PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI ZAKAT PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Gelar Sarjana Pendidikan
DISUSUN OLEH : Muhammad NIM : 109011000252
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
ABSTRAK MUHAMMAD (109011000252), “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juni 2016. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat. Penelitian ini dilakukan di SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Control Group Only Pascatest Design, yang melibatkan 60 siswa sebagai sampel. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sample. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes berbentuk pilihan ganda. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa metode Jigsaw berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat yang diajar dengan metode Jigsaw berdasarkan indikator pembelajaran sebesar 69,59% sedangkan rata-rata hasil tes tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat yang diajar dengan metode konvensional sebesar 60,37% (Z = 0,0051 dan α = 0,05). Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Jigsaw berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Materi Zakat, Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
i
ABSTRACT MUHAMMAD (109011000252), "The Effect of Cooperative Learning Model Jigsaw On The Level Understanding Students About Material Subject Zakat in Islamic Education". Thesis Department of Islamic Religious Education, Faculty of Tarbiya and Teachers Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, June 2016. The purpose of this study to analyze the effects of cooperative learning model Jigsaw on the level of students' understanding of the material Zakat. This research was conducted in SMP Sulthan Bogor, for Academic Year 2015/2016. The method used is a quasi-experimental research design Randomized Control Group Only Pascatest Design, which involves 60 students in the sample. Determination of the sample using purposive sampling technique. Retrieving data using the instrument in the form of multiple choice tests. Research results revealed that the method Jigsaw affect the level of student understanding. It can be seen from the average value of the test results of studenst' understanding of the material level Zakat taught by Jigsaw method based on the indicators of learning by 69.59% while the average results of tests students' understanding of the material level Zakat taught by the conventional method amounted to 60, 37% (Z = 0.0051 and α = 0.05). Conclusion the results of this study indicate that the method Jigsaw affect the level of students' understanding of the subject matter of Zakat in Islamic Education. Keywords: Jigsaw Cooperative Learning Model, Material Zakat, Islamic Education Subjects
ii
KATA PENGANTAR ﺑﺳﻢﺍﷲﺍﻟﺭﺤﻣﻦﺍﻟﺭﺤﻳﻢ Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
ihsan,
nikmat
iman,
dan
nikmat
islam,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik. Salawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Marhamah Saleh, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3.
Desmaliza, M.Si., M.Ed. sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dengan penuh semangat dalam membimbing
penulis selama ini. Semoga Ibu selalu berada dalam rahman dan rahim Allah SWT. 4.
Drs. H. Masan AF, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik. Terimakasih atas bimbingan dan motivasi yang Bapak berikan selama ini mulai dari awal kuliah hingga sampai saat ini. Semoga Bapak selalu mendapat keberkahan dari Allah SWT.
5.
Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
iii
6.
Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta
yang
telah
memberi
kemudahan dalam melengkapi persyaratan administrasi. 7.
Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan
Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan. 8.
Najib, S.Sos. selaku Guru Pendidikan Agama Islam SMP Sulthan Bogor yang telah membimbing penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
9.
Ayahanda tercinta Nasan dan Ibunda tercinta Amah beserta seluruh keluarga besar yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.
10. Teristimewa
Sylvia
menghilangkan penyusunan
stres,
skripsi.
Amanda dan
yang
memberikan
Terimakasih
atas
selalu
mendampingi,
motivasi penuh
membantu
selama
proses
kesediaannya dalam memberikan
dukungan, serta perhatian selama ini. 11. Anggota Nyogi Community, Saughie, Fata, Mudhar, Masruri, dan Ari. Terima kasih atas canda tawa dan kebersamaan kalian selama ini. 12. Sahabat-sahabatku di jurusan PAI kelas F angkatan 2009. Terima kasih atas kesediaannya dalam membantu penulis. Penulis
menyadari
bahwa
penulisan
skripsi
ini
masih
jauh
dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Jakarta, 6 Juni 2016
Penulis Muhammad
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK..........................................................................................................
i
ABSTRACT ........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................
iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL..............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .........................................................................
8
C. Pembatasan Masalah ........................................................................
9
D. Perumusan Masalah..........................................................................
9
E. Tujuan Penelitian..............................................................................
9
F. Kegunaan Penelitian......................................................................... 10 BAB II KAJIAN TEORITIS ............................................................................ 11 A. Deskripsi Teoretik ............................................................................ 11 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............................. 11 a. Konsep Metode Jigsaw ......................................................... 11 b. Karakteristik Metode Jigsaw................................................. 15 c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw .......................... 16 d. Prosedur Penerapan Metode Jigsaw...................................... 17 2. Konsep Pemahaman dalam Belajar ............................................. 18 3. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ................................... 20 a. Pendidikan Agama Islam di Sekolah.................................... 20 b. Materi Zakat di Sekolah ....................................................... 23 c. Pembelajaran Zakat di SMP ................................................. 23 B. Penelitian Yang Relevan .................................................................. 24 C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 26 D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 27
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 28 A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 28 B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................... 28 C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 29 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 30 E. Instrumen Penelitian......................................................................... 30 1. Validitas....................................................................................... 32 2. Reliabilitas ................................................................................... 33 3. Taraf Kesukaran .......................................................................... 34 4. Daya Pembeda Soal ..................................................................... 35 F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 37 1. Uji Prasyarat Analisis .................................................................. 38 a. Uji Normalitas......................................................................... 38 b. Uji Homogenitas ..................................................................... 38 2. Uji Hipotesis ................................................................................ 39 G. Hipotesis Statistik............................................................................. 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 42 A. Deskripsi Data ................................................................................. 42 1. Kondisi Objektif SMP Sulthan .................................................... 43 a. Sejarah Singkat...................................................................... 43 b. Profil SMP Sulthan................................................................ 44 c. Visi dan Misi SMP Sulthan ................................................... 44 d. Guru SMP Sulthan ................................................................ 45 e. Sarana dan Prasarana............................................................. 46 2. Data Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelas Eksperimen .................................................................................. 46 3. Data Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelas Kontrol......................................................................................... 49 B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis .................... 53
vi
1. Uji Normalitas Tes Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat ............................................................................................ 53 2. Uji Homogenitas Tes Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat ............................................................................................ 53 3. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 54 C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 56 1. Analisis Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat ....... 56 2. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ....... 60 D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 64 A. Kesimpulan....................................................................................... 64 B. Implikasi ........................................................................................... 64 C. Saran ................................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 67
vii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian . ............................................................. 28 Tabel 3.2 Rancangan Desain Penelitian ............................................................ 29 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Materi Zakat............. 31 Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas........................................................... 34 Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran .......................................................... 35 Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................ 36 Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Analisis Instrumen.......................... 36 Tabel 4.1 Hasil Posttest Kelas Eksperimen....................................................... 46 Tabel 4.2 Deskripsi
Data
Kelas
Eksperimen
Berdasarkan
Indikator
Pembelajaran Materi Zakat ............................................................... 48 Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Kontrol ............................................................. 50 Tabel 4.4 Deskripsi Data Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Pembelajaran Materi Zakat ..................................................................................... 51 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 53 Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........... 54 Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji Mann Whitney...................... 55 Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Tes Kelas Eksperimen dan Kontrol ................... 56 Tabel 4.9 Perbandingan Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tentang Materi Zakat Berdasarkan Indikator ............ 58
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Illustrasi Kelompok Jigsaw ......................................................... 18
Gambar 4.1
Kurva Hasil Posttest Kelas Eksperimen...................................... 47
Gambar 4.2
Diagram Batang Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen .................................................................................. 49
Gambar 4.3
Kurva Hasil Posttest Kelas Kontrol ............................................ 51
Gambar 4.4
Diagram Batang Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Kontrol......................................................................................... 52
Gambar 4.5
Kurva Perbandingan Nilai Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol......................................................................................... 58
Gambar 4.6
Perbandingan Presentase Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.......................................... 59
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen..... 67
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ........... 72
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa (LKS) ........................................................ 76
Lampiran 4
Soal Uji Coba Instrumen ............................................................ 85
Lampiran 5
Hasil Uji Validitas ..................................................................... 92
Lampiran 6
Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 102
Lampiran 7
Hasil Uji Taraf Kesukaran.......................................................... 104
Lampiran 8
Hasil Uji Daya Beda................................................................... 105
Lampiran 9
Tes Pemahaman Tentang Materi Zakat...................................... 106
Lampiran 10 Kunci Jawaban Tes Pemahaman Tentang Materi Zakat ............ 111 Lampiran 11 Hasil Tes Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelompok Eksperimen ................................................................................. 112 Lampiran 12 Hasil Tes Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelompok Kontrol ....................................................................................... 113 Lampiran 13 Perhitungan
Daftar
Distribusi Frekuensi,
Mean,
Median,
Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Kurtosis Kelompok Eksperimen ............................................................... 114 Lampiran 14 Perhitungan Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Berdasarkan Indikator Pada Kelas Eksperimen ... 118 Lampiran 15 Perhitungan
Daftar
Distribusi Frekuensi,
Mean,
Median,
Modus, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan dan Kurtosis Kelompok Kontrol...................................................................... 119 Lampiran 16 Perhitungan Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Berdasarkan Indikator Pada Kelas Kontrol .......... 123 Lampiran 17 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen.................. 124 Lampiran 18 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol ........................ 126 Lampiran 19 Perhitungan Uji Homogenitas .................................................... 128 Lampiran 20 Perhitungan Uji Hipotesis Statistik ............................................ 129 Lampiran 21 Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment Pearson ... 132 x
Lampiran 22 Tabel Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square) ............ 123 Lampiran 23 Tabel Nilai Kritis Distribusi F.................................................... 135 Lampiran 24 Tabel Nilai Kritis Distribusi t..................................................... 137
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dianggap sebagai komponen yang sangat penting oleh berbagai negara, tak terkecuali negara Indonesia. Salah satu alasannya karena pendidikan memiliki pengaruh yang besar bagi kualitas kehidupan sebuah bangsa. Apabila sebuah bangsa memiliki kualitas hidup yang baik, tentu saja akan memberikan manfaat yang besar bagi negaranya. Negara tersebut dapat berkembang dengan cepat dan dapat bersaing dengan negara-negara lainnya, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengaruh pendidikan yang besar bagi sebuah bangsa menjadikannya aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan negara di masa yang akan datang.
Karena
dikembangkan
melalui pendidikan,
potensi-potensi yang
sebuah bangsa dapat dibimbing dan dimilikinya.
Begitu
besar
pengaruhnya,
sehingga pemerintah Indonesia pun memberi perhatian yang sangat besar bagi dunia pendidikan. Hal ini tergambarkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yang menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1 Tujuan pendidikan setiap negara tentu berbeda-beda. Perbedaan ini berdampak kepada rancangan kurikulum yang dibuat. Untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, setiap negara pasti akan merumuskan kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut agar dapat mencapai tujuannya. Hal ini dapat kita
1
M. Sukardja dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep & Aplikasinya , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 14.
1
2
lihat pada beberapa negara yang ada di sekitar Indonesia yang memiliki kurikulum berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya. Kurikulum merupakan roda penggerah bagi proses pendidikan disekolah, oleh karena itu kurikulum menjadi bagian yang sangat penting bagi dunia pendidikan. Setiap proses yang dilakukan di dalam kegiatan pendidikan tercakup dalam sebuah kurikulum. Maka sebagai pedoman dalam proses pendidikan, kurikulum memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hasil yang akan dicapai. Pentingnya
rancangan
kurikulum
dapat
terlihat
dalam
komponen-
komponen yang membentuk kurikulum. Sebagaimana dijelaskan dalam Undangundang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) disebutkan bahwa, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan tertentu”.2 Jika
diperhatikan,
komponen-komponen
yang
tercakup
di
dalam
kurikulum adalah komponen-komponen yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berdasarkan hal ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan inti dalam proses pendidikan. Oleh sebab itu, keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh kegiatan belajar mengajar tersebut. Terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang baik, tentu akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang ditentukan. Kegiatan belajar mengajar sebagai sebuah sarana harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Dalam tujuan pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik. Berkaitan dengan
tujuan
diselenggarakan
nasional harus
tersebut,
maka
kegiatan
belajar
mengajar
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
yang
Sehingga
kegiatan belajar mengajar sebagai sebuah sarana harus disesuaikan dengan objek pendidikan, yaitu siswa sebagai individu yang akan dikembangkan potensinya. 2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1.
3
Dalam pembelajaran, kondisi fisik dan emosi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Untuk bisa mencapai hasil pembelajaran secara maksimal, kedua kondisi ini (fisik dan emosi) harus benar-benar diperhatikan.3 Sehingga pengembangan
potensi
siswa
melalui
proses
pembelajaran
di
sekolah
membutuhkan proses yang membuat mereka merasa senang dan nyaman agar potensi mereka dapat berkembang dengan optimal. Oleh karena itu, proses belajar mengajar perlu diatur agar kebutuhan siswa untuk merasa senang dan nyaman dapat terpenuhi. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu melalui penyelenggaraan pembelajaran yang menyenangkan. Menurut Marselus, pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) adalah pembelajaran yang membuat siswa merasa betah dan bebas dari situasi tertekan, takut, terancam, dan membawa siswa kepada suatu lingkungan belajar yang ramah terhadap anak (friendly classroom).4 Keadaan kelas seperti ini akan merangsang motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Sehingga potensi-potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal dan tujuan yang ditentukan dapat tercapai. Bahkan pencapaian siswa dapat melebihi ekspektasi sekolah. Kenyataannya,
para siswa seringkali tidak mampu mencapai tujuan
belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan.5 Selain itu, masih ditemukan beberapa fenomena terkait dengan perilaku guru di sekolah yang dapat membuat pembelajaran berjalan dengan tidak baik. Selama ini masih ada sebagian guru yang tidak hadir ke sekolah pada jam pelajaran, hadir ke sekolah tetapi tidak tepat waktu, hadir ke sekolah namun tidak masuk kelas, dan masuk kelas namun tidak mampu melaksanakan proses pembelajaran yang baik.6 Penyebabnya ada beberapa faktor seperti dijelaskan oleh 3
Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 10. 4 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya), (Jakarta: PT. Indeks, 2011), h. 35. 5 Afid Burhanuddin, Masalah Belajar dan Solusinya, 2014, (https://afidburhanuddin. wordpress.com/2014/05/19/ masalah-belajar-dan-solusinya/). 6 Danang Parsetyo, Hari Ini, Hari Guru Nasional Momentum untuk Merefleksi dan Mengevaluasi Diri, 2016, (http://www.pontianakpost.com/hari-ini-hari-guru-nasional-momentumuntuk-merefleksi-dan-mengevaluasi-diri).
4
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, di antaranya adalah faktor-faktor dalam diri individu yang mencakup aspek jasmaniah dan rohaniah individu serta faktorfaktor lingkungan yang mencakup lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 7 Selain gangguan yang telah disebutkan di atas,
gagguan lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar akan banyak ditemui oleh guru sebagai pendidik maupun siswa sebagai peserta didik. Terutama dari kondisi belajar yang cenderung berubah-ubah. Hal ini menjadi indikasi bahwa seorang guru dituntut untuk menguasai keahlian mengendalikan kondisi kelas. Hal ini sering terlupakan oleh para guru sebagai fasilitator di dalam kelas. Murid yang mungkin belum mampu mengetahui alur proses pembelajaran yang harus dilakukan sangat membutuhkan bimbingan dari guru. Sedangkan seorang guru tidak mampu memaksakan kondisi siswa untuk selalu berada pada kondisi terbaiknya dan siap untuk mengikuti pembelajaran. Di sini, peran guru sebagai pembimbing menjadi sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagaimana dijelaskan oleh Oemar Hamalik, guru sebagai pembimbing perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa. 8 Penjelasan di atas menunjukkan kepada kita bahwa guru sebagai fasilitator di kelas dituntut untuk kreatif dalam membimbing siswa. Kreatifitas guru dalam menyiapkan berbagai macam cara untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran akan menunjang proses pembelajaran menjadi lebih baik. Kreatifitas guru akan sangat berguna dalam menangani kondisi siswa yang sedang mengalami penurunan. Oleh sebab itu, persiapan guru sebelum mengajar menjadi sangat penting. Terutama persiapan dalam metode pembelajaran yang akan digunakan dalam mengajarkan sebuah materi. Meskipun demikian, persiapan yang telah dilakukan guru dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan tidak menjadi jaminan akan menjadikan proses pembelajaran berjalan dengan baik. Sebagaimana dijelaskan oleh KH. Hasan Abdullah Sahal, bahwa metode memang lebih penting dari materi (at-thariqah ahammu mina-l-maddah), 7 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 162-163. 8 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru (Berdasarkan Pendekatan Kompetensi) , (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 49.
5
tetapi guru jauh lebih penting dari sekadar metode (dalam bahasa Arab: almudarris ahammu minat thariqah). Tetapi bukan sekadar guru, namun seseorang yang memiliki „jiwa seorang guru‟ itu yang sebenarnya lebih penting (dalam bahasa Arab: ruhu-l-mudarris ahammu min kulli syai) dari keduanya (metode dan guru).9 Prof. Dr. H. Mahmud Yunus menjelaskan tentang pentingnya membuat rencana pengajaran, dia berpendapat bahwa rencana pengajaran adalah jalan untuk melaksanakan tujuan sekolah dan meletakkan tiap-tiap mata-pelajaran di tempat yang sewajarnya, sehingga dapat dididik tiap-tiap murid dengan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan alam sekitarnya.10 Masalah yang sering ditemukan pada masa kini yaitu sebagian guru tidak membuat
rencana
pembelajaran
dan
kurang
menguasai
metode-metode
pembelajaran yang ada. Guru sudah merasa cukup hanya dengan membawa buku pegangan dan absen siswa.11 Sehingga pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan tidak dapat tercapai. Bahkan, terkadang guru tidak hadir di kelas ketika pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Siswa hanya diminta untuk mencatat materi, kemudian guru menyimpulkan materi sebelum waktu pelajaran selesai. Dengan demikian, pengalaman yang melekat dalam memori mereka menjadi
sangat
lemah.
Mereka
tidak
mendapatkan
pengalaman
proses
pembelajaran yang mampu menguatkan pemahaman terhadap materi. Proses pembelajaran seperti ini, tentu sangat diragukan untuk mampu mencapai tujuan pendidikan. Padahal Pendidikan Agama Islam yang siswa dapatkan sangat penting sebagai bekal bagi hidup mereka. Terlebih lagi perkembangan zaman saat ini seringkali bertentangan dengan nilai-nilai moral yang baik. Hasan Muhammad wa Awladih menjelaskan pentingnya pendidikan bagi generasi muda, dia berpendapat bahwa agama adalah perisai yang waspada dan tangguh untuk melindungi
9
Binhadjid, Interpretasi Makna “At-Thariqah Ahammu Mina-l-Maddah”, 2013, (http://www.gontor.ac.id/berita/interpretasi-makna-at-toriqoh-ahammu-min-al-maddah). 10 Mahmud Yunus, Pokok -pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung), h. 34. 11 Danang Parsetyo. loc. cit.
6
pemuda-pemuda kita dari bahaya yang bersifat kejiwaan dan kemasyarakatan yang diarahkan kepada mereka.12 Bahaya-bahaya yang dihadapi remaja tersebut dijelaskan secara detail oleh Muhaimin dalam bukunya yang menyatakan bahwa saat ini remaja banyak dihadapkan pada lingkungan dan budaya yang bernuansa pragmatisme, yang mengajarkan bahwa yang benar dan baik ialah yang berguna, dan yang berguna itu biasanya lebih bernuansa fisik. Demikian pula mereka diliputi oleh hedonisme, yang mengajarkan bahwa yang benar ialah sesuatu yang menghasilkan kenikmatan, tugas manusia adalah menikmati hidup ini sebanyak dan seintensif mungkin.13 Oleh karena itu, menurut Masykur seorang guru tidak hanya perlu menguasai materi yang akan diajarkan. Ia juga harus menguasai berbagai metode pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Selain itu, ia pun mesti memahami motivasi dan kompetensi belajar murid. Semuanya ini menjadi syarat utama baginya agar mengajar tidak monoton.14 Hal ini menggambarkan bahwa persiapan yang dilakukan sebelum proses pembelajaran yang akan dilaksanakan menjadi kunci penting keberhasilan dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Jika guru tidak mempunyai ilmu yang cukup baik untuk membuat suatu perencanaan pembelajaran, maka sangat besar
kemungkinan
pembelajaran
yang
akan
berlangsung
menjadi sangat
monoton; murid menjadi pembelajar yang pasif dan aktifitas pembelajaran hanya terpusat kepada guru. Murid hanya menjadi pendengar ketika proses pembelajaran berlangsung. Padahal
pengalaman nyata yang dialami siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung, dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Materi yang dipelajari dapat tertanam kuat di dalam memori siswa, karena proses pembelajaran yang dilakukan menyertakan sebagian besar panca indra. Sehingga otak dengan cepat menangkap materi yang diajarkan. Sebagaimana dijelaskan oleh Adi, bahwa “Otak akan berkembang dengan 12
Hasan Muhammad wa Awladih, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:1985), h. 56. 13 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam (Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan), (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), h. 166. 14 Masykur Arif Rahman, Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar-Mengajar, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 55.
7
maksimal dalam lingkungan yang kaya akan stimulus multi sensori dan tantangan berpikir, lingkungan demikian akan menghasilkan jumlah koneksi yang lebih besar di antara sel-sel otak”.15 Pada saat ini, metode pembelajaran semakin variatif sehingga sangat memudahkan para guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan.
Guru dapat memilih berbagai macam metode yang dapat
disesuaikan dengan materi ajar. Pembelajaran menjadi tidak monoton yang hanya terpaku kepada guru sebagai pemberi materi. Beberapa metode bahkan memberi kebebasan kepada siswa untuk mencari informasi yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Melalui berbagai macam informasi yang didapatkan, siswa dapat langsung menyimpulkan pokok materi yang dipelajari. Guru hanya menjadi fasilitator yang membimbing murid agar tidak keluar dari koridor materi yang dipelajari. E. Mulyasa menjelaskan bahwa: Penggunaan metode yang tepat akan sangat menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode lain yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi dengan perserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu menekankan kepada kreatifitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan ke arah kedewasaan.16 Saat ini dapat kita temukan ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan untuk merangsang siswa agar aktif dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Seperti dijelaskan Sugandi, bahwa
pembelajaran
Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem
pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan 15 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 9. 16 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), h. 107.
8
terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok.17 Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu dari berbagai model pembelajaran yang ada. Model pembelajaran kooperatif atau pembelajaran dengan cara
berkelompok
merupakan
pembelajaran
yang
sangat
mengutamakan
kerjasama tim. Melalui kerjasama tim, siswa dapat diarahkan untuk aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif terbagi menjadi beberapa metode di dalam aplikasinya, seperti STAD (Student Teams Achievement Division), Group Invertigation, TGT (Teams Games Tournament), Make a Match, dan Jigsaw.18 Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode Jigsaw. Melalui metode Jigsaw, peserta dapat dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Karena
siswa
diminta
untuk
menyumbangkan
pendapat,
informasi,
dan
pengalaman yang dimilikinya. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan “Pengaruh
tersebut Model
dalam sebuah studi akhir penelitian yang berjudul Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Jigsaw
terhadap
Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam”.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Proses belajar mengajar sebagai sarana pengembangan potensi siswa masih monoton atau tidak menggunakan metode pembelajaran aktif. 2. Perencanaan pembelajaran masih dianggap kurang penting oleh sebagian guru. 3. Masih ada guru yang tidak hadir di kelas pada saat kegiatan pembelajaran. 17 Tukiran Taniredja dkk., Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 55-56. 18 Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru) , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 213.
9
4. Sebagian
siswa
belum
mampu
memahami
proses
pembelajaran
yang
bermakna. 5. Metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran kurang menarik dan kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif. 6. Metode pembelajaran yang digunakan tidak disesuaikan dengan materi yang dipelajari.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah pada penelitian ini dibatasi pada: 1. Metode pembelajaran yang akan diterapkan adalah metode Jigsaw. 2. Penelitian ini dilakukan di SMP Sulthan pada kelas VIII tahun 2015/2016. 3. Materi PAI yang disampaikan yaitu tentang Zakat (Fiqh). 4. Pemahaman siswa yang diteliti hanya pemahaman yang berhubungan dengan sisi kognitif siswa.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat? 2. Apakah
terdapat
pembelajarannya
perbedaan menggunakan
tingkat metode
pemahaman Jigsaw
antara
siswa
yang
dengan
siswa
yang
pembelajarannya menggunakan metode konvensional?
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan
tingkat
menggunakan metode Jigsaw.
pemahaman
siswa
yang
pembelajarannya
10
2. Mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman siswa antara yang menggunakan metode pembelajaran Jigsaw dengan metode konvensional.
F. Kegunaan Penelitian Penelitian
ini
penting
untuk
dilakukan
karena
diharapkan
dapat
memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Aspek teoritis Diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan,
khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Sehingga dapat menjadi bahan acuan dalam pengembangan keilmuan di bidang pendidikan.
2.
Aspek praktis a.
Bagi guru, diharapkan dapat dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran
materi Pendidikan
Agama Islam, khususnya yang menggunakan metode Jigsaw. b.
Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan gagasan baru bagi sekolah untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.
c.
Bagi praktisi pendidikan, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran yang efektif ketika digunakan dalam proses pembelajaran.
d.
Bagi
peneliti,
dapat
menambah
ilmu
pengetahuan
mengenai
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah khususnya materi Zakat dengan menggunakan metode Jigsaw.
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik Berikut ini akan dibahas terlebih dahulu beberapa kajian teoritis untuk penunjang relevansi antara teori dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Kajian teori-teori ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan metode Jigsaw dalam pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam,
khususnya
materi
Zakat.
Untuk
memahami lebih lanjut mengenai teori-teori tersebut maka akan dijelaskan dalam pembahasan berikut ini. 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Konsep Metode Jigsaw Metode Jigsaw pada awalnya dikembangkan dan diuji oleh Elliot Arronson di universitas Texas kemudian diadaptasi oleh Slavin di universitas John Hopkin.1 Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle, yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.2 Teknik yang dipakai dalam metode ini memiliki kesamaan dengan teknik pertukaran dari kelompok ke kelompok (group to group) dengan suatu perbedaan penting, setiap peserta didik mengerjakan sesuatu. Setiap peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain,
yang
membuat sebuah kumpulan pengetahuan yang berlainan. Dengan demikian setiap
1 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik Konsep, Landasan Teoritis—praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 56. 2 Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru) , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 217.
11
12
siswa memiliki sumbangsih untuk memahami materi yang dipelajari secara utuh. 3 Metode ini termasuk ke dalam model pembelajaran kooperaif. Pemahaman metode Jigsaw tidak dapat dipisahkan dari pemahaman pembelajaran kooperatif. Karena pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mendasari metode Jigsaw. Teori
yang
melandasi
pembelajaran
kooperatif
adalah
teori
konstruktivisme.4 Teori ini dikembangkan oleh Piaget dengan nama individual cognitive constructivist theory dan dikembangkan juga oleh Vygotsky dalam teorinya yang disebut socialcultural constructivist theory. Teori konstruktivisme dikembangkan dari teori tentang pertumbuhan intelektual yang melibatkan tiga proses fundamental; asimilasi, akomodasi dan equilibration (penyeimbangan). Asimilasi
melibatkan
penggabungan
pengetahuan
baru
dengan
struktur
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi berarti perubahan struktur pengetahuan
yang
sudah
ada
sebelumnya
untuk
mengakomodasi hadirnya
informasi baru. Penyatuan dua proses asimilasi dan akomodasi inilah yang membuat anak dapat membentuk schema. Equilibration adalah keseimbangan antara
pribadi seseorang dengan lingkungannya atau antara asimilasi dan
akomodasi.5 Dalam pembelajaran, paham ini mengartikan pengetahuan sebagai sesuatu yang tidak dapat ditransfer oleh guru kepada orang lain karena setiap orang mempunyai skema masing-masing tentang apa yang diketahuinya. Secara singkat, paham ini menjelaskan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (skemata). Sehingga dapat diartikan bahwa seseorang yang belajar berarti membentuk pengertian atau pengetahuan secara aktif dan terus menerus.6
3
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2006), h. 160. 4 Rusman, op.cit., h. 201. 5 Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 41. 6 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional , (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 107.
13
Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah pendekatan
di
mana
mentransformasikan
siswa
harus
informasi yang
secara
individual
kompleks,
memeriksa
menemukan
dan
informasi dengan
aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. 7 Paham ini memiliki pandangan bahwa kegiatan aktif siswa merupakan inti dari proses pembelajaran. Karena proses belajar merupakan suatu proses organik, di mana seseorang menemukan sesuatu (pengetahuan, konsep, dan kesimpulan), bukan proses mekanik yang sekedar mengumpulkan fakta.8 Hal ini sejalan dengan bentuk pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang banyak memberi kesempatan kepada anak didik untuk aktif di dalam pembelajaran melalui kerja sama antar siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal juga dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok.9 Setidaknya ada lima unsur yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok biasa, yaitu; a) saling ketergantungan positif, b) tanggung jawab perseorangan, c) tatap muka, d) komunikasi antaranggota, dan e) evaluasi proses kelompok.10 Pembelajaran
kooperatif
merujuk
pada
berbagai
macam
metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas
kooperatif,
para
siswa
diharapkan
dapat
saling
membantu,
saling
mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan. Keberhasilan setiap kelompok
7
Rusman, op.cit., h. 201. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 19. 9 Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 56. 10 Anita Lie, Mempraktikkan Cooperative Learning, (Jakarta: PT Grasindo, 2014), h. 31. 8
14
tergantung pada kemampuan mereka untuk memastikan bahwa semua orang sudah memegang ide kuncinya.11 Proses pembelajaran dengan menggunakan model ini tidak akan mampu mencapai tujuan yang diinginkan jika siswa tidak berperan aktif dalam prosesnya. Setiap tahapan dalam model pembelajaran kooperatif membutuhkan kecerdasan siswa dalam berkomunikasi dan mencari informasi. Pemahaman siswa akan terbangun melalui komunikasi yang dilakukan dengan siswa lainnya. Dalam model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk memahami informasi yang bersifat kompleks.
Bahkan
siswa
diminta
untuk
menganalisa
sebagaimana
dikutip
oleh
informasi
yang
didapatkannya. Menurut
Slavin
Rusman,
pembelajaran
kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.
Ini membolehkan siswa untuk
melakukan pertukaran ide dan
pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.12 Pertukaran ide di antara siswa akan meningkatkan kualitas pemahaman siswa. Tingkat analisis siswa pun dapat meningkat dengan adanya pertukaran ide. Siswa akan mendapatkan sudut pandang yang berbeda terhadap suatu masalah ketika berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen (dalam hal kemampuan, jenis kelamin, suku/ras) dan satu sama lain saling membantu.13
Kelompok
kesempatan
bagi setiap
siswa siswa
yang untuk
bersifat
heterogen
akan
memberikan
terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
11
Robert E. Slavin, Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktik , Terj. dari Cooperative Learning: theory, research and practice oleh Narulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2015), Cet. 15, h. 4. 12 Rusman, op.cit., h. 201. 13 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 56.
15
b. Karakteristik Metode Jigsaw Metode Jigsaw merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Sehingga
karakteristiknya
adalah
turunan
dari
karakteristik
pembelajaran
kooperatif. Adapun karakteristik metode Jigsaw yang diturunkan dari model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. 1) Pembelajaran secara tim Metode Jigsaw dalam praktiknya di dalam kelas dilakukan secara tim. Tim inilah yang akan menjadi sarana bagi setiap siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, setiap tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Kemauan untuk bekerja sama Keberhasilan metode ini sangat ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok.
Tanpa
kerja
sama
yang
baik,
pembelajaran
menggunakan metode ini tidak akan mencapai hasil yang optimal. 3) Keterampilan bekerja sama Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
14
4) Tanggung jawab individual Setiap
siswa
memiliki tanggung
jawab
masing-masing dalam
mempelajari suatu materi. Karena setiap siswa akan mempelajari tentang suatu materi pada saat berada di dalam tim ahli kemudian mengajarkan teman-temannya pada saat berada di dalam tim induk. Jika ada salah satu siswa di dalam tim induk yang kurang menguasai materi, maka anggota kelompok lainnya akan kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari. Ini akan berakibat fatal bagi tim induk tersebut. 14
Rusman, op.cit., h. 207.
16
5) Spesialisasi tugas Setiap anggota tim induk akan memiliki tugas yang berbeda-beda. Sehingga
setiap
anggota
memiliki
peran
penting
dalam
membangun pemahaman siswa lainnya dalam tim induk. 15
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw Sebagai bagian dari model pembelajaran kooperatif, metode Jigsaw memiliki kemiripan
dengan kelebihan yang dimilikinya.
Berikut ini adalah
kelebihan dari metode Jigsaw yang tidak terlepas dari kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif. 1) Memberi
peluang
kepada
siswa
agar
mengemukakan
dan
membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa saat belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok. 2) Melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill). 3) Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar karena didorong dan didukung oleh rekan sebaya. 4) Siswa
memiliki
peluang
kemampuan akademik
yang
besar
untuk
meningkatkan
dan dapat meraih keberhasilan dalam
belajar. 5) Belajar secara berkelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab di antara siswa. 6) Saling ketergantungan positif.16 7) Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru. 8) Dapat membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 9) Dapat
menguji ide
dan
pemahamannya sendiri serta dapat
menerima umpan balik dari siswa lainnya.17 15 16
Robert E. Slavin, op.cit., h. 28. Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, op.cit., h. 291.
17
Selanjutnya, ada beberapa hal yang menjadi kekurangan dari metode Jigsaw. Berikut ini adalah kekurangan dari metode Jigsaw yang sangat berkaitan dengan kekurangan dalam pembelajaran kooperatif. 1) Proses pembelajaran memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu. 2) Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. 3) Saat diskusi berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas. Sehingga waktu yang digunakan tidak efektif untuk menggali masalah yang seharusnya dipelajari. 4) Saat berdiskusi di kelas, terkadang didominasi oleh sebagian anggota kelompok saja. Hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.18 d.
Prosedur Penerapan Metode Jigsaw
Penerapan metode Jigsaw memerlukan beberapa persiapan dan langkahlangkah dalam pelaksanaannya. Langkah-langkahnya sebagai berikut. 1) Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang; 2) Setiap orang dalam tim diberikan materi dan tugas yang berbeda; 3) Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli); 4) Setelah
kelompok
ahli berdiskusi,
tiap
anggota kembali ke
kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai; 5) Setiap tim ahli mempresentasikan diskusi; 6) Pembahasan; 7) Penutup.19
17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 249-250. 18 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, op.cit., h. 292. 19 Rusman, op.cit., h. 218.
18
Tim Induk
1
2
1
2
1
2
1
2
3
4
3
4
3
4
3
4
1
1
2
2
3
3
4
4
1
1
2
2
3
3
4
4
Tim Ahli
Gambar 2.1 Illustrasi Kelompok Jigsaw Illustrasi gambar di atas menggambarkan cara pembagian tim induk dan tim ahli. Langkah pertama, membuat tim induk dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Langkah kedua, membagikan materi yang berbedabeda kepada setiap siswa dalam tim induk sehingga setiap siswa di dalam tim induk mendapatkan materi yang berbeda-beda (dalam illustrasi pembagian materi digambarkan dengan angka 1-4, artinya ada siswa yang mendapatkan materi nomor 1, nomor 2, nomor 3, dan nomor 4). Langkah ketiga, membuat tim ahli dengan cara mengumpulkan setiap siswa yang memiliki nomor materi yang sama ke dalam satu kelompok (dalam illustrasi pada bagian tim ahli ada kelompok yang seluruh anggotanya mendapatkan materi nomor 1, nomor 2, nomor 3, dan nomor 4). Langkah keempat, setelah setiap siswa berdiskusi di dalam tim ahli untuk memahami materinya masing-masing, kemudian setiap siswa di dalam tim ahli kembali ke dalam tim induk yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Konsep Pemahaman dalam Belajar Aspek penting dalam proses belajar mengajar adalah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan dari proses belajar mengajar yaitu agar siswa dapat memahami sesuatu berkat proses belajar yang dilaksanakan.
19
Harjanto menjelaskan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap pengertian dari sesuatu, sehingga dapat ditunjukkan dalam bentuk menerjemahkan sesuatu.20 Proses belajar mengajar yang baik adalah proses belajar mengajar yang memperhatikan tingkat pemahaman materi yang diajarkan. Jika siswa memahami materi dengan baik, maka dia akan dengan mudah mengaplikasikan ilmu pengetahuannya di dalam kehidupan sehingga kehidupannya dapat berkembang menjadi lebih baik. Menurut Dewi, seseorang dikatakan memahami sesuatu ketika ia mampu membentuk arti dari sebuah pesan pembelajaran, baik berupa lisan, tulisan, grafis atau gambar. Dengan rincian mampu menjelaskan, membandingkan, meramalkan, meringkas, mengelompokkan, dan membuat contoh. 21 Hal ini berarti, seseorang yang memahami sesuatu cenderung dapat menjelaskannya kembali. Bahkan dia dapat
mengembangkannya
dengan
membandingkan
pemahamannya
tentang
sesuatu dengan hal-hal lainnya atau memberikan contoh yang baru berkaitan dengan konsep yang dipahami. Edgar menyatakan bahwa memahami atau comprehend itu sendiri berarti memahami teks, konteks, jamak, tunggal, maupun bagian-bagiannya yang lain secara intelektual.22 Penjelasan Edgar memberikan gambaran bahwa pemahaman bukanlah
hanya sekedar mengetahui sesuatu,
melainkan suatu kemampuan
seseorang untuk menafsirkan dan menginterpretasikan sesuatu. Menurut Nana Sudjana, pemahaman dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Pemahaman terjemahan. Pemahaman tingkat terjemahan merupakan tingkat terendah, yaitu terjemahan dalam arti yang sebenarnya. b. Pemahaman penafsiran. Pemahaman penafsiran merupakan tingkat kedua, yaitu menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan bagian
20
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 60 Dewi Salma Prawidilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kecana, 2008), h. 95. 22 Edgar Morin, Tujuh Materi Penting bagi Dunia Pendidikan, (Yogyakarta: Kansius, 2009), h. 104. 21
20
yang berikutnya atau membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok. c. Pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman ekstrapolasi merupakan tingkat tertinggi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat sesuatu dibalik yang tersirat, membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, dan masalahnya.23 3. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam a. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengenalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional. 24 Abd. Halim Soebahar berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam dapat dipahami juga sebagai pendidikan yang islami.
Karakteristik
yang sangat
menonjol dari Pendidikan Agama Islam adalah prinsip pokoknya: “prinsip tauhid”, yaitu prinsip di mana segalanya berasal dan berakhir. Sehingga prinsip ini menjadi dasar bagi pengembangan teori dan praktik pendidikan Islam secara formal, informal, dan nonformal.25 Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat dipahami sebagai suatu program
pendidikan
yang
menanamkan
nilai-nilai
Islam
melalui
proses
pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran. Mata pelajaran ini ditujukan untuk menghasilkan para siswa dan mahasiswa yang memiliki jiwa agama dan taat menjalankan perintah agamanya. 26
23
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), h. 24. 24 Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 19. 25 Abd. Halim Soebahar, Kebijakan Pendidikan Islam: dari Ordonansi Guru sampai UU SISDIKNAS, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 1. 26 Remiswal dan Rezki Amelia, Format Pengembangan Strategi PAIKEM Dalam Pembelajaran Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 8.
21
Definisi-definisi yang telah disebutkan di atas sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 dan 2 menjelaskan tentang definisi pendidikan agama dan keagamaan secara umum yang berbunyi: 1) Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanaya, yang dilaksanakan sekurangkurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. 2) Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya. 27 Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Hal ini berdasarkan Undang-undang SISDIKNAS tahun 2003 pasal 37 ayat 1 menjelaskan bahwa “pendidikan agama harus dilaksanakan mulai tingkat sekolah dasar sampai menengah”. Kemudian ayat 2 pada pasal ini menjelaskan bahwa “pendidikan agama juga harus dilaksanakan pada tingkat pendidikan tinggi”.28 Peraturan
tentang
kewajiban
menyelenggarakan
pendidikan
agama
dijelaskan juga dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 pasal 3 ayat 1 yang berbunyi; “Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama.”29 Adapun fungsi dari pendidikan dalam UU SISDIKNAS Tahun 2003 Pasal 30, Ayat 2 berbunyi, “Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.”30 Hal ini juga dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 pasal 2 27
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 1, Ayat 1 dan 2. 28 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 31 Ayat 1. 29 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 3 Ayat 1. 30 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 11.
22
ayat 1 tentang fungsi Pendidikan Agama yang berbunyi, “Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan atarumat beragama.”
31
Tujuan diwajibkannnya pendidikan agama dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI tahun 2007 pasal 2 ayat 2 yang berbunyi, “Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati,
dan
mengamalkan
nilai-nilai
agama
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.”
yang
menyerasikan
32
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi tujuh unsur pokok, yaitu: 1) Keimanan 2) Ibadah 3) Al-Qur’an 4) Akhlaq 5) Muamalah 6) Syari’ah 7) Tarikh33 Ruang lingkup pengajaran agama di sekolah menengah pertama (SMP) meliputi: 1) Keimanan (itikad) 2) Ibadah (fiqh) 3) Akhlak 4) Sejarah Islam 5) Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis 6) Islam dan kemasyarakatan.34 31
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 2 Ayat 1. 32 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 2 Ayat 2. 33 Vitria Alviani, “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMPN 2 Tangerang Selatan)”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, 2010, h. 31, tidak dipublikasikan.
23
b.
Materi Zakat di Sekolah
Materi zakat adalah bagian dari materi fiqh. Materi fiqh termasuk ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Materi zakat mulai dipelajari di tingkat Sekolah Dasar (SD) pada kelas VI. Pada tingkat tersebut, siswa mempelajari tentang macam-macam zakat. Kemudian pembahasannya lebih dititik beratkan tentang zakat fitrah, khususnya tentang ketentuan-ketentuan di dalam zakat fitrah.35 Materi zakat kembali dipelajari pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di kelas VIII. Pada tingkat ini, pembelajaran tentang zakat lebih diperdalam lagi. Pembehasan tidak hanya berkisar tentang zakat fitrah yang sebelumnya sudah dipelajari di kelas VI SD. Pembahasan mulai meluas sampai pada ketentuan-ketentuan zakat mal dan perbedaan antara zakat fitrah dan zakat mal.36 Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) materi zakat kembali dipelajari. Materi ini dipelajari siswa kelas X. Pada tingkat ini, siswa mempelajari tentang undang-undang yang berhubungan dengan zakat, haji, dan wakaf. Siswa mempelajari cara mengelola zakat, haji, dan wakaf berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia. c.
Pembelajaran Zakat di SMP
Sebagaimana
telah
dijelaskan
pada
subbab
sebelumnya,
bahwa
pembelajaran materi zakat di SMP membahas tentang ketentuan-ketentuan di dalam zakat fitrah dan zakat mal. Materi ini diawalai dengan mempelajari tentang kedudukan zakat di dalam Islam dan pengertian zakat. Kemudian dilanjutkan dengan mempelajari ketentuan-ketentuan dalam zakat fitrah. Ketentuan-ketentuan dalam zakat fitrah ini berkenaan dengan hukum, jenis, kadar, waktu pemberian,
34
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakrta: PT Hidakarya Agung, 1992), h. 71. 35 Zaenal Mustopa dan Nandang, Koswara, Pendidikan Agama Islam untuk SD Kelas VI, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011), h. 113-122. 36 Arkanuddin dan Septi Muslimah, Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas VIII, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011), h. 81-94.
24
dan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah serta manfaat dari zakat fitrah tersebut.37 Setelah mempelajari tentang zakat fitrah. Pembahasan dilanjutkan dengan mempelajari materi tentang zakat mal. Pambahasan tentang zakat mal berkaitan dengan pengertian, hukum, dan syarat wajib zakat mal serta harta yang wajib dizakati. Selain itu, siswa juga mempelajari ketentuan tentag orang-orang yang berhak menerima zakat. Setelah itu siswa diminta untuk membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal.38 B. Penelitian yang Relevan Berdasarkan
penelusuran
peneliti,
ditemukan
beberapa
penelitian
sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian yang relevan tersebut di antaranya sebagai berikut. Aship pada tahun 2014 melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI terhadap siswa kelas VIII di SMP Muhammaddiyah 8 Jakarta. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 siswa, terdiri dari 16 siswa putra dan 14 siswa putri. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian
korelasional.39
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa
penerapan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar dalam pembelajaran PAI sudah baik atau mendekati sangat baik. Hal ini berdasarkan jawaban responden yang sangat setuju sebanyak 256 (42,67%), responden yang setuju sebanyak 236 (39,33%), responden yang tidak setuju sebanyak 81 (13,50%), dan jawaban responden yang sangat tidak setuju sebanyak 8 (1,33%).40 Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Cici pada tahun 2014 dengan judul Efektifitas Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Learning pada Bidang Studi Aqidah Akhlak di MTs. Ibnu Hajar Bogor. Penelitian 37
Ibid. Husni Thoyar, Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011), h. 184-199. 39 Muhammad Aship, “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, h. 30, tidak dipublikasikan. 40 Ibid., h. 54. 38
25
ini dilakukan terhadap siswa kelas IX dengan jumlah sampel 41 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-experimen dengan desain one group pretest-postest.41
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode Jigsaw
Learning cukup efektif atau memiliki pengaruh positif terhadap prestasi siswa di kelas. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian para siswa yang mengalami peningkatan. Sebelum diterapkan metode Jigsaw rata-rata nilai siswa adalah 85,97, sedangkan setelah diterapkan metode Jigsaw rata-rata siswa meningkat menjadi 88,90.42 Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi pada tahun 2015 dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Learning Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan sampel siswa kelas X SMAN 90 Jakarta dengan jumlah 33 orang siswa, terdiri dari 13 orang siswa putra dan 20 orang putri. 43 Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
pembelajaran
menggunakan metode Jigsaw
Learning
terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Artinya metode ini terbukti memiliki pengaruh yang besar berdasarkan peningkatan prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode tersebut. 44 Berdasarkan
penelitian-penelitian
yang
telah
ada
tersebut,
terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun persamaan yang ditemukan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Metode yang digunakan, yaitu metode Jigsaw. 2. Mata pelajaran yang digunakan sebagai sarana penelitian, yaitu Pendidikan Agama Islam. Sedangkan
perbedaan
antara penelitian-penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang akan dilaksanakan dapat dijelaskan sebagai berikut: 41
Cici Rina Yuningsih, “Efektifitas Penerapan Strategi Pembelajaran Cooperatif Tipe Jigsaw Learning pada Bidang Studi Aqidah Akhlak di MTs. Ibnu Hajar”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, h. 33-34, tidak dipublikasikan. 42 Ibid., h. 59. 43 Dewi Puspasari, “Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, 2015, h. 34-38, tidak dipublikasikan. 44 Ibid., h. 69.
26
1. Jumlah sampel yang digunakan. Pada penelitian Aship menggunakan sampel sebanyak 30 siswa, penelitian Cici menggunakan sampel sebanyak
41
siswa,
dan penelitian Dewi menggunakan sampel
sebanyak 33 siswa. Sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan sampel sebanyak 60 siswa. 2. Metode
penelitian
menggunakan
metode
yang
digunakan.
penelitian
Pada
korelasional,
peneltian penelitian
Aship Cici
menggunakan metode pre-experiment dengan desain one group pretest-posttest, dan penelitian Dewi menggunakan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Sedangkan pada penelitian yang akan dilaksanakan
menggunakan
metode
penelitian
Kuasi
Eksperimen
dengan desain one group pascatest only. C. Kerangka Berpikir Pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan proses yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah diprogramkan. Proses pembelajaran ini dirancang dengan memperhatikan berbagai macam aspek agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan pada akhirnya memotivasi siswa untuk turut aktif dalam pembelajaran. Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran akan menentukan tingkat pemahaman yang akan didapatkan siswa. Siswa yang aktif selama proses pembelajaran akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan siswa yang tidak berpartisipasi aktif di dalamnya. Untuk menumbuhkan semangat siswa agar mau berpartisipasi aktif tidak hanya dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Hal yang paling penting adalah peran guru dalam menyampaikan materi atau bagaimana cara materi tersebut dipelajari oleh siswa. Hal ini sangat berkaitan dengan metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Metode yang tepat dapat secara efektif menggiring siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Metode Jigsaw merupakan metode yang dapat mendorong peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dalam metode Jigsaw didapatkan adanya
27
proses kebersamaan dalam memahami materi yang dipelajari. Materi Pendidikan Agama Islam yang memiliki beberapa subbab
di setiap
materinya akan
dimudahkan dengan metode ini, karena setiap subbab tersebut akan menjadi bahan diskusi yang menarik di setiap kelompok. Interaksi antar siswa dengan mudah dapat terjalin melalui metode ini. Selain itu, metode ini menuntut siswa untuk memahami konsep yang dipelajari saat mereka berada di tim ahli. Kemudian mereka harus berbagi informasi yang telah didapatkan saat berada di dalam kelompok tim ahli kepada anggota kelompok asalnya. Proses pertukaran informasi inilah yang menjadi keunggulan metode Jigsaw karena dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dan memahami sebuah konsep secara mendalam dengan berdiskusi bersama kelompoknya. Berdasarkan uraian di atas, diduga terdapat pengaruh positif antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap pemahaman siswa tentang materi Zakat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga metode tersebut dapat dijadikan sebuah solusi untuk meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: : Metode Jigsaw tidak memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pemahaman siswa. : Metode
Jigsaw
pemahaman siswa.
memiliki pengaruh
positif terhadap
tingkat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Sulthan Jl. Raya Tonjong No. 18 Tajur Halang, Kabupaten Bogor pada kelas VIII. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu dimulai dari bulan Maret-Mei pada semester genap tahun ajaran 2015-2016. Adapun agenda pelaksanaan kegiatan penelitian sebagai berikut: Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan
2016 Maret
April
Mei
Persiapan dan Perencanaan Observasi Kegiatan Penelitian Pengolahan Data Laporan Penelitian
B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental),1 yaitu metode
penelitian yang tidak memungkinkan
peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap kondisi kelas dan lingkungan belajar kelas eksperimen. Peneliti akan menguji pengaruh metode Jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam dengan cara membandingkan tingkat pemahaman siswa yang menggunakan metode pembelajaran Jigsaw (kelompok eksperimen) dengan siswa yang menggunakan metode konvensional (kelompok kontrol). 1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 59.
28
29
Desain yang digunakan dalam penelitan ini adalah
Randomized Control
Group Only Pascatest Design. Desain ini menentukan pengaruh pelakuan dengan hanya membandingkan rata-rata pascates antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol atau kelompok pembanding.2 Rancangan penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Rancangan Desain Penelitian Kelompok
Pengambilan
Perlakuan
Pascatest
Eksperimen
R
X1
O
Kontrol
R
X2
O
Keterangan : X1 = Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw X2 = Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional R = Pemilihan sampel secara random/acak O = Tes akhir pada kelompok eksperimen dan kontrol
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Sulthan pada semester Genap tahun 2015/2016. Jumlah siswa pada kelas VII berjumlah 75, pada kelas VIII berjumlah 60, dan pada kelas IX berjumlah 60. Maka total populasi pada penelitian ini berjumlah 190 siswa. Penempatan siswa pada SMP Sulthan dilakukan secara acak oleh pihak sekolah tanpa didasarkan atas peringkat dan nilai. Siswa tidak dikelompokkan 2 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 104. 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 173.
30
dengan beberapa kriteria dan kurikulum yang diberikan pun sama. Dengan demikian, diasumsikan bahwa setiap kelas pada SMP Sulthan ini memiliki karakteristik siswa yang cukup heterogen, artinya ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4 Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sample yaitu cara mengambil sampel bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.5 Penelitian ini menggunakan teknik purposive sample karena dalam penelitian ini membutuhkan sampel yang mempelajari materi Zakat, karena materi tersebut digunakan sebagai sarana dalam penelitian ini. Maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Sulthan kelas VIII yang berjumlah 2 kelas dan setiap kelasnya berisi 30 siswa. Sampel ini diambil karena mewakili materi yang akan diteliti yaitu materi Zakat. Kemudian dari 2 kelas tersebut diundi kelas mana yang dijadikan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah diundi, diperoleh kelas VIII A sebagai kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode Jigsaw dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional. D. Teknik Pengumpulan Data Data diperoleh dari hasil tes kedua kelompok sampel dengan pemberian tes yang sama. Tes ini dilakukan pada akhir pokok bahasan materi yang telah dipelajari dan disusun berdasarkan silabus. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik tes, yaitu tes yang menguji pemahaman siswa tentang materi yang sudah dipelajari. Tes ini diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu kelas VIII A yang dalam pembelajarannya diterapkan metode Jigsaw dan kelompok kontrol yaitu kelas VIII B yang dalam pembelajarannya diterapkan pendekatan metode konvensional.
4 5
Ibid., h. 174. Ibid., h. 183.
31
E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman siswa terhadap materi Pendidikan Agama Islam tentang Zakat. Soal tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa tersebut disusun dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 buah soal. Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data tentang tingkat pemahaman materi Pendidikan Agama Islam yang dipelajari menggunakan metode Jigsaw dan metode konvensional. Adapun indikator yang akan diukur melalui tes tersebut akan dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep Materi Zakat Indikator
Indikator soal
Nomor
Jumlah
Soal
Soal
1, 2, 3, 6,
9
Pemahaman Konsep - Menyebutkan pengertian
1. Menjelaskan Pengertian
Zakat
zakat fitrah dan zakat mal
Fitrah dan Zakat
12, 21, 22, 23
Mal - Menyebutkan macam-macam
38
1
14
1
5, 7, 8, 9,
15
zakat 2. Membedakan
- Menjelaskan perbedaan
antara Zakat
pengertian zakat fitrah dan
Fitrah dan Zakat
mal
Mal
- Menyebutkan ketentuanketentuan zakat fitrah dan
10, 11, 15,
mal
17, 19, 20, 24, 35, 37, 39, 40
- Menjelaskan perbedaan ketentuan zakat fitrah dan
18 dan 27
2
32
mal - Membaca dan mengartikan
3. Menjelaskan Orang yang
dalil naqli tentang orang-
Berhak Menerima
orang yang berhak menerima
Zakat Fitrah dan
zakat - Menyebutkan orang-orang
Zakat Mal
4
1
32 dan 36
2
13, 16, 25,
10
yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal - Mempraktikkan zakat fitrah
4. Mempraktikkan Pelaksanaan
dan zakat mal
26, 28, 29,
Zakat Fitrah dan
30, 31, 33,
Zakat Mal
34
Sebuah tes terlebih dahulu diujicobakan sebelum digunakan sehingga memenuhi
kriteria
memperoleh
instrumen
validitas,
daya
yang
baik.
pembeda,
Ujicoba tingkat
ini dimaksudkan
kesukaran,
dan
untuk
reliabilitas
instrumen. Dikatakan baik sebagai alat pengukur jika memenuhi persyaratan berikut: 1. Validitas Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur. 6 Uji validitas yang digunakan pada instrumen
tes menggunakan validitas butir soal.
Validitas dihitung dengan
menggunakan rumus product moment dari Pearson. Perhitungan validitas yang digunakan adalah rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:7
rxy
n xy ( x)( y) {n x 2 ( x) 2 }{n y 2 ( y) 2 }
6 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 228. 7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 170.
33
Keterangan: : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N
: Jumlah responden
X
: skor butir soal
Y
: skor total
Uji validitas instrumen dilakukan untuk membandingkan hasil perhitungan dengan
pada taraf signifikansi 5%, dengan terlebih dahulu menetapkan
degrees of freedom atau derajat kebebasan yaitu dk = n-2. Soal dikatakan valid jika nilai
, sebaliknya soal dikatakan tidak valid jika nilai .
Setelah dilakukan ujicoba soal dengan taraf signifikansi 5% dan dengan nilai
0,361, dari 40 soal yang diujicoba dalam penelitian ini didapati 30 soal
valid dan 10 soal tidak valid. 2. Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.8 Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reabilitas tes adalah rumus Spearman-Brown dengan pembelahan ganjil- genap, yaitu9 :
Keterangan : ⁄
⁄
= korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
= koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, edisi 2, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 100. 9 Anas Sudijono, op.cit., h. 216.
34
Klasifikasi interpretasi reliabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Kriteria koefisien reliabilitas: Interval
Kriteria
0,80 ≤ r ≤ 1,00
Sangat tinggi
0,70 ≤ r < 0,80
Tinggi
0,40 ≤ r < 0,70
Sedang
0,20 ≤ r < 0,40
Rendah
r ≤ 0,20
Sangat rendah (tidak valid)
Hasil uji reliabilitas tes pada penelitian ini adalah 0, 86. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tes ujicoba dalam penelitian ini memiliki taraf kepercayaan yang sangat tinggi. 3. Taraf Kesukaran Taraf kesukaran ditentukan dengan cara membandingkan antara nilai P (proporsi) dengan indeks kesukaran. Nilai P dapat diperoleh dengan rumus:
10
Keterangan : P = indeks kesukaran B = skor siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:11
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, edisi 2, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 223. 11 Anas Sudijono, op.cit., h. 372.
35
Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Nilai P
Tingkat Kesukaran
0,0- 0,30
Sukar
0,31-0,70
Sedang
0,71-1,00
Mudah
Tingkat kesukaran soal yang telah diujicoba adalah sebagai berikut: a. Soal sukar berjumlah 4 soal b. Soal sedang berjumlah 19 soal c. Soal mudah berjumlah 17 soal 4. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.12 Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:13 DP
=
Keterangan: DP = Daya pembeda soal JBA = Jumlah nilai kelompok atas yang menjawab benar JBB = Jumlah nilai kelompok bawah yang menjawab benar JSA = Jumlah peserta kelompok atas x jumlah skor maksimal butir soal JSB = Jumlah peserta kelompok bawah x jumlah skor maksimal butir soal PA =
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB =
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Adapun klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut:
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, edisi 2, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 226. 13 Anas Sudijono, op.cit., h. 389.
36
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Nilai D
Daya Pembeda
0,00- 0,20
Jelek (poor)
0,21- 0,40
Cukup ( satisfactory)
0,41-0,70
Baik (good)
0,71-1,00
Baik sekali (excellent)
< 0,00 (negatif)
Tidak baik (dibuang saja)
Adapun hasil daya pembeda soal yang telah diujicoba adalah sebagai berikut: a. Soal dengan daya pembeda jelek berjumlah 7 soal b. Soal dengan daya pembeda cukup berjumlah 19 soal c. Soal dengan daya pembeda baik berjumlah 11 soal d. Soal dengan daya pembeda baik sekali berjumlah 3 soal
Tabel 3.7 Rekapitulasi Data Hasil Uji Instrumen No. Soal
Validitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Tidak valid Valid Valid Valid Valid
Taraf Kesukaran Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Mudah Sedang Sedang Sukar
Daya Pembeda Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Jelek Cukup Jelek Cukup Baik Cukup Baik
Keterangan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Diperbaiki Tidak Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan
37
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Tidak valid Sedang Tidak valid Sedang Valid Sedang Valid Mudah Tidak valid Sedang Valid Mudah Valid Mudah Valid Mudah Valid Sedang Tidak valid Sukar Tidak valid Sukar Valid Sedang Valid Sedang Valid Sukar Tidak valid Sedang Valid Sedang Valid Sedang Valid Sedang Valid Sedang Tidak valid Sedang Valid Sedang Valid Sedang Valid Sedang Valid Sedang Tidak valid Mudah Derajat Reliabilitas
Jelek Jelek Baik Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Sekali Jelek Jelek Cukup Baik Sekali Baik Jelek Baik Baik Cukup Baik Sekali Cukup Baik Cukup Cukup Baik Cukup
Tidak Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Digunakan Tidak Digunakan 0.86
F. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis,
untuk
menguji hipotesis
diterima atau ditolak
menggunakan uji
perbedaan dua rata-rata. Uji yang digunakan adalah uji-t. Namun sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t, maka perlu dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu. Uji prasyarat yang perlu dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas untuk memeriksa keabsahan sampel sebagai prasyarat dapat dilakukan analisis data.
38
1. Uji Prasyarat Analisis a.
Uji Normalitas
Uji normalitas untuk menguji apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak.14 Pengujian normalitas data hasil penelitian dengan menggunakan ChiSquare, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Perumusan hipotesis Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Ha: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal 2) Menentukan rata-rata dan standar deviasi 3) Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi. Dengan membuat daftar frekuensi observasi (fo) dan frekuensi ekspektasi (fe) 4) Menghitung nilai 2 hitung melalui rumus sbb:
( fO f E )2 fE 2
5) Menentukan 2 tabel pada derajat bebas (db) = k – 3, dimana k banyaknya kelompok. Dengan taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikan α = 5% 6) Kriteria pengujian Jika 2 hitung ≤ 2 tabel maka H0 diterima Jika 2 hitung> 2 tabel maka H0 ditolak 7) Kesimpulan
2 hitung ≤ 2 tabel : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal 2 hitung> 2 tabel : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal b.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.15 Uji homogenitas varians dua buah variabel
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ,
Rineka Cipta, 2010), h. 356-357. 15
Ibid., h. 363-364.
(Jakarta: PT
39
independen dapat dilakukan dengan Uji F, adapun langkah-langkah statistik uji F yang dimaksud diekspresikan sebagai berikut: 1) Perumusan Hipotesis Ho : σ1 2 = σ2 2 Distribusi sampel kedua kelompok mempunyai varians yang sama Ha : σ1 2 σ2 2 Distribusi sampel kedua kelompok mempunyai varians yang tidak sama 2) Menghitung nilai F dengan rumus Fisher:
F
Sb
2
Sk
2
Keterangan: 2
Sb = varians terbesar 2
S k = varians terkecil 3) Menentukan taraf signifikan α = 5 % 4) Menentukan Ftabel pada derajat bebas db1 = (n1 – 1) untuk pembilang dan db2 = (n2 – 1) untuk penyebut, dimana n adalah banyaknya anggota kelompok 5) Kriteria pengujian Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima Jika Fhitung> Ftabel maka H0 ditolak 6) Kesimpulan Fhit ≤ Ftab : Distribusi populasi mempunyai varians yang sama homogen Fhit > Ftab : Distribusi populasi mempunyai varians yang tidak homogen 2. Uji Hipotesis Apabila asumsi untuk uji-t telah terpenuhi, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji-t yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara dua variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Rumus yang digunakan adalah :
40
a. Jika varian populasi homogen, maka16 : Stotal2 = thitung =
, dk = (n1 + n2 – 2)
b. Jika varian populasi heterogen17 :
thitung =
, dk =
keterangan: = jumlah sampel pada kelompok eksperimen = jumlah sampel pada kelompok kontrol = rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen = rata-rata hasil belajar kelompok kontrol varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol
Jika uji prasyarat analisis tidak terpenuhi, yaitu apabila pada uji normalitas pada kelompok eksperimen dan atau kelompok kontrol tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, maka untuk menguji hipotesis digunakan uji statistik non parametrik. Adapun jenis statistik non parametrik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Mann Whitney (Uji ”U”) untuk sampel besar dengan taraf signifikan α = 0,05.18 Rumus Uji Mann Whitney yang digunakan yaitu:
dengan 16
dan
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 239. Ibid., h. 241. 18 Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 294-295. 17
41
Keterangan: : nilai rata-rata : nilai simpangan baku : banyak anggota kelompok 1 : banyak anggota kelompok 2 G. Hipotesis Statistik Hipotesis yang diajukan dalam pengujian pada penelitian ini adalah: Ho
: 1 2
H1
: 1 2
Keterangan:
1 =
rata-rata hasil tes pemahaman siswa tentang materi Zakat pada kelas eksperimen
2 =
rata-rata hasil tes pemahaman siswa tentang materi Zakat pada kelas kontrol
Tingkat signifikasi yang diambil dalam penelitian ini adalah derajat kepercayaan 95% dan
= 5%. Dengan Kriteria pengujian:
Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima Ha ditolak Jikathitung > ttabel, maka Ho ditolak Ha diterima
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Data Penelitian yang dilaksanakan di SMP Sulthan Bogor ini bertujuan untuk
melihat
pengaruh
pembelajaran
menggunakan
metode
Jigsaw
terhadap
pemahaman siswa tentang materi Zakat dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan mengambil dua kelompok untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel yang digunakan sebanyak 60 siswa yaitu kelas VIII A sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari 30 orang siswa kelompok eksperimen ini diajarkan dengan menggunakan metode Jigsaw. Sedangkan kelas VIII B sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 30 orang siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui tingkat pemahaman kedua kelompok, setelah diberikan perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian kedua kelompok pada akhir pembelajaran diberikan posttes berupa tes pilihan ganda yang terdiri dari 30 butir soal. Tes yang dugunakan tersebut telah diujicobakan di kelas IX A SMP Sulthan Bogor, dan telah dilakukan pengujian berupa uji validitas, uji realibilitas, uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda soal. Sebelum diberikan tes,
pada kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu
pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran menggunakan metode konvensional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat yang telah dipelajari. Setelah kedua kelompok sampel diberikan tes dan hasil dari kedua kelompok tersebut telah diperoleh,
kemudian dilakukan perhitungan pengujian prasyarat analisis dan
pengajuan hipotesis. Adapun hasil tes tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
42
43
1. Kondisi Objektif SMP Sulthan a. Sejarah Singkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sulthan berada di bawah naungan yayasan Nurussyamsi. Yayasan Nurussyamsi berdiri sejak tahun 1988, berdirinya yayasan ini dipelopori oleh H. Kastubi, BA. Yayasan ini didirikan didasari oleh beberapa hal, yaitu: 1) Firman Allah SWT dalam surat At-Taubah ayat 71 yang artinya: “Orang mu’min laki-laki dan perempuan sebagaian mereka menjadi pemimpin
sebagian
yang
lain,
menyeru
kepada
kebaikan
dan
mencegah kepada kemunkaran”. Berdasarkan firman Allah SWT dalam
surat
ini
dijelaskan
bahwa
berbuat
kebajikan
serta
memperhatikan nasib generasi penerus pada hakikatnya merupakan tuntunan yang wajib dilakukan oleh setiap muslim. Oleh karena itu perlu
adanya
upaya
untuk
merealisasikan
terwujudnya
tuntunan
tersebut yang didorong oleh rasa kemanusiaan dan tanggung jawab. 2) Kurangnya sarana keagamaan yang memadai khususnya di kecamatan Pancoranmas,
Depok
pada
waktu
itu.
Sehingga
sulit
untuk
berkoordinasi dengan masyarakan demi menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan. Akibatnya masyarakat menjadi tertinggal (awam) dalam hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan agama. 3) Memperbaiki mutu pendidikan masyarakat perkotaan merupakan tugas dan kewajiban umat Islam dalam rangka mengisi kemerdekaan dengan amal kebaikan, memberantas kebodohan, kekufuran, dan kekafiran. 4) Telah banyak putra dan putri masyarakat Depok yang mencari ilmu ke luar daerah, baik di pesantren maupun kuliah di perguruan tinggi. Setelah mereka menyelesaikan pendidikannya, mereka kembali ke masyarakat untuk mengamalkan berbagai disiplin ilmu yang mereka dapat. Aset ini memerlukan wadah untuk dikoordinir dengan baik. 5) Semakin derasnya tantangan dari luar, baik melalui media massa maupun pergaulan sehari-hari. Di masyarakat sedang terjadi penetrasi budaya atau cultural shock yang dapat menggoyahkan nilai-nilai
44
aqidah. Seharusnya masyarakat dibekali pengetahuan agama agar dapat merealisasikan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dan sekaligus akan menjadi filter yng dapat menyaring bahkan menolak budaya-budaya
yang
bertentangan
dengan
norma-norma
agama.
Agama dapat mengarahkan manusia ke jalan yang lurus dan benar. 1 Sedangkan SMP Sulthan berdiri pada tahun 2010 atas prakarsa para insan pendidikan yang sangat ingin memajukan daerah Kecamatan Tajur Halang, Bogor. Para penggagas sekolah ini di antaranya adalah H. Kastubi, BA, H. Ahmad Subekti, SE, Drs. Moh. Isnaeni, Jabal Thoriq, M.Pd., Ir. Sho’ari A.S. Setelah mereka semua sepakat untuk mendirikan sekolah ini, kemudian SMP Sulthan didirikan di atas lahan seluas + 10 Hektar. Di area ini tidak hanya dibangun SMP Sulthan, bersamaan dengan didirikannya SMP Sulthan didirikan juga SMK Saradan dan SMK At-Taajir. Seluruh sekolah ini berada di bawah naungan yayasan Nurussyamsi Depok.2
b. Profil SMP Sulthan Nama Sekolah
: Sulthan
NSS/NDS
: 20202023 7535
Profinsi
: Jawa Barat
Kota
: Bogor
Kecamatan
: Tajur Halang
Alamat
: Jl. Raya Tonjong No. 18
Telepon
: (0251) 885112
c. Visi dan Misi SMP Sulthan Adapun Visi SMP Sulthan yaitu, “Menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan yang bermutu dan berwawasan nasional sejalan dengan tuntunan ilmu pengetahuan dan teknologi”.3 1
http://pakwin-tkj.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-nurussyamsi.html http://smp-sulthan.blogspot.co.id/2012/07/visi-dan-misi-smp-sulthan.html 3 Ibid. 2
45
Untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan, maka SMP Sulthan memiliki misi sebagai berikut: 1) Memiliki
tamatan
yang
memiliki
ketaqwaan
yang
tinggi
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap keharmonisan lingkungannya. 2) Menghasilkan
tamatan
yang
memiliki
kompetensi
tinggi,
mampu bersaing. 3) Menghasilkan tamatan yang mampu memenuhi tuntutan ilmu pengetahuan
dan
teknologi
sebagai
bekal
untuk
mengembangkan dirinya. 4) Menyelenggarakan
pendidikan
dan
pelatihan
di
bidang
teknologi bagi masyarakat.4
d. Guru SMP Sulthan Guru selaku pendidik di SMP Sulthan adalah sebagai berikut5 : NO.
NAMA GURU
MATA PELAJARAN
1
Najiburrahman, S.Sos.I
PAI
2
Dra. Nursima
PKN
3
Binti Rosidah, S.Pd
B. Indonesia
4
Poniman, S.Pd
IPA
Yeni Wahyuni, S.Sos
IPS
5
Dedi Juharsa, SE
SBK
6
Garindra, S.Kom.
TIK
7
Yulianti, S.Pd
Matematika
8
Nurhana ND, S.Pd.I
PLH
9
Irvan, S.Pd
B. Inggris
10
Esih Sukaesih, SE
B. Sunda
11
Taufik, S.Pd
Olahraga
4 5
Ibid. Ibid.
46
e. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang tersedia di SMP Sulthan di antaranya sebagai berikut6 : 1) Ruang kelas 2) Ruang guru 3) Tempat parkir 4) Lapangan basket 5) Lapangan upacara 6) Lapangan futsal 7) Toilet putra dan putri 8) Laboratorium komputer
2. Data Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelas Eksperimen Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat yang diberikan kepada 30 siswa pada kelas eksperimen dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang ditemukan adalah 80 dan nilai terendah adalah 40. Keseluruhan data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Posttest Kelas Eksperimen Statistik
6
Ibid.
Kelompok Eksperimen
Banyak sampel
30
Nilai terendah
40
Nilai tertinggi
80
Mean
64,7
Median
66,5
47
Modus
72,9
Varians
24779,2
Simpangan Baku
157,41
Kemiringan
-0,05
Ketajaman/Kurtosis
0,303
Berdasarkan data tabel 4.1, terlihat bahwa banyak sampel pada kelas eksperimen yaitu sebanyak
30 siswa. Nilai terendah hasil posttest kelas
eksperimen yaitu 40 sedangkan nilai tertinggi yaitu 80. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata ( ̅ (Mo) sebesar 72,9, varians (
64,7, median (Me) sebesar 66,5, modus
sebesar 24779,2, simpangan baku (
sebesar
157,41. Tingkat kemiringan di kelas eksperimen sebesar -0,05 dan memiliki ketajaman 0,303. Berdasarkan nilai KKM pada tempat penelitian yaitu sebesar 70 untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam,
maka sebanyak
14
siswa kelompok
eksperimen mendapat nilai di atas KKM. Sedangkan sebanyak 16 siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah KKM. Secara visual penyebaran data hasil tes tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat di kelas eksperimen dengan menggunakan metode Jigsaw dapat
Frekuensi
dilihat pada kurva dibawah ini:
12 10 8 6 4 2 0
Kelas Eksperimen
0
20
40
60
80
100
Nilai
Gambar 4.1 Kurva Hasil Posttest Kelas Eksperimen
48
Kurva di atas, memiliki koefisien -0,05 (negatif), artinya kurva di atas memiliki model negatif yaitu ekor memanjang ke kiri. Hal ini menggambarkan bahwa data menyebar pada nilai-nilai di atas rata-rata. Sehingga siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata lebih banyak dibanding siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata. Sedangkan ketajaman atau kurtosis sebesar 0,303, artinya nilai tersebut lebih dari 0,263 yang menyatakan bahwa kurva berbentuk runcing atau leptokurtis dengan distribusi data cenderung mengelompok di atas rata-rata. Tingkat
pemahaman
siswa
kelas
eksperimen
ditinjau
dari indikator
pembelajaran diperoleh rata-rata secara keseluruhan sebesar 69,59%. Deskripsi data tersebut disajikan pada tabel 4.2: Tabel 4.2 Deskripsi Data Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Pembelajaran Materi Zakat No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Indikator Menyebutkan pengertian zakat fitrah dan zakat mal Menyebutkan macam-macam zakat Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah dan mal Menjelaskan perbedaan ketentuan zakat fitrah dan mal Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orangorang yang berhak menerima zakat Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan mal Mempraktikkan pembagian zakat fitrah dan zakat mal Rata-rata
Persentase (%) 85,24 100 100 67 55 50 66,67 32,78 69,59
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat 8 indikator pembelajaran yang diukur. Pada tabel tersebut dapat diketahui persentase tertinggi ada pada indikator
49
nomor 2 dan 3 yaitu sebesar 100%. Sedangkan persentase terendah terdapat pada indikator nomor 8 yaitu 32,78%. Berikut ini akan disajikan diagram batang indikator tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat pada kelas eksperimen:
Presentase
Perbedaan Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 1
2
3
4
5
6
7
8
Nomor Urut Indikator
Gambar 4.2 Diagram Batang Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen
Dari gambar 4.2, terlihat bahwa siswa dapat mencapai nilai yang sangat baik pada indikator nomor 1, 2, dan 3. Artinya siswa memiliki pemahaman yang sangat baik tentang pengertian dan macam-macam zakat serta dapat membedakan antara pengertian zakat fitrah dan zakat mal. 3. Data Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat Kelas Kontrol Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes tingkat pemahaman siswa tetnang materi Zakat yang diberikan kepada 30 siswa pada kelas kontrol dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang ditemukan adalah 80 dan nilai terendah adalah 40. Keseluruhan data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
50
Tabel 4.3 Hasil Posttest Kelas Kontrol STATISTIK
Kelompok Kontrol
Banyak sampel
30
Nilai terendah
40
Nilai tertinggi
80
Mean
58,3
Median
57,5
Modus
56,5
Varians
17875,92
Simpangan Baku
133,70
Kemiringan
0,01
Ketajaman/Kurtosis
0,236
Berdasarkan data tabel 4.3, terlihat bahwa banyak sampel pada kelas kontrol yaitu sebanyak 30 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata ( ̅
58,3, median (Me) sebesar 57,5, modus (Mo) sebesar 56,5, varians (
sebesar 17875,92, simpangan baku (
sebesar 133,70. Tingkat kemiringan di
kelas eksperimen sebesar 0,01 dan memiliki ketajaman 0,236. Berdasarkan nilai KKM pada tempat penelitian yaitu sebesar 70 untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, maka sebanyak 3 siswa kelompok kontrol mendapat nilai di atas KKM. Sedangkan sebanyak 27 siswa lainnya mendapat nilai di bawah KKM. Secara visual penyebaran data hasil tes tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat pada
siswa di kelas kontrol dengan menggunakan metode
konvensional dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut:
Frekuensi
51
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Kelas Kontrol
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nilai
Gambar 4.3 Kurva Hasil Posttest Kelas Kontrol Dari kurva di atas, terlihat bahwa kurva hampir seimbang. Mean terletak memiliki nilai lebih besar dari median dan modus, median berada diantara modus dan mean, sedangkan modus memiliki nilai lebih rendah dari rata-rata dan median. Ini menunjukan bahwa Mo < Me < X . Kurva di atas memiliki koefisien 0,01 (positif), artinya kurva di atas memiliki model positif yaitu ekor memanjang ke kanan. Hal ini menggambarkan bahwa data menyebar pada nilai-nilai di bawah rata-rata. Sehingga siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata lebih banyak dibanding siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata. Sedangkan ketajaman atau kurtosis sebesar 0,236. Tingkat
pemahaman
siswa
kelas
kontrol
ditinjau
dari
indikator
pembelajaran diperoleh rata-rata secara keseluruhan sebesar 60,37. Deskripsi data tersebut disajikan pada tabel 4.4: Tabel 4.4 Deskripsi Data Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Pembelajaran materi Zakat No 1. 2. 3.
Indikator Menyebutkan pengertian zakat fitrah dan zakat mal Menyebutkan macam-macam zakat Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal
Persentase (%) 84,29 96,67 83,33
52
4. 5. 6. 7. 8.
Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah dan mal Menjelaskan perbedaan ketentuan zakat fitrah dan mal Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orangorang yang berhak menerima zakat Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan mal Mempraktikkan pembagian zakat fitrah dan zakat mal
62 45 26,67 63,33 21,67
Rata-rata
60,37
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 8 indikator pembelajaran yang diukur. Untuk kelas kontrol, persentase tertinggi terdapat pada indikator nomor 2 yaitu 96,67%. Sedangkan persentase terendah terdapat pada indikator nomor 8 yaitu 21,67%. Berikut ini akan disajikan diagram batang indikator tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat pada kelas kontrol:
Presentase
Perbedaan Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Kontrol 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
1
2
3
4 5 6 Nomor Urut Indikator
7
8
Gambar 4.4 Diagram Batang Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Kontrol Dari gambar 4.4, terlihat bahwa siswa memiliki pencapaian nilai tertinggi pada indikator nomor 2 dibandingkan pencapaian nilai siswa pada indikatorindikator lainnya.
53
B.
Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan terdahulu uji
prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Jika uji normalitas dan uji homogenitas telah dilaksanakan, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. Berikut ini akan dijabarkan pengujian prasyarat analisis: 1.
Uji Normalitas Tes Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat
Sebelum melakukan pengolahan data lebih lanjut dilakukan pengujian prasyarat
penelitian
yaitu
uji
normalitas,
uji
normalitas
didapat
dengan
menggunakan uji Kai Kuadrat (Chi Square) pada taraf signifikan (α) = 0,05. Uji normalitas diperoleh dari hasil data posttest kedua kelompok penelitian. Hasil pengujian normalitas posttest untuk kelas eksperimen diperoleh nilai 2 hitung = 335,64 dan untuk kelas kontrol diperoleh nilai 2 hitung = 299,03. Dari tabel nilai kritis uji chi-square diperoleh nilai 2 tabel untuk n=30 pada taraf signifikan α = 0,05 adalah 43,773. Maka dapat disimpulkan bahwa data hasil posttest kedua kelompok tersebut berdistribusi tidak normal karena 2 hitung ≥ 2 tabel. Hasil uji normalitas posttest kedua kelompok dapat dilihat pada table 4.5 berikut ini : Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Statistik N X S 2 hitung 2 tabel Kesimpulan 2.
Kelas Eksperimen 30 64,7 157,41 335,64 9,488 Tidak normal
Kelas Kontrol 30 58,3 133,70 299,03 9,488 Tidak normal
Uji Homogenitas Tes Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat
Setelah dilakukan uji normalitas terhadap kedua kelompok sampel, maka selanjutnya
dilakukan
uji
homogenitas
varians
kedua
sampel
tersebut
54
menggunakan uji Fisher. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua varians sampel homogen. Hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung = 1,39 dan Ftabel = 1,86 pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan pembilang 29 dan derajat kebebasan penyebut 29. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol Jumlah
Varians
Sampel
(s 2 )
Eksperimen
30
24779,2
Kontrol
30
17875,92
Kelas
Fhitung
1,39
Ftabel (α=0,05) 1,86
Kesimpulan
Terima H0
Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,39 ≤ 1,86) maka H0 diterima, artinya kedua varians sampel homogen. 3.
Pengujian Hipotesis
Setelah berdistribusi
dilakukan uji persyaratan analisis, tidak
normal dan
homogen.
ternyata sampel penelitian
Selanjutnya
dilakukan
pengujian
hipotesis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil tes tingkat pemahaman siswa kelompok eksperiman yang menggunakan metode Jigsaw lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan hasil tes tingkat pemahaman siswa kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Karena sampel berdistribusi tidak normal, maka pengujian menggunakan uji Mann Whitney untuk sampel besar. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut: Ho : E ≤ K H1 : E > K
55
Keterangan : E : rata-rata tingkat pemahaman siswa kelompok eksperimen tentang materi zakat K
: rata-rata tingkat pemahaman siswa kelompok kontrol tentang materi zakat
Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan uji Mann Whitney sampel besar, maka diperoleh Zhitung= -2,59. Nilai tersebut kemudian dicocokkan dengan tabel Z untuk menemukan nilai p (probabilitas). Jika nilai p lebih besar dari nilai taraf nyata (α) maka Ho diterima. Sedangkan jika nilai p lebih kecil/sama dengan nilai α maka Ho ditolak. Berikut ini kriteria pengujian statistiknya: Ho : p > α H1 : p ≤ α Keterangan : p : nilai prababilitas α : nilai taraf nyata
Untuk mendapatkan nilai p maka digunakan tabel Z berdasarkan nilai yang diperoleh dari Zhitung= -2,59, maka diperoleh nilai p= 0,0048. Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji hipotesis disajikan pada tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji Mann Whitney STATISTIK
KELAS EKSPERIMEN
KELAS KONTROL
Rangking
1089
741
U hitung
276
Rata-rata N
450
56
Simpangan Baku
67,29
Z hitung
-2,59
Probabilitas
0,0048
Taraf Nyata (α)
0,05
Kesimpulan
Tolak Ho
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa p lebih kecil dari α (0,0048 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat yang pembelajarannya menggunakan metode Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pemahaman siswa yang menggunakan metode konvensional dalam pembelajarannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode Jigsaw berpengaruh positif terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat.
C.
Pembahasan Hasil Penelitian Peneliti akan membahas tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat
pada kelas eksperimen yang menggunakan metode Jigsaw dan kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajarannya. Peneliti juga akan menjelaskan proses pelaksanaan pembelajaran di kedua kelas tersebut. 1.
Analisis Tingkat Pemahaman Siswa Tentang Materi Zakat
Berdasarkan hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol, terlihat adanya perbedaan nilai rata-rata, median, modus, varians, simpangan baku, tingkat kemiringan dan ketajaman. Deskripsi data perbedaan hasil tes siswa tersebut disajikan pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Tes Kelas Eksperimen dan Kontrol Statistik Banyak sampel
Kelompok
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
30
30
57
Nilai terendah
40
40
Nilai tertinggi
80
80
Mean
64,7
58,3
Median
66,5
57,5
Modus
72,9
56,5
Varians
24779,2
17875,92
Simpangan Baku
157,41
133,70
Kemiringan
-0,05
0,01
Ketajaman/Kurtosis
0,303
0,236
Tabel 4.8 menunjukkan perbandingan tingkat pemahaman siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, yaitu perolehan nilai rata-rata siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata siswa kelas kontrol. Ratarata kedua kelompok memiliki selisih 6,4, artinya rata-rata nilai kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Begitupun perbandingan median dan modus antara kedua kelompok tersebut, kelompok eksperimen memiliki nilai yang lebih besar daripada kelompok kontrol. Ini menandakan siswa dalam kelompok eksperiman memiliki pencapaian nilai yang lebih baik dibandingkan dengan pencapaian nilai siswa dalam kelompok kontrol. Hal ini diperkuat dengan tingkat kemiringan menunjukkan
kelompok bahwa
eksperimen kelompok
yaitu
-0,05
eksperimen
(berharga
memiliki
negatif)
yang
kecenderungan
data
mengumpul di atas nilai rata-rata. Sedangkan pada kelompok kontrol memperoleh kemiringan 0,01 (berharga positif) yang menunjukkan bahwa kelompok kontrol memiliki kecenderungan data mengumpul di bawah rata-rata. Secara visual perbedaan penyebaran data di kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang menggunakan metode Jigsaw dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada gambar berikut ini:
58 12
10
Frekuensi
8
6 Kela s Eksperimen Kela s Kontrol
4
2
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Nilai
Gambar 4.5 Kurva Perbandingan Nilai Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol Dilihat dari gambar 4.6, terlihat bahwa penyebaran data kurva pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol, karena kurva di kelas eksperimen memiliki kurva landai ke kiri yaitu ekor kiri lebih panjang dari ekor kanan yang menunjukkan bahwa data dari nilai tes pada kelas eksperimen mengelompok di atas rata-rata. Sedangkan kurva pada kelas kontrol lebih landai ke kanan yaitu ekor kanan lebih panjang dari ekor kiri, artinya data yang diperoleh dari nilai tes pada kelas kontrol mengumpul di bawah rata-rata. Sedangkan perbedaan tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat berdasarkan indikatornya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Perbandingan Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tentang Materi Zakat Berdasarkan Indikator No
Indikator
Eksperimen (%)
Kontrol (%)
1.
Menyebutkan pengertian zakat fitrah dan zakat mal
85,24
84,29
2.
Menyebutkan macam-macam zakat
100
96,67
100
83,33
67
62
3. 4.
Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah dan mal
59
6. 7. 8.
Menjelaskan perbedaan ketentuan zakat fitrah dan mal Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orang-orang yang berhak menerima zakat Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan mal Mempraktikkan pembagian zakat fitrah dan zakat mal Rata-rata
55
45
50
26,67
66,67
63,33
32,78
21,67
69,59
60,37
Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa pencapaian nilai siswa pada kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol di setiap indikator pembelajaran. Jika diakumulasi pada masing-masing kelompok diperoleh rata-rata persentase kelas eksperimen sebesar 69,59% sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 60,37% dengan selisih 9,22%. Presentase rata-rata indikator tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kelas kontrol. Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil jawaban siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbandingan persentase indikator kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam grafik berikut ini : Perbandingan Indikator Mean Kelas Eksperimen dan Kontrol
120 100 Prosentase
5.
80
60
Eksperimen
40
Kontrol
20 0 1
2
3
4
5
6
7
8
Nomor Urut Indikator
Gambar 4.6 Perbandingan Presentase Indikator Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol
60
Dari gambar 4.7, dapat diketahui bahwa indikator nomor 8 yang paling rendah. Indikator nomor 8 adalah tentang “Mempraktikkan pembagian zakat fitrah dan zakat mal”. Masalah yang terjadi pada saat siswa menyelesaikan soal yaitu masih
banyak
siswa
yang
kesulitan
mengingat
ketentuan-ketentuan
dalam
pembagian zakat seperti nisab (batasan jumlah) dan haul (batasan waktu) harta yang wajib dizakati. Sehingga banyak siswa yang tidak dapat melakukan perhitungan zakat dengan benar. Dan juga terlihat pada indikator nomor 3 yaitu tentang “Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal” menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen memiliki presentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan oleh metode Jigsaw yang memberikan kemudahan bagi siswa di kelas eksperimen untuk berdiskusi dengan siswa lainnya, ini membuat siswa lebih mudah untuk memahami pembelajaran karena lebih mudah untuk bertanya kepada siswa lainnya jika ada bagian yang belum dipahami sehingga siswa di kelas eksperimen dapat memahami materi yang dipelajari dengan lebih baik. Sedangkan siswa di kelas kontrol hanya menjadi peserta pasif karena hanya menjadi pendengar atas penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa kurang termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 2.
Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan rincian 2 kali pertemuan untuk memberikan perlakuan dan 1 kali pertemuan untuk posttest. Peneliti menggunakan dua kelas untuk dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII A terpilih sebagai kelompok eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode Jigsaw. Sedangkan kelas VIII B sebagai kelompok kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional. Adapun langkah pembelajaran yang menggunakan metode Jigsaw di kelas eksperimen yaitu, pada setiap pertemuan masing-masing siswa berkumpul dengan tim induk yang telah ditentukan secara acak. Kemudian setiap siswa diberikan
61
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang di dalamnya berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus mereka jawab dengan cara berdiskusi bersama tim ahli. Setiap anggota di dalam tim induk mendapatkan topik materi LKS yang berbeda-beda. Tim ahli dibentuk dengan cara membuat kelompok baru berdasarkan topik materi di dalam LKS yang setiap siswa dapatkan. Setelah siswa membentuk tim ahli, setiap tim ahli diminta untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam LKS dengan cara berdiskusi dengan anggota di dalam tim ahli. Pada awalnya, terlihat sebagian siswa mendominasi diskusi kelompok dan sebagian lainnya hanya menjadi pendengar. Tetapi karena setiap siswa mempunyai LKS yang
harus
dijawab,
maka
siswa
yang
sebelumnya
kurang
aktif dapat
mengimbangi siswa yang sebelumnya mendominasi. Sehingga terjadi komunikasi yang aktif secara merata antara setiap anggota tim. Pembelajaran dengan metode Jigsaw menjadikan siswa lebih antusias dan tertantang
untuk
menyampaikan
ide
jawaban.
Walaupun masih ditemukan
beberapa siswa yang belum terbiasa untuk berbicara di depan teman-temannya sehingga terlihat canggung dan sulit untuk menjelaskan ide-ide yang ingin disampaikan. Karena siswa belum terbiasa dengan metode seperti ini pada pembelajaran-pembelajaran
sebelumnya.
Pada
pertemuan
selanjutnya,
siswa
sudah mulai terbiasa dengan metode Jigsaw sehingga interaksi antar siswa dapat terbangun dengan baik. Setelah siswa berdiskusi dengan anggota tim ahli, langkah selanjutnya yaitu setiap siswa kembali ke tim induk. Di dalam tim induk, setiap siswa memiliki pemahaman tentang topik materi yang berbeda-beda. Karena setiap tim ahli mendiskusikan topik materi yang berbeda-beda. Maka di dalam tim induk, setiap anggota
dituntut
untuk
menjelaskan materi yang telah mereka diskusikan
sebelumnya dengan tim ahli. Setiap anggota tim induk mewakili satu topik materi, sehingga setiap anggota kelompok bergantung dengan anggota kelompok lainnya untuk memahami materi secara menyeluruh. Dengan demikian, setiap siswa dituntut berperan aktif untuk memastikan setiap anggota di dalam tim induk dapat memahami materi yang dijelaskannya. Hal ini mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terlihat setiap siswa
62
berusaha untuk menjelaskan materi dengan sebaik mungkin kepada anggota kelompoknya berdasarkan apa yang telah mereka pahami dan menggunakan gaya penjelasan yang beragam. Setelah seluruh proses pembelajaran yang berlangsung sebanyak 2 kali pertemuan, terjadi perubahan perilaku pada siswa. Pada pertemuan pertama masih banyak siswa yang tampak bingung saat berdiskusi di dalam tim ahli, karena pada pembelajaran-pembelajaran sebelumnya mereka belum terbiasa memahami materi pelajaran secara mandiri. Pembelajaran-pembelajaran sebelumnya lebih bersifat pasif, siswa hanya mendengarkan guru dan mencatat apa yang disampaikan guru. Dalam pembelajaran itu kurang adanya interaksi antar siswa sehingga mereka belum terbiasa untuk
menyampaikan pendapat ataupun bertanya jika ada
penjelasan yang belum dipahami. Pada pertemuan selanjutnya siswa mulai antusias mengikuti pembelajaran. Mereka lebih aktif dalam proses pembelajaran, mulai berani mengemukakan ide dan gagasan ketika diskusi berlangsung. Pada kelas kontrol, pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan metode konvensional. Metode konvensional yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab. Pertama-tama guru menjelaskan materi yang dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya setelah guru selesai menjelaskan keseluruhan materi. Keterlibatan siswa hanya sebatas mendengarkan dan mencatat materi yang dijelaskan oleh guru. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol ini siswa tidak terlibat secara optimal dan cenderung pasif. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk bertukar pendapat dengan temannya dalam mengungkapkan ide dan gagasannya di dalam kelas. Dengan demikian, pembelajaran yang diikuti oleh siswa lebih bersifat hafalan. Tetapi kelebihan dari kelas kontrol ini yaitu siswa dapat mempelajari materi secara menyeluruh sesuai dengan urutannya. Meskipun hal tersebut tidak menjamin siswa bisa lebih memahami materi yang dipelajari secara menyeluruh. Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa perlakuan yang berbeda menyebabkan hasil akhir yang berbeda antara kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan metode Jigsaw dan kelas kontrol yang diajarkan menggunakan
63
metode konvensional. Hal ini dibuktikan dengan analisis data hasil penelitian, ada perbedaan yang signifikan pada tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat yang dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode Jigsaw dan metode konvensional. D.
Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Berbagai upaya
telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini agar diperoleh hasil yang optimal. Meskipun demikian, masih ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan sebagaimana dijelaskan berikut ini: 1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada materi Zakat, sehingga belum bisa digeneralisasikan pada materi-materi lainnya. 2. Siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran yang menggunakan metode Jigsaw, sehingga peneliti harus memberikan penjelasan ulang atau bimbingan secara langsung kepada setiap kelompok agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. 3. Pembelajaran dengan metode Jigsaw membutuhkan waktu yang cukup banyak
sedangkan waktu yang tersedia terbatas,
persiapan dan pengaturan kelas yang baik.
sehingga butuh
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelititian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran
materi Zakat menggunakan metode Jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari di SMP Sulthan Bogor diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Terdapat
pengaruh
antara
penggunaan
metode
Jigsaw
dalam
pembelajaran yang dilaksanaan terhadap tingkat pemahaman siswa tentang
materi Zakat.
Hal ini terlihat dari perbandingan antara
persentasee rata-rata seluruh indikator kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kelas eksperimen memiliki rata-rata 69,59% sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 60,37%. 2.
Siswa yang pembelajarannya menggunakan metode Jigsaw memiliki tingkat pemahaman yang berbeda terhadap materi yang dipelajari dibandingkan
dengan
siswa
yang
pembelajarannya
menggunakan
metode konvensional. Hal ini terbukti dengan pengujian hipotesis yang menunjukkan nilai p= 0,0048 dan nilai α= 0,05 sehingga p= 0,0048 < α= 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode Jigsaw memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat. Sehingga siswa yang pembelajarannya menggunakan metode
Jigsaw
dibandingkan
memiliki
dengan
tingkat
siswa
yang
pemahaman
yang
pembelajarannya
lebih
baik
menggunakan
metode konvensional. B.
Implikasi Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, menyatakan bahwa siswa yang
diajarkan menggunakan metode Jigsaw memiliki tingkat pemahaman terhadap materi yang lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan menggunakan metode
64
65
konvensional. Dengan demikian, diharapkan agar para guru lebih memperhatikan kesesuaian antara materi yang akan dipelajari dengan metode yang digunakan. Peran aktif siswa harus menjadi salah satu prioritas dalam pembelajaran, karena seharusnya proses belajar tidak menjadi suatu paksaan melainkan suatu kebutuhan. Hal ini dapat didorong dengan cara melaksanakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Sebagaimana temuan di dalam penelitian ini, siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan metode Jigsaw. C.
Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
diperoleh,
peneliti
dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Metode
Jigsaw
sebaiknya
lebih sering digunakan dalam proses
pembelajaran terutama pada materi Zakat dan materi-materi lainnya yang sesuai dengan kriteria metode Jigsaw, sehingga siswa terbiasa dengan proses pembelajaran yang menggunakan metode Jigsaw dan dengan menggunakan metode tersebut siswa bisa lebih memahami materi yang diajarkan. 2. Guru yang hendak menggunakan metode Jigsaw dalam pembelajaran di kelas diharapkan melakukan persiapan dan pengaturan kelas sebelum menggunakan metode tersebut. Karena tanpa adanya persiapan dan pengaturan kelas, pembelajaran menggunakan metode Jigsaw akan memakan waktu yang cukup banyak. 3. Karena terdapat beberapa keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini,
sebaiknya
metode
Jigsaw
dilakukan penelitian lanjutan yang meneliti tentang pada
materi-materi
lainnya
dan
pada
jenjang
sekolah/kelas yang berbeda. 4. Dalam penelitian selanjutnya, sebaiknya data yang diperoleh dilengkapi dengan hasil wawancara dan angket.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010. -------. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. edisi 2. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012. Arkanuddin. dan Muslimah, Septi. Pendidikan Agama Islam untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011. Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2012. Awladih, Hasan Muhammad wa. Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: t.p., 1985. Cici Rina Yuningsih, “Efektifitas Penerapan Strategi Pembelajaran Cooperatif Tipe Jigsaw Learning pada Bidang Studi Aqidah Akhlak di MTs. Ibnu Hajar”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, h. 3334, tidak dipublikasikan. Dewi Puspasari, “Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta: 2015. tidak dipublikasikan. Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelerated Learning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007. Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru (Berdasarkan Pendekatan Kompetensi). Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Hawi, Akmal. Kompetensi Guru PAI. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013. Lie, Anita. Mempraktikkan Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo, 2014. Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam (Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan). Jakarta: Raja Grafindo, 2006. Muhammad Aship, “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, h. 30, tidak dipublikasikan. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008. Mustopa, Zaenal. dan Koswara, Nandang. Pendidikan Agama Islam untuk SD Kelas VI. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011.
66
67
Parsetyo, Danang. “Hari Ini, Hari Guru Nasional Momentum untuk Merefleksi dan Mengevaluasi Diri”, www.pontianakpost.com, 29 April 2016. Payong, Marselus R. Sertifikasi Profesi Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya). Jakarta: PT. Indeks, 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Rahman, Masykur Arif. Kesalahan-kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar-Mengajar. Jogjakarta: Diva Press, 2011. Remiswal. dan Amelia, Rezki. Format Pengembangan Strategi PAIKEM Dalam Pembelajaran Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. Rusman. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010. Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013. -------. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Silberman, Melvin L. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2006. Siregar, Syofian. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana, 2014. Slavin, Robert E. Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Praktik, Terj. dari Cooperative Learning: theory, research and practice oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media, 2015. Soebahar, Abd. Halim. Kebijakan Pendidikan Islam: dari Ordonansi Guru sampai UU SISDIKNAS. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011. Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005. Sukardja, M. dan Komarudin, Ukim. Landasan Pendidikan Konsep & Aplikasinya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009. Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
68
-------. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Taniredja, Tukiran. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta, 2013. Thobroni, Muhammad. dan Mustofa, Arif. Belajar dan Pembelajaran, Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Thoyar, Husni. Pendidikan Agama Islam untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. -------. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik Konsep, Landasan Teoritis—praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Vitria Alviani, “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Study Kasus di SMPN 2 Tangerang Selatan)”, Skripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta: 2010. tidak dipublikasikan. Yaumi, Muhammad. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013. Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Jakrta: PT Hidakarya Agung, 1992. -------. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: PT. Hidakarya Agung, t.t.
67
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pendidikan Agama Islam Kelas 8 - Semester II - 2015/2016 Pertemuan 1 SK, KD, Indikator, Taksonomi Bloom Standar kompetensi: 8. Memahami Zakat Kompetensi Dasar: 8.1 Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal 8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal 8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat dan zakat mal Indikator: 8.1.1 Menyebutkan pengertian zakat fitrah 8.1.2 Menyebutkan pengertian zakat mal 8.1.3 Menyebutkan macam-macam zakat 8.2.1 Menjelaskan perbedaan antara pengertian zakat fitrah dan zakat mal Tahapan Proses Pembelajaran Siswa
Durasi: 2 jam pelajaran (80 menit) A. Pendahuluan: (10 menit) 1. Memberi salam 2. Mengkondisikan kelas dengan memerhatikan sikap dan tempat duduk siswa serta menanyakan kabar 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa serta manfaatnya jika siswa mampu menguasai materi B. Kegiatan Inti: (60 menit) Model Pembelajaran Interaktif: Metode Jigsaw 1. Guru membagi siswa ke dalam 5 kelompok dengan anggota 6 orang siswa pada setiap kelompoknya (membentuk tim induk). 2. Guru memberikan 3 lembar soal yang berbeda kepada setiap kelompok untuk dibagikan ke setiap siswa dalam kelompok tersebut (dalam satu kelompok ada dua orang yang mendapatkan materi yang sama). Materimateri tersebut adalah tentang: a. Pengertian zakat fitrah dan zakat mal b. Macam-macam zakat c. Perbedaan zakat fitrah dengan zakat mal
68
3.
4. 5.
6.
Guru mengelompokkan siswa berdasarkan materi yang didapatkan (membentuk tim ahli) sehingga terbentuk kelompok baru sebanyak 6 kelompok. Guru meminta siswa membaca dan memahami materi yang dibagikan. Guru meminta setiap siswa untuk mendiskusikan materi yang mereka dapatkan dengan anggota kelompok (tim ahli) kemudian menjawab setiap soal yang telah dibagikan sebelumnya. Guru meminta siswa pada kelompok ahli untuk kembali ke kelompok awal (tim induk) dan menjelaskan materi yang sudah didiskusikan sebelumnya kepada setiap anggota kelompok di tim induk.
C. Penutup/Closing: (10 menit) Kesimpulan: 1. Guru meminta setiap kelompok untuk memberikan kesimpulan secara bergantian. 2. Guru memberikan soal kuis individu. 3. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari. 4. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. Penilaian Hasil Belajar Siswa D. Jenis penilaian: Observasi Sistematik: Kehadiran Respek Ketertiban Kerapian Atensi
Sumber Belajar dan Alat Bantu Mengajar Sumber Belajar: Buku paket Agama Islam, penerbit yudistira Alat Bantu Mengajar: Spidol Whiteboard Worksheet
Memeriksa dan Menyetujui Kepala Sekolah SMP Sulthan
Bogor, 25 April 2016 Guru Mata Pelajaran Agama Islam Kelas 8
H. Ahmad Subekti, SE
Muhammad
69
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pendidikan Agama Islam Kelas 8 - Semester II - 2015/2016 Pertemuan 2 SK, KD, Indikator, Taksonomi Bloom Standar kompetensi: 8. Memahami Zakat Kompetensi Dasar: 8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal 8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat dan zakat mal 8.4 Menjelaskan perbedaan hadas dan najis Indikator: 8.2.2 Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah 8.2.3 Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat mal 8.2.4 Menjelaskan perbedaan antara ketentuan zakat fitrah dan zakat mal 8.3.1 Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orang-orang yang berhak menerima zakat 8.3.2 Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat mal dan zakat fitrah 8.4.1 Menjelaskan tata cara praktik zakat fitrah 8.4.2 Menjelaskan tata cara praktik zakat mal Tahapan Proses Pembelajaran Siswa Interaktif
Durasi: 2 jam pelajaran (80 menit) A. Pendahuluan: (10 menit) 4. Memberi salam 5. Mengkondisikan kelas dengan memerhatikan sikap dan tempat duduk siswa serta menanyakan kabar 6. Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa serta manfaatnya jika siswa mampu menguasai materi
70
B. Kegiatan Inti: (60 menit) Model Pembelajaran Interaktif: Metode Jigsaw 7. Guru membagi siswa ke dalam 6 kelompok dengan anggota 5 orang siswa pada setiap kelompoknya (membentuk tim induk). 8. Guru memberikan 5 lembar soal yang berbeda kepada setiap kelompok untuk dibagikan ke setiap siswa dalam kelompok tersebut. Materi-materi tersebut adalah tentang: d. Ketentuan-ketentuan zakat fitrah e. Ketentuan-ketentuan zakat mal f. Perbedaan antara ketentuan-ketentuan zakat fitrah dengan zakat mal g. Dalil naqli tentang orang-orang yang berhak menerima zakat h. Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal 9.
10. 11.
12. 13. 14.
Guru mengelompokkan siswa berdasarkan materi yang didapatkan (membentuk tim ahli) sehingga terbentuk kelompok baru sebanyak 5 kelompok. Guru meminta siswa membaca dan memahami materi yang dibagikan. Guru meminta setiap siswa untuk mendiskusikan materi yang mereka dapatkan dengan anggota kelompok (tim ahli) kemudian menjawab setiap soal yang telah dibagikan sebelumnya. Guru meminta siswa pada kelompok ahli untuk kembali ke kelompok awal (tim induk). Guru meminta siswa menjelaskan materi yang sudah didiskusikan sebelumnya kepada setiap anggota kelompok di tim induk. Guru meminta siswa mengerjakan soal tentang pelaksanaan zakat fitrah dan zakat mal.
C. Penutup/Closing: (10 menit) Kesimpulan: 5. Guru meminta setiap kelompok untuk menjelaskan jawaban dari soal tentang pelaksanaan zakat di depan kelas secara bergantian. 6. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari. 7. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam.
71
Penilaian Hasil Belajar Siswa D. Jenis penilaian: Observasi Sistematik: Kehadiran Respek Ketertiban Kerapian Atensi
Sumber Belajar dan Alat Bantu Mengajar Sumber Belajar: Buku paket Agama Islam, penerbit yudistira Ensiklopedi untuk pelajar Ensiklopedi Islam. Alat Bantu Mengajar: Spidol Whiteboard Worksheet
Memeriksa dan Menyetujui Kepala Sekolah SMP Sulthan
Bogor, 25 April 2016 Guru Mata Pelajaran Agama Islam Kelas 8
H. Ahmad Subekti, SE
Muhammad
72
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Pendidikan Agama Islam Kelas 8 - Semester II - 2015/2016 Pertemuan 1
SK, KD, Indikator, Taksonomi Bloom Standar kompetensi: 8. Memahami Zakat Kompetensi Dasar: 8.1 Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat mal 8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal 8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat dan zakat mal Indikator: 8.1.1 Menyebutkan pengertian zakat fitrah 8.1.2 Menyebutkan pengertian zakat mal 8.1.3 Menyebutkan macam-macam zakat 8.2.1 Menjelaskan perbedaan antara pengertian zakat fitrah dan zakat mal Tahapan Proses Pembelajaran Siswa
Durasi: 2 jam pelajaran (80 menit) A. Pendahuluan: (10 menit) 7. Memberi salam 8. Mengkondisikan kelas dengan memerhatikan sikap dan tempat duduk siswa serta menanyakan kabar 9. Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa serta manfaatnya jika siswa mampu menguasai materi B. Kegiatan Inti: (60 menit) Model Pembelajaran Interaktif: 15. Guru menjelaskan materi tentang: i. Pengertian zakat fitrah dan zakat mal j. Macam-macam zakat k. Perbedaan zakat fitrah dengan zakat mal 16. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada
73
materi yang belum dipahami. C. Penutup/Closing: (10 menit) Kesimpulan: 8. Guru meminta beberapa siswa untuk memberikan kesimpulan secara bergantian. 9. Guru memberikan soal kuis individu. 10. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari. 11. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. Penilaian Hasil Belajar Siswa Sumber Belajar dan Alat Bantu Mengajar D. Jenis penilaian: Sumber Belajar: Observasi Sistematik: Buku paket Agama Islam, Kehadiran penerbit yudistira Respek Alat Bantu Mengajar: Ketertiban Spidol Kerapian Whiteboard Atensi Worksheet
Memeriksa dan Menyetujui Kepala Sekolah SMP Sulthan
Bogor, 25 April 2016 Guru Mata Pelajaran Agama Islam Kelas 8
H. Ahmad Subekti, SE
Muhammad
74
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Pendidikan Agama Islam Kelas 8 - Semester II - 2015/2016 Pertemuan 2
SK, KD, Indikator, Taksonomi Bloom Standar kompetensi: 8. Memahami Zakat Kompetensi Dasar: 8.2 Membedakan antara zakat fitrah dan zakat mal 8.3 Menjelaskan orang yang berhak menerima zakat dan zakat mal 8.4 Menjelaskan perbedaan hadas dan najis Indikator: 8.2.2 Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah 8.2.3 Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat mal 8.2.4 Menjelaskan perbedaan antara ketentuan zakat fitrah dan zakat mal 8.3.1 Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orang-orang yang berhak menerima zakat 8.3.2 Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat mal dan zakat fitrah 8.4.1 Menjelaskan tata cara praktik zakat fitrah 8.4.2 Menjelaskan tata cara praktik zakat mal Tahapan Proses Pembelajaran Siswa Interaktif
Durasi: 2 jam pelajaran (80 menit) A. Pendahuluan: (10 menit) 10. Memberi salam 11. Mengkondisikan kelas dengan memerhatikan sikap dan tempat duduk siswa serta menanyakan kabar 12. Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa serta manfaatnya jika siswa mampu menguasai materi B. Kegiatan Inti: (60 menit) Model Pembelajaran Interaktif: 17. Guru menjelaskan materi tentang: l. Ketentuan-ketentuan zakat fitrah m. Ketentuan-ketentuan zakat mal n. Perbedaan antara ketentuan-ketentuan zakat fitrah dengan zakat mal
75
o. Dalil naqli tentang orang-orang yang berhak menerima zakat p. Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal 18. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami. C. Penutup/Closing: (10 menit) Kesimpulan: 12. Guru meminta beberapa siswa untuk memberikan kesimpulan secara bergantian. 13. Guru memberikan soal kuis individu. 14. Guru bersama dengan siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari. 15. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. Penilaian Hasil Belajar Siswa D. Jenis penilaian: Observasi Sistematik: Kehadiran Respek Ketertiban Kerapian Atensi
Sumber Belajar dan Alat Bantu Mengajar Sumber Belajar: Buku paket Agama Islam, penerbit yudistira Ensiklopedi untuk pelajar Ensiklopedi Islam. Alat Bantu Mengajar: Spidol Whiteboard Worksheet
Memeriksa dan Menyetujui Kepala Sekolah SMP Sulthan
Bogor, 25 April 2016 Guru Mata Pelajaran Agama Islam Kelas 8
H. Ahmad Subekti, SE
Muhammad
76
Lampiran 3 KELOMPOK AHLI 1 Topik Diskusi: Pengertian Zakat Fitrah dan Zakat Mal Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : …………………………………… Pertanyaan: 1. Jelaskan pengertian zakat fitrah! Jawaban:
2. Jelaskan Pengertian Zakat Mal Jawaban:
77
KELOMPOK AHLI 2 Topik Diskusi: Macam-macam Zakat : …………………………………… : ……………………………………
Nama Siswa Kelas/Kelompok Pertanyaan: 1. Sebutkan macam-macam zakat yang kamu ketahui! Jawaban:
78
KELOMPOK AHLI 3 Topik Diskusi: Perbedaan antara Zakat Fitah dengan Zakat Mal Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : …………………………………… Pertanyaan: 1. Sebutkan perbedaan antara zakat fitrah dengan zakat mal! Jawaban:
79
KELOMPOK AHLI 1 Topik Diskusi: Ketentuan-ketentuan Zakat Fitrah Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : …………………………………… Pertanyaan: 1. Sebutkan ketentuan-ketentuan di dalam zakat fitrah! Jawaban:
80
KELOMPOK AHLI 2 Topik Diskusi: Ketentuan-ketentuan Zakat Mal Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : …………………………………… Pertanyaan: 1. Sebutkan ketentuan-ketentuan di dalam zakat mal! Jawaban:
81
KELOMPOK AHLI 3 Topik Diskusi: Perbedaan Ketentuan-ketentuan Zakat Fitrah dengan Zakat Mal Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : …………………………………… Pertanyaan: 1. Sebutkan perbedaan ketentuan-ketentuan zakat fitrah dengan zakat mal! Jawaban:
82
KELOMPOK AHLI 4 Topik Diskusi: Dalil Naqli Tentang Mustahik Zakat Nama Siswa : …………………………………… Kelas/Kelompok : …………………………………… Pertanyaan: 1. Sebutkan dalil naqli tentang mustahik zakat beserta artinya! Jawaban:
83
KELOMPOK AHLI 5 Topik Diskusi: Mustahik Zakat : …………………………………… : ……………………………………
Nama Siswa Kelas/Kelompok Pertanyaan: 1. Sebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat! Jawaban:
84
SOAL LATIHAN PEMBELAJARAN MATERI ZAKAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII Nama : ................................... Kelas : ...................................
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar! 1. Bagaimanakah pelaksanaan zakat dalam masyarakat di sekitar kamu pada bulan Ramadhan? Jelaskan secara singkat! 2. Hitunglah jumlah anggota keluargamu serta orang-orang yang berada dalam tanggungan keluargamu! 3. Hitunglah zakat fitrah yang harus kamu keluarkan untuk seluruh anggota keluarga kalian tersebut! 4. Tentukan jenis makanan pokok yang akan kalian keluarkan! 5. Perhatikan harta yang dimiliki oleh orang-orang di sekitarmu! Sebutkan harta orang-orang tersebut yang wajib dizakati! 6. Buatlah perkiraan jumlah harta yang dimiliki oleh orang-orang tersebut! Buatlah perhitungan zakat yang wajib dikeluarkan oleh orang-orang itu! 7. Sebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat tersebut!
85
Lampiran 4 KUESIONER SMP Sulthan Tahun Ajaran 2015/2016 Kelas IX Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. Salah satu pengertian zakat menurut bahasa adalah . . . . a. menukarkan b. menambahkan c. menyisihkan harta d. mensucikan 2. Zakat yang dikeluarkan untuk membersihakan jiwa seseorang disebut zakat . . . . a. harta b. profesi c. fitrah d. mal 3. Orang yang harus mengeluarkan zakat dalam istilah syara’ disebut . . . . a. muzaki b. mustahik c. nishab d. haul 4. Surat at-Taubah ayat 60 menjelaskan tentang . . . . a. orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat b. orang-orang yang berhak menerima zakat c. ketentuan-ketentuan orang yang mengeluarkan zakat d. ketentuan-ketentuan dalam mengeluarkan zakat barang temuan 5. Hukum mengeluarkan zakat mal bagi yang sudah memenuhi syarat wajib adalah . . . . a. wajib b. mubah c. sunnah d. makruh 6. Pengertian mustahik zakat adalah . . . . a. orang yang mampu untuk mengeluarkan zakat b. orang yang berkewajiban untuk melaksanakan zakat
86
c. orang yang berhak untuk menerima zakat d. zakat yang harus dibayarkan kepada yang berhak menerimanya 7. Zakat mal hanya dibayarkan setelah . . . . a. seseorang merasa siap untuk membayar zakat b. seseorang merasa mampu c. memenuhi nisab dan haulnya d. semua urusan dunianya terpenuhi 8. Berikut ini adalah harta yang tidak wajib untuk dizakati adalah harta . . . . a. barang dagangan b. hasil curian c. hasil pertanian d. hasil temuan 9. Zakat yang dikeluarkan khusus pada bulan Ramadhan adalah zakat . . . . a. mal b. fitrah c. profesi d. perniagaan/perdagangan 10. Zakat fitrah dikeluarkan oleh setiap jiwa sebesar . . . . a. 2,5 persen b. 2,5 liter c. 2,5 Kg d. 2,5 Ons 11. Hukum mengeluarkan zakat fitrah adalah . . . . a. sunnah b. wajib c. haram d. makruh 12. Zakat yang bertujuan membersihkan harta adalah zakat . . . . a. mal b. fitrah c. profesi d. rikaz 13. Keluarga Khalid terdiri dari 10 orang, zakat fitrah yang wajib dikeluarkan sebanyak . . . liter a. 10
87
b. 20 c. 30 d. 31 14. Perbedaan antara zakat fitrah dengan zakat mal yaitu . . . . a. zakat fitrah dikeluarkan jika ada kelebihan harta, sedangkan zakat mal harus selalu dikeluarkan setiap tahunnya b. zakat fitrah dikeluarkan saat bulan Ramadhan, sedangkan zakat mal dikeluarkan jika sudah mencapai nisab dan haul/waktu panen untuk zakat pertanian c. zakat fitrah harus diberikan kepada orang yang berhak menerima, sedangkan zakat mal boleh diberikan kepada siapa saja d. zakat fitrah harus diberikan oleh semua orang, sedangkan zakat mal hanya diberikan oleh orang yang sudah berkeluarga 15. Nisab untuk zakat yang berupa emas adalah . . . gram a. 93,1 b. 100,9 c. 96 d. 91,2 16. Pak Ahmad memiliki sebuah peternakan kambing yang berjumlah 100 ekor, maka Pak Ahmad wajib mengeluarkan zakat sebesar . . . . a. 2 ekor kambing betina umur 2 tahun b. 2 ekor domba betina umur 2 tahun c. 1 ekor kambing betina umur 2 tahun d. 1 ekor domba betina umur 2 tahun 17. Nisab hasil pertanian yang wajib dikeluarkan zakatnya yaitu . . . . a. 653 Kg b. 555 Kg c. 453 Kg d. 456 Kg 18. Di bawah ini adalah syarat wajib zakat fitrah, kecuali . . . . a. orang Islam b. diberikan saat masa panen c. masih hidup saat terbenamnya matahari pada akhir bulan ramadhan d. mempunyai kelebihan makanan pada malam hari raya idul fitri 19. Rukun zakat fitrah terdiri dari . . . .
88
a. b. c. d.
beragama Islam, baligh, kaya, dan berakal sehat niat, muzakki, mustahik, dan ada makanan pokok beragama Islam, hidup di malam hari raya, mustahik niat, beragama Islam, berakal, dan baligh
20. Waktu sunnah mengeluarkan zakat fitrah adalah . . . . a. selama bulan Ramadhan b. setelah subuh sebelum shalat idul fitri c. malam hari raya idul fitri d. setelah shalat idul fitri 21. Berikut ini yang bukan manfaat zakat fitrah adalah . . . . a. membuat gembira orang yang lemah dan tidak mampu pada saat hari raya b. dapat mengurangi harta yang kita miliki c. mencegah orang-orang miskin melakukan kejahatan d. hubungan kasih sayang antara pemberi dan penerima zakat akan terjalin 22. Nilai minimal suatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya disebut . . . . a. muzakki b. mustahik c. haul d. nisab 23. Orang muslim yang mampu melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan urusan zakat yaitu tugas yang berkaitan proses penghimpunan, penjagaan, pemeliharaan, pendistribusian, dan laporan keuangan dana zakat disebut . . . . a. fakir b. miskin c. amil d. gharim 24. Besar zakat barang temuan (rikaz) adalah . . . . a. 2,5 % b. 5 % c. 10 % d. 20 %
89
25. Bila seseorang memiliki 10 ekor unta, berapa zakat yang harus dikeluarkan .... a. 1 ekor kambing b. 2 ekor kambing c. 1 ekor anak unta d. 2 ekor anak unta 26. Seseorang harus mengeluarkan zakat 1 ekor kambing berumur 2 tahun jika ia memiliki kambing sebanyak . . . . a. 20-39 ekor kambing b. 40-120 ekor kambing c. 121-200 ekor kambing d. 201-399 ekor kambing 27. Waktu menunaikan zakat pertanian adalah . . . . a. setiap bulan Ramadhan b. setiap tahun c. setiap bulan d. setiap panen 28. Seorang petani memiliki sawah tadah hujan yang ditanami padi. Hasil panennya mencapai 30 Kwintal gabah, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah . . . . a. 10 Kwintal b. 5 Kwintal c. 3 Kwintal d. 1,5 Kwintal 29. Jika seseorang memiliki tabungan sebesar Rp. 50.000.000 dan telah genap satu tahun maka besar zakat yang wajib dikeluarkan adalah . . . . a. Rp. 1.250.000 b. Rp. 2.500.000 c. Rp. 5.000.000 d. Rp. 7.500.000 30. Seorang pedagang mendapatkan laba bersih hasil niaganya selama satu tahun sebesar Rp. 30.000.000, berapa zakat yang wajib dikeluarkan . . . . a. Rp. 1.250.000 b. Rp. 1.000.000 c. Rp. 750.000 d. Rp. 500.000
90
31. Seorang profesional muda bekerja selama satu tahun dan mendapatkan penghasilan bersih sebesar Rp. 60.000.000, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah . . . . a. Rp. 1.250.000 b. Rp. 1.500.000 c. Rp. 2.000.000 d. Rp. 2.500.000 32. Seorang muallaf termasuk golongan yang berhak menerima zakat karena . ... a. masih banyak musuhnya b. pengetahuan kesilamannya masih rendah c. ibadahnya belum ikhlas d. imannya masih lemah 33. Jika satu keluarga terddiri dari 2 orang dewasa, 2 remaja, dan 1 bayi. Maka zakat fitrah yang harus dikeluarkan sebanyak . . . . a. 7,5 Kg b. 10 Kg c. 12,5 Kg d. 15 Kg 34. Fulanah memiliki 100 gram emas tak terpakai. Harga emas saat itu adalah Rp. 300.000. Setelah genap satu tahun, jika ia ingin membayar zakatnya dengan uang maka jumlah yang harus dibayarkan adalah . . . . a. Rp. 300.000 b. Rp. 750.000 c. Rp. 1.000.000 d. Rp. 3.000.000 35. Berikut ini syarat-syarat harta yang wajib dizakati, kecuali . . . . a. menjadi milik sempurna b. milik bersama c. sudah mencapai nisab d. mencapai haul 36. Berikut ini golongan yang berhak menerima zakat, kecuali . . . . a. amil b. yatim c. fakir
91
d. gharim 37. Berikut ini adalah harta yang wajib dizakati, kecuali . . . . a. emas yang digunakan b. perak c. hewan ternak d. hasil pertanian 38. Zakat terbagi ke dalam dua bagian, yaitu . . . . a. zakat fitrah dan zakat mal b. zakat harta dan zakat tenaga c. zakat profesi dan zakat jasa d. zakat fitrah dan zakat uang 39. Yang termasuk ke dalam zakat mal adalah . . . . a. uang pinjaman b. harta gadaian c. hewan ternak d. tumbuhan 40. Seseorang boleh mengeluarkan zakat fitrah sejak . . . . a. terbit matahari di bulan Ramadhan sampai terbenam matahari b. awal bulan Ramadhan sampai akhir bulan ramadhan c. pertengahan bulan Ramadhan sampai akhir bulan Ramadhan d. memasuki akhir minggu pada bulan Ramadhan
92
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas
No.
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A B C D E V G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD
∑ R hitung R tabel Kriteria
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 28 0.425 0.361 Valid
2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 29 0.406 0.361 Valid
Butir Soal 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 30 0.406 0.361 Valid
4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 30 0.462 0.361 Valid
5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 29 0.404 0.361 Valid
93
No.
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A B C D E V G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD
∑ R hitung R tabel Kriteria
6 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 29 0.374 0.361 Valid
7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 30 0.374 0.361 Valid
Butir Soal 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 34 0.413 0.361 Valid
9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 33 0.404 0.361 Valid
10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 34 0.252 0.361 Tdk Valid
94
No.
Nam a
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A B C D E V G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD ∑
R hitung R tabel Kriteria
11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40 0.1959812 29 0.361 Tdk Valid
12 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 0.3753912 19 0.361 Valid
Butir Soal 13 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 31 0.3904683 79 0.361 Valid
14 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 28 0.412079 58 0.361 Valid
15 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 24 0.4006351 65 0.361 Valid
95
No.
Nam a
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A B C D E V G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD ∑
R hitung R tabel Kriteria
16 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 26 0.0699632 1 0.361 Tdk Valid
17 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 27 0.0932842 86 0.361 Tdk Valid
Butir Soal 18 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 39 0.3670489 83 0.361 Valid
19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 43 0.4177590 23 0.361 Valid
20 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 30 0.3731371 42 0.361 Valid
96
No.
Nam a
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A B C D E V G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD ∑
R hitung R tabel Kriteria
21 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 49 0.3041015 08 0.361 Tdk Valid
22 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 44 0.4996929 47 0.361 Valid
Butir Soal 23 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 50 0.4250881 28 0.361 Valid
24 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 35 0.5543660 52 0.361 Valid
25 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 32 0.119566 19 0.361 Tdk Valid
97
No.
Nam a
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A B C D E V G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD ∑
R hitung R tabel Kriteria
26 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 35 0.0527782 85 0.361 Tdk Valid
27 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 44 0.4015558 29 0.361 Valid
Butir Soal 28 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 45 0.5790390 68 0.361 Valid
29 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 38 0.4726055 53 0.361 Valid
30 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 44 0.1256071 45 0.361 Tdk Valid
98
No.
Nam a
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A B C D E V G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD ∑
R hitung R tabel Kriteria
31 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 44 0.5302311 77 0.361 Valid
32 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 51 0.3923907 85 0.361 Valid
Butir Soal 33 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 52 0.3923907 85 0.361 Valid
34 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 50 0.3702105 31 0.361 Valid
35 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 53 0.177281 62 0.361 Tdk Valid
99
No.
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
A B C D E V G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD
∑ R hitung R tabel Kriteria
36 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 53 0.401 0.361 Valid
37 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 56 0.426 0.361 Valid
Butir Soal 38 39 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 58 53 0.408 0.445 0.361 0.361 Valid Valid
40 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 68 0.348 0.361 Tdk Valid
y
y^2
30 29 17 29 36 20 30 29 19 21 29 18 30 29 30 31 36 22 18 20 24 30 22 18 26 18 32 17 34 18 762
900 841 289 841 1296 400 900 841 361 441 841 324 900 841 900 961 1296 484 324 400 576 900 484 324 676 324 1024 289 1156 324 20458
100
Langkah-langkah Perhitungan Uji Validitas Tes Uraian Contoh tabel validitas nomor 1: Siswa A B C D E V G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z AA BB CC DD ∑
X1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 27
Y 30 29 17 29 36 20 30 29 19 21 29 18 30 29 30 31 36 22 18 20 24 30 22 18 26 18 32 17 34 18 762
X1^2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 27
Y^2 900 841 289 841 1296 400 900 841 361 441 841 324 900 841 900 961 1296 484 324 400 576 900 484 324 676 324 1024 289 1156 324 20458
X1*Y 30 29 0 29 36 20 30 29 19 21 29 0 30 29 30 31 36 22 18 20 24 30 22 0 26 18 32 17 34 18 709
101
Contoh mencari validasi nomor 1
Menentukan nilai
X
= Jumlah skor soal no.1
= 27
Menentukan nilai
Y = Jumlah
skor total
= 762
Menentukan nilai
X
2
= Jumlah kuadrat skor no.1
2
= Jumlah kuadrat skor total
= 27
Menentukan nilai
Y
= 20458
Menentukan nilai total
XY
= 709
Menentukan nilai rxy
rxy
= Jumlah hasil kali skor no.1 dengan skor
N ( XY ) ( X )( Y )
N X
2
( X ) 2 . N Y 2 ( Y ) 2
30(709) 27(762)
. 30(27) 27 30(20458) (762) 2 2
0,425
Mencari nilai rtabel, dengan dk = n – 2 = 30 – 2 = 28 dan tingkat signifikansi sebesar 0,05 diperoleh nilai rtabel = 0,361
Setelah diperoleh nilai rxy = 0,425 lalu dikonsultasikan dengan nilai rtabel = 0,361 Karena rxy > rtabel (0,361 > 0,361), maka soal No.1 valid
Untuk soal selanjutnya menggunakan langkah seperti soal no.1
102
Lampiran 6 Hasil Uji Reliabilitas Skor Skor Total Ganjil Genap 1 A 12 18 30 2 B 15 14 29 3 C 9 8 17 4 D 15 14 29 5 E 19 17 36 6 F 11 9 20 7 G 13 17 30 8 H 16 13 29 9 I 8 11 19 10 J 11 10 21 11 K 14 15 29 12 L 10 8 18 13 M 15 15 30 14 N 16 13 29 15 O 14 16 30 16 P 15 16 31 17 Q 19 17 36 18 R 9 13 22 19 S 9 9 18 20 T 10 10 20 21 U 13 11 24 22 V 15 15 30 23 W 10 12 22 24 X 11 7 18 25 Y 14 12 26 26 Z 9 9 18 27 AA 16 16 32 28 BB 8 9 17 29 CC 18 16 34 30 DD 10 8 18 Reliabilitas 0.857963 Kesimpulan: Sangat Tinggi (0.80 ≤ r ≤ 1.00) No.
Subyek
103
Langkah-langkah Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Pilihan Ganda Rumus uji Reliabilitas tes pilihan ganda menggunakan rumus belah dua seperti berikut ini:
= 0,86
Berdasarkan kriteria reliabilitas r11 = 0,86 berada di antara kisaran nilai 0,80 ≤ r ≤ 1,00, maka tes bentuk uraian tersebut memiliki reliabilitas yang sangat tinggi.
104
Lampiran 7 Hasil Uji Taraf Kesukaran Langkah-langkah Perhitungan Uji Reliabilitas Tes Pilihan Ganda: Menentukan B = Jumlah skor butir i yang dijawab oleh peserta tes dengan benar.
Menentukan JS = Jumlah skor maksimal seluruh soal.
Misal, untuk no.1 perhitungan tingkat kesukarannya sebagai berikut:
B = 30, JS = 40 Menetukan Tingkat Kesukaran:
B JS 27 = = 0,9 30 Berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran, P = 0,9 berada kisaran nilai 0,71P
1,00 maka soal nomor 1 tersebut memiliki tingkat kesukaran mudah.
Untuk nomor 2 dan seterusnya, perhitungan tingkat kesukarannya sama dengan perhitungan tingkat kesukaran soal nomor 1.
105
Lampiran 8 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Langkah – langkah Perhitungan Daya Beda Soal Menentukan jumlah kelompok atas dan bawah dengan cara: Jumlah kelompok
= 27% x Jumlah siswa = 27% x 30 =8 Nilai siswa diurutkan dari yang terbesar, sehingga 8 siswa dengan nilai tertinggi menempati kelompok
A dan 8 siswa dengan nilai terendah
menempati kelompok B
Menentukan JBA = Jumlah skor benar kelompok atas pada soal yang diolah
Menentukan JBB = Jumlah skor benar kelompok bawah pada soal yang diolah
JSA = skor maksimal kelompok atas pada soal yang diolah
JSB = skor maksimal kelompok bawah pada soal yang diolah
Misal, untuk soal no.1, perhitungan daya bedanya adalah sebagai berikut :
JBA = 8, JBB = 5, JSA = 8, JSB = 8 Menentukan DP = Daya Pembeda
JBA JBB 8 5 8 5 3 = 0,375 8 8 JSA JSB 8 8 Berdasarkan klasifikasi daya pembeda, nilai DP = 0,375 berada diantara DP
kisaran nilai 0,21 < D < 0,40, maka soal nomor 1 tersebut memiliki daya pembeda cukup.
Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan daya pembedanya sama dengan perhitungan daya pembeda soal nomor 1.
106
Lampiran 9 KUESIONER SMP Sulthan Tahun Ajaran 2015/2016 Kelas VIII Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. Salah satu pengertian zakat menurut bahasa adalah . . . . e. menukarkan f. menambahkan g. menyisihkan harta h. mensucikan 2. Zakat yang dikeluarkan untuk membersihakan jiwa seseorang disebut zakat . . . . e. harta f. profesi g. fitrah h. mal 3. Orang yang harus mengeluarkan zakat dalam istilah syara’ disebut . . . . e. muzaki f. mustahik g. nishab h. haul 4. Surat at-Taubah ayat 60 menjelaskan tentang . . . . a. orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat b. orang-orang yang berhak menerima zakat c. ketentuan-ketentuan orang yang mengeluarkan zakat d. ketentuan-ketentuan dalam mengeluarkan zakat barang temuan 5. Hukum mengeluarkan zakat mal bagi yang sudah memenuhi syarat wajib adalah . . . . e. wajib f. mubah g. sunnah h. makruh
6. Pengertian mustahik zakat adalah . . . . e. orang yang mampu untuk mengeluarkan zakat f. orang yang berkewajiban untuk melaksanakan zakat g. orang yang berhak untuk menerima zakat h. zakat yang harus dibayarkan kepada yang berhak menerimanya
107
7. Zakat mal hanya dibayarkan setelah . . . . e. seseorang merasa siap untuk membayar zakat f. seseorang merasa mampu g. memenuhi nisab dan haulnya h. semua urusan dunianya terpenuhi 8. Berikut ini adalah harta yang tidak wajib untuk dizakati adalah harta . . . . e. barang dagangan f. hasil curian g. hasil pertanian h. hasil temuan 9. Zakat yang dikeluarkan khusus pada bulan Ramadhan adalah zakat . . . . e. mal f. fitrah g. profesi h. perniagaan/perdagangan 10. Zakat yang bertujuan membersihkan harta adalah zakat . . . . a. mal b. fitrah c. profesi d. rikaz 11. Keluarga Khalid terdiri dari 10 orang, zakat fitrah yang wajib dikeluarkan sebanyak . . . liter a. 10 b. 20 c. 30 d. 31 12. Perbedaan antara zakat fitrah dengan zakat mal yaitu . . . . a. zakat fitrah dikeluarkan jika ada kelebihan harta, sedangkan zakat mal harus selalu dikeluarkan setiap tahunnya b. zakat fitrah dikeluarkan saat bulan Ramadhan, sedangkan zakat mal dikeluarkan jika sudah mencapai nisab dan haul/waktu panen untuk zakat pertanian c. zakat fitrah harus diberikan kepada orang yang berhak menerima, sedangkan zakat mal boleh diberikan kepada siapa saja d. zakat fitrah harus diberikan oleh semua orang, sedangkan zakat mal hanya diberikan oleh orang yang sudah berkeluarga 13. Nisab untuk zakat yang berupa emas adalah . . . gram a. 93,1 b. 100,9 c. 96 d. 91,2
108
14. Di bawah ini adalah syarat wajib zakat fitrah, kecuali . . . . a. orang Islam b. diberikan saat masa panen c. masih hidup saat terbenamnya matahari pada akhir bulan ramadhan d. mempunyai kelebihan makanan pada malam hari raya idul fitri 15. Rukun zakat fitrah terdiri dari . . . . a. beragama Islam, baligh, kaya, dan berakal sehat b. niat, muzakki, mustahik, dan ada makanan pokok c. beragama Islam, hidup di malam hari raya, mustahik d. niat, beragama Islam, berakal, dan baligh 16. Berikut ini yang bukan manfaat zakat fitrah adalah . . . . a. membuat gembira orang yang lemah dan tidak mampu pada saat hari raya b. dapat mengurangi harta yang kita miliki c. mencegah orang-orang miskin melakukan kejahatan d. hubungan kasih sayang antara pemberi dan penerima zakat akan terjalin 17. Nilai minimal suatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya disebut . . . . a. muzakki b. mustahik c. haul d. nisab 18. Orang muslim yang mampu melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan urusan zakat yaitu tugas yang berkaitan proses penghimpunan, penjagaan, pemeliharaan, pendistribusian, dan laporan keuangan dana zakat disebut . . . . a. fakir b. miskin c. amil d. gharim 19. Besar zakat barang temuan (rikaz) adalah . . . . a. 2,5 % b. 5 % c. 10 % d. 20 % 20. Waktu menunaikan zakat pertanian adalah . . . . a. setiap bulan Ramadhan b. setiap tahun c. setiap bulan
109
d. setiap panen 21. Seorang petani memiliki sawah tadah hujan yang ditanami padi. Hasil panennya mencapai 30 Kwintal gabah, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah . . . . a. 10 Kwintal b. 5 Kwintal c. 3 Kwintal d. 1,5 Kwintal 22. Jika seseorang memiliki tabungan sebesar Rp. 50.000.000 dan telah genap satu tahun maka besar zakat yang wajib dikeluarkan adalah . . . . a. Rp. 1.250.000 b. Rp. 2.500.000 c. Rp. 5.000.000 d. Rp. 7.500.000 23. Seorang profesional muda bekerja selama satu tahun dan mendapatkan penghasilan bersih sebesar Rp. 60.000.000, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah . . . . a. Rp. 1.250.000 b. Rp. 1.500.000 c. Rp. 2.000.000 d. Rp. 2.500.000 24. Seorang muallaf termasuk golongan yang berhak menerima zakat karena . ... a. masih banyak musuhnya b. pengetahuan kesilamannya masih rendah c. ibadahnya belum ikhlas d. imannya masih lemah 25. Jika satu keluarga terddiri dari 2 orang dewasa, 2 remaja, dan 1 bayi. Maka zakat fitrah yang harus dikeluarkan sebanyak . . . . a. 7,5 Kg b. 10 Kg c. 12,5 Kg d. 15 Kg 26. Fulanah memiliki 100 gram emas tak terpakai. Harga emas saat itu adalah Rp. 300.000. Setelah genap satu tahun, jika ia ingin membayar zakatnya dengan uang maka jumlah yang harus dibayarkan adalah . . . . a. Rp. 300.000 b. Rp. 750.000 c. Rp. 1.000.000 d. Rp. 3.000.000
110
27. Berikut ini golongan yang berhak menerima zakat, kecuali . . . . a. amil b. yatim c. fakir d. gharim 28. Berikut ini adalah harta yang wajib dizakati, kecuali . . . . a. emas yang digunakan b. perak c. hewan ternak d. hasil pertanian 29. Zakat terbagi ke dalam dua bagian, yaitu . . . . a. zakat fitrah dan zakat mal b. zakat harta dan zakat tenaga c. zakat profesi dan zakat jasa d. zakat fitrah dan zakat uang 30. Yang termasuk ke dalam zakat mal adalah . . . . a. uang pinjaman b. harta gadaian c. hewan ternak d. tumbuhan
111
Lampiran 10 Kunci Jawaban Instrumen Tes No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kunci Jawaban D C A B A C C B B A C B C B D
No. 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Kunci Jawaban B D C D D C A B D C B B A A C
112
Lampiran 11
HASIL TES PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI ZAKAT KELOMPOK EKSPERIMEN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
NAMA SISWA E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15
NILAI 56.7 73.3 80 60 46.7 56.7 56.7 63.3 66.7 63.3 40 63.3 73.3 70 80
NO 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NAMA SISWA E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 E28 E29 E30
NILAI 80 70 60 76.7 70 56.7 50 50 73.3 73.3 73.3 70 70 66.7 63.3
Lampiran 12
HASIL TES PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI ZAKAT KELOMPOK KONTROL
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
NAMA SISWA E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 E12 E13 E14 E15
NILAI 63.3 56.7 50 50 63.3 66.7 63.3 66.7 56.7 56.7 60 53.3 60 53.3 50
NO 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
NAMA SISWA E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22 E23 E24 E25 E26 E27 E28 E29 E30
NILAI 76.7 70 46.7 43.3 63.3 53.3 60 66.7 66.7 80 60 56.7 56.7 53.3 40
114
Lampiran 13
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN, MEDIAN, MODUS, VARIANS, SIMPANGAN BAKU, KEMIRINGAN DAN KURTOSIS KELOMPOK EKSPERIMEN
A. Distribusi Frekuensi 40
46,7
50
50
56,7
56,8
56,9
56,10
60
60
63,3
63,3
63,4
63,5
66,7
66,7
70
70
70
70
70
73,3
73,4
73,5
73,6
73,7
76,7
80
80
80
Banyak data (n) = 30 Perhitungan Rentang R = Xmaks - Xmin = 80 – 40 = 40
Perhitungan Banyak Kelas K = 1 + 3,3 log (n) = 1 + 3,3 log 30 = 5,87 6
115
Perhitungan Panjang Kelas
R K 40 P 7 P 6,8 P
P7
No.
Interval
1 2 3 4 5 6 7
40 - 45 46 - 51 52 - 57 58 - 63 64 - 69 70 - 75 76 - 81
Batas Bawah 39.5 45.5 51.5 57.5 63.5 69.5 75.5 Jumlah
Batas Atas (fi) 45.5 1 51.5 3 57.5 4 63.5 6 69.5 2 75.5 10 81.5 4 30
B. Perhitungan Mean X
fX f i
i
i
1941 30 64,7
C. Perhitungan Median n F 2 M e Bb P f Me 15 14 63,5 6 2 63,5 3 66,5
Frekuensi FK f(%) 3.333333333 1 10 4 13.33333333 8 20 14 6.666666667 16 33.33333333 26 13.33333333 30 100
(Xi)
Xi^2
42.5 48.5 54.5 60.5 66.5 72.5 78.5
1806.25 2352.25 2970.25 3660.25 4422.25 5256.25 6162.25
fiXi
fiXi^2
42.5 1806.25 145.5 21170.25 218 47524 363 131769 133 17689 725 525625 314 98596 1941 844179.5
116
D. Perhitungan Modus fa M o Bb P fa fb 6 69,5 6 6 1 69,5 3,4 72,9
E. Perhitungan Quartil n F Q1 b p 4 f 7,5 4 51,5 6 4
3n F 4 Q3 b p f 22,5 16 69,5 6 10
51,5 5,25
69,5 3,9
56,75
73,4
F. Perhitungan Persentil 90n F P90 b p 100 f 27 26 75,5 6 4
10n F P10 b p 100 f 3 1 45,5 6 3 45,5 4
75,5 1,5
49,5
77
G. Perhitungan Varians n f i X i f i X i 2
s 2
2
nn 1 30844179,5 3767481 3030 1 21557904 870 24779,2
117
H. Perhitungan simpangan baku
s 24779,2 157,4
I. Perhitungan Kemiringan
X Mo s 64,7 72,9 157,4 0,05
3
Karena berharga negatif, maka distribusi data miring negatif atau landai kiri. Dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di atas rata-rata. J. Perhitungan Ketajaman/Kurtosis 1 Q3 Q1 2 4 P90 P10 1 73,4 - 56,75 2 77 49,5 8,325 27,5 0,303
118
Lampiran 14
PERHITUNGAN PERSENTASE TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI ZAKAT BERDASARKAN INDIKATOR PADA KELAS EKSPERIMEN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
INDIKATOR Menyebutkan pengertian zakat fitrah dan zakat mal Menyebutkan macam-macam zakat Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah dan mal Menjelaskan perbedaan ketentuan zakat fitrah dan mal Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orang-orang yang berhak menerima zakat Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal Mempraktikkan zakat fitrah dan zakat mal RATA-RATA
PRESENTASE 85.24 100 100 67 55 50 66.67 32.78 69.59
Persentase = Misal Persentase indikator nomor 1= = Untuk menghitung persentase indikator lainnya dengan menggunakan cara seperti indicator nomor 1.
119
Lampiran 15
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN, MEDIAN, MODUS, VARIANS, SIMPANGAN BAKU, KEMIRINGAN DAN KURTOSIS KELOMPOK KONTROL
A. Distribusi Frekuensi 40
43.3
46.7
50
50
50
53.3
53.3
53.3
53.3
56.7
56.7
56.7
56.7
56.7
60
60
60
60
63.3
63.3
63.3
63.3
66.7
66.7
66.7
66.7
70
76.7
80
Banyak data (n) = 30 Perhitungan Rentang R = Xmaks - Xmin = 80 – 40 = 40
Perhitungan Banyak Kelas K = 1 + 3,3 log (n) = 1 + 3,3 log 30 = 6,14 6
120
No. 1 2 3 4 5 6 7
Batas Bawah 40 - 45 39.5 46 - 51 45.5 52 - 57 51.5 58 - 63 57.5 64 - 69 63.5 70 - 75 69.5 76 - 81 75.5 Jumlah Interval
Frekuensi Batas Atas (fi) f(%) 45.5 2 6.66 51.5 4 13.33 57.5 9 30 63.5 8 26.66 69.5 4 13.33 75.5 1 3.33 81.5 2 6.66 30 100
Perhitungan Panjang Kelas R K 59 P 6 P 9,83 P
P 10
B. Perhitungan Mean X
fX f i
i
i
1749 30 58,3
C. Perhitungan Median n F M e Bb P 2 f Me 15 6 51,5 6 9 51,5 6 57,5
FK 2 6 15 23 27 28 30
(Xi)
Xi^2
42.5 48.5 54.5 60.5 66.5 72.5 78.5
1806.25 2352.25 2970.25 3660.25 4422.25 5256.25 6162.25
fiXi
fiXi^2
85 7225 194 37636 490.5 240590.3 484 234256 266 70756 72.5 5256.25 157 24649 1749 620368.5
121
D. Perhitungan Modus fa M o Bb P f a fb 5 51,5 6 5 1 51,5 5 56,5
E. Perhitungan Quartil n F Q1 b p 4 f 7,5 6 51,5 6 9
3n F Q3 b p 4 f 22,5 15 57,5 6 8
51,5 1
57,5 5,63
52,5
63,13
F. Perhitungan Persentil 10n F P10 b p 100 f 3 2 45,5 6 4
90n F P90 b p 100 f 27 23 63,5 6 4
45,5 1,5
63,5 6
47
99,5
122
G. Perhitungan Varians n f i X i f i X i 2
s 2
2
nn 1 30620368,5 3059001 3030 1 15552054 870 17875,92
H. Perhitungan simpangan baku
s 17875,92 133,70 I. Perhitungan Kemiringan
X Mo s 58,3 56,5 133,70 0,01
3
Karena berharga positif, maka distribusi data miring positif atau landai kanan. Dengan kata lain kecenderungan data mengumpul di bawah rata-rata. J. Perhitungan Ketajaman/Kurtosis
1 Q3 Q1 2 4 P90 P10 1 63,13 - 52,5 2 69,5 47 5,3125 22,5 0,2361
123
Lampiran 16
PERHITUNGAN PERSENTASE TINGKAT PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI ZAKAT BERDASARKAN INDIKATOR PADA KELAS EKSPERIMEN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
INDIKATOR Menyebutkan pengertian zakat fitrah dan zakat mal Menyebutkan macam-macam zakat Menjelaskan perbedaan pengertian zakat fitrah dan mal Menyebutkan ketentuan-ketentuan zakat fitrah dan mal
PRESENTASE
Menjelaskan perbedaan ketentuan zakat fitrah dan mal Membaca dan mengartikan dalil naqli tentang orang-orang yang berhak menerima zakat Menyebutkan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah dan zakat mal Mempraktikkan zakat fitrah dan zakat mal RATA-RATA
45
84.29 96.67 83.33 62
26.67 63.33 21.67 60.37
Persentase = Misal Persentase indikator nomor 1= = Untuk menghitung persentase indikator lainnya dengan menggunakan cara seperti indicator nomor 1.
124
Lampiran 17
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK EKSPERIMEN
1. Hipotesis : H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal 2. Menentukan 2 tabel Dari tabel kai kuadrat untuk jumlah sampel 30 pada tarif signifikansi dan dk = K
3 = 4, diperoleh 2 table = 9,488
3. Menentukan 2 hitung
No.
Kelas Interval
Batas Kelas 39.5
1
4 5 6 7
-0.045739 0.48
63.5
-0.007623
58 - 63
0.0158
0.474
1 0.583704641
0.0159
0.477
3 13.34492453
0.012
0.36
4 36.80444444
0.0159
0.477
6 63.94869811
0.016
0.48
2 4.813333333
0.0159
0.477
10 190.1206059
0.0159
0.477
4 26.01997694
0.0304928 0.51
70 - 75
81.5
(FoFe)^2/Fe
0.5
64 - 69
76 - 81
Fo
-0.083855 0.47
57.5
75.5
Fe
-0.121971 0.45
52 - 57
69.5
Luas Kelas Interval
-0.160087 0.44
46 - 51 51.5
3
F(z)
40 - 45 45.5
2
z
0.0686088 0.53
0.1067249 0.54 Rata-rata 64.7 Simpangan Baku 157.4141036 x^2 Hitung 335.636 x^2 Tabel (0.05)(4) 9.488 Kesimpulan: Tolak Ho Data Berasal dari Populasi yang Berdistribusi Tidak Normal
125
hitung 2
fo fe 2 fe
335,636
Keterangan: 2 = harga chi square fo = frekuensi observasi fe = frekensi ekspetasi 4. Kriteria pengujian Jika 2 hitung < 2 table , maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika 2 hitung
2 table , maka H0 ditolak dan H1 diterima
5. Membandingkan 2 table dan 2 hitung Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh :
2 hitung < 2 table (335,636 > 9,488) 6. Kesimpulan Karena 2 hitung > 2 table , maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
126
Lampiran 18
PERHITUNGAN UJI NORMALITAS KELOMPOK KONTROL
1.
Hipotesis : H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
2. Menentukan 2 table Dari tabel kai kuadrat untuk jumlah sampel 36 pada tarif signifikansi dan dk = K
3 = 5, diperoleh 2 table = 9,488
3. Menentukan 2 hitung
No.
1
Kelas Interva l
Bata s Kela s 39.5
-0.006
0.1735
9
152.288 3
0.477
0.02
0.6
8
91.2666 7
0.0159
0.477
4
26.0199 8
0.0198
0.594
1
0.27750 2
0.0158
0.474
2
4.91281 9
0.55
76 - 81 81.5
0.597
0.53
70 - 75 0.1286
4
19.3976 7
0.52
64 - 69 0.0838
2
4.86274 4
0.5
58 - 63 0.0389
0.477
Fo
0.48 0.0159
75.5 7
-0.051
Fe
(FoFe)^2/F e
0.46
52 - 57
69.5 6
-0.096
0.0199
63.5 5
0.44
46 - 51
57.5 4
-0.141
0.0159
51.5 3
F(z)
40 - 45 45.5
2
z
Luas Kelas Interva l
0.57
127
Rata-rata
58.3 133.700 9 299.026 9.488
Simpangan Baku x^2 Hitung x^2 Tabel (0.05)(4) Kesimpulan: Tolak Ho Data Berasal dari Populasi yang Berdistribusi Tidak Normal
2 hitung
fo fe 2 fe
299,026
Keterangan: 2 = harga chi square fo = frekuensi observasi fe = frekensi ekspetasi 4. Kriteria pengujian Jika 2 hitung < 2 table , maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika 2 hitung
2 table , maka H0 ditolak dan H1 diterima
5. Membandingkan 2 table dan 2 hitung Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh :
2 hitung < 2 table (299,026 > 9,488) 6. Kesimpulan Karena 2 hitung < 2 table , maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
128
Lampiran 19 PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS A. Menentukan Hipotesis Statistik H0 : 1 2 2 2 H1 : 1 2 2 2 B. Menentukan Ftabel Dari tabel F untuk jumlah sampel 36 pada taraf signifikasi ( ) 5% dan pada taraf signifikansi =0,05 untuk dk penyebut (varian terbesar) 29 dan dk pembilang (varian terkecil ) 29, diperoleh F tabel = 1,86. C. Menentukan Fhitung Varians terbesar Fhitung Varians terkecil 24779,2 17875,92 1,39 D. Membandingkan Ftabel dengan Fhitung Dari hasil perhitungan diperoleh, Fhitung ≤ Ftabel 1,39 ≤ 1,86 E. Kriteria Pengujian Kriteria pengujian untuk uji homogenitas sebagai berikut : Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika Fhitung ≥ Ftabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima F. Kesimpulan Dari pengujian homogenitas dengan uji Fisher diperoleh Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima, artinya kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen.
129
Lampiran 20 PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS STATISTIK A. Menentukan Hipotesis Statistik H0 : 1 2 H1 : 1 2 Keterangan: μ1 : Rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelompok eksperimen μ 2 : Rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelompok kontrol H0 : Rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelompok eksperimen lebih kecil/sama dengan tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelompok kontrol H1 : Rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada kelompok kontrol B. Data dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan uji Mann Whitney sebagaimana dijelaskan berikut ini. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nilai Kelas A 40 46.7 50 50 56.7 56.7 56.7 56.7 60 60 63.3 63.3 63.3 63.3 66.7 66.7
Jenjang
No.
1.5 4.5 8 8 19 19 19 19 26.5 26.5 33.5 33.5 33.5 33.5 40.5 40.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nilai Kelas B 40 43.3 46.7 50 50 50 53.3 53.3 53.3 53.3 56.7 56.7 56.7 56.7 56.7 60
Jenjang 1.5 3 4.5 8 8 8 12.5 12.5 12.5 12.5 19 19 19 19 19 26.5
130
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
70 70 70 70 70 73.3 73.3 73.3 73.3 73.3 76.6 80 80 80 JUMLAH
C. Menentukan U
U’ = 624 /2 = 450 = 276 D. Menentukan Mean = 30 = 30 = = 450 E. Menentukan Standar Deviasi
46.5 46.5 46.5 46.5 46.5 52 52 52 52 52 55 58.5 58.5 58.5 1089
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
60 60 60 63.3 63.3 63.3 63.3 66.7 66.7 66.7 66.7 70 76.7 80 JUMLAH
26.5 26.5 26.5 33.5 33.5 33.5 33.5 40.5 40.5 40.5 40.5 46.5 56 58.5 741
131
F. Menentukan Z
= = -2,57 Berdasarkan nilai Zhitung sebesar -2,57 maka didapatkan nilai Ztabel sebesar 0,0051 G. Membandingkan nilai Z dengan nilai α Dari hasil perhitungan diperoleh, Z > α 0,0051 > 0,05 H. Kriteria Pengujian Kriteria pengujian untuk uji hipotesis statistik sebagai berikut: Jika Z ≥ α , maka H0 diterima dan H1 ditolak Jika Z ≤ α, maka H0 ditolak dan H1 diterima I. Kesimpulan Dari pengujian hipotesis dengan uji Mann Whitney diperoleh Z ≤ α maka H0 ditolak dan H1 diterima atau dengan kata lain rata-rata tingkat pemahaman siswa tentang materi Zakat pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata tingkat pemahaman siswa pada kelompok kontrol.
132
Lampiran 21
133
Lampiran 22 Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Chi Square)
134
Nilai Kritis Distribusi Kai Kuadrat (Lanjutan)
135
Lampiran 23
Nilai Kritis Distribusi F
f0,05 (v1 , v2 )
136
Nilai Kritis Distribusi F (Lanjutan)
137
Lampiran 24 Nilai Persentil Untuk Distribusi T
Nilai Persentil Untuk Distribusi t υ = dk (Bilangan Dalam Badan Daftar Menyatakan tp ) υ
t 0,995
t 0,99
t 0,975
t 0,95
1 2 3 4
63,66 9,92 5,84 4,60
31,82 6,96 4,54 3,75
12,71 4,30 3,18 2,78
6,31 2,92 2,35 2,13
5 6 7 8 9
4,03 3,71 3,50 3,36 3,25
3,36 2,14 3,00 2,90 2,82
2,57 2,45 2,36 2,31 2,26
10 11 12 13 14
3,17 3,11 3,06 3,01 2,98
2,76 2,72 2,68 2,65 2,62
15 16 17 18 19
2,95 2,92 2,90 2,88 2,86
20 21 22 23 24
t 0,90
t 0,80
t 0,75
t 0,70
t 0,60
t 0,55
3,08 1,89 1,64 1,53
1,376 1,961 0,978 0,941
1,000 0,816 0,765 0,741
0,727 0,617 0,584 0,569
0,325 0,289 0,277 0,271
0,158 0,142 0,137 0,134
2,02 1,94 1,90 1,86 1,83
1,48 1,44 1,42 1,40 1,38
0,920 0,906 0,896 0,889 0,883
0,727 0,718 0,711 0,706 0,703
0,559 0,553 0,549 0,546 0,543
0,267 0,265 0,263 0,262 0,261
0,132 0,131 0,130 0,130 0,129
2,23 2,20 2,18 2,16 2,14
1,81 1,80 1,78 1,77 1,76
1,37 1,36 1,36 1,35 1,34
0,879 0,876 0,873 0,870 0,868
0,700 0,697 0,695 0,694 0,692
0,542 0,540 0,539 0,538 0,537
0,260 0,260 0,259 0,259 0,258
0,129 0,129 0,128 0,128 0,128
2,60 2,58 2,57 2,55 2,54
2,13 2,12 2,11 2,10 2,09
1,75 1,75 1,74 1,73 1,73
1,34 1,34 1,33 1,33 1,33
0,866 0,865 0,864 0,862 0,861
0,691 0,690 0,689 0,688 0,688
0,536 0,535 0,534 0,534 0,533
0,258 0,258 0,257 0,257 0,257
0,128 0,128 0,128 0,127 0,127
2,84 2,83 2,82 2,81 2,80
2,53 2,52 2,51 2,50 2,49
2,09 2,08 2,07 2,07 2,06
1,72 1,72 1,72 1,71 1,71
1,32 1,32 1,32 1,32 1,32
0,860 0,859 0,858 0,858 0,857
0,687 0,686 0,686 0,685 0,685
0,533 0,532 0,532 0,532 0,531
0,257 0,257 0,256 0,256 0,256
0,127 0,127 0,127 0,127 0,127
25 26 27 28 29
2,79 2,78 2,77 2,76 2,76
2,48 2,48 2,47 2,47 2,46
2,06 2,06 2,05 2,05 2,04
1,71 1,71 1,70 1,70 1,70
1,32 1,32 1,31 1,31 1,31
0,856 0,856 0,855 0,855 0,854
0,684 0,684 0,684 0,683 0,683
0,531 0,531 0,531 0,530 0,530
0,256 0,256 0,256 0,256 0,256
0,127 0,127 0,127 0,127 0,127
30 40 60 120
2,75 2,70 2,66 2,62 2,58
2,46 2,42 2,39 2,36 2,33
2,04 2,02 2,00 1,98 1,96
1,70 1,68 1,67 1,66 1,645
1,31 1,30 1,30 1,29 1,28
0,854 0,853 0,848 0,845 0,842
0,683 0,681 0,679 0,677 0,674
0,530 0,529 0,527 0,526 0,524
0,256 0,255 0,254 0,254 0,253
0,127 0,126 0,126 0,126 0,126
Sumber: Statistical Tables for Biological, Agricultural and Medical Research, Fisher, R. A. dan Yates, F T able III, Oliver & Boyd Ltd, Edinburgh.