PENGARUH PENGAWASAN DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP PROFESIONALISME GURU SD DI GUGUS IV KECAMATAN CIMARGA KABUPATEN LEBAK
JUHRI SYIWA
Abstract. The study was conducted to determine how much influence the supervision of a primary school teacher professionalism, how big the influence of organizational behaviour on primary school teacher professionalism, and knowing how big the influence of organization behaviour on primary school teacher professionalism in Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak. The research aims to see the relationship between independent variables (controlling and organizational behaviour) and independent variable (profesionalism). The population of this studywere all teacher of Gugus IV Kecamatan Cimarga a total of 32 people and were used as samples in this study were 32 people. Each respondent is given 26 questions using a Likert Scale. Based on the result of data processing show that the influence of supervision on primary school teacher profesionalism at Gugus IV Kecamatan Cimarga is strong, this means that the relationship between the two variables is significan. While the influence of organization climate to primary school teacher profesionalism in gugus IV Kecamatan Cimarga is very strong. This means that relationship between the two variables is significant. This the relationhip between the two variables is signifikan. While the influence of supervision and organizational behaviour to primary school teacher profesionalism in gugus IV kecamatan cimarga Kabupaten Lebak is strong. This shows that the better supervision and organizational behaviour, the more it will improve the profesionalism of teachers. Keywords: supervision, organization climate, teacher profesionalism Abstrak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengawasan profesionalisme guru sekolah dasar , mengetahui seberapa besar pengaruh iklim organisasi terhadap profesionalisme guru sekolah dasar , dan mengetahui seberapa besar pengaruh iklim organisasi di sekolah dasar profesionalisme guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak. Penelitian ini menggunakan metode survey untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen dan variabel dipendent. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru Gugus IV Kecamatan Cimarga sebanyak 32 orang dan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang. Setiap responden diberikan 26 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa adanya pengaruh kuat atas pengawasan terhadap sekolah dasar profesionalisme guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga, ini berarti bahwa hubungan antara kedua variabel adalah lebih kuat secara signifikan dari tingkat keyakinan. Sedangkan pengaruh iklim organisasi terhadap profesionalisme guru sekolah dasar dalam Gugus IV Kecamatan Cimarga adalah sangat kuat. Ini berarti bahwa hubungan antara kedua variabel signifikan. Hubungan antara kedua variabel ini adalah kuat secara signifikan pada tingkat kepercayaan. Sedangkan pengaruh pengawasan dan iklim organisasi sekolah dasar profesionalisme guru di Gugus IV cimarga kecamatan Kabupaten Lebak adalah kuat. Hal ini menunjukkan bahwa pengawasan yang lebih baik dan iklim organisasi, maka akan semakin meningkatkan profesionalisme guru . Kata kunci: pengawasan, iklim organisasi, profesionalisme guru Pendidikan memiliki peranan penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan demikian Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan tugas suci untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan.
Pendidikan dapat mengubah pola pikir, pola sikap dan pola tindak seseorang kearah yang progresif sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Dengan demikian pendidikan harus menjadi komitmen bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua. Hasil pendidikan
diharapkan mampu melahirkan sumber daya manusia yang memiliki keunggulan kompetitif dalam kehidupan global dan memiliki pondasi iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lebih lanjut Glaser (Edward Deming, 1992: 10-13), menyarankan butir-butir untuk mencapai mutu pendidikan prima yang termasuk dalam strategi Total Quality Education (TQE), di antaranya: (1). Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang menghasilkan kualitas kerja. Peserta didik juga harus berusaha mengejar kualitas dan menyadari jika menghasilkan output yang baik, customers mereka (guru, orang tua, lapangan kerja) tidak menyukainya. (2). Menjalin kerja sama yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stake holders) untuk menjamin bahwa input yang diterima berkualitas. (3). Melakukan evaluasi secara kontinyu dan mencari terobosanterobosan pengembangan sistem dan proses untuk meningkatkan mutu dan produktivitas. (4). Para guru, staf dan siswa harus dilatih dan dilatih kembali dalam pengembangan mutu. Guru harus melatih siswa agar menjadi warga dan pekerja masa depan dengan mengembangkan kemampuan pengendalian diri, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. (5). Kepemimpinan lembaga yang mengarahkan guru, staf dan siswa agar mengerjakan tugas pekerjaannya dengan lebih baik. Di dalam mengelola kelas guru hendaknya menerapkan visi kepemimpinan pada pengawasan. (6). Menghilangkan penghalang kerja sama antara staf, guru, siswa dan atau antar-ketiganya. (7). Pengelola harus memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk mengambil bagian atau peranan dalampencapaian kualitas. Menyikapi tuntutan tersebut, penyelenggara pendidikan yang profesional perlu melakukan
perubahan pola pikir dari segenap jajaran di lingkungan sekolah untuk lebih memahami dan memaknai fungsi pengawasan secara lebih luas dan modern, yang selalu mengacu pada standarstandar tertentu yang telah ditetapkan. Menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur besarnya setiap penyimpangan tujuan harus diwaspadai, karena akan terkait dengan efektifitas kegiatan tersebut. Mengambil tindakan yang diperlukan mengisyaratkan bahwa pelaksanaan kegiatan pengawasan ini harus mampu menjaga arah tujuan secara konsisten sesuai dengan yang telah direncanakan. Karena mau tidak mau, suka tidak suka dunia telah memasuki millinium III atau era kesejagatan. Untuk mengantisipasi tuntutan atau perubahan yang terjadi saat ini. Sektor pendidikan harus berupaya menjalankan manajemen sekolah dengan baik, agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja guru secara optimal, yaitu dengan terus mengkaji dan melakukan perubahan pengaruh internal dan eksternal yang dihadapi. Berbagai aspek yang dapat memengaruhi kualitas pendidikan yaitu kualitas guru, sarana prasarana, kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian serta sistem pengawasan. Guru merupakan sumber daya manusia yang mengerahkan dan mendayagunakan faktor-faktor dalam pendidikan, sehingga tercipta proses pembelajaran yang bermakna dan berkualitas. Dengan demikian faktor profesionalime guru dianggap sebagai faktor penting yang paling menentukan terhadap peningkatan atau penurunan kualitas pendidikan. Dari pengamtan, rendahnya tingkat profesionalisme guru di wilayah gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak menyebabkan materi pembelajaran yang disampaikan tidak dapat diserap secara optimal oleh siswa sebagai peserta didik. Hal ini karena teknik dan strategi belajar yang dilakukan masih bersifat tradisional serta kurangnya pengawasan dalam melakukan inovasi pembelajaran lebih efektif dan efesien sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Peningkatan profesionalime guru dapat dilakukan melalui pengawasan kepala sekolah pasalny, Pengawasan terhadap kepala sekolah yang efektif akan berpengaruh terhadap kinerja guru, dan seluruh aspek pendukung. Fenomena
menunjukkan terjadinya penurunan tingkat profesionalisme guru yang ditunjukan oleh tingkat kehadiran tepat waktu mencapai 60 persen, belum optimalnya penyiapan perencanaan mengajar, alat bantu mengajar yang masih rendah, dan pemahaman guru tentang kurikulum belum maksimal. Menurunnya profesionalisme guru di wilayah gugus IV Kecamatan Cimarga, antara lain dipengaruhi oleh kualifikasi pendidikan. Masih banyak guru yang mengajar, tetapi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keahlian. Ditinjau dari sudut kepala sekolah sebagai atasan langsung guru, secara fungsional ada beberapa hal yang dapat menimbulkan rendahnya tingkat profesional guru yang berkaitan dengan tugas-tugas kepala sekolah dalam melakukan tugas pokok sebagai pendidik, pengajar, administator, supervisor, pemimpin, pendorong, untuk meningkatkan profesionalisme guru. Efektifitas pengawasan kepala sekolah berperan penting terhadap peningkatan profesionalisme guru. Di sisi lain, sejauh mana peningkatan profesionalisme guru di lingkungan organisasi dipengaruhi oleh adanya iklim organisasi. Dalam dunia kerja, iklim organisasi sering kali menjadi isu yang sangat penting. Iklim organisasi yang belum optimal dapat menimbulkan pengaruh besar terhadap motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja guru terkadang tidak terwujud. Padahal para guru mengharapkan imbalan, kepuasan dan juga prestasi mereka terhadap iklim organisasi. Iklim organisasi yang sehat tentu memunculkan kepuasan kerja guru, yang pada gilirannya mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja guru khususnya di wilayah gugus IV Kecamatan Cimarga. Berdasarkan haltersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengawasan dan Iklim
Organisasi terhadap Profesionalisme Guru SD di Wilayah Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak”. Dengan melakukan pengawasan terhadap guru, akan membantu apakah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia dan pengarahan telah dilaksanakan secara efektif. Sarwoto (1991: 95) menegaskan: “Pengawasan menghendaki adanya tujuan-tujuan dan rencanarencana.” Tak seorang pemimpin pun yang dapat mengawasi kalau rencana belum dibuat. Dengan perkataan lain bahwa antara perencanaan dan pengawasan mempunyai hubungan atau pengaruh umpan balik yang jelas sebagaimana digambarkan dalam bagan berikut ini. Gambar 1. Lebih lanjut Sarwoto (1991: 95), mengemukakan dimensi dari pengawasan sebagai berikut: (1). Menentukan standar prestasi/kegiatan, yaitu dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi sebelum tahap suatu kegiatan tertentu diselesaikan. (2). Pelaksanaan kegiatan, yaitu pengawasan yang dilakukan selama kegiatan berlangsung. Pengawasan ini merupakan proses aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, sebelum kegiatankegiatan bisa dilanjutkan yang lebih menjamin ketepan pelaksanaan kegiatan tertentu. (3). Sistem umpan balik, yaitu mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yangb telah diselesaikan. Penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan dan diterapkan untuk kegiatan serupa di masa yang akan datang. Pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi. Istilah iklim organisasi (organzation behaviour) pertama kalinya dipakai oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi. Kemudian istilah iklim organisasi dipakai oleh Tagiuri dan Litwin,
(Wiarawan, (2008:121), yang menyatakan: “Iklim organisasai merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi mempengruhi perilaku mereka dan dapat dikuliskan dalam pengertian satu set karakteristik atau sifat organisasi.” Lebih lanjut Robert Sringer (Wirawan 2008: 131) berpendapat bahwa karateristik atau dimensi iklim organisasi memengaruhi motivasi anggota organisasi untuk berperilaku tertentu, karena itu iklim organisasi dapat dituliskan dan diukur dalam pengertian dimensi tersebut. Ia mengatakan bahwa untuk mengukur iklim organisai terdapat enam dimensi yang diperlukan, yaitu: (1). Struktur. Struktur organisasi merefleksikan perasaan organisasi secara baik dan mempunyai oeran dan tanggung jawab yang jelas dalam lingkungan organisasi. Struktur tinggi jika anggota organisasi merasa pekerjaan mereka didefinisi-kan secara baik. Struktur rendah jika mereka merasa tidak ada kejelasan mengenai siapa yang melakukan tugas dan mempunyai kewenangan mengambil keputusan. (2). Standar-Standar. Standar dalam suatu organisasi mengukur perasaan tekanan untuk meningkatkan kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki oleh anggota organisasi dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Standarstandar tinggi artinya anggota organisasi selalu berupaya mencari jalan untuk meningkatkan kinerja. standar-standar rendah merefleksikan harapan yang lebih rendah untuk kinerja. (3). Tanggung Jawab. Tanggung jawab merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi “bos diri sendiri” dan tidak memerlukan keputusannya dilegitimasi oleh anggota organisasi lainnya. Persepsi tanggung jawab tinggi menunjukan bahwa anggota organisasi merasa didorong untuk memecahkan problematnya sendiri. tanggung jawab renda menunjukan bahwa pengambilan resiko dan percobaan terhadap pendekatan baru tidak diharapkan. (4). Penghargaan. Penghargaan mengindikasikan bahwa anggota organisasi merasa dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Penghargaan merupakan ukuran yang dihadapkan dengan kritik dan hukuman atas penyelesaian pekerjaan. Iklim organisasi yang menghargai kinerja berkarakteristik keseimbangan antara imbalan dan kritik. Penghargaan rendah artinya penyelesaian
pekerjaan dengan baik diberi imbalan secara tidak konsisten. (5). Dukungan. Dukungan merefleksikan perasaan percaya dan saling , mendukung yang terus berlangsung di antara anggota kelompok kerja. Dukungan tinggi jika anggota organisasi merasa bahwa mereka bagian tim yang berfungsi dengan baik dan merasa memperoleh bantuan dari atasannya, jika mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas. Jika dukungan rendah, anggota organisasi merasa terisolasi atau tersisih sendiri. Dimensi iklim organisasi menjadi sesuatu sangat penting untuk model bisnis yang ada, dimana sumbersumber sangat terbatas. (6). Komitmen. Komitmen merefleksikan perasaan bangga terhadap organisasi dan derajat kolayalan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Perasaan komitmen kuat berasosiasi dengan loyalitas personal. Level rendah komitman artinya karyawan merasa apatis terhadap organisasi dan tujuannya. Istilah Profesinalisme berasal dari bahasa Inggris, akar kata “profesi”, adalah kata benda yaitu profession dan punya turunan profesional, profesinalisasi. Profesionalsme yang dalam bahasa Inggris berturut-turut dikenal bentuk istilah: profesional, profesionalization, dan professionalism. Profesionalisme menunjukan pada mutu, kualitas, tindak tanduk atau sikap yang merupakan ciri suatu profesi atau seseorang yang profesional. Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai kompetensi. Kompetensi yang dimaksud sebagaimana pendapat para pakar yang dikutip oleh Sudarmanto (2009: 46-48), sebagai berikut: (1). Kompetensi adalah kemampuan untuk menjalankan aktivitas dalam sebuah pekerjaan menurut standar yang ditetapkan. (Mc Clelland). (2). Kompetensi merupakan karakteristik mendasar seseorang yang menghasilkan kinerja unggul dan atau efektif dalam suatu pekerjaan. (Klemp). (3). Kompetensi sebagai pengetahuan keahlian, kemampuan, atau karakteristik pribadi individu yang mempengaruhi secara langsung kinerja pekerjaan. (Brian E. Becher, Mark Huslid & Dave Ulrich). (4). Beberapa aspek yang terkandung dalam kompetensi, yaitu pengetahuan, pemahaman, skill, nilai, sikap, dan ketertarikan. (Gordon). (5). Kompetensi sebagai kemampuan dan karakteristik yang memiliki seorang pegawai negeri sipil yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga pegawai negeri sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efesien. (BKN-RI). (6). Kompetensi adalah karakteristik-karakteristik yang berhubungan dengan kinerja unggul dan atau efektif di dalam pekerjaan. (Richard E. Boyatzis). (7). Kompetensi adalah pengetahuan, keahlian, dan kualitas manajer atau pimpinan yang efektif. (Likewise Hoenby dan Thomas). (8). Kompetensi adalah penguasaan terhadap tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. (Finch dan Crunkilton). (9). Kompetensi merupakan kemampuan untuk menjalankan aktivitas dalam pekerjaan. (National Council for Vocational Qualification). (10). Kompetensi merupakan kemampuan untuk menjalankan aktivitas dalam pekerjaan atau fungsi sesuai dengan standar kerja yang diharapkan. (Training agency). Lebih lanjut FX. Soedjadi (1997: 184-185) mengemukakan dimensi dari profesionalisme guru sebagai berikut: (1). Kemampuan dalam memimpin organisasi, mencakup butir sebagai berikut: (a). Mempunyai jangkauan pandangan ke depan yang luas, termasuk pemeliharaan kesinambungan serta keserasian dinamika kegiatan jangka panjang, sedang, dan pendek. (b). Berpikir strategis, konseptual dan pragmatis sehingga penentuan kebutuhan informasi juga pengumpulan, penanganan dan analisisnya yang dapat dilakukan dengan baik, serta masalahmasalah yang bakal timbul dapat diprediksi dengan cermat dan pemecahannya pun dapat dilakukan dengan lebih baik. (c). Memiliki kepekaan terhadap faktor lingkungan, baik fisik maupun nonfisik/abstrak. (2). Kemampuan dalam membina tim kerja; (a). Kemampuan sebagai pemimpin (leader) dalam memengaruhi dan mengarahkan bawahan (anggota organisasi/ unit kerja) untuk dengan rela hati secara penuh gairah/semangat termotivasi untuk bekerja bagi tercapainya sasaran yang ditetapkan. (b). Mempunyai fleksibilitas dalam arti sikap keterbukaan dan toleransi yang tinggi, untuk memungkinkan pertisipasi dan inovasi setiap anggota tim, namun tetap konsisten dengan sasaran yang harus dicapai serta asas-asas yang berlaku umum. (c). Berorientasi pada pemecahan masalah, berani mengambil keputusan serta berani menanggung risiko. (d). Menjadi perekat
(tenacity) tim dalam mencapai hasil konkret yang telah ditetapkan. (3). Kemampuan sebagai individu; (a). Memiliki kemampuan berkomunikasi timbal balik, baik vertikal, horizontal maupin diagonal, dalam rangka membina kerja sama, koordinasi dan hubungan kerja (relationship) timbal balik serta keterpaduan antara pihak-pihak terkait untuk tercapainya sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. (b). Memiliki pengetahuan dan kemampuan pribadi yang cukup, namun dengan perilaku yang positif dan dengan sadar senantiasa menyebarluaskan kemampuan tersebut kepada orang lain serta menerapkannya agar lebih bermanfaat bagi banyak pihak. (c). Memiliki profesionalisme ataupun kemampuan teknis dalam bidang tugas yang menjadi tanggung jawab, sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu Penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat dari suatu populasi dan alat pengumpul data yang pokok. (Masri Singarimban 1987: 1). Hal ini bermaksud mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, sehingga dapat dipahami tentang sesuatu fenomena yang terjadi dalam organisasi. Pengetian survei tersebut dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Secara lebih jelasnya, Sugiyono (2004: 3) mengemukakan pengertian penelitian survei sebagai berikut: “Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data sampel yang diambil dan representatif dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadiankejadian relatif, distributif, dan hubunganhubungan antara variabel sosiologi maupun psokologi”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang bersifat asosiatif kausal, yaitu menekankan pada segi pengukuran variabel dengan menggunakan teknik dan alat ukur yang objektif, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan demikian, penelitian ini mengarah kepada kajian korelasi dan regresi antara pengawasan (X1) dan iklim
organisasi (X2) sebagai variabel bebas, dengan profesionalisme guru (Y) sebagai variabel terikat. Kajian korelasi dan regresi tersebut bersifat sebab akibat, yaitu variabel bebas sebagai sebab, dan variabel terikat sebagai akibat. Akhirnya dari hasil analisis data tersebut, kemudian dilakukan identifikasi dan interprestasi (pembahasan) untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan perkembangan pengaruhnya di masa depan. Gambar 2. Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1). Pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profesionalisme Guru SD di wilayah Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak. (2). Iklim Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profesionalisme Guru SD di wilayah Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak. (3). Pengawasan dan Iklim Organisasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profrsionalisme Guru SD di wilayah Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak Operasional Variabel Dalam kerangka konseptual dan hipotesis yang dikemukakan, terdapat tiga variabel, yaitu Pengawasan sebagai varabel bebas (X1), dan
Iklim Organisasi sebagai variabel bebas (X2) yang akan memengaruhi Profesionalisme Guru sebagi variabel terikat (Y), sebagaimana dirinci dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan penyebaran kuisioner pada responden penelitian. Kemudian besaran populasi objek penelitian meliputi 7 SD yang ada di gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak, yaitu sebanyak 32 orang. Adapun teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah sampel jenuh (totalitas sampling), yaitu jumlah sampel sama dengan jumlah populasi, yaitu 32 orang guru. Teknik Analisis Data Teknik analisis data meliputi Analisis statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian, dan Analisis statistik inferensial, yaitu data dengan statistik yang digunakan dengan tujuan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Dalam praktik penelitian, analisis statistik inferensial dilakukan dalam bentuk pengujian hipotesis.
Uji Hipotesis Pengujian Kriteria Statistik, terdiri dari Uji Signifikansi Korelasi Produck Moment Sederhana (uji t), Uji Signifikansi Korelasi Produck Moment Ganda (uji F), Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Adjusted R2 Sedangkan Hipotesis yang diajukan dalam penelitian merupakan asumsi penuis atau suatu jawaban yang bersifat sementara atas fenomena permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis yang bersifat statistik sebetulnya dapat diartikan sebagai suatu asumsi mengenai parameter. Untuk menguji kekuatan asumsi tersebut , menggunakan Regresi dan Korelasi Sederhana dan Regresi dan Korelasi Berganda. Adapun rancangan uji hipotesis dalam penelitian ini, ditetapkan dengan langkahlangkah sebagai berikut: (1). Pengujian hipotesis 1, Tentang pengaruh pengawasan
terhadap profesionalisme guru. (a). H0: p= 0, berarti tidak terdapat pengaruh positif pengawasan terhadap profesionalisme guru. (b). H0 : p ≠ 0, berarti terdapat pengaruh positif pengawasan terhadap profesionalisme guru. (2). Pengujian hipotesis 2, Tentang pengaruh iklim organisasi terhadap profesionalisme guru. (a). H0 : p = 0 berarti tidak terdapat pengaruh positif iklim organisasi terhadap profsionalisme guru. (b). H0 : p ≠ 0 berarti terdapat pengaruh positif iklim organisasi terhadap profesionalisme guru. (3). Pengujian hipotesis 3, Tentang pengawasan dan iklim organisasi terhadap profesionalisme guru secara bersamasama. (a). H0 : p = 0 berarti tidak terdapat pengaruh positif pengawasan dan iklim organisasi terhadap profesionalisme guru secara bersama-sama. (b). H0 : p ≠ 0 berarti terdapat pengaruh positif pengawasan dan iklim
Tabel.2. Hasil Uji Validitas Butir Instrumen Pengawasan (X1), Iklim Organisasi (X2), dan Profesionalisme Guru (Y)
Butir Instrumen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
X1 0,72 0,72 0,67 0,66 0,85 0,67 0,88 0,75 0,74 0,83 0,81 0,76 0,79 066
r hitung X2 0,72 0,80 0,69 0,68 0,50 0,82 0,62 0,84 0,22 0,84 0,80 0,50 0,32 0,81
organisasi terhadap profesionalsme guru secara bersama-sama. HASIL PENELITIAN Uji Kualitas Data Sebelum menguji korelasi dan regresi, terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas
Y 0,92 0,87 0,94 0,79 0,91 0,71 0,83 0,88 0,81 0,77 0,93 0,61 0,81 0,35
r tabel 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
Keterangan Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid Instrunen Valid
data variabel penelitian. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan terjadi valid dan reliabel. Berikut ini akan diuraikan pembahasan satu per satu dari analisis uji validitas data dan uji reliabilitas data variabel penelitian. (a). Validitas. Berdasarkan tabel berikut ini, dapat disimpulkan bahwa seluruh butir instrumen variabel penelitian adalah valid, sebab harga rhitung lebih besar dari harga r tabel. Tabel 2. (b). Reliabilitas, Berdasarkan tabel berikut ini, dapat disimpulkan bahwa seluruh data variabel penelitian adalah reliabel, sebab harga r hitung > harga r tabel. Tabel 3. Hasil Analisis Data (1). Analisis Statistik Deskripsi, Berdasarkan data hasil sebaran kuisioner yang didapat dari sebanyak 32 responden penelitian di wilayah gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak, didapat total skor masing-masing variabel penelitian yang meliputi: Pengawasan (X1), Iklim Organisasi (X2), dan Profesionalisme Guru (Y) berikut ini. Tabel 4. Berdasarkan tabel di atas, maka deskripsi responden penelitian di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak sebagai berikut: (a). Pengawasan, Rata-rata pelaksanaan fungsi pengawasan dari sebanyak 32 responden adalah 49,41; dan standar deviasinya sebesar 7,51. Pelaksanaan fungsi pengawasan yang terendah dari sebanyak 32 responden adalah 35, sedangkan yang tertinggi adalah 62. Sehingga masih terdapat responden
yang mengindikasikan mengalami beberapa permasalahan peningkatan pengawasan. Terdapat sebanyak 32,75 % yang dalam pelaksanaan fungsi pengawasannya kurang dari rata-rata fungsi pengawasan di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak. (b). Iklim Organisasi. Rata-rata pelaksanaan fungsi iklim organisasi dari sebanyak 32 responden adalah 47,75; dan standar deviasinya sebesar 7,36. Pelaksanaan fungsi iklim organisasi yang terendah dari sebanyak 32 responden adalah 34, sedangkan iklim organisasi yang tertnggi adalah 59. Sehingga masih terdapat responden penelitian yang mengindikasikan responden yang bersangkutan mengalami beberapa permasalahan peningkatan iklim organisasi. Terdapat 53,12 % yang dalam pelaksanaan fungsi iklim organisasinya kurang dari rata-rata fungsi iklim organisasi di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak. (c). Profesionalisme Guru. Rata-rata pelaksanaan profesionalisme guru dari sebanyak 32 responden adalah 47,72; dan standar deviasinya sebesar 7,95. Profesionalisme guru yang terendah dari sebanyak 32 responden adalah 28, sedangkan profesionalisme guru yang tertinggi adalah 61. Sehingga masih terdapat responden penelitian yang mengindikasikan responden yang bersangkutan mengalami beberapa permasalahan peningkatan profesionalisme guru. Terdapat sebanyak 56,25 % yang dalam pelaksanaan profesionalisme guru kurang dari
rata-rata profesionalsme guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Kabupaten Lebak. (2). Analisis Statistik Inferensial. (a). Nilai Korelasi Product Moment Sederhana. Berdasarkan perhitungan melalui program SPSS versi 18, maka output korelasi sederhana yang dihasilkan sebagai berikut: Tabel 5. Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai
korelasi sederhana antara variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut: (a). Korelasi sederhana pengawasan terhadap profesionalisme guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak adalah 0,795 atau sama dengan 0,80. (b). Korelasi sederhana iklim organisasi terhadap profesionalisme guru di
Gugus IV Kecamatan Cimar Kabupaten Lebak adalah 0,867 atau sama dengan 0,87. (b). Nilai Korelasi Product Moment Ganda, Berdasarkan perhitungan melalui program SPSS versi 18, maka output uji signifikansi korelasi ganda yang dihasilkan sebagai berikut: Tabel 6. Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai korelasi ganda pengawasan dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak adalah sebesar 0,952 atau sama dengan 0,95.
(139,716) adalah lebih besar dari nilai Ftabel (2,930). Atau Asymp Sig. (2-tailed) pengawasandan iklim organisasi secara bersama-sama terhdap profesionalisme guru (0,000) adalah lebih kecil dari unit kesalahan (α=0,05), maka H0 : b1 = b2 = 0 adalah ditolak, dan Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 adalah diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan pengawasan dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak.
Pengujian Kriteria Statistik
Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) dan Adjusted R2 Model regresi linear yang baik adalah jika variabel bebas mampu dalam menjelaskan variasi variabel terikat. (a). Uji R2 dan Adjusted R2 Pengawasan terhadap Profesionalisme Guru. Tabel 9 (b). Uji R2 dan Adjusted R2 Iklim Organisasi Terhadap Profesionalisme Guru. Tabel 10. (c). Uji R2 dan Adjusted R2 Pengawasan dan Iklim Organisasi Secara Bersama-sama Terhadap Profesionalisme Guru. Tabel 11. Pengujian Hipotesis (1). Pengaruh Pengawasan terhadap Profesionalisme Guru SD Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka model persamaan regresi linear sederhana pengawasan terhadap profesionalisme guru di bawah ini telah dianggap valid atau signifikan, dengan output sebagai berikut: Tabel 12. Dari tabel 12, selanjutnya dapat disusun persamaan : Y = 6,117 + 0,842 X1. Dengan persamaan ini berarti jika setiap pengawasan ditingkatkan 1 unit, maka akan selalu terjadi selisih kenaikan profesionalisme guru sebanya 0,842 unit. (2). Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Profesionalisme Guru SD, Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka model persamaan regresi linear sederhana iklim organisasi terhadap profesionalisme guru di bawah ini telah dianggap valid atau signifikan, dengan output sebagai berikut: Tabel 13. Dari tabel 13, selanjutnya dapat disusun persamaan : Y = 3,017 + 0,936 X2. Dengan persamaan ini berarti jika setiap pengawasan ditingkatkan 1 unit, maka akan selalu terjadi selisih kenaikan profesionalisme guru sebanya 0,936 unit. (3). Pengaruh Pengawasan dan Iklim Organisasi secara Bersama-sama Terhadap Profesionalisme Guru SD, Berdasarkan uraian
Uji signifikansi Korelasi Product Moment Sederhana (uji t) Berdasarkan perhitungan melalui program SPSS versi 18, maka output uji signifikansi korelasi sederhana yang dihasilkan sebagai berikut: Tabel 7. Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai uji signifikansi korelasi sederhana antara variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut: (a). Nilai t hitung pengawasan (7,189) adalah lebih besar dari nilai t tabel (2,042). Atau Asymp.Sig (2-tailed) pengawasan (0,000) adalah lebih kecil dari unit kesalahan (α=0,05), maka H0 : b1 = 0 adalah ditolak, dan Ha : b1 ≠ 0 adalah diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara pengawasan terhadap profesionalitas guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak. (b). Nilai t hitung iklim organisasi (9,532) adalah lebih besar dari nilai t tabel (2,042). Atau Asymp Sig (2-tailed) iklim organisasi (0,000) adalah lebih kecil dari unit kesalahan (α=0,05), maka H0 : b2 = 0 adalah ditolak, dan Ha : b2 ≠ 0 adalah diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara iklim organisasi terhadap profesionalisme guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak. Uji Signifikansi Korelasi Product MomentGanda (Uji F) Berdasarkan perhitungan melalui program SPSS versi 18, maka output uji signifikansi korelasi ganda yang dihasilkan sebagai berikut: Tabel 8. Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui nilai uji signifikansi ganda pengawasan dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap profesionalisme guru adalah dengan nilai F hitung
pembahasan di atas, maka model persamaan regresi linear ganda pengawasan dan iklim organisasi terhadap profesionalisme guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak, sebagaimana terurai di bawah ini telah dianggap valid atau signifikan, dengan output sebagai berikut: Tabel 14. Dari tabel 14, selanjutnya dapat disusun persamaan : Y = -8,476 + 0,492 X1 + 0,668 X2. PEMBAHASAN Berdasarkan pengujian hipotesis di atas, maka terdapat beberapa hal yang perlu
diuraikan sehubungan dengan upaya pemecahan masalah Pengaruh Pengawasan terhadap Profesionalisme Guru SD Besarnya variasi perubahan profesionalime guru (Y) yang mampu dijelaskan oleh pengawasan (X1) yang dimasukan dalam model persamaan regresi sederhana mencapai 63,3%, sedangkan sisanya36,7% dipengaruhi dari variabel-variabel bebas lain yang tidak dimasukan ke dalam model persamaan regresi sederhana dan tidak diteliti. Atau sekurangkurangnya, besarnya variasi perubahan
profesional guru yang mampu dijelaskan oleh pengawasan yang dimasukan dalam model persamaan regresi sederhana mencapai sekitar 62,0%, sedangkan sisanya sebesar 38,0% dipengaruhi dari variabel bebas lain yang tidak dimasukan ke dalam model persamaan regresi sederhana dan tidak diteliti. Dapat disimpulkan bahwa pengawasan berpengaruh positif dan signifikan tinggi dalam menjelaskan profesionalisme guru.
persamaan regresi ganda mencapai 89,9%, sedangkan sisanya sebesar 10,1% dipengaruhi dari variabel bebas lain yang tidak dimasukan ke dalam model persamaan regresi ganda dan tidak diteliti. Dapat disimpulkan bahwa pengawasan dan iklim organisasi secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan sangat tinggi dalam menjelaskan profesionalisme guru.
Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Profesionalisme Guru SD Besarnya variasi perubahan profesionalisme guru (Y) yang mampu dilelaskan oleh iklim organisasi (X2) yang dimasukan dalam model persamaan regresi sederhana mencapai 72,2 %, sedangkan sisanya sebesar 24,8 % dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas lainnya yang tidak dimasukan ke dalam model persamaan regresi sederhana dan tidak diteliti. Atau sekurangkurangnya besarnya variasi perubahan profgesionalisme guru yang mampu dilejaskan oleh iklim organisasi yang dimasukan dalam model persamaan regresi sederhana mencapai sekitar 74,4 %, sedangkan sisanya sebesar 25,6 % dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak dimasukan ke dalam model persamaan regresi sederhana dan tidak diteliti. Dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan tinggi dalam menjelaskan profesionalisme guru. Dengan demikian sejalan dengan penelitian sebelumnya dengan judul “Hubungan antara Motivasi Kerja dan Iklim Kerja dengan sikap Profesionalitas”
Simpulan Berdasarkan deskripsi, analisis hasil penelitian dan pembahasan, dapat di tarik bebarapa kesimpulan ; 1). Pengawasan berpengaruh kuat dan signifikan terhadap profesionalisme guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak sebesar 0,795 Besarnya variasi perubahan profesionalisme guru yang mampu dijelaskan oleh pengawasan yang dimasukan dalam model persamaan regresi sederhana mencapai sekitar 62,0%, sedangkan 38,0% dipengaruhi dari variabel bebas lain yang tidak dimasukan ke dalam model persamaan regresi sederhana dan tidak diteliti, sehingga pengawasan adalah tinggi dalam menjelaskan profesionalisme guru. (2). Iklim organisasi berpengaruh sangat kuat dan signifikan terhadap profesionalisme guru di Gigus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak, sebesar 0,867. Besarnya variasi perubahan profesionalisme guru yang mampu dijelaskan oleh iklim organisasi yang dimasukan dalam model persamaan regresi sederhana mencapai sekitar 74,4%, sedangkan sisanya dipengruhi dari variabel bebas lain yang tidak dimasukan ke dalam model persamaan regresi sederhana dan tidak diteliti, sehingga iklim organisasi adalah tinggi dalam menjelaskan profesionalisme guru. (3). Pengawasan dan Iklim Organisasi secara bersama-sama berpengruh sangat kuat dan signifikan terhadap profesionalisme guru di Gugus IV Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak, sebesar 0,952. Besarnya variasi perubahan profesionalisme guru yang mampu dijelaskan oleh pengawasan dan iklim organisasi secara bersama-sama yang dimasukan dalam model persamaan regresi ganda mencapai 89.9%, sedangkan sisanya sebesar 10,1% dipengaruhi oleh variabel bebas lain yang tidak dimasukan ke dalam model persamaan regresi ganda dan tidak diteliti, sehingga pengawasn dan iklim organisasi secara
Pengaruh Pengawasan dan Iklim Organisasi secara Bersama-sama terhadap Profesionalisme Guru SD Besarnya variasi perubahan profesionalisme guru (Y) yang mampu dijelaskan oleh pengawasan (X1) dan iklim organisasi (X2) secara bersama-sama yang dimasukan dalam model persamaan regresi ganda mencapai 90.6%, sedangka sisanya sebesar 9,4% dipengaruhi dari variabel bebas lain yang tidak dimasukan ke dalam model persamaan regresi ganda dan tidak diteliti. Atau sekurangkurangnya, besarnya variasi perubahan profesionalisme guru yang dijelaskan oleh pengawasan dan iklim organisasi secara bersama-sama yang dimasukan dalam model
bersama-sama adalah sangat tinggi dalam menjelaskan profesionalisme guru. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas dan dengan mempertimbangkan tujuan penelitian yang ada, maka peneliti mengajukan saran-saran yang diharapkan mendapat perhatian dari pihak yang terkait dengan pengelolaan pendidikan adalah sebagai berikut: (1). Untuk Kepala Dinas Pendidikan (a). Agar mengefektipkan fungsi pengawasan, dan menyesuaikan penggunaan tenaga fisik yang disediakan dengan beban kerja yang ditetapkan. (b). Menambah jumlah tenaga pendidik dan kependidikan. (c). Meningkatkan sarana dan prasarana. (2). Untuk Kepala UPT Pendidikan (a). Menyeimbangkan kembali pembentukan, perubahan atau pemanfaatan nilai-nilai yang dianut dalam membuat keputusan. (b). Menetapkan sanksi yang tegas terhadap setiap guru yang mengindahkan peraturan yang telah ditetapkan. (3). Untuk Kepala Sekolah Dalam melaksanakan kebijakan organisasi, sebaiknya memberikan penghargaan
yang lebih memadai kepada para guru yang dinilai berprestasi, baik dalam bentuk materiil maupun. DAFTAR PUSTAKA Sarwoto, 1998. Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1987. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Soedjadi FX. 1997. Seluk BelukProfesi guru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sudarmanto, 2009.Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM.Yogyakarta: pustaka pelajar. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Administrasi. Edisi Revisi. Bandung: Alfabeta -------. 1994. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Afabeta. -------. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Wirawan, 2008. Budaya dan Iklim Organsasi. Jakarta: Salemba Empat.