Pengaruh Jenis Dan Dosis Leguminosa Terhadap...............Feisal Yusdema Agung P PENGARUH JENIS DAN DOSIS LEGUMINOSA TERHADAP DURABILITAS DAN DENSITAS PELET KONSENTRAT SAPI PERAH THE EFFECT OF VARIETY AND LEGUME DOSE ON DURABILITY AND DENSITY PELLETS CONCENTRATE DAIRY COWS
Feisal Yusdema A.P , Iin Susilawati , Rd. Hery Supratman Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis dan dosis legum (Calopogonium mucunoides/ kalopo, Sentrosema pubescens/ sentro, Pueraria javanica/ kudzu) terhadap durabilitas dan densitas pelet. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran pada tanggal 10 Desember 2015 sampai dengan 20 januari 2016. Penelitian bertujuan untuk menentukan jenis dan dosis leguminosa yang dapat menghasilkan pelet dengan kualitas terbaik. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL) dan diuji dengan Uji Jarak Berganda Duncan yang terdiri atas 6 perlakuan ( P1 = 20% kalopo + 80% konsentrat, P2 = 30% kalopo+ 70% konsentrat, P3 = 20% kudzu + 80% konsentrat, P4 = 30% kudzu + 70% konsentrat, P5 = 20% sentro + 80% konsentrat, P6 = 30% sentro + 70% konsentrat), setiap perlakuan diulang 4 kali. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa perlakuan berbeda nyata terhadap densitas dan tidak berbeda nyata terhadap durabilitas. Densitas tertinggi diperoleh pada penambahan 20% kudzu (369,00 kg/cm3), dan durabilitas yang diperoleh dari P1, P2, P3, P4, P5, dan P6 berturut- turut adalah : (94,75%, 96,25%, 93,75%, 95,75%, 95%, 95,75%). Kata Kunci : sentro, kalopo, kudzu, pelet, densitas, durabilitas.
ABSTRACT This research aim was to take out to examine the effect of variety and legume dose (Calopogonium mucunoides, Sentrosema pubescens, Pueraria javanica) on durability and density pellets concentrate. The research has been conducted on 10th December 2015 to 20th January 2016 on Laboratory in Animal Husbandry Faculty Padjadjaran University. The content of starch in legume variety and dose to determine optimum pellets. The experimental design used is complicate random design (CRD) and analyzed with Duncan. The treatment consisted of ( P1 = 20% kalopo + 80% concentrate, P2 = 30% kalopo+ 70% concentrate, P3 = 20% kudzu + 80% concentrate, P4 = 30% kudzu + 70% concentrate, P5 = 20% centro + 80% concentrate, P6 = 30% centro + 70% concentrate), each treatment was repeated 4 times. This ressult showed that treatment significantly different of density and no significant effect on durability. The highest density was obtained on addition 20% kudzu (369,00 kg/cm3) and durability obtained from P1, P2, P3, P4, P5, dan P6 respectively : (94,75%, 96,25%, 93,75%, 95,75%, 95%, 95,75%). Keywords : centro, kalopo, kudzu, pellets, density, durability.
Pengaruh Jenis Dan Dosis Leguminosa Terhadap...............Feisal Yusdema Agung P PENDAHULUAN Pada peternakan ruminansia pakan hijauan merupakan sumber pakan utama dan penting. Pakan hijauan terdiri dari rumput dan legum. Pada peternakan rakyat umumnya hijauan yang digunakan adalah rumput lapang. Namun, kendalanya adalah ketersediaan rumput lapang sebagai pemasok hijauan hanya melimpah pada musim penghujan dan akan sulit ditemukan keberadaanya pada musim kemarau yang panjang. Legum merupakan hijauan yang memiliki kandungan protein lebih baik dibanding rumput. Ada berbagai macam jenis legum yang ada di indonesia tetapi ada beberapa legum yang dapat dengan mudah dijumpai di masyarakat serta sering diberikan kepada ternak dan memiliki kandungan protein tinggi diantaranya adalah legum kudzu, sentro, dan kalopo. Ketiga jenis legum ini umum nya sudah dikenal oleh para peternak karena ketersediaanya yang melimpah dan ketersediaanya hampir ada sepanjang tahun. Ketiga jenis legum ini dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan hijauan ruminansia. Umur simpan legum segar yang pendek membuat hijauan ini setelah dipanen perlu dilakukan tindakan pengawetan untuk membuat umur simpan dari legum bertahan lama dan dapat digunakan pada saat musim kemarau tiba. Sumber hijauan yang berkualitas baik dan ketersediaanya melimpah sangat sulit didapatkan pada musim kemarau. Oleh karena itu harus ditemukan cara untuk mengatasi permasalahan ketersediaan hijauan saat musim kemarau yaitu dengan mengawetkan hijauan yang melimpah pada musim penghujan. Upaya untuk mensiasati kendala keterbatasan lahan penyimpanan hijauan adalah dengan menerapkan cara pengawetan pembuatan pelet hijauan. Pelet hijauan yang akan diberikan kepada ternak haruslah memenuhi syarat kualitas yang baik dari segi kandungan nutrisi, dan juga memenuhi kualitas lainya diantaranya kepadatan (density). Dengan melihat densitas (density) maka dapat diketahui luas lahan penyimpanan yang akan dipergunakan. Setelah mengetahui kelebihan yang dimiliki legum dan ketersediaan pakan hijauan yang tidak tercukupi pada musim kemarau, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan ketiga jenis legum yakni kudzu, sentro, dan kalopo untuk diolah menjadi pelet dengan tambahan binder berupa campuran bahan pakan dalam bentuk konsentrat dengan berbagai dosis.
Pengaruh Jenis Dan Dosis Leguminosa Terhadap...............Feisal Yusdema Agung P BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Hijauan legum sentro, kudzu, dan kalopo berasal dari lahan penelitian laboratorium Tanaman Makanan Ternak. Masing-masing legum yang diperlukan sebanyak 10 kg dalam bentuk tepung dengan kadar air ± 10 % yang berasal dari hijauan legum segar ± 40 kg dan konsentrat dengan campuran 6 bahan pakan. 2. Peubah yang diamati 1. Durabilitas Caranya: sampel pelet utuh sebanyak 500 gram dimasukkan ke dalam alat pemutar (tumbling box) dengan kecepatan putaran atau rpm sebesar 50 selama 10 menit, setelah itu dilakukan penyaringan menggunakan mesh dengan ukuran siever 8mm sampai tidak ada lagi pecahan pelet yang tersaring. Pelet yang tertinggal di saringan ditimbang kemudian dibandingkan dengan berat pelet sebelum diputar (berat pelet awal).
Nilai PDI = berat pelet utuh setelah diuji durabilitas X X 100 % berat pelet sebelum diuji 2. Densitas Caranya: sampel pelet hijauan dimasukkan kedalam volumetrix (kapasitas 1 liter) hingga penuh, lalu volumetrix diangkat setinggi 15 cm, kemudian dijatuhkan lurus kebawah. Ulangi sebanyak 2 kali, kemudian diukur ulang berat dan volumenya dibandingkan dengan berat dan volume sebelum dijatuhkan.
Density = 3. Metode Penelitian 1. Pemanenan dan pencacahan Legum Legum yang digunakan dalam penelitian ini adalah legum kudzu, sentro, dan kalopo yang dipanen dari lahan penelitian di lahan laboratorium Teknologi Makanan Ternak . Setelah dilakukan pemanenan maka dilakukan pencacahan terhadap ketiga legum ini dengan menggunakan golok untuk mempercepat pengeringan. 2. Pengeringan legum Metode pengeringan legum yang dipakai yaitu penjemuran alami , ketiga jenis legum yang telah dicacah lalu dijemur di bawah sinar matahari secara langsung. Lama waktu yang
Pengaruh Jenis Dan Dosis Leguminosa Terhadap...............Feisal Yusdema Agung P dibutuhkan untuk mengeringkan legum adalah ± 3hari dengan waktu penjemuran mulai pukul 10.00 WIB hingga 16.00 WIB sampai keadaan legum benar-benar kering dan memudahkan dalam proses selanjutnya yakni penepungan. 3. Penepungan Legum Ketiga legum yang sudah melalui proses penjemuran dan telah kering selanjutnya dilakukan proses penepungan dengan cara digiling sampai menjadi butiran tepung yang halus dengan menggunakan mesin giling hammer mill, setelah semua legum bahan penelitian menjadi bentuk tepung maka siap untuk selanjutnya dicampurkan menjadi bahan campuran pelet. 4. Pencampuran Legum dengan binder konsentrat Ketiga legum (sentro, kalopo, kudzu) yang masing-masing sudah menjadi bentuk tepung lalu dicampurkan dengan konsentrat yang telah dibuat dengan persentase jenis legum 20%+konsentrat 80% dan legum 30% +konsentrat 70% diaduk menggunakan mixer selama 10 menit dan ditambahkan air 50% dikarenakan kandungan serat kasar yang tinggi sehingga diperlukan sejumlah air yang cukup demi kelancaran saat pencetakan menjadi pelet. 5. Pembuatan Pelet Campuran masing-masing jenis legum dan konsentrat yang telah tercampur dan menjadi adonan pelet kemudian dimasukan ke dalam mesin pencetak pelet tipe ulir. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pencetakan pelet ini adalah temperatur, karena apabila suhu terlalu rendah maka proses pencetakan pelet akan gagal. Suhu yang baik adalah mencapai ± 600C. Pelet yang dicetak berdiameter 1 cm dan panjang 2 cm. 6. Pengeringan Pelet yang sudah terbentuk dengan baik lalu dikumpulkan dan dilakukan pengeringan atau pendinginan. Pengeringan dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari langsung. Pelet ditebar di atas alas berbahan terpal atau karung. Pengeringan dilakukan sampai keadaan pelet benar-benar kering. Hal ini diperlukan untuk menghindari tumbuhnya jamur dan supaya pelet tahan lama. 7. Uji Kualitas Fisik Pelet Pelet yang telah kering dikumpulkan dalam wadah, kemudian diambil sebagian sampel untuk diuji sifat fisiknya yang meliputi durability (ketahanan) dengan menggunakan tumbling tester dan pengukuran density (kepadatan) pelet dengan menggunakan alat volumetrix.
Pengaruh Jenis Dan Dosis Leguminosa Terhadap...............Feisal Yusdema Agung P 4. Analisis statistik Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 6 perlakuan. Setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 4 kali, sehingga didapat 24 unit percobaan. Tiap unit percobaan sebanyak 5kg pelet campuran hijauan legum dan konsentrat. Adapun masing-masing perlakuan adalah sebagai berikut : P1
: 20% Kalopo + 80% Konsentrat
P2
: 30% Kalopo + 70% Konsentrat
P3
: 20% Kudzu + 80% Konsentrat
P4
: 30% Kudzu + 70% Konsentrat
P5
: 20% Sentro + 80% Konsentrat
P6
: 30% Sentro + 70% Konsentrat
Data yang dihasilkan kemudian diolah menggunakan sidik ragam (Gaspersz, 1991). Hipotesis yang diuji : : Pengaruh perlakuan : Pengaruh perlakuan
,
atau paling sedikit ada
satu perlakuan yang berbeda. Selanjutnya untuk menguji antar rata-rata perlakuan digunakan uji Jarak Berganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Leguminosa Terhadap Durabilitas Pelet Konsentrat Sapi Perah. Data hasil penelitian disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Durabilitas dan Densitas Pelet Konsentrat Sapi Perah Perlakuan
Durabilitas ..................(%)................ 96,25 ns 95,75 ns 94,75 ns 95,75 ns 95.00 ns 93,75 ns
P2 P4 P1 P6 P5 P3
Densitas ..................(kg/m3)............ 320.50 a 324,75 ab 333,72 abc 345,22 abc 360,79 bc 369.00 c
Keterangan: Huruf kecil yang sama ke arah kolom menunjukan tidak berbeda nyata ns
: non significant
Pengaruh Jenis Dan Dosis Leguminosa Terhadap...............Feisal Yusdema Agung P Dari data di atas diketahui nilai durabilitas pelet konsentrat sapi perah setelah dilakukannya uji durabilitas adalah P1 (94.75), P2 (96.25), P3 (93.75), P4 (95.75), P5 (95.00) dan P6 (95.75). Nilai durabilitas dengan hasil yang terkecil adalah P3 dan yang terbesar P2. Setelah diolah menggunakan analisis ragam, hasil untuk masing–masing perlakuan menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata. Hal ini disebabkan susunan bahan pelet konsentrat yaitu dedak, polard, onggok, dan molases merupakan sumber energi yang mempunyai kandungan pati cukup tinggi sehingga dapat berfungsi sekaligus sebagai binder. Binder berfungsi untuk merekatkan ikatan antara partikel penyusun pelet, sehingga pelet yang dihasil menjadi kompak dan kokoh. Penggunaan binder yang baik menyebabkan nilai durabilitas pelet semakin baik. Dalam binder terdapat pati yang akan tergelatinisasi bila mengalami pemanasan pada suhu tertentu dengan bantuan air di dalam bahan. Pati tergelatinisasi karena di dalamnya terdapat amilopektin yang bersifat rekat dan basah, sehingga partikel penyusun pelet akan lebih rekat dan semakin kokoh. Faktor lain yang mempengaruhi ketahanan (durabilitas) pelet legum yaitu ukuran partikel bahan. Bahan pakan yang sudah diperkecil ukuran partikelnya dengan cara digiling atau ditepungkan menghasilkan pelet yang padat dan kapasitas pelet yang dapat diproduksi meningkat (Dobie, 1959). Pada data ini diketahui semua percobaan memiliki nilai durabilitas yang tinggi yakni diatas 90 persen. Hal ini menyebabkan tidak ada perbedaan nyata dari semua percobaan karena semua pelet yang diuji memiliki nilai yang sangat baik. Hal ini tidak terlepas dari kandungan tinggi protein yang dimiliki oleh jenis legum dan konsentrat yang dicampurkan. Pelet yang memiliki durabilitas tinggi akan lebih tahan terhadap benturan dan gesekan, selain itu pelet juga lebih mudah ditangani dan kemungkinan terurainya kembali partikel penyusun peletnya (de-mixing) semakin kecil.
2. Pengaruh Leguminosa Terhadap Densitas Pelet Konsentrat Sapi Perah. Dari data pada Tabel 2 diketahui nilai densitas pelet konsentrat sapi perah campuran leguminosa setelah dilakukanya uji densitas adalah P1 (333.72), P2 (320.50), P3 (369.00), P4 (324.76), P5 (360.79) dan P6 (345.22). Nilai densitas dengan hasil yang terkecil adalah P2 dan yang terbesar P3. Setelah diolah menggunakan sidik ragam, hasil untuk masing–masing perlakuan menunjukan ada perbedaan yang nyata. Setiap penambahan dosis hijauan legum dan konsentrat menghasilkan nilai densitas yang berbeda – beda tergantung pada jumlah dosis hijauan legum dan konsentrat yang digunakan. Untuk mengetahui perbedaan tiap perlakuan
Pengaruh Jenis Dan Dosis Leguminosa Terhadap...............Feisal Yusdema Agung P maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji berjarak Duncan. Berikut ini adalah Tabel hasil uji Duncan untuk nilai densitas pelet konsentrat sapi perah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Uji Berjarak Duncan Nilai Densitas Pelet Konsentrat Sapi Perah Perlakuan
Rataan
Signifikansi
………..……..……kg/m3.................................................. P2
320.50
a
P4
324.76
ab
P1
333.72
abc
P6
345.22
abc
P5
360.79
bc
P3
369.00
c
Berdasarkan hasil dari uji berjarak Duncan di atas, perlakuan P1 menunjukan perbedaan yang tidak nyata dengan P2, P3, P4, P5 dan P6. Perlakuan P2 tidak berbeda nyata dengan P1, P4 dan P6 tetapi berbeda nyata dengan P3 dan P5. Dari semua perlakuan, P3 menunjukan nilai densitas yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan P3 mempunyai densitas paling tinggi karena pelet P3 mempunyai TDN yang tinggi dari perlakuan lainnya (Tabel 3 halaman 24) yaitu 57,92%. TDN yang tinggi diduga memiliki kandungan pati tinggi, sehingga pelet P3 mempunyai densitas yang tinggi pula. Pati tersusun oleh dua komponen utama yaitu amilosa dan amilopektin. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas, fraksi terlarut disebut amilosa, dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin (Hee, Joung An, 2005). Kandungan pati pada bahan penyusun konsentrat yang tinggi akan tergelatinisasi pada saat proses pembuatan pelet. Gelatinisasi terjadi akibat pati dalam pelet mengalami pemanasan pada suhu tertentu sehingga menimbulkan efek perekat yang mempengaruhi kekuatan dan kekompakan pelet (Falk, 1985). Kekuatan pelet yang terjadi dikarenakan tidak ada kekosongan antar ruang di dalam pelet dan sudah terisi penuh oleh partikel penyusunnya yang berukuran kecil dan halus.
Pengaruh Jenis Dan Dosis Leguminosa Terhadap...............Feisal Yusdema Agung P KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan berbeda nyata terhadap densitas dan tidak berbeda nyata terhadap durabilitas. Densitas tertinggi diperoleh pada penambahan 20% kudzu (369,00 kg/cm3), dan durabilitas yang diperoleh untuk P1, sampai P6 masing-masing adalah : (94,75%, 96,25%, 93,75%, 95,75%, 95%, 95,75%).
SARAN Perlu diadakannya penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor pada binder apa saja yang mempengaruhi kualitas pelet seperti serat, pati, protein, lemak, kadar air dan karbohidrat, sehingga akan muncul data yang spesifik mengenai standar kualitas bahan pakan yang dapat digunakan sebagai binder berdasarkan imbangan yang terbaik antara serat, pati, protein, lemak, kadar air dan karbohidrat. Selain itu standar spesifikasi mesin pelet yang digunakan untuk pembuatan pelet campuran legum perlu diketahui terlebih dahulu, sehingga pelet yang dihasilkan nantinya bisa lebih baik. Jangka waktu maksimal penyimpanan pelet konsentrat campuran legum perlu diketahui juga agar nantinya pelet bisa menjadi cadangan pakan yang membantu saat kekurangan pakan hijauan dan masih dalam kondisi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA Dobie, J.B. 1959. Engineering Appraisal of Hay pelleting. Agricultural Engineering. Falk, D. 1985. Feed Manufacturing Technologi III : Pelleting Cost Center. American Feed Manufacturers Association, Inc. Arlington, Virginia. Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Bandung : Armico Hee-Young An., 2005. Effect of Ozonation and Addition of Amino acids on Properties of Rice Starches. A dissertation Submitted to the Graduate Faculty of the Louisiana state University and Agricultural and Mechanical Collage .