Journal of Marine and Coastal Science, 1(1), 22 – 33, 2012
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CAIR LIMBAH IKAN LEMURU (Sardinella sp.) TERHADAP KEPADATAN POPULASI Spirulina platensis. EFFECT OF PROVISION LEMURU (Sardinella sp.) FISH WASTE LIQUID FERTILIZER ON POPULATION DENSITY Spirulina platensis Myrna Budi Resmawati, Endang Dewi Masithah dan Laksmi Sulmartiwi Fakultas Perikanan dan Kelautan - Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo – Surabaya 60115 Telp. 031-5911451 Abstract Natural feed is one important factor as the basis for the fulfillment of nutrition during early life of fish larvae. One of plankton that can be given to the larvae of Spirulina platensis. Nutrients is one important element in the growth of S. platensis. Meeting the nutrient requirements for S. platensis is very dependent on the availability in the culture medium. Lemuru (Sardinella sp.) fish waste can be utilized as raw material for a complete organic fertilizer because it contains nitrogen and phosphorus needed for growth of S. platensis. The purpose of this study to determine the effect of adding lemuru (Sardinella sp.) fish waste liquid fertilizer on the growth of Spirulina platensis and to determine the optimal dose of lemuru (Sardinella sp.) fish waste liquid fertilizer that can enhance the growth of Spirulina platensis. The study was conducted at the Laboratory of Education Faculty of Fisheries and Marine Fisheries, Airlangga University, Surabaya. Data analysis using Analysis of Variance (ANOVA), if there any different, it could be continued with Duncan Multiple Range Test to know best treatment which 8 treatments and 3 replicantions. The main parameters observed are the population of S. platensis, while supporters of the observed parameters are temperature, pH, and salinity. The results showed that the addition of lemuru (Sardinella sp.) fish waste liquid fertilizer can increase the growth population of S. platensis. The addition of lemuru (Sardinella sp.) fish waste liquid fertilizer 0.25 ml/L in the culture medium can result in growth population of S. platensis high of 58,917x10 3 unit/ml. Water quality parameters during the study remained within the tolerance limit for the growth of S. platensis, which is pH 7-8, the water temperature ranges between 30-32o C, salinity between 25-34 ppt. Keywords : Spirulina platensis, lemuru fish waste liquid fertilizer, nutrient
PENDAHULUAN Ketersediaan fitoplankton sangat dibutuhkan terutama pada usaha pembenihan udang dan ikan. Pakan alami merupakan salah satu faktor yang penting sebagai dasar pemenuhan gizi pada saat awal kehidupan larva ikan. Salah satu plankton yang dapat diberikan pada larva yaitu Spirulina platensis. Arlyza (2005) menyatakan fitoplankton jenis blue-green alga dapat memanfaatkan bahan22
Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru
bahan organik yang ada pada limbah perairan. S. platensis merupakan fitoplakton jenis blue green alga yang memanfaatkan nitrogen dan fosfor untuk pertumbuhannya.
Nutrien
merupakan
salah
satu
unsur
penting
dalam
pertumbuhan S. platensis. Nutrien dibagi menjadi dua jenis yaitu makro nutrien antara lain N, P, S, K, Si dan C dan mikro nutrien yang terdiri Fe, Mo, Cu, Ca, Mn, Zn, dan Co (Kaplan et al, 1986.). Nitrogen merupakan salah satu contoh makro nutrien yang sangat berperan sebagai penyusun senyawa dalam sel, termasuk protein dan klorofil untuk fotosintesis (Chrismadha dkk., 2006). Pemenuhan kebutuhan nutrien untuk S. platensis sangat bergantung pada ketersediaannya dalam medium kultur (Kurniasih, 2001). Selama ini, kultur pakan alami
skala
laboratorium
menggunakan
pupuk
Walne
sebagai
media
pemeliharaan. Mahalnya harga pupuk Walne menjadi dasar pencarian sumber nutrien alternatif yang berasal dari alam. Salah satunya dengan menggunakan limbah sehingga dapat menekan biaya untuk penggunaan pupuk. Ikan merupakan bahan yang cepat membusuk. Karena hal ini begitu ikan tertangkap, maka proses pengolahan dalam bentuk pengawetan dan pengolahan harus segera dilakukan. Selama pengolahan ikan, masih banyak bagian-bagian dari ikan, baik kepala, ekor dan jenis-jenis ikan yang tertangkap tetapi tidak mempunyai nilai ekonomi dibuang. Limbah yang terbuang secara langsung menyebabkan gangguan
lingkungan di kawasan pesisir. Menurut Ditjen
Perikanan Budidaya (2005) limbah ikan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik lengkap. Menurut Card et. al (2008) pengolahan limbah ikan lemuru sebagai pupuk menggunakan metode hidrosilat protein ikan memiliki kandungan nitrogen 2,1% dan fosfor 0,73% . Kandungan nitrogen dan fosfor pada pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella
sp.) diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
nutrien untuk
pertumbuhan populasi S. platensis. Berdasarkan hal ini penelitian tentang penggunaan pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) sebagai nutrien untuk meningkatkan pertumbuhan populasi S. platensis perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) terhadap pertumbuhan Spirulina platensis
23
Myrna Budi Resmawati, dkk.
dan untuk mengetahui dosis optimal pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) yang dapat meningkatkan pertumbuhan Spirulina platensis
Materi dan Metode Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2011 di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Materi penelitian yang akan digunakan terdiri atas bahan dan alat penelitian. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) produksi Universitas Jember, air laut dan air tawar, aquades, alkohol, khlorin dan Na Thiosulfat. Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian adalah toples kaca, aerator, selang aerator, gelas ukur, Erlenmeyer, pipet tetes, pipet volume, mikroskop, Sedgewich Rafter (50 mm x 20 mm x 1 mm), Handtally Counter, autoclave, oven, refraktometer, pH universal, termometer, timbangan digital analitik, dan lampu TL 15 Watt Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), sebab dalam penelitian ini semua dikondisikan sama kecuali perlakuan (Kusriningrum, 2008) yaitu konsentrasi pupuk cair limbah ikan ikan lemuru (Sardinella sp.). Pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) yang digunakan untuk penelitian ini merupakan pupuk komersil produksi Universitas Jember. Pupuk ini digunakan untuk tanaman dengan dosis 1-2 ml/L, dosis inilah yang menjadi dasar untuk penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan menggunakan pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan 5 perlakuan yaitu konsentrasi 1 ml/L (perlakuan A), 2 ml/L (perlakuan B), 3 ml/L (perlakuan C), 4 ml/L (perlakuan D), pupuk Walne digunakan sebagai kontrol pertumbuhan pada perlakuan E. Hasil penelitian pendahuluan tersebut didapatkan bahwa konsentrasi yang menghasilkan pertumbuhan S. platensis terbaik adalah 1 ml/L. Dosis ini yang menjadi dasar dosis untuk penelitian utama. Pada dosis 2 ml/L S. platensis masih dapat tumbuh dengan baik tetapi menghasilkan pertumbuhan dibawah perlakuan 1 ml/L dan perlakuan kontrol Walne maka dosis penelitian utama ditentukan sampai batas akhir 1,5 ml/L.
Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru
Penelitian utama menggunakan pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan 8 perlakuan yaitu konsentrasi 0,25 ml/L (perlakuan A), 0,5 ml/L (perlakuan B), 0,75 ml/L (perlakuan C), 1 ml/L (perlakuan D), 1,25 ml/L (perlakuan E), 1,5 ml/L (perlakuan F), pupuk Walne digunakan sebagai kontrol pertumbuhan (perlakuan G) dan dosis 0 ml/L sebagai kontrol pertumbuhan (Perlakuan H). Setiap perlakuan mendapatkan 3 kali ulangan. Media kultur yang digunakan dalam penelitian adalah air laut (30 ppt) sebanyak 0,5 liter dan pupuk cair ikan sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan. Selanjutnya, media kultur diberi aerasi dan bibit S. platensis dimasukkan dengan kepadatan 10 4 unit/ml (Suryati, 2002). Lingkungan kultur S. platensis yang diharapkan dalam penelitian adalah suhu 25 - 35 oC, salinitas 20-70 ppt, pH 7,2-9,5 yang merupakan lingkungan kultur terbaik S. platensis. Photoperiod 12 jam dalam keadaan terang dan 12 jam dalam keadaan gelap (Jain et.al., 2011). S. platensis murni diperoleh dari Balai Besar Budidaya Pengembangan Air Payau Jepara. Bibit S. platensis dimasukkan ke dalam media dengan kepadatan 10 4 unit/ml. Penghitungan jumlah bibit S. platensis untuk kultur menggunakan rumus (Edhy dkk., 2003): V1
N 2V 2 N1
Keterangan: V1 = Volume bibit untuk penebaran awal (ml) N1 = Kepadatan bibit/ stock S. platensis (unit/ ml) V2 = Volume media kultur yang dikehendaki (ml) N2 = Kepadatan bibit S. platensis yang dikehendaki (unit/ ml)
Parameter Pengamatan Parameter
utama
dalam
penelitian
adalah
populasi
S.
platensis.
Penghitungan populasi S. platensis dilakukan setiap hari selama 7 hari. Pertumbuhan populasi dihitung dengan menggunakan Sedgewich Rafter dengan bantuan mikroskop dan Handtally Counter. Perhitungan dilakukan dengan rumus (Ekawati, 2005):
N
1000 n 3,14 ( d / 2 ) 2
25
Myrna Budi Resmawati, dkk.
Keterangan: N = Kepadatan S. platensis (unit/ ml) d = Diameter bidang pandang (mm) n = Jumlah rata-rata S. platensis per bidang pandang (unit/ ml)
Hasil dan Pembahasan Data harian yang diperoleh selama penelitian pengaruh penambahan pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) terhadap kepadatan populasi S. platensis dianalisis dengan dengan analisis varian (ANAVA) dan uji jarak berganda Duncan (Lampiran 3). Hasil analisis varian (ANAVA) menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) pada tiap perlakuan terhadap pertumbuhan populasi S. platensis dengan pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan konsentrasi berbeda. Karena terdapat perbedaan pada tiap perlakuan maka dilakukan uji jarak Duncan dengan derajat kepercayaan 0,05 untuk mengetahui perbedaan diantara semua perlakuan. Data pertumbuhan populasi dengan dapat dilihat pada Tabel 1., sedangkan grafik pertumbuhan populasi dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 1. Data Pertumbuhan Populasi Spirulina platensis (103 unit/ml) dengan Penambahan Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru (Sardinella sp.) Hari Pertama Hingga Hari Ketujuh Perlakuan Kepadatan Spirulina platensis (103 unit/ml) pada Hari KeA B C D E F G H
1
2
3
4
5
6
7
19,554a 17,516ab 14,395b 19,788a 14,352b 13,907b 13,333b 2,522c
21,932ab 23,185ab 24,182a 25,308a 15,626bc 18,747b 21,359ab 2,820c
39,830a 33,376b 25,584c 32,569b 24,225c 24,395c 23,609c 3,528d
49,936a 36,327b 42,654 b 40,870b 40,340b 41,337b 40,955b 5,261 c
58,917a 46,221b 41,762bc 40,722c 33,440d 36,836cd 37,771cd 4,875e
51,656a 37,834bc 40,233b 33,015c 31,444c 33,461c 33,630c 4,518d
49,108a 33,185b 34,734b 30,785b 28,960b 26,115b 30,616b 4,301c
Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05) Perlakuan A = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan dosis 0,25 ml/L Perlakuan B = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan dosis 0,5 ml/L Perlakuan C = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan dosis 0,75 ml/L
Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru
Perlakuan D = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan dosis 1 ml/L Perlakuan E = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan dosis 1,25 ml/L Perlakuan F = Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan dosis 1,5 ml/L Perlakuan G = Pemberian pupuk walne dengan dosis 1ml/L (kontrol) Perlakuan H = Tanpa pemberian pupuk
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Populasi Spirulina platensis (10 3 unit/ml) Setelah Penambahan Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru (Sardinella sp.) Hari Pertama Hingga Hari Ketujuh Grafik populasi S. platensis (Gambar 1.) dalam penelitian ini memiliki 4 fase perkembangan sebagaimana kultur fitoplankton yaitu fase adaptasi, eksponensial, stasioner dan kematian. Fase adaptasi berlangsung singkat yaitu antara hari pemasukan inokulan sampai hari pertama. Pada hari pertama, kultur S. platensis sudah masuk pada fase eksponensial. Fase eksponensial ini terjadi dari hari pertama sampai hari keempat pada perlakuan C, D, E, F, G, H dan hari pertama sampai hari kelima pada perlakuan A dan B. Fase stasioner tidak terlihat jelas seperti yang terjadi pada fase adaptasi. Setelah mengalami puncak populasi pada hari kelima dan keenam, perlakuan mengalami fase kematian. Pada perlakuan C, D, E, F, G, H puncak populasi didapatkan pada hari ke empat sedangkan pada perlakuan A dan B puncak populasi didapatkan pada hari ke lima. Populasi terbaik diperoleh oleh perlakuan A dengan kepadatan 58,917x10 3 unit/ml dan terendah pada perlakuan H dengan kepadatan 5,261x103 unit/ml.
27
Myrna Budi Resmawati, dkk.
Pertumbuhan S. platensis selain dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari selama masa pemeliharaan. Pengukuran suhu dan pH dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, sedangkan pengukuran salinitas dilakukan hanya pada pagi hari. Kisaran kualitas air selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kisaran Kualitas Air Selama Masa Pemeliharaan Kualitas air Suhu pH Salinitas
Kisaran 30-32 o C 7-8 25-34 ppt
Pemberian pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan dosis yang berbeda dalam media kultur menghasilkan populasi S. platensis yang berbeda nyata (p<0,05) pada masing-masing perlakuan (ANAVA). Hal ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan S. platensis dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien. Tersedianya nutrien dalam jumlah yang optimal pada media kultur, akan mengakibatkan pertumbuhan S. platensis yang maksimal (Hilman dan Zainal, 1997). Pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) merupakan pupuk organik yang mengandung unsur nutrien seperti nitrogen, fosfor
dan
komposisi nutrien lain yang identik dengan kebutuhan S. platensis sehingga memiliki potensi sebagai pupuk dalam kultur S. platensis. Puncak populasi S. platensis pada perlakuan A menghasilkan populasi S. platensis terbaik pada hari ke 4. Hal ini diduga karena nutrien yang diberikan sesuai
dengan
Pertumbuhan
kebutuhan Spirulina
nutrien
ditandai
S.
platensis untuk
dengan
bertambahnya
pertumbuhannya. unit
Spirulina,
bertambahnya unit Spirulina merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan kultur Spirulina (Kedebe, 1997). Pertumbuhan populasi tiap perlakuan setelah inokulasi pada media kultur meningkat setiap harinya. Hasil penelitian Oktafiana (2007) menunjukkan setelah penambahan pupuk, nitrogen akan terurai sempurna. Unsur nitrogen diperlukan untuk membantu proses pembentukan klorofil, fotosintesis, protein, lemak dan persenyawaan organik lainnya (Salundik dan
Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru
Simamora, 2006). Unsur fosfor diperlukan untuk pembentukan ATP dan berperan dalam penyerapan ion oleh alga (Khul, 1974). Rasio nitrogen dan fosfor berpengaruh terhadap pertumbuhan fitoplankton karena perubahan rasio nitrogen dan fosfor akan menyebabkan perubahan pertumbuhan pada fitoplankton. Pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) yang digunakan pada penelitian ini memiliki rasio nitrogen dan fosfor sebesar 1: 2, sedangkan rasio nitrogen dan fosfor untuk cyanophyta adalah <10 dan 1 (Edhy dkk., 2003). Kelebihan fosfor pada pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) diduga tidak memberikan pengaruh pada pertumbuhan S. platensis karna tidak termanfaatkan oleh S. platensis. Pada perlakuan F dosis pupuk yang digunakan terlalu banyak sehingga menghambat pertumbuhan S. platensis. Hal ini diduga karena unsur nitrogen dalam pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) lemuru dalam bentuk NH3 (ammonia), NH3 yang terlalu banyak dalam media kultur dapat bersifat racun, mengakibatkan fitoplankton mencapai kondisi jenuh sehingga akan mengganggu aktivitas dalam proses metabolisme (Wardhany, 2008). Pertumbuhan populasi S. platensis menggunakan pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan dosis yang optimal lebih baik dibandingkan pupuk Walne sebagai kontrol. Hal ini diduga karena nutrien yang terkandung pada pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dosis optimal sesuai dengan kebutuhan nutrien S. platensis. Pada Gambar 1 tampak bahwa pertumbuhan S. platensis yang dikultur pada pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) terdiri dari empat fase yaitu, fase adaptasi, ekponensial, stationer dan kematian. Fase adaptasi kurang dari 24 jam terjadi setelah penambahan inokulan ke dalam media kultur. Pada fase ini ukuran sel meningkat. Organisme mengalami metabolisme tetapi belum mengalami pembelahan (Isnansetyo dan Kurniastuti, 1995). Pada penelitian ini fase adaptasi berjalan dengan cepat pada semua perlakuan, hal ini ditandai dengan meningkatnya populasi S. platensis pada hari pertama. Manurut Kabinawa (2006) fase adaptasi yang berjalan baik dan cepat karena inokulan yang diinokulasikan pada media berasal dari stok fase eksponensial. Tahap awal dalam pertumbuhan plankton setelah fase adaptasi adalah fase eksponensial. Fase eksponensial kultur S. platensis dengan pemberian pupuk cair
29
Myrna Budi Resmawati, dkk.
limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) berlangsung dari hari pertama dan puncak populasi didapat pada hari yang berbeda, pada perlakuan A dan B terjadi pada hari ke lima dan pada perlakuan perlakuan C, D, E, F, G, H terjadi pada hari keempat. Fase eksponensial yang terjadi pada penelitian ini sesuai dengan pendapat Kabinawa (2006) yang menyatakan fase eksponensial terjadi setelah 30-40 jam setelah inokulasi. Pada fase eksponensial fitoplankton dapat beradaptasi dengan lingkungan pertumbuhannya sehingga memiliki waktu penggandaan sel yang lebih singkat dibanding pada fase sebelumnya, sehingga mengalami puncak pertumbuhan. Pembelahan sel yang cepat dikarnakan jumlah nurien mencukupi kebutuhan nutrien S. platensis dan lingkungan kultur yang sesuai. Pada fase ini dilakukan pemanenan karna merupakan populasi terbaik. Fase stasioner pada S. platensis terjadi pada waktu kurang dari 24 jam yaitu antara hari keempat (sesaat setelah puncak fase eksponensial) dan hari kelima pada perlakuan C, D, E, F, G, H dan antara hari kelima (sesaat setelah puncak fase eksponensial) dan hari keenam pada perlakuan A dan B. Fase stationer terjadi karna ketersediaan unsur nitrogen yang besar sehinga memungkinkan biosintesis dan metabolisme sel yang cepat, namun setelah habis digunakan tidak mampu mencukupi pertumbuhan sel sehingga cepat mengalami penurunan (Kabinawa, 2006). Fase kematian dimulai pada hari ke enam pada perlakuan C, D, E, F, G, H dan pada hari ketujuh pada perlakuan Adan B. Fase kematian disebabkan karena padatnya populasi menyebakan populasi menjadi menurun sehingga terjadi persaingan dalam mendapatkan CO2 dan nutrien. Sesuai dengan pendapat (Lavens dan Sorgeloos, 1996) yang menyatakan bahwa kematian sel dapat disebabkan oleh mulai berkurangnya nutrien yang tersedia sehingga tidak mampu mendukung pertumbuhan sel. Akibatnya laju kematian sel lebih besar dibandingkan dengan laju pertambahan sel. Pertumbuhan S. platensis yang baik selain dipengaruhi oleh kandungan nutrisi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di dalam media pemeliharaan. Faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan S. platensis adalah suhu air, suhu ruangan, salinitas dan pH (Cornet et al, 1992).
Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru
Hasil pengukuran suhu air selama penelitian berkisar antara 30-32oC. Suhu air dalam media pemeliharaan S. platensis ini masih dalam kondisi sesuai untuk pertumbuhannya karena menurut dengan pernyataan Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) menyatakan, suhu optimal untuk S. platensis skala laboratorium adalah 25 -35 oC. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses metabolisme. Kenaikan suhu sampai batas tertentu dapat mempercepat proses metabolisme (Suriawiria, 1985). Nilai pH merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan S. platensis. Nilai pH yang berada pada ambang batas normalnya dapat menurunkan kecepatan tumbuh dari fitoplankton. Hasil pengukuran pH pada media pemeliharaan S. platensis selama penelitian adalah 7-8. Hasan (2008) menyebutkan bahwa pH yang optimal untuk pertumbuhan S. platensis berkisar antara 7,2-9,5. Kesimpulannya bahwa, pH selama pemeliharaan masih dalam kondisi yang optimal untuk pertumbuhan S. platensis. Salinitas merupakan konsentrasi garam terlarut pada satuan air. Fluktuasi salinitas menyebabkan aktivitas sel terganggu (Kusriani dan Yuli, 2005). Hasil pengukuran salinitas pada media pemeliharaan S. platensis berkisar antara 25 - 34 ppt. Salinitas dalam media pemeliharaan S. platensis ini masih dalam kondisi baik untuk pertumbuhannya karena menurut dengan pernyataan BBL Lampung (2002) menyatakan bahwa salinitas yang optimal untuk pertumbuhan S. platensis adalah berkisar antara 25 – 35 ppt.
Kesimpulan Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah penambahan pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) ke dalam media kultur berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Spirulina platensis. Penambahan pupuk cair limbah ikan lemuru (Sardinella sp.) dengan konsentrasi 0.25 ml/L menghasilkan populasi Spirulina platensis tertinggi sebesar 58,917x103 unit/ml Daftar Pustaka Arlyza, I. S. 2005. Isolasi Pigmen Biru Phycocyanin dari Mikroalga Spirulina platensis. Oceanologi dan Limnologi di Indonesia 2005. Pusat Penelitian Oceanografi – LIPI. No 38 : 79 – 92.
31
Myrna Budi Resmawati, dkk.
Balai Budidaya Laut. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Budidaya Laut lampung. 49 hal. Cahyaningsih, S., A.N.M. Muchtar, S.J.Purnomo, I. Kusumaningrum, Pujiati, A. Haryono, Slamet, dan Asniar. 2009. Juknis Produksi Pakan Alami. Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 35 hal Card, A., D. Whiting, C. Wilson and J. Reeder. 2009. Organic fertilizers. Colorado State University Extension. Cornet J. F., C. G. Dussap and G. Dubertret. 1992. A Structured Model for Simulation of Cultures of the Cyanobacterium Spirulina platensis in Photobioreactors: I. Coupling Between Light Transfer and Growth Kinetics. Biotechnol. Bioeng. 40, 817D825. Crismanda, T., L. Panggabean dan Yayah. 2000. Pengaruh Konsentrasi Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan, Kandungan Protein, Karbohidrat dan Fikosianin pada Kultur Spirulina fusiformis. Ditjen. Perikanan Budidaya Departemen Kelauatan dan Perikanan RI. 2005. Pemanfaatan Limbah Ikan Sebagai Bahan Baku Pupuk Organik. Jakarta. DKP RI. http://www.dkp.go.id/content.php?c=1824 [12 Mei 2005]. Edhy, W. A, J. Pribadi dan Kurniawan. 2003. Plankton di Lingkungan PT. Centralpertiwi Bahari. Suatu Pendekatan Biologi dan Manajemen Plankton dalam Budidaya Udang. Mitra Bahari. Lampung. hal. 3-29. Ekawati, A. W. 2005. Diktat Kuliah Budidaya Pakan Alami. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. hal. 3-48. Hasan M. R.. 2008. A Review on Culture, Production and Use of Spirulina as Food for Humans and Feeds for Domestic Animals and Fish. FAO Fisheries and Aquaculture Circular. ISBN 978-92-5-106106-0 Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta. hal. 34-85. Jain, S., Shikha and S.G.Singh. 2011. Potentiality of Petha (Benincasa hispida) Waste for the Growth of Spirulina platensis.Department of Botany St. John’s College, Agra - 282 002, Uttar Pradesh, India. Kabinawa, K. 2006. Spirulina, Ganggang Penggempur Semua Penyakit. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru
Kaplan, D., A. E. Richmond, Z. Dubinsky and S. Aaronson. 1986. Alga Nutrition. In : A. Richmond (Eds). CRC Handbook of Microalgal Mass Culture. CRC Press, Inc. Florida. p. 147-198. Kedebe, E. 1997. Response of Spirulina platensis from Lake Chitu, Ethiophia to Salinity Stress from Sodium Salts, J. Appl.Phycol.,9, hal 551-558. Kusriani dan E. Yuli. 2005. Buku Ajar Planktonologi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. hal. 1 – 41. Kusriningrum, R. 2008. Perancangan Percobaan. Universitas Airlangga. Surabaya. hal. 43-51. Lavens, P and Sorgeloos, (1996). Manual on the Production and Use of Live Food for Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper No. 361, Rome. 295pp. Oktafiana, D.J. 2007. Pemanfaatan Blotong Kering Sebagai Pupuk untuk Pertumbuhan Populasi Spirulina platensis. Skiripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya. 49 hal. Salundik dan Simamora, S. 2006. Meningkatkan AgromediaPustaka. Jakarta. hal.10.
Kualitas
Kompos.
Suriawiria, U. 1987. Biomassa Alga Peran dan Manfaat Chlorella, Kursus Singkat Dasar Teknologi Fermentasi. PAU Bioteknologi ITB. Bandung. Suryati. 2002. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Gula (LCPG) Untuk Pertumbuhan Spirulina sp.. Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. 74 hal. Wardhany, D. K dan F. Ayuningtyas. 2008. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Pupuk Urea Dengan Menggunakan Proses Gabungan Nitrifikasidenitrifikasi dan Mikroalga. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang. 6 Hal.
33