PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT (Lycopersicum commune) TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2016 1
2
3
Nuziyati Yusuf Sabilu Andi Faizal Fachlevy 123 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo 1 2 3
[email protected] [email protected] [email protected] ABSTRAK Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 di indonesia yakni, mencapai 6,7% dari total kematian pada semua umur. Hipertensi berhubungan erat dengan berbagai resiko komplikasi. Komplikasi yang sangat serius menyebabkan hipertensi perlu dilakukan pengobatan yang baik. Pengobatan herbal dengan menggunakan tomat dapat sebagai salah satu alternatif pengobatan hipertensi. Tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus tomat (Lycopersicum commune) terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi pada lansia diwilayah kerja puskesmas kulisusu kabupaten buton utara tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah True Eksperimen dengan desain Pretest-Posttest With Control Group. Jumlah sampel subjek penelitian 28 lansia hipertensi yang memilki tekanan darah ≥ 140 mmHg dan atau ≥ 90 mmHg. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan dosis 150 gr tomat yang diblender air 50 ml, dan gula diet 2 gr selama 7 hari. Hasil uji statistik menunjukan ada perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pemberian jus tomat selama 7 hari pada kelompok perlakuan dengan nilai signifikan p = 0,000 (α = 0,05) dengan selisih penurunan tekanan darah sistolik sebesar 8,50 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 6,14 mmHg. Sementara itu pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan nilai tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan dengan nilai signifikan p = 0,33 untuk tekanan sistolik dan p = 0,18 untuk tekanan darah diastoliknya. Ada perbedaan perubahan nilai tekanan darah sesudah perlakuan dan kelmpok kontrol dengan nilai signifikan p = 0,000 (α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi pada lansia. Kata kunci : Hipertensi, Tekanan Darah, Jus Tomat.
1
THE EFFECT OF TOMATO JUICE GIVING (Lycopersicum commune) TO DECREASE SYSTOLIC AND DIASTOLIC BLOOD PRESSURE OF HYPERTENSION PATIENTS ON ELDERLY IN KULISUSU LOCAL GOVERNMENT CLINIC WORKING AREA OF NORTH BUTON REGENCY IN 2016 1
2
3
Nuziyati Yusuf Sabilu Andi Faizal Fachlevy 123 Public Health Faculty Halu Oleo Univesity 1 2 3
[email protected] [email protected] [email protected] ABSTRACT Hypertension is the number three cause of death in indonesia, reaching 6,7% of total deaths at all ages. Hypertension is closely linked to a variety of risks of complications. The very serious complications cause of hypertension need to get a good treatment. Herbal treatments using tomatoes can be an alternative treatment of hypertension. The aim of study was to the effect of tomat juice giving (Lycopersicum commune) to decrease systolic and diastolic blood pressure of hypertension patients on elderly in Kulisusu local government clinic working area of North Buton regency in 2016. The type of study was True Experiment with Pretest-Posttest design with Control Group. The total samples of study subjects were 28 hypertensive elderly who have blood pressure ≥ 140 mmHg or ≥ 90 mmHg. Subjects were divided into 2 groups: the treatment group and the control group with doses 150 g tomatoes blended, water 50 ml, and diet sugar 2 g for 7 days. Statistical test results showed that there was difference in the value of systolic and diastolic blood pressure before and after treatmeant of tomato juice giving for 7 days in the treatment group with the significant value of p = 0,000 (α = 0,05) with a difference of reduction in systolic blood pressure by 8.50 mmHg and diastolic blood pressure by 6.14 mmHg. Meanwhile in the control group there was no difference in blood pressure values before and after treatment with significant values of p = 0.33 systolic blood pressure and p = 0.18 for diastolic blood pressure. There was a difference in value in blood pressure after treatment and control group with significant values p = 0.000 (α = 0.05) so that it can be concluded that there was the effect of tomato juice giving to decrease systolic and diastolic blood pressure of hypertension patients on elderly. Key Words : Hypertension, Blood Pressure, Tomato Juice
2
PENDAHULUAN Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, secara umum seseorang mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya 140 1 mmHg sistolik atau 90 mmHg . Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini, sering disebut sebagai the silent killer. Tingginya kejadian hipertensi ini dapat diestimasi dengan 1 diantara 3 orang dewasa menderita hipertensi, dengan jumlah sekitar 1 miliar orang di seluruh dunia. Angka kematian karena hipertensi diperkirakan sebesar 17 juta orang setiap tahun. Kematian karena komplikasi hipertensi sebesar 9,4 juta setiap tahun. Hipertensi bertanggung jawab atas kematian sebesar 45% karena gangguan jantung dan 2 55% kematian karena stroke . Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara sebanyak 36% pada orang dewasa. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 kejadian hipertensi akan meningkat sebanyak 7,3% dari perkiraan tahun 2 2013 . Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 di Indonesia setelah stroke dan tuberkulosis, yaitu mencapai 6,7% dari populasi 3. kematian pada semua umur di Indonesia Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia terus meningkat. Dari data Depkes RI tahun 2011 tercatat 48,8% hipertensi ringan, 23,9% hipertensi 4. sedang dan 20% hipertensi berat Kejadian hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya usia yaitu 1 dari 10 orang berusia 20 sampai 30 5 tahun dan 5 dari 10 orang di usia 50 tahun . Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah dan hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang 1 berusia > 65 tahun . Tekanan darah pada usia lanjut (lansia) akan cenderung tinggi sehingga lebih besar beresiko terkena hipertensi (Tekanan darah tinggi). Bertambahnya umur mengakibatkan tekanan darah meningkat, karena dinding arteri pada usia lanjut (lansia) akan mengalami penebalan yang mengakibatkan penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan 6 berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku . Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling sering berada dalam daftar 10 penyakit terbanyak di Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2011 sebanyak 10.953 kasus, tahun 2012 sebanyak 37.036 kasus, kemudian pada tahun 2013
kejadian hipertensi menurun menjadi 24.419 kasus dan pada tahun 2014 angka kejadian hipertensi tidak 7 berubah yaitu 24.419 . Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Utara, hipertensi merupakan penyakit yang paling sering berada dalam daftar 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Buton Utara. Pada tahun 2013 sebanyak 1.072 kasus, tahun 2014 sebanyak 1.023 kasus dan pada tahun 2015 8 sebanyak 2.053 kasus . Sementara di Puskesmas Kulisusu pada tahun 2015, penyakit hipertensi merupakan penyakit yang menempati urutan tertinggi kedua setelah ISPA yakni sebanyak 417 kasus. Dari 417 kasus tersebut 220 diantaranya 9 merupakan lansia . Dampak dari penyakit hipertensi bila tidak diatasi dengan pengobatan dan perawatan secara dini dapat menimbulkan berbagai macam bahaya bagi tubuh diantaranya stroke, gagal jantung, gagal 10 ginjal, aterosklerosis, dan infark miokard . Cara mencegah agar hipertensi tidak menyebabkan komplikasi lebih lanjut maka diperlukan penanganan yang tepat dan efisien. Penanganan hipertensi secara umum dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan non farmakologis. Akan tetapi adanya efek samping pada pengobatan farmakologis menyebabkan masyarakat lebih memilih herbal sebagai alternatif pengobatan hipertensi. Di Indonesia pengobatan herbal untuk hipertensi sekarang telah banyak dilakukan. Banyak tanaman di sekitar kita dipercaya masyarakat dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah, misalnya buah tomat (Lycopersicum commune), pisang, mentimun, semangka, strowbery, apel, belimbing, dan kentang. Buah tomat merupakan bahan makanan yang murah, mudah didapat, mudah diolah, dan lunak, sehingga lansia mudah mengkonsumsinya. Lansia termasuk kelompok rawan gizi karena lansia telah mengalami proses penuaan yang menyebabkan penurunan fungsi fisiologis. Pemilihan makanan yang bergizi bagi lansia diperlukan untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit atau komplikasi dari penyakit yang sudah diderita lansia. Zat gizi yang dapat menunjang kesehatan dan mencegah hipertensi diantaranya adalah bioflafonoid, kalium, kalsium, dan serat yang dapat 11 menurunkan tekanan darah . Kandungan kalium dalam 100 gram tomat adalah 245 mg. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan mengurangi natrium dalam urine dan air dengan cara yang sama seperti diuretik. Hasil
3
penelitian tahun 2014 pada tekanan darah wanita postmenopause di Semarang menunjukkan penurunan tekanan sistolik 11,76 mmHg dan diastolik 8,82 mmHg dengan melakukan intervensi menggunakan jus tomat yang terbuat dari 150 gram buah tomat dan 5 gram gula pasir dan 50 ml air 12. dengan lama intervensi 7 hari berturut-turut Tingginya angka penderita hipertensi pada lanisa diwilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara sangat diperlukan tindakan selain farmakologi dan non farmakologi untuk menekan peningkatan tekanan darah sehingga angka penderita hipertensi dapat menurun. Salah satunya yaitu pengobatan herbal dengan pemberian jus tomat. Banyaknya penelitian yang mendukung tentang manfaat buah tomat dalam menurunkan tekanan darah menjadi alasan peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian jus tomat (Lycopersicum commune) terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian True Eksperimental. Rancangan penelitian ini menggunakan pretest posttest with control group design dimana pada kelompok perlakuan diberikan intervensi berupa pemberian jus tomat (Lycopersicum commune) dan pada kelompok control tidak diberikan intervensi 13 apapun . Kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dimatchingkan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Jus tomat terbuat dari tomat merah utuh 150 g tomat yang di blender dengan penambahan air 1 50 ml dan gula diet 2 gr . Pemberian intervensi kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari selama 7 hari. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara yang dimulai dari bulan April 2016. Sampel adalah penderita hipertensi pada lansia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara yang berjumlah 30 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan Non Probability Sampling dengan cara Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan peneliti sendiri. 30 orang dengan rincian 15 orang sebagai kelompok perlakuan dan 15 orang sebagai kelompok kontrol. Akan tetapi pada saat penelitian terdapat 2 responden yang drop out yaitu 1 orang pada
kelompok perlakuan dan 1 orang pada kelompok kontrol sehingga total responden dalam penelitian berjumlah 28 responden. sampel pada penelitian ini adalah penderita hipertensi pada lansia dengan kriteria inklusi 1). lansia yang mengalami hipertensi Lansia yang berumur ≥ 60 tahun. 2). Lansia yang mempunyai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. 3). Lansia yang tidak sedang dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi. 4). Lansia yang tinggal diwilayah kerja Puskesmas Kulisusu pada saat dilaksanakannya penelitian. 5). Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent dan tidak terdapat penyakit penyerta. Uji Saphiro Wilk digunakan untuk menguji kenormalan data. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi karaktesitik responden. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hasil uji statistik perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan setelah perlakuan dengan menggunakan uji t sampel berpasangan. Untuk mengetahui perbedaan penurunan tekanan darah antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol digunakan uji t sampel bebas. HASIL Tabel 1: Distribusi responden menurut jenis umur di wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 Umur
Kelompok Kontrol n % 5 35,7
Total
60-64
Kelompok Perlakuan n % 5 35,7
n 10
% 35,7
65-69 70-74 75-79 Total
3 4 2 14
3 4 2 1 4
6 8 4 28
1,4 28,6 4,3 100
21,4 28,6 14,3 100
1,4 28,6 4,3 100
Sumber : Data Primer, 2016 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa rentang umur antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah sama. Hal ini karena antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol telah dimatchingkan. Responden antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol paling banyak berada pada rentang umur 60-64 tahun yaitu masing-masing sebanyak 5 orang dengan persentase 35,7%, umur 65-69 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 21,4% pada masing-masing kelompok. Umur 70-74 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 28,6% pada masing-masing kelompok
4
dan 75-79 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 14,3% pada masing-masing kelompok. Tabel 2: Distribusi responden menurut jenis kelamin di wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total
Kelompok Perlakuan n % 5 35,7 9 64,3 14 100
Kelompok Kontrol n % 5 35,7 9 64,3 14 100
Total n 10 18 28
% 35,7 64,3 100
Sumber : Data Primer, 2016 Dari tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah sama, demikian pula dengan jumlah responden perempuan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Responden antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol paling banyak didominasi oleh perempuan yakni sebanyak 9 orang dengan persentase 64,3% pada masing-masing kelomok. Sedangkan pada responden laki-laki hanya sebanyak 5 orang dengan persentase 35,7% pada masingmasing kelompok.
Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan Normal Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat Total
Tabel 4: Distribusi responden menurut kebiasaan olahraga di wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 Kebiasaan olahraga Olahraga Tidak olahraga Total
Kelompok perlakuan n % 2 14,3 12 85,7 14 100
Kelompok kontrol n % 3 21,4 11 78,6 14 100
Total n 5 23 28
% 17,9 82,1 100
Kelompok Perlakuan n % 2 14,3
Kelompok Kontrol n % 2 14,3
Total n 4
% 14,3
5
3
8
28,6
Sumber : Data Primer, 2016 Dari tabel 4 menunjukkan bahwa baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol responden sebagian besar tidak mempunyai kebiasaan olahraga. Adapun responden yang mempunyai kebiasaan olahraga yaitu hanya sebanyak 2 orang dengan persentase 14,3% untuk kelompok perlakuan dan yang tidak memiliki kebiasaan olahraga yaitu sebanyak 12 orang dengan persentase 85,7%. Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan olahraga terdapat 3 orang dengan persentase 21,4% dan yang tidak memiliki kebiasaan olahraga terdapat 11 orang dengan persentase 78,6%.
46,4 7,1
Tabel 5: Distribusi responden menurut kebiasaan merokok di wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016
Tabel 3: Distribusi responden menurut Indeks Masa Tubuh (IMT) di wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 Indeks Masa Tubuh (IMT)
persentase responden didominasi oleh responden dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) kategori normal yakni sebanyak 6 orang (42,9%) dan tidak ada responden yang memiliki kategori kelebihan berat badan tingkat berat. Dari tabel diatas juga terlihat bahwa dari 14 orang responden pada kelompok kontrol sebagian besar memiliki IMT normal yakni sebanyak 7 orang responden dengan persentase 50,0% dan masingmasing terdapat 1 orang responden dengan IMT kategori kelebihan berat badan tingkat ringan dan kelebihan berat badan tingkat berat dengan persentase 7,1%.
6 1
35,7
42,9 7,1
7 1
21,4
50,0 7,1
13 2
Kebiasaan merokok -
-
1
7,1
1
3,6
14
100
14
100
28
100
Sumber : Data Primer, 2016 Dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 14 orang responden pada kelompok perlakuan,
Merokok Tidak merokok Total
Kelompok perlakuan n % 5 35,7 9 64,3
Kelompok kontrol n % 5 35,7 9 64,3
Total n 10 18
% 35,7 64,3
14
14
28
100
100
100
Sumber : Data Primer, 2016 Dari tabel 5 menunjukkan bahwa masingmasing pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang mempunyai kebiasaan merokok yaitu
5
sebanyak 5 orang dengan persentase 35,7%. Sedangkan yang tidak mempunyai kebiasaan merokok pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing sebanyak 9 orang dengan persentase 64,3%. Tabel 6: Distribusi responden menurut kebiasaan minum kopi di wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 Kebiasaan Kelompok Kelompo Total minum perlakuan k kontrol kopi n % n % n % Minum 4 28,6 3 21,4 7 25,0 kopi Tidak 10 71,4 1 78,6 21 75,0 Minum 1 kopi Total 14 100 1 100 28 100 4 Sumber : Data Primer, 2016 Dari tabel 6 menunjukkan bahwa dari 14 orang pada kelompok perlakuan terdapat 4 orang yang memiliki kebiasaan minum kopi dengan persentase 28,6% dan 10 orang yang tidak memiliki kebiasaan minum kopi dengan persentase 71,4%. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 14 orang terdapat 3 orang yang memiliki kebiasaan minum kopi dengan persentase 21,4% dan 11 orang yang tidak memiliki kebiasaan minum kopi dengan persentase 78,6%. Tekanan Darah Setiap hari pada jam 08.00 pagi responden diberikan jus tomat dengan terlebih dahulu melakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum diberikan jus tomat untuk dijadikan sebagai pre-test kemudian diberikan jus tomat. Setelah 30 menit responden kemudian diukur kembali tekanan darahnya sebagai post-test. Begitu pula dengan kelompok kontrol akan tetapi kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun. Begitu seterusnya hingga 7 hari. Pengukuran tekanan darah menggunakan Sphygmomanometer aneroid.
Tabel 7: Distribusi Responden Menurut Hasil Pengukuran Nilai Tekanan Darah Sistolik Sebelum dan Sesudah Perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 Tekanan Kelompok Perlakuan Darah Sebelum Sesudah Sistolik Mean 160,71 152,21 (mmHg) Standar 11,88 11,96 Deviasi Mean (Cl 8,50 (7,54-9,45) 95%) t 19,24 P 0,000
Kelompok Kontrol Sebelum Sesudah 153,07
152,43
4,64
4,83
0,64 (0,26-1,22) 2,38 0,33
Uji t sampel berpasangan, rata-rata tekanan darah sistolik responden sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan menunjukan nilai p = 0,000. Nilai signifikan p = 0,000 yang kurang dari nilai α = 0,05 tersebut menunjukan ada perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan yang ditujukkan dengan adanya selisih penurunan sebesar 8,50 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol, hasil uji t sampel berpasangan terhadap tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan menunjukan nilai signifikan p = 0,33. Nilai p = 0,33 yang lebih besar dari nilai α = 0,05 menunjukan bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa intervensi berupa pemberian jus tomat (Lycopersicum commune) yang diberikan pada kelompok perlakuan memberikan efek terhadap penurunan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan apapun tidak terdapat perbedaan penurunan tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan. Grafik rata-rata penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
6
250
Tekanan Darah Sistolik Kelompok Perlakuan
200 sebelum
150
sesudah
100 50 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
165
Tekanan Darah Sistolik Kelompok Kontrol
160 155
Sebelum
150
perlakuan menunjukan nilai signifikan p = 0,18. Nilai p = 0,18 > α = 0,05 menunjukan bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa intervensi berupa pemberian jus tomat (Lycopersicum commune) yang diberikan pada kelompok perlakuan memberikan efek terhadap penurunan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan apapun tidak terdapat perbedaan penurunan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah perlakuan. Grafik rata-rata penurunan tekanan darah diastolik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol 110
Tekanan Darah Diastolik Kelompok Perlakuan
Sesudah
145
105
140
100
135
95 Sebelum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 90
Sesudah
85
Tabel 8 : Distribusi Responden Menurut Hasil Pengukuran Nilai Tekanan Darah Diastolik pada Lansia Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Tekanan Kelompok Darah Perlakuan Diastolik Sebelum Sesudah Mean 98,50 92,36 (mmHg) Standar 2,90 3,54 Deviasi Mean (Cl 6,14 (4,787 – 95%) 7,499) t 9,78 P 0,000
80 75 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kelompok Kontrol Tekanan Darah Diastolik Kelompok Kontrol Sebelum Sesudah 96,79 96,57 3,35
3,36
104 102 100
Sesudah
96
0,21 (-0,12 – 0,54)
94
1,38 0,18
90
Berdasarkan hasil uji t sampel berpasangan, rata-rata tekanan darah diastolik responden sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan menunjukan nilai signifikan p = 0,000. Nilai p = 0,000 < α = 0,05 menunujukan bahwa ada perbedaan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan yang ditunjukkan dengan adanya selisih penurunan sebesar 6,14 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol, hasil uji t sampel berpasangan terhadap tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah
Sebelum
98
92 88 86 84 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
7
Tabel 9: Distribusi Responden Menurut Hasil Pengukuran Selisih Nilai Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum dan Sesudah Perlakuan di Wilayah Kerja Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2016 Hasil Pengukuran Selisih Nilai Tekanan Darah Rata-rata (mmHg) Minimum Maksimum Standar Devasi P
Kelompok Perlakuan TDS TDD 8,59
6,19
2,29 5,71 11,40 10,00 2,55 1.37 0,000
Kelompok Kontrol TDS TDD 0,61
0,20
-1,43 0,00 2.86 1,43 1,08 0,51 0,000
Berdasarkan hasil uji t sampel bebas penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan nilai signifikan p = 0,000. Nilai p = 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05 menunjukkan bahwa ada perbedaan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian jus tomat (Lycopersicum commune) berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik responden pada kelompok perlakuan. DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 28 responden dengan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 14 responden, dimana pada kelompok perlakuan diberikan intervensi berupa pemberian jus tomat (Lycopersicum commune) sebanyak 150 gram dengan penambahan air 50 ml dan 2 gr gula diet sebagai pemanis setiap hari selama 1 minggu (7 kali pemberian), dan selama 7 hari pula dikontrol tekanan darahnya baik sebelum dan sesudah mengkonsumsi jus tomat (Lycopersicum commune) pada kelompok perlakuan. Terdapat perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik responden sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik. Terjadinya penurunan tekanan darah responden pada kelompok perlakuan setelah diberikan jus tomat (Lycopersicum commune) disebabkan karena tomat memiliki kandungan
kalium dan kandungan lainnya yang berperan dalam proses penurunan tekanan darah. Kandungan Kalium memilki fungsi sebagai vasodilatasi pada pembuluh darah. Vasodilatasi pada pembuluh darah dapat menurunkan tahanan perifer dan meningkatkan curah jantung sehingga tekanan darah dapat normal. Selain itu kalium dapat menghambat pelepasan renin sehingga mengubah aktivitas sistem renin angiotensin dan kalium juga mampu mempengaruhi sistem saraf perifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah sehingga tekanan darah dapat terkontrol. Konsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi seseorang dari hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya didalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah. Penelitian-penelitian yang dilakukan mengenai kandungan kalium dapat menurunkan tekanan darah antara lain penelitian klinis dengan pemberian kalium membuktian bahwa kalium dapat menurunkan tekanan darah lebih besar pada penderita hipertensi yaitu sebesar 4,4 mmHg pada tekanan darah sistolik dan 2,5 mmHg pada tekanan darah diastolik dibandingkan dengan kelompok yang normotensif yaitu sebesar 1,8 mmHg pada tekanan darah sistolik dan 1,0 mmHg pada tekanan darah diastolik. Selain itu didalam tomat juga terdapat kandungan kalsium. Kandungan kalsium yang terdapat dalam tomat memang tidak terlalu dominan tetapi kalsium mampu berfungsi sebagai pengatur ritme jantung agar lebih teratur. Kalsium dapat menjaga keseimbangan natrium dan kalium dalam darah, selain itu kalsium membantu meluruhkan plak yang menempel pada pembuluh darah. Oleh sebab itu maka kalium yang tinggi dalam tomat beserta kalsium merupakan komponen penting dalam menurunkan tekanan darah, 14 terutama untuk tekanan darah sistolik . Asupan kalsium yang rendah memperkuat efek dari asupan garam NaCl terhadap peningkatan tekanan darah dari orang yang beresiko karena kalsium mempunyai efek natriuretik. Kalsium mempunyai peran terhadap regulasi tekanan darah, diantaranya adalah menurunkan aktifitas sistem renin-angiotensin, meningkatkan keseimbangan natrium dan kalium, serta menghambat konstriksi pembuluh darah. Kalsium juga berkaitan dengan terjadinya penebalan pada pembuluh darah
8
kejantung. Jika asupan kalsium kurang dari kebutuhan tubuh maka untuk menjaga keseimbangan kalsium dalam darah, hormon paratiroid menstimulasi pengeluaran kalsium dari tulang dan masuk kedarah. Kalsium dalam darah akan mengikat asam lemak bebas sehingga pembuluh darah menjadi menebal dan mengeras sehingga dapat elastisitas jantung yang akan meningkatkan tekanan darah. Tomat juga mengandung senyawa bioflavonoid. Bioflavonoid mudah larut dalam air sehingga dapat melancarkan keluarnya air seni sehingga menyebabkan antihipertensi. Bioflavonoid memiliki efek ACE-Inhibitor sehingga angiotensin I tidak akan diubah menjadi angiotensin II. Akibatnya jumlah angiotensin II berkurang dan menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi aldosteron untuk reabsorbsi natrium dan air secara otomatis akan menjadi berkurang sehingga tekanan darah akan 15 menurun . Bioflavonoid mempunyai efek meningkatkan endothelial nitric oxide synthase (eNOS). eNOS berperan dalam pembentukan nitric oxide (NO), sehingga kadar eNOS yang meningkat dapat meningkatkan kadar NO. NO akan dilepaskan dari sel endotel ke sel otot polos vaskuler untuk mengurangi tegangan oleh sirkulasi darah atau substansi reseptor seperti asetilkolin, bradikinin, atau serotinin. Ketika dikeluarkan, NO akan meningkatkan konsentrasi cyclic Guanosine Monophosphate (cGMP) intraseluler dan menginduksi relaksasi otot polos vaskuler sehingga terjadi vasodilatasi kapiler yang menyebabkan total perifer resisten menurun dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Makanan dan minuman yang diketahui memiliki efek terhadap penurunan tekanan darah adalah coklat. Coklat terutama coklat hitam diketahui memiliki kandungan flavonoid yang tinggi didalamnya. Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa jumlah asupan coklat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Rata-rata tekanan darah sistolik 3,8 mmHg lebih rendah pada golongan yang mengkonsumsi coklat lebih banyak dibandingkan dengan golongan yang mengkonsumsi coklat lebih 16 sedikit . Penelitian lain tentang tomat yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus tomat (Lycopersicum commune) terhadap tekanan darah wanita postmenopause hipertensif yang melibatkan 34 orang responden dengan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masingmasing 17 orang. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 11,76 mmHg dengan standar deviasi 7,726 dan tekanan darah diastolik sebesar 8,82 mmHg dengan 12 standar deviasi 3,321 . Penelitian lain tentang tomat yang juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus tomat (Lycopersicum commune) terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik laki-laki hipertensif usia 40-45 tahun menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 4,4mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 3,1 mmHg pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol terjadi penurunan tekanan darah sistolik 1,4 mmHg dan tekanan darah diastolik 1,4 17 mmHg . SIMPULAN 1. Ada perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan berupa pemberian jus tomat yang diberikan pada kelompok perlakuan memberikan efek terhadap perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan tersebut. Sementara itu, tidak ada perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukan bahwa pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan apapun tidak terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan 2. Ada perbedaan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian jus tomat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik responden pada kelompok perlakuan. SARAN 1. Bagi puskesmas setempat agar sebaiknya melakukan promosi kesehatan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat tentang pentingnya mengontrol tekanan darah dengan memeriksakan tekanan darah secara rutin di Puskesmas. 2. Perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat dengan melakukan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga gaya hidup yang sehat serta mengkonsumsi makanan yang kaya akan kandungan kalium, magnesium, dan serat
9
3.
4.
5.
6.
sebagai langkah pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi sehingga dapat mengurangi jumlah penderita hipertensi Sebaiknya pemanfaatan tanaman obat herbal lebih digalakkan dan dipromosikan kepada masyarakat khususnya untuk mengobati penyakit hipertensi. Karena tanaman obat herbal lebih alami dibandingkan obat-obatan farmakologis yang banyak mengandung bahanbahan kimia sintesis. Selain itu, harga tanaman obat herbal lebih ekonomis jika dibandingkan dengan obat-obatan yang dijual dipasaran untuk mengobati hipertensi. Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, sebaiknya instansi kesehatan terkait perlu sosialisasi mengenai manfaat buah tomat sebagai upaya untuk mencegah dan mengatasi tekanan darah tinggi disertai dengan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan faktor-faktor resiko terjadinya hipertensi agar dapat mencegah atau menghindari terjadinya komplikasi yang lebih buruk seperti penyakit jantung dan stroke sehingga dapat memperpanjang harapan hidup masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan oleh responden dan keluarga dalam membantu menurunkan tekanan darah secara efisien dan efektif serta menjadi referensi tambahan kepada masyarakat dalam memilih herbal yang akan digunakan sebagai terapi untuk menurunkan tekanan darah. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang serupa dalam menangani masalah hipertensi baik pada dewasa maupun pada lansia dan mampu mengontrol kebiasaan minum obat antihipertensi selama penelitian, serta dapat memberikan dosis herbal yang digunakan sesuai dengan berat badan masing-masing responden sehingga didapatkan dosis yang lebih efektif, serta perlu mengontrol makanan responden untuk mengetahui asupan subjek penelitian.
DAFTAR PUSTAKA 1. Larangka, V., A., 2013. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun + Belimbing Manis + Semangka terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan Distolik Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2013. Skripsi. Universitas Halu Oleo. Kendari. 2. WHO. 2013. A Global Brief on Hypertension. Sillent killer, Global Public Health Crisis.
http://ishworld.com/downloads/pdf/global_brief_hypert ension.pdf Diakses pada tanggal 11 Januari 2016. 3. Depkes RI., 2010. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. http://www.depkes.go.id/article/print/810/hipe rtensi-penyebab-kematian-nomor-tiga.html. Diakses tanggal 8 Januari 2016. 4. Tanuwijaya, MA. 2012. Pengaruh Jus Belimbing Manis (Avverhoe carambola L.) dan Semangka (Citrullus Vulgaris Schrad) terhadap Penurunan Tekanan Darah Pria Dewasa. http://repository.maranatha.edu/2595/9/01001_J ournal.pdf. Diakses tanggal 8 Januari 2016. 5. Depkes RI,. 2012. Masalah Hipertensi di Indonesia. http://www.depkes.go.id. Diakses 8 Januari 2016. 6. Anggraini, A., D., dkk., 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Universitas Riau. Riau. 7. Dinkes Provinsi Sulawesi Tenggara, 2014. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara tahun 2012 2014. Kendari. Sulawesi Tenggara. 8. Dinkes Kabupaten Buton Utara. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Buton Utara Tahun 2015. Buton Utara 9. Puskesmas Kulisusu. 2015. Profil Puskesmas Kulisusu Kabupaten Buton Utara Tahun 2015. Buton Utara. 10. Diana, N., Dian, N., Arifal, A., 2015. Pengaruh Pemberian Sari Buah Belimbing Manis (Avverhoa Carambola) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia Di Desa Botoputih Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan. Vol. 07, No. 02, Agustus 2015. 11. Aiska, G., S., Chandra, A., 2014. Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Sistolik Lanjut Usia Hipertensi Yang Diberi Jus Tomat (Lycopersicum Commune) Dengan Kulit Dan Tanpa Kulit. Journal of Nutrition College, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014 : 158-162. 12. Lestari, A., P., Hesti, M., R., 2012. Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum Commune)
10
13. 14.
15.
16.
17.
Terhadap Tekanan Darah Wanita Postmenopause Hipertensif. Journal of Nutrition College, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 : 414-420. Riyanto, A., 2011. Aplikasi Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Nuha Medika. Sembiring, M., E., 2015. Pemanfaatan Tomat (Lycopersicum commune) Terhadap Wanita Dewasa Penderita Hipertensi Stadium Satu di RW 13 Kampung Mokla Bandung Barat. Skripsi. Universitas Advent Indonesia. Bandung. Kurniasari, L., 2012. Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di panti Sosial Tresna Werdha unit Abiyoso Yogyakarta. Naskah Publikasi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah. Yogyakarta. Janszky, I., Mukamal, K.,J., Ljung, R., Ahnve, S., Ahlbom, A., Hallqvist, J., 2009. Chocolate Consumption and Mortality Following a First Acute Mycardial Infarction: The Stockholm Heart Epidemiology Program. Journal of Internal Medicine 266; 248-257. Paramita, S., 2015. Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum Commune) terhadap Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Laki-Laki Hipertensif Usia 40- 45 Tahun . Artikel Penelitian. Universitas Diponegoro. Semarang.
11