Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
PENGARUH MOTIVASI, KESEJAHTERAAN, PENGHARGAAN DAN LOYALITAS KERJA TERHADAP KINERJA GURU HONORER Hardiansyah (Dosen Program Studi Administrasi Pendidikan FIP IKIP Mataram) Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini melakukan analisis beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru honorer. Tujuan penelitian yang dicapai pada penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui pengaruh motivasi, kesejahteraan, penghargaan, dan loyalitas kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru honorer,(2) Untuk mengetahui pengaruh motivasi, kesejahteraan, penghargaan, dan loyalitas kerja secara parsial terhadap kinerja guru honorer, (3) Untuk mengetahui yang lebih dominan antara variabel motivasi, kesejahteraan, penghargaan, dan loyalitas kerja terhadap kinerja guru honorer.Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi linier berganda (Multiple Liniar Regression Analysis). Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa : (1) Faktor motivasi, kesejahteraan, penghargaan, dan loyalitas kerja secara serempak atau bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja guru honorer. (2) Faktor motivasi dan penghargaan secara parsial mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru honorer dan faktor kesejahteraan dan loyalitas kerja secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja guru honorer. (3) Diantara keempat variabel yang terdiri dari motivasi (X1), kesejahteraan (X2), penghargaan (X3), dan loyalitas (X4) ternyata motivasi mempunyai pengaruh dominan terhadap Kinerja Guru Honorer (Y) dengan pengaruh parsial sebesar 50,4%. Kata kunci: motivasi, kesejahteraan, penghargaan, loyalitas, kinerja guru honorer
PENDAHULUAN Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya.
Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat diluar pribadi guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak sesuai dengan harapan seperti adanya guru yang bekerja sambilan baik yang sesuai dengan profesinya maupun diluar profesi mereka, terkadang ada sebagian guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru di sekolah. Kenyataan ini sangat memprihatinkan dan mengundang berbagai pertanyaan tentang konsistensi guru terhadap
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
profesinya. Kontroversi antara kondisi ideal yang harus dijalani guru sesuai harapan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dengan kenyataan yang terjadi dilapangan merupakan suatu hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor penyebab munculnya dilema tersebut, sebab hanya dengan memahami faktor yang berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku dapat meningkat dari waktu ke waktu. Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi kinerja guru yang dipandang perlu untuk dipelajari, ditelaah dan dikaji secara mendalam agar dapat memberikan gambaran yang jelas faktor yang lebih berperan dan urgen yang mempengaruhi kinerja guru dianataranya faktor motivasi. Seorang guru dapat bekerja secara professional jika pada dirinya terdapat motivasi yang tinggi. Pegawai/guru yang memiliki motivasi yang tinggi biasanya akan melaksanakan tugasnya dengan penuh semangat dan energik, karena ada motif-motif atau tujuan tertentu yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Motif itulah sebagai faktor pendorong yang memberi kekuatan kepadanya, sehingga ia mau dan rela bekerja keras. Miller dan Gordon W (1967) yang dikutip Mangkunegara (2005), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja atau prestasi kerja. Artinya
pimpinan, manajer dan pegawai yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mencapai kinerja yang tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah disebabkan karena motivasi kerjanya rendah. Pada sisi lain faktor kesejahteraan juga dapat mempengaruhi kinerja guru. Sebagai sebuah pekerjaan, tentu dengan menjadi seorang guru juga diharapkan dapat memperoleh kompensasi yang layak untuk kebutuhan hidup. Dalam teori motivasi, pemberian reward (hadiah) dan punishment (hukuman) yang sesuai merupakan perkara yang dapat mempengaruhi kinerja dan mutu dalam bekerja, termasuk juga perlunya jaminan kesejahteraan bagi para pendidik agar dapat meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan yang selama ini masih terpuruk. Dalam hal tunjangan, sudah selayaknya guru mendapatkan tunjangan yang manusiawi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya mengingat peranan dari seorang guru yang begitu besar dalam upaya mencerdaskan suatu generasi. Program kesejahteraan pegawai akan menjadi bermanfaat apabila dapat memberikan rasa aman dan dapat dinikmati oleh seluruh pegawai. Permasalahan kesejahteraan guru biasanya akan berimplikasi pada kinerja yang dilakukannya dalam melaksanakan proses pendidikan. Faktor organisasi dapat pula memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai melalui proses penghargaan. penghargaan adalah sebagai bentuk apresiasi yang diberikan kepada pegawai. Penghargaan diberikan kepada guru/pegawai yang berprestasi, berprestasi luar biasa, berdedikasi luar biasa, dan atau bertugas di daerah
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
khusus. Penghargaan itu beragam jenisnya, seperti satyalancana, tanda jasa, bintang jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam, jabatan fungsional, jabatan struktural, bintang jasa pendidikan, dan/atau bentuk penghargaan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, faktor loyalitas kerja merupakan bagian yang tidak terlupakan dalam meningkatkan kinerja guru. Loyalitas menurut karyawan atau para professional adalah kesetiaan pada pekerjaan atau profesi. Sementara perusahaan hanya dipandang sebagai tempat bekerja, dan kewajiban karyawan hanyalah bekerja dan mengikuti peraturan yang berlaku di perusahaan tersebut, dan tentu saja harus mendapatkan hak-nya sesuai kesepakatan. Jika ada kewajiban lain yang harus dilakukan dan diluar kesepakatan, maka harus ada kompensasi atau benefit tambahan, misalnya jika harus bekerja lembur maka harus mendapatkan upah tambahan. Dari sudut pandang ini, karyawan berharap mereka dianggap sebagai partner oleh perusahaan dan bersama dengan pemilik kepentingan lainnya (customer, supplier, pemegang saham, lingkungan dan masyarakat sekitar) dianggap sama dan penting. Sehubungan dengan uraian diatas maka masalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru honorer ditempatkan sebagai variable dalam penelitian dengan judul“ Pengaruh Motivasi, Kesejahteraan, Penghargaan dan Loyalitas Kerja Terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa”.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah survai sedangkan metodenya yaitu deskriptif analitis. Metode survai deskriptif adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Adapun jumlah populasi pada penelitian ini adalah berjumlah 102 orang guru honorer tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. Mempertimbangkan jumlah populasi lebih dari 100 orang maka dalam penelitian ini pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel yang diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang dengan urutan yang seragam. Teknik sampling yang diambil adalah sampling sistematis. Sehingga diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti sebesar 51 orang guru honorer berdasarkan nomor ganjil. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini (Effendi, 2003). Untuk mengolah dan membahas data yang telah terkumpul maka digunakan teknik analisis kuantitatif. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Pengolahan data statistik dilakukan dengan bantuan perangkat komputer dan software SPSS versi 16.0 for windows. Pembuktian hipotesis yang diajukan dapat menggunakan uji statistik yang didukung oleh uji ekonometrika.
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
Dalam penelitian ini akan dibahas hasil penelitian yang mencakup analisis data deskriptif, pengujian prasyarat analisis, dan pengujian hipotesis berdasarkan hasildan interprestasi data dengan menggunakan software SPSS versi 16.0 for windows. HASIL ANALISIS DESKRIPTIF 1. Hubungan dengan Motivasi (X1) Tanggapan guru honorer tingkat sekolah dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa terhadap hubungan dengan motivasi (X1) rata-rata sebesar 31,35. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan dengan motivasi (X1) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa pada umumnya adalah baik. 2. Hubungan dengan Kesejahteraan (X2) Tanggapan guru honorer tingkat sekolah dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa terhadap hubungan dengan kesejahteraan (X2) rata-rata sebesar 23,94. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan dengan kesejahteraan (X2) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa pada umumnya adalah baik. 1. Hubungan dengan Penghargaan (X3) Tanggapan guru honorer tingkat sekolah dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa terhadap hubungan dengan penghargaan (X3) rata-rata sebesar 22,84. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan dengan penghargaan (X3) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa pada umumnya adalah baik. 2. Hubungan dengan Loyalitas (X4) Tanggapan guru honorer tingkat sekolah dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa terhadap hubungan dengan
loyalitas (X4) rata-rata sebesar 30,70. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan dengan loyalitas (X4) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa pada umumnya adalah baik. 3. Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) Tanggapan guru honorer tingkat sekolah dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa terhadap kinerja guru honorer (Y) rata-rata sebesar 47,54. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru honorer (Y) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa pada umumnya adalah baik HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji Validitas Pada penelitian ini telah dilakukan uji validitas intsrumen dengan melakukan korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Hasil dari uji validitas instrument tersebut menunjukkan bahwa semua butir pertanyaan atau pernyataan pada semua variabel ternyata positif dan memiliki koefisien korelasi atau r hitung > r tabel product moment 0,291, karenanya semua item pernyataan tersebut dapat dinyatakan valid. 2. Uji Reliabiltas Pada penelitian ini digunakan SPSS untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistic Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,291. Berdasarkan hasil analisis pada uji reliabilitas menunjukkan bahwa harga koefisien alpha hitung atau nilai Cronbach Alpha untuk semua variabel > 0,291, maka dapat disimpulkan bahwa
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
1. Uji F – Simultan Dari hasil analisis dengan bantuan program komputer SPSS for Windows versi 16, maka dapat diketahui hasil uji F dalam penelitian ini. Adapun hasil analisis uji F- simultan ditunjukkan pada tabel Anova berikut ini :
angket atau alat pengukur data tersebut bersifat reliabel. Dengan demikian semua pertanyaan atau pernyataan untuk semua variabel tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
PENGUJIAN HIPOTESIS Tabel 1. Tabel Anova ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
598.065
4
149.516
Residual Total
346.563 944.627
46 50
7.534
F
Sig.
19.846 .000a
a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y Sumber : Output SPSS
Hasil uji F menunjukkan nilai Fhitung sebesar 19,846. Sedangkan nilai Ftabel dengan degree of freedom = n-k-1 = 51-4-1 = 46 adalah sebesar 2,57. Oleh karena nilai Fh sebesar 19,846 > Ft sebesar 2,57, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa dari model regresi berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan sejauh
mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebasnya. 2. Uji t – Parsial Hasil analisis uji t dapat diketahui dari tabel koefisien output computer SPSS. Uji t dilakukan untuk menguji keberartian koefisien regresi masingmasing variabel bebas. Hasil uji t – parsial dapat dilihat pada output SPSS dalam tabel koefisien berikut ini :
Tabel 2. Koefisien Regresi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant) 12.660
4.286
X1 X2 X3 X4
.163 .156 .208 .133
.610 .092 .426 .124
a. Dependent Variable: Y Sumber : Output SPSS
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
2.954 .005 .504 .082 .221 .127
3.739 .594 2.049 .938
.001 .556 .046 .353
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
Hasil uji t menunjukkan nilai thitung untuk variabel motivasi (X1) adalah sebesar 3,739; variabel kesejahteraan (X2) adalah sebesar 0,594; variabel penghargaan (X3) adalah sebesar 2,049; dan variabel loyalitas (X4) adalah sebesar 0,938. Sedangkan nilai ttabel dengan deegre of freedom = N1 = 51-1 = 50 dengan tingkat signifikansi (α) = 5% adalah sebesar 2,010. Nilai thitung untuk variabel motivasi (X1) adalah sebesar 3,739 > nilai ttabel sebesar 2,010 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti variabel bebas motivasi (X1) dapat menerangkan variabel tidak bebas yaitu kinerja guru honorer (Y) tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. Nilai thitung untuk kesejahteraan (X2) adalah sebesar 0,594 < nilai ttabel sebesar 2,010, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel bebas kesejahteraan (X2) tidak dapat menerangkan variabel tidak bebas yaitu kinerja guru honorer (Y) tingkat Sekolah
Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. Nilai thitung untuk penghargaan (X3) adalah sebesar 2,049 > nilai ttabel sebesar 2,010, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti variabel bebas penghargaan (X3) dapat menerangkan variabel tidak bebas yaitu kinerja guru honorer (Y) tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. Nilai thitung untuk loyalitas (X4) adalah sebesar 0,938 < nilai ttabel sebesar 2,010, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel bebas loyalitas (X4) tidak dapat menerangkan variabel tidak bebas yaitu kinerja guru honorer (Y) tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. 3. Uji Dominasi Uji dominasi dapat dilihat melalui hasil standardized coefisient beta pada output SPSS. Hasil uji dominasi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Koefisien Beta No.
Variabel
1. 2.
Hubungan dengan motivasi (X1) Hubungan dengan Kesejahteraan (X2) Hubungan dengan penghargaan (X3) Hubungan dengan loyalitas (X4)
3. 4
Dari hasil output SPSS tersebut dapat diketahui bahwa nilai koefisien beta variabel hubungan dengan motivasi (X1) adalah sebesar 0,504 berarti hubungan dengan motivasi (X1) mempunyai kontribusi terhadap perubahan kinerja guru honorer (Y) Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa sebesar 50,4%. Nilai koefisien beta variabel kesejahteraan (X2) adalah sebesar 0,082 berarti hubungan dengan kesejahteraan
Standardized Coefficients Beta 0,504 0,082 0,221 0,127
(X2) mempunyai kontribusi terhadap perubahan kinerja guru honorer (Y) Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa sebesar 8,2%. Nilai koefisien beta variabel penghargaan (X3) adalah sebesar 0,221 berarti hubungan dengan penghargaan (X3) mempunyai kontribusi terhadap perubahan kinerja guru honorer (Y) Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa sebesar 22,1%. Nilai koefisien beta variabel
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
loyalitas (X4) adalah sebesar 0,127 berarti hubungan dengan loyalitas (X4) mempunyai kontribusi terhadap perubahan kinerja guru honorer (Y) Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa sebesar 12,7%. Karena pengaruh parsial variabel motivasi sebesar 50,4% lebih tinggi dari variabel lain, maka variabel
motivasi mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja guru honorer (Y) Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. KOEFISIEN DETERMINASI Nilai koefisien determinasi dalam model penelitian ini dapat dilihat pada model summary sebagai berikut.
Tabel 4. Koefisien Determinasi Model Summary Model 1
R .796
a
b
R Square .633
Adjusted R Square .601
Std. Error of the Estimate 2.74481
Durbin-Watson 1.777
a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y
Sumber :Output SPSS
Pada model summary diatas diketahui bahwa nilai R Square sebesar 0,633. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel independent terhadap variabel dependen sebesar 63,3%. Sehingga masih terdapat sebesar 36,7 % variabel lain yang tidak diketahui mempengaruhi variabel dependen. KOEFISIEN REGRESI Dari tabel koefisien diatas diketahui persamaan regresi dalam penelitian ini sebagai berikut : Y = 12,660 + 0,610 X1 + 0,092 X2 + 0,426 X3 + 0,124 X4
Dimana: Y = Kinerja guru honorer tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) X1 = Motivasi (X1) X2 = Kesejahteraan (X2) X3 = Penghargaan (X3) X4 = Loyalitas (X4)
Berdasarkan hasil diatas bahwa Y sebelum dilakukan penelitian sudah memiliki nilai sebesar 12,660. Persamaan regresi empiris tersebut mengindikasikan hal-hal sebagai berikut : (a) Nilai koefisien regresi X1 sebesar 0,610 menunjukkan terdapat pengaruh positif motivasi (X1) terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y). Jika skor variabel motivasi (X1) meningkat satu satuan maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) akan meningkat sebesar 0,610 satuan dengan asumsi variabel lain konstan. Sebaliknya jika skor variabel motivasi (X1) turun satu satuan maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) akan turun sebesar 0,610 satuan dengan asumsi variabel lain konstan. Hal ini berarti semakin baik motivasi (X1) maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) juga semakin baik. (b) Nilai koefisien regresi X2 sebesar 0,092 menunjukkan terdapat pengaruh positif Kesejahteraan (X2) terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y). Jika skor variabel kesejahteraan (X2) meningkat satu satuan maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) akan meningkat sebesar 0,092 satuan dengan asumsi variabel lain konstan. Sebaliknya jika skor variabel kesejahteraan (X2) turun satu satuan maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) akan turun sebesar 0,092 satuan dengan asumsi variabel konstan. Hal ini berarti semakin baik kesejahteraan (X2) maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) juga semakin baik. (c) Nilai koefisien regresi X3 sebesar 0,426 menunjukkan terdapat pengaruh positif penghargaan (X3) terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y). Jika skor variabel penghargaan (X3) meningkat satu satuan maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) akan meningkat sebesar 0,426 satuan dengan asumsi variabel lain konstan. Sebaliknya jika skor variabel penghargaan (X3) turun satu satuan maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) akan turun sebesar 0,426 satuan dengan asumsi variabel konstan. Hal ini berarti semakin baik penghargaan (X3) maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa
(Y) juga semakin baik. (d) Nilai koefisien regresi X4 sebesar 0,124 menunjukkan terdapat pengaruh positif loyalitas (X4) terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y). Jika skor variabel loyalitas (X4) meningkat satu satuan maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) akan meningkat sebesar 0,124 satuan dengan asumsi variabel lain konstan. Sebaliknya jika skor variabel loyalitas (X4) turun satu satuan maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) akan turun sebesar 0,124 satuan dengan asumsi variabel konstan. Hal ini berarti semakin baik loyalitas maka Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) juga semakin baik. Pengaruh X1, X2, X3, X4 berpengaruh secara simultan terhadap Y. Setelah melalui beberapa tahap penelitian dan analisis hasil penelitian, berdasarkan hipotesis menunjukkan bahwa variabel motivasi (X1), kesejahteraan (X2), penghargaan (X3), dan Loyalitas (X4) mempunyai pengaruh nyata secara simultan (bersama-sama) terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y). Pengaruh X1, X2, X3, X4 berpengaruh secara parsial terhadap Y. Dilihat dari hasil pengujian secara parsial, variabel motivasi (X1), dan penghargaan (X3) mempunyai pengaruh nyata secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y). Sedangkan variabel kesejahteraan (X2) dan loyalitas (X4) tidak mempunyai pengaruh secara Halaman | 8
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
parsial (sendiri-sendiri) terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) karena kesejahteraan dan loyalitas kerja termasuk didalam komponen atau bagian dari motivasi kerja. Kesejahteraan dan loyalitas kerja akan terpenuhi ketika motivasi baik dari dalam diri pribadi maupun dari luar sudah ada sehingga dengan motivasi itulah dapat menunjukkan tingkat kinerja yang optimal. Pengaruh yang dominan variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y. Dari ke empat variabel yang dijadikan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru honorer, ternyata variabel motivasi mempunyai pengaruh dominan terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y), dengan pengaruh parsial sebesar 50,4%. Sedangkan variabel kesejahteraan (X2) memiliki pengaruh sebesar 8,2% terhadap kinerja guru honorer, tingkat pengaruh variabel penghargaan (X3) sebesar 22,1% terhadap kinerja guru honorer dan variabel loyalitas kerja (X4) memiliki pengaruh sebesar 12,7% terhadap kinerja guru honorer tingkat sekolah di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. Berdasarkan uraian diatas, sudah sepantasnya pihak sekolah atau pemerintah perlu memberikan perhatian khusus dalam hal motivasi sebagai skala prioritas dalam meningkatkan Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) dengan pemberian motivasi seperti kompensasi yang sewajarnya sesuai dengan prestasi dan kebutuhan pokok guru dan keluarganya utamanya dalam menghadapi krisis ekonomi saat ini dengan adanya kenyataan kenaikan harga
barang secara umum yang mempersulit posisi keuangan para guru khususnya guru honorer. Untuk memberikan motivasi yang tinggi pada para guru honorer secara nasional perlu ditingkatkan anggaran pendidikan mengarah pada angka 25% dari APBN. Selain itu kecilnya gaji pegawai/guru perlu terus diupayakan untuk ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para guru/pegawai. Peningkatan kesejahteraan pegawai atau guru sangat penting artinya bagi peningkatan motivasi dan prestasi kerja pegawai/guru serta memberikan kesempatan bagi para pegawai/guru untuk dapat meningkatkan kualifikasi dirinya dan aktualisasi dirinya misalnya dengan peningkatan strata pendidikan baik strata satu maupun strata dua. Jika memungkinkan sekolah memberikan beasiswa kepada para pegawai/guru yang berprestasi tinggi dan yang mempunyai motivasi tinggi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Inilah sebagai itikad baik bagi kita untuk mengejar keterpurukan kualitas sumber daya manusia di tanah air tercinta Indonesia. Keterbatasan waktu yang sangat sedikit sehingga tidak dapat dipergunakan oleh penulis untuk meneliti faktor lain yang berpengaruh tehadap kinerja guru honorer tingkat Sekolah Dasar. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah: Pertama, motivasi (X1), kesejahteraan (X2), penghargaan (X3), dan Loyalitas (X4) mempunyai pengaruh nyata secara simultan (bersama-sama) terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Halaman | 9
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
Sumbawa (Y). Kedua, variabel motivasi (X1), dan penghargaan (X3) mempunyai pengaruh nyata secara parsial (sendirisendiri) terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y). Sedangkan variabel kesejahteraan (X2) dan loyalitas kerja (X4) tidak mempunyai pengaruh secara parsial (sendiri-sendiri) terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) karena kesejahteraan dan loyalitas kerja termasuk didalam komponen atau bagian dari motivasi kerja. Ketiga, diantara keempat variabel yang terdiri dari motivasi (X1), kesejahteraan (X2), penghargaan (X3), dan loyalitas (X4) ternyata motivasi mempunyai pengaruh dominan terhadap Kinerja Guru Honorer Tingkat Sekolah Dasar Di Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa (Y) dengan pengaruh parsial sebesar 50,4%. Secara operasional implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:(1) Bahwa Motivasi sangat berpengaruh terhadap kinerja guru honorer sehingga dapat menjadi acuan bagi pimpinan dalam meningkatkan kinerja serta mempermudah dalam menilai guna kenaikan jabatan guru honorer.(2)Perlu diberikan motivasi kepada semua guru honorer secara berkesinambungan baik berupa kompensasi yang sewajarnya sesuai dengan prestasi dan kebutuhan pokok guru dan keluarganya utamanya dalam menghadapi krisis ekonomi saat ini. (3) Peningkatan kesejahteraan pegawai atau guru honorer untuk dapat meningkatkan kualifikasi dan aktualisasi dirinya misalnya dengan peningkatan strata pendidikan baik strata satu maupun strata dua.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hadari Nawawi, 2000, Manajemen Sumberdaya Manusia,Cetakan Ketiga, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Malayu SP. Hasibuan, 2002, Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Mustamil. 2008. “Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Departemen Agama Kabupaten Boyolali”, Tesis: Program Studi Magister Manajemen, Program Pasca Sarjana Universitas Slamet Riyadi, Surakarta. (Tidak dipublikasikan). Riduwan. 2010. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Sugeng, Triono. 2009.”Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin Kerja, Kesejahteraan, Pengembangan Karyawan, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Wonogiri”, Tesis: Program Studi Magister Manajemen, Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak dipublikasikan).
Halaman | 10
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Pertama.Jakarta: Alfabeta. Sunyoto, Danang. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: CAPS. Suwarto. 2002. Perilaku Keorganisasian,Edisi Kedua.
Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Winardi. 2004, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Halaman | 11
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
MEMBINA ETOS MENGAJAR PROFESIONAL GURU DENGAN SUPERVISI AKADEMIK Rudi Hariawan (Dosen Program Studi Administrasi Pendidikan FIP IKIP Mataram) Email:
[email protected] ABSTRAK Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Membina etos mengajar profesional guru dengan supervisi pengajaran yang tepat. Kata Kunci: Etos Mengajar Profesionalisme Guru, Supervisi Akademik
PENDAHULUAN Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Dunia pendidikan dewasa ini sedang menghadapi tantangan yang sangat besar, dilihat dari dimensi global dimana persaingan kualitas menjadi kebutuhan utama diera globalisasi. Dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang amat sentral dalam proses pendidikan. Karena itu, upaya meningkatkan profesionalisme adalah suatu keharusan. Guru profesional merupakan salah satu faktor terpenting dalam pendidikan. Apapun kurikulum yang berlaku dan seperti apapun sarana atau prasarana pendidikan yang ada, akhirnya
gurulah yang menerapkan dan menggunakannya disekolah. Dikatakan oleh Samani (2010) bahwa kurikulum yang bagus yang ditangani guru yang tidak profesional tidak akan maksimal. Salah satu indikator rendahnya kulitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas guru. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, dan melakukan pengabdian. Dinyatakan dalam Undangundang Nomor 14 Tahun 2004 tentang Guru dan Dosen disebutkan guru diakui sebagai profesi dan diharapkan guru dapat bekerja secara profesional. Lebih lanjut dalam Pada pasal 1 butir 1 menyebutkan bahawa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas Halaman | 12
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
utama, mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UUDG No.14/2004). Jadi sebagai profesional, guru harus memiliki keahlian, kemahiran kecakapan, sesuai dengan standar mutu tertentu dan oleh karena itu mendapatkan penghasilan sebagai sumber kehidupan. Disamping itu Sebagai guru yang profesional, guru yang mencintai pekerjaanya sehingga bekerja dengan sepenuh hati, selalu memunculkan gagasan baru dan komitmen (Samani, 2010). Dengan kata lain guru profesional harus memahami tujuan pendidikan, memiliki keahlian untuk mewujudkan melalui proses pembelajaran dan mencintai pekerjaannya sebagai guru, sehingga selalu bekerja dengan komitmen sepenuh hati. Profesionalisme seorang guru tidak bersifat permanen akan tetapi terus mengalami perubahan. Dengan kata lain, profesionalisme tidak dapat ditentukan oleh lembaran sertifikasi pada saat ini saja, guru harus secara terus menerus melaksanakan peran sebagai pendidik, melakukan pengembangan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya, dan melakuakan pengabdian atas ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada masyarakat. Memelihara profesionalitas untuk dapat menumbuhkan semangat kerja dan produktifitas yang tinggi
dalam mengajar bukan hanya tanggung jawab individu guru yang bersangkutan tetapi merupakan tanggungjawab lembaga dalam hal ini kepala sekolah harus melakukan tindakan nyata secara terorganisir dan sistematis untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang termaktub dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional menyebutkan, yaitu mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga bangsa yang demokratis serta bertanggung jawab. Guru yang memiliki Etos mengajar yang tinggi akan senantiasa memberikan kesempatan kepada siswa belajar dengan berbagai macam sumber belajar dan membangun makna belajar melalui interaksi sosial maupun personal serta menginternalisasi dan menerapakannya dalam kehidupan sehari-hari (Hariawan, 2009). Etos mengajar guru yang tinggi dapat ditandai dengan terbentuknya profesionalisme guru dalam mengajar, bersemangat, penuh kenyakinan dan keberanian dalam bekerja, serta akan senantiasa menunjukan produktifitas mengajarnya di kelas. Terbinanya guru yang profesional dengan etos kerja yang tinggi merupakan perwujudan dari peran supervisor dalam membina, melayani Halaman | 13
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
dan membantu memecahkan permasalahan yang dihadapai guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Peningkatan prestasi belajar siswa merupakan keberhasilan guru dalam mengajar dan secara tidak langsung merupakan keberhasilan dalam pelaksanaan supervisi di sekolah, yang dapat digambarkan sebagai berikut;
Gambar 1. Bagan Proses Supervisi Pengajaran
PEMBAHASAN SUPERVISI PENGAJARAN Pendidikan melihat bahwa, tidak ada siswa yang bodoh, melainkan gurunya yang tidak bisa mengajar, tidak ada guru yang tidak bisa mengajar dengan baik, melainkan kepala sekolah yang tidak dapat membina guru-gurunya. Membangun etos mengajar guru yaitu terbentukya semangat prefesional dan produktifitas mengajar yang tinggi dari seorang guru dalam peningkatan dan perbaikan proses belajar mengajar yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku dan prestasi belajar siswa. Supervisi pengajaran adalah bantuan yang diberikan kepada guru untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar yang bertujuan untuk peningkatan tujuan pendidikan. Menurut Mantja (2010) pembinaan guru adalah rangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru, terutama wujud bantuan pelayanan profesional, yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik, pengawas, dan pembina lainnya untuk
meningkatkan prosesnya belajar mengajar. Supervisi atau pembinaan profesional adalah bantuan atau layanan yang diberikan kepada guru agar guru belajar bagaimana mengembangkan kemampuannya untuk menigkatkan proses belajar-mengajar dikelas. Program peningkatan profesionalisme guru dilakuakan melalui pengembangan kompetensi guru dan kualifikasi tenaga guru. Kepala sekolah memfasilitasi guru melakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran. Keterlibatan guru senior dalam supervisi membantu guru memecahkan secara terbuka (Sobri, 2009). a. Pengertian Supervisi Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Dalam lembaga pendidikan disebut dengan supervisi pendidikan. Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi mengajar. Akan tetapi nampaknya masih terdapat banyak keragaman pendapat dalam menafsirkan istilah tersebut. Hal tersebut akan Halaman | 14
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
membawa implikasi yang berbeda pula dalam pelaksanaanya. Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kesepakatan bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan oleh (Gregorio, 1966, Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003, Mantja, 2010). Hal ini diungkapkan pula dalam tulisan Asosiasi Supervisi dan Pengembangan Kurikulum di Amerika (Association for Supervision and Curriculum Development, 1987:129) yang menyebutkan sebagai berikut: Almost all writers agree that the primary focus in educational supervision is-and should be-the improvement of teaching and learning. The term instructional supervision is widely used in the literature of embody all effort to those ends. Some writers use the term instructional supervision synonymously with general supervision. Supervisi yang dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan. b. Fungsi dan Tujuan Supervisi Gregorio (1966, Mantja, 2010) mengemukakan bahwa ada lima fungsi
utama supervisi, yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat. Sedangkang menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Halaman | 15
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram
Gambar 2. Tiga Tujuan Supervisi
Halaman | 16
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram 1. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu. 2. Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian muridmuridnya. 3. Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1981) Supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multitujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memerhatikan salah satu
tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) menggambarkan sistem pengaruh perilaku supervisi akademik sebagaimana tergambar dibawah ini:
Gambar 3. Sistem Fungsi Supervisi Akademik
Gambar tersebut memperjelas kita dalam memahami sistem pengaruh perilaku supervisi akademik. Perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik. Halaman | 17
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram Ada empat kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik, yaitu yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial. Aspek substansi pertama dan kedua merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor lainnya. Aspek ketiga berkaitan dengan seberapa luas pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi yang diajarkannya. Kedua, apa yang disebut dengan professional development competency areas (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi). Aspek ini menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru tidak berbeda dengan kasus profesional lainnya. Ia harus mengetahui bagaimana mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. Ia harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik, murid-muridnya, materi pelajaran, dan teknik akademik. Tetapi, mengetahui dan memahami keempat aspek substansi ini belumlah cukup. Seorang guru harus mampu menerapkan pengetahuan dan pemahamannya. Dengan kata lain, ia harus bisa mengerjakan (can do). Selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan (will do) tugas-tugas
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Percumalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Akhirnya seorang guru harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya sendiri. Sedangkan bilamana merujuk kepada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dan harus dijadikan perhatian pengawas dalam melakukan supervisi akademik, yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial. Supervisi akademik yang baik adalah supervisi yang mampu menghantarkan guru-guru menjadi semakin kompeten. ETOS MENGAJAR Sumber daya manusia yang mempunyai etos kerja yang tinggi, terlatih dan terampil dalam sebuah organisasi dapat melakukan pelatihan dan bimbingan bagi sumberdaya manusianya (Tampubolon, 2008). Hanya saja untuk menghasilkan kinerja dan prestasi kerja yang tinggi seorang karyawan tidak hanya perlu memiliki keterampilan, tetapi juga harus memiliki keinginan dan kegairahan untuk berprestasi tinggi karena berkembang tidaknya suatu organiasi sangat ditentukan oleh anggota personil dari organiasi itu sendiri. Halaman | 18
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram Memahami tugas dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai supervisor akan mempengaruhi prilakunya dalam membimbing guru menuju kearah profesional yaitu terbentuknya etos mengajar guru dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran. Hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4. Proses Membangun Etos Mengajar Profesional Guru
Guru yang memiliki etos mengajar yang tinggi, profesional, bersemangat, penuh keyakinan dan keberanian dalam bekerja akan senantiasa menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan baik, sehingga prestasi belajar yang diperoleh siswa semakin meningkat. Sebaliknya guru yang memiliki etos kerja yang rendah, kurang bersemangat, lemah, cepat mengeluh, dan kurang mempunyai kemampuan dan tidak menguasai keterampilan mengajar akan mengakibatkan prestasi belajar yang diraih siswa akan mengalami penurunan. a. Pengertian Etos
Istilah Inggris ethos diartikan sebagai watak atau semangat fundamental suatu budaya, berbagai ungkapan yang menunjukan kepercayaan, kebiasaan, atau prilaku suatu kelompok masyarakat (Ndraha.1997:91). Pendapat lain menyatakan bahwa Etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sedangkan etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan kenyakinan seseorang atau suatu kelompok dalam kehidupannya (Khasanah,2004;8). Sedanggkan dalam kamus besar bahasa Indonesia “Etos” berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial, sedangkan “etos kerja” diartikan sebagai semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. b. Fungsi dan tujuan Etos Mengajar guru bertujuan agar guru berusaha dan mampu menciptakan situasi belajar-mengajar dikelas yang lebih kondusif dan menyenangkan sebagai wujud dari guru yang profesional, dengan sistuasi tersebut, maka siswa akan lebih bersemangat mengikuti proses pembelajaran yang kemudian akan berdampak positif pada perubahan prilaku dan prestasi belajar siswa. c. Ciri-ciri Etos Mengajar Sesorang yang memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut: Halaman | 19
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia b. Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia c. Kerja dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang paling penting dalam mewujudkan citacita e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah. Etsos kerja yang dimiliki oleh seorang guru atau keleompok masyarakat akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya, sehingga menjadikan dirinya sebagai orang selalu menjaga profesionalitasnya. Dari hasil penelitian menunjukan tentang faktor etos kerja pegawai memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja pegawai (Tampubolon, 2008)
PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU DENGAN SUPERVISI AKADEMIK Kompetensi supervisor merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seorang supervisor. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang supervisor yang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru sebagai sentral dari segala aktivitas sekolah. Supervisor (kepala sekolah) hendaknya melakuakan pembinaan, bantuan, layanan, dan perbaikan cara mengajar guru secara terus menerus. Masalah yang dihadapi oleh para guru berbeda-beda satu diantara lainnya, karenanya Gulickman (1981) membagi guru kedalam 4 (empat) kelompok sesuai dengan tingkat abstraksi dan tingkat komitmenya, yang dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 5. Kuadran Pengembangan Guru (Gulickman, 1981)
Halaman | 20
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram Kuadaran I guru yang dropout (Teacher Dropout) merupakan guru yang mempunyai tingkat komitmen dan tingkat abstraksi yang rendah. Ia dapat dikategorikan sebagai guru yang kurang bermutu (dropout). Ciricirinya, anatara lain (1) dalam menjalankan tugas hanya berusaha sampai batas minimal; (2) memiliki sedikit sekali motivasi untuk meningkatkan kompetensinya; (3) ia tidak dapat memikirkan perbaikan apa yang harus dilakukan; dan (4) puas dengan melakukan tugas rutin yang dilaksanakan dari hari kehari. Maka prilaku seorang supervisor harus melakukan supervisi dengan pendekatan direktif. Kuadran II pekerja yang tidak terfokus, guru yang semacam ini memiliki tingkat komitmen yang tinggi tetapi kemampuan abstraksinya rendah. Ciri-cirinya, antara lain: memiliki antusias yang tinggi, energik dan penuh kemauan, ia juga pekerja keras dan biasanya meninggalkan sekolah dengan membawa pekerjaanpekerjaan yang telah diatur untuk dikerjakan dirumah. Tetapi tujuan yang baik tersebut terhalang oleh kemampuan guru untuk menyelesaikan persoalan dan jarang sekali melaksanakan sesuatu secara realitas. Pendektan supervisi yang sesuai yang harus dilakukan oleh supervisor adalah pendekatan kolaboratif-direktif (collaboratitive –direction).
Kuadaran III pengamat yang analitik (analitical Observer) adalah guru yang memiliki tingkat komitmen yang rendah tetapi kemampuan berfikir abstraksinya tinggi. Ciricirinya antara lain: mempunyai inteligensi yang tinggi, mampu memberikan gagasan yang baik tentang apa yang dapat dilakukan di kelasnya bahkan sekolah sebagai suatu keseluruhan. Ia dapat membahas isuisu dan dapat memikirkan langkah demi langkag terhadap apa yang membuat kesuksesan bagi pelaksana ide-idenya itu, akan tetapi sering tidak sampai terlaksna karena meskipun ia tahu apa yang perlu dikerjakan namun tidak mau menyediakan waktu, tenaga, dan perhatian yang diperlukan untuk melaksnakan rencanya-rencanya itu. Prilaku seorang supervisor dapat menggunakan orientasi pendekatan kolaboratif-Negosiasi (collaborativenegosiation). Kuadaran IV Guru yang profesional (Professional), guru memiliki tingkat komitmen dan abstraksi yang tinggi. Ia benar-benar profesional, bersedia secara terus menerus meningkatkan dirinya sendiri, murid-muridnya maupun teman guru lainnya. Orintasi supervisi yang tepat untuk guru tersebut adalah pendekatan nondirektif (non-directive). Empat kuadran pengembangan guru berdasarkan komitemen dan abstraksinya dan menentukan pendekatan supervisi yang Halaman | 21
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram sesuai atau tepat. Pendekatan direktif, kolaboratif dan non-direktif bertujuan untuk mengantarkan guru kearah profesional. Namun demikian sorang guru tidak selamnya berada pada satu kuadran saja, melainkan akan mengalami perubahan, karenanya seorang supervisor harus lebih cermat melihat permasalahan guru disekolahnya, sehingga dapat menentukan orientasi pendekatan supervisi yang sesuai.
Etos mengajar profesionalisme guru diharapkan mampu menerapkan pendidikan berbasis karakter dengan semangat yang tinggi penuh keyakinan dan keberanian dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan baik untuk menanamkan nilai-nilai karakter, sehingga para siswa mengalami perubahan prilaku yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
KESIMPULAN Guru profesional merupakan salah satu faktor terpenting dalam pendidikan, karena apapun kurikulum yang berlaku dan seperti apapun sarana atau prasarana pendidikan yang ada, akhirnya gurulah yang menerapkan dan menggunakannya disekolah. Tetapi perlu diingat bahwa profesionalisme guru tidak bersifat permanen akan tetapi terus mengalami perubahan. Untuk dapat dapat memelihara profesionalisme harus melakukan tindakan nyata secara terorganisir dan sistematis dalam mencapai tujuan pendidikan. Terbinanya guru yang profesional dengan etos kerja yang tinggi merupakan perwujudan dari peran supervisor dalam membina, melayani dan membantu memecahkan permasalahan yang dihadapai guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Alfonso, RJ., Firth, G.R., dan Neville, R.F.1981. Instructional Supervision, A Behavior System, Boston: Allyn and Bacon, Inc. Baswardono, Dono. 2010. Conference Proceding: Pendidikan Karakter Di Rumah. Universitas Negeri Malang Gulickman, C. D. 1981. Developmental Supervision: Alternatif pratice for helping Teachers improve Instruction. Virginia: ASD Khasanah, U. 2004. Etos Kerja :Sarana Menuju Puncak Prestasi. Yogyakarta: Harapan Utama. Mantja, W. 2000. Bahan Ajar: Model Pembinaan/Supervisi Pengajaran. (Bagi S2 Manajemen Pendidikan PPs UM). Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Halaman | 22
Jurnal Paedagogy Volume 1 Nomor 1 Edisi Mei 2014 Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Mataram Mantja, W. 2010. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Emas. Megawangi, Ratna & Wahyu Farrah Dina, M.Sc. 2010. Conference Proceding: Pengmbangan Pendidikan Karakter di Sekolah Untuk Mencegah berkembangnya Prilaku Kekerasan, Perusakan Diri dan Lingkungan dan Korupsi. Universitas Negeri Malang Muslim, Sri Banun. 2009. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Prefesionalisme Guru. Bandung : Alfabeta Hariawan, Rudi. 2009. Korelasi Antara Etos Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Bahasa Indonesia di SMP Negeri seKota Mataram Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi yang tidak dipublikasikan. IKIP Mataram Samani, Mukhlas. 2010. Isi dan Format Ilmiah. Makalah yang disampaikan dalam seminar merekonstruksi sistem pendidikan Kholistik berbasis Keindonesian: Mencari Sosok Guru profesional. Majalah Cerdas edisi 05/Maret-April 2010 Sergiovanni, T.J. 1987. The Principalship, A Reflective
Practice Perspective. Boston: Allyn and Bacon Sobri, Ahmad Yusuf. 2009. Isi dan format jurnal ilmiah. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Journal Manajemen Pendidikan, volume 23, Nomor 1, Maret 2009. AP FIP Universitas Negeri Malang. TIM Dosen Administrasi Pendidikan Univesitas Pendidikan Indonesia. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta Tampubolon, B. D. 2008. Isi dan format jurnal ilmiah. Analisis faktor Gaya Kepemimpinan dan faktor etos kerja terhadap kinerja pegawai pada organiasi yang telah menerapkan SNI 19-90012001, Puslitbang BSN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Fokus Media. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Usman, Husaini. 2009. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Halaman | 23