukkan bahwa permainan kotak misteri dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak kelompok B TK Sendangrejo 2 Kecamatan Ngaringan. Saran pada penelitian ini adalah (1) Pihak sekolah dapat menjalankan masukan yang diperoleh mengenai model pembelajaran dan pengembangan media yang sesuai untuk pembelajaran anak usia dini, (2) Guru melakukan tindakan pembelajaran berdasarkan pengalaman baru dengan penerapan permainan kotak misteri dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca permulaan di TK yang berpusat pada anak, dan (3) Orang tua dapat memberi motivasi dan mendampingi anak dalam rangka peningkatan kemampuan membaca permulaan anak. Kata Kunci : Kemampuan Membaca Permulaan, Permainan Kotak Misteri
PENDAHULUAN Keterampilan membaca memegang peranan penting dalam aktivitas komunikasi tertulis. Aktivitas membaca menjadi bagian dari kebutuhan aktivitas keseharian kita. Aktivitas membaca dilakukan untuk berbagai keperluan, mulai dari sekedar untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan perolehan informasi secara khusus, hingga untuk kepentingan studi dan pendalaman bacaan popular seperti tulisan-tulisan pada koran, surat kabar dan majalah hiburan , karya-karya fiksi seperti novel, cerpen, dan tulisan-tulisan keilmuan untuk disiplin-disiplin ilmu tertentu seperti yang kita dapat pada jurnal-jurnal ilmiah, buku-buku teks dan karya publikasi ilmiah lainnya. Mengingat begitu pentingnya peran membaca dalam kebutuhan aktivitas keseharian kita, maka kita perlu memulai untuk belajar membaca pada anak sedini mungkin dan dari yang paling sederhana yaitu pada kemampuan melek huruf. Ini dapat mulai dikenalkan pada anak usia Taman Kanak-Kanak., 21
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Dan yang tidak boleh kita lupakan sasaran kita adalah anak usia Taman Kanak-Kanak. Anak dalam usia ini ada dalam masa bermain. Pembelajaran yang dilakukan untuk mengenal lambang-lambang bunyi bahasa dan dapat melafalkannya dengan benar harus dilakukan dengan metode dan alat atau sumber belajar yang menarik dan menyenangkan. Untuk menyampaikan segala informasi kepada mereka harus dengan cara atau metode yang sesuai dengan prinsip pembelajaran di Taman Kanak“Belajar Seraya Bermain dan Bermain Seraya Belajar”. Anak diusia ini (5tahun-6tahun)
Kanak
sangat aktif dan masih belum mampu berkonsentrasi atau memfokuskan perhatian mereka pada satu titik tertentu dalam waktu yang cukup lama. Merekapun belum mampu berpikir secara abstrak. Mereka masih suka bermain sendiri sesuai dengan keinginan mereka dan masih sulit untuk dikondisikan seperti anak-anak yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar. Untuk itu sebagai seorang guru di Taman Kanak-Kanak kita harus selalu kreatif dan inovatif untuk mencari dan memilih metode dan media belajar yang tepat untuk peserta didiknya. Tentu saja dalam memilih metode dan media yang digunakan sesuai dengan usia dan karakteristik anak TK. Metode dan media harus menarik dan tidak membahayakan bagi anak. TK Sendangrejo 2 didapatkan masalah yang timbul yakni anak belum memahami lambanglambang huruf. Sebagai contoh: anak masih bingung menyebutkan huruf a dan e. Selain itu, anak juga belum memahami huruf dengan kata-kata yang ditemuinya. Misalkan saja ketika anak diberi kata “MAKAN” kemudian diminta memilih, sebagian besar anak-anak bingung mencari kata tersebut. Serta anak juga belum bisa membedakan huruf-huruf, anak masih kesulitan dalam menentukan hurufhuruf yang hampir mirip seperti huruf m dan n. Dari data observasi yang di TK Sendangrejo 2 untuk kemampuan membaca yang berjumlah 23 anak. Kemampuan membacanya yang berkembang secara optimal 1 anak atau 4%, sedangkan 13 anak atau 57% cukup, dan 9 anak yang lainnya atau 39% memiliki kemampuan membacanya rendah. Dari data tersebut masih 96% anak yang masih memerlukan stimulasi dalam membaca. Kemampuan membaca anak dapat ditingkatkan salah satunya melalui permainan kotak misteri. Dengan permainan kotak misteri kemampuan anak membaca akan meningkat. Hali ini terlihat pada saat kegiatan bermain menggunakan kotak misteri, anak dapat memahami lambang-lambang huruf, anak akan tertarik dan mengingat lambang huruf, anak akan memahami huruf dengan kata-kata yang ditemuinya, anak juga dapat membedakan huruf. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik akan melakukan penelitian tindakan kelas mengenai “Meningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Kotak Misteri Pada Anak Kelompok B Di Tk Sendangrejo 2 Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan”
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Membaca Permulaan Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. 22
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyian. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat bermakna. Melalui proses decoding, gambar-gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasikan, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategori sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan. Anak pada usia kanak-kanak telah memiliki dasar kemampuan untuk membaca dan menulis. Dasar kemampuan yang dimiliki anak usia prasekolah ini dapat dilihat dari kemampuannya dalam melakukan koordinasi gerakan visual dan koordinasi gerak motorik. Gerakan ini secara khusus dapat dilihat pada waktu anak mengerakkan bola matanya bersamaan dengan tangan dalam membalikkan buku gambar atau buku lainnya. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang membaca permulaan adalah melihat, memikirkan dan memahami isi dari apa yang ada dalam tulisan, baik secara lisan ataupun ucapan serta dalam hati dengan secara baik dan benar, membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Pengertian Perminan Kotak Misteri Permainan kotak misteri merupakan suatu permainan dengan menggunakan salah satu alat peraga edukatif yang dibuat dengan memanfaatkan kardus-kardus bekas yang dibuat menjadi bentuk sebuah balok dan menarik perhatian.
Gambar 1. Kotak Misteri
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini termasuk jenis penelitian pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, yang mengandung makna (data yang sebenarnya, data yang pasti mengandung nilai-nilai dibalik data yang tampak) .
23
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Penulis melakukan penelitian dengan lokasi Taman Kanak-Kanak Sendangrejo 2. Tepatnya di Desa Sendangrejo Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan, sebagai salah satu sekolah swasta yang sudah tentu ikut serta dalam upaya meningkatkan kecerdasan kehidupan anak bangsa, sehingga perlu melakukan peningkatan kualitas dan efektifitas pembelajaran. b. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester dua tahun pelajaran 2013/2014, Waktu penelitian ini penulis bagi dalam beberapa tahap diantaranya (a) Tahap perencanaan kegiatan penelitian tanggal 17 Maret 2014 (b) Tahap observasi dan pencarian data tanggal 19 s/d 29 Maret 2014 (c) Siklus I tanggal 19 s/d 24 Pebuari 2014 (d) Siklus II tanggal 25 s/d 29 Pebuari 2012 Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah peserta didik Taman Kanak-Kanak Sendangrejo 2 Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan. Taman Kanak-Kanak Sendangrejo mempunyai satu kelompok belajar / kelas yaitu kelompok B yang terdiri atas 23 peserta didik, 12 anak laki-laki dan 11 anak perempuan rata-rata berusia 5-6 tahun. Fokus Penelitian Peningkatan kemampuan membaca anak melalui permainan kotak misteri, merupakan fokus penelitian yang penulis lakukan dengan bidang pengembangan bahasa, dan dengan tema Alam Semesta. Penelitian ini penulis lakukan melalui dua siklus. a. Siklus I 1) Rencana Tindakan I (Planning) 2) Pelaksanaan Tindakan (Action) 3) Observasi I 4) Refleksi I b. Siklus II
1) Rencana Tindakan I (Planning) 2) Pelaksanaan Tindakan (Action) 3) Observasi II 4) Refleksi II Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini ada teknik yang diterapkan untuk mengumpulkan data yaitu : observasi, dokumentasi, pemberian tugas. a. Observasi 24
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
b. Demonstrasi c. Dokumentasi d. Pemberian Tugas Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian tindakan menurut Bogdan dan Biklen (1982), sebagaimana dikutip Moleong (2007: 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Data yang diperoleh dalam penelitian ini. Pada hakekatnya merupakan kata-kata, kalimat atau paragraph yang dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif terhadap peristiwa nyata yang terjadi dan dialami oleh subyek. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan tehnik deskriptif analisis yaitu menggambarkan dan menjelaskan secara obyektif pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Menurut Miles dan Huberman (1984) seperti dikutip Eko Sulilo (2003:48) analisis deskriptif dilakukan tiga jalur yang saling berkaitan. Tiga jalur tersebut adalah : (a) reduksi data, (b) penyajian data dan (c) verifikasi atau penarikan kesimpulan. Agar lebih jelas ketiga faktor tersebut, dibawah ini peneliti sampaikan penjelasannya.: a. Reduksi Data Kegiatan ini dimulai dari menelaah data yang tersedia dari sumber yang ada, kemudian dikaji untuk membuat rangkuman. Dari rangkuman inilah diadakan reduksi data dengan kegiatan sebagai berikut: (1) menyusun data dalam satuan-satuan sejenis, (2) membuat koding data sesuai dengan kisi-kisi penelitian, (Sukardi,2006:72). b. Penyajian Data Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar variabel agar pembaca laporan penelitian mengerti apa yang telah terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. c. Verifikasi atau penarikan kesimpulan Dari data yang dikumpulkan, selama pengumpulan dan setelah ditelaah dan dikaji sehingga menjadi bermakna dan menjadi informasi maka digunakan untuk menarik kesimpulan yang dapat menggambarkan suatu pola tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Analisis data yang dilakukan terus menerus berimplikasi terhadap penambahan dan atau pengurangan data yang dibutuhkan sehingga memungkinkan peneliti kembali ke lapangan.
25
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pra Siklus Kemampuan membaca
permulaan di Taman Kanak-kanak kurang dikembangkan karena
terdapat unsur paksaan, yang memaksa anak untuk berpikir, sehingga proses pembelajaran di TK hanya menekankan pada kemampuan menulis dan berhitung, akibatnya pengenalan huruf / abjad menurun dan ketika memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar anak kurang dalam hal membaca. Adapun yang dilakukan peneliti adalah memberi pertanyaan pada anak sebagai contoh ketika saat proses kegiatan belajar menyebutkan suku kata awal yang sama disini anak cuma hanya terdiam dan susah untuk membaca permulaan tentang apa yang akan diucapkan. Dari sini kita dapat melihat anak yang sudah paham tentang apa yang diceritakan atau belum. Pada proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan, guru mengamati anak kurang fokus terhadap kegiatan karena guru atau peneliti belum menggunakan media untuk menarik perhatian anak. Sebelum penelitian dilaksanakan, kemampuan membaca permulaan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang belum menggunakan kotak misteri. Dari hasil penelitian pra siklus yang dilaksanakan, hanya 1 anak atau 4% saja yang mampu membaca permulaan dengan baik. Adapun prosentase kemampuan anak membaca permulaan di kelompok B TK Sendangrejo 2 dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini: Gambar 2. Kemampuan membaca permulaan kondisi awal (Pra Siklus) 100% 80% 60% 40%
57% kurang (9 anak)
39%
cukup (13 anak)
20%
4%
baik (1 anak)
0% kurang (9 anak)
cukup (13 anak)
baik (1 anak)
Gambar diagram tersebut dapat diketahui bahwa sebanyak 1anak atau 4% yang dapat membaca permulaan dengan baik, 13 anak atau 57% dengan hasil cukup, dan 39% atau 9 anak dengan hasil kurang. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dan guru merasa perlu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kemampuan membaca permulaan anak. Untuk itu peneliti berdiskusi untuk menentukan langkah selanjutnya. Peneliti dan guru sepakat melaksanakan tindakan pada hari Selasa 29 April 2014 di kelas B TK Sendangrejo 2 dengan menggunakan media kotak misteri untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak.
26
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Deskripsi Siklus I Pada siklus I, perencanaan tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti sebanyak 3 kali pertemuan, yaitu Senin tanggal 5 Mei 2014, Kamis tanggal 8 Mei 2014, dan Sabtu tanggal 10 Mei 2014. Perencanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan Ada beberapa hal yang direncanakan siklus I, yaitu: 1) Peneliti mempersiapkan RKH terlebih dahulu yang akan digunakan; 2) Peneliti mempersiapkan media kotak misteri terlebih dahulu yang akan digunakan; 3) Peneliti mengkondisikan atau mensetting kelas. Dimana peneliti berkolaborator dengan kepala sekolah sebagai pendamping dan observator; 4) Peneliti membuka pembelajran dengan salam, doa, dan menyanyikan lagu “A B C”; 5) Peneliti mengkomunikasikan aturan yang harus dipatuhi selama kegiatan bercerita dengan menggunakan kotak misteri; 6) Peneliti memulai kegiatan bercerita dengan media kotak misteri. Dalam hal ini, peneliti dibantu kepala sekolah mengamati aktivitas anak selama kegiatan pembelajaran terutama perhatian anak tentang bercerita dengan kotak misteri dan kemudian mencatatnya dalam pedoman observasi; 7) Peneliti mengulas kegiatan bercerita menggunakan kotak misteri. Dalam kegiatan ini peneliti memberi kesempatan pada anak untuk bereksplorasi. Kemudian peneliti merangsang anak dengan pertanyaan. 8) Penutup Secara umum proses pembelajaran pada siklus I seperti tersebut diatas. Akan tetapi tiap-tiap pertemuan, peneliti memberikan sedikit variasi dengan tujuan untuk memberikan pengalaman yang baru kepada anak serta agar anak didik tidak merasa bosan mengikuti pembelajaran menggunakan kotak misteri. Adapun variasi setiap pertemuan adalah sebagai berikut: a. Pada pertemuan pertama, peneliti menggunakan media kotak misteri pada cerita sederhana. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan dalam bentuk anak disetting duduk melingkar. b. Pada pertemuan kedua, peneliti mengunakan media yang sama akan tetapi pada pertemuan kedua ini kegiatan permainan dengan kotak misteri dilakukan dliuar kelas. c. Pada pertemuan ketiga, peneliti masih menggunakan media kotak misteri akan tetapi pada pertemuan kali ini kegiatan pembelajaran dilakukan didalam kelas kembali. b. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan rencana tindakan , maka
pelaksanaan yang dilakukan pada siklus I
pertemuan 1 hari Senin 6 Mei 2014 adalah sebagai berikut: Apersepsi yaitu menyiapkan ruangan yang cukup untuk pertemuan klasikal, peneliti mengelompokkan anak dalam beberapa kelompok, agar ada kerjasama antar anak dalam 27
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
memanfaatkan kotak misteri. Kegiatan inti yaitu peneliti melaksanakan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran yang tertulis dalam RKH kegiatan ini. Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kegiatan harian yang disusun bersama peneliti dan kolaborator.
Peneliti menunujukkan alat peraga berupa kotak misteri dan anak-anak diajak
bercerita dan membaca permulaan dengan benar. Kemudian mengucapkan kata berdasarkan benda-benda yang ada disekitar anak tersebut, serta anak-anak memperhatikan dengan seksama. Bagaimana anak-anak bisa kan? Anak-anak menjawab “bisa bu...”. peneliti memberikan hadiah berupa bintang kepada anak yang mampu membaca permulaan dengan baik dan benar. Kegiatan penutup, peneliti memberika tes unjuk kerja pada anak. Pada akhir pembelajaran, peneliti bertanya kepada anak-anak ”Bagaimana anak-anak, kalian sangat senang dengan kegiatan belajar hari ini?” anak-anak seraya menjawab “senang bu guru”. Setelah itu peneliti memberikan hadiah kepada anak yang mampu membaca permulaan dengan baik dan benar berupa bintang. Dari hasil pembelajaran pada pertemuan pertama ada peningkatan dari pra siklus 1 anak atau 4% menjadi 2 anak atau 9% anak dapat membaca permulaan dengan baik. Untuk pertemuan yang kedua dilaksanakan diluar kelas, anak-anak antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena dilakukan dengan suasana yang berbeda. Pertemuan yang ketiga tidak menunjukkan peningkatan kemampuan membaca permulaan anak yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan membaca permulaan anak pertemuan kedua sebanyak 4 anak atau 17% dan pada pertemuan ketiga mencapai hanya tetap 4 atau 17%. Rata-rata dari ketiga pertemuan mencapai 14%. c. Observasi Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran khususnya diruang kepala sekolah. Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan anak selama mengikuti kegiatan bercerita dengan menggunakan kotak misteri. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan kepala sekolah, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pada pertemuan pertama anak-anak masih asing dengan proses pembelajaran yang menggunakan media kotak misteri. 2) Pada pertemuan kedua anak-anak sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan kotak misteri karena tertarik dengan media tersebut. 3) Pada pertemuan ketiga anak-anak merasa bosan terhadap proses pembelajaran karena penggunaan media yang sama. Hasil yang dicapai setelah mendapat tindakan pada siklus I ini terdapat peningkatan dari kondisi awal sebelum tindakan yaitu 4% meningkat menjadi 17% yang berarti kemampuan membaca permulaan dalam kategori kurang sehingga diperlukan siklus II untuk melakukan perbaikan lagi. 28
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Adapun hasil observasi pada siklus I pertemuan pertama-ketiga peningkatan kemampuan membaca permulaan anak dapat dilihat pada gambar diagram berikut ini: Gambar 3. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Siklus I 100% 78% 78% 80% 61% 60% 40% 30% 17% 17% 9% 4% 20% 4% 0% K C B K C B K C B Pertemuan Pertemuan Pertemuan 1 (9%) 2 (17%) 3 (17%)
Pertemuan 1 (9%) K Pertemuan 1 (9%) C Pertemuan 1 (9%) B Pertemuan 2 (17%) K Pertemuan 2 (17%) C Pertemuan 2 (17%) B Pertemuan 3 (17%) K
d. Tahap Refleksi dan Analisis Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan membaca permulaan anak. Analisis ini dilakukan oleh kepala sekolah dan peneliti dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu, kepala sekolah dan peneliti juga berpedoman pada hasil observasi peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui observasi. Adapun hasil tersebut menunjukkan bahwa: 1) Adanya reaksi yang menunjukkan kebosanan pada anak karena menggunakan media yang sama; 2) Sudah ada peningkatan membaca permulaan anak jika dibandingkan dengan kemampuan membaca permulaan sebelum tindakan. Akan tetapi, hasil tersebut belum maksimal dan belum memuaskan. Hal ini berarti peneliti dan kepala sekolah perlu memperbaiki proses pembelajaran; 3) Kemampuan membaca permulaan anak dalm satu kelas masih belum merata dikarenakan ada anak yang mampu membaca permulaan secara cepat, sedang, dan lambat. Dari hasil tersebut, peneliti dan kepala sekolah merasa bahwa hasil penelitian ini belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil observasi menunjukkan pada pertemuan pertama sebanyak 2 anak atau 9%, pertemuan kedua 4 anak atau 17% dan pada pertemuan ketiga sebanyak 4 anak atau 17%. Rata-rata dari semua pertemuan adalah 14% atau sebanyak 3 anak dapat membaca permulaan dengan baik. karena hasil belum mencapai indikator keberhasilan yang diinginkan yaitu 87%, maka perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Keberhasilan peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak, tidak lepas dari kompetensi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Hasil observasi keterampilan mengajar guru pada siklus I dapat dilihat pada grafikberikut:
29
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Gambar 4. Observasi Keterampilan Mengajar Siklus I 100% 80% 60% 40% 20% 0%
Pertemuan 1 K
32%
33%
31% 32%
14%
Pertemuan 1 C
56%
54% 13%
Pertemuan 1 B
11%
Pertemuan 2 K Pertemuan 2 C
K
C
B
K
C
B
K
C
B
Pertemuan 2 B
Pertemuan Pertemuan Pertemuan 1 2 3
Pertemuan 3 K
Keterampilan mengajar guru cukup baik karena kemampuan mengajar guru hanya mampu mencapai 56% pada siklus I. Sedangkan penilaian terhadap kinerja guru dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, dapat dilihat dalam garfik berikut: Gambar 5. Observasi Kinerja Guru Siklus I 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
82.40%
81%
80%
Pertemuan 1 (80%) K Pertemuan 1 (80%) C Pertemuan 1 (80%) B
15%
15%
5% K
13.60% 4%
4% C
B
K
C
B
K
C
B
Pertemuan 2 (81%) K Pertemuan 2 (81%) C
Pertemuan Pertemuan Pertemuan 1 (80%) 2 (81%) 3 (82,4%)
Observasi terhadap kinerja guru pada kemampuan membaca permulaan dalam siklus I sudah baik karena nilai baik tercapai 82,4%. Deskripsi Siklus II Pada siklus II, perencanaan tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti sebanyak 3 kali pertemuan yaitu pada hari Selasa 20 Mei 2014, Kamis 22 Mei 2014 dan Sabtu 24 Mei 2014 dengan perencanaan adalah sebagai berikut kronologi proses pembelajaran. a. Perencanaan Tindakan Ada bebarapa hal yang direncanakan dalam siklus II, yakni: 1) Peneliti mempersiapkan terlebih dahulu RKH untuk pembelajaran; 2) Peneliti mempersiapkan terlebih dahulu media yang digunakan yaitu kotak misteri; 3) Peneliti mengkondisikan atau mensetting kelas. Dimana peneliti kolaborator dengan kepala sekolah sebagai observator; 4) Peneliti membuka pembelajaran dengan salam, do’a dan menyanyikan lagu “Aku Anak Sehat”; 30
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
5) Peneliti mengkomunikasikan aturan yang harus di patuhi selama kegiatan bermain dengan kotak misteri; 6) Peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kotak misteri. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu kepala sekolah mengamati aktivitas anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran, terutama rentang perhatian anak dalam membaca permulaan dan kemudian mencatatnya dalam pedoman observasi; 7) Peneliti mengulas kegiatan menggunakan kotak misteri, dalam kegiatan ini, guru memberikan kesempatan pada anak untuk bereksplorasi. Peneliti mencoba merangsang anak dengan pertanyaan; 8) Penutup; Secara umum proses pembelajaran pada siklus II seperti yang tersebut di atas, akan tetapi pada tiap-tiap pertemuan peneliti memberi sedikit variasi dengan tujuan untuk memberikan pengalaman yang baru kepada anak serta agar anak didik tidak merasa bosan mengikuti pembelajaran menggunakan kotak misteri. Adapun variasi setiap pertemuan adalah sebagai berikut: a) Pada pertemuan pertama peneliti menggunakan media kotak misteri. Dan kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan dalam bentuk anak disettingduduk melingkar. b) Pada pertemuan kedua peneliti menggunakan media yang sama. Akan tetapi pada pertemuan kedua ini kegiatan bermain dengan kotak misteri dilaksanakan diluar kelas. c) Pada pertemuan ketiga peneliti masih menggunakan media yang sama. Akan tetapi pada pertemuan ketiga ini kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan didalam kelas kembali. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan, yaitu pada hari Selasa 20 Mei 2014, Kamis 22 Mei 2014 dan Sabtu 24 Mei 2014 TK Sendangrejo 2 Kecamatan Ngaringan dengan jumlah 23 anak. Adapun proses pembelajaran mengacu pada sekenario pembelajaran yang telah di buat sesuai RKH. Apersepsi yaitu menyiapkan ruangan yang cukup untuk pertemuan mengelompokkan anak dalam beberapa kelompok, agar
klasikal, peneliti
ada kerjasama antar anak dalam
melaksanakan kegiatan. Kegiatan Inti, yaitu peneliti
melakasanakan tindakan yang mengacu pada skenario
pembelajaran yang tertulis dalam RKH. Kegiatan ini adalah sebagai berikut : Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kegiatan harian yang disusun bersama antar peneliti dan teman sejawat. Peneliti memberi salam kepada anak-anak 'Assalamualikum Wr Wb, anak-anak
serentak menjawab 'WaalaikumSalam Wr Wb'.
Peneliti
dan anak-anak
menyanyikan lagu “Aku anak Sehat”. setelah bernyanyi bersama-sama lalu peneliti menetapkan aturan bermain kepada anak agar anak dapat bermain dengan tertib sesuai aturan yang telah 31
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
disepakati bersama.
Peneliti
mempersilahkan atau meminta anak memainkan kotak misteri
tersebut secara bergiliran. Kemudian peneliti meminta anak membacakan kata berdasarkan benda yang didapatnya dengan kotak misteri tersebut. Kegiatan Penutup, peneliti memberikan tes unjuk kerja, yaitu diminta membaca kata-kata dari kotak misteri. Kemudian memberikan umpan balik dengan kata- kata " Bagaimana anak-anak mudahkan cara bermainnya?” anak-anak menjawab "mudah bu". Kemudian peneliti memberikan hadiah kepada anak yang mampu mengembangkan permainannya dengan benar. Hasil pembelajaran pada pertemuan 1 ada peningkatan dari Siklus I adalah 17% atau 4 anak menjadi 61% atau 14 anak dapat membaca permulaan dengan baik. Untuk pertemuan yang kedua dilaksanakan didalam kelas, antusias anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena dilakukan dengan suasana yang berbeda. Pertemuan yang ketiga menunjukkan peningkatan yang signifikan karena anak selalu mendapatkan motivasi dan reward dari guru. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan kemampuan membaca anak pertemuan 2 sebanyak 18 anak atau 78%. Pada saat siklus kedua pertemuan kedua, hasil kemampuan indikator keberhasilan yang diharapkan peneliti sudah tercapai,
namun peneliti tetap melaksanakan
pembelajaran pada siklus kedua pertemuaan ketiga sesuai dengan rencana awal siklus kedua dilaksanakan 3 kali pertemuaan. Hasilnya ternyata sesuai perkiraan peneliti pada peningkatan hasil kemampuan membaca permulaan anak mencapai peningkatan 87% dari 23 anak. c. Observasi Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran khususnya di ruang kepala sekolah. Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca
permulaan anak
selama mengikuti kegiatan bercerita dengan kotak misteri. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan kepala sekolah, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Pada pertemuan pertama anak-anak sangat antusias mengikuti pembelajaran dengan menggunakan kotak misteri karena tertarik dengan media tersebut. 2) Pertemuan
kedua, Setelah diberikan motivasi, anak menjadi aktif dalam
pembelajaran
membaca dan berani tampil kedepan kelas tanpa menunggu perintah dari guru . 3) Pertemuan ketiga, konsentrasi anak semakin bertambah setelah mendapat motivasi, sehingga anak dapat membaca berdasarkan gambar dan tulisan dengan kata dari kotak misteri tersebut. Hasil yang dicapai setelah mendapat tindakan pada siklus II ini terdapat peningkatan dari siklus I yaitu 17% meningkat menjadi 87% yang berarti kemampuan membaca permulaan anak dalam kategori sangat baik.
32
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Gambar 6. Peningkatan Membaca permulaan Anak Siklus II 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
87%
78%
Pertemuan 1 (61%) K Pertemuan 1 (61%) C
61%
Pertemuan 1 (61%) B
39%
pertemuan 2 (78%) K 22%
0%
pertemuan 2 (78%) C
13%
0%
pertemuan 2 (78%) B
0%
pertemuan 3 (87%) K K
C
B
K
C
B
K
C
B
Pertemuan 1 pertemuan 2 pertemuan 3 (61%) (78%) (87%)
pertemuan 3 (87%) C pertemuan 3 (87%) B
d. Tahap Refleksi dan Analisis Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan membaca anak usia dini. Analisis ini dilakukan oleh kepala sekolah, guru kelas dan peneliti dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui, serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu kepala sekolah, guru dan peneliti juga berpedoman pada hasil observasi peningkatan kemampuan membaca permulaan anak melalui pedoman observasi. Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah baik. Kelemahan yang ada pada siklus I dapat teratasi dengan baik. Hal ini menunjukan kemampuan membaca permulaan anak melalui alat peraga kotak misteri mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan membaca permulaan anak ini terlihat dari tercapainya indikator yang ditetapkan, seperti peningkatan kemampuan membaca permulaan anak awal mula perkiraan 87% peningkatan sesuai dengan indikator yakni mencapai 87%, antusiasme anak yang meningkat serta perhatian dan konsentrasi anak dalam pembelajaranpun membaik. Peneliti dengan dibantu kolaborator telah berhasil meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak serta perhatian dan konsentrasi anak dalam proses pembelajaran. Adapun masih ditemukannya dua anak yang kurang memperhatikan peneliti tidak menjadi masalah dalam proses pembelajaran, karena kita tahu bahwa kemampuan dan daya tangkap anak didik itu beraneka ragam. Kemampuan
membaca permulaan
anak pada kelompok B
TK
Sendangrejo 2 Kecamatan Ngaringan semester II tahun pelajaran 2013/2014 telah mengalami peningkatan sebesar 87% atau 20 anak dari 23 anak.
33
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Dengan alat peraga kotak misteri terbukti efektif dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak Kelompok B TK Sendangrejo2. Hal tersebut ditandai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dengan peningkatan hasil belajar anak mulai dari Pra siklus yakni 4% meningkat di siklus I sebesar 17% dan siklus II sebesar 87%. Peningkatan kemampuan membaca permulaan anak disiklus ke dua merupakan peningkatan sesuai indikator yang mulanya di perkirakan hanya akan meningkat 87% ternyata di siklus ke dua pertemuaan ke dua sudah tercapai dan dipertemuaan ketiga luar biasa meningkatnya hingga mencapai 87% , melihat hasil akhir pada siklus II, maka kemampuan hasil belajar anak dalam membaca permulaan
telah mencapai target
yang telah ditentukan Nilai persentase pada siklus II sebesar 87%yang berarti masuk kriteria sangat baik. Yaitu masuk kriteria nilai (>87%) yang berarti sangat baik dan sudah mencapai indikator keberhasilan,yaitu melebihi 87% yakni tepat mencapai 87 %.
DAFTAR PUSTAKA Akbar Sa’dun, Faridatuz Z, Luluk (2009), Prosedur Penyusunan Laporan dan Artikel Hasil Penelitian Tindakan Kelas, Malang: Cipta Media Aksara. Akbar Sa’dun (2010), Penelitian Tindakan Kelas Filosofi, Metodelogi dan Implementasi, Malang: Cipta Media Aksara. Departemen Pendidikan Nasional (2005), Pedoman Pembelajaran di Taman kanak-Kanak, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fimanawaty Sutan. 2004. Buku, mendongeng, dan membaca. Jakarta: Pustaka. Harianti Diah (1994), Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Akademik. Haryadi. 2006. Retorika Membaca: Model, Membaca, dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia. Miles, Matthew B dan A. Micheael Huberman (1992), Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta; UI-Press. Moleong, J. Lexy (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Nugraeni, Ria.. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Kotak Misteri Pada Kelompok B TK Ulul Abshor Kec. Banyumanik Kota Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014. Semarang: Skripsi IKIP PGRI. 34
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Oktober 2014
Saridiningsih, Santika. 2013. Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini Melalui Kotak Misteri(Penelitian Tindakan Kelas Pada Anak Kelompok B di TK Merpati Pos 2 Kota Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013). Bandung: Skripsi UPI Sukardi (2006), Penelitian Kualitatif Naturalistik dalam Pendidikan, Yogyakarta: Usaha Karya. Sutanti, Yayuk .2013. Peningkatan Membaca Permulaan Melalui Bermain Kotak Misteri Anak Usia Dini Pada Kelompok B TK PGRI 03 Kemijen Tahun Pelajaran 2012/2013. Semarang: Skripsi IKIP PGRI Tampubolon., 1993. Mengembangkan Minat Baca dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung;Angkasa. http=//dahlia-nf.blogspot.com/2010/02/ Pengembangan Kemampuan Membaca Anak. htm. http://id.shovong.com/writing- andspeaking/presenting/2023519, Belajar Membaca Untuk Anak Usia Dini.
35
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang