PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KACANG TANAH (Arachis hypogaea) TERHADAP STRUKTUR HISTOLOGIS HEPAR MENCIT YANG DIINDUKSI PARASETAMOL
perpustakaan.uns.ac.id
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
EVANDER ALOYSIUS RAYMOND DESUN G0008031
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011
commit to user
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul: Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Tanah (Arachis hypogaea) terhadap Struktur Histologis Hepar Mencit yang Diinduksi Parasetamol perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Evander Aloysius Raymond Desun, G0008031, Tahun 2011
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari ,
Tanggal
2011
Pembimbing Utama
Penguji Utama
Suyatmi, dr., M.Biomed, Sci.
S. Bambang Widjokongko, dr., MPd., PHK
NIP: 19720105 200112 2 001
NIP: 19481231 197609 1 001
Pembimbing Pendamping
Anggota Penguji
Mujosemedi, drs., M.Sc.
Isdaryanto, dr., MARS.
NIP: 19600530 198903 1 001
NIP: 19500312 197610 1 001
Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes. NIP: 19660702 199802 2001 ii
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
Desember 2011
Evander Aloysius Raymond Desun G0008031
iii
commit to user
ABSTRAK Evander Aloysius Raymond Desun, G0008031, 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Tanah (Arachis hypogaea) terhadap Struktur Histologis Hepar Mencit yang Diinduksi Parasetamol. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pemberian ekstrak kacang tanah terhadap efek proteksi sel-sel hepar mencit dari kerusakan yang diinduksi parasetamol. Metode Penelitian: Penelitian ekperimental laboratorik ini menggunakan jenis rancangan the post test only controlled group design. Tiga puluh dua mencit jantan, galur Swiss Webster umur 2 - 3 bulan dengan berat badan + 20 gr digunakan sebagai subjek penelitian. Kelompok perlakuan 1 (KP1) diberi aquadest dan parasetamol. Kelompok perlakuan 2 (KP2) diberi ekstrak kacang tanah dosis 15 mg/20 gr BB mencit perhari dan parasetamol. Kelompok perlakuan 3 (KP3) diberi ekstrak kacang tanah dosis 30 mg/20 g BB mencit perhari dan parasetamol. Parasetamol diberikan pada hari ke 12, 13, dan 14. Derajat kerusakan dilihat berdasarkan jumlah inti yang mengalami piknosis, karioheksis, dan kariolisis. Data dianalisis menggunakan uji Oneway ANOVA (α = 0,05) dan dilanjutkan uji Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) (α = 0,05). Hasil Penelitian: Hasil analisis data statistik menunjukkan adanya perbedaan kerusakan hepar yang bermakna antara kelompok K-KP1, K-KP2, K-KP3, KP1KP2, KP2-KP3, dan KP3-KP1. Simpulan Penelitian: Pemberian ekstrak kacang tanah dapat menurunkan jumlah kerusakan hepatosit mencit yang diinduksi parasetamol. Kata Kunci: ekstrak kacang tanah, parasetamol, kerusakan histologis hepar.
iv
commit to user
ABSTRACT Evander Aloysius Raymond Desun, G0008031, 2011. The Effect of Peanut Extract (Arachis hypogaea) on Paracetamol-Induced Liver Histological Structure in Mice. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta. Objectives: The purpose of this research is to understand the protective effect of peanut extract on mice liver damage induced by paracetamol. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Methods: This experimental laboratoric research used the post test only control group design. Thirty two male mice, Swiss webster strain aged 2 - 3 months with + 20 g of body weight were used as research subject. The first treatment group (KP1) was given 0,2 ml aquadest and paracetamol. The second treatment group (KP2) was given the first dose of peanut extract (15 mg/20 g of body weight) and paracetamol. The third treatment group (KP3) was given the second dose of peanut extract (30 mg/20 g of body weight) and paracetamol. The degree of damage was gained by summing up the amount of pyknosis, karyorrhexis, karyolysis nucleus. Data was analyzed using Oneway ANOVA (α = 0,05) test, followed by Post Hoc Multiple Comparisons (LSD) (α = 0,05) test. Results: The statistical data result showed a significant difference of hepatic damage between K-KP1, K-KP2, K-KP3, KP1-KP2, KP2-KP3, and KP3-KP1 group. Conclusions: The administration of peanut extract was able to reduce the amount of damaged hepatocyte in mice that were induced by paracetamol. Keywords: peanut extract, paracetamol, liver histological damage.
v
commit to user
PRAKATA Segala puji dan syukur penulis berikan kepada Tuhan yang Mahakuasa atas kasih dan sayang-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Pemberian Ekstrak Kacang Tanah (Arachis hypogaea) terhadap Struktur Histologis Hepar Mencit yang Diinduksi Parasetamol”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam menyelesaikan program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam perjalanan menyusun skripsi ini, penulis telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga segala halangan dapat terlewati. Oleh sebab itu, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2. Suyatmi, dr., M.Biomed, Sci. selaku Pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu dalam memberi bimbingan, saran, dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini; 3. Mujosemedi, Drs., M.Sc. selaku Pembimbing Pendamping atas waktu yang telah diberikan untuk memberi bimbingan, saran, dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini; 4. S.B. Widjokongko, dr., PHK., MPd. selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji dan memberi saran untuk memperbaiki kekurangan dalam penulisan skripsi ini; 5. Isdaryanto, dr., MARS. selaku Anggota Penguji yang telah menguji dan memberi masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini; 6. Muthmainah, dr, MKes. selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS beserta staf yang telah memberi pengarahan; 7. Seluruh Dosen dan Staf Laboratorium Histologi yang telah memberikan banyak bantuan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 8. Kedua orang tuaku, Desun Raimundus dan Luisa Virgien Cintya serta adikku Evelyn Aloysia, yang kusayangi dalam memberikan doa dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini; 9. Eva, Nungky, Shinta dan semua teman - teman angkatan 2008 yang telah memberi dukungan dan semangat. 10. Teman - teman keluarga besar Asisten Histologi angkatan 2008, yang telah memberikan banyak bantuan dalam banyak hal. 11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Surakarta,
November 2011
Evander Aloysius Raymond Desun
vi
commit to user
DAFTAR ISI
halaman PRAKATA ............................................................................................................ vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4 BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 5 A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5 1.
Hepar ........................................................................................... 5
2.
Parasetamol ................................................................................. 9
3.
Kacang Tanah (Arachis hypogaea) ............................................. 10
4.
Metabolisme Parasetamol dan Perannya dalam Kerusakan Hepar .............................................. 18
5. Gambaran Kerusakan Struktur Histologis Hepar karena Parasetamol ........................................... 20 6. Mekanisme Perlindungan Kacang Tanah terhadap Kerusakan Hepar karena Parasetamol ........................... 22 B. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 26 C. Hipotesis .............................................................................................. 27 BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 28 A. Jenis Penelitian ................................................................................... 28 B. Lokasi Penelitian ................................................................................. 28 C. Subjek Penelitian ................................................................................. 28 vii
commit to user
D. Teknik Sampling ................................................................................. 29 E. Rancangan Penelitian .......................................................................... 29 F. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 33 G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................ 34 H. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id I. Cara Kerja ........................................................................................... 37 J. Teknik Analisis Data Statistik ............................................................ 41 BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 42 A. Hasil Penelitian ................................................................................... 42 B. Analisis Data ....................................................................................... 44 BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 47 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 53 A. Simpulan.............................................................................................. 53 B. Saran .................................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55 LAMPIRAN
viii
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Vitamin dalam Kacang Tanah
Tabel 2
Mineral dalam Kacang Tanah
Tabel 3 Rata - Rata Inti Hepatosit yang Mengalami Nekrosis dari 100 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sel Hepatosit Zona III pada Masing - Masing Kelompok Perlakuan Tabel 4
Ringkasan Hasil Uji LSD Antarkelompok Perlakuan
Tabel 5
Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan
Tabel 6
Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Secara Oral
Tabel 7
Jumlah Hepatosit yang Mengalami Piknosis, Karioreksis, dan Kariolisis dari Setiap 100 Hepatosit di Zona Sentrolobuler pada Kelompok Kontrol (K)
Tabel 8
Jumlah Hepatosit yang Mengalami Piknosis, Karioreksis, dan Kariolisis dari Setiap 100 Hepatosit di Zona Sentrolobuler pada Kelompok Perlakuan 1 (KP1)
Tabel 9
Jumlah Hepatosit yang Mengalami Piknosis, Karioreksis, dan Kariolisis dari Setiap 100 Hepatosit di Zona Sentrolobuler pada Kelompok Perlakuan 2 (KP2)
Tabel 10
Jumlah Hepatosit yang Mengalami Piknosis, Karioreksis, dan Kariolisis dari Setiap 100 Hepatosit di Zona Sentrolobuler pada Kelompok Perlakuan 3 (KP3)
Tabel 11
Sebaran Data secara Deskriptif
Tabel 12
Hasil Uji Normalitas Data untuk Skor Kerusakan Hepatosit pada Empat Kelompok Mencit
Tabel 13
Hasil Uji Homogeneity of Variances untuk Skor Kerusakan Hepatosit pada Empat Kelompok Mencit
Tabel 14
Hasil Uji One-Way ANOVA untuk Skor Kerusakan Hepatosit pada Empat Kelompok Mencit
Tabel 15
Hasil Uji Post Hoc Multiple Comparisons Menggunakan Uji LSD Diantara Dua Kelompok untuk Skor Kerusakan Hepatosit Mencit
ix
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran Gambar 2 Skema Pemberian Perlakuan Gambar 3 Boxplot Inti Hepatosit yang Mengalami Nekrosis pada Masingperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Masing Perlakuan Gambar 4 Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Mencit Kelompok Kontrol (K) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran 1000 x Gambar 5 Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Mencit Kelompok Perlakuan 1 (KP1) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran 1000 x Gambar 6 Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Mencit Kelompok Perlakuan 2 (KP2) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran 1000 x Gambar 7 Fotomikrograf Zona Sentrolobuler Lobulus Hepar Mencit Kelompok Perlakuan 3 (KP3) dengan Pengecatan HE dan Perbesaran 1000 x Gambar 8 Contoh Kelompok Mencit yang Digunakan sebagai Sampel Penelitian Gambar 9 Timbangan Digital untuk Menimbang Mencit dan Parasetamol Gambar 10 Sonde Lambung Gambar 11 Ekstrak Kacang Tanah Gambar 12 Aquadest Gambar 13 Parasetamol yang Diencerkan Gambar 14 Proses Pemberian Perlakuan Melalui Sonde Lambung Tiap Kelompok Gambar 15 Mencit yang Telah Dikorbankan Gambar 16 Proses Pengambilan Organ Gambar 17 Bahan Pengecatan Preparat Gambar 18 Preparat Hasil Penelitian Gambar 19 Mikroskop yang Digunakan
x
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Konversi Dosis untuk Manusia dan Hewan Lampiran 2. Volume Maksimal Bahan Uji Peroral untuk Hewan Coba Lampiran 3. Data Primer Penelitian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 4. Hasil Uji Statistik untuk Skor Kerusakan Hepatosit Mencit Lampiran 5. Foto Preparat (Fotomikrograf) Lampiran 6. Alat dan Bahan Penelitian Lampiran 7. Surat Ethical Clearance Lampiran 8. Surat Keterangan Pembuatan Ekstrak
xi
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Stres oksidatif merupakan suatu istilah yang menggambarkan efek oksidasi di mana terjadi peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS), seperti radikal bebas (hidroksil, asam nitrat, superoksida) atau non-radikal (hidrogen peroksida, lipid peroksida) yang mencapai kadar abnormal. Kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan sel-sel dan jaringan pada organ yang sering terpapar dengan ROS. Peningkatan ROS bisa disebabkan karena adanya infeksi virus atau jamur, inflamasi, penuaan, radiasi ultraviolet, polusi, konsumsi alkohol berlebihan, merokok, penggunaan bahan-bahan kimia tertentu, dll. Untuk mengikat ROS, dapat digunakan antioksidan endogen atau eksogen (Farlex, 2011). Salah satu organ yang sering terkena stres oksidatif karena bahan kimia adalah hepar. Hati atau biasa disebut liver merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, organ ini memiliki banyak fungsi, terutama untuk melakukan metabolisme obat dan toksin sebelum diekskresikan ke dalam urine. Proses metabolisme ini dilakukan dengan mengkonjugasikan senyawa kimia lain sehingga bisa diekskresikan melalui ginjal (Alfan, 2010). Untuk beberapa bahan kimia tertentu, proses penetralan oleh hepar ini akan mengubah bahan kimia tersebut menjadi metabolit aktif yang dapat merusak hepar, contohnya adalah parasetamol.
1
commit to user
2
Parasetamol adalah salah satu obat yang dapat dengan mudah dibeli di apotek-apotek umum. Obat ini dalam dosis terapetik biasa digunakan sebagai analgetik dan antipiretik. Obat ini akan dimetabolisme dalam hepar oleh sitokrom P 450 menjadi metabolit aktif N-acetyl-p-benzoquinoneimine perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (NAPQI). NAPQI termasuk dalam radikal bebas yang memiliki masa aktif relatif singkat. Untuk medetoksifikasi NAPQI, hepar mengeluarkan enzim glutathion yang mengikat gugus kovalen NAPQI dan menghasilkan konjugat sistein yang akan dikeluarkan bersama urine. Pada overdosis parasetamol, cadangan glutathion yang ada pada hepar tidak mencukupi untuk menetralisir NAPQI yang ada sehingga akan mengakibatkan kerusakan jaringan hepar karena stres oksidatif (Ikawati, 2009). Untuk menetralisir radikal bebas yang berlebihan maka diperlukan zat antioksidan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) adalah tanaman pangan ke-13 yang paling penting di dunia. Biji tanaman ini mengandung minyak kualitas tinggi (50 %), protein (25 %), dan karbohidrat (20 %). Indonesia merupakan salah satu negara dengan produksi kacang tanah terbanyak di dunia (CGIAR, 2011). Kacang tanah juga mengandung setengah dari 13 vitamin yang diperlukan tubuh dan 35 % mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan (PT. Dua Kelinci, 2010). Kadar antioksidan dalam kacang tanah sama tingginya dengan beberapa buah-buahan, antioksidan yang dikandung adalah polifenol dalam konsentrasi tinggi yang dinamakan p-coumaric acid (Bowden, 2007). Penggunaan kacang tanah untuk proteksi sel-sel hepar belum pernah diteliti sebelumnya.
commit to user
3
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis memutuskan untuk meneliti “apakah kacang tanah bisa memberikan proteksi pada sel-sel hepar dari kerusakan akibat pemberian parasetamol?”. B. Rumusan Masalah perpustakaan.uns.ac.id Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
digilib.uns.ac.id
1. Apakah pemberian ekstrak kacang tanah (Arachis hypogaea) peroral dapat melindungi sel-sel hepar mencit (Mus musculus) dari kerusakan yang diinduksi parasetamol? 2. Apakah peningkatan dosis ekstrak kacang tanah (Arachis hypogaea) dapat meningkatkan proteksi sel-sel hepar mencit (Mus musculus) dari kerusakan yang diinduksi parasetamol? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk 1.
Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kacang tanah (Arachis hypogaea) terhadap efek proteksi sel-sel hepar mencit (Mus musculus) dari kerusakan yang diinduksi parasetamol.
2.
Mengetahui pengaruh peningkatan dosis ekstrak kacang tanah (Arachis hypogaea) terhadap peningkatan efek proteksi sel-sel hepar mencit (Mus musculus) dari kerusakan yang diinduksi parasetamol.
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoretis a.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai efek
ekstrak kacang tanah (Arachis hypogaea) terhadap hepar mencit perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol b.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut
2.
Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi masyarakat untuk mengkonsumsi kacang tanah (Arachis hypogaea) sebagai tanaman pangan yang memiliki gizi tinggi dan antioksidan untuk melindungi sel-sel hepar
commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka perpustakaan.uns.ac.id 1. Hepar a.
digilib.uns.ac.id
Gambaran umum Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang memiliki fungsi endokrin dan eksokrin, memiliki berat sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa. Hepar terletak pada kuadran kanan atas kavitas abdomen. Terdapat empat lobus pada hepar yaitu lobus kanan, kiri, kuadratus, dan kaudatus. Hepar dibungkus oleh kapsula tipis (kapsula Glisson) dan memiliki jaringan pengikat retikular yang sangat jarang, yang masuk ke dalam parenkim hepar bersama dengan pembuluh darah. Tipe sel yang dominan dalam hepar adalah hepatosit. Sel-sel tersebut tersusun dalam satu atau dua lapisan tebal yang dipisahkan oleh sinusoid hepar. Hepar memiliki tiga sistem drainase yaitu vena hepatika, pembuluh limfa dan saluran empedu (Guyton dan Hall, 2008; Paulsen, 2000).
b. Lobulus Hepar Hubungan antara struktur hepar dan fungsinya paling baik didemonstrasikan dengan tiga model substruktur hepar yaitu: lobulus klasik, lobulus porta, dan asinus hepar Rappaport (Paulsen, 2000).
5
commit to user
6
Model asinus hepar (Rappaport) bersifat abstrak. Model ini dibuat berdasarkan perubahan oksigen, nutrisi, dan kadar racun ketika darah mengalir melalui sinusoid. Setiap asinus yang berbentuk belah ketupat terdiri dari dua vena sentralis dan dua triad porta yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjadi keempat sudutnya. Gambaran belah ketupat tersebut dibagi menjadi dua segitiga oleh sebuah garis yang menghubungkan triad porta. Dalam garis ini berjalan cabang terminal pembuluh darah porta dan hepatika yang mengirimkan darah hepar ke sinusoid. Setiap segitiga dapat dibagi menjadi tiga zona berdasarkan jaraknya terhadap pembuluh darah distribusi terminal. Zona 1 paling dekat dengan pembuluh darah sedangkan zona 3 paling dekat ke vena sentralis. Darah pada sinusoid zona 1 memiliki konsentrasi oksigen, nutrisi, dan racun yang lebih tinggi dari zona lainnya. Pada saat darah mengalir menuju vena sentralis, zat-zat tersebut dihilangkan oleh hepatosit secara perlahan. Hepatosit pada zona
1
memiliki
metabolisme,
glikogen,
cadangan
lemak,
konsentrasi oksigen dan memiliki enzim untuk reaksi oksidatif yang lebih tinggi. Hepatosit juga lebih mudah terkena kerusakan karena racun pada darah, dan cadangan energinya paling cepat habis ketika puasa. Hepatosit pada zona 3 merupakan yang paling jauh dari suplai oksigen pada darah. Hepatosit ini memiliki kapasitas yang kecil pada aktivitas oksidatif, dan memiliki esterase banyak yang digunakan pada reaksi konjugasi dan detoksifikasi. Hepatosit pada zona 2
commit to user
7
memiliki tingkat metabolisme yang sedang. Model ini dapat menjelaskan
perbedaan
kerusakan
regional
hepar
secara
histopatologi (Paulsen, 2000; Stevens dan Lowe, 2005). c. Parenkim Hepar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hepatosit adalah sel poligonal dengan 5-12 sisi, memiliki diameter kurang lebih 20-30 mikrometer, yang disusun bersama sehingga membentuk lempeng sel hepar yang beranastomose. Sel-sel ini memiliki variasi dalam struktur, histokimia, sifat biokimia, tergantung lokasinya dalam lobulus hepar. Hepatosit telah disusun sedemikian rupa sehingga tidak hanya setiap sel dapat kontak dengan sel hepatosit lain, tetapi juga dapat menjadi dinding dari ruangan Disse. Sehingga dapat dikatakan membran plasma hepatosit memiliki dua wilayah yaitu: daerah lateral dan sinusoid. Daerah membran sel lateral hepatosit membentuk kanalikuli biliaris sedangkan daerah sinusoid dari hepatosit membentuk mikrovili yang masuk ke dalam ruangan perisinusoidal Disse. Walaupun jumlah hepatosit hanya 60 % dari jumlah sel total pada hepar, hepatosit menyusun sekitar 75 % berat hepar. Tujuh puluh lima persen hepatosit memiliki satu inti sel dan sisanya memiliki dua inti sel (Gartner dan Hiatt, 2007).
commit to user
8
d. Sinusoid Hepar Arteriol hati ditemui dalam septum interlobularis. Arteriol ini menyuplai darah arteri ke jaringan septum di antara lobulus yang berdekatan, dan banyak arteriol kecil juga mengalir langsung ke perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sinusoid hati, paling sering berlokasi pada sepertiga jarak ke septum interlobularis. Selain sel-sel hati, sinusoid vena dilapisi oleh sel-sel lain: sel endotel khusus dan sel Kupffer besar yang merupakan makrofag yang melapisi sinusoid dan mampu memfagositosis bakteri dan benda asing lain dalam darah sinus hepatikus. Sinusoid hepar adalah saluran darah yang berliku-liku dan melebar dengan diameter tidak teratur, dilapisi sel endotel. Lapisan endotel sinusoid vena mempunyai pori-pori yang sangat besar, beberapa di antaranya berdiameter hampir 1 mikrometer. Di bawah lapisan ini, terdapat ruang jaringan yang sangat sempit dan disebut ruang Disse atau ruang perisinusoidal. Jutaan ruang Disse menghubungkan pembuluh limfe di dalam septum interlobularis. Kelebihan cairan di dalam ruang ini dikeluarkan melalui aliran limfatik. Karena besarnya pori di endotel, zat-zat makanan di dalam yang mengalir dalam sinusoid-sinusoid yang berliku dapat menembus dinding endotel yang tidak utuh dan dapat berkontak langsung
dengan
hepatosit,
commit to user
sehingga
dapat
memperlancar
9
perpindahan zat antara darah dan hepatosit (Guyton dan Hall, 2008; Eroschenko, 2003). 2.
Parasetamol
a. Gambaran Umum perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Parasetamol (asetaminofen) merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan memiliki efek analgesik. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus amino benzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Efek anti inflamasi parasetamol hampir tidak ada (Wilmana dan Gunawan, 2007; Katzung, 2002). b. Farmakodinamik Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagi anti rematik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa (Wilmana dan Gunawan, 2007).
commit to user
10
c.
Farmakokinetik Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½
jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25 % parasetamol terikat protein plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan menjadi asetaminofen sulfat dan glukoronida yang secara farmakologi tidak aktif. Sebagian asetaminofen (80 %) dikonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat.
Obat ini dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil
hidroksilasi dapat menimbulkan methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Kedua obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. Pada jumlah toksik atau adanya penyakit hati, waktu paruhnya bisa meningkat dua kali lipat atau lebih (Wilmana dan Gunawan, 2007; Katzung, 2002). 3.
Kacang Tanah (Arachis hypogaea) a.
Gambaran Umum Kacang tanah merupakan nama umum dari tanaman warmseason yang berasal dari keluarga polong-polongan. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan dan telah ditanam sejak zaman dahulu oleh orang asli Amerika. Tingginya bisa mencapai 75 cm dan menyebar 1,2 m. Untuk tumbuh, kacang tanah membutuhkan sinar
commit to user
11
matahari sekitar 120 sampai 140 hari dan dengan frekuensi hujan yang sedang (Pardee, 2008). b. Sejarah dan Penyebaran Penyebaran kacang tanah dimulai dari dibawanya tumbuhan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ini ke Benua Eropa kemudian ke Benua Asia. Tanaman ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1521-1529, dibawa oleh orang-orang Spanyol yang berlayar dan berdagang antara Meksiko dan Kepulauan Maluku. Di Indonesia kacang tanah baru ditanam sekitar abad ke-18, kacang tanah yang ditanam adalah tipe menjalar. Setahun kemudian kacang tanah tipe tegak masuk ke Indonesia (AAK, 1989). Setelah datangnya kacang tanah varietas tegak ke Indonesia, penanaman kacang tanah di Indonesia bertambah luas menjadi 3.000.000 ha dan ditanam sebagai tanaman palawija. Selanjutnya terjadi hibridisasi antara kedua tanaman itu yang hasil varietasnya dinamakan kacang Holle (Marzuki, 2007). Sentra penanaman kacang tanah di Indonesia terletak pada propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2011). c.
Deskripsi Tumbuhan Kacang tanah termasuk dalam tanaman palawija yang membentuk polong dalam tanah. Dari pertumbuhannya kacang tanah bisa dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Pada tipe tegak percabangan kacang tanah biasanya lurus atau agak miring ke
commit to user
12
atas, umur panen tipe ini pendek sekitar 100 - 120 hari. Selain itu buahnya hanya ada pada ruas-ruas pangkal utama dan cabangnya, tiap potong berbiji 2 - 4 butir sehingga masaknya bisa bersamaan. Pada tipe menjalar cabang-cabang kacang tanah tumbuh ke samping, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tetapi ujung-ujungnya mengarah ke atas. Panjang batangnya sekitar 33 - 66 cm. Umur tipe ini sekitar 150 - 200 hari. Tiap ruas yang berdekatan dengan tanah akan menghasilkan buah sehingga masaknya tidak bersamaan. Tiap potong umumnya berbiji dua butir (Marzuki, 2007). Bagian tanaman ini yang tumbuh di atas tanah adalah batang utama, yang tumbuh tegak, dan dua cabang utama yang tumbuh tegak atau menjalar. Terdapat dua tipe cabang yaitu reproduktif dan vegetatif (Coste, 2002). Kacang tanah berdaun majemuk dengan sirip genap, daunnya terdiri dari empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Daun mulai gugur pada akhir masa pertumbuhan dimulai dari bagian bawah. Bunga kacang tanah mulai muncul pada umur 4 - 5 minggu, bunga keluar dari ketiak daun. Mahkota bunga berwarna kuning dengan corak garis-garis merah pada pangkalnya. Umur bunga hanya satu hari, mekar di pagi hari dan layu di sore hari. Bunga kacang tanah dapat melakukan penyerbukan sendiri dan bersifat geotropis positif, penyerbukan terjadi sebelum bunga mekar. Buah kacang tanah disebut polong, yang terbentuk sesudah pembuahan. Bakal buah akan tumbuh memanjang, dinamakan
commit to user
13
ginofora, yang akan menjadi tangkai polong. Ginofora akan tumbuh menembus tanah dan membentuk polong, panjang ginofora dapat mencapai 18 cm. Ginofora yang terbentuk pada cabang atas tidak mampu masuk ke dalam tanah sehingga tidak membentuk polong. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ujung polong ada yang tumpul dan ada yang runcing, bagian polong antar dua biji ada yang berbentuk pinggang dan ada yang tidak. Warna kulit ari biji kacang tanah ada bermacam-macam, putih, merah, ungu, dan merah muda. Kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang yang tumbuh lurus. Varietas yang bertipe menjalar terdapat akar samping yang tumbuh pada buku-buku cabang yang menjalar menyentuh tanah (Marzuki, 2007). d. Taksonomi Super Kingdom :
Eukaryota
Kingdom
:
Viridiplantae
Filum
:
Streptophyta
Sub filum
:
Embriophyta
Divisi
:
Tracheophyta
Sub divisi
:
Spermatophyta
Super kelas
:
Magnoliophyta
Kelas
:
Rosidae
Super ordo
:
Eurosids
Ordo
:
Fabales
Famili
:
Fabaceae
commit to user
14
Sub famili
:
Papilionoideae
Tribe
:
Aeschynomeneae
Genus
:
Arachis
Spesies : perpustakaan.uns.ac.id (TRACE, 2011) e.
Arachis hypogaea L. digilib.uns.ac.id
Nutrisi Kacang Tanah Kacang tanah merupakan sumber nutrisi yang serba guna. Dalam 100 gr kacang tanah terkandung energi sebesar 567 kcal, protein 25,80 gr, lemak total 49,24 gr, karbohidrat 16,13 gr, serat 8,5 gr, dan gula total 3,97 gr (USDA, 2010). Jumlah protein dalam kacang tanah per satu ounce (28,35 gr) bisa memenuhi 10 % kebutuhan protein per hari. Kacang tanah mengandung serat, setara dengan setengah gelas brokoli, serat mencegah beberapa tipe kanker dan berguna untuk mengontrol kadar gula darah serta menurunkan kolesterol dalam darah (American Peanut Council, 2011). Kacang tanah merupakan sumber lemak tak jenuh tunggal yang sangat tinggi. Pada penelitian dengan 22 subjek yang diberi menu lemak tak jenuh dengan sumber kacang tanah, terbukti bahwa kacang tanah dapat menurunkan risiko terkena serangan jantung sebesar 21 %. Lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated fat) bisa menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Hampir 80 % lemak dalam kacang tanah dan selai kacang merupakan lemak tak jenuh (George Mateljan Foundation,
commit to user
15
2011a; American Peanut Council, 2011). 100 gr kacang tanah mengandung lemak jenuh 6,834 gr, lemak tak jenuh tunggal 24,429 gr, lemak tak jenuh ganda (polyunsaturated fat) 15,559 gr, dan fitosterol 220 mg (USDA, 2010). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Vitamin-vitamin yang terdapat dalam 100 gr kacang tanah adalah thiamine 0,640 mg, riboflavin 0,135 mg, niacin 12,066 mg, asam pantotenat 1,767 mg, vitamin B6 0,348 mg, folat 240 mcg, choline 52,5 mg, betaine 0,6 mg dan vitamin E (alpha tocopherol) 8,33 mg (USDA, 2010). Di bawah ini merupakan tabel kegunaan beberapa vitamin pada kacang tanah dalam tubuh. Tabel 1. Vitamin dalam Kacang Tanah (American Peanut Council, 2011) Vitamin Vitamin E
Pemenu han Gizi Satu Hari 25 %
Niacin (B3)
19 %
Asam folat (B9)
10 %
Thiamin (B1)
8%
Vitamin B6
4%
Riboflavin (B2)
2%
Kegunaan Dalam Tubuh Antioksidan vital yang melindungi Vitamin A, sel-sel dan jaringan tubuh dari kerusakan. Sangat penting untuk sistem imun dan mencegah pertumbuhan tumor. Berguna pada lebih dari 50 proses dalam tubuh, penting untuk mengeluarkan energi dari makanan yang dimakan, diperlukan untuk menjaga kesehatan kulit, sistem saraf dan saluran pencernaan. Penting untuk pembentukan sel baru dalam tubuh, terutama pada masa pertumbuhan dan kehamilan. Diperlukan untuk memastikan fungsi normal sistem saraf, rasa lapar dan pencernaan. Produksi dan pemecahan protein dalam tubuh, serta membentuk sel darah merah yang berguna dalam transpor oksigen ke seluruh tubuh Melepaskan energi dari makanan yang kita makan, menjaga kesehatan kulit, dan menjaga fungsi normal mata.
commit to user
16
Mineral merupakan bahan yang esensial untuk kehidupan, sama seperti vitamin. Mineral adalah zat yang dibutuhkan tubuh untuk tumbuh, menjaga dan memperbaiki jaringan. Dalam kacang tanah terdapat sepertiga mineral esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Beberapa mineral yang ada dalam 100 gr kacang tanah adalah kalsium sebanyak 92 mg, besi 4,58 mg, magnesium 168 mg, fosfor 376 mg, kalium 705 mg, natrium 18 mg, zinc 3,27 mg, kuprum 1,144 mg, mangan 1,934 mg, dan selenium 7,2 µg (USDA, 2010). Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa kegunaan mineral pada kacang tanah untuk tubuh. Tabel 2. Mineral dalam kacang tanah (American Peanut Council, 2011) Pemenu han Gizi Mineral Kegunaan Dalam Tubuh Satu Hari Magnesium 12 % Berguna dalam pembentukan tulang dan gigi, pembentukan protein, transmisi impuls saraf dan menjaga suhu tubuh. Kuprum 10 % Berguna untuk pembentukan hemoglobin, kekuatan tulang, pembuluh darah dan saraf. Fosfor 10 % Komponen semua jaringan lunak yang mendasari pertumbuhan, menjaga dan memperbaiki tulang dan gigi. Kalium 10 % Diperlukan untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh dan dalam pembentukan protein. Juga membantu pelepasan energi dari nutrisi dan membantu transmisi impuls saraf. Zinc 6% Membantu pembentukan protein, perbaikan jaringan, pembentukan darah, persepsi rasa, rasa lapar, pengelihatan malam hari dan pertumbuhan secara umum, serta menjaga seluruh jaringan. Besi (Fe) 4% Membantu transpor dan distribusi oksigen dalam sel-sel tubuh. Kalsium 2% Diperlukan untuk pertumbuhan dan menjaga kesehatan tulang dan gigi.
commit to user
17
Asam amino dalam kacang tanah dengan berat 100 gr terdiri dari triptofan sebanyak 0,250 gr, threonine 0,883 gr, isoleusin 0,907 gr, leusin 1,672 gr, lisin 0,926 gr, metionin 0,317 gr, sistin 0,331 gr, fenilalanin 1,337 gr, tirosin 1,049 gr, valin 1,082 gr, arginin 3,085 gr, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id histidin 0,652 gr, alanin 1,025 gr, asam aspartat 3,146 gr, asam glutamat 5,390 gr, glisin 1,554 gr, prolin 1,138 gr, serin 1,271 gr (USDA, 2010). f.
Antioksidan dalam Kacang Tanah Beberapa penelitian telah menunjukkan kacang tanah kaya akan antioksidan seperti pada banyak buah-buahan lain. Walaupun tidak
memiliki
kandungan
antioksidan
yang
tinggi
seperti
pomegranate, antioksidan pada kacang tanah dapat disejajarkan dengan kandungan antioksidan pada blackberry dan stroberi. Kacang tanah memiliki kadar antioksidan yang lebih tinggi dari apel atau wortel (George Mateljan Foundation, 2011a). Pada penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Florida ditemukan bahwa kacang tanah mengandung antioksidan polifenol konsentrasi tinggi seperti p-coumaric acid, kandungan antioksidan ini akan meningkat sebanyak 22 % apabila kacang tanah dipanggang. Kacang tanah yang utuh mengandung p-coumaric acid dengan kadar ratarata sebesar 25 mg/kg (Talcott et al., 2005). Kacang tanah juga menyediakan antioksidan polifenol yang dinamakan resveratrol, yang juga ditemukan dalam anggur merah,
commit to user
18
selain resveratrol juga ditemukan flavonoid di dalam kacang tanah (George Mateljan Foundation, 2011a; Blomhoff et al., 2006). Resveratrol dapat ditemukan dalam anggur, kacang, dan berry dari spesies Vaccinum. Jumlah resveratrol dalam 146 g kacang tanah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adalah 0,01 - 0,26 mg (Linus Pauling Institute, 2008). Dalam 100 gr kacang tanah terdapat purin sebanyak 79 mg (Keith, 2010). Purin merupakan nukleosida yang terdiri atas adenosin dan guanin. Pada manusia, purin akan dirubah menjadi asam urat. Hewan mamalia selain primata memiliki uricase yang dapat mengubah asam urat menjadi allantoin yang larut dalam air, sedangkan manusia tidak memiliki uricase yang berarti asam urat yang diproduksi tidak akan dirubah menjadi senyawa yang larut air (Rodwell, 2003). Asam urat merupakan antioksidan yang sangat kuat dan penangkap oksigen singlet serta radikal bebas (Ames et al., 1981). Asam urat sebagai antioksidan berfungsi dalam menjaga dinding pembuluh darah dari kerusakan, sehingga suplai asam urat yang terus-menerus penting dalam menjaga pembuluh darah. Pada kasus gout yang parah maka purin yang dapat dikonsumsi per hari dibatasi menjadi 100 sampai 150 mg (George Mateljan Foundation, 2011b). 4.
Metabolisme Parasetamol dan Perannya dalam Kerusakan Hepar Parasetamol (asetaminofen) merupakan salah satu obat yang sering digunakan sebagai analgesik dan antipiretik. Jumlah dosis yang memiliki
commit to user
19
potensi toksik adalah 150 - 200 mg/ kg BB (anak) atau 7 gr total (dewasa). Asetaminofen dimetabolisme melalui 3 jalur yaitu sulfatasi, glukoronidasi, dan oksidasi oleh sitokrom P 450 menjadi metabolit toksik yaitu N-Acetyl-P-Benzoquinoneimine (NAPQI). Parasetamol paling perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sering dimetabolisme oleh jalur sulfatasi dan glukoronidasi menjadi senyawa yang lebih larut air dibandingkan dengan senyawa asalnya, lalu diekskresikan melalui urine dan empedu (Priyanto, 2009; Bessems dan Vermeulen; 2001). Dengan adanya glutathion, pada hepatosit, NAPQI dapat direduksi kembali menjadi parasetamol, atau berikatan secara kovalen dengan glutathion menjadi konjugat 3-glutathione-S-yl-paracetamol tanpa menunjukkan efek samping. Pada kondisi overdosis atau mikrosom P 450 meningkat, glutathion pada hepar menurun dan tidak dapat mengkompensasi produksi NAPQI yang berlebihan. Deplesi glutathion mitokondria berhubungan dengan toksisitas hepar (Bessems dan Vermeulen; 2001). Metabolit toksik akan terikat oleh glutathion menjadi asam merkapturat yang mudah diekskresikan. Penyebab kerusakan jaringan hepar utama adalah adanya metabolit toksik yang tidak dapat diikat atau dinetralkan oleh glutathion, karena jumlah metabolit berlebihan yang disebabkan karena overdosis dan cadangan glutathion yang mengalami deplesi (Priyanto, 2009; Wallace, 2004).
commit to user
20
NAPQI, sebagai senyawa elektrofilik akan lebih mudah bereaksi dengan protein golongan thiol pada mitokondria. Ikatan NAPQI dengan protein thiol pada mitokondria akan mengurangi produksi energi yang berakibat pada kematian sel (Bischoff dan Ramaiah, 2007; James et perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id al.,2003). Peroksidasi lipid karena metabolit hasil redoks parasetamol sangat penting perannya dalam kerusakan hepar. Interaksi antara NAPQI dengan berbagai molekul selular lain akan mengakibatkan terbentuknya Reactive Oxygen Species (ROS) dan akhirnya akan membentuk stres oksidatif di hepatosit. NAPQI menyebabkan reduksi molekul oksigen menjadi radikal superoksida anion (O2•). Radikal superoksida anion secara enzimatis akan tereduksi menjadi hidrogen peroksida (H2O2), yang pada akhirnya dapat menyebabkan radikal bebas hidroksil (OH•). Ketika bereaksi dengan membran sel, radikal bebas hidroksil yang sangat reaktif dapat mengakibatkan kerusakan membran sel karena peroksidasi lipid dan pada akhirnya berakhir pada kematian sel (Bessems dan Vermeulen, 2001; Bischoff dan Ramaiah, 2007; Chaturvedi dan Machacha, 2007). 5.
Gambaran
Kerusakan
Struktur
Histologis
Hepar
karena
Parasetamol Hepatitis akut, dengan atau tanpa kolestasis merupakan gambaran histologis yang umum pada Drug Induced Liver Injury (DILI), dan obat obatan seperti asetaminofen merupakan penyebab utama acute liver failure.
commit to user
21
DILI dimediasi oleh dua mekanisme utama yaitu hepatotoksisitas intrinsik dan idiosinkratik. Hepatotoksin intrinsik akan mengakibatkan kerusakan hepatoselular secara direk maupun indirek yang bisa diprediksi dengan melihat dosis yang diberikan. Beberapa obat seperti perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id asetaminofen mengakibatkan hepatotoksisitas intrinsik. Hepatotoksisitas intrinsik akan bermanifestasi sebagai nekrosis hepatoselular dengan sedikit
inflamasi,
sedangkan
reaksi
obat
idiosinkratik
sering
menunjukkan kerusakan hepar dengan inflamasi yang dominan. Nekrosis zona sentral (zona 3) merupakan karakteristik kerusakan yang ditimbulkan asetaminofen, halotan, dan toksin seperti karbon tetraklorida. Nekrosis yang konfluen, pada akhirnya akan mengakibatkan acute liver failure (Ramachandran dan Kakar, 2009). Perubahan yang terjadi pada jaringan nekrotik, paling jelas dapat dilihat pada inti sel. Inti yang telah mati akan menyusut, batas menjadi tidak teratur, berwarna gelap. Proses ini dinamakan piknosis dan intinya dinamakan piknotik. Pada kemungkinan lain, inti dapat hancur dan kromatin akan membentuk fragmen-fragmen yang tersebar di dalam sel, proses ini dinamakan karioreksis. Pada akhirnya, inti sel yang telah mati tidak dapat diwarnai lagi dan menjadi hilang, proses ini dinamakan kariolisis (Wilson, 2006).
commit to user
22
6.
Mekanisme Perlindungan Kacang Tanah terhadap Kerusakan Hepar karena Parasetamol Radikal bebas adalah suatu atom, molekul, atau senyawa yang
dapat berdiri sendiri, mempunyai satu elektron atau lebih yang tidak perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berpasangan pada orbital terluarnya. Adanya satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan menyebabkan radikal bebas mencari elektron untuk dijadikan pasangannya untuk mencapai duplet atau oktet sehingga mencapai kondisi stabil dengan mengambil pasangan elektron dari senyawa lain (Priyanto, 2009). Stres oksidatif dapat terjadi jika di dalam tubuh banyak terdapat radikal bebas yang tidak dapat diimbangi dengan antioksidan yang ada. Kondisi stres oksidatif yang ringan mungkin masih dapat ditolerir dengan peningkatan antioksidan enzimatik (dari dalam tubuh) atau penambahan antioksidan (non enzimatik) dari luar tubuh. Radikal bebas yang tidak dapat dinetralisir dapat menimbulkan kerusakan pada sel atau komponen sel (Priyanto, 2009). Antioksidan adalah zat yang memperlambat atau menghambat stres oksidatif pada molekul target. Antioksidan melindungi molekul target dengan cara: menangkap radikal bebas dengan menggunakan protein atau enzim atau bereaksi langsung, mengurangi pembentukan radikal bebas, mengikat ion logam yang dapat menyebabkan timbulnya reaksi Fenton yang menghasilkan radikal bebas, melindungi komponen sel utama yang menjadi sasaran radikal bebas, memperbaiki target organ dengan radikal
commit to user
23
bebas yang telah rusak, menggantikan sel yang telah rusak dengan sel baru. Rumus reaksi Fenton adalah Fe2+ + H2O2 → Fe3+ + OH• + OH(Priyanto, 2009). Dalam kacang tanah terdapat banyak antioksidan yaitu p-coumaric perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id acid, resveratrol, vitamin E, dan asam urat, serta beberapa mineral yang mendukung antioksidan enzimatik seperti Fe, Zn, Mn, Cu, dan Se (Talcott et al., 2005; Blomhoff et al.,2006; USDA, 2010). Coumaric acid merupakan bahan organik dari derivat hidroksi asam sinamat, dan pcoumaric acid merupakan isomer coumaric acid yang paling banyak di alam (Porter, 1998). P-coumaric acid memiliki efek proteksi antioksidan dengan cara menangkap radikal bebas hidroksil dan Reactive Oxygen Species (ROS), serta menginhibisi peroksidasi lipid (Zang et al., 2000). Resveratrol merupakan polifenol non flavonoid yang memiliki aktivitas
biologis
yang
bermacam-macam,
yaitu:
menginhibisi
peroksidasi lipid dan menangkap radikal bebas (Stojanovi et al., 2001). Vitamin E adalah salah satu fitonutrien penting yang secara alami memiliki 8 isomer yang dikelompokkan dalam 4 tokoferol (α, β, γ, δ) dan 4 tokotrienol (α, β, γ, δ) homolog (Winarsi, 2007). Vitamin E juga merupakan
antioksidan
non
polar
yang
sangat
penting
untuk
menghambat peroksidasi lipid. Penghambatan peroksidasi lipid terjadi karena kemampuan vitamin E bereaksi dengan radikal peroksil dan alkoksil (ROO• dan RO•) lebih cepat dibandingkan reaksi radikal tersebut dengan lipid (Priyanto, 2009)
commit to user
24
Asam urat merupakan hasil metabolisme purin. Dalam percobaan In vitro dan In vivo, asam urat telah dibuktikan sebagai penangkap radikal bebas yang sangat kuat (Waring, 2002). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Fe, Zn, Mn, dan Cu berfungsi membantu enzim SOD agar dapat bekerja. Aktivitas enzim SOD berperan penting dalam melindungi sel-sel tubuh dari stres oksidatif yang diakibatkan radikal bebas dan oksigen reaktif. SOD mengatalisis perubahan ion superoksida menjadi H2O2 dan O2. Tingginya aktivitas enzim tersebut ditunjukkan oleh rendahnya produk oksidasi lipid (Winarsi, 2007). Ferum merupakan kofaktor dari suatu enzim katalase yang berfungsi sebagai antioksidan. Enzim katalase mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dengan cara mengubah H2O2 menjadi H2O. Aktivitas enzim ini banyak ditemukan dalam mitokondria dan sitoplasma berbagai sel dalam tubuh (Winarsi, 2007). Selenium (Se) adalah mineral mikro yang merupakan bagian esensial dari enzim glutathion peroksidase (GSH-Px) (Almatsier, 2004). Glutathion peroksidase membentuk pertahanan terhadap peroksida sebelum senyawa tersebut dapat merusak membran dan komponen sel yang lain (Mayes, 2003). Se membantu vitamin E dalam perannya sebagai antioksidan. Se berperan serta dalam sistem enzim yang mencegah terbentuknya radikal bebas dengan menurunkan konsentrasi
commit to user
25
peroksida dalam sel, sedangkan vitamin E menghalangi bekerjanya radikal bebas setelah terbentuk (Almatsier, 2004). Dengan adanya berbagai kemampuan antioksidan yang dimiliki zat-zat yang terkandung dalam kacang tanah, maka kacang tanah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id merupakan tanaman pangan yang apabila dikonsumsi memiliki potensi perlindungan terhadap radikal bebas.
commit to user
26
B. Kerangka Pemikiran Bioaktivasi sitokrom P450
Parasetamol dosis toksik
NAPQI berlebih
Kejenuhan jalur glukoronidasi perpustakaan.uns.ac.id dan sulfatasi
Deplesi cadangan glutathion
digilib.uns.ac.id NAPQI mereduksi molekul oksigen
GSH-Px
Ikatan NAPQI dengan protein gugus sulfihidril mitokondria
Peningkatan reactive oxygen species (ROS)
Stres oksidatif
Peroksidasi lipid
Kerusakan protein dan DNA
Kerusakan membran sel
Kematian sel-sel hepar
Enzim katalase
Variabel luar yang tak terkendali: kondisi psikologis, dan reaksi hipersensitivitas
SOD p-coumaric acid Resveratrol
Fe Se
Vitamin E uric acid Ekstrak kacang tanah
Penurunan produksi energi dalam sel
Peningkatan Total Antioxidant Status (TAS)
Zn Mn Cu
Keterangan: : memacu : menghambat
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
commit to user
Sel-sel hepar lebih rentan terhadap radikal bebas
27
C. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah 1.
Pemberian ekstrak kacang tanah peroral dapat melindungi sel-sel
hepar mencit (Mus musculus) dari kerusakan yang diinduksi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id parasetamol. 2.
Peningkatan dosis ekstrak kacang tanah dapat meningkatkan proteksi sel-sel hepar mencit dari kerusakan sel-sel hepar mencit (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol.
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian perpustakaan.uns.ac.id Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik.
digilib.uns.ac.id
B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. C. Subjek Penelitian 1. Populasi : Mencit (Mus musculus) jantan dari galur Swiss Webster yang berusia 2 - 3 bulan dengan berat badan ± 20 gr. 2. Sampel
: Subjek pada penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok. Jumlah mencit tiap kelompok ditentukan dengan rumus Federer, di mana (z) adalah jumlah kelompok dan (x) adalah jumlah sampel dalam tiap kelompok. (x - 1)(z - 1) > 15 (x - 1)(4 - 1) > 15 3x-3
> 15
3 x > 18 x > 6 Keterangan: z: Jumlah kelompok x: Jumlah sampel minimal dalam setiap kelompok
28
commit to user
29
Jumlah mencit yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 32 mencit, dengan tiap kelompok terdiri dari 8 mencit (x > 6). D. Teknik Sampling Sampel diperoleh dengan teknik incidental sampling yaitu mengambil perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id begitu saja subjek penelitian yang ditemui dari populasi yang ada (Taufiqqurohman, 2008). E. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah the post test only with control group design. Dalam penelitian ini, subjek dibagi menjadi 4 kelompok secara acak. Kelompok pertama adalah Kelompok Kontrol (KK), kelompok ini tidak mendapat perlakuan. Kelompok kedua adalah Kelompok Perlakuan Pertama (KP1), kelompok ini akan mendapat parasetamol dosis toksik tanpa pemberian ekstrak kacang tanah. Kelompok ketiga adalah Kelompok Perlakuan Kedua (KP2), kelompok ini akan mendapat ekstrak kacang tanah dosis pertama dan parasetamol dosis toksik. Kelompok keempat adalah Kelompok Perlakuan Ketiga (KP3), kelompok ini akan mendapat ekstrak kacang tanah dosis kedua dan parasetamol dosis toksik. Pemberian perlakuan akan dilakukan dalam waktu yang telah ditentukan, setelah pemberian perlakuan selesai, maka akan dilakukan pengukuran variabel efek dari semua kelompok observasi. Perbedaan hasil pengukuran nilai variabel pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol merupakan efek dari perlakuan (Taufiqqurohman, 2008).
commit to user
30
Jumlah pemberian ekstrak kacang tanah untuk mencit dibedakan dalam dua dosis, yaitu dosis I = 15 mg/20 gr BB mencit dan dosis II = 30 mg/20 gr BB mencit. Dosis yang diberikan ini merupakan hasil konversi kebutuhan konsumsi kacang tanah yang disarankan per hari pada manusia dengan berat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 70 kg ke mencit dengan berat 20 gr. Ekstrak kacang tanah terlebih dahulu diencerkan dengan aquades sebelum disondekan pada mencit. Ekstrak kacang tanah dosis I diberikan sehari sekali selama 14 hari berturut-turut pada KP2. Ekstrak kacang tanah dosis II diberikan sehari sekali selama 14 hari berturutturut pada KP3. Perhitungan dosis ekstrak kacang tanah: 1. Dosis I ekstrak kacang tanah setara dengan konsumsi kacang tanah sebanyak 56 gr pada manusia Konsumsi kacang tanah yang dianjurkan per hari pada manusia adalah 2 ounce = 56 gr. Dosis harian mencit: Nilai konversi x 56 gr kacang tanah = 0,0026 x 56 gr kacang tanah = 0,15 gr kacang tanah = 150 mg kacang tanah Setelah diekstrak maka jumlah kacang tanah menjadi 10 % berat asal. Ekstrak kacang tanah yang disondekan pada 1 ekor mencit dengan berat badan 20 gr adalah 15 mg yang diberikan selama 14 hari berturut-turut.
commit to user
31
2. Dosis II ekstrak kacang tanah Dosis II ekstrak kacang tanah merupakan dosis I ekstrak kacang tanah yang digandakan dua kali lipat yaitu 30 mg. Larutan ekstrak kacang tanah yang disondekan pada 1 ekor mencit (20 gr) adalah 30 mg yang diberikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id selama 14 hari berturut-turut. Pemberian ekstrak kacang tanah selama 14 hari berturut-turut dimaksudkan untuk memberikan daya proteksi pada sel-sel hepar oleh antioksidan sehingga ketika diinduksi parasetamol dosis toksik, rantai radikal bebas dapat diputus dan kerusakan hepar dapat dicegah. Di luar jadwal perlakuan, mencit diberi makan pelet dan minum air PAM ad libitum. Parasetamol diberikan selama 3 hari berturut-turut yaitu pada hari ke 12, 13, dan 14. Pemberian parasetamol dengan cara ini dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan pada sel hepar berupa nekrosis pada daerah sentrolobularis tanpa menimbulkan kematian pada mencit. Menurut Wilmana dan Gunawan (2007), pemberian parasetamol dosis tunggal sudah dapat menimbulkan
kerusakan
sel
hepar
berupa
nekrosis
pada
daerah
sentrolobularis dalam waktu 2 hari setelah pemberian parasetamol. LD-50 untuk mencit secara peroral yang telah diketahui adalah 338 mg/ Kg BB atau 6,76 mg/20 gr BB mencit (Knox dan Wishart, 2011). Dosis parasetamol yang dapat menimbulkan efek kerusakan hepar berupa nekrosis sel hepar tanpa menyebabkan kematian mencit adalah dosis 3/4 LD - 50 perhari. Dosis yang digunakan adalah 338 mg/Kg BB x 0,75 = 253,5 mg/Kg BB = 5,07 mg/20 gr BB mencit. Parasetamol 500 mg dilarutkan dalam
commit to user
32
aquades hingga 9,86 ml sehingga dalam 0,1 ml larutan parasetamol mengandung 5,07 mg parasetamol.
32 ekor mencit perpustakaan.uns.ac.id
KK
HK
KP1
HP1
KP2
HP2
KP3
HP3
Bandingkan dengan uji statistik digilib.uns.ac.id
Keterangan: KK = Kelompok kontrol tanpa diberi perlakuan. Mencit diberi aquades peroral sebanyak 0,2 ml/20 gr BB mencit setiap hari selama 14 hari berturut-turut KP1 = Kelompok perlakuan 1 diberi parasetamol dosis toksik tanpa pemberian ekstrak kacang tanah. Mencit diberi aquades peroral sebanyak 0,2 ml/20 gr BB mencit setiap hari selama 14 hari berturutturut dan pada hari ke-12 , 13, dan 14 diberi parasetamol 5,07 mg/ 20 gr BB mencit perhari. KP2 = Kelompok perlakuan 2 diberi ekstrak kacang tanah dosis I dan parasetamol dosis toksik. Mencit diberi ekstrak kacang tanah peroral sebanyak 15 mg/20 gr BB mencit selama 14 hari berturut-turut. Pada hari ke-12, 13, dan 14 diberi parasetamol 5,07 mg/20 gr BB mencit 1 jam setelah pemberian ekstrak kacang tanah. KP3 = Kelompok perlakuan 3 diberi parasetamol dosis toksik dan ekstrak kacang tanah dosis II. Mencit diberi ekstrak kacang tanah peroral sebanyak 30 mg/20 gr BB mencit selama 14 hari berturut-turut. Pada
commit to user
33
hari ke-12, 13, dan 14 diberi parasetamol 5,07 mg/20 gr BB mencit 1 jam setelah pemberian ekstrak kacang tanah. HK = Pengamatan jumlah inti hepatosit piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari 100 sel di sentrolobular hepar kelompok kontrol. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HP1 = Pengamatan jumlah inti hepatosit piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari 100 sel di sentrolobular hepar kelompok perlakuan pertama. HP2 = Pengamatan jumlah inti hepatosit piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari 100 sel di sentrolobular hepar kelompok perlakuan kedua. HP3 = Pengamatan jumlah inti hepatosit piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari 100 sel di sentrolobular hepar kelompok perlakuan ketiga. Pembuatan preparat dan pengamatan jumlah inti hepatosit piknosis, karioreksis, dan kariolisis dikerjakan setelah semua perlakuan selesai. F. Identifikasi Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas : pemberian ekstrak kacang tanah
2.
Variabel terikat : kerusakan histologis hepar mencit
3.
Variabel luar a.
:
Variabel luar yang dapat dikendalikan : galur, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis makanan mencit semuanya diseragamkan
b.
Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan : kondisi psikologis, reaksi hipersensitivitas.
commit to user
34
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas : pemberian ekstrak kacang tanah Ekstrak kacang tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari biji kacang tanah beserta kulit ari kacang tanah. Kacang tanah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id beserta kulitnya diekstraksi menggunakan metode perkolasi dan dengan pengencer alkohol 70 %. Ekstrak kacang tanah diberikan peroral dengan menggunakan sonde lambung dalam dua dosis yaitu: Dosis I : 15 mg/20 gr BB mencit/hari yang diencerkan dan diberikan pada mencit KP2. Dosis II: 30 mg/20 gr BB mencit/hari yang diencerkan dan diberikan pada mencit KP3. Ekstraksi dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu UGM. Skala pengukuran variabel ini adalah ordinal. 2.
Variabel terikat : kerusakan histologis hepar mencit Kerusakan sel hepar adalah gambaran mikroskopis sel hepar mencit yang dipapar parasetamol. Hal ini dinilai dengan penghitungan jumlah sel hepar yang mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari 100 sel pada zona sentrolobular.
commit to user
35
Adapun tanda-tanda kerusakan sel : a.
Piknosis
: intinya mengerut dan bertambah basofil, berwarna gelap, batasnya tidak teratur.
b. Karioreksis : inti mengalami fragmentasi atau hancur dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id meninggalkan pecahan-pecahan kromatin yang tersebar di dalam sel. c.
Kariolisis : kromatin basofil menjadi pucat, inti sel kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu saja (Wilson, 2006). Pengamatan jaringan hepar dengan perbesaran 10 X 10 kali untuk
mengamati seluruh lapang pandang, kemudian ditentukan daerah yang mengalami kerusakan terberat pada zona III. Dari daerah zona III dengan perbesaran 10 X 40 kali kemudian ditentukan jumlah sel yang mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari 100 sel yang nampak di bawah mikroskop. Kemudian masing-masing kerusakan diberi skor 1 dan dijumlahkan setiap 100 sel. Makin tinggi skor bermakna kerusakan hepar makin berat. Skala pengukuran variabel ini adalah rasio. 3.
Variabel luar : a.
Variabel luar yang dapat dikendalikan Variabel ini dapat dikendalikan melalui penyeragaman. 1) Galur mencit Mencit (Mus musculus) yang digunakan sebagai hewan coba memiliki galur Swiss Webster.
commit to user
36
2) Umur Umur mencit pada penelitian ini adalah 2-3 bulan. 3) Suhu udara Suhu yang dipakai adalah suhu ruangan. perpustakaan.uns.ac.id 4) Berat badan
digilib.uns.ac.id
Berat badan hewan percobaan + 20 gr. 5) Jenis makanan. Makanan yang diberikan berupa pelet dan minuman dari air PAM b.
Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan Kondisi psikologis dan reaksi hipersensitivitas. 1) Kondisi psikologis mencit dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, pemberian perlakuan yang berulang kali, dan perkelahian antar mencit dapat mempengaruhi kondisi psikologis mencit. 2) Reaksi hipersensitivitas dapat terjadi karena adanya variasi kepekaan mencit terhadap zat yang digunakan.
H. Alat dan Bahan Penelitian 1.
Alat Alat yang digunakan adalah sebagai berikut : a.
Kandang mencit 4 buah masing-masing untuk 8 ekor mencit.
b.
Timbangan Mettler Toledo.
commit to user
37
c.
Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja lilin).
d.
Sonde lambung.
e. Alat untuk pembuatan preparat histologi, antara lain staining set, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id microtom, object glass, deck glass.
2.
f.
Mikroskop Olympus CX-21.
g.
Gelas ukur dan pengaduk.
h.
Kamera digital Panasonic Lumix DMC-FH3.
Bahan Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut : a.
Parasetamol tablet 250 mg.
b.
Makanan hewan percobaan (pelet).
c.
Aquades.
d.
Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan Hematoksilin Eosin (HE) yaitu xylol, parafin, alkohol 96 %, alkohol 80 %, alkohol 70 %, HE, Eosin, dan Canada Balm.
e.
Ekstrak kacang tanah.
Gambar alat dan bahan dapat dilihat pada lampiran 6. I.
Cara Kerja. 1.
Langkah pertama : persiapan mencit Mencit diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. Sesudah adaptasi, keesokan
commit to user
38
harinya dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis, kemudian dilakukan perlakuan. 2.
Langkah kedua : pengelompokkan subjek dan perlakuan
Pada minggu kedua, subjek dikelompokkan menjadi empat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kelompok secara acak dan masing-masing kelompok terdiri dari 8 ekor mencit. Adapun pengelompokkan subjek adalah sebagai berikut: a. KK = Kelompok kontrol diberi aquades peroral sebanyak 0,2 ml/ 20 gr BB mencit setiap hari selama 14 hari berturut-turut. b. KP1 = Kelompok
perlakuan
pertama
diberi
aquades
peroral
sebanyak 0,2 ml/20 gr BB mencit setiap hari selama 14 hari berturut-turut dan pada hari ke 12, 13 dan 14 juga diberi parasetamol 5,07 mg/20 gr BB mencit peroral perhari. c. KP2 = Kelompok perlakuan kedua diberi larutan ekstrak kacang tanah peroral dosis I yaitu 15 mg/20 gr BB mencit selama 14 hari berturut-turut, di mana hari ke 12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 5,07 mg/20 gr BB mencit setelah 1 jam pemberian larutan ekstrak kacang tanah. d. KP3 = Kelompok perlakuan ketiga diberi larutan ekstrak kacang tanah dosis II peroral yaitu 30 mg/20 gr BB mencit selama 14 hari berturut-turut, di mana hari ke 12, 13 dan 14 diberikan juga parasetamol dosis 5,07 mg/20 gr BB mencit setelah 1 jam pemberian larutan ekstrak kacang tanah.
commit to user
39
Ekstrak kacang tanah dosis I maupun dosis II telah diencerkan terlebih dahulu dengan menggunakan CMC Na menjadi volume 0,5 ml pada waktu pemberian peroral kepada mencit. Sebelum pemberian parasetamol dan ekstrak kacang tanah, mencit dipuasakan dahulu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id selama ± 1 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian parasetamol dilakukan ± 1 jam setelah pemberian larutan ekstrak kacang tanah agar ekstrak kacang tanah dapat terabsorpsi terlebih dahulu
Sampel 32 ekor mencit
Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan 1
Kelompok Perlakuan 2
Kelompok Perlakuan 3
Dipuasakan ± 1 jam untuk mengosongkan lambung
Aquades 0,2 ml
Ekstrak kacang tanah 15 mg/20 gr BB
Ekstrak kacang tanah 30 mg/20 gr BB
Setelah + 1 jam
Aquades 0,1 ml
0,1 ml Parasetamol dengan dosis 5,07 mg/20 gr BB pada hari ke 12, 13, 14.
Perlakuan sampai hari ke 14 Pemberian parasetamol hanya dilakukan pada hari ke 12, 13 dan 14. Pembuatan preparat setelah semua perlakuan selesai
Gambar 2. Skema Pemberian Perlakuan
commit to user
40
3.
Langkah ketiga : pengukuran hasil Pada hari ke 15 setelah perlakuan pertama diberikan, semua hewan percobaan dikorbankan dengan cara dislokasi vertebra servikalis,
kemudian organ hepar diambil untuk selanjutnya dibuat preparat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id histologi dengan metode blok paraffin dengan pengecatan HE. Lobus hepar yang diambil adalah lobus kanan dan irisan untuk preparat diambil pada bagian tengah dari lobus tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan preparat yang seragam. Dari setiap lobus kanan hepar, dibuat tiga irisan dengan tebal setiap irisan 3 - 8 µm. Jarak antara irisan yang satu dengan yang lain kira-kira 25 irisan. Ketiga irisan tersebut diamati zona sentrolobularnya. Pengamatan preparat dilakukan dengan perbesaran 100 kali dan 400 kali untuk mengamati seluruh lapang pandang, kemudian ditentukan daerah yang akan diamati pada zona sentrolobular lobulus hepar. Dari tiap zona sentrolobular lobulus hepar tersebut, dengan perbesaran 1000 kali (untuk memperjelas bentuk inti sel), ditentukan jumlah inti yang mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis dari tiap 100 sel, kemudian dilakukan penghitungan skor total (Jalanita, 2010). Misal dari satu daerah zona sentrolobular pada 100 sel yang diamati, ternyata terdapat 25 sel dengan inti piknosis, 5 dengan karioreksis, dan 1 dengan kariolisis, maka jumlah skor dari satu daerah zona sentrolobular tersebut adalah 25 + 5 + 1 = 31. Selanjutnya, rata-
commit to user
41
rata skor dari masing-masing kelompok dibandingkan dengan uji Oneway ANOVA dan jika terdapat perbedaan yang bermakna, maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc. J. Teknik Analisis Data Statistik perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji Oneway Analysis of Variant (ANOVA). Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05 (Riwidikdo, 2007).
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sesudah penelitian selesai dilaksanakan, data hasil observasi preparat potongan histologis hepar mencit masing - masing perlakuan didapatkan. Data yang diperoleh tersebut tergolong jenis data rasio. Data - data ini merupakan hasil identifikasi 100 hepatosit mencit pada zona III (sentrolobuler) pada setiap preparat hepar mencit yang kemudian sel - sel ini dikelompokkan menjadi sel yang masih normal atau sel yang mengalami nekrosis (piknosis, karioreksis, kariolisis). Hasil rata-rata jumlah inti hepatosit yang mengalami nekrosis pada masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.
Data hasil pengamatan lengkap dan gambar hasil
pengamatan dapat dilihat pada lampiran 3 dan 5. Tabel 3. Rata - Rata Inti Hepatosit yang Mengalami Nekrosis dari 100 Sel Hepatosit Zona III pada Masing - Masing Kelompok Perlakuan. (Data Primer, 2011) Kelompok Perlakuan
Mean
Standar Deviasi
Kontrol (Air)
17,33
2,50
Perlakuan 1 (Parasetamol)
83,50
3,08
Perlakuan 2 (Parasetamol + Dosis I)
48,96
3,58
Perlakuan 3 (Parasetamol + Dosis II)
35,50
3,78
42
commit to user
43
Kelompok kontrol merupakan kelompok dengan rata - rata inti hepatosit yang mengalami nekrosis paling rendah, yaitu 17,33 dengan standar deviasi 2,50. Kelompok perlakuan 1 dengan pemberian parasetamol merupakan kelompok dengan nilai rata - rata inti hepatosit nekrosis yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tertinggi, yaitu 83,50 dengan standar deviasi 3,08. Gambaran fotomikrograf zona sentrolobuler pada setiap kelompok dapat dilihat pada lampiran 5. Dari data rata - rata tersebut di atas, dapat dibuat boxplot yang menggambarkan perbandingan visual jumlah inti hepatosit yang mengalami nekrosis pada setiap kelompok (gambar 3), yaitu:
Gambar 3. Boxplot Inti Hepatosit yang Mengalami Nekrosis pada Masing-Masing Perlakuan
commit to user
44
B. Analisis Data Data hasil penelitian merupakan jenis data rasio dengan jumlah kelompok lebih dari dua yang tidak berpasangan, sehingga untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna sekurang - kurangnya antar dua perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kelompok yang berbeda maka digunakan uji One-Way ANOVA. Analisis data menggunakan program IBM Statistical Product and Service Solution (SPSS) Statistics for Windows versi 20.0. Penggunaan uji statistik One-Way ANOVA memerlukan beberapa syarat agar kondisi untuk melakukan uji tersebut terpenuhi. 1.
Skala pengukuran merupakan skala numerik Skala pengukuran merupakan skala numerik apabila variabel yang dicari hubungannya adalah variabel kategorik (ordinal atau nominal) dan variabel numerik (interval atau rasio) (Dahlan, 2008). Pada penelitian ini variabel pemberian ekstrak kacang tanah merupakan skala ordinal dan variabel tingkat kerusakan hepar mencit merupakan skala rasio. Kedua variabel di atas memperlihatkan bahwa penelitian ini termasuk skala numerik, sehingga syarat pertama uji One-Way ANOVA terpenuhi.
2.
Sebaran data harus normal Untuk menguji normalitas data maka digunakan uji KolmogorovSmirnov atau uji Saphiro-Wilk. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan apabila jumlah data lebih dari 50, sedangkan uji Saphiro-Wilk digunakan apabila jumlah data sama atau kurang dari 50. Kedua uji
commit to user
45
tersebut menunjukkan sebaran normal apabila nilai p lebih besar dari alfa. Jika nilai alfa adalah 0,05 maka p harus lebih besar dari 0,05 (Dahlan, 2008). Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk melihat sebaran data pada penelitian ini karena data pada penelitian ini perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berjumlah 96 irisan. Nilai p dari keempat kelompok adalah 0,20, sehingga keempat kelompok memiliki sebaran data yang normal. Syarat kedua uji One-Way ANOVA terpenuhi. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 12. 3.
Varians data homogen Untuk
mengetahui
homogenitas
varians
maka
digunakan
uji
Homogeneity of Variances, uji ini bermakna apabila nilai p lebih besar dari alfa (Dahlan, 2008). Pada penelitian ini didapatkan nilai p 0,19, hasil ini lebih besar dari nilai alfa yaitu 0,05 sehingga varians data penelitian homogen. Uji Homogeneity of Variances data penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 13. Dengan terpenuhinya ketiga syarat di atas, maka uji One-Way ANOVA dapat dilakukan. Apabila ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi, maka dapat digunakan uji hipotesis non-parametrik Kruskall-Wallis sebagai uji alternatif (Dahlan, 2008). Nilai p dari hasil uji One-Way ANOVA pada penelitian ini adalah 0,00. Nilai tersebut lebih kecil dari derajat kemaknaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu 0,05. Nilai p yang lebih kecil dari 0,05 memperlihatkan setidaknya terdapat perbedaan nilai rata - rata kerusakan hepatosit yang
commit to user
46
bermakna antara dua kelompok. Hasil uji One-Way ANOVA selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 14. Untuk melihat kelompok manakah yang memiliki perbedaan pada uji One-Way ANOVA penelitian ini, maka dilakukan uji Post Hoc Multiple Comparisons. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Uji Post Hoc Multiple Comparisons yang digunakan pada penelitian ini adalah uji LSD. Ringkasan hasil uji LSD penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji LSD Antarkelompok Perlakuan (Data Primer, 2011) Kelompok
Nilai P
Nilai Kemaknaan
Kontrol – Perlakuan 1
0,000
Bermakna
Kontrol – Perlakuan 2
0,000
Bermakna
Kontrol – Perlakuan 3
0,000
Bermakna
Perlakuan 1 – Perlakuan 2
0,000
Bermakna
Perlakuan 2 – Perlakuan 3
0,000
Bermakna
Perlakuan 3 – Perlakuan 1
0,000
Bermakna
Semua kelompok pada tabel di atas memiliki nilai p yang lebih kecil dari 0,005, yaitu 0,00. Hal ini berarti terdapat perbedaan nilai rata - rata kerusakan hepatosit antar keseluruhan kelompok yang bermakna. Hasil uji LSD selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 15.
commit to user
BAB V PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan empat kelompok mencit diberi perlakuan yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya yaitu kelompok kontrol yang hanya diberi aquades, kelompok perlakuan satu yang diberi parasetamol dosis toksik sebagai kontrol positif, kelompok perlakuan dua yang diberi ekstrak kacang tanah dosis I dan kemudian diberi parasetamol, dan kelompok perlakuan tiga yang diberi ekstrak kacang tanah dosis II dan kemudian diberi parasetamol. Observasi dilakukan terhadap jumlah hepatosit mencit yang mengalami nekrosis sebagai ukuran hasil yang dapat dibandingkan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Penghitungan hasil kerusakan sel semua kelompok dilakukan dengan memberikan nilai 1 pada sel yang mengalami piknosis, karioreksis, maupun kariolisis. Skor disamakan untuk tiap tipe kerusakan sel karena inti hepatosit yang mengalami piknosis, karioreksis, dan kariolisis semuanya tidak dapat menjadi normal kembali. Pengamatan ini dilakukan pada lobulus sentral hepar. Kelompok kontrol berguna sebagai kelompok acuan yang normal karena kelompok kontrol hanya diberi aquades sebagai perlakuan, kelompok ini diharapkan hanya mengalami kerusakan hepatosit minimal. Kelompok kontrol memiliki rata - rata kerusakan inti hepatosit yang paling sedikit dibandingkan dengan kelompok lainnya, dengan rata - rata kerusakan 17 sel. Hal ini disebabkan karena pada kelompok ini tidak diberikan faktor perusak berupa parasetamol dosis
47
commit to user
48
toksik. Adanya kerusakan sel berupa piknosis, karioreksis, maupun kariolisis pada kelompok ini terjadi karena sel - sel dalam tubuh apabila sudah mengalami penuaan dan tidak bisa melakukan fungsi normalnya, maka sel tersebut akan mengalami proses apoptosis dan digantikan dengan sel - sel baru pada regenerasi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Mitchell dan Cotran, 2007). Faktor luar yang tidak dapat dikendalikan seperti faktor psikologis maupun reaksi hipersensitifitas juga dapat menjadi penyebab kerusakan sel ini. Kelompok perlakuan satu selain diberi aquades, juga diberi parasetamol dosis toksik. Kelompok ini merupakan kelompok yang menggambarkan keadaan hepar apabila diberi perusak berupa stres oksidatif yaitu metabolit parasetamol toksik. Parasetamol pada dosis toksik akan mengakibatkan terbentuknya metabolit NAPQI yang berlebihan. NAPQI ini akan diikat oleh glutation pada hepar, apabila NAPQI berlebihan, maka glutation akan habis sehingga mengakibatkan hepatoksisitas hepar. NAPQI dapat membentuk ikatan kovalen dengan gugus sulfihidril pada makromolekul hepar, reaksi ini mengakibatkan disfungsi sistem enzim, kerusakan struktural dan tidak seimbangnya metabolisme hepatosit. NAPQI juga dapat memicu terbentuknya radikal bebas baru yang jika bereaksi dengan asam lemak tidak jenuh pada membran sel, maka akan terjadi proses peroksidasi membentuk lipid peroksida. Kerusakan membran sel mengakibatkan terganggunya metabolisme energi dan hilangnya pengaturan volume yang pada akhirnya berujung pada kematian sel (Goodman et al., 2006; Hoffman et al., 2007; Winarsi, 2007).
commit to user
49
Kerusakan sel paling berat akibat dosis toksik parasetamol terjadi pada zona sentrolobuler karena pada zona ini terdapat banyak retikulum endoplasma halus, yaitu lokasi enzim sitokrom P 450 menghidroksilasi fraksi parasetamol dan menghasilkan metabolit NAPQI (Cullen, 2005). Kelompok ini merupakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kelompok dengan rata - rata kerusakan inti hepatosit yang paling banyak di antara keempat kelompok lainnya, dengan rata - rata kerusakan 84 sel. Hal ini sesuai dengan teori di atas karena metabolit NAPQI yang dihasilkan dari metabolisme parasetamol memang dapat mengakibatkan kerusakan stres oksidatif, dan pada perlakuan ini tidak ada suatu zat yang dapat membantu mengurangi kerusakan karena stres oksidatif tersebut. Kelompok perlakuan dua mendapatkan ekstrak kacang tanah dosis 15 mg/ 20 gr berat badan mencit di samping pemberian parasetamol, dan untuk menguji efek peningkatan dosis, maka dibuat kelompok perlakuan ketiga dengan dosis ekstrak kacang tanah 30 mg/20 gr berat badan mencit. Pemberian ekstrak kacang tanah ini dilakukan karena dalam penelitian DiMascio et al. (1991) mengatakan bahwa sistem antioksidan, baik enzimatik maupun nonenzimatik, akan mengeliminasi prooksidan dan radikal bebas yang berbahaya bagi kelangsungan hidup sel, dan kacang tanah memiliki berbagai antioksidan tersebut. Pada kelompok ini didapatkan rata - rata kerusakan inti hepatosit dengan jumlah 49 sel. Jumlah rata - rata kerusakan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberikan parasetamol saja. Berkurangnya kerusakan ini diakibatkan oleh adanya antioksidan yang ada dalam kacang tanah seperti vitamin E. Vitamin E dapat memecah rantai peroksidasi lipid oleh radikal
commit to user
50
bebas yang disebabkan persenyawaan NAPQI dengan cara memodulasi aktivitas antioksidan dan berinteraksi dengan struktur membran sel melalui pemberian elektron tunggal untuk membentuk tokoferil kuinon yang stabil dan teroksidasi sempurna (Bradford et al., 2003; Marks et al., 2000). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selain vitamin E, kacang tanah juga memiliki antioksidan lain yaitu P - coumaric acid dan resveratrol, keduanya bekerja sebagai antioksidan dengan cara menangkap radikal bebas dan
memberikan proteksi pada membran sel,
fitosterol yang terdapat dalam kacang tanah secara kimiawi juga memiliki aktivitas kerja yang sama. Asam urat yang dimetabolisme dari purin juga merupakan antioksidan yang bekerja dengan menangkap radikal bebas (Stojanovi et al., 2001; Waring, 2002; Yoshida dan Niki, 2003; Zang et al., 2000). Mineral - mineral dalam kacang tanah juga membantu enzim - enzim dalam tubuh yang memiliki fungsi sebagai antioksidan untuk bekerja. Enzim katalase contohnya, dapat mengubah H2O2 menjadi H2O, enzim ini memerlukan kofaktor berupa ferum untuk bekerja. Sistem enzim superoxide dismutase (SOD), dengan kofaktornya Fe, Zn, Mn, dan Cu dapat mengubah ion superoksida yang terdapat dalam NAPQI sehingga NAPQI tidak membentuk ikatan kovalen dengan makromolekul hepatosit (Winarsi, 2007). Menurut Saito et al. (2003), defisiensi selenium yang merupakan kofaktor enzim glutathion peroksidase akan menurunkan aktivitas enzim tersebut, sehingga meningkatkan peroksidasi lipid pada membran sel, dan akhirnya berujung pada kematian sel. Kacang tanah memiliki mineral selenium yang dengan pemberiannya dapat mencegah kekurangan mineral tersebut sehingga cadangan enzim glutathion akan terjaga
commit to user
51
melalui sistem enzim glutathion peroksidase. Dengan adanya kadar enzim glutathion yang memadai, maka kerusakan hepatosit dapat dicegah (Winarsi, 2007). Hasil uji statistik One-Way ANOVA pada penelitian ini menunjukkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adanya perbedaan bermakna nilai rata - rata kerusakan inti hepatosit sekurang kurangnya antara dua kelompok penelitian yang berbeda. Untuk memperjelas di antara kelompok manakah perbedaan bermakna itu terjadi, maka dilakukanlah uji Post Hoc Multiple Comparisons berupa uji LSD. Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada setiap kelompok perlakuan yaitu antara K-KP1, K-KP2, K-KP3, KP1-KP2, KP2-KP3, KP3-KP1. Hasil analisis data uji statistik kelompok perlakuan kedua dan ketiga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan kelompok perlakuan satu. Apabila dilihat perbandingan rata - rata antarkelompok tersebut, maka terlihat bahwa kelompok perlakuan kedua dan ketiga memiliki skor rata - rata kerusakan inti hepatosit yang lebih rendah dibandingkan kelompok perlakuan satu. Hal ini berarti ekstrak kacang tanah dapat mengurangi kerusakan hepatosit mencit yang diberikan parasetamol dosis toksik, tetapi bila kedua kelompok tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol, maka nilai rata - rata kerusakan inti hepatosit kelompok kontrol lebih rendah dibandingkan kedua kelompok tersebut. Berarti walaupun pemberian ekstrak kacang tanah dapat menurunkan jumlah hepatosit yang rusak, jumlah kerusakan tersebut masih lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol.
commit to user
52
Adanya perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok perlakuan kedua dan kelompok perlakuan ketiga, serta melihat hasil rata - rata nilai kerusakan inti hepatosit kedua kelompok, maka dapat dianalisis bahwa peningkatan dosis ekstrak kacang tanah dapat meningkatkan efek proteksi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terhadap hepatosit - hepatosit mencit yang diberi parasetamol dosis toksik, tetapi masih belum bisa mengembalikan kondisi hepar menjadi seperti semula. Dengan melihat penelitian ini, dapat dibuktikan bahwa pemberian ekstrak kacang tanah dapat mengurangi jumlah hepatosit - hepatosit mencit yang rusak akibat adanya stres oksidatif yang disebabkan oleh parasetamol dosis toksik, peningkatan dosis ekstrak kacang tanah juga dapat meningkatkan efek proteksi terhadap kerusakan hepatosit - hepatosit yang rusak karena parasetamol dosis toksik. Pemberian ekstrak kacang tanah dengan kedua dosis tersebut selama 14 hari berturut - turut masih belum dapat mengembalikan hepar yang rusak karena parasetamol dosis toksik pada kondisi semula. Hal ini mungkin terjadi karena kadar antioksidan yang terkandung dalam kacang tanah dalam dosis yang diberikan belum bisa mencegah kerusakan hepar yang disebabkan parasetamol dosis toksik.
commit to user
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Pemberian ekstrak kacang tanah (Arachis hypogaea) peroral berturut turut selama 14 hari dapat menurunkan jumlah kerusakan hepatosit mencit (Mus musculus) yang diinduksi parasetamol dosis toksik. 2.
Peningkatan dosis ekstrak kacang tanah (Arachis hypogaea) yang diberikan dari dosis I (15 mg/20 gr BB mencit per hari) menjadi dosis II (30 mg/20 gr BB mencit per hari) dapat meningkatkan efek proteksi hepar terhadap kerusakan yang diinduksi oleh parasetamol dosis toksik.
B. Saran 1.
Dianjurkan menambah makanan olahan kacang tanah dalam menu makanan sehari-hari mengingat manfaatnya sebagai zat protektor hepatosit.
2.
Dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui dosis dan lama pemberian ekstrak kacang tanah yang paling efektif dan optimal untuk mencegah kerusakan hepatosit.
3.
Dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan sistem atau bidang ilmu lain seperti biokimia dan biomolekuler yang lebih spesifik, misalnya dengan menggunakan marker MDA, O2-, atau glutathion
53
commit to user
54
4.
Dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak kacang tanah sebagai antioksidan pada organ lain atau penginduksi stres oksidatif lain.
5. Dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui zat aktif lain yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terkandung dalam kacang tanah.
commit to user