PENGARUH MANDI RENDAM PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEJADIAN HIPOTERMI DI RS DR. R SOEDJATI PURWODADI Oleh; Mun Aminah1), Riski Sahara2) 1). Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi DIII Kebidanan 2). Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi DIII Kebidanan ABSTRAK Latar belakang: hipotermi neonatus merupakan keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh di bawah 36 oC oleh karena terpapar lingkungan yang dingin, suhu yang rendah, permukaan atau aliran udara yang dingin. Pada bayi baru lahir banyak yang mengalami kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh oleh karena dalam penanganannya tubuh bayi harus segera dikeringkan dan dibungkus kain kering dan jangan langsung dimandikan setelah kelahiran. Di Kabupaten Grobogan jumlah bayi baru lahir hidup menurun dari tahun 2009 sebanyak 23673 menjadi 22494 jiwa. Di RS dr. R Soedjati Purwodadi mandi rendam pada bayi baru lahir dilakukan 6 jam setelah kelahiran. Tujuan penenlitian adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh mandi rendam pada bayi baru lahir terhadap kejadian hippotermi di RS dr. R Soedjati Purwodadi. Metode: penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen. Populasinya semua bayi baru lahir normal di RS dr. R Soedjati Purwodadi dan besar sampel 30 responden yang dibagi menjadi 15 responden kelompok intervensi dan 15 kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan lembar kerja dan observasi. Data di analisis menggunakan uji statistik paired t test . Hasil penelitian: Ada pengaruh yang signifikan baik mandi rendam maupun mandi washlap terhadap kejadian hipotermi pada bayi baru lahir di RS dr. R Soedjati Purwodadi dengan nilai t hitung (4.861) > tabel (2.145) dengan df =4 dan nilai p < 0.005. Rekomendasi: berdasarkan hasil penelitian tersebut sebaiknya bidan / perawat atau keluarga tidak langsung memandikan bayi baru lahir agar supaya tidak terjadi hipotermi. Bidan diharapkan meningkatkan pelayanan dan penanganan terhadap bayi daru lahir dengan segera mengeringkan dan membungkus bayi menggunakan kain bersih dan kering. Kata kunci
: Mandi rendam, hipotermi, bayi baru lahir
28
(6%),
PENDAHULUAN
postmatur
(3%)
dan
kelainan
kongenital (1%) (Depkes RI, 2009).
Angka kematian Ibu (AKI), Angka Angka
Hipotermi pada neonatus adalah
Angka
suatu keadaan dimana terjadi penurunan
Kematian Balita (AKABA) merupakan
suhu tubuh dibawah 36 oC atau kehilangan
indikator status kesehatan masyarakat.
suhu tubuh (Saifuddin, 2006). Hipotermi
Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia
pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh
masih tinggi dibandingkan dengan Negara
karena terpapar pada lingkungan yang
ASEAN lainnya. Menurut data Survei
dingin, suhu lingkungan yang rendah,
Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI)
permukaan dingin atau aliran udara. Suhu
2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran
tubuh
hidup, AKB 34 per 1000 kelahiran hidup,
(neonatus) adalah 36,5 oC – 37 oC tanpa
AKN 19 per 1000 kelahiran hidup,
disertai adanya tanda-tanda kedinginan
AKABA 44 per 1000 kelahiran hidup.
pada bayi baru lahir. Kebanyakan bayi
Berdasarkan
global
baru lahir membutuhkan ruangan yang
(Millenium Development Global / MDGs,
hangat bersih dan observasi ketat, bayi
2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka
segera
Kematian Ibu menurun sebesar tiga-
dihangatkan
perempatnya dalam kurun waktu 1990 –
mendapatkan ASI (Ngastiah,2005).
Kematian
Neonatus
Kematian
Bayi
(AKN),
(AKB),
dan
kesepakatan
normal
bagi
diberikan
bayi
pada
baru
ibunya
tubuhnya
lahir
untuk dengan
2015 dan Angka Kematian Bayi dan
Berdasarkan studi pendahuluan yang
Angka Kematian Balita menurun sebesar
telah peneliti lakukan diperoleh data dari
dua pertiga dalam kurun waktu 1990 –
catatan rekam medik RS dr R. Soedjati
2015. Berdasarkan hal itu Indonesia
Purwodadi,
mempunyai komitmen untuk menurunkan
tercatat ada sebanyak 266 kelahiran hidup
AKI menjadi 102/100.000 KH, AKB dari
dengan persalinan normal dan pada tahun
68 menjadi 23/1000 KH dan AKABA dari
2010 ada sebanyak 205 kelahiran hidup
97 menjadi 32/1000 KH pada tahun 2015
dengan persalinan normal. Di RS dr R.
(Depkes RI, 2009).
Soedjati Purwodadi mandi rendam pada
Menurut
RIKESDAS
bahwa pada tahun
2009
2007,
bayi baru lahir dilakukan sesuai protap
penyebab kematian neonatal 0-6 hari
rumah sakit yaitu 6 jam setelah kelahiran
adalah
(37%),
bayi karena ada kekhawatiran akan terjadi
(12%),
hipotermi.
gangguan
prematuritas
pernafasan
(34%),
sepsis
hipotermi (7%), kelainan darah/ikterus
Berdasarkan
uraian
latar
belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh mandi 29
rendam pada bayi baru lahir terhadap
cheklist
kejadian hipotermi di RS dr. R. Soedjati
berdasarkan literatur yang ada. Analisis
Purwodadi.
data menggunakan paired t test.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMAHASAN
Desain
yang
digunakan
untuk
intervensi
1
2
yang
dilakukan
spon/washlap.
Pada
kedua
yang
Menurut Pendidikan Ibu
mandi
kelompok
suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan mandi rendam. Pre-test dilakukan dengan
Kemudian
lembar kelompok
pendidikan ibu responden pada kedua
1
kelompok tidak merata. Pada kelompok
diberikan mandi rendam dan kelompok
mandi rendam terlihat bahwa tidak ada
intervensi 2 dilakukan mandi spon, setelah
responden berpendidikan Perguruan tinggi,
itu akan dilakukan kembali post-test pada kedua
kelompok,
yaitu
(47%), sedangkan pada kelompok mandi
kelompok
washlap terlihat bahwa ada (7%) 1
intervensi 1 dan kelompok intervensi 2. Pengambilan
sampel
responden berpendidikan Perguruan tinggi,
dalam
penelitian ini adalah menggunakan total
2. Pekerjaan ibu
sampling, Banyaknya sampel sebanyak 15
Tabel 5.2 Distribusi Responden
responden, dan jumlah seluruh bayi baru
Menurut Pekerjaan Ibu
lahir yang diberikan intervensi 2 di RS dr. R
Soedjati
Purwodadi
sebanyak
No 1 2 3 4
15
responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2011 di Rumah sakit dr. R. Soedjati Purwodadi. Data
responden
diperoleh
Klp mandi washlap 4 27% 8 53% 2 13% 1 7% 15 100%
Hasil analisis menunjukkan distribusi
observasi. intervensi
Klp mandi rendam 5 33% 3 20% 7 47% 0 0% 15 100%
No Pendidikan terakhir 1 SD 2 SMP 3 SMA 4 Perguruan tinggi Jumlah
diawali dengan pre-test untuk mengetahui
menggunakan
peneliti
Tabel 5.1 Distribusi Responden
dilakukan mandi rendam, dan kelompok intervensi
oleh
1. Pendidikan ibu
Penelitian ini terdiri atas dua kelompok kelompok
dibuat
A. Hasil Analisis Univariat
penelitian ini adalah quasi eksperimen
yaitu
yang
Pekerjaan IRT Swasta Tani PNS Jumlah
Klp mandi rendam 6 40% 4 27% 5 33% 0 0% 15 100%
Klp mandi washlap 5 33% 5 33% 4 27% 1 7% 15 100%
dengan data
Hasil analisis menunjukkan distribusi
berupa lembar kerja dan lembar observasi
pekerjaan ibu responden pada kedua
menggunakan
alat
pengumpulan
30
kelompok tidak merata. Pada kelompok
Klp mandi rendam
(40%) 6 responden, (27%) 4 responden dibidang
swasta,
(33%)
Hasil penelitian diperoleh bahwa
ada responden yang bekerja sebagai PNS. kelompok
mandi
suhu pada kelompok perlakuan mandi
washlap/spon
rendam yaitu rata-rata suhu sebelum
terlihat bahwa pekerjaan ibu sebagai ibu rumah
tangga
(IRT)
ada
(33%)
dilakukan mandi rendam 36.58, median
5
36.60
responden, (33%) 5 responden bekerja
petani
dan
dengan
sedangkan
dibidang swasta, (27%) 4 responden bekerja sebagai
36.58 36.60 0.16 36.28 36.30 0.17 15
Klp mandi washlap/spon 36.50 36.50 0.14 36.27 36.30 0.14 15
5
responden bekerja sebagai petani dan tidak
Pada
Sesudah
Mean Median SD Mean Median SD N
ibu sebagai ibu rumah tangga (IRT) ada
bekerja
Sebelum
Suhu tubuh
mandi rendam terlihat bahwa pekerjaan
standar
rata-rata
deviasi suhu
0.16,
sesudah
dilakukan mandi rendam adalah 36.28,
(7%) 1
median 36.30 dan standar deviasi 0.17,
responden yang bekerja sebagai PNS.
sedangkan
pada
kelompok
perlakuan
mandi washlap/spon yaitu rata-rata suhu 3. Jenis kelamin responden
sebelum perlakuan 36.50, median 36.50
Tabel 5.3 Distribusi Responden
dan standar deviasi 0.14. sedangkan rata-
Menurut Jenis Kelamin
No Jenis kelamin 1 Laki-laki 2 Perempuan Jumlah
Klp mandi rendam 7 47% 8 53% 15 100%
rata suhu setelah perlakuan adalah 36.27,
Klp mandi washlap 7 47% 8 53% 15 100%
median 36.30 dan standar deviasi 0.14.
B. Hasil Analisis Bivariat Tabel 5.5 Pengaruh Mandi Rendam
Hasil analisis menunjukkan distribusi
Dan Mandi Washlap/Spon Pada Bayi
jenis kelamin pada kedua kelompok tidak
Baru Lahir Terhadap Kejadian
merata tetapi pada kedua kelompok terdiri
Hipotermi
dari 7 orang laki-laki (47%) dan 8 orang perempuan (53%) pada masing-masing
Suhu tubuh
kelompok.
4. Suhu tubuh Tabel 5.4 Distribusi Responden
Sebelum - sesudah SE
Nilai Nilai
Mean
SD
t
P
Klp mandi rendam
0.30
0.24 0.06 4.861 0.000
Klp mandi washlap/spon
0.23
0.08 0.02 10.990 0.000
Hasil penelitian diperoleh bahwa
Berdasarkan Suhu Tubuh Bayi
perbedaan rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir sebelum-sesudah dilakukannya mandi
31
rendam adalah 0.3 dengan standar deviasi
pre-test, suhu awal bayi baru lahir berkisar
0.24. Hasil uji statistik diperoleh nilai t
antara 36,2ºC - 36,8ºC pada kelompok
hitung adalah 4.861
mandi rendam dan kelompok mandi
nilai
p
adalah
(t tabel = 2.145) dan 0,000,
maka
dapat
washlap/spon,
yang
mengalami hipotermi berat. Kemudian
artinya suhu tubuh bayi baru lahir sebelum
setelah dilakukan perlakuan baik mandi
dan sesudah mandi rendam adalah berbeda
rendam maupun mandi washlap/spon, suhu
atau ada pengaruh mandi rendam terhadap
bayi menjadi berkisar antara 36ºC -
penurunan suhu tubuh. Sedangkan pada
36,7ºC.
disimpulkan bahwa H o ditolak
tidak
ada
bayi
yang
Pada kelompok perlakuan mandi
kelompok mandi washlap/spon didapat perbedaan rata-rata suhu tubuh bayi baru
rendam
lahir adalah 0.23 dengan standar deviasi
sebelum dan sesudah perlakuan berkisar
0.08. Hasil uji statistik diperoleh nilai t
0,2-0,5ºC, bahkan ada yang meningkat 5ºC
hitung adalah 10.990 (t tabel = 2.145) dan
dengan rata-rata perbedaan suhu 0,3 ºC,
nilai
dapat
sedangkan
yang
mandi washlap/spon mengalami perubahan
artinya suhu tubuh bayi baru lahir sebelum
suhu sebelum dan sesudah perlakuan
dan sesudah mandi washlap/spon adalah
berkisar
berbeda
perbedaan suhu 0,23ºC.
p
adalah
0.000,
maka
disimpulkan bahwa H o ditolak
atau
ada
pengaruh
mandi
mengalami
pada
perubahan
kelompok
0,1-0,4ºC
dengan
suhu
perlakuan
rata-rata
washlap/spon terhadap penurunan suhu
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
tubuh. Hal tersebut berarti ada pengaruh
ada pengaruh baik mandi rendam maupun
mandi
mandi
mandi washlap/spon terhadap kejadian
hipotermi
hipotermi pada bayi baru lahir dengan nilai
(penurunan suhu tubuh pada bayi baru
p = 0.000, hal tersebut sesuai dengan
lahir) di RS dr. R Soedjati Purwodadi.
penelitian sebelumnya yang dilakukan
rendam
washlap/spon
maupun terhadap
oleh Rifani (2009) juga tentang pengaruh mandi rendam pada bayi baru lahir
PEMBAHASAN dan
terhadap kejadian hipotermi di Yogyakarta
mandi washlap/spon pada bayi baru
yang diperoleh hasil bahwa ada perbedaan
lahir terhadap kejadian hipotermi di
antara kelompok mandi rendam dengan
RS dr. R Soedjati Purwodadi.
kelompok
1. Perbandingan
mandi
rendam
kontrol
terhadap
kejadian
hipotermi, tetapi perbedaan tersebut tidak
Berdasarkan hasil penelitian sebelum
sebanyak pada kelompok mandi rendam
dilakukan perlakuan baik mandi rendam maupun mandi washlap/spon pada awal 32
juga
Pada bayi baru lahir mandi rendam sesudah dikeringkan dengan nilai
harus
diselimuti
selama
bayi
digendong orang tuanya (Bobak dkk,
p=
2004).
0,000 (p<0,05). Sunartyo
(2008)
menyatakan suatu
2. Pengaruh mandi rendam dan mandi
kejadian penting dalam keseharian, baik
washlap/spon pada bayi baru lahir
bagi ibu maupun
terhadap kejadian hipotermi di RS dr.
memandikan
bayi
merupakan
anak. Setiap kali
R Soedjati Purwodadi.
prosedur pada pertolongan bayi baru lahir
Berdasarkan
dilakukan upaya untuk mencegah atau
hasil
uji
paired
t
mengurangi hilangnya panas tubuh pada
diperoleh adanya pengaruh mandi rendam
bayi (hipotermi). Hal tersebut sesuai
terhadap penurunan suhu tubuh (kejadian
dengan hasil penelitian dari Afriani (2010)
hipotermi), dengan nilai p = 0.000, begitu
tentang
juga pada kelompok mandi washlap/spon
pengaruh
IMD
terhadap
pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir
diperoleh
yang
bahwa
washlap/spon terhadap penurunan suhu
hipotermi dapat dicegah dengan tindakan
tubuh (kejadian hipotermi) dengan nilai
inisiasi menyusu dini dari ibu yang baru
p=0.000.Pada kelompok mandi rendam
melahirkan. Stres dingin (cold stress) akan
jika dilihat dari korelasi pada tabel
mengganggu kesehatan bayi baru lahir.
perbandingan suhu tubuh bayi sebelum
Keadaan
dan sesudah perlakuan diperoleh hasil nilai
hasilnya
menunjukkan
tersebut
kebutuhan
oksigen
akan bayi
meningkatkan dan
correlation
dapat
hasil
ada
=
pengaruh
-0.007
yang
mandi
dapat
mengganggu keseimbangan asam basa
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
sehingga bayi akan bereaksi dengan
suhu tubuh bayi baru lahir antara sebelum
meningkatkan kecepatan pernafasannya
dan sesudah dilakukan mandi rendam.
dan
Sedangkan
kemungkinan
dapat
mengalami
pada
kelompok
mandi
sianotik (kebiruan). Suhu aksila harus
washlap/spon jika dilihat dari korelasi
diukur setiap jam untuk memantau ada
pada tabel perbandingan suhu tubuh bayi
tidaknya kehilangan panas tubuh sampai
sebelum dan sesudah perlakuan diperoleh
temperatur menjadi stabil. Perawat dapat
hasil nilai correlation = 0.831 yang dapat
membantu menstabilkan temperatur tubuh
disimpulkan bahwa ada hubungan suhu
bayi baru lahir dengan beberapa cara. Bayi
tubuh bayi baru lahir antara sebelum dan
baru
sesudah dilakukan mandi washlap/spon.
lahir
harus
dikeringkan
dan
dibungkus dengan selimut hangat segera
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
setelah lahir, perhatikan supaya kepala
ada pengaruh baik mandi rendam maupun 33
mandi washlap/spon terhadap kejadian
lahir ada banyak faktor resiko yang dapat
hipotermi pada bayi baru lahir, kedua
menyebabkan terjadinya hipotermi, antara
perlakuan diperoleh nilai p hitung = 0.000
lain
(p<0,005).
dikeringkan, terlalu cepat dimandikan,
bayi
baru
lahir
tidak
segera
Hasil penelitian tersebut di atas
setelah dikeringkan tidak segera diberi
hampir sama dengan hasil penelitian
pakaian, tidak segera didekap pada tubuh
sebelumnya
(2009),
ibu, bayi baru lahir dipisahkan dari ibunya,
menunjukkan bahwa pada bayi baru lahir
tidak segera disusui ibunya, berat badan
yang belum dilakukan mandi rendam
bayi baru lahir rendah, bayi tidak segera
kemudian dikeringkan diperoleh nilai p=
dibungkus dan bayi sakit (Depkes RI,
0,000 (p<0,05), 1 jam pertama sesudah
1998).
oleh
Rifani
mandi rendam nilai p= 0,010 (p<0,05); 2 jam pertama sesudah mandi rendam nilai
KESIMPULAN DAN SARAN
p= 0,025 (p<0,05) dan kemudian 3 jam
1. Rata-rata suhu tubuh bayi baru lahir
pertama sesudah dilakukan mandi rendam
sebelum dilakukan mandi rendam
diperoleh nilai p= 0,014 (p<0,05), dari
adalah 36.58oC dan rata-rata suhu
hasil tersebut maka dapat disimpulkan
tubuh
bahwa ada pengaruh terhadap kejadian
dilakukan mandi washlap/spon adalah
hipotermi pada bayi baru lahir dengan
36.50oC, sedangkan rata-rata suhu
mandi rendam.
tubuh
Hal tersebut di atas
bayi
bayi
baru
baru
lahir
sebelum
lahir
sesudah
rendam
adalah
didukung oleh pendapat Affandi (2007)
dilakukan
yang menyatakan bahwa jangan segera
36.28oC dan rata-rata suhu tubuh bayi
memandikan bayi baru lahir, karena bayi
baru lahir sesudah dilakukan mandi
baru lahir cepat dan mudah kehilangan
washlap/spon adalah 36.27oC.
panas
tubuhnya (terutama jika tidak
berpakaian)
sebelum
mandi
2. Ada perbedaan suhu tubuh antara
melakukan
sebelum dan sesudah dilakukan mandi
penimbangan terlebih dahulu selimuti bayi
rendam dengan selisih suhu tubuh
dengan kain atau selimut bersih dan
sebesar 0.30oC sedangkan pada mandi
kering.
washlap/spon antara sebelum dan
Suhu tubuh normal adalah suhu
sesudah terapat selisih suhu tubuh sebesar 0.23oC.
tubuh yang menjamin kebutuhan oksigen bayi secara individual (dapat terpenuhi
3. Ada pengaruh yang signifikan baik
dengan suhu bayi stabil dengan suhu aksila
mandi
antara 36,5oC – 37,5oC. Pada bayi baru
washlap/spon 34
rendam
maupun terhadap
mandi kejadian
Berencana, buku Kedokteran EGC. Jakarta. Manuaba, I.B.G. (2007). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, buku Kedokteran EGC. Jakarta. Mueser, A. (2007). Panduan Lengkap Perawatan Bayi dan Anak. Diglossia Media. Yogyakarta. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Nursalam. (2003). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek, Jilid I, Salemba Merdeka. Jakarta. Prasetyo, B. dan Jannah, LM. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Patricia, W. L, dkk. (2006) Asuhan keperawatan ibu bayi baru lahir. EGC. Jakarta. Rifani. (2009). Pengaruh Mandi Rendam Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Kejadian Hipotermi di Bidan Didien Godean Sleman. Jurnal Penelitian tidak diedarkan Saifuddin, AB. (2002). Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Saifuddin, A.B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal, Edisi I, YBPSP. Jakarta. Sarwono, P. (2001). Ilmu Kebidanan, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Straight. B. R. (2004). Keperawatan Bayi Baru Lahir. Edisi 3. EGC. Jakarta. Subekti. (2008). Ilmu Kebidanan dan Kandungan, Penerbit EGC. Jakarta.
hipotermi pada bayi baru lahir di RS dr. R Soedjati Purwodadi dengan nilai p=0.000 (p<0.005) dan nilai t hitung 4.861 (pada mandi rendam) dan 10.990 pada mandi washlap/spon > nilai t tabel = 2.145 (dengan df=4).
REFERENSI Alimul, A. (2008). Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba. Jakarta. Afandi. (2007). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. EGC. Jakarta. Afirani. (2010). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Pencegahan Hipotermi di Klinik Bidan Mariani dan Klinik Ramini Medan. Jurnal karya Tulis Ilmiah tidak diedarkan. Anik, M & Nurhayati. (2008) Buku saku asuhan bayi baru lahir normal. TIM. Jakarta. Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Mitra Cedekia Press. Yogyakarta. Bonny & Mila. (2003). 40 hari pasca persalinan masalah dan solusinya. Puspa swara. Jakarta. Depkes RI. (2009). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta. Henderson, C. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan, EGC. Jakarta. Kosim, MS. (2003). Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat, Bidan, Penerbit Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Lubis B, (2007). Pencegahan Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir. Jakarta. Manuaba, I.B.G. (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
35
Sunartyo. (2008). Panduan Merawat Bayi dan Balita agar tumbuh sehat dan cerdas. Diva Press. Yogyakarta. Surasmi, A. Handayani, S. Kusuma, HN. (2006). Perawatan Bayi Resiko
Tinggi, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kebidanan, Edisi III, YBPSP. Jakarta
36