Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing Vol. 4, No. 1, April 2009
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI, KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI: DITINJAU DARI PERSPEKTIF GENDER Poppy Nurmayanti Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRACT This research aim to test do emotional intellegence consisting of five component that is recognition self awareness, self regulation, motivation, empathy, and social skills have an effect on to storey level understanding of accountancy point of view from gender perspective. This research also aim to know the existence of role self confidence as moderating variable to emotional intellegence influence to storey level understanding of accounting. Besides also this research aim to see the existence of difference emotional intellegence between student owning self confidence of strong with student which is self confidence of weak. Measuring instrument to measure storey level understanding of accountancy is average point of accountancy that is PA1, PA2, AKM1, AKM2, AKL1, AKL2, AU1, AU2, and TA. The data analysis used is simple linear regression, Moderating Regression Analysis (MRA), and independent sample t-test. The results show that recognition self awareness, self regulation, motivation, social skill and empathy do not have an effect on by significance and only empatht has role as quasi moderator variable. There is no difference between emotional intellegence woman and man. But, weak self confidence and strong self confidence differ for all of emotional intellegence (recognition self awareness, self regulation, motivation, empathy, and social skills). Many factors which influence storey level understanding of accountancy like mental stress factor, and so on. Result of this research can give contribution to university in order to compiling curricullum and give input to student in order to develop and manage their emotional intellegence and self confidence. Keyword: emotional intellegence, recognition self awareness, self regulation, motivation, empathy, and social skills, gender, self confidence, and level understanding of accountancy. Latar Belakang Orang yang memiliki kecerdasan otak saja atau memiliki gelar yang tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia kerja. Bahkan seringkali yang berpendidikan formal lebih rendah ternyata yang banyak berhasil. Kebanyakan program pendidikan formal hanya berfokus kepada kecerdasan akal (IQ) saja, padahal yang diperlukan sebenarnya adalah bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti ketangguhan, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi merupakan dasar penilaian baru. Saat ini
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
begitu banyak orang berpendidikan dan tampak begitu menjanjikan namun karirnya terhambat atau lebih buruk lagi, tersingkir, akibat rendahnya kecerdasan emosional mereka. Mc Cleland (1997) dalam Goleman (2000) menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor, dan prediksi kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapainya dalam hidup. Sebaliknya, seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif mampu membedakan orang sukses dari mereka yang berprestasi biasa-biasa saja. Selain kecerdasan emosional kognisi yang dapat mempengaruhi keberhasilan orang dalam bekerja. Faktor ini dikenal sebagai kecerdasan emosional. Goleman (2000) berusaha untuk mengubah pandangan tentang IQ yang menyatakan keberhasilan intelektualitas belaka. Peran IQ dalam dunia kerja ternyata hanya menempati posisi kedua setelah kecerdasan emosional dalam menentukan peraihan prestasi puncak. Goleman (2000) tidak mempertentangkan antara IQ (kecerdasan kognisi) dan EQ (kecerdasan emosional), melainkan memperlihatkan adanya kecerdasan yang bersifat emosional. Ia berusaha untuk menemukan keseimbangan cerdas antara emosi dan kognisi. Kecerdasan emosional menentukan seberapa baik seseorang menggunakan keterampilan – keterampilan yang dimilikinya, termasuk keterampilan intelektual. Paradigma lama menganggap yang ideal adalah adanya nalar yang bebas dan emosi, paradigma baru menganggap adanya kesesuaian antara kepala dengan hati. Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan, dan menunda kepuasaan sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan – kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita – citanya. Kecerdasan emosional penting bagi seorang lulusan pendidikan tinggi akuntansi. Kecerdasan emosional memandu kita untuk mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta untuk menggapainya dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari – hari (Trisniwati dan Suryaningrum, 2003). De Mong, Lindgrenndan Perry (1994) dalam Anggraita (2000) mengidentifikasi salah satu keluaran dari proses pengajaran akuntansi dalam kemampuan intelektual yang terdiri dari keterampilan teknis, dasar akuntansi, dan kapasitas untuk berpikir kritis dan kreatif. Selain ini juga kemampuan komunikasi organsasional, interpersonal, dan sikap. Oleh karena akuntan harus memiliki kompetensi ini, maka pendidikan tinggi akuntansi bertanggung jawab untuk mengembangkan keterampilan mahasiswanya untuk memiliki tidak hanya kemampuan dan pengetahuan di bidang akuntansi, tetapi juga kemampuan lain yang diperlukan untuk berkarier di lingkungan yang selalu berubah dan ketat persaingannya, dalam hal ini kecerdasan emosional.
16
Popy Nurmayanti
Penelitian ini akan menguji kembali pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi dengan variabel moderasi yaitu kepercayaan diri ditinjau dari segi gender. Penambahan variabel ini erat kaitannya dengan isu gender yang akhirakhir ini merebak dan masih sedikit (bahkan mungkin tidak ada?) penelitian yang mengkaitkan isu kecerdasan emosional dengan gender. Terminologi gender dalam ilmu – ilmu sosial diperkenalkan sebagai acuan kepada perbedaan – perbedaan antara laki – laki dan perempuan tanpa konotasi – konotasi yang sepenuhnya bersifat biologis (Mandy Mac Donald et al., 1997). Jadi rumusan gender ini merujuk kepada perbedaan – perbedaan antara laki – laki dan perempuan yang merupakan bentukan sosial, perbedaan – perbedaan yang tetap muncul meskipun tidak disebabkan oleh perbedaan – perbedaan biologis yang menyangkut jenis kelamin. Rumusan ilmu – ilmu sosial juga mengenal istilah hubungan – hubungan gender yang merupakan sekumpulan aturan-aturan, tradisi-tradisi, dan hubunganhubungan sosial timbal balik dalam masyarakat dan dalam kebudayaan, yang menentukan pembagian kekuasaan diantara laki – laki dan perempuan. Sedangkan istilah “perilaku gender” adalah perilaku yang tercipta melalui proses pembelajaran, bukan sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri secara alamiah atau takdir yang tak bisa dipengaruhi oleh manusia (Trisnaningsih dan Iswati, 2003). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi? 2. Apakah kepercayaan diri mahasiswa akuntansi memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi? 3. Apakah ada perbedaan kecerdasan emosional antara mahasiswa akuntansi perempuan dan mahasiwa akuntansi laki – laki terhadap tingkat pemahaman akuntansi? 4. Apakah ada perbedaan tingkat kecerdasan emosional antara mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri kuat dan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri lemah? Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan masukan untuk menyusun dan menyempurnakan sistem yang diterapkan dalam jurusan atau program studi akuntansi tersebut dalam rangka menciptakan akuntan yang berkualitas, dan memberikan masukan dalam rangka mengembangkan kecerdasan emosional dan kepercayaan diri untuk memperoleh pemahaman akuntansi yang baik dan sempurna. Kerangka Teoritis Definisi Kecerdasan Emosional Menurut Wibowo (2002) kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk menggunakan emosi sesuai dengan keinginan, kemampuan untuk mengendalikan emosi sehingga memberikan dampak yang positif. Kecerdasan emosional dapat membantu membangun hubungan dalam menuju kebahagiaan dan kesejahteraan.
17
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Coleman (2000) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi dengan baik di dalam diri kita dan hubungan kita. Kemampuan ini saling berbeda dan melengkapi dengan kemampuan akademik murni, yaitu kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (1998) dalam Trisniwati dan Suryaningrum (1998) kecerdasan emosional adalah kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh. Sementara menurut Salovey dan Mayer dalam Melandy dan Aziza (2006), pencipta istilah “kecerdasan emosional” mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih, dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Komponen Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2003) terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional (EQ) yaitu: 1. Pengenalan diri (self awareness) 2. Pengendalian diri (self regulation) 3. Motivasi (motivation) 4. Empati (empathy) 5. Keterampilan sosial (social skills) Tabel .1 Kerangka Kerja Kecakapan Emosi Kecakapan Pribadi
Kecakapan Sosial
Kesadaran Diri Adalah mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumberdaya dan intuisi. Terdiri dari: a. Kesadaran emosi: mengenali emosi diri sendiri dan efeknya b. Penilaian diri secara teliti: mengetahui kekuatan dan batas – batas diri sendiri c. Percaya diri: keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri
Empati Adalah kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain. Terdiri dari: a. Memahami orang lain: mengindera perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka. b. Orientasi pelayanan: mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan c. Mengembangkan orang lain: merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka d. Mengatasi keseragaman: menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang. e. Kesadaran politis: mampu membaca arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan. Keterampilan Sosial Adalah kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain
Pengendalian Diri Adalah mengelola kondisi, implus, dan sumberdaya diri sendiri
18
Popy Nurmayanti
Terdiri dari: a. Kendali diri: mengelola emosi dan desakan hati yang merusak b. Sifat dapat dipercaya: memelihara norma kejujuran dan integritas c. Kewaspadaan: bertanggung jawab atas kinerja pribadi d. Adaptibilitas: keluwesan dalam menghadapi perubahan e. Inovasi: mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan dan informasi baru
Terdiri dari: a. Pengaruh: memiliki taktik untuk melakukan persuasi b. Komunikasi: mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan c. Kepemimpinan: membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain d. Katalisator perubahan: memulai dan mengelola perubahan e. Manajemen konflik: negosiasi dan pemecahan silang pendapat f. Pengikat jaringan: menumbuhkan hubungan sebagai alat g. Kolaborasi dan kooperasi: kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama h. Kemampuan tim: menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama
Motivasi Adalah kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan peraihan sasaran Terdiri dari: a. Dorongan prestasi: dorongan untuk menjadi lebih baik untuk memenuhi standar keberhasilan b. Komitmen: menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau perusahaan c. Insiatif: kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan d. Optimisme: kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan
Sumber: Goleman (2003) Kepercayaan Diri Menurut Goleman (2003) kepercayaan diri adalah kesadaran yang kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri. Orang dengan kecakapan ini akan berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan keberadaannya, berani menyuarakan pandangan yang tidak popular dan bersedia berkorban demi kebenaran serta tegas, mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan. Kepercayaan pada diri sendiri yang sangat berlebihan tidak selalu berarti sifat yang positif (Lauster, 2003). Ini umumnya dapat menjurus pada usaha yang tidak kenal lelah. Orang yang terlalu percaya pada diri sendiri sering tidak hati – hati dan seenaknya. Tingkah laku mereka sering menyebabkan konflik dengan orang lain. Seseorang yang bertindak dengan kepercayaan pada diri sendiri yang berlebihan, sering memberikan kesan kejam dan lebih banyuak punya lawan daripada teman. Rasa percaya diri yang kuat sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu, dan percaya bahwa dia bisa, karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Bagi mereka yang kurang percaya
19
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
diri, setiap kegagalan mempertegas rasa tidak mampu mereka. Tidak adanya percaya diri dapat mewujud dalam bentuk rasa putus asa, rasa tidak berdaya, dan meningkatkan keraguan kepada diri sendiri. Di pihak lain, percaya diri berlebihan dapat membuat orang tampak sombong, terutama bila ia tidak mempunyai keterampilan sosial. Orang yang memiliki rasa percaya diri umumnya memandang diri sendiri sebagai orang yang produktif, mampu menghadapi tantangan dan mudah menguasai pekerjaan atau keterampilan baru. Mereka mempercayai diri sendiri sebagai katalisator, penggerak, dan pelopor, serta merasa bahwa kemampuan – kemampuan mereka lebih unggul dibandingkan kebanyakan orang lain. Pemahaman Akuntansi American Accounting Association mendefinisikan akuntansi sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Suwarjono (1991) mendefinisikan akuntansi sebagai perangkat pengetahuan yang luas dan kompleks. Pengetahuan akuntansi dapat dipandang dari dua sisi pengertian, yaitu sebagai pengetahuan profesi (keahlian) yang dipraktikkan di dunia nyata dan sekaligus sebagai suatu disiplin pengetahuan yang diajarkan di perguruan tinggi (Suwarjono, 2005). Kedua definisi ini dapat dijelaskan arti dan implikasinya dengan cara mengenali kata kunci yang terkandung di dalamnya: - Perekayasaan penyediaan jasa - Informasi - Laporan keuangan kuantitatif - Unit organisasi - Bahan olah akuntansi - Transaksi keuangan - Pemrosesan data dasar - Pihak yang berkepentingan - Cara tertentu (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) - Dasar pengambilan keputusan Pendidikan tinggi mengadakan program pendidikan mengacu pada pola link and match. Pengertian link and match yang dimaksud adalah keterkaitan antara produktifitas peendidikan baik mencakup kuantitas, kualitas, kualifikasi yang dibutuhkan dengan kebutuhan pembangunan, dunia industri, masyarakat maupun individu lulusan perguruan tinggi yang bersangkutan. Kenyataannya pasar kerja tidak hanya membutuhkan lulusan perguruan tinggi yang semata – mata memiliki penguasaan akan ilmu pengetahuan, tetapi dibutuhkan juga sejumlah kompensasi lain yang tidak berhubungan dengan ilmu pengetahuan secara langsung. Accounting Education Change Comission (AECC) yang dibentuk di Amerika menyarankan sistem pendidikan akuntansi harus mampu menghasilkan lulusan yang utuh sebagai tenaga profesional. Untuk itu diperlukan tidak hanya pengetahuan bisnis dan akuntansi saja, tetapi juga penguasaan keterampilan intelektual, interpersonal, dan komunikasi serta orientasi profesional.
20
Popy Nurmayanti
Pengertian dan Pandangan tentang Gender Gender dapat diartikan sebagai jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial berdasarkan jenis kelamin (Yanti Muhtar 2002 dalam Suryadi dan Idris, 2004). Pandangan mengenai gender dapat diklasifikasikan, pertama; kedalam dua model, yaitu equity model dan complementary contribution model, dan kedua; kedalam dua stereotipe, yaitu sex role stereotypes dan managerial stereotypes (Gill Palmer dan Tamilselvi Kandasaami, 1997). Model pertama mengasumsikan bahwa antara laki – laki dan perempuan sebagai profesional adalah identik, sehingga perlu ada satu cara yang sama dalam mengelola dan perempuan harus diuraikan akses yang sama. Model kedua berasumsi bahwa antara laki – laki dan perempuan mempunyai kemampuan yang berbeda sehingga perlu ada perbedaan dalam mengelola dan cara menilai, mencatat serta mengkombinasikan untuk menghasilkan suatu sinergi. Pengertian klasifikasi stereotype merupakan proses pengelompokkan individu ke dalam suatu kelompok, dan pemberian atribut karakteristik pada individu berdasarkan anggota kelompok. Sex role stereotype dihubungkan dengan pandangan umum bahwa laki – laki itu lebih berorientasi kepada pekerjaan, obyektif, independen, agresif, dan pada umumnya memiliki kemampuan lebih dibandingkan perempuan dalam pertanggungjawaban manajerial. Perempuan di lain pihak dipandang lebih pasif, lembut, orientasi pada pertimbangan, lebih sensitif, dan lebih rendah posisinya pada pertanggungjawaban dalam organisasi dibandingkan laki – laki. Manajerial stereotypes memberikan pengertian manajer yang sukses sebagai seseorang yang memilikik sikap, perilaku, dan temperamen yang umumnya lebih dimiliki laki – laki dibandingkan perempuan. Bidang akuntansi merupakan salah satu bidang yang tidak terlepas dari dampak gender. Menurut Schwartz (1996) dalam Trisnaningsih dan Iswati (2003) menyatakan bahwa bidang akuntan publik merupakan salah bidang kerja yang paling sulit bagi perempuan karena intensitas pekerjaannya. Meski demikian, bidang ini adalah bidang yang sangat potensial terhadap perubahan, dan perubahan tersebut dapat meningkatkan lapangan pekerjaan bagi perempuan. Schwartz (1996) juga mengungkapkan bahwa sangat mudah untuk mengetahui mengapa jumlah perempuan yang menjadi partner lebih sedikit dibandingkan laki – laki. Salah satu alasannya adalah adanya budaya yang diciptakan untuk laki – laki (patriarki), kemudian adanya stereotype tentang perempuan, terutama adanya pendapat yang menyatakan bahwa perempuan mempunyai keterikatan (komitmen) pada keluarga yang besar daripada keterikatan (komitmen) terhadap karirnya. Dalam lingkungan pekerjaan apabila terjadi masalah, pegawai laki – laki akan mungkin merasa tertantang untuk menghadapinya dibandingkan untuk menghindarinya. Perilaku pegawai perempuan ini akan lebih cenderung untuk menghindari konsekuensi konflik dibandingkan perilaku pegawai laki – laki, meskipun dalam banyak situasi perempuan lebih banyak melakukan kerjasama dibandingkan laki – laki, tetapi apabila akan ada risiko yang timbul, laki – laki cenderung lebih banyak membantu dibandingkan perempuan (Eaghly, 1987 dalam Trisnaningsih dan Iswati, 2003).
21
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Gambar 1 Model Penelitian Gender (X7)
Kecerdasan Emosional -
Pengenalan diri (X1) Pengendalian diri (X2) Motivasi (X3) Empati (X4) Keterampilan sosial (X5)
Gender (X7)
Tingkat Pemahaman Akuntansi (Y)
Kepercayaan Diri (X6)
Pengembangan Hipotesis Kecerdasan emosional memiliki peranan 80% untuk mencapaian kesuksesan hidup, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Dalam kehidupan akademik, tampaknya kecerdasan emosional juga memiliki peranan besar. Untuk menjadi seorang sarjana, dibutuhkan proses yang panjang, usaha yang keras dan dukungan dari berbagai pihak. Proses ini akan mempengaruhi pengalaman hidup mahasiswa. Dalam hal ini peneliti menyusun hipotesis berdasar pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi dengan kepercayaan diri sebagai variabel moderating, ditinjau dari sisi gender. Pengenalan Diri Menurut Gea et al (2002) mengenal diri berarti memahami kekhasan fisiknya, kepribadian, watak, dan temperamennya, mengenal bakat alamiah yang dimilikinya serta punya gambaran atau konsep yang jelas tentang diri sendiri dengan segala kesulitan dan kelemahannya. Ada beberapa cara untuk mengembangkan kekuatan dan kelemahan dalam pengenalan diri yaitu introspeksi diri, mengendalikan diri, membangun kepercayaan diri, mengenal dan mengambil inspirasi dari tokoh – tokoh teladan, dan berfikir positif dan optimis tentang diri sendiri (Gea et al, 2002). Untuk menghadapi masa depan para mahasiswa akuntansi diharapkan mampu mengenal diri mereka sesuai dengan keterampilan dasar dari kecakapan emosi. Dengan demikian diharapkan mereka dapat belajar dengan sungguh – sungguh dan sasdar sesuai dengan kemampuan dan kewajibannya serta mempunyai rasa percaya diri yang kuat. Mahasiswa yang belajar berdasarkan kecakapan emosi ini sudah pasti akan belajar secara maksimal, dalam hal ini akan lebih paham tentang apa yang mereka pelajari sehingga mendapatkan prestasi yang lebih baik dengan kualitas tinggi.
22
Popy Nurmayanti
Berdasarkan uraian ini dapat diasumsikan bahwa pengenalan diri dapat mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi. Pengenalan diri dianggap dapat mengubah proses belajar mahasiswa dimana mereka memperoleh tingkat pemahaman yang lebih baik. Oleh karena itu diajukan hipotesis sebagai berikut: H1a: Pengenalan diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi H1b: Kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan pengenalan diri terhadap tingkat pemahaman akuntansi H1c: Ada perbedaan tingkat pengenalan diri antara mahasiswa akuntansi perempuan dengan mahasiswa akuntansi laki – laki H1d: Ada perbedaan tingkat pengenalan diri antara mahasiswa akuntansi yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan kepercayaan diri lemah Pengendalian Diri Pengendalian diri merupakan pengelolaan emosi yang berarti menangani perasaaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat (Melandy dan Azizah, 2006). Hal ini merupakan kecakapan yang sangat tergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya, orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal – hal negatif yang merugikan dirinya sendiri. Kepercayaan diri mahasiswa akan mempengaruhi kemampuan untuk mengendalikan dirinya. Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang kuat, maka akan cenderung lebih mampu mengendalikan dirinya dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dibanding mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang lemah (Melandy dan Azizah, 2006). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H2a: Pengendalian diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi H2b: Kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan pengendalian diri terhadap tingkat pemahaman akuntansi H2c: Ada perbedaan tingkat pengendalian diri antara mahasiswa akuntansi perempuan dengan mahasiswa akuntansi laki – laki H2d: Ada perbedaan tingkat pengendalian diri antara mahasiswa akuntansi yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan kepercayaan diri lemah Motivasi Motivator yang paling berdaya guna adalah motivator yang berasal dari dalam diri, bukan dari luar. Keinginan untuk maju dari dalam diri mahasiswa akan menimbulkan semangat dalam meningkatkan kualitas mereka. Para mahasiswa yang memiliki upaya untuk meningkatkan diri akan menunjukkan semangat juang yang tinggi ke arah penyempurnaan diri yang merupakan inti dari motivasi untuk meraih prestasi.
23
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Melandy dan Azizah (2006) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa adalah kepercayaan diri. Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri kuat cenderung lebih memiliki motivasi yang tinggi karena dia percaya akan kemampuan dirinya sendiri dibandingkan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri lemah yang cenderung memiliki motivasi yang rendah pula. Seorang mahasiswa yang termotivasi untuk berprestasi akan lebih jeli menemukan cara belajar yang lebih baik, untuk berusaha, untuk membuat inovasi, atau menemukan keunggulan kompetitif (Trisniwati dan Suryaningrum, 2003). Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis yang diajukan adalah: H3a: Motivasi berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi H3b: Kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan motivasi terhadap tingkat pemahaman akuntansi H3c: Ada perbedaan motivasi antara mahasiswa akuntansi perempuan dengan mahasiswa akuntansi laki – laki H3d: Ada perbedaan motivasi antara mahasiswa akuntansi yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan kepercayaan diri lemah Empati Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Di kalangan mahasiswa yang paling efektif dari empati adalah mempunyai kemampuan paling tinggi dalam penolakan terhadap sinyal – sinyal emosi tubuh sendiri mulai dari mendengar, memahami, dan bersosial dengan lingkungan kampus. Orang yang memiliki empati yang tinggi akan lebih mampu membaca perasaan dirinya dan orang lain yang akan berakibat pada peningkatan kualitas belajar sehingga akan tercipta suatu pemahaman yang baik tentang akuntansi. Kepercayaan diri akan mempengaruhi empati dari seorang mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri kuat akan mudah untuk berempati kepada dirinya dan orang lain dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang lemah. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H4a: Empati berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi H4b: Kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan empati terhadap tingkat pemahaman akuntansi H4c: Ada perbedaan empati antara mahasiswa akuntansi perempuan dengan mahasiswa akuntansi laki – laki H4d: Ada perbedaan empati antara mahasiswa akuntansi yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan kepercayaan diri lemah Keterampilan Sosial Menurut Jones (1996) kemampuan membina hubungan dengan orang lain adalah serangkaian pilihan yang dapat membuat anda mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang yang berhubungan dengan anda atau orang lain yang ingin anda hubungi. Keterampilan sosial ini dapat dilihat dari sinkroni antara dosen dan mahasiswanya yang menunjukkan seberapa jauh hubungan yang mereka rasakan, studi – studi di kelas membuktikan bahwa semakin erat koordinasi gerak antara dosen dan
24
Popy Nurmayanti
mahasiswa, semakin besar perasaan bersahabat, bahagia, antusias, minat, dan adanya keterbukaan ketika melakukan interaksi. Hal ini yang dapat menyebabkan mahasiswa dapat belajar dengan suasana yang baik, sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal. Kepercayaan diri sangat diperlukan dalam keterampilan sosial, karena dengan kepercayaan diri yang kuat, mahasiswa akan mudah untuk terbuka dan terampil dalam bersosialisasi bila dibandingkan dengan mahasiswa yang kepercayaan dirinya lemah. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H5a: Keterampilan sosial berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi H4b: Kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan keterampilan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi H4c: Ada perbedaan keterampilan sosial antara mahasiswa akuntansi perempuan dengan mahasiswa akuntansi laki – laki H4d: Ada perbedaan keterampilan sosial antara mahasiswa akuntansi yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan kepercayaan diri lemah METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa jurusan akuntansi yang telah menempuh 120 sks. Asumsinya bahwa populasi tersebut telah mendapat manfaat maksimal dari pengajaran akuntansi, sehingga pemahaman akuntansinya lebih baik. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling, dengan menggunakan metode purposive sampling dan convenience sampling. Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa jurusan akuntansi dari 3 perguruan tinggi yang ada di Pekanbaru, yaitu Universitas Riau, Universitas Islam Riau, dan Universitas Islam Negeri. Dari tiga perguruan tinggi tersebut, kemudian dipilah lagi menjadi program akuntansi S1 reguler dan program studi akuntansi D3. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan penyebaran kuesioner. Kuesioner yang disebarkan dilakukan dengan sistem snowball dan dengan mendatangi satu per satu calon responden. Sistem snowball ini dilakukan untuk mempermudah pengembalian kuesioner, sehingga memperkecil response bias. Sementara untuk data sekunder dilakukan dengan cara melihat transkrip nilai mata kuliah akuntansi dari masing-masing responden. Data tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan angkatan 2001, 2002, dan 2003. Ini bertujuan untuk melihat kesetaraan responden yang hendak dibandingkan. Operasional Variabel Dalam penelitian ini terdapat variabel penelitian: 1. Variabel independen, yaitu kecerdasan emosional yang dikembangkan menjadi lima variabel, yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Peneliti tertarik untuk melihat perbedaan perspektif gender untuk setiap variabel kecerdasan emosional.
25
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
2. Variabel moderating, yaitu kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang digunakan untuk penelitian ini adalah kepercayaan diri kuat dan kepercayaan diri lemah. 3. Variabel dependen, yaitu tingkat pemahaman akuntansi. Untuk mengukur tingkat pemahaman akuntansi dari responden, digunakan rata – rata nilai matakuliah akuntansi. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah hasil pengembangan dari penelitian Trisnawati dan Sri (2003) untuk variabel kecerdasan emosional, sedangkan alat ukur untuk menentukan apakah seseorang memiliki kepercayaan diri yang kuat atau kepercayaan diri lemah digunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Lauster (2003). Analisis Data Uji Kualitas Data Ketepatan pengujian suatu hipotesis sangat tergantung dari kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Untuk itu perlu dilakukan uji kualitas data baik melalui uji validitas data maupun uji reliabilitas data. Uji validitas data penelitian ini dengan menggunakan analisis faktor, principal component analysis dengan varimax rotation. Eigenvalue untuk tiap faktor harus lebih besar dari 1, dan untuk item yang memiliki factor loading dibawah 0.4 tidak dimasukkan dalam analisis. Pengujian konsistensi internal penelitian ini (reliabilitas) menggunakan koefisien cronbach alpha dengan batasan minimal 0.60. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk menguji apakah distribusi data normal. Uji ini dilakukan dengan cara analisis grafik. b. Uji Multikolinearitas Tujuan uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika ada, maka berarti terdapat multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Jika nilai VIF > 10, atau nilai Tolerance < 0.10, berarti terdapat multikolineritas c. Uji Autokorelasi Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin – Watson (DW test). Caranya adalah: Jika DW di bawah -2, berarti terdapat autokorelasi positif Jika DW di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi Jika DW di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. d. Uji Heteroskedastisitas Cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat scatterplots. Jika membentuk pola tertentu, maka terdapat heteroskedastisitas. Uji Hipotesis Untuk uji hipotesis digunakan regresi linier, moderating regression analysis (MRA), dan uji dua beda rata-rata (uji t). Untuk menguji hipotesis 1a, 2a, 3a, 4a, dan 5a, digunakan persamaan regresi linier sederhana:
26
Popy Nurmayanti
H1a : Y = a + b1 X1 + e H2a : Y = a + b1 X1 + e H3a : Y = a + b1 X1 + e H4a : Y = a + b1 X1 + e H5a : Y = a + b1 X1 + e Untuk menguji hipotesis 1b, 2b, 3b, 4b, dan 5b digunakan moderating regression analysis (MRA), dengan persamaan sebagai berikut: H1b: Y = a + b1X1 + b6X6 + b7X1X6 + e H2b: Y = a + b2X2 + b6X6 + b8X2X6 + e H3b: Y = a + b3X3 + b6X6 + b9X3X6 + e H4b: Y = a + b4X4 + b6X6 + b10X4X6 + e H5b: Y = a + b5X5 + b6X6 + b11X5X6 + e Keterangan: Y = Tingkat pemahaman akuntansi (rata – rata nilai akuntansi) a = Konstanta b = Koefisien regresi X1 = Pengenalan diri X2 = Pengendalian diri X3 = Motivasi X4 = Empati X5 = Keterampilan sosial X6 = Kepercayaan diri Uji beda (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis 1c, 2c, 3c, 4c, 5c, dan 1d, 2d, 3d, 4d dan 5d. Pengujian ini digunakan uji t untuk 2 sampel independen. Jika setiap pengujian hipotesis tersebut menunjukkan probabilitasnya < 0.05, maka hipotesis tersebut diterima, artinya ada perbedaan tingkat kecerdasan emosional (pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial) antara mahasiswa akuntansi perempuan dan mahasiswa laki – laki, dan ada perbedaan tingkat kecerdasan emosional (pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial) antara mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang lemah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Responden Dari 300 kuesioner yang dikirim ke seluruh responden, 267 kuesioner yang kembali, 5 kuesioner tidak dapat digunakan karena tidak lengkap. Sehingga jumlah kuesioner penelitian ini yang dapat diolah adalah 262 kuesioner. Karakteristik responden yang menjadi sampel penelitian ini diringkas menurut usia responden, jenis kelamin, universitas, dan nilai IPK yang disajikan dalam tabel 2
27
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Tabel 2. Karakteristik Responden Karakteristik Jenis Kelamin
Kategori Laki-laki Perempuan Total
Usia Responden
Universitas
Total SKS untuk S1
Total SKS untuk D3
IPK
≤ 21 tahun 22 – 23 tahun ≥ 24 tahun Total Universitas Riau Universitas Islam Riau Universitas Islam Negeri SUSKA Total 120 – 130 sks 131 – 140 sks > 141 sks Total 81 – 90 sks 91 – 100 sks 101 – 110 sks Total < 2,50 2,51 – 3,00 3,01 – 3,50 3,51 – 4,00 Total
Jumlah 93 169 262 166 91 5 262 85 97 80 262 69 99 36 204 9 44 5 58 10 130 109 13 262
% 35.35 64.50 100.00 63.36 34.73 1.91 100.00 32.44 37.02 30.53 100.00 33.82 48.53 17.65 100.00 15.52 75.86 8.62 100.00 3.82 49.62 41.60 4.96 100.00
Sumber: Data olahan Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas a. Instrumen Kecerdasan Emosional Instrumen kecerdasan emosional meliputi 5 (lima) bagian, yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Masing-masing item instrumen kecerdasan emosional tersebut terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, sehingga total item instrumen kecerdasan emosional 50 (lima puluh) pertanyaan. Secara keseluruhan variabel kecerdasan emosional memiliki faktor loading berkisar 0,368 – 0,795 dengan eigenvalue berkisar 2,376 – 3,302. Dari hasil analisis faktor tersebut terdapat dua item pertanyaan yang tidak memenuhi kriteria faktor loading di atas 0,4 yaitu pertanyaan pada item pengenalan diri dan motivasi, yang memiliki faktor loading masing-masing 0,370 dan 0,368. Pertanyaan pada item pengenalan diri yang memiliki faktor loading yang rendah ini berkaitan dengan pertanyaan nomor 7, yaitu mengenai adanya rasa khawatir responden terhadap masa depannya. Sementara pertanyaan item motivasi yang memiliki faktor loading yang rendah terdapa pada pertanyaan nomor 1, yaitu responden tidak tahu apa yang menjadi tujuan hidupnya. Temuan penelitian ini cukup menarik, mengingat kedua pertanyaan tersebut berkaitan dengan masa depan responden. Artinya, responden masih tidak tahu apa yang sebenarnya akan mereka inginkan untuk masa depannya. Temuan ini tentu saja memberikan kontribusi yang perlu dipertimbangkan untuk penelitian di masa yang akan datang terutama untuk dua item pertanyaan tersebut.
28
Popy Nurmayanti
Tabel 3 Hasil Analisis Faktor Pengenalan Diri No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanyaan Pengenalan Diri Saya menyukai diri saya apa adanya Saya tahu betul kekuatan diri saya Saya sering merasa khawatir tanpa alasan tertentu Saya mudah marah tanpa alasan tertentu Saya sering meragukan kemampuan saya Saya sering merasa tidak mampu melakukan sesuatu Saya merasa khawatir terhadap masa depan saya Saya berani tampil beda di antara teman-teman saya Saya mempunyai kemampuan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan Saya akan menyelesaikan pekerjaan yang tanggungjawab saya, meskipun saya tidak menyukai
Faktor Loading 0,370 – 0,770 0,758 0,779 0,637 0,592 0,535 0,562 0,370 0,635 0,624
Eigenvalue 2,376 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak valid Valid Valid
0,512
Valid
menjadi
Sumber: Data olahan
Tabel 4 Hasil Analisis Faktor Pengendalian Diri No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Pertanyaan Pengendalian Diri Saya kurang sabar bila menghadapi orang lain Saya sulit pulih dengan cepat sesudah merasa kecewa Saya memikirkan apa yang saya inginkan sebelum bertindak Saya tetap tenang, bahkan dalam situasi yang membuat orang lain marah Saya dapat mengendalikan hidup saya Saya lebih cepat tenang daripada orang lain Saya sering merasa cepat bosan dan jenuh dalam melakukan sesuatu Persaingan yang ketat mengurangi semangat saya Demi sasaran yang lebih besar, saya dapat menunda pemuasan kesenangan sesaat saya, misalnya mengobrol, menonton tv, main game, jalan-jalan dll Saya segera menyelesaikan pekerjaan yang sudah saya rencanakan dengan tidak mengulur waktu.
Faktor Loading 0,523 – 0,768 0,560 0,612 0,750 0,768
Eigenvalue 2,679 Valid Valid Valid Valid
0,747 0,629 0,681 0,514 0,523
Valid Valid Valid Valid Valid
0,685
Valid
Sumber: Data olahan
Tabel 5 Hasil Analisis Faktor Motivasi No 1 2 3 4 5 6 7
Pertanyaan Motivasi Rasanya saya tidak tahu apa yang menjadi tujuan hidup saya Saya suka mencoba-coba hal baru Saya malas mencoba lagi jika pernah gagal pada pekerjaan yang sama Saya berperan serta dalam berbagai informasi dan gagasan Saya senang menghadapi tantangan untuk memecahkan masalah Bila saya memenuhi hambatan dalam mencapai suatu tujuan, saya akan beralih pada tujuan lain Saya mudah menyerah pada saat menjalankan tugas yang sulit
Faktor Loading 0,368 – 0,795 0,368 0,503 0,568
Eigenvalue 3,231 Tidak valid Valid Valid
0,589 0,731
Valid Valid
0,795
Valid
0,636
Valid
29
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
8 9 10
Saya lebih banyak dipengaruhi perasaan takut gagal daripada harapan untuk sukses Saya tertarik pada pekerjaan yang menuntut saya untuk memberi gagasan baru Saya sering melakukan introspeksi untuk menemukan kembali hal-hal yang penting dalam hidup saya.
0,636
Valid
0,696
Valid
0,506
Valid
Sumber: Data olahan Tabel 6 Hasil Analisis Faktor Empati No
3
Pertanyaan Empati Saya mempunyai banyak teman dekat dengan latar belakang yang beragam Saya biasanya dapat mengetahui bagaimana perasaan orang lain terhadap saya Saya merasa bahwa teman saya akan menjatuhkan saya
4
Sulit bagi saya memahami sudut pandang orang lain
1 2
5
Saya merasa canggung ketika berbicara dengan orang lain yang tidak saya kenal 6 Saya dapat membuat orang lain yang tidak saya kenal bercerita tentang dir mereka 7 Dalam suatu pertemuan, apa yang saya sampaikan biasanya menarik perhatian orang lain. 8 Saya dapat merasa sakit hati pada orang lain, meskipun mereka tidak membicarakannya 9 Ketika teman-teman saya memiliki masalah, mereka meminta nasehat pada saya 10 Saya bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Sumber: Data olahan
Faktor Loading 0,536 – 0,765 0,734
Eigenvalue 3,302 Valid
0,743
Valid
0,669
Valid
0,643
Valid
0,765
Valid
0,569
Valid
0,536
Valid
0,710
Valid
0,744
Valid
0,715
Valid
Tabel 7 Hasil Analisis Faktor Keterampilan Sosial No
1 2 3 4 5
Pertanyaan Empati Saya dapat menerima kritik dengan pikiran terbuka dan menerimanya bila hal itu dapat dibenarkan Saya merasa sulit untuk mengembangkan topik pembicaraan dengan orang lain Saya merasa sulit menemukan orang yang bisa diajak bersahabat secara dekat Saya berpedoman pada etika ketika berhubungan dengan orang lain
Masalah-masalah pribadi saya tidak mengganggu pergaulan saya dengan orang lain 6 Saya dapat merasakan suasana hati suatu kelompok ketika saya memasuki suatu ruangan 7 Saya merasa tertekan dan tidak banyak bicara ketika berada diantara banyak orang 8 Pada waktu berbicara dalam suatu diskusi, saya sering salah tingkah karena banyak orang lain yang memperhatikan 9 Saya mempunyai cara yang meyakinkan agar ide-ide saya dapat diterima orang lain 10 Saya mampu mengorganisasikan dan memotivasi suatu kelompok. Sumber: Data olahan
30
Faktor Loading 0,489 – 0,732 0,706
Eigenvalu e 2,858 Valid
0,561
Valid
0,630
Valid
0,732
Valid
0,685
Valid
0,642
Valid
0,651
Valid
0,673
Valid
0,598
Valid
0,489
Valid
Popy Nurmayanti
b. Instrumen Kepercayaan Diri Uji validitas data yang dihasilkan dari instrumen kepercayaan diri dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor loading yang paling rendah adalah 0,375 dan paling tinggi sebesar 0,776 dengan eigenvalue sebesar 7,061 untuk 32 butir pertanyaan. Dari hasil analisis faktor tersebut, untuk item pertanyaan yang memiliki faktor loading yang paling rendah ditemui pada pertanyaan nomor 14, yang berisi pernyataan bahwa responden merasa terlalu rendah diri, dan pertanyaan nomor 27 yang menanyakan bahwa responden merasa bahwa orang lain mendapatkan segalanya lebih mudah dari yang saya lakukan. Temuan dalam penelitian ini tentu saja memberikan kontribusi yang perlu dipertimbangkan untuk penelitian di masa yang akan datang terhadap item pertanyaan ini. Hasil temuan ini disajikan pada tabel 8 berikut. Tabel 8 Hasil Analisis Faktor Kepercayaan Diri No
Pertanyaan
Faktor Loading 0,375 – 0,775 0,479 0,580 0,443 0,575 0,575 0,651 0,776 0,604 0,412 0,651 0,382 0,748 0,681 0,375 0.565 0,722
7,061 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
0,609
Valid
0,550 0,657 0,521 0,464 0,755
Valid Valid Valid Valid
Eigenvalue
18 19 20 21
Empati Saya ingin orang memberikan dorongan lebih banyak pada saya Saya rasa pekerjaan saya terlalu banyak tuntutan Saya kuatir akan masa depan Banyak orang sangat tidak menyukai saya Saya kurang bersemangat dan insiatif dibandingkan orang lain Saya heran apakah semua pikiran saya normal Saya takut mentertawakan diri saya sendiri Orang lain lebih cakap dari saya Saya takut berbicara dengan orang asing Banyak tugas yang saya kerjakan sekaligus Saya ingin belajar bagaimana cara berbicara yang baik dengan orang lain Saya ingin mempunyai kepercayaan pada diri sendri yang lebih besar Saya ingin tahu caranya supaya orang lebih sering menyetujui saya Saya terlalu rendah hati Saya suka dipuji Kebanyakan orang tidak punya hak untuk menyatakan pendapat tentang saya Saya tak punya seseorang dengan siapa saya dapat membicarakan soal-soal pribadi Orang terlalu mengharapkan diri saya Orang tak cukup memperhatikan pekerjaan saya Saya mudah bingung Saya rasa kebanyakan orang tak mengerti saya
22
Saya tak merasa aman dalam lingkungan saya
23 24 25
Saya sering kuatir yang sebenarnya tak perlu Saya tak senang bila saya masuk ruangan dimana sudah ada beberapa orang Saya merasa orang membicarakan saya dibelakang saya
0,672 0,729 0,653
Valid Valid Valid
26
Saya tidak merasa anti sama sekali
0,532
Valid
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Saya merasa bahwa orang lain mendapatkan segalanya lebih mudah dari 27 yang saya lakukan 28 Saya takut sesuatu yang tak baik terjadi pada saya 29 Saya memikirkan cara orang lain bersikap pada saya 30 Saya ingin lebih mudah bergaul 31 Saya dalam diskusi hanya berbicara jika saya yakin saya menang 32 Saya memikirkan apa yang diharapkan masyarakat saya. Sumber: Data olahan
0,386 0,569 0,520 0,635 0,509 0,666
Valid
Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid
31
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Uji Reliabilitas Hasil pengujian reliabilitas terhadap variabel kecerdasan emosional dan kepercayaan diri secara umum menunjukkan bahwa data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diandalkan, karena memiliki Cronbach Alpha di atas 0,50. Hal ini dapat disajikan pada tabel 4.8 berikut ini Tabel .9 Hasil Uji Reliabilitas – Koefisien Cronbach Alpha Variabel Kecerdasan Emosional dan Kepercayaan Diri Variabel dan Items Kecerdasan Emosional 1. Pengenalan Diri 2. Pengendalian Diri 3. Motivasi 4. Empati 5. Keterampilan Sosial Kepercayaan Diri
Jumlah Items
Koefisien Cronbach Alpha
10 10 10 10 10 32
0,5372 0,6455 0,6844 0,7273 0,6940 0,8125
Sumber: Data olahan Analisis Data Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Hasil uji normalitas untuk seluruh variabel penelitian menunjukkan bahwa data telah berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Hasil pengujian multikolinearitas dari seluruh variabel penelitian menunjukkan terdapat multikolinearitas pada persamaan hipotesis H1b, H2b, H3b, H4b, dan H5b. Untuk mengobati multikolinearitas tersebut dilakukan dengan membuang atau menghilangkan variabel yang memiliki korelasi tinggi (Ghozali, 2005), sehingga persamaan untuk hipotesis tersebut menjadi: H1b : Y = a + b1X1 + b12X1.X6 + e H2b : Y = a + b1X2 + b13X2.X6 + e H3b : Y = a + b1X3 + b14X2.X6 + e H4b : Y = a + b1X4 + b15X2.X6 + e H5b : Y = a + b1X5 + b16X2.X6 + e Hasil uji multikolinearitas dengan persamaan regresi baru tersebut menunjukan bahwa seluruh variabel penelitian telah bebas dari multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi untuk penelitian ini disajikan dalam tabel 4.10 dibawah ini. Uji autokorelasi yang dilakukan pada variabel penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada seluruh variabel penelitian, karena Durbin Watson berada diantara -2 sampai + 2. d. Uji Heteroskedastisitas Dari hasil pengujian heteroskedastisitas untuk seluruh variabel penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini bebas dari heteroskedastisitas. 1. Uji Hipotesis Dan Pembahasan
32
Popy Nurmayanti
Hipotesis 1a, 2a, 3a, 4a, dan 5a diuji dengan menggunakan alat analisis berupa regresi linier sederhana. Untuk hipotesis 1b, 2b, 3b, 4b, dan 5b diuji dengan menggunakan Moderating Regression Analysis. Sementara itu untuk hipotesis 1c, 2c, 3c, 4c, dan 5c serta hipotesis 1d, 2d, 3d, 4d, dan 5d digunakan uji Independent Sample T-Test. Hasil Uji Hipotesis 1a, 2a, 3a, 4a, dan 5a Hipotesis 1a, 2a, 3a, 4a, dan 5a diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Tabel 4.11 berikut ini adalah ringkasan dari hasil uji hipotesis tersebut. Tabel 10 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Untuk H1a, 2a, 3a, 4a, dan 5a Hipotesis H1a H2a H3a H4a H5a
Persamaan Regresi
Nilai F
Sig
Adj. R Square Pengenalan diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi Y = a + b1X1 +e 0,033 0,855 - 0,004 Pengendalian diri berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi Y = a + b1X2 +e 0,054 0,817 - 0,004 Motivasi berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi Y = a + b1X3 +e 0,167 0,683 - 0,003 Empati berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi Y = a + b1X4 +e 2,405 0,122 0,005 Keterampilan sosial berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi Y = a + b1X5 +e 0,175 0,676 -0,003
Keterangan
Tidak dapat diterima Tidak dapat diterima Tidak dapat diterima Tidak dapat diterima Tidak dapat diterima
Sumber: Data olahan, Tahun 2006 Dari output analisis regresi linier sederhana, untuk seluruh hipotesis ternyata hanya satu hipotesis saja (H4a) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh antara empati terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Sementara untuk hipotesis 1a, 2a, 3a dan 5a tidak dapat diterima bahwa pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi dan keterampilan sosial tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Untuk hipotesis 1a konsisten dengan penelitian terdahulu, dengan argumen bahwa jika pengenalan diri meningkat maka mahasiswa akan cenderung bersikap idealisme sehingga akan sulit bagi mahasiswa tersebut untuk menerima pendapat yang berakibat pada malas belajar dan tingkat pemahaman akuntansi yang menurun. Hipotesis 2a yang ingin melihat pengaruh pengendalian diri terhadap tingkat pemahaman akuntansi ini konsisten dengan penelitian terdahulu, dengan argumen bahwa terdapat faktor lingkungan yang akan mengurangi semangat belajar mahasiswa. Uji hipotesis 3a yang ingin melihat pengaruh motivasi terhadap tingkat pemahaman akuntansi ini konsisten dengan penelitian terdahulu, dengan argumen bahwa hal ini disebabkan oleh faktor trauma, malas yang akan menimbulkan kurang semangatnya mahasiswa untuk belajar dan berprestasi. Uji hipotesis 4a yang ingin melihat pengaruh empati terhadap tingkat pemahaman akuntansi, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa faktor masalah pribadi turut mempengaruhi
33
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
konsentrasi dalam proses perkuliahan sehingga dapat meningkatkan semangat belajar mahasiswa. Hipotesis 5a menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh keterampilan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi tidak dapat diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan penelitian sebelumnya, dengan argumen bahwa faktor komunikasi yang kurang antar mahasiswa atau antar mahasiswa dan dosen turut mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa. Hasil Uji Hipotesis 1b, 2b, 3b, 4b, dan 5b Hipotesis 1b, 2b, 3b, 4b, dan 5b diuji dengan menggunakan Moderating Regression Analysis. Tabel 4.13 berikut ini adalah ringkasan dari hasil uji hipotesis tersebut. Dari output tersebut menunjukkan bahwa hanya satu hipotesis saja, yaitu hipotesis 4b, yang memiliki nilai F hitung yang lebih tinggi dibandingkan empat hipotesis lainnya. Meskipun nilai F hitungnya lebih rendah dari nilai F tabel, yaitu 1,535 < 3,88, namun temuan ini cukup memberikan kontribusi dan pertimbangan yang baik bagi penelitian ini. Sementara hipotesis lainnya, yaitu H1b, H2b, H3b, dan H5b tidak dapat menerima bahwa kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, dan keterampilan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa. Tabel 11 Hasil Uji Moderating Regression Analysis Untuk H1b, 2b, 3b, 4b, dan 5b Hipotesis H1b
H2b
H3b
H4b
H5b
Persamaan Regresi
Nilai F
Sig
Adj R Keterangan Square Kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan pengenalan diri terhadap tingkat pemahaman akuntansi Y = a + b1X1 + b12X1.X6 + e 0,401 0,670 -0,005 Tidak dapat diterima Kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan pengendalian diri terhadap tingkat pemahaman akuntansi Y = a + b1X2 + b13X2.X6 + e 0,297 0,744 -0,005 Tidak dapat diterima Kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan motivasi terhadap tingkat pemahaman akuntansi Y = a + b1X3 + b14X3.X6 + e 0,385 0,681 0,003 Tidak dapat diterima Kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan empati terhadap tingkat pemahaman akuntansi Y = a + b1X4 + b15X4.X6 + e 1,535 0,217 0,004 Dapat diterima Kepercayaan diri memiliki pengaruh sebagai variabel moderating yang mempengaruhi hubungan keterampilan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi Y = a + b1X5 + b16X5.X6 + e 0,505 0,604 -0,004 Tidak dapat diterima
Sumber: Data olahan
Hasil Uji Hipotesis 1c, 2c, 3c, 4c, dan 5c Hipotesis 1c, 2c, 3c, 4c, dan 5c diuji dengan menggunakan uji beda (t-test) untuk dua sampel independen. Hasil uji beda untuk hipotesis ini disajikan pada tabel 11 berikut ini.
34
Popy Nurmayanti
Tabel 11 Hasil Uji Beda untuk Dua Sampel Independen Variabel Pengenalan diri Pengendalian diri Motivasi Empati Keterampilan sosial
T tabel 1,9691 1,9691 1,9691 1,9691 1,6991
Thitung 0,147 0,087 -0,951 0,179 -0,081
Sig 0,883 0,930 0,342 0,858 0,936
Keterangan H1c ditolak H2c ditolak H3c ditolak H4c ditolak H5c ditolak
Sumber: Data olahan, Tahun 2006 Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat disimpulkan bahwa nilai Ttabel > Thitung untuk kelima variabel penelitian ini. Hal ini berarti bahwa H1c, H2c, H3c, H4c, dan H5c ditolak. Dengan kata lain tidak terdapat perbedaan tingkat pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial antara mahasiswa akuntansi perempuan dan mahasiswa laki-laki. Hal ini sesuai dengan pendapat Goleman (2005) yang menyatakan bahwa apabila laki-laki dan perempuan dibandingkan dalam dimensi psikologi manapun, kemiripan di antara keduanya jauh lebih banyak dibandingkan perbedaannya. Hasil Uji Hipotesis 1d, 2d, 3d, 4d, dan 5d Hipotesis 1d, 2d, 3d, 4d, dan 5d diuji dengan menggunakan uji beda (t-test) untuk dua sampel independen. Hasil uji beda untuk hipotesis ini disajikan pada tabel 4.14 berikut ini. Tabel 12 Hasil Uji Beda untuk Dua Sampel Independen Variabel Pengenalan diri Percaya diri kuat Percaya diri lemah Pengendalian diri Percaya diri kuat Percaya diri lemah Motivasi Percaya diri kuat Percaya diri lemah Empati Percaya diri kuat Percaya diri lemah Keterampilan sosial Percaya diri kuat Percaya diri lemah
T tabel 1,9691
Thitung 13,683
Sig 0,000
Keterangan H1d diterima
1,9691
12,299
0,000
H2d diterima
1,9691
14,958
0,000
H3d diterima
1,9691
11,698
0,000
H4d diterima
1,6991
13,407
0,000
H5d diterima
Sumber: Data olahan Dari hasil pengujian seluruh hipotesis di atas dengan probabilitas < 0,05 dan nilai Thitung > T tabel, menunjukkan bahwa secara umum terdapat perbedaan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial antara mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri lemah. Kesimpulan Pengaruh kecerdasan emosional yang terdiri dari pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial ditinjau dari perspektif
35
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
gender, dalam penelitian ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh terhadap pemahaman akuntansi. Ditinjau dari perspektif gender menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial antara mahasiswa akuntansi perempuan dan mahasiswa laki-laki. Hal ini sesuai dengan pendapat Goleman (2005) yang menyatakan bahwa apabila laki-laki dan perempuan dibandingkan dalam dimensi psikologi manapun, kemiripan di antara keduanya jauh lebih banyak dibandingkan perbedaannya. Pada penelitian ini terlihat terdapat perbedaan pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial antara mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri kuat dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri lemah. Keterbatasan Tingkat pemahaman akuntansi pada penelitian ini diukur dengan menggunakan nilai rata-rata matakuliah akuntansi yang masih memiliki kelemahan dalam menilai pemahaman akuntansi. Karena masih banyak faktor yang mempengaruhi nilai masingmasing mahasiswa. Selain itu keterbatasan juga terlihat dari hasil pengujian reliabilitas dan validitas data, yang mana beberapa variabel masih belum menunjukkan reliabilitas dan validitas. Saran Penelitian mendatang hendaknya menggunakan alat ukur tingkat pemahaman akuntansi yang lebih objektif. Begitu juga dengan pengujian reliabilitas dan validitas data yang masih kurang baik, hendaknya harus dapat diatasi. Masih banyak faktor lain yang mempengaruhi tingkat pemahaman akuntansi, untuk lebih menarik diteliti kembali. Daftar Pustaka Agustian, Ari Ginanjar. 2003. Rahasia Sukses Membangkitkan Kecerdasan Emosional dan Spiritual. Jakarta. Arga. Cooper, Donald R and C William Emory. 1995. Business Research Methods. Fifth Edition. Chicago: Irwin. Gea, et al. 2002. Relasi dengan Diri Sendiri. Alex Media Komputindo. Jakarta Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. ______________. 2000. Working with Emotional Intelligence. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. Gujarati, Damodar. 1978. Basic Econometrics. Hair, Joseph. F. Jr., Rolph E Andersen, Ronald L Tatham, William C Black. 1998. Multivariate Data Analysis. Fifth Edition. Prentice Hall International, Inc. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta. BPFE UGM. Jones, RN. 1996. Cara Membina Hubungan Baik dengan Orang Lain. Bumi Aksara. Jakarta.
36
Popy Nurmayanti
Melandy, Rissyo RM dan Nur Aziza. 2006. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Kepercayaan Diri sebagai Variabel Pemoderasi. Padang. Simposium Nasional Akuntansi IX Rini, F. Jacinta. 2002. http://e-psikologi.com Santoso, Singgih. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. Fourth Edition. John Willey & Sons., Inc. New York. Suryaningrum, Sri, Sucahyo Heriningsih, Afifah Afuwah. 2004. Pengaruh Pendidikan Tinggi Akuntansi Terhadap Kecerdasan Emosional. Denpasar. Simposium Nasional Akuntansi VII. Suryadi, Ace dan Ecep Idris. 2004. Kesetaraan Gender dalam Bidang Pendidikan. Bandung. PT. Genesindo. Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta. BPFE UGM. Tikollah, Ridwan., Iwan Triyuwono, dan Unti Ludigdo. 2006. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada PTN di Makassar SULSEL). Padang. Simposium Nasional Akuntansi IX. Trisnawati, Eka Indah dan Sri Suryaningrum. 2003. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Surabaya. Simposium Nasional Akuntansi VI. Trisnaningsih, Sri dan Sri Iswati. 2003. Perbedaan Kinerja Auditor Dilihat dari Segi Gender (Studi Empiris pada KAP di Jawa Timur). Surabaya. Simposium Nasional Akuntansi VI.
37