PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA TAKARAN PUPUK APOR TAMBAH ZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA ( Lactuca sativa L.)
Jurnal Skripsi
OLEH PUTRI ANCE No. BP. 12100025421003
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT PAYAKUMBUH 2014
PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA TAKARAN PUPUK APOR TAMBAH ZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN SELADA ( Lactuca sativa L.)
OLEH PUTRI ANCE No. BP. 12100025421003
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT PAYAKUMBUH 2014
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan, kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian berjudul “Pengaruh Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Apor Tambah ZA terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L)”. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada Bapak Ir. Sevindrajuta, MP dan Ibu Dra. Hj. Chairani Assaf sebagai dosen pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, kritik, koreksi dan saran dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program Study Agroteknologi, seluruh dosen, Karyawan/ti, Pengelola Perpustakaan, atas segala bantuan yang sangat berharga dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu pertanian khususnya. Amin.
Payakumbuh,
September 2014
P.A
PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA TAKARAN PUPUK APOR TAMBAH ZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASILTANAMAN SELADA ( Lactuca sativa L.) Putri Ance Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
ABSTRAK Percobaan tentang Pengaruh Pemberian Beberapa Takaran Pupuk Apor Tambah ZA Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.) telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Payakumbuh, Kelurahan Tanjung Gadang, Koto Nan Empat mulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2013. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendapatkan takaran pupuk Apor yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga di dapat 20 petak percobaan. Setiap petak percobaan terdiri dari 4 tanaman dengan 2 tanaman sampel. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistika dengan uji F pada taraf nyata 5 %. Jika F hitung besar dari F tabel 5 %, maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian beberapa takaran pupuk Apor tambah pupuk ZA yaitu : (A). 0,00 g Apor perpolybag, (B). 1,50 g Apor perpolybag tambah 0,5 g ZA perpolybag, (C). 3,00 g Apor perpolybag tambah 0,5 g ZA perpolybag, (D). 4,50 g Apor perpolybag tambah 0,5 g ZA perpolybag dan (E). 6,00 g Apor perpolybag tambah 0,5 g ZA perpolybag. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan bahwa pemberian pupuk Apor 3,00 g Apor perpolybag tambah 0,5 g ZA perpolybag memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, berat segar tanaman pertanaman, perpetak dan perhektar pada tanaman selada. Jumlah daun, panjang daun dan lebar daun menunjukkan perbedaan tidak nyata, namun menunjukkan peningkatan pada pemberian 3,00 g Apor perpolybag tambah 0,5 g ZA perpolybag pada tanaman selada.
PENDAHULUAN Selada sangat bermanfaat untuk kesehatan, adapun manfaat selada untuk kesehatan adalah sayuran yang terasa segar dan renyah ini mempunyai sifat mendinginkan badan, dengan kata lain selada berfungsi pula sebagai obat untuk
penyakit panas dalam. Selain bermanfaat bagi kesehatan dan memiliki cita rasa yang enak, sayur selada juga memiliki kandungan gizi yang bagus, dalam 100 gram selada terkandung sebanyak 1.20 g protein, 0.20 g lemak, 2,90 g karbohidrat, 22.00 mg kalsium, 25 mg fosfor, 0.50 mg zat besi (Fe), 162 mg Vitamin A, 0.04 mg vitamin B, dan 8.00 mg vitamin C ( Haryanto, Suhartini dan Rahayu, 2002 ). Budidaya tanaman selada tidaklah sulit sebab sayuran ini dapat tumbuh didataran rendah maupun dataran tinggi dengan keadaan tanah yang subur dan gembur. Untuk menciptakan media tanam yang subur dan gembur perlu dilakukan dengan pengolahan tanah yang tepat dan penambahan unsur hara kedalam tanah untuk memenuhi kebutuhan unsur hara sayuran (Sunarjono, 2005). Selada berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia, karena disamping kondisi iklimnya cocok untuk komoditas ini, juga memberikan keuntungan yang memadai bagi pembudidayaannya. Daerah yang cocok untuk penanaman selada sekitar ketinggian 500 – 2.000 m di atas permukaan laut dan suhu rata – rata 15 – 200C (Pracaya, 2001). Penambahan bahan organik pada tanaman selada diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi varietas introduksi maupun lokal tanaman selada. Untuk menanggulangi permasalahan di atas salah satu alternatif yang dapat di pakai dalam budidaya tanaman selada adalah pupuk organik Apor. Pupuk Apor adalah salah satu pupuk yang bahan bakunya berasal dari bahan organik. Pupuk ini terbuat dari bahan dolomit 30%, guano 50%, urine kambing/sapi 10% dan abu jerami 10%. Pupuk Apor mengandung unsur – unsur hara makro dan mikro yang lengkap, unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk Apor cocok untuk semua jenis tanaman. Selain fungsi pupuk organik diatas, pupuk Apor dapat meningkatkan produksi 1520% (CV. Sago Agri Mandiri Payakumbuh, 2013). Untuk tanaman sayur-sayuran seperti Kol, Sawi, Selada pemberian pupuk Apor dengan takaran anjuran 150 Kg/Ha pada umur 7 – 15 hari siap tanam
tambah Za 50 Kg/Ha, dan pada saat tanaman berumur 35 – 40 hari siap tanam diberikan Apor 150 Kg/Ha tambah ZA 50 Kg/Ha (CV. Sago Agri Mandiri Payakumbuh, 2013).
BAHAN DAN METODA Percobaan ini telah dilaksanakan `di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Payakumbuh, Kelurahan Tanjung Gadang, Koto Nan Empat dengan jenis tanah Inceptisol dan ketinggian + 514 meter di atas permukaan laut. Percobaan ini dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2013. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga semuanya berjumlah 20 petak percobaan dalam satu petak percobaan terdapat 4 tanaman dalam polybag dengan 2 bibit sebagai tanaman sampel. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistika dengan uji F pada taraf nyata 5%. Apabila F hitung lebih besar daripada F tabel maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New Multiple Range (DNMRT) pada taraf nyata 5%. Lokasi yang digunakan untuk tempat percobaan diukur sesuai dengan kebutuhan kemudian dipancang, setelah itu tanah dibersihkan dari kotoran dan gulma yang tumbuh. Tanah tersebut diratakan dengan menggunakan cangkul, kemudian didirikan naungan yang terbuat dari bambu dengan ukuran 7 m x 5,7 m dengan tinggi naungan 2,5 m arah Timur dan 2,0 m arah Barat, naungan diberi atap dengan jaringan dan sekelilingnya ditutupi dengan jaringan setinggi 1,5 m sebagai pagar, didalam naungan disusun polybag ukuran 20 x 30 cm dengan jarak antar perlakuan dan ulangan 50 cm, masing-masing ulangan terdiri dari 4 polybag sehingga seluruhnya berjumlah 80 polybag. Penggunaan naungan bertujuan untuk menjaga keadaan suhu lingkungan tumbuh, mempermudah dalam penanganan objek penelitian dan juga mempermudah dalam pengendalian hama dan penyakit.
Media
tanam
yang
digunakan
adalah
campuran
tanah
lapisan
atas ditambah dengan pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1, kemudian tanah dan pupuk kompos diaduk dengan menggunakan cangkul hingga tercampur sempurna, setelah itu diayak dengan ayakan pasir agar butiran yang digunakan lebih halus dan sama, kemudian tanah tersebut dimasukkan kedalam polybag ukuran 20 x 30 cm sebanyak 8 kg dan dibiarkan selama 1 minggu, polybag disusun di bawah naungan sesuai dengan susunan dalam petak percobaan. Denah penempatan petak percobaan dilapangan dapat dilihat pada Lampiran 3. Penyemaian dilakukan di dalam seedbed dengan cara mencampur tanah dengan pasir dan pupuk kompos kotoran sapi dengan perbandingan 1 : 1 : 1 kemudian tanah campuran pasir dan pupuk kompos tersebut diaduk sampai rata dan setelah itu taburkan bibit secara merata lalu ditutup dengan lapisan tanah tipis-tipis. Setelah berdaun 3 helai atau berumur 14 hari bibit siap dipindahkan ke polybag. Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 14 hari dengan cara membuat lobang tanam pada tengah-tengah polybag sedalam 5 cm, kemudian ditanam bibit selada hybrid Grand Rapids Cap Panah Merah sudah mempunyai 3 helai daun dalam polybag lalu disiram sampai media tanam lembab. Pemberian pupuk Apor ditambah ZA sesuai dengan masing-masing perlakuan satu kali selama percobaan yaitu A dengan takaran pupuk Apor 0 gram/polybag, B dengan takaran pupuk Apor 1,50 gram/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag, C dengan takaran pupuk Apor 3,00 gram/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag, D dengan takaran pupuk Apor 4,50 gram/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag, dan E dengan takaran pupuk Apor 6,00 gram/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag. Penyiraman dilakukan satu kali sehari pada sore hari dengan menggunakan gembor sampai media tanam lembab, penyiraman tidak dilakukan apabila media tanam masih lembab.
Penyiangan dilakukan dengan cara membuang gulma yang tumbuh didalam polybag maupun diluar polybag yang dimulai pada saat tanaman berumur 2 minggu dan penyiangan selanjutnya dilakukan tergantung pada pertumbuhan gulma yang ada disekitar tanaman. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan cangkul untuk bagian diluar polybag dan mencabut gulma yang tumbuh dalam ploybag secara hati-hati agar tidak mengganggu perakaran tanaman. Penyulaman dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Penyulaman dilakukan dengan cara mengganti bibit yang mati atau yang pertumbuhannya terhambat dengan bibit yang disediakan khusus sesuai dengan masing – masing perlakuan. Pengendalian hama dan penyakit selama percobaan dilakukan secara mekanis dengan cara membuang setiap hama seperti ulat yang mengganggu tanaman. Panen dilakukan pada umur 50 hari setelah ditanam dengan kriteria daun bagian bawahnya sudah hampir menyentuh tanah. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, berat segar per tanaman, berat segar perpetak dan berat segar perhektar.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm ) Hasil pengamatan terhadap tinggi tanaman selada setelah dianalisis secara statistik dengan uji F pada taraf nyata 5% dapat dilihat pada Tabel 1 sedangkan tabel sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5a.
Tabel 1. Tinggi Tanaman Selada Umur 50 hari setelah tanam pada pemberian beberapa takaran Pupuk Apor tambah Pupuk ZA. Takaran Pupuk Apor + ZA
Tinggi Tanaman (cm)
3,00 g/polybag + 0,5 g/polybag
21,80
a
4,50 g/polybag + 0,5 g/polybag
21,08
a b
1,50 g/polybag + 0,5 g/polybag
17,50
bc
6,00 g/polybag + 0,5 g/polybag
16,35
c
0,00 g/polybag
15,43
c
KK =
2,83 %
Angka - angka pada lajur yang sama bila diikuti huruf kecil yang sama berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf nyata 5 %.
Tabel 1 terlihat bahwa pemberian pupuk Apor dengan takaran 3,00 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag berbeda tidak nyata dengan takaran 4,50 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag, tetapi berbeda nyata dengan 1,50 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag, 6,00 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag dan 0,00 g/polybag. Takaran 4,5 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag berbeda tidak nyata dengan pemberian 1,50 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag tetapi berbeda nyata dengan 6,00 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag dan 0,00 g/polybag sedangkan pemberian 1,5 g/polybag
tambah ZA 0,5 g/polybag, 6,00
g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag dan 0,00 g/polybag berbeda tidak nyata sesamanya terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Dengan takaran pupuk Apor 3,00 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag telah menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah untuk pertumbuhan selada terutama unsur nitrogen yang sangat berperan dalam proses fotosintesa, pembelahan dan perpanjangan sel tanaman yang cenderung menambah tinggi tanaman, terjadi karena keseimbangan pupuk unsur hara yang cukup tersedia didukung oleh semakin tinggi atau rendahnya unsur hara yang diberikan. Rendahnya tinggi tanaman
terhadap takaran pupuk Apor 6,00 g/polybag
ditambah ZA 0,5 g/polybag karena ketersediaan unsur hara berada dalam keadaan berlebih sehingga akan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman terutama pada tinggi tanaman selada Jumin (2005).
Marsono dan Sigit (2001) menyatakan bahwa nitrogen berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (2002), karena selada merupakan tanaman yang mengutamakan pertumbuhan daun,
maka unsur nitrogen sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
tersebut, unsur P dan K dibutuhkan untuk pertumbuhan batang dan bunga. Dengan tersedianya unsur hara tersebut dalam keadaan cukup, maka tanaman dapat tumbuh dengan baik. 2. Jumlah Daun (cm), Panjang Daun (cm) dan Lebar Daun (cm) Tabel 2. Jumlah Daun, Panjang Daun dan Lebar Daun Tanaman Selada Umur 50 hari setelah tanam pada pemberian beberapa takaran Pupuk Apor dan Pupuk ZA.
Takaran Pupuk Apor + ZA
Jumlah Daun (helai)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
3,00 g/polybag + 0,5 g/polybag
6,13
15,75
7,38
4,50 g/polybag + 0,5 g/polybag
5,38
15,25
7,25
1,50 g/polybag + 0,5 g/polybag
5,00
15,00
6,75
6,00 g/polybag + 0,5 g/polybag
4,88
12,75
5,75
0,00 g/polybag
4,88
12,50
5,50
3,09 %
4,45 %
4,75 %
KK =
Angka - angka pada lajur yang sama berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5 %.
Tabel 2 terlihat bahwa perlakuan pemberian pupuk Apor takaran 3,00 g/polybag
tambah ZA 0,5 g/polybag, 4,50 g/polybag tambah ZA 0,5
g/polybag, 6,50 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag, 1,50 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag, dan 0,00 g/polybag
berbeda tidak nyata sesamanya terhadap
pertumbuhan jumlah daun, panjang daun dan lebar daun. Berbeda tidak nyatanya pertumbuhan jumlah daun, panjang daun dan lebar daun pada tanaman selada diduga karena pengaruh faktor genetiknya sedangkan faktor luar belum nampak pengaruhnya, dalam hal ini yaitu pemberian pupuk Apor meskipun diberikan
peningkatan pemberian takaran pupuk Apor tetapi jumlah daun, panjang daun dan lebar daun relatif sama. Berbeda tidak nyatanya jumlah daun, panjang daun dan lebar daun pada beberapa takaran pupuk Apor tambah ZA diduga erat kaitannya dengan sifat genetik dan lingkungan tempat tumbuh tanaman. Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna kulit, warna bunga, warna bulu, rasa buah, dan sebagainya. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme makhluk hidup, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Hewan, tumbuhan, dan manusia yang memiliki gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan berkembang dengan cepat sesuai dengan periode pertumbuhan dan perkembangannya (Karama, 1994) Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetis bukan satu-satunya faktor yang menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan, karena juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Misalnya tanaman yang mempunyai sifat unggul dalam pertumbuhan dan perkembangannya, hanya akan tumbuh dengan cepat, lekas berbuah, dan berbuah lebat jika ditanam di lahan subur dan kondisinya sesuai. Bila ditanam di lahan tandus dan kondisi lingkungannya tidak sesuai, pertumbuhan dan perkembangannya menjadi kurang baik. Demikian juga ternak unggul hanya akan berproduksi secara optimal bila diberi pakan yang baik dan dipelihara di lingkungan yang sesuai (Lakitan, 1995 ) Menurut Soegiman (1982) bahwa suatu tanaman akan tumbuh dan mencapai tingkat produksi tinggi apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman berada dalam keadaan cukup tersedia dan berimbang didalam tanah dan unsur N,P,K yang merupakan tiga unsur dari enam unsur hara makro yang mutlak diperlukan oleh tanaman. Bila salah satu unsur tersebut kurang atau tidak tersedia dalam tanah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Selanjutnya Jumin (2005) menyatakan bahwa selain pemupukan laju fotosintesis pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti iklim. Pada suhu yang rendah pada fase permulaan
akan menyebabkan fase vegeratif
menjadi panjang sehingga, kesempatan
tanaman untuk memperpanjang batang, jumlah daun serta lebar daun semakin besar. Faktor lingkungan yang sesuai akan memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan tanaman. 4.1.3. Berat Segar per Tanaman (g), Berat Segar per Petak (g) dan per Hektar (ton) Hasil
pengamatan
berat
selada pertanaman
(g), perpetak (g) dan
perhektar (ton) tanaman selada setelah dianalisa secara statistika dengan uji F dan dilanjutkan
dengan DNMRT
pada taraf nyata
5%
dapat dilihat pada
tabel 3. Sedangkan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5.e dan 5.f Tabel 3. Berat Segar Tanaman Pertanaman (g), Perpetak (g) dan Perhektar (ton) Takaran Pupuk Apor
Berat Segar Tanaman Per Tanaman (g)
Per Petak (g)
Per Hektar (ton)
3,00 + 0,5 ZA g/polybag
280,00 a
985,00
4,50 + 0,5 ZA g/polybag
195,00
b
700,00
b
10,94
b
6,00 + 0,5 ZA g/polybag
182,00
bc
680,00
bc
10,63
bc
1,50 + 0,5 ZA g/polybag
150,00
0,00 g/polybag
107,00
KK =
29,65%
d
a
15,39
432,00 e
293,00 27,64%
d
a
06,75 e
04,58
d e
27,63%
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti huruf kecil yang sama berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf nyata 5%.
Berat segar tanaman pertanaman, perpetak dan perhektar takaran 3,00 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag berbeda nyata dengan takaran 4,50 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag, 6,00 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag, 1,50
g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag dan 0,00 g/polybag. Sedangkan takaran 4,50 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag berbeda tidak nyata dengan 6,00 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag. Kandungan hara mikro dan makro yang terkandung dalam pupuk Apor tambah ZA dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman serta mampu meningkatkan hasil tanaman selada, karena unsur hara tersebut memiliki peran yang cukup besar dalam pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini dapat diketahui dari fungsi masing-masing unsur hara tersebut. Unsur hara mikro berfungsi sebagai activator sistem enzim atau dalam proses pertumbuhan tanaman, seperti fotosintesis dan respirasi. Begitu juga dengan kandungan hara makro yang cukup tersedia bagi kebutuhan tanaman, dapat meningkatkan berat tanaman pertanaman, perpetak (g) dan perhektar (ton) serta mampu meningkatkan hasil tanaman selada, karena unsur hara tersebut memiliki peran yang cukup besar dalam pertumbuhan dan hasil tanaman. Selain ketersediaan unsur hara yang berimbang, faktor lingkungan seperti CO2, suhu, air dan cahaya matahari juga mempengaruhi lajunya fotosintesis yang pada akhirnya akan mempengaruhi bobot segar tanaman. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Heddy, Soemitro dan Soekartomo (1996), bahwa perbedaan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan faktor-faktor lingkungan seperti air, CO2, suhu, energi matahari dan sebagainya akan mempengaruhi tanaman dalam melakukan fotosintesis. Sehingga demikian proses metabolisme dari hasil fotosintesis berupa karbohidrat yang dirobah menjadi lipid, asam nukleat, protein dan molekul organik lainnya akan berpengaruh pula. Selanjutnya molekulmolekul tersebut akan diubah menjadi daun, batang, jaringan dan sistem lainnya yang ada pada akhirnya akan mempengaruhi bobot segar tanaman. Menurut Prawiranata, Harran dan Tjondronegoro (1998) bahwa bobot brangkasan basah merupakan komposisi hara dari jaringan tanaman dengan mengikutsertakan kadar airnya, bobot segar ditentukan oleh pertumbuhan organ tanaman tersebut.
KESIMPULAN Pemberian pupuk Apor dengan takaran 3,00 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag dapat memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada. SARAN Disarankan bahwa pemberian pupuk Apor takaran 3,00 g/polybag tambah ZA 0,5 g/polybag dapat digunakan untuk budidaya tanaman selada.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1982. Dolomit Pupuk Alam Untuk Tanah Asam. PT Polowijo Gasari. Sekapuk Sidayu, Gresik. Jawa Timur. 32 h. Anonim, 2001. Pemanfaatan Guano Sebagai Indikator Peningkatan Kandungan Unsure Hara Tanah. Pantai. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi DIY Dengan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta. 118h. CV Sago Agri Mandiri, 2013. Apor Pupuk Organik Plus. Payakumbuh Sumatera Barat. Dwijosaputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gapustaka Utama. Jakarta. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2012. Peluang Investasi Komoditas Sayuran Organik di Sumatera Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat. 15 hal. Hakim, Nurhayati; A. Yusup Nyakpa; A. M. Lubis; S. G. Nugraha; Rusdi Saul; Amin Diha; Go Ban Hong dan H.V. Baily, 1983. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Unlam. Lampung. 488 h. Heddy, S. Soemitro. B. S, dan Soekartomo, S. 1996. Pengantar Ekologi. Rajawali. Jakarta. Haryanto Eko, Suhartini Tina dan Rahayu Restu. 2002. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. 117 hal. Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu tanah. Akademi ke Presindo : Jakarta Jumin, 2005. Pengembangan Ubi Jalar. www.Situshijau.co.id/tulisan/php.
Karama, A, S, etl. 1994. Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Simposium Hortikultura Nasional Lakitan, B. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Rajawali Press : Jakarta Lingga dan Marsono. 2002. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. 45 hal. Marsono dan Sigit, Paulus. 2001. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasinya. Penebar Swadaya. Jakarta. 90 hal. Marsono, 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Prawiranata, W.S, Harran dan P. Tjondronegoro. 1998. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan I. Departemen Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor 313 hal. Pracaya, 2001. Bertanam Sayuran Organik, Penebar Swadaya. Jakarta. 112 hal. Pracaya, 2002. Bertanam Sayur Organik di Kebun, Pot, dan Polybag. Penebar Swadaya. Jakarta. Petrokimia Gresik, 2004. Pupuk ZA. http://www.petrokimiagresik.com/main_product.asp, diakses 12 Pebruari 2008. Rukmana, Rahmat. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Penebar Swadaya. Jakarta. 57 hal. Rosmarkan dan Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisus. Yogyakarta. Sugiman, 1982. Ilmu Tanah. Bhrata Karya Aksara. Jakarta. Sutedjo, MM, 1992. Analisa Tanah Air dan Jaringan Tanaman. PT. Reneka Cipta Jakarta. Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 69 hal. Sunarjono, Hendro. H. 2005. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. 183 hal.