PENGARUH PENGGUNAAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS (Quasi Experiment di SMP Negeri 178 Jakarta)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh RIA LINIARTI NIM 1111015000070
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1437 H
ABSTRAK
Ria Liniarti (NIM:1111015000070). Pengaruh Penggunaan Model Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar IPS (Quasi Experiment di SMP Negeri 178 Jakarta). Skripsi, Program Studi Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS di SMP Negeri 178 Jakarta, dan untuk mengetahui bagaimana penggunaan Quantum Teaching sebagai model pembelajaran pada siswa di SMP Negeri 178 Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 178 Jakarta. Metode penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purpossive Sample. Sampel penelitian berjumlah 36 orang untuk kelas eksperimen dan 36 orang untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian ini terdapat pengaruh penggunaan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar di SMP Negeri 178 Jakarta. Analisis data menggunakan uji t, dan data hasil perhitungan perbedaan rata-rata postest kedua kelompok diperoleh nilai thitung sebesar 3,50, sedangkan ttabel dengan taraf signifikansi 5% = 1,66691, maka dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model Quantum Teaching dalam pembelajaran IPS terhadap hasil belajar siswa di SMP Negeri 178 Jakarta Kata Kunci : Model Pembelajaran Quantum Teaching, Hasil Belajar
i
ABSTRACT
Ria Liniarti (NIM: 1111015000070). Influence the use of Quantum Teaching as Learning Model IPS on Students Result (Quasi Experiment in 178 Jakarta Junior High School). Thesis, Program of Geography Study, Department of Social Science Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. This research aims to determine the influence is there a learning model Quantum Teaching to the learning outcomes in 178 Jakarta Junior High School, and to know how to use of Quantum Teaching as a model of learning for the students in 178 Jakarta Junior High School. This study was conducted in 178 Jakarta Junior High School. The research method used was quasi-experimental. Sampling was done by Purpossive Sample technique. The research samples is 36 people for experimental class and 36 people for control class. Retrieval of data used instruments an achievement test multiple choice rofm that has been tested for its validity and reliability. The result of this research is that there is a influence with the used of Quantum Teaching as Learning Model on Student Result in 178 Jakarta Junior High School. Analysis of the data used the t test, and the data of calculation results average difference in posttest both groups obtained t value of 3,50, while t table with a significance level of 5% = 1,66691, it can be said that t ˃ t table means the alternative hypothesis (Ha) is accepted and the zero hypothesis (Ho) is rejected. This shows that there is a influence of Quantum Teaching As Learning Model on Students Result (Quasi Experiment In 178 Jakarta Junior High School). Keywords: Quantum Learning Model of Teaching, Students Result
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT dan Rasulullah SAW beserta keluarganya. Saya sebagai penulis berucap syukur telah diberi nikmat iman, Islam dan kesehatan telah menyelesaikan penelitian pendidikan ini dengan baik. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar IPS (Quasi Experiment di SMP Negeri 178 Jakarta)”, ini merupakan salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana pada Konsentrasi Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan penelitian pendidikan ini, penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian pendidikan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tesebut penulis sampaikan kepada: 1.
Prof. Dede Rosyada, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Prof. Dr. Thib Raya, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
4.
Ibu Jakiatin Nisa, M.Pd, sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan motivasi, ilmu, keteladanan, waktu dan yang telah begitu sabar dalam memberikan bimbingan, pengarahan, kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan tepat waktu.
5.
Bapak H. Syaripulloh, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan dukungan dalam administrasi.
6.
Kedua orang tua penulis tercinta, Ayahanda Alm. Subandi dan Ibunda Repelina, yang selalu menjadi pelita dalam hidup dan telah melimpahkan segenap kasih sayang yang tak terhingga serta tak henti-hentinya memberikan do’a, perhatian, motivasi dan kasih sayang untuk penulis.
7.
Adik penulis Anggie Rizka Safitri yang dengan tulus memberikan do’a dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8.
Bapak/Ibu Dosen yang mengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya yang mengajar di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial beserta staf, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan.
9.
Kepala Sekolah SMP Negeri 178 Jakarta, Drs. Susmulyadi, M.Pd, dan staf TU yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian guna penyusunan skripsi ini.
10. Dewan guru SMP Negeri 178 Jakarta khususnya Bapak Surjadi Djaenudin, S.Pd, yang telah memberikan kesempatan untuk bekerja sama melakukan penelitian ini. 11. Siswa-siswi SMP Negeri 178 Jakarta khususnya kelas VII 6 dan VII 3 tahun ajaran 2014/2015 yang telah bersedia membantu serta bekerja sama selama proses penelitian berlangsung. 12. Teman-teman seperjuangan skripsi sekaligus sahabat tersayang, Fajriyatul Azizah, Febriani Herlina, Nur Alfi Lail, Nia Fitriyani, Gaun Rifani, Rani Fatimah, Khoirul Fahrudin, Anita Putri Pertiwi, Utih Amartiwi, Wandayani Nurfadilah, Memo Lovendri Pramana, Geng RK, teman-teman kelompok PPKT dan teman-teman IPS Geografi 2011, yang telah memberikan motivasi, waktu, tenaga, dan kesempatan untuk membantu menyelesaikan skripsi ini, semoga kesuksesan selalu menyertai kita semua. Aamiin.
iv
13. Kepada teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2011 yang telah memberikan banyak pengalaman dan warna kepada penulis tentang indahnya kebersamaan. 14. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tiada untaian kata yang terindah dan berharga kecuali ucapan Alhamdulillahirobbil’alamiin atas rahmat dan ridho-Nya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki.
Jakarta, 26 Juni 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK ........................................................................................................................ i ABSTRACT ......................................................................................................................ii KATA PENGANTAR....................................................................................................iii DAFTAR ISI................................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ........................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................xii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 7 D. Perumusan Masalah........................................................................................ 7 E. Tujuan Penelitian............................................................................................ 7 F. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 7 1. Manfaat Teoritis ................................................................................. 7 2. Manfaat Praktis .................................................................................. 7 BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ....................................................................................................... 9 A. Deskripsi Teoritik........................................................................................... 9 1. Model Pembelajaran .................................................................................. 9
vi
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Terpadu .................................... 10 3. Model Pembelajaran Quantum Teaching ................................................ 11 a.
Definisi Quantum Teaching ............................................................. 11
b.
Asas Utama dan Prinsip-Prinsip Quantum Teaching ....................... 12
c.
Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching ........................... 14
d.
Penerapan Quantum Teaching dalam Pembelajaran ........................ 15
e.
Teknik-teknik Mencatat dalam Pembelajaran Quantum Teaching ........................................................................................... 17
f.
Diskusi Kelompok............................................................................ 20
4. Belajar dan Pembelajaran ........................................................................ 23 a.
Pengertian Belajar ............................................................................ 23
b.
Hakikat Proses Belajar Mengajar ..................................................... 25
c.
Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sistem .......................................... 26
d.
Hasil Belajar ..................................................................................... 27
e.
Cara Mengukur Hasil Belajar........................................................... 28
5. Ilmu Pengetahuan Sosial ......................................................................... 29 a.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ................................................ 29
b.
Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ................... 31
c.
Hakikat dan Tujuan Pendidikan Pendidikan IPS ............................. 31
d.
Model Pembelajaran Pendidikan IPS ............................................... 32
e.
Tujuan Pembelajaran Pendidikan IPS .............................................. 33
B. Hasil Penelitian yang Relevan...................................................................... 34 C. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 37 D. Hipotesis Penelitian...................................................................................... 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 41 A. Tempat Dan Waktu Penelitian ..................................................................... 41 1.
Tempat Penelitian.................................................................................. 41
2.
Waktu Penelitian ................................................................................... 41
B. Metode Penelitian......................................................................................... 42 C. Populasi Dan Sampel ................................................................................... 43
vii
1.
Populasi ................................................................................................. 43
2.
Sampel................................................................................................... 44
D. Variabel Penelitian ....................................................................................... 45 E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Tes ............................................ 46 1.
Tes ......................................................................................................... 46
2.
Non Tes ................................................................................................. 49 a.
Observasi........................................................................................ 49
b.
Wawancara..................................................................................... 50
F. Kalibrasi Instrumen ...................................................................................... 51 1.
Uji Validitas .......................................................................................... 51
2.
Uji Reliabilitas ...................................................................................... 52
3. Taraf Kesukaran ...................................................................................... 53 4. Uji Daya Pembeda ................................................................................... 54 G. Teknik Analisis Data.................................................................................... 56 1.
Uji Normalitas Gain .............................................................................. 56
2.
Uji Parasyarat Analisis Data ................................................................. 57 a. Uji Normalitas .................................................................................. 57 b. Uji Homogenitas............................................................................... 58
I.
Uji Hipotesis................................................................................................. 59
J.
Hipotesis Statistik......................................................................................... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................. 62 A. Latar Belakang Objek Penelitian.................................................................. 62 1.
Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 178 Jakarta ........................... 62
2.
Visi, Misi, dan Tujuan........................................................................... 62
3.
a.
Visi ................................................................................................. 62
b.
Misi ................................................................................................ 63
c.
Tujuan ............................................................................................ 63
Guru dan Tenaga Kependidikan............................................................ 63
B. Analisis Data dan Pembahasan .................................................................... 64 1. Uji Normalitas Gain .............................................................................. 64
viii
2. Uji Prasyarat Analisis Data ................................................................... 65 a.
Uji Normalitas Data ....................................................................... 65
b.
Uji Homogenitas Data.................................................................... 67
3. Uji Hipotesis Data ................................................................................. 69 C. Hasil Pembahasan Penelitian ....................................................................... 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 73 A. Kesimpulan................................................................................................... 73 B. Saran............................................................................................................. 73 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 75 LAMPIRAN – LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Penelitian .......................................................................................... 41 Tabel 3.2 Desain Penelitian.......................................................................................... 43 Tabel 3.3 Jumlah Komposisi Laki-laki dan Perempuan............................................... 44 Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Tes ................................................................................ 47 Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Peretmuan 1-5 ................................................. 50 Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen................................................................... 53 Tabel 3.7 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal .............................................. 54 Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda ........................................................................... 55 Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal ..................................................... 55 Tabel 4.1 Data Rekapitulasi Hasil Uji N-Gain Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................................... 64 Tabel 4.2 Rekapitulasi Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................................................................... 65 Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......................................................................................................... 66 Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 67 Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol....... 68 Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Uji t ............................................................................... 70
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berpikir ........................................................................ 39
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
RPP dan Bahan Ajar Kelas Eksperimen
Lampiran 2
RPP dan Bahan Ajar Kelas Kontrol
Lampiran 3
Kisi-Kisi Instrumen Tes
Lampiran 4
Uji Coba Soal Pretest dan Posttest
Lampiran 5
Kunci Jawaban Uji Coba Soal Pretest dan Posttest
Lampiran 6
Validitas
Lampiran 7
Reliabilitas
Lampiran 8
Taraf Kesukaran
Lampiran 9
Uji Daya Pembeda
Lampiran 10 Soal Pretest dan Posttest Lampiran 11 Jawaban Pretest dan Posttest Lampiran 12 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest Lampiran 13 Perhitungan Mean, Median dan Modus, serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil Pretest Siswa Kelas Eksperimen Lampiran 14 Perhitungan Mean, Median dan Modus, serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen Lampiran 15 Perhitungan Mean, Median dan Modus, serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil Pretest Siswa Kelas Kontrol Lampiran 16 Perhitungan Mean, Median dan Modus, serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil Posttest Siswa Kelas Kontrol
xii
Lampiran 17 Uji Normal Gain Lampiran 18 Uji Normalitas Data Lampiran 19 Uji Homogenitas Lampiran 20 Uji Hipotesis Lampiran 21 Lembar Pra Observasi dan Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen Lampiran 22 Lembar Aktivitas Mengajar Kelas Eksperimen Lampiran 23 Lembar Wawancara Lampiran 24 Dokumentasi Penelitian
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia hidup di dunia ini memerlukan pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara dalam buku karangan Choirul Mahfud menyebutkan, “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak”.1 Menurut Choirul Mahfud, “Bagi kehidupan umat manusia, pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka”.2 Namun kenyataannya, pada abad ke 21 ini dunia pendidikan di Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara-negara lain. Salah satunya kualitas pendidikan yang sangat rendah. Banyak permasalahanpermasalahan yang terjadi di dalam pendidikan di Indonesia, mulai dari fasilitas pendidikan, kualitas pengajar, kurikulum pendidikan, rendahnya kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan. Fasilitas pendidikan di Indonesia, terutama di daerah pelosok Indonesia sangat tidak memadai. Kurangnya perhatian dari pemerintah daerah dan pusat tentang pendidikan terlihat di sini. Kemudian banyak pengajar-pengajar yang kurang pengalaman dan terlatih. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Guru-guru PNS secara umum pada masa sekarang telah memiliki kesejahteraan yang memadai, terlebih lagi yang telah lulus sertifikasi. Namun guru–guru swasta yang jumlahnya tak 1 2
Choirul Mahfud, Pendidikan Multi Kultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), cet V, h. 33. Ibid., h. 32
1
2
kalah banyak dengan PNS nasibnya belum banyak berubah. Sebagian yang telah lulus sertifikasi telah mendapat perbaikan penghasilan, namun sisanya masih jauh lebih besar. Meski pemerintah mencanangkan pendidikan gratis, untuk beberapa kalangan pendidikan masih dinilai mahal. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Kalaupun mereka dapat bersekolah, tidak mampu memilih sekolah berkualitas. Kini SD dan SMP negeri gratis namun keberadaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang masih dimungkinkan memungut iuran dari orangtua justru berpotensi membuat pembedaan perlakuan yang dapat masuk hanya yang mampu membayar tinggi. Belum lagi sekolah - sekolah swasta, yang mematok biaya tinggi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) atau Badan Program Pembangunan (PBB) yang diluncurkan di New York, Jum’at (15/11/2013), indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI) berdasarkan data tahun 2013 adalah 0,603. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke108 dari 187 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,910-1. Kategori medium berada di atas 0,67, sedangkan kategori rendah di bawah 0,67.3 Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat bangsa dan negara.4 Menurut Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, “Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu
3
http://hdr.undp.org/en/content/education-index/, diakses pada 7 Februari 2015, 10:28. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 5 4
3
memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan”.5 Banyak upaya yang telah ditempuh untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan. Berbagai upaya yang dilakukan terjadi pada berbagai aspek pendidikan, diantaranya yaitu pengembangan kurikulum yang ditingkatkan sesuai dengan kondisi perkembangan zaman. Proses pembelajaran yang meliputi kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Model pembelajaran yang digunakan disesuaikan dan ditingkatkan sesuai dengan tujuan. Pengembangan media pembelajaran yang digunakan atau alat - alat pendukung media pembelajaran untuk dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa. Fasilitas ruang belajar yang memadai serta kompetensi guru yang semakin ditingkatkan. Pembelajaran yang digunakan juga harus memiliki kesesuaian dengan modelnya serta dapat memajukan siswa dalam memahami pembelajaran. Menurut John W. Santrock, “Proses belajar atau pembelajaran adalah fokus utama dalam psikologi pendidikan”.6 Akan tetapi masih banyak sekolah yang tidak menerapkan model, metode, dan strategi pembelajaran dengan baik sehingga motivasi belajar siswa menjadi rendah dan berdampak pada hasil belajar siswa tersebut. Pelajaran IPS di tingkat Sekolah Menengah Pertama merupakan mata pelajaran yang mencakup materi cukup luas. Guru diharuskan menyelesaikan target ketuntasan belajar siswa, sehingga perlu perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model, metode, media atau alat peraga dan strategi belajar yang tepat, guru juga harus mampu memahami karakteristik siswa dan memberikan rangsangan kepada siswa agar bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama.
5
Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan: Edisi Revisi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), Cet II, h. 37. 6 John W Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Cet III, h. 265.
4
Akan tetapi, pada saat berlangsungnya proses pembelajaran IPS guru masih menerapkan metode pembelajaran yang monoton yaitu ceramah. Dimana guru menerangkan, siswa duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru sehingga ketika siswa diminta untuk bertanya oleh guru banyak yang tidak melakukannya hingga proses belajar mengajar berakhir tanpa ada kesempatan untuk mengembangkan daya kreatifitas yang dimiliki siswa. Dengan kondisi seperti itu proses pembelajaran yang dilakukan cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif, minat belajar dan aktifitas siswa dalam pembelajaran IPS masih sangat kurang, sehingga proses dan hasil belajar juga rendah. Proses pembelajaran dan hasil belajar IPS yang rendah merupakan suatu permasalahan yang harus segera diatasi. Hal serupa juga dialami oleh siswa kelas VII SMP Negeri 178 Jakarta dimana siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran. Pada saat guru menerangkan banyak siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya hal ini dikarenakan guru menggunakan metode ceramah. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan siswa yang menyatakan bahwa siswa bosan, mengantuk, kesal, dan banyak yang izin ke kamar kecil padahal mereka ke kantin karena guru hanya ceramah, ceramah dan ceramah. Selain itu pada saat guru selesai menjelaskan materi pelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya seputar materi yang dibahas, namun tidak ada siswa yang bertanya hal ini disebabkan karena siswa merasa malu dan takut salah sehingga mereka memilih diam. Hal berikutnya juga menjadi permasalahan baru di SMP Negeri 178 Jakarta yang mana 98,8% siswa memperoleh nilai IPS dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Terbukti dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 178 Jakarta, dari 5 kelas (VII.3, VII.4, VII.6, VII.7, VII.8) ada sekitar 98,8% siswa yang memperoleh nilai IPS berkisar antara 43 – 60.7
7
Hasil daftar nilai ulangan harian siswa ke- 1 kelas VII.3, VII.4, VII.6, VII.7, VII.8 semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.
5
Sementara nilai IPS mencapai standar ketuntasan yakni 71.8 Hal lain juga ditunjukkan dengan hasil wawancara non formal kepada 30 siswa pada hari Kamis, 12 Februari 2015 pukul 09:30 WIB, diperoleh data yang menyatakan bahwa siswa sendiri beranggapan bahwa pelajaran IPS itu membosankan karena mereka mengaku bahwa pelajaran IPS selalu menekankan pada konsep penghapalan dan selalu mendengarkan guru berbicara. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas VII SMP Negeri 178 Jakarta, penulis beranggapan perlu adanya model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran IPS adalah model Quantum Teaching. Menurut Yatim Riyanto, “Suatu kondisi belajar yang optimal dicapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta pengendalian dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai itu semua Quantum Teaching menunjukkan kepada kita cara untuk menjadi guru yang lebih baik yang menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian pembelajaran yang terarah”.9 Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansa.10
Model
pembelajaran
Quantum
Teaching
merupakan
model
pembelajaran yang bertujuan untuk membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan bersemangat dalam belajar. Model Quantum Teaching merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat direkomendasikan untuk 8
Hasil Observasi dan wawancara non formal dengan Bapak Surjadi Djaenudin, S.Pd selaku guru IPS kelas VII.3 - VII.8 SMPN 178 Jakarta pada tanggal 12 Februari 2015. 9 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 201. 10 Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h. 3.
6
meningkatkan proses dan hasil belajar IPS. Model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subyek yang aktif baik secara fisik maupun mental dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial. Model pembelajaran Quantum Teaching ini sangat menekankan pada percepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang sangat tinggi, memusatkan perhatian siswa pada interaksi yang bermakna, menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran dan mengutamakan keberagaman dan kebebasan dalam pembelajaran. Dalam Quantum Teaching terdapat petunjuk yang spesifik untuk menciptakan
lingkungan
belajar
yang
efektif,
merancang
kurikulum,
menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar. Untuk meningkatkan minat belajar, di dalamnya terdapat kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan).11 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar IPS (Quasi Experiment di SMP Negeri 178 Jakarta)”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guru masih menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajaran di kelas terkesan membosankan. 2. Proses pembelajaran yang membosankan menjadi tidak efektif. 3. Kurangnya perhatian siswa dalam proses pembelajaran. 4. Hasil belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada mata pelajaran IPS.
11
Ibid., h. 9.
7
C. Pembatasan Masalah Karena luas cakupan masalah yang muncul, maka diperlukan pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada: 1. Penerapan
model
pembelajaran
yang
digunakan
adalah
model
pembelajaran Quantum Teaching. 2. Penelitian hanya mengukur hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 178 Jakarta. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh penggunaan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS kelas VII di SMP Negeri 178 Jakarta?”. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai peneliti melalui penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS kelas VII di SMP Negeri 178 Jakarta. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian dilakukan dapat bermanfaat bagi para peseta didik, guru, komponen pendidikan di sekolah, dan peneliti. Manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Teori ini akan membuktikan bagaimana pengaruh penggunaan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS. b. Riset ini akan mendukung teori – teori belajar yang sudah ada sebagaimana yang ditekankan pada dunia pendidikan dewasa ini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik, lebih berani mengemukakan pendapat, ide, gagasan, dan saran yang mereka miliki, dan memiliki motivasi untuk memperhatikan dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik
8
sehingga mendapat hasil belajar yang sesuai dengan KKM yang sudah ditentukan. b. Bagi guru, dapat menjadi salah satu acuan untuk menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dalam proses belajar mengajar mata pelajaran IPS di kelas VII di SMP Negeri 178 Jakarta, sebab guru merupakan pengatur dan pencipta kondisi yang menyenangkan, namun dapat memberikan pemahaman konsep terhadap peserta didik dengan model pembelajaran tepat tidak konvensional namun, bersifat variatif. c. Bagi sekolah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap administrasi pendidikan, sebagai saran bagi kepala sekolah untuk mengambil keputusan dalam pembinaan guru untuk menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran. d. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah, sehingga penelitian ini merupakan wahana untuk mengembangkan ilmu yang dimiliki oleh penulis. e. Bagi para akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan,
sehingga
dapat
mengembangkan
penerapan
model
referensi
dalam
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. f. Bagi
peneliti
lebih
lanjut,
dapat
dijadikan
mengembangkan pengetahuan tentang model pembelajaran Quantum Teaching sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskipsi Teoritik 1. Model Pembelajaran Menurut Trianto, “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”.1 Joyce dan Weil dalam buku karangan Rusman menjelaskan, “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan–bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”.2 Menurut Arends dalam buku karangan Trianto menjelaskan, “Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas”.3 Menurut Trianto, “Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran”.4 Menurut Rusman, “Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan artinya, para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya”.5
1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) Cet. II, h. 51. 2 Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011) Cet. III, h. 133. 3 Trianto, Loc. cit. 4 Ibid., h. 53
9
10
Pada Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari teks buku bacaan, materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa. 2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Terpadu Menurut Joni, “Pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara hoilistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/ peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak”.6 Senada dengan pendapat di atas, menurut Hadisubroto, “Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara sepontan ataupun direncanakan, baik dalam satu bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak, maka pembelajaran akan lebih bermakna”.7 Pembelajaran terpadu dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal oleh peserta didik. Dalam pembelajaran terpadu suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian. Dengan demikian, melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali
5
Rusman. Loc. Cit. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) Cet. II, h. 56. 7 Trianto. loc. cit. 6
11
dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya akan lebih efisien dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran. 3. Model Pembelajaran Quantum Teaching a. Definisi Quantum Teaching Quantum adalah Interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.8 Menurut Yatim Riyanto, “Kata Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”.9 Menurut Bobbi DePorter, “Quantum Teaching dengan demikian adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi–interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi–interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansa”.10 Quantum Teaching dimulai di SuperCamp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah
perusahaan
pendidikan
internasional
yang
perkembangan ketrampilan akademis dan ketrampilan pribadi. Quantum
Teaching
adalah
badan
ilmu
menekankan 11
pengetahuan
dan
metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi SuperCamp. Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.
8
Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h. 5. 9 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 202. 10 Bobbi DePorter, Op. Cit., h. 3. 11 Ibid., h. 4.
12
Menurut Yatim Riyanto, “Model Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah simfoni, yang terdiri dari dua unsur, yaitu: konteks dan isi (contect and content)”.12 Dapat disimpulkan model pembelajaran Quantum Teaching yaitu model pembelajaran yang mengubah suasana kelas menjadi meriah dan tidak monoton, dimana selain guru yang menjelaskan materi yang diajarkan akan tetapi siswa berperan penting atau aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. b. Asas Utama dan Prinsip – Prinsip Quantum Teaching Menurut Bobbi DePorter dalam buku karangan Yatim Riyanto mengemukakan, “Quantum Teaching bersAndar pada konsep ini “Bawalah Dunia Mereka ke dunia Kita”. Artinya: mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hal mengajar”.13 Inilah Asas Utama, alasan dasar dibalik strategi, model, dan keyakinan Quantum Teaching. Beginilah maksudnya. Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka Jadi, masuki dahulu dunia mereka karena tindakan ini akan memberi izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Menurut Bobbi DePorter, “Dengan mengaitkan apa yang diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitah itu terbentuk, akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam ini siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru”.14
12
Yatim Riyanto, Op. Cit., h. 204. Ibid., h. 202 14 Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h. 6. 13
13
Quantum Teaching memiliki lima prinsip, atau kebenaran tetap.15 Prinsip-prinsip ini adalah sebagai struktur Chord dasar dari simfoni belajar Anda. Prinsip – prinsip ini adalah:16 1) Segalanya Berbicara Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh Anda, dari kertas yang Anda bagikan hingga rancangan pelajaran semuanya mengirim pesan tentang belajar. 2) Segalanya Bertujuan Semua
yang
terjadi
dalam
pengubahan,
semuanya
mempunyai tujuan. 3) Pengalaman Sebelum Pemberian Nama Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. 4) Akui Setia Usaha Pada saat siswa mengambil langkah mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. 5) Jika Layak Dipelajari Maka Layak Pula Dirayakan Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asposiasi emosi positif dalam belajar.
15
Ibid., h. 7. Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 203. 16
14
Kelima prinsip di atas merupakan prinsip yang sedapat mungkin diterapkan oleh pendidik dalam hal ini adalah guru agar dapat tercipta suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa. c. Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching Adapun kerangka rancangan dan penerapan belajar dengan menggunakan model Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR adalah sebagai berikut:17 1) Tumbuhkan Tumbuhkan
minat
dengan
memuaskan
“apakah
Manfaatnya BagiKu” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. 2) Alami Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. 3) Namai Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah “masukan”. 4) Demonstrasikan Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”.
17
Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h.9.
15
5) Ulangi Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. 6) Rayakan Ingat jika layak dipelajari maka layak pula untuk dirayakan. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Dengan
adanya
tuntutan
penerapan
dari
kerangka
TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan) di atas adalah sebagai suatu alat ataupun cara yang diharap dapat membantu guru untuk memikat minat belajar peserta didik terhadap pembelajaran dengan pendekatan TANDUR untuk meningkatkan aktifitas dan motivasi belajar peserta didik di SMP Negeri 178 Jakarta kelas VII khususnya pada mata pelajaran IPS dengan baik. d. Penerapan Quantum Teaching dalam Pembelajaran Adapun
penerapan
pembelajaran
Quantum
Teaching
yaitu
menggunakan enam langkah yang dikenal dengan istilah TANDUR. Keenam langkah tersebut yaitu: 1) Langkah pertama dalam pembelajaran ini adalah Tumbuhkan, guru menyampaikan kepada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang akan kita ajarkan. Minimalkan jarak antara guru dengan peserta didik, dalam hal ini seorang guru tidak hanya datang untuk mengajar saja melainkan juga untuk mendidik sehingga ikatan emosi antara guru dengan peserta didik harus dibangun. Hal yang dapat dilakukan guna memotivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran adalah dengan cara, mencari tahu manfaat dalam
16
kehidupan sehari-hari tentang materi yang akan diajari, sampaikan tujuanpembelajaran yang ingin dicapai pada setiap awal pelajaran, dan usahakan untuk mengaitkan apa yang diajarkan dengan apa yang telah diketahui siswa dengan pelajaran lain dan dapat menyertakan pertanyaan, video, gambar, dan sebagainya. 2) Alami, Berikut pengalaman yang akan kita ajarkan. Tumbuhkan “kebutuhan untuk mengetahui”. Karena otak manusia berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tau. Proses belajar mengajar yang paling baik adalah ketika peserta didik telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama dari apa yang mereka pelajari. Guru mengajak siswa masuk ke dalam materi yang akan diajarkan dengan cara memberikan permainan yang ada hubungannya dengan materi yang akan diajarkan dan siswa akan mendapatkan pengalaman dari permainan tersebut. Dapat pula pada saat pembelajaran berlangsung guru dapat memberikan contoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 3) Namai, maksudnya memberikan “data” tepat saat minat memuncak dan mengenalkan konsep-konsep pokok pada materi pelajaran. Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan dan mendefinisikan. Untuk menumbuhkan hal tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan susunan gambar, poster, warna, jembatan keledai, penamaan kelompok sesuai dengan materi pembelajaran, atau istilah-istilah menarik yang dapat memuaskan otak. 4) Demonstrasikan, hal tersebut akan membuat peserta didik lebih percaya diri mengikuti pelajaran. Jadi pada saat peserta didik di kelompokkan dan mengerjakan tugas yang diberikan dari guru, guru hanya memantau saja. Biarkan peserta didik secara berkelompok
17
mendemonstrasikan
cara
mengerjakan
sesuatu.
Pada
saat
demonstrasi ini guru dapat menghidupkan musik yang dapat menenangkan atau dapat membangkitkan semangat peserta didik. 5) Ulangi, pengulangan
dapat
memperkuat
koneksi
saraf dan
menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik. Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat dilakukan melalui pertanyaan posttest atau penugasan ataupun bisa membuat ikhtisar hasil belajar. 6) Rayakan, perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi yang positif, membuat peserta didik lebih percaya diri, memberikan umpan balik tentang kemajuan belajarnya, serta membangun keinginan untuk sukses yang lebih besar. Tidak ada usaha yang selalu tepat dan sempurna, namun jika perayaan dapat memberikan manfaat yang jauh lebih baik, rayakanlah sering-sering. Beberapa bentuk perayaan menyenangkan yang bisa digunakan antara lain dengan tepuk tangan, kejutan, jentikan jari, pujian dan sebagainya. e. Teknik-teknik Mencatat dalam Pembelajaran Quantum Teaching Teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Quantum Teaching diantaranya adalah: 1) Catatan:TS Catatan:TS mudah dipelajari dan sangat efektif. “catata:TS adalah singkatan dari catatan: tulis dan susun. Di dalam teknik mencatat catatan:TS, siswa mencatat baik fakta dari pelajaran maupun asosisi, pikiran, dan perasaan yang mengantarkan mereka ke perjalanan mental mereka”.18 Tulis susun ini sangat berguna untuk melakukan pencatatan,dan untuk mengingat kembali materi yang dipelajari. Jadi, apabila ingin mengingat kembali seluruh materi yang telah dipelajari
18
Bobby DePorter, Mark Reardon & Sarah Singer Nourie, Quantum Teaching,...h. 85.
18
maka hanya perlu melihat catatan tulis susun yang telah dibuat. Tulis susun memudahkan siswa untuk mencatat pemikiran dan kesimpulan. 2) Peta Pikiran (Mind Mapping) Peta pikiran merupakan simplifikasi kerja otak yang dituangkan dalam bentuk gambar dua dimensi berupa ide atau konsep yang saling terhubung. Mind mapping dikembangkan oleh Tony Buzan, untuk melejitkan potensi otak kiri maupun otak kanan. Mind mapping dapat disisipkan gambar atau dibentuk warna warni yang dapat menimbulkan efek amat sangat pada otak. Mind mapping
ini lebih cenderunbg
kepada modalitas siswa visual dan auditorio. Mind mapping dapat menghubungkan ide baru dan unik dengan ide yang sudah ada, sehingga menimbulkan adanya tindakan spesifik yang dilakukan oleh siswa. Dengan penggunaan warna dan simbolsimbol yang menarik akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan belajar. Keuntungan
penggunaan
catatan
mind
mapping
yaitu
membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifitasnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Hal lain yang berkaitan dengan sistem limbik yaitu peranannya sehingga pengatur emosi seperti marah, senang, lapar, haus dan sebagainya. Emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam dirinya terutama potensi yang berhubungan dengan kreativitas.
19
3) Akrostik Akrostik merupakan metode mengoptimalkan memori dengan cara membuat akronim dari suatu materi yang harus diingat atau dihafal. Pembuatan akronim ini diusahakan akrab atau familiar dengan kehidupan siswa. Maksudnya teknik akrostik adalah teknik menghafal dengan mengambil huruf depan dari materi yang ingin diingat dan kemudian digabungkan hingga menjadi singkatan atau kata/kalimat lucu. Adapun kelebihan dari model Quantum Teaching yaitu:19 a) Selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa; b) Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa; c) Adanya kerjasama; d) Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak dipahami siswa; e) Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri sendiri; f) Belajar terasa menyenangkan; g) Ketenangan psikologi; h) Motivasi dari dalam; i) Adanya kebebasan dalam berekspresi; j) Menumbuhkan idialisme, gairah dan cinta mengajar oleh guru.
19
Yulita Faizul Afa, I.Gst.A.Oka Negara, dan I.Kt.Adnyana Putra, Pengaruh Strategi Pembelajaran Quantum Teaching Dengan Dukungan Media Audio-Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa, vol.2, 2014, (http://ejournal.undiksha.ac.id/).
20
Menurut Afif Rifai, dkk kelemahan dari model Quantum Teaching adalah:20 a) Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching memerlukan konsentrasi yang tinggi karena banyak yang harus dipersiapkan oleh guru dalam menyajikan kegiatan pembelajaran yang meriah dan menyenangkan, b) Diperlukan biaya dan tenaga yang tidak sedikit untuk menerapkan model
pembelajaran
Quantum
Teaching
yang
meriah
dan
menyenangkan. a. Diskusi Kelompok Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan
pendapat,
atau
pemecahan
masalah.21Menurut
Suryosubroto dalam buku karangan Trianto mengemukakan, “diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah”.22 Menurut Kasmadi dalam buku karangan Tukiran Taniredja, dkk mengemukakan, “Diskusi yang baik bukan semata timbul dari peran guru.
20
Afif Rifai, Suhartono, dan Ngatman, Penerapan Pendekatan Quantum Teaching Dalam Pembelajaran IPA Di Kelas V SDN 2 Jogomertan , 2012, (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/). 21 J.J. Hasibuan, dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 20. 22 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), Cet. I, h.122.
21
Akan tetapi lebih tepat apabila timbul dari murid setelah memahami masalah dan situasi yang dihadapinya”.23 Langkah-langkah mengelola kelompok diskusi di dalam kelas antara lain: a. Pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok sebaiknya diserahkan kepada mahasiswa atau siswa untuk memilih teman merka dalam kelompok. Banyaknya anggota dalam satu kelompok memang tidak ada aturan yang pasti. Tetapi jika terlalu sedikit kemungkinan masukanmasukan pemikiran juga kurang. Oleh karena itu, sebaiknya satu kelompok terdiri antara 5 orang sampai 7 orang. b. Tempat. Idealnya ada ruang-ruang kecil yang cukup hanya menampung sejumlah anggota kelompok 5-7 orang, sehingga masing-masing kelompok dengan leluasa bekerja sama atau diskusi bersama tanpa gangguan dari kelompok lain. c. Pelaksanaan diskusi kelompok. Sebelum mereka menuju tempat-tempat untuk
diskusi
kelompok,
dosen
atau
guru
menjelaskan
dahulu
permasalahan yang perlu didiskusikan atau dapat mengganti dengan memberikan lembar diskusi kelompok atau lembar kerja kelompok. Mahasiswa atau siswa juga harus diberi tahu, agar mereka memilih ketua kelompok dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk diskusi kelompok, dan setelah diskusi kelompok, masing masing kembali ke kelas atau ke tempat duduk semula, untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka secara bergantian. Sedangkan kelompok yang belum atau sudah menyajikan hasil diskusi kelompok mereka berperan sebagai audien yang bertugas untuk memberikan sanggahan, pertanyaaan, atau mungkin saran atau masukan kepada kelompok penyaji. Kelompok penyaji diberikan waktu secukupnya untuk menyajikan hasil diskusi kelompok mereka, misalnya paling lama 7 menit. Dalam hal ini dosen atau guru 23
Tukiran Taniredja,dkk., Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 23-24.
22
dapat bertindak sebagai moderator. Apabila penyajian telah selesai, seluruh mahasiswa atau siswa dengan bimbingan dosen atau guru untuk merumuskan kesimpulan. Adapun kegunaan diskusi dalah sebagai berikut:24 a. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan kemampuannya. c. Mendapat balikan dari siswa, apakah tujuan telah tercapai. d. Membantu siswa belajar berpikir kritis. e. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain). f. Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang “dilihat”, baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah. g. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut. Adapun kelemahan metode diskusi adalah sebagai berikut:25 a) Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggotaanggotanya. b) Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya. c) Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang “menonjol”. 24
Ibid., h. 22-23. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), Cet. I, h. 134. 25
23
d) Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan. e) Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. f) Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah. g) Jumlah siswa yang terlalu besar di dalam kelas akan memengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Dapat disimpulkan diskusi kelompok adalah proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama memberikan argumentasi, tukar menukar pendapat dan ide dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. 4. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup.26 Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Belajar dianggap properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Menurut Reber dalam buku karangan Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa menganggap, “belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan (the process of acquiring knowledge)”.27 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, 26
Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) Cet. I, h.16. 27 Ibid., h. 17
24
baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan meliputi nsegenap aspek pribadi.28 Menurut
Lozanov
dalam
buku
karangan
Bobbi
DePorter
berpendapat, “Segala sesuatunya berarti setiap kata, pikiran tindakan, dan asosiasi dan sampai sejauh mana anda mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses belajar berlangsung”.29 Banyak definisi para ahli tentang belajar, di antaranya adalah sebagai berikut:30 a. Skinner, mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. b. Hilgrad dan Bower mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan saat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya). c. M. Sobry Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang terjatuh dari atas loteng, ini tidak bisa disebut perubahan hasil dari belajar. Jadi, perubahan yang bagaimana yang dapat disebut belajar? Perubahan yang
28
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1993) Cet. I, h.17. 29 Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h. 3. 30 Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009) Cet. III, h.5.
25
dimaksud di sini adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh susuatu yang lebih baik dari sebelumnya. d. C.T Morgan merumuskan belajar sebagian suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. e. Thursan Hakim mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah
laku
seperti
peningkatan
kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampian, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa belajar adalah seseorang yang telah melakukan aktivitas tertentu dan mengalami perubahan. Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. b. Hakikat Proses Belajar Mengajar Menurut Bobbi DePorter, “Proses Belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks”.31 Menurut Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, “Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subyek pembelajaran
31
Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Bandung: Mizan Media Utama, 2000), h. 3.
26
merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.32 Kegiatan mengajar bagi seorang guru membutuhkan hadirnya sejumlah anak didik. Hal ini berbeda dengan belajar yang tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh seseorang diluar dari keterlibatan guru. Belajar di rumah cenderung menyendiri dan tidak terlalu banyak mengharapkan bantuan orang lain. Apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca buku tertentu. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang disepakati dan dilakukan guru murid untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal. c. Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sistem Belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional mengacu pada pengertian sebagai suatu sistem instruksional mengacu pada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung antara satu dan lainnya untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem, belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain: tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Menurut Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, “Secara khusus dalam proses belajar mengajar, guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator dan lain-lain. Untuk itu wajar bila guru memahami segenap aspek pribadi anak didik seperti: (a) kecerdasan dan bakat khusus, (b) prestasi sejak permulaan sekolah, (c) perkembangan jasmani dan kesehatannya, (d) kecenderungan emosi dan karakternya, (e) sikap dan minat belajar, (f) cita-cita, (g) kebiasaan belajar dan bekerja, (h) hobi dan penggunaan waktu senggang, (i) hubungan sosial di sekolah dan di rumah, (j) latar belakang keluarga, (k) lingkungan
32
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009) Cet. III, h. 8.
27
tempat tinggal, dan (l) sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik”.33 d. Hasil Belajar Menurut Suprijono dalam buku karangan Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa mengemukakan, “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.”34 Menurut Gagne dalam buku karangan Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa mengemukakan hasil belajar berupa hal-hal berikut:35 1) Informasi
verbal,
yaitu
kapabilitas
mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak Sikap berupa memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan. 2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuwan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3) Strategi
kognitif,
yaitu
kecakapan
menyalurkan
dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
33
Ibid. Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) Cet. I, h. 22. 35 Ibid. 34
28
4) Keterampilan
motorik,
yaitu
kemampuan
melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. e. Cara Mengukur Hasil Belajar Untuk mengukur hasil belajar siswa, guru biasanya melakukan evaluasi dengan menggunakan beberapa tes seperti tes diagnostik, tes sumatif, dan tes formatif.36 Dengan menggunakan tes tersebut, maka akan diketahui tingkat pemahaman dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan penilaian atau evaluai dapat dilakukan secara langsung pada saat peserta didik melakukan aktivitas belajar maupun secara tidak langsung melalui bukti hasil belajar siswa. Pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik dapat dibagi menjadi 2 macam penilaian yaitu penilaian berbasis kelas dan penilaian kompetensi. Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran, sedangkan penilaian kompetensi merupakan penilaian formatif dan sumatif terhadap ketuntasan pencapaian hasil peserta didik setelah menyelesaikan satu unit kompetensi. Hasil penilaian kompetensi inilah yang dijadikan sebagai indikator hasil belajar siswa. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS. Hasil IPS merupakan tingkat penguasaan kompetensi siswa baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik dalam mata pelajaran IPS yang ditunjukkan dengan nilai tesatau angka nilai yang diberikan oleh guru. Hasil belajar IPS juga dapat diartikan sebagai suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa 36
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 33.
29
dalam mempelajari mata pelajaran IPS yang diperoleh dari hasil tes yang dinyatakan dalam bentuk skor atau angka. 5. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial (Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Antropologi, Filsafat, dan Psikologi Sosial.37 Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.38 Namun, pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.39 Welton dan Mallan memandang studi sosial sebagai mata pelajaran gabungan terutama dari:40 1) Disiplin ilmu-ilmu sosial, 2) Temuan-temuan 37
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) Cet. II, h. 171. 38 Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h.3. 39 Ibid., h. 3. 40 Ibid., h. 4.
30
atau pengetahuan yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial, dan 3) Proses-proses yang dilakukan oleh ilmuwan sosial dalam menghasilkan temuan atau pengetahuan itu. Salah satu karakteristik dari definisi social studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Di Amerika Serikat misalnya, the National Council for the Social Studies (NCSS), organisasi para ahli pendidikan studi sosial yang cukup handal sebelum tahun 1978 merumuskan social studies sebagai program yang dibangun oleh sejumlah disiplin ilmu sosial, yakni “Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, Kewarganegaraan, Geografi, dan semua modifikasi atau kombinasi mata pelajaran-mata pelajaran terutama yang memiliki materi dan tujuan yang berhubungan dengan masalah-masalah kemasyarakatan.41 Berbeda dengan IPS atau social studies, istilah ilmu-ilmu sosial adalah terjemahan dari social studies. Disamping ilmu-ilmu sosial terdapat pula ilmu-ilmu alam (science) dan humanitis/humaniora. Ilmu-ilmu alam mempunyai tiga bagian disiplin ilmu utama yang meliputi Biologi, Fisika, dan Kimia. Sementara humanitis terdiri antara lain, Sejarah dan Sastra. Semua bidang keilmuwan dan humanitis ini berakar pada suatu bidang yang disebut Filsafat. Setiap disiplin ilmu mempunyai filsafatnya masing-masing yang pada akhirnya semua disiplin itu berhulu pada ajaran Agama.42 Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian dan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan terjemahan social studies. Dengan demikian Ilmu Pengetahuan Sosial dapat diartikan dengan “penelaahan
atau
kajian
tentang
masyarakat”.
Dalam
mengkaji
masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
41 42
Ibid. Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 5.
31
b. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut
Hamid
Hasan
dalam
buku
karangan
Trianto
mengemukakan, “Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu”43, Matoella dalam karangan Trianto mengatakan, “pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS mahasiswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikannya pada aspek kependidikannya.44 Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada mahasiswa. Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmuilmu sosial seperti Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Politik, Hukum, dan Budaya. Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas dan fenomena sosial melaui pendekatan interdisipliner.45 c. Hakikat dan Tujuan Pendidikan IPS Dasar konseptual tentang hakikat dan tujuan pendidikan IPS, perlu dirumuskan secara jelas untuk memberikan arah konseptual bagi pengembangannya menurut Strong dalam karangan Mohammad Ali, dkk menganggap, “analisis filosofis sangat penting dalam mengembangkan dasar pemikiran konseptual pendidikan IPS. Rumusan konseptual yang paling tepat bagi kondisi dan kepentingan pendidikan di Indonesia, mesti diangkat, mesti diangkat dari realitas kondisi sosial budaya sebagai landasan pengembangan bidang studi ini. Dasar konseptual rumusan 43
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) Cet. II, h. 172. 44 Ibid. 45 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet II, h.174.
32
pengertian pendidikan IPS, perlu dikembangkan agar dapat memberikan kejelasan bagi arah pengembangannya. Oleh karena itu tidak perlu dirumuskan dalam rumusan yang “kaku”, dan lebih menekankan keseragaman”.46 Merumuskan dasar konseptual pendidikan IPS di negara kita, dihadapkan pada beberapa kesulitan, antara lain IPS itu sendiri diangkat meliputi berbagai mata pelajaran dan disajikan diberbagai jenjang pendidikan yang memiliki “model” dan “tradisi” yang berbeda sesuai dengan tujuan dari setiap jenjang dan jenis pendidikan tersebut. Menurut Nu’man Somantri dalam buku karangan Mohammad Ali, dkk menyatakan, “Implikasinya
sulit
ditemukan
rumusan,
apalagi
yang
menuntut
keseragaman, sehinga untuk merumuskan gagasan konseptual teoritik, “terpaksa” menggunakan referensi asing, seperti sering dilakukan para pakar pendidikan, khususnya Pendidikan IPS”.47 Menurut Gross and Zenely, Allen, Best dalam karangan Mohammad Ali, dkk menyatakan, “beberapa istilah asing yang digunakan bagi pendidikan IPS antara lain Civics, Civics Education”.48 d. Model Pembelajaran Pendidikan IPS “Model”, dalam bahasan ini, diartikan sebagai kerangka konseptual yang dikembangkan dan digunakan sebagai pedoman sistematik dalam melaksanakan dan mengembangkan pendidikan IPS sesuai dengan tujuan dan kepentingannya. Ada sejumlah model yang dikembangkan, menurut Gross, dkk dalam buku karangan Mohammad Ali, dkk mengemukakan, “ada lima model: 1) The discplinary model, 2) The multydisciplinary model, 3) Citizenship education, 4) The problem inquiry model, 5) The humanistic model/personal model”.49 Sedangkan menurut Bart Bart and Shermish dalam buku karangan Mohammad Ali, dkk mengemukakan, “ada tiga model yaitu: 1) Social
46
Mohammad Ali, dkk., Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2009), h. 271. 47 Ibid. 48 Ibid., h. 272. 49 Ibid., h. 274.
33
studies as social sciences, 2) Social studies as citizenship education, dan 3) Social studies as reflective inquiry”.50 Di Indonesia terdapat beberapa model, misalnya pendidikan IPS yang menggunakan model pendekatan “integreted” dikembangkan pada tingkat SD, sedangkan “correlated” dikembangkan pada SMP, dan “separted” terpisah sebagai mata pelajaran ilmu-ilmu sosial sekarang ini dikembangkan di tingkat SMA.51 Dilihat dari aspek pendekatan dalam kaitannya dengan tradisi pendidikan
guru
IPS,
tampak
yang
besar
pengaruhnya
dalam
pengembangan kurikulum adalah model yang menekankan pada pendidikan IPS sebagai mata pelajaran ilmu sosial yang disajikan secara terpisah namun tetap ada keterkaitan satu sama lainnya. e. Tujuan Pembelajaran Pendidikan IPS Tujuan pendidikan IPS secara teoritik tidak hanya terdapat dalam kurikulum secara eksplisit, namun tumbuh dalam berbagai konsepsi pemikiran yang dikembangkan para pakar. Beberapa definisi yang coba diangkat, selalu memuat konsep tentang tujuannya. Tradisi dimana pendidikan IPS ini dikembangkan mewarnai rumusan tujuan, sehingga tampak rumusan ini sangat kontekstual dengan sosial budaya pendidikan sebagai latarnya.52 Para ahli sering merumuskan tujuan pendidikan IPS dengan mengaitkannya dengan mempersiapkan para pelajar menjadi warga negara baik. Ini merupakan pengaruh dari model pendidikan IPS sebagai “citizenship education”.53
50
Ibid. Ibid., h. 275. 52 Mohammad Ali, dkk., Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2009), h. 275. 53 Ibid., h. 275. 51
34
Tujuan lain yang mencerminkan pendekatan rasionalitas dalam pendidikan IPS antara lain mengembangkan kemampuan menggunakan penalaran dalam pengambilan keputusan setiap persoalan yang di hadapinya. Di Indonesia terdapat dua tujuan dilihat dari kepentingan peserta didik yang keduanya tampak dalam kurikulum SMA, yaitu memberikan bekal bagi peserta didik untuk melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi dan membekali wawasan sosial budaya untuk mempertajam pemikiran dan apresiasi nilai dalam menjalani kehidupan di masyarakat. B. Hasil Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memiliki keterkauitan tentang model Quantum Teaching diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rindi Andika Program Studi Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Efektivitas Quantum Teaching Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”, (Quasi Eksperimen SDN Pondok Benda VI) dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh peningkatan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan catatan TS terhadap hasil belajar PAI. Hal ini terlihat pada perhitungan uji “t”,diperoleh harga t hitung > t tabel (7.57> 2,00) pada derajat kebebasan (dk) = 70 dengan tarif signifikansi 5%.54 2. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Wijayanti, Program Studi Pendidikan IPS dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu”, (Quasi Experiment di MTs Negeri 19 Pondok Labu Jakarta Selatan) dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS Terpadu dalam pembelajaran kelompok siswa eksperimen yang 54
Rindi Andika,”Efektivitas Quantum Teaching Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 66.
35
menggunakan model Quantum Teaching lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran Jigsaw. Di dalam pengajuan analisis data menggunakan uji t, diperoleh uji thitung sebesar 2,65 dan ttabel sesebesar 2,021 dengan taraf signifikan 0,05 (5%), sehingga terbukti bahwa thitung > ttabel (2,65 > 2,021) dan berpengaruh terhadap hasil belajar yang menggunakam Quantum Teaching.55 3. Penelitian yang dilakukan oleh Listia Winarni, Program Studi Pendidikan IPS dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Di Kelas IV”, (Studi Kasus di MI Safinatul Husna Kali Deres Jakarta Barat) dapat disimpulkan bahwa siklus pertama sampai siklus kedua menunjukkan adanya peningkatan pada motivasi belajar IPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Hal ini nterlihat pada jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar berkriteria sangat baik mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Peningkatan motivasi belajar berkriteria sangat baik mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Peningkatan motivasi belajar yang baik pada setiap siklus merupakan hasil dari upaya guru dalam membuat proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Berikut adalah peningkatan motivasi belajar siswa dari mulai pra siklus sampai sklus II:
55
Fitri Wijayanti, “Pengaruh Penggunaan Metode Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu” (Quasi Experiment di MTs Negeri 19 Pondok Labu Jakarta Selatan, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h.60.
36
1. Motivasi belajar siswa pada pra siklus siswa, siswa yang memiliki motivasi belajar berkriteria sangat baik hanya 9 siswa dari 51 siswa atau hanya 17,65%.56 2. Pada siklus I, siswa yang memiliki motivasi belajar berkriteria sangat baik meningkat menjadi 27 siswa dari 51 siswa atau meningkat menjadi 52,94%, serta nilai rata-rata N-Gain pada siklus I adalah 0,22 yang menggambarkan peningkatannya motivasi belajarnya berkriteria rendah. 3. Dan pada silus II, jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar berkriteria sangat baik adalah 43 siswa atau 84,31%, serta nilai rata-rata
N-Gain
menggambarkan
pada
siklus
peningkatannya
II
adalah motivasi
0,47
yang
belajarnya
berkriteria sedang. Karena pada siklus II target
yang
diharapkan
peneliti
sudah
tercapai, yaitu siswa yang memiliki motivasi belajar berkriteria sangat baik sebanyak 84,31% dan hasil ini sudah melebihi target yang ditetapkan peneliti yaitu 80% siswa memiliki motivasi belajar sangat baik.57 4. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarti, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Kependidikan Islam dalam skripsi yang berjudul “Penggunaan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di MI Al Huda Bekasi”, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan oleh Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MI Al Huda Bekasi terhadap materi IPA dengan pokok bahasan Sumber Daya Alam dan teknologi. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang semula nilai rata-rata dari 56
Listia Winarni,”Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Di Kelas IV” (Studi Kasus di MI Safinatul Husna Kali Deres Jakarta Barat), Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h.63. 57 Ibid., h.63.
37
siklus I, 52,24 pada siklus II ini meningkat menjadi 75,06 atau sekitar 43,49% mengalami kenaikan. Ketunttasan belajar siswa yang semula nilai ketuntasan pada siklus I ini 15,16% (5) siswa dari (33) jumlah siswa meningkat pada siklus II menjadi 84,84% (28) siswa sekitar 69,68% mengalami peningkatan. Ini menunjukkan diatas batas pencapaian yang telah ditentukan sekolah klasikal 80% dari jumlah siswa (berhasil).58 C. Kerangka Berpikir Beranjak dari masalah-masalah pada pembelajaran IPS diantaranya teknik pembelajaran yang masih menggunakan metode konvensional yang berpusat kepada guru atau teacher center yang lebih menekankan pada pemberian informasi kepada siswa sehingga akan membuat siswa merasa kesulitan dalam memahami suatu konsep materi dan hal ini tentu berpengaruh terhadap hasil belajar IPS. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa adalah model pembelajaran Quantum Teaching. Model ini akan lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan cara menempatkan siswa sebagai subyek yang aktif baik secara fisik maupun
mental
dalam
mempelajari
Ilmu
Pengetahuan
Sosial.
Model
pembelajaran Quantum Teaching ini sangat menekankan pada percepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang sangat tinggi, memusatkan perhatian siswa pada interaksi yang bermakna, menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran dan mengutamakan keberagaman dan kebebasan dalam pembelajaran. Pengaruh merupakan suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Quantum Teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. 58
Sudarti,”Penggunaan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di MI Al Huda Bekasi”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), h. 70.
38
Kriteria utama pada proses pembelajaran ditentukan oleh hasil pembelajaran. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh gaya mengajar guru. Maka dari itu, perlu adanya model pembelajaran yang efektif sehingga membuat siswa tertarik terhadap pelajaran khususnya pelajaran IPS. Model
pembelajaran
Quantum
Teaching
bukanlah
penerapan
pembelajaran konvensional (pembelajaran biasa), akan tetapi model pembelajaran yang efektif dalam usaha meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Diharapkan terdapat pengaruh penggunaan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS kelas VII SMP Negeri 178 Jakarta.
39
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini: Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Adanya Masalah a. Pembelajaran IPS monoton b. Metode konvensional c.
Rendahnya hasil pembelajaran IPS
Pembatasan masalah
Perumusan masalah
Penelitian 1. Pra Treatment a. Analisis Butir Soal dalam bentuk pre test post test yang diujikan kepada responden yaitu siswa kelas VIII dan IX. b. Uji
validitas,
reliabilitas, kesukaran pembeda.
2. Treatment
a. Pre Test b. Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching (minimal 4x pertemuan) c. Post Test
dan tingkat
dan
daya
3. Pengolahan Data
a. Menganalisis b. Statistik
Hasil belajar IPS meningkat
40
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pikir di atas, maka Hipotesa dibagi menjadi dua yaitu hipotesa alternatif (Ha) dan Hipotesa Nihil (H0). Berdasarkan Kerangka Berpikir yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut: H0 = Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) dengan kelompok kontrol yang menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). Ha = Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan kelompok kontrol yang menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lembaga pendidikan umum, lebih tepatnya kelas VII di SMP Negeri 178 Jakarta yang berlokasi di Jalan Mawar No 6A Bintaro Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Tempat penelitian ini diambil karena jarak yang dekat dengan tempat lokasi penelitian, dan penulis mengenal keadaan sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian. 2. Waktu Penelitian Adapun waktu pelaksanaan penelitian tersebut yaitu dilakukan pada semester kedua tahun ajaran 2014/2015 yaitu bulan Februari sampai dengan Mei 2015. Tabel 3.1 Waktu Penelitian No
Kegiatan
Bulan
1
Penyusunan Proposal
November-Desember 2014
2
Observasi
Februari 2015
3
Menentukan dan menyusun Instrumen
Februari 2015
4
Pengumpulan data
Maret 2015
5
Analisis dan pengolahan data
Mei 2015
6
Penyusunan Laporan
Juli 2015
41
42
B. Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Eksperimental (Eksperimen Semu), yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan dimana tidak memungkinkan peneliti mengadakan kontrol penuh. Peneliti akan menggunakan quasi-eksperimental atau ex-post-facto jika datanya berasal dari suatu lingkungan yang telah ada atau dari suatu kejadian yang timbul tanpa intervensi langsung si peneliti.1 Penelitian ini menggunakan dua kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping). Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). Lalu kedua kelompok tersebut akan diukur untuk kedua kalinya yang disebut posttest. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent pretestposttest control group design (pretest-posttest dua kelompok) merupakan desain penelitian yang dilaksanakan pada dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Alasan pengambilan desain penelitian ini adalah karena diberikan pretest dan posttest pada setiap group (kelas eksperimen dan kelas kontrol). Adapun desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini tertera dalam tabel berikut : Tabel 3.2 Desain Penelitian Kelompok
Pre Test
Perlakuan
Post Test
Eksperimen
T1
X1
T2
Kontrol
T1
X2
T2
1
Imam Ghozali, Desain Penelitian Eksperimental: Teori, Konsep dan Analisis dengan SPSS16, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008), h.17.
43
Keterangan : X1 : Pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching X2 : Pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan menggunakan diskusi kelompok T1 : Hasil Pretest kelas Eksperimen dan Kontrol T2 : Hasil Posttest kelas Eksperimen dan Kontrol Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kelompok yang menggunakan model Quantum Teaching sebagai kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang menggunakan pembelajaran diskusi kelompok sebagai kelompok kontrol. Sebelum peserta didik diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan pretest (T1) kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen yang menggunakan model Quantum Teaching (X1) dan kelompok kontrol yang menggunakan diskusi kelompok (X2). Setelah perlakuan, kedua kelompok diberikan posttest (T2), hasilnya kemudian dibandingkan dengan skor pretest sehingga diperoleh gain, yaitu selisih antara skor pretest dan posttest. C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannnya”.2 Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.3 Menurut Bungin dalam karangan 2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012) Cet. 17, h. 80. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), h. 173.
44
Syofian Siregar mengemukakan, “populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dean sebagainya. Sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian”.4 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 178 Jakarta semester genap tahun ajaran 2014/2015. Sedangkan populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII.6 SMP Negeri 178 Jakarta semester 2 tahun ajaran 2014/2015. 2.
Sampel “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut”.5 Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.6 Sampel penelitian yang digunakan diambil dua kelas yaitu kelas VII.6 sebagai kelas eksperimen dan VII.3 sebagai kelas kontrol karena memiliki komposisi yang setara atau homogen, baik dilihat dari segi jumlah komposisi laki-laki dan perempuan, segi usia, dan kemampuan hasil belajar kelas. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara Purpossive Sample, yaitu pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.7 Tabel 3.3 Jumlah Komposisi Laki-laki dan Perempuan
4
No 1 2 3
Komposisi L/P Nilai Rata-Rata IPS Usia
4
Lain-lain
VII.6 14/22 52,61 12-13 Belum mendapatkan materi perkembangan
VII.3 17/19 54,22 12-13 Belum mendapatkan materi perkembangan
Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penrelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 56. 5 Sugiyono. loc. cit. 6 Syofian Siregar. loc. cit. 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) hal. 183.
45
pada masa Hindu-Buddha di Indonesia, Masa Kolonial di Eropa, dan Pola Kegiatan Ekonomi
pada masa Hindu-Buddha di Indonesia, Masa Kolonial di Eropa, dan Pola Kegiatan Ekonomi
D. Variabel Penelitian 1. Variabel X (Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Diskusi Kelompok) a. Definisi Konsep Model pembelajaran Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang bertujuan untuk membuat suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan bersemangat dalam belajar serta menempatkan siswa sebagai subyek yang aktif baik secara fisik maupun mental dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan diskusi kelompok adalah suatu proses belajar mengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran dimana peserta didik belajar bekerjasama memberikan argumentasi, tukar menukar pendapat dan ide dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. b. Definisi Operasional Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansa. Sedangkan diskusi kelompok adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. 2. Variabel Y (Hasil Belajar) a. Definisi Konsep Hasil belajar siswa adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran IPS materi perkembangan pada masa Hindu-Buddha di Indonesia, masa kolonial Eropa di Indonesia dan pola kegiatan ekonomi. Hasil belajar akan dapat diketahui dari skor pretest dan posttest setelah seluruh siswa mengerjakan tes yang diberikan kepada mereka.
46
b. Definisi Operasional Hasil belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh siswa meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan, setelah berinteraksi dengan lingkungan luar dalam kondisi pembelajaran. Hasil belajar yang telah dicapai siswa dari proses belajar dapat diketahui pada tes mata pelajaran tersebut. E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Tes Menurut Emory dalam buku karangan Sugiyono, “Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupn alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian”.8 Instrumen merupakan alat ukur untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik secara obyektif. “Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”.9 Untuk memenuhi kebutuhan penelitian, baik data maupun informasi yang menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu tes, observasi dan wawancara. 1. Tes Tes berperan untuk menjaring konsep awal dan konsep akhir siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan data berupa hasil tes yang diperoleh dari kelas eksperimen. Adapun tata cara pengambilan hasil tes sebagai berikut :
8
Ibid.,h.102. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012) Cet. 17, h. 224. 9
47
a) Memberikan tes kemampuan awal (pretest) di dua kelas yang sudah dipilih sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dikarenakan penelitian ini menggunakan dua kelas. b) Memberikan perlakuan (treatment) kepada kelas yang dijadikan objek penelitian yaitu kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dan kelas kontol menggunakan diskusi kelompok sebanyak lima kali pertemuan. c) Memberikan tes kemampuan akhir (posttest) dikelas yang telah diberi perlakuan. d) Menilai hasil tes yang diperoleh dari kelas yang telah diberi perlakuan, selanjutnya data yang diperoleh di analisis dan dipersiapkan untuk bahan penelitian. Tes yang digunakan berupa tes obyektif dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice) yang memiliki 4 pilihan jawaban (a, b, c dan d). Skor yang digunakan untuk setiap soal bernilai satu (1) untuk jawaban benar, dan nol (0) untuk jawaban salah. Instrumen penelitian yang akan diujikan uji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda berjumlah 45 soal. Sebelum tes ini diberikan, terlebih dahulu diujicobakan kepada siswa kelas VIII dan kelas IX untuk diketahui validitas dan reabilitasnya. Adapun kisi-kisi instrumen tes adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Kisi – kisi Instrumen Tes NOMOR KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
BUTIR SOAL
Mendeskripsikan
Mendeskripsikan masuk dan
perkembangan
berkembangnya agama Hindu
masyarakat, kebudayaan
Budha di Indonesia.
1, 2
48
dan pemerintahan pada
Memaparkan konsep ajaran
4, 5, 19, 20,
masa Hindu Budha, serta
Hindu Budha di Indonesia.
21, 22
peninggalanpeninggalannya.
Mendeskripsikan Perdagangan
3
India dengan Indonesia.
Memaparkan perkembangan
6
agama Hindu Budha di Indonesia. Menjelaskan kerajaan Hindu
8, 11, 12, 13,
Budha di Indonesia.
23, 24, 25
Mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan-peninggalan
7, 9, 10, 14, 16,17, 18
sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. Menunjukkan tempat-tempat peningalan sejarah Hindu Budha
15
di Indonesia. Menguraikan proses masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada
27, 28, 29, 30, 31, 32
Indonesia. Mengidentifikasi cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk
33, 34, 35
mencapai tujuannya.
masa kolonial Eropa. Mengidentifikasi reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa.
26
49
Mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat,
36, 37, 38
kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. Mengidentifikasikan mata Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola
pencaharian penduduk (pertanian, 39, 40 non pertanian). Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan
pemukiman berdasarkan
dan perkotaan.
kondisi fisik permukaan
Menguraikan pola pemukiman
bumi.
penduduk (mengikuti alur sungai,
42, 43, 44, 45
41
jalan, pantai).
2. Non Tes Bentuk-bentuk instrumen mana yang akan dipilih tergantung beberapa faktor, diantaranya adalah teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Observasi digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil. Wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. a. Observasi Sutrisno Hadi dalam buku karangan Sugiyono mengemukakan, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis”.10 Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012) Cet. 17, h. 145.
50
penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga di dapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut.11 Observasi adalah langkah pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching. Tabel 3.5 Kisi-kisi Lembar Observasi Pertemuan 1-5 NO
Aspek yang diamati
Jumlah Pernyataan
1 2 3
Keterlaksanaan Skenario Pembelajaran Minat dan Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran Kemampuan Dan Keterampilan Guru
5 5 5
b. Wawancara “Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin
melakukan
studi
pendahuluan
untuk
menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil”.12 Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan kepada responden dengan tujuan mendapatkan pendapat dari respon. Wawancara pada saat observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi dikelas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas VII tempat peneliti yang akan melakukan penelitian. Wawancara ini berguna untuk mendapatkan informasiinformasi mengenai peserta didik kelas VII dan cara mengajarnya. Peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa guna mengetahui adakah 11
Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penrelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h.42. 12 Sugiyono. loc. cit.,h. 137.
51
perbedaan suasana pembelajaran yang IPS yang dilaksanakan pada saat sekarang dan sebelumnya. F. Kalibrasi Instrumen Sebelum diberikan sampel, soal tersebut terlebih dahulu diuji cobakan kepada responden yaitu siswa SMP Negeri 178 Jakarta kelas VIII dan IX. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi persyaratan seperti validitas, dan reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. 1. Uji Validitas Suatu tes disebut valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak dan seharusnya diukur.13 “instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkian data (mengukur itu valid). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.14 Validitas merupakan tingkat ketepatan tes tes tersebut dalam mengukur materi dan perilaku yang harus diukur. Perkataan valid sangat erat hubungannya dengan tujuan penggunaan tes yang bersangkutan. Untuk mengukurnya menggunakan analisis butir. Pengukuran pada analisis butir soal menggunakan rumus korelasi biseral sebagai berikut:15
Ƴ
Mp
=
−
: Koefesien korelasi biseral : Rata-rata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
13
Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.40. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012) Cet. 17, h. 121. 15 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 93. 14
52
Mt
: Rata-rata skor total
St
: Standar deviasi dari skor total
p
: Proporsi siswa yang menjawab benar. Banyaknya jumlah siswa yang benar dibagi jumlah seluruh siswa
q
: Proporsi siswa yang menjawab salah. 1-p
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka Ƴpbidibandingkan dengan Ƴtabel dengan taraf siginfikan (α):0,05 jika Ƴ
≥ Ƴ
maka soal tersebut valid dan jika Ƴ
soal tersebut tidak valid.
≤ Ƴ
maka
Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen tes hasil belajar IPS dengan menggunakan software SPSS 20 diperoleh informasi bahwa dari 45 soal uji coba instrumen yang disebar ke 10 siswa yang lebih senior dari sampel yaitu siswa kelas VIII dan kelas IX, sebanyak 22 soal dinyatakan valid, diantaranya: no. 3, 4, 5, 6, 8, 9, 13, 14, 20, 27, 28, 31, 32, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 43, 44, 45. 2. Uji Reliabilitas “Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila di teskan kepada subjek yang sama”.16 Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula.17 Untuk memperoleh data yang dapat dipercaya, instrumen penelitian yang digunakan harus reliabilitas. Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula.18 Uji
16
Ibid., h. 104. Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penrelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 87. 18 Ibid. 17
53
reliabilitas penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 20. Hasil uji reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics Cronbach's
N of
Alpha
Items
,705
45
3. Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Indeks kesukaran (difficult indeks) adalah bilanagan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu suka akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan.19 Taraf kesukaran dihitung menggunakan rumus:20 P=
19
B JS
P
: Indeks kesukaran soal
B
: Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS
: Jumlah seluruh siswa peserta tes
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.222. Ibid., h.223
20
54
Dalam penelitian ini taraf kesukarakan tiap butir soal dihitung dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, maka semakin sulit soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran ditentukan sebagai berikut:21 Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah Berikut ini tingkat kesukaran butir soal berdasarkan hasil analisis pada 45 soal yang diujicobakan: Tabel 3.7 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal 0-0,3
Susah
3, 4, 9
0,3-0,7
Sedang
5, 6, 13, 20, 32, 38
0,7-1
Mudah
8, 27, 28, 35, 36, 39, 40, 43, 44, 45
4. Uji Daya Pembeda Menurut Arikunto, “daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)”.22 Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang kemampuan soal instrumen dalam membedakan peserta didik yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Daya pembeda penelitian ini dihitung dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2007. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah:23
21
Ibid., h.225 Ibid., h.226 23 Ibid., h.228 22
55
D=
B B − =P −P J J
J
: Jumlah peserta tes
JA
: Banyaknya peserta kelompok atas
JB
: Banyaknya peserta kelompok bawah
BA
: Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB
: Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA
: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB
: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut : Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Klasifikasi Bertanda negatif
Jelek Sekali
0,00-0,20
Jelek
0,20-0,40
Sedang
0,40-0,70
Baik
0,70-1,00
Baik Sekali
Berikut kriteria daya pembeda berdasarkan hasil analisis pada lima puluh soal yang diujicobakan. Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal 0-0,2
Jelek
6, 8, 13, 31, 32, 36, 38
0,21-0,4
Sedang
3, 4, 20, 27, 35, 39, 40, 43, 44, 45
56
0,41-0,7
Baik
9, 28
0,71-1
Baik Sekali
5
Negatif
Jelek Sekali
-
G. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik dengan menggunakan uji t, tetapi sebelumnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilakukannya analisis data. 1. Uji Normalitas Gain Data pretest dan posttest yang telah diperoleh sebelumnya dilakukan perhitungan Normal Gain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar geografi siswa yang memperhatikan ketuntasan hasil belajar setelah diterapkan model Quantum Teaching dan sebelum menggunakan model Quantum Teaching. Untuk mengetahui peningkatan skor pretes dan postes dapat menggunakan rumus Normalized Gain. Rumus g faktor (N-Gains):24 Keterangan: % posttest
: Skor post-test
% pretest
: Skor pre-test
−
−
=
%
% % posttest – % = % 100 – %
Kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut : 24
R. Ariesta, Supartono, Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar Ii Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 62-68, Jurusan Fisika, Universitas Negeri Semarang, Dipublikasikan: Januari 2011.
57
g-tinggi
: nilai G ≥ 0,70
g-sedang
: nilai 0,30 ≤ G < 0,70
g-rendah
: nilai G < 0,30
Setelah diperoleh rata-rata tiap butir soal, lalu kita membandingkan data indeks gain kelompok eksperimen dan data indeks gain kelompok kontrol dengan bantuan software Microsoft Excel 2007. 2. Uji Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Tujuan dilakukannya uji normalitas terhadap serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.25 Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji liliefors (taraf signifikan α 0,05). Lo
= F(Zi) – S(Zi)
Keterangan : Lo
: harga mutlak terbesar
F(Zi) : peluang angka baku S(Zi) : proporsi angka baku Dengan kriteria pengujian : Lhitung ≤ Ltabel maka sampel berdistribusi normal Lhitung ≥ Ltabel maka sampel tidak berdistribusi normal Langkah-langkahnya sebagai berikut : a. Data diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar b. Hitung nilai Zi dari masing-masing data berikut dengan rumus :
Keterangan : Zi 25
Zi =
Xi − X S
: skor baku
Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penrelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 153.
58
xi
: skor data : mean
S
: simpangan baku
c. Nilai Zi dikonsultasikan dengan daftar F (kolom Z table) d. Nilai kolom F(Zi) : jika Zi negatif, maka F(Zi) : 0,5-Zt ; jika Zi positif, maka F(Zi) : 0,5 + Zt e. Untuk kolom S (Zi) : Zn Jumlah Responden
Kolom [(Zi)-S(Zi)] merupakan harga mutlak dari selisih antara F(Zi)-S(Zi) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak tersebut untuk menentukan Lo f. Apabila Lo hitung< Lo tabel maka sampel berasal dari distribusi normal b. Uji Homogenitas Menurut Syofian Siregar,” Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek (tiga sampel atau lebih) yang diteliti mempunyai varian yang sama”.26 Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai varians yang sama, oleh karena itu perlu melakukan pengujian kesamaan dua varians atau lebih. Uji homogen dilakukan pada skor pretest dan posttest dengan menggunakan uji Fisher dengan rumus:27 =
=
Keterangan : F 2 1 26
,
=
∑
− (∑ ) ( − 1)
: homogenitas : varians terbesar
Ibid., h. 167. Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian: Dilengkapi Cara Perhitungan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), h. 160. 27
59
1 1
: varians terkecil
Untuk menguji homogenitas langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Hipotesis Ho : kedua varians berasal dari populasi yang homogen Ha : kedua varians tidak berasal dari populasi homogen b. Membandingkan statistik hitung dengan statistik tabel Jika Fhitung < Ftabel : Ho diterima Jika Fhitung > Ftabel : Ho ditolak c. Tentukan db pembilang dan db penyebut (varians terbesar dan varians terkecil) d. Tentukan nilai Fhitung e. Tentukan nilai Ftabel Menentukan nilai homogenitas, adapun kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah Fhitung (Fh) < Ftabel (Ft) pada taraf signifikan (α) 0,05 maka data berdistribusi homogen. Jika Fh > Ft, maka data berdistribusi tidak homogen. I.
Uji Hipotesis “Uji t (t-test) merupakan statistik uji yang seringkali ditemui dalam
masalah-masalah praktis statistik.28 Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil tes siswa dari hasil pretest dan posttest. Untuk menguji hipotesis langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis Ho :µ 1 = µ 2 Ha :µ 1 ≠ µ 2 b. Menentukan α Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. c. Menentukan kriteria penerimaan hipotesis, Kriterianya: Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak 28
Siregar, op. cit., h. 194.
60
Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima d. Menentukan thitung Jika berdasarkan uji kesamaan varians, ditunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka untuk pengujian hipotesis ini digunakan rumus: 1− 2 1 1
=
ℎ
1
Keterangan: t
2
=
(
)
(
)
: harga uji statistik : rata-rata posttest kelas eksperimen
1
: rata-rata posttest kelas kontrol
2
Sgab 1 2
2
: variansi gabungan (kelas eksperimen dan kelas kontrol) : variansi kelas eksperimen
2
: variansi kelas kontrol : jumlah siswa kelas eksperimen
1
J.
+
dengan S
: jumlah siswa kelas kontrol
2
Hipotesis Statistik Adapun Kriteria pengujian untuk uji t adalah sebagai berikut: Ho
: μ1 = μ2
Ha
: μ1 ≠ μ2
Keterangan: µ 1 =hasil belajar dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping). µ 2 = hasil belajar dalam proses pembelajaran menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). Ho = Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching teknik
61
peta pikiran (mind mapping) dengan kelompok kontrol yang menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). Ha = Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) dengan kelompok kontrol yang menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). Kriteria Pengujian: “Tolak H0, jika thitung > ttabel, dalam hal lain H0 diterima”.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Latar Belakang Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 178 Jakarta SMP Negeri 178 Jakarta yang berlokasi di Jalan Mawar No. 6A Kelurahan Bintaro Kecamatan Pesanggrahan Kotamadya Jakarta Selatan, didirikan pada tahun 1979 yang waktu itu bernama SMP 87 Filial. Sampai diresmikan pada tahun 1982 menjadi SMP Negeri 178 Jakarta, hanya memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang TU. Kemudian pada tahun 1985 pemerintah menambah 4 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium dan 1 ruang serbaguna. Komite juga membantu dengan pembangunan secara bertahap mulai dari pemagaran, ruang BP, ruang keterampilan, ruang UKS, kantin, ruang komputer, ruang guru, ruang tunggu, musholla, lapangan basket, lapangan volley sampai WC (untuk siswa dan guru). Sejak tahun pelajaran 2011/ 2012 sudah direhab total menjadi 4 (empat) lantai dan baru bisa ditempati pada semester genap tahun pelajaran 2012/ 2013 yang sebelumnya pada waktu sedang dibangun menumpang di SDN Bintaro 14 dan SDN Bintaro 15. Prestasi sekolah semakin meningkat baik di bidang kurikuler maupun ekstrakurikuler terbukti dengan seringnya mendapatkan piala kejuaraan di bidang olahraga, kebahasaan, keadaan dan MIPA sehingga saat ini SMP Negeri 178 Jakarta telah memiliki 148 piala dan piagam penghargaan baik tingkat Kecamatan, Kota Administrasi dan tingkat Provinsi. 2. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi Unggul dalam prestasi bardasarkan iman dan taqwa.
62
63
b. Misi Untuk mencapai visi tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan misi yang dirumuskan berdasarkan visi di atas: 1) Melaksanakan
pembelajaran
secara
efektif,
kreatif
dan
menyenangkan. 2) Mengarahkan siswa menghayati ajaran agama untuk menumbuhkan perilaku arif dalam bertindak. 3) Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan terkait. 4) Memotivasi setiap siswa untuk mengenal potensi dirinya sehingga dapat berkembang dan berprestasi. c.
Tujuan Adapun penjabaran misi tersebut merupakan jembatan dari tujuan
SMP Negeri 178 Jakarta yakni: 1) Meningkatkan kegiatan belajar dan mengajar yang berkualitas. 2) Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 3) Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik. 4) Melaksanakan amanat dan harapan orang tua peserta didik. 5) Mempersiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat yang mandiri dan berguna. 3. Guru dan Tenaga Kependidikan Pada umumnya guru-guru yang mengajar di SMP Negeri 178 Jakarta rata-rata lulusan S1. Guru-guru yang mengajar di SMP Negeri 178 Jakarta berjumlah 42 orang yang terdiri dari 25 orang guru perempuan dan 17 orang guru laki-laki. Sedangkan tenaga kependidikan berjumlah 12 orang.
64
B. Analisis Data dan Pembahasan 1. Uji Normalitas Gain Untuk mengukur peningkatan hasil belajar atau pemahaman siswa dari pretest dan posttest tersebut maka digunakanlah uji N-Gain. Berikut ini hasil rekapitulasi uji N-Gain pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.1 Data Rekapitulasi Hasil Uji N-Gain Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata
Eksperimen Kontrol Pretest Posttest N-Gain Pretest Posttest N-Gain 30 71 41 40 75 35 95 100 5 85 95 10 63,19 94,05 30,86 60,27 88,75 28,48
Berdasarkan tabel di atas diperoleh selisih nilai dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen sebelum menggunakan model Quantum Teaching dengan teknik peta pikiran (mind mapping) nilai tertinggi adalah 95 kemudian setelah diberlakukan model Quantum Teaching dengan teknik peta pikiran (mind mapping) nilai tertinggi menjadi 100, maka diperoleh selisih nilai 5. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS kelas eksperimen setelah menggunakan model Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping). Sedangkan untuk kelas kontrol menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok) nilai tertingginya adalah 95 dan nilai terendahnya 85, maka diperoleh selisih nilai 10. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS kelas kontrol setelah menerapkan Kelompok).
diskusi
kelompok
menggunakan
LKK
(Lembar
Kerja
65
2. Uji Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Data Pengujian normalitas dilakukan terhadap dua data yaitu pretest dan data posttest. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistibusi normal atau tidak. Untuk menguji kenormalannya maka digunkan uji liliefors. Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan α = 5% atau 0,05. Keputusan dibuat berdasarkan pada ketentuan pengujian normalitas, yaitu jika Lhitung < Ltabel maka kedua data berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lhitung > Ltabel maka kedua data tidak berdistribusi normal. 1) Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimem dan Kelas Kontrol Hasil uji normalitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagaimana terlampir di lampiran. Rekapitulasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.2 Rekapitulasi Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data Terendah Tertinggi Mean Simpangan Baku Lhitung Ltabel
Pretest Eksperimen Kontrol 30 40 95 85 63,19 60,27 12,37 12,41 0,00311 -0,0039 0,1476
66
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa Lhitung pretest kelas eksperimen adalah 0,00311 dikatakan berdistribusi normal. Sedangkan Lhitung kelas kontrol adalah -0,0039 dikatakan berdistribusi normal. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu Lhitung < Ltabel sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. 2) Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimem dan Kelas Kontrol Hasil uji normalitas posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagaimana terlampir di lampiran. Rekapitulasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Rekapitulasi Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data Terendah Tertinggi Mean Simpangan Baku Lhitung Ltabel
Posttest Eksperimen Kontrol 71 75 100 95 94,05 88,75 7,62 4,91 0,1036 -0,0251 0,1476
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa Lhitung posttest kelas eksperimen adalah 0,1036 dikatakan berdistribusi normal. Sedangkan Lhitung kelas kontrol adalah -0,0251 dikatakan berdistribusi normal. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu Lhitung < Ltabel sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
67
b. Uji Homogenitas Data Setelah dilakukan uji normalitas untuk menguji apakah data tersebut bersifat homogen atau tidak maka dilakukanlah uji homogenitas. Data yang diuji tingkat homogenitasnya yaitu data pretest dan data posttest. Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan α = 5% atau 0,05. Keputusan pada uji homogenitas berdasarkan pada ketentuan jika Fhitung < Ftabel maka dapat dinyatakan data bersifat homogen, sebaliknya jika Fhitung > Ftabel dinyatakan data tidak bersifat homogen. 1) Hasil Uji Homogenitas pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil uji homogenitas pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagaimana terlampir dalam lampiran dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No 1 2 3 4
Statistik S2 Eksperimen S2 Kontrol Fhitung Ftabel Perbandingan Kesimpulan
Nilai Pretest 140,452 12,4133 0,08 1,80 0,08 < 1,80 Fhitung < Ftabel dapat disimpulkan kedua sampel tersebut bersifat homogen
Keterangan: S2 Eksperimen = varians kelas eksperimen S2 Kontrol
= varians kelas kontrol
Fhitung
= nilai hitung
68
Ftabel
= nilai tabel berdasarkan nilai hitung
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil pretest kedua kelompok sampel penelitian memenuhi kategori homogenitas. Berdasarkan nilai distribusi F diperoleh nilai Ftabel 1,80 pada taraf signifikan 0,05 dengan dk penyebut dan pembilang 36. Karena Fhitung < Ftabel yaitu 0,08 < 1,80 maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari data kedua kelompok tersebut memiliki varians homogen. 2) Hasil Uji Homogenitas posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil uji homogenitas posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagaimana terlampir dalam lampiran dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No 1 2 3 4
Statistik S2 Eksperimen S2 Kontrol Fhitung Ftabel Perbandingan Kesimpulan
Nilai Posttest 58,1636 24,1319 0,41 1,80 0,08 < 1,80 Fhitung < Ftabel dapat disimpulkan kedua sampel tersebut bersifat homogen
Keterangan: S2 Eksperimen = varians kelas eksperimen S2 Kontrol
= varians kelas kontrol
Fhitung
= nilai hitung
69
Ftabel
= nilai tabel berdasarkan nilai hitung
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil pretest kedua kelompok sampel penelitian memenuhi kategori homogenitas. Berdasarkan nilai distribusi F diperoleh nilai Ftabel 1,80 pada taraf signifikan 0,05 dengan dk penyebut dan pembilang 36. Karena Fhitung < Ftabel yaitu 0,41 < 1,80 maka H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari data kedua kelompok tersebut memiliki varians homogen. 3. Uji Hipotesis Data Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan homogenitas diketahui bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen, sehingga pengujian dapat diteruskan pada analisis data berikutnya yaitu uji hipotesis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil pretest dan hasil posttest pembelajaran IPS menggunakan model Quantum Teaching. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus uji-t. Untuk pengujian tersebut maka diajukan hipotesis statistik sebagai berikut: H0
: μ1 = μ2
Ha
: μ1 ≠ μ2
Keterangan: µ 1 =hasil belajar dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping). µ 2 = hasil belajar dalam proses pembelajaran menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). H0 = Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) dengan kelompok kontrol yang menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok).
70
Ha = Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) dengan kelompok kontrol yang menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). Hipotesis pengujian tersebut di uji dengan menggunakan uji t, dengan kriteria pengujian yaitu, jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan thitung > ttabel maka H0 ditolak. dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 1,66691 dan derajat kebebasan (dk) = 36 + 36 – 2 = 70. Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Uji t thitung
ttabel
Kesimpulan
3,50
1,66691
Tolak H0 dan Terima Ha
Dengan demikian thitung > ttabel (3,50 > 1,66691), H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga pengujian hipotesis uji-t nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menyatakan bahwa Ho tidak sama dengan Ha yaitu µ1 tidak sama dengan μ2 (μ1 ≠ μ2). Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) dengan kelompok kontrol yang menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching ini sangat menekankan pada percepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang sangat tinggi, memusatkan perhatian siswa pada interaksi yang bermakna, menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran dan mengutamakan keberagaman dan kebebasan dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dengan
71
adanya hasil perolehan pengujian hipotesis yaitu ttabel > thitung (3,50 > 1,66691). C. Hasil Pembahasan Penelitian Dari data-data penelitian yang telah dianalisis, diperoleh temuan yaitu ratarata hasil pretest kelas eksperimen adalah 63,19, ini menunjukan kemampuan awal siswa tentang materi yang diujikan masih sangat rendah karena umumnya siswa belum mempelajarinya. Dalam mengerjakan pretest ini siswa pada dasarnya mengerjakan pretest hanya dengan cara menerka saja. Setelah dilakukan treatment berupa pembelajaran dengan model Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) selama 5 kali pertemuan dan diadakan posttest dengan hasil rata-rata skor adalah 94,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setelah siswa belajar dengan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) hasil belajar siswa meningkat. Dari hasil uji t diperoleh thitung sebesar 3,50 dan ttabel sebesar 1,66691, karena thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) dengan kelompok kontrol yang menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). Dengan ditolaknya hipotesis nol (H0) dari hasil pengujian uji t pada taraf signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) memiliki pengaruh yang positif terhadap hasil belajar IPS siswa. Bila dibandingkan rata-rata nilai pretest dari kedua kelompok belajar, terlihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih besar daripada hasil belajar kelas kontrol. Hal ini dapat terjadi karena di kelas eksperimen, menggunakan model Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran, dimana siswa dituntut lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 6 orang dikarenakan jumlah siswa kelas VII.6 berjumlah 36 siswa, Lalu setiap kelompok ditugaskan untuk berdiskusi serta membuat peta pikiran (mind mapping). Di dalam kelompok saling
72
bekerja sama, hal ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan anggota kelompok sehingga setiap individu dapat memahami materi tersebut. Karena di dalam model ini dituntut keaktifan siswa maka guru hanya berkeliling, memantau pekerjaan siswa. Pada kelas kontrol siswa mengalami kegiatan belajar melalui diskusi kelompok sehingga siswa pada umumnya berdiskusi dan mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK). Keaktifan siswa lebih banyak pada kegiatan mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan sekali–sekali mengajukan pertanyaan. Dari kedua kegiatan pembelajaran yang dibahas di atas dapatlah dipahami bahwa pada pembelajaran dengan model Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) siswa mendapat pengalaman belajar yang lebih mendalam dan menyenangkan sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dari pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) dengan kelompok kontrol yang menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). Dari perbedaan itu menyatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VII.6 di SMP Negeri 178 Jakarta. Hal ini ditunjukkan dari hasil perolehan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t yaitu diperoleh nilai thitung = 3,50 lebih besar dari ttabel= 1,66691 dengan taraf signifikan 0,05 atau 5%. Selain itu dilihat dari hasil perhitungan posttest setelah diberikan perlakuan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping) sebanyak lima kali pertemuan dengan nilai rata-rata 94,05, lebih tinggi dibandingkan dengan hasil perhitungan posttest kelas kontrol dengan nilai rata-rata 88,75 yang diberikan perlakuan sebanyak lima kali pertemuan dengan menerapkan diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok). B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh maka disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Model
pembelajaran
merupakan
salah
satu
komponen
yang
mempengaruhi hasil belajar siswa, karena itu disarankan kepada para guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2. Bagi sekolah hendaknya menggunakan pembelajaran aktif Quantum Teaching sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar
73
74
Ilmu Pengetahuan Sosial siswa karena dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran aktif Quantum Teaching siswa dilibatkan secara aktif. 3. Peneliti dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai model Quantum Teaching dengan pokok permasalahan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 1993. Ali, Mohammad dkk., Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2009. Ariesta, R. Supartono, Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan Laboratorium Fisika Dasar Ii Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7, Jurusan Fisika, Universitas Negeri Semarang, 2011. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. DePorter, Bobbi., dkk. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Mizan Media Utama, 2000. Djaenudin, Surjadi. Wawancara. Jakarta, 12 Februari 2015. Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT Refika Aditama, 2009. Fitri Wijayanti, “Pengaruh Penggunaan Metode Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu” (Quasi Experiment di MTs Negeri 19 Pondok Labu Jakarta Selatan, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012. tidak dipublikasikan. Ghozali, Imam. Desain Penelitian Eksperimental: Teori, Konsep dan Analisis dengan SPSS16. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008. Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995. Listia Winarni, “Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Di Kelas IV” (Studi Kasus di MI Safinatul Husna Kali Deres Jakarta Barat), Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012. tidak dipublikasikan. Mahfud, Choirul. Pendidikan Multi Kultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Mudjijo, Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
75
76
Rindi Andika, “Efektivitas Quantum Teaching Dalam Proses Pembelajaran Penddidikan Agama Islam”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012. tidak dipublikasikan. Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik
Dalam
Implementasi
Pembelajaran
Yang
Efektif
Dan
Berkualitas. Jakarta: Kencana, 2009). Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan profesionalisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011. Santrock, John W. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010). Sapriya, dkk., Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Press, 2006. Siregar, Syofian. Statistik Parametrik Untuk Penrelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013. Sudarti, “Penggunaan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di MI Al Huda Bekasi”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2012. tidak dipublikasikan. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012. Susetyo, Budi. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian: Dilengkapi Cara Perhitungan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: PT Refika Aditama, 2010. Taniredja, Tukiran, dkk. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta, 2013. Thobroni, Muhammad dan Arif Mustofa.
Belajar dan Pembelajaran:
Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Tirtarahardja, Umar., dan S.L. La Sulo. Pengantar Pendidikan: Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009.
77
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006. Afa, Yulita. Faizul, I.Gst.A.Oka Negara, dan I.Kt.Adnyana Putra. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Quantum Teaching Dengan Dukungan Media Audio-Visual
Terhadap
Hasil
Belajar
IPA
Siswa,
vol.2”,
Education
Index,
http://ejournal.undiksha.ac.id/, 2014. International
Human
Development
Indicators
http://hdr.undp.org/en/content/education-index/, 7 Februari 2015. Rifai, Afif, Suhartono, dan Ngatman. “Penerapan Pendekatan Quantum Teaching Dalam
Pembelajaran
IPA
Di
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/, 2012.
Kelas
V
SDN
2
Jogomertan”,
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : :
SMP Negeri 178 Jakarta Ilmu Pengetahuan Sosial VII / 2
Kelas Eksperimen Pertemuan 1 1. Standar Kompetensi Memahami Perkembangan Masyarakat Sejak Masa Hindu Budha di Indonesia. 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu Budha, serta peninggalan-peninggalannya. 3. Indikator a. Mendeskripsikan masuk dan berkembangnya agama Hindu Budha di Indonesia. b. Memaparkan konsep ajaran Hindu Budha di Indonesia. c. Mendeskripsikan Perdagangan India dengan Indonesia. d. Memaparkan perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia. 4. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu untuk: a. Siswa mampu mendeskripsikan masuk dan berkembangnya agama Hindu Budha di Indonesia. b. Siswa mampu memaparkan konsep ajaran Hindu Budha di Indonesia. c. Siswa mampu mendeskripsikan Perdagangan India dengan Indonesia. d. Siswa mampu memaparkan perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia. 5. Materi Pokok Perkembangan Pada Masa Hindu Budha di Indonesia. 6. Alokasi Waktu 4 jam pelajaran (2x pertemuan). 7. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran Quantum Teaching
Lampiran 1
8. Langkah – langkah Pembelajaran Dalam proses pembelajaran ini guru menggunakan pendekatan Quantum Teaching yang berdasar pada asas utama, ”Bawalah Dunia Mereka Ke Dalam Dunia Kita, Dan Antarkan Dunia Kita Ke Dunia Mereka”. Langkah-langkah pembelajaran mengacu pada teknik TANDUR yang terinci di bawah ini: A. Kegiatan Awal (± 10 menit) Apersepsi 1) Memberi Salam dan berdoa sebelum belajar. (± 1 menit) 2) Memeriksa kehadiran peserta didik. (± 1 menit) 3) Pemberian motivasi dengan memberikan video motivasi, guru menyampaikan awal pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran melalui pemberian sugesti yang positif kepada peserta didik, Tumbuhkan minat belajar dengan memuaskan rasa penasaran dan ingin tahu peserta didik dengan memberikan sebuah gambaran tentang prasasti dan peninggalan-peninggalan Sejarah Hindu Budha di Indonesia. (± 5 menit) 4) Pre Test (menanyakan bagaimana proses masuknya pengaruh agama Hindu maupun agama Budha ke Indonesia). (± 2 menit) 5) Acuan : menjelaskan indikator yang hendak dicapai. (± 1 menit) B. Kegiatan Inti (± 65 menit) 1. Eksplorasi (± 20 menit) Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Peserta didik masuk ke kelas untuk membaca buku literatur yang relevan. (± 2 menit) 2) Alami, guru menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang sering dialami peserta didik (guru menanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik , apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat patung peninggalan Hindu dan Budha di Indonesia?) (± 10 menit) 3) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (± 3 menit) 4) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (± 3 menit)
Lampiran 1
5) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (± 2 menit) 2. Elaborasi (± 35 menit) Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) Namai, guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok, kelompok terdiri dari 5-6 orang. Setiap kelompok menamakan kelompok diskusinya sesuai dengan nama- nama kasta dan ajaran agama Budha. (± 10 menit) 2) Demonstrasikan, kelompok yang sudah dibagi diminta untuk mengerjakan LKK yang diberikan oleh guru dan mendiskusikan tentang proses dan berkembangnya Hindu Budha dan daerah – daerah yang dipengaruhi unsur Hindu Budha di Indonesia. Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengumpulkan LKK dan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. (± 25 menit) 3. Konfirmasi (± 10 menit) Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. (± 5 menit) 2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (±5 menit) C. Kegiatan Penutup (± 5 menit) Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Ulangi, pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya ingat (post tes dengan menggunakan permainan cerdas cermat). (± 3 menit) 2) Rayakan, siswa yang bisa menjawab pertanyaan diberikan pujian dan tepuk tangan. 3) Menutup pelajaran secara Islami 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. 8. Sumber Bacaan/ Alat Sumber: 1. Muh, Nurdin, dkk, Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (2008).
Lampiran 1
2. Acuan Pengayaan Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial (LKS) Kelas VII Semester 2. Jawa Tengah: CV Fathihul Ihsan. 3. Buku Atlas dan Peta Sejarah Alat: Kertas , spidol, whiteboard, Laptop, Power Point, Proyektor 9. Penilaian Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Instrumen Penilaian Instrumen 1. Mendeskripsikan Tes Tulis Uraian 1. Jelaskan secara singkat masuk dan Terbuka proses masuk dan berkembangnya berkembangnya Agama agama Hindu Budha serta kebudayaan Hindu di Indonesia Budha di Indonesia ! (30) 2. Memaparkan 2. Sebutkan dan jelaskan konsep ajaran Hindu empat kasta dalam Budha di Indonesia agama Hindu ! (10) 3. Sebutkan dan jelaskan 3. Mendeskripsikan ajaran agama budha Perdagangan India yang terdapat dalam dengan Indonesia buku tripitaka ! (10) 4. Sebutkan dan jelaskan 4. Memaparkan dua aliran agama perkembangan Budha ! (10) agama Hindu Budha 5. Ada kesamaan konsep di Indonesia Hindu atau Syiwa dan Budha. Jelaskan ! (10) 6. Sebutkan tempat yang dianggap keramat di India dan sering di ziarahi oleh penganut agama budha! (10) 7. Jelaskan perkebangan agama Hindu dan Budha setelah masuk ke Indonesia ! (20)
Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Tes tulis
Tes Uraian
Jelaskan proses masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia !
Lampiran 1
Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Rubrik Penilaian Diskusi Aspek yang dinilai
Contoh Instrumen
Nilai Nilai kualitatif Kuantitatif
Deskripsi (Alasan)
Kemampuan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi Partisipasi dalam diskusi Kerja sama dalam kelompok Nilai rata-rata Komentar
Kriteria Penilaian: Nilai kualitatif Memuaskan Baik Cukup Kurang
Nilai kuantitatif 4 > 80 3 68 – 79 2 56 – 67 1 < 55
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 178 Jakarta
Jakarta, 23 Maret 2015 Guru Praktikan
Drs. SUSMULYADI, M.Pd NIP.195610121931031008
RIA LINIARTI NIM.1111015000070
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : :
SMP Negeri 178 Jakarta Ilmu Pengetahuan Sosial VII / 2
Kelas Eksperimen Pertemuan II 1. Standar Kompetensi Memahami Perkembangan Masyarakat Sejak Masa Hindu Budha di Indonesia. 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu Budha, serta peninggalan-peninggalannya. 3. Indikator a. Menjelaskan kerajaan Hindu Budha di Indonesia. b. Mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan – peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. c. Menunjukkan tempat-tempat peningalan sejarah Hindu Budha di Indonesia. 4. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu untuk: a. Siswa mampu menjelaskan kerajaan Hindu Budha di Indonesia. b. Siswa mampu mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan – peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. c. Siswa mampu menunjukkan tempat-tempat peningalan sejarah Hindu Budha di Indonesia. 5. Materi Pokok Perkembangan Pada Masa Hindu Budha di Indonesia. 6. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran Quantum Teaching
Lampiran 1
7. Langkah – langkah Pembelajaran Dalam proses pembelajaran ini guru menggunakan pendekatan Quantum Teaching yang berdasar pada asas utama, ”Bawalah Dunia Mereka Ke Dalam Dunia Kita, Dan Antarkan Dunia Kita Ke Dunia Mereka”. Langkah-langkah pembelajaran mengacu pada teknik TANDUR yang terinci di bawah ini: A. Kegiatan Awal (± 10 menit) Apersepsi 1) Memberi Salam dan berdoa sebelum belajar. (± 1 menit) 2) Memeriksa kehadiran peserta didik (± 1 menit) 3) Mengingatkan kembali materi yang telah lalu tentang proses masuknya Hindu Budha di Indonesia. (± 1 menit) 4) Pemberian motivasi dengan memberikan video motivasi, guru menyampaikan awal pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran melalui pemberian sugesti yang positif kepada peserta didik, Tumbuhkan minat belajar dengan memuaskan rasa penasaran dan ingin tahu peserta didik dengan memberikan sebuah contoh tentang Kerajaan Hindu Budha di Indonesia. (± 3 menit) 5) Pre Test (menanyakan sebutkan beberapa peninggalan kebudayaan Budha yang terkenal di Indonesia). (± 3 menit) 6) Acuan : menjelaskan indikator yang hendak dicapai. (± 1 menit) B. Kegiatan Inti (± 65 menit) 1. Eksplorasi (± 20 menit) Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Peserta didik masuk ke kelas untuk membaca buku literatur yang relevan. (± 2 menit) 2) Alami, guru menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang sering dialami peserta didik (guru menanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik , apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat candi peninggalan Hindu dan Budha di Indonesia. Peserta didik mengamati gambar Kerajaan, dan peninggalan – peninggalan sejarah lainnya pada masa Hindu Budha) (± 10 menit) 3) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (± 3 menit)
Lampiran 1
4) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (± 3 menit) 5) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (± 2 menit) 2. Elaborasi (± 35 menit) Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) Namai, guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok yang terdiri dari 7 kelompok. Setiap kelompok menamakan kelompok diskusinya sesuai dengan nama- nama kerajaan pada masa Hindu Budha di Indonesia. (± 10 menit) 2) Demonstrasikan, Setiap kelompok mendiskusikan tentang kerajaan yang ada di masa Hindu Budha dan Peninggalanpeninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah dengan membuat peta pikiran (mind mapping). Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. (± 25 menit) 1. Konfirmasi (± 10 menit) Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik. (± 5 menit) 2) Guru bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (± 5 menit) C. Kegiatan Penutup (± 5 menit) Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Ulangi, pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya ingat (post test yaitu apa yang dilakukan sebagai putra putri bangsa untuk menyelamatkan peninggalan-peninggalan sejarah bangsa ini). (± 3 menit) 2) Rayakan, siswa yang bisa menjawab pertanyaan diberikan pujian dan tepuk tangan. 3) Menutup pelajaran secara Islami 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
Lampiran 1
7. Sumber Bacaan/ Alat Sumber: 1. Muh, Nurdin, dkk, Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (2008). 2. Acuan Pengayaan Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial (LKS) Kelas VII Semester 2. Jawa Tengah: CV Fathihul Ihsan. 3. Buku Atlas dan Peta Sejarah Alat: Kertas , spidol, whiteboard, Laptop, Power Point, Proyektor 8. Penilaian Penilaian Teknik Test Tulis
Bentuk Instrumen Tes Uraian
Rubrik Penilaian Diskusi Aspek yang dinilai
Contoh Instrumen sebutkan beberapa peninggalan kebudayaan Buddha yang terkenal di Indonesia !
Nilai Nilai kualitatif kuantitatif
Kemampuan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi Partisipasi dalam diskusi Kerja sama dalam kelompok Nilai rata-rata Komentar
Kriteria Penilaian: Nilai kualitatif Nilai kuantitatif Memuaskan 4 > 80 Baik 3 68 – 79 Cukup 2 56 – 67 Kurang 1 < 55
Deskripsi (Alasan)
Lampiran 1
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 178 Jakarta
Jakarta, 23 Maret 2015 Guru Praktikan
Drs. SUSMULYADI, M.Pd NIP.195610121931031008
RIA LINIARTI NIM.1111015000070
Lampiran 1
PERKEMBANGAN PADA MASA HINDU BUDHA DI INDONESIA
1.
Munculnya Agama Hindu dan Budha a. Agama Hindu Sebelum Hindu lahir, di lembah Sungai Indus (sekarang wilayah Pakistan)
telah berkembang kebudayaan yang tinggi yaitu “Kebudayaan Mohenjo Daro dan Harappa” milik bangsa Dravida sekitar tahun 1500 SM. Bangsa Arya melalui celah Kaiber masuk ke India, menakhlukkan dan menguasai kota-kota di lembah Indus yang tadinya dikuasai oleh bangsa Dravida. Dalam penyebarannya suku bangsa Arya ada yang melangsugkan pernikahan dengan orang-orang Dravida sehingga terbentuklah masyarakat dan generasi baru yang disebut “Bangsa Hindu”. Tradisi dan kepercayaan bangsa Hindu inilah yang disebut agama dan kebudayaan Hindu. Agama hindu merupakan kepercayaan yang memuja dan menyembah banyak dewa (politheisme) dewa utamanya disebut TRIMURTI terdiri dari Brahma (dewa pencipta), Wisnu (dewa pemelihara) dan Siwa (dewa perusak). Kitab suci agama Hindu adalah kitab Weda, yang terdiri atas 4 bagian : a) Rigweda berisi pujian terhadap dewa b) Samaweda berisi nyanyian suci c) Yajurweda berisi mantra-mantra d) Atharwaweda berisi doa-doa untuk pengobatan Dalam kehidupan masyarakat dikenal empat kasta yaitu : Brahmana (terdiri para pendeta) Ksatria (terdiri para raja, bangsawan, prajurit), Waisya (terdiri para pengusaha, pedagang) dan Sudra (terdiri pekerja kasar dan rakyat jelata). b.
Agama Budha
Agama budha diajarkan pertama kali oleh Sidharta Gautama/Budha Gautama putra raja Sudhodana dari Kerajaan Kosala di Kapilawastu. Pokok ajaran agama budha adalah bahwa manusia hidup itu dalam keadaan Samsara (menderita) oleh sebab itu setiap manusia wajib melepaskan diri dari
Lampiran 1
kesengasaraan dengan cara memadamkan berbagai nafsu. Nafsu dapat dipadamkan dengan menjalankan Astavida (delapan jalan) kebenaran. Kitab suci agama budha adalah Tripitaka yang terdiri dari tiga bagian : Winaya pitaka, Sutrantapitake, Abhidarmapitaka 2.
Proses Masuk dan berkembangnya Hindu-Budha di Indonesia Bangsa Indonesia mempunyai letak yang sangat strategis dalam jalur
perdagangan internasional, sehingga banyak dilalui dan disinggahi oleh pedagangpedagang asiing terutama India dan Cina. Proses masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia melalui kegiatan perdagangan. Hal itu terjadi dengan ikut sertanya para pendeta yang datang bersamaan dengan para pedagang untuk menyebarkan agama. Para pendeta selama berada di Indonesia banyak mempunyai murid. Murid-murid ini banyak yang berziarah ke India untuk menambah ilmunya. Setelah dari India mereka ikut menyebarkan agama dengan bahasa mereka sendiri sehingga mudah dimengerti dan diterima masyarakat. Faktor pendukung lain yang mempercepat berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu adalah raja-raja di Indonesia mendatangkan para pendeta dari India untuk memimpin upacara pemujaan atau upacara korban. Masuknya agama Budha dibawa oleh para Bhiksu, salah satunya adalah Bhiksu Gunawan atau Gunawarman dari Kashmir. Ada beberapa teori yang mengatakan golongan pembawa Hindu-Budha ke Indonesia : a. Teori Waisya (oleh N.J. Krom) pembawanya para pedagang India b. Teori Ksatria (oleh C.C. Berg) pembawanya para ksatria India. c. Teori Brahmana (oleh Van Leur), para Brahmana yang diundang ke Indonesia. d. Teori Arus Balik (oleh F.D.K.Bosch) pembawanya orang-orang Indonsia yang belajar ke India. 3. Jalur Masuk Hindu-Budha ke Indonesia a. Jalur Laut Para pedagang dan pendeta menyebarkan Hindu-Budha ke melalui jalur darat dan
Nusantara
jalur laut. Mereka yang melalui jalur laut
mengikuti rombongan pedagang yang melakukan pelayaran dari Asia
Lampiran 1
Selatan ke Asia Timur. Rute penyebarannya adalah mulai dari India, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, Nusantara, Kamboja, Vietnam, China, Korea, dan Jepang. Di antara mereka ada pula yang langsung berlayar ke Nusantara. b. Jalur Darat Para penyebar yang menggunakan jalur darat ada yang ikut menumpang para kafilah melalui jalur sutera, yaitu dari India ke Tibet terus ke utara hingga sampai di China, korea dan Jepang. 4.
Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha ke Indonesia
a. Berkembangnya Pengaruh Hindu – Budha di Indonesia Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha (India), menyebabkan kebudayaan Indonesia
mengalami berbagai perubahan dalam aspek
kehidupan masyarakat. b. Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Yang Bercorak Hindu – Budha 1.
Kerajaan Kutai Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur di tepi sungai Mahakam. Sumber Sejarah Kerajaan Kutai adalah prasasti yang
Lampiran 1
dipekatkan pada tiang batu sebagai peringatan upacara korban yang disebut Yupa. Ada sebanyak 7 buah yupa berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dari prasasti tersebut dapat disimpulkan : 1. Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke 5 M 2. Kerajaan Kutai diperintah sang Maharaja Kudungga yang mempunyai
anak
bernama
Aswawarman.
Aswawarman
mempunyai 3 orang anak yang terkenal adalah Mulawarman. Raja Mulawarman raja yang terbesar dan mulia. Hal ini diwujudkan dalam pemberian sedekah 1000 ekor sapi kepada para Brahmana ditempat suci bernama Waprakeswara. Agama yang dianut berajaan adalah Hindu-Syiwa. Raja-raja yang pernah memerintah Kutai adalah Kudungga, Aswawarman, Mulawarman
2.
Kerajaan Tarumanegara Kerajaan Tarumanegara terletak di tepi Sungai Citarum atau Sungai
Cisadane Bogor, Jawa Barat. Kerajaan Taruma diperkirakan berdiri pada abad 5 M. 1) Kerajaan Taruma diperintah Raja Purnawarman 2) Agama yang dianut kerajaan yaitu Hindu Pemuja Wisnu 3) Raja Purnawarman seorang Raja yang gagah dan berani dalam perang, juga memperhatikan kehidupan rakyat yang ditunjukkan dalam Prasasti Tugu yaitu melakukan penggalian saluran Gomati pada sungai Candrabaga ± 11 Km selesai dalam waktu 21 hari. Tujuannya untuk
Lampiran 1
mengairi sawah dan menahan bahaya banjir. Setelah selesai diadakan selamatan memberi korban 1000 sapi kepada Brahmana.
3. Kerajaan Holing / Kalingga a. Diperkirakan terletak di Jawa Tengah sebelah utara Gunung Muria b. Sumber Sejarah: Catatan Cina, Catatan I-Tsing (664) c. Raja yang memerintahkan adalah Raja Putri “Ratu Sima”, yang bijaksana, adil dan keras, beragama Hindu-Syiwa. 4. Kerajaan Kanjuruhan a. Kerajaan kanjuruhan diperkirakan terletak di Kanjuruhan, Malang Jawa Timur. b. Sumber Sejarah: Prasasti Dinoyo yang berangka tahun 760 dengan menggunakan tulisan Jawa Kuno dan berbahasa sanskerta. Prasasti Dinoyo menyebutkan bahwa raja yang pertama bernama Dewasiwuka, putranya bernama Liswa, setelah dilantik menjadi raja bernama gajayana, Gajayana memuja sang Agastya (Dewa Siwa), dengan membuat Candi Badut.
5. Kerajaan Mataram Lama Kerajaan Mataram lama pada umumnya dikuasai oleh dua dinasti (keluarga) yaitu keluarga Sanjaya dan Syailendra. 6. Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya berdiri abad 7, ibukotanya mengalami beberapa kali perpindahan dari Muara Takus, ke Jambi dan akhirnya ke Palembang. wilayah kerajaan Sri Wijaya sangat luas yaitu meliputi beberapa daerah di
Lampiran 1
wilayah nusantara. maka Sri Wijaya merupakan “Negara Nasional yang Pertama”. puncak kejayaannya terjadi pada abad 9 yaitu pada masa pemerintahan raja Bala Putra Dewa dari dinasti Syailendra (Mataram Kuno). 7. Kerajaan Medang Kamulan/ Mataram – Jawa Timur Kerajaan Medang terletak di Tambelang-Jombang kemudian di pindahkan ke Watu Galuh di antara gunug Semeru dan gunung Wilis Jawa Timur. 8. Kerajaan Bali Kerajaan Bali merupakan kerajaan Hindu yang dipimpin oleh Wangsa Warmadewa. Raja-raja terkenal dari wangsa Warmadewa adalah : Sri Candra Bhayasingka Warmadewa, Udayana, Anak Wungsu, (10491077). Sedangkan raja-raja sesudah wangsa Warmadewa adalah : Sri Jayasakti, dan Jayapangus. 9. Kerajaan Kediri Dalam perang saudara anatara Jenggala dan Kediri, akhirnya peranag dimenangkan oleh Kediri dan kerajaan dapat dipersatukan kembali. Wilayah kerajaan Kediri awalnya meliputi Kediri, Madiun, dan bagian Medang Kamulan, Ibu Kota di Daha. 10. Kerajaan Singosari Kerajaan Singosari terletak di sebelah utara Malang Jawa Timur dibangun oleh Ken Arok setelah dapat mengalahkan kertajaya dari Kediri tahun 1222 M. 11. Kerajaan Majapahit Lokasi pusat kerajaan Mojopahit diperkirakan terdapat di Trowulan Mojokerto Jawa Timur.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : :
SMP Negeri 178 Jakarta Ilmu Pengetahuan Sosial VII / 2
Kelas Eksperimen Pertemuan III 1. Standar Kompetensi Memahami Perkembangan Masyarakat Sejak Masa Hindu Budha Sampai Masa Kolonial Eropa. 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. 3. Indikator a. Menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. b. Mengidentifikasi cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. c. Mengidentifikasi reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. d. Mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. 4. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu untuk: a. Siswa mampu menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. b. Siswa mampu menjelaskan cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. c. Siswa mampu menjelaskan reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. d. Siswa mampu mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. 5. Materi Pokok Masa Kolonial Eropa di Indonesia. 6. Alokasi Waktu 4 jam pelajaran (2x pertemuan).
Lampiran 1
7. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran Quantum Teaching 8. Langkah – langkah Pembelajaran Dalam proses pembelajaran ini guru menggunakan pendekatan Quantum Teaching yang berdasar pada asas utama, ”Bawalah Dunia Mereka Ke Dalam Dunia Kita, Dan Antarkan Dunia Kita Ke Dunia Mereka”. Langkah-langkah pembelajaran mengacu pada teknik TANDUR yang terinci di bawah ini: A. Kegiatan Awal (± 10 menit) Apersepsi 1) Memberi Salam dan berdoa sebelum belajar. (± 1 menit) 2) Memeriksa kehadiran peserta didik. (± 1 menit) 3) Pemberian motivasi dengan memberikan video motivasi, guru menyampaikan awal pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran melalui pemberian sugesti yang positif kepada peserta didik, Tumbuhkan minat belajar dengan memuaskan rasa penasaran dan ingin tahu peserta didik dengan memberikan sebuah gambaran tentang rute perjalanan rempah – rempah dari Indonesia ke Eropa dan arti penting Indonesia sebagai penghasil rempah – rempah. (± 5 menit) 4) Pre Test (menanyakan apa faktor yang menyebabkan keberadaan Indonesia menjadi penting bagi perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa. (± 2 menit) 5) Acuan : menjelaskan indikator yang hendak dicapai. (± 1 menit) B. Kegiatan Inti (± 65 menit) 1. Eksplorasi (± 20 menit) Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Peserta didik masuk ke kelas untuk membaca buku literatur yang relevan. (± 2 menit) 2) Alami, guru menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang sering dialami peserta didik (guru menanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik , apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat rempah – rempah yang jadi incaran bangsa Eropa ?) (± 10 menit)
Lampiran 1
3) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (± 3 menit) 4) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (± 3 menit) 5) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (± 2 menit) 2. Elaborasi (± 35 menit) Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) Namai, guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok, kelompok terdiri dari 6 orang. Setiap kelompok menamakan kelompok diskusinya sesuai dengan nama bangsa – bangsa luar yang datang ke Indonesia. (± 10 menit) 2) Demonstrasikan, kelompok yang sudah dibagi diminta untuk mendiskusikan tentang penyebab latar belakang kedatangan bangsa Eropa di Indonesia dan mendeskripsikan tujuan masing – masing bangsa luar yang datang ke Indonesia. Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. (± 25 menit) 3. Konfirmasi (± 10 menit) Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. (± 5 menit) 2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (± 5 menit) C. Kegiatan Penutup (± 5 menit) Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Ulangi, pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya ingat (post tes dengan menggunakan permainan screamble). (± 3 menit) 2) Rayakan, siswa yang bisa menjawab pertanyaan diberikan pujian dan tepuk tangan. 3) Menutup pelajaran secara Islami 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
Lampiran 1
8. Sumber Bacaan/ Alat Sumber: 1. Muh, Nurdin, dkk, Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (2008). 2. Acuan Pengayaan Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial (LKS) Kelas VII Semester 2. Jawa Tengah: CV Fathihul Ihsan. 3. Buku Atlas dan Peta Sejarah Alat: Kertas , spidol, whiteboard, Laptop, Power Point, Proyektor 9. Penilaian Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Tes tulis
Tes Uraian
Jelaskan faktor yang menyebabkan keberadaan Indonesia menjadi penting bagi perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa !
Rubrik Penilaian Diskusi Aspek yang dinilai
Nilai Nilai kualitatif kuantitatif
Kemampuan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi Partisipasi dalam diskusi Kerja sama dalam kelompok Nilai rata-rata Komentar
Kriteria Penilaian: Nilai kualitatif Memuaskan Baik Cukup
Nilai kuantitatif 4 > 80 3 68 – 79 2 56 – 67
Deskripsi (Alasan)
Lampiran 1
Kurang
1
< 55
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 178 Jakarta
Jakarta, 30 Maret 2015 Guru Praktikan
Drs. SUSMULYADI, M.Pd NIP.195610121931031008
RIA LINIARTI NIM.1111015000070
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : :
SMP Negeri 178 Jakarta Ilmu Pengetahuan Sosial VII / 2
Kelas Eksperimen Pertemuan IV 1. Standar Kompetensi Memahami Perkembangan Masyarakat Sejak Masa Hindu Budha Sampai Masa Kolonial Eropa. 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, pemerintahan pada masa kolonial Eropa.
kebudayaan,
dan
3. Indikator a. Menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. b. Mengidentifikasi cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. c. Mengidentifikasi reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. d. Mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. 4. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu untuk: a. Siswa mampu menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. b. Siswa mampu menjelaskan cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. c. Siswa mampu menjelaskan reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. d. Siswa mampu mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. 5. Materi Pokok Masa Kolonial Eropa di Indonesia. 6. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran Quantum Teaching
Lampiran 1
7. Langkah – langkah Pembelajaran Dalam proses pembelajaran ini guru menggunakan pendekatan Quantum Teaching yang berdasar pada asas utama, ”Bawalah Dunia Mereka Ke Dalam Dunia Kita, Dan Antarkan Dunia Kita Ke Dunia Mereka”. Langkah-langkah pembelajaran mengacu pada teknik TANDUR yang terinci di bawah ini: A. Kegiatan Awal (± 10 menit) Apersepsi 1) Memberi Salam dan berdoa sebelum belajar. (± 1 menit) 2) Memeriksa kehadiran peserta didik (± 1 menit) 3) Mengingatkan kembali materi yang telah lalu tentang proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia dan cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. (± 1 menit) 4) Pemberian motivasi dengan memberikan video motivasi, guru menyampaikan awal pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran melalui pemberian sugesti yang positif kepada peserta didik, Tumbuhkan minat belajar dengan memuaskan rasa penasaran dan ingin tahu peserta didik dengan memberikan sebuah gambar beberapa orang asing yang datang ke Indonesia. (± 3 menit) 5) Pre Test (menanyakan bangsa dari mana saja yang datang ke Indonesia untuk monopoli perdagangan, penyebaran agama, dan penjajahan). (± 3 menit) 6) Acuan : menjelaskan indikator yang hendak dicapai. (± 1 menit) B. Kegiatan Inti (± 65 menit) 1. Eksplorasi (± 20 menit) Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Peserta didik masuk ke kelas untuk membaca buku literatur yang relevan. (± 2 menit) 2) Alami, guru menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang sering dialami peserta didik (guru menanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik , apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat benda peninggalan yang dianggap keramat oleh bangsa Indonesia) (± 10 menit)
Lampiran 1
3) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (± 3 menit) 4) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (± 3 menit) 5) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (± 2 menit) 2. Elaborasi (± 35 menit) Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) Namai, guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok yang terdiri dari 3 kelompok. Setiap kelompok menamakan kelompok diskusinya sesuai dengan nama masa kolonial yang ada di Indonesia. (± 10 menit) 2) Demonstrasikan, Setiap kelompok mendiskusikan tentang masa kolonial di Indonesia dengan membuat peta konsep (mind mapping). Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. (± 25 menit) 1. Konfirmasi (± 10 menit) Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik. (± 5 menit) 2) Guru bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (± 5 menit) C. Kegiatan Penutup (± 5 menit) Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Ulangi, pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya ingat (post test dengan menggunakan permainan talking stick). (± 3 menit) 2) Rayakan, siswa yang bisa menjawab pertanyaan diberikan pujian dan tepuk tangan. 3) Menutup pelajaran secara Islami 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
Lampiran 1
7. Sumber Bacaan/ Alat Sumber: 1. Muh, Nurdin, dkk, Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (2008). 2. Acuan Pengayaan Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial (LKS) Kelas VII Semester 2. Jawa Tengah: CV Fathihul Ihsan. 3. Buku Atlas dan Peta Sejarah Alat: Kertas , spidol, whiteboard, Laptop, Power Point, Proyektor 8. Penilaian Penilaian Teknik Test Tulis
Bentuk Instrumen Tes Uraian
Rubrik Penilaian Diskusi Aspek yang dinilai
Contoh Instrumen Sebutkan beberapa peninggalan peninggalan bangsa Eropa yang dianggap keramat di Indonesia
Nilai Nilai kualitatif kuantitatif
Kemampuan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi Partisipasi dalam diskusi Kerja sama dalam kelompok Nilai rata-rata Komentar
Kriteria Penilaian: Nilai kualitatif Nilai kuantitatif Memuaskan 4 > 80 Baik 3 68 – 79 Cukup 2 56 – 67 Kurang 1 < 55
Deskripsi (Alasan)
Lampiran 1
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 178 Jakarta
Jakarta, 30 Maret 2015 Guru Praktikan
Drs. SUSMULYADI, M.Pd NIP.195610121931031008
RIA LINIARTI NIM.1111015000070
Lampiran 1
MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA
A. Faktor Pendorong Bangsa Eropa Datang Ke Indonesia Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia dipengaruhi dari beberapa faktor, diantaranya: 1. Jatuhnya Konstantinopel Jatuhnya Konstantinopel, ibukota Romawi Timur ke tangan Kesultanan Turki pada tahun 1453 menyebabkan putusnya hubungan dagang ke dunia Timur. Bangsa Barat berusaha mencari jalan sendiri ke pusat rempah-rempah di Asia.
2. Adanya Merkantilisme Merkantilisme adalah pandangan hidup dimana standar kesejahteraan diukur dari kekayaan (emas) yang dimiliki, dengan itu dia menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan tersebut. Dan paham inilah yang dianut negara-negara Eropa ketika itu, yang menjadikannya sebagai kebijakan politik. Karena itu negara Eropa mulai melakukan observasi daerah jajahan, dan salah satunya tujuannya adalah Indonesia. 3. Revolusi Industri Revolusi industri adalah langkah efisiensi dalam produksi, yaitu dengan menggunakan mesin-mesin industri untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan. Hal ini menjadikan hasil produksi lebih cepat dan lebih murah, sehingga sangat menguntungkan. 4. Adanya Semangat 3 G a. Keinginan mencari kekayaan (Gold). b. Keinginan menyebarkan agama Nasrani (Gospel).
Lampiran 1
c. Keinginan mencari kejayaan dan kemuliaan (Glory).
B. Kedatangan Bangsa Eropa Ke Indonesia 1. Kedatangan Portugis ke Indonesia Pada
tahun
1511,
Portugis
di
bawah
pimpinan
Alfonso
d’Albuquerque berhasil menguasai Malaka. Selanjutnya Alfonso d’Albuquerque mengirim ekspedisi ke Ternate dan Tidore. Pada tahun 1512, Portugis dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku. Hal ini diperkuat dengan dibangunnya benteng Saint John di Ternate. Selain mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis juga aktif menyebarkan agama Katolik. Salah satu pendeta bangsa Portugis yang giat menyebarkan agama Katholik adalah Fransiscus Xaverius. Di masa pemerintahanSultan Baabullah perlawanan menguat dan akhirnya pada tahun 1575 Portugis dapat diusir. 2. Kedatangan Spanyol ke Indonesia Keberhasilan Portugis sampai ke Indonesia, terutama tempat rempah-rempah membuat Spanyol ingin mengikuti jejak Portugis, karena memang dua negara ini sangat berambisi menguasai dunia ketika itu. Pada tanggal 8 November 1512, kapal dagang Spanyol berhasil berlabuh di Maluku tepatnya di Tidore. Selanjutnya Spanyol bersekutu dengan Tidore sedang Portugis bersekutu dengan Ternate. Perebutan wilayah membuat Spanyol dan Portugis saling bersaing. Hingga pada tahun 1534 ditandatangani Perjanjian Saragosa yang dipimpin oleh Paus. Isi perjanjian itu membagi dunia menjadi 2 wilayah : 1. Daerah sebelah utara garis Saragosa adalah wilayah penguasaan Portugis (termasuk wilayah Maluku). 2. Daerah sebelah selatan garis Saragosa adalah wilayah penguasaan Spanyol. Dengan adanya perjanjian itu membuat Spanyol kembali berkonsentrasi ke Manila.
Lampiran 1
3. Kedatangan Belanda ke Indonesia Karena perang melawan spanyol yang berkepanjangan (1568 – 1648) telah membuat ekonomi Belanda terpuruk, maka Belanda pun mulai berpikir untuk mencari daerah jajahan yang bisa memperkuat ekonomi mereka. Terinspirasi dari keberhasilan
Portugis
dan
Spanyol
menjajah
wilayah
Asia
tenggara
yang mendatangkan keuntungan besar, maka Belanda pun mulai melakukan ekspedisi ke Asia Tenggara yaitu Indonesia yang terkenal mempunyai hasil rempah-rempah yang melimpah. Belanda pertama kali datang ke Indonesia di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan De Keyzer pada tahun 1596 di Banten. Dia awal kedatangannya, rombongan dagang Belanda ini disambut baik oleh penduduk pesisir, karena niat mereka untuk berdagang dengan penduduk lokal. Tapi kemudian karena bersikap sombong dan kasar, mereka diusir oleh penduduk Banten. Belanda datang kembali ke Banten pada tahun 1598 di bawah pimpinan Van Nede dan Van Heemskerck. Untuk kedatangannya yang kedua ini, Belanda disambut penduduk Banten dengan baik. Pada tahun 1599 rombongan Belanda yang dipimpin Jacob van Neck juga mendarat di Maluku. Hal ini disambut rakyat Maluku dengan baik, karena pada saat itu rakyat Maluku sedang bersitegang dengan Portugis. Kejadian ini membuat Belanda mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Kemudian agar pemerintah Belanda mendapatkan keuntungan yang banyak maka atas usulan Olden Berneveldt, pada 20 Maret 1602 Belanda mendirikan kongsi dagang yang bernama bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) yang berkantor di Banten dan dikepalai oleh Francois Wittert. Tujuan didirikannya VOC adalah:
Lampiran 1
a. Menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda. b. Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia. c. Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol. 4. Bangsa Inggris memasuki Indonesia Pada tahun 1600 pemerintah Inggris mendirikan East India Company (EIC) yang berpusat di India. Dalam upaya untuk mendapatkan rempah-rempah di Indonesia, pada tahun 1602 Inggris mengirimkan utusannya yang dipimpin oleh Kapten James Lancester ke Banten. Utusan kerajaan Inggris itu diterima oleh Sultan Banten dan diberi izin mendirikan kantor dagang di Banten. Selain di Banten, EIC (Inggris) juga mendirikan kantor dagang di Jayakarta. Sekitar akhir abad XVI, Inggris telah mengadakan hubungan dagang dengan Gowa, Makassar, dan Aceh. Namun, Inggris tidak disukai oleh masyarakat di wilayah tersebut karena bersikap otoriter dan memaksakan kehendak pada masyarakat pribumi demi keuntungan mereka. Kemudian pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Raflles yang diangkat sebagai pemimpin Inggris atas wilayah Indonesia, memberikan kesempatan pada penduduk Indonesia untuk melaksanakan perdagangan bebas.
Lampiran 1
C. Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan dan Pemerintahan pada masa Kolonial Eropa 1. Masa kolonial Portugis Portugis di Indonesia menanamkan kekuasaannya dengan cara yang kejam dan bertindak sewenang-wenang kepada rakyat. Keadaan ini membuat rakyat melakukan perlawanan terhadap Portugis. Dan pada kenyataannya Portugis memang hanya dapat menguasai Ternate saja, karena selalu gagal memasuki daerah lain di Indonesia. Kebudayaan rohani yang ditinggalkan berupa penyebaran agama Katolik di Ambon, Maluku. Banyak masyarakat Ambon yang akhirnya memeluk agama Katolik. Bangsa Portugis juga meninggalkan benda-benda yang akhirnya dianggap keramat oleh bangsa Indonesia, seperti meriam-meriam yang terkenal dengan nama Nyai Setomi di Solo, Si Jagur di Jakarta, dan Ki Amuk di Banten. 2. Masa kolonial Spanyol Bangsa Spanyol hanya dapat memengaruhi masyarakat Tidore, akan tetapi tidak semua rakyat Tidore terpengaruh dan masa kolonial Spanyol juga tidak berjalan lama karena rakyat Tidore melakukan perlawanan. Karena tidak lama berkuasa
maka
hampir
tidak
ada
pengaruh
kekuasaan
Spanyol
dalam perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan bagi rakyat Tidore. 3. Masa kolonial Belanda Dengan berdirinya VOC sebagai pesekutuan dagang Belanda, maka Indonesia ketika itu telah memasuki era penjajahan Belanda. Kepengurusan VOC terdiri dari 17 orang (Heren Zeventien) yang berkedudukan di Amsterdam. Untuk memperkuat kedudukannya, oleh pemerintah Belanda VOC diberikan modal 6,5 juta gulden Belanda dan Hak Octrooi (hak-hak istimewa), yaitu: 1. Memiliki tentara dan mendirikan benteng. 2. Menduduki daerah asing. 3. Mengangkat pegawai. 4. Mengadakan perjanjian dengan penguasa setempat. 5. Membentuk pengadilan.
Lampiran 1
6. Membuat Undang-Undang, dan lain-lain. Di samping itu juga diangkat pemimpin tertinggi VOC yang diberi gelar Gubernur Jenderal. Gubernur Jenderal yang pernah memimpin VOC antara lain : a. Pieter Both; Gubernur Jenderal pertama VOC yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon. b. Jean Pieterzoon Coen; Gubernur Jenderal VOC kedua yang memindahkan pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta (Batavia). Pemerintah Belanda dengan VOC bertindak kejam dan memeras hasil pertanian atau pun perkebunan rakyat guna kepentingan bangsa Belanda. Hal ini menyebabkan rakyat Indonesia menderita dan sengsara. Setelah VOC berkuasa selama ± 200 tahun, ternyata mengalami kebangkrutan dan kemunduran. Pemerintahan Daendels di Indonesia (1808-1811) Herman Willem Daendels dikirim ke Indonesia oleh Louis Napoleon Bonaparte dan diberi tugas untuk mengatur pemerintahan Indonesia serta mempertahankan Indonesia (Pulau Jawa) dari serangan Inggris. Langkah-langkah yang ditempuh Daendels di Indonesia antara lain: a. Di bidang Militer b. Di Bidang Keuangan c. Di Bidang Perhubungan d. Di Bidang Politik Tindakan Daendels kejam dan sewenang-wenang, sehingga ia terkenal dengan sebutan “Gubernur Tangan Besi”. Tindakan Daendels yang menjual tanah kepada Hou Ti Ko tidak dibenarkan oleh Louis Napoleon Bonaparte. Daendels dinyatakan bersalah, maka ia ditarik ke negeri Belanda dan digantikan oleh Gubernur Jenderal Jan Willem Jansens (1811). Ternyata Jansens lemah dan kurang cakap, sehingga Inggris berani menyerang kekuasaan Belanda di Indonesia. Belanda kalah dan harus menandatangani Perjanjian Kapitulasi Tuntang pada tahun 1811. Sejak saat itu Indonesia dikuasai Inggris. 4. Masa kolonial Inggris
Lampiran 1
Pada masa kolonial Inggris, perdagangan di Indonesia dimonopoli oleh EIC. Akan tetapi ini tidak berjalan dengan baik karena selalu terdesak oleh VOC. Pada masa Gubernur Jenderal Raffles, rakyat Indonesia diperhatikan sehingga kehidupan lebih baik. Raffles membagi daerah Jawa atas 16 daerah karesidenan, dengan tujuan untuk mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasainya. Di samping itu, Raffles juga membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pada pengadilan Inggris. Setelah Raffles selesai bertugas di Indonesia dan ditarik kembali ke Inggris, pemerintahan Indonesia kembali ke pangkuan penjajah Belanda. D. Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Bangsa Eropa 1. Perlawanan rakyat Aceh melawan Portugis 2. Perlawanan rakyat Ternate melawan Portugis 3. Perlawanan rakyat Maluku (Ternate-Tidore) melawan VOC 4. Perlawanan Mataram melawan VOC 5. Perlawanan Trunojoyo melawan VOC 6. Perlawanan Untung Suropati melawan VOC 7. Perlawanan Pangeran Mangubumi dan R.M. Said melawan VOC 8. Perlawanan rakyat Makassar melawan VOC E. Pengaruh Nilai-nilai Budaya Bangsa Barat Bagi Kehidupan Masyarakat 1. Bidang Adat Istiadat 2. Bidang pendidikan 3. Bidang kesenian 4. Bidang Hukum
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : :
SMP Negeri 178 Jakarta Ilmu Pengetahuan Sosial VII / 2
Kelas Eksperimen Pertemuan V 1. Standar Kompetensi Memahami Pola Kegiatan Ekonomi. 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi. 3. Indikator a. Mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian, non pertanian). b. Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan. c. Menguraikan pola pemukiman penduduk (mengikuti alur sungai, jalan, pantai). 4. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu untuk: a. Siswa mampu mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian, non pertanian) b. Siswa mampu mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan. c. Siswa mampu menguraikan pola pemukiman penduduk (mengikuti alur sungai, jalan, pantai). 5. Materi Pokok Pola Kegiatan Ekonomi. 6. Alokasi Waktu 2 jam pelajaran (1x pertemuan). 7. Metode Pembelajaran Model Pembelajaran Quantum Teaching
Lampiran 1
8. Langkah – langkah Pembelajaran Dalam proses pembelajaran ini guru menggunakan pendekatan Quantum Teaching yang berdasar pada asas utama, ”Bawalah Dunia Mereka Ke Dalam Dunia Kita, Dan Antarkan Dunia Kita Ke Dunia Mereka”. Langkah-langkah pembelajaran mengacu pada teknik TANDUR yang terinci di bawah ini: A. Kegiatan Awal (± 10 menit) Apersepsi 1) Memberi Salam dan berdoa sebelum belajar. (± 1 menit) 2) Memeriksa kehadiran peserta didik. (± 1 menit) 3) Pemberian motivasi dengan memberikan video motivasi, guru menyampaikan awal pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran melalui pemberian sugesti yang positif kepada peserta didik, Tumbuhkan minat belajar dengan memuaskan rasa penasaran dan ingin tahu peserta didik dengan memberikan sebuah gambaran tentang berbagai mata pencaharian penduduk di pedesaan maupun di perkotaan. (± 5 menit) 4) Pre Test (menanyakan kepada peserta didik apa yang dimaksud dengan mata pencaharian Penduduk. (± 2 menit) 5) Acuan : menjelaskan indikator yang hendak dicapai. (± 1 menit) B. Kegiatan Inti (± 65 menit) 1. Eksplorasi (± 20 menit) Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Peserta didik masuk ke kelas untuk membaca buku literatur yang relevan. (± 2 menit) 2) Alami, guru menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang sering dialami peserta didik (guru menanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik , apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi ?) (± 10 menit) 3) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (± 3 menit) 4) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (± 3 menit)
Lampiran 1
5) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (± 2 menit) 2. Elaborasi (± 35 menit) Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) Namai, guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok, kelompok terdiri dari 6 orang. Setiap kelompok menamakan kelompok diskusinya sesuai dengan nama yang berhubungan dengan pola kegiatan ekonomi. (± 10 menit) 2) Demonstrasikan, kelompok yang sudah dibagi diminta untuk mendiskusikan tentang pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi dengan membuat peta pikiran (mind mapping). Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. (± 25 menit) 3. Konfirmasi (± 10 menit) Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. (± 5 menit) 2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (± 5 menit) C. Kegiatan Penutup (± 5 menit) Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Ulangi, pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya ingat (post tes dengan menggunakan permainan talking stick). (± 3 menit) 2) Rayakan, siswa yang bisa menjawab pertanyaan diberikan pujian dan tepuk tangan. 3) Menutup pelajaran secara Islami. 4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. 8. Sumber Bacaan/ Alat Sumber: 1. Muh, Nurdin, dkk, Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (2008).
Lampiran 1
2. Acuan Pengayaan Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial (LKS) Kelas VII Semester 2. Jawa Tengah: CV Fathihul Ihsan. 3. Buku Atlas dan Peta Sejarah Alat: Kertas , spidol, whiteboard, Laptop, Power Point, Proyektor 9. Penilaian Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Tes lisan
Tes Uraian
Tes Tulis
Pekerjaan Rumah
Apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi ? Buku Paket IPS halaman 247, bagian I
Rubrik Penilaian Diskusi Aspek yang dinilai Kemampuan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi Partisipasi dalam diskusi Kerja sama dalam kelompok Nilai rata-rata Komentar
Nilai Nilai kualitatif kuantitatif
Deskripsi (Alasan)
Lampiran 1
Kriteria Penilaian: Nilai kualitatif Memuaskan Baik Cukup Kurang
Nilai kuantitatif 4 > 80 3 68 – 79 2 56 – 67 1 < 55
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 178 Jakarta
Jakarta, 13 April 2015 Guru Praktikan
Drs. SUSMULYADI, M.Pd NIP.195610121931031008
RIA LINIARTI NIM.1111015000070
Lampiran 1
POLA KEGIATAN EKONOMI 1. Pola Kegiatan Ekonomi Penduduk Ingatkah kamu bahwa bentuk permukaan bumi tidak rata? Ada yang berupa dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan. Nah, dalam usaha memenuhi kebutuhannya, manusia memanfaatkan lingkungannya. Dengan demikian, kegiatan ekonomi penduduk pun berkaitan erat dengan lingkungannya. Berbicara tentang kegiatan ekonomi penduduk artinya berbicara tentang mata pencaharian penduduk. Mata pencaharian merupakan suatu kegiatan sehari-hari penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, penduduk berusaha mencari lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuannya. Mata pencaharian dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, berdasarkan tempat (desa dan kota) dan berdasarkan jenis pekerjaan (pertanian dan bukan pertanian). a. Mata Pencaharian di Bidang Pertanian Pengertian pertanian dapat dibedakan atas pengertian dalam arti luas dan pengertian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Dalam arti sempit, pertanian meliputi kegiatan bercocok tanam tanaman pangan, seperti padi, jagung, ketela, tanaman palawija, dll. 1) Pertanian Pertanian merupakan mata pencaharian yang telah berabad-abad dilakukan sebagian besar penduduk Indonesia. Itulah sebabnya, Indonesia sering juga disebut sebagai negara agraris. Bentuk-bentuk pertanian yang dilakukan oleh penduduk di bidang pertanian meliputi berladang, bertegalan, bersawah. Berladang ialah bentuk kegiatan pertanian dengan memanfaatkan lahan di sekitar hutan. Kegiatan berladang dulunya dilakukan secara berpindah-pindah. Penduduk membakar hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Setelah panen, penduduk
Lampiran 1
pindah ke tempat lain dan membakar hutan yang lain lagi untuk dijadikan lahan yang baru. Bertegalan ialah bertani di tanah kering dengan mengandalkan air hujan, tetapi pengolahannya sudah menetap. Hasilnya antara lain padi gogo, umbi-umbian, jagung, dan palawija. Bersawah ialah bertani dengan sistem pengairan dan pemupukan yang teratur. Ada beberapa cara bersawah, yaitu sawah tadah hujan (pengairannya diperoleh dari air hujan), sawah irigasi (pengairannya melalui saluran-saluran irigasi), sawah lebak (sawah yang memanfaatkan bantaran sungai), sawah pasang surut (sawah yang terdapat di muara sungai besar dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut). 2) Perkebunan Perkebunan ialah usaha pembudidayaan tanaman pada lahan yang luas yang menghasilkan bahan untuk industri. Terdapat dua macam perkebunan: perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Jenis tanaman perkebunan ialah karet, kelapa sawit, teh, tembakau, cengkih, cokelat, tebu. 3) Perikanan Perikanan merupakan usaha pemeliharaan, pembudidayaan, dan penangkapan ikan. Perikanan dibedakan menjadi dua, yaitu perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan darat terbagi dua, yaitu perikanan air tawar dan perikanan tambak yang terdapat di sepanjang pantai yang landai. 4) Peternakan Peternakan meliputi usaha pemeliharaan dan pembiakan hewan ternak. Menurut ukuran hewan ternaknya, peternakan dibagi tiga golongan. Peternakan unggas meliputi peternakan ayam kampung, ayam ras, itik, angsa, dan burung. Peternakan hewan kecil meliputi peternakan kambing, domba, babi, kelinci. Peternakah hewan besar meliputi peternakan sapi, kerbau, dan kuda.
Lampiran 1
5) Kehutanan Hutan sangat bermanfaat bagi makhluk hidup. Hutan dapat dijadikan sumber mata pencaharian. Dari hutan, kita dapat mengambil kayu, rotan, dan damar. Pengelolaan hutan yang menghasilkan kayu untuk industri dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan swasta. Pengelolaan hutan yang salah dapat mendatangkan bencana bagi makhluk hidup di sekitarnya bahkan di dunia. Hal itu disebabkan hutan merupakan paru-paru dunia. b. Mata Pencaharian di Bidang Nonpertanian Mata pencaharian nonpertanian meliputi pertambangan, perindustrian, perdagangan, pariwisata, dan jasa. 1) Pertambangan Termasuk dalam kegiatan pertambangan antara lain ialah penyelidikan, pengambilan, dan pengolahan barang tambang. Barang tambang terdapat di dalam bumi. Untuk mengetahui keberadaan suatu barang tambang, dilakukan kegiatan penelitian atau eksplorasi. Jika hasil eksplorasi menunjukkan terdapat barang tambang yang memiliki nilai ekonomi tinggi di suatu tempat, dilakukanlah eksploitasi atau pengambilan barang tambang tersebut. Menurut wujudnya, barang tambang dapat dibedakan menjadi (1) barang tambang padat seperti emas, perak, batu bara; (2) barang tambang cair seperti minyak bumi, dan (3) barang tambang gas
seperti
gas
alam.
Menurut
kegunaannya,
barang
tambang
dapat
dikelompokkan menjadi (1) barang tambang energi migas, seperti minyak bumi dan gas bumi, (2) barang tambang energi nonmigas seperti batu bara, (3) barang tambang mineral logam, seperti emas, perak, bauksit, nikel; (4) bahan tambang meniral nonlogam seperti aspal, fosfat; (5) batuan seperti marmer, pasir besi, koalin.
Lampiran 1
2) Perindustrian Perindustrian merupakan kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan menggunakan sarana dan peralatan. Industri dapat dibedakan menjadi (1) industri rumah tangga yang diusahakan oleh keluarga dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 5 orang, (2) industri kecil dengan jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang, (3) industri sedang dengan jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang, (4) industri besar dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Produk industri antara lain, mie, tahu, benang, tekstil, pakaian jadi, mebel, besi baja. 3) Pariwisata Indonesia memiliki potensi alam yang indah. Keindahan itu dapat menjadi sumber pendapatan penduduk setempat. Untuk dapat dijadikan sebagai objek wisata, daerah tujuan wisata tersebut harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Keberadaan suatu objek wisata dapat membuka kesempatan kerja bagi banyak sektor lain, misalnya usaha cinderamata, usaha jasa perhotelan, jasa transportasi. 4) Jasa Jasa merupakan aktivitas yang dapat dijual kepada orang lain. Misalnya, guru menjual jasa berupa mengajar anak didiknya. Polisi menjual jasanya menjaga keamanan. Ada berbagai jenis pekerjaan di bidang penjualan jasa. Beberapa di antaranya ialah bidang transportasi, pendidikan, kesehatan, hukum, komunikasi. 2. Penggunaan Lahan Ingatlah bahwa dalam usaha memenuhi kebutuhannya, manusia berusaha beradaptasi dan memanfaatkan lingkungannya. Manusia hidup di atas tanah. Dengan demikian, tanah sangat penting bagi manusia. Lahan adalah tanah garapan. Artinya, lahan adalah tanah yang memiliki nilai atau kegunaan. Nah,
Lampiran 1
bagaimana manusia memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya? Penggunaan lahan antara satu tempat dan tempat lain berbada. Secara umum, dapat dibedakan penggunaan lahan di desa dan penggunaan lahan di kota a. Penggunaan Lahan di Pedesaan Penggunaan lahan di pedesaan bergantung pada kehidupan sosial dan ekonomi di desa tersebut. Penggunaan lahan untuk kehidupan sosial penduduk pedesaan dicerminkan oleh aktivitas pengelolaan lahan untuk menunjang: 1) kehidupan beribadah: adanya bangunan tempat ibadah 2) kehidupan berkeluarga: adanya rumah-rumah tempat tinggal dan halamannya 3) kehidupan bersekolah: adanya bangunan-bangunan sekolah, dan 4) kehidupan bersosialisasi: adanya lapangan tempat berkumpul dengan penduduk lainnya. Kehidupan ekonomi penduduk pedesaan dicerminkan oleh aktivitas dalam menggunakan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Kehidupan ekonomi penduduk juga bergantung pada potensi alam yang dimiliki desa tersebut. Berdasarkan
mata
pencahariannya,
desa
dan
penggunaan
lahannya
diklasifikasikan seperti berikut. 1) Desa pertanian: sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan pertanian, sedangkan sebagian kecil lahannya digunakan untuk perikanan, peternakan, dan aktivitas perdagangan. 2) Desa perkebunan: sebagian besar lahannya digunakan sebagai lahan perkebunan, sedangkan sebagian kecil lahannya digunakan untuk perikanan, peternakan, dan perdagangan. 3) Desa nelayan: sebagain besar penduduknya menggunakan laut sebagai sumber mata pencahariannya. Adapun aktivitas penunjang di darat untuk pengolahan hasil tangkapan seperti tempat menjemur ikan, peternakan, dan perdagangan.
Lampiran 1
b. Penggunaan Lahan di Perkotaan Kota merupakan tempat berkumpulnya masyarakat dengan berbagai aktivitas. Jumlah penduduk di kota lebih padat. Akibatnya, lahan di kota bernilai ekonomis lebih
tinggi.
Berdasarkan
fungsinya,
kota
dan
penggunaan
lahannya
diklasifikasikan seperti berikut. 1) Pusat pemerintahan: lahan digunakan untuk bangunan kantor-kantor pemerintahan mulai dari tingkat kelurahan sampai kantor presiden 2) Pusat perdagangan: lahan digunakan untuk bangunan pasar-pasar, mulai dari pasar tradisional sampai pusat-pusat pertokoan dan mal 3) Pusat perindustrian: lahan digunakan untuk pabrik, gudang, dll. 4) Pusat pendidikan: lahan digunakan untuk bangunan sekolah, mulai dari TK sampai perguruan tinggi, lengkap dengan sarana olahraga, dll. 5) Pusat kesehatan: lahan digunakan untuk bangunan rumah sakit, puskesmas, laboratorium, dll. 6) Pusat rekreasi: lahan digunakan untuk sarana rekreasi 7) Pusat pertahanan dan keamanan negara: lahan digunakan untuk markas tentara dan polisi dan semua yang terkait dengan aktivitasnya. 3. Pola Permukiman Permukiman merupakan kumpulan tempat tinggal manusia di suatu kawasan tertentu. Manusia biasa membangun perumahan-perumahan yang berdekatan satu sama lain, karena pola interaksi manusia sebagai makhluk sosial. Permukimanpermukiman yang dibangun oleh penduduk di suatu kawasan akan sangat tergantung kepada kondisi lingkungan di kawasan tersebut. Oleh karena itu, polapola pemukiman di setiap wilayah memiliki ciri tersendiri. Namun secara umum, terdapat tiga pola permukiman yang banyak dijumpai di Indonesia, yaitu pola memanjang (linier), pola terpusat (nucleated), dan pola tersebar (dispersed).
Lampiran 1
1. Pola Memanjang (Linier) Pola memanjang permukiman penduduk dikatakan linier bila rumah-rumah yang dibangun membentuk pola berderet-deret hingga panjang. Pola memanjang umumnya ditemukan pada kawasan permukiman yang berada di tepi sungai, jalan raya, atau garis pantai. Pola ini dapat terbentuk karena kondisi lahan di kawasan tersebut memang menuntut adanya pola ini. Seperti kita ketahui, sungai, jalan, maupun garis pantai memanjang dari satu titik tertentu ke titik lainnya, sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut pun membangun rumah-rumah mereka dengan menyesuaikan diri pada keadaan tersebut. a. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Alur Sungai b. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Jalan Raya c. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Rel Kereta Api d. Pola Permukiman Linier di Sepanjang Pantai
2. Pola Terpusat (Nucleated) Pola terpusat merupakan pola permukiman penduduk di mana rumah-rumah yang dibangun memusat pada satu titik. Pola terpusat umumnya ditemukan pada kawasan permukiman di desa-desa yang terletak di kawasan pegunungan. Pola ini biasanya dibangun oleh penduduk yang masih satu keturunan.
Lampiran 1
3. Pola Tersebar (Dispersed) Pada pola tersebar, rumah-rumah penduduk dibangun di kawasan luas dan bertanah kering yang menyebar dan agak renggang satu sama lain. Pola tersebar umumnya ditemukan pada kawasan luas yang bertanah kering. Pola ini dapat terbentuk karena penduduk mencoba untuk bermukim di dekat suatu sumber air, terutama air tanah, sehingga rumah dibangun pada titik-titik yang memiliki sumber air bagus.
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : :
SMP Negeri 178 Jakarta Ilmu Pengetahuan Sosial VII / 2
Kelas Kontrol Pertemuan 1 1. Standar Kompetensi Memahami Perkembangan Masyarakat Sejak Masa Hindu Budha di Indonesia 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu Budha, serta peninggalan-peninggalannya. 3. Indikator a. Mendeskripsikan masuk dan berkembangnya agama Hindu Budha di Indonesia. b. Memaparkan konsep ajaran Hindu Budha di Indonesia. c. Mendeskripsikan Perdagangan India dengan Indonesia. d. Memaparkan perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia. e. Menjelaskan kerajaan Hindu Budha di Indonesia. f. Mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan – peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. g. Menunjukkan tempat-tempat peningalan sejarah Hindu Budha di Indonesia. 4. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu untuk: a. Siswa mampu mendeskripsikan masuk dan berkembangnya agama Hindu Budha di Indonesia. b. Siswa mampu memaparkan konsep ajaran Hindu Budha di Indonesia. c. Siswa mampu mendeskripsikan Perdagangan India dengan Indonesia. d. Siswa mampu memaparkan perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia. e. Siswa mampu menjelaskan kerajaan Hindu Budha di Indonesia. f. Siswa mampu mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan – peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah.
Lampiran 2
g. Siswa mampu menunjukkan tempat-tempat peningalan sejarah Hindu Budha di Indonesia. 5. Materi Pokok Perkembangan Pada Masa Hindu Budha di Indonesia. 6. Alokasi Waktu 4 jam pelajaran (2x pertemuan). 7. Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok. 8. Langkah – langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal (± 10 menit) Apersepsi 1) Memberi Salam dan berdoa sebelum belajar. (± 1 menit) 2) Memeriksa kehadiran peserta didik. (± 1 menit) 3) Pemberian motivasi dengan memberikan video motivasi, guru menyampaikan awal pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran melalui pemberian sugesti yang positif kepada peserta didik. (± 5 menit) 4) Pre Test (menanyakan bagaimana proses masuknya pengaruh agama Hindu maupun agama Budha ke Indonesia). (± 3 menit) B. Kegiatan Inti (± 65 menit) 1. Eksplorasi (± 20 menit) Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Guru menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang sering dialami peserta didik (guru menanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik , apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat patung peninggalan Hindu dan Budha di Indonesia?) (± 10 menit) 2) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (± 5 menit) 3) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (± 3 menit) 4) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (± 2 menit) 2. Elaborasi (± 35 menit)
Lampiran 2
Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) Guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok, 1 kelompok terdiri dari 12 orang. (± 3 menit) 2) Guru menjelaskan langkah-langkah diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok) kepada peserta didik. (± 2 menit) 3) Kelompok yang sudah dibagi diminta untuk mengerjakan LKK yang telah diberikan oleh guru dan mendiskusikan tentang proses dan berkembangnya Hindu Budha dan daerah – daerah yang dipengaruhi unsur Hindu Budha di Indonesia. Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengumpulkan LKK dan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. (± 30 menit) 3. Konfirmasi (± 10 menit) Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. (± 5 menit) 2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (± 5 menit) C. Kegiatan Penutup (± 5 menit) Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya ingat (post tes dengan menggunakan permainan cerdas cermat). (± 5 menit) 2) Menutup pelajaran secara Islami 8. Sumber Bacaan/ Alat Sumber: 1. Muh, Nurdin, dkk, Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (2008). 2. Acuan Pengayaan Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial (LKS) Kelas VII Semester 2. Jawa Tengah: CV Fathihul Ihsan. 3. Buku Atlas dan Peta Sejarah Alat: Kertas , spidol, whiteboard, Laptop, Power Point, Proyektor
Lampiran 2
9. Penilaian Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Tes tulis
Tes Uraian
Jelaskan proses masuknya agama Hindu dan Budha ke Indonesia
Rubrik Penilaian Diskusi Aspek yang dinilai
Nilai Nilai kualitatif Kuantitatif
Deskripsi (Alasan)
Kemampuan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi Partisipasi dalam diskusi Kerja sama dalam kelompok Nilai rata-rata Komentar
Kriteria Penilaian: Nilai kualitatif Memuaskan Baik Cukup Kurang
Nilai kuantitatif 4 > 80 3 68 – 79 2 56 – 67 1 < 55
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 178 Jakarta
Jakarta, 23 Maret 2015 Guru Praktikan
Drs. SUSMULYADI, M.Pd NIP.195610121931031008
RIA LINIARTI NIM.1111015000070
Lampiran 2
LEMBAR KERJA KELOMPOK (LKK) Mata Pelajaran Materi Pokok Kompetensi Dasar Nama Kelas Kelompok
: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : Perkembangan Pada Masa Hindu-Budha di Indonesia dan Masa Kolonial Eropa di Indonesia : Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa
: : :
1. Carilah 10 glosarium yang terdapat di BAB 10 (Perkembangan Pada Masa Hindu-Budha di Indonesia) dan TARIK GARIS SEHINGGA TERSUSUN KATA YANG DIMAKSUD ! 2. Tulislah glosarium tersebut dengan keterangannya ! Keterangan: a. Jika menemukan nama Kerajaan maka ditulis tahun berdiri, letak dan raja yang berjaya b. Jika menemukan nama Candi maka ditulis letak dan pada masa kerajaan apa c. Jika menemukan nama kitab maka ditulis nama karyanya d. Jika menemukan prasasti maka ditulis tempat penemuannya dan tahun di temukannya U S U D R A I P E Y M
M X S O R A N D A K A
U O R P O L P I N R U
L S K C M E E S I W A
A F U S D J S W Y I U
W Y T M H U Y E O N A
A I A T D A I E I A O
R P I W I B A C E Y R
M S R I W I J A Y A E
A V K O E T C V S P A
N B N J A D E W G I R
E M S I M A N I D T U
A I E D U O A U E A S
U O E U E O T E J K R
J S C M E N A I T A I
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : :
SMP Negeri 178 Jakarta Ilmu Pengetahuan Sosial VII / 2
Kelas Kontrol Pertemuan II 1. Standar Kompetensi Memahami Perkembangan Masyarakat Sejak Masa Hindu Budha di Indonesia. 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Perkembangan Masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu Budha, serta peninggalan-peninggalannya. 3. Indikator a. Mendeskripsikan masuk dan berkembangnya agama Hindu Budha di Indonesia. b. Memaparkan konsep ajaran Hindu Budha di Indonesia. c. Mendeskripsikan Perdagangan India dengan Indonesia. d. Memaparkan perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia. e. Menjelaskan kerajaan Hindu Budha di Indonesia. f. Mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan – peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. g. Menunjukkan tempat-tempat peningalan sejarah Hindu Budha di Indonesia. 4. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu untuk: a. Siswa mampu mendeskripsikan masuk dan berkembangnya agama Hindu Budha di Indonesia. b. Siswa mampu memaparkan konsep ajaran Hindu Budha di Indonesia. c. Siswa mampu mendeskripsikan Perdagangan India dengan Indonesia. d. Siswa mampu memaparkan perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia. e. Siswa mampu menjelaskan kerajaan Hindu Budha di Indonesia. f. Siswa mampu mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan – peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. g. Siswa mampu menunjukkan tempat-tempat peningalan sejarah Hindu Budha di Indonesia.
Lampiran 2
5. Materi Pokok Perkembangan Pada Masa Hindu Budha di Indonesia. 6. Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok. 7. Langkah – langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal (± 10 menit) Apersepsi 1) Memberi Salam dan berdoa sebelum belajar. (± 1 menit) 2) Memeriksa kehadiran peserta didik (± 1 menit) 3) Mengingatkan kembali materi yang telah lalu tentang proses masuknya Hindu Budha di Indonesia. (± 1 menit) 4) Pemberian motivasi dengan memberikan video motivasi, guru menyampaikan awal pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran melalui pemberian sugesti yang positif kepada peserta didik. (± 3 menit) 5) Pre Test (menanyakan sebutkan beberapa peninggalan kebudayaan Budha yang terkenal di Indonesia). (± 4 menit) B. Kegiatan Inti (± 65 menit) 1. Eksplorasi (± 20 menit) Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Guru menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang sering dialami peserta didik (guru menanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik , apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat candi peninggalan Hindu dan Budha di Indonesia. Peserta didik mengamati gambar Kerajaan, dan peninggalan – peninggalan sejarah lainnya pada masa Hindu Budha) (± 15 menit) 2) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (± 2 menit) 3) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (± 2 menit) 4) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (± 1 menit) 2. Elaborasi (± 35 menit) Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Lampiran 2
1) Guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok yang terdiri dari 3 kelompok. (± 3 menit) 2) Guru menjelaskan langkah-langkah diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok) kepada peserta didik. (± 2 menit) 3) Setiap kelompok mengerjakan LKK yang telah diberikan oleh guru dan mendiskusikan tentang kerajaan yang ada di masa Hindu Budha dan Peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengumpulkan LKK dan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. (± 30 menit) 1. Konfirmasi (± 10 menit) Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik. (± 5 menit) 2) Guru bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (± 5 menit) C. Kegiatan Penutup (± 5 menit) Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya ingat (post test yaitu apa yang dilakukan sebagai putra putri bangsa untuk menyelamatkan peninggalan-peninggalan sejarah bangsa ini). (± 5 menit) 2) Menutup pelajaran secara Islami. 7. Sumber Bacaan/ Alat Sumber: 1. Muh, Nurdin, dkk, Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (2008). 2. Acuan Pengayaan Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial (LKS) Kelas VII Semester 2. Jawa Tengah: CV Fathihul Ihsan. 3. Buku Atlas dan Peta Sejarah Alat: Kertas , spidol, whiteboard, Laptop, Power Point, Proyektor.
Lampiran 2
8. Penilaian Penilaian Teknik Test Tulis
Bentuk Instrumen Tes Uraian
Rubrik Penilaian Diskusi Aspek yang dinilai
Contoh Instrumen sebutkan beberapa peninggalan kebudayaan Budha yang terkenal di Indonesia
Nilai Nilai kualitatif kuantitatif
Deskripsi (Alasan)
Kemampuan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi Partisipasi dalam diskusi Kerja sama dalam kelompok Nilai rata-rata Komentar
Kriteria Penilaian: Nilai kualitatif Nilai kuantitatif Memuaskan 4 > 80 Baik 3 68 – 79 Cukup 2 56 – 67 Kurang 1 < 55 Mengetahui, Kepala SMP Negeri 178 Jakarta
Jakarta, 23 Maret 2015 Guru Praktikan
Drs. SUSMULYADI, M.Pd NIP.195610121931031008
RIA LINIARTI NIM.1111015000070
Lampiran 2
LEMBAR KERJA KELOMPOK (LKK) Mata Pelajaran Materi Pokok Kompetensi Dasar Nama Kelas Kelompok
: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : Perkembangan Pada Masa Hindu-Budha di Indonesia dan Masa Kolonial Eropa di Indonesia : Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa
: : :
1. Carilah 10 glosarium yang terdapat di BAB 10 (Perkembangan Pada Masa Hindu-Budha di Indonesia) dan TARIK GARIS SEHINGGA TERSUSUN KATA YANG DIMAKSUD ! 2. Tulislah glosarium tersebut dengan keterangannya ! Keterangan: a. Jika menemukan nama Kerajaan maka ditulis tahun berdiri, letak dan raja yang berjaya b. Jika menemukan nama Candi maka ditulis letak dan pada masa kerajaan apa c. Jika menemukan nama kitab maka ditulis nama karyanya d. Jika menemukan prasasti maka ditulis tempat penemuannya dan tahun di temukannya A T O A A D I V A R D
I S U N Y A R U P A O
E I N A N Y I A I K R
Y U S M R G O E O E E
U K I H E S C C R D O
O R W A A I I E M U N
W E T R S U A I A K U
E S U B T T R D U A K
S N I O N E E E R N M
R A K M I W U T O B A
A Y D R R A T I I U R
N A I U R I E O A K A
E N J J K I U U W I T
B A C D S O N I E T A
Y U P A E P E O Y I M
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : :
SMP Negeri 178 Jakarta Ilmu Pengetahuan Sosial VII / 2
Kelas Kontrol Pertemuan III 1. Standar Kompetensi Memahami Perkembangan Masyarakat Sejak Masa Hindu Budha Sampai Masa Kolonial Eropa. 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, pemerintahan pada masa kolonial Eropa.
kebudayaan,
dan
3. Indikator a. Menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. b. Mengidentifikasi cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. c. Mengidentifikasi reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. d. Mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. 4. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu untuk: a. Siswa mampu menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. b. Siswa mampu menjelaskan cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. c. Siswa mampu menjelaskan reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. d. Siswa mampu mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. 5. Materi Pokok Masa Kolonial Eropa di Indonesia. 6. Alokasi Waktu 4 jam pelajaran (2x pertemuan).
Lampiran 2
7. Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok. 8. Langkah – langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal (± 10 menit) Apersepsi 1) Memberi Salam dan berdoa sebelum belajar. (± 1 menit) 2) Memeriksa kehadiran peserta didik. (± 1 menit) 3) Pemberian motivasi dengan memberikan video motivasi, guru menyampaikan awal pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran melalui pemberian sugesti yang positif kepada peserta didik. (± 5 menit) 4) Pre Test (menanyakan apa faktor yang menyebabkan keberadaan Indonesia menjadi penting bagi perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa. (± 3 menit) B. Kegiatan Inti (± 65 menit) 1. Eksplorasi (± 20 menit) Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Guru menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang sering dialami peserta didik (guru menanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik , apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat rempah – rempah yang jadi incaran bangsa Eropa ?) (± 10 menit) 2) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (± 5 menit) 3) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (± 3 menit) 4) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (± 2 menit) 2. Elaborasi (± 35 menit) Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) Guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok, kelompok terdiri dari 4 orang. (± 3 menit) 2) Guru menjelaskan langkah-langkah diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok) kepada peserta didik. (± 2 menit)
Lampiran 2
3) Kelompok yang sudah dibagi diminta untuk mengerjakan LKK yang telah diberikan oleh guru dan mendiskusikan tentang penyebab latar belakang kedatangan bangsa Eropa di Indonesia dan mendeskripsikan tujuan masing – masing bangsa luar yang datang ke Indonesia. Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengumpulkan LKK dan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. (± 30 menit) 3. Konfirmasi (± 10 menit) Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. (± 5 menit) 2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (±5 menit) C. Kegiatan Penutup (± 5 menit) Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya ingat (post tes dengan menggunakan permainan screamble). (± 5 menit) 2) Menutup pelajaran secara Islami 8. Sumber Bacaan/ Alat Sumber: 1. Muh, Nurdin, dkk, Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (2008). 2. Acuan Pengayaan Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial (LKS) Kelas VII Semester 2. Jawa Tengah: CV Fathihul Ihsan. 3. Buku Atlas dan Peta Sejarah Alat: Kertas , spidol, whiteboard, Laptop, Power Point, Proyektor 9. Penilaian Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Tes tulis
Tes Uraian
Jelaskan faktor yang menyebabkan keberadaan Indonesia menjadi penting bagi perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa !
Lampiran 2
Rubrik Penilaian Diskusi Aspek yang dinilai
Nilai Nilai kualitatif kuantitatif
Deskripsi (Alasan)
Kemampuan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi Partisipasi dalam diskusi Kerja sama dalam kelompok Nilai rata-rata Komentar
Kriteria Penilaian: Nilai kualitatif Memuaskan Baik Cukup Kurang
Nilai kuantitatif 4 > 80 3 68 – 79 2 56 – 67 1 < 55
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 178 Jakarta
Jakarta, 30 Maret 2015 Guru Praktikan
Drs. SUSMULYADI, M.Pd NIP.195610121931031008
RIA LINIARTI NIM.1111015000070
Lampiran 2
LEMBAR KERJA KELOMPOK (LKK) Mata Pelajaran Materi Pokok Kompetensi Dasar Nama Kelas Kelompok
: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : Perkembangan Pada Masa Hindu-Budha di Indonesia dan Masa Kolonial Eropa di Indonesia : Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa
: : :
1. Carilah 10 glosarium yang terdapat di BAB 12 (Masa Kolonial Eropa di Indonesia) dan TARIK GARIS SEHINGGA TERSUSUN KATA YANG DIMAKSUD ! 2. Tulislah glosarium tersebut dengan keterangannya ! Keterangan : a. Nama bangsawan dilihat dari nama depan atau nama belakang b. Jika menemukan nama negara maka ditulis kapan kedatangannya ke Indonesia, dan apa tujuannya secara lengkap U A O A D R I U E R T
S C E A N A M T U O H
G O L D O F A U E I U
O P I H E F K E I S E
P E E T I L I N E J B
U R U O O E T U E I O
E N S B E S I Y W U C
A I I R P Y L E A E V
S C G E E K O N O M I
I U U T C B P N G A R
F S T E B E S M E A I
E I R I V B A A H I G
D R O P R H I I N O A
U J P M C G R A E U S
I I N O M I T S I R I
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : :
SMP Negeri 178 Jakarta Ilmu Pengetahuan Sosial VII / 2
Kelas Kontrol Pertemuan IV 1. Standar Kompetensi Memahami Perkembangan Masyarakat Sejak Masa Hindu Budha Sampai Masa Kolonial Eropa. 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, pemerintahan pada masa kolonial Eropa.
kebudayaan,
dan
3. Indikator a. Menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. b. Mengidentifikasi cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. c. Mengidentifikasi reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. d. Mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. 4. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu untuk: a. Siswa mampu menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. b. Siswa mampu menjelaskan cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. c. Siswa mampu menjelaskan reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. d. Siswa mampu mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa. 5. Materi Pokok Masa Kolonial Eropa di Indonesia. 6. Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok.
Lampiran 2
7. Langkah – langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal (± 10 menit) Apersepsi 1) Memberi Salam dan berdoa sebelum belajar. (± 1 menit) 2) Memeriksa kehadiran peserta didik (± 1 menit) 3) Mengingatkan kembali materi yang telah lalu tentang proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia dan cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. (± 1 menit) 4) Pemberian motivasi dengan memberikan video motivasi, guru menyampaikan awal pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran melalui pemberian sugesti yang positif kepada peserta didik. (± 3 menit) 5) Pre Test (menanyakan bangsa dari mana saja yang datang ke Indonesia untuk monopoli perdagangan, penyebaran agama, dan penjajahan). (± 4 menit) B. Kegiatan Inti (± 65 menit) 1. Eksplorasi (± 20 menit) Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Guru menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang sering dialami peserta didik (guru menanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik , apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat benda peninggalan yang dianggap keramat oleh bangsa Indonesia) (± 15 menit) 2) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (± 2 menit) 3) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (± 2 menit) 4) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (± 1 menit) 2. Elaborasi (± 35 menit) Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) Guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok yang terdiri dari 9 kelompok. (± 3 menit)
Lampiran 2
2) Guru menjelaskan langkah-langkah diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok) kepada peserta didik. (± 2 menit) 3) Setiap kelompok mengerjakan LKK yang telah diberikan oleh guru dan mendiskusikan tentang masa kolonial di Indonesia. Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. (± 30 menit) 1. Konfirmasi (± 10 menit) Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui peserta didik. (± 5 menit) 2) Guru bersama peserta didik bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (± 5 menit) C. Kegiatan Penutup (± 5 menit) Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya ingat. (± 5 menit) 2) Menutup pelajaran secara Islami 7. Sumber Bacaan/ Alat Sumber: 1. Muh, Nurdin, dkk, Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (2008). 2. Acuan Pengayaan Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial (LKS) Kelas VII Semester 2. Jawa Tengah: CV Fathihul Ihsan. 3. Buku Atlas dan Peta Sejarah Alat: Kertas , spidol, whiteboard, Laptop, Power Point, Proyektor 8. Penilaian Penilaian Teknik Test Tulis
Bentuk Instrumen Tes Uraian
Contoh Instrumen Sebutkan beberapa peninggalan peninggalan bangsa Eropa yang dianggap keramat di Indonesia
Lampiran 2
Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Rubrik Penilaian Diskusi Aspek yang dinilai
Contoh Instrumen
Nilai Nilai kualitatif kuantitatif
Deskripsi (Alasan)
Kemampuan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi Partisipasi dalam diskusi Kerja sama dalam kelompok Nilai rata-rata Komentar
Kriteria Penilaian: Nilai kualitatif Nilai kuantitatif Memuaskan 4 > 80 Baik 3 68 – 79 Cukup 2 56 – 67 Kurang 1 < 55
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 178 Jakarta
Jakarta, 30 Maret 2015 Guru Praktikan
Drs. SUSMULYADI, M.Pd NIP.195610121931031008
RIA LINIARTI NIM.1111015000070
Lampiran 2
LEMBAR KERJA KELOMPOK (LKK) Mata Pelajaran Materi Pokok Kompetensi Dasar Nama Kelas Kelompok
: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) : Perkembangan Pada Masa Hindu-Budha di Indonesia dan Masa Kolonial Eropa di Indonesia : Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa
: : :
1. Carilah 10 glosarium yang terdapat di BAB 12 (Masa Kolonial Eropa di Indonesia) dan TARIK GARIS SEHINGGA TERSUSUN KATA YANG DIMAKSUD ! 2. Tulislah glosarium tersebut dengan keterangannya ! Keterangan : a. Nama bangsawan dilihat dari nama depan atau nama belakang b. Jika menemukan nama negara maka ditulis kapan kedatangannya ke Indonesia, dan apa tujuannya secara lengkap O N O L O P O C R A M
A E T U I O D V A E I
Y W A U T A E R F C N
V O A C S E M U F O A
I R O N P R I I L A G
A O E O A C G C E B N
S W I U N E R U S J A
K U W A Y O A E I U L
A A L F O N S O A O A
P R E S L T I R E U U
M P S E U G E I A S T
A E R Y J E L U O E E
N O T E R A I O S R P
A P A K I J I A R E R
T U R K I H Y A C Y S
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester
: : :
SMP Negeri 178 Jakarta Ilmu Pengetahuan Sosial VII / 2
Kelas Kontrol Pertemuan V 1. Standar Kompetensi Memahami Pola Kegiatan Ekonomi. 2. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi. 3. Indikator a. Mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian, non pertanian). b. Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan. c. Menguraikan pola pemukiman penduduk (mengikuti alur sungai, jalan, pantai). 4. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, siswa mampu untuk: a. Siswa mampu mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian, non pertanian) b. Siswa mampu mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan. c. Siswa mampu menguraikan pola pemukiman penduduk (mengikuti alur sungai, jalan, pantai). 5. Materi Pokok Pola Kegiatan Ekonomi. 6. Alokasi Waktu 2 jam pelajaran (1x pertemuan). 7. Metode Pembelajaran Diskusi Kelompok.
Lampiran 2
8. Langkah – langkah Pembelajaran A. Kegiatan Awal (± 10 menit) Apersepsi 1) Memberi Salam dan berdoa sebelum belajar. (± 1 menit) 2) Memeriksa kehadiran peserta didik. (± 1 menit) 3) Pemberian motivasi dengan memberikan video motivasi, guru menyampaikan awal pembelajaran dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran melalui pemberian sugesti yang positif kepada peserta didik. (± 5 menit) 4) Pre Test (menanyakan kepada peserta didik apa yang dimaksud dengan mata pencaharian Penduduk). (± 3 menit) B. Kegiatan Inti (± 65 menit) 1. Eksplorasi (± 20 menit) Dalam kegiatan eksplorasi, guru: 1) Guru menjelaskan materi dan menciptakan pengalaman umum yang sering dialami peserta didik (guru menanyakan terlebih dahulu kepada peserta didik , apakah dari peserta didik adakah yang sudah pernah melihat pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi ?). (± 10 menit) 2) Guru melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dan belajar dari aneka sumber. (± 5 menit) 3) Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya. (± 3 menit) 4) Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. (± 2 menit) 2. Elaborasi (± 35 menit) Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1) Guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok, kelompok dibagi menjadi 4. (± 3 menit) 2) Guru menjelaskan langkah-langkah diskusi kelompok menggunakan LKK (Lembar Kerja Kelompok) kepada peserta didik. (± 2 menit) 3) Kelompok yang sudah dibagi diminta untuk mengerjakan tugas kelompok pada buku paket halaman 240. Setelah selesai berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan
Lampiran 2
kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. (± 30 menit) 3. Konfirmasi (± 10 menit) Dalam kegiatan konfirmasi, guru: 1) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. (± 5 menit) 2) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan. (±5 menit) C. Kegiatan Penutup (± 5 menit) Dalam kegiatan penutup, guru: 1) Pengulangan dan post tes dapat memperkuat daya ingat (post tes dengan menggunakan permainan talking stick). (± 5 menit) 2) Menutup pelajaran secara Islami 8. Sumber Bacaan/ Alat Sumber: 1. Muh, Nurdin, dkk, Mari Belajar IPS 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (2008). 2. Acuan Pengayaan Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial (LKS) Kelas VII Semester 2. Jawa Tengah: CV Fathihul Ihsan. 3. Buku Atlas dan Peta Sejarah Alat: Kertas , spidol, whiteboard, Laptop, Power Point, Proyektor 9. Penilaian Penilaian Teknik
Bentuk Instrumen
Contoh Instrumen
Tes tulis
Tes Uraian
Jelaskan faktor yang menyebabkan keberadaan Indonesia menjadi penting bagi perdagangan dan pelayaran antara Asia dan Eropa !
Rubrik Penilaian Diskusi Aspek yang dinilai
Nilai Nilai kualitatif kuantitatif
Deskripsi (Alasan)
Lampiran 2
Kemampuan mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain Kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi Partisipasi dalam diskusi Kerja sama dalam kelompok Nilai rata-rata Komentar
Kriteria Penilaian: Nilai kualitatif Memuaskan Baik Cukup Kurang
Nilai kuantitatif 4 > 80 3 68 – 79 2 56 – 67 1 < 55
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 178 Jakarta
Jakarta, 13 April 2015 Guru Praktikan
Drs. SUSMULYADI, M.Pd NIP.195610121931031008
RIA LINIARTI NIM.1111015000070
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN TES KOMPETENSI DASAR
NOMOR BUTIR SOAL
INDIKATOR
Mendeskripsikan masuk dan 1, 2 berkembangnya agama Hindu Budha di Indonesia. 4, 5, 19, Memaparkan konsep ajaran Hindu 20, 21, 22 Budha di Indonesia. Mendeskripsikan Perdagangan dengan Indonesia.
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Hindu Budha, serta peninggalan-peninggalannya.
Memaparkan perkembangan Hindu Budha di Indonesia.
India 3
agama
6
8, 11, 12, Menjelaskan kerajaan Hindu Budha di 13, 23, 24, 25 Indonesia.
7, 9, 10, 14, Mengidentifikasi dan memberi contoh 16,17, 18 peninggalan – peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. Menunjukkan tempat-tempat 15 peningalan sejarah Hindu Budha di Indonesia.
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa.
27, 28, 29, 30, Menguraikan proses masuknya bangsa 31, 32 – bangsa Eropa ke Indonesia. Mengidentifikasi cara – cara yang 33, 34, digunakan bangsa Eropa untuk 35 mencapai tujuannya.
Lampiran 3
Mengidentifikasi reaksi bangsa 26 Indonesia terhadap Bangsa Eropa.
Mendeskripsikan perkembangan 36, 37, kehidupan masyarakat, kebudayaan, 38 dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa.
Mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian, non pertanian). Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi.
39, 40
42, 43, 44, 45 Mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan. Menguraikan pola pemukiman 41 penduduk (mengikuti alur sungai, jalan, pantai).
Lampiran 4
UJI COBA SOAL PRETEST DAN POSTTEST MATA PELAJARAN IPS MATERI PERKEMBANGAN PADA MASA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA, MATERI MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA DAN POLA KEGIATAN EKONOMI Kelas
: VII
Semester : II Waktu : 15 Menit Petunjuk Pengerjaan, Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan a, b, c atau d !
1.
2.
3.
4.
5.
Kasta yang bertugas menjalankan pemerintahan disebut kasta .... a. Waisya b. Ksatria c. Brahmana d. Sudra Kasta yang paling rendah, seperti para budak disebut .... a. Kasta Waisya c. Kasta Sudra b. Kasta Ksatria d. Kasta Brahmana Pada awalnya Buddha bukan sebuah agama, tetapi .... a. Sebuah aliran kepercayaan b. Paham baru di luar agama Hindu c. Paham baru dalam agama Hindu d. Aliran yang sama sekali baru Tujuan yang dicapai oleh agama Hindu adalah Moksha, yaitu .... a. Terbebas dari dosa b. Terbebas dari dilahirkan kembali c. Hilang tak berbekas d. Hilang bersama raganya Dalam konsep agama Buddha hidup adalah menderita. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan manusia tentang .... a. Jalan ke sorga b. Penderitaan c. Kebenaran yang hakiki d. Sunyarupa
Lampiran 4
6. Berikut ini seluruh ajaran agama Buddha terdapat dalam Buku Tripitaka, kecuali .... a. Samsaratapitaka b. Sutrantapitaka c. Winayapitaka d. Abhidharmapitaka 7. Prasasti Ciaruteun, Prasasti Jambu, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara Cianten, dan Prasasti Lebak merupakan bukti yang mendukung adanya Kerajaan .... a. Kutai c. Mataram b. Tarumanegara d. Sriwijaya 8. Kerajaan Kutai terletak di pulau .... a. Bali b. Jawa Tengah dan Jawa Timur c. Sumatera d. Kalimantan Timur 9. Prasasti Talang Tuo (684 M) merupakan peninggalan dari Kerajaan .... a. Mataram Kuno c. Singosari b. Sriwijaya d. Majapahit 10. Yupa (batu bertulis) merupakan peninggalan dari Kerajaan .... a. Kediri c. Kutai b. Mataram Kuno d. Majapahit 11. Berikut nama – nama Raja yang pernah memerintah di Majapahit, kecuali .... a. Raden Wijaya c. Jayanegara b. Hayam Wuruk d. Ken Arok 12. Kerajaan Tarumanegara berdiri kurang lebih pada abad .... a. Ke-5 M c. Ke-7 M b. Ke-6 M d. Ke-8 M 13. Ken Arok memerintah Kerajaan Singosari selama ... tahun a. 4 c. 6 b. 5 d. 7 14. Candi Prambanan terletak di daerah .... a. Luar Jawa b. Jawa Timur c. Jawa Tengah utara d. Jawa Tengah Selatan 15. Candi Muara Takus terletak di daerah .... a. Luar Jawa b. Jawa Timur
Lampiran 4
c. Jawa Tengah utara d. Jawa Tengah Selatan 16. Peninggalan sejarah berupa kitab dari Kerajaan Kediri adalah .... a. Kitab Sorandaka b. Kitab Usana Jawa c. Kitab Sutasoma d. Kitab Smaradhana 17. Kitab Sorandoka menceritakan tentang .... a. Penakluk Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar b. Raja – raja Singosari dan Majapahit c. Pemberontakan Sora d. Peristiwa Bubat 18. Kitab Karya Mpu Tantular adalah .... a. Kitab Negarakertagama b. Kitab Sutasoma c. Kitab Kakawin Bharatayudha d. Kitab Smaradhana 19. Pembentukan kasta dalam agama Hindu bertujuan untuk .... a. Untuk menjaga kemurnian ras bangsa Arya b. Agar murni tidak campur aduk antarkasta c. Agar ada perkawinan dalam satu kasta d. Agar jelas perbedaan antarkasta 20. Dalam konsep Buddha, hidup adalah .... a. Kebahagiaan c. Perdamaian b. Menderita d. Kemiskinan 21. Dewa Wisnu disebut dengan Dewa .... a. Pencipta c. Pelindung b. Perusak d. Penolong 22. Agama Hindu mempunyai tiga dewa yang senantiasa dipuja , yang lebih dikenal dengan nama .... a. Tri Murti c. Gayatri b. Tri Moksha d. Triguna 23. Kerajaan Singosari runtuh pada tahun .... a. 1295 c. 1293 b. 1294 d. 1292 24. Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada abad .... a. Ke-5 dan ke-6 M b. Ke-7 dan ke-8 M c. Ke-9 dan ke 10 M d. Ke-11 dan ke-12 M
Lampiran 4
25. Pada saat pemerintahan Raja Samaratungga membangun Candi Borobudur pada tahun ... a. 850 M c. 848 M b. 849 M d. 847 M 26. Rempah-rempah yang dibawa dari Maluku berupa .... a. Pala dan cengkeh b. Kopi dan padi c. Cengkeh dan kopi d. Padi dan pala 27. Secara geografis, letak wilayah Indonesia berada pada posisi silang, yaitu berada di antara dua benua .... a. Benua Eropa dan Benua Afrika b. Benua Amerika dan Benua Asia c. Benua Asia dan Benua Australia d. Benua Amerika dan Benua Asia 28. Indonesia diapit oleh dua samudera yaitu .... a. Samudera Atlantik dan Saudera Pasifik b. Samudera Arktik dan Samudera Antartika c. Samudera Atlantik dan Samudera Antartika d. Samudera Pasifik dan Samudera Hindia 29. Berikut ini adalah beberapa kota dan pelabuhan dagang yang cukup besar di kawasan Laut Tengah, kecuali .... a. Maluku c. Venesia b. Konstantinopel d. Genoa 30. Kesibukan dan keramaian di pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di kawasan Laut Tengah juga ditunjukkan ketika Bangsa Sumeria berdagang menggunakan .... a. Unta b. Gajah c. Kereta kuda (Karavan) d. perahu 31. Indonesia merupakan mata rantai jalur perdagangan dan pelayaran antara .... a. Asia dan Eropa b. Asia dan Afrika c. Asia dan Amerika d. Asia dan Australia 32. Setelah jatuhnya Konstantinopel, bangsa Eropa yang paling terkena dampak buruknya berupa .... a. Permusuhan
Lampiran 4
b. Kemiskinan c. Penyakit d. Kesulitan Ekonomi 33. Kisah perjalanan Marcopolo (1254-132) seorang pedagang yang dituangkan dalam buku Book of Various Experiences berasal dari .... a. Cina c. Belanda b. Venesia, Italia d. Arab 34. Penemuan Coperticus yang didukung oleh Galileo Galilei yang menyatakan bahwa .... a. Bumi itu bulat b. Matahari terbit dari arah timur c. Indonesia kaya akan rempah-rempah d. Indonesia mempunyai peran penting dalam perdagangan 35. Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia mempunyai tiga tujuan yang disebut .... a. Keajaiban dunia, rempah-rempah, gold b. Imago Mundi, glory, gospel c. Gold, Glory, Gospel d. Rempah-rempah, gold, glory 36. Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang bernama .... a. EIC c. VOC b. APEC d. GOLD 37. Berikut ini adalah beberapa aturan paksa yang harus dilaksanakan oleh Indonesia dari VOC, kecuali .... a. Monopoli Dagang b. Penjualan paksa hasil bumi kepada VOC c. Pelayaran Hongi, wajib mendayung perahu VOC di perairan Maluku d. Mencari daerah jajahan 38. Peraturan yang mewajibkan setiap desa untuk menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, dan nila disebut .... a. Romusa c. Pelayaran Hongi b. Tanam Paksa d. Daerah Jajahan 39. Pertanian yang dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana, seperti parang, sabit, cangkul, dan sejenisnya disebut .... a. Pertanian Sederhana b. Pertanian Maju c. Pertanian sederhana berpindah-pindah d. Pertanian tadah hujan
Lampiran 4
40. Pertanian yang sangat mengandalkan curah hujan, baik ditadah langsunga atau aliri hasil air hujan disebut .... a. Pertanian sederhana b. Pertanian maju c. Pertanian sederhana berpindah-pindah d. Pertanian tadah hujan 41. Industri yang didirikan berdasarkan pertimbangan kemudahan mengolah produknya, misalnya yang mengolah daging, ikan, bunga adalah .... a. Industri berdasarkan alam b. Industri berdasarkan perdagangan c. Industri berdasarkan bahan mentah d. Industri berdasarkan sejarah 42. Industri yang biasanya digunakan untuk pembangunan gedung, gudang, rumah pegawai, kantor administrasi, dan sebagainya disebut .... a. Penggunaan lahan untuk pabrik b. Penggunaan lahan untuk perumahan c. Penggunaan lahan untuk rekreasi d. Penggunaan lahan untuk pendidikan 43. Penggunaan lahan untuk jasa transportasi, misalnya lalu lintas darat, seperti jalan, terminal, halte stasiun, jalanan kereta api, dan sebagainya disebut .... a. Penggunaan lahan untuk rekreasi b. Penggunaan lahan untuk transportasi c. Penggunaan lahan jasa pemerintah dan swasta d. Penggunaan lahan jasa pendidikan 44. Penggunaan lahan seperti masjid, mushola, gereja, kapel, pura, dan klenteng disebut .... a. Penggunaan lahan untuk pendidikan b. Penggunaan lahan untuk rekreasi c. Penggunaan lahan untuk keagamaan d. Penggunaan lahan jasa pemerintah dan swasta 45. Bangunan yang terdiri atas gedung kesenian dan gedung bioskop, taman, dan kebun binatang termasuk lahan jasa untuk.... a. Tempat rekreasi b. Pemerintah c. Perdagangan d. pendidikan
Lampiran 5
KUNCI JAWABAN UJI COBA SOAL PRETEST DAN POSTTEST NOMOR SOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
KUNCI JAWABAN B C D B C A B D B C D A B D A D C B A B C A D B A A C D A C A D B A C
Lampiran 5
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
C D B A D C A B C A
Lampiran 6
VALIDITAS Validitas merupakan tingkat ketepatan tes tes tersebut dalam mengukur materi dan perilaku yang harus diukur. Perkataan valid sangat erat hubungannya dengan tujuan penggunaan tes yang bersangkutan. Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka tabel
dengan taraf siginfikan (α):0,05 jika Ƴ
valid dan jika Ƴ
≤ Ƴ
pbi
≥ Ƴ
dibandingkan dengan maka soal tersebut
maka soal tersebut tidak valid.
CORRELATIONS /VARIABLES=no_1 no_2 no_3 no_4 no_5 no_6 no_7 no_8 no_9 no_10 no_11 no_12 no_13 no_14 no_15 no_16 no_17 no_18 no_19 no_20 no_21 no_22 no_23 no_24 no_25 no_26 no_27 no_28 no_29 no_30 no_31 no_32 no_33 no_34 no_35 no_36 no_37 no_38 no_39 no_40 no_41 no_42 no_43 no_44 no_45 skor /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations [DataSet1] D:\Ria Liniarti\Ria Liniarti Subandi\State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta\Semester 8\Skripsi\SPSS SKRIPSI\Data 1.sav Correlations
no_1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
no_2
Sig. (2-tailed)
.864 .439
Sig. (2-tailed)
.204 10
Pearson Correlation
.535
Sig. (2-tailed)
.111 10
Pearson Correlation
.569
Sig. (2-tailed)
.086
N no_6
10
Pearson Correlation
N no_5
10 .062
N no_4
.781
Pearson Correlation N
no_3
skor -.101
Pearson Correlation
10 ,686
*
Lampiran 6
Sig. (2-tailed) N no_7
.092
Sig. (2-tailed)
.801 .372
Sig. (2-tailed)
.289 .408
Sig. (2-tailed)
.242 .062
Sig. (2-tailed)
.864 .217
Sig. (2-tailed)
.548 .288
Sig. (2-tailed)
.419
Sig. (2-tailed)
.043 .325
Sig. (2-tailed)
.360
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
no_17
10 -.217 .548 10
Sig. (2-tailed)
.715
Pearson Correlation N
10 -.057 .875 10
Pearson Correlation
.094
Sig. (2-tailed)
.797
N no_20
.807
.132
Sig. (2-tailed) no_19
10 -.089
Pearson Correlation N
no_18
10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) no_16
*
,647
N no_15
10
Pearson Correlation N
no_14
10
Pearson Correlation N
no_13
10
Pearson Correlation N
no_12
10
Pearson Correlation N
no_11
10
Pearson Correlation N
no_10
10
Pearson Correlation N
no_9
10
Pearson Correlation N
no_8
.029
Pearson Correlation
10 ,841
**
Lampiran 6
Sig. (2-tailed) N no_21
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
no_22
Pearson Correlation
.002 10 -.038 .917 10 .
a
Sig. (2-tailed) N no_23
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
no_24
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
no_25
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
no_26
10
10 *
.018 10
Pearson Correlation
.420
Sig. (2-tailed)
.227 10
Pearson Correlation
.258
Sig. (2-tailed)
.471 10
Pearson Correlation
.023
Sig. (2-tailed)
.949 10
Pearson Correlation
.563
Sig. (2-tailed)
.090 10 *
Pearson Correlation
,647
Sig. (2-tailed)
.043
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
no_34
.406
Sig. (2-tailed)
N no_33
10 -.296
,725
N no_32
.419
Pearson Correlation
N no_31
-.288
.471
N no_30
10
.258
N no_29
.344
Sig. (2-tailed)
N no_28
-.335
Pearson Correlation N
no_27
10
Pearson Correlation
10 -.248 .489 10 .229
Lampiran 6
Sig. (2-tailed) N no_35
Sig. (2-tailed)
.018 .563
Sig. (2-tailed)
.090 .296
Sig. (2-tailed)
.406 .608
Sig. (2-tailed)
.062 .471
Sig. (2-tailed)
.170
Sig. (2-tailed)
.018 .191
Sig. (2-tailed)
.597 .153
Sig. (2-tailed)
.674 10 *
Pearson Correlation
,725
Sig. (2-tailed)
.018 10 *
Pearson Correlation
,725
Sig. (2-tailed)
.018 10 *
Pearson Correlation
,725
Sig. (2-tailed)
.018
N skor
10
Pearson Correlation
N no_45
10
Pearson Correlation
N no_44
*
,725
N no_43
10
Pearson Correlation
N no_42
10
Pearson Correlation
N no_41
10
Pearson Correlation
N no_40
10
Pearson Correlation
N no_39
10
Pearson Correlation
N no_38
*
,725
N no_37
10
Pearson Correlation N
no_36
.524
Pearson Correlation
10 1
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
10
Lampiran 6
Setelah melakukan pengujian validitas dengan menggunakan bantuan software SPSS 20 maka Ƴ pbi dibandingkan dengan Ƴ tabel dengan taraf siginfikan (α):0,05 jika Ƴ Ƴ Ƴ
≤ Ƴ
≥ Ƴ
maka soal tersebut valid dan jika
maka soal tersebut tidak valid.
≥ Ƴ
Terlihat soal yang dinyatakan valid yaitu pada nomor :
no_3
Correlations Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
no_4
Sig. (2-tailed)
.111 .569
Sig. (2-tailed)
.086
Sig. (2-tailed)
.029 .372
Sig. (2-tailed)
.289 .408
Sig. (2-tailed)
.242 *
,647
Sig. (2-tailed)
.043 10
Pearson Correlation
.325
Sig. (2-tailed)
.360
Pearson Correlation N
10 ,841
**
.002 10 *
Pearson Correlation
,725
Sig. (2-tailed)
.018
N no_28
10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) no_27
10
Pearson Correlation
N no_20
10
Pearson Correlation
N no_14
*
,686
N no_13
10
Pearson Correlation
N no_9
10
Pearson Correlation
N no_8
10 .535
N no_6
.204
Pearson Correlation N
no_5
skor .439
10
Pearson Correlation
.420
Sig. (2-tailed)
.227
Lampiran 6
N no_31
Pearson Correlation
.563
Sig. (2-tailed)
.090
N no_32
Sig. (2-tailed)
.043
Sig. (2-tailed)
.018 .563
Sig. (2-tailed)
.090 .296
Sig. (2-tailed)
.406 .608
Sig. (2-tailed)
.062 .471
Sig. (2-tailed)
.170 10 *
Pearson Correlation
,725
Sig. (2-tailed)
.018 10 *
Pearson Correlation
,725
Sig. (2-tailed)
.018 10 *
Pearson Correlation
,725
Sig. (2-tailed)
.018
N no_45
10
Pearson Correlation
N no_44
10
Pearson Correlation
N no_43
10
Pearson Correlation
N no_40
10
Pearson Correlation
N no_39
*
,725
N no_38
10
Pearson Correlation
N no_37
*
,647
N no_36
10
Pearson Correlation N
no_35
10
10 *
Pearson Correlation
,725
Sig. (2-tailed)
.018
N
10
Lampiran 7
RELIABILITAS Reliabilitas suatu tes menujukkan atau merupakan sederajat ketetapan atau kemantapan (the level of consistency) tes yang bersangkutan dalam mendapatkan data (skor) yang dicapai seseorang, apabila tes tersebut diberikan kepadanya pada kesempatan (waktu) yang berbeda, atau dengan tes yang paralel (ekuivalen) pada waktu yang sama. Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 20. Setelah dilakukan uji reliabilitas dapat diketahui bahwa semua soal dinyatakan reliabilitas. RELIABILITY /VARIABLES=no_1 no_2 no_3 no_4 no_5 no_6 no_7 no_11 no_12 no_13 no_14 no_15 no_16 no_17 no_18 no_22 no_23 no_24 no_25 no_26 no_27 no_28 no_29 no_33 no_34 no_35 no_36 no_37 no_38 no_39 no_40 no_43 no_44 no_45 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.
no_8 no_9 no_10 no_19 no_20 no_21 no_30 no_31 no_32 no_41 no_42
Reliability [DataSet1] D:\Ria Liniarti\Ria Liniarti Subandi\State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta\Semester 8\Skripsi\SPSS SKRIPSI\Data 1.sav
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Valid Cases
a
Excluded Total
% 10
100,0
0
,0
10
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha ,705
45
Lampiran 7
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance
Corrected Item-
Cronbach's
Item Deleted
if Item Deleted
Total
Alpha if Item
Correlation
Deleted
no_1
27,00
31,333
-,192
,723
no_2
26,80
30,400
-,031
,714
no_3
27,20
28,622
,374
,691
no_4
27,20
28,178
,477
,686
no_5
26,80
27,511
,500
,681
no_6
26,80
26,844
,631
,673
no_7
26,70
30,233
,004
,711
no_8
26,60
28,933
,304
,695
no_9
27,10
28,544
,332
,692
no_10
26,80
30,400
-,031
,714
no_11
26,70
29,567
,131
,704
no_12
27,00
29,111
,199
,700
no_13
26,80
27,067
,587
,675
no_14
27,10
28,989
,244
,697
no_15
27,30
30,900
-,145
,713
no_16
27,10
31,878
-,297
,727
no_17
27,00
30,000
,039
,709
no_18
26,60
30,933
-,133
,716
no_19
27,00
30,222
,000
,712
no_20
26,70
26,233
,813
,663
no_21
26,90
30,989
-,133
,720
no_22
26,40
30,489
,000
,706
no_23
27,00
32,667
-,414
,735
no_24
26,80
32,400
-,370
,733
no_25
27,00
32,444
-,378
,733
no_26
26,70
29,344
,174
,701
no_27
26,50
28,056
,697
,682
no_28
26,60
28,711
,354
,692
no_29
26,70
29,344
,174
,701
no_30
26,80
30,622
-,070
,716
no_31
26,60
28,044
,508
,684
no_32
26,80
27,067
,587
,675
no_33
26,60
31,822
-,318
,725
no_34
26,90
29,433
,136
,704
Lampiran 7
no_35
26,50
28,056
,697
,682
no_36
26,60
28,044
,508
,684
no_37
26,80
29,067
,208
,699
no_38
26,80
27,289
,544
,678
no_39
26,50
28,944
,425
,692
no_40
26,50
28,056
,697
,682
no_41
26,90
29,656
,097
,706
no_42
26,90
29,878
,058
,709
no_43
26,50
28,056
,697
,682
no_44
26,50
28,056
,697
,682
no_45
26,50
28,056
,697
,682
Lampiran 8
TARAF KESUKARAN Taraf kesukaran dihitung menggunakan rumus: B P= JS P
: Indeks kesukaran soal
B
: Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS
: Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria yang digunakan adalah semakin kecil indeks yang diperoleh, maka semakin sulit soal tersebut. Kriteria indeks kesukaran ditentukan sebagai berikut: Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah KELAS VIII_2 VIII_2 VIII_2 VIII_2 IX_6 IX_6 IX_6 IX_8 IX_8 IX_8 Jumlah yang benar taraf kesukaran
3 4 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 2 2 6 0.2 0.2 0.6
PERTANYAAN 6 8 9 13 20 27 28 31 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 6 8 3 6 7 9 8 8 0.6 0.8 0.3 0.6 0.7 0.9 0.8 0.8
Lampiran 8
KELAS VIII_2 VIII_2 VIII_2 VIII_2 IX_6 IX_6 IX_6 IX_8 IX_8 IX_8 Jumlah yang benar taraf kesukaran
0-0,3 0,3-0,7 0,7-1
PERTANYAAN 32 35 36 38 39 40 43 44 45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 6 9 8 6 9 9 9 9 9 0.6 1 0.8 0.6 0.9 1 0.9 0.9 0.9
susah: sedang: mudah:
SKOR TOTAL 28 3 18 27 29 32 26 22 29 26
3, 4, 9 5, 6, 13, 20, 32, 38 8, 27, 28, 35, 36, 39, 40, 43, 44, 45
Lampiran 9
UJI DAYA PEMBEDA Daya pembeda penelitian ini dihitung dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah: B B − =P −P J J : Jumlah peserta tes D=
J JA
: Banyaknya peserta kelompok atas
JB
: Banyaknya peserta kelompok bawah
BA
: Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB
: Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA
: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB
: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar 3 2 0
Pertanyaan BA BB Pertanyaan BA BB
4 2 0
5 6 0
6 4 2
8 5 3
9 3 0
13 20 27 28 31 4 5 6 6 5 2 2 3 2 3
32 35 36 38 39 40 43 44 45 4 6 5 4 6 6 6 6 6 2 3 3 2 3 3 3 3 3
3 4 5 6 8 9 13 20 27 28 31 Pertanyaan Uji Daya pembeda 0.3 0.3 1 0.2 0.1 0.5 0.2 0.3 0.3 0.5 0.1 32 35 36 38 39 40 43 44 45 Pertanyaan Uji Daya pembeda 0.3 1 0.5 0.3 0.5 1 0.5 0.5 0.5 0-0,2 0,21-0,4 0,41-0,7 0,71-1 Negatif
Lemah Sedang Baik Sangat Baik Jelek
6, 8, 13, 31, 32. 36, 38 3, 4, 20, 27, 35, 39, 40, 43, 44, 45 9, 28 5 -
Lampiran 10 SOAL PRETEST DAN POSTTEST MATA PELAJARAN IPS MATERI PERKEMBANGAN PADA MASA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA, MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA DAN POLA KEGIATAN EKONOMI Kelas : VII Semester : II Waktu : 15 Menit
Petunjuk Pengerjaan, Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan a, b, c atau d ! 1. Pada awalnya Buddha bukan sebuah agama, tetapi .... a. Aliran yang sama sekali baru b. Paham baru di luar agama Hindu c. Paham baru di dalam agama Hindu d. Sebuah aliran kepercayaan 2. Tujuan yang dicapai oleh agama Hindu adalah Moksha, yaitu .... a. Hilang bersama raganya b. Hilang tak berbekas c. Terbebas dari dilahirkan kembali d. Terbebas dari dosa 3. Dalam konsep agama Buddha hidup adalah menderita. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan manusia tentang .... a. Jalan ke sorga b. Kebenaran yang hakiki c. Penderitaan d. Sunyarupa 4. Berikut ini seluruh ajaran agama Buddha terdapat dalam Buku Tripitaka, kecuali .... a. Abhidharmapitaka b. Samsaratapitaka c. Sutrantapitaka d. Winayapitaka 5. Kerajaan Kutai terletak di pulau .... a. Bali b. Jawa Tengah dan Jawa Timur c. Kalimantan Timur d. Sumatera
Lampiran 10 6. Prasasti Talang Tuo (684 M) merupakan peninggalan dari Kerajaan .... a. Majapahit b. Mataram Kuno c. Singosari d. Sriwijaya 7. Ken Arok memerintah Kerajaan Singosari selama ... tahun a. 4 c. 6 b. 5 d. 7 8. Dalam konsep Buddha, hidup adalah .... a. Kebahagiaan b. Kemiskinan c. Menderita d. Perdamaian 9. Secara geografis, letak wilayah Indonesia berada pada posisi silang, yaitu berada di antara dua benua .... a. Benua Amerika dan Benua Asia b. Benua Amerika dan Benua Australia c. Benua Asia dan Benua Australia d. Benua Eropa dan Benua Afrika 10. Indonesia diapit oleh dua samudera yaitu .... a. Samudera Atlantik dan Samudera Antartika b. Samudera Atlantik dan Saudera Pasifik c. Samudera Arktik dan Samudera Antartika d. Samudera Hindia dan Samudera Pasifik 11. Indonesia merupakan mata rantai jalur perdagangan dan pelayaran antara .... a. Asia dan Afrika b. Asia dan Amerika c. Asia dan Australia d. Asia dan Eropa 12. Setelah jatuhnya Konstantinopel, bangsa Eropa yang paling terkena dampak buruknya berupa .... a. Kemiskinan b. Kesulitan Ekonomi c. Penyakit d. Permusuhan 13. Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia mempunyai tigatujuan yang disebut .... a. Gold, Glory, Gospel b. Imago Mundi, glory, gospel c. Keajaiban dunia, rempah-rempah, gold d. Rempah-rempah, gold, glory 14. Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang bernama .... a. APEC b. EIC c. GOLD
Lampiran 10 d. VOC 15. Peraturan yang mewajibkan setiap desa untuk menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu, dan nila disebut .... a. Daerah Jajahan b. Pelayaran Hongi c. Romusa d. Tanam Paksa 16. Pertanian yang dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana, seperti parang, sabit, cangkul, dan sejenisnya disebut .... a. Pertanian maju b. Pertanian sederhana c. Pertanian sederhana berpindah-pindah d. Pertanian tadah hujan 17. Pertanian yang sangat mengandalkan curah hujan, baik ditadah langsunga atau aliri hasil air hujan disebut .... a. Pertanian maju b. Pertanian sederhana c. Pertanian sederhana berpindah-pindah d. Pertanian tadah hujan 18. Penggunaan lahan untuk jasa transportasi, misalnya lalu lintas darat, seperti jalan, terminal, halte stasiun, jalanan kereta api, dan sebagainya disebut .... a. Penggunaan lahan untuk pemerintah dan swasta b. Penggunaan lahan untuk pendidikan c. Penggunaan lahan jasa rekreasi d. Penggunaan lahan jasa transportasi 19. Penggunaan lahan seperti masjid, mushola, gereja, kapel, pura, dan klenteng disebut .... a. Penggunaan lahan untuk keagamaan b. Penggunaan lahan untuk pemerintah dan swasta c. Penggunaan lahan untuk pendidikan d. Penggunaan lahan jasa untuk rekreasi 20. Bangunan yang terdiri atas gedung kesenian dan gedung bioskop, taman, dan kebun binatang termasuk lahan jasa untuk.... a. Pemerintah b. Pendidikan c. Perdagangan d. Tempat rekreasi
Lampiran 11
KUNCI JAWABAN PRETEST DAN POSTTEST NOMOR SOAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
KUNCI JAWABAN C C B B C D B C C D D B A D D B D D A D
Lampiran 12
REKAPITULASI NILAI PRETEST DAN POSTTEST A. Kelas Eksperimen
No
NAMA
1 2
Adinda Destiana Sari Alfath Reza Falevi Sofa
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Alya Rasyanada Alyvia Putri Wulantami Annisaa Rahayu Kinanti Belina Trisna Ayu D Brian Andito Putra Dani Romadhon Fahri Tri Susanto Fahrisa Permata Sari Fawwaz Hermawan Hiliansyah Ramadhan Indah Dyah Pertiwi Legita Gabriella Wilmanda Lestari Indah Permata S K Luthfi Maulida Vania U Luthfia Fauzi Haka Moch Bobby Nurizat Mochammad Rio Ade S Muhamad Bagas Pratama Muhammad Bahyhaqi Muhammad Zalfa Azzahri Mutiara Apriliana Noufal Faqihudin Azuhri Qonita Mardhotillah A Ramly Maulana Abdillah Riska Novitasari Sandy Yudha Sindy Ayu Wahyuningsih Syavrielya Anissa S Unggul Selamet Wijaya Vega Fakhirah
PENILAIAN Pretest dan Posttest Pretest 60 55
Posttest 100 85
60 95 80 50 80 75 70 55 60 55 80 65 60 65 55 60 60 75 30 80 55 70 45 70 60 60 60 60 45 60
95 100 100 100 100 95 95 75 80 95 95 95 100 100 95 100 71 100 95 95 90 95 95 80 95 95 95 100 80 95
Lampiran 12
33 34 35 36
Wahyu Tinaretes Tunjung S Winda Nuraeni Yasmin Refani Chaerul Zakia Septi Lestari Rata-rata
80 100 55 100 75 100 55 100 63.19444444 94.055556
B. Kelas Kontrol
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
NAMA Adella Exsandra A P Ali Istiawan Alifia Putri Zulpaini Andika Pratama Aria Pandu Wicaksana Audi Farah Nabila Benniadzie Martin Cindynia Alfira Dimas Putra Ramdhan Elyza Nur Fatimah Evelyne Rachimsya N K Famita Wijayanti Fatkhaq Rohman Yuuki Hanaa Dalilah Hasby Indri Rosyadah Intan Khairunnisa Janu Bagas Adityo Khairunnisa Anya Muchammad Firlando M Farhan Muhhamad Ilham Pertiwi Putri Eka Septyani Putri Ravika Hidayat Rachmat Ramadhan Rais Haydar Ali Rayhandito Efendi
PENILAIAN Pretest dan Posttest Pretest 45 45 65 60 60 65 65 55 60 70 45 50 85 45 60 60 50 70 85 45 55 70 70 70 65 40 75
Posttest 85 90 90 85 85 80 90 90 85 90 95 85 95 95 90 95 90 90 95 85 90 90 85 95 75 90 90
Lampiran 12
28 29 30 31 32 33 34 35 36
Rika Utami Riski Herdiansyah Sekar Febiatur Rohmah Shafa Tallula Viandra Siti Nur Alawiyyah Syafiq Zahir Makarim Thoriksyah Putra Vanesya Winda Ratna Sari Rata-rata
55 40 50 60 45 75 85 70 60 60.27778
80 90 95 85 90 80 95 90 90 88.75
Lampiran 13
Perhitungan Mean, Median dan Modus, serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil PreTest Siswa Kelas Eksperimen Persiapan tabel distribusi frekuensi untuk skor hasil pretest kelas eksperimen siswa, diketahui data hasil pretest sebagai berikut: 30
45
45
50
55
55
55
55
55
55
55
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
60
65
65
70
70
70
75
75
75
80
80
80
80
80
95
Tabel Skor Hasil PreTest Kelas Eksperimen No
X
F
FX
F.X²
1
30
1
30
900
2
45
2
90
4050
3
50
1
50
2500
4
55
7
385
21175
5
60
11
660
39600
6
65
2
130
8450
7
70
3
210
14700
8
75
3
225
16875
9
80
5
400
32000
10
95
1
95
9025
Jumlah
36
2275
149275
Lampiran 13
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi adalah: 1.
Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini, data terbesar adalah 95 dan data terkecil adalah 30, maka dengan menggunakan rumus: R = Data terbesar – Data terkecil = 95 – 30 = 65
2.
Untuk menentukan banyaknya kelas interval, maka dengan menggunakan rumus: K = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 3,3 (1,55) = 1 + 5,115 = 6,115 (dibulatkan menjadi 6)
3.
Menentukan panjang kelas interval (p), yaitu dengan menggunakan rumus: p = p =
65 6
( )
= 10,83 (dibulatkan menjadi 11) Tabel Distribusi Frekuensi PreTest Kelas Eksperimen
No
Frekuensi
Interval Nilai
Fkb
Fka
2.77%
36
1
3
8.33%
35
4
52-62
18
50%
32
22
4
63-73
5
13.88%
14
27
5
74-84
8
22.22%
9
35
6
85-95
1
2.77%
1
36
36
100%
Pretest
F
F(%)
1
30-40
1
2
41-51
3
Jumlah
Lampiran 13
4.
Menentukan mean, yaitu: M= =
∑ ∑
2276 36
= 63,22 5.
Menentukan median, yaitu: 1 2 −fkb
Me = ℓ +
xi
fi
18−4 18
= 51,5 +
14 18
= 51,5 +
x 11
x 11
= 51,5 + 8,55 = 60,55 6.
Menentukan modus (nilai yang paling banyak muncul), yaitu: Mo = b + i
+
= 51,5 + 11
15 15+13
= 51,5 + 5,90 = 57,4 7.
Menentukan nilai varians, yaitu: = =
∑
2
∑
–
149275 36
–
2 2275 2 36
= 4146,527 – 3993,509 = 153,018
8.
SD = 153,0187 = 12,370
Lampiran 13
Tabel Uji Normalitas (Liliefors) Pretest Kelas Eksperimen Xi
F
Zn
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
30 45 50 55 60 65 70 75 80 95
1 2 1 7 11 2 3 3 5 1
1 3 4 11 22 24 27 30 35 36
-2.683104285 -1.470493129 -1.06628941 -0.662085691 -0.257881973 0.146321746 0.550525465 0.954729184 1.358932902 2.571544058
0.0037 0.0708 0.1423 0.2546 0.3974 0.5556 0.7088 0.829 0.9115 0.9949
0.027777778 0.083333333 0.111111111 0.305555556 0.611111111 0.666666667 0.75 0.833333333 0.972222222 1
-0.024077778 -0.012533333 0.031188889 -0.050955556 -0.213711111 -0.111066667 -0.0412 -0.004333333 -0.060722222 -0.0051
Keterangan: Mean = 63,22
SD = 12,385
Lhitung = 0,031
Lhitung < Ltabel = 0,031 < 0,1376 Kesimpulan : Populasi sampel berdistribusi normal.
Ltabel = 0,1476
Lampiran 14
Perhitungan Mean, Median dan Modus, serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil PostTest Siswa Kelas Eksperimen Persiapan tabel distribusi frekuensi untuk skor hasil posttest kelas eksperimen siswa, diketahui data hasil posttest sebagai berikut: 71
75
80
80
80
85
90
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
95
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Tabel Skor Hasil PostTest Kelas Eksperimen No
X
F
FX
F.X²
1
71
1
71
5041
2
75
1
75
5625
3
80
3
240
19200
4
85
1
85
7225
5
90
1
90
8100
6
95
15
1425
135375
7
100
14
1400
140000
Jumlah
36
3386
320566
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi adalah: 1.
Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini, data terbesar adalah 100 dan data terkecil adalah 71, maka dengan menggunakan rumus: R = Data terbesar – Data terkecil
Lampiran 14
= 100 – 71 = 29 2.
Untuk menentukan banyaknya kelas interval, maka dengan menggunakan rumus: K = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 3,3 (1,55) = 1 + 5,115 = 6,115 (dibulatkan menjadi 6)
3.
Menentukan panjang kelas interval (p), yaitu dengan menggunakan rumus: ( )
p = p =
29 6
= 4,83 (dibulatkan menjadi 5)
Tabel Distribusi Frekuensi PostTest Kelas Eksperimen
No
Interval Nilai
Fkb
Fka
5.56%
36
2
3
8.33%
34
5
81-85
1
2.78%
31
6
4
86-90
1
2.78%
30
7
5
91-95
15
41.70%
29
22
6
96-100
14
38.90%
15
36
36
100%
Posttest
F
F(%)
1
71-75
2
2
76-80
3
Jumlah
4.
Menentukan mean, yaitu: M= =
Frekuensi
∑ ∑
3386 36
= 94,05
Lampiran 14
5.
Menentukan median, yaitu: 1 −Fkb 2
Me = ℓ +
xi
fi
18−7 15
= 90,5 +
11 15
= 90,5 +
x5
x5
= 90,5 + 3,66 = 94,16 6.
Menentukan modus (nilai yang paling banyak muncul), yaitu: Mo = b + i
+
= 90,5 + 5
14 14+1
= 90,5 + 4,67 = 95,17 7.
Menentukan nilai varians, yaitu: = =
∑
2
∑
–
320566 36
–
2 3386 2 36
= 8904,611 – 8846,447 = 58,164
8.
SD = 58,164 = 7,626
Lampiran 14
Tabel Uji Normalitas (Liliefors) Posttest Kelas Eksperimen Xi
F
Zn
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
71 75 80 85 90 95 100
1 1 3 1 1 15 14
1 2 5 6 7 22 36
-3.022356258 -2.497869272 -1.842260539 -1.186651806 -0.531043073 0.124565659 0.780174392
0.0013 0.0062 0.0329 0.117 0.2981 0.5477 0.7823
0.027777778 0.055555556 0.138888889 0.166666667 0.194444444 0.611111111 1
-0.026477778 -0.049355556 -0.105988889 -0.049666667 0.103655556 -0.063411111 -0.2177
Keterangan: Mean = 94,05
SD = 7,626
Lhitung = 0,103
Lhitung < Ltabel = 0,103 < 0,1476 Kesimpulan : Populasi sampel berdistribusi normal.
Ltabel = 0,1476
Lampiran 15
Perhitungan Mean, Median dan Modus, serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil PreTest Siswa Kelas Kontrol Persiapan tabel distribusi frekuensi untuk skor hasil pretest kelas kontrol siswa, diketahui data hasil pretest sebagai berikut: 40
40
45
45
45
45
45
45
50
50
50
55
55
55
60
60
60
60
60
60
60
65
65
65
65
70
70
70
70
70
70
75
75
85
85
85
Tabel Skor Hasil PreTest Kelas Kontrol No
X
F
FX
F.X²
1
40
2
80
3200
2
45
6
270
12150
3
50
3
150
7500
4
55
3
165
9075
5
60
7
420
25200
6
65
4
260
16900
7
70
6
420
29400
8
75
2
150
11250
9
85
3
255
21675
Jumlah
36
2170
136350
Lampiran 15
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi adalah: 1.
Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini, data terbesar adalah 85 dan data terkecil adalah 40, maka dengan menggunakan rumus: R = Data terbesar – Data terkecil = 85 – 40 = 45
2.
Untuk menentukan banyaknya kelas interval, maka dengan menggunakan rumus: K = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 3,3 (1,55) = 1 + 5,115 = 6,115 (dibulatkan menjadi 6)
3.
Menentukan panjang kelas interval (p), yaitu dengan menggunakan rumus: p = p =
45 6
( )
= 7,5 (dibulatkan menjadi 8) Tabel Distribusi Frekuensi PreTest Kelas Kontrol
No
Frekuensi
Interval Nilai
Fkb
Fka
22.22%
36
8
6
16.67%
28
14
56-63
7
19.44%
22
21
4
64-71
10
27.78%
15
31
5
72-79
2
5.56%
5
33
6
80-87
3
8.33%
3
36
36
100%
PreTest
F
F(%)
1
40-47
8
2
48-55
3
Jumlah
Lampiran 15
4.
Menentukan mean, yaitu: M= =
∑ ∑
2170 36
= 60,27 5.
Menentukan median, yaitu: 1 2 −fkb
Me = ℓ +
xi
fi
18 −21
= 63,5 +
10
−3
= 63,5 +
10
x8
x8
= 63,5 + (-24) = 61,1 6.
Menentukan modus (nilai yang paling banyak muncul), yaitu: Mo = b + i
+
= 63,5 + 8
3 3+8
= 63,5 + 2,18 = 65,68 7.
Menentukan nilai varians, yaitu: = =
∑
2
–
136350 36
∑
–
2 2170 2 36
= 3787,5 – 3633,410 = 154,09
8.
SD = 154,09 = 12,413
Lampiran 15
Tabel Uji Normalitas (Liliefors) Pretest Kelas Kontrol Xi
F
Zn
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
40 45 50 55 60 65 70 75 85
2 6 3 3 7 4 6 2 3
2 8 11 14 21 25 31 33 36
-1.632939129 -1.230142107 -0.827345084 -0.424548062 -0.021751039 0.381045983 0.783843006 1.186640028 1.992234073
0.0516 0.1093 0.2033 0.3372 0.492 0.648 0.7823 0.883 0.9767
0.055555556 0.222222222 0.305555556 0.388888889 0.583333333 0.694444444 0.861111111 0.916666667 1
-0.003955556 -0.112922222 -0.102255556 -0.051688889 -0.091333333 -0.046444444 -0.078811111 -0.033666667 -0.0233
Keterangan: Mean = 60,27
SD = 12,413
Lhitung = -0.003
Lhitung < Ltabel = -0.003 < 0,1476 Kesimpulan : Populasi sampel berdistribusi normal.
Ltabel = 0,1476
Lampiran 16
Perhitungan Mean, Median dan Modus, serta Distribusi Frekuensi untuk Skor Hasil PostTest Siswa Kelas Kontrol Persiapan tabel distribusi frekuensi untuk skor hasil posttest kelas kontrol siswa, diketahui data hasil posttest sebagai berikut: 75
80
80
80
85
85
85
85
85
85
85
85
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
90
95
95
95
95
95
95
95
95
Tabel Skor Hasil PostTest Kelas Kontrol No
X
F
FX
F.X²
1
75
1
75
5625
2
80
3
240
19200
3
85
8
680
57800
4
90
16
1440
129600
5
95
8
760
72200
Jumlah
36
3195
284425
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi adalah: 1.
Menentukan rentang, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil. Dalam hal ini, data terbesar adalah 95 dan data terkecil adalah 75, maka dengan menggunakan rumus: R = Data terbesar – Data terkecil = 95 – 75 = 20
Lampiran 16
2.
Untuk menentukan banyaknya kelas interval, maka dengan menggunakan rumus: K = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 36 = 1 + 3,3 (1,55) = 1 + 5,115 = 6,115 (dibulatkan menjadi 6)
3.
Menentukan panjang kelas interval (p), yaitu dengan menggunakan rumus: p = p =
20 6
( )
= 3,33 (dibulatkan menjadi 3)
Tabel Distribusi Frekuensi PostTest Kelas Kontrol
No
Fkb
Fka
2.78%
36
1
3
8.33%
35
4
81-83
0
0%
32
4
4
84-86
8
22.22%
32
12
5
87-89
0
0.00%
24
12
6
90-92
16
44.44%
24
28
7
93-95
8
22.22%
8
36
36
100.00%
Posttest
F
F(%)
1
75-77
1
2
78-80
3
Jumlah
4.
Menentukan mean, yaitu: M= =
Frekuensi
Interval Nilai
∑ ∑
3195 36
= 88,75
Lampiran 16
5.
Menentukan median, yaitu: 1 −fkb 2
Me = ℓ +
xi
fi
18−12
= 89,5 +
16
6
= 89,5 +
16
x3
x3
= 89,5 + 1,125 = 90,625 6.
Menentukan modus (nilai yang paling banyak muncul), yaitu: Mo = b + i
+
= 89,5 + 3 = 89,5 + 2
16 16+8
= 91,5 7.
Menentukan nilai varians, yaitu: = =
∑
2
∑
–
284425 36
–
2 3195 2 36
= 7900,6944 – 7876,5625 = 24,131
8.
SD = 24,131 = 4,912
Tabel Uji Normalitas (Liliefors) Posttest Kelas Kontrol Xi
F
Zn
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
75 80 85 90 95
1 3 8 16 8
1 4 12 28 36
-2.798982188 -1.781170483 -0.763358779 0.254452926 1.272264631
0.0026 0.0375 0.2236 0.5987 0.898
0.027777778 0.111111111 0.333333333 0.777777778 1
-0.025177778 -0.073611111 -0.109733333 -0.179077778 -0.102
Keterangan:
Lampiran 16
Mean = 88,75
SD = 4,912
Lhitung = -0.025
Lhitung < Ltabel = -0.025 < 0,1476 Kesimpulan : Populasi sampel berdistribusi normal.
Ltabel = 0,1476
Lampiran 17
UJI NORMAL GAIN KELAS EKSPERIMEN Uji normal gain dilakukan untuk melihat peningkatan pemahaman atau penggunaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan dengan rumus: −
=
skor posttest – skor pretest Skor ideal – skor pretest
Kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut : g-tinggi
: nilai G ≥ 0,70
g-sedang
: nilai 0,30 ≤ G < 0,70
g-rendah
: nilai G < 0,30 Tabel Data N-Gain Nilai Siswa
Kelas Eksperimen (Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching) Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
PreTest 60 55 60 95 80 50 80 75 70 55 60 55 80 65 60 65 55 60
PostTest 100 85 95 100 100 100 100 95 95 75 80 95 95 95 100 100 95 100
N-GAIN 1 0.666666667 0.875 1 1 1 1 0.8 0.833333333 0.444444444 0.5 0.888888889 0.75 0.857142857 1 1 0.888888889 1
Kategori Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Lampiran 17
19 60 71 20 75 100 21 30 95 22 80 95 23 55 90 24 70 95 25 45 95 26 70 80 27 60 95 28 60 95 29 60 95 30 60 100 31 45 80 32 60 95 33 80 100 34 55 100 35 75 100 36 55 100 Jumlah 2275 3386 Rata-rata 63.1944444 94.0555556 Tertinggi 95 100 Terendah 30 71
0.275 1 0.928571429 0.75 0.777777778 0.833333333 0.909090909 0.333333333 0.875 0.875 0.875 1 0.636363636 0.875 1 1 1 1
Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
30.4478355
1.645828946 1 0.275
Dari tabel hasil perhitungan normal gain, maka termasuk kedalam kategori tinggi, karena skor N-Gain ≥ 0,70.
Lampiran 17
UJI NORMAL GAIN KELAS KONTROL Uji normal gain dilakukan untuk melihat peningkatan pemahaman atau penggunaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan dengan rumus: −
=
skor posttest – skor pretest Skor ideal – skor pretest
Kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut : g-tinggi
: nilai G ≥ 0,70
g-sedang
: nilai 0,30 ≤ G < 0,70
g-rendah
: nilai G < 0,30 Tabel Data N-Gain Nilai Siswa
Kelas Kontrol (Menggunakan Metode Diskusi Kelompok) Siswa
PreTest
PostTest
N-GAIN
Kategori
1
45
85
0.727272727
Tinggi
2
45
90
0.818181818
Tinggi
3
65
90
0.714285714
Tinggi
4
60
85
0.625
Sedang
5
60
85
0.625
Sedang
6
65
80
0.428571429
Sedang
7
65
90
0.714285714
Tinggi
8
55
90
0.777777778
Tinggi
9
60
85
0.625
Sedang
10
70
90
0.666666667
Sedang
11
45
95
0.909090909
Tinggi
12
50
85
0.7
Sedang
13
85
95
0.666666667
Sedang
14
45
95
0.909090909
Tinggi
Lampiran 17
15
60
90
0.75
Tinggi
16
60
95
0.875
Tinggi
17
50
90
0.8
Tinggi
18
70
90
0.666666667
Sedang
19
85
95
0.666666667
Sedang
20
45
85
0.727272727
Tinggi
21
55
90
0.777777778
Tinggi
22
70
90
0.666666667
Sedang
23
70
85
0.5
Sedang
24
70
95
0.833333333
Tinggi
25
65
75
0.285714286
Rendah
26
40
90
0.833333333
Tinggi
27
75
90
0.6
Sedang
28
55
80
0.555555556
Sedang
29
40
90
0.833333333
Tinggi
30
50
95
0.9
Tinggi
31
60
85
0.625
Sedang
32
45
90
0.818181818
Tinggi
33
75
80
0.2
Rendah
34
85
95
0.666666667
Sedang
35
70
90
0.666666667
Sedang
36
60
90
0.75
Tinggi
Jumlah
2170
3195
24.90472583
88.75
1.346201396
Rata-rata 60.27777778 Tertinggi
85
95
0.909090909
Terendah
40
75
0.2
Dari tabel hasil perhitungan normal gain, maka termasuk kedalam kategori tinggi, karena skor N-Gain ≥ 0,70.
Lampiran 18
UJI NORMALITAS DATA A. Kelas Eksperimen 1. Pretest Tabel Uji Normalitas (Liliefors) Pretest Kelas Eksperimen Xi
F
Zn
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
30 45 50 55 60 65 70 75 80 95
1 2 1 7 11 2 3 3 5 1
1 3 4 11 22 24 27 30 35 36
-2.683104285 -1.470493129 -1.06628941 -0.662085691 -0.257881973 0.146321746 0.550525465 0.954729184 1.358932902 2.571544058
0.0037 0.0708 0.1423 0.2546 0.3974 0.5556 0.7088 0.829 0.9115 0.9949
0.027777778 0.083333333 0.111111111 0.305555556 0.611111111 0.666666667 0.75 0.833333333 0.972222222 1
-0.024077778 -0.012533333 0.031188889 -0.050955556 -0.213711111 -0.111066667 -0.0412 -0.004333333 -0.060722222 -0.0051
Keterangan: Mean = 63,19 SD = 12,370 Lhitung = 0,031 Lhitung < Ltabel = 0,031 < 0,1476 Kesimpulan : Populasi sampel berdistribusi normal.
Ltabel = 0,1476
2. Posttest Tabel Uji Normalitas (Liliefors) Posttest Kelas Eksperimen Xi
F
Zn
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
71 75 80 85 90 95 100
1 1 3 1 1 15 14
1 2 5 6 7 22 36
-3.022356258 -2.497869272 -1.842260539 -1.186651806 -0.531043073 0.124565659 0.780174392
0.0013 0.0062 0.0329 0.117 0.2981 0.5477 0.7823
0.027777778 0.055555556 0.138888889 0.166666667 0.194444444 0.611111111 1
-0.026477778 -0.049355556 -0.105988889 -0.049666667 0.103655556 -0.063411111 -0.2177
Keterangan: Mean 94,05 SD = 7,626 Lhitung = 0,103 Ltabel = 0,1476 Lhitung < Ltabel = 0,103 < 0,1476 Kesimpulan : Populasi sampel berdistribusi normal.
Lampiran 18
B. Kelas Kontrol 1. Pretest Tabel Uji Normalitas (Liliefors) Pretest Kelas Kontrol Xi
F
Zn
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
40 45 50 55 60 65 70 75 85
2 6 3 3 7 4 6 2 3
2 8 11 14 21 25 31 33 36
-1.632939129 -1.230142107 -0.827345084 -0.424548062 -0.021751039 0.381045983 0.783843006 1.186640028 1.992234073
0.0516 0.1093 0.2033 0.3372 0.492 0.648 0.7823 0.883 0.9767
0.055555556 0.222222222 0.305555556 0.388888889 0.583333333 0.694444444 0.861111111 0.916666667 1
-0.003955556 -0.112922222 -0.102255556 -0.051688889 -0.091333333 -0.046444444 -0.078811111 -0.033666667 -0.0233
Keterangan: Mean = 60,27
SD = 12,413
Lhitung = -0,003
Ltabel = 0,1476
Lhitung < Ltabel = -0.003 < 0,1476 Kesimpulan : Populasi sampel berdistribusi normal.
2. Posttest Tabel Uji Normalitas (Liliefors) Posttest Kelas Kontrol Xi
F
Zn
Zi
F(Zi)
S(Zi)
[F(Zi)-S(Zi)]
75 80 85 90 95
1 3 8 16 8
1 4 12 28 36
-2.798982188 -1.781170483 -0.763358779 0.254452926 1.272264631
0.0026 0.0375 0.2236 0.5987 0.898
0.027777778 0.111111111 0.333333333 0.777777778 1
-0.025177778 -0.073611111 -0.109733333 -0.179077778 -0.102
Keterangan: Mean = 88,75
SD = 4,912
Lhitung = -0,025
Lhitung < Ltabel = -0,025 < 0,1476 Kesimpulan : Populasi sampel berdistribusi normal.
Ltabel = 0,1476
Lampiran 19
UJI HOMOGENITAS DATA Pengujian homogenitas disini adalah mengenai sama tidaknya variansivariansi dua buah distribusi atau lebih. Pengujian dilakukan dengan uji homogenitas dua varians. Rumus uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, yaitu: =
=
,
Keterangan : F
: homogenitas
S12
: varians terbesar
S11
: varians terkecil
=
∑
− (∑ ) ( − 1)
Langkah-langkah perhitungan uji Fisher adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan hipotesis Jika
ℎ
<
maka H0 diterima yang berarti variansi populasi kedua
ℎ
>
maka H0 ditolak yang berarti variansi popualasi kedua
variabel homogen. Jika
variabel tidak homogen. 2. Jumlah sampel N = 36 3. Derajat Kebebasan Penyebut
: dk2 = 36 – 1 = 35
Pembilang
: dk1 = 36 – 1 = 35
4. Menentukan F tabel penyebut 35 dan dk pembilang 35. Karena pembilang dan penyebut tidak ada di tabel, maka diambil yang terdekat yaitu pembilang 30 dan penyebut 34 pada taraf signifikansi α = 0,05 dari daftar tabel distribusi F adalah 1,80. 5. Menentukan F hitung yaitu varians terbesar dibagi varians terkecil.
Lampiran 19
A. Homogenitas Pretest 1. Kelas Eksperimen X 30 45 50 55 60 65 70 75 80 95 Jumlah x s² s
f 1 2 1 7 11 2 3 3 5 1 36
fixi 30 90 50 385 660 130 210 225 400 95 2275
fi*(xi-x)² 1103.5684 663.9368 174.7684 67.5684 114.0524 6.3368 91.9368 416.3052 1407.842 1009.9684 5056.2836
63.1944 140.452 11.9219
2. Kelas Kontrol X 40 45 50 55 60 65 70 75 85 Jumlah Xi S² S
fi 2 6 3 3 7 4 6 2 3 36 60.278 154.09 12.413
fixi 80 270 150 165 420 260 420 150 255 2170
fi*(xi-x)² 821.7458 1399.0374 316.4187 83.3187 0.5103 89.4916 568.0374 433.9458 1834.7187 5547.2244
Lampiran 19
F
Kriteria
=
S21 ℎ
=
, <
,
Kontrol
Eksperimen
N
36
36
X
60.2778
63.1944
S²
12.4133
140.452
= 0,088 (0,088 < 1,80), maka H0 diterima yang berarti bahwa
kedua sampel memiliki variansi yang homogen.
Lampiran 19
B. Homogenitas Posttest 1. Kelas Eksperimen X 71 75 80 85 90 95 100 Jumlah Xi S² S
fi 1 1 3 1 1 15 14 36
Fixi 71 75 240 85 90 1425 1400 3386
fi*(xi-x)² 531.3025 362.9025 592.2075 81.9025 16.4025 13.5357 495.635 2093.8882
94.056 58.164 7.6265
2. Kelas Kontrol x 75 80 85 90 95 Jumlah Xi s² S
fi 1 3 8 16 8 36 88.75 24.132 4.9124
Fixi 75 240 680 1440 760 3195
fi*(xi-x)² 189.0625 229.6875 112.5 25 312.5 868.75
Lampiran 19
F
Kriteria
=
S21 ℎ
=
, ,
<
Kontrol
Eksperimen
N
36
36
X
88.75
94.0556
S²
24.1319
58.1636
= 0.414 (0,414 < 1,80), maka H0 diterima yang berarti bahwa
kedua sampel memiliki variansi yang homogen.
Lampiran 20
UJI HIPOTESIS
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil tes siswa dari hasil pretest dan posttest. Untuk menguji hipotesis langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis Ho :µ 1 = µ 2 Ha :µ 1 ≠ µ 2 b. Menentukan α Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. c. Menentukan kriteria penerimaan hipotesis, Kriterianya: Jika thitung ≤ maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika thitung ≥ maka Ho ditolak dan Ha diterima d. Menentukan thitung Jika berdasarkan uji kesamaan varians, ditunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka untuk pengujian hipotesis ini digunakan rumus: =
ℎ
Keterangan: t
1− 2 1 1 1
+
2
dengan S
=
(
)
(
)
: harga uji statistik 1 2
Sgab 1 2
2 2
1 2
: rata-rata posttest kelas eksperimen : rata-rata posttest kelas kontrol : variansi gabungan (kelas eksperimen dan kelas kontrol) : variansi kelas eksperimen : variansi kelas kontrol : jumlah siswa kelas eksperimen : jumlah siswa kelas kontrol
Lampiran 20
Mencari Sgab
Sgab = Sgab = Sgab = Sgab = Sgab =
( − 1)
+ ( − 1) + − 2
(36 − 1)58,1636 + (36 + 1)24,1319 36 + 36 − 2 (35)58,1636 + (37)24,1319 72 − 2 2035,726 + 892,8803 70
41,8372
Sgab = 6,468
Menghitung thitung
ℎ
=
ℎ
=
ℎ
=
ℎ
=
ℎ
=
ℎ
1
− 1 1
+
2
1
2
94,0556 − 88,75 1 1 6,468 36 + 36 5,3056
6,468 0,055
5,3056 6,468(0,234) 5,3056 1,5135
= 3,50
Lampiran 20
df = N – 2 = 72 - 2 = 70 (dikonsultasikan tabel nilai “t”), dengan df sebesar 70, maka diperoleh ttabel sebagai berikut : Pada taraf signifikansi 5% = 1,66691 Dengan demikian t0 lebih kecil dari ttabel, yaitu : t0 > ttabel = ( 3,50 > 1,66691) Kesimpulan : hipotesis H0 ditolak, dan Ha diterima. Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode diskusi kelompok.
Lampiran 21
Lembar Pra Observasi Aktivitas Belajar Siswa 1. 2. 3. 4. 5. 6. NO I
II
III
Nama Mahasiswa Tempat Praktik Kelas Mata Pelajaran Waktu Tanggal
: Ria Liniarti : SMP Negeri 178 Jakarta : VII 6 (Kelas Eksperimen) : IPS : 07.00 – 08.20 : 12 Februari 2015
ASPEK YANG DIAMATI Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa 2. Kesiapan menerima pembelajaran Kegiatan Membuka Pelajaran 1. Menjawab pertanyaan guru 2. Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak di capai Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan materi pelajaran 1. Memperhatikan penjelasa materi pelajaran 2. Bertanya pada saat proses penjelasan materi 3. Interaksi antar siswa 4. interaksi anatar siswa-guru, siswa-materi pelajaran B. Pendekatan/Strategi Belajar 1. Keterlibatan dalam kegiatan belajar 2. Mengemukakan pendapat ketika diberikan kesempatan 3. Mencatat penjelasan yang disampaikan guru 4. Mengikuti proses pembelajaran C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/ Sumber Belajar 1. Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru 2. Tertarik pada materi yang disajikan dengan media
DESKRIPSI Berbaris kedepan menghadap guru Masih banyak yang mengobroldan belum mempersiapkan buku pelajaran IPS Berpartisipasi Siswa mendengarkan
Banyak siswa yang tidak memperhatikan Tidak ada yang bertanya, siswa masih malu untuk bertanya Adanya komunikasi searah Tidak terjalin interaksi dengan baik antara siswa dengan guru Siswa tidak bertanya Siswa masih terlihat malu untuk menyampaikan pendapat Diwajibkan mencatat oleh guru Siswa kurang memperhatikan dan mengikuti proses pembelajaran
Guru tidak memanfaatkan media pembelajaran -
Lampiran 21
pembelajaran 3. Ketekunan dalam mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru D. Penilaian Proses 1. Mengerjakan tugas / latihan yang diberikan guru 2. Menjawab pertanyaan guru dengan benar E. Penggunaan Bahasa 1. Mengemukakan pendapat
IV
2. Mengajukan pertanyaan Penutup Keterlibatan dalam memberi rangkuman/ kesimpulan
Siswa terlihat tekun dalam mempelajari sumber belajar yang ditentukan guru Guru memberikan pekerjaan rumah Banyak yang takut dan memilih diam Siswa masih banyak yang menggunakan bahasa tidak baku Siswa tidak aktif bertanya Siswa malu dan tidak berani untuk memberi kesimpulan bersama-sama
Observer
Ria Liniarti
Lampiran 21
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I
No
Aspek yang diamati
Penilaian
5 4 3 2 1 Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing √ siswa 2. Kesiapan menerima √ pembelajaran Kegiatan Awal Pembelajaran 1. Siswa menjawab salam dan √ mendengarkan guru 2. Siswa mengangkat tangan saat √ dilakukan cek daftar hadir oleh guru 3. Siswa mendengarkan √ penjelasan tentang kompetensi yang harus dicapai 4. Guru mengajak siswa untuk √ berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai (meurut kepercayaan masing-masing 5. Siswa menyimak penjelasan √ guru mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu: a. Siswa mampu mendeskripsikan masuk dan berkembangnya agama Hindu Budha di Indonesia. b. Siswa mampu memaparkan konsep ajaran Hindu Budha di Indonesia. c. Siswa mampu mendeskripsikan Perdagangan India dengan Indonesia. d. Siswa mampu memaparkan perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia. 6.
Siswa diberi motivasi dengan √
Keterangan
Lampiran 21
memberikan video motivasi dan memberikan sebuah gambaran tentang prasasti dan peninggalan-peninggalan Sejarah Hindu Budha di Indonesia. Pemberian motivasi dilakukan agar siswa semangat dan bergairah dalam menerima dan mengikuti proses pembelajaran Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi 1. Memperhatikan penjelasan √ materi pelajaran perkembangan pada masa Hindu Budha di Indonesia 2. Bertanya saat proses penjelasan √ materi 3. Interaksi antarsiswa dengan √ berdiskusi mengenai pendapat masing-masing 4. Interaksi antara siswa dan guru √ saat proses pembelajaran berlangsung 5. Siswa perkelompok membuat peta pikiran (mind mapping) √ dengan materi yang sudah di jelaskan. B. Pendekatan/Strategi Belajar Kekompakan siswa dalam √ 1. bekerjasama Keaktifan siswa dalam proses √ 2. pembelajaran Keterlibatan dalam kegiatan √ 3. belajar Mencatat penjelasan yang √ 4. disampaikan guru 5. Mengikuti proses pembelajaran √ C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar Interaksi antara siswa dan √ 1. media pembelajaran yang digunakan guru
Lampiran 21
Tertarik pada materi yang disajikan dengan media yang ditentukan Ketekunan dalam mempelajari 3. sumber belajar yang ditentukan D. Penilaian Proses Mengerjakan tugas/latihan yang 1. diberikan oleh guru Menjawab pertanyaan guru 2. dengan benar E. Penggunaan Bahasa 1. Mengemukakan pendapat 2. Mengajukan pertanyaan Kegiatan Penutup 1. Siswa kembali merapikan bangku dan meja 2. Siswa memberikan kesimpulan terhadap materi pembelajaran 3. Siswa mendengarkan penjelasan guru (refleksi) 4. Siswa berdoa dan mengucapkan salam kepada guru 2.
Keterangan : 5 : Sangat Baik 4 : Baik 3 : Kurang Baik 2 : Buruk 1 : Sangat Buruk
√ √
√ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 21
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II
No
Aspek yang diamati
Penilaian
5 4 3 2 1 Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing √ siswa 2. Kesiapan menerima √ pembelajaran Kegiatan Awal Pembelajaran 1. Siswa menjawab salam dan √ mendengarkan guru 2. Siswa mengangkat tangan saat √ dilakukan cek daftar hadir oleh guru 3. Siswa mendengarkan √ penjelasan tentang kompetensi yang harus dicapai 4. Guru mengajak siswa untuk √ berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai (meurut kepercayaan masing-masing 5. Siswa menyimak penjelasan √ guru mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu: a. Siswa mampu menjelaskan kerajaan Hindu Budha di Indonesia. b. Siswa mampu mengidentifikasi dan memberi contoh peninggalan – peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah. c. Siswa mampu menunjukkan tempat-tempat peningalan sejarah Hindu Budha di Indonesia. 6.
Siswa diberi motivasi dengan √
Keterangan
Lampiran 21
memberikan video motivasi dan memberikan sebuah contoh tentang Kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Pemberian motivasi dilakukan agar siswa semangat dan bergairah dalam menerima dan mengikuti proses pembelajaran Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi 1. Memperhatikan penjelasan √ materi pelajaran perkembangan pada masa Hindu Budha di Indonesia 2. Bertanya saat proses penjelasan √ materi 3. Interaksi antarsiswa dengan √ berdiskusi mengenai pendapat masing-masing 4. Interaksi antara siswa dan guru √ saat proses pembelajaran berlangsung 5. Siswa perkelompok membuat peta pikiran (mind mapping) √ dengan materi yang sudah di jelaskan. B. Pendekatan/Strategi Belajar Kekompakan siswa dalam √ 1. bekerjasama Keaktifan siswa dalam proses √ 2. pembelajaran Keterlibatan dalam kegiatan √ 3. belajar Mencatat penjelasan yang √ 4. disampaikan guru 5. Mengikuti proses pembelajaran √ C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar Interaksi antara siswa dan √ 1. media pembelajaran yang digunakan guru Tertarik pada materi yang 2. √ disajikan dengan media yang
Lampiran 21
ditentukan Ketekunan dalam mempelajari 3. sumber belajar yang ditentukan D. Penilaian Proses Mengerjakan tugas/latihan yang 1. diberikan oleh guru Menjawab pertanyaan guru 2. dengan benar E. Penggunaan Bahasa 1. Mengemukakan pendapat 2. Mengajukan pertanyaan Kegiatan Penutup 1. Siswa kembali merapikan bangku dan meja 2. Siswa memberikan kesimpulan terhadap materi pembelajaran 3. Siswa mendengarkan penjelasan guru (refleksi) 4. Siswa berdoa dan mengucapkan salam kepada guru Keterangan : 5 : Sangat Baik 4 : Baik 3 : Kurang Baik 2 : Buruk 1 : Sangat Buruk
√
√ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 21
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan III
No
Aspek yang diamati
Penilaian
5 4 3 2 1 Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing √ siswa 2. Kesiapan menerima √ pembelajaran Kegiatan Awal Pembelajaran 1. Siswa menjawab salam dan √ mendengarkan guru 2. Siswa mengangkat tangan saat √ dilakukan cek daftar hadir oleh guru 3. Siswa mendengarkan √ penjelasan tentang kompetensi yang harus dicapai 4. Guru mengajak siswa untuk √ berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai (meurut kepercayaan masing-masing 5. Siswa menyimak penjelasan √ guru mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu: a. Siswa mampu menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. b. Siswa mampu menjelaskan cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. c. Siswa mampu menjelaskan reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. d. Siswa mampu mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa.
Keterangan
Lampiran 21
6.
Siswa diberi motivasi dengan memberikan video motivasi dan memberikan sebuah gambaran tentang rute perjalanan rempah – rempah dari Indonesia ke Eropa dan arti penting Indonesia sebagai penghasil rempah – rempah. Pemberian motivasi dilakukan agar siswa semangat dan bergairah dalam menerima dan mengikuti proses pembelajaran Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi 1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran Masa Kolonial Eropa di Indonesia. 2. Bertanya saat proses penjelasan materi 3. Interaksi antarsiswa dengan berdiskusi mengenai pendapat masing-masing 4. Interaksi antara siswa dan guru saat proses pembelajaran berlangsung 5. Siswa perkelompok membuat peta pikiran (mind mapping) dengan materi yang sudah di jelaskan. B. Pendekatan/Strategi Belajar Kekompakan siswa dalam 1. bekerjasama Keaktifan siswa dalam proses 2. pembelajaran Keterlibatan dalam kegiatan 3. belajar Mencatat penjelasan yang 4. disampaikan guru 5. Mengikuti proses pembelajaran C. Pemanfaatn Media Pembelajaran/Sumber Belajar
√
√ √
√
√
√ √ √ √ √
Lampiran 21
Interaksi antara siswa dan media pembelajaran yang digunakan guru Tertarik pada materi yang 2. disajikan dengan media yang ditentukan Ketekunan dalam mempelajari 3. sumber belajar yang ditentukan D. Penilaian Proses Mengerjakan tugas/latihan yang 1. diberikan oleh guru Menjawab pertanyaan guru 2. dengan benar E. Penggunaan Bahasa 1. Mengemukakan pendapat 2. Mengajukan pertanyaan Kegiatan Penutup 1. Siswa kembali merapikan bangku dan meja 2. Siswa memberikan kesimpulan terhadap materi pembelajaran 3. Siswa mendengarkan penjelasan guru (refleksi) 4. Siswa berdoa dan mengucapkan salam kepada guru 1.
Keterangan : 5 : Sangat Baik 4 : Baik 3 : Kurang Baik 2 : Buruk 1 : Sangat Buruk
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 21
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan IV
No
Aspek yang diamati
Penilaian
5 4 3 2 1 Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing √ siswa 2. Kesiapan menerima √ pembelajaran Kegiatan Awal Pembelajaran 1. Siswa menjawab salam dan √ mendengarkan guru 2. Siswa mengangkat tangan saat √ dilakukan cek daftar hadir oleh guru 3. Siswa mendengarkan penjelasan tentang kompetensi √ yang harus dicapai 4. Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum √ pelajaran dimulai (meurut kepercayaan masing-masing 5. Siswa menyimak penjelasan √ guru mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu: a. Siswa mampu menguraikan proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. b. Siswa mampu menjelaskan cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. c. Siswa mampu menjelaskan reaksi bangsa Indonesia terhadap Bangsa Eropa. d. Siswa mampu mendeskripsikan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa.
Keterangan
Lampiran 21
6.
Siswa diberi motivasi dengan memberikan video motivasi dan memberikan sebuah gambar beberapa orang asing yang datang ke Indonesia. Pemberian motivasi dilakukan agar siswa semangat dan bergairah dalam menerima dan mengikuti proses pembelajaran Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi 1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran Masa Kolonial Eropa di Indonesia 2. Bertanya saat proses penjelasan materi 3. Interaksi antarsiswa dengan berdiskusi mengenai pendapat masing-masing 4. Interaksi antara siswa dan guru saat proses pembelajaran berlangsung 5. Siswa perkelompok membuat peta pikiran (mind mapping) dengan materi yang sudah di jelaskan. B. Pendekatan/Strategi Belajar Kekompakan siswa dalam 1. bekerjasama Keaktifan siswa dalam proses 2. pembelajaran Keterlibatan dalam kegiatan 3. belajar Mencatat penjelasan yang 4. disampaikan guru 5. Mengikuti proses pembelajaran C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar Interaksi antara siswa dan 1. media pembelajaran yang digunakan guru Tertarik pada materi yang 2. disajikan dengan media yang
√
√
√ √
√
√
√ √ √ √ √
√ √
Lampiran 21
ditentukan Ketekunan dalam mempelajari 3. sumber belajar yang ditentukan D. Penilaian Proses Mengerjakan tugas/latihan yang 1. diberikan oleh guru Menjawab pertanyaan guru 2. dengan benar E. Penggunaan Bahasa 1. Mengemukakan pendapat 2. Mengajukan pertanyaan Kegiatan Penutup 1. Siswa kembali merapikan bangku dan meja 2. Siswa memberikan kesimpulan terhadap materi pembelajaran 3. Siswa mendengarkan penjelasan guru (refleksi) 4. Siswa berdoa dan mengucapkan salam kepada guru Keterangan : 5 : Sangat Baik 4 : Baik 3 : Kurang Baik 2 : Buruk 1 : Sangat Buruk
√
√ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 21
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan V
No
Aspek yang diamati
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa 2. Kesiapan menerima pembelajaran Kegiatan Awal Pembelajaran 1. Siswa menjawab salam dan mendengarkan guru 2. Siswa mengangkat tangan saat dilakukan cek daftar hadir oleh guru 3. Siswa mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang harus dicapai 4. Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai (meurut kepercayaan masing-masing 5. Siswa menyimak penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu: a. Siswa mampu mengidentifikasikan mata pencaharian penduduk (pertanian, non pertanian) b. Siswa mampu mendeskripsikan bentuk penggunaan lahan di pedesaan dan perkotaan. c. Siswa mampu menguraikan pola pemukiman penduduk (mengikuti alur sungai, jalan, pantai). 6. Siswa diberi motivasi dengan memberikan video motivasi dan memberikan sebuah gambaran tentang berbagai mata
Penilaian 5 4 3 2 1 √ √
√ √
√
√
√
√
Keterangan
Lampiran 21
pencaharian penduduk di pedesaan maupun di perkotaan. Pemberian motivasi dilakukan agar siswa semangat dan bergairah dalam menerima dan mengikuti proses pembelajaran Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi 1. Memperhatikan penjelasan materi pelajaran Pola Kegiatan Ekonomi. 2. Bertanya saat proses penjelasan materi 3. Interaksi antar siswa dengan berdiskusi mengenai pendapat masing-masing 4. Interaksi antara siswa dan guru saat proses pembelajaran berlangsung 5. Siswa perkelompok membuat peta pikiran (mind mapping) dengan materi yang sudah di jelaskan. B. Pendekatan/Strategi Belajar Kekompakan siswa dalam 1. bekerjasama Keaktifan siswa dalam proses 2. pembelajaran Keterlibatan dalam kegiatan 3. belajar Mencatat penjelasan yang 4. disampaikan guru 5. Mengikuti proses pembelajaran C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar Interaksi antara siswa dan 1. media pembelajaran yang digunakan guru Tertarik pada materi yang 2. disajikan dengan media yang ditentukan Ketekunan dalam mempelajari 3. sumber belajar yang ditentukan
√
√ √
√
√
√ √ √ √ √
√
√ √
Lampiran 21
D. Penilaian Proses Mengerjakan tugas/latihan yang 1. diberikan oleh guru Menjawab pertanyaan guru 2. dengan benar E. Penggunaan Bahasa 1. Mengemukakan pendapat 2. Mengajukan pertanyaan Kegiatan Penutup 1. Siswa kembali merapikan bangku dan meja 2. Siswa memberikan kesimpulan terhadap materi pembelajaran 3. Siswa mendengarkan penjelasan guru (refleksi) 4. Siswa berdoa dan mengucapkan salam kepada guru Keterangan : 5 : Sangat Baik 4 : Baik 3 : Kurang Baik 2 : Buruk 1 : Sangat Buruk
√ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 22
Lembar Aktivitas Mengajar Kelas Eksperimen Pertemuan I
No
Aspek yang diamati
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa 2. Kesiapan menerima pembelajaran Kegiatan Awal Pembelajaran 1. Memberi salam kepada siswa saat memasuki kelas 2. Memberi penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai 3. Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai (meurut kepercayaan masing-masing 4. Mengajukan pertanyaan/apersepi
Penilaian 5 4 3 2 1 √ √
√ √
√
√
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi 1. Memberi penjelasan materi √ pelajaran perkembangan pada masa Hindu Budha di Indonesia 2. Menganalisis saat proses √ penjelasan materi pelajaran perkembangan pada masa Hindu Budha di Indonesia 3. a. Menugaskan peserta didik √ untuk berdiskusi secara berkelompok, kelompok terdiri dari 5-6 orang. Setiap kelompok menamakan kelompok diskusinya sesuai dengan nama- nama kasta dan ajaran agama Budha b. kelompok yang sudah dibagi diminta untuk
Keterangan
Lampiran 22
4.
5. 6.
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 1.
mengerjakan LKK yang diberikan oleh guru dan mendiskusikan tentang proses dan berkembangnya Hindu Budha dan daerah – daerah yang dipengaruhi unsur Hindu Budha di Indonesia. Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengumpulkan LKK dan mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi Memfasilitasi siswa agar berdiskusi mengenai pendapat mereka masing-masing Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa-guru, siswa-materi pelajaran B. Pendekatan/Strategi Belajar Melaksanakan pembelajaran aktif Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa Memotivasi siswa untuk bertanya C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar Kemampuan menggunakan media pembelajaran Kesesuaian media dengan materi dan strategi Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan LKS D. Penilaian Proses Memberikan tugas/latihan
√
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Lampiran 22
2.
Melakukan penilaian E. Penggunaan Bahasa Ketepatan penggunaan bahasa 1. yang sesuai dengan perkembangan peserta didik Ketepatan penggunaan bahasa 2. yang sesuai dengan kaidah Kegiatan Penutup 1. Melakukan konfirmasi 2. Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut Keterangan : 5 : Sangat Baik 4 : Baik 3 : Kurang Baik 2 : Buruk 1 : Sangat Buruk
√
√ √ √ √
Lampiran 22
Lembar Aktivitas Mengajar Kelas Eksperimen Pertemuan II
No
Aspek yang diamati
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa 2. Kesiapan menerima pembelajaran Kegiatan Awal Pembelajaran 1. Memberi salam kepada siswa saat memasuki kelas 2. Memberi penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai 3. Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai (meurut kepercayaan masing-masing 4. Mengajukan pertanyaan/apersepi
Penilaian 5 4 3 2 1 √ √
√ √
√
√
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi 1. Memberi penjelasan materi √ pelajaran perkembangan pada masa Hindu Budha di Indonesia 2. Menganalisis saat proses √ penjelasan materi pelajaran perkembangan pada masa Hindu Budha di Indonesia 3. a. Meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok yang terdiri dari 7 kelompok. Setiap kelompok menamakan kelompok diskusinya sesuai √ dengan namanama kerajaan pada masa Hindu Budha di Indonesia. b. Setiap kelompok mendiskusikan tentang
Keterangan
Lampiran 22
4.
5. 6.
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 1.
kerajaan yang ada di masa Hindu Budha dan Peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan yang bercorak Hindu Budha di berbagai daerah dengan membuat peta pikiran (mind mapping). Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi. Memfasilitasi siswa agar berdiskusi mengenai pendapat mereka masing-masing Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa-guru, siswa-materi pelajaran B. Pendekatan/Strategi Belajar Melaksanakan pembelajaran aktif Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa Memotivasi siswa untuk bertanya C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar Kemampuan menggunakan media pembelajaran Kesesuaian media dengan materi dan strategi Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan LKS D. Penilaian Proses Memberikan tugas/latihan
√
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Lampiran 22
2.
Melakukan penilaian E. Penggunaan Bahasa Ketepatan penggunaan bahasa 1. yang sesuai dengan perkembangan peserta didik Ketepatan penggunaan bahasa 2. yang sesuai dengan kaidah Kegiatan Penutup 1. Melakukan konfirmasi 2. Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut Keterangan : 5 : Sangat Baik 4 : Baik 3 : Kurang Baik 2 : Buruk 1 : Sangat Buruk
√
√ √ √ √
Lampiran 22
Lembar Aktivitas Mengajar Kelas Eksperimen Pertemuan III
No
Aspek yang diamati
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa 2. Kesiapan menerima pembelajaran Kegiatan Awal Pembelajaran 1. Memberi salam kepada siswa saat memasuki kelas 2. Memberi penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai 3. Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai (meurut kepercayaan masing-masing 4. Mengajukan pertanyaan/apersepi
Penilaian 5 4 3 2 1 √ √
√ √
√
√
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi 1. Memberi penjelasan materi √ pelajaran Masa Kolonial Eropa di Indonesia 2. Menganalisis saat proses √ penjelasan materi pelajaran Masa Kolonial Eropa di Indonesia 3. a. meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok, kelompok terdiri dari 6 orang. Setiap kelompok menamakan kelompok diskusinya sesuai √ dengan nama bangsa – bangsa luar yang datang ke Indonesia b. kelompok yang sudah dibagi diminta untuk
Keterangan
Lampiran 22
4.
5. 6.
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3.
1.
mendiskusikan tentang penyebab latar belakang kedatangan bangsa Eropa di Indonesia dan mendeskripsikan tujuan masing – masing bangsa luar yang datang ke Indonesia. Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi Memfasilitasi siswa agar berdiskusi mengenai pendapat mereka masing-masing Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa-guru, siswa-materi pelajaran B. Pendekatan/Strategi Belajar Melaksanakan pembelajaran aktif Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa Memotivasi siswa untuk bertanya C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar Kemampuan menggunakan media pembelajaran Kesesuaian media dengan materi dan strategi Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan LKS D. Penilaian Proses Memberikan tugas/latihan
√ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Lampiran 22
2.
Melakukan penilaian E. Penggunaan Bahasa Ketepatan penggunaan bahasa 1. yang sesuai dengan perkembangan peserta didik Ketepatan penggunaan bahasa 2. yang sesuai dengan kaidah Kegiatan Penutup 1. Melakukan konfirmasi 2. Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut Keterangan : 5 : Sangat Baik 4 : Baik 3 : Kurang Baik 2 : Buruk 1 : Sangat Buruk
√
√ √ √ √
Lampiran 22
Lembar Aktivitas Mengajar Kelas Eksperimen Pertemuan IV
No
Aspek yang diamati
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa 2. Kesiapan menerima pembelajaran Kegiatan Awal Pembelajaran 1. Memberi salam kepada siswa saat memasuki kelas 2. Memberi penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai 3. Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai (meurut kepercayaan masing-masing 4. Mengajukan pertanyaan/apersepi
Penilaian 5 4 3 2 1 √ √
√ √
√
√
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi 1. Memberi penjelasan materi √ pelajaran Masa Kolonial Eropa di Indonesia 2. Menganalisis saat proses √ penjelasan materi pelajaran Masa Kolonial Eropa di Indonesia 3. a. guru meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok yang terdiri dari 3 kelompok. Setiap kelompok menamakan kelompok diskusinya sesuai √ dengan nama masa kolonial yang ada di Indonesia. b. Setiap kelompok mendiskusikan tentang masa kolonial di Indonesia
Keterangan
Lampiran 22
4.
5. 6.
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3.
1. 2.
dengan membuat peta konsep (mind mapping). Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi Memfasilitasi siswa agar berdiskusi mengenai pendapat mereka masing-masing Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa-guru, siswa-materi pelajaran B. Pendekatan/Strategi Belajar Melaksanakan pembelajaran aktif Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa Memotivasi siswa untuk bertanya C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar Kemampuan menggunakan media pembelajaran Kesesuaian media dengan materi dan strategi Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan LKS D. Penilaian Proses Memberikan tugas/latihan
√
√ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Melakukan penilaian √ E. Penggunaan Bahasa Ketepatan penggunaan bahasa 1. √ yang sesuai dengan
Lampiran 22
perkembangan peserta didik Ketepatan penggunaan bahasa 2. √ yang sesuai dengan kaidah Kegiatan Penutup 1. Melakukan konfirmasi √ 2. Memberikan kesimpulan dan √ tindak lanjut Keterangan : 5 : Sangat Baik 4 : Baik 3 : Kurang Baik 2 : Buruk 1 : Sangat Buruk
Lampiran 22
Lembar Aktivitas Mengajar Kelas Eksperimen Pertemuan V
No
Aspek yang diamati
Pra Pembelajaran 1. Tempat duduk masing-masing siswa 2. Kesiapan menerima pembelajaran Kegiatan Awal Pembelajaran 1. Memberi salam kepada siswa saat memasuki kelas 2. Memberi penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai 3. Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum pelajaran dimulai (meurut kepercayaan masing-masing 4. Mengajukan pertanyaan/apersepi
Penilaian 5 4 3 2 1 √ √
√ √
√
√
Kegiatan Inti Pembelajaran A. Penjelasan Materi 1. Memberi penjelasan materi √ pelajaran Pola Kegiatan Ekonomi 2. Menganalisis saat proses penjelasan materi pelajaran Pola Kegiatan Ekonomi 3. a. meminta peserta didik untuk berdiskusi secara berkelompok, kelompok terdiri dari 6 orang. Setiap kelompok menamakan kelompok diskusinya sesuai √ dengan nama yang berhubungan dengan pola kegiatan ekonomi b. kelompok yang sudah dibagi diminta untuk mendiskusikan tentang pola
Keterangan
Lampiran 22
4.
5. 6.
1. 2. 3. 4.
1. 2. 3.
1.
kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi dengan membuat peta pikiran (mind mapping). Setelah selesai berdiskusi setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas sedangkan kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya dan menanggapi Memfasilitasi siswa agar berdiskusi mengenai pendapat mereka masing-masing Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa Memfasilitasi adanya interaksi antar siswa-guru, siswa-materi pelajaran B. Pendekatan/Strategi Belajar Melaksanakan pembelajaran aktif Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa Memotivasi siswa untuk bertanya C. Pemanfaatan Media Pembelajaran/Sumber Belajar Kemampuan menggunakan media pembelajaran Kesesuaian media dengan materi dan strategi Penggunaan sumber belajar selain buku ajar dan LKS D. Penilaian Proses Memberikan tugas/latihan
√ √ √
√ √ √ √
√ √ √ √
Lampiran 22
2.
Melakukan penilaian E. Penggunaan Bahasa Ketepatan penggunaan bahasa 1. yang sesuai dengan perkembangan peserta didik Ketepatan penggunaan bahasa 2. yang sesuai dengan kaidah Kegiatan Penutup 1. Melakukan konfirmasi 2. Memberikan kesimpulan dan tindak lanjut Keterangan : 5 : Sangat Baik 4 : Baik 3 : Kurang Baik 2 : Buruk 1 : Sangat Buruk
√
√ √ √ √
Lampiran 23
WAWANCARA GURU MATA PELAJARAN IPS Sekolah
: SMP Negeri 178 Jakarta
Hari/ Tanggal
: Kamis, 12 Februari 2015
Narasumber
: Surjadi Djaenudin, S.Pd
1.
Apakah bapak sebelum mengajar membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ? Ya, biasanya kolektif karena guru IPS di sekolah ini ada 4 orang tetapi beda kelas dalam mengajar dan kebetulan saya mengajar kelas VII bersama guru IPS yang lain yaitu bapak Joko Iswanto, S.Pd jadi kami kolektif
dalam membuat RPP dan biasanya melalui MGMP atau
Musyawarah Guru Mata Pelajaran. 2.
Apakah
bapak
pernah
mengikuti
seminar
sehubungan
dengan
pembelajaran IPS ? Pernah, seminar di Muhammadiyah tentang manajemen pendidikan itu banyak masalah tentang pembelajarannya. 3.
Buku sumber apa saja yang digunakan dalam pembelajaran IPS selain buku paket dan LKS ? Ada buku relevan yang berhubungan dengan mata pelajarannya seperti buku pengetahuan umum tentang masalah sosisologi, buku pegangan guru, peta.
4.
Dalam mengajar metode apa yang sering bapak gunakan ? Metode tanya jawab, ceramah, penugasan
5.
Berapa nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pelajaran IPS ? 71, dibawah 71 harus mengikuti program remedial.
6.
Menurut bapak bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa ? Dengan cara banyak membaca, latihan, bimbingan belajar di luar sekolah.
7.
Untuk kelengkapan belajar, apakah sebelumnya bapak membuat program semester ? apakah disusun sendiri atau disusun oleh kurikulum ?
Lampiran 23
Ya, membuat satu paket dari mulai kalender, program tahunan, program semester, minggu efektif, dan materi mana yang harus diutamakan terlebih dahulu. Itu semua dibuat sendiri, patokannya dari silabus. 8.
Media apa yang sering bapak gunakan dalam mengajar ? Peta, atlas, globe.
9.
Bagaimana hasil belajar IPS siswa kelas VII selama ini ? Standar, terkadang terlalu banyak materi jadi siswa tersebut kurang paham jadi mendapat nilai kecil karena masih kurang menguasai materi tersebut, jadi grafiknya turun naik.
10. Apakah bapak tahu model pembelajaran Quantum Teaching atau pembelajaran dengan cara membagi kelompok diskusi di dalam kelas? Ya, jadi Quantum Teaching itu pembelajaran yang dilihat dari keaktifan siswa, terutama dalam kelompok itu ada siswa yang aktif maka dapat berpengaruh positif bagi siswa yang kurang aktif.
Lampiran 23
WAWANCARA SISWA KELAS EKSPERIMEN Sekolah
: SMP Negeri 178 Jakarta
Kelas
: VII 6
Hari/ Tanggal
: Senin, 18 Mei 2015
Identitas Siswa
: Syavrielya Anissa A
1. Bagaimana pendapatmu tentang pelajaran IPS di kelas ? Menurut saya IPS itu mempelajari tentang politik, ekonomi, sosial, dan sejarah. 2. Apakah menyenangkan atau merupakan pelajaran yang sulit IPS itu ? Pertama kali yang saya rasakan sulit, dan juga bosan apalagi kalau ditugaskan mengerjakan LKS karena soal yang banyak jadi timbul rasa malas, tetapi sekarang merasa gampang mempelajari IPS dan lebih seru. 3. Bagaimana pendapat kamu mengenai pembelajaran IPS yang di jelaskan oleh guru ? Pak guru suka bercanda didsela pembelajaran, pada saat menerangkan terkadang suka tidak masuk ke otak karena pak guru hanya menerangkan saja, tidak seru dan kelas terasa membosankan. 4. Apakah guru sering menggunakan alat peraga atau media dalam mengajar ? Pernah menggunakan peta dan globe, seingat saya 1 kali menggunakan peta, tetapi media power point tidak pernah. 5. Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS dengan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping)? Dengan membuat peta pikiran (mind mapping) dan diselingi diskusi belajarnya menjadi lebih efektif, dapat menjalin kekompakkan dalam bekerja sama meskpin beberapa siswa laki-laki tidak ikut mengerjakan karena lebih mengandalkan siswi perempuan yang mengerjakan. Dengan belajar membuat peta pikiran dan berdiskusi jadi cepat mengerti, dan juga singkat untuk menghapal.
Lampiran 23
6. Menurut kamu apakah ada perbedaan suasana pembelajaran IPS yang dilaksanakan pada saat sekarang dan sebelumnya ? Ada perbedaannya, kalu diajarkan pak guru suasananya tenang, sedangkan kalau diajarkan oleh ibu Ria suasana kelas menjadi ceria dan seru. 7. Apakah kamu senang dan lebih tertarik dengan model pembelajaran IPS yang sekarang daripada sebelumnya ? Lebih senang belajar IPS di kelas yang sekarang karena lebih mengasyikkan dan banyak gamesnya.
Lampiran 23
WAWANCARA SISWA KELAS EKSPERIMEN Sekolah
: SMP Negeri 178 Jakarta
Kelas
: VII 6
Hari/ Tanggal
: Senin, 18 Mei 2015
Identitas Siswa
: Sindy Ayu Wahyuningsih
1.
Bagaimana pendapatmu tentang pelajaran IPS di kelas ? Menurut saya IPS itu mempelajari tentang Sejarah, Sioal, dan mempelajari tentang budaya
2.
Apakah menyenangkan atau merupakan pelajaran yang sulit IPS itu ? Menurut saya, pembelajaran IPS sekarang lebih gampang karena saya sekarang lebih bisa memahami pelajarannya seperti Sejarah, Sosial dan lain-lain.
3.
Bagaimana pendapat kamu mengenai pembelajaran IPS yang di jelaskan oleh guru ? Kalau menurut saya pembelajaran IPS yang diajarkan oleh pak guru susah dipahami karena setiap pak guru menjelaskan teman-teman yang lain berisik dan tidak mendengarkan.
4.
Apakah guru sering menggunakan alat peraga atau media dalam mengajar? Pernah, memakai peta 1 kali.
5.
Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS dengan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping)? Dengan belajar IPS membuat peta pikiran dan berdiskusi kita bisa cepat memahami materi dari pelajaran IPS dan juga jadi lebih kreatif.
6.
Menurut kamu apakah ada perbedaan suasana pembelajaran IPS yang dilaksanakan pada saat sekarang dan sebelumnya ? Ada perbedaannya, kalau diajarkan oleh pak guru tidak begitu detail, tetapi kalau diajarkan oleh bu Ria detail dan tegas juga sering diselingi dengan permainan yang banyak makna akan pelajaran IPS.
Lampiran 23
7.
Apakah kamu senang dan lebih tertarik dengan model pembelajaran IPS yang sekarang daripada sebelumnya ? Lebih senang yang sekarang, kalau diajakan oleh bu Ria dengan model pembelajaran diskusi dan membuat peta pikiran jadi cepat mengerti sedangkan kalau diajarkan oleh pak guru masih sulit dimengerti.
Lampiran 23
WAWANCARA SISWA KELAS EKSPERIMEN Sekolah
: SMP Negeri 178 Jakarta
Kelas
: VII 6
Hari/ Tanggal
: Senin, 18 Mei 2015
Identitas Siswa
: Mutiara Apriliana
1.
Bagaimana pendapatmu tentang pelajaran IPS di kelas ? Menurut saya IPS itu mempelajari tentang Sejarah dan kegiatan sosial.
2.
Apakah menyenagkan atau merupakan pelajaran yang sulit IPS itu ? Sulit karena saya tidak terlalu suka dengan Sejarah.
3.
Bagaimana pendapat kamu mengenai pembelajaran IPS yang di jelaskan oleh guru ? Dapat dimengerti tetapi terkadang susah dimengerti.
4.
Apakah guru sering menggunakan alat peraga atau media dalam mengajar? Kalau peta pernah tapi pak guru selalu menjelaskan jarang diperagakan.
5.
Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS dengan model pembelajaran Quantum Teaching teknik peta pikiran (mind mapping)? Suka sekali karena selain kita belajar, kita juga bisa kreatif.
6.
Menurut kamu apakah ada perbedaan suasana pembelajaran IPS yang dilaksanakan pada saat sekarang dan sebelumnya ? Suasana pembelajaran saat bu Ria lebih meriah meskipun ramai dan terkadang berisik tapi dapat dimengerti dengan cepat karena belajar sambil bermain, sedangkan saat pembelajaran pak guru memang lebih tenang tapi suasana kelas terasa membosankan dan mengantuk karena pak guru hanya bercerita atau menjelaskan.
7.
Apakah kamu senang dan lebih tertarik dengan model pembelajaran IPS yang sekarang daripada sebelumnya ? Tertarik sekali, bahkan sangat ditunggu-tunggu karena tidak membosankan dan banyak permainanya.
Lampiran 23
WAWANCARA SISWA KELAS KONTROL Sekolah
: SMP Negeri 178 Jakarta
Kelas
: VII 3
Hari/ Tanggal
: Jumat, 15 Mei 2015
Identitas Siswa
: Evelyne Rachimsya N K
1.
Bagaimana pendapatmu tentang pelajaran IPS di kelas ? Menurut pendapat saya pelajaran IPS adalah pelajaran yang memplajari tentang hubungan sosial atau antar manusia.
2.
Apakah menyenangkan atau merupakan pelajaran yang sulit IPS itu ? Iya menyenangkan, IPS itu pelajaran yang sebenarnya menyenangkan tergantung
orang
membosankan
yang
mengajar.
pelajarannya
juga
Kalau ikut
orang
yang
membosankan,
mengajar begitupun
sebaliknya. 3.
Bagaimana pendapat kamu mengenai pembelajaran IPS yang di jelaskan oleh guru ? Menurut saya pembelajaran IPS yang diajarkan oleh pak guru sebenarnya menyenangkan hanya sedikit membosankan dan membuat mengantuk.
4.
Apakah guru sering menggunakan alat peraga atau media dalam mengajar? Tidak sering, hanya sesekali saja.
5.
Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran diskusi kelompok dengan mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) ? Saya sangat suka dengan itu, saya lebih bisa memahami dengan baik, karena jika kita mengisi LKK itu sudah pasti kita harus membaca. Dengan membaca sudah pasti bisa masuk ke otak dan dapat lebih mudah dimengerti.
6.
Menurut kamu apakah ada perbedaan suasana pembelajaran IPS yang dilaksanakan pada saat sekarang dan sebelumnya ?
Lampiran 23
Ada perbedaan yang sangat jauh. Perbedaannya sekarang saya sudah tidak pernah mengantuk saat belajar IPS di sekolah dan sekarang saya suka sekali pelajaran IPS karena tidak membosankan dan banyak permainnya. 7.
Apakah kamu senang dan lebih tertarik dengan metode pembelajaran IPS yang sekarang daripada sebelumnya ? Senang dan tertarik karena tidak membosankan, sangat menyenagkan dan banyak gamesnya.
Lampiran 23
WAWANCARA SISWA KELAS KONTROL Sekolah
: SMP Negeri 178 Jakarta
Kelas
: VII 3
Hari/ Tanggal
: Jumat, 15 Mei 2015
Identitas Siswa
: Putri Eka Septyani
1.
Bagaimana pendapatmu tentang pelajaran IPS di kelas ? Menurut saya IPS itu pe lajaran yang mengasikkan karena kita bisa tahu tentang zaman dahulu, tetapi jika belajarnya terlalu di porsir suka membosankan, jadi misalnya materi tentang Sejarah belajarnya santai saja.
2.
Apakah menyenangkan atau merupakan pelajaran yang sulit IPS itu ? Menurut saya menyenangkan dan juga tidak terlalu sulit.
3.
Bagaimana pendapat kamu mengenai pembelajaran IPS yang di jelaskan oleh guru ? Terkadang suka bercanda dan pada akhirnya jadi lupa tapi asik juga belajar bersama pak guru dan terkadang suka membosankan.
4.
Apakah guru sering menggunakan alat peraga atau media dalam mengajar? Jarang tetapi sepertinya pernah 1 kali memakai peta.
5.
Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran diskusi kelompok dengan mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) ? Senang sekali bu, jadi tidak bosan karena mengerjakannya bareng-bareng
6.
Menurut kamu apakah ada perbedaan suasana pembelajaran IPS yang dilaksanakan pada saat sekarang dan sebelumnya ? Ada bu perbedaannya terkadang belajar sama pak guru bosen sekali tetapi kalau belajar diajarkan bu Ria jadi semakin bersemangat tidak terlalu serius tapi gampang dimengerti.
Lampiran 23
7.
Apakah kamu senang dan lebih tertarik dengan metode pembelajaran IPS yang sekarang daripada sebelumnya ? Iya, karena lebih seru dari sebelumnya dan saya suka belajar yang ada gamesnya walaupun ada games tapi kita juga belajar.
Lampiran 23
WAWANCARA SISWA KELAS KONTROL Sekolah
: SMP Negeri 178 Jakarta
Kelas
: VII 3
Hari/ Tanggal
: Jumat, 15 Mei 2015
Identitas Siswa
: Audi Farah
1.
Bagaimana pendapatmu tentang pelajaran IPS di kelas ? Pelajaran IPS itu banyak wawasan tentang Sejarah nusantara.
2.
Apakah menyenangkan atau merupakan pelajaran yang sulit IPS itu ? Menurut saya menyenangkan tetapi agak sulit. Kalau ada cerita yang rumit misalnya ceritanya panjang dan dijelasinnya kurang jelas.
3.
Bagaimana pendapat kamu mengenai pembelajaran IPS yang di jelaskan oleh guru ? Kadang-kadang pembelajaran yang dijelaskan pak guru agak sulit dimengerti dan kadang-kadang mudah dimengerti.
4.
Apakah guru sering menggunakan alat peraga atau media dalam mengajar? Pak guru jarang menggunakan media seperti powerpoint, tapi media seperti atlas sering.
5.
Apakah kamu menyukai pembelajaran IPS dengan metode pembelajaran diskusi kelompok dengan mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK) ? Menyukai karena tidak terlalu membosankan.
6.
Menurut kamu apakah ada perbedaan suasana pembelajaran IPS yang dilaksanakan pada saat sekarang dan sebelumnya ? Ada perbedaannya, kalau diajarkan oleg bu Ria lebih menyenangkan dan lebih mudah dimengerti, tidak membosankan sedangkan suasana yang diajarkan oleh pak guru lebih banyak mengerjakan tugas tulisan dan lainlain yang membuat suasana kelas agak membosankan.
7.
Apakah kamu senang dan lebih tertarik dengan metode pembelajaran IPS yang sekarang daripada sebelumnya ?
Lampiran 23
saya lebih senang dengan pembelajaran IPS yang sekarang karena dengan pembelajaran IPS ynag sekarang mudah dimengerti.
Lampiran 24
DOKUMENTASI PENELITIAN KELAS EKSPERIMEN (MODEL QUANTUM TEACHING TEKNIK PETA PIKIRAN)
1.
Siswa sedang mengerjakan pretest sebelum diberikan treatment.
2.
Peneliti sedang melakukan treatment kepada kelas Eksperimen dan memberi contoh membuat Peta Pikiran (Mind Mapping).
Lampiran 24
3. Siswa sedang berdiskusi dan mengerjakan Peta Pikiran (Mind Mapping)
4.
Hasil Peta Pikiran (Mind Mapping) yang di buat oleh siswa kelas eksperimen
Lampiran 24
5. Siswa mengerjakan posttest setelah diberi treatment sebanyak 5 kali pertemuan.
Lampiran 24
DOKUMENTASI PENELITIAN KELAS KONTROL (DISKUSI KELOMPOK MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA KELOMPOK)
1. Siswa sedang berdiskusi dan mengerjakan tugas Lembar Kerja Kelompok (LKK)
2. Salah satu contoh Lembar Kerja Kelompok (LKK) kelas Kontrol
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama lengkap Ria Liniarti dilahirkan di Tangerang pada tanggal 30 Juni 1992 dari ayah yang bernama Alm.Subandi dan ibu bernama Repelina. Penulis sekarang beralamatkan di Jl.Bidar VII No.7 RT 004/RW.007 Pakulonan
Kecamatan Barat
Kelapa
Kabupaten
Dua
Kelurahan
Tangerang.
Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Perumnas Bumi Kelapa Dua Tangerang dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Nusantara 1 Tangerang dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 10 Tangerang dan lulus pada tahun 2010. Setelah lulus SMA, pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Geografi dan lulus pada tanggal 13 Oktober 2015.