Pengaruh Konsentrasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa L var. crispa) The Influence of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) Concentration in Growing and Copping the Lettuce (Lactuca sativa L. var crispa) Deni Ramdani Ilham Akbar1) Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Suhartono, Ir., M.P2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Hj. Elya Hartini, Ir., M.T3)
[email protected] Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Jln Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 Telp. (0265) 323531 Fax (0265) 325812 Website: www.unsil.ac.id E-mail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian PGPR terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada serta mengetahui konsentrasi yang tepat dalam pertumbuhan dan hasil tanaman selada. Percobaan ini dilaksanakan di Screenhouse Sub-unit BPTPH Wilayah V Jalan Pertanian Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, pada bulan Januari – Pebruari 2017. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : A = Tanpa PGPR, B = PGPR 0,75 %, C = PGPR 1 %, D = PGPR 1,25 %, E = PGPR 1,5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PGPR berpengaruh tehadap laju pertumbuhan dan hasil tanaman selada serta pemberian PGPR dengan konsentrasi 1 % pada tanaman selada menunjukkan pertumbuhan dan hasil terbaik. Kata kunci : PGPR, konsentrasi, selada keriting ABSTRACT This study aims to determine the effect of PGPR on growth and yield of lettuce plants and to know the proper concentration in the growth and yield of lettuce plants. This experiment was conducted at Screenhouse Sub-unit BPTPH Region V st. Pertanian Cihideung, the City of Tasikmalaya, in January - February 2017. The experimental method used is Randomized Block Design (RBD) consisting of 5 treatments and 5 replications. The treatments used in this experiment are : A = Without PGPR, B = PGPR 0.75%, C = PGPR 1%, D = PGPR 1.25%, E = PGPR 1.5%. The results showed that PGPR affected on growth rate and yield of lettuce plants and PGPR with 1% concentration in lettuce showed the best growth and yield. Keywords : PGPR, concentration, lettuce
PENDAHULUAN Selada dikenal sebagai sumber mineral, pro - vitamin A, vitamin C dan serat yang umumnya dikonsumsi mentah dan dibuat salad atau disajikan dalam berbagai bentuk masakan. (Nazaruddin., 2003). Selada dipercaya memiliki manfaat mencegah penuaan dini, menjaga berat badan, membantu penderita sembelit, mencegah kanker, meredakan sakit kepala dan mengatasi insomnia. Kandungan zat gizi dalam 100 g selada yaitu : 1,2 g protein, 0,2 g lemak, 2,9 g karbohidrat, 22 mg Ca, 25 mg P, 0,5 mg Fe, 162 mg vitamin A, 0,04 mg vitamin B1 dan 8 mg vitamin C (Direktorat Jendral Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979 dalam Azis., Surung., dan Buhaerah. 2006). Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen PPHP), volume impor selada tahun 2010 pada bulan Januari sampai Maret yaitu sebesar 41,62 ton. Adanya impor komoditas selada ini menunjukkan bahwa produksi nasional belum dapat memenuhi permintaan nasional selada. Oleh karena itu perlu dikembangkan usaha budidaya untuk mendukung pemenuhan permintaan selada. Ada banyak cara untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, menurut Aryantha., Lestari., dan Pangesti (2004) salah satu caranya adalah dengan menginokulasikan agens hayati untuk membantu tanaman dalam memperoleh unsur - unsur hara, perlindungan terhadap hama dan penyakit, peningkatan tumbuh tanaman dan pengikatan zat - zat penting yang dibutuhkan tanaman. Pengaruh beberapa bakteri yang mengkolonisasi akar pada perlakuan biji dalam media pot terbukti meningkatkan bobot kering pada usia dua minggu setelah penanaman untuk tomat, lada, tembakau, mentimun dan melon. Bakteri bakteri tesebut digolongkan kedalam Plant Growth Promothing Rhizobacteria (PGPR). Beberapa strain Pseudomonads flourescent dan Bacillus yang merupakan bakteri dominan
dalam PGPR, membantu pertumbuhan sebagaimana dibuktikan oleh peningkatan bobot kering pucuk dan akar dalam percobaan di rumah kaca dengan tanah lapangan pada tomat, mentimun, jagung manis, wortel, dan seledri (Wahyudi, 2009). Pada kebanyakan tanah tropika yang digunakan untuk produksi sayuran yang intensif, pemberian bahan organik sangat dianjurkan. Hal ini disebabkan karena bahan organik memegang peranan penting sebagi sumber nutrien. Pada areal perakaran terdapat bakteri di areal tanahnya (rizosfer). Beberapa bakteri berfungsi mengikat N dan yang lainnya mempunyai peranan masing-masing (Hindersah dan Simarmata. 2004). Berbagai manfaat positif dari bakteri dalam rizosfer telah menjadikannya sumber potensial bagi ketersediaan nutrisi dalam tanah serta mendorong pertumbuhan tanaman sehingga menjadi lebih baik. Beberapa bakteri tanah berasosiasi dengan akar tanaman budidaya dan memberikan pengaruh yang bermanfaat pada tanaman inangnya. Bakteri ini dikelompokkan ke dalam PGPR. Strains PGPR yang sering ditemukan di antaranya Pseudomonas fluorescent (Egamberdiyeva, 2007). Aplikasi PGPR pada saat penanaman lada menurut Vinale (2008) menyebabkan peningkatan tumbuh sulur yang lebih cepat 1520 hari dibandingkan dengan tanaman kontrol dan pemberian PGPR satu minggu sekali pada fase vegetatif menunjukkan pertumbuhan buncis perancis yang baik dan optimal. Beberapa hasil penelitian Syamsiah dan Rayani (2014) ; Iswati (2012), menunjukkan bahwa penerapan PGPR terhadap berbagai tanaman menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol, namun pemberian variasi konsentrasi PGPR mempengaruhi pertumbuhan dan berdampak berbeda terhadap pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman, berat segar, jumlah daun, dan jumlah akar.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana berbagai konsentrasi PGPR sebagai berikut : A = Tanpa PGPR B = PGPR 0,75 % C = PGPR 1 % D = PGPR 1,25 % E = PGPR 1,5 % Ke-5 perlakuan diatas diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 25 petak percobaan yang masing-masing petak percobaan berisi 5 tanaman sehingga diperoleh 125 tanaman ditambah 25 tanaman cadangan. Pengamatan Pengamatan penunjang Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya dianalisis secara statistik. Pengamatan penunjang ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor eksternal yang berpotensi mempengaruhi hasil dari penelitian, diantaranya temperatur, pencahayaan matahari, dan organisme pengganggu tanaman.
1. Jumlah daun (helai) Pengamatan jumlah helai daun dilakukan terhadap daun yang sudah membuka sempurna. Pengamatan hanya dilakukan satu kali selama penelitian yakni saat panen. 2. Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan mistar, mulai dari leher akar sampai ujung tajuk. Pengukuran dilakukan satu minggu setelah tanam dengan interval pengukuran seminggu sekali. 3. Bobot segar tanaman (g) Pengamatan bobot segar tanaman dilakukan pada akhir penelitian. Setelah tanaman bersih dari kotoran (tanah) kemudian ditimbang bersama akarnya sesuai dengan perlakuan masing-masing. 4. Bobot kering tanaman (g) Pengamatan bobot kering tanaman dilakukan pada akhir penelitian. Selada diukur bobot segarnya kemudian dimasukkan ke dalam amplop yang dibuat dari kertas koran dan dioven pada suhu 105oC selama 24 jam. Setelah dioven selada ditimbang dengan menggunakan neraca digital DJ-A300.
Pengamatan utama Pengamatan utama adalah pengamatan yang datanya dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel. Parameter pengamatan utama adalah sebagai berikut: HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis statistik, konsentrasi PGPR berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman selada yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman.
Jumlah daun Pengaruh konsentrasi PGPR terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh konsentrasi PGPR terhadap jumlah daun.
Perlakuan A = Kontrol B = PGPR 0,75 % C = PGPR 1 % D = PGPR 1,25 % E = PGPR 1,5 %
Jumlah daun (helai) 8,20 a 10,44 bc 11,08 c 10,80 bc 10,00 b
Keterangan : Angka rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%. Dari Tabel 1 diketahui bahwa pada tanaman selada umur 4 MST jumlah daun tertinggi terdapat pada tanaman selada yang
perlakuan
diberi PGPR dengan konsentrasi 1%. Tanaman selada yang diberikan PGPR dengan konsentrasi 1% menunnjukkan hasil bebeda
nyata dengan tanaman kontrol dan tanaman yang diberi PGPR dengan konsentrasi 1,5 % namun tidak berbeda nyata dengan tanaman yang diberi PGPR dengan konsentrasi 0,75 % dan 1,25 %. Tanaman pada umumnya tidak mampu menghasilkan IAA dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Beberapa strain PGPR mampu mensitesis IAA dari prekusor yang terdapat dalam eksudat akar maupun dari bahan organik. Senyawa aktif ini dapat meningkatkan maupun menghambat pertumbuhan tanaman tergantung konsentrasinya (Aryantha. 2004) dan menurut penelitian Iswati (2012) menyatakan konsentrasi PGPR antara 0,75 % – 1,25 % mempengaruhi jumlah daun pada tanaman tomat. Pada awalnya para ahli percaya bahwa peningkatan pertumbuhan tanaman yang diinokulasi dengan PGPR disebabkan oleh sumbangan nitrogen hasil penambatan N2. Namun kemudian diketahui bahwa ada faktor lain yang turut berperan dalam peningkatan pertumbuhan tanaman yakni hormon IAA yang dihasilkan bakteri tersebut. Dalam beberapa kasus, bakteri-baktei dalam PGPR dapat memilki kemampuan merangsang
pertumbuhan akar. Tanaman yang perakarannya berkembang dengan baik akan efisien menyerap unsur hara sehingga tanaman tidak mudah terserang patogen dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai zat pengatur tumbuh (fitohormon) seperti IAA, giberelin, sitokinin dan etilen dalam lingkungan akar. (Egamberdiyeva, 2007). Menurut Prawiranata dkk., (1981) dalam Anggari (2008), hormon sitokinin mampu merangsang terjadinya proses sitokinesis pada sel dan mempunyai peranan dalam sintesis protein, sitokinin juga dapat mencegah timbulnya daun yang menguning pada waktu daun menua, daun yang tua akan menjadi menguning karena perombakan klorofil, tetapi sitokinin mampu mengaktifkan sejumlah proses metabolisme dan mencegah terombaknya klorofil. Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. yang terkandung dalam PGPR secara aktif mengkolonisasi akar dan mengahsilkan hormon, salah satunya adalah sitokinin. Seperti telah diketahui bahawa hormon tersebut mampu mencegah terombaknya klorifil, maka daun selada yang diberi larutan PGPR berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan kontrol.
Tinggi tanaman Pengaruh konsentrasi PGPR terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh konsentrasi PGPR terhadap tinggi tanaman.
Perlakuan A = Kontrol B = PGPR 0,75 % C = PGPR 1 % D = PGPR 1,25 % E = PGPR 1,5 %
1 MST 2,98 a 3,51 b 3,44 b 3,46 b 3,69 b
Tinggi tanaman (cm) 2 MST 3 MST 6,92 a 13,54 a 8,57 b 16,17 b 8,40 b 15,84 b 8,45 b 16,00 b 9,01 b 17,00 b
4 MST 16,32 a 19,48 b 19,09 b 19,21 b 20,48 b
Keterangan : Angka rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%. Pada Tabel 4 ditunjukkan bahwa pemberian PGPR memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Pemberian perlakuan PGPR pada tanaman selada dengan konsentrasi 1,5% menunjukkan pertumbuhan tertinggi yang berbeda nyata dengan kontrol namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman menunjukkan mekanisme PGPR sebagai biostimulan,
biofertilizer dan bioprotectans bekerja baik pada penelitian ini. Yazdani (2009) melaporkan bahwa inokulasi bakteri rhizobacteria terbukti efisien digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung, mengurangi biaya pembelian pupuk dan mengurangi gas rumah kaca, meningkatkan ketersediaan hara N dan mengurangi kehilangan N karena pencucian oleh air terutama air hujan. Gholami (2009) melaporkan bahwa benih tanaman jagung yang
diinokulasi dengan Pseudomonas sp. dan beberapa bakteri lainnya meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung melalui sintesis fitohormon, meningkatkan serapan hara sekitar akar, mendukung penyerapan hara melalui penurunan tingkat keracunan logam berat dan melawan patogen. Sintesis IAA yang berlebihan dapat terjadi dalam kondisi tertentu sehingga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan tanaman. Kondisi hyperauxiny (akumulasi auksin atau IAA yang berlebihan dalam tanaman) dapat terjadi bila tanaman terserang pathogen dan pathogen ini ikut serta memproduksi IAA. Dengan demikian, secara alami dalam kondisi normal, jumlah IAA yang diproduksi di lingkungan rizosfir sangat
rendah atau sebagian dari IAA yang diproduksi berlebihan didegradasi oleh mikroba rizosfir (Husen, 2008). Bakteri pada PGPR merupakan bakteri – bakteri yang hidup disekitar perakaran (rizosfir). Dari mekanisme kerjanya diketahui bahwa PGPR sebagai bioprotecran berfungsi menjadi penghasil metabolit anti-pathogen seperti siderophore, β-1 3-glukanase, kitinase, antibiotik dan sianida yang memiliki kemampuan mencegah pertumbuhan pathogen – pathogen di lingkungan rizosfir (McMillan, 2007) sehingga sintesis IAA berlebihan di lingkungan rizosfir yang diakibatkan pathogen dapat dihindari.
Bobot segar tanaman Pengaruh konsentrasi PGPR terhadap bobot segar dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh konsentrasi PGPR terhadap bobot segar tanaman.
Perlakuan A = Kontrol B = PGPR 0,75 % C = PGPR 1 % D = PGPR 1,25 % E = PGPR 1,5 %
Bobot segar (g) 30,13 a 53,17 b 55,48 b 49,29 b 52,34 b
Keterangan : Angka rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%. Penelitian yang telah dilakukan oleh Syamsiah dan Rayani (2014), memperlihatkan bahwa pengaplikasian PGPR dengan konsentrasi 0,75 % mempengaruhi jumlah buah dan bobot segar tanaman cabai. Peningkatan pertumbuhan tanaman oleh PGPR dapat terjadi melalui satu atau lebih mekanisme yang terkait dengan karakter fungsional PGPR dan kondisi di lingkungan rizosfir. Lingkungan rizosfir yang dinamis dan kaya akan sumber energi dari senyawa organik yang dikeluarkan oleh akar tanaman (eksudat akar) merupakan habitat bagi berbagai jenis mikroba untuk berkembang dan sekaligus sebagai tempat pertemuan dan persaingan mikroba. Bakteri dari genus Pseudomonas, Bacillus dan Seratia diidentifikasi sebagai PGPR penghasil fitohormon yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.
Kemampuan PGPR dalam mensintesis fitohormon terutama IAA dan ACC deaminase, memfiksasi nitrogen, meningkatkan ketersediaan hara P dan hara lainnya serta siderofor merupakan indikator kemampuan PGPR untuk digunakan sebagai input dalam sistem pertanian yang berwawasan lingkungan. Inokulasi PGPR dengan konsentrasi 0,75 %, 1 %, 1,25 % dan 1,5 % pada tanaman selada menunjukkan peningkatan bobot segar tnaman, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahni (2012) yang menginokulaisan PGPR dengan Konsentrasi 1,5 pada benih tanaman jagung menunjukkan peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
Bobot kering tanaman Pengaruh konsentrasi PGPR terhadap bobot kering tanaman Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh konsentrasi PGPR terhadap bobot kering tanaman.
Perlakuan A = Kontrol B = PGPR 0,75 % C = PGPR 1 % D = PGPR 1,25 % E = PGPR 1,5 %
Bobot kering (g) 3,68 a 5,84 b 6,37 b 5,75 b 5,84 b
Keterangan : Angka rata-rata yang ditandai dengan huruf yang sama pada setiap perlakuan menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%. Dari Tabel 4 diketahui bahwa semua perlakuan berpengaruh pada bobot kering tanaman selada. Sesuai dengan fungsi PGPR menurut McMillan (2007) sebagai biofertilizer atau penyedia unsur hara dimana dalam proses menyediakan unsur hara bagi tanaman adalah dengan menambat nitogen dari udara secara asimbiosis dan melarutkan unsur hara P yang terikat didalam tanah. Laporan hasil penelitian Chiou dan Wu (2003) yang menyatakan bahwa inokulum Bacillus megaterium dan Bacillus mucilaginous tidak hanya meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung, tetapi juga meningkatkan asimilasi hara tanaman (total N, P dan K) yang berkorelasi dengan peningkatkan laju pertumbuhan dan bobot tanaman. Pernyataan ini ditegaskan oleh
Gholami., Shahsavani., dan Nezarat, (2009) dalam hasil penelitiannya yang menyatakan tanaman jagung yang diinokulasi PGPR menunjukkan peningkatan luas daun, bobot segar tanaman serta bobot kering biji terutama bobot 100 biji dan jumlah biji pertongkol. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan perbedaan nyata antara tanaman kontrol dengan tanaman yang diberi PGPR pada parameter tinggi tanaman, bobot segar tanaman dan bobot kering tanaman selada namun variasi konsentrasi yang diaplikasikan tidak berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan tingkat variasi konsentrasi PGPR yang diujikan pada 3 parameter diatas dianggap masih dalam ambang batas konsentrasi yang sama sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA Anggari, C.P. 2008. “ Pengaruh Komposisi Media dan Macam Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Tanaman Anthurium Hookeri”. Jurnal Agrisistem. Vol.1(3) : 36-42
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1.
2.
Jenis bahan ZPT alami yang diberikan memiliki pengaruh terhadap berbagai variabel pertumbuhan kemiri sunan. Bonggol pisang yang dikombinasikan dengan air kelapa berpengaruh paling baik terhadap daya kecambah, kecepatan berkecambah, bobot basah kecambah, bobot kering kecambah, jumlah daun umur 37, 49 HST dan tinggi tanaman kemiri sunan umur 30, 37, 44, 51 HST.
Aryantha, I.N.P., D.P. lestari dan N.D.P. pangesti. 2004. “Potensi Isolat Bakteri Penghasil IAA dalam Peningkatan Pertumbuhan Kacang Hijau pada Kondisi Hidroponik”. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. Vol. 9(2) : 43-46. Azis, A.H., M.Y. Surung., dan Buraerah., 2006. “Produktivitas Tanaman Selada pada Berbagai Dosis Posidan-HT”. Jurnal Agrisistem. Vol.2(2) : 36-42.
Chiou, A.L., wu, W.S.J. 2003. “Formulation of Bacillus amyloliquefaciens B190 for Control of Lily Grey Mould (Botrytis elliptica)”. J Phytopathol. Vol.1(51) : 13-18. Egamberdiyeva, D. 2007. “The Effect of PGPR on Growth and Nutrient Uptake of Maize in Two Different Soils”. Applied Soil Ecology. Vol.36(1) : 184-189. Gholami, A., S. Shahsavani dan S. Nezrat. 2009. “The Effect of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) on Germination, Seedling Growth and Yield of Maize”. Proceedings of World Academy of Science, Engineerring and Technology. Vol.3(7) : 2070-3740. Hindersah, R. dan T. Simarmata. 2004. “Artikel Ulas Balik. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan Tanah”. Jurnal Natur Indonesia. Vol.5(2) : 127133. Husen, E., R. Saraswati dan R.D. Hastuti. 2008. “Rizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman”. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. Vol.27(1) : 18-19. Iswati, R. 2012. “Pengaruh Dosis Formula PGPR Asal Perakaran Bambu terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum syn)”. Jurnal Mikrobiologi Universitas Negri Gorontalo. Vol.3(5) : 43-46. McMillan, S. 2007. Promoting Growth with PGPR. Soil Foodweb. Canada Ltd. Soil Biology Laboratory and Learning Centre. Nazaruddin. 2003. “Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah”. Penebar Swadaya, Jakarta. Rahni, N.M. 2012. “Efek Fitohormon PGPR terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah. Vol.3(2) : 89-91.
Syamsiah, M., Rayani. (2014). “Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) terhadap Pemberian PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dari Akar Bambu dan Urine Kelinci”. Jurnal Agroscience. 4(2) : 109-114. Vinale, F. 2008. “Trichoderma-plant-pathogen interactions”. Soil Biol. Biochem. Vol. 40(3) : 1-10. Wahyudi, A.T. 2009. Rhizobacteria Pemacu Pertumbuhan Tanaman : Prospeknya sebagai Agen Biostimulator & Biokontrol. Nano Indonesia. Vol.36(1) : 184-189. Yazdani, M.A. Bahmanyar, H. Pirdashti dan M.A. Esmaili. 2009. “Effect of Phosphate Solubilization Microorganisms (PSM) and Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) on Yield and Yield Components of Corn (Zea mays L.)”. Proceedings of World Academy of Science, Engineerring and Technology. Vol.3(7) : 90-92.