PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA oleh: Yopi Nisa Febianti, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
[email protected] ABSTRAK Dengan metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching), para siswa dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar mereka, sehingga materi-materi pelajaran yang diberikan dapat dipahami, karena penjelasan materi pelajaran melalui tutor sebaya (peer teaching) menggunakan bahasa yang lebih akrab dan peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa. Dengan meningkatnya minat belajar siswa, maka keberhasilan belajar siswa akan tercapai. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) terhadap minat dan prestasi belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan subjek penelitian, yaitu siswa kelas X SMA Negeri 1 Kadugede Kabupaten Kuningan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Dan siswa kelas eksperimen dengan metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) mempunyai minat belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan minat belajar siswa kelas kontrol. Metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) memberikan pengaruh yang positif terhadap minat dan prestasi belajar siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru Ekonomi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kata Kunci
: Tutor sebaya (peer teaching), minat, prestasi belajar siswa. PENDAHULUAN
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berlangsung dengan adanya keterlibatan peserta didik (siswa) secara aktif. Keaktifan siswa dapat didorong dengan menumbuhkan minat belajar pada siswa dalam pembelajaran. Dengan adanya minat belajar maka siswa akan termotivasi untuk tekun belajar, sehingga pemahaman siswa tentang materi-materi yang diajarkan akan meningkat, dan keberhasilan siswa dalam belajar dapat tercapai. Selain itu, sarana pembelajaran yang tersedia, serta iklim belajar yang mendukung proses pembelajaran juga berperan dalam keberhasilan belajarmengajar. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang yaitu, kemampuan guru (profesionalisme guru) dalam mengelola pembelajaran dengan
metode-metode yang tepat, yang memberi kemudahan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran, sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik. Dalam pembelajaran, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang baru. Suasana kelas yang positif akan terjadi bila, terjadi interaksi dalam kelas antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, di mana dalam interaksi itu terjadi komunikasi dalam bentuk kerjasama, tolong-menolong, tenggang rasa antara anak yang pandai dan yang kurang pandai, antara yang kaya dan yang kurang mampu, norma-norma pergaulan hidup dan tata tertib kelas maupun sekolah dipatuhi dengan disiplin yang luwes, dan terjadi komunikasi yang terbuka. Pendek kata, baik peserta didik maupun pendidik siap sedia dikritik dan mengkritik yang bersifat membangun. Dengan demikian, akan terjadi suasana kelas yang selalu menyenangkan, hidup, di mana tiap orang berusaha menghargai dan menghargai martabat orang lain sebagaimana adanya bukan sebagaimana nampaknya. Metode pembelajaran yang cocok dalam interaksi di kelas tersebut adalah tutor sebaya (peer teaching), karena adanya interaksi yang penuh antara siswa dalam kegiatan belajar-mengajar, dimana siswa tersebut ada yang berperan sebagai pendidik dan siswa yang lain berperan sebagai peserta didik. Tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau antar peserta didik. Hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik lain yang kurang mampu. Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam belajar baik satu-satu atau dalam kelompok kecil. Dalam tutor sebaya (peer teaching), peranan guru sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa. Dengan metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching), para siswa dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar mereka, sehingga materi-materi pelajaran yang diberikan dapat dipahami, karena penjelasan materi pelajaran melalui tutor sebaya (peer teaching) menggunakan bahasa yang lebih akrab dan peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa. Dengan meningkatnya minat belajar siswa maka keberhasilan belajar siswa akan tercapai. Jadi, keberhasilan belajar dalam proses pembelajaran melalui tutor sebaya (peer teaching) bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu, tetapi merupakan hasil bersama-
sama dalam kelompok kecil atau besar yang terstruktur dengan baik. Keberhasilan belajar siswa berarti tercapainya tujuan belajar siswa. Tujuan belajar siswa dalam proses pembelajaran adalah perubahan prestasi belajar mereka yang lebih baik daripada sebelumnya. Dengan metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik dan lebih bermakna dalam pencapaian prestasi belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional merupakan suatu istilah pembelajaran yang dilakukan sehari-hari di sekolah. Dalam pembelajaran konvensional ini, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kurang dirasakan dan juga jarang memotivasi siswa dalam proses pengetahuannya, maksudnya transfer ilmu pengetahuan secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa. Jadi, siswa hanya menerima ilmu pengetahuan dari guru di sekolah. Oleh karena itu, para guru banyak menerapkan metode pembelajaran baru yang sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan dan dapat melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah tutor sebaya (peer teaching). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul: “PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA”.
KAJIAN LITERATUR Nana Sudjana (2005:76) mengemukakan bahwa, “Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Peer teaching adalah sebuah metode pembelajaran yang sedang menjadi tren sekarang. Peer teaching memang menjadi metode yang menjadikan siswa tidak bosan, sementara guru juga tidak suntuk. Peer teaching dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya. Menurut Winarno Surakhmad (1994:53) : Tutor sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama. Peserta didik yang terlibat tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Ketika mereka belajar dengan tutor sebaya, peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan,
berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Penjelasan melalui tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab. Istilah prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa, “Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”. Bukti keberhasilan tersebut dicapai melalui penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang memenuhi tiga aspek, yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar siswa dapat dinilai dengan pemberian evaluasi atau tugas oleh guru. Minat sangat erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, atau orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab sekolah untuk menyediakan situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat siswa terhadap belajar. Muhibbin Syah (2000:136) mengemukakan bahwa, “Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.
METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen dalam penelitian ini dilakukan dalam proses pembelajaran. Metode ini digunakan dengan cara menguji perbandingan minat belajar siswa dan prestasi belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Ekonomi kelas X di SMA Negeri 1 Kadugede Kabupaten Kuningan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-test-Post-test Control Group Design atau control group tidak menerima perlakuan. Menurut Schumacher (2001:342 dalam Ishak, 2011:71), desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut : Group
Pre-test
A B
O1 O1
Treatment (Variabel bebas) X
Post-test (Variabel terikat) O2 O2
Gambar 1 Pre-test-Post-test Control Group Design
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melaksanakan penelitian, instrumen penelitian diujicobakan terlebih dahulu agar instrumen penelitian benar-benar valid dan reliabel. Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen penelitian, yaitu instrumen minat belajar siswa dan instrumen prestasi belajar siswa. Pengujian instrumen minat belajar siswa dilakukan hanya untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya saja. Sedangkan, pengujian instrumen prestasi belajar siswa dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda instrumen. Pengujian instrumen minat belajar siswa dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20, sedangkan pengujian instrumen prestasi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan program ANATES ver 4. Dalam penelitian ini dilakukan 3 (tiga) kali eksperimen dengan menggunakan 6 (enam) kelas, yaitu 3 (tiga) kelas eksperimen dan 3 (tiga) kelas kontrol. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh berkaitan dengan minat belajar siswa dan prestasi belajar siswa. a. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis ini menggunakan bantuan program SPSS 20, yaitu uji Independent-Samples T Test. 1) Uji Hipotesis 1 Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata (uji t) pre-test dari 3 (tiga) kali eksperimen, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pada eksperimen kesatu, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih kecil dari ttabel, (-0,359 < 1,999), dengan demikian H0 diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada saat dilakukan pre-test di kelas eksperimen dengan di kelas kontrol. Pada eksperimen kedua, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih kecil dari ttabel, (1,574 < 2,000), dengan demikian H0 diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada saat dilakukan pre-test di kelas eksperimen dengan di kelas kontrol. Pada eksperimen ketiga, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih kecil dari ttabel, (0,681 < 2,002), dengan demikian H0 diterima. Artinya, tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada saat dilakukan pre-test di kelas eksperimen dengan di kelas kontrol.
2) Uji Hipotesis 2 Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata (uji t) post-test dari 3 (tiga) kali eksperimen, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pada eksperimen kesatu, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih besar dari ttabel, (8,254 > 2,006), dengan demikian H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada saat dilakukan post-test di kelas eksperimen dengan di kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen memiliki prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol pada saat dilakukan post-test. Pada eksperimen kedua, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih besar dari ttabel, (9,573 > 2,000), dengan demikian H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada saat dilakukan post-test di kelas eksperimen dengan di kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen memiliki prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol pada saat dilakukan post-test. Pada eksperimen ketiga, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih besar dari ttabel, (8,278 > 2,002), dengan demikian H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada saat dilakukan post-test di kelas eksperimen dengan di kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen memiliki prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol pada saat dilakukan post-test. 3) Uji Hipotesis 3 Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata (uji t) minat belajar siswa dari 3 (tiga) kali eksperimen, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pada eksperimen kesatu, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih besar dari ttabel, (10,392 > 2,013), dengan demikian H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen memiliki minat belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Pada eksperimen kedua, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih besar dari ttabel, (12,374 > 2,014), dengan demikian H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Siswa kelas eksperimen memiliki minat belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Pada eksperimen ketiga, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih besar dari ttabel, (10,769 > 2,019), dengan demikian H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen memiliki minat belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. 4) Uji Hipotesis 4 Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata (uji t) gain dari 3 (tiga) kali eksperimen, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Pada eksperimen kesatu, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih besar dari ttabel, (5,921 > 1,999), dengan demikian H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan gain antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen memiliki kenaikan (gain) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Pada eksperimen kedua, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih besar dari ttabel, (7,278 > 2,002), dengan demikian H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan gain antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen memiliki kenaikan (gain) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Pada eksperimen ketiga, berdasarkan perhitungan ternyata thitung lebih besar dari ttabel, (6,062 > 2,002), dengan demikian H1 diterima. Artinya, terdapat perbedaan gain antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen memiliki kenaikan (gain) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Peningkatan prestasi belajar siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ini diduga terjadi karena beberapa hal positif yang dimiliki oleh pembelajaran tutor sebaya (peer teaching), yaitu: (1) Peserta didik yang terlibat tutor sebaya akan merasa bangga atas perannya dan juga belajar dari pengalamannya. Hal ini membantu memperkuat apa yang telah dipelajari dan diperolehnya atas tanggung jawab yang dibebankan kepadanya; (2) Peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa
yang dipelajari dengan cara yang bermakna, ketika mereka belajar dengan tutor sebaya; (3) Penjelasan melalui tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru, karena peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab; (4) Peserta didik dapat saling menghormati dan menghargai apabila salah satu temannya berperan sebagai tutor dengan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran; (5) Peserta didik dapat saling membantu apabila ada salah satu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar; dan (6) Pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) meningkatkan semangat belajar sehingga suasana belajar menjadi kondusif dan menyenangkan. Pada penelitian ini, peningkatan minat belajar siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional diduga terjadi karena beberapa hal positif yang dimiliki oleh pembelajaran tutor sebaya (peer teaching), yaitu: (1) Dengan pembelajaran tutor sebaya (peer teaching), kebutuhan akan belajar meningkat karena setiap siswa yang berperan sebagai tutor harus menguasai materi pembelajaran yang akan diberikan, sehingga mereka tekun dalam mempelajari materi tersebut; (2) Pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) meningkatkan konsentrasi belajar siswa, sehingga materi pembelajaran menjadi lebih mudah dan cepat dipahami; (3) Pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) meningkatkan semangat belajar siswa, sehingga permasalahan yang ditemukan selama pembelajaran dapat dipecahkan bersama-sama; (4) Pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) meningkatkan keingintahuan siswa dalam belajar, sehingga para siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar; dan (5) Pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) merupakan pembelajaran yang menyenangkan, karena para siswa dapat belajar dengan santai tetapi keseriusan belajar tetap terjaga.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: (1) Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa kelas pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) dengan kelas pembelajaran konvensional pada saat dilakukan tes awal (pretest); (2) Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa kelas pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) dengan kelas pembelajaran konvensional pada saat dilakukan tes akhir (post-test). Siswa kelas pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) memiliki prestasi
belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas pembelajaran konvensional; (3) Terdapat perbedaan minat belajar siswa antara kelas pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) dengan kelas pembelajaran konvensional. Siswa kelas pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) memiliki minat belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas pembelajaran konvensional; dan (4) Terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar (gain) antara siswa kelas pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) dengan siswa kelas pembelajaran konvensional. Siswa kelas pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) memiliki peningkatan prestasi belajar (gain) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa, saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: (1) Berdasarkan hasil penelitian, penerapan metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran Ekonomi sebaiknya menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching); (2) Metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) merupakan salah satu alternatif terbaik untuk menarik perhatian siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Ekonomi; (3) Metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk memberikan pengalaman secara langsung kepada siswa mengajar, sehingga siswa dapat lebih percaya diri, lebih berani, lebih bertanggung jawab, dan saling berbagi pengetahuan; dan (4) Metode pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) dapat diterapkan pada pembelajaran selain Ekonomi, dapat pula digunakan untuk penelitian lain yang menggunakan metode ini untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa yang bermanfaat baik bagi guru maupun siswa.
PUSTAKA ACUAN Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djalil, Aria dkk. 1997. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Depdikbud.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis). Jakarta: Rineka Cipta. Ishak. 2011. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TIPE LEARNING COMMUNITY TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen dalam Pembelajaran IPS Ekonomi di Kelas X pada SMK PGRI Ciawigebang Kabupaten Kuningan). Tesis Magister Pendidikan Ekonomi, Universitas Kuningan: Tidak Diterbitkan. Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Rusyan, A. Tabrani. 1993. Proses Belajar-Mengajar Yang Efektif. Bandung: Bina Budhaya. Sagala, H. Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Silalahi, Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Surakhmad, Winarno. 1994. Metode Pengajaran. Jakarta: Depdikbud. Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung:
Pustaka
Bani Quraisy. Sutikno, M. Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Bandung: Prospect. Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Winkel, WS. 1996. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia.