PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMINORHEA PADA SISWI KELAS XI SMA
Arimina Hartati Pontoh * *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email :
[email protected]
ABSTRAK Pendahuluan : Masa remaja merupakan masa pubertas, pubertas merupakan masa ketika fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan biasanya dimulai saat berumur 8 hingga 10 tahun. Dan berakhir lebih kurang dari usia 15 hingga 16 tahun. Seringkali remaja mengeluhkan gangguan menstruasi yaitu nyeri menstruasi (dismenorea). Dismenorea dapat mengganggu aktivitas remaja dan secara tidak langsung dapat mengganggu kualitas hidupnya apabila tidak ditangani. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adakah pengaruh pmberian jus alpukat terhadap penurunan nyeri dismenorea pada remaja putri di SMA Kartika Surabaya tahun 2015. Metode : Penelitian ini menggunakan pre eksperimen one group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 yang mengalami nyeri menstruasi, besar sampel ditentukan dengan rumus frederer didapatkan 16 orang diambil dengan teknik purposive sampling diperoleh sampel 16 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, skala nyeri sebelum pemberian jus alpukat dan skala nyeri setelah pemberian jus alpukat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah konsumsi jus alpukat, sedangkan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan nyeri pada remaja dismenorhea. Penelitian ini dilakasanakan dengan mengumpulkan data primer pada siswi yang mengalami dismenorhea kemudian diobservasi tingakatn nyerinya, lalu diberikan perlakuan yaitu konsumsi jus alpukat dengan memberikan jus alpukat untuk dikonsumsi 2 kali perhari yakni pagi dan sore selama 3 hari. Setelah diberikan perlakuan, diobservasi kembali untuk menilai tinggkatan yeri dan pengaruh jus alpukat terhadap penuruan dismenorhea. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami nyeri sedang sebelum pemberian jus alpukat (56,3%), dan mengalami perubahan tingkat nyeri setelah pemberian jus alpukat yaitu hampir setengah dari responden mengalami nyeri ringan (43,8%). Berdasarkan hasil uji analisa uji wilcoxon signed rank diketahui bahwa nilai ties 4 dan besarnya nilai p value 0,001 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,001< 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh pemberian jus alpukat terhadap tingkat penurunan nyeri pada remaja di Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015. Diskusi : Konsumsi jus alpukat dalam mengatasi nyeri dismenorea lebih baik daripada mengandalakkan pengobatan analgetik yang dikonsumsi terus menerus.. Kata Kunci : Nyeri Disminorhea, Jus Alpukat PENDAHULUAN Masa remaja adalah masa pubertas, pubertas merupakan masa ketika fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual.Masa pubertas dalam kehidupan biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun. Dan berakhir lebih kurang dari usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung cepat.Pada wanita yang telah pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.Kini lebih dikenal
dengan adanya pubertas dini pada remaja.Penyebab pubertas ini adalah bahanbahan kimia yang mempunyai efek mirip dengan hormon estrogen.Hormon ini diketahui sangat berperan dalam mengatur perkembangan seks wanita (Kusmiran, 2011). Pieget menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau 48
paling tidak sejajar dengannya (Andhyantoro, 2012). Gangguan fisik yang sangat menonjol pada wanita yang sedang mengalami perdarahan haid adalah dismenorea. Nyeri kram (tegang) daerah perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat bertahan selama 24-36 jam meskipun beratnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadi perdarahan haid. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah, tetapi dapat menjalar ke punggung atau ke permukaan dalam paha (Hendrik, 2006). Angka kejadian nyeri menstruasi (dismenorea) di dunia sangat besar. Studi epidemiologi pada populasi remaja (berusia 1217 tahun) di Amerika Serikat, Klein dan Litt melaporkan prevalensi dismenorea mencapai 59,7%. Dari mereka yang mengeluh nyeri, 12% berat, 37% sedang, dan 49% ringan. Di Indonesia angka kejadian dismenorea sebesar 64,25 % (Ernawati, 2010).Berdasarkan data menunjukkan bahwa dismenorea primer dialami oleh 60-75% wanita muda. Dari tiga perempat jumlah wanita mengalami dismenorea dengan intensitas yang ringan atau sedang. Sedangkan seperempat bagiannya mengalami dismenorea dengan intensitas yang berat dan terkadang menyebabkan tidak berdaya (dalam menahan nyerinya) (Hendrik, 2006). Dismenorea sekunder lebih jarang ditemukan. Hanya sekitar 25% wanita yang mengalaminya dan banyak ditemukan pada wanita usia 20 tahunan (Kasdu, 2008). Di ibu kota Jawa Timur yaitu Surabaya didapatkan 1,07% - 1,31% dari jumlah penderita dismenorea datang kebagian kebidanan (Ernawati, 2010) Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Agustus 2015 di SMA Kartika Surabaya didapatkan jumlah remaja putri kelas X-1 di SMA Kartika Surabaya yang mengalami nyeri menstruasi sebanyak 16 siswi (61,5%) dari total sebanyak 26 Siswi yang mengalami menstruasi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswi putri di SMA Kartika Surabaya mengalami dismenore. Dismenorea dibedakan menjadi dua jenis, yaitu dismenorea primer dan sekunder. Dismenorea primer biasanya timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan tidak ada penyakit yang menyebabkannya. Penyebab dismenorea primer diduga berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang prostaglandin. Dismenorea sekunder
disebabkan adanya gejala penyakit yang berhubungan dengan kandungan (Hendrik, 2006). Selain itu, emosi yang tidak stabil pada remaja, juga dapat memicu untuk terjadinya dismenore primer (Kusmiran, 2011). Dampak yang terjadi apabila dismenorea tidak ditangani adalah gangguan aktivitas hidup sehari-hari. Dismenorea berat pada wanita dapat memberikan dampak tidak mampu melakukan kegiatan apapun, sehingga akan menurunkan kualitas hidupnya (Proverawati & Misaroh, 2009).Dismenorea dilaporkan sebagai penyebab utama ketidakhadiran berulang pada siswa wanita di sekolah. Dari hasil studi melaporkan bahwa dismenorea menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah (Ernawati, 2010). Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenorea adalah mandi air hangat, meletakkan botol hangat di perut, exercise/latihan, dan menghindari merokok (Nathan, 2005 dalam Ningsih, 2011). Menurut penelitian Ningsih (2011) tentang efektifitas paket pereda untuk menurunkan intensitas nyeri haid pada remaja di SMA Kecamatan Curup dapat disimpulkan bahwa paket pereda yang terdiri dari terapi minum air putih dan Jus Alpukatefektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada remaja dengan dismenorea. Berdasarkan uraian diatas dan mengingat sering timbulnya masalah dismenorea yang dapat mengganggu aktivitas remaja, peneliti tertarik untuk meneliti adakah pengaruh Pemberian jus Alpukat terhadap penurunan nyeri dismenorhea padapada siswi putri. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental dengan rancangan peneltian”One Group Pretest – Postest desaign” Dalam penelitian ini menggunakan sampel yaitu siswi kelas XI SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 yang mengalami nyeri haid (disminorhea) dilakukan pada bulan Oktober 2015 di tempat SMA Kartika Surabaya HASIL DAN PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pada Remaja Disminorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahu 2015 Umur <15 tahun
Frekuensi 0
Presentasi (%) 0
49
15-18 tahun >18 tahun Jumlah
16 0 16
100 0 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 1 dapat diinterpretasikan bahwa seluruh responden (100%) berada pada rentang usia responden 15-18 tahun. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menarche Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Menarche Pada Remaja Disminorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 Usia Menarche <10 tahun 10-15 tahun >15 tahun Jumlah
Frekuensi 0 16 0 16
Presentasi (%) 0 100 0 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 2 dapat diinterpretasikan bahwa seluruh responden 16 (100%) memiliki usia menarche 10-15 tahun. Karakteristik Responden Berdasarkan Siklus Menstruasi Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Siklus Menstruasi Pada Remaja Disminorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 Siklus Menstruasi
Frekuensi
<28 hari 28 hari >28 hari Jumlah
0 14 2 16
Presentasi (%) 0 87,5 12,5 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 3 dapat diinterprestasikan bahwa hampir seluruh 14 (87,5%) responden memiliki siklus menstruasi 28 hari. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Dismenorea Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Dismenorea Pada Remaja Disminorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 Lama Dismenorea 2 hari 3 hari >3 hari Jumlah
Frekuensi 12 2 2 16
Sumber : Data Primer 2015
Presentasi (%) 75,0 12,5 12,5 100
Berdasarkan Tabel 4 dapat diinterprestasikan bahwa sebagian besar 12 (75%) responden mengalami dismenorea selama 2 hari. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri Sebelum Pemberian Jus Alpukat Pada Remaja Dismenorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri Sebelum Pemberian Jus Alpukat Pada Remaja Dismenorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 Tingkat Nyeri Dismenore
Frekuensi
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat terkontrol Nyeri tidak terkontrol Jumlah
0 6 9 1 0 16
Presentasi (%) 0 37,5 56,2 6,2 0 100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 5 dapat diinteprestasikan bahwa sebagian besar dari responden yaitu 9 (56,3%) responden mengalami nyeri sedang sebelum pemberian jus alpukat. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri Sesudah Pemberian Jus Alpukat Pada Remaja Dismenorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri Sesudah Pemberian Jus Alpukat Pada Remaja Dismenorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 Tingkat Nyeri Dismenore Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri tidak tertahan Jumlah
Presentasi (%) Frekuensi 6 7 3 0 0
37,5 43,8 18,8 0 0
16
100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 6 dapat diinteprestasikan bahwa hampir setengahnya dari responden yaitu 7 (43,8%) responden mengalami nyeri ringan sesudah pemberian jus alpukat. Analisa Pengaruh Pemberian Jus Alpukat Terhadap Tingkat Penurunan Nyeri Pada Remaja
50
Dismenorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015. Tabel 7 Pengaruh Pemberian Jus Alpukat Terhadap Tingkat Penurunan Nyeri Pada Remaja Dismenorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 Pemberian Jus Alpukat
Pretest
Nyeri sedang F % 9 56,2
3 Post test P Value = 0,001
18,8
Intensitas Nyeri Nyeri ringan Tidak nyeri
Total
F 6
% 37,5
F 0
% 0
Nyeri Berat F % 1 6,2
7
43,8
6
37,5
0
0
F 16
% 100
16 100 α = 0,05
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa 16 responden sebelum pemberian jus alpukat sebanyak 1 (6,2%) responden mengalami nyeri berat, 9 (56,2%) responden mengalami nyeri sedang dan 6 (37,5%) responden mengalami nyeri ringan. Setelah pemberian jus alpukat tidak ada yang mengalami nyeri berat, 3 (18,8%) responden mengalami nyeri sedang, 7 (43,8%) responden mengalami nyeri ringan, dan 6 (37,5%) responden tidak merasa nyeri lagi. Hasil analisa uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank diketahui bahwa nilai ties 4 dan besarnya nilai p value 0,001 lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,001< 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh pemberian jus alpukat terhadap tingkat penurunan nyeri pada remaja di Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015. PEMBAHASAN Identifikasi Tingkat Nyeri Dismenorea Sebelum Pemberian Jus Alpukat Pada Remaja Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015. Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil responden yang mengalami nyeri dismenorea sebelum diberikan jus alpukat yaitu terdapat 9 (56,2%) responden yang mengalami nyeri sedang, 6 (37,2%) responden mengalami nyeri ringan dan 1 (6,2%) responden mengalami nyeri berat. Dismenorea atau nyeri haid adalah nyeri pada daerah panggul akibat mentruasi dan produksi prostaglandin, dan seringkali dimulai setelah mengalami menstruasi yang pertama (menarche). Menurut proverawati (2009) penyebab nyeri berasal dari otot rahim. Seperti semua otot lainnya, otot rahim dapat berkontraksi dan relaksasi. Prostaglandin dibuat lapisan dalam rahim. Sebelum menstruasi terjadi kadar prostaglandin menurun. Hal ini dapat menjelaskan mengapa sakit cenderung berkurang setelah beberapa hari pertama mentruasi. Data
lama dismenorea menunjukan bahwa sebagian besar siswi kelas XI di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 mengalami nyeri haid selama 2 hari pertama menstruasi. Hal ini menunjukan adanya kesesuaian teori yang menyatakan bahwa dismenore timbul pada hari pertama menstuasi kemudian berkurang setelah beberapa hari. Menurut Bare dan Smeltszers menarche pada usia awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi. Hal ini dapat menjadi alasan mengapa remaja lebih banyak yang mengalami nyeri haid jika dibandingkan dengan wanita dewasa dan wanita yang sudah pernah melahirkan. Menurut peneliti, dismenorea seringkali dianggap hal yang biasa di kalangan remaja, karena mereka menganggap bahwa semua orang yang mengalami mentruasi akan merasa nyeri pada umumnya di hari pertama sampai kedua menstruasi. Remaja tidak banyak yang tahu mengenai dampak yang ditimbulkan oleh dismenorea tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada saat penelitian bahwa, responden mngatakan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik jika sedang mengalamidismenorea, dan mereka merasa kesulitan menghadapi dismenorea terkhusus pada saat ujian sekolah karena dismenorea sangat mengganggu konsentrasi belajarnya. Identifikasi Tingkat Nyeri Dismenorea Sesudah Pemberian Jus Alpukat Pada Remaja Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015. Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan hasil responden yang mengalami nyeri dismenorea sesudah pemberian jus alpukat yaitu hampir setengahnya 7 (43,8%) responden mengalami nyeri ringan. Menurut Smith (2003) hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan pada dismenorea misalnya kompres hangat, mengkonsumsi obat51
obatan analgetik, olahraga teratur, akupuntur, mengkonsumsi produk herbal/jamu-jamuan dan konsumsi makanan kaya akan nutrisi. Buah alpukat memiliki kandungan nutrisi meliputi Air, Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Fosfor, Besi, Vitamin, Vitamin B1, Vitamin C. Kandungan senyawa lain didalam buah alpukat berupa Beta-sitosterol, Magnesium, Glutation, Lemak Tak Jenuh Tunggal Oleat (Omega-9), Kalium, Quersetin, Klorofil, Polifenol. Kandungan kalsium yang terdapat dalam buah alpukat juga memiliki peran penting dalam mengurangi nyeri. Kalsium memiliki peranan sebagai zat yang diperlukan untuk kontraksi otot, yaitu aktin dan miosin pada saat otot berkontraksi. Hasil penelitian pada remaja dismenorea kelas XI di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015menunjukan bahwa setelah pemberian jus alpukat hampir setengahnya responden mengalami nyeri ringan dan tidak ada nyeri, serta tidak ada lagi responden yang mengalami nyeri berat. Hasil wawancara yang dilakukan dengan responden pada saat penilitian bahwa nyeri yang dirasakan berkurang setelah mengkonsumsi jus alpukat yang diberikan peneliti selama 4 hari. Nyeri yang dirasakan berkurang pada saat memasuki hari kedua dismenorea. Menurut peneliti jus alpukat berhasil menurunkan tingkat nyeri yang dirasakan responden karena kandungan kalsium yang terkandung didalamnya bahkan jus alpukat mampu menurunkan nyeri pada saat hari pertama mentruasi yang sering dirasakan remaja, sehingga remaja mampu melakukan aktivitasnya kembali. Analisa Pengaruh Pemberian Jus Alpukat Terhadap Tingkat Penurunan Nyeri Pada Remaja Dismenorea Kelas XI Di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015. Berdasarkan tabel 6 didapatkan hasil penelitian pada remaja di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 bahwa sebelum pemberian jus alpukat tingkat nyeri yang dirasakan yaitu 9 (56,2%) responden yang mengalami nyeri sedang, 6 (37,2%) responden mengalami nyeri ringan dan 1 (6,2%) responden mengalami nyeri berat. Sebelum pemberian jus alpukat tingkat nyeri yang dirasakan yaitu 7 (43,8%) responden mengalami nyeri ringan, 3 (18,8%) responden mengalami nyeri sedang, dan 6 (37,5%) responden tidak merasa nyeri lagi. Uji statistik dengan uji wilcoxon diperoleh ρ value 0,00maka
nilai ρ value < α (0,00 < 0,05 diartikan H0 ditolak dan H1 diterima. Menurut Rachmawati (2008) buah alpukat memiliki banyak manfaat bagi kesehatan yang salah satunya adalah mengurangi nyeri. Kalsium pada alpukat dapat memberikan efek berkurangnya nyeri dalam tubuh. Kalsium memiliki peran sebagai zat yang diperlukan sebagai zat yang diperlukan untuk kontraksi otot, yaitu aktin dan miosin saat otot berkontraksi. Kekurangan kalsium menyebabkan otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga dapat menyebabkan otot menjadi kram. Menurut peneliti, jus alpukat dapat menjadi obat non farmakologi yang aman dikonsumsi remaja pada saat mentruasi jika dibandingkan dengan obat farmakologi yang dapat berbahaya jika dikonsumsi secara terus menerus. Selain dari itu jus alpukat juga mudah dikelola dan buah alpukat sangat mudah ditemukan. Oleh karena itu, pada saat proses penelitian berlangsung, peneliti menyarankan responden agar terus mengkonsumsi jus alpukat jika mengalami nyeri saat mentruasi, karena hal ini lebih baik dari pada mengkonsumsi obat analgetik secara terusmenerus. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian sebagian besar remaja kelas XI di SMA Kartika Surabaya Tahun 2015 sebelum diberikan jus alpukat mengalami nyeri sedang dan setelah pemberian jus alpukat hampir setengah dari responden merasa nyeri ringan. Saran Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai intervensi oleh para responden khusunya yang mengalami nyeri Disminorhea pada saat menstruasi dalam mengalamu nyeri yang dideritanya. DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo S, (2013). Konsep dan Prose Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: ArRuzz Media Andira, D. (2010) Metode Penelitian Kesehatan Reproduksi Wanita. Surabaya. A Plus Book Anurogo, Wulandari, 2011. Cara jitu mengatasi nyeri haid, Yogyakarta: Andi Offset Arsinah. (2011). Menstruasi dan Permasalahannya. Yogyakarta:Pustaka Panasea. 52
Ashari. (2008). Alpukat Untuk Kesehatan Tubuh. Yogyakarta: Kanisius. Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC Devi, N. (2012). Gizi saat sindrom menstruasi. Jakarta : PT Bhuana Ilmi Populer Kelompok Gramedia. Fauziah (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta. Numed Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis data. Jakarta Salemba Medika Kartono, K. (2006) Psikologi wanita bandung. CV Mandar Maju Kusmiran, Eny. 2014. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta: Salemba Medika Laila NM, dkk (2011). Buku Pintar Menstruasi dan solusi mengatasi segala keluhannya. Yogyakarta: Buku Biru Mahendra, & Rachmawati. (2008). Ekstrasi Daun Alpukat.Jurnal Tanaman Obat , 19. Manuaba I. B. G. (2010) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan. Jakarta. EGC Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Proverawati, A. (2009) Menarche. Yogyakarta: Nuha Medika Redaksi Trubus. (2009). Herbal Indonesia Berkhasiat, Bukti Ilmiah dan Cara Racik. Trubus Swadaya, Depok. RI, D. (2007). Kandungan Gizi Alpukat. Jakarta: Depkes RI. Rismayanti, C., Wijayanti, & Amelia. (2013). Hubungan Status Gizi Dan Keluhan Dismenore Pada Mahasiswa Putri Universitas Negeri Yogyakarta. Laporan Penelitian Berbasis Keahlian. Rukmana R, 2012. Alpukat. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Sastrawinata, S. (2006) Ginekologi. Bandung. Elstar Offset Smeltzer & Bare. 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 1. Jakarta: EGC Sudarti, dkk. (2012). Teori pengukuran Nyeri. Yogyakarta: Nuha medika. Sunarjono, H. 2008. Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta Tamsuri, Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta: EGC
Qittun. (2009) Konsep Dasar Nyeri. Jakarta. EGC Winknjosastro, H. 2009. Dalam Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Wirakusumah, E.S. (2007). Jus Buah dan Sayuran: 148. Penebar Swadaya, Depok
53