Masdewi Wahyuni: Pengaruh Merokok Terhadap Konversi Sputum pada Penderita TB Paru Kategori I
Pengaruh Merokok Terhadap Konversi Sputum pada Penderita Tuberkulosis Paru Kategori I Masdewi Wahyuni,1 Zainuddin Amir,2 Rina Yunita,3 Widi Rahardjo,2 Alwinsyah Abidin4 1 2
Ilmu Kedokteran Tropis, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP Haji Adam Malik, Medan
3
Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP Haji Adam Malik Medan,
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, RSUP Haji Adam Malik, Medan
4
Abstrak
Latar Belakang: Salah satu yang meningkatkan risiko tuberkulosis (TB) paru adalah merokok yang dapat menyebabkan gangguan kemampuan makrofag paru-paru dan meningkatkan resistensi kuman Mycobacterium tuberculosis terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) dan meningkatkan mortalitas akibat TB paru. Konversi sputum adalah indikator untuk menilai dan memantau keberhasilan pengobatan TB paru. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilaksanakan di Klinik Jemadi, RSUP H. Adam Malik, dan Puskesmas di Kota Medan pada bulan September 2014 – Maret 2015 dengan sampel sebanyak 80 penderita tuberkulosis. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) (p= 0,0001, PR= 41,250, 95% CI 1,43394,681), jumlah rokok (p= 0,001), dan lama merokok (p= 0,006, PR= 11,645, 95% CI 4,266-398,857) mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian gagal konversi penderita TB kategori I. Umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan jenis rokok tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian gagal konversi penderita TB kategori I (p= 0,265, p= 0,225, p= 0,225, p= 0,130, p= 0,359, p= 0,165). Kesimpulan: merokok merupakan perilaku yang dapat mempengaruhi kejadian konversi penderita TB paru. (J Respir Indo. 2016; 36: 106-12) Kata Kunci: Tuberkulosis, konversi sputum, merokok.
Smoking Effect to Sputum Conversion of Pulmonary Tuberculosis Patients Category I Abstract Background: One of increasing the risk of pulmonary tuberculosis (TB) is smoking that can lead to an impaired ability of lung macrophages and increase resistance to Mycobacterium tuberculosis Anti-Tuberculosis Drugs (OAT) and increase mortality due to pulmonary tuberculosis. Sputum conversion is an indicator to assess and monitor the success of treatment of pulmonary tuberculosis. Methods: A cross-sectional research was done in Jemadi Clinic, H. Adam Malik Hospital and Health Center in the city of Medan in September 2014 - March 2015 with 80 patients of tuberculosis. Results: These results indicate that the nutritional status based on BMI (p = 0.0001, PR = 41.250, 95% CI 1.433 to 94.681), the number of cigarettes (p = 0.001), and longer smoking (p = 0.006, PR = 11.645, 95% CI 4.266 to 398.857) had significant relationship with the occurrence of TB patients failing conversion category I. Age, level of education, occupation, income, and type of cigarette had no significant relationship with the occurrence of TB patients failing conversion category I (p = 0.265, p = 0.225, p = 0.225, p 0.130, p = 0.359, p = 0.165). Conclusion: Smoking is a behavior that can affect the treatment of patients with pulmonary Tuberculosis (TB). (J Respir Indo. 2016; 36: 106-12) Keywords: Tuberculosis, sputum conversion, smoking behavior.
Korespondensi: dr. Masdewi Wahyuni Email:
[email protected]; Hp: 081361471432
106
J Respir Indo Vol. 36 No. 2 April 2016
Masdewi Wahyuni: Pengaruh Merokok Terhadap Konversi Sputum pada Penderita TB Paru Kategori I
PENDAHULUAN Hubungan antara merokok dan tuberkulosis (TB) pertama kali dilaporkan pada awal abad ke-20. Mekanisme yang pasti belum sepenuhnya diketahui namun telah banyak penelitian mengenai hubungan antara merokok dan TB.1 Merokok menyebabkan terjadinya patofisiologi di sistem pernapasan termasuk sistem kekebalan tubuh dan mekanisme pembersihan patogen yang terinhalasi.2 Hal ini disebabkan karena rokok mengandung lebih dari 4.500 bahan kimia yang memiliki berbagai efek racun, mutagenik, dan karsinogenik seperti, tar, amonia, karbonmonoksida, karbondioksida, nitrogen oksida dan lain-lain.1 Konversi sputum atau perubahan basil tahan asam (BTA) positif menjadi BTA negatif digunakan sebagai salah satu indikator untuk memantau dan menilai pengobatan. Angka konversi yang tinggi akan diikuti dengan angka kesembuhan yang tinggi pula. Sementara itu, angka konversi yang rendah mempunyai risiko untuk resistensi ganda obat anti tuberkulosis (OAT) atau multidrug resistant tuberculosis (MDR TB/TB MDR) dan gagal berobat.3 Menurut data Dinas Kesehatan Kota Medan pada tahun 2007 dalam Nainggolan,4 menunjukkan dari 2.367 pasien TB yang diobati hanya 1.172 yang sembuh (49,51%) sedangkan pada tahun 2008 dari triwulan I hingga triwulan III, ditemukan 162 penderita TB paru, serta terdapat 70 penderita yang mengalami konversi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 5-30% penderita dengan BTA positif, menunjukkan hasil BTA tetap positif setelah dua bulan pengobatan. Salah satu penyebab gagal konversi adalah merokok, hal ini didukung oleh hipotesis bahwa merokok mempengaruhi pengobatan TB karena menyebabkan sistem imun berubah5,6 dan terdapatnya bukti histopatologi kerusakan paru-paru pada perokok serta meningkatkan terjadinya infeksi paru-paru yang lebih berat.5 Masih rendahnya angka cakupan konversi penderita TB paru pada fase intensif yang bisa berdampak negatif dan mengingat Indonesia termasuk salah satu negara dengan masalah besar TB atau beban TB tinggi serta merupakan salah satu negara dengan konsumsi rokok terbanyak di
J Respir Indo Vol. 36 No. 2 April 2016
dunia maka perlu dilakukan penelitian pengaruh rokok terhadap konversi pada penderita TB paru kategori I di Kota Medan dengan subjek penelitian penderita TB paru kategori I dengan BTA sputum positif di Kota Medan. METODE Subjek penelitian ini merupakan penderita TB paru kategori I perokok dengan hasil sputum BTA positif dan berusia lebih dari 18 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional untuk menge tahui faktor yang mempengaruhi konversi sputum penderita TB paru kategori I yang merokok pada akhir pengobatan fase intensif (8 minggu setelah pengobatan) dan menggunakan kuesioner serta data catatan medik pasien. Penelitian ini dilakukan dari September 2014 – Maret 2015 di Klinik Jemadi, RSUP H Adam Malik, dan Puskesmas di kota Medan. Analisis statistik yang dipakai univariat, bivariat dengan chi square dan multivariat dengan analisis multivariat regresi logistik. HASIL Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi frekuensi karakteristik dari 80 penderita TB paru kategori I di kota Medan terbanyak pada usia 18-45 tahun (60%), berpendidikan tinggi (80%), bekerja (81,2%), penghasilan >Rp 1.500.000,00 sama banyaknya dengan penghasilan