PENGARUH KEPEMIMPINAN ULAMA TERHADAP POLITIK LOKAL BERDASARKAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT PEDESAAN
MARWAH RAHAYU MUSTAQIM
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kepemimpinan Ulama terhadap Politik Lokal berdasarkan Stratifikasi Sosial Masyarakat Pedesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Marwah Rahayu Mustaqim NIM I34090067
i
ABSTRAK MARWAH RAHAYU MUSTAQIM. Pengaruh Kepemimpinan Ulama terhadap Politik Lokal berdasarkan Stratifikasi Sosial Masyarakat Pedesaan. Dibimbing oleh SOFYAN SJAF. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh kepemimpinan ulama terhadap politik lokal berdasarkan stratifikasi sosial masyarakat pedesaan (lapisan atas, menengah, dan bawah). Adapun kepemimpinan ulama yang dilihat adalah tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, serta tingkat kepercayaan. Sementara itu politik lokal dalam penelitian ini meliputi aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek politik. Penelitian dilakukan di dua lokasi yang berbeda, yaitu Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dan Desa Ciaruteun Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif menggunakan kuisioner serta panduan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemimpinan ulama pada masyarakat lapisan atas, menengah, dan bawah di Desa Karang Tengah lebih dominan oleh peran ulama dalam aspek sosial dan ekonomi. Sedangkan di Desa Ciaruteun Udik kepemimpinan ulama pada masyarakat lapisan atas, menengah dan bawah peran ulama tidak hanya dalam aspek sosial dan ekonomi, melainkan juga berperan dalam aspek politik Kata Kunci: kepemimpinan ulama, politik lokal, stratifikasi sosial masyarakat pedesaan
ABSTRACT MARWAH RAHAYU MUSTAQIM. Ulama Leadership influence Local Political Based on Social Stratification of Rural Communities. Supervised by SOFYAN SJAF. This study aims to analyze how much influence of local politics ulama to rural communities based on social stratification (upper, middle and bottom layer). The clerical leadership is seen from the level of loyalty, level of influence, as well as the level influence. The research was conducted in two different locations, namely Karang Tengah Village Babakan Madang subdistrict Bogor regency, and Ciaruteun Udik village Cibungbulang subdistrict Bogor regency.this study was conducted using quantitative and qualitative using questionnaires and in depth interview guide. The result showed that the clerical leadership in the upper, middle, and bottom layer at Karang Tengah village are dominated by the role af ulama in the social and economic aspects. While at Ciaruteun Udik village, the clerical leadership on the upper, middle, and bottom layer, not just the role of ulama in the social and economic aspect but also on the political aspecst. Keywords: ulama leadership, local politics, social stratification, rural community
PENGARUH KEPEMIMPINAN ULAMA TERHADAP POLITIK LOKAL BERDASARKAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT PEDESAAN
MARWAH RAHAYU MUSTAQIM
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
iii
Judul Skripsi Nama NIM
Pengaruh Kepemimpinan Ulama terhadap Politik Lokal berdasarkan Stratifikasi Sosial Masyarakat Pedesaan Marwah Rahayu Mustaqim 134090067
Disetujui oleh
Pembimbing
-
o Adiwibowo MS Ketua Departemen
rr 8
JUL 2013
Tanggal Lulus: _ _ _ _ __
` Judul Skripsi Nama NIM
: Pengaruh Kepemimpinan Ulama terhadap Politik Lokal berdasarkan Stratifikasi Sosial Masyarakat Pedesaan : Marwah Rahayu Mustaqim : I34090067
Disetujui oleh
Dr Sofyan Sjaf Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus: _____________
v
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Kepemimpinan Ulama terhadap Politik Lokal Berdasarkan Stratifikasi Sosial Masyarakat Pedesaan. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Penyelesaian Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin ngucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian Skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr Sofyan Sjaf selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak inspirasi dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ayahanda H. Sirod Mustaqim (Alm), H. Iyus Kusmana (Alm) dan ibunda Hj. Titi Aisyah serta adik M. Fajar Arafah Mustaqim atas segala doa dan dukungan kepada peneliti. Amli Ramadana Harahap yang selalu setia mendengarkan keluh kesah dan memberi semangat kepada peneliti. Sepupu tercinta yang selalu setia menemani Arimi Susilawati. Sahabat-sahabat yang selalu memberi semangat Amy, Melisa Anjani, Lansa S, Lita Latifah, Inka Nurman, Umem, Qiki, Heri Vanderdon, Melisa Asriani, Dea risky k, Bunga Syarah, Tanti Ningsih, Randy Ilyas, Yandra Azhari, dan semua kawan kawan seperjuangan SKPM yang tidak saya sebutkan satu persatu. Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada KH Mukti Ali dan KH Mukhtar yang telah banyak membantu peneliti dengan sangat baik.
Bogor, Juli 2013
Marwah Rahayu Mustaqim
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Kerangka Pemikiran Hipotesis Definisi Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Teknik Sampling Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN Kondisi Desa Geografis Sosial Ekonomi Karakteristik Responden Profil Singkat Ulama KEKUATAN ULAMA BERDASARKAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT Tingkat Loyalitas Masyarakat terhadap Ulama Tingkat Pengaruh Ulama terhadap Masyarakat Tingkat kepercayaan Masyarakat terhadap Ulama PERAN ULAMA TERHADAP POLITIK LOKAL Peran Ulama terhadap Masyarakat dalam Aspek Sosial Peran Ulama terhadap Masyarakat dalam Aspek ekonomi Peran Ulama terhadap Masyarakat dalam Aspek politik HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN ULAMA TERHADAP POLITIK LOKAL Hubungan antara Kekuatan Ulama terhadap Politik Lokal pada Masyarakat Lapisan Atas Hubungan antara Kekuatan Ulama terhadap Politik Lokal pada Masyarakat Lapisan Menengah Hubungan antara Kekuatan Ulama terhadap Politik Lokal pada Masyarakat Lapisan Bawah SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi vii viii 1 1 3 4 4 5 5 13 14 14 17 17 17 18 18 21 21 21 22 25 27 33 33 36 38 41 41 43 45 49 49 51 54 57 59 61
vii
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Jarak dan waktu tempuh desa penelitian ke pusat pemerintahan Luas wilayah desa penelitian menurut penggunaan Jumlah dab persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan Jumlah lembaga pendidikan Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin Jumlah dan persentase responden masyarakat berdasarkan usia Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan Data karakteristik ulama Data rekapitulasi peraihan suara PILGUB Jawa Barat 2013 Desa Karang Tengah Data rekapitulasi peraihan suara PILGUB Jawa Barat 2013 Desa Ciaruteun Udik Tingkat loyalitas masyarakat Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Tingkat loyalitas masyarakat Desa Karang Tengah berdasarkan stratifikasi kelas sosial Tingkat loyalitas masyarakat Desa Ciaruteun Udik berdasarkan stratifikasi kelas sosial Tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat Desa Karang Tengah Tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat Desa Ciaruteun Udik Tingkat kepercayaan masyarakat Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Tingkat kepercayaan masyarakat Desa Karang Tengah Tingkat kepercayaan masyarakat Desa Ciaruteun Udik Peran ulama dalam aspek sosial di Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Peran ulama dalam aspek sosial masyarakat Desa Karang Tengah Peran ulama dalam aspek sosial masyarakat Desa Ciaruteun Udik Peran ulama dalam aspek ekonomi masyarakat Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Peran ulama dalam aspek ekonomi masyarakat Desa Karang Tengah Peran ulama dalam aspek ekonomi masyarakat Desa Ciaruteun Udik Peran ulama dalam aspek politik masyarakat Desa Karang Tengah Peran ulama dalam aspek politik masyarakat Desa Karang Tengah Pengaruh ulama dalam aspek politik masyarakat Desa Ciaruteun Udik Hasil Rank Spearman hubungan antara pengaruh ulama terhadap politik lokal pada masyarakat lapisan atas di Desa Karang Tengah Hasil Rank Spearman hubungan antara pengaruh ulama terhadap politik lokal pada masyarakat lapisan atas di Desa Ciaruteun Udik
20 22 23 23 24 24 25 25 26 26 26 27 30 32 34 34 35 36 37 37 38 39 39 41 42 43 43 44 44 45 46 46 49 51
vii
35 Hasil Rank Spearman hubungan antara pengaruh ulama terhadap lokal pada masyarakat lapisan menengah di Desa Karang Tengah 36 Hasil Rank Spearman hubungan antara pengaruh ulama terhadap lokal pada masyarakat lapisan menengah di Desa Ciaruteun Udik 37 Hasil Rank Spearman hubungan antara pengaruh ulama terhadap lokal pada masyarakat lapisan bawah di Desa Karang Tengah 38 Hasil Rank Spearman hubungan antara pengaruh ulama terhadap lokal pada masyarakat lapisan bawah di Desa Ciaruteun Udik
politik 52 politik 53 politik 54 politik 55
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Bagan sistem politik Kerangka pemikiran Teknik pengambilan sampel
12 13 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Peta lokasi penelitian Dokumentasi penelitian Matriks tingkat kekuatan ulama berdasarkan stratifikasi sosial Matriks peran ulama terhadap politik lokal ulama berdasarkan stratifikasi sosial Data karakteristik responden berdasarkan lapisan masyarakat dan kepemilikan aset berharga Data rekapitulasi perolehan suara pasangan calon dan partisipasi pemilih dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat tahun 2013 tingkat Kabupaten Bogor Data rekapitulasi peraihan suara PILGUB Jawa Barat 2013 Desa Karang Tengah Data rekapitulasi peraihan suara PILGUB Jawa Barat 2013 Desa Ciaruteun Udik
61 62 63 64 65 66 67 68
ix
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masyarakat didefinisikan sebagai sebuah sistem sosial yang di dalamnya terdapat himpunan orang-orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan tertentu1. Suatu sistem kemasyarakatan memiliki lapisan kelas sosial yang terdiri dari lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah. Masing-masing lapisan tersebut memiliki peran yang berbeda. Di dalam lapisan kelas sosial ini juga terdapat struktur sosial yang terdiri dari aktor yang memerintah dan aktor yang diperintah. Masing-masing aktor tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Aktor yang bersedia diatur oleh ketentuan-ketentuan yang dibuat atau didesain oleh aktor yang memerintah disebut sebagai aktor yang diperintah, sedangkan aktor yang secara langsung maupun tidak langsung mampu memainkan peran dan berfungsi sebagai kekuatan penggerak dalam kehidupan bermasyarakat disebut sebagai aktor yang memerintah. Besarnya fungsi dan peran aktor yang memerintah dalam struktur masyarakat menjadikan aktor ini sering disebut sebagai pemimpin2. Kepemimpinan dalam struktur kehidupan masyarakat dapat dibedakan menjadi kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal merupakan kepemimpinan yang didasarkan atas adanya pengakuan atau legitimasi secara resmi dari masyarakat yang dipimpinnya. Sedangkan kepemimpinan informal merupakan kepemimpinan yang dilatarbelakangi oleh kualitas kepribadian secara subjektif maupun objektif untuk menduduki kedudukan dalam struktur sosial yang dapat memengaruhi tingkah laku dari suatu masyarakat (Kartodirjo 1984). Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penulis adalah membahas serta menjelaskan kepemimpinan informal yang ada di masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Adapun subjek yang dikajinya adalah ulama (kyai) dengan pengaruh kepemimpinannya dalam struktur masyarakat. Hal ini dinilai penulis dapat menjadi acuan dalam menjelaskan kepemimpinan informal. Ulama yang merupakan sosok penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sering dipanggil dengan nama kyai. Keberadaan ulama dalam kehidupan kemasyarakatan merupakan institusi atau pranata sosial yang telah ada sebelum penguasa kolonial datang ke Indonesia dengan motif utama untuk berdagang. Namun kemudian peran ulama ini semakin berkembang sejalan dengan munculnya berbagai gejala sosial politik yang menghiasi kehidupan di wilayah kolonial Belanda. Ulama dipandang sebagai pemimpin informal dimana melalui posisinya ini, peran ulama menjadi sangat strategis dan penting karena bukan saja berperan sebagai pendidik, tetapi juga berperan sebagai pemimpin masyarakat secara umum (Iskandar 2001). Selanjutnya dalam kehidupan bermasyarakat, peran ulama semakin terlihat dengan seringnya mereka dijadikan tempat bertanya dan memperoleh nasihat atau rujukan oleh masyarakat dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan 1 2
Dirujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Sartono Kartodirdjo. 1984. Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial. Jakarta. LP3ES. Hal. 25
2 sehari-hari baik dalam urusan ibadah, pekerjaan, maupun dalam permasalahan sosial politik. Pemahaman yang mendalam mengenai ajaran agama dan nilai-nilai spiritual merupakan faktor-faktor utama yang menjadikan ulama sebagai sosok yang diharapkan masyarakat untuk mampu memberikan pengaruh positif dalam menciptakan ketenangan dan kedamaian dalam menjalani kehidupan, menjaga keharmonisan dan kerukunan serta mencegah konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat melalui motivasi dan nasihat-nasihat yang diberikannya (Fadhilah 2011) Ulama memiliki peran penting di dalam kehidupan masyarakat Indonesia khususnya dalam sistem masyarakat pedesaan. Dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya, ulama memiliki fungsi yang sangat dominan dan efektif dalam mempersatukan kelompok masyarakat, sehingga mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin lokal yang kharismatik (Iskandar 2001) Menurut Max Webber (dalam Soekanto 2009) pemimpin kharismatik didasarkan pada aura atau kharisma yang melekat pada diri seorang pemimpin dan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Aura atau kharisma ini dianggap sebagai kemampuan khusus. Pengakuan kemampuan khusus ini oleh masyarakat dilandaskan atas dasar kepercayaan dan pemujaan karena mereka menganggap bahwa sumber kemampuan tersebut merupakan sesuatu yang berada di atas kekuasaan dan kemampuan manusia pada umumnya. Namun demikian, adakalanya pengaruh dari aura dan kharisma yang melekat pada diri seorang pemimpin ini dapat hilang. Hal itu dikarenakan adanya perubahan atau pergeseran paham, tingkah laku, atau pola pikir dalam stuktur kehidupan sosial masyarakat yang seringkali tidak direspon secara cepat oleh pemimpin tersebut. Begitu pula dengan kepemimpinan ulama. Kurangnya respon ulama dalam memahami perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat pada contoh kasus yang terjadi di daerah Banten. Dalam kehidupan masyarakat Banten, terdapat dua kepemimpinan informal yang sangat berpengaruh yaitu kyai (ulama) dan jawara. Semula, kedudukan kyai atau ulama dalam struktur kehidupan masyarakat Banten lebih tinggi dibandingkan jawara (Pada zaman Orde Baru). Pada masa itu kyai dianggap memiliki kemampuan untuk menarik simpati masyarakat sehingga banyak dijadikan alat oleh berbagai partai politik untuk menarik masa. Sedangkan jawara hanya dipandang sebagai elit kultural yang merupakan murid dari kyai (ulama). Partai politik yang ingin mendapatkan dukungan masyarakat akan memfasilitasi kyai (ulama) tersebut dalam upaya menggalang masa. Masuknya kyai (ulama) dalam politik praktis yang dikenalkan oleh elit-elit partai politik sebagai peran pembantu atau broker politik mengakibatkan pudarnya kharisma yang dimilikinya. Disamping itu, gerakan reformasi yang tidak diikuti oleh keinginan yang kuat oleh ulama untuk membangkitkan kembali peran kepemimpinannya membuat pengaruh mereka dalam kehidupan masyarakat semakin berkurang. Namun sebaliknya, jawara yang kedudukannya dibawah bayang-bayang kharisma kepemimpinan kyai (ulama) ternyata lebih cepat bertransformasi menjadi penguasa ekonomi. Melalui ini, jawara mampu menjelma dan mengokohkan peranannya sebagai elit paling dominan dalam menyikapi adanya perubahan akibat gerakan reformasi pada kehidupan masyarakat Banten (Hamid 2010). Terjadinya perubahan struktur sosial pada kasus masyarakat Banten tersebut disebabkan karena pergeseran sistem demokrasi yang terjadi di Indonesia
3 dari pemerintahan Orde Baru yang sentralistik menjadi Orde Reformasi yang liberatif, yang secara langsung mengakibatkan perubahan-perubahan pada pola pemerintahan khususnya di tingkat lokal melalui instrumen desentralisasi. Melalui sistem ini masyarakat berpeluang lebih untuk berpartisipasi menggunakan hakhaknya sebagai warga Negara Indonesia. Adapun partisipasi masyarakat dapat dilihat dari adanya sistem pemilihan pemimpin formal secara langsung melalui mekanisme pemungutan suara terbanyak (voting). Meskipun terjadi pergeseran struktur peran sosial dalam masyarakat Banten. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ulama masih memiliki peran yang tidak bisa digantikan oleh peran aktor lainnya (Hamid 2010). Kondisi seperti di atas juga terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia beragama muslim, sehingga kyai mendapatkan tempat yang istimewa di masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Bogor merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk mayoritas muslim. Kehidupan masyarakat Bogor dapat dikatakan dekat dengan kehidupan religious. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya pesantren yang menyebar hampir di seluruh wilayah Bogor, baik di kota maupun di wilayah pedesaannya. Lokasi yang menjadi objek penelitian ini adalah Bogor Barat dan Bogor Timur, yang diharapkan dapat menjadi gambaran pengaruh ulama di Bogor. Adapun desa dari masing-masing lokasi tersebut yang menjadi fokus penelitian ini adalah Desa Ciaruteun Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor (Bogor Barat) dan Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor (Bogor Timur). Hal ini karena di lokasi-lokasi tersebut. kyai memiliki peran yang dominan terhadap politik lokal terkait aspek sosial, ekonomi dan politik yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Kepemimpinan kyai terhadap masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Penelitian ini mengidentifikasi pengaruh ulama (Kyai) terhadap politik lokal (terkait aspek sosial, ekonomi dan politik). Dalam hal ini konteks masyarakat akan memberi konstribusi pembeda pengaruh ulama berdasarkan stratifikasi sosial masyarakat pedesaan (lapisan atas, menengah dan bawah). Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Seberapa kuat kepemimpinan ulama terhadap masyarakat (lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah) dilihat dari tingkat loyalitas, pengaruh dan kepercayaan? 2. Seberapa besar pengaruh ulama terhadap masyarakat pedesaan (lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah) dalam aspek sosial, ekonomi dan politik? 3. Seberapa kuat hubungan antara pengaruh ulama (tingkat loyalitas, pengaruh dan kepercayaan) terhadap politik lokal (sosial, ekonomi dan politik) berdasarkan stratifikasi sosial masyarakat?
4
Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah diuraikan, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kekuatan ulama terhadap masyarakat (lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah) dilihat dari tingkat loyalitas, pengaruh dan kepercayaan. 2. Mengetahui seberapa besar peran ulama terhadap masyarakat pedesaan (lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah) dalam aspek sosial, ekonomi dan politik. 3. Mengidentifikasi hubungan antara pengaruh ulama (tingkat loyalitas, pengaruh dan kepercayaan) terhadap politik lokal (sosial, ekonomi dan politik) berdasarkan stratifikasi sosial masyarakat. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan manfaat bagi mahasiswa selaku akademisi, pemerintah, dan masyarakat. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai Analisis kepemimpinan yang ada dalam struktur masyarakat khususnya masyarakat pedesaan 2. Bagi pemimpin informal, sebagai sarana evaluasi mengenai bentuk tanggung jawab sosial pemimpin terhadap masyarakat. 3. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menjembatani penetapan kebijakan agar dapat dilaksanakan oleh masyarakat dengan melihat aktor penggerak dalam masyarakat (pemimpin). 4. Bagi masyarakat sebagai referensi mengenai sosok pemimpin, khususnya kaum muda yang merupakan calon-calon pemimpin dan generasi penerus bangsa.
5
PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka
Stratifikasi Masyarakat Stratifikasi berasal dari kata stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan. Menurut Sorokin dalam Soekanto (2009) stratifikasi sosial adalah pembeda penduduk atau masyarakat dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Hal tersebut terlihat dari munculnya kelas-kelas yang lebih tinggi dan kelas yang lebih rendah. Ketidakseimbangan antara pembagian hak dan kewajiban, tanggung jawab nilai-nilai sosial, serta pengaruhnya merupakan dasar dari lapisan kelas tersebut. Lapisan masyarakat selalu ada baik di masyarakat yang demokratis, kapitalis, maupun komunistis (Soekanto 2009). Pada masyarakat yang kompleks, pembedaan kedudukan dan peranan juga bersifat kompleks. Dimana lapisan masyarakat memiliki bentuk yang konkret. Secara prinsipil, bentuk lapisan tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu ekonomis, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Munculnya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang sengaja disusun untuk mencapai suatu tujuan. Alasan terbentuknya lapisan masyarakat dengan sendirinya adalah berdasarkan kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat kepala masyarakat, dan kemungkinan juga harta dalam batas-batas tertentu. (Soekanto 2009). Menurut Soekanto, terjadinya proses-proses lapisan masyarakat dapat dikaji melalui pokok pedoman sebagai berikut: a. Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat. Sistem demikian hanya mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi objek penyelidikan. b. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur antar lain: (1) distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti penghasilan, kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju angka kejahatan), wewenang dan sebagainya; (2) Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan); (3) kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi, keangotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan; (4) lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keangotaan pada suatu organisasi dan selanjutnya; (5) mudah atau sukarnya bertukar kedudukan; (6) solidaritas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat seperti: pola-pola interaksi-interaksi (struktur klik, keanggotaan organisasi, perkawinan dan sebagainya), kesamaan atau ketidaksamaan sistem kepercayaan, sikap dan
6 nilai-nilai, kesadaran akan kedudukan masing-masing dan aktivitas sebagai organ kolektif. Sejak zaman kuno, sebagaimana yang dikemukakan Aristoteles, bahwa setiap negara terdapat tiga unsur yaitu, mereka yang kaya sekali, mereka yang miskin, dan mereka yang ada di tengah-tengahnya. Namun demikian, stratifikasi pada zaman penjajahan, hampir di setiap negara yang pernah dijajah seperti Asia, Afrika atau Amerika Latin dilihat berdasarkan kriteria ras, keturunan, dan pemilikan harta benda diterapkan dalam berbagai kombinasi yang pada umumnya ada dua kriteria besar, ialah perbedaan berdasarkan keturunan (stand) dan berdasarkan perbedaan pemilikan (klas) (Tjondronegoro 1999). Secara umum, strata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu atas (upper class), menengah (middle class), dan bawah (lower class). Kelas atas mewakili kelompok elite di masyarakat yang jumlahnya sangat terbatas. Kelas menengah mewakili kelompok profesional, kelompok pekerja, wiraswasta, pedagang, dan kelompok fungsi lainnya.sedangkan kelas bawah mewakili kelompok pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas, dan semacamnya (Bungin 2008) Pada umumnya mereka yang menduduki lapisan atas tidak hanya memiliki satu macam saja dari sesuatu yang dihargai oleh masyarakat, akan tetapi kedudukan yang tinggi tersebut bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak misalnya akan mudah mendapatkan tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, bahkan mungkin kehormatan tertentu. Bentuk konkret lapisanlapisan dalam masyarakat tersebut bermacam-macam. Namun pada prinsipnya bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga macam kelas, yaitu; Kelas yang didasarkan pada faktor ekonomis, Kelas yang didasarkan pada faktor politis dan Kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat Ketiga bentuk tersebut biasanya saling berkaitan satu dengan lainnya. Misalnya, mereka yang termasuk lapisan tertentu atas dasar politis, biasanya menduduki lapisan tertentu pula dalam lapisan atas dasar ekonomi, dan biasanya mereka juga menduduki jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. oleh karena itu sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu bersifat kumulatif kendati tidak semua demikian karena hal itu sangat bergantung pada sistem nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat (Narwoko dan Suyanto 2004). Sifat sistem pelapisan sosial ada yang tertutup dan ada yang terbuka. Pelapisan tertutup tidak memungkinkan seseorang pindah ke lapisan lain. Pada sistem pelapisan terbuka setiap orang dapat naik lapisan jika mampu dan dapat turun lapisan jika tidak mampu. Keterbukaan perjuangan tersebutlah yang menjadi nilai perangsang seseorang guna mengembangkan potensinya dan hal itu pula yang menjadi landasan gerak pembangunan masyarakat. Adapun kriteria pengakuan kelas dinyatakan dalam ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, dan ukuran pengetahuan dan kepandaian (Syarbaini et al. 2004). Sehubungan dengan kriteria tersebut, maka kelas menyediakan peluang fasilitas (life chances) tertentu, seperti kebebasan, harta, keamanan, dan kemudahan lainnya. Akibatnya, kelas tersebut selalu menunjukkan gaya hidup (life style), bahkan perilaku khas yang berbeda/spesifik.
7
Kepemimpinan Sebelum membahas mengenai kepemimpinan, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui arti dari pemimpin, dimana dengan pengetahuan ini lebih dapat menjelaskan arti kepemimpinan secara lebih luas. Pemimpin diartikan sebagai individu yang mampu menggerakkan orang-orang disekitarnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Biasanya seorang pemimpin memiliki orientasi masa depan, atau dengan kata lain bahwa pola pikirnya berfokus kepada masa depan dengan berusaha membuat atau memformulasikan berbagai cara atau strategi untuk dapat mengkomunikasikan visi guna mencapai tujuan yang telah dibuatnya. Seorang pemimpin selalu mempunyai keinginan atau alasan yang kuat dalam mencapai apa yang dicita-citakannya (Kartodirjo 1984). Kartodirjo (1984), berpendapat bahwa individu yang dikatakan sebagai pemimpin cenderung menganggap bahwa perubahan adalah orientasi utama dari sebuah tujuan yang harus dicapai dan menilai tantangan sebagai bagian dari proses yang harus dilewati dalam menciptakan perubahan dalam sistem masyarakat disekitarnya. Struktur kelas sosial dalam sistem kemasyarakatan terdiri dari dua kelas, yaitu kelas yang memerintah dan kelas yang diperintah. Kelas yang bersedia untuk diatur oleh ketentuan-ketentuan yang dibuat atau didesain oleh kelas yang memerintah disebut sebagai kelas yang diperintah, sedangkan kelas yang secara langsung maupun tidak langsung mampu memainkan peran dan berfungsi sebagai kekuatan penggerak dalam kehidupan bermasyarakat disebut sebagai kelas yang memerintah. Besarnya peran kelas yang memerintah dalam struktur masyarakat menjadikan kelas ini sering disebut sebagai kelas pemimpin. Kelas pemimpin ini terdiri dari individu-individu yang mampu menciptakan perubahan dalam kehidupan masyarakat dengan sifat kepemimpinan yang dimilikinya (Kartodirjo 1984). Secara umum kepemimpinan dapat dapat diartikan sebagai proses kegiatan seseorang atau individu dalam memimpin, membimbing, memengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan serta tingkah laku orang lain. Namun secara lebih terperinci, dikatakan bahwa kepemimpinan adalah pertemuan antara berbagai faktor diantaranya adalah; (1) sifat golongan, (2) kepribadian, dan (3) situasi atau kejadian. Ketiga faktor tersebut menunjukkan sifat multidimensional gejala kepimpinan, yaitu aspek social-psikhologis, sosiologis-antrophologis, dan sosial-historis (Kartodirjo 1984). Disamping itu, kepemimpinan merupakan fungsi dari sistem kepribadian yang mengacu pada nilai-nilai yang dimiliki oleh seorang individu yang dapat memberikan motivasi dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat disekitarnya. Secara sederhana, kepemimpinan selalu terkait dengan bakat dan sifat-sifat yang harus dimiliki seseorang atau individu yang menjadikannya sebagai seorang pemimpin. Ada berbagai teori-teori yang menjelaskan tentang bagaimana pemimpin dapat tercipta, diantaranya; (a) teori Orang Besar yang diajarkan oleh Carlyle menjelaskan bahwa tokoh-tokoh besar dengan kepribadian luar biasa dapat berkuasa, menentukan perang dan damai serta nasib rakyat bahkan pendeknya jalan sejarah. (b) teori lingkungan yang merupakan teori yang berusaha membantah Teori Orang Besar dimana teori ini berasumsi bahwa pemimpin dapat muncul disebabkan oleh waktu, tempat dan keadaan. (c) teori kepribadian dalam Situasi, yaitu teori yang lahir dari gabungan
8 kedua teori sebelumnya. (d) kepribadian yang kuat dengan faktor situasional akan berakibat pada terbentuknya seorang pemimpin. Secara lebih rinci, Ralph M. Stogdill dalam Sholehuddin (2008) mengungkapkan, bahwa dalam memberi arti kepemimpinan ini, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu: (a) kepemimpinan sebagai titilk pusat kelompok; (b) kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang mempunyai pengaruh; (c) kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian paham atau kesepakatan; (d) kepemimpinan adalah pelaksanaan pengaruh; (e) kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku; (f) kepemimpinan adalah suatu hubungan kekuatan/kekuasaan; (g) kepemimpinan adalah sarana pencapaian tujuan. Ada banyak ahli yang mencoba untuk menjelaskan berbagai jenis-jenis kepemimpinan, salah satunya adalah Max Weber dimana ia membagi jenis-jenis kepemimpinan kedalam tiga jenis yang berbeda, yaitu; (1) kepemimpinan kharismatik, yaitu jenis kepemimpinan yang diangkat berdasarkan kepercayaan3 yang datang dari lingkungannya; (2) kepemimpinan tradisional, yaitu bentuk kepemimpinan dimana pada jenis ini, pemimpin diangkat atas dasar tradisi yang berlaku pada masyarakat; (3) kepemimpinan rasionallegal, yaitu bentuk kepemimpinan dimana pada jenis ini pemimpin diangkat atas dasar pertimbangan pemikiran tertentu dan penunjukan langsung dengan mekanisme yang legal menurut hukum dan undang-undang yang berlaku.
Ulama Di Pulau Jawa, Indonesia, orang-orang yang dianggap tinggi pengetahuannya dalam bidang agama Islam disebut kyai (di Jawa Barat disebut ajengan) atau ulama, tidak jarang diantaranya dianggap atau dinilai oleh masyarakat, mempunyai ilmu pengetahuan agama yang setaraf dengan para mujtahid (ahli berijtihad). Oleh karena itu, mereka dianggap mampu memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang muncul dikalangan masyarakat, baik permasalahan yang muncul erat kaitannya dengan praktek-praktek keagamaan, maupun yang tidak berkaitan langsung seperti masalah sosial dan politik. Secara umum sebutan kyai atau ulama dipergunakan untuk menyebutkan seseorang atau komunitas yang dianggap mempunyai keahlian yang tinggi dalam hukum agama Islam serta mempunyai kemampuan yang cermat dalam membaca pikiran masyarakat sekitarnya. Disamping itu karena berbagai kelebihannya mereka juga berfungsi sangat dominan dan efektif dalam mempersatukan kelompok masyarakat, sehingga mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin lokal yang kharismatik (Iskandar 2001). Pemimpin kharismatis merupakan pemimpin yang mempunyai kharisma (pengaruh) yang sangat besar. Seorang pemimpin kharismatik sering dianggap memiliki kekuatan gaib (supranatural power). Pemimpin yang kharismatik biasanya mempunyai daya tarik, kewibawaan, loyalitas4 dan pengaruh yang sangat besar (Sholehuddin 2008).
3
Kepercayaan merupakan kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memliki keyakinan yang didasarkan pada harapan terhadap prilaku yang baik dari orang lain. 4 Loyalitas merupakan kesetiaan atau pengabdian yang timbul dari kesadaran sendiri
9 Ulama sering disebut sebagai elit sosial sekaligus elit keagamaan sehingga menjadi figur sentral dan memiliki peran vital dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadikannya sebagai individu yang memilki strata atau status sosial yang tinggi dalam struktur kelas dan sistem kemasyarakatan (Susanto 2007). Secara bahasa, sebenarnya merupakan bentuk jamak/plural dari kata alim yang berarti orang yang mengetahui, namun dalam bahasa Indoensia, kata ulama menjadi bentuk tunggal yang pengunaannya diartikan untuk menunjukkan individu yang memiliki keahlian dibidang agama, terutama agama Islam. Secara umum, kata ulama dapat diartikan sebagai para cendikiawan atau para ilmuan yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai keagamaan sehingga menjadi tokoh yang dipuja dan dihormati dalam kehidupan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Lebih dari itu, secara teologis juga dipandang sebagai sosok pewaris para Nabi (waratsat al-anbiya). Kedudukan Ulama pada Masyarakat Pedesaan Para kyai terutama di daerah-daerah pedesaan menerima penghormatan lebih dan loyalitas, yang tidak dimiliki oleh elite lokal yang lain5 sebagai pemegang otoritas keagamaan. Otoritas dan kekuasaannya dalam masyarakat tidak hanya terbatas pada hubungan sosial saja, tetapi juga dapat diterapkan dalam dunia politik (Abdurrahman 2009). Sebagai pemimpin informal dalam struktur masyarakat, ulama atau kyai memiliki peran penting di dalam kehidupan masyarakat Indonesia khususnya dalam sistem masyarakat pedesaan. Ulama sering di pandang sebagai sosok pemimpin informal yang memiliki pengaruh dan peran dominan yang dijadikan tempat bertanya dan memperoleh nasehat atau rujukan bagi masyarakat pedesaan dalam menyelasaikan berbagai masalah kehidupan sehari-hari baik dalam urusan ibadah, pekerjaan, maupun dalam permasalahan sosial politik (Fadhilah 2011). Pemahaman yang mendalam mengenai ajaran agama dan nilai-nilai spiritual menjadikan ulama sebagi sosok yang diharapkan masyarakat untuk mampu memberikan pengaruh positif dalam menciptakan ketenangan dan kedamaian dalam menjani kehidupan, menjaga keharmonisan dan kerukunan serta mencegah konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat melalui motivasi dan nasehat-nasehat yang diberikannya. Kuatnya pengaruh dari kyai tentunya tidak lepas dari pola jaringan yang terbentuk di kalangan kyai. Mengacu pada hasil penelitian Proyek Pengembangan Penelitian pada Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia menyebutkan paling tidak ada 5 pola jaringan yang dikembangkan kyai, yaitu: a. Jaringan genealogis yang terbentuk melalui hubungan darah atau kekerabatan antara kyai yang satu dengan kyai lainnya. Bahkan tidak jarang sang kyai mengambil menantu dari salah satu santrinya yang memiliki prestasi gemilang di pondok yang ia pimpin. 5
Penghormatan masyarakat terhadap kiai, biasanya ditunjukkan dengan sikap dan perilaku “mencium tangan kiai”. Secara kultural, mengisaratkan penghormatan yang tinggi. Lebih dari itu, pada saat yang sama ia juga bertujuan untuk memperoleh barokah. Rasa hormat terhadap kiai, sebenarnya diperkuat oleh budaya masyarakat Indonesia
10 b. Jaringan ideologis yang terbentuk karena adanya persamaan kepentingan ideologis, baik yang bersifat pemahaman keagamaan (biasanya kalangan NU) maupun ideologi politik seperti PKB, PPP, PKU, PNU, dan sejenisnya. c. Jaringan intelektual yang terbentuk melalui proses pembelajaran baik formal maupun nonformal antara guru (kyai) dengan murid (santri). d. Jaringan teologis. Jaringan ini terbentuk melalui kesamaan paham teologi yang diyakini dan dianut oleh para kyai, yang pada umumnya di Jawa menyakini dan mengamalkan ajaran Asy’ariyah dan Maturudiyah atau yang lebih populer dengan ‘Ahl al-Sunnah wa al-Jamā’ah’. e. Jaringan spiritual yang terbentuk terutama melalui organisasi tarekat. Di Indonesia (khususnya Jawa) pada umumnya menganut tareqat Naqsabandiyah. Adapun kedudukan ulama pada masyarakat pedesaan juga dapat terlihat di Banten, ada beberapa hal yang terkait dengan orientasi politik masyarakat Serang pasca-Soeharto. Diantaranya, masyarakat Serang semakin lekat dengan keislaman. Sehingga kemudian keislaman menjadi sumber legitimasi bagi kepemimpinan atau kekuasaan. Salah satu dampak dari keadaan tersebut adalah munculnya peran kyai yang menempati posisi berpengaruh dalam kehidupan masyarakat atau orang-orang dekat kyai yang kemudian banyak yang menjadi pemimpin politik, seperti misalnya menjadi bupati atau anggota DPRD. Bukan hanya itu, kyai pun bisa memberikan legitimasi kepada orang-orang yang didukungnya untuk menjadi pemimpin politik. Pada intinya, kyai menempati posisi strategis dengan memainkan peran sebagai pemimpin informal baik untuk urusan agama maupun kehidupan sosial secara umum. Bahkan tidak sedikit kyai yang pengaruhnya melebihi kekuasaan pemimpin formal di wilayahnya dan melampaui batas-batas geografis tempat tinggalnya. Kyai pun mempunyai jaringan sosial yang luas yang terbentuk dari sistem kekerabatan, sehingga kyai menjadi figur yang amat mempengaruhi dinamika sosial masyarakat Serang (Alamsyah 2012). Sebagai pemimpin informal ulama biasanya menggunakan gaya kepemimpinan kharismatik yang didasarkan pada aura atau kharisma yang melekat pada diri ulama tersebut dan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Aura atau kharisma ini dianggap sebagai kemampuan khusus yang dapat memberikan pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat disekitarnya (Max Webber dalam Soekanto 2009). Namun demikian pengaruh dari aura dan kharisma yang melekat pada diri seorang ulama dapat hilang. Hal ini dikarenakan adanya perubahan atau pergeseran paham yang berkembang di masyarakat, seperti paham demokrasi di Indonesia yang mengalami pergeseran demokrasi yang mengarah ke demokrasi liberatif. Sistem pemerintahan pada masa Orde Baru merupakan sistem yang sentralistis dimana segala keputusan dibuat secara top down. Hal ini terlihat dari tidak diberikan ruang atau tempat yang memberikan kesempatan bagi masyarakat pada masa tersebut untuk berpendapat sehingga segala aspek kehidupan selalu menunggu keputusan dari pusat sedangkan daerah-daerah hanya ditempatkan sebagai pelaksana serta pendukung program-program yang digariskan dari pusat. Setelah berakhirnya masa kekuasaan Orde Baru, bangsa Indonesia kemudian mulai menggali kembali nilai-niai Pancasila dan UUD 1945 sebagai
11 pedoman untuk membangun bangsa dan Negara yang demokratis yang berusaha memberikan kesempatan bagi masyarakatnya untuk mengaktualisasikan pendapatnya. Dengan kata lain, kehidupan demokrasi liberatif sudah mulai dirasakan. Demokrasi liberatif ini pun semakin memberikan pengaruh terhadap kehidupan berdemokrasi di tanah air. Masyarakat dituntut untuk lebih aktif memberikan partisipasinya dalam kritik dan saran yang dinilai sebagai pendapat yang harus dipertimbangkan pemerintah ketika merumuskan berbagai kebijakankebijakan dalam membangun bangsa dan Negara. Lahirnya kebijakan pemerintah terkait progam otonomi daerah semakin memberikan sinyal bahwa demokrasi liberatif semakin diadopsi sebagai sistem demokrasi di Indonesia. Hal ini terlihat dari lebih di berlakukannya sistem pemungutan suara (voting) dibandingkan dengan sistem musyawarah dan mufakat dalam penentuan dan pemilihan pemimpin baik presiden, gubernur, walikota, bahkan tingkat yang paling lokal yaitu kepala desa. Dimana suara mayoritas melalui sistem voting ini menjadi suatu dasar pembenaran bagi pemerintah dalam memberikan hak-hak individu dan kekuasaan penuh kepada rakyat untuk berpartisipasi dalam pemerintah. Demokrasi liberal merupakan sistem politik yang melindungi keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung) yang diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah untuk dapat tunduk pada berbagai pembatasan-pembatasan yang dibuat agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu. Demokrasi liberal yang terjadi di indonesia merubah esensi demokrasi yang menjadi pilihan bangsa ini, perwujudannya tertuang dan terlihat pada sistem voting dalam penentuan keputusan dan kebijakan pemerintah dimana suara terbanyak bukan saja dimenangkan, tetapi memperoleh pembenaran (Swasono 2010). Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya dan daerah. Maka dari itu pemerintah membuat kebijakan UU tentang otonomi daerah sehingga dapat mencegah pemusatan kekuasaan yang dapat menimbulkan pemerintahan yang bersifat otoriter. Lahirnya kebijakan otonomi daerah menjadi bukti bahwa demokrasi liberatif mulai tumbuh dan berkembang di Negara Indonesia. Atau dengan kata lain, otonomi daerah juga dapat dikatakan sebagai demokratisasi (demokrasi liberal) di tingkat lokal. Politik Lokal Ilmu politik mempelajari suatu segi khusus dari aspek kehidupan masyarakat yang menyangkut soal kekuasaan. Tumpuan kajiannya terhadap daya upaya memperoleh kekuasaan, usaha mempertahankan kekuasaan, penggunaan kekuasaan tersebut, dan juga bagaimana menghambat penggunaan kekuasaan. Konsep-konsep pokok yang dipelajari ilmu politik adalah negara (state), kekuasaan (power),pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan (policy, beleid), pembagian (distribution) atau alokasi (allocation). Politik tidak sama dengan ilmu politik dan ahli ilmu politik belum tentu seorang politikus atau tokoh politik. Sejak awal hingga perkembangan yang terakhir ada sekurang-kurangnya 5 pandangan mengenai politik. Pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan
12 mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik ialah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga, politik ialah sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dan masyarakat. keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting (Syarbaini et al 2004). Untuk memahami dinamika politik, sebaiknya meneliti sifat dan peranan para elit daerah khususnya di bidang politik birokratis, ekonomis, dan identitas. Sejak Suharto turun dari kursi kepresidenan, dinamika politik Indonesia memasuki era baru. Pada waktu yang relatif singkat Indonesia mengalami desentralisasi secara besar-besaran yang terdiri dari desentralisasi otoritas politik dan administrasi dari pusat ke daerah. Selanjutnya dibeberapa daerah efeknya cukup signifikan, yaitu pelaku politik seperti pemerintah daerah, politik lokal, dan organisasi nonpemerintah dan elite lokal sering jadi immune terhadap intervensi dari pusat. LINGKUNGAN
O U
I N
TUNTUTAN
P U
SISTEM POLITIK
KEPUTUSAN KEBIJAKAN
T P U
DUKUNGAN
T
T UMPAN BALIK
Gambar 1 Bagan sistem politik Sumber: Syarbaini et al. 2004
Untuk konteks Indonesia, desentralisasi merupakan bagian dari demokratisasi. Paling tidak para penyusun konsep desentralisasi di Indonesia menggagas konsep desentralisasi dengan kerangka demokratisasi. Dengan adanya desentralisasi, kabupaten diberikan otonomi politik dan keuangan yang lebih besar. Hal ini kemudian dianggap lebih memberdayakan kepala daerah dalam menjaring aspirasi rakyat lokal dan untuk pengembangan sumberdaya alam yang belum tergali (Nordholt et al. 2007)
13
Kerangka Pemikiran Diperlukan analisis berfikir dalam menyusun dan membangun pemahaman serta mempermudah peneliti dalam menjelaskan pengaruh kepemimpinan ulama terhadap politik lokal. Kerangka berfikir ini juga diharapkan mampu memberikan gambaran atau deskripsi mengenai tahap-tahap yang akan dilalui oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Tahap awal dalam penelitian ini adalah penentuan judul yang dilakukan bersama dosen pembimbing berdasarkan hasil diskusi, diperoleh judul penelitian berupa “Pengaruh Kepemimpinan Ulama terhadap Politik Lokal berdasarkan Stratifikasi Sosial Masyarakat Pedesaan”. Stratifikasi sosial masyarakat :
Kepemimpinan Ulama :
Lapisan Atas Lapisan Menengah Lapisan Bawah
Y2 Politik lokal:
1. Tingkat Loyalitas a. Pengabdian b. Ketaatan
1. Sosial a. Gaya hidup b. Tingkah laku
2. Tingkat Pengaruh a. Keteladanan b. Keahlian
2. Ekonomi a. Perbaikan infrastruktur b. Pembangunan tempat ibadah c. Bantuan sosial
3. Tingkat Kepercayaan a. Keyakinan b. Harapan
3. Politik a. Pilihan Kepala Desa b. PILKADA
: Berpengaruh
: Konteks penelitian
Gambar 2 Kerangka pemikiran Setelah dilakukan penentuan judul, penulis berusaha mengidentifikasi variabel-variabel yang mampu menjelaskan judul penelitian yang telah di tentukan sebelumnya. Variebel ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan variabel independen adalah variabel yang mampu memberikan pengaruh terhadap variabel lain, yang termasuk kedalam variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, dan tingkat kepercayaan, sedangkan yang termasuk kedalam varibel dependen dalam penelitian ini adalah kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Variabel dependen dan independen ini kemudian dilihat pengaruhnya dalam konteks masyarakat sebagai konstribusi pembeda pengaruh ulama berdasarkan stratifikasi sosial
14 masyarakat (Lapisan atas, menengah dan bawah) untuk kemudian dianalisis sehingga nantinya diperoleh pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bertujuan untuk memudahkan peneliti menjelaskan judul sekaligus tema penelitian yang diajukan sebelumnya.
Hipotesis Penelitian Hipotesis yang digunakan peneliti dalam memudahkan penyelesaian penelitian ini adalah “semakin tinggi lapisan kelas sosial masyarakat, maka semakin rendah pengaruh ulama terhadap aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik pada masyarakat tersebut”. Definisi Operasional Kepemimpinan ulama terhadap masyarakat dapat dilihat dari tingkat loyalitas, tingkat pengaruh dan tingkat kepercayaan dari masyarakat terhadap ulama. 1) Tingkat loyalitas masyarakat terhadap ulama dapat didefinisikan sebagai bentuk pengabdian dan ketaatan yang diberikan masyarakat terhadap ulama yang timbul dari kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan. Untuk mengukur tingkat loyalitas masyarakat terhadap ulama dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala ordinal, dimana: (1) Tingkat loyalitas rendah (tidak pernah/TP), diberi skor 1 (2) Tingkat loyalitas sedang (jarang/JR), diberi skor 2 (3) Tingkat loyalitas tinggi (selalu/SL), diberi skor 3 2) Tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat dapat didefinisikan sebagai sikap keteladanan dan keahlian ulama, baik secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan suatu perubahan perilaku dan sikap orang lain atau kelompok. Untuk mengukur tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala ordinal, dimana: (1) Tingkat pengaruh rendah (tidak pernah/TP), diberi skor 1 (2) Tingkat pengaruh sedang (jarang/JR), diberi skor 2 (3) Tingkat pengaruh tinggi (selalu/SL), diberi skor 3 3). Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap ulama dapat didefinisikan sebagai kemauan dari masyarakat untuk bertumpu pada ulama dimana masyarakat memiliki keyakinan dan harapan terhadap perilaku yang baik dari ulama. Untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap ulama dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala ordinal, dimana: (1) Tingkat kepercayaan rendah (tidak pernah/TP), diberi skor 1 (2) Tingkat kepercayaan sedang (jarang/JR), diberi skor 2 (3) Tingkat kepercayaan tinggi (selalu/SL), diberi skor 3 Politik lokal merupakan semua kegiatan politik yang berada pada level lokal yang menitik beratkan sifat dan peran para elit lokal (aktor) dalam pengaruhya terhadap aspek kehidupan sosial, ekonomi dan politik. 1) Peran ulama terhadap aspek sosial dapat didefinisikan dalam bentuk peran ulama terhadap pergaulan hidup seseorang dalam bermasyarakat seperti gaya
15 hidup dan tingkah laku. Untuk mengukur peran ulama dalam aspek sosial dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala ordinal, dimana: (1) Tingkat pengaruh rendah (tidak pernah /TP), diberi skor 1 (2) Tingkat pengaruh sedang (jarang/JR), diberi skor 2 (3) Tingkat pengaruh tinggi (selalu/SL), diberi skor 3 2) Peran ulama terhadap aspek ekonomi dapat didefinisikan dalam bentuk peran ulama terhadap upaya meningkatkan taraf hidup bersama/masyarakat yang meliputi perbaikan infrastruktur, pembangunan tempat-tempat ibadah dan bantuan sosial. Untuk mengukur peran ulama dalam aspek ekonomi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala ordinal, dimana: (1) Tingkat pengaruh rendah (tidak pernah/TP), diberi skor 1 (2) Tingkat pengaruh sedang (jarang/JR), diberi skor 2 (3) Tingkat pengaruh tinggi (selalu/SL), diberi skor 3 3) Peran ulama terhadap aspek politik dapat didefinisikan dalam bentuk peran ulama terhadap pemilihan kepala desa, pemilihan kepala daerah (PILKADA). Untuk mengukur peran ulama dalam aspek politik dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala ordinal, dimana: (1) Tingkat pengaruh rendah (tidak pernah/TP), diberi skor 1 (2) Tingkat pengaruh sedang (jarang/JR), diberi skor 2 (3) Tingkat pengaruh tinggi (selalu/SL), diberi skor 3 Stratifikasi sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu atas (upper class) menengah (middle class), dan bawah (lower class). Lapisan masyarakat (stratifikasi masyarakat) dilihat dari tingkat penghasilan dan kepemilikan barang berharga yaitu mobil, sepeda motor, lemari es, mesin cuci. Lapisan masyarakat dibagi menjadi tiga lapisan dengan kategori: Lapisan atas Lapisan menengah Lapisan bawah
16
17
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu Desa Ciaruteun udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dan Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa kedua desa tersebut memiliki karakteristik lingkungan yang berbeda. Desa Ciaruteun Udik memiliki karakteristik lingkungan desa yang masih tergolong tradisional, sedangkan Desa Karang Tengah memiliki karakterisktik desa yang sudah banyak terdapat nilainilai modernisasi. Dengan mengkaji kedua tempat tersebut diharapkan dapat menggambarkan pengaruh ulama terhadap masyarakat Bogor. Adapun penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli tahun 2013.
Teknik Sampling Informan dan responden merupakan subjek dalam penelitian ini, dimana informasi yang diberikannya digunakan untuk menghimpun data kualitatif yang bertujuan untuk mempertajam analisis data kuantitatif dalam penelitian ini. peneliti mendefinisikan informan sebagai orang atau pihak yang memberikan keterangan tentang diri sendiri, orang lain maupun lingkungan disekitar lokasi penelitian. Sedangkan responden didefinisikan sebagai orang atau pihak yang memberikan keterangan tentang identitas diri dan kegiatan yang dilakukannya. Pemilihan informan dilakukan secara purposive. Informan yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 12 orang yang terdiri dari informan utama yaitu ulama (kyai) yang berada di Desa Karang Tengah maupun Desa Ciaruteun Udik dan informan pendukung yang terdiri dari tokoh masyarakat, kepala desa, ketua RT/RW serta masyarakat yang memiliki karakteristik-karakteristik yang sesuai dengan konteks penelitian. Berbeda dengan pemilihan informan, responden dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan karena populasi yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari unit-unit elementer yang tidak seragam (heterogen) yaitu masyarakat yang terbagi kedalam lapisan kelas sosial yang berbeda (lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah), maka populasi harus dibagi ke dalam lapisan-lapisan yang lebih seragam (homogen) secara bertingkat. Pengambilan sampel dari kerangka sampling dilakukan secara random. dengan Jumlah responden dari masing-masing lapisan diambil secara proportional yaitu 120 responden yang terdiri dari 20 responden lapisan atas, 20 responden lapisan menengah dan 20 responden lapisan bawah untuk masing-masing lokasi penelitian (Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik) diambil dari kerangka sampling yang berjumlah 138 orang (Gambar 3)
18
.
P O P U L A S I
20 responden Lapisan atas proportional stratified random sampling
20 responden Lapisan menengah
Dari masing-masing dua lokasi penelitian : Desa Ciruteun Udik dan Desa Karang Tengah
20 responden Lapisan bawah
Gambar 3 Metode pengambilan sempel
Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer data yang didapatkan dari wawancara mendalam terhadap informan dan penyebaran kuisioner kepada responden. Data primer kuantitatif dikumpulkan melalui wawancara terstruktur kepada 120 responden yang terdiri dari 40 responden lapisan atas (Karang Tengah dan Ciaruteun Udik), 40 responden lapisan menengah (Karang Tengah dan Ciaruteun Udik), dan 40 responden lapisan bawah (Karang Tengah dan Ciaruteun Udik). Data primer kualitatif didapatkan melalui observasi langsung dan wawancara mendalam kepada informan. Informan dipilih secara purposive atau sengaja dan yang diarahkan dengan panduan pertanyaan wawancara mendalam kepada beberapa informan. Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung yang di dapat dari literatur baik dokumen ilmiah, jurnal, dokumen yang berhubungan dengan keadaan wilayah, demografi penduduk, karakteristik desa dan lain-lain yang dapat digunakan dalam menunjang penelitian. Data yang di dapat dari literatur baik dokumen ilmiah, jurnal, dan lain-lain. Pengumpulan data yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan data Teknik Pengolahan dan Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data yaitu melakukan pengkodean dari data primer yang diperoleh, memasukan data ke lembar kode, kemudian membuat tabel frekuensi dan mengoreksi kesalahan-kesalahan yang
19 ditemui (Singarimbun dan Effendi 1989). Data kemudian diolah dengan menggunakan software SPSS 16.0 dan Microsoft Excel 2007. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data berupa tabel frekuensi, tabulasi silang dan pengujian hubungan yang dilakukan dengan Uji Rank Spearman untuk menghubungkan data ordinal dengan data ordinal. Koefisien korelasi Rank Spearman menunjukan kuat tidaknya antara varabel X terhadap variabel Y sehingga digunakan batas koefisien korelasi untuk mengkategorikan nilai ρ. Korelasi dapat menghasilkan angka positif yang menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji atau negatif yang menunjukkan hubungan yang tidak searah (Rakhmat 2002). Klasifikasi keeratan hubungan ditetapkan dari korelasi dengan kriteria yang dikemukakan dalam Rakhmat (2002) sebagai berikut: < 0.20
: Hubungan rendah sekali; lemas sekali
0.20 – 0.40
: Hubungan rendah tetapi pasti
0.40 – 0.70
: Hubungan yang cukup berarti
0.70 – 0.90
: Hubungan yang sangat tinggi; kuat
> 0.90
: Hubungan sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan
Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 persen dan 1 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan 99 persen. Hipotesis diterima apabila diperoleh hubungan sangat nyata (p<0.01), dan nyata (p<0.05).
20
21
KARAKTERISTIK LOKASI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum penelitian yang dilihat dari kondisi geografis, kondisi sosial ekonomi dan politik yang ada di dua lokasi penelitian yang berbeda, yaitu Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dan Desa Ciaruteun Udik Kecamatan Cibungbulang Kabaputen Bogor. Adanya perbedaan wilayah diantara kedua desa tersebut maka diharapkan mampu mendeskripsikan pengaruh kepepemimpinan ulama terhadap masyarakat pedesaan dalam lingkup Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kondisi wilayah, kondisi kependudukan, potensi wilayah, serta aksesibilitas ke ibukota kecamatan maupun kabupaten dijadikan alat atau indikator bagi peneliti untuk menjelaskan tentang gambaran umum keadaan kedua desa tersebut. Kondisi Desa Geografis Kondisi geografis ini menjelaskan mengenai batas wilayah desa, aksebilitas desa ke pusat pemerintahan, dan luas wilayah menurut kegunaanya. Komponen-komponen tersebut akan dijelaskan dari dua desa penelitian yaitu Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dan Desa Ciaruteun Udik Kecamatan Cibungbulang Kabaputen Bogor. Melalui kedua desa tersebut maka akan diperoleh perbedaan menurut kondisi geografisnya. Tabel 1 Jarak dan waktu tempuh desa penelitian ke pusat pemerintahan Waktu tempuh (jam) Jarak (KM) dengan kendaraan bermotor Tujuan Karang Ciaruteun Karang Ciaruteun Tengah Udik Tengah Udik Ibukota kecamatan 4.00 5.00 0.50 0.17 Ibukota kabupaten/kota 25.00 28.00 1.00 1.50 Ibukota provinsi 141.00 175.00 5.00 7.00 Sumber: Data sekunder profil desa
Desa Karang Tengah merupakan salah satu desa yang memiliki lokasi yang berada di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Hambalang Kecamatan Citeureup, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bojong Koneng Kecamatan Babakan Madang, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cibadak Kecamatan Sukamakmur, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumur Batu Kecamatan Babakan Madang. Selain itu penelitian ini juga dilakukan di Desa Ciaruteun Udik. Desa Ciaruteun Udik merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa Cibuntu Kecamatan Ciampea, sebelah selatan berbatasan dengan
22 Desa Cibening Kecamatan Pamijahan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciampea Udik Kecamatan Ciampea, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cimayang Kecamatan Pamijahan. Berbeda dengan Desa Karang Tengah, Desa Ciaruteun Udik memiliki jarak yang lebih jauh dari pusat pemerintahan di bandingkan dengan Desa Karang Tengah (Tabel 1). Tabel 2 Luas wilayah desa penelitian menurut penggunaan Karang Tengah Ciaruteun Udik Kegunaan Luas Persentase Luas Persentase 2 2 (ha/m ) (%) (ha/m ) (%) Pemukiman 60.0 47.2 60.0 47.2 Persawahan 60.0 47.2 60.0 47.2 Kuburan 3.0 2.4 3.0 2.4 Pekarangan 3.0 2.4 3.0 2.4 Perkantoran 1.0 0.8 1.0 0.8 0.2 0.2 0.2 Prasarana umum 0.2 Total 127.2 100.0 127.2 100.0 Sumber: Data sekunder profil desa
Berdasarkan topografinya wilayah Desa Karang Tengah memiliki bentuk topografi dataran rendah, berbukit-bukit, pegunungan dan lereng gunung dengan ketinggian 529 mdl di atas permukaan laut. Sedangkan wilayah Desa Ciaruteun Udik memiliki bentuk topografi dataran rendah dan sedikit berbukit-bukit, mempunyai ketinggian dari permukaan laut yaitu 270 mdl. Adapun luas wilayah dari kedua desa tersebut menurut penggunaannya (Tabel 2) Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi menjelaskan mengenai keadaan sosial masyarakat yang meliputi jumlah penduduk dan kondisi keagamaan beserta fasilitas peribadahannnya. Selain itu juga dijelaskan mengenai keadaan perekonomiannya yang meliputi data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah lembaga pendidikan yang ada di setiap desa, serta data mata pencaharian pokok masyarakat desa. Komponen-komponen tersebut akan dijelaskan dari dua desa penelitian yaitu Desa Karang Tengah Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dan Desa Ciaruteun Udik Kecamatan Cibungbulang Kabaputen Bogor. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti, lokasi Desa Karang Tengah tidak jauh dari jantung pemerintahan Kabupaten Bogor, bahkan di desa ini telah mengalami pertumbuhan pembangunan dikarenakan desa ini juga terletak disekitar kawasan sentul city yang di proyeksikan menjadi tempat hunian padat penduduk di masa yang akan datang. Banyaknya investor-investor yang melakukan pembangunan baik untuk dijadikan kawasan perumahan maupun kawasan wisata disekitar desa, menjadikan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di desa ini mengalami peningkatan. Adanya perubahan kondisi sosial dan ekonomi yang terjadi akibat pembangunan oleh investor-investor tersebut menjadikan Desa Karang Tengah menjadi cerminan desa semi urban. Desa Karang Tengah memiliki jumlah penduduk sebanyak 15 098 jiwa yang terbagi ke dalam 3 580 kepala keluarga (KK) dengan proporsi yang seimbang antara jumlah masyarakat perempuan dan laki-laki, yaitu sebanyak 7
23 855 jiwa masyarakat laki-laki dan 7 243 jiwa masyarakat perempuan. Proporsi yang seimbang antara jumlah masyarakat perempuan dan laki-laki juga terjadi di Desa Ciaruteun Udik. Namun jumlah masyarakat Desa Ciaruteun Udik tidak sebanyak jumlah masyarakat Desa Karang Tengah, dimana jumlah masyarakat Desa Ciaruteun Udik hanya mencapai 7 393 jiwa yang terbagi ke dalam 1.953 kepala keluarga (KK), dengan proporsi jumlah masyarakat laki-laki, yaitu sebanyak 3 820 jiwa dan 3 573 jiwa masyarakat perempuan (Tabel 3). Lokasi Desa Ciaruteun Udik terbilang jauh dari pusat pemerintahan dan pusat ekonomi. Di desa ini masih banyak terhampar perkebunan dan pesawahan sehingga dapat dipastikan bahwa mata pencarian masyarakat di desa ini adalah bertani dan berkebun. Persawahan dan perkebunan yang terhampar hampir di sepanjang jalan desa ditambah letak topografi yang berada di dataran tinggi karena terletak di kaki gunung salak, menjadikan suasan di desa ini masih sangat asri. Jauhnya jarak ke pusat pemerintahan dan pusat ekonomi menjadikan kehidupan dan pola pikir masyarakat di desa ini masih sangat kental dengan paham-paham tradisional. Kehidupan masyarakat baik dari segi sosial dan ekonomi yang masih sangat tradisional mencerminkan bahwa Desa Ciaruteun Udik merupakan desa rural. Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan jenis kelamin Jumlah penduduk Jenis kelamin Karang Tengah Ciaruteun Udik Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Laki-laki 7855 52.03 3820 51.67 Perempuan 7243 47.97 3573 48.33 Total 15098 100.00 7393 100.00 Sumber: Data sekunder potensi desa 2011
Mayoritas penduduk Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik beragama muslim walaupun ada beberapa penduduk yang beragama non muslim, hal ini dapat terlihat dari banyaknya jumlah mesjid dan langgar/surau di dua desa tersebut. Untuk Desa Karang Tengah jumlah mesjid yang ada yaitu sebanyak 17 unit dan jumlah langgar/surau yaitu sebanyak 67 unit, sedangkan di Desa Ciaruteun Udik jumlah mesjid sebanyak 11 unit dan jumlah langgar/surau sebanyak 10 unit (potensi desa 2011). Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan Penduduk Karang Tengah Ciaruteun Udik Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Tidak tamat SD 2721 33.7 462 9.5 Tamat SD 2957 36.7 2625 53.7 Tamat SMP 1349 16.7 1092 22.3 Tamat SMA 928 11.5 664 13.6 Perguruan tinggi 111 1.4 45 0.9 Total 8066 100.0 4888 100.0 Sumber: Data sekunder profil desa
Berdasarkan Tabel 4, jumlah masyarakat Desa Karang Tengah yang memiliki pendidikan formal masih rendah, dimana pendidikan masyarakat
24 kebanyakan hanya didominasi oleh lulusan sekolah dasar (SD). Begitu juga dengan tingkat pendidikan masyarakat di Desa Ciaruteun Udik yang hampir sama dengan tingkat pendidikan masyarakat Desa Karang Tengah yang pendidikan masyarakatnya kebanyakan hanya didominasi oleh lulusan sekolah dasar (SD) walaupun dengan proposisi yang berbeda. Di Desa Karang Tengah, kondisi tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan formal dan masyarakat lebih tertarik kepada pendidikan nonformal. Hal ini terlihat dari berkembangnya pondok pesantren yang ada di Karang Tengah yang sekarang jumlahnya mencapai sepuluh pondok pesantren. Jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah sekolah formal yang ada. Tabel 5 Jumlah lembaga pendidikan Kepemilikan Jumlah Lembaga Karang Ciaruteun Karang Ciaruteun pendidikan Tengah Udik Tengah Udik TK Swasta Tidak ada 2 SD Negeri Negeri 7 5 SMP Swasta Swasta 2 1 SMU Swasta Tidak ada 2 Pondok Pesantren Swasta Swasta 10 6 Madrasah Diniyah Swasta Swasta 9 1 Sumber: Data sekunder potensi Desa 2011
Sedangkan di Desa Ciaruteun Udik, kondisi tersebut disebabkan bukan hanya karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan formal dan masyarakat lebih tertarik kepada pendidikan nonformal, namun juga disebabkan karena keterbatasan sarana pendidikan yang ada di desa tersebut (Tabel 5). Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk berdasarkan mata pencaharian Penduduk Jenis pekerjaan Ciaruteun udik Karang tengah Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (%) Petani 362 38.7 1380 37.4 Buruh tani 378 40.4 996 27.0 Pegawai negeri sipil 17 1.8 27 0.7 Pedagang keliling 16 1.7 80 2.2 Peternakan 6 0.6 300 8.1 Montir 8 0.9 9 0.2 Pembantu rumah 14 1.5 190 5.2 tangga Pensiunan PNS Pengusaha kecil dan menengah Karyawan perusahaan swasta
Total
11 13
1.2 1.4
6 350
0.2 9.5
110
11.8
350
9.5
935
100.0
3688
100.0
Sumber: Data sekunder profil desa
Berdasarkan mata pencahariannya, sebagian besar masyarakat Desa Karang Tengah bermata pencaharian sebagai petani, buruh tani, peternak, dan
25 pengusaha kecil dan menengah. Hal yang sama juga terjadi di Desa Ciaruteun Udik, dimana sebagian besar mata pencaharian dari penduduknya adalah petani, buruh tani, dan karyawan perusahaan swasta (Tabel 6). Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati pada penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Berdasarkan penyebaran kuisioner terhadap 120 responden di dua desa tersebut, yaitu Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik, maka digunakan proporsi yang sama, yaitu 60 responden dari Desa Karang Tengah dan 60 responden dari Desa Ciaruteun Udik. Tebel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin Responden Total Jenis Karang Tengah Ciaruteun Udik kelamin Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (%) (%) Laki-laki 27 22.5 32 26.7 59 49.2 Perempuan 33 27.5 28 23.3 61 50.8 Total 60 50.0 60 50.0 120 100.0 Di Desa Karang Tengah diperoleh sebanyak 22.5 persen responden yang berjenis kelamin laki-laki, dan 27.5 persen responden berjenis kelamin perempuan. Sedangkan dari Desa Ciaruteun Udik diperoleh 26.7 persen responden yang berjenis kelamin laki-laki, dan 23.3 persen responden berjenis kelamin perempuan (Tabel 7). Pengelompokan usia responden yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu usia 20-30 tahun, usia 31-40 tahun, usia 41-50 tahun dan usia > 50 tahun. Tabel 8 Jumlah dan persentase responden masyarakat berdasarkan usia Responden Total Karang Tengah Ciaruteun Udik Usia Presentase Persentase Persentase Jumlah Jumlah Jumlah (%) (%) (%) 20-30 19 15.8 1 0.8 20 16.7 31-40 19 15.8 23 19.2 42 35.0 41-50 15 12.5 31 25.8 46 38.3 >50 7 5.8 5 4.2 12 10.0 Total 60 50.0 60 50.0 120 100.0 Jumlah responden di Desa Karang Tengah dengan rentang usia antara 2030 tahun terdapat 15.8 persen; usia 31-40 tahun terdapat 15.8 persen; usia 41-50 tahun terdapat 12.5 persen; dan usia > 50 tahun terdapat 5.8 persen. Sedangkan di Desa Ciaruteun Udik, untuk responden usia 20-30 tahun terdapat 0.8 persen; usia
26 31-40 tahun terdapat 19.2 persen; usia 41-50 tahun terdapat 25.8 persen; dan usia >50 tahun terdapat 4.2 persen (Tabel 8). Pendidikan responden dikelompokan menjadi 5 tingkatan yaitu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA dan perguruan tinggi. Di Desa Karang Tengah, responden yang tidak tamat SD sebanyak 11.7 persen; tamat SD 16.7 persen; tamat SMP 6.7 persen; tamat SMA 9.2 persen; dan perguruan tinggi sebanyak 5.8 persen. Sedangkan pengelompokan responden berdasarkan pendidikan di Desa Ciaruteun Udik, yaitu responden yang tidak tamat SD sebanyak 5.0 persen; tamat SD 10.0 persen; tamat SMP 13.3 persen; tamat SMA 10.8 persen; dan perguruan tinggi sebanyak 10.8 persen (Tabel 9). Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Perguruan tinggi Total
Responden Karang Tengah Ciaruteun Udik Persentase Persentase Jumlah Jumlah (%) (%) 14 11.7 6 5.0 20 16.7 12 10.0 8 6.7 16 13.3 11 9.2 13 10.8 7 5.8 13 10.8 60 50.0 60 50.0
Total Jumlah 20 32 24 24 20 120
Persentase (%) 16.7 26.7 20.0 20.0 16.7 100.0
Pekerjaan responden dikelompokan ke dalam 3 jenis pekerjaan, yaitu pegawai negeri, wiraswasta dan ibu rumah tangga. Di Desa Karang Tengah, responden yang bekerja sebagai pegawai negeri berjumlah sebanyak 6.7 persen; wiraswasta sebanyak 28.3 persen; dan ibu rumah tangga sebanyak 15,0 persen. Tabel 10 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan Jenis pekerjaan Pegawai negri Wiraswasta Ibu rumah tangga Total
Responden Karang Tengah Ciaruteun Udik Persentase Persentase Jumlah Jumlah (%) (%) 8 6.7 11 9.2 34 28.3 41 34.2 18 15.0 8 6.7 60 50.0 60 50.0
Total Jumlah 19 75 26 120
Persentase (%) 15.8 62.5 21.7 100.0
Pengelompokan responden berdasarkan pekerjaan di Desa Ciaruteun Udik yaitu, responden yang bekerja sebagai pegawai negeri berjumlah sebanyak 9.2 persen; wiraswasta sebanyak 34.2 persen; dan ibu rumah tangga sebanyak 6.7 persen (Tabel 10). Pendapatan responden dikelompokkan ke dalam 3 tingkatan yaitu responden yang memiliki perdapatan Rp 500 000 - Rp 1 500 000; responden yang memiliki pendapatan Rp 1 600 000- Rp 2 500 000; dan responden yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 2 500 000. Proporsi jumlah responden dari tiap-tiap tingkatan pendapatan sama, yaitu masing-masing tingkatan diwakili oleh 20 responden dari tiap-tiap desa (Tabel 11).
27
Tebel 11 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan Karang Tengah Ciaruteun Udik Tingkat pendapatan Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Rp 500 000-Rp 1 500 20 33.33 20 33.33 000 Rp 1 600 000-Rp 2 20 33.33 20 33.33 500 000 > Rp 2 500 000 20 33.33 20 33.33 Total 60 100.00 60 100.00 Dalam penelitian ini yang menjadi indikator utama untuk menentukan pengelompokan stratifikasi sosial masyarakat (lapisan atas, menengah, dan bawah) adalah besarnya pendapatan per bulan dari masing-masing masyarakat desa (Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik). Selain itu indikator tersebut, kepemilikan barang berharga juga dipakai sebagai indikator lain dalam menentukan pengelompokkan masyarakat desa ke dalam lapisan soial tertentu. Hasil observasi di lapang, terlihat bahwa pendapatan berbanding lurus dengan tingkat kepemilikan barang berharga, dimana masyarakat dengan pendapatan yang tinggi akan cenderung memiliki barang berharga yang jauh lebih tinggi atau banyak dibandingkan dengan masyarakat yang memeiliki pendapatan yang rendah. Adapun yang dikategorikan sebagai barang berharga dalam penelitian ini diantaranya; mobil, sepeda motor, televisi, lemari es, serta mesin cuci. Berdasarkan data yang diperoleh dari ke dua desa. Kepemilikan barang berharga di Desa Karang Tengah lebih banyak dibandingkan Desa Ciaruteun Udik (Lampiran 5). Profil Singkat Ulama Profil singkat ulama dalam penelitian ini mencakup biodata ulama yang mewakili dari kedua desa penelitian yaitu Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik. Biodata ini mencakup nama, usia, pendidikan formal, pendidikan informal, serta riwayat organisasi yang pernah dan sedang diikuti. Selain itu juga dijelaskan aktifitas-aktifitas lain yang pernah dan sedang dilakukan oleh ulama tersebut seperti interaksi dengan masyarakat dan pengajian yang diadakan oleh ulama tersebut (Tabel 12). Kh. Mukti Ali Abdul Ghani atau yang lebih dikenal dengan Mukti Ali adalah salah satu dari sekian ulama yang ada di wilayah Desa Karang Tengah. Pria kelahiran Bogor, 7 Januari 1973 ini adalah lulusan dari As-saulatiyah Mekah. Aktifitasnya sekarang adalah sebagai pemilik dari sekolah dan Pondok Pesantren Pajjrusalam Karang Tengah. Selain aktif dalam kepengurusan sekolah dan pondok pesantren yang beliau dirikan tersebut, beliau juga aktif dalam beberapa organisasi seperti Forum Pagar Muslim (organisasi islam yang dibentuk untuk menjaga aqidah islam dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial kepada masyarakat) dan organisasi Forum Generasi Islam Babakan Madang.
28 Tabel 12 Data karakteristik ulama Karakteristik
Ulama Karang Tengah Ciaruteun Udik Nama Kh. Mukti Ali Abdul Ghani Drs. H. Mukhtar Umur 40 tahun 64 tahun Pendidikan formal Mahad ali mekah (as-saulatiyah Universitas Malik Saud (Riad) school. Mekah) dan Universitas Ibnu Khaldun (UIK) Pendidikan Pesantren di Garut Pesantren di Sukabumi dan informal Banten 1) Pengurus Nahdatul Ulama Riwayat organisasi 1) Ketua FGM (forum pagar (NU) kecamatan muslim) 2) Pengurus Nahdatul Ulama 2) Dewan penasehat FGM (NU) kabupaten (organisasi yang dibentuk untuk menjaga aqidah Islam 3) ketua MUI kabupaten (20052010) dan melaksanakan kegiatan4) dewan penasehat MUI kegiatan sosial kepada kabupaten masyarakat) 5) pengurus FKUB (forum 3) Forum generasi Islam kerukunan umat beragama) Babakan Madang 6) pengurus DMI kecamatan 4) pemilik sekolah dan Podok ketua Yayasan Matul Anwar Pesantren Pajjrusalam 1) setiap malam pengajian anakJadwal pengajian 1) Sabtu pengajian laki-laki anak 2) Minggu pengajian 2) Jumat siang pengajian perempuan perempuan 3) Rabu malam pengajian laki3) Jumat malam pengajian lakilaki laki Jemaah pengajian 1) jemaah Desa Karang Tengah 1) jemaah Desa Ciaruteun Udik 2) jemaah Desa Bojong 2) jemaah Kampung Cigola Koneng 3) jemaah Kampung Kebon 3) jemaah Desa Kopi Citaringgul 4) jemaah Kampung Caringin 4) jemaah Desa Sumur Jangkung Batu 5) jemaah Kampung Babakan 5) jemaah Sentul City Cigola 6) jemaah Kampung Ciaruteun 7) jemaah Kampong Cimanggu 8) jemaah Kampung Cibereum 9) jemaah Kampong Sukakarya 10) jemaah Kampong Layu Sari 11) jemaah Kampong Laladon Nagrog 12) jemaah Kampong Cibuntu 13) jemaah Desa Ciampea Udik
Kyai Mukti Ali mulai menggeluti dunia dakwahnya pada tahun 2003, yaitu setelah menyelesaikan studinya di Mekah. Kemampuan beliau dalam berdakwah tidak diragukan lagi oleh masyarakat karena dilatarbelakangi oleh keluarganya (dalam hal ini ayahnya), yang juga merupakan seorang tokoh agama,
29 sehingga jemaah yang hadir dalam pengajian tidak hanya didominasi oleh masyarakat Desa Karang Tengah, melainkan dari desa tetangga dan sekitarnya. Bahkan Kyai Mukti Ali sering diundang untuk mengisi dakwah di luar kota (seperti Jakarta, Bandung, Garut, Palembang, dan lain-lain) bahkan di luar negeri seperti Kanada, Jepang, Malaysia, dan lain-lain. Awal masa dakwahnya di masyarakat, Mukti Ali sempat mengalami pro dan kontra dikarenakan kondisi masyarakat Desa Karang Tengah yang masih sangat tradisional dan tidak terbuka dengan perkembangan zaman. Keterangan tersebut tergambar dari pernyataan KH Mukti Ali sebagai berikut: “Pada saat saya pulang dari Mekah dan mulai mendirikan pesantren, banyak masyarakat yang pro dan kontra terhadap saya, mereka. Yang kontra memandang saya sebagai kyai yang membawa ajaran baru yang berbeda dengan ajaran mereka. Maklumlah, pada saat itu masyarakat Karang Tengah kebanyakan panatik terhadap gurunya. Jadi karena saya datang dengan sedikit pengetahuan baru dari luar, saya dianggap beda. Sebenarnya saya hanya berusaha untuk mengimbangi zaman agar tetap eksis dan tidak ditinggalkan oleh umat”. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya KH Mukti Ali mendapat tempat yang baik di masyarakat dengan pendekatan-pendekatan yang beliau gunakan kepada masyarakat. Beliau mampu membuat sebuah perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Masyarakat Karang Tengah yang sebelumnya terkenal dengan masyarakat yang anarkis dan sering ribut dengan masyarakat desa lain, kemudian berubah menjadi masyarakat yang baik. Contoh kasus terbesar terjadi pada tahun 2006, dimana warga masyarakat Desa Karang Tengah memiliki permasalahan dengan desa tetangga yang berujung pada perkelahian antar desa. Kasus ini kemudian mengakibatkan korban jiwa. KH Mukti Ali yang merupakan warga asli yang lahir dan besar di Desa Karang Tengah, kemudian bisa memahami kondisi yang ada di masyarakatnya tersebut. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan permasalahan ini, KH Mukti Ali kemudian melakukan pendekatan kepada masyarakat. Hal ini tergambar dari penyataannya sebagai berikut: “… dulu masyarakat Karang Tengah itu terkenal sering ribut, akhirnya pernah pada suatu ketika Saya mengajak masyarakat untuk pergi jalan-jalan bersama ke Gunung Emas. Pada saat acara jalan-jalan saya melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan memberikan arahan bahwa sesungguhnya dalam Islam tidak diperbolehkan saling menyakiti. Pada saat yang bersamaan, masyarakat langsung merespon arahan Saya dengan meminta diadakan pengajian setiap minggu. Dari situ, masyarakat Karang Tengah menjadi lebih baik, dalam arti tidak lagi menjadi masyarakat yang anarkis. Alhamdulilah, sampai saat ini semuanya aman-aman saja”. Meskipun Kyai Mukti Ali adalah seorang tokoh agama terpercaya dan memiliki kemampuan untuk menggerakkan masyarakat, tetapi beliau tidak pernah menggunakan posisinya untuk mengarahkan masyarakat dalam hal politik, hal ini
30 didasari oleh karena pemahaman beliau terhadap kondisi masyarakat yang semakin berkembang dan memiliki pola pikir yang semakin kritis. Hal ini tergambar dari pernyataannya sebagai berikut: “Kalau saya sih berpikir, pilihan politik itu masalah pribadi, dan saya juga tidak pernah mengumbar pilihan politik saya. Sering ada datang kesini kalau ada pemilihan kepala desa. Calon kandidat kepala desa datang untuk minta didoakan, kalau saya sih semua saya doakan dan semoga yang terpilih memang pemimpin yang baik. Tidak pernah saya membicarakan politik di pengajian, dari siapapun dan dari partai apapun, ketika mengikuti pengajian tidak boleh mengatas namakan partai. Sering saya berhati-hati jika ada kunjungan dari orang-orang politik, saya tidak mau pengajian dijadikan ajang kampanye”. Tabel 13 Data rekapitulasi peraihan suara PILGUB Jawa Barat 2013 Desa Karang Tengah Partai Jumlah Persentase No Nama pasangan Pengusung perolehan perolehan suara (%) suara 1 Dr. H. Didik M. Arief Mansur, SH.,MH Independent 173 2.74 dan Drs.H.Cecep Nana Suryana Toyib, M.Si 2 Dr. H. Irianto Mahfudz Sidik Golkar 1095 17.32 Syarifuddin (Yance) dan Dr. H. Farhanul Hakim, M.Pd. 3 Dede Yusuf Macan Effendi, ST dan Demokrat 1777 28.11 Dr.Ir.H.Lex Laksamana Zainal Lan, Dipl.HE 4 H. Ahmad Heryawan dan H.Deddy PKS 1679 26.56 Mizwar 5 Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki PDI 1597 25.26 Total 6321 100.00 Sumber: Data sekunder rekapitulasi peraihan suara PILGUB 2013 Desa Karang Tengah
Pernyataan Kyai Mukti Ali tersebut didukung oleh data hasil perolehan suara pemilihan gubernur tahun 2013 dimana suara terbanyak bukan diperoleh oleh calon kandidat yang berasal dari partai Islam (Tabel 13). Selanjutnya yang menjadi fokus penelitian di Desa Ciaruteun Udik adalah kepemimpinan ulama Drs. H. Mukhtar. Drs. H. Mukhtar adalah salah satu ulama yang ada di Desa Ciaruteun Udik. Pria berusia 64 tahun ini pernah menimba ilmu di Universitas Ibnu Khaldun (UIK) dan Universitas Malik Saud Riyad, setelah menyelesaikan studinya di Riyad beliau mengabdikan diri sebagai guru. Selain aktif sebagai pengajar (sekarang pensiun), beliau juga aktif dalam beberapa organisasi seperti pengurus nahdatul ulama (NU) di tingkat kecamatan dan kabupaten, ketua MUI kabupaten pada tahun 2005 s/d 2010, dewan penasehat MUI kabupaten, pengurus forum kerukunan umat beragama (FKUB), dan pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) tingkat kecamatan.
31 Kyai Mukhtar tidak hanya menimba pendidikan formal melainkan juga menimba pendidikan informal enam tahun di pondok pesantren yang berada di kawasan Sukabumi dan Banten. Setelah menyelesaikan perguruan tingginya, beliau aktif mengajar sebagai guru di beberapa tempat. Selain menjadi guru juga beliau sempat menjadi dosen bahasa arab pada salah satu perguruan tinggi swasta. Posisi beliau sebagai pegawai negeri pada masa orde baru membawa beliau untuk aktif dalam dunia politik. Pada saat itu, dimana setiap pegawai negeri hampir semua menjadi simpatisan partai Golkar. Padahal sebelumnya kyai Mukhtar merupakan simpatisan dari partai yang berideologi islam (Parta Persatuan Pembangunan). Hal ini tergambar dari pernyataan beliau sebagai berikut: “ dulu saya simpatisan partai PPP (Parta Persatuan Pembangunan), tapi pada masa orde baru karena pegawai negeri harus ke Golkar, yah saya ikut walaupun bertentangan dengan hati nurani, tapi pada tahun 90-an saya berhasil menggolkarkan Cibungbulang”. Selanjutnya pada tahun 2009, beliau pensiun dari pekerjaannya dan mulai memfokuskan diri dalam dunia dakwah. Walaupun pada saat beliau masih aktif sebagai guru beliau juga sering menyempatkan diri untuk berdakwah dalam pengajian yang beliau adakan. Melalui aktivitas dakwahnya ini beliau sering diundang untuk berdakwah bukan saja di Desa Ciaruteun Udik melainkan juga diluar kota seperti Bandung, Jakarta, dan Banten. Hal ini tergambar dari penyataannya kyai Mukhtar sebagai berikut: “ setelah pensiun saya bisa lebih focus dipengajian, tapi dulu juga sebelum pensiun saya sering ikut pengajian, tapi untuk pengajian malam saja, soalnya saya sedang tidak dinas, kalau pengajian ibuibu biasanya yang tangani murid pilihan saya dari pesantren, tapi setelah pensiun pengajian ibu-ibu pun saya sering isi dakwah”. Meskipun beliau sudah pensiun dan lebih memfokuskan diri pada dunia dakwah, namun naluri politik beliau masih ada, hal ini terbukti dari sikap beliau yang masih menjadi simpatisan partai politik. Namun dengan adanya kebebasan pendapat seperti sekarang ini, menjadi jalan beliau untuk kembali menjadi simpatisan partai politik berideologi islam sesuai dengan keinginan beliau. Simpatisan beliau dalam politik dapat terlihat dari sikap beliau yang selalu mengarahkan masyarakat ketika ada pemilihan umum. Hal ini tergambar dari pernyataan beliau sebagai berikut; “ saya bukan tim sukses, tapi saya simpatisan partai politik islam, jadi kalau ada pemilihan umum, saya selalu mengarahkan masyarakat. Alhamdulilah partai islam selalu unggul di daerah ini”.
32 Pernyataan Kyai Mukhtar juga didukung oleh data rekapitulasi peraihan suara pemilihan gubernur dan wakil gubernur jawa barat tahun 2013 Desa Ciaruteun Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Dalam pemilihan tersebut suara terbanyak diperoleh oleh calon kandidat yang berasal dari partai islam (Tabel 14). Tebel 14 Data rekapitulasi peraihan suara PILGUB Jawa Barat 2013 Desa Ciaruteun Udik Partai Jumlah Persentase No Nama pasangan Pengusung perolehan perolehan suara suara (%) 1 Dr. H. Didik M. Arief Mansur, SH.,MH Independent 43 1.31 dan Drs.H.Cecep Nana Suryana Toyib, M.Si 2 Dr. H. Irianto Mahfudz Sidik Golkar 565 17.22 Syarifuddin (Yance) dan Dr. H. Farhanul Hakim, M.Pd. 3 Dede Yusuf Macan Effendi, ST dan Demokrat 794 24.20 Dr.Ir.H.Lex Laksamana Zainal Lan, Dipl.HE 4 H. Ahmad Heryawan dan H.Deddy PKS 1123 34.23 Mizwar 5 Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki PDI 756 23.04 Total 3281 100,00 Sumber: Data sekunder rekapitulasi peraihan suara PILGUB 2013 Desa Ciaruteun Udik
Kyai Muhktar merupakan tokoh yang disegani oleh masyarakat Desa Ciaruteun Udik, selain karena beliau berasal dari keluarga yang terpandang di Desa Ciaruteun Udik juga karena beliau tokoh yang berpengaruh dalam kemajuan desa. Aktifnya beliau dalam berbagai organisasi menjadikan beliau sering menjadi mediator masyarakat dalam beberapa pembangunan sarana dan prasarana desa. Seperti pembangunan beberapa infrastruktur desa. Sikap kewibawaan beliau tidak hanya menjadikan beliau sosok disegani oleh masyarakat tetapi juga menjadikan beliau sosok yang diikuti dan dituruti oleh masyarakat. Terbukti dari pengaruh beliau yang tidak hanya dalam urusan ruang lingkup keagamaan saja, hal ini tergambar dari pernyataan beliau; “kalau ada pemilihan kepala desa, biasanya calon kandidat kepala desanya salalu datang kepada saya untuk meminta doa restu dan dukungan, kalau saya sih selalu mendoakan, tapi saya juga punya kandidat pilihan saya diantara mereka. Dan biasanya kandidat pilihan saya selalu unggul dan menang, yang beberapa tahun ini menjadi kepala desa juga itu kandidat dukungan saya”
33
KEKUATAN ULAMA BERDASARKAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT Ulama atau yang sering dipanggil kyai merupakan pemimpin yang mempunyai kharisma (pengaruh) dalam kehidupan masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Kyai merupakan pemimpin informal dimana sosoknya yang dipercaya memiliki kekuatan supranatural sehingga mempunyai daya tarik, kewibawaan, dan loyalitas dari masyarakat (Sholehuddin 2008). Sesuai dengan definisi tersebut, pada dasarnya penelitian ini mengkaji berbagai kekuatan atau kelebihan yang dimiliki oleh ulama yang dapat memberikan pengaruh serta kepercayaan kepada masyarakat disekitarnya sehingga pada akhirnya akan membentuk tingkat loyalitas, tingkat pengaruh dan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap ulama. Untuk itu, penelitian ini dilakukan di dua lokasi penelitian yang berbeda, yaitu Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik dengan harapan responden atau sampel yang digunakan untuk mengkaji pengaruh ulama pada masyarakat pedesaan dapat menggambarkan sosok kepemimpinan ulama yang ada dalam lingkup Kabupaten Bogor. Untuk mempertajam analisis dalam menjawab berbagai hipotesa yang ada, penelitian ini kemudian dikaji dengan melihat stratifikasi kelas sosial yang ada pada masyarakat pedesaan dengan harapan output akhir yang dihasilkan oleh penelitian ini mampu menjelaskan lebih rinci tentang pengaruh ulama di berbagai lapisan kelas sosial yang ada pada masyarakat pedesaan. Tingkat Loyalitas Masyarakat terhadap Ulama Untuk mengkaji dan menganalisis tingkat loyalitas masyarakat terhadap ulama pada penelitian ini, dapat dilihat dengan menggunakan indikator pengabdian dan ketaatan masyarakat terhadap ulama yang timbul dari kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan. Teknik pengukurannya dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari tingkat loyalitas tinggi, tingkat loyalitas sedang, dan tingkat loyalitas rendah. Posisi tingkat loyalitas tinggi, sedang dan rendah masyarakat terhadap ulama diperoleh dari total skoring dari beberapa pertanyaan pada kuisioner yang diisi oleh masing-masing responden, misalkan dari jumlah keikutsertaan masyarakat dalam pengajian dan berbagai acara yang diadakan oleh ulama serta ketaatan masyarakat akan anjuran-anjuran dan larangan yang diajarkan oleh ulama. Berdasarkan Tabel 15, diketahui bahwa tingkat loyalitas masyarakat terhadap ulama yang paling besar berada pada tingkat loyalitas sedang dengan total persentase sebesar 62.5 persen. Desa Ciaruteun Udik pada tingkat loyalitas sedang secara keseluruhan memberikan kontribusi persentase terbesar yaitu 33.3 persen. Walapun tidak memberikan kontribusi terbesar secara keseluruhan, namun kontribusi terbesar di Desa Karang Tengah juga berada pada tingkat loyalitas sedang yaitu sebesar 29.2 persen. Berdasarkan data-data tersebut, dapat dijadikan pembuktian bahwa ulama masih mendapatkan loyalitas dari masyarakat di tengah kondisi perkembangan zaman yang semakin modern dan perkembangan pola pikir masyarakat yang semakin maju dan kritis.
34 Tabel 15 Tingkat loyalitas masyarakat Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Tingkat Loyalitas Tinggi Sedang Rendah Total
Desa Karang Tengah Ciaruteun Udik Jumlah Persentase Jumlah persentase responden (%) responden (%) 17 14.2 7 5.8 35 29.2 40 33.3 8 6.7 13 10.8 60 50.0 60 50.0
Total Jumlah persentase responden (%) 24 20.0 75 62.05 21 17.0 120 100.0
Selanjutnya penjelasan mengenai tingkat loyalitas masyarakat terhadap ulama dilihat berdasarkan stratifikasi kelas sosial masyarakat pedesaan yaitu lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah. Di Desa Karang Tengah, hasil penelitian untuk tingkat loyalitas masyarakat terhadap ulama berdasarkan stratifikasi kelas sosial (lapisan atas, menengah dan bawah) menunjukkan bahwa masyarakat yang berada pada lapisan bawah cenderung memiliki tingkat loyalitas yang tinggi terhadap ulama (Kh Mukti Ali) dibandingkan dengan masyarakat yang berada pada lapisan atas (Tabel 16). Tabel 16 Tingkat Loyalitas masyarakat Desa Karang Tengah berdasarkan stratifikasi kelas sosial Stratifikasi Kelas Sosial Lapisan Atas Lapisan Menengah Lapisan Bawah Total
Tinggi 3 (5.0%) 6 (10.0%) 8 (13.3%) 17 (28.3%)
Tingkat Loyalitas Sedang 13 (21.7%) 11 (18.3%) 11 (18.3%) 35 (58.3%)
Rendah 4 (6.7%) 3 (5.0%) 1 (1.7%) 8 (13.3%)
Total 20 (33.3%) 20 (33.3%) 20 (33.3%) 60 (100.0%)
Berdasarkan Tabel 16, diketahui bahwa ulama yang ada di Desa Karang Tengah cenderung hanya menerima loyalitas dengan tingkat sedang dari masyarakat yang ada di desa tersebut dengan tingkat persentase total sebesar 58.3 persen. Pada tingkat loyalitas ini (sedang), masyarakat yang berada pada lapisan atas memberikan kontribusi persentase tertinggi dibandingkan masyarakat yang berada pada lapisan menengah dan bawah dengan nilai persentase sebesar sebesar 21.7 persen. Tabel 16 juga menunjukkan bahwa masyarakat lapisan bawah merupakan masyarakat dengan tingkat loyalitas yang tinggi terhadap ulama dengan persentase sebesar 13.3 persen, sedangkan masyarakat yang berada pada lapisan atas merupakan masyarakat dengan tingkat loyalitas terendah dibandingkan dengan masyarakat yang berada pada lapisan lainnya (lapisan sedang dan bawah) dengan nilai persentase sebesar 6.7 persen. Hal ini dikarenakan masyarakat yang berada pada lapisan atas cenderung lebih banyak memiliki aktivitas dan rutinitas kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang berada pada lapisan bawah sehingga masyarakat pada lapisan ini cenderung jarang mengikuti berbagai acara atau pengajian yang diadakan oleh ulama, selain itu juga dikarenakan kurangnya terjalin kedekatan ulama dengan masyarakat lapisan atas karena masyarakat lapisan atas cenderung lebih individualis. seperti terlihat pada
35 pernyataan Bapak Sukiran warga Desa Karang Tengah yang berprofesi sebagai dosen salah satu perguruan tinggi swasta di Bogor, “ saya sih jarang mengikuti pengajian dan bertemu dengan pak kyai Mukti, soalnya saya juga banyak kerjaan dan urusan . Kalau ada waktu senggang saya datang untuk mengikuti pengajian, kalau saya sedang sibuk ya saya tidak datang”. Hal yang sama juga terjadi di Desa Ciaruteun Udik, dimana hasil penelitian untuk tingkat loyalitas masyarakat terhadap ulama berdasarkan stratifikasi kelas sosial (lapisan atas, menengah dan bawah) menunjukkan bahwa masyarakat yang berada pada lapisan bawah cenderung akan memiliki tingkat loyalitas yang tinggi terhadap ulama (Kh Mukhtar) dibandingkan dengan masyarakat yang berada pada lapisan atas (Tabel 17). Tabel 17 Tingkat loyalitas masyarakat Desa Ciaruteun Udik berdasarkan stratifikasi kelas sosial Stratifikasi Kelas Sosial Lapisan Atas Lapisan Menengah Lapisan Bawah Total
Tinggi 2 (3.3%) 2 (3.3%) 3 (5.0%) 7 (11.7%)
Tingkat Loyalitas Sedang 14 (23.3%) 12 (20.0%) 14 (23.3%) 40 (66.7%)
Rendah 4 (6.7%) 6 (10.0%) 3 (5.0%) 13 (21.7%)
Total 20 (33.3%) 20 (33.3%) 20 (33.3%) 60 (100.0%)
Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa ulama yang ada di Desa Ciaruteun Udik cenderung hanya menerima loyalitas dengan tingkat sedang dari masyarakat yang ada di desa tersebut dengan tingkat persentase total sebesar 66.7 persen. Pada tingkat loyalitas ini (sedang), masyarakat yang berada pada lapisan atas dan bawah sama-sama memberikan kontribusi persentase tertinggi dibandingkan masyarakat yang berada pada lapisan menengah dengan nilai persentase sebesar 23.3 persen. Tabel 17 juga menunjukkan bahwa masyarakat lapisan bawah merupakan masyarakat dengan tingakat loyalitas yang tinggi terhadap ulama dengan persentase sebesar 5 persen, sedangkan masyarakat yang berada pada lapisan menengah merupakan masyarakat dengan tingkat loyalitas terendah dibandingkan dengan masyarakat yang berada pada lapisan lainnya (lapisan atas dan bawah) dengan nilai persentase sebesar 10.0 persen. Hal ini disebabkan karena masyarakat lapisan atas di Desa Ciaruteun Udik lebih dekat dan lebih sering berinteraksi dengan ulama (kyai) untuk berbagai kepentingannya dibandingkan dengan masyarakat lapisan menengah. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Bapak Umam salah satu masyarakat Desa Ciaruteun Udik yang berprofesi sebagai pegawai negeri sebagai berikut: “ saya selalu menyempatkan hadir pada pengajian yang diadakan oleh kyai mukhtar, lagipula kan pengajiannya malam, jadi saya bisa hadir. Dan kalau beliau mengadakan acara seperti maulid nabi atau sejenisnya saya selalu datang, paling tidak untuk menghadiri atau turut serta memberi bantuan yang diperlukan, untuk menghormati beliau, beliau kan tokoh agama besar di kampung ini”.
36
Tingkat Pengaruh Ulama terhadap Masyarakat Tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat pada penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator keteladanan dan keahlian yang dimiliki oleh ulama tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mengakibatkan suatu perubahan perilaku dan sikap orang lain atau kelompok. Teknik pengukurannya juga dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari tingkat pengaruh tinggi, tingkat pengaruh sedang, dan tingkat pengaruh rendah. Posisi tingkat pengaruh tinggi, sedang dan rendah masyarakat terhadap ulama diperoleh dari total skoring dari beberapa pertanyaan pada kuisioner yang di isi oleh masing-masing responden berdasarkan pandangan dan peniliannya terhadap berbagai keahlian yang dimiliki ulama sehingga menjadikannya tauladan bagi masyarakat, misalkan kemampuan ulama dalam memberikan solusi dan penyelesaian masalah dengan berbagai nasihatnya. Skor-skor dari pengukuran tadi selanjutnya akan dimasukkan ke dalam tabel tabulasi silang seperti yang terlihat pada tabel berikut: Tabel 18 Tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Tingkat pengaruh Tinggi Sedang Rendah Total
Desa Karang Tengah Ciaruteun Udik Jumlah Persentase Jumlah persentase responden (%) responden (%) 16 13.3 24 20.0 26 21.7 22 18.3 18 15.0 14 11.7 60 50.0 60 50.0
Total Jumlah Persentase responden (%) 40 33.3 48 40.0 32 26.7 120 100.0
Berdasarkan Tabel 18, diketahui bahwa tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat yang paling besar berada pada tingkat sedang dengan total persentase sebesar 40 persen. Pengaruh ulama pada tingkat sedang di Desa Karang Tengah secara keseluruhan memberikan kontribusi presentase terbesar dengan nilai 21.7 persen. Sedangkan hal yang berbeda terjadi di Desa Ciaruteun Udik, dimana kontribusi presentase terbesar justru berada pada tingkat pengaruh tinggi yaitu sebesar 20 persen. Data-data tersebut dapat menjadi bukti bahwa kepemimpinan ulama memang memiliki pengaruh dalam kehidupan masyarakat pedesaan, seperti yang terlihat pada presentase tingkat pengaruh rendah yang relatif paling sedikit dibandingkan tingkat pengaruh sedang dan tinggi. Selanjutnya, tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat akan dilihat berdasarkan stratifikasi kelas sosial masyarakat pedesaan yang terdiri dari lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah (Tabel 19). Merujuk pada Tabel 19, bahwa Desa Karang Tengah tingkat pengaruh sedang memperoleh persentase paling besar yaitu sebesar 43.4 persen, dengan kontribusi terbesar berada pada lapisan menengah yaitu sebesar 20 persen. Sedangkan tingkat pengaruh tinggi memperoleh persentase terkecil yaitu sebesar
37 26.3 persen dengan kontribusi terbesar berada pada lapisan bawah dengan nilai persentase sebesar 13.3 persen. Untuk tingkat pengaruh ulama rendah, masyarakat yang berada pada lapisan atas lah yang memberikan kontribusi terbesar dengan nilai persentase sebesar 16.7 persen. Tabel 19 Tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat Desa Karang Tengah Stratifikasi Kelas Sosial Lapisan Atas Lapisan Menengah Lapisan Bawah Total
Tinggi 2 (3.3%) 6 (10.0%) 8 (13.3%) 16 (26.3%)
Tingkat Pengaruh Sedang 8 (13.3%) 12 (20.0%) 6 (10.0%) 26 (43.3%)
Rendah 10 (16.7%) 2 (3.3%) 6 (10.0%) 18 (30.0%)
Total 20 (33.3%) 20 (33.3%) 20 (33.03%) 60 (100.0%)
Berdasarkan obeservasi di lapang, diketahui bahwa masyarakat yang berada pada lapisan atas sudah lebih dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain apalagi menjadikan orang lain sebagai pedoman untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sehingga mengakibatkan peran ulama pada lapisan kelas ini semakin kecil dan tingkat pengaruhnya juga rendah. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Bapak Ojak salah satu masyarakat Desa Karang Tengah yang berprofesi sebagai wirausaha sebagai berikut: “Saya berkepentingan dengan beliau hanya untuk belajar ilmu agama, dan sesekali bersilaturahmi, tidak pernah sampai konsultasi masalah kehidupan, karena menurut saya itu masalah pribadi”. Tabel 20 Tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat Desa Ciaruteun Udik Stratifikasi Kelas Tingkat Pengaruh Sosial Total Tinggi Sedang Rendah Lapisan Atas 7 (11.7%) 8 (13.3%) 5 (8.3%) 20 (33.3%) Lapisan Menengah 6 (10.0%) 10 (16.7%) 4 (6.7%) 20 (33.3%) Lapisan Bawah 11 (18.3%) 4 (6.7%) 5 (8.3%) 20 (33.3%) Total 24 (40.0%) 22 (36.7%) 14 (23.3%) 60 (100.0%) Berbeda dengan yang terjadi di Desa Karang Tengah. Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat bahwa perolehan persentase terbesar berada pada tingkat pengaruh tinggi yaitu 40 persen, dengan kontribusi persentase terbesar berada pada lapisan bawah yaitu sebesar 18.3 persen. Hal tersebut dikarenakan, masyarakat yang berada pada lapisan bawah di desa ini masih sangat tradisional dimana mereka beranggapan bahwa ulama merupakan sosok yang harus dipatuhi karena memiliki tingkat keilmuan dan pengetahuan yang tinggi sehingga mereka menjadikannya tempat untuk berkonsultasi mengenai masalah apapun yang mereka hadapi baik dalam urusan agama maupun luar agama. Hal ini didukung oleh pernyataan Ibu Mimin sebagai salah satu warga Desa Ciaruteun Udik sebagai berikut: “ saya sering datang kepada pak kyai, sengaja bersilaturahmi ke rumah beliau diluar acara pengajian, untuk berkonsultasi ketika saya memili masalah, seperti masalah rumah tangga, atau
38 masalah pekerjaan soalnyakan saya juga bekerja, meminta nasehat mengenai apa yang harus saya lakukan agar memperoleh hasil yang baik dan berkah, biar sekaligus beliau mendoakan saya” Tingkat Kepercayaan Masyarakat terhadap Ulama Indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap ulama pada penelitian ini yaitu dengan melihat kemauan masyarakat untuk bertumpu kepada ulama yang tercermin dari besarnya keyakinan dan harapan masyarakat terhadap perilaku yang baik dari ulama. Sama seperti tingkat loyalitas dan tingkat pengaruh, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap ulama diukur dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari; tingkat kepercayaan tinggi, tingkat kepercayaan sedang dan tingkat kepercayaan rendah Posisi tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi, sedang dan rendah terhadap ulama diperoleh dari total skoring dari beberapa pertanyaan pada kuisioner yang di isi oleh masing-masing responden berdasarkan pandangan dan peniliannya terhadap berbagai perkataan, nasihat dan saran-saran yang diberikan ulama untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapinya. Tabel 21 Tingkat kepercayaan masyarakat Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Desa Tingkat kepercayaan Tinggi Sedang Rendah Total
Karang Tengah Jumlah Persentase responden (%) 25 20.8 22 18.3 13 10.8 60 50.0
Ciaruteun Udik Jumlah persentase responden (%) 32 26.7 14 11.7 14 11.7 60 50.0
Total Jumlah persentase responden (%) 57 47.5 36 30.0 27 22.5 120 100.0
Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa tingkat kepercayaan tinggi masyarakat secara keseluruhan terhadap ulama memiliki jumlah persentase terbesar yaitu sebesar 47.5 persen dengan kontribusi terbesar secara keseluruhan berada pada tingkat kepercayaan tinggi di Desa Ciaruteun Udik sebesar 26.7 persen. Tingkat kepercayaan tinggi juga memberikan kontribusi yang besar untuk Desa Karang Tengah yaitu sebesar 20.8 persen. Sedangkan untuk tingkat kepercayaan rendah secara keseluruhan memperoleh persentase terkecil yaitu sebesar 22.5 persen. Data-data tersebut dapat membuktikan bahwa, baik di Desa Karang Tengah maupun Desa Ciaruteun Udik tingkat kepercayaan masyarakat terhadap ulama relatif tinggi yang tercermin dari perolehan persentase tertinggi pada tingkat kepercayaan tinggi. Selanjutnya, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap ulama akan dilihat berdasarkan stratifikasi kelas sosial masyarakat pedesaan yang terdiri; lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah (Tabel 22).
39 Tabel 22 Tingkat kepercayaan masyarakat Desa Karang Tengah Stratifikasi Kelas Sosial Lapisan Atas Lapisan Menengah Lapisan Bawah Total
Tinggi 5(8.3%) 7(11.7%) 13 (21.7%) 25(41.7%)
Tingkat Kepercayaan Sedang Rendah 8(13.3%) 7(11.7%) 8(13.3%) 5(8.3%) 6(10.0%) 1(1.7%) 22(36.7%) 13 (21.7%)
Total 20 (33.3%) 20 (33.3%) 20 (33.3%) 60 (100.0%)
Berdasarkan Tabel 22, diketahui bahwa ulama yang ada di Desa Karang Tengah (Kh Mukti Ali) mampu mendapatkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari masyarakat disekitarnya dengan nilai persentase sebesar 41.7 persen, dengan kontribusi terbesar berada pada lapisan bawah yaitu dengan nilai persentase sebesar 21.7 persen. Untuk perolehan persentase terkecil berada pada tingkat kepercayaan rendah dengan nilai persentase sebesar 21.7 persen, dengan kontribusi terbesar berada pada lapisan atas yaitu dengan nilai persentase sebesar 11.7 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi lapisan kelas sosial masyarakat maka akan semakin rendah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap ulama, begitu pula sebaliknya. Tabel 23 Tingkat kepercayaan masyarakat Desa Ciaruteun Udik Stratifikasi Kelas Sosial Lapisan Atas Lapisan Menengah Lapisan Bawah Total
Tinggi 17(28.3%) 8(13.3%) 7 (11.7%) 32(53.3%)
Tingkat Kepercayaan Sedang 0(0.0%) 9(13.3%) 5(8.3%) 14(23.3%)
Rendah 3 (5.0%) 3(5.0%) 8(13.3%) 14 (23.3%)
Total 20 (33.3%) 20 (33.3%) 20 (33.3%) 60 (100.0%)
Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat bahwa ulama yang berada di desa ini juga mendapatkan tingkat kepercayaan tinggi dari masyarakat yang ada disekitarnya dengan nilai persentase sebesar 53.3 persen, dengan kontribusi terbesar berada pada masyarakat lapisan atas yaitu dengan nilai persentase sebesar 28.3 persen. Berdasarkan informasi yang diperoleh hal itu dikarenakan masyarakat lapisan atas di Desa Ciaruteun Udik mempunyai kedekatan hubungan dengan tokoh-tokoh besar masyarakat, salah satunya ulama.
40
41
PERAN ULAMA TERHADAP POLITIK LOKAL Ulama dipandang sebagai sosok pemimpin informal yang memiliki pengaruh dan peran dominan yang dijadikan tempat bertanya dan memperoleh nasihat atau rujukan bagi masyarakat pedesaan dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan sehari-hari baik dalam urusan ibadah, pekerjaan, maupun dalam permasalahan sosial, ekonomi dan politik, ini sesuai dengan penelitian Fadhilah (2011). Untuk menganalisis adanya peran ulama terhadap politik lokal dalam penelitian ini dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek ekonomi, sosial dan politik. Selanjutnya, ketiga aspek tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci berdasarkan stratifikasi kelas sosial yaitu lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah masyarakat Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik
Peran Ulama terhadap Masyarakat dalam Aspek Sosial Peran ulama (kyai) dalam aspek sosial pada kehidupan masyarakat pedesaan dapat dilihat dari adanya kemampuan ulama dalam merubah gaya hidup masyarakat yang ada disekitarnya yang terlihat dari perubahan gaya berpakaian, kehidupan bergotong royong antar warga, serta pergaulan yang lebih menekankan pada nilai-nilai agama. Teknik pengukuran peran ulama terhadap masyarakat pedesaaan dalam aspek sosial dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yaitu tinggi, sedang dan rendah (Tabel 24). Tabel 24 Peran ulama dalam aspek sosial di Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Peran ulama dalam aspek sosial Tinggi Sedang Rendah Total
Desa Karang Tengah Jumlah Persentase responden (%) 17 32 11 60
14.2 26.7 9.2 50.0
Ciaruteun Udik Jumlah Persentase responden (%) 13 29 18 60
10.8 24.2 15.0 50.0
Total Jumlah persentase responden (%) 30 61 29 120
25.0 50.8 24.2 100.0
Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa secara keseluruhan, ulama cukup memiliki peran dalam aspek sosial pada kehidupan masyarakat yang ada disekitarnya. Hal ini terlihat dari nilai persentase untuk peran ulama dalam aspek sosial pada tingkat sedang merupakan nilai persentase yang tertinggi dibandingkan dengan tingkat yang lain (tinggi dan rendah) yaitu sebesar 50.8 persen dengan kontribusi terbesar secara keseluruhan berada di Desa Karang Tengah dengan nilai persentase sebesar 26.7 persen di ikuti Desa Ciaruteun Udik yang memberikan kontribusi dengan nilai persentase sebesar 24,2 persen. Sedangkan nilai persentase terkecil untuk peran ulama dalam aspek sosial berada pada tingkat rendah dengan nilai persentase sebesar 24.2 persen dengan kontribusi terbesar secara keseluruhan juga berada di Desa Karang Tengah dengan nilai
42 persentase sebesar 9.2 persen. Hal ini dapat dijadikan gambaran atau indikasi bahwa ulama cukup memiliki peran dalam aspek kehidupan sosial masyarakat. Selanjutnya penjelasan mengenai peran ulama terhadap masyarakat dalam aspek sosial akan dilihat berdasarkan stratifikasi kelas sosial masyarakat pedesaan yang terdiri dari lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah (Tabel 25) Tabel 25 Peran ulama dalam aspek sosial masyarakat Desa Karang Tengah Stratifikasi Kelas Sosial Lapisan Atas Lapisan Menengah Lapisan Bawah Total
Peran ulama dalam aspek sosial Tinggi Sedang Rendah 3(5.0%) 11(18.3%) 6 (10.0%) 7(11.7%) 9(15.0%) 4(6.7%) 7(11.7%) 12(20.0%) 1(1.7%) 17(28.3%) 32(53.3%) 11(18.3%)
Total 20 (33.3%) 20 (33.3%) 20 (33.3%) 60 (100.0%)
Berdasarkan Tabel 25, dapat dilihat bahwa di Desa Karang Tengah peran ulama dalam aspek sosial pada tingkat sedang memperoleh persentase terbesar yaitu sebesar 53.3 persen, dengan kontribusi terbesar berada pada masyarakat lapisan menengah yaitu sebesar 15 persen. Sedangkan peran ulama dalam aspek sosial pada tingkat rendah memperoleh persentase terkecil yaitu sebesar 18.3 persen dengan kontribusi terbesar berada pada masyarakat lapisan atas dengan nilai persentase sebesar 10 persen. Berdasarkan observasi lapang, diketahui bahwa masyarakat lapisan atas memiliki gaya hidup yang lebih individualis dibanding masyarakat pada kelas sosial yang lain. Gaya hidup yang individualis inilah yang mengakibatkan ulama tidak terlalu memberikan peran yang dominan terhadap kehidupan sosial masyarakat yang berada pada lapisan atas. Berbeda dengan masyarakat yang berada pada lapisan menengah dan bawah, nilai-nilai gotongroyong dan kedekatan antar warga satu dan yang lainnya masih sangat tinggi sehingga ulama yang dianggap tokoh masyarakat pun mampu berperan lebih dalam memberikan nilai-nilai pada kehidupan sosial masyarakat tersebut, seperti pernyataan Bapak Iyi Ketua RT 04 RW 02 sebagai berikut: “pak kyai itu sering menggerakan masyarakat untuk mengadakan acara-acara yang positif untuk anak muda seperti dengan terbentuknya IRMAS (ikatan remaja masjid) di desa ini. Dengan adanya IRMAS ini, masyarakat sering ikut pengajian setiap seminggu sekali. Karena acara-acara seperti itu orang-orang disini jadi bisa memanfaatkan waktu dengan (mengaji) dari pada kumpul-kumpul tidak jelas” Berdasarkan data yang diperoleh maka hipotesis terbukti benar. Dapat dilihat semalin tinggi lapisan sosial masyarakat maka semakin rendah peran ulama dalam aspek sosial, dimana peran ulama dalam aspek sosial pada tingkat rendah kontribusi terbesar berada pada lapisan atas yaitu 10 persen. Di Desa Ciaruteun Udik. Berdasarkan Tabel 26, dapat dilihat bahwa peran ulama dalam aspek sosial pada tingkat sedang memperoleh persentase terbesar yaitu sebesar 48.3 persen, dengan kontribusi terbesar secara keseluruhan berada pada masyarakat lapisan bawah yaitu sebesar 21.7 persen. Sedangkan peran ulama dalam aspek sosial pada tingkat tinggi memperoleh persentase terkecil yaitu sebesar 21.7 persen dengan persentase terbesar berada pada lapisan atas yaitu sebesar 10 persen.
43
Tebel 26 Peran ulama dalam aspek sosial masyarakat Desa Ciaruteun Udik Stratifikasi Kelas Peran ulama dalam aspek sosial Sosial Total Tinggi Sedang Rendah Lapisan Atas 6 (10.0%) 9 (15.0%) 5 (8.3%) 20 (33.3%) Lapisan Menengah 4 (6.7%) 7 (11.7%) 9 (15.0%) 20 (33.3%) Lapisan Bawah 3 (5.0%) 13 (21.7%) 4 (6.7%) 20 (33.3%) Total 13 (21.7%) 29 (48.3%) 18 (30.0%) 60 (100.0%) Hal ini ini dikarenakan masyarakat lapisan atas memiliki kedekatan hubungan dengan tokoh-tokoh besar masyarakat setempat termasuk tokoh agama yaitu ulama. Masyarakat pada lapisan atas memahami bahwa ulama mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu masyarakat, sehingga dengan menjalin kedekatan dengan ulama terlebih mengikuti nasihat-nasihat ulama terkait kehidupan sosial, mereka akan memperoleh kedudukan tersendiri di mata masyarakat. Sebagai contoh, ketika ulama menyarankan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, mereka akan berusaha mengikuti dan berkontribusi semaksimal mungkin yang pada akhirnya mereka mendapatkan penghormatan dari masyarakat yang lain. Berdasarkan data yang diperoleh maka hipotesis terbukti tidak benar. Dapat dilihat kontibusi peran ulama dalam aspek sosial pada tingkat rendah berada pada lapisan menengah yaitu sebesar 15 persen. Peran Ulama terhadap Masyarakat dalam Aspek Ekonomi Peran ulama (kyai) dalam aspek ekonomi di masyarakat pedesaan dilihat dari kontribusi ulama dalam upaya meningkatkan taraf hidup individu maupun bersama yang meliputi perbaikan infrastruktur, pembangunan tempat-tempat ibadah dan bantuan sosial. Teknik pengukuran peran ulama terhadap masyarakat pedesaaan dalam aspek ekonomi dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yaitu tinggi, sedang dan rendah (Tabel 27). Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat bahwa peran ulama dalam aspek ekonomi pada tingkat sedang memperoleh persentase paling tinggi yaitu sebesar 55.8 persen, dengan kontribusi terbesar secara keseluruhan berada di Desa Ciaruteun Udik dengan peran ulama dalam aspek ekonomi pada tingkat sedang sebesar 33.3 persen. Sedangkan peran ulama dalam aspek ekonomi pada tingkat tinggi memperoleh persentase terkecil yaitu sebesar 17.5 persen, dengan kontribusi terbesar berada di Desa Karang Tengah dengan peran ulama dalam aspek ekonomi tinggi sebesar 12.5 persen. Dilihat dari persentase peran ulama dalam aspek ekonomi pada tingkat sedang yang relatif bernilai tinggi dibandingkan pada tingkat lain (rendah dan tinggi), dapat dijadikan gambaran atau indikasi bahwa ulama cukup memiliki peran dalam aspek kehidupan ekonomi masyarakat.
44 Tebel 27 Peran ulama dalam aspek ekonomi masyarakat Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Peran ulama dalam aspek ekonomi Tinggi Sedang Rendah Total
Desa Karang Tengah Jumlah Persentase responden (%) 15 27 18 60
12.5 22.5 15.0 50.0
Ciaruteun Udik Jumlah Persentase responden (%) 6 40 14 60
5.0 33.3 11.6 50.0
Total Jumlah Persentase responden (%) 21 67 32 120
17.5 55.8 26.7 100.0
Berdasarkan Tabel 28, dapat dilihat peran ulama terhadap aspek ekonomi pada tingkat sedang bahwa di Karang Tengah memperoleh persentase terbesar yaitu sebesar 45 persen. Sedangkan peran ulama dalam aspek ekonomi pada tingkat tinggi memperoleh persentase terkecil yaitu sebesar 25 persen, dengan kontribusi terbesar berada pada lapisan bawah sebesar 11.7 persen. Data tersebut dapat didukung dengan pernyataan yang tergambar dari Bapak Iyin ketua RT 04 RW 02 Desa Karang Tengah sebagai berikut: “Kh Mukti Ali sering membantu masyarakat, seperti memberikan dana kalau ada pembangunan aspal jalan setapak, pembangunan masjid, dan memberikan santunan untuk anak yatim dan janda tiap minggu” Tebel 28 Peran ulama dalam aspek ekonomi masyarakat Desa Karang Tengah Stratifikasi Kelas Peran ulama dalam aspek ekonomi Sosial Total Tinggi Sedang Rendah Lapisan Atas 4 (6.7%) 9(15.0%) 7 (11.7%) 20 (33.3%) Lapisan Menengah 4 (6.7%) 9(15.0%) 7 (11.7%) 20 (33.3%) Lapisan Bawah 7 (11.7%) 9(15.0%) 4 (6.7%) 20 (33.3%) Total 15 (25.0%) 27(45.0%) 18(30.0%) 60 (100.0%) Berdasarkan data yang diperoleh maka hipotesis terbukti benar. Dapat dilihat semalin tinggi lapisan sosial masyarakat maka semakin rendah peran ulama dalam aspek ekonomi, dimana peran ulama dalam aspek ekonomi pada tingkat rendah kontribusi terbesar berada pada lapisan atas yaitu 11.7 persen. Berdasarkan Tabel 29, dapat dilihat bahwa Desa Ciaruteun Udik peran ulama dalam aspek ekonomi pada tingkat sedang memperoleh persentase terbesar yaitu 66.7 persen, dengan kontribusi terbesar secara keseluruhan berada pada masyarakat lapisan menengah yaitu sebesar 23.3 persen. Sedangkan peran ulama dalam aspek ekonomi pada tingkat tinggi memperoleh persentase terkecil yaitu 10 persen, dengan kontribusi terbesar berada pada lapisan bawah yaitu sebesar 6.7 persen. Data tersebut mengindikasikan bahwa ulama cukup berperan dalam aspek ekonomi masyarakat. Hal ini tergambar dari pernyataan Bapak Rahman yang merupakan salah seorang warga Desa Ciaruteun Udik yang mengikuti pengajian Kh Mukhtar sebagai berikut:
45 “Kh Mukhtar selalu menggerakan masyarakat ketika ada pembangunan jalan atau pembangunan masjid, selain menggerakan masyarakat juga selalu memberikan dana atau membantu mencari donatur untuk memberikan sumbangan, beliau kan pengurus DMI (dewan masjid indonesia) tingkat kecamatan jadi selalu ada jalannya kalau mau membangun mesjid. Selain itu juga beliau sering memberikan sumbangan untuk anak yatim, dan orang-orang yang kurang mampu” Tebel 29 Peran ulama dalam aspek ekonomi masyarakat Desa Ciaruteun Udik Stratifikasi Kelas Sosial Lapisan Atas Lapisan Menengah Lapisan Bawah Total
Peran ulama dalam aspek ekonomi Tinggi Sedang Rendah 0 (0.0%) 13 (21.7%) 7 (11.7%) 2 (3.3%) 14 (23.3%) 4 (6.7%) 4 (6.7%) 13 (21.7%) 3 (5.0%) 6 (10.0%) 40 (66.7%) 14 (23.3%)
Total 20 (33.3%) 20 (33.3%) 20 (33.3%) 60 (100.0%)
Berdasarkan data yang diperoleh maka hipotesis terbukti benar. Dapat dilihat semalin tinggi lapisan sosial masyarakat maka semakin rendah peran ulama dalam aspek ekonomi, dimana peran ulama dalam aspek ekonomi pada tingkat rendah kontribusi terbesar berada pada lapisan atas yaitu 11.7 persen. Peran Ulama terhadap Masyarakat dalam Aspek Politik Peran ulama (kyai) dalam aspek politik di masyarakat pedesaan dilihat dari kontribusi atau pengaruh ulama dalam mempengaruhi keputusan hak pilih masyarakat serta perolehan suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa, pemilihan kepala daerah dan pemilihan umum lainnya. Teknik pengukuran peran ulama terhadap masyarakat pedesaaan dalam aspek politiki dilakukan dengan menggunakan skala ordinal yaitu tinggi, sedang dan rendah (Tabel 30). Tebel 30 Peran ulama dalam aspek politik masyarakat Desa Karang Tengah dan Ciaruteun Udik Peran ulama dalam aspek politik Tinggi Sedang Rendah Total
Desa Karang Tengah Ciaruteun Udik Jumlah Persentase Jumlah persentase responden (%) responden (%) 13 12 35 60
10.8 10.0 29.2 50.0
8 32 20 60
6.7 26.7 16.7 50.0
Total Jumlah persentase responden (%) 21 44 55 120
17.5 36.7 45.8 100.0
Berdasarkan Tabel 30, dapat dilihat bahwa peran ulama dalam aspek politik pada tingkat rendah memperoleh persentase terbesar yaitu sebesar 45.8 persen dengan kontribusi terbesar secara keseluruhan berada di Desa Karang Tengah dengan peran ulama dalam aspek politik pada tingkat rendah sebesar 29.2 persen. Sedangkan peran ulama dalam aspek politik pada tingkat tinggi
46 memperoleh persentase terkecil yaitu sebesar 17.5 persen dengan kontribusi terbesar di Desa Karang Tengah yaitu sebesar 10.8 persen. Selanjutnya, peran ulama terhadap aspek politik akan dilihat berdasarkan stratifikasi kelas sosial masyarakat pedesaan yang terdiri dari lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah. Berdasarkan Tabel 31, dapat dilihat bahwa di Desa Karang Tengah peran ulama dalam aspek politik pada tingkat rendah memperoleh persentase terbesar yaitu sebesar 58.3 persen, dengan kontribusi terbesar secara keseluruhan berada pada lapisan menengah yaitu sebesar 23.3 persen. Pada masyarakat lapisan atas dan lapisan bawah kontribusi persentase terbesar juga bearada pada peran ulama dalam aspek politik dengan tingkat rendah yaitu sebesar 21,7 persen pada lapisan atas dan 13,3 persen pada lapisan bawah. Tebel 31 Peran ulama dalam aspek politik masyarakat Desa Karang Tengah Stratifikasi Kelas Sosial Lapisan Atas Lapisan Menengah Lapisan Bawah Total
Peran ulama dalam aspek politik Tinggi Sedang Rendah 3 (5.0%) 4(6.7%) 13 (21.7%) 3 (5.0%) 3(5.0%) 14(23.3%) 7 (11.7%) 5(8.3%) 8(13.3%) 13(21.7%) 12(20.0%) 35(58.3%)
Total 20 (33.3%) 20 (33.3%) 20 (33.3%) 60 (100.0%)
Berdasarkan data yang diperoleh kyai Mukti tidak pernah melakukan upaya mempengaruhi hak pilih masyarakat baik dalam pemilihan kepala desa maupun PILKADA, hal tersebut tergambar dari pernyataan Bapak Iyin ketua RT 04 RW 02 Desa Karang Tengah sebagai berikut: “setiap akan ada pemilihan kepala desa, pasti semua calon kepala desa datang kepada pak kyai untuk minta restu, semua calon didoakan yang terbaik oleh pak kyai, tanpa harus berpihak pada satu calon saja, pak kyai tidak pernah membicarakan urusan kebepihakan beliau pada politik, baik pemilihan kepala desa, apalagi PILKADA. Saya belum pernah mendengar” Pernyataan Bapak Iyin selaku ketua RT didukung dan diperkuat oleh pernyataan dari bapak kyai sendiri yaitu Kh Mukti Ali sebagai berikut: “kalau saya sih berpikir, pilihan politik itu masalah pribadi, dan saya juga tidak pernah mengumbar pilihan politik saya. Sering ada datang kesini kalau ada pemilihan kepala desa. Calon kandidat kepala desa datang untuk minta didoakan, kalau saya sih semua saya doakan dan semoga yang terpilih memang pemimpin yang baik. Tidak pernah saya membicarakan politik di pengajian, dari siapapun dan dari partai apapun, ketika mengikuti pengajian tidak boleh mengatas namakan partai. Sering saya berhati-hati jika ada kunjungan dari orang-orang politik, saya tidak mau pengajian dijadikan ajang kampanye” Tidak adanya upaya yang dilakukan Kyai Mukti dalam memperngaruhi hak pilih masyarakat pada pemilihan umum, dapat terlihat pada hasil pemilihan gubernur (PILGUB) 2013, dimana suara terbanyak bukan diperoleh oleh calon kandidat yang berasal dari partai Islam (Tabel 13)
47 Berdasarkan data yang diperoleh maka hipotesis tidak terbukti benar. Dapat dilihat peran ulama dalam aspek politik pada tingkat rendah kontribusi terbesar berada pada lapisan atas yaitu 23.3 persen. Berbeda dengan yang terjadi di Desa Karang Tengah. Tabel 32. Menunjukan bahwa di Desa Ciaruteun Udik peran ulama dalam aspek politik pada tingkat sedang memperoleh persentase terbesar yaitu sebesar 53.3 persen, dengan kontribusi yang besar berada pada lapisan atas dan menengah sebesar 18.3 persen. Sedangkan peran ulama dalam aspek politik pada tingkat tinggi memperoleh persentase terkecil yaitu sebesar 13.3 persen, dengan kontribusi terbesar berada pada lapisan atas yaitu sebesar 6.7 persen. Hal ini dikarenakan karena masyarakat lapisan atas mempunyai kedekatan hubungan dengan ulama, sehingga apapun yang menjadi pilihan ulama mereka mengikuti dengan harapan mendapatkan berkah karena mengikuti guru mereka yaitu ulama. Tebel 32 Pengaruh ulama dalam aspek politik masyarakat Desa Ciaruteun Udik Stratifikasi Kelas Sosial Lapisan Atas Lapisan Menengah Lapisan Bawah Total
Peran ulama dalam aspek politik Tinggi Sedang Rendah 4 (6.7%) 11 (18.3%) 5 (8.3%) 2 (3.3%) 11 (18.3%) 7 (11.7%) 2 (3.3%) 10(16.7%) 8 (13.3%) 8 (13.3%) 32 (53.3%) 20 (33.3%)
Total 20 (33.3%) 20 (33.3%) 20 (33.3%) 60 (100.0%)
Masyarakat yang berada pada lapisan bawah, peran ulama dalam aspek politik dirasa kurang. Hal ini dikarenakan masih banyaknya masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah. Tingkat ekonomi yang rendah ini menjadikan para elit-elit politik baik lokal maupun regional (pemilihan kepala desa maupun kepala daerah dan partai politik dalam pemilu) dapat mempengaruhi pilihan politik masyarakat Desa Ciaruteun Udik dengan menggunakan politik uang atau lebih dikenalkan dengan money politic. Kuatnya peran ulama dalam aspek politik pada masyarakat lapisan atas tergambar dari pernyataan Bapak Umami salah satu masyarakat yang sering mengikuti pengajian Kh Mukhtar sebagai berikut: “Sebagai tokoh agama kyai disegani oleh para calon kandidat kepala desa, biasanya para calon datang kepada beliau untuk minta doa restu dan minta dukungan. Dan nantinya beliau akan mengarahkan beberapa masyarakat dalam acara pengajian untuk memilih siapa diantara calon kandidat yang ada” Selain berpengaruh dalam pemilihan kepala desa beliau juga berpengaruh dalam pemilihan kepala daerah untuk tingkat Desa Ciaruteun Udik. Hal ini tergambar dari pernyataan Bapak Wawan warga Desa Ciaruteun Udik sebagai berikut: “PaK kyai selalu berpengaruh dalam PILKADA untuk wilayah desa ini. pak kyai kan memang dekat juga dengan orang-orang politik, biasanya pak kyai Mengarahkan pilihan masyarakat ketika acara pengajian berlangsung untuk mempengaruhi hak pilih masyarakat. dan memang selalu berpengaruh. Dukungan pak kyai selalu unggul di desa ini, untuk saya pribadi juga slalu mengikuti beliau, beliau kan guru saya, jadi harus saya ikuti”
48
Pernyataan-pernyataan di atas juga didukung dan diperkuat oleh pernyataan langsung dari Kh Mukhtar terkait perannya dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan kepala daerah (PILKADA) sebagai berikut: “ setiap ada pemilihan kepala desa, biasanya semua calon kepala desa datang kepada saya untuk meminta dukungan, tapi disisi lain saya punya calon pilihan saya sendiri yang saya rasa bisa menjadi pemimpin yang baik, biasanya saya selalu mengarahkan ketika dipengajian untuk memilih calon yang baik, secara tidak langsung saya mengarahkan kepada calon pilihan saya, tapi tidak terangterangan, soalnya saya takut berpengaruh kepada pengajian dan kepada orang-orang yang tidak sependapat dengan saya jadi tidak mengaji. Tapi alhamdulilah sejauh ini calon pilihan saya selalu unggul dan memenangkan suara terbanyak, hal tersebut juga saya lakukan dalam pemilihan kepala daerah (PILKADA) dan pemilihan gubernur yang lalu dukungan saya unggul 75% di desa ini” Pernyataan Kyai Mukhtar juga didukung oleh data rekapitulasi peraihan suara pemilihan gubernur dan wakil gubernur jawa barat tahun 2013 Desa Ciaruteun Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Dalam pemilihan tersebut suara terbanyak diperoleh oleh calon kandidat yang berasal dari partai Islam (Tabel 14). Berdasarkan data yang diperoleh maka hipotesis tidak terbukti benar. Dapat dilihat semalin tinggi lapisan sosial masyarakat maka semakin tinggi peran ulama dalam aspek politik, dimana peran ulama dalam aspek politik pada tingkat rendah kontribusi terbesar berada pada lapisan bawah yaitu 13.3 persen.
49
HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN ULAMA TERHADAP POLITIK LOKAL Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan hubungan antara kekuatan ulama yang meliputi tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, dan tingkat kepercayaan terhadap politik lokal yang meliputi aspek kehidupan sosial, ekonomi dan politik dalam penelitian ini dilihat berdasarkan stratifikasi kelas sosial (lapisan atas, lapisan menengah dan lapisan bawah).
Hubungan antara Kekuatan Ulama terhadap Politik Lokal pada Masyarakat Lapisan Atas Hubungan antara kekuatan ulama terhadap politik lokal berdasarkan stratifikasi kelas sosial masyarakat lapisan atas dilihat dari ada atau tidaknya hubungan yang signifikan dari variable-variabel yang dimiliki oleh kekuatan ulama yang terdiri dari tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, dan tingkat kepercayaan dengan variabel-variabel yang dimiliki oleh politik lokal yang terdiri dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek politik pada masing-masing desa (Karang Tengah dan Ciaruteun Udik). Tabel 33 Hasil Rank Spearman, hubungan antara pengaruh ulama terhadap politik lokal pada masyarakat lapisan atas di Desa Karang Tengah Pengaruh Ulama Politik lokal Sosial Ekonomi Politik
Tingkat loyalitas
Tingkat pengaruh
Tingkat kepercayaan
γs
p
γs
P
γs
0.478*
0.016
0.618**
0.002
0.565**
0.005
0.005
0.385
*
0.047
**
0.004
0.399
0.094
0.347
0.562
**
0.061
0.582
P
0.215
0.188
Ket: γs = koefisien Rank Spearman, P= value---*=Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).--**=Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed)
Hasil Rank Spearman berdasarkan Tabel 33 menunjukkan bahwa di Desa Karang Tengah terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan ulama yang terdiri dari tingkat loyalitas, tingkat pengaruh dan tingkat kepercayaan dengan politik lokal yang terdiri dari aspek sosial dan aspek ekonomi, sedangkan untuk aspek politik tidak mencerminkan adanya hubungan yang signifikan dengan ke 3 variabel kekuatan ulama baik untuk tingkat loyalitas, tingkat pengaruh dan tingkat kepercayaan. Sama dengan hasil pengujian dengan menggunakan Rank Spearman, analisis dengan menggunakan tabulasi silang juga menunjukkan adanya hubungan antara kekutan ulama dengan politik lokal. Berdasarkan hasil dari tabulasi silang yang telah dibahas sebelumnya, diketahui bahwa pada masyarakat yang berada pada lapisan atas dilihat dari variabel kekuatan ulama yang terdiri dari tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, dan tingkat kepercayaan masing-masing memiliki
50 nilai sebesar 21.7 persen (Tabel 16), 13.3 persen (Tabel 19), dan 13.3 persen (Tabel 22). Untuk variabel politik lokal, hanya aspek sosial dan aspek ekonomi saja yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai masingmasing sebesar 18.3 persen (Tabel 25) dan 15 persen (Tabel28), sedangkan untuk aspek politk tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan ulama yang ada di Desa Karang Tengah (kyai Mukti Ali) tidak pernah turut campur untuk urusan hak pilih masyarakat baik dalam pemilihan kepala desa, kepala daerah, maupun lain-lain. Beliau menyadari pola pikir dan gaya hidup masyarakat Desa Karang Tengah sudah semakin berkembang sehingga masyarakat di desa tersebut jarang menjadikannya tempat bertanya untuk masalah politik. Seperti yang tergambar dari pernyataannya kyai Mukti Ali sebagai berikut : “ dulu Bogor Timur itu terkenal dengan masyarakat yang fanatik terhadap guru mereka (ulama), dimana ulama merupakan figur central pada saat itu (sekitar tahun 1990), tapi sekarang sih orang-orang sudah mengikuti zaman, sudah banyak yang tau berita dari tv, sudah sering baca Koran, sudah banyak yang merantau, dan masyarakat disini juga sekarang sudah banyak yang mengikuti perkembangan zaman yang semakin moderen” Pernyataan tersebut juga didukung oleh pernyataan Bapak Sukiran, salah satu warga Desa Karang Tengah yang tergolong masyarakat kelas sosial lapisan atas : “kalau masalah pemilihan kepala desa, pemilihan kepala daerah dan yang lainnya itu urusan pribadi, hak pilih masing-masing” Tidak berpengaruhnya ulama dalam aspek politik pada masyarakat lapisan atas Desa Karang Tengah juga didukung oleh sikap kyai Mukti Ali yang tidak melakukan unsur-unsur mengarahkan masyarakat terkait hak pilih politik, seperti tergambar dari pernyataan Mukti Ali sebagai berikut: “masalah hak pilih politik itu masalah pribadi dari setiap orang,dan saya paling hati-hati dengan masalah itu, soalnya itu kan sensitif, di pengajian saya tidak pernah membicarakan hal-hal yang terkait hak pilih politik karena khawatir menimbulkan perpecahan ketika jemaah pengajian berada dalam kubu yang berbeda”
51 Tabel 34 Hasil Rank Spearman, hubungan antara pengaruh ulama terhadap politik lokal pada masyarakat lapisan atas di Desa Ciaruteun Udik Pengaruh Ulama Politik lokal
Tingkat loyalitas
Tingkat pengaruh
Tingkat kepercayaan
γs
p
γs
P
γs
P
Sosial
0.160
0.250
0.334
0.075
0.221
0.174
Ekonomi
0.068
0.388
0.223
0.172
0.279
0.177
0.058
*
0.025
Politik
0.705
**
0.000
0.363
0.445
Ket: γs = koefisien Rank Spearman, P= value---*=Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).--**=Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed.
Hasil Rank Spearman berdasarkan Tabel 34 diketahui hubungan antara kekuatan ulama dengan politik lokal di Desa Ciaruteun Udik \memberikan hasil yang menunjukkan bahwa kekuatan ulama yang terdiri dari tingkat loyalitas dan tingkat kepercayaan pada masyarakat lapisan atas memiliki hubungan yang signifikan terhadap politik lokal yaitu aspek politik. Berdasarkan analisa tabulasi silang masyarakat lapisan atas di Desa Ciaruteun Udik 23.3 persen memiliki tingkat loyalitas sedang (Tabel 17), 28.3 persen memliki tingkat kepercayaan tinggi (Tabel 23), serta 18.3 persen memiliki peran ulama dalam aspek politik pada tingkat sedang (Tabel 32). Adanya hubungan yang signifikan antara kekuatan ulama terhadap politik lokal dalam aspek politik di Desa Ciaruteun Udik dikarenakan adanya campur tangan dan peran ulama yang sangat kuat dalam pemilihan kepala desa, kepala daerah dan pemilihan pemimpin lainnya yang ada di desa itu, dimana kyai Mukhtar selaku ulama di desa itu berperan mengarahkan masyarakat terkait hak pilih masyarakat. seperti yang tergambar dalam pernyataan beliau sebagai berikut: “biasanya kalau ada pemilihan kepala desa calon-calonya datang kepada saya untuk meminta doa restu dan dukungan, tapi saya selalu punya kandidat pilihan saya, dan saya mengarahkan masyarakat kepada calon pilihan saya lewat pengajian, begitu juga dalam pemilihan kepala daerah dan lain-lain.” Adanya campur tangan ulama terhadap aspek politik di Desa Ciaruteun Udik juga tergambar dari pernyataan salah satu masyarakatnya yang bernama Mimin sebagai berikut: “biasanya kalau ada pemilihan kepala desa atau kepala daerah, pak kyai selalu membahasnya dipengajian, seperti pemilihan gubernur kemarin, beliau mengarahkan masyarakat untuk memilih calon pilihan beliau, walapun tidak secara terang-terangan, tapi biasanya masyarakat mengikuti perkataan beliau” Hubungan antara Kekuatan Ulama terhadap Politik Lokal pada Masyarakat Lapisan Menengah Hubungan antara kekuatan ulama terhadap politik lokal pada stratifikasi kelas sosial masyarakat lapisan menengah dilihat dari ada atau tidaknya hubungan
52 yang signifikan dari variabel-variabel yang dimiliki oleh kekuatan ulama yang terdiri dari tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, dan tingkat kepercayaan dengan variabel-variabel yang dimiliki oleh politik lokal yang terdiri dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek politik pada masing-masing desa (Karang Tengah dan Ciaruteun Udik). Tabel 35 Hasil Rank Spearman, hubungan antara pengaruh ulama terhadap politik lokal pada masyarakat lapisan menengah di Desa Karang Tengah Pengaruh Ulama Politik lokal
Tingkat loyalitas
Tingkat pengaruh
Tingkat kepercayaan
γs
P
γs
p
γs
P
Sosial
0.615**
0.002
0.594**
0.003
0.613**
0.002
Ekonomi
0.683**
0.000
0.647**
0.001
0.838**
0.000
0.190
*
0.031
Politik
-0.107
0.326
-0.208
-0.425
Ket: γs = koefisien Rank Spearman, P= valu---*=Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).--**=Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed
Hasil Rank Spearman berdasarkan Tabel 35 menunjukkan bahwa di Desa Karang Tengah terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan ulama yang terdiri dari tingkat loyalitas, tingkat pengaruh dan tingkat kepercayaan dengan politik lokal yang terdiri dari aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek politik pada masyarakat yang berada di lapisan menengah. Namun, terdapat perbedaan terhadap nilai koefisien korelasi yang dihasilkan untuk aspek sosial dan ekonomi dengan nilai koefisien korelasi yang dihasilkan untuk aspek politik pada masyarakat yang berada dilapisan ini, dimana untuk aspek politik koefisien korelasinya bernilai negatif baik untuk tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, dan tingkat kepercayaan. Nilai koefisen korelasi yang negatif mengartikan bahwa semakin besar peran ulama dalam kegiatan politk mengakibatkan turunya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap ulama. Hasil pengujian dengan menggunakan analisis tabulasi silang menunjukkan hal yang sama dengan hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan Rank Spearman, yaitu terdapat hubungan antara kekutan ulama dengan politik lokal. Berdasarkan hasil dari tabulasi silang yang telah dibahas sebelumnya, diketahui bahwa pada masyarakat yang berada pada lapisan menengah dilihat dari variabel kekuatan ulama yang terdiri dari tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, dan tingkat kepercayaan masing-masing memiliki nilai sebesar 18.3 persen (Tabel 16), 20 persen (Tabel 19), dan 13.3 persen (Tabel 22). Untuk semua variabel politik lokal, baik aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek politik, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai masing-masing sebesar 15 persen (Tabel 25) dan 15 persen (Tabel 28). Sedangkan untuk aspek politik, adanya hubungan yang negatif antara kekuatan ulama dengan politik lokal tercermin dari besarnya nilai persentase peran ulama dalam aspek politik pada pada tingkat rendah yaitu dengan nilai sebesar 23.3 persen (Tabel 31). Untuk mendukung data kuantitatif tersebut (baik hasil pengujian dengan mengunakan Rank Spearman dan Tabulasi Silang), diperoleh data kualitatif dari hasil observasi dan wawancara terhadap responden yang juga menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat loyalitas tinggi terhadap ulama cenderung mengaplikasikan
53 anjuran ulama yang berhubungan dengan aspek kehidupan sosial seperti gaya hidup, kebiasaan sehari-hari dan lain-lain seperti yang tergambar dari pernyataan Bapak Iyin dan Ibu Halimah yang merupakan warga Desa Karang Tengah sebagai berikut: “ kalau dipengajian sering dinasehati untuk berprilaku yang baik dengan orang lain, hidup rukun dalam keseharian. Dan saya ikuti itu karna saya tahu itu baik untuk dilakukan, karena saya percaya apa yang disarankan oleh pak kyai terkait kehidupan sosial saya adalah sesuatu yang baik, dan saya melakukan apa yang disarankan itu” Tingkat loyalitas yang tinggi terhadap ulama juga terlihat dari besarnya responden yang cenderung berusaha mengikuti anjuran-anjuran dari ulama terkait aspek kehidupan ekonomi dan sosial seperti bergotong-royong dalam perbaikan jalan, pembangunan infrastruktur dan lain-lain, hal ini tergambar dari pernyataan Bapak Iyin yang merupakan ketua RT sebagai berikut: “biasanya kalau ada pembangunan jalan, pak kyai selalu menggerakan masyarakat untuk bergotong-royong dan membantu pembanguanan jalan tersebut” Tabel 36 Hasil Rank Spearman. hubungan antara pengaruh ulama terhadap politik lokal pada masyarakat lapisan menengah di Desa Ciaruteun Udik Pengaruh Ulama Politik lokal Sosial Ekonomi Politik
Tingkat loyalitas
Tingkat pengaruh
γs
p
γs
0.586**
0.003
0.360
0.133
0.429
*
0.030
0.390
*
0.045
0.261 0.509
*
0.011
Tingkat kepercayaan
P
γs
0.060
0.315 0.597
P
**
0.123
0.088 0.003 0.302
Ket: γs = koefisien Rank Spearman, P= value---*=Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).--**=Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed
Hasil Rank Spearman berdasarkan Tabel 36 menunjukkan bahwa tingkat loyalitas berhubungan signifikan dengan aspek sosial dan aspek politik. Tingkat pengaruh berhubungn signifikan dengan aspek ekonomi dan aspek politik, dan tingkat kepercayaan berhubungan signifikan dengan aspek ekonomi. Berdasarkan hasil dari tabulasi silang yang telah dibahas sebelumnya, diketahui bahwa pada masyarakat Desa Ciaruteun Udik yang berada pada lapisan menengah dilihat dari variabel kekuatan ulama yang terdiri dari tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, dan tingkat kepercayaan masing-masing memiliki nilai sebesar 20 persen (Tabel 17), 16.7 persen (Tabel 20, dan 13.3 persen (Tabel 23). Untuk semua variabel politik lokal, baik aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek politik, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai masing-masing sebesar 15 persen (Tabel 26), 15 persen (Tabel29), dan 18.3 (Tabel 32).
54
Hubungan antara Kekuatan Ulama terhadap Politik Lokal pada Masyarakat Lapisan Bawah Hubungan antara kekuatan ulama terhadap politik lokal pada stratifikasi kelas sosial masyarakat yang berada di lapisan bawah dilihat dari ada atau tidaknya hubungan yang signifikan dari variabeL-variabel yang dimiliki oleh kekuatan ulama yang terdiri dari tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, dan tingkat kepercayaan dengan variabel-variabel yang dimiliki oleh politik lokal yang terdiri dari aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek politik pada masing-masing desa (Karang Tengah dan Ciaruteun Udik). Tabel 37 Hasil Rank Spearman. hubungan antara pengaruh ulama terhadap politik lokal pada masyarakat lapisan bawah di Desa Karang Tengah Pengaruh Ulama Politik lokal
Tingkat loyalitas
Tingkat pengaruh
Tingkat kepercayaan
γs
P
γs
p
γs
P
0.479*
0.016
0,629**
0.001
0.378*
0.050
Ekonomi
0.648
**
0.001
0.404
*
0.039
0.176
0.229
Politik
-0.108
0.326
-0.052
0.414
-0.049
0.419
Sosial
Ket: γs = koefisien Rank Spearman, P= value ---*=Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).--**=Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed
Hasil pengujian hubungan antara kekuatan ulama dengan politik lokal di Desa Karang Tengah pada masyarakat lapisan bawah dengan menggunakan Rank Spearman (Tabel 37), menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan antara tingkat loyalitas dengan aspek politik dan aspek ekonomi. Selain itu, diketahui pula bahwa tingkat pengaruh juga memiliki hubungan signifikan dengan aspek sosial dan aspek ekonomi, begitu juga dengan tingkat kepercayaan, dimana menurut hasil Rank Spearman diketahui bahwa tingkat kepercayaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap aspek sosial. Berdasarkan analisis tabulasi silang diperoleh data bahwa 23.3 persen masyarakat memiliki tingkat loyalitas sedang (Tabel 17), 13.3 persen ulama memiliki tingkat pengaruh yang tinggi kepada masyarakat (Tabel 19), dan 21.7 persen masyarakat memiliki kepercayaan tinggi terhadap ulama (Tabel 22). Selain itu diketahui pula bahwa peran ulama dalam aspek sosial berada pada tingkat yang sedang dengan nilai sebesar 20 persen (Tabel 25), dan peran ulama dalam aspek ekonomi berada pada tingkat yang sedang dengan nilai 15 persen (Tabel 28). Hubungan yang signifikan antara tingkat loyalitas, tingkat pengaruh, dan tingkat kepercayaan dalam aspek kehidupan sosial pada kehidupan masyarakat tergambar dari nasihat-nasihat yang disampaikan ulama kepada masyarakat lewat dakwahnya. Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh ulama ternyata mampu mengubah prilaku keseharian masyarakat menjadi lebih baik. Misalnya seperti kasus yang terjadi pada tahun 2006, dimana masyarakat Desa Karang Tengah yang terkenal dengan masyarakat yang anarkis sering bermasalah dengan desa tetangga yang berujung pada perkelahian antar desa. Perkelahian antar desa ini kemudian sampai mengakibatkan korban jiwa. Namun dengan pendekatan yang dilakukan oleh KH Mukti Ali terhadap masyarakat desa terutama kaum pemuda secara perlahan-lahan dapat merubah citra desa karang tengah sebagai desa yang
55 anarkis menjadi desa yang santun dan ramah sehingga perkelahian antar desa pun sudah tidak pernah terjadi lagi. Hal ini tergambar dari penyataannya sebagai berikut: “… dulu masyarakat Karang Tengah itu terkenal sering ribut, akhirnya pernah pada suatu ketika Saya mengajak masyarakat untuk pergii jalan-jalan bersama ke Gunung Emas. Pada saat acara jalan-jalan saya melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan memberikan arahan bahwa sesungguhnya dalam Islam tidak diperbolehkan saling menyakiti. Pada saat yang bersamaan, masyarakat langsung merespon arahan Saya dengan meminta diadakan pengajian setiap minggu. Dari situ, masyarakat Karang Tengah menjadi lebih baik, dalam arti tidak lagi menjadi masyarakat yang anarkis. Alhamdulilah, sampai saat ini semuanya aman-aman saja.” Tabel 38 Hasil Rank Spearman. hubungan antara pengaruh ulama terhadap politik lokal pada masyarakat lapisan bawah di Desa Ciaruteun Udik Pengaruh Ulama Politik lokal
Tingkat loyalitas
Tingkat pengaruh
Tingkat kepercayaan
γs
p
γs
P
γs
P
Sosial
0.299
0.100
0.238
0.156
0.376
0.051
Ekonomi
0299
0.100
0.586**
0.003
0.498*
0.013
Politik
0.316
0.087
0.183
0.220
0.035
0.442
Ket: γs = koefisien Rank Spearman, P= value---*=Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).--**=Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed
Hasil penelitian mengenai pengujian hubungan antara kekuatan ulama dengan politik lokal pada masyarakat lapisan bawah di Desa Ciaruteun Udik menunjukkan bahwa; tingkat pengaruh dan tingkat kepercayaan berhubungan signifikan dengan aspek ekonomi. Berdasarkan analisis tabulasi silang diperoleh data yang menunjukkan bahwa ulama memiliki tingkat pengaruh yang tinggi terhadap masyarakat dengan nilai sebesar 18.3 (Tabel 20), 11.7 persen masyarakat memiliki tingkat kepercayaan tinggi terhadap ulama (Tabel 23), dan 21.7 persen peran ulama dalam aspek ekonomi berada pada tingkat sedang. Sesuai dengan hasil dari data kuantitatif, hasil data kualitatif yang diperoleh berdasarkan observasi dan wawancara di lapang menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap ulama cenderung mengikuti anjuran-anjuran dari ulama terkait kehidupan ekonomi, seperti perbaikan jalan, pembangunan infrastruktur dan pembangunan tempat-tempat ibadah.
56
57
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian untuk tingkat loyalitas, tingkat pengaruh dan tingkat kepercayaan munjukan bahwa; 1) tingkat loyalitas di Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik menunjukan hasil yang sama bahwa “semakin rendah lapisan sosial masyarakat maka semakin tinggi tingkat loyalitasnya terhadap ulama”. 2) tingkat pengaruh ulama terhadap masyarakat di Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik yang juga menunjukan hasil yang sama bahwa “semakin rendah kelas sosial masyarakat maka tingkat pengaruh ulama akan semakin tinggi begitu juga sebaliknya”. 3) tingkat kepercayaan di Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik mengalami perbedaan dimana di Desa Karang Tengah menunjukan bahwa “semakin rendah kelas sosial masyarakat maka tingkat kepercayaannya terhadap ulama akan semakin tinggi”, sedangkan di Desa Ciaruteun Udik menunjukan “semakin tinggi kelas sosial masyarakat maka tingkat kepercayaannya terhadap ulama akan semakin tinggi”. Selanjutnya penelitian mengenai peran ulama dalan aspek sosial, ekonomi dan politik menunjukan bahwa: 1) peran ulama dalam aspek sosial di Desa Karang Tengah menunjukan bahwa “semakin rendah kelas sosial masyarakat maka akan semakin tinggi peran ulama terhadap aspek sosial”. Sedangkan di Desa Ciaruteun Udik menunjukan bahwa “semakin tinggi kelas sosial masyarakat maka semakin kuat peran ulama dalam aspek sosial masyarakat lapisan tersebut”. 2) peran ulama dalam aspek ekonomi di Desa Karang Tengah dan Desa Ciaruteun Udik menunjukan bahwa “semakin rendah kelas sosial masyarakat maka semakin tinggi peran ulama dalam aspek ekonomi ”. 3) peran ulama terhadap aspek politik di Desa Karang Tengah menunjukan bahwa “semakin rendah kelas sosial masyarakat maka semakin tinggi peran ulama dalam politik”. dan di Desa Ciaruteun Udik menunjukan bahwa “semakin tinggi kelas sosial masyarakat maka semakin kuat peran ulama dalam aspek politik”. Hasil pengujian hubungan kekuatan ulama dengan politik lokal menunjukan bahwa; 1) Desa Karang Tengah menunjukan bahwa ”baik pada masyarakat lapisan atas, menengah maupun bawah tingkat loyalitas dan tingkat pengaruh berhubungan signifikan dengan aspek sosial dan aspek ekonomi. Sedangkan untuk tingkat kepercayaan pada masyarakat lapisan atas dan lapisan menengah berhubungan signifikan dengan aspek sosial dan aspek ekonomi. Namun pada masyarakat lapisan bawah tingkat kepercayaan hanya berhubungan signifikan dengan aspek sosial saja”. 2) Desa Ciaruteun Udik menunjukan bahwa “ baik pada masyarakat lapisan atas, menengah dan bawah tingkat loyalitas berhubungan signifikan dengan aspek politik. Untuk tingkat pengaruh pada masyarakat lapisan atas berhubungan signifikan dengan aspek sosial dan politik, pada masyarakat lapisan menengah berhubungan signifikan dengan aspek sosial, ekonomi dan politik, dan pada masyarakat lapisan bawah berhubungan signifikan dengan aspek ekonomi. Selanjutnya untuk tingkat kepercayaan pada masyarakat lapisan atas berhubungan signifikan dengan aspek politik, dan pada masyarakat lapisan menengah dan bawah berhubungan signifikan dengan aspek sosial dan ekonomi”.
58
Saran Sebagai pemimpin informal yang hidup di tengah masyarakat ulama seharusnya dapat menjadi control sosial yang mampu mengayomi masyarakat dengan berbagai nasihat-nasihatnya tanpa melakukan keberpihakan dalam aspekaspek kehidupan tertentu. Sikap yang netral terutama pada aspek kehidupan politik masyarakat desa, mampu menjadikan ulama sebagai tokoh yang menjadi panutan dan disegani oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari kasus yang terjadi di Desa Karang Tengah dimana keberpihakan ulama pada aspek kehidupan politik mengakibatkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap ulama.
59
DAFTAR PUSTAKA Alamsyah AR. 2009. Islam Jawara dan Demokrasi. Jakarta (ID): Dian Rakyat. 182 hal. Hamid A. 2010. Memetakan aktor politik lokal Banten pasca orde baru:kiai dan jawara di Banten. Jurnal politika. [Internet]. [diunduh 2012 Oktober 27]; 2: (1). 32-45. Tersedia pada: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/2533.pdf Abdurrahman. 2009. Fenomena kiai dalam dinamika politik: antara gerakan moral dan politik. Jurnal kasra. [Internet]. [diunduh 2012 November 13]; 1: (1). 311-322. Tersedia pada: http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/jks/44.pdf Bungin MB. 2008. Sosiologi Komunikasi: teori paradigm dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat. Jakarta (ID): Kencana. 383 hal Fadhilah A. 2011. Struktur dan pola kepemimpinan kyai dalam pesantren di Jawa. Jurnal hunafa. [internet]. [diunduh 2012 November 12]; 1: (8). 101-120. Tersedia pada: http://hunafa.stain-palu.ac.id/.../Amir-F-FAH101-120.pdf Iskandar M. 2001. Para Pengemban Amanah. Yogyakarta (ID): Matabangsa. 319 hal Kartodirdjo S. 1984. Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial. Jakarta (ID): LP3ES. 218 hal Narwoko JD, Suyanto B. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. J Dwi N, Bagong S. Editor. Jakarta (ID): Kencana prenada. 445 hal Nordholt HS, Klinken G, Hoogenboom IK. 2007. Politik Lokal di Indonesia. Henk Schulte N, Gerry K, Ireen Karang H. Editor. Jakarta (ID): KITLV. 706 hal Pahlevi A. 2011. Implementasi demokrasi pancasila sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Jurnal dialog. [Internet]. [diunduh 2012 November 13]; 1: (2). 30-35. Tersedia pada: http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/.../5110.pdf Rakhmat J. 2002. Metode Penelitian Komunikasi: dilengkapi contoh analisis statistik. Bandung (ID): Remaja rosdakarya. 184 hal Sholehuddin. 2008. Kepemimpinan Pemuda dalam Berbagai Perspektif. Jakarta (ID): Intimedia ciptanusantara. 112 hal Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survai. Masri S, Sofian E. Editor. Jakarta (ID): LP3ES. 336 hal Soekanto S. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): Grafindo. 404 hal Susanto Edi. 2007. Kepemimpinan [kharismatik] kyai dalam perspektif masyarakat Madura. [Disertasi]. [tempat tidak diketahui]. [Internet].
60 [diunduh 2012 November 13]. Tersedia pada: http://karsa.stainpamekasan.ac.id/index.php/jks/.../71.pdf Swasono SE. 2010. Kembali ke pasal UUD 1945: menolak neoliberalisme. Jakarta (ID): Hatta Syarbaini S, Rahman A, Djihado M. 2004. Sosiologi dan Politik. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. 111 hal Tjondronegoro S. 1999. Keping-Keping Sosiologi dari Pedesaan. Bogor (ID): Direktorat jendral pendididkan tinggi departemen pendididkan dan kebudayaan. 439 hal
61
LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
Gambar 4 Peta Desa Karang Tengah
Gambar 5 Peta Desa Ciaruteun Udik
62
Lampiran 2 Dokumentasi
63
Lampiran 3 Matriks tingkat kekuatan ulama berdasarkan stratifikasi sosial
Stratifikasi sosial Desa Karang tengah
Lapisan atas Lapisan menengah Lapisan bawah Ciaruteun Lapisan udik atas Lapisan menengah Lapisan bawah
Kekuatan ulama Tingkat loyalitas Tingkat pengaruh Tingkat kepercayaan Tinggi sedang rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah V
V
V V
V V V
V
V V
V V
V
V
V
V V V
63
64
Lampiran 4 Matriks peran ulama terhadap politik lokal ulama berdasarkan stratifikasi sosial
Stratifikasi sosial Desa Karang tengah
Lapisan atas Lapisan menengah Lapisan bawah Ciaruteun Lapisan udik atas Lapisan menengah Lapisan bawah
Politik lokal Aspek sosial Aspek ekonomi Aspek politik Tinggi sedang rendah Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V V
Lampiran 5 Data karakteristik responden berdasarkan lapisan masyarakat dan kepemilikan aset berharga Lapisan Rp 500 000- Rp 1 500 000 Rp 1 600 000- Rp 2 500 000 >Rp 2 500 000
Karang Tengah Ciaruteun Udik Karang Tengah Ciaruteun Udik Karang Tengah Ciaruteun Udik
Mobil 0 0 2 0 14 11
Sepeda motor 16 14 20 20 17 16
Kepemilikan asset (Responden) Televisi DVD room 17 6 15 0 19 7 19 6 18 10 12 9
Lemari es 8 4 19 16 18 15
Mesin cuci 0 0 4 4 8 7
65
66
Lampiran 6 Data rekapitulasi perolehan suara pasangan calon dan partisipasi pemilih dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat tahun 2013 tingkat Kabupaten Bogor
N0 1 2
Kecamatan Babakan Madang Cibungbulang
Jumlah pemilih 67 711 91 426
Calon 1 (%) 2.20 1.54
Perolehan suaran sah pasangan calon Calon 2 Calon 3 Calon 4 Calon 5 (%) (%) (%) (%) 14.28 31.97 26.16 25.39 9.31 27.90 39.55 21.70
Total (%) 100 100
Lampiran 7 Data rekapitulasi peraihan suara PILGUB Jawa Barat 2013 Desa Karang Tengah
67
68
Lampiran 8 Data rekapitulasi peraihan suara PILGUB Jawa Barat 2013 Desa Ciaruteun Udik